View
573
Download
111
Category
Preview:
DESCRIPTION
makalah khilafah
Citation preview
KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT DALAM ISLAM
MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama
Oleh :
Kelompok 12
Zenal Muh Ramdan 14510129
Angga Permana Satria 14510204 Fery Leramasani 14510128
B2-MTK 2014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SILIWANGI BANDUNG
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penyusun Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
yang berjudul KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT DALAM ISLAM tepat
pada waktunya
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi pembaca.
Cimahi, 28 Maret 2015
Penyusun
Kelompok 12
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar belakang .................................................................................. 1
1.3 Tujuan penulisan ............................................................................... 3
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
2.1 Pengertian Khilafah .......................................................................... 4
2.2 Tugas Khilafah.................................................................................. 6
2.3 Dasar Kewajiban Menegakan Khilafah ............................................ 7
2.4 Kriteria Memilih Khilafah ................................................................ 10
2.4.1 Syarat iniqad ................................................................................. 12
2.4.2 Syarat afdhaliyah ........................................................................... 13
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Untuk mengetahui definisi yang benar, maka harus diambil definisi menurut
syara. Kata khilafah banyak dinyatakan dalam hadis, misalnya:
Sesungguhnya (urusan) agama kalian berawal dengan kenabian dan
rahmat, lalu akan ada khilafah dan rahmat, kemudian akan ada kekuasaan
yang tiranik.(HR al-Bazzar).
Kata khilafah dalam hadis ini memiliki pengertian sistem pemerintahan,
pewaris pemerintahan kenabian. Ini dikuatkan oleh sabda Rasul saw.:
Dulu Bani Israel dipimpin dan diurus oleh para nabi. Jika para nabi itu
telah wafat, mereka digantikan oleh nabi yang baru. Akan tetapi, setelahku
tidak ada lagi seorang nabi, dan akan ada khalifah yang banyak. (HR al-
Bukhari dan Muslim).
Pernyataan Rasul, "Akan tetapi, setelahku tidak ada lagi seorang nabi,"
mengisyaratkan bahwa tugas dan jabatan kenabian tidak akan ada yang
menggantikan beliau. Khalifah hanya menggantikan beliau dalam tugas dan
jabatan politik, yaitu memimpin dan mengurusi umat.
Dari kedua hadis di atas dapat kita pahami bahwa bentuk pemerintahan yang
diwariskan Nabi saw. adalah Khilafah. Orang yang mengepalai pemerintahan atau
yang memimpin dan mengurusi kaum Muslim itu disebut Khalifah.
Sistem pemerintahan Khilafah ini yang diwajibkan Rasul saw. sebagai
sistem pemerintahan bagi kaum Muslim. Sebab, dalam hadis riwayat al-Bazzar di
2
atas, Khilafah dikaitkan dengan rahmat sebagaimana kenabian. Hal itu menjadi
indikasi yang tegas (qarnah jzimah). Di samping itu, Rasul saw. juga bersabda:
Siapa saja yang mati dalam keadaan tidak ada baiat (kepada Khalifah) di
atas pundaknya, maka matinya mati Jahiliah. (HR Muslim).
Hadis ini mengandung perintah untuk mewujudkan Khalifah yang dibaiat
oleh kaum Muslim. Sebab, hanya dengan adanya Khalifah, akan terdapat baiat di
atas pundak kaum Muslim. Adanya sifat jahiliah menunjukkan bahwa tuntutan
perintah itu sifatnya tegas. Dengan demikian, mewujudkan Khalifah yang
menduduki Khilafah hukumnya wajib.
Ijma Sahabat juga menegaskan kewajiban tersebut. Para sahabat (termasuk
keluarga Rasul: Ali, Ibn Abbas, Salman. dll) semuanya sepakat untuk menunda
pelaksanaan kewajiban memakamkan jenazah Rasul saw. Mereka lebih
menyibukkan diri untuk mengangkat pengganti Rasul dalam urusan kekuasaan
dan pemerintahan. Lalu Abu Bakar terpilih dan dibaiat oleh kaum Muslim.
