Peka Edisi XIX

Preview:

DESCRIPTION

Majalah Pena kampus (Peka) Universitas Muria Kudus

Citation preview

1Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Dari Redaksi

Pemikiran kritis dalam melihat dan menghadapi fenomena sosial atau segala aspek yang

ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, harus dimiliki mahasiswa. Hal ini berguna untuk mengontrol jalannya pemerintahan, baik pe me­rintahan dalam skala besar seperti pemerintahan negara, atau pemerin­tahan dalam skala kecil, seperti dunia kampus, agar berjalan sesuai dengan koridornya masing­masing.

Mahasiswa, yang sering disebut­sebut sebagai kelompok akademi kri­tis, memiliki cara yang berbeda­ beda dalam menuangkan pemikirannya tersebut. Diantaranya, melalui dunia tulis menulis, seperti yang dilakukan kelompok pers mahasiswa (persma) Pena Kampus (Peka) Universitas Muria Kudus (UMK). Tak hanya menya jikan kritik, melainkan juga menyu guhkan fakta dan wacana. Menjadikan yang redup atau bah­kan gelap menjadi lebih terang­ ben­derang untuk diketahui dan disikapi.

Tak mudah menyajikan semua itu tanpa kerjasama dari semua kru re daksi. Rintangan pun datang silih berganti menjadi kerikil, di perjalanan kami menyelesaikan majalah ini. Salah satunya, sulitnya mempertemukan seluruh kru redaksi, terlebih saat ber­jalannya ujian akhir semester (UAS). Perbedaan jam ujian dan tugas­tugas kuliah yang dibebankan hampir dari setiap dosen, terkadang menyulitkan kami bergerak bersama lebih bebas dalam melakukan proses ini.

Namun kami tak patah arang, tetap senantiasa berusaha menye­diakan waktu dan tenaga sepenuh­nya untuk menghadirkan karya ter­baik, majalah PEKA untuk pembaca.

Karena bagi kami, kepuasan pem­baca sangat berarti bagi kami.

Pada Edisi XIX ini, PEKA me­ngangkat ”Sungai di Kawasan Kabu­paten Kudus” sebagai Laporan Utama (Laput). Kudus merupakan wilayah yang dilalui sungai­sungai berpe ngaruh di Jawa Tengah. Kondisi ini, tak jarang mengakibatkan banjir di daerah terdekat sungai­sungai ter­sebut yang tidak mampu menam­pung debit air yang tinggi. Kondisi ini, tentu mengharapkan perhatian dan kebijakan yang arif dari para pe­mangku jabatan di pemerintahan.

Sedangkan sebagai Laporan Khu­sus (Lapsus), kami mengangkat ”Teater Kampus”. Banyaknya kelompok teater mahasiswa di UMK, menggelitik kami untuk melihat lebih jauh kiprah mereka dalam mewarnai dunia seni di kampus Gondang Manis ini. Banyak hal yang dapat dipelajari melalui teater. Selain itu, melalui teater mahasiswa juga sering kali melakukan kritik ter hadap kebijakan­kebijakan yang dinilai tidak berjalan sesuai jalurnya.

Selain Laput dan Lapsus, majala h PEKA juga tetap menghadirkan berita­ berita seputar kampus, wacana dan opini dari civitas UMK, r esensi, puisi dan cerpen. Namun, ada satu yang ba­ru dari majalah PEKA, kali ini kita me­nambahkan kolom life style, yang berisi mengenai hal­hal yang lagi ngetren dan dekat dengan kala ngan civitas UMK. Sayang jika dilewatkan begitu saja.

Salam hangat kami sampaikan pada pembaca yang sudah menan­tikan penerbitan majalah PEKA. Tak lupa, kritik dan saran yang memba­ngun, tetap kami nantikan untuk ka­mi bisa lebih berbenah ke depannya nanti

Diterbitkan oleh: UKM JURNALISTIK

divisi penerbitanUniversitas Muria Kudus

Periode 2011-2012

Pelindung Rektor uMK

PengaRah Pembantu Rektor III

dewan RedaKsi Zamhuri, S.Ag

Penanggung JawabAgus Sulistyanto

PeMiMPin uMuM Much. Harun

seKRetaRis uMuM Onik Rianasari

bendahaRa Farah Dina Yuliani

PeMiMPin RedaKsi Karmila Sari

seKRetaRis RedaKsiNaili Sayyidatul M.

RedaKtuR PelaKsana Sri Haryati

FotogRaFeR Mukhlisin

RePoRteRImam, Warda, Nana, S eptianti,

Elsya, Ulum M., Titik, Dara, Riska, Lina, Khurotul L.,

Yusrifah, Nurus, Puji, Idni, Weni, Hanif, Khoir, Erlina.

IMAM/PEKA

Rekadesain Cover : dhuhaFoto : imam

2 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Daftar IsIDaftar IsIDari Redaksi .................................. 1 Daftar Isi ....................................... 2Surat Pembaca ............................... 3Gapura

Mahasiswa harus Berka(r)ya ......................................... 5

Laporan UtamaKondisi Sungai di Kudus Kian Menurun....................... 7Banjir Persoalan Kolektif Daerah Bertetangga ............. 9Pengelolaan Sungai Tersandung Dana ......................... 10Batas Ambang Sungai Tercemar .................................... 12Tak Semudah Itu Hilangkan Banjir ............................... 13

OpiniDampak Banjir Terhadap Produksi padi ...................... 15

Laporan KhususMulai Sejajar dengan Teater Umum .............................. 17Masuk Kampus, Langsung Lirik Teater ......................... 19Teater Tak Hanya Soal Peran .......................................... 20Ruang Luas Berkreasi di Panggung Seni ....................... 23UMK Pandang Teater Sebelah Mata .............................. 24Teater Tak Bisa Dipisahkan dengan Dunia Kampus .... 28

OpiniTeater Kampus dan Militansi Mahasiswa ..................... 21

LifestyleHigh Heels, Si Penyokong PD dari Tumit...................... 26

TokohPendidikan Karakter Melalui Sosiodrama .................... 29Mahasiswa Perlu Banyak Membaca Berbagai Jenis Buku ... 31

Suduk Kampus Menerapkan Hidup Seperti Alam.................................. 32Menumbuhkan Kepekaan dan Kreatif dengan Blog .... 33Nguri­uri Budaya Lokal Lewat Kemah TKP .................. 33Pendidikan Bahasa Tak Statis ........................................ 34Donor Darah Rutin Bikin Sehat ..................................... 34

BahasaPermainan Bahasa pada Masyarakat Modern.............. 35

OpiniKebutuhan Atas Transportasi ........................................ 37Menakar Studi Ilmiah Mahasiswa ................................. 38

ResensiBelajar Memaknai Korupsi ............................................ 39Memahami Cikal Bakal Nasionalisme .......................... 40Menyoal Gugatan Pramoedya Ananta Toer .................. 41

WacanaJaringan Infomasi Sekolah (JIS) ..................................... 42Pendidikan Karakter di Era Krisis .................................. 43

BudayaPemkab Kudus Kurang Perhatikan Pelestarian Tari Kretek .. 45

MemoarMenjadi Guru di Daerah Terpencil ............................... 47

SastraPuisi ................................................................................. 49Cerpen “Menantu Pilihan” ............................................ 51

Cuaca panas memaksa sartono (50), berteduh di bawah p o hon pisang. siang itu, mata warga desa Karangturi, Kecamatan

Kaliwungu, Kabupaten Kudus itu menyisir setiap petak sawahnya.

dalam benaknya hanya ada sebuah harapan sederhana.

Laporan Utama

10

teriakan itu terdengar panjang dan menggema. bukti aktifitas teater di Universitas Muria Kudus (UMK) tak ada redupnya. teater menjadi satu dari berbagai aktivitas ekstra yang tengah diminati para akademisi di dalam kampus.

Laporan khUsUs

17

dunia kampus saat ini tak sekadar menjadi perkumpulan para

aktivis dan akademik dengan kesibukan

telaah literatur maupun diskusi. tren fashion perlahan tapi pasti,

menyusup di kehidupan insan kampus yang disebut mahasiswa.

LifestyLe26

Membaca bisa menjadi salah satu hobi yang sangat positif, seperti Rizka alyna

yang memilih membaca buku sebagai hobinya. Karena dengan membaca bisa

membuka wawasan lantaran bisa mendapatkan banyak

informasi, pengetahuan dan pengalaman baru.

tokoh31

3Edisi XiX APRiL 2012

Kenapa Harus Berebut Informasi Beasiswa

Informasi beasiswa merupakan kebutuhan bagi sebagian besar mahasiswa. Hal itulah yang menyebabkan mahasiswa berebut untuk ber lomba – lomba mendapatkan informasi b easiswa.

Namun terkadang ada mahasiswa yang nakal de ngan mengelupas informasi beasiswa yang di tempel di madding kampus. Padahal tiap – tiap fakultas memiliki kebijakan sendiri dalam menentukan persyaratan pengajuan beasiswa, walaupun sudah ada peraturan umum yang diberikan oleh kopertis yang sudah disebarkan oleh pihak BAAK ke tiap fakultas.

Hal itulah yang menyebabkan terjadinya kerancuan dalam pengajuan beasiswa. Alangkah baiknya kalau informasi mengenai beasiswa dari fakultas tidak hanya dipasang di madding saja, melainkan juga di posting di situs resmi fakultas atau di share di situs jejaring social seperti face­book, twitter atau saling sapa

mustabsyiroh, mahasiswa Teknik Informatika, semester 4

fashion mahasiswa Dalam tanda tanya

Lihat dan Awas Jalan Berlubang di Kampus Kita

Keadaan jalan beraspal di komplek Universitas Muria Kudus (UMK), sudah cukup baik, tapi dibeberapa tempat masih ada jalan yang berlubang. Seperti di jalan depan Joglo yang sering digunakan untuk registrasi, depan gedung FKIP dan jalanan menuju lapangan tenis.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan megahnya gedung – gedung UMK. Masak ge­dungnya bagus kok jalannya berlubang.

Selain itu kontur jalan juga tidak rata dan bergelombang. Sekadar memberi saran untuk bi­sahak pihak yayasan sebagai pengelola agar bisa memperhatikan kenyamanan mahasiswa dengan memperbaiki jalanan – jalanan tersebut

ahmad arinal hag, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, semester 2

seirinG berjalannya waktu, kini banyak sekali perubahan yang terjadi di Universitas Muria Kudus (UMK). Salah satunya adalah perkembangan fash­ion yang terjadi pada lingkup mahasiswa. Misalnya berpenampilan yang berlebihan yang mana sangat diutamakan dari pada pendidikan.

Akan tetapi hal tersebut membuat mahasiswa merasa lalai dengan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa dan justru mereka lebih memilih mem­perindah tampilan fashion mereka. Pilih kuliah apa dandan?

Ada kiasan, pendidikan adalah awal dari kesuk­sesan. Apakah ini Cuma kiasan semata. Tapi inilah yang terjadi di UMK. Tidak sedikit dari mahasiswa

UMK yang lebih mementingkan berdandan, sehingga mereka lalai akan jam kuliah yang ada.

Seharusnya dengan penampilan sederhana saja cukup, yang penting adalah mahasiswa lebih me­ngutamakan kuliahnya. Namun dalam kenyataan­nya mahasiswa lebih mementingkan penampilan saja. apakah kuliah sekarang hanya sebagai topeng mereka atau hanya dijadikan ajang untuk pamer penampilan?

Alangkah lebih baik, jika seorang mahasiswa mengabaikan penampilannya yang over dan kon­sentrasi pada kuliahnya. Semoga

Umi nafisah, mahasiswa PBI, semester 2

Surat Pembaca

4 Edisi XiX APRiL 2012

Tindak Lanjut ATM, Kapan?

Ujian Praktik dan Lisan Di Kampus

seLama ini ujian di kampus pada umumnya hanya ada ujian tulis. Serta tidak menutup kemung­kinan terjadi kecurangan­kecurangan yang dilaku­kan oleh mahasiswa. Kecurangan­kecurangan tersebut yang nyata ialah mahasiswa membawa lipatan­lipatan kertas kecil, buku pelajaran, dan handphone, baik yang ditaruh di dalam laci meja maupun yang di taruh pada tempat alat tulis.

Solusi lain yang sangat perlu dilakukan oleh kampus adalah dengan menyelenggarakan ujian praktik dan ujian lisan. Dalam ujian praktik, ke­curangan­kecurangan yang dilakukan oleh maha­siswa sering terjadi. Dimana dalam ujian praktik kenyataannya mahasiswa dituntut mampu untuk mengembangkan kreativitasnya dalam menyele­saikan ujian tersebut. Kemudian setelah itu, hasil dari ujian praktik mahasiswa dipublikasikan ke­pada mahasiswa yang lain.

Hal ini akan menumbuhkan semangat, daya sa­ing, inovatif dalam diri mahasiswa. Ujian lisan juga sangat baik diselenggarakan di kampus. Hal ini kar­ena kenyataannya kecurangan­kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa tidak ada. Disamping itu pula, mahasiswa dituntut untuk percaya diri di depan dosen saat melakukan ujian lisan.

Selain itu, mahasiswa dituntut untuk mampu menjawab soal ujian yang disampaikan oleh dosen dengan jawaban yang tepat serta menggunakan susunan kalimat yang baik dan benar. Semoga

anisatun hidayatullah, mahasiswa PGSD

Petugas Parkir Kurang Ramah

ketika masuk ke gerbang utama Universitas Muria Kudus, kita disambut oleh lapangan parkir yang tidak begitu luas. Saya mau berbagi pengala­man dengan rekan – rekan mahasiswa.

Saya pernah mau memarkir motor di parkiran kampus UMK, tetapi oleh petugas parkir disuruh parkir ke depan fakultas psikologi. Padahal saat itu ruang parkir masih muat dan dibuka untuk kendaraan mahasiswa. Memang pada waktu itu, tidak jam efektif kuliah (liburan), tapi menurut saya seyogjanya sebagai petugas parkir bisa melaksana­kan tugasnya dengan baik.

Sebagai seorang mahasiswa, seharusnya kita mendapat pelayanan yang memadai. Untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan seperti tindak kejahatan, curanmor dan pencurian helm. Salah satu usaha untuk menghindari hal tersebut adalah memarkir motor pada tempatnya yaitu di parkiran. Karena tempat parkir adalah salah satu yang dapat menjamin keamanan kendaraan m ahasiswa.

Mohon bagi petugas parkir untuk bisa bersikap ramah kepada semua mahasiswa

alfi muhimmatul fauziyyah, mahasiswa PGSD, semester 4

perkemBanGan Universitas Muria Kudus sudah mulai terlihat. Baik itu dari segi pembangu­nan maupun dari sistem yang berjalan. Salah satunya sistem pengadaan ATM sebagai alat registrasi.

Adanya sistem ATM memang cukup menguntungkan bagi ma­hasiswa. Mereka cukup memba­yar uang registrasi di sekitar Bank daerah mereka masing­masing tanpa perlu pergi ke kampus. Namun di balik keuntungan itu,

ada beberapa hal yang sangat disayangkan berkaitan dengan sistem pengadaan ATM. Salah satunya adalah pembagian ATM yang masih belum merata ke seluruh mahasiswa. Selain itu, penanganannya juga cukup lelet, entah itu dari pihak Bank atau dari pihak universitas.

Hal itulah yang meyebabkan pemanfaatan dari ATM itu sendiri belum cukup efisien, sehingga adanya ATM seperti tak ada a rtinya.

Untuk itu, saya berharap dari pihak universitas agar segera menindaklanjuti tentang pem­bagian ATM tersebut, agar adanya ATM itu dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh mahasiswa dan semua itu akan terlaksana jika memang ada keseriusan dari pihak Bank maupun universitas dalam menangani pengadaan ATM

nihayatus sa’adah, Mahasiswa

Teknik Infornatika, semester 4

Surat Pembaca

5Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Memasuki halaman Univer­sitas Muria Kudus (UMK) riuh rendah mahasiswa

mewarnai hampir semua penjuru kampus. Walau berstatus sama se­bagai mahasiswa, namun masing­masing mahasiswa punya kesibukan yang berbeda. Mulai sekedar nong­krong sembari ‘cuci mata’, internetan, dengerin musik, kuliah, membaca buku, diskusi, hingga berlatih seni teater. Cukup beragam.

