View
6
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD
alah satu strategi dalam upaya menurunkan tingkat fertilitas adalah melalui penggunaan kontrasepsi
terjadinya kehamilan. Namun tidak semua alat dan obat kontrasepsi memberikan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap
pencegahan kehamilan. Alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi
yang bersifat jangka panjang (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP) yang terdiri dari IUD, implan, MOP, dan MOW.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode 1991 s/d 2007
MKJP khususnya IUD cenderung mengalami penurunan, yak
6,2 persen (SDKI 2002-2003), dan turun lagi menjadi 4,9 persen (SDKI 2007).
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) beberapa tahun ini mem
jangka panjang. Khusus pada tahun 2011, BKKBN
melalui dukungan penyediaan alat kontrasepsi
Sejauhmana efektivitas implementasi kebijakan dan strategi tersebut
Latar Belakang
Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan
jumlah penduduk adalah dengan melaksanakan
program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan Usia
Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk
program KB juga bermanfaat untuk mewujudkan akses
kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
seperti yang tercantum dalam Millenium Development
Goals (MDGs) 2015 indikator 5b.
Target RPJMN 2010-2014 antara lain tentang
pencapaian CPR menjadi 65 persen termasuk
peningkatan pencapaian PA MKJP sebesar 25,9 persen
dan pencapaian PB MKJP sebesar 12,9 persen
berdasarkan RKP tahun 2012, maka Pemerintah
dituntut dapat memberikan pelayanan KB yang
berkualitas. Pemberian pelayanan KB yang berkualitas
diharapkan dapat meningkatkan kesertaan KB
khususnya MKJP. Mencermati
pemakaian MKJP selama beberapa periode survei
menunjukkan kecenderungan menurun. Baru pada
tahun 2008-2010 pencapaian MKJP relatif tetap.
Penurunan MKJP tampaknya bersumber dari
pemakaian metode IUD yang terus menurun,
sementara pencapaian MOP, MOW relatif tetap, dan
pencapaian implant yang mengalami fluktuasi selama
periode tersebut. Sumber data lain yaitu SDKI 1991
s/d 2007 juga memperlihatkan penurunan IUD yang
bermakna.
S
Pusat Penelitian dan Pengembangan KB-KS --
Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD
alah satu strategi dalam upaya menurunkan tingkat fertilitas adalah melalui penggunaan kontrasepsi
. Namun tidak semua alat dan obat kontrasepsi memberikan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap
pencegahan kehamilan. Alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi
e Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP) yang terdiri dari IUD, implan, MOP, dan MOW.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode 1991 s/d 2007 menunjukkan
IUD cenderung mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991), 10,3 persen (SDKI 1997), turun menjadi
2003), dan turun lagi menjadi 4,9 persen (SDKI 2007). Sehubungan dengan hal tersebut, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) beberapa tahun ini memprioritaskan peningkatan kesertaan KB
jangka panjang. Khusus pada tahun 2011, BKKBN mengembangkan kebijakan dan strategi dalam peningkatan penggunaan
alat kontrasepsi IUD yang memadai, serta dukungan tenaga medis yang
Sejauhmana efektivitas implementasi kebijakan dan strategi tersebut akan menjadi fokus dalam policy brief ini.
Latar Belakang
Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan
jumlah penduduk adalah dengan melaksanakan
program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan Usia
Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk
program KB juga bermanfaat untuk mewujudkan akses
eproduksi bagi semua pada tahun 2015
Millenium Development
2014 antara lain tentang
pencapaian CPR menjadi 65 persen termasuk
peningkatan pencapaian PA MKJP sebesar 25,9 persen
dan pencapaian PB MKJP sebesar 12,9 persen
berdasarkan RKP tahun 2012, maka Pemerintah
dituntut dapat memberikan pelayanan KB yang
berkualitas. Pemberian pelayanan KB yang berkualitas
diharapkan dapat meningkatkan kesertaan KB
perkembangan
pemakaian MKJP selama beberapa periode survei
menunjukkan kecenderungan menurun. Baru pada
2010 pencapaian MKJP relatif tetap.