Secara syari, pelaksanaan kewajiban hanya boleh ditunda jika berbenturan
dengan pelaksanaan kewajiban yang menurut syariat lebih utama. Ini artinya para
sahabat telah berijma bahwa mengangkat Khalifah adalah wajib dan lebih utama
daripada memakamkan jenazah Rasul saw.
Selanjutnya, mereka juga telah berijma untuk menyebut pengganti Rasul
itu, yakni Abu Bakar, sebagai khalifah. Begitu juga para pengganti beliau setelah
Abu Bakar ra. Dari semua itu dapat kita pahami bahwa Khilafah adalah bentuk
sistem pemerintahan yang ditetapkan syariat sekaligus bentuk Daulah Islamiyah.
Dengan demikian, Khilafah dapat kita definisikan sebagai kepemimpinan
umum atas seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum
syariat dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Khilafah dalam
terminology politik Islam ialah sistem pemerintahan Islam yang meneruskan
sistem pemerintahan Rasul Saw. dengan segala aspeknya yang berdasarkan Al-
Quran dan Sunnah Rasul Saw. Sedangkan Khalifah ialah Pemimpin tertinggi
umat Islam sedunia, atau disebut juga dengan Imam Azhom yang sekaligus
3
menjadi pemimpin Negara Islam sedunia atau lazim juga disebut dengan
Khalifatul Muslimin.
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui pengertian khilafah ?
2) Mengetahui Tugas khilafah ?
3) Mengetahui dasar kewajiban menegakan khilafah ?
4) Mengetahui Kriteria memilih khilafah ?
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan khilafah ?
2) Apa saja tugas khilafah ?
3) Apa yang menjadi dasar kewajiban menegakan khilafah ?
4) Kriteria memilih khilafah ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Khilafah
Khilafah menurut makna bahasa merupakan mashdar dari madhi khalafa,
berarti : menggantikan atau menempati tempatnya (Munawwir, 1984:390). Makna
khilafah menurut Ibrahim Anis (1972) adalah orang yang datang setelah orang
lain lalu menggantikan.
Dalam pengertian syariah, Khilafah digunakan untuk menyebut orang yang
menggantikan Nabi SAW dalam kepemimpinan Negara Islam (ad-dawlah al-
islamiyah) (Al-Baghdadi, 1995:20). Inilah pengertiannya pada masa awal Islam.
Kemudian, dalam perkembangan selanjutnya, istilah Khilafah digunakan untuk
menyebut Negara Islam itu sendiri (Al-Khalidi, 1980:226).
Para ulama mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda ketika
memandang kedudukan Khilafah (manshib Al-Khilafah). Sebagian ulama
memandang Khilafah sebagai penampakan politik (al-mazh-har as-siyasi), yakni
sebagai institusi yang menjalankan urusan politik atau yang berkaitan dengan
kekuasaan (as-sulthan) dan sistem pemerintahan (nizham al-hukm). Sementara
sebagian lainnya memandang Khilafah sebagai penampakan agama (almazh-har
ad-dini), yakni institusi yang menjalankan urusan agama. Maksudnya,
menjalankan urusan di luar bidang kekuasaan atau sistem pemerintahan, misalnya
pelaksanaan amalah (seperti perdagangan), al-ahwal asysyakhshiyyah (hukum
keluarga, seperti nikah), dan ibadah-ibadah mahdhah. Ada pula yang berusaha
menghimpun dua penampakan ini. Adanya perbedaan sudut pandang inilah yang
menyebabkan mengapa para ulama tidak menyepakati satu definisi untuk Khilafah
(Al-Khalidi, 1980:227).
