View
467
Download
86
Category
Preview:
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan bahan setengah cair atau gas
biasanya berdinding jaringan ikat dan berisi cairan kental atau semi likuid, dapat
berada dalam jaringan lunak ataupun keras seperti tulang. Rongga kista di dalam
rongga mulut selalu dibatasi oleh lapisan epitel dan dibagian luarnya dilapisi oleh
jaringan ikat dan pembuluh darah.1
Dapat terletak seluruhnya didalam jaringan lunak atau diantara tulang atau
juga iatas permukaan tulang. Kista yang terletak paa tulang rahang kemungkinan
epitelnya berasal dari epitel odontogenik, misalnya dari sisa lamina dental atau organ
enamel. Adanya prliferasi dan degenerasi kistik dari epitel odontogenik dapat
menimbulkan kista odontogenik.1
Kista Primordial atau Odontogenik keratokista diperkenalkan oleh Philipsen
dan sekarang dipergunakan secara luas. Keratokista digunakan unutk menjelaskan
setiap kista pada rahang dimana keratin terbentuk pada sebagian besar dindingnya.
Berasal dari primordial odontogenic epithelium dan memiliki lapisan berkeratin.2
Sekitar 60%, kista ini berasal dari pertumbuhan sisa – sisa dental lamina atau
sel – sel basal epitel rongga mulut atau 40% sisanya berasal dari pertumbuhan
reduced enamel dental follicle.3
Kista ini lebih sering tumbuh pada mandibula daripada maksila, terutama di
posterior mandibula dan cenderung terjadi pada laki – laki dibandingkan pada wanita.
Kista ini merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah rekuren. Prinstip
teorinya yaitu enukleasi, namun dikerenakan tingkat rekuren yang tinggi maka setiap
tindakan enukleasi harus disertai dengan tindakan kuretase.3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Istilah odontogenic keratocyst atau keratokista pertama kali diperkenalkan
oleh Philipsen. Istilah keratokista (kista primordial) dipergunakan untuk
menggambarkan setiap kista di rongga mulut dimana di dalamnya didapatkan jaringan
keratin dalam bentuk yang besar.3
Browne, Forssel, dan Sainio berpendapat lain, bahwa kista jenis dentigerous,
radikuler, dan residual masuk dalam kategori keratokista, akan tetapi dinyatakan
bahwa walaupun dapat terjadi keratinisasi yang metaplastik pada dinding suatu kista
radikuler atau residual, dinding kista tersebut sebenarnya tetap berbeda dengan
dinding epithelium suatu keratokista sejati.3
B. Etiologi
Kista ini merupakan kista odontogenik non inflamasi yang muncul dari dental
lamina. Tidak seperti kista lainnya yang diperkirakan tumbuh oleh karena tekanan
osmotik, kista ini tumbuh karena memiliki potensi pertumbuhan bawaan, seperti pada
tumor jinak.4
C. Epidemiologi
Kista Primordial pada umumnya ditemukan lebih sering pada pria
dibandingkan wanita. Regio yang sering terkena yaitu mandibula dimana dalam
penelitian disebutkan bahwa 75% kista ini terjadi pada mandibula.2
Pada umumnya kista ini dapat ditemukan pada pasien dalam rentan usia dari
masa kanak – kanak sampai orang tua, tetapi dari semua kasus yang didiagnosis
dimasyarakat, sekitar 60% ditemukan pada pasien antara 10-40 tahun. Kista ini paling
sering dijumpai didaerah molar tiga bawah atau lebih ke belakang pada tepi anterior
ramus asenden mandibula.1
Selain itu,juga sering tumbuh di sekitar gigi yang tidak erupsi. Kista ini dapat
tumbuh dengan ukuran besar dan mengakibatkan destruksi pada tulang rahang dan
mempunyai kecenderungan rekuren yang tinggi, sekitar 30%-60%, hampir sama
dengan ameloblastoma.3