Penurunan MKJP tampaknya bersumber dari
pemakaian metode IUD yang terus menurun,
P, MOW relatif tetap, dan
pencapaian implant yang mengalami fluktuasi selama
periode tersebut. Sumber data lain yaitu SDKI 1991
s/d 2007 juga memperlihatkan penurunan IUD yang
Gambar 1.
Trend Prevalensi IUD tahun 1991 s/d 2007
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) selama periode 1991 s/d 2007 pola
penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih
didominasi oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat
jangka pendek. MKJP seperti IUD cenderung
mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991
10,3 persen (SDKI 1997), turun menjadi 6,2 persen
(SDKI 2002-2003), dan turun lagi menjadi 4,9 persen
(SDKI 2007).
Berdasarkan sasaran program KB dalam RKP tahun
2012 PA MKJP sekitar 25,9% dari seluruh peserta KB,
sedangkan kenyataannya pencapaian MKJ
dibawah angka tersebut. Menurut hasil Mini Survei
2010 pencapaian MKJP baru mencapai sekitar 11,6
persen. Sementara untuk pencapaian prevalensi IUD
4,7 persen.
IUD (non hormonal) merupakan salah satu jenis alat
kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya
13.3
10.3
0
2
4
6
8
10
12
14
1991 1994
Pe
nca
pai
an
Trend KB IUD SDKI 1991
-- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
KAJIAN IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN PENGGUNAAN
KONTRASEPSI IUD
Halaman | 1
alah satu strategi dalam upaya menurunkan tingkat fertilitas adalah melalui penggunaan kontrasepsi guna mencegah
. Namun tidak semua alat dan obat kontrasepsi memberikan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap
pencegahan kehamilan. Alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi
e Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP) yang terdiri dari IUD, implan, MOP, dan MOW. Hasil
menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi
ni 13,3 persen (SDKI 1991), 10,3 persen (SDKI 1997), turun menjadi
Sehubungan dengan hal tersebut, Badan
prioritaskan peningkatan kesertaan KB
mengembangkan kebijakan dan strategi dalam peningkatan penggunaan IUD
IUD yang memadai, serta dukungan tenaga medis yang dilatih insersi IUD.
menjadi fokus dalam policy brief ini.
Gambar 1.
Trend Prevalensi IUD tahun 1991 s/d 2007
mografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) selama periode 1991 s/d 2007 pola
penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih
didominasi oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat
jangka pendek. MKJP seperti IUD cenderung
mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991),
10,3 persen (SDKI 1997), turun menjadi 6,2 persen
2003), dan turun lagi menjadi 4,9 persen
Berdasarkan sasaran program KB dalam RKP tahun
2012 PA MKJP sekitar 25,9% dari seluruh peserta KB,
sedangkan kenyataannya pencapaian MKJP masih jauh
dibawah angka tersebut. Menurut hasil Mini Survei
2010 pencapaian MKJP baru mencapai sekitar 11,6
persen. Sementara untuk pencapaian prevalensi IUD
Seputar IUD
IUD (non hormonal) merupakan salah satu jenis alat
panjang yang ideal dalam upaya
8.1
6.2
4.9
1997 2002/3 2007
Tahun
Trend KB IUD SDKI 1991-2007
Tahun 2011
KAJIAN IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN PENGGUNAAN
KONTRASEPSI IUD
POLICY POLICY POLICY POLICY
BRIEFBRIEFBRIEFBRIEF
3333
Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD
Halaman | 2
menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian IUD
yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk
jangka waktu yang lama dengan biaya yang reltif
murah. IUD juga merupakan alkon yang aman, karena
tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke
seluruh tubuh, tidak mempenngaruhi produksi ASI dan
kesuburan cepat kembali setelah IUD lepas.
Selain memiliki banyak keuntungan, IUD juga memiliki
efek samping, antara lain perdarahan, rasa nyeri atau
kejang perut, dan gangguan pada suami ketika
berhubungan namun sejauh ini masih dapat diatasi.
Kebijakan Pemerintah terhadap Kontrasepsi IUD
Upaya untuk meningkatkan kesertaan KB MKJP bagi
PUS di semua tahapan keluarga (Pra KS, KS I, KS II, KS
III dan KS III Plus) didukung dengan kebijakan dan
strategi nasional secara komprehensif dengan
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJMN) Bidang Kependudukan dan
KB Tahun 2010-2014 serta dengan program lainnya
secara terpadu.
