View
42
Download
11
Category
Preview:
Citation preview
Panduan Praktik Klinis
SMF : Jantung & Pembuluh DarahHIPERTENSI URGENSI
1. Pengertian (Definisi) Peningkatan tekanan darah secara mendadak yang dapat mengancam
kerusakan target organ akan tetapi belum dapat didapatkan tanda-tanda
kerusakan target organ
2. Anamnesis 1. Keluhan hipertensi yang difokuskan pada organ yang beresiko
seperti pada jantung, otak, ginjal, mata, permbuluh darah perifer.
2. Riwayat minum obat seperti: MAOI, kontrasepsi oral, penghentian
obat anti hipertensi sebelumnya.
3. Pemeriksaan Fisik Peningkatan tekanan darah 220/140 mmHg atau peningkatan diastolik
120-130 mmHg
4. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. DL/ UL, gula darah, serum kreatinin
4. Ekokardiografi bila diperlukan
5. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai anamnesis,
2. Sesuai pemeriksaan fisik,
3. Sesuai pemeriksaan penunjang.
6. Diagnosis Kerja Hipertensi Urgensi
7. Diagnosis Banding 1. Hipertensi Emergensi
8. Terapi Mencegah resiko kerusakan target organ, dengan cara menurunkan
tekanan darah secara bertahap untuk meminimalkan resiko hipoperfusi
jaringan.
Terapi Non Farmakologis
1. Tirah baring
2. Suplementasi oksigen bila perlu
3. Dipasang akses intravena
4. Diit lunak dengan porsi kecil
5. Mengendalikan faktor risiko dan faktor pencetus
Terapi Farmakologis
Penurunan tekanan darah bertahap dalam 24 jam sampai 48 jam dengan
target tekanan darah mencapai 160/90 mmHg dengan obat-obatan
antihipertensi oral.
9. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien dan
keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini serangan jantung dan mencari
pertolongan pertama secepatnya
10. Prognosis Ad vitam(hidup): ad bonam
Ad sanationam (anatomi): ad bonam
Ad fungsional (fungsi tubuh): ad bonam
11. Tingkat evidens I
12. Tingkat rekomendasi A
13. Penelaah krisis 1. Dr .Hasudungan Sibuea,Sp.JP
2. Dr. Riana handayani,Sp.JP
14. Indikator medis Klinis dan hemodinamik
15. Kepustakaan 1. Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler indonesia.
Pedoman tata laksana hipertensi pada penyakit kardiovaskuler.
2015;1-15.
2. Nugroho J.,Soemantri D.,Hipertensi krisis dalam: hipertensi,
pedoman diagnosis dan terapi. RSU Dr. Soetomo.2010:28-31
3. Chobanian AV, Bakris FL., Black HR,Cushman WC,Green LA,
Izzo JL.jr etal. The seventh report of the joint national committe
on the prevention detection, evaluation, and treatmant of high
blood pressure: the JNC and report.JAMA 2003:289:2560-72
4. Rodriguez. M.A.,Hypertensive crisis.in : Cardiology in Review
2010. Lippincott William and Wilkins: 102-107
5. Vidt DB, Hypertensive crisis: emergencies and urgencies. J
Clin Hypertens (Greenwich)2004;6:520-525.
Panduan Praktik Klinis
SMF : Jantung & Pembuluh Darah
HIPERTENSI EMERGENSI
1. Pengertian (Definisi) Peningkatan tekanan darah secara mendadak yang dapat mengancam
kerusakan target organ akan tetapi belum dapat didapatkan tanda-tanda
kerusakan target organ
2. Anamnesis Keluhan sesuai dengan kerusakan target organ yang terkena
3. Pemeriksaan Fisik 1. Peningkatan tekanan darah 220/140 mmHg atau peningkatan
diastolik 120-130 mmHg
2. Kelainan sesuai dengan target organ yang terkena
3. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. DL/ UL, gula darah, serum kreatinin
4. Ekokardiografi
5. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai anamnesis,
2. Susuai pemeriksaan fisik,
3. Sesuai pemeriksaan penunjang.
6. Diagnosis Kerja Hipertensi Emergensi
7. Diagnosis Banding 1. Hipertensi Urgensi
8. Terapi Mencegah resiko kerusakan target organ, dengan cara menurunkan
tekanan darah secara bertahap untuk meminimalkan resiko hipoperfusi
jaringan.
Terapi Non Farmakologis
1. Tirah baring
2. Suplementasi oksigen bila perlu
3. Dipasang akses intravena
4. Diit lunak dengan porsi kecil
5. Mengendalikan faktor risiko dan faktor pencetus
Terapi Farmakologis
1. Penurunan tekanan darah segera dalam menit sampai 2 jam
pertama dengan penurunan MAP 25%, secara parenteral.