Menyandang predikat sebagai ma­hasiswa sebenarnya bukan hal mudah. Berbagai proses rumit mesti dilalui untuk mendapat predikat mentereng sebagai insan intelektual. Gelar se perti agen perubahan, tokoh akademis, dan

kritikus, kerap disematkan kepada ma­hasiswa. Entah karena apa sebutan­sebutan tersebut tersematkan?

Meninjau sebutan­sebutan di atas, hal itu pun dapat dimaksud­kan sebagai suatu harapan yang di­gantung oleh masyarakat kepada mahasiswa. Dapat diartikan pula bahwa masyarakat menggantungkan harapan­harapan besar di bahu ma­hasiswa, sebagai generasi penerus bangsa. Sungguh hal yang tak mudah mengemban amanah besar tersebut.

Mahasiswa dituntut menunjuk­kan kemampuannya dalam mengab­dikan diri bangsa dan negara. Bentuk pengabdian seperti bermasyarakat dapat dilakukan mahasiswa deng­

an jalan berbeda­beda. Mulai dari hal kecil hingga yang hal besar. Sederhana hingga yang wah.

abdi negaraBerjuang dengan segala daya ke­

mampuan untuk negara. Banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa un­tuk turut serta membangun negara.

Namun tampaknya, peran maha­siswa sedikit bergeser dengan yang dahulu terukir. Harapan pun hanya tinggal kenangan. Dapat dihitung jari, seberapa besar jumlah maha­siswa yang peduli dan peka terhadap lingkungan sekitar. Mahasiswa seka­rang ini terkesan apatis dan terasing terhadap lingkungannya sendiri.

mahasiswa harus Berka(r)yaOleh: Karmila Sari

GapuraIS

TIM

EWA

6 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Hemat penulis, perhatian maha­siswa terfokus pada teks dan ruang kuliah saja. Peran sosial kemasyaraka­tan mulai teralihkan. Wajar saja, bila seorang mahasiswa kini lebih identik insan eksklusif bak berada di menara gading. Tak terjamah dan ‘mau’ men­jamah.

Mahasiswa secara sengaja lebih dipersibukkan untuk hanya mengu­rusi mata kuliahnya daripada berkeg­iatan di luar kaidah mata kuliah ju­rusannya. Memang tidak salah jika mahasiswa tekun dalam bangku ku­liahnya. Namun layaknya hal terse­but juga tidak lantas membutakan mahasiswa dari keadaan sosial ke­masyakatan di sekitar. Seharusnya, mahasiswa memiliki kepekaan ter­hadap lingkungan.

Dapat kita hitung, prosentase ma­hasiswa pasif dibanding yang akti f jumlahnya cukup jauh. Pola berpikir sempit yang mereka gunakan meru­pakan penyebabnya. Terus dan terus belajar, mendapatkan indeks prestasi (IP) tinggi, dan cepat lulus, pemikiran yang semacam itulah yang sering muncul pada sebagian besar ma­hasiswa sekarang. Kebanyakan dari mereka lupa akan perannya sebagai agent of change. Selain itu, maha­siswa pun harus bisa menunjukkan karyanya.

Karya mahasiswa merupakan hal yang ditunggu semua pihak. Baik

karya keilmuan di bangku kuliah, maupun karya lantaran bakat dan minatnya. Beragam karya mahasiswa akan semakin mewarnai kehidupan. Baik di kampus itu sendiri maupun di masyarakat.

Penulis berpendapat, setiap karya mahasiswa itu mencerminkan seber­apa jauh geliat keilmuan yang tum­buh dalam suatu kampus. Keilmuan di sini mengarah pada ilmu yang leb­ih luas dan mencakup banyak hal.

Untuk itu, kampus tak hanya berkewajiban untuk menfasilitasi segala yang dibutuhkan mahasiswa dalam tumbuh kembangnya kemam­puan hard skills maupun soft skills. Kampus seharusnya juga mampu memberi apresiasi tinggi untuk s etiap karya mahasiswa. Hal itu untuk lebih memacu semangat mahasiswa d alam berkarya.

BerkaryaBerbicara mengenai semangat

berkarya, mahasiswa UMK pun tak mau kalah berkarya dengan maha­siswa lainnya. Beragam karya ma­hasiswa muncul dengan ke khasan masing­masing. Mulai dari kelompok teater yang menghadirkan karyanya dalam bentuk pertunjukan teater, kelompok jurnalistik dengan karya tulis­menulis, kelompok pecinta alam dengan pengabdian terhadapa alam dan masyarakat, kelompok bergerak

bidang kesehatan masyarakat, dan masih banyak lagi.

Namun dalam berkarya, layaknya mahasiswa tak lantas mengabaikan kewajibannya. Baik kewajibannya di bangku kuliah maupun kewajiban lainnya. Misalnya, kewajiban untuk mencari uang guna memenuhi ke­butuhan perkuliahannya. Semuanya harus berjalan seiringan.

Melihat semua pemaparan di atas, maka tak heran jika mahasiswa dituntut untuk pandai dalam meng­atur tenaga dan waktunya. Baik un­tuk memenuhi keperluan pribadi­nya maupun untuk mengabdi pada negara. Lebih jelasnya, mahasiswa di samping harus berkarya juga harus kaya.

Memang, tak dapat dipungkiri, terdapat banyak beasiswa yang dita­warkan. Namun yang menjadi per­tanyaan, adakah ketepatan sasaran penerima beasiswa tersebut. Untuk itu mahasiswa tak cukup hanya berkarya, namun juga perlu ‘berkaya raya’ guna membiayai pendidikan. Baru melihat biaya pendidikan besar itu, hanya bisa menyiutkan ‘nyali’ bagi berkantong tipis. Itu wajar dan diang­gap kepantasan. Tampaknya, kini ada syarat baru yang harus dipenuhi calon mahasiswa. Selain pintar, mahasiswa itu harus kaya dan besar pula kantong uangnya. Benarkah? Bagaimana de­ngan kampus tercinta ini?

Gapura

Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik

Divisi Penerbitan

Bergabunglah Bersama

Pilih Produktif atau Selamanya Menjadi Fosil Hidup?

pekaPena KaMPus

7Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Laporan Utama

Air berwarna coklat, sampah di setiap sudut, menjadi pe­mandangan khas sungai di

Kabupaten Kudus. Tengok saja Kali Gelis yang membelah Kota Kudus. Airnya kerap berubah warna menu­rut musim.

Musim hujan air keruh kecokla­tan. Saat musim kemarau air sungai bisa berwarna gelap kehijauan, ter­gantung limbah rumah tangga apa yang dibuang warga sekitar sungai. Tak hanya itu, di sepanjang aliran sungai, juga berdiri rumah rapat­ rapat persis di bibir sungai.

Koordinator Banjir pada Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana (PSDA Seluna) Hadi Paryanto mengakui kondisi maupun kualitas air sungai di Kudus mulai menurun. Perlu penanganan yang intensif dan terpadu.

Menurunnya kondisi sungai, menurut Hadi, disebabkan faktor penyempitan sungai. Rusaknya eko­sistem alam di sekitar daerah aliran sungai, termasuk kawasan hutan, menambah derita wajah sungai di Kudus.

“Pembalakan liar besar­besa­ran yang terjadi pada kurun tahun 1997 hingga 2000 di kawasan Muria menjadi salah satu penyebab hutan gundul. Akibatnya, tanah tidak lagi mampu menyerap air hujan,” terang Hadi.

Tidak terserapnya air hujan secara sempurna oleh tanah, menyebab­kan rawan terjadinya banjir. Hal itu dika renakan, air yang tidak terserap tanah, akan langsung mengalir ke su­ngai. Imbasnya, alur sungai yang ter­us menyempit itu pun tidak mampu menampung denbit air yang jumlah­nya melebihi kapasitasnya.

Maka terjadilah banjir saat sungai meluap. Membawa material tanah dari daerah hulu. Data Balai PSDA Seluna Provinsi Jawa Tengah me­nyebutkan, debit Sungai Serang dan Wulan kini mencapai 1000 m3/de­tik. Sedangkan debit Sungai Juwana menurun dari 600 m3/ detik menjadi tinggal 350 m3/detik. Penurunan de­bit sungai Juwana, kata Hadi, dipicu sedimentasi dan pengalih fungsian lahan sekitar sungai dari rawa men­jadi lahan pertanian.

Hadi menambahkan, debit aliran air Sungai Lusi yang melintasi daerah Kecamatan kaliwungu sekitar 600 m3/detik. Sedangkan Sungai Wulan bagian hulu yang mengalir ke daerah Kecamatan Undaan debitnya sekitar 700 m3/detik.

Sementara itu, Debit air Sungai Gelis yang membelah Kecamatan Kota hanya 215 m3/detik (lihat grafis). Hadi menambahkan, jika sungai tak lagi mampu menampung debit air yang ada, maka banjir tidak akan ter­hindarkan lagi.

kondisi sungai di kudus kian menurun

Reporter : Onik Rianasari & Septianti

naMa sungai debit (M3/detiK)Serang 1000 ♦Wulan 1000 ♦Juwana 350 ♦Lusi (Kaliwungu) 600 ♦Wulan (Undaan) 700 ♦Gelis 215 ♦Tunggul 150 ♦

naMa sungai debit (M3/detiK)Mayong 300 ♦Bakalan 150 ♦Pecangaan 100 ♦Welahan Drain 2 (SWD 2) 405 ♦Serang Welahan Drain 1 (SWD 1) ♦ 180Wulan Hilir 620 ♦

Sumber : Balai PSDA Seluna

GRAFIS DeBIT SUnGAI DI KUDUS

pembalakan liar besar-

besaran yang terjadi pada kurun tahun 1997 hingga 2000 di kawasan

muria menjadi salah satu penyebab hutan gundul.

akibatnya, tanah tidak lagi mampu

menyerap air hujan,”

ONIKI/PEKA

hadi Paryanto

Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik

Divisi Penerbitan

Bergabunglah Bersama

Pilih Produktif atau Selamanya Menjadi Fosil Hidup?

pekaPena KaMPus

8 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan UtamaBPSDA Seluna mencatat, pada

akhir Desember hingga awal Januari 2011/2012 serta Februari 2012 meru­pakan bulan rawan hujan deras yang memicu munculnya banjir. Kondisi ini memicu munculnya daerah gena­ngan rutin yaitu di daerah lintasan Sungai Serang Welahan drain 1 dan daerah yang dilintasi sungai Juwana di Kecamatan Mejobo. Warga di daer­ah yang permukaan tanahnya berada di bawah elevasi +6 seperti di dataran rendah daerah Kecamatan Undaan, Kecamatan Jati dan Kecamatan Kaliwungu, perlu mewaspadai banjir rutin pada pe riode tersebut.

Di Kudus, terdapat tiga aliran sun­gai besar yakni Sungai Serang, Lusi dan Wulan. Di sepanjang aliran sun­gai besar itu terdapat sejumlah aliran anak sungai. Di wilayah barat terda­pat Sungai (Kali) Gelis, Jaranan dan Pesantren. Di wilayah timur men­galir Sungai Tumpang, Dawe, Piji,

Logung, Jatipasean , Asem doyong dan Blimbing.

Bapak yang memiliki seorang anak itu menambahkan, banyak persoalan yang menjadi sorotan untuk memu­lihkan kondisi sungai. Salah satunya yakni mulai munculnya hunian peru­mahan baru di daerah pinggir sungai. Akibatnya, tumpukan sampah rumah tangga di sepanjang aliran sungai pun tak dapat dihindarkan.

Ditambah lagi kebiasaan petani yang lebih memilih menanam tana­man produksi semusim dan beru­mur pendek, ketimbang tanaman keras yang berfungsi sebagai konser­vasi tanah. Tanaman semusim me­nyebabkan kemampuan tanah untuk menyerap air berkurang.

Untuk mengantisipasi meluapnya air sungai sehingga berpotensi banjir, perlu dilakukan upaya konservasi se­cara teknis maupun non teknis. Hadi menjelaskan, penanganan konservasi

secara teknis dilakukan dengan mem­perbanyak embung dan waduk, penghijauan, serta sumur resapan.

Pemerintah sebenarnya telah lama merencanakan pembangunan embung besar di Logung. Hanya saja hingga saat ini belum terealisasi sepe­nuhnya. Sementara konservasi non teknis dilakukan dengan memberi pe­nyadaran bagi warga di sekitar sungai.

Hadi mengatakan, kegiatan nor­malisasi fungsi sungai juga diper­lukan. Caranya dengan melakukan pengerukan sungai secara berkala, pembuatan cek dam kecil dan pari t, serta pembuatan sumur serapan.

Hadi menambahkan, upaya pe­ngurangan risiko banjir harus ada keterpaduan dari berbagai dinas dan instansi masyarakat. Yang jelas, kata dia, dinas instansi terkait perlu merumuskan program dan kebijakan bersama agar tak saling tumpang tin­dih satu sama lain

DOK.PEKA

sebRangi sungai : sejumlah warga demak memanfaatkan perahu untuk menyeberangi sungai lusi di desa setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu yang airnya keruh karena tingkat sedimentasi tinggi.

9Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Laporan Utama

Banjir persoalan kolektif Daerah Bertetangga

Reporter : Ulum M. & Sri Haryati

Ketua Komisi C DPRD Kudus, Dedhy Prayogo menilai ben­cana banjir merupakan per­

soalan kolektif. Artinya, persoalan banjir di Kudus berkaitan erat de­ngan persoalan serupa di kabupaten tetangga seperti di Kabupaten Pati.

Karena persoalan bersama, kata dia, juga membutuhkan pemecahan secara kolektif pula. Dari pengama­tannya, banjir di Kudus bergantung seberapa besar debit air yang digelon­torkan dari Waduk Kedungombo.

Jika pintu waduk dibuka, secara otoma­tis debit air meningkat. Di tambah debit air dari sungai lainnya, maka volume air yang me­lintas di wilayah Kudus pun meningkat. “Belum lagi jika ada kerusakan mi salnya tanggul rusak atau pintu air tak ber­fungsi,” jelasnya.

Dedhy mengaku pri­hatin terhadap benca­na banjir yang selalu berulang setiap tahun. Beberapa kali pihaknya menggelar koordinasi de ngan Balai PSDA. Pihaknya mendesak agar alokasi ang­garan untuk perawatan saluran dan normali sasi sungai diprioritaskan.

Namun karena keterbatasan angga­ran yang dimiliki Pemerintah, kegiatan normalisasi saluran di Kudus hingga Pati harus dilakukan secara bertahap. Padahal, menurut Dedhy, tak seren­taknya kegiatan normalisasi itu akan memunculkan masalah baru.

Karena tak serentak, kondisi salu­ran di hulu pun bakal rusak saat saluran di kawasan hilir rampung

dinormalisasi. “Belum lagi potensi akan munculnya semacam jegong (lubang) sehingga menimbulkan genangan air,” ujarnya.

Wacana pembuatan Waduk Lo­gu ng yang digadang­gadang mam pu mengurangi potensi banjir di daerah yang lebih rendah pun baru sebatas rencana saja.Sebab hingga saat ini, wacana itu masih berkutat pada per­soalan pembebasan lahan yang be­lum tuntas.

Pria asli Kudus itu menambahkan, rencana pembentukan Badan Pena ng gulangan Bencana Daerah (BPBD) mendesak untuk segera diwujudkan. Sehingga badan khusus yang me­na ngani bencana itu bisa fokus mengurusi bencana, seperti banjir maupun tanah longsor.

