View
115
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Politeknik Negeri Medan
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
yang kiranya patut penulis ucapkan, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini saya menjelaskan mengenai
limbah cair. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam matakuliah Teknik
Pengolahan Kelapa Sawit.
Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang saya miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah
membantu saya dengan menyediakan dokumen atau sumber informasi, memberikan
masukan pemikiran. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran. Demi
perbaikan dan kesempurnaan Makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pada khusunya dan pembaca pada umumnya.
Medan, 01 April 2014
Penulis,
Ilham Ahmadi Siregar
NIM : 1105011043
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................ 2
BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………….… 3
BAB II. Pembahasan ............................................................................................ 4
A. Pengertian Limbah Cair ............................................…………………… 4
B. Storm Water dan Sanita …….……………………………………… 5
C. Kontaminan dalam Limbah Cair Domestik ...……………..………… 5
D. Sifat-Sifat Limbah Cair Industri ……...……………..….…………… 6
1. Karakteristik Fisik ……….………………………………………. 6
2. Karakteristik Kimia ……..………………………………………… 8
3. Karakteristik Biologi ……..…………………………………........... 8
E. Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment) …………………… 8
I. Pengolahan Berdasarkan Tingkat Perlaku ……….………..………. 9
II. Pengolahan Berdasarkan Karakteristik …………………………. 14
BAB III. Penutup ………………………………………………………… 16
A. Kesimpulan …………………………………………………………... 16
B. Saran ………………………………………………………………… 16
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Adapun sampah (waste)
adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik yang berasal dari
rumah maupun sisa-sisa proses industri.
Secara umum limbah dapat dibagi menjadi :
1. Human excreta (feses dan urine)
2. Sewage (air limbah)
3. Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri).
3
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Limbah Cair
Limbah cair atau air buangan merupakan sisa air dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mangganggu lingkungan hidup.. Karakteristik limbah cair bervariasi dipengaruhi oleh lokasi,
jumlah penduduk, industri, tataguna lahan, muka air tanah dan tingkat pemisahan antara
storm water dan sanitary water. Limbah cair dibagi kedalam 3 kategori : domestic wastewater
(Limbah cair domestik) meliputi: limah cair dari dapur, kamar mandi, laundry dan
sejenisnya ; sanitary wastewater meliputi: domestic wastewater, komersial, kantor, dan
fasilitas sejenisnya ; dan industrial wastewater berasal dari industri (sangat bervariasi sesuai
dengan jenis industrinya). Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari
bahan baku yg di gunakan, pemakaian air dalam proses, dan bahan aditif yang digunakan
selama proses produksi.
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting, yaitu : Tinja (faeces),
berpotensi mengandung mikroba pathogen, air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen
(N) dan Fosfor, serta kemungkinan kecil mikro-organisme dan grey water yang merupakan
air bekas cucian dapur, mesin cucidan kamar mandi. Grey water sering juga disebut dengan
istilah sullage. Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran
excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba pathogen banyak
terdapat pada excreta. Untuk industrial wastewater, zat-zat yang terkandung di dalamnya
sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara
lain: nitrogen, sulfide, amoniak, lemak garam-garam zat pewarna, mineral, logam berat, zat
pelarut dan sebagainya.
Sampai awal 1900-an limbah cair dari kota (municipal wastewater) yang berasal dari
pemukiman, komersial, industri dan urban runoff tidak diolah terlebih dahulu, sehingga
masuk langsung ke perairan termasuk laut. Baru akhir 1940an sampai sekarang, banyak kota
di dunia membangun sistem sewer (selokan) terutama untuk mencegah meledaknya berbagai
penyakit. Sewer merupakan suatu alat atau saluran yang berguna untuk mengalirkan limbah
domestik dan industri serta air hujan (storm water) ke wastewater treatment plant (WWTP)
dan perairan. Tapi pada saat sekarang limbah industri harus diolah terpisah.
4
Rata-rata volume limbah domestik per kapita adalah 400 L/kapita/hari. Tidak semua
komponen wastewater (limbah cair) adalah polutan (bahan pencemar), pencemaran dikatakan
terjadi bila bahan terlarut maupun tersuspensi menyebabkan bahaya bagi manusia dan
lingkungan.
B. Storm Water dan Sanitary Water
Storm water merupakan air yang mengalir setelah terjadi hujan. Air ini meliputi air
yang turun dari atap rumah, jalan raya dan daerah parkir. Storm water umumnya ditampung
melalui storm sewer selanjutnya dibuang ke perairan sungai, danau atau laut tanpa diolah
terlebih dahulu di WWTP. Selain menampung storm water, storm sewer juga menampung
urban runoff yaitu semua air yang mengalir di jalan raya.