D. Patogenesis
Kista keratosis odontogenik dapat terjadi selama proses pembentukan gigi
belum sempurna, yaitu pada akhir tahap bell stage. Kista keratosis odontogenik dapat
berasal dari proliferasi sel basal dari epitel mulut. Terdapat akumulasi pulau-pulau
epitel di dalam mukosa superfisial kista odontogenik yang telah dieksisi, terutama
pada ramus asenden. Kadang-kadang pulau epitel itu terlihat sebagai lapisan basal
epitel mukosa mulut dan kista keratosis odontogenik melekat ke mukosa mulut
melalui fenetrasi tulang. Fenomena ini terutama mencolok pada kista keratosis
odontogenik yang diangkat dari pasien dengan sindrom karsinoma sel basal nevoid.4
Dari hasil penelitian, juga terlihat bahwa ada dua sumber epitel tempat asal
kista keratosis odontogenik, yaitu pertama lamina dentis pada rahang atas maupun
rahang bahaw atau sisa-sisanya sebelum pembentukan gigi sempurna dan kedua
adalah proliferasi sel basal dari epitel mukosa mulut menutupinya. Pada kasus yang
jarang, kista keratosis odontogenik dapat berasal dar sisa-sisa lamina dentis pada gusi
dan memberi gambaran menyerupai kista gingiva pada orang dewasa.4
E. Gambaran Klinis
Kista yang kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan pada gambaran
radiografi saja, tidak tampak secara klinis. Pada kista primordial (odontogenic
keratocyct) yang besar mungkin dapat menyebabkan pembengkakan, dan drainase
pada daerah kista.5
Pasien akan mengeluh akan adanya rasa sakit, pembengkakan atau adanya
cairan. Kadangkala mereka juga mengeluhkan paraestesia pada bibir bawah atau gigi
– geligi. Beberapa diantara pasien tersebut tidak menyadari adanya lesi sampai lesi
tersebut berkembang menjadi fraktur patologis. Pada beberapa keadaan, pasien juga
benar – benar bebas dari gejala – gejala sampai akhirnya kista tersebut mencapai
ukuran yang besar, melibatkan sinus maksilari, dan seluruh ramus asendens, termasuk
kondil dan prosesus koronoid.2
Walaupun kista ini bervariasi ukurannya, Forssell menunjukkan bahwa hampir
setengah dari kasus mempunyai diameter sekitar 40 mm atau lebih, biasanya dijumpai
pada kista yang terletak di ramus asendens dan sudut mandibula, juga didaerah molar
tiga bawah atau lebih ke belakang pada tepi anterior ramus asenden mandibula. 2
Apabila terjadi pada ramus, bisa menyebabkan ketidaknyamanan pergerakan
sendi TMJ. Pada saat kista membesar, dapat menyebabkan malposisi gigi, ekspansi
tulang rahang dan resorpsi akar gigi serta pada kasus yang cukup ekstrem dapat juga
terjadi resorpsi tulang rahang.3
F. Gambaran Histopatologi
Secara mikroskopik, kista ini menunjukkan gambaran yang khas, yaitu : 1,2
a. Bentuk lapisan epitel squamosa yang mengalami parakeratinisasi dan mempunyai
ketebalan antara 6 sampai 10 lapis sel.
b. Lapisan sel basal yang terdiri dari sel – sel berbentuk kolumnar atau kuboid yang
tersusun secara palisade.
c. Pembesaran mikroskopik yang menunjukkan lumen yang dilapisi oleh lapisan sel
yang mengalami keratinisasi.
d. Lumen yang berisi sejumlah disquamated parakeratin..
e. Degenerasi stelat retikulum menghasilkan ruang kista yang dibatasi lapisan
epitelium enamel dalam dan luar yang berubah menjadi epitel gepeng berlapis.
f. Gambaran lain yng mungkin dapat ditemukan adalah adanya sisa-sisa dental
lamina (odontogenic rest), terbentuknya mikro kista, kista-kista satellite di dinding
kapsul kista
Gambaran Keratoskista dengan squamous stratified epithelium parakeratinin.