2. Selanjutnya bila TD sudah stabil, maka TD dapat diturunkan
sampai normal atau hampir normal dalam waktu 24-48 jam
3. Memerlukan pengawasan intensif
9. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien dan
keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini serangan jantung dan mencari
pertolongan pertama secepatnya
10. Prognosis Ad vitam (hidup): ad bonam
Ad sanationam (anatomi) : ad bonam
Ad fungsionam (fungsi tubuh) : ad bonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Hasudungan Sibuea, Sp.JP
2. Dr. Riana Handayani, Sp.JP
14. Indikator Medis Klinis hemodinamik membaik dalam 5-7 hari
15. Kepustakaan 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Pedoman Tata Laksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskular. 2015; 1-15
2. Nugroho J., Soemantri D., Hipertensi krisis dalam: Hipertensi.
Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSU Dr. Soetomo. 2010: 28-31
3. Rodriguez M.A., Hypertensive Crisis. In: Cardiology in Review
2010. Lippincott William & Wilkins: 102-107
Panduan Praktik Klinis
SMF : Jantung & Pembuluh DarahENDOKARDITIS INFEKSIOSA (IE)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung, didapat lesi spesifik
berupa vegetasi yang merupakan masa dengan ukuran bervariasi, yang
dibentuk oleh platelet, fibrin, mikroba dan sel-sel inflamasi yang saling
berikatan satu sama lain.
2. Anamnesis Didapat tanda-tanda inflamasi, panas, menggigil, mual, muntah,
penurunan BB, terdapat faktor predisposisi kondisi jantung (penyakit
jantung katup, penyakit jantung kongenital, riwayat endokarditis
sebelumnya, alat pacu jantung, implantable defibrilator) atau
penggunaan obat-obatan intravena, riwayat IE sebelumnya, emboli
yang tidak diketahui sebabnya, sepsis yang tidak diketahui sumbernya.
3. Pemeriksaan Fisik Muncul suara jantung tambahan, demam, didapatkan fenomena
vascular (Emboli arteri utama, infark septik paru, aneurisma mikotik,
perdarahan intrakranial, perdarahan konjungtiva, dan janeway lesions),
fenomena imunologi (glomerulonefritia, osler nodes, roth spots dan
factor rheumatoid), tanda dan gejala neurologis fokal atau non spesifik,
adanya emboli paru atau infiltrasi paru, abses perifer
4. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. DL/ UL, gula darah, serum kreatinin, elektrolit, analisa gas
darah
4. Ekokardiografi
5. Kultur
5. Kriteria Diagnosis Kriteria Modifikasi Duke
1. Kriteria Mayor yaitu
Kultur darah positif
Mikroorganisme tipikal IE yang konsisten dalam 2 kultur yang
terpisah (viridian streptococci, streptococcus bovis, grup
HACEK, staphylococcus aureus atau community acquired
enterococci, tanpa adanya focus primer
Atau
Mikroorganisme positif pada kultur darah dengan kriteria:
minimal terdapat 2 hasil kultur positif yang diambil terpisah
dengan interval yang terakhir minimal dengan interval 1 jam
atau 1 kultur positif adanya Coxiella brunette atau titer IgG anti
fase 1 lebih besar dari 1:800
Temuan Keterlibatan Endokarditis
Ekokardiografi positif adanya IE: oscilasi massa intrakardiak
pada katup atau struktur pendukung lain di jalur jet regurgitasi
atau pada material yang tertanam intrakardiak tanpa adanya
penjelasan secara anatomi: atau abses; atau adanya penonjolan
baru pada katup prostetik atau regurgitasi yang sifatnya baru
(perburukan atau suara jantung tambahan)
2. Kriteria minor yaitu adanya faktor predisposisi demam,
fenomena vaskular, fenomena imunologis, temuan
mikrobiologis dengan adanya hasil kultur positif tapi tidak
memenuhi kriteria mayor atau temuan serologis adanya infeksi
aktif dari mikroorganisme yang konsisten terhadap IE
Pasti IE
Kriteria Patologis
Mikroorganisme: yang didapat dari kultur atau pemeriksaan histology
dari vegetasi, vegetasi yang terembolisasi atau dari spesimen abses
intrakardiak
Lesi patologis: adanya vegetasi atau abses intrakardiak yang didukung
adanya endokarditis aktif dari pemeriksaan histology.