Khilafah dalam terminologi politik Islam ialah sistem pemerintahan Islam
yang meneruskan sistem pemerintahan Rasul Saw. Dengan segala aspeknya yang
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw. Sedangkan Khalifah ialah
Pemimpin tertinggi umat Islam sedunia, atau disebut juga dengan Imam Azhom
5
yang sekaligus menjadi pemimpin Negara Islam sedunia atau lazim juga disebut
dengan Khalifatul Muslimin.
Khalifah dan khilafah itu hanya terwujud bila :
1. Adanya seorang Khalifah saja dalam satu masa yang diangkat oleh umat
Islam sedunia. Khalifah tersebut harus diangkat dengan sistem Syura bukan
dengan jalan kudeta, sistem demokrasi atau kerajaan (warisan).
2. Adanya wilayah yang menjadi tanah air (wathan) yang dikuasai penuh oleh
umat Islam.
3. Diterapkannya sistem Islam secara menyeluruh. Atau dengan kata lain,
semua undang-undang dan sistem nilai hanya bersumber dari Syariat Islam
yang bersumberkan dan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw.
seperti undang-undang pidana, perdata, ekonomi, keuangan, hubungan
internasional dan seterusnya.
4. Adanya masyarakat Muslim yang mayoritasnya mendukung, berbaiah dan
tunduk pada Khalifah (pemimpin tertinggi) dan Khilafah (sistem
pemerintahan Islam).
5. Sistem Khilafah yang dibangun bukan berdasarkan kepentingan sekeping
bumi atau tanah air tertentu, sekelompok kecil umat Islam tertentu dan tidak
pula berdasarkan kepentingan pribadi Khalifah atau kelompoknya,
melainkan untuk kepentingan Islam dan umat Islam secara keseluruhan serta
tegaknya kalimat Allah (Islam) di atas bumi. Oleh sebab itu, Imam Al-
Mawardi menyebutkan dalam bukunya Al-Ahkam As-Sulthaniyyah
bahwa objek Imamah (kepemimpinan umat Islam) itu ialah untuk
meneruskan Khilafah Nubuwwah (kepemimpinan Nabi Saw.) dalam
menjaga agama (Islam) dan mengatur semua urusan duniawi umat Islam.
6
2.2 Tugas Khilafah
Sesungguhnya tugas dan kewajiban khalifah itu sangat berat. Wilayah
kepemimpinannya bukan untuk sekelompok umat Islam tertentu, akan tetapi
mecakup seluruh umat Islam sedunia. Cakupan kepemimpinannya bukan hanya
pada urusan tertentu, seperti ibadah atau muamalah saja, akan tetapi mencakup
penegakan semua sistem agama atau syariah dan managemen urusan duniawi
umat. Tanggung jawabnya bukan hanya terhadap urusan dunia, akan tetpi
mencakup urusan akhirat. Tugasnya bukan sebatas menjaga keamanan dalam
negeri, akan tetapi juga mencakup hubungan luar negeri yang dapat melindungi
umat Islam minoritas yang tinggal di negeri-negeri kafir. Kewajibannya bukan
hanya sebatas memakmurkan dan membangun bumi negeri-negeri Islam, akan
tetapi juga harus mampu meberikan rahmat bagi negeri-negeri non Muslim
(rahmatan lil alamin).
Secara umum, tugas Khalifah itu ialah :
1. Tamkin Dinillah (menegakkan agama Allah) yang telah diridhai-Nya
dengan menjadikannya sistem hidup dan perundangan-undangan dalam
semua aspek kehidupan.
2. Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan agama Islam
dari ancaman orang-orang kafir, baik yang berada dalam negeri Islam
maupun yang di luar negeri Islam.
3. Menegakkan sistem ibadah dan menjauhi sistem dan perbuatan syirik
(QS.Annur : 55).
4. Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Quran, termasuk Sunnah
Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri, keluarga dan orang-
orang terdekat sekalipun. (QS. Annisa : 135, Al-Maidah : 8 & 48, Shad : 22
& 26)
5. Berjihad di jalan Allah
7
2.3 Dasar Kewajiban Menegakan Khilafah
Sebagai struktur pemerintahan yang pelaksanannya diatur berdasar syariat
Islam, khilafah dibangun berdasarkan prinsip yang kokoh untuk menegakkan
ajaran agama Allah. Karena itu, khilafah ditegakkan atas dasar-dasar sebagai
berikut :
1. Tauhid, yaitu menegaskan ke-Maha Esa-an Allah SWT.
111. dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai
sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan
agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.
2. Persamaan derajat antara sesama manusia, karena yang membedakan satu
dengan lainnya hanyalah ketaqwaannya kepada Allah :
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
8
3. Persatuan Islam, yaitu prinsip untuk menggalang persaudaraan dan kesatuan
dalam Islam.
103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.
4. Permusyawaratan atau kedaulatan rakyat. Firman Allah ;
38. dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
5. Keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat. Firman Allah :
9
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Jika diperhatikan, Dalam masa Khulafur Rasyidin sistem Khilafah (pemerintahan)
berjalan berdasarkan atas:
Kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab dalam menyampaikan
Amanah kepada Ahlinya (rakyat), dengan tidak membeda-bedakan bangsa
Agama dan warna kulit.
Mempunyai rasa keadilan Mutlak terhadap seluruh umat manusia
dalam segala sesuatunya
Tauhid(mengesakan Allah), sebagaimana diperintahkan dalam ayat AlQur
an agar menaati ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Kedaulatan rakyat dipahami dari perintah Allah mewajibkan
taat kepada ulil amri(wakil-wakil rakyat). Seperti firman Allah :
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
10
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Menurut ahli tafsir- Imam Muhammad Fakhrudin Razi- dalam kitab
tafsir Mafatihul-Gaib, beliau menafsirkan ulil amridisuatu tempat dengan ahlul
halli wal aqdi ( alim ulama, cerdik pandai, pemimpin-pemimpin yang ditaati oleh
rakyat), sedangkan dilain tempat beliau tafsirkan dengan ahli ijma( ahli-
ahli yang berhak memberi keputusan ). Kedua tafsiran tersebut maksudnya
adalah: wakil-wakil rakyat berhak memutuskan sesuatu, dan mereka itu wajib di
taati sesudah hukum Allah dan Rasul-Nya
Dari ayat-ayat ini jelaslah kiranya empat dasar pokok tersebut. Atas dasar-
dasar itulah pemerintah islam disusun dan dibangun di tempat manapun dan
dizaman bagaimana pun umat Islam berada. Dan dasar-dasar ini wajib menjadi
pokok pendirian Negara.
2.4 Kriteria Memilih Khilafah
Islam telah menetapkan syarat-syarat tertentu untuk jabatan Khalifah,
disamping sifat-sifat yang harus dimili oleh seorang pemimpin. Ini bisa
dimengerti karena kepemimpinan merupakan amanah yang sangat berat dan tidak
semua orang bisa memikulnya. Untuk itu, orang-orang yang hendak menduduki
jabatan pemerintahan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
syariat Islam.
Menurut Syekh Muhammad Al-Hasan Addud Asy-Syangqiti, paling tidak
ada sepuluh syarat atau kriteria yang harus terpenuhi oleh seorang Khalifah :
1. Muslim. Tidak sah jika ia kafir, munafik atau diragukan kebersihan
akidahnya.
2. Laki-Laki. Tidak sah jika ia perempuan karena Rasul Saw bersabda : Tidak
akan sukses suatu kaum jika mereka menjadikan wanita sebagai pemimpin.
3. Merdeka. Tidak sah jika ia budak, karena ia harus memimpin dirinya dan
orang lain. Sedangkan budak tidak bebas memimpin dirinya, apalagi
memimpin orang lain.
11
4. Dewasa. Tidak sah jika anak-anak, kerena anak-anak itu belum mampu
memahami dan memenej permasalahan.
