View
892
Download
29
Category
Preview:
DESCRIPTION
Retensi urin adalah frekuensi pengeluaran urin lebih dari biasanya atau sedikit tapi sering
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kegawatdaruratan urologi merupakan kegawatan di bidang urologi yang bisa
disebabkan oleh karena trauma maupun bukan trauma. Pada trauma urogenitalia,
biasanya dokter cepat memberikan pertolongan dan jika fasilitas yang tersedia
tidak memadai, biasanya langsung merujuk ke tempat yang lebih lengkap.
Berbeda halnya dengan kedaruratan urogenitalia non trauma, yang sering kali
tidak terdiagnosis dengan benar, menyebabkan kesalahan penanganan maupun
keterlambatan dalam melakukan rujukan ke tempat yang lebih lengkap, sehingga
menyebabkan terjadinya kerusakan organ dan bahkan ancaman terhadap jiwa
pasien.
Beberapa kedaruratan urologi non trauma tersebut diantaranya adalah:
1. Urosepsis
2. Sumbatan aliran urine akut (Retensi urine, anuria, kolik)
3. Hematuria
4. Strangulasi (torsio testis, priapismus, parafimosis).
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang anatomi fisiologi perkemihan
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gawat darurat pada
retensi urin
3. Untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah keperawatan
gawat darurat (retensi urin)
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Retensi urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang terkumpul didalam buli-buli sehingga kapasitas maksimal dari buli-buli terlampaui. Adapun kapasitas maksimal pada dewasa adalah 400-500 cc, sedangkan anak-anak : (umur + 2) x 30 ml.4,8
2.2 ETIOLOGI
A. Kelemahan detrusor
Cedera/gangguan pada medula spinalis atau kerusakan saraf perifer (misalnya diabetes melitus), detrusor yang mengalami peregangan/dilatasi yang berlebihan untuk waktu yang lama.
B. Gangguan koordinasi detrusor-sfingter (dis-sinergi) :
Cedera/gangguan sumsum tulang belakang di daerah cauda equina.
C. Hambatan/obstruksi uretra : kelainan kelenjar prostat (BPH, Ca), striktura uretra, batu uretra, kerusakan uretra (trauma), fimosis, parafimosis, gumpalan darah di dalam buli-buli (clot retention) dll.
Akibat retensi urin tersebut akan menyebabkan:
Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga tekanan didalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat.Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat didalam lumen akan menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis dan lambat laun terjadi gagal ginjal.Bila tekanan didalam buli-buli meningkat dan melebihi besarnya hambatan didaerah uretra, urin akan memancar berulang-ulang (dalam jumlah sedikit) tanpa bisa ditahan oleh penderita, sementara itu buli-buli tetap penuh dengan
urin. Keadaan ini disebut inkontinensia paradoksa atau “overflow incontinence”Tegangan dari dinding buli-buli terus meningkat sampai tercapai batas toleransi dan setelah batas ini dilewati, otot buli-buli akan mengalami dilatasi sehingga kapasitas buli-buli melebihi kapasitas maksimumnya, dengan akibat kekuatan kontraksi otot buli-buli akan menyusut.Retensi urine merupakan predileksi untuk terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila ini terjadi, dapat menimbulkan keadaan gawat darurat yang serius seperti pielonefritis, urosepsis, khususnya pada penderita usia lanjut.
2.3 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Bagian-bagian system perkemihan
a. Ginjal
kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis iii melekat
langsung pada dinding abdomen
fungsi ginjal
- mengeluarkan zat toksik/ racun
- keseimbangan cairan
- keseimbangan asam basa
- mengeluarkan sisa metabolisme
(ureum, kreatin dll)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang , di bawah hati
dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang
peritoneum yang melapisi rongga abdomen . Kedua ginjal terletak di sekitar
vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal
kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan
duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal
dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan
fibrus berwarna ungu tua
lapisan ginjal terbagi atas :
- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
- lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla
ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan
saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang
disebut kapsula.
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih
dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat
aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-
pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding
epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena
adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang
dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring
akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav
Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien
osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang
melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa,
asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam
filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui
osmosis.
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul
yang terdiri dari:
tubulus penghubung
tubulus kolektivus kortikal
tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut
aparatus juxtaglomerular , mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular .
Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin
Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk
membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
Nefron membersihkan zat dengan cara :
seperlima plasma disaring melalui membran glomerulus &
cairan yang terbentu masuk ke tubulus ginjal (filtrasi)
dalam tubulus, zat yang masih bermanfaat akan diabsorbsi
kembali seperti air dan elektrolit, dan zat yang tidak
diperlukan tidak direabsorbsi dan dikeluarkan bersama urine
(reabsorbsi)
mekanisme lain melalui proses sekresi yaitu zat yang berasal
dari plasma disekresikan melalui epitel tubulus kedalam
lumen tubulus (sekresi)
Fungsi lain ginjal adalah mengeluarkan hormon eritropoetik
(penghaturan pembentukan sel darah merah) dan hormone
renin (pengaturan tekanan darah dan keseimbangan ion na
dalam plasma darah)
b. Ureter
Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
- lapisan luar (jaringan ikat/ fibrosa)
- lapisan tengah (otot polos)
Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang mendorong urine melalui ureter.
c. Vesika urinaria
Sebuah kantung dengan otot yang mulus dan berfungsi sebagai
penampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya karena
kandung kemih dapat mengembang dan mengempis
Proses miksi:
distensi kandung kemih (± 250 cc) ® reflek kontraksi
dinding kandung kemih ® relaksasi spinkter internus ®
relaksasi spinkter eksternus ® pengosongan kandung
kemih
kontraksi kandung kemih dan relaksasai spinkter
dihantarakan melalui serabut saraf simpatis
persarafan vesika urinaria diatur torakolumbal &
kranial dari sistem saraf otonom
d. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih
Berfungsi menyalurkan air kemih keluar
dalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan
kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi
sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau
ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam
sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani .
Uretra pada wanita
Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di
antara klitoris dan pembukaan vagina.
Pria memiliki uretra yang lebih panjang dari wanita. Artinya, wanita
lebih berisiko terkena infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi
saluran kemih.
Uretra pada pria
Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis.
Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan
letaknya:
Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil, dimana
terletak muara vas deferens.
Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar
bulbouretralis.
Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus
spongiosum penis.
Fungsi homeostasis ginjal
Ginjal mengatur ph, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam
darah.
Ginjal mempertahankan ph plasma darah pada kisaran 7,4 melalui
pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang
dihasilkan dapat bersifat asam pada ph 5 atau alkalis pada ph 8.
Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis
yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion
natrium pada tubulus konvulasi.
2.4 Gambaran klinis
Pasien mengeluh tertahan kencing atau kencing keluar sedikit-sedikit. Keadaan ini harus dibedakan dengan inkontinensia paradoksa, yaitu keluarnya urin secara menetes, tanpa disadari dan tidak mampu ditahan oleh pasien. Selain itu, tampak benjolan kistus pada perut bagian bawah disertai dengan rasa nyeri yang hebat.Pemeriksaan pada genitalia eksterna mungkin teraba batu di uretra anterior, terlihat batu di meatus uretra eksternum, teraba spongiofibrosis di sepanjang uretra anterior, terlihat fistel atau abses di uretra, fimosis/parafimosis, atau terlihat darah keluar dari uretra akibat cedera uretra. Pemeriksaan colok dubur setelah buli-buli dikososngkan ditujukan untuk mencari adanya hiperplasia prostat/karsinoma prostat, dan pemeriksaan refleks bulbokavernosus untuk mendeteksi adanya buli-buli neurogenik.Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan bayangan buli-buli penuh, mungkin terlihat bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli. Pada pemeriksaan uretrografi tampak adanya striktur uretra.
2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS
Urin yang tertahan lama dalam buli-buli secepatnya harus dikeluarkan karena jika dibiarkan akan menimbulkan beberapa masalah yaitu, infeksi saluran kemih, kontraksi otot buli-buli menjadi lemah, dan timbul hidroureter dan hidronefrosis yang selanjutnya dapat menimbulkan gagal ginjal. Urin dapat dikeluarkan dengan cara kateterisasi, sistotomi, atau pungsi suprapubik. Tindakan penyakit primer penyebab retensi urin dikerjakan setelah keadaan pasien stabil.
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
3.1 Pengkajian
Kaji kapan klien terakhir kali buang air kecil dan berapa
banyak urin yang keluar.
Kaji adanya nyeri.
Perkusi pada area supra pubik, apakah menghasilkan bunyi
pekak yang menunjukkan distensi kandung kemih.
3.2 Diagnosa keperawatan
Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi dengan adekuat.
Gangguan rasa nyaman: nyeri
Intoleransi aktivitas
Ansietas b.d krisis situasi
Resiko tinggi infeksi b.d statis urin
3.3 Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Retensi urin b.d
ketidakmampuan
kandung kemih untuk
berkontraksi dengan
adekuat
o Berkemih dengan jumlah yang cukup banyak
o Tidak teraba distensi kandung kemih
Dorong pasien utnuk berkemih tiap 2-4
jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
2. Tanyakan pasien tentang
inkontinensia stres.
3. Observasi aliran urin, perhatikan
ukuran dan ketakutan.
4. Awasi dan catat waktu dan jumlah
tiap berkemih..
5. Perkusi/palpasi area suprapubik
Recommended