A. Kebijakan
Kebijakan yang dikembangkan dalam rangka
pemberian pelayanan KB MKJP mencakup dua aspek
yaitu aspek pelayanan (supply side) dan aspek
penggerakan (demand side).
1. Aspek Pelayanan (supply) di fokuskan pada
peningkatan kualitas pelayanan melalui;
a). Penyediaan alat kontrasepsi MKJP
(AKDR/IUD dan AKBK/Implant) untuk semua
Klinik KB Pemerintah termasuk milik TNI,
Polri, Swasta dan LSOM yang telah memiliki
nomor kode klinik KB atau memiliki
kerjasama dengan Pengelola Jamkesmas dan
Pengelola BOK di Kabupaten dan Kota.
b). Penyediaan sarana pendukung pelayanan KB
MKJP
c). Peningkatan kompetensi provider dalam
pelayanan KB MKJP
d). Monitoring dan Evaluasi dalam pelaksanaan
pelayanan KB MKJP
e). Peningkatan kualitas pencatatan dan
pelaporan (R/R)
2. Aspek Penggerakan (demand) di fokuskan pada
peningkatan penerimaan PUS terhadap KB MKJP
melalui;
a) Peningkatan KIE dan Promosi tentang KB
MKJP.
b) Peningkatan pencitraan dan promosi tempat
pelayanan
c) Advokasi kepada para stakeholders, eksekutif
dan legislatif
d) Peningkatan partisipasi masyarakat
B. Strategi
Strategi yang dikembangkan dalam rangka
peningkatan kesertaan PUS di semua tahapan keluarga
terhadap KB MKJP di fokuskan pada kemudahan
mendapatkan pilihan dan pelayanan KB metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) secara berkualitas
di semua Klinik KB pemerintah termasuk milik TNI,
Polri, Swasta dan LSOM.
Kondisi Saat Ini
Dalam upaya untuk meningkatkan penggunaan
kontrasepsi IUD perlu memperhatikan perubahan
lingkungan strategis baik dari aspek pengguna
(demand) maupun aspek pemberi layanan (supply).
Meskipun masyarakat telah mengenal IUD sebagai
pilihan kontrasepsi yang ideal, berbagai permasalahan
masih terus muncul. Berbagai upaya pemerintah telah
dilakukan untuk peningkatan penggunaan konrasepsi
IUD, diantaranya adalah dengan adanya kebijakan IUD
gratis untuk seluruh PUS di seluruh provinsi di
Indonesia (sejak tahun 2004), stok IUD cukup tersedia
walau hanya IUD Cu T 380 A, pengalaman dalam
pengelolaan program KB, tersedianya dukungan
anggaran untuk IUD, tersedianya dana pelatihan medis
teknis bagi provider, tersedianya dana pelatihan KIP/K
bagi provider, dan telah dikembangkan resize inserter
IUD untuk program pemasangan IUD pasca persalinan.
Hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan
setiap tahun memperlihatkan, masih banyaknya
dokter dan bidan praktek swasta yang tidak
mendapatkan IUD yang seharusnya bisa diberikan
gratis dari pemerintah. Berdasarkan kebijakan yang
ada, IUD bisa diberikan untuk seluruh masyarakat
tidak hanya untuk pra KS atau KS I.
Penyebab Turunnya Pencapaian
Penggunaan Kontrasepsi IUD
Menurunnya penggunaan kontrasepsi IUD antara lain
disebabkan oleh fasilitasi terhadap provider yang
kurang optimal, belum meratanya promosi dan KIE
yang menjangkau ke seluruh masyarakat,
berkurangnya/terbatasnya tenaga KIE di lini lapangan
belum optimalnya advokasi kepada SKPD-KB dalam
pengelolaan ketersediaan IUD di Fasyankes, jenis IUD
yang beredar di masyarakat masih terbatas, dan
meningkatnya kampanye penggunaan kontrasepsi
hormonal (pil dan Suntik) oleh swasta (produk
Andalan), sehingga melemahkan promosi IUD.