Dedhy menambah­kan, warga perlu proak­tif dalam penanganan banjir. Selain aktif me­laporkan kondisi ter­kini di daerahnya, warga diharapkan juga ikut memperhatikan saluran air yang melintas di tem­

pat tinggalnya. “Jika terjadi kerusakan atau debit air meningkat, bisa lapor ke dinas instansi terkait agar cepat mendapat penanganan,” jelasnya.

Selain mengandalkan peran masya rakat, dinas terkait juga perlu mengintensifkan inventarisasi keru­sakan pada saluran air dan sungai yang menjadi tanggung jawabnya. “Apabila ada tanggul yang rusak atau jebol harus cepat­cepat diatasi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar lagi,” tegasnya

Jika terjadi kerusakan

atau debit air meningkat, bisa lapor ke dinas

instansi terkait agar cepat mendapat

penanganan”

MUKHLISIN/PEKA

dedhy Prayogo

10 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan Utama

Cuaca panas memaksa Sartono (50), berteduh di bawah p o­hon pisang. Siang itu, mata

warga Desa Karangturi, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus itu me­nyisir setiap petak sawahnya. Dalam benaknya hanya ada sebuah harapan sederhana.

Ia, ingin melihat sawahnya tak l agi terendam air saat banjir di musim hujan. Dan saat kemarau, air masih dapat mengalir hingga ke sawah­nya. Sebelumnya ia dan petani se­tempat memiliki harapan besar agar Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) bisa ikut memecahkan perso­lan banjir di lahan tersebut.

Namun hingga saat ini, belum ada langkah perubahan signifikan yang dilakukan Pemerintah setem­pat. Tercatat sudah lima kali ini lahan Sartono terendam banjir. Padahal jelas dalam Undang­undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA), pengaturan tata tanam, sarana prasarana, dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), diatur oleh Dinas Bina Marga.

Dikonfirmasi hal ini, Kepala Bi dang (Kabid) Pengairan pada Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kudus Moh Farid mengatakan, kewenangan­nya terbatas pada perawatan aliran air di saluran tertentu. Disebutkan, selama ini pihaknya hanya bertanggung jawab mengalirkan air dari saluran primer dan saluran sekunder.

Sementara pengelolaan air pada saluran tersier menjadi kewena­ngan P3A. Farid menjelaskan, ke­wenangan P3A meliputi pengelo­laan, penga turan, perencanaan, dan pelak sanaan pola tanam. Kapan para petani harus serempak menanam padi dan palawija.

Ka rena hal ini berhubungan de­

ngan pemerataan penyaluran air dan untuk menghindari hama. Jadi, jika pola tanamnya seragam, hama yang menyerang tidak sampai parah. Selanjutnya, kata Farid, ada dua pro­gram yang dicanangkannya.

Dua rencana tersebut yaitu me­ngkoordinir semua yang terkait deng­an pertanian dan Water Infrastruktur Manajemen Proyek (WISMP). Hal ini bertujuan mengelola irigasi sehingga hasil pertanian diharapkan mening­kat setiap tahunnya.

Pihak yang terlibat pada program tersebut antara lain Bappeda, Dinas Pertanian, dan Dinas Bina Marga. Dari awal mereka melakukan sosiali­sasi dan penguatan kelembagaan. Termasuk P3A agar mampu me­ngelola irigasi ke bawah.

Untuk program tersebut, lanjut Farid, tahun ini pihaknya mendapat kucuran dana sebesar Rp 3,2 miliar. Sebanyak Rp 2,1 miliar diantaranya merupakan bantuan Pemerintah Pusat. Dana sebesar itu diguna­kan untuk membangun 270 Daerah Irigasi (DI) yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kudus.

“Satu DI harus ada tiga sampai

lima bangunan saluran irigasi. Butuh tahapan waktu dan dana besar untuk merampungkannya,” jelasnya.

Awal 2009 pihaknya telah melak­sanakan beberapa perbaikan DAS atas izin dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serang Lusi Juana (Seluna). Perbaikan itu diantaranya DAS Sungai Dawe dan Tati.

Menurutnya, sebagian besar DAS merupakan peninggalan Belanda, sehingga banyak yang sudah pecah dan rusak. Sementara perbaikan sendiri baru dimulai pada 2009 di semua DAS Kudus. Terutama daerah utara seperti Dawe dan Gebog yang memang aliran airnya lebih tinggi.

Sesuai kesepakatan anggota Ko­misi Irigasi yang terdiri dari Dinas, Pemerhati Lingkungan, P3A, akade­misi, dan petani, Dinas Bina Marga melaksanakan dua kegiatan dalam setahun. Hanya saja pihaknya masih kewalahan mengingat kebutuhan perawatan saluran pengairan di Kota Kretek itu sangat tinggi.

Terkait antisipasi banjir, lanju t Farid, pihaknya ikut aktif dalam pengawasan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di Jekulo dan Undaan. Penjaga yang bertugas menjaga pintu air harus benar­benar kerja keras. Apabila, ia tidak membu­ka pintu air saat debit air tinggi, maka pintu air berpotensi rusak. Sehingga, kerugian yang ditimbulkan akan se­makin tinggi.

Farid menambahkan, untuk mene­kan kerawanan banjir, air bisa dialirkan dua jalur. Pertama, Sungai Wulan yang menampung aliran dari Sungai Gelis yang dialirkan ke barat, Demak dan Jepara yang muaranya di Kedung.

Jalur lainnya dikeluarkan me lalui sungai Juwana, dari Kudus ke Pati yang panjangnya 53 km berkelok­kelok

penGeLoLaan sUnGai tersanDUnG Dana

Reporter : Ulum Minnafiah & Sri Haryati

SRI/PEKA

Muh Farid

11Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Laporan Utama

Kondisi: sungai gelis

di desa demangan

terlihat keruh dan banyak

sampah.

hingga ke muara. Agar saluran itu lan­car dan berfungsi optimal, tentu dibu­tuhkan kegiatan normalisasi sungai.

Kegiatan normalisasi bisa di­lakukan dengan membuat sodetan di muara sungai. Kemudian, parkir kapal yang berada di Juwana, menu­rutnya, juga harus dipindah agar nantinya tidak menghalangi laju air.

Terakhir juga diadakan pengerukan terhadap sungai agar tidak terjadi pendangkalan.

Namun, langkah ini masih ter­kendala oleh dana. “Butuh sedikitnya Rp 700 miliar untuk mewujudkan­nya, sehingga kegiatan normalisasi ini belum bisa terlaksana sepenuh­nya,” ucapnya.

Tidak hanya karena dana, kurang­nya kesadaran warga akan pentingnya tanggul di pinggir sungai juga menja­di kendala tersendiri. Masih banyak dijumpai warga membuang sampah secara sembarangan, menggembala ternak hingga menanam tanaman keras yang justru akan merusak ta­nggul sungai

MUKHLISIN/PEKA

12 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan Utama

Batas amBanG sUnGai tercemar

Reporter: Naili Sayyidatul Musfiroh & Yusrifah

Akhir Desember 2011, sejum­lah media lokal di Kudus me rilis berita pencemaran

sungai di kota kretek karena kelebi­han kadar oksigen. Indikator pence­maran su ngai di atas ambang batas antara lain, adanya biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen de­mand (COD ), dan nitrat.

Disebutkan, dari hasil uji sungai pada September 2011 menunjukkan tiga sungai di Kudus kadar oksigen­nya melebihi ambang batas. Ketiga sungai tersebut yakni Sungai Jaranan, Madat dan Jajar.

Di Sungai Jaranan BOD menca­pai 5,21 miligram per liter dari baku mutu 3 miligram per liter. Diketahui juga kadar nitrat 5,230 miligram per liter dari baku mutu 10 miligram per liter. Di Sungai Madat jumlah BOD mencapai 150,55 miligram per liter dari baku mutu 12 miligram per li­ter. Sedangkan kadar COD mencapai 464,89 miligram per liter dari baku mutu 100 miligram per liter.

Sementara di Sungai Jajar jum­lah BOD mencapai 330,63 miligram per liter dari baku mutu 12 miligram per liter. Sedangkan COD mencapai 965,99 miligram per liter dari baku mutu 100 miligram per liter.

Meski sejumlah sungai diketahui kadar oksigen melebihi ambang ba­tas, pihak Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kudus memastikan kondisi kualitas air sungai masih dalam kon­disi wajar. Namun merujuk data itu, jelas tiga sungai tersebut membutuh­kan perhatian serius.

Kualitas air sungai bisa dikatakan aman apabila kadar oksigen bisa kem­bali normal dan pencemarannya tidak melebihi batas ambang. Kepala Seksi Pengendali Dampak Lingkungan pada KLH Kabupaten Kudus Indriatmoko menjelaskan, indikasi pencemaran sungai di kudus dirasakan belum ada

sampai sekarang. “Setiap tahun kami membuat laporan terkait kualitas air, udara dan sampah, mengenai pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Kudus sendiri sungai­sungainya masih berada di ambang batas, jadi masih layak,” tegasnya.

Tahun 2003 KLH meluncurkan program Prokasih (progam kali ber­sih). Program ini dilakukan mulai dari sungai di Desa Langgar Dalem sebagai sarana kepedulian terhadap sungai di Kudus. Prokasih bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan fungsi sungai. Apalagi disepanjang aliran su­ngai mulai banyak tanaman enceng gon­dok maupun budidaya tanaman kang­kung. Kedua jenis tanaman itu membuat aliran air tak lancar. “Kami terus melaku­kan sosialisasi, memasang papan im­bauan maupun larangan membuang sampah di sungai,” katanya.

Untuk mempercantik wajah su­ngai, KLH Kudus sejak 2011 mulai merintis pembuatan taman di ping­gir sungai, yakni di Desa Demangan dan Desa Ploso. Pembuatan dua ta­man itu juga untuk mendongkrak pe­nilaian penghargaan Adipura.

Disebutkan, air sungai me miliki

tingkatan kelas untuk kegunaan tersen diri. Di kudus, air sungai hanya masuk masuk dalam kelas II. Dise­butkan, ada empat tingkatan kelas air sungai. Kelas I digunakan untuk air baku air minum, kelas II di gunakan sarana dan prasarana rekreasi air, dan budidaya ikan air tawar.

Air sungai kelas III digunakan budi­daya ikan air tawar, peternakan air un­tuk mengairi pertanaman. Sedangkan air sungai kelas IV digunakan mengairi tanaman dan rumput. Dia menambah­kan, pengawasan pembuangan sampah dan limbah industri terus ditingkatkan. Apabila ada yang kedapatan melaku­kan pelanggaran pembuangan limbah langsung ke sungai, pihak KLH bisa memberi sanksi mulai surat peringatan hingga sanksi yang lebih berat lainnya.

Terkait sampah rumah tangga, pihaknya mendorong agar setiap ru­mah menyediakan tempat sampah minimal satu yang diletakkan di de­pan rumah. Lalu untuk pembuangan akhir sampah sendiri bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan Dinas Cipta Karya untuk pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Tanjung Rejo

MUKHLISIN PEKA

saMPah: salah satu sungai di desa garung lor, alirannya terhambat sampah.

NAILI/PEKA

indriatmoko

13Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Laporan Utama

Batang pohon itu berjejal di­antara sampah yang menum­puk di salah satu sudut Kali

(Sungai) Gelis di Desa Ploso, Kudus. Tak jelas dari mana pohon itu be­rasal hingga bisa tersangkut di tem­pat itu. Batang pepohonan itu ibarat mencerminkan kondisi daerah hulu yang telah rusak.

Sampah­sampah itu mengakibat­kan aliran sungai tersendat dan ber­potensi menimbulkan banjir. Faktor utama penyebab banjir diakibatkan perilaku manusia. Kurang jelasnya siklus hubungan antara manusia se­bagai pribadi dengan lingkungan, menjadikan tatanan alam ini rusak.

Hal tersebut dikatakan Hendy Hendro, pemerhati lingkungan dan sekaligus Ketua Daerah Aliran Sungai (DAS) Muria. “Terlebih lagi peruba­han cuaca yang tak menentu (cuaca ekstrim) membuat kerentanan ben­cana tinggi,” ungkapnya.

Saat musim hujan misalnya, be­berapa daerah di kabupaen Kudus tak luput dari bencana banjir. Banjir terjadi di daerah – daerah rawan se­perti di Undaan, Jekulo, Kaliwungu. Selain itu, dijelaskan Hendy, tak ket­inggalan daerah yang berada di dekat aliran sungai­sungai besar, dian­taranya Sungai Gelis, Sungai Juwana dan Sungai Wulan juga sering terjadi banjir bandang dan banjir berbulan­bulan.

Keadaan sungai di Kudus sangat memprihatinkan. Keadaannya tak terawat, banyak sampah dan peman­faatan sungai yang tak pada mestinya. “Banyak masyarakat yang bertempat tinggal di daerah bantaran sungai

malah memanfaatkan sungai sebagai tempat sampah,” jelasnya.

Hendy yang juga Ketua Forum Konsorsium Muria Hijau Kudus menjelaskan, sebab – sebab terjadi­nya banjir pertama karena tingginya curah hujan merupakan salah satu yang menyebabkan banjir dan melu­apnya debit air di sungai.

“Ulah manusia yang tidak sesuai dengan lingkungan, dengan mem­buang sampah sembarangan, mene­bang hutan, pola tanam masyarakat pegunungan yang tak sesuai struktur tanah bisa disebut sebagai penyebab banjir,”ungkapnya.

Hendy mengungkapkan wilayah Kabupaten Kudus memiliki jenis tanah regosol dan lagosol. Tanah tersebut mudah jenuh terhadap air, sehingga air pun tak mampu ter­serap sempurna. Pada dasarnya ta­nah memiliki pori­pori yang berguna untuk memasukkan air dan menjadi­kannya air tanah. Sementara air yang terserap sempurna oleh tanah, akan menjadi air permukaan.

Selain tak mampu menyerap air secara sempurna, kondisi alam di Kudus, banyak yang mengalami kerusakan, mulai dari hulu hingga ke hilir. ”Akibatnya jika terjadi hujan, air yang tak sanggup ditampung oleh sungai akan meluap ke pemukiman penduduk,” jelasnya.

Menurut Hendy, sungai merupa­kan sarana lalu lintas air. Jika aliran air di sungai terhambat sampah, air akan mencari jalan lain. Karena itu, ke­beradaan sungai sangat penting untuk menjaga stabilitas keamanan pemuki­man penduduk dari ancaman banjir.

tak Bisa semudah itu hilangkan Banjir

Reporter: Imam Khanafi & Karmila Sari

Ulah manusia yang tidak sesuai dengan lingkungan, dengan membuang sampah

sembarangan, menebang hutan,

pola tanam masyarakat

pegunungan yang tak sesuai struktur tanah bisa disebut sebagai penyebab

banjir,”

HARUN/PEKA

hendy hendro

14 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan UtamaSelain itu, Hendy menambahkan,

bahwa kemampuan tanah menam­pung air sangat terbatas, terlebih di daerah kota yang sekarang ini ta­nahnya sudah banyak beralih fungsi menjadi bangunan – bangunan yang kedap air.

Untuk mengantisipasi terjadinya sedimentasi, menurut Hendy, perlu diperbanyak sabuk hijau dan reha­bilitasi di kawasan aliran sungai. Kegiatan rehabilitasi meliputi reha­bilitasi secara fisik, tehnik dan biotis, dengan bentuk kegiatan reboisasi.

Selain itu, warga yang rumah­nya berada di daerah rawan banjir mulai memikirkan membuat rumah panggung dan memiliki sampan. ”Pemerintah juga harus memberi pendidikan tentang mitigasi ben­cana,” tambahnya.

Terpisah, Penanggung jawab Society for Health, Education, Envirounment and Peace (SHEEP)

Indonesia untuk wilayah Jawa Tengah Husaini mengatakan, kerusakan la­han hijau mengakibatkan terjadinya pengikisan tanah yang berimbas ter­jadinya sedimentasi.