Kriteria Klinis:
- 2 kriteria mayor atau
- 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor
- 5 kriteria minor
Kemungkinan IE
- 1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor
- 3 kriteria minor
Bukan IE
Telah tegak diagnosis lain atau
Resolusi tanda dan gejala IE setelah pengobatan selama 4 hari atau
kurang
Tidak ada temuan patologis IE saat dilakukan operasi atau otopsi setelah
terapi antibiotic kurang dari 4 hari
Tidak memenuhi kriteria IE, seperti tercantum di atas
6. Diagnosis Kerja Endokarditis Infeksiosa
7. Diagnosis Banding 1. Rheumatic Heart disease
2. Emboli paru
3. Sepsis
8. Terapi Klinis Stabil
Amoksisilin 2 gram tiap 4 jam IV
Dan Gentamicin 1 mg/ kgBB
Sepsis berat tanpa factor resiko adanya infeksi Enterobactericeae
dan Pseudomonas
Vankomisin 30 mg/kgBB/hari terbagi 2 dosis IV
Dan Gentamicin 1 mg/ kgBB selang 12 jam IV
Sepsis berat dengan terdapat factor resiko adanya infeksi
multiresisten Enterobactericeae dan Pseudomonas
Vankomisin 30 mg/kgBB/hari terbagi 2 dosis IV
Dan Meropenem 2 gram tiap 8 jam IV
Belum ada hasil kultur atau hasil kultur negatif
Vankomisin 1 gram setiap 12 jam IV
Dan Gentamisin 1 mg/kgBB tiap 12 jam IV
Dan Rifampisin 300-600 mg tiap 12 jampo/ IV
Setelah keluar hasil kultur disesuaikan dengan hasil kultur dengan lama
pemberian antibiotic 4-6 minggu
Pembedahan dilakukan bila gagal jantung, tidak adanya pengendalian
infeksi yang mencukupi, emboli, ukuran vegetasi besar, lesi katup dan
perivalvular yang berat serta infeksi akibat mikroorganisme tertentu
9. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien dan
keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini serangan jantung dan mencari
pertolongan pertama secepatnya
10. Prognosis Ad vitam (hidup): ad bonam
Ad sanationam (anatomi) : ad bonam
Ad fungsionam (fungsi tubuh) : ad bonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Hasudungan Sibuea, Sp.JP
2. Dr. Riana Handayani, Sp.JP
14. Indikator Medis Klinis hemodinamik dan laboratorik membaik
15. Kepustakaan 1. Seri Buku Ilmiah SMF kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo : Penyakit Jantung
Struktural. 2014; 133-147
2. Habib, G. Infective Endocarditis (guideline on Prevention,
Diagnosis and Treatment) in European Society of Cardiology,
2009.
Panduan Praktik klinis
SMF : Jantung dan VaskulerInfark Miokard ST-Elevasi (STEMI)
1.Pengertian (Definisi) Sindrom klinis yang disebabkan ruptur plak oklusif ditandai dengan
nyeri dada angina khas dan ditandai dengan perubahan
elektrokardiografi ST elevasi.
2. Anamnesis 1. nyeri dada angina yang khas dengan ciri-ciri sebagaiberikut:
- timbul pada saat istirahat, biasanya lebih dari 20 menit
- nyeri yang sangat (setidaknya kelas III menurut CSS) dan terjadi
pertama kali dalam waktu kurang dari 30 m3nit
- nyeri yang makin meningkat frekuensinya, durasi, dan intensitasnya
atau dicetiskan oleh aktivitas fisik lebih ringan dari pada sebelumnya
2. Adanya faktor resiko seperti riwayat keluarga,merokok, hipertensi,
dislipidemia, diabetes melitus, menifestasi penyakit jantung koroner
lainnya, penyakit arteri perifer atau stroke.
3. Pemeriksaan Fisik Seringkali normal, atau dapat ditemukan tanda-tanda sesuai dengan
komplikasi yang menyerupai
4. pemeriksaan penunjang 1. EKG
2. Foto thorax
3. DL, gula darah, serum kreatinin, profil lipid, enzim penanda jantung:
CKMB, troponin
3. Ekokardiografi
5. kriteria diagnosis 1. sesuai dengan anamnesis
2. sesuai pemeriksaan fisik
3. sesuai pemeriksaan penunjang
6. diagnisis kerja ST Elevasi Infark Miokard Akut (STEMI)
7. Diagnosis banding 1. Infark Miokard Akut
2. Pankreatitis Akut
3. Refluks Esofagitis
4. Diseksi Aorta
8. Terapi Terapi non farmakologis:
1. Tirah baring
2. Suplementasi oksigen
3. Dipasang akses intravena
4. Diit lunak porsi kecil
5. Mengendalikan faktor resiko dan faktor pencetus
Terapi farmokologis:
1. Aspirin: dosis awal 162-325 mg dikunyah. Bila ada
kontraindikasi terhadap aspirin dapat diberikan ticlopidin atau
coplidogrel
2. Coplidogrel: dosis awal 300 mg
3. Nitrat: isosorbit dinitrat diberikan 5 mg sublingual. (biasa
diulang sampai 3 kali permberian. Apabila angina tidak dapat
diatasi, nitrat dapat diberikan secara intravena
4. Penyekat beta: apabila tidak ada kontraindikasi
5. Antagonis kalsium: apabila tidak ada kontraindikasi
6. Ace inhibitor/ARB: apabila tidak ada kontraindikasi
7. Trombolitik dengan streptase 1,5 juta unit atau alteplase 100 mg
8. Anti-koagulan: enoxaparin, fondaparinux atau heparin selama
5-7 hari
9. Statin
9.Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien dan
keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini serangan jantung dan mencari
pertolongan pertama secepatnya
10.Prognosis Ad vitam(hidup): ad bonam
Ad sanationam (anatomi): ad bonam
Ad fungsional (fungsi tubuh): ad bonam
11.Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Klinis 1. Dr .Hasudungan Sibuea,Sp.JP
2. Dr. Riana Handayani,Sp.JP
14. Indikator Medis Klinis perawatan kurang lebih 5-7 hari
15. Kepustakaan 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. Infark
Miokard dengan Elevasi Segmen ST dalam: Pedoman Tatalaksana
Sindrom Koroner Akut, 2015;43-59.