Selain itu berdasarkan hasil monitoring strategis
tentang Pencapaian IUD yang rendah di Sumatera
Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur
pada tahun 2010 rendahnya pencapaian IUD antara
lain oleh disebabkan masih dijumpai provider bias,
pengetahuan klien tentang IUD yang terbatas sehingga
Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD
Halaman | 3
berpengaruh terhadap kemantapan klien dalam
menerima IUD dan bersedia menjadi akseptor IUD,
tersedianya pilihan metode kontrasepsi lain yang
relatif lebih praktis, dan terbatasnya tokoh panutan
pemakai IUD di masyarakat. Temuan lain yang sangat
penting adalah dalam mempersiapkan wanita bersedia
memakai IUD diperlukan KIE yang terus menerus di
lapangan, namun hal ini terhambat oleh tenaga lini
lapangan yang terbatas, peran IMP yang semakin
lemah dalam membantu program di lini lapangan dan
kurang didukung oleh dana operasional KB, yang
seharusnya difasilitasi dan disediakan oleh SKPDKB
kabupaten/kota.
Peluang Peningkatan Pencapaian IUD
Peluang yang ada saat ini adalah antara lain dengan
adanya desentralisasi pelayanan Kesehatan dan KKB,
dan adanya masyarakat yang membutuhkan pelayanan
IUD, kerjasama dalam meningkatkan kualitas
pelayanan (AKBID, HOGSI, IBI, IDI, LSM, dll), jejaring
kerja (networking) antara pemerintah dan swasta
dalam mendorong penggunaan alat kontrasepsi,
beberapa daerah sudah memiliki SK
Gubernur/Bupati/Walikota untuk intensitifikasi
pelayanan IUD termasuk dukungan dana operasional,
PERMENKES No. 1464/2010 pasal 13: Bidan yang
menjalankan program pemerintah berwenang
melakukan pelayanan kontrasepsi, adanya tenaga
terlatih (Bidan), adanya reward system bagi provider
pemberian layanan untuk IUD. Beban pemerintah yang
cukup tinggi untuk penyediaan dana alokon jangka
pendek gratis bagi warga miskin akan mendorong
pemerintah (pusat dan daerah) mengeluarkan
kebijakan penggunaan alokon yang efektif dan efisien
(IUD).
Sedangkan ancaman yang harus diantisipasi adalah
antara lain, sebagian PUS dan tokoh agama menolak
penggunaan IUD karena harus membuka aurat pada
saat pemasangan, konseling KB belum optimal pada
setiap pelayanan, belum maksimalnya pelayanan IUD
di rumah sakit, kehamilan tidak diinginkan dan aborsi
akibat kegagalan metode jangka pendek, komitmen
provider terhadap IUD bervariasi dan cenderung
melemah.
Rekomendasi
1. Adanya kemauan dan komitmen yang kuat dari
para pemangku kebijakan baik Kemenkes maupun
BKKBN untuk peningkatan pemakaian
kontrasepsi IUD sebagai Political Will (sebagai
kebijakan baru). Dalam hal ini perlu dilakukan
kajian baru mengenai implementasi kebijakanIUD,
khususnya di lapangan.
2. Adanya new design KIE; KIE dan konseling IUD
terus menerus, perbanyak iklan kontrasepsi IUD
3. Revitalisasi LIBI untuk IUD; memasukkan
kontrasepsi IUD sebagai program LIBI
Referensi
Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, Departemen
Kesehatan dan Macro International Inc. (MI).
2008. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2007. Columbia, Maryland, USA :
BPS dan MI.
Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, 2010.
Pemantauan PUS Melalui Mini Survei di
Indonesia Tahun 2009.
Leli Asih, Flourisa Juliaan, 2010. Pola Pemakaian
Kontrasepsi. Puslitbang KB dan Kesehatan
Reproduksi 2010.
Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah.
Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode
Kontraserpsi Jangka Panjang (MKJP). BKKBN.
2011
Policy brief ini ditulis oleh dr. Diah Puspitasari, M.Si. dan Ir. Endah Winarni, MSPH yang dibiayai oleh
anggaran DIPA Puslitbang KB dan KS tahun 2011. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan Keluarga Sejahtera (PUSNA)
Jl. Permata No.1 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur 13650
Telp.8098019, 8009029-45-53-69-77-85, Fax.8008535
Recommended