Di Sungai Tayu misalnya. Pen­dangkalan terjadi akibat kurang sesuinya aturan lahan di daerah atas. Warga kerap mengabaikan kai­dah konservasi yang benar dalam mengelola alam. Husaini menu­turkan, banjir banyak disebabkan alih fungsi lahan dan daerah tegalan yang berubah menjadi daerah pe­

mukiman. Kedua hal tersebut menyebabkan

daya tampung lingkungan (sungai) terhadap air hujan berkurang. Selain itu, lumpur dan sampah dari hulu yang ikut terbawa banjir banyak me­nyumbat di sepanjang aliran sungai. Lumpur yang mengendap dan men­gakibatkan pendangkalan.

Menurut Husaini, kondisi sungai

saat ini sudah kritis dan memperi­hatinkan. Hal itu disebabkan adanya sedimentasi dan penambangan. Dari pantauannya, masih banyak di jumpai aktivitas penambangan berizin mau­pun liar di Pegunungan Muria.

Karakter banjir di kawasan Muria, lanjut dia, biasanya berupa banjir bandang. “Banjir tak bisa dimusnah­kan. Yang bisa dilakukan hanyalah mengurangi ancaman atau resiko banjir,” tegasnya

Untuk mengurangi resiko, SHEEP Indonesia mengajarkan masyarakat menggunakan sistem EWS (Early Wording System) untuk membantu menangani banjir. Jika di daerah hulu terjadi hujan lebat selama dua jam, mereka akan mengabarkan ke­pada warga di daerah hilir melalui pesan singkat (SMS) agar bersiap – siap. “Jadi ada kerjasama antara masyarakat daerah hulu dan hilir,” terangnya

tabungan simpatik

bank syariah MandiriKantor Cabang Kudus Payment Point uMKRuko Ahmad Yani No. 9 Kampus Universitas Muria KudusJl. Ahmad Yani Jl. Raya Gondang Manis KudusKudus 59317 Telp. (0291) 4250161Tel (0291) 439272Fax (0291) 439274

mitra menuju cerdasdan berprestasi

dapatkan kemudahan layanan dan bertransaksi dengan menggunakan bsM Mobile banking gPRs dan bsM net banking

Lebih Adil dan Menenteramkan

Diberitahukan kepada Mahasiswa/i Universitas Muria KudusTahun Angkatan Genap mulai Tahun 1998 s.d 2010.

Kartu ATM/KTM BSM Card bisa diambil mulai bulan April 2012 di Kantor BSM Payment Point UMK dengan membawa fotocopy KTP dan KTP Asli.

syariah mandiri call (021) 5299 7755www.syariahmandiri.co.id

15Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Opini

Kabupaten Kudus termasuk wilayah yang rawan banjir terutama pada musim hujan

yaitu antara bulan November–Maret. Dampak banjir yang terjadi selain menghambat hubungan darat (lalu lintas dan perekonomian) juga meng­genangi daerah pemukiman di desa/kota dan areal pertanian (sawah).

Terjadinya banjir adalah se bagai indikator utama adanya kerusa­kan DAS (Daerah Aliran Sungai). Khususnya banjir yang terjadi di Kabupaten Kudus dan sekitarnya

sebagai akibat kerusakan lahan di hulu DAS Serang dan Muria.

Deforestrasi dan pengelolaan yang melampaui daya dukung lahan menimbulkan kerusakan di daerah hulu DAS, akibatnya terjadi pening­katan dan percepatan aliran permu­kaan (runoff).

Hal ini dapat menimbulkan be­ban sedimen yang sangat tinggi dan pelumpuran yang lebih cepat (diper­kirakan 40 ton/ha/th, BPDAS Pemali Jratun, 2010), terjadilah penurunan fungsi sungai dan sitem pengendali

banjir. Faktor lain yang berkontribusi

terjadinya banjir yakni kurangnya pemeliharaan sungai dan pengen­dali banjir yang ada serta sejumlah perilaku publik dan kondisi geografi wilayah ikut mendorong terjadinya banjir.

Adanya pendangkalan dasar su­ngai dan pemanfaatan bantaran su­ngai untuk budidaya tanaman keras menyebabkan pendangkalan dan penciutan dimensi sungai. Menurut BPDAS Serang (2010), sungai Juana

Dampak Banjir terhadap produksi padi

Oleh : Ir Hadi Supriyo MS

MUKHLISIN/PEKA

iRigasi: air sungai dimanfaatkan warga untuk mengairi sawah.

16 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Opinidan Wulan sekarang kapasitasnya tinggal masing­masing 120 meter kubik per­detik dan 720 meter kubik per­detik.

Padahal gelontoran dari Sungai Serang sering melebihi 1.100 me­ter kubik per­detik, sehingga terjadi peluapan air dan diikuti jebolnya tanggul yang menyebabkan air akan mengenangi daratan terutaman pada daerah datar atau cekungan umum­nya dalam bentuk areal persawahan.

Kawasan rawan banjir di wilayah kabupaten Kudus yakni kecamatan Undaan, Jati, Mejobo, Jekulo dan Kaliwungu. Pada saat musim pe­nghujan, kawasan tersebut yang pa­ling berpotensi terjadinya banjir.

Oleh karena itu wilayah terse­but harus mendapat prioritas dalam penanganan bencana banjir, meng­ingat daerah tersebut adalah lum­bung padi bagi kabupaten Kudus. Banjir sangat berpengaruh terhadap luas panen dan menurunnya hasil padi persatuan luas.

Ini karena dengan banjir dapat mengakibatkan gagal panen atau puso dan menurunnya hasil panen persatuan luas dikarenakan pertum­buhan pertanaman padi terganggu bahkan mengalami kematian.

Dampak banjir terhadap per­tanaman padi sangat tergantung dari tebal genangan, laman genangan,

kualiatas air genangan dan umur tanaman saat terjadi banjir serta ga­lur padi yang dibudidayakan.

Semakin dalam genangan dan semakin lama padi tergenang ting­kat kerusakan akan semakin parah, tergenang sebagian dan hanya da­lam waktu yang singkat. Kualiatas air banjir yang keruh karena banyak mengandung lumpur atau bahan sedimen sangat berpotensi merusak pertanaman.

Pada umumnya pertanaman padi akan menunjukkan respon terhadap genangan setelah lima hari lebih ter­endam air genangan dengan kualitas air jernih. Namun jika airnya keruh maka dalam waktu singkat akan ter­jadi kerusakan tanaman.

Tanaman Padi sangat rentan ter­hadap banjir pada periode pertum­buhan awal khususnya pada saat baru dipindah tanam. Tanaman tidak akan mampu menghasilkan anakan dan bila genangan berlangsung agak lama tanaman akan mengalami etio­lasi, berakibat pada pertumbuhan yang sangat jelek.

Semakin lama tanaman padi da­lam kondisi terendam, prosentase tanaman yang tumbuh akan semakin kecil dan jumlah anakan tidak men­dukung produksi gabah. Sedangkan banjir yang terjadi pada tanaman padi umur 8 MST (Minggu Setelah Tanam)

akhir fase vegetatir menyebabkan ini­siasi primordia malai terganggu.

Namun tidak akan mengganggu proses pengisian biji, bila banjir ter­jadi pada umur 10 MST atau lebih akan menyebabkan proses pengisian biji mengalami gangguan. Prosentase jumlah gabah hampa sangat tinggi bisa mencapai 75% bahkan lebih.

Banjir yang terjadi pada umur 14 MST sangat memungkinkan ter­jadinya kerontokan biji, terutama untuk galur padi yang kurang toleran. Secara umum semakin lama tanaman padi berada dalam kondisi tergenang banjir, tinggi tanaman, jumlah ana­kan, panjang malai, panjang daun, presentase jumlah gabah isi, pre­sentase bobot gabah isi, dan bo bot 100 butir akan semakin m enurun.

Sedangkan presentase jumlah gabah hampa dan prosentase bobot gabah hampa akan semakin meni­ngkat. Penurunan hasil BGKG (Bobot Gabah Kering Giling) padi yang ter­endam banjir selama 3 hari yakni kurang dari 20%. Sedangkan yang terendam selama lebih lima hari mengalami penurunan hasil BGKG mencapai di atas 50%.

Kabupaten Kudus pada MT­I t ahun 2011 luasan sawah yang menga lami puso (gagal panen) se­luas 558 hektar terjadi di lima keca­matan, yakni Undaan, Mejobo, Jati, Jekulo dan Kaliwungu. Total kerugian di taksir mencapai Rp 5,7 miliar.

Rehabilitasi lahan, normalisasi sungai dan perawatan bangunan pengendali banjir harus mendapat perhatian. Karena banjir tidak hanya merusak lahan persawahan tetapi juga infrastruktur lainnya yang dapat menyebabkan kerawanan ekonomi dan sosial serta keselamatan.

Penanganan banjir tidak bisa di­tangani secara sektoral saja tetapi bersifat regional bahkan secara na­sional. Dan perlu dilakukan upaya­upaya rehabilitasi hutan dan lahan di kawasan DAS Serang (Juwana dan Wulan) dan Muria.

Dengan memulihkan, memper­tahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan suatu ekosistem DAS. Diharapkan kondisi DAS yang sehat dan lestari dengan ketersediaan air tanah yang cukup bisa terwujud

ISTIMEWA

teRendaM: area persawahan warga kerap terendam banjir saat musim hujan.

17Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Teriakan itu terdengar panjang dan menggema. Bukti aktifi­tas teater di Universitas Muria

Kudus (UMK) tak ada redupnya. Teater menjadi satu dari berbagai aktivitas ekstra yang tengah diminati para akademisi di dalam kampus.

Seiring waktu, geliat teater kam­pus semakin membuktikan kem­bali eksistensinya. Kelompok teater merupakan kelompok yang hidup, berproses dan berkembang di kam­pus. Karena itu lah mereka disebut kelompok teater kampus.

Begitu pandangan Ramdhani (37), seniman teater di Kudus, ditemui di sela–sela latihan bersama Teater Poentoen yang berkolaborasi dengan Teater Tigakoma di Kampus UMK, baru­baru ini. “Seni teater tidak bisa

dipisahkan dengan dunia kampus, ka­rena dari kampus lah pemikiran – pe­mikiran baru kerap lahir,” jelasnya.

Mengemas pementasan teater yang bebas dari pengaruh apa pun. Maka jangan heran, jika teater kam­pus menjadi salah satu sarana aktu­alisasi diri sekaligus menyuarakan kritik sosial. Dhani, panggilan akrab Ramdhani menambahkan, tak han­ya pelaku seni teater yang memetik manfaat dari aktivitasnya.

Para penonton maupun penikmat­nya pun bisa menikmati pertunjukan teater. Sebagai hiburan, sekaligus me­nyegarkan pikiran dari carut – marut persoalan bangsa yang tak kunjung usai. “Teater kampus sekarang sudah bisa disejajarkan dengan teater – tea­ter umum, terlihat dari eksistensinya

dalam berproses,” katanya. Ada lima teater di UMK yang saat

ini intens berproses menelurkan karya. Mereka yakni Teater Sekam, Coin, Tigakoma, Aura dan Obeng. Masing – masing teater tersebut mampu men­jawab tantangan–tantangan yang ada dalam sebuah proses berteater. “Kekurangan–kekurangan baik indi­vidu maupun kelompok tidak menjadi hambatan bagi pementasan teater oleh seniman – seniman muda dari kala­ngan mahasiswa tersebut,” katanya.

Ia mencontohkan, ruangan un­tuk panggung kecil mampu di sulap menjadi sebuah panggung yang lengkap dengan gubuk – gubuk liar di sekelilingnya ketika Teater Coin me­mentaskan naskah Pos Ronda karya Hery Setiawan, baru­baru ini.

mulai sejajar dengan teater Umum

Laporan Khusus

aKting: teater

Coin saat mementaskan

“Pos Ronda iii” di desa

derso Kaliwungu

Kudus.

DOK. COIN

18 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan Khusus

“Itu salah satu contoh teater yang mementaskan naskah drama karya­nya sendiri. Saya mempunyai harapan, dari tangan – tangan mereka lah kelak karya besar bermunculan,” ujarnya.

Gaya pementasan realisme dalam drama atau teater sangat berhubu­ngan erat dengan tradisi drama atau teater realis di Barat. “Teater bergenre realis lahir dari dinamika sejarah masyarakat Barat dan berhasil men­capai taraf proses konvensio nalisasi yang mapan,” ujarnya.

Di Inggris misalnya, lanjut Dhani, drama bergenre realis tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertum­buhan dan perkembangan masya­rakat Inggris yang dimotori kelas borjuasi pada abad XII.

Berkaitan dengan seni peran, da­pat diamati pada periode besar teater Elizabeth­an. Pada suatu ketika kelas borjuasi tidak lagi ingin menonton lakon raja – raja, para bangsawan. Mereka justru ingin melihat diri me­reka sendiri. “Maka saat George Lillo (1731) menulis lakon tentang magang, pelacur dan saudagar dalam karyanya Saudagar London, karakter tokoh – tokoh kerajaan tidak hadir,” urainya.

Individu – individu yang hadir di atas pentas teater merupakan wakil dirinya sendiri. Mereka hadir dalam keunikan pikiran, perasaan, temper­amen dan pandangan hidup. ”Para pelaku teater dalam realisme, pro­tagonis dan antagonis merupakan sarana pelaksana konflik. Itu menjadi dasar dari semuanya,” ujarnya.

Teater juga tak lepas dari peran sas­tra. Gaya bahasa dalam dunia teater sangat menonjol dan penting. Karena hanya dengan bahasa lah, yang cocok untuk mengungkapkan sesuatu bersi­fat intelektual dan analitik.

Semua, kata Dhani, berhubu ngan satu sama lain dalam seni teater. “Sejarah telah membuktikan bahwa teater dapat menjadi fasilitas atau media penyampaian pesan dalam bentuk apa pun. Baik kritik maupun saran,” paparnya.

Tak dapat dipungkiri, bahwa ka­langan kampus mencoba memasuki wilayah yang secara sederhana mereka kenali. Namun kesederhanaan terse­but terkadang menjadi bu merang. Padahal kesenian kampus memiliki peluang melakukan reformasi.

Baik dalam penciptaan kesenian baru, maupun dalam menumbuh­kan kebutuhan memasuki wilayah kesenian yang juga dibutuhkan oleh publik. Keberadaan kesenian tak bisa lepas dari segala bentuk perubahan yang terus mendesak keberadaan manusia dalam ruang berkesenian.

”Manusia yang berada dalam ke­senian adalah manusia hidup yang terus mendobrak perilaku, dan ta­tanan hidup yang terkadang sulit untuk didapatkan dalam kehidupan sehari­hari,” jelasnya.

Sampai disini, kerativitas kesenian di kampus kerap mengalami pemu­daran. Seharusnya itu dapat dipecah­kan melalui studi yang menyeluruh terhadap sejumlah persoalan yang tumbuh di tengah – tengah masyarakat. “Kondisi kampus dan situasi sekitar member andil bagi pengembangan diri mahasiswa serta kalangan kampus dalam berkesenian,” jelasnya.

Diharapkan, teater kampus men­jadi media belajar, namun tidak mengabaikan beberapa hal yang ha­rus mereka lakukan. Hal – hal tersebut adalah berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sejenisnya. “Jika semua itu dilakukan, teater kampus menjadi bentuk yang lebih luas sebagai sebuah pertunjukkan. Pada akhirnya digo­longkan ke dalam salah satu cabang seni tersendiri yang hidup di kampus,” jelasnya (imam/peka)

DOK.ULIN

Pentas: Kelompok teater seKaM menunjukkan kebolehan saat pentas “gradasi” di auditorium uMK.