2. Mia P,Pratam I, Manajemen STEMI dalam: penyakit jantung
koroner akut manajemen komprehansif. Surabaya: Seri buku Ilmiah
Kardiologi dan kedokteran Vaskuler Universitas Aielangga-RSUD
Dr. Soetomo, 2013; 105-118.
3. Antman E, ST-Segmen Elevation Myokardial Infection Pathology,
Phathophysiologu, and Clinical Faetures in: Zipes DP, Libby P,
edito. Braundwald’s Heart Disiase: A Texbook of Cardiovaskuler
Medicine 9th Ed. Philadelphia. Elevier saunders, 2012;1087-1110
Bandar Lampung..............................................2015
Ketua Komite Medik Ketua SMF
................................ ..................................
Direktur RSU.............................Bandar Lampung
................................................................
Panduan Praktik klinis
SMF : Jantung dan Pembuluh DarahThakiaritmia
1. Pengertian (Definisi) Gangguan irama jantung dimana denyut jantung lebih besar dari 100
kali/menit
2. Anamnesis 1. pusing, berdebar, lemah, pandangan gelap biasa sampai sampai,
angina sampai sesak nafas
2. sesuai penyakit yang mendasari
3. Pemeriksaan Fisik Seringkali normal, atau dapat ditemukan tanda-tanda sesuai dengan
komplikasi yang menyerupai
4. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Foto thorax
3. DL, gula darah, serum kreatinin, profil lipid, enzim penanda
jantung: CKMB, troponin
4. Ekokardiografi
5. Kriteria Diagnosis 1. sesuai dengan anamnesis
2. sesuai pemeriksaan fisik
3. sesuai pemeriksaan penunjang EKG:
- Takikardia Supraventrikuler
- Fibrasi atrium respon cepat
- Takikardia atrium respon cepat
- Takikardia Ventrikuler
6. Diagnosis Kerja 1. Takikardia Supraventrikuler
2. Fibrasi atrium respon cepat
3. Takikardia atrium respon cepat
4. Takikardia Ventrikuler
7. Diagnosis Banding 1. Hipertiroid
2. Anemia
3. Gagal jantung
4. Pemakaian obat-obatan
8.Terapi 1. Non farmakologi:
- Tirah baring
- Debrilasi atau kardioversi bila hemodinamik terganggu
(hipotensi, perubahan status mental, tanda-tanda syok nyeri
dada karena iskemia, gagal jantung akut atau obat-obatan
gagal), pada kasus tertentu diatasi dengan pacu jantung
(over drive) atau
2. Farmakologi:
- Takikardian supraventrikel: gagal manuver, adenosine,
diltiazem, verapamil, amiodaron, beta bloker
- Fibrilasi atrium respon cepat: digitalis, amiodaron
- Takikardia ventrikuler: dispriramid mexciletin penting
- VT dengan nadi: amiodaron 150 mg selama 10 menit
diikuti dengan dosis rumatan
9.Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien dan
keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini takhiaritma
10.Prognosis Ad vitam(hidup): ad bonam
Ad sanationam (anatomi): ad bonam
Ad fungsional (fungsi tubuh): ad bonam
11.Tingkan Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. Dr .Hasudungan Sibuea,Sp.JP
2. Dr. Riana handayani,Sp.JP
14. Indikator Medis Klinis dan ekg
15. Kepustakaan 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Intan. Infrak
Miokard dengan Elevasi Segmen ST dalam: pedoman
tatalaksana sindrom koroner akut. 2015;43-59.
2. Mia P, Pratanu I. Manajemen STEMI dalam: penyakit jantung
koroner manajemen komprehensif. Surabaya: Seri buku Ilmiah
kardiologi dan kedokteran vaskuler. Universitas Airlangga-
RSUD Dr.Soetomo. 2013; 105-118.
3. Antman E, ST-Segment Elevation Myocardinal Infarction
Pathology, Pathopisiology, and Clinicak Features in:Zipes DP,
Libby P, edotors. Braunwald’s Heart Disease: A Texbook Of
Cardiovasculae Medicine 9th Ed. Philadhelphia. Elevier
Saunders. 2012; 1087-1110.
Panduan Praktis Klinis
SMF: Jantung & pembuluh darahBradiaritmia
1. Pengertian (Definisi) Gangguan irama jantung dimana frekuensi denyut jantung kurang dari
60 kali/menit
2. Anamnesis 1. Pusing, berdebar, lemah, pandangan gelap, bisa sampai
pingsan, angina atau sesak nafas.