Kista
keratosis odontogen tipe parakeratin tersusun oleh sel-sel basal yang berjejer
seperti pagar (palisade) dan ini yang hyperkeratosis
Kista keratosis odontogenik tipe ortokeratin, tidak ditemukan gambaran palisade sel
G. Gambaran Radiografi
Kista keratosis odontogenik memberikan gambaran radiologis berbatas jelas
yang merupakan gambaran tepi yang mengalami dekortikasi yang membatasi
gambaran radiolusen yang dapat berbentuk lesi soliter dengan tepi yang halus atau
scallop atau multiokuler, polikista. Pada kasus kista yang mengalami proses radang
batas jelas hilang. Gambaran radiologi suatu kista primordial dapat dibingungkan
dengan gambaran radiologis dari kista dentigerous, kista periodontal lateralis, kista
residual, dan kista fisural.3
Gambar Radiografi dar kista keratosis odontogenik dengan tipe scalloped
Kista keratosis odontogenik yang berkembang di lokasi molar tiga bawah
Kista keratosis odontogenik menutupi mahkota premolar yang belum erupsi
Kista keratosis odontogenik
yang besar tampak
berhubungan dengan
mahkota gigi molar bawah
yang impaksi
Kista keratosis yang besar
dan multiple yang melinatkan
posterior mandibula dan
ramus asenden
H. Perawatan
Kista keratosis odontogenik merupakan jenis kista yang paling agresif dan
mudah rekuren. Prinsip terapi kista keratosis odontogenik adalah enukleasi. Pada
kasus kista keratosis odontogenik yang berasal dari kista dentigerous dapat dilakukan
marsupialisasi, diharapkan dengan terapi marsupialisasi gigi yang tertanam akan
mempunyai kesempatan untuk erupsi pada lengkung rahang. Pada kasus kista
keratosis odontogenik yang memerlukan tindakan reseksi rahang dilakukan apabila: 3
1. Bila didapatkan kembali lesi multiple setelah perawatan kuretase dan enukleasi
2. Bila pada lesi sedemikian besar dan pada tindakan kuretase dan enukleasi akan
menyisakan sedikit tulang di bagian marginal dan akan menyebabkan hilanganya
kontinuitas rahang, maka diperlukan tindakan reseksi.
Dikarenakan tingkat rekuren tinggi, maka setiap tinakan enukleasi harus selalu
disertai dengan kuretase. Lesi ini mempunyai karakteristik yang mewakili baik untuk
suatu kista maupun tumor jinak, Pada kasus kista keratosis odontogenik yang telah
meluas, di mana telah terjadi perforasi pada tepi atau margin mandibula, maka
perawatnnya adalah melakukan reseksi. Kista keratosis odontogenik mempunyai
kecenderungan untuk kambuh tinggi, sehingga pemeriksaan ulang dengan interval-
interval tertentu. Pemeriksaan umumnya dilakukan pada kurun 5 tahun pertama
setelah operasi dan diikuti dengan pemeriksaan 10 tahun kemudian. Kista keratosis
odontogenik mempunyai kecenderungan kambuh yang tinggi, kecuali jenis
orthokeratinized mempunyai predileksi kambuh kurang dari 5%.3
BAB III
KESIMPULAN
Kista keratosis odontogenik atau kista primordial merupakan kista
odontogenik non inflamasi yang muncul dari dental lamina. Kista keratosis
odontogenik dapat terjadi selama proses pembentukan gigi belum sempurna, yaitu
pada akhir tahap bell stage. Kista ini paling sering dijumpai didaerah molar tiga
bawah atau lebih ke belakang pada tepi anterior ramus asenden mandibula. Kista yang
kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan pada gambaran radiografi saja,
tidak tampak secara klinis. Pada kista yang besar mungkin dapat menyebabkan
pembengkakan, dan drainase pada daerah kista.
Kista keratosis odontogenik memberikan gambaran radiologis berbatas jelas
yang merupakan gambaran tepi yang mengalami dekortikasi yang membatasi
gambaran radiolusen yang dapat berbentuk lesi soliter dengan tepi yang halus atau
scallop atau multiokuler, polikista.
Kista keratosis odontogenik merupakan jenis kista yang paling agresif dan
mudah rekuren. Prinsip terapi kista keratosis odontogenik adalah enukleasi. Kista
keratosis odontogenik mempunyai kecenderungan untuk kambuh tinggi, sehingga
pemeriksaan ulang dengan interval-interval tertentu. Pemeriksaan umumnya
dilakukan pada kurun 5 tahun pertama setelah operasi dan diikuti dengan pemeriksaan
10 tahun kemudian.
REFERENSI
1. Sudiono, J; Kurniadhi, B; Hendrawan A & Djimantoro B. Ilmu Patologi.
EGC. Jakarta. Indonesia. 2003: 174-5
2. Danudiningrat, Coen Pramono. Kista Odontogen dan Nonodontogen.
Airlangga University Press. Surabaya. Indonesia. 2006 : 14-24,32-34
3. Shear, Mervyn; alih bahasa, Cornella Hutauruk. Kista Rongga Mulut. EGC.
Jakarta. Indonesia. 2012
4. Sudiono, Janti. Kista Odontogenik Pertumbuhan, Perkembangan,&
komplikasi. EGC. Jakarta. Indonesia. 2011: 41- 42
5. Neville BW, Damm DD, Allen CM & Bouquot JE. Oral&Maxillofacial
pathology. 2nd Ed. An Imprint of Elseiver: Saunders. 2007: 594-7
Recommended