GRAFIS KeLOMPOK TeATeR KAMPUS DI UMK

naMa beRdiRi anggota asal Pentas PeRtaMa total PentasSekam 2003 35 UMK 2004 25 ♦Koin 2006 28 FE 2006 10 ♦Aura 2006 25 Psikologi 2006 2 ♦Tigakoma 2007 40 FKIP 2008 6 ♦Obeng 2010 35 FT 2012 1 ♦

diolah dari berbagai sumber

19Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Laporan Khusus

Berbalut baju merah dengan rambut keriting terurai jatuh di pundak, Khoirun Nisak

tak canggung beradu akting di atas panggung teater. Hampir dua jam ia memerankan tokoh utama dalam l akon Perjalanan Kehilangan ber­sama Kelompok Teater Poentoen’ Kudus, di Auditorium UMK, Rabu (7/3) malam.

Hal yang tak mudah dilakukan. Terlebih bagi seorang pendatang ba­ru di dunia teater seperti dia. Nisak, panggilan akrab Khoirun Nisak, saat ditemui Peka, Jum’at (16/3) siang, nampak jauh berbeda saat tampil di atas panggung.

Mengenakan seragam khas juru­san Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMK, dia terlihat cantik dalam balutan kerudung ber­warna kuning kehijauan.

Dari mulutnya mengalir cerita awal mula dia jatuh cinta pada teater. Meski bukan dari keluarga berdarah seni, namun kecintaannya pada teat­er tak bisa dianggap enteng. Dara asli Kudus ini mengaku langsung melirik teater sejak kali pertama menginjak­kan kaki di UMK.

Karena tercatat sebagai maha­siswi di FKIP, ia pun memilih ber­gabung dengan Kelompok Teater Tigakoma, sebuah kelompok teater di FKIP. Gadis berbintang Scorpio ini mengaku termotivasi untuk me­nampilkan karya terbaik dalam se­tiap lakon yang dimainkannya. “Bagi saya, teater sudah menyatu dalam diri,” ungkapnya.

Lakon Perjalanan Kehilangan garapan Poentoen’ Studiart bersama Teater Tigakoma merupakan pen­tas kedua yang dimainkannya. Saat masih semester III, ia pernah terlibat dalam pentas bersama Tigakoma, 11 Juni 2011. Saat itu dia berperan se­bagai seorang anak pada lakon ber­judul Boneka Tali.

Karakter anak yang selalu dike­kang dan harus selalu menuruti pe­rintah orang tua secara apik diperank­annya. Sukses dengan Boneka Tali, ia pun didapuk memainkan sebuah peran dalam naskah Perjalanan Kehilangan.

Pada peran kedua itu Nisak men­gaku menghadapi tantangan yang jauh lebih berat dibanding naskah yang sebelumnya pernah dia main­kan. “Naskahnya panjang banget dan kata­katanya agak sulit. Terlebih pili­han katanya bukan seperti yang bia­sa kita gunakan dalam percakapan sehari­hari,” ujarnya.

Tak hanya itu, jadwal latihan yang padat memaksa dia harus pan­dai membagi waktu. Pada naskah itu, ia didapuk memerankan Tokoh Dua. Tokoh Dua merupakan peng­gambaran seorang wanita modern yang menomor satukan persoalan d uniawi.

Baginya hal yang terpenting ada­lah urusan dunia. Bertolak belakang dengan Tokoh Satu, lawan mainnya, yang mementingkan urusan akhirat.

Nisak berharap, dirinya dapat terus berkarya memerankan naskah teater. Ia pun bermimpi teater di Kudus lebih maju serta lebih me n­dapat apresiasi baik dari masyarakat. “Aku lebih suka mengekspresikan karya seni melalui sebuah akting,” ujar gadis penggemar mie ayam ini.

Selain berakting, puisi menjadi ke­gemaran Nisak yang lain. Oktober 2011 lalu, Nisak mengaku nekat me­wakili Teater Tigakoma mengikuti lomba baca puisi se­Jawa Tengah. Ajang untuk

memperingati Bulan Bahasa itu digelar di Gedung Ngasirah Kudus.

“Meski tak menyabet gelar juara, yang penting mendapatkan kepua­san batin bisa tampil berkarya,” tu­turnya (Dina/peka)

masuk kampus, Langsung Lirik teater

nama : Khoirun Nisakttl : 12 November 1991alamat : Getassrabi Gebog Kudusorang tua : Suwanto dan Mas’anahJurusan/semester

Pendidikan Guru Sekolah Dasar ♦(PGSD) / IV

Makanan kesukaan :Mie AyamMinuman Kegemaran :Jus strawberiaktor Favorit : Vino G Bastianbuku yang dibaca : Laskar PelangiCita-cita : Guru

DOK.ANAS

Khoirun Nisak

20 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan Khusus

Sekelompok orang berkumpul di belakang bangunan Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK).

Nampak serius, sebagian b erakting layaknya berpentas di sebuah pan­gung. Sesekali terdengar dialog lan­tang, tak lupa memainkan gerak tu­buh dan mimik wajah.

Anggota komunitas Teater Poen­toen’ Kudus itu tengah berlatih se­rius. Komunitas yang beranggotakan pelaku seni dari berbagai kalangan itu berlatih untuk mementaskan naskah berjudul Perjalanan Kehilangan, karya Noorca M Massardi, 7 Maret 2012.

Sore itu, Agus Syarofuddin, salah satu pentolan kelompok Teater Poentoen’ kebagian tugas tambaha n, memimpin latihan. Agus yang jug a pendiri kelompok teater Tiga­Koma Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMK itu menga­takan, latihan dilakukan sore hingga petang hari karena suasana lebih tena­ng sehingga mudah berkonsentrasi.

Seni peran teater tengah bergairah di UMK. Tercatat ada sebanyak lima kelompok teater di di kampus itu. Empat kelompok tersebut masing­masing Tigakoma, Aura, Koin dan Obeng berdiri di tingkat fakultas. Sementara Sekam berdiri di tingkat universitas.

Sekam merupakan generasi per­tama komunitas teater di UMK. Setelah tahun 2005, empat kelompok teater di tingkat fakultas tersebut ber­munculan. Fenomena munculnya kelompok baru tersebut bagi Agus, semakin menambah semarak iklim berkesenian di Kudus.

Karena telah membentuk ko­munitasnya, kota Kudus pun ser­ing dipilih pelaku seni dari kota lain u ntuk menggelar pementasan. Salah satu lokasi pementasan yang men­jadi jujukan, tentu saja panggung di Auditorium UMK.

Menurut Agus, antusiasme ma­hasiswa untuk bergabung di kelom­pok teater kampus cukup tinggi. Di kelompok teater Tigakoma misalnya, tercatat ada sebanyak 80 mahasiswa yang mendaftar.

Seiring perkembangannya, se­bagian besar pendaftar pun menjadi “korban” seleksi alam. “Dari jumlah pendaftar sebanyak itu, saat ini yang masih serius dan memilih tetap ber­tahan sekitart 20­an mahasiswa,” ungkap alumni Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UMK.

Bagi bapak satu anak, manfaat berlatih teater sangat kompleks. Pada disiplin ilmu yang ditekuninya contohnya, teknik dan ilmu berteater berguna saat mengaplikasikan ilmu menjadi pengajar di sekolah formal.

Teknik olah rasa, vokal, berempa­ti, kedisiplinan dan memahami orang lain, serta mengenal kemampuan diri sendiri yang dipelajari di kelom­pok teater berguna untuk menunjang kegiatan mengajarnya.

“Banyak manfat yang dapat diper­oleh dari kegiatan teater ini. Selain mempelajari seni peran (akting), anggota juga diasah kemampuan di bidang sastra, teknik vokal, tari, musik, penataan kostum (busana), serta seni sukma (jiwa). Yang ter­penting adalah melatih bagaimana memahami orang lain, karena dalam teater merupakan bentuk sebuah kerja tim,” jelasnya.

Bagi mahasiswa, lanjut dia, be­raktivitas di dunia teater juga melatih kemandirian dan rasa percaya diri. Keluar dari rutinitas bangku kuliah untuk mengembangkan kemampuan diri. Hanya saja untuk mencapai itu butuh keseriusan dan kedisiplinan tinggi.

Sekiranya mampu, Agus melatih para peserta untuk mengasah ke­mampuan mereka dua kali dalam seminggu baik di basecamp UMK maupun di rumah peserta. “Idealnya latihan teater dilaksanakan di malam hari, mengingat kondisi tersebut yang lebih tenang dan kekonsentra­sian lebih mudah dicapai,” tuturnya.

Latihan demi latihan ini yang membentuk kedisiplinan anggota­nya. Namun, latihan ideal itu sering terkendala persoalan pribadi ang­gotanya. Di UMK, sebagian besar a wal teater kampus adalah “anak ru­mahan” yang kadang sulit untuk ke­luar rumah pada malam hari.

Maka, tak jarang mereka melaku­kan pendekatan kepada orang tua, memberikan pemahaman tentang dunia teater. Jadwal latihan pun lebih luwes, biasanya dilakukan pada sore hari atau saat libur kuliah.

Konsistensi pelaku teater kam­pus pun kerapa angin­anginan. Akibatnya saat proses penggarapan naskah kerap terhambat. Mereka kerap kesulitan mencari pemeran, karena proses yang harus dijalani harus serba cepat.

“Sering pemain mundur di te ngah proses latihan karena ber bagai alasan. Sudah latihan lama tiba­tiba keluar tanpa pamit, mau pentas bulan Maret tiba­tiba bulan Januari keluar. Ini ten­tu menyakitkan,” ungkap Agus,

Tak hanya latihan, berproses membuat naskah, awak teater kam­pus sejak 2007 juga menggagas acara kumpul bareng bertajuk Srawung Dhalu. Pentas kecil­kecilan nan sederhana digelar. Diskusi kecil pun dilontarkan. Berbagi pengalaman, i lmu, sekaligus berkeluh kesah terkait dunia teater kampus.

Walau begitu, Agus yakin, teater kampus potensial untuk dikembang­kan. Syaratnya konsistensi anggo­tanya harus terjaga dan frekuensi latihan maupun pementasan lebih ditingkatkan. Se hingga teater di UMK ke depan b isa lebih berkiprah tak hanya di kota kelahiran, namun me­warnai dunia teater nasional (Dina dan rizka/peka)

teater tak hanya soal peran

DOK.PRIBADI

agus syarofuddin

21Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Opini

Kampus sebagai industri peng­hasil sumber daya manusia (terminologi industri) yang

“mumpuni” sesuai dengan ranah ilmu nya masing­masing, tidak per ­nah sepi dari geliat kreativitas. Kampus sebagai “kawah candradi­muka” yang menempa generasi mu­da calon pemimpin bangsa, selalu berkompetisi melakukan berbagai aktivitas internal maupun eks ternal sebagai aktualisasi kepekaan intelek­tual secara nyata. Hal itu sebagai pe­nanda bahwa kampus yang bersang­kutan bukan merupakan kampus yang kedinginan di bawah selimut kemalasan inteleketual.

Aktualisasi kreativitas intelektual itu bisa berupa aktivitas kemasyaraka­tan, teknologi, kesenian, keagamaan, lingkungan maupun yang lain. Terkait dengan hal tersebut, Universitas Muria Kudus (UMK) sebagai universitas terbesar di ujung Pantura Timur, juga tidak pernah diam dalam beraktivitas untuk menunjukkan eksistensinya. Dalam konteks ini, penulis akan men­gurai geliat eksistensi teater kampus yang ada di UMK yang penulis kaitkan de ngan militansi mahasiswa sesuai de­ngan topik tulisan ini tentang “Teater Kampus dan Militansi Mahasiswa”.

Berdasarkan hasil penelusuran penulis, di UMK bercokol 4 kelom­pok teater, yakni Tiga Koma (FKIP) yang beridiri 1 Suro 2007, Obeng (Fak Teknik) lahir 18 Juli 2010, Aura (Fak. Psikologi) muncul 2 Agustus 2006, dan Coin (Fak. Ekonomi) berdiri 25 Juni 2006. Berpijak pada tahun kela­hiran, maka Obeng merupakan ke­lompok teater termuda di UMK.

Komunitas teater tersebut telah mementaskan beberapa naskah di dalam maupun di luar kampus. Di kampus pada umumnya mereka

pentas di auditorium. Luar kampus, pernah pentas di beberapa desa yang ada di kudus, pentas di kota Pati, Blora, dan Jepara. Selain pen­tas, kelompok­kelompok teater UMK juga mempunyai aktivitas yang lain. Misalnya Tiga Koma juga mengasah kreativitas melalui menulis cerpen dan membuat antologi puisi. Teater Obeng juga mempunyai kegiatan lain seperti berlatih musik, tari, multime­dia, dan bahkan berdiskusi ilmiah se­cara umum.

Pada sisi jejaring kerja sama, tea­ter yang ada di UMK telah mengepak­kan sayap bekerja sama dengan tea­ter­teater yang ada di Kudus dalam pentas bersama maupun berdiskusi. Dalam ranah diskusi, mereka be­kerja sama dengan berbagai komu­nitas teater yang ada kudus. Mereka berdiskusi tentang teater dengan berbagai aspeknya. Wadah silaturah­mi ini diberi label Srawung Dalu atau Srandal . Adapun pertemuannya di­laksanakan sekali sebulan dengan tempat bergantian (bergiliran) dari teater yang satu ke yang lainnya.

Belum membumi Melihat kenyataan komunitas

teater yang ada di UMK dengan frekuensi dan skala pentasnya se­lama dua tahun ini (awal 2010 sam­pai awal 2012), terasa bahwa teater di UMK belum membumi. Iklim teater di UMK belum menunjukkan gairah yang maksimal. Apalagi optimal: sangat belum! Bahkan penulis mera­sakan bahwa aktivitas teater di UMK belum memiliki daya tawar yang kuat sebagai komunitas aktivitas yang menarik (apalagi urgen) bagi maha­siswa. Fenomena ini memang tidak hanya terjadi di UMK, di kampus­kampus lain pada umumnya juga

teater kampus dan militansi mahasiswa

Oleh: Mohammad Kanzunnudin*

iklim teater di Umk belum

menunjukkan gairah yang maksimal ”

DOK.PRIBADI

M. Kanzunuddin

22 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan Khususbegitu. Namun ada juga kampus lain yang iklim berteater sangat subur dengan frekuensi dan skala pentas sangat baik dan terjaga (maaf, penu­lis tidak menampilkan contoh, ka­rena kawatir dipersepsikan negatif ).

Tidak hanya frekuensi dan skala pentas yang subur. Tetapi dari sisi diskusi, workshop, dan festival teater terjadwal teratur dan kontinyu baik berskala internal maupun ekster­nal. Bahkan sering mendatangkan ber bagai guest star dalam workshop maupun dialog sebagai instruk­tur dan narasumber tentang teater dengan berbagai aspeknya. Dalam hal ini, belum membumi bagi ko­munitas­komunitas teater di UMK. Memang beberapa kali Sekam men­datangkan kelompok teater ternama dari Jakarta seperti Teater Mandiri dengan Putu Wijaya dan Monolog Butet Kartarajasa. Tetapi sebatas pentas saja, tidak ada ruang untuk diskusi, apalagi workshop.

Strategi mendatangkan teater ter­nama dari kota lain untuk pentas di UMK meskipun tanpa ruang diskusi dan workshop, tetap memberikan pencerahan dan perluasan wawasan seni pentas teater dengan berbagai unsur dan aspeknya. Sedangkan sisi lain, dapat menjadi stimulan dan pemicu komunitas teater yang ada di UMK untuk selalu bersemangat membuat event pementasan teater.

militansiSecara leksikal militansi ber­

makna ketangguhan dalam ber-juang. Apakah kaitannya dengan teater kampus? Untuk mengelola teater kampus (teater pada umum­nya), membutuhkan jiwa militansi yang luar biasa. Mengapa? Menurut pengamatan penulis, aktivitas berteater di kampus kurang disukai oleh sebagian besar mahasiswa atau masyarakat kampus. Bahkan secara ekstrem dapat dinyatakan masih ada sebagian mahasiswa yang meman­dang teater kampus dengan sebelah mata. Artinya mahasiswa tidak be­gitu interest terhadap aktivitas teater. Mahasiswa menganggap bahwa ke­giatan berteater tidak memberikan manfaat bagi kuliahnya. Berteater hanya buang­buang waktu!