2. Penyakiit yang mendasari
3. Pemeriksaan Fisik Tanda gangguan hemodinamik seperti tekanan darah menurun, perfusi
berkurang
4. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. DL, gula darah, serum kreatinin, profil lipid, enzim penanda
jantung: CKMB, troponin
4. Ekokardiografi
5. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. EKG: total AV blok, AV blok derajat tinggi, AV blok Derajat
2 tipe 1, Henti sinus, Sick sinus syndrome
6. Diagnosis Kerja Total AV blok
AV Blok Derajat Tiggi
AV Blok Derajat 2 Tipe 1
AV Blok Derajat 2 Tipe 2
Henti Sinus
Sick Sinus Syndrome
7. Diagnosis Banding 1. Hipoglikemia
2. Hiptiroid
3. Hipotermia
4. Kekurangan elektrolit
8. Terapi 1. Non farmakologi : tirah baring, hentikan obat-obatan yang
memungkinkan bisa menyebabkan bradiaritmia.
2. Farmakologi:
Atropin 0,5 mg IV (max 3x mg)
Dopamin 2-10 mcg/kg/m
Ephinephrine 2-10 mcg/menit
3. Pembedahan/infasif : pemasangan alat pacu jantung temprer
atau permanen (belum bisa dikerjakan)
9. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien dan
keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini bradiaritmia
10. Prognosis Ad vitam (hidup) : ad bonam
Ad sanationam (anatomi) : ad bonam
Ad fungsionam (fungsi tubuh) ad bonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendsi A
13. Penelaah Kritis 1. dr. Hasudungan Sibuea, Sp. JP
2. dr. Riana Handayani, Sp. JP
14. Indikator Medis Klinis dan hemodinamik membaik
EKG menunjukkan irama sinus normal atau sudah terpasang
alat pacu jantung
15. Kepustakaan 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskula Indonesia. Infark
Mipard dengan Elevasi Segmen ST dalam: Pedoman
Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. 2015;43-59.
2. Yenni R, Pikir BS. Penatalaksanaan Angina Tidak Stabil dan
Infark Miokard Elevasi non-ST dalam: Penyakit Jantung
Koroner Manajemen Komprehensif. Surabay: Seri Buku
Ilmiah Kardologi dan Kedokteran Vaskular Universitas
Airlangga-RSUD Dr. Soetomo. 2013;91-104.
3. Cannon CP, Braunwald E. Unstable Angina and non-ST
Elevation Myocardial Infarction in: Braundwald’s Heart
Disease: A textbook of Cardiovascular Medicine 9th Ed.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2012;1178-1201.
Panduan Praktis Klinis
SMF: Jantung & pembuluh darahJantung Bawaan Biru dengan Tetralogi of Fallot
1. Pengertian (Definisi) Penyakit jantung bawaan tipe sianotik yang ditandai:
VSD perimembraneus
Overriding aorta
Stenosis pulmonal (infindibular stenosis)
Hipertorfi ventrikel kanan
2. Anamnesis Biru sejak lahir atau beberapa bulan kemudian, biru bertambah bila
aktivitas
3. Pemeriksaan Fisik Sering jongkok
Jari-jari labuh
Spel (serangan biru bertambah berat dan lama) dapat disertai
kejang
4. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. DL, gula darah, serum kreatinin, profil lipid, enzim penanda
jantung: CKMB, troponin
4. Ekokardiografi
5. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai Anamnesis
2. Sesuai Pemeriksaan fisik
3. Elektrokardiografi
4. Ekhokardiografi
6. Diagnosis Kerja Tetralogy of Fallot
7. Diagnosis Banding 1. Atresia Trikuspid
2. Transposition of the great arteries
8. Terapi 1. Non farmakologi : Knee Chest Position.
2. Farmakologi:
Oksigen
Morphin Sulfat
Propanolol
Koleksi dengan bikarbonat natrium bila asidosis
3. Pembedahan: (belum bisa dikerjakan)
Setelah tenang dilakukan katerisasi dan dapat dilanjutkan
dengan operasi paliatif (block taussig) atau operasi koreksi
total
9. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien dan
keluarga
2. Minum obat teratur
3. Mengenali gejala dini serangan spel
10. Prognosis Ad vitam (hidup) : ad malam
Ad sanationam (anatomi) : ad malam
Ad fungsionam (fungsi tubuh): ad malam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendsi A
13. Penelaah Kritis 1. dr. Hasudungan Sibuea, Sp. JP
2. dr. Riana Handayani, Sp. JP
14. Indikator Medis Klinis dan hemodinamik membaik
15. Kepustakaan 1. Baumgartner, H. ESC Guidelines, Grown-Up Congenital Heart
Disease (Management of) 2010.
2. Seri Buku Ilmiah SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler
Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo. 2014;180-190.