5. Sampai ke derajat Mujtahid. Kerena orang yang bodoh atau berilmu karena
ikut-ikutan (taklid), tidak sah kepemimpinannya seperti yang dijelaskan
Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Abdul Bar bahwa telah ada ijmak
(konsensus) ulama bahwa tidak sah kepemimpinan tertinggi umat Islam jika
tidak sampai ke derajat Mujtahid tentang Islam.
6. Adil. Tidak sah jika ia zalim dan fasik, karena Allah menjelaskan kepada
Nabi Ibrahim bahwa janji kepemimpinan umat itu tidak (sah) bagi orang-
orang yang zalim.
7. Profesional (amanah dan kuat). Khilafah itu bukan tujuan, akan tetapi sarana
untuk mencapai tujuan-tujuan yang disyariatkan seperti menegakkan agama
Allah di atas muka bumi, menegakkan keadilan, menolong orang-orang
yang yang dizalimi, memakmurkan bumi, memerangi kaum kafir,
khususnya yang memerangi umat Islam dan berbagai tugas besar lainnya.
Orang yang tidak mampu dan tidak kuat mengemban amanah tersebut tidak
boleh diangkat menjadi Khalifah. Sebab itu, Imam Ibnu Badran,
rahimahullah, menjelaskan bahwa pemimpin-pemimpin Muslim di negeri-
negeri Islam yang menerapkan sistem kafir atau musyrik, tidaklah dianggap
sebagai pemimpin umat Islam karena mereka tidak mampu memerangi
musuh dan tidak pula mampu menegakkan syarait Islam dan bahkan tidak
mampu melindungi orang-orang yang dizalimi dan seterusnya, kendatipun
mereka secara formal memegang kendali kekuasaan seperti raja tau
presiden. Lalu Ibnu Badran menjelaskan : Mana mungkin orang-orang
seperti itu menjadi Khalifah, sedangkan mereka dalam tekanan Taghut
(Sistem Jahiliyah) dalam semua aspek kehidupan? Sedangkan para
pemimpin gerakan dakwah yang ada sekarang hanya sebatas pemimpin
kelompok-kelompok atau jamaah-jamaah umat Islam, tidak sebagai
pemimpin tertinggi umat Islam yang mengharuskan taat fil mansyat wal
makrah ( dalam situasi mudah dan situasi sulit), kendati digelari dengan
Khalifah.
12
8. Sehat penglihatan, pendengaran dan lidahnya dan tidak lemah fisiknya.
Orang yang cacat fisik atau lemah fisik tidak sah kepemimpinannya, karena
bagaimana mungkin orang seperti itu mampu menjalankan tugas besar untu
kemaslahatan agama dan umatnya? Untuk dirinya saja memerlukan bantuan
orang lain.
9. Pemberani. Orang-orang pengecut tidak sah jadi Khalifah. Bagaimana
mungkin orang pengecut itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap agama
Allah dan urusan Islam dan umat Islam? Ini yang dijelaskan Umar Ibnul
Khattab saat beliau berhaji : Dulu aku adalah pengembala onta bagi Khattab
(ayahnya) di Dhajnan. Jika aku lambat, aku dipukuli, ia berkata : Anda telah
menelantarkan (onta-onta) itu. Jika aku tergesa-gesa, ia pukul aku dan
berkata : Anda tidak menjaganya dengan baik. Sekarang aku telah bebas
merdeka di pagi dan di sore hari. Tidak ada lagi seorangpun yang aku takuti
selain Allah.
10. Dari suku Quraisy, yakni dari puak Fihir Bin Malik, Bin Nadhir, Bin
Kinanah, Bin Khuzaiah. Para ulama sepakat, syarat ini hanya berlaku jika
memenuhi syarat-sayarat sebelumhya. Jika tidak terpenuhi, maka siapapun
di antara umat ini yang memenuhi persayaratan, maka ia adalah yang paling
berhak menjadi Khalifah.