Pandangan tersebut sah ada nya. Namun mahasiswa sebagai masya­

rakat intelektual harus berwawasan luas. Bahwa kuliah tidak hanya ter­paku pada ritme perkuliahan saja. Sebagai kaum intelektual muda calon pemimpin bangsa harus melengkapi diri dengan berbagai keterampilan. Hard skill harus mumpuni, juga soft skill harus dimiliki. Salah satu aktivi­tas untuk mengasah hard skill mau­pun soft skill ialah berteater.

Minimnya mahasiswa yang ter­tarik pada teater, maka sekelompok (segelintir) mahasiswa pengelola teat­er pada umumnya rela berjibaku demi eksistensi komunitas teaternya. Belum lagi jika dikaitkan dengan perhatian dari fakultas maupun universitas pada umumnya masih sangat minim (atau bahkan tidak ada?). Maka para aktivis teater pasti patungan antarpersonal untuk menghidupi komunitas teater­nya. Patungan sejak dari pemenuhan sarana latihan hingga sampai pemen­tasan. Ya semua berjibaku.

Situasi dan kondisi yang menun­tut awak teater berjibaku inilah yang menempa jiwa militansi seseorang atau kelompok orang. Seseorang menjadi tahan banting dalam situasi maupun kondisi apa pun. Jiwa mili­tansi yang semakin kuat dalam pro­ses perjalanan waktu melahirkan roh kreativitas dalam berteater.

Sudah seharusnya memang, jiwa militansi dimiliki oleh orang­orang yang suka melakukan pengembaraan kreativitas untuk menciptakan karya sastra yang berkualitas. Sebut saja to­koh­tokoh teater Indonesia seperti W.S. Rendra dengan Bengkel Teater­nya, Arifin C Noor dengan Teater Kecil­nya, Putu Wijaya dengan Teater Mandiri, dan N. Riantiarno dengan Teater Koma. Mereka pribadi­pri badi yang memi­liki jiwa militansi luar biasa sehingga mampu bertahan dalam situasi apap­un dengan mewujudkan karya­karya teater bernilai estetika tinggi. Jiwa mili­tansi dalam proses kreativitas harus melekat dalam diri setiap kreator. Baik dalam situasi apapun dan kondisi ter­tekan maupun tidak.

kiat menyuburkan teaterAktivitas komunitas teater yang

ada di UMK sudah berjalan de ngan baik. Namun agar tidak selalu be­rada dalam ruang yang stagnan, perlu mengembangkan kiat­kiat yang d apat semakin menggelorakan

eksistensi teater UMK. Pertama, perlu mengagendakan

secara tetap dan kontinyu festival teater internal maupun eksternal. Internal, festival teater antarfakultas atau antarteater yang ada di UMK. Eksternal, festival teater antarseko­lah yang ada di Kudus maupun se­eks­Karesidenan Pati bahkan se­Jawa Tengah. Pada akhir festival diadakan pentas teater oleh kelompok teater ternama. Dan usai pentas diadakan diskusi tentang dunia teater dengan berbagai aspeknya oleh narasumber yang mumpuni.

Kedua, perlu meningkatkan fre­kuensi workshop teater di tingkat universitas maupun fakultas yang melibat komunitas­komunitas teater UMK maupun yang di luar UMK.

Ketiga, perlu diadakan lomba penulisan teks atau naskah drama atau teater. Hal ini untuk memperka­ya persediaan naskah (bang naskah) teater yang berkualitas. Jika persedi­aan naskah melimpah, maka pemen­tasan teater semakin menantang dan bervariasi.

Keempat, pengembangan jejaring kerja dengan komunitas teater mau­pun lembaga­lembaga kesenian lain di luar UMK yang berskala regional, nasional, bahkan internasional perlu diaktifkan. Hal ini akan mengangkat eksistensi teater di UMK. Bahkan secara kelembagaan dapat meng­gaungkan citra universitas.

Kelima, tali silaturahmi antar teater yang sudah berjalan perlu di­galakkan dan diperluas. Silaturahmi tidak harus malam. Silaturahmi pada pagi, siang, dan sore pun tidak haram. Jejaring silaturahmi dengan teater­teater sekolah, teater kampus, teater umum se­kota maupun lintas kota semakin menggairahkan dan meningkatkan kinerja berteater.

Tentu masih banyak alternatif atau terobasan yang dapat dijadikan strategi dalam pengembangan eksis­tensi teater UMK. Awak teater UMK, selamat berjuang ! Dalam dirimu harus melekat jiwa militansi dalam berteater

*Penulis dosen PGSD FKIP UMK, m antan aktivis Teater Emper

Kampus FIB Undip serta Penulis buku Kamus Istilah Drama yang kini

akan cetak ulang edisi ke-3

23Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Laporan Khusus

ruang Luas Berkreasi di panggung seni

Dinamika perkembangan tea ter kampus di Universitas Muria Kudus (UMK) mendapa t re­

spon positif dari pihak petinggi uni­versitas. Pembantu Rektor III UMK Hendy Hendro menilai dunia teater sejalan dengan visi kampus yang men­gusung jargon cerdas dan santun.

Universitas, kata dia, telah mem­berikan ruang luas bagi mahasiswa yang hendak mengaktualisasikan diri di dunia seni peran itu. “Ini wujud du­kungan kampus untuk kemajuan du nia teater mahasiswa di UMK,” katanya.

Dukungan juga berwujud kucuran anggaran untuk mahasiswa yang ter­gabung dalam kelompok teater kam­pus. Meski tak merinci berapa rupiah dana yang mengalir untuk aktivitas mahasiswa itu, Hendy mengaku dana puluhan jutaan rupiah telah diang­garkan untuk kegiatan mahasiswa.

Dengan kemudahan izin, duku­ngan penuh, adanya wadah, serta kucuran dana bagi kelompok teater, kata Hendy, diharapkan semakin memacu mahasiswa untuk lebih ber­semangat menciptakan karya.

Pihaknya berharap mahasiswa pelaku seni bisa berpartisipasi d alam ajang seni antar universitas. Salah satu perlombaan di bidang seni yang bisa diikuti mahasisa yak­ni Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas)

Perlombaan pekan seni itu di gelar oleh Badan Pembina Mahasiswa Seni Indonesia (BPMSI), setiap dua tahun sekali. “Mahasiswa silakan berkarya di sana. Selain menggali potensi dan mengembangkan ke lompoknya melalui teater kampus, tidak ada salahnya mahasiswa ikut perlom­baan untuk mengharumkan nama universitas,” jelasnya.

Dengan semakin banyak maha­siswa yang berkiprah di luar k ampus, Hendy berharap semakin

banyak mahasiswa lainya yang mengikuti jejak serupa. “Bukan h anya prestasi berbuah piagam dan ha diah saja, namun juga mendorong mahasiswa lainnya agar juga termo­tivasi untuk berprestasi,” paparnya.

Penilian serupa meluncur dari Pembantu Dekan III Fakultas Teknik (FT), Hera Setiawan. Menurut dia, teater kampus mempunyai manfaat ganda bagi mahasiswa. Aspek kog­nitif dan afektif dalam diri mahasiswa bisa terasah seimbang jika tekun mendalami duni seni peran.

Karena manfaatnya, Fakultas Teknik pun tak ketinggalan memberi dukungan manakala sekelompok mahasiwa fakultas itu membidani la­hirnya kelompok teater, Obeng. Dilihat dari namanya pun, nama Obeng iden­tik dengan Fakultas Teknik.

Hera mengatakan, dukungan di­berikan dalam bentuk kemu dahan izin pementasan. Sokongan dana pun diberikan. Untuk kemudahan birokrasi, Dosen lulusan UGM ini mendorong awak teater fakultas melebur diri pada struktural Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FT.

“Memang selama ini Teater Obeng menggunakan dana maha­siswa sendiri. Tapi jika mereka

mengajukan proposal pengajuan dana, maka pihak fakultas akan me­mudahkannya, jika telah memenuhi syarat,” katanya.

Setali tiga uang, Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi (FE) UMK Febra Robiyanto pun tak kalah memberi­kan dukungan atas terbentuknya ke­lompok tetater di FE. Coin namanya. Agar tetap bertahan, Febra meminta anggota kelompok teater itu menjaga eksistensinya.

Minat kuat menjadi modal u tama untuk menjaga eksistensi. Untuk mendapat kemudahan kucuran dana fakultas, pihaknya meminta awak Teater Coin menjalin komunikasi yang baik dengan pihak fakultas. Dengan begitu, pihak fakulas lebih tahu secara detail keperluan apa yang dibutuhkan mahasiswa.

Sementara itu, tak semua fakultas di UMK melahirkan kelompok teat­er baru. Hingga kini, mahasiswa di Fakultas Pertanian (FP) UMK belum tertarik mendirikan kelompok seni peran itu.

Belum adanya kelompok tea­ter di UMK ini, menurut PD III FP Supari, bukan berarti pihak fakultas tak memberi dukungan. “Ini murni karena belum ada mahasiswa yang berminat ke sana (membentuk ke­lompok teater). Terlebih jumlah ma­hasiswa Fakultas Pertanian memang sedikit,” jelasnya.

Selain itu, tak banyak mahasiswa setempat yang memiliki pengeta­huan dasar di bidang kesenian, ter­utama seni teater. Semua kegiatan mahasiswa menurut dia positif, seka­ligus efektif sebagai ajang promosi baik kampus, maupun universitas.

“Kami antusias jika ada maha­siswa yang aktif, termasuk memben­tuk kelompok teater seperti maha­siswa lainnya,” katanya (Lina dan puji/peka)

PUJI/PEKA

hera stiawan

24 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan Khusus

Teater kampus mampu mem­bentuk karakter mahasiswa Universitas Muria Kudus

(UMK) yang cerdas secara holistis yakni cerdas akademik, emosional, intelektual serta kinestetik. Bahkan teater tidak hanya memberikan man­faat bagi pelaku tetapi juga bagi pe­nikmatnya.

Jajak pendapat ini bertujuan un­tuk mengetahui bagaimana pandan­gan mahasiswa UMK mengenai ke­beradaan teater di Kampus. Apakah pandangan mereka sesuai dengan pernyataan diatas atau tidak.

Kuesioner disebar sebanyak 350 kepada mahasiswa sebagai respon­den. Responden dipilih secara acak pada enam fakultas di kampus UMK. Sebelum membahas lebih dalam, pa­da pertanyaan yang pertama redaksi ingin menguji responden dengan me­nanyakan apakah Anda tahu tentang teater? Hasilnya, sebesar 84 persen mengaku tahu tentang teater. Meski 15 persen masih ada yang mengaku kurang tahu dan sisanya sebesar 1 persen tidak tahu tentang teater.

Kedua, tentang keberadaan teater di UMK. Pada pertanyaan pengantar ini, sebesar 66 persen menjawab tahu tentang keberadaan teater di UMK dan 27 persen menjawab kurang t ahu. Sedangkan 6 persen responden menjawab tidak tahu dan sisanya, 1 persen tidak menjawab.

Ketiga, redaksi ingin mengetahui seberapa besar responden yang ikut tergabung dalam kegiatan teater di UMK. Pertanyaan ketiga ini sebagai jembatan untuk menuju pertanyaan keempat.

Sebesar 14 persen responden yang mengakui dirinya ikut tergabung. Mayoritas responden atau sebesar

80 persen mengaku tidak mengikuti kegiatan teater di UMK. Sisanya, se­banyak 6 persen tidak menjawab pertanyaan.

Pertanyaan ke empat, apakah Anda mengetahui manfaat dari tea­ter? Sebanyak 22 persen responden menyatakan tahu manfaat dari teater. Kemudian, hanya selisih sedikit dari responden yang tahu, yang menjawab kurang tahu, yaitu sebesar 21 persen. Sedangkan, 9 persen sisa responden yang menjawab, mengaku tidak tahu mengenai manfaat dari teater.

Dari sisa responden tersebut, bisa jadi mereka tergolong respon­den yang sebelumnya tidak ikut tergabung dalam teater. Sehingga, mereka tidak tahu akan manfaat dari teater. Selebihnya, sebanyak 169 responden atau sebesar 48 persen mengikuti petunjuk redaksi tidak menjawab pertanyaan.

Selanjutnya ditujukan kepada se­mua responden mengenai bagaimana eksistensi teater di UMK? Menurut 63 persen responden, eksistensi teat­er khususnya di UMK sudah baik. Meskipun, 30 persen dari responden menyatakan bahwa eksistensi teater masih kurang baik. Sementara itu, sebesar 3 persen menjawab kalau ek­sistensi teater tidak baik dan sisanya 4 persen tidak menentukan pili hannya.

Seberapa penting teater bagi ma­hasiswa di UMK? Hasilnya sebesar 54 persen responden menyadari akan pentingnya teater. Kemudian ham­pir setengah dari jumlah responden atau sebesar 42 persen menyatakan kurang penting. Sisanya, sebanyak 3 persen menjawab tidak penting dan 1 persen lainnya tidak memberikan jawabannya.

Mengenai perlukah mahasiswa

mengikuti teater? Fakta yang ditunjuk­kan cukup mengejutkan, karena hanya 34 persen responden yang menjawab kalau teater itu perlu. Sedangkan yang menyatakan kurang perlu lebih ba­nyak, yaitu sebesar 58 persen dari jum­lah responden. Hal ini menunjukkan kalau disini tidak ada korelasi antara kepentingan dan keperluan.

Namun, yang lebih mengejutkan masih ada 7 persen responden yang menyatakan kalau teater itu tidak perlu. Sedangkan, yang tidak men­jawab sebesar 1 persen.

Pernahkah menonton pertunjuk­kan kelompok teater yang ada di UMK. Sebanyak 60 persen menjawab pernah menonton. Lalu, sejumlah 36 persen responden menyatakan be­lum pernah menonton sama sekali. Responden yang menjawab tidak tahu sebesar 4 persen. Jawaban ini bisa be­rarti bahwa responden tidak tahu set­iap ada pertunjukkan teater di UMK.

Jika pernah, sebagai pertanyaan penutup, redaksi ingin mengetahui adakah manfaat yang diperoleh dari menonton pertunjukkan tersebut. Dari hasil yang diberikan, sebesar 60 persen responden yang menya­takan ada manfaat yang diperoleh. Sedangkan, yang menyatakan tidak ada manfaat hanya sebesar 10 pers­en. Kemudian, 22 persen menjawab tidak tau dan sisanya sebesar 8 per­sen tidak memberikan pilihannya.

Suara poling hasil dari penye­baran ini diharapkan mampu men­jadi refleksi terhadap perkembangan dunia teater di UMK. Secara tidak langsung teater UMK di harapkan menghasilkan karya – karya yang l e­bih kreatif dan inovatif. Sehingga da­pat memberikan manfaat yang lebih kepada mahasiswa (sri/peka)

Umk pandang teater sebelah mata

25Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Laporan Khusus1. Apakah Anda tahu teater?

a. Tahub. Kurang ahuc. Tidak tahu

2. Tahukah Anda tentang kebera daan teater di UMK?a. Tahub. Kurang tahuc. Tidak tahu

3. Apakah Anda ikut tergabung d alam kegiatan teater di UMK? Jika ya jawab pertanyaan nomer 4, jika tidak lanjut ke pertanyaan nomer 5 .

a. Yab. Tidak

4. Apakah Anda tahu manfaat dari teater ?a. Tahub. Kurang tahuc. Tidak tahu

5. Menurut Anda, bagaimana e ksistensi teater di UMK?a. Baikb. Kurang baikc. Tidak baik

6. Menurut Anda, seberapa penting teater bagi m ahasiswa UMK?

a. Pentingb. Kurang pentingc. Tidak penting

7. Perlukah mahasiswa mengikuti teater?a. Perlub. Kurang perluc. Tidak perlu

8. Pernahkah Anda menonton pertunjukkan kelompok teater yang ada di UMK?

a. Pernahb. Tidak pernahc. Tidak tahu

9. Jika pernah, adakah manfaat yang Anda peroleh dari menonton pertunjukkan tersebut?

a. Adab. Tidak adac. Tidak tau

Dunia kampus saat ini tak sekadar menjadi pergumulan para aktivis dan akademik dengan kesibukan

telaah literatur maupun diskusi. Tren fashion perlahan tapi pasti, menyusup di kehidupan insan kampus yang disebut mahasiswa.