Sedangkan sanitary water merupakan air yang berasal dari toilet (kamar mandi dan
WC), tempat cuci baju (laundry) dan cuci piring. Sanitary water ditampung melalui sanitary
sewer selanjutnya diolah ke WWTP sebelum dibuang ke perairan sebab mengandung bahan-
bahan yang membahayakan kesehatan manusia. Berbeda dengan storm water, sanitary water
dialirkan dulu ke tempat pengolahan, sedangkan storm water langsung dialirkan ke sungai,
danau, atau laut sebab sedikit mengandung kontaminan-kontaminan yang berbahaya bagi
mahluk hidup.
Combined sewer system merupakan sistem saluran air yang menggabungkan air yang
berasal dari storm water dan sanitary water pada satu saluran pipa. Saluran untuk sanitary
water dibuat lebih rendah sehingga air yang berasal dari sanitary water tidak ikut keluar
melalui saluran storm water. Selain itu, kontaminan-kontaminan sanitary water seperti tinja
mempunya massa yang lebih berat dari air sehingga akan jatuh atau mengalir ke saluran
pengolahan limbah atau WWTP sedangkan untuk storm water akan mengalir melalui saluran
yang mengarah ke perairan seperti sungai atau danau. Combined sewer system cocok untuk
daerah yang mempunyai musim kering lebih lama dari musim hujan. Sebab pada musim
hujan air yang berasal dari sanitary water cenderung bercampur dengan storm water
disebabkan volum air yang besar sehingga akan ikut teralirkan melalui saluran pembuangan
storm water kedalam perairan.
C. Kontaminan dalam Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik mengandung kontaminan-kontaminan penting yang berbahaya
bagi bagi lingkungan laut, diantaranya suspended solid (padatan tersuspensi), bahan organik
biodegradable, pathogen, nutrient, bahan persisten organik, dan logam berat. suspended solid
5
menyebabkan penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan berkurang, menutup habitat
organisme bentik, merusak organ insang dan filter feeding, bahan organik biodegradable
dapat menyebabkan penurunkan oksigen terlarut, pathogen dapat tercerna manusia karena
mengkonsumsi hasil laut yang terkontaminasi, nutrient menyebabkan meledaknya populasi
alga dan eutrofikasi, bahan persisten organik dan logam berat menyebabkan terjadinya
bioakumulasi pestisida, PCBs, dan bioakumulasi logam berat yang berbahaya bagi manusia
sebagai konsumen tertinggi sebab konsentrasi kontaminan tertinggi hasil biokumulasi akan
terjadi didalam tubuh manusia.
Dalam limbah cair yang belum diolah juga terdapat kontaminan-kontaminan khas
yang terbagi kedalam padatan (padatan total, total terlarut, total tersuspensi, total volatile,
BOD5, COD, alkalinitas, minyak dan lemak), nitrogen (total, organik, ammonia, nitrit, nitrat),
dan fosfor (total, organik, anorganik). Limbah cair memiliki pH antara 6,5 sampai 7,5 dan
indikator pathogen yang terkandung didalamnya adalah koliform yang terdapat sebanyak 108-
109 per 100 ml air limbah. Pada air minum diharuskan lebih kecil dari 1/100 ml air. Untuk
bahan organik yang terkandung dalam limbah cair adalah karbohidrat, protein, lemak, urea
(urine), surfactant, phenol, dan pestisida. Untuk logam berat adalah Hg, Pb, Cd, dll. Pathogen
yang terkandung biasanya pathogen yang menyebabkan penyakit typhoid, paratyphoid,
dysentery, diarrhea, dan cholera.
D. Sifat-Sifat Limbah Cair Industri
Berdasarkan persenyawaan yang ditemukan dalam air buangan industri, sifat
limbah cair tersebut dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik fisika, kimia dan
karakteristik biologinya. Pengamatan mengenai karakteristik ini penting untuk
menetapkan jenis parameter pencemar yang terdapat di dalamnya. Sifat kimia dan
masing-masing parameter dapat menunjukkan akibat yang akan ditimbulkan terhadap
lingkungan.