Panduan Praktis Klinis
SMF: Jantung & pembuluh darahGagal Jantung Akut/Akut Decompensated Heart Failure (ADHF)
1. Pengertian (Definisi) Timbulnya gejala sesak napas secara cepat (<24 jam) akibat
kelainan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi sistolik
atau diastolik atau irama jantung atau kelebihan preload,
afterload atau kontraktilitas.
2. Anamnesis Adanya keluhan yang berupa kongestif dan atau penurunan
perfusi.
Keluhan kongestif berupa dyspnea at rest, dyspnea on
effort, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea.
Keluhan penurunan perfusi dapat berupa cepat lelah,
lemas, gangguan gastrointestinal.
3. Pemeriksaan Fisik Difokuskan pada pemeriksaaan gejala dari gagal jantung kiri atau
gagal jantung kanan, penurunan perfusi dan kemungkinan
penyakit pencetusnya
4. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. DL, gula darah, serum kreatinin, profil lipid, enzim
penanda jantung: CKMB, troponin
4. Ekokardiografi
5. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai Anamnesis dyspnea at rest, dyspnea on effort,
orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea
2. Sesuai Pemeriksaan fisik
3. Sesuai pemeriksaan ekhografi didapatkan kelainan katup
jantung, kelainan anatomi jantung, gangguan fungsi
diastolik ventrikel kiri atau gangguan fungsi sistolik
ventrikel kiri.
6. Diagnosis Kerja ADHF
7. Diagnosis Banding 1. PPOK
2. Emboli Paru
3. Pneumothoraks
8. Terapi Pengobatan segera terutama ditujukan untuk meningkatkan
hantaran oksigen ke organ vital, menurunkan konsumsi oksigen
miokard, meningkatkan kapasitas vena, menurunkan preload dan
afterload, dengan memperhatikan mean arterial pressure (MAP)
dan menghindari gangguan hemodinamik.
Terapi Non farmakologi :
1. tirah baring
2. suplementasi oksigen bila diperlukan
3. dipasang akses intravena
4. diit lunak dengan porsi kecil
5. mengendalikan faktor resiko dan faktor pencetus
6. retrisi konsumsi garam
7. retriksi cairan
Terapi Farmakologi:
1. kurangi beban jantung
2. Diuretika
3. Vasodilator/inhibitor ACE
4. Inotropik
5. Vasoaktif amin bila perlu
5. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien
dan keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini serangan jantung dan mencari
pertolongan pertama secepatnya
6. Prognosis Ad vitam (hidup) : ad bonam
Ad sanationam (anatomi) : ad bonam
Ad fungsionam (fungsi tubuh) ad bonam
7. Tingkat Evidens I
8. Tingkat Rekomendsi A
9. Penelaah Kritis 1. dr. Hasudungan Sibuea, Sp. JP
2. dr. Riana Handayani, Sp. JP
10. Indikator Medis Klinis (NYHA fc 1) dan hemodinamik membaik 5-7 hari.
11. Kepustakaan 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskula Indonesia.
Infark Mipard dengan Elevasi Segmen ST dalam:
Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung Akut. 2015;12-39.
2. Mc Murray, JJV. ESC Guidelines or the diagnosis and
treatment of acute anda chronic heart failure. European
Heart Journal (2012) 33: 1787-1847.
3. Braunwald E. Pathophysiology. Clinic Aspects and
Management of Heart Failure in Heart Disease. A
textbook of Cardiovascular Medicine. 4th Ed. Euginea
Braunwald. WB. Saunders.
4. Prabowo PP. Gagal Jantung dalam: Pedoman Diagnosis
dan Terapi SMF Jantung dan Pembuluh darah RSU
Soetomo Surabaya. SKFT RSUD Soetomo. 2010;46-50.
5. Siswanto BB. Gagal Jantung dalam: Penyakit
Kardiovaskular. Editor: Rilanto L. BP FKUI. 2012;267-
75.
Panduan Praktis Klinis
SMF : Jantung & Pembuluh DarahRENJATAN KARDIOGENIK
1. Pengertian (Definisi) Suatu keadaan dimana tekanan darah menurun disertai gangguan
perfusi jaringan yang diakibatkan oleh penurunan kardiak output
akibat kegagalan pompa jantung
2. Anamnesis Adanya keluhan yang berupa dyspnea, orthopnea, paroxysmal
Nocturnal Dyspnea, keringat dingin, kelemahan umum
3. Pemeriksaan Fisik Difokuskan pada pemeriksaan gejala dari gagal jantung kiri atau
gagal jantung kanan (gejala kongesti), penurunan perfusi dan
kemungkinan penyakit pencetusnya.
4. Pemeriksaan penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. DL/UL, gula darah, serum kreatinin serum, elektrolit, analisis
gas darah, albumin
4. ekokardiografi
5. Kriteria diagnosis 1. sesuai anamnesis
2. sesuai pemeriksaan fisik
3. sesuai pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis Kerja Renjatan Kardiogenik
7. Diagnosis Banding 1. Syok Non Kardiogenik
8. Terapi Pengobatan segera terutama ditujukan untuk meningkatkan
hantaran oksigen ke organ vital, menurunkan konsumsi oksigen
miokard, meningkat kapasitas vena, menurunkan preload dan
afterload, dengan memperhatikan Mean Arterial Pressure (MAP),
dan menghindari gangguan hemodinamik.