Tak heran, jika setiap jengkal area kam­pus saat ini, seolah mejadi catwalk dengan mahasiswa sebagai modelnya. Balutan fashion terus berkembang, tak terkecuali kalangan intelektual ini juga mengikuti alur tersebut. Di antaranya, tren alas kaki dengan high heel yang lagi digandrungi kawula muda saat ini, tak terkecuali ma­hasiswa Universitas Muria Kudus (UMK).

Rantika Tirta Kusuma, salah satu ma­hasiswi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) misalnya. Dia hampir setiap hari memakai alas kaki dengan bagian tumit yang meninggi ini, saat kuliah. “Mulai awal kuliah hingga semester VI ini, saat kuliah aku pakai high heels terus,” tuturnya.

Dia menambahkan, saking seringnya memakai high heels, hingga banyak te­mannya justru heran dan bertanya­tanya kalau tidak memakai. “Saking seringnya, hingga teman­temannya menjuluki saya “Ratu high heels”,” imbuhnya.

Kegemarannya memakai sepatu hak tinggi ini, ternyata di mulai sejak dia masih kecil. “Dulu aku sering coba sepatu mamaku,” ujarnya sambil tersenyum sipu.

Model high heels yang sekarang ini se­makin bagu trendi, membuatnya semakin getol memakai sepatu ini. Tak heran, jika saat ini dia telah memiliki puluhan koleksi beberapa model high heels yang menghias rak sepatunya.

Tak hanya gemar lantaran modelnya yang cute, Rantika sebenarnya tahu akan resiko yang ditimbulkan dari pemakaian high heels. Di antaranya, dengan munculnya farises saat tua nanti. Meski demikian, kegemarannya memakai high heels tetap tak surut.

Bahkan, dia rela untuk melancong ke luar kota demi berburu tambahan kolek­sinya, hingga rela merogoh koceknya lebih dalam. Hingga ratusan ribu rupiah, hanya sekadar untuk menambahk kolek­sinya.

Meski ke­gilaannya high heels tak

terbendung, namun Rantika cukup jeli sebelum membeli. “Perlu diperhitungkan bahan dan keawetannya. Kalau bahannya keras, biasanya kaki cepat capek jika me­makainya,” ungkapsnya.

Disinggung mengenai alasannya memakai high heels, Rantika menuturkan, dengan memakai high heels, dia merasa lebih PD (percaya diri). “Kalau pakai high heels, itu rasanya ada kesan tersendiri gitu loh…,” ungkapnya dibarengi tawa.

Berbeda dengan Rantika, Syilvi Purnamasari, mahasiswi Sistem Informasi (SI) Fakultas Teknik (FT) ini, mengaku memakai high heels karena ingin mendapat keseim­bangan tubuh. Hal ini dia lakukan, lantaran ukuran badannya yang tak terlalu tinggi.

banyaK RisiKo

Sylvi juga cukup faham dengan bahaya pemakaian high heels. Seperti betis men­jadi bertambah membesar, otot­otot ken­cang, dan peredaran darah tidak lancar. Namun, dia tetap suka memakainya.

Selain itu, dapat juga meningkatkan risiko radang pada ibu jari, kerusakan tulang telapak kaki, dan meningkatkan risiko jari yang melengkung. Hal itu ka­rena, kondisi kaki yang merosot ke bagian depan sepatu, sehingga beban tubuh tertumpu pada jari­jari kaki.

Terlebih lagi jika model yang tertutup dan hak sepatunya terlalu tinggi, jari­jari tentu akan tergencet sakit mengenai din­ding sepatu. Bahkan, bila tekanan kaki terlalu besar akan berakibat keretakan pada tulang kaki. “Solusinya, kenakan sepatu dengan ukuran hak lebih rendah. Semakin rendah hak sepatu yang di pakai, semakin alami posisi kaki. Selain itu, pilih sepatu dengan hak tebal yang memiliki luas permukaan lebih banyak, sehingga mampu mendistribusikan berat badan secara lebih merata, serta membuat kaki lebih stabil,” paparnya.

Tak hanya mau membagi cara memilih high heels yang cukup aman. Dia juga mau membagi tips merawat high heels agar tetap awet. Gadis asal Surakarta ini megatakan, setelah dipakai

high heels

perlu dilap terlebih dahulu sebelum disimpan lagi di kardusnya. Selain itu, agar tidak mudah kusam perlu diberi lo­tion pengkilap. Setelah itu, cukup disikat menggunakan air biasa. “Kalau tidak dirawat secara intensif, haknya mudah menjadi tidak imbang dan cepat patah, apalagi kalau produk tiruan. Makanya, di samping dilap dengan kain, harus punya lem khusus untuk merawatnya.” tuturnya.

Mudah didaPat

Berbanding lurus dengan pengge­marnya, saat ini di Kabupaten Kudus juga banyak toko, kios, dan mall yang menjual high heels, salah satunya kios Antiq. Toko yang terletak di lantai II Pasar Kliwon ini, banyak menjual sepatu tipe ini. Di antara­nya yang bermerk Key­West dan Gratica.

Meski membuka dagangan di area pasar, namun model­model sepatu yang dijual tidak kalah menariknya dengan sepatu yang di jual di toko khusus sepatu, bahkan mall. “Harga pasar tapi model mall gitu lah…. Makanya, banyak mahasiswi banyak cari high heels di sini,” ujar Dani, salah satu penjaga toko Antiq

LifestyleLifestyle

Si Penyokong Pd dari Tumitdengan Risiko

Menguntit

high heels

ELSY

AFER

A/PE

KA

tRendy: dua mahasiswa di gazebo uMK

terlihat nyaman dan matching mengenakan high heels.

reporter : nurus satiah

Dunia kampus saat ini tak sekadar menjadi pergumulan para aktivis dan akademik dengan kesibukan

telaah literatur maupun diskusi. Tren fashion perlahan tapi pasti, menyusup di kehidupan insan kampus yang disebut mahasiswa.

Tak heran, jika setiap jengkal area kam­pus saat ini, seolah mejadi catwalk dengan mahasiswa sebagai modelnya. Balutan fashion terus berkembang, tak terkecuali kalangan intelektual ini juga mengikuti alur tersebut. Di antaranya, tren alas kaki dengan high heel yang lagi digandrungi kawula muda saat ini, tak terkecuali ma­hasiswa Universitas Muria Kudus (UMK).

Rantika Tirta Kusuma, salah satu ma­hasiswi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) misalnya. Dia hampir setiap hari memakai alas kaki dengan bagian tumit yang meninggi ini, saat kuliah. “Mulai awal kuliah hingga semester VI ini, saat kuliah aku pakai high heels terus,” tuturnya.

Dia menambahkan, saking seringnya memakai high heels, hingga banyak te­mannya justru heran dan bertanya­tanya kalau tidak memakai. “Saking seringnya, hingga teman­temannya menjuluki saya “Ratu high heels”,” imbuhnya.

Kegemarannya memakai sepatu hak tinggi ini, ternyata di mulai sejak dia masih kecil. “Dulu aku sering coba sepatu mamaku,” ujarnya sambil tersenyum sipu.

Model high heels yang sekarang ini se­makin bagu trendi, membuatnya semakin getol memakai sepatu ini. Tak heran, jika saat ini dia telah memiliki puluhan koleksi beberapa model high heels yang menghias rak sepatunya.

Tak hanya gemar lantaran modelnya yang cute, Rantika sebenarnya tahu akan resiko yang ditimbulkan dari pemakaian high heels. Di antaranya, dengan munculnya farises saat tua nanti. Meski demikian, kegemarannya memakai high heels tetap tak surut.

Bahkan, dia rela untuk melancong ke luar kota demi berburu tambahan kolek­sinya, hingga rela merogoh koceknya lebih dalam. Hingga ratusan ribu rupiah, hanya sekadar untuk menambahk kolek­sinya.

Meski ke­gilaannya high heels tak

terbendung, namun Rantika cukup jeli sebelum membeli. “Perlu diperhitungkan bahan dan keawetannya. Kalau bahannya keras, biasanya kaki cepat capek jika me­makainya,” ungkapsnya.

Disinggung mengenai alasannya memakai high heels, Rantika menuturkan, dengan memakai high heels, dia merasa lebih PD (percaya diri). “Kalau pakai high heels, itu rasanya ada kesan tersendiri gitu loh…,” ungkapnya dibarengi tawa.

Berbeda dengan Rantika, Syilvi Purnamasari, mahasiswi Sistem Informasi (SI) Fakultas Teknik (FT) ini, mengaku memakai high heels karena ingin mendapat keseim­bangan tubuh. Hal ini dia lakukan, lantaran ukuran badannya yang tak terlalu tinggi.

banyaK RisiKo

Sylvi juga cukup faham dengan bahaya pemakaian high heels. Seperti betis men­jadi bertambah membesar, otot­otot ken­cang, dan peredaran darah tidak lancar. Namun, dia tetap suka memakainya.

Selain itu, dapat juga meningkatkan risiko radang pada ibu jari, kerusakan tulang telapak kaki, dan meningkatkan risiko jari yang melengkung. Hal itu ka­rena, kondisi kaki yang merosot ke bagian depan sepatu, sehingga beban tubuh tertumpu pada jari­jari kaki.

Terlebih lagi jika model yang tertutup dan hak sepatunya terlalu tinggi, jari­jari tentu akan tergencet sakit mengenai din­ding sepatu. Bahkan, bila tekanan kaki terlalu besar akan berakibat keretakan pada tulang kaki. “Solusinya, kenakan sepatu dengan ukuran hak lebih rendah. Semakin rendah hak sepatu yang di pakai, semakin alami posisi kaki. Selain itu, pilih sepatu dengan hak tebal yang memiliki luas permukaan lebih banyak, sehingga mampu mendistribusikan berat badan secara lebih merata, serta membuat kaki lebih stabil,” paparnya.

Tak hanya mau membagi cara memilih high heels yang cukup aman. Dia juga mau membagi tips merawat high heels agar tetap awet. Gadis asal Surakarta ini megatakan, setelah dipakai

high heels

perlu dilap terlebih dahulu sebelum disimpan lagi di kardusnya. Selain itu, agar tidak mudah kusam perlu diberi lo­tion pengkilap. Setelah itu, cukup disikat menggunakan air biasa. “Kalau tidak dirawat secara intensif, haknya mudah menjadi tidak imbang dan cepat patah, apalagi kalau produk tiruan. Makanya, di samping dilap dengan kain, harus punya lem khusus untuk merawatnya.” tuturnya.

Mudah didaPat

Berbanding lurus dengan pengge­marnya, saat ini di Kabupaten Kudus juga banyak toko, kios, dan mall yang menjual high heels, salah satunya kios Antiq. Toko yang terletak di lantai II Pasar Kliwon ini, banyak menjual sepatu tipe ini. Di antara­nya yang bermerk Key­West dan Gratica.

Meski membuka dagangan di area pasar, namun model­model sepatu yang dijual tidak kalah menariknya dengan sepatu yang di jual di toko khusus sepatu, bahkan mall. “Harga pasar tapi model mall gitu lah…. Makanya, banyak mahasiswi banyak cari high heels di sini,” ujar Dani, salah satu penjaga toko Antiq

LifestyleLifestyle

Selop

Kitten heels

Clogs

Pump shes to

Sling back shoes

Chunki heels

Gladiator

Platform wedge

Flexible­ankle

Buckle­ankle

Model-Model HigH HeelS

MILA/PEKA

28 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Laporan Khusus

Seni teater, menjadi salah satu seni yang telah lama digandru ngi ma­hasiswa Universitas Muria Kudus

(UMK). Seiring berjalannya waktu, daya pikat seni teater pun semakin kuat di ma­ta mahasiswa. Hal itu terbukti muncul­nya kelompok teater baru, Teater Obeng dari Fakultas Tehnik pada 2010 lalu.

Sebelumnya, di kampus yang ter­letak di Desa Gondangmanis ini, te­lah berdiri beberapa kelompok teater. Mulai dari kelompok Seni Kampus (SEKAM) 2003 yang getol dengan seni teaternya ditingkat universi­tas. Setelah itu, Teater Coin lahir di Fakultas Ekonomi (FE) pada 2006.

Pada tahun yang sama, Teater Aura muncul di Fakultas Psikologi. Setahun berikutnya (2007), giliran maha­siswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang membentuk kelompok Teater Tigakoma.

Kelompok teater yang tertua di UMK, SEKAM, kerap mengangkat isu sosial pada karya­karyanya.

Melihat teater, menurut Abimanyu Pranatagama, Kepala Suku Sekam, keg­iatan teater tak hanya mempelajari seni

peran saja, tetapi juga seni gerak (tari), seni suara (vocal), seni rupa (rias), seni kostum (busana), dan yang terakhir mempelajari seni sukma (jiwa). Yang artinya, teater adalah gabungan dari beberapa bentuk seni.

Namun, tidak mudah melakukan seni teater. Diperlukan tenaga, waktu dan dana yang tidak sedikit. Itu pula yang selama ini membuat mahasiswa sedikit tersendat dalam berteater.

Ia mencontohkan, untuk mem­beli alat musik seperti drum, anggota Sekam harus menabung terlebih da­hulu. “Untuk menghadiri acara teater di luar kota, kita juga harus mengeluarkan biaya dari kantong sendiri” ungkapnya.

Setali tiga uang, kelompok Teater Coin pun tersandung masalah yang sama, pendanaan. “Ketika kami minta tanda tangan dari pihak Fakultas untuk pencairan dana, kami malah ditanya apa Coin masih hidup?” ungkap Vina an­driani, Ketua Teater Koin, sedikit jengkel.

Kondisi serupa juga dialami ke­lompok Teater Tigakoma. Kelompok yang memiliki jargon ‘Teater untuk pendidikan’ ini merasa pihak fakultas

tempat anggotanya menimba ilm u kurang memperhatikan kegiatan seni, khususnya teater. “Saat ada pemen­tasan, jarang ada perwakilan dosen atau pegawai di lingkungan FKIP lain­nya yang hadir memberi dukunga. Padahal Dekan FKIP Susilo Raharjo saja mau hadir,” ungkap Julian Atmaja, Ketua Teater Tiga Koma.

Tak hanya itu, teater Tiga Koma pun tak memiliki basecamp. “Kita hanya bisa latihan di depan auditorium UMK. Itu pun harus memastikan dulu ruangan tidak dipakai badminton. Kalau seperti itu, ya tentunya kita mengalah dan kemudian latihan di lapangan Volly,” imbuhnya.