Berikut karakteristik yang dimilki limbah cair industri :
1. Karakteristik Fisik
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam limbah cair industri, antara lain :
a. Padatan
6
Berasal dari bahan organik maupun anorganik, baik yang larut, mengendap
maupun yang berbentuk suspensi. Pengendapan di bagian dasar air akan
mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada badan dasar penerima, selain
menyebabkan tumbuhnya tanaman air tertentu, seperti enceng gondok, juga
berbahaya bagi makhluk hidup lain dalam air. Banyaknya padatan menunjukkan
banyaknya lumpur yang terkandung dalam air limbah.
b. Kekeruhan
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya
ke dalam air. Kekeruhan akan membatasi pencahayaan ke dalam air. Sifat ini terjadi
karena adanya bahan yang terapung maupun yang teruarai seperti bahan organik,
jasad renik, lumpur, tanah liat, dan benda lain yang melayang maupun terapung. Nilai
kekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO2 dalam satuan mg/l. Semakin keruh
air, semakin tinggi daya hantar listrik dan makin tinggi pula kepadatannya.
c. Bau
Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat
organik untuk menghasilkan gas tertentu. Bau juga timbul karena reaksi kimia yang
menimbulkan gas. Kuat lemahnya bau yang ditimbulkan bergantung pada jenis dan
banyaknya gas yang dihasilkan.
d. Temperatur
Temperatur air limbah akan memengaruhi badan penerima apabila terdapat
perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur juga dapat memengaruhi badan
penerima apabila terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur juga dapat
memengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu
memperlihatkan aktivitas kimia dan biologi pada benda padat dan gas dalam air. Pada
suhu yang tinggi terjadi pembusukan dan penambahan tingkatan oksidasi zat organik.
e. Daya hantar listrik
Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik,
yang tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran.
Konduktivitas limbah cair dalam mengalirkan arus listrik bergantung pada mobilitas
7
ion dan kadar yang terlarut di dalam limbah tersebut (senyawa organik > konduktor
senyawa organik).
f. Warna
Warna timbul akibat terdapatnya suatu bahan terlarut atau suatu suspensi dalam
air, sehingga bahan pewarna tertentu yang mengandung logam berat.
2. Karakteristik Kimia
Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifat baik air baik dalam
tingkat keracunan maupun bahaya yang ditimbulkannya. Secara umum sifat air dipengaruhi
oleh bahan kimia organik dan anorganik.
a. Bahan kimia organik
Karbohidrat dan protein
Minyak dan lemak
Pestisida
Fenol
Zat warna dan surfaktan
b. Bahan kimia anorganik
Klorida
Fosfor
Logam berat dan beracun
Nitrogen
Sulfur
3. Karakteristik Biologi
Virus
E. Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment)
Pengolahan air limbah bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat, mencegah
kondisi kurang baik pada badan air penerima, dan agar badan air penerima tetap layak
digunakan kembali untuk pertanian dan industry. Untuk mengatur hasil pengolahan air
limbah maka perlu dibuat kriteria kualitas air untuk semua badan air penerima, sehingga
tingkat pengolahan air limbah dapat menyesuaikan kualitas badan air penerima.
8
Pengolahan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengolahan menurut
tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya.
I. Pengolahan Berdasarkan Tingkat Perlakuan
Menurut tingkatan prosesnya, pengolahan limbah dapat digolongkan menjadi 5
tingkatan. Namun, tidak berarti bahwa semua tingkatan harus dilalui karena pilihan tingkatan
proses tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil pemeriksaan
laboratorium. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter dalam limbah, dapat ditetapkan jenis
peralatan yang dibutuhkan.
Berikut beberapa tahap pengolahan air limbah.
1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika.
A. Penyaringa (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji
saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang efisien
dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
B. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif
besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki
sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
C. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak
pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling
banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan,
9
limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat
mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang
kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain
metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).
D. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan
gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara
tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah
sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui
proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer
tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga
mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen
penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu
disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Bertujuan untuk menurunkan BOD dan Suspended Solid melalui biological treatment.
Cairan yang bersal dari primary treatment dialirkan ke bak biological treatment kemudian
dialirkan ke tangki pengendapan terakhir (final sedimentation tank). Dari total volume
endapan lumpur aktif (activated sludge) yang dihasilkan, 25%-nya akan digunakan kembali
sehingga dimasukkan lagi kedalam tangki aerasi, sedangkan yang 75%- nya akan dibuang ke
laut, ditimbun di rawa-rawa, atau dijadikan pupuk. Peralatan pengolahan yang umum
digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, stabilization pond, dan
menggunakan attached biological growth.
Untuk stabilization pond terdiri dari 3 tipe yaitu, anaerobic stabilization pond,
facultative stabilization pond, dan aerobik maturation stabilization pond. Pada anaerobic
stabilization pond, pengolahan limbah dilakukan dalam kondisi anaerob atau tanpa oksigen,
sedangkan pada facultative dan aerobic maturation stabilization pond pengolahan limbah
dilakukan dengan penambahan oksigen melalui kontak dengan permukaan air. Activated
sludge atau lumpur aktif merupakan proses dimana campuran limbah dengan mikroorganisme
dilakukan aerasi dan pengadukan menyebabkan teroksidasinya bahan organik terlarut.