Terapi Non Farmakologis:
1. Tirah baring
2. Suplementasi oksigen bila perlu
3. Dipasang akses intravena
4. Diet lunak dengan porsi kecil
5. Mengendalikan faktor resiko dan faktor pencetus
6. Restriksi konsumsi garam
7. Restriksi cairan
Terapi Farmakologis:
1. Kurangi beban jantung
2. Diuretika
3. Vasodilator/inhibitor ACE
4. Inotropik
5. Vasopresor
9. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien
dan keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini renjatan kardiogenik
10. Prognosis Ad vitam (hidup) : ad malam
Ad sanationam (anatomi) : ad malam
Ad fungsionam (fungsi tubuh) : ad malam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Hasudungan Sibuea, Sp.JP
2. Dr. Riana Handayani, Sp.JP
14. Indikator Medis Klinis dan hemodinamik membaik (7-10 hari)
15. Kepustakaan 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Gagal Jantung Akut:mPedoman Tata Laksana Gagal
Jantung. 2015;12-39
2. Mc Murray, JJV. ESC Guidelines or the Diagnosis and
Treatment of Acute and Chronic Heart Failure.
3. Braunwald E. Pathophysiology. Clinic aspects and
management of heart failure in heart disease. A textbook
of cardiovascular medicine.4th Ed.Euginea
Braunwald.WB. Saunders
4. Siswanto BB, Gagal Jantung,dalam:. Penyakit
Kardiovaskular.Editor. Rilantono L. BP FKUI 2012:269-
75
Panduan Praktis Klinis
SMF : Jantung & Pembuluh DarahPENYAKIT JANTUNG PARU
1. Pengertian Merupakan penyakit paru dengan hipertofi dan atau dilatasi
vertikel kanan akubat gangguan fungsi dan atau struktur paru
(setelah menyingkirkan penyakit jantung kongenital aatau
penyakit lain yang primernya dada jantung kiri)
2. Anamnesis Riwayat penyakit paru menahun/kronis atau PPOM, keluhan
sesak dan bisa disertai tanda bendungan perifer
3. Pemeriksaan Fisik Tanda pembesaran jantung kanan (Pemeriksaan fisik, EKG,
rontgen), tanda kelainan paru : emfisema dan tanda penyakit paru
obstruktif
4. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. Dl/UL, gula darah, serum kreatinin. Serum elektrolit,
Analisa Gas Darah
4. Ekk
5. Ekhokardiografi
5. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai anamnesis
2. Sesuai pemeriksaan fisik
3. Sesuai pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis Kerja ADHF
7. Diagnosis Banding - Payah jantung kiri
- Perikarditis konstriktiva
- Hipertensi pulmonal
8. Terapi 1. Non Farmakologi :
- Oksigen
- Istirahat, hindari aktifitas fisik yang memberatkan
- Fisioterapi
2. Farmakologi
- Antibiotik untuk atasi infeksi
- Mukolitik
- Bronkodilator
- Diuretik digitalis
- Vasodilator pada kasus dengan PH (beraprost, diltiazem,
nitrat, sildenafil
- Antikoagulan bila ada embolin paru
3. Pembedahan : pada kasus tertentu seperti brekoentasis
atau emfisema bulosa yang besar
9. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien
dan keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini serangan jantung dan mencari
pertolongan pertama secepatnya
10. prognosis Ad vitam (hidup) : ad bonam
Ad sanationam (anatomi) : ad bonam
Ad fungsionam (fungsi tubuh) : ad bonam
11. Tingkat evidens I
12. Tingkat rekomendasi A
13. Penelaah kritis 1. Dr. Hasudungan Sibuea, Sp.JP
2. Dr. Riana Handayani, Sp.JP
14. Indkator Medis Klinis dan hemodinamik membaik 5-7 hari
15. 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Gagal Jantung Akut:mPedoman Tata Laksana Gagal
Jantung. 2015;12-39
2. Braunwald E. Pathophysiology. Clinic aspects and
management of heart failure in heart disease. A textbook
of cardiovascular medicine.4th Ed.Euginea
Braunwald.WB. Saunders
3. Prabowo P. Priyatini D. Gagal Jantung.dalam:Pedoman
Diagnosis dan Terapi SMF Jantung dan Pembuluh Dara
RSU Soetomo Surabaya.SKFT RSUD Soetomo
2010;V:46-50
4. Siswanto BB, Gagal Jantung,dalam:. Penyakit
Kardiovaskular.Editor. Rilantono L. BP FKUI 2012:269-
75
Panduan Praktis Klinis
SMF : Jantung & Pembuluh DarahNon ST Elevasi Sindroma Koroner Akut
1. Pengertian (Definisi) Sindroma klinis yang disebabkan ruptur plak non olusif, ditandai
nyeri angina khas, tanpa elevasi segmen ST yang persisten
disertai ada atau tidak peningjkatan enzim jantung. Disebut Non
ST Elevasi Infark Myokard Akut bila disertai peningkatan enzim
jantung. Disebut Angina Tidak Stabil bila tidak disertai
peningkatan enzim jantung
2. Anamnesis 1. Nyeri dada angina yang khas dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
Timbul pada saat istirahat, biasanya lebih dari 20 menit
Nyeri yang sangat (setidaknya kelas III menurut CCS) dan
terjadi pertama kali dalam waktu kurang dari 30 hari
Nyeri yang makin meningkatkan frekuensi, durasi,
danintensitasnya, atau dicetuskan oleh aktifitas fisik yang
lebih ringan daripada sebelumnya.