Berbeda lagi dengan Teater Obeng. Oky Charisandi, Ketua Teater Obeng mengungkapkan bahwa pihaknya me­ngalami permasalahan di Sumber Daya Manusia (SDM). Pada awal pendaftaran tercatat 40 orang. Tetapi ketika latihan, tak lebih dari 10 orang yang hadir, itu pun juga tak tentu,” ujarnya

Jika sudah begini, pihaknya beru­saha fokus dengan SDM yang ada. Yang penting, kata dia, kelompoknya mampu menunjukan tetap eksis dan berkarya. “Seni teater memang tidak bisa dipisah­kan dengan dunia kampus, karena dari kampus lah pemikiran­pemikiran yang baru disuguhkan lewat satu kemasan pentas teater tanpa adanya pengaruh dari luar,” tambah Oky

(Warda, khurotul/peka)

“Mahasiwa itu pencari. Menemukan dan kemudian mengabarkan. Bukan hanya pe­nerima. Dalam berteater, mahasiswa semestinya bisa lebih mandiri dengan memunculkan gagasan­gagasan baru. Jangan minder dengan nama­nama besar yang sudah ada,”

Gunadi, Pendiri Teater Samar, melihat pergerakan teater kampus UMK yang masih ba nyak bergerak di lingkungan kampus saja. Pelaku teater kampus juga masih terkesan ba nyak bergantung dengan pelatih pendampingnya yang dari luar kampus, walaupun se­bagian sudah ada yang mandiri

gunadi : Budayawan TeaterSamar IMAM/PEKA

IMAM/PEKA

“Semua orang itu seniman, karena sejak lahir kita semua tahu seni. Namun jangan sampai terjebak pula menjadi seniman yang naif. Berteater itu berarti belajar tentang pen­

didikan karakter. Jangan hanya hura­hura saja, namun harus lebih eksis dan produktif,”Joko Edi Soerjono, Pendiri Teater Poentoen’ menanggapi perkembangan teater kampus

yang semakin menunjukkan gaungnya beberapa tahun terakhir. Produktif menghasilkan karya­karya yang berhasil membius sivitas. Berteater , kata dia, berarti belajar tentang pen­

didikan karakter

djoko edy s

Kata Mereka

teater tak Bisa Dipisahkan dengan Dunia kampus

29Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Tokoh

Pendidikan karakter merupakan salah satu bagian penting dalam proses pendidikan. Karena pendidikan karakter akan menentukan cara ber­pikir dan bersikap anak atau siswa saat dewasa nanti. Pendidikan kara­

kter dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya dengan sosiodra­ma. Seperti yang dilakukan Rizka Alyna, staf laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK) yang mengangkat sosiodrama sebagai tema thesisnya. Berikut ini wawancara tim reporter Pena Kampus (Peka) dengan Rizka Alyna.

apakah benar ibu tengah menyelesaikan thesis bertema sosiodrama?Ya, benar.

apakah judul thesis ibu?Sosiodrama untuk pendidikan karakter

darimana anda memperoleh ide tersebut?Pada dasarnya, basic saya memang psikologi pendidikan. Saat saya menga­

mati perilaku agresif pada anak­anak, kemudian terpikir di benak saya apakah perilaku agresif itu bisa diatasi dengan terapi sosiodrama.

lalu, apakah sosiodrama itu?Sosiodrama berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat dan drama”

yang berarti permainan peran. Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul di masyarakat d alam hubungan antar manusia. Dalam hal penyelesaian masalah, sosiodra­ma memiliki keterkaitan dengan psicotheraphy.

bagaimana sosiodrama bisa dikaitkan dengan psikoterapi?Dengan sosiodrama orang yang bermasalah sosial di bantu untuk me­

ngungkapkan perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan ber­salah dan kesedihan. Sehingga dapat merasa sedikit lega dan dapat mengem­bangkan pemahaman baru yang memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan nyata.

apa manfaat yang dapat diperoleh dari sosiodrama?Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari sosiodrama, terutama

mengenai hubungan sosial kita dengan yang lainnya. Contohnya, kita belajar memahami perasaan orang lain, menghargai pendapat orang lain, mengolah rasa empati kita terhadap orang lain, serta yang paling penting mampu mem­perbaiki hubungan sosial.

apa sajakah tujuan sosiodrama?Tujuan sosiodrama ada tiga, kartasis, insight, dan pelatihan peran. Kartasis

berarti mengeluarkan emosi atau menyatakan perasaan terpendam. Insight berarti mendapatkan pemikiran baru, sehingga seseorang bisa melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dari biasanya. Pelatihan peran merupakan cara bagaimana seseorang menjalin relasi atau hubungan de­ngan orang lain.

pendidikan karakter melalui sosiodrama

Reporter: Annisa Puspa Dhara & Titik Malikah

Rizka alyna

TITIK/PEKA

30 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Tokoh

hal apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan sosiodrama?Ada lima yang dibutuhkan untuk melakukan sosiodra­

ma. Pertama, panggung permainan atau stage, ini meru­pakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi subjek. Kedua, pemimpin sosiodrama atau Director, director merupakan Psychodramatist terlatih yang membimbing peserta melalui setiap fase dari sesi. Ketiga, pemegang peran utama atau protagonist, memiliki fungsi sebagai anggota yang dipilih untuk mewakili tema dalam ke­lompok drama. Keempat, peran pembantu atau Auxilary egos, anggota kelompok yang diasumsikan mempunyai peran penting lain dalam drama. Terakhir, pendengar atau Audience, merupakan anggota kelompok yang me­nyaksikan drama dan mewakili dunia pada umumnya.

sepertinya sosiodrama mirip sekali dengan teater, bagaimana pendapat anda?

Keduanya saling terkait satu sama lain. Sosiodrama merupakan bagian dari drama, dan drama itu sendiri merupakan bagian dari teater. Namun jika teater itu se­lalu menggunakan naskah, sedangkan untuk sosiodrama dapat dilakukan tanpa naskah. Selain itu permasalahan yang diangkat dalam sosiodrama, bisa berasal dari pem­eran sosiodrama itu sendiri.

apa perbedaan sosiodrama dengan teater?Sosiodrama harus dimainkan banyak orang.

Sedangkan teater, tidak harus dimainkan banyak orang, namun juga bisa dimainkan hanya dengan satu orang atau yang biasa disebut dengan monolog. Selain itu, teat­er harus ada naskah dialog, sedangkan sosiodrama tidak harus ada. Dan teater bertujuan menghibur, sedangkan sosiodrama memecahkan suatu masalah sosial.

bagaimana konsep melakukan sosiodrama?Dalam sosiodrama, peserta mengeksplorasi konfli k

yang terjadi di dalam diri (internal conflct), kemudian dimunculkan keluar melalui tindakan dengan mengeluar­kan emosinya (acting) dengan interaksi antar pribadi de­ngan pemain lainnya di atas panggung (stage). Fokus uta­ma sosiodrama pada satu peserta yang memilikin masalah, yang dikenal sebagai protagonis (protagonist). Sedangkan pemain lainnya bertugas membantu protagonis (Auxilary Egos). Protagonis menguji hubungannya dengan berinte­raksi dengan para pemain lain dan pemimpin (Director).

apakah sosiodrama dilakukan kepada usia tertentu?Tidak ada, sosiodrama dapat dilakukan kepada semua

usia, asalkan orang yang melakukan sudah dapat atau masih dapat berjalan pola pikirnya. Akan tetapi jika itu ditujukan untuk membantu menanamkan pendidikan karakter, maka akan lebih baik jika sasarannya anak­anak.

Kalau begitu, apakah sosiodrama juga bisa digunakansebagai metode mengajar di kelas?

Tentu saja, dengan digunakannya sosiodrama ke­pada siswa akan menjadi bersemangat dalam mengikuti

pelajaran. Namun untuk melakukan sosiodrama memang dibutuhkan waktu yang lebih. Selain itu juga metode ini dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan pendidikan karakter

bagaimana gambaran penanaman pendidikan karaktermelalui sosiodrama di dalam kelas?

Untuk melakukan sosiodrama didalam kelas, seorang gu­ru perlu mengikutsertakan anak didiknya untuk mendrama­kan atau memainkan peran tertentu dari sebuah cerita. Cerita bisa diangkat dari materi pelajaran yang ada atau dari per­masalahan yang sedang mencuat dikalangan mereka. Dari ikut bermain peran tersebut, anak akan belajar untuk mema­hami karakter yang sedang mereka perankan atau yang se­dang diperankan yang lainnya. Dari bermain peran itu, akan timbul rasa empati dalam diri mereka, dan diharapkan me­reka mampu memilah karakter mana yang baik untuknya.

Menurut ibu, pendidikan karakter itu seperti apa?Pendidikan karakter memiliki tujuan untuk membentuk

kematangan karakter dalam rangka menyiapkan anak agar mampu menghadapi tantangan kehidupan. Pendidikan karakter tidak cukup jika hanya disampaikan melalui ma­ta pelajaran di sekolah. Akan tetapi, yang pa ling penting pemberian contoh kepada anak melalui perilaku yang dit­erapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga pen­didikan karakter membutuhkan contoh nyata.

selain untuk pendidikan, sosiodrama bisa digunakan untuk apa saja?

Banyak, misalnya untuk bidang keagamaan, ke sukuan, mengasah ketrampilan sosial. Namun saya hanya men­dalami bagian ketrampilan sosial.

adakah kelemahan sosiodrama?Sosiodrama menggunakan bidikan tertentu, yaitu

sekelompok orang yang mempunyai masalah. Sehingga tujuan sosiodrama hanya bisa disampaikan pada s ekelompok orang tersebut.

sosiodrama sebagai pembentukan perilaku, dapatkah berlaku bagi orang dewasa?

Bisa saja. Karena setiap orang, anak­anak maupun d ewasa dapat diubah perilakunya. Meskipun pemben­tukan perilaku lebih mudah dilakukan pada anak­anak, n amun apabila orang dewasa ingin mengubah perilaku­nya de ngan disertai keinginan kuat, dapat dipastikan orang ter sebut bisa berubah menjadi lebih baik.

Menurut ibu, bagaimana penanaman pendidikan karakter di Fakultas Psikologi?

Pendidikan karakter tidak termasuk dalam kurikulum dan mata kuliah. Sehingga penanaman pendidikan ka­rakter di Fakultas Psikologi dilakukan dengan pemberian contoh berupa sikap yang baik kepada mahasiswa. Tidak hanya dosen yang harus menanamkan pendidikan karak­ter, tapi juga seluruh sivitas di Fakultas Psikologi

31Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Tokoh

Membaca bisa menjadi salah satu hobi yang sangat positif, seperti Rizka Alyna

yang memilih membaca buku seba­gai hobinya. Karena dengan memba­ca bisa membuka wawasan lantaran bisa mendapatkan banyak informasi, pengetahuan dan pengalaman baru.

Baginya, membaca menjadi salah satu modal penting dalam hidup. Dari membaca, wawasan bisa bertambah. Tak hanya itu, dari membaca akan mendapatkan banyak ilmu yang da-pat dijadikan modal untuk menghadapi masa depan nanti. ”Semua jenis buku perlu dibaca, tak hanya terpaku pada satu jenis saja,” katanya.

Termasuk membaca komik maupun novel, karena menurut perempuan kela-hiran Rantau Prapat, Sumatera Utara ini, membaca komik atau novel mampu merangsang daya imaginasi. Dari cerita yang disajikan komik atau novel, secara perlahan otak terlatih untuk membuat penggambaran mengenai jalan cerita yang disajikan.

Salah satu komik kesukaan Rizka, yaitu cerita detektif karya Sidney Selden. Cerita dalam komik tersebut banyak dibumbui alur misteri. Sehingga memunculkan rasa keingintahuan pem-bacanya lebih mendalam. Selain itu, ia juga memiliki buku favorit Totto-Chan.

Buku yang berjudul Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi, be-gitu menginspirasinya sampai sekarang. Karena banyak yang bisa diambil pelaja-ran, apalagi diangkat dari kisah nyata.

Novel Gadis Cilik di Jendela diang-kat dari kisah nyata Totto-Chan, dimana ia yang awalnya dikeluarkan dari seko-lah dasar tempatnya belajar. Karena dia sering mengamati orang yang lewat

disaat proses belajar mengajar berlang-sung. Akibatnya guru menganggapnya sebagai murid dengan kemampuan dibawah rata-rata karena tak memper-hatikan pelajaran.

Akan tetapi, karena rasa hausnya akan pengetahuan, akhirnya Totto-Chan memutuskan untuk tetap belajar meskip-un harus belajar di kereta. Kemudian saat gadis tersebut beranjak dewasa, ia mampu menjadi salah satu duta untuk UNICEF. ”Dari situ, saya terinspirasi untuk terus membaca,” ujarnya.

Untuk itu, mahasiswa harus se-ring membaca berbagai jenis buku. Tujuannya sebagai bekal agar maha-siswa siap dan mampu untuk meng-hadapi tantangan masa depan yang se-makin kompleks.

Dia menambahkan, membaca buku kini mulai ditinggalkan akibat teknologi yang semakin canggih, termasuk untuk mengisi waktu luang dengan membaca. Menurut Rizka, hal tersebut mempe-ngaruhi minat baca yang dimiliki ma-hasiswa. Kebanyakan mahasiswa saat ini, hanya membaca buku jika terbentur tugas kuliah. Selebihnya lebih suka ber-selancar di dunia maya.

Meski mulai tersingkir, minat baca bisa ditumbuhkan sejak dini dengan cara membacakan buku yang mengandu-ng kisah menarik dan inspiratif kepada anak-anak. Seperti membacakan don-geng dengan diiringi buku yang terda-pat dongeng yang tengah diceritakan.

Mahasiswa perlu menyadari akan pentingnya membaca buku. Buku yang dibaca tidak hanya buku yang me-nyangkut mata kuliah. ”Namun banyak buku inspiratif dan menarik lainnya pun yang menunggu untuk dibaca,” p esannya

Jadikan Membaca Sebagai Hobi

mahasiswa perlu Banyak membaca Berbagai Jenis Buku

Reporter: Titik Malikah & Annisa Puspa Dhara

nama : Rizka Alynattl : Rantau Prapat, 20 Mei 1981alamat : Jl. Raya Kudus – Pati km 5,2e-mail : rizka.umk@gmail.comJenJang PendidiKan

S1 Psikologi Universitas ♦Muhammadiyah SoloS2 Magister Profesi Psikologi ♦Unika Soegijapranata Semarang (Proses Studi)

naMa suaMi Saiful AnnasMaKanan KesuKaan

Makanan yang tidak terlalu manisMotto hiduP

Sederhana, proses, belajarPesan untuK Mahasiswa

Jangan hanya kuliah pulang, silakan mencari kegiatan atau pembelajaran di luar kelas

DATA DIRI

32 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Sudut KampusPelestarian Alam Tanggungjawab Semua Pihak

menerapkan hidup seperti alamMelestarikan alam yang ada

di sekitar kita menjadi tang­gung jawab semua pihak,

baik masyakrakat maupun pemerin­tah. Untuk itu, perlu dilakukan adan­ya pemeliharaan dan perlindungan lingkungan secara teratur. Agar tidak tejadi kerusakan dan kemusnahan sumber daya alam (SDA).

M. Abdul Aziz, salah satu orang yang berupaya konsen ke pelestarian alam. Kecintaannya terhadap alam, me­mang tidak dimulainya semenjak dia kecil. Tapi saat memasuki perguruan tinggi, beberapa kegiatan yang bersen­tuhan langsung dengan alam dia ikuti. SepertiUnit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Arga Dahana dan mengikuti pendidi­kan kader konservasi yang diadakan di Tawangmangu dan Batu Raden.

Pendidikan kader konservasi terse­but merupakan program yang rutin di­adakan oleh dinas perhuta nan provinsi dan direalisasikan Balai Konservasi Suber Daya Alam (BKSDA).

Sebelumnya, dari 2002 hingga 2008 tidak ada pemilihan kader kon­servasi. “Baru pada 2009 ada pemili­han kader konservasi,” katanya.

Keikutsertaan Azis dalam pro­gram pendidikan kader konservasi, membuatnya lebih tahu mengenai konservasi lingkungan, sehingga membuat Azis lebih percaya diri. Akhirnya, di 2010 Azis berani untuk ikut serta dalam lomba kader konser­vasi se­Jawa Tengah. Dalam lomba itu, Azis dinobatkan sebagai juara II Lomba Kader Konservasi Se­Jateng. ”Ini memang sudah jadi niat dan tu­juan saya, menjadi kader konservasi,” ungkapnya.

Azis mengatakan, untuk mengi­kuti lomba kader konservasi, tidak mudah. Untuk meraih juara tersebut, terlebih dahulu dia musti turut me­ngadakan berbagai kegiatan lingku­ngan atas nama individu. Beberapa kegiatan lingkungan yang pernah di­ikutinya, meliputi pelepasan burung, pembibitan 20.000 pohon di gunung Muria dan kegiatan pencabutan paku

di pohon.Untuk