Air yang tertinggal cukup jernih sehingga dapat langsung disalurkan ke badan-badan
air setelah mengalami proses desinfeksi. Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh
10
kebanyakan kebanyakan organisme patogen pada benda atau instrumen dengan menggunakan
campuran zat kimia cair. Terdapat 3 tingkat desinfeksi yaitu desinfeksi tingkat tinggi yaitu
membunuh semua organisme dengan perkecualian spora bakteri, desinfeksi tingkat sedang
yakni membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri dan desinfeksi tingkat
rendah yaitu membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa jamur tetapi tidak
dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan spora bakteri.
Desinfeksi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu klorinasi dan menggunakan ozon.
Klorinasi biasanya menggunakan gas khlor, sodium and calcium hypochlorite (NaOCl dan
CaOCl)). Kelebihan dari klorinasi adalah waktu pembnuhan pathogen yang sangat cepat yaitu
sekitar 15-30 menit dan juga meninggalkan residu toxic chlorine yang dapat membunuh
pathogen secara komplet, sedangkan kekurangannya adalah dibutuhkan dechlorination
effluent, dan dapat membentuk trihalomethane yang bersifat karsinogenik. Sedangkan untuk
ozone merupakan agent oksidasi yang sangat kuat, lebih baik dari chlorine, tetapi sangat
mahal dan tidak meninggalkan residu karena cepat terdekomposisi menjadi oksigen.
Klorinasi dapat berdampak buruk bagi lingkungan laut karena dapat bereaksi
membentuk chlorinated organic compounds yang sama bahayanya dengan DDT dan PCB.
Selain itu juga chlorine bereaksi dengan bromida membentuk HOBr acid dan OBr ion yang
merupakan biosida yang sangat kuat. Dengan ammonium ion (NH4-) chlorine bereaksi
membentuk NH2Cl yang sangat beracun.
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat
beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan
membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah
satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor
finansial.
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu
dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode
penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan
metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .
a. Metode Trickling Filter
11
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik
melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau
plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke
permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses
perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri
aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu
wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk
memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang
terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan
dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan
b. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah
tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses
degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan
pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja
bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan
untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri
disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah
melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
dperlukan.
c. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang
murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan
berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri
aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini,
terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan
mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar
kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih
terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
12
masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan
kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat
anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).
Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode
pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia,
precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi
dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal
ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung
tinggi sehingga tidak ekonomis.
4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara
kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam
menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
• Daya racun zat
• Waktu kontak yang diperlukan
• Efektivitas zat
• Kadar dosis yang digunakan
• Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
• Tahan terhadap air
• Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke
lingkungan.
5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara
langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah
13
biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian
disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
II. Pengolahan Berdasarkan Karakteristik
Proses pengolahan berdasarkan karakteristik air limbah dapat dilakukan secara :
a. Proses fisik, dapat dilakukan melalui :
Pengahancuran
Perataan air (mis. Mengubah sistem saluran dan membuat kolam)
Penggumpalan (mis. Menggunakan aluminium sulfat dan terrosulfat)
Sedimentasi
Pengapungan
Filtrasi
b. Proses kimia, dapat dilakukan melalui :
Pengendapan dengan bahan kimia
Pengolahan dengan lagoon atau kolam
Netralisasi
Penggumpalan atau koagulasi
Sedimentasi (misalnya dengan discrete setting, floculant setting, dan zone
setting)
Oksidasi dan reduksi
Klorinasi
Penghilangan klor (biasanya menggunakan karbon aktif atau natrium
sulfat)
Pembuangan fenol
14
Pembuangan sulfur
c. Proses biologi, dapat dilakukan dengan :
Kolam oksidasi
Lumpur aktif (mixed liquid suspended solid, MLSS)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Adapun sampah (waste)
adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik yang berasal dari
rumah maupun sisa-sisa proses industri.
Secara umum limbah dapat dibagi menjadi :
1) Human excreta (feses dan urine)
2) Sewage (air limbah)
3) Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri).
Dimana di setiap jenis limbah memiliki cara pengolahan yang berbeda-beda.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. EGC :
Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/92082712/Pengertian-Limbah-Cair
http://www.scribd.com/doc/89044641/Makalah-Limbah-Cair
17
Recommended