2. Adanya faktor resiko misalnya riwayat keluarga,
merokok, hipertensi, dislipidemi, diabetes melitus,
manifestasi penyakit jantung koroner sebelumnya,
penyakit arteri perifer dan stroke.
3. Pemeriksaan Fisik Seringkali normal, atau dapat ditemukan tanda-tanda sesuai
dengan komplikasi yang menyertai.
4. Pemeriksaan penunjang 1. EKG
2. Foto thoraks
3. DL, gula darah, serum kreatinin, profil lipid, enzim
penanda jantung: CKMB, troponin
4. Ekokardiografi pada kasus dengan resiko terjadi penyulit
5. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai anamnesis
2. Elektrokardiografi menunjukan tidak adanya ST elevasi
3. Bila enzim jantung meningkat disebut sebagai Non ST
Elevasi Infark Myokard Akut dan bila enzim jantung
normal disebut sebagai Angina Tidak Stabil
6. Diagnosis Kerja 1. Non ST Elevasi Infark Myokard Akut
2. Angina Tidak Stabil
7. Diagnosis Banding 1. Angina Pektoris Tak Stabil (APTS)
2. Pankreatitis Akut
3. Refluks Esofagitis
4. Diseksi Aorta
8. Terapi Terapi Non Farmakologis:
1. Tirah baring
2. Suplementasi oksigen bila perlu
3. Dipasang akses intravena
4. Diet lunak dengan porsi kecil
5. Mengendalikan faktor resiko dan faktor pencetus
Terapi Farmakologis
1. Aspirin: dosis awal 162-325 mg dikunyah
2. Nitrat: isosorbid dinitrate diberikan 5 mg sublingual. (bisa
diulang sampai 3 kali pemberian. Apabila angina tidak
dapat diatasi, Nitrat dapat diberikan secara intravena
3. Penyekat beta: apabila tidak ada kontra indikasi
4. Ace inhibitor/ ARB : apabila tidak ada indikasi
5. Antagonis kalsium: apabila tidak ada kontraindikasi
6. Antikoagulan: heparin, enoxaparin atau fondaparinux
selama 5-7 hari
7. Statin
Terapi Invasif
1. Strategi invasif dini: pada penderita dengan hemodinamik
yang tidak stabil setelah terapi medikamentosa
2. Dilakukan pada penderita yang sudah menjalani terapi
konservatif dini: setelah penderita distabilkan dengan
medikamentosa, dilakukan stratifikasi risiko, penderita
dengan risiko tinggi dilakukan tindakan invasif.
9. Edukasi 1. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit kepada pasien
dan keluarga
2. Mengendalikan faktor resiko
3. Modifikasi gaya hidup
4. Minum obat teratur
5. Mengenali gejala dini serangan jantung dan mencari
pertolongan pertama secepatnya
10. Prognosis Ad vitam (hidup): ad bonam
Ad sanationam (anatomi): ad bonam
Ad fungsionam (fungsi tubuh): ad bonam
11. Tingkat evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Hasudungan Sibuea, Sp.JP
2. Dr. Riana Handayani, Sp.JP
14. Indikator Medis Klinis dan hemodinamik membaik 5-7 hari
15. Kepustakaan 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Gagal Jantung Akut:mPedoman Tata Laksana Gagal
Jantung. 2015;12-39
2. Yenni R, Pikir BS. Penatalaksanaan Angina Tidak Stabil
dan Infark Miokard Elevasi non-ST dalam: penyakit
Jantung Koroner manajemen Komprehensif. Surabaya:
Seri Buku Ilmiah Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Universitas Airlangga-RSUD Dr.Soetomo. 2013;91-104
3. Cannon CP, Braunwald E. Unstable Angina and Non-ST
Elevation Myocardial Infarction in: Braunwald’s Heart
Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine 9th Ed.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2012; 1178-1201.
Bandar Lampung........................................2015
Ketua Komite Medik Ketua SMF..........................................................
.................................... ......................................................
Direktur RS............................ Bandar Lampung
.......................................................................
Recommended