Syarat-syarat Khalifah dibagi menjadi dua:
a. Syarat iniqd (legalitas);
b. Syarat afdhaliyah (prioritas).
2.4.1 Syarat iniqad
Syarat iniqd adalah syarat legalitas bagi seseorang untuk menjadi khalifah.
Syarat ini wajib dipenuhi oleh siapa saja yang hendak diangkat menjadi seorang
khalifah. Syarat legalitas ini ada 7:
1. Muslim;
2. Laki-laki;
3. Balig;
13
4. Berakal;
5. Merdeka;
6. Adil;
7. Qudrah (mampu melaksanakan tugas-tugas Kekhalifahan).
Jika salah satu atau semua syarat di atas tidak dipenuhi maka seseorang
tidak absah (legal) untuk diangkat menjadi seorang khalifah.
2.4.2 Syarat afdhaliyah
Sedangkan syarat afdhaliyah (prioritas) adalah syarat-syarat utama yang
tidak wajib ada pada diri seorang khalifah. Jika syarat-syarat prioritas ini tidak
terpenuhi, namun syarat legalitasnya terpenuhi, maka orang tersebut tetap sah
diangkat menjadi seorang khalifah.
Di antara syarat-syarat prioritas adalah sebagai berikut:
1. mujtahid
2. politikus ulung dan pemberani
3. keturunan Quraisy
4. keturunan Ali r.a.
Syarat-syarat semacam ini tidak bersifat mengikat, hanya syarat keutamaan
belaka. Seandainya syarat ini tidak dipenuhi, ia tidak menggugurkan seseorang
untuk menduduki tampuk Kekhilafahan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Khilafah dalam terminologi politik Islam ialah sistem pemerintahan Islam
yang meneruskan sistem pemerintahan Rasul Saw. Dengan segala aspeknya yang
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw. Sedangkan Khalifah ialah
Pemimpin tertinggi umat Islam sedunia, atau disebut juga dengan Imam Azhom
yang sekaligus menjadi pemimpin Negara Islam sedunia atau lazim juga disebut
dengan Khalifatul Muslimin.
Menurut Syekh Muhammad Al-Hasan Addud Asy-Syangqiti, paling tidak
ada sepuluh syarat atau kriteria yang harus terpenuhi oleh seorang Khalifah :
1. Muslim.
2. Laki-Laki.
3. Merdeka.
4. Dewasa.
5. Sampai ke derajat Mujtahid.
6. Adil.
7. Profesional (amanah dan kuat).
8. Sehat penglihatan, pendengaran dan lidahnya dan tidak lemah fisiknya.
9. Pemberani.
10. Dari suku Quraisy
Secara umum, tugas Khalifah itu ialah :
1. Tamkin Dinillah (menegakkan agama Allah) yang telah diridhai-Nya
dengan menjadikannya sistem hidup dan perundangan-undangan dalam
semua aspek kehidupan.
2. Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan agama Islam
dari ancaman orang-orang kafir, baik yang berada dalam negeri Islam
maupun yang di luar negeri Islam.
15
3. Menegakkan sistem ibadah dan menjauhi sistem dan perbuatan syirik
(QS.Annur : 55).
4. Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Quran, termasuk Sunnah
Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri, keluarga dan orang-
orang terdekat sekalipun. (QS. Annisa : 135, Al-Maidah : 8 & 48, Shad : 22
& 26)
5. Berjihad di jalan Allah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khalidi, Mahmud Abdul Majid. 1980. Qawaid Nizham Al-Hukm fi Al-Islam.
Kuwait : Darul Buhuts Al-Ilmiyah.
Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Al-Munawwir. Cet. Ke-1. Yogyakarta :
PP. Al-Munawwir Krapyak.
http://watirachma.blogspot.com/2012/03/pengertian-khilafah-dan-khalifah.html
http://nurkholisalbantani.blogspot.com/2012/09/khilafiah.html
http://makalahs1.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqih-khilafah.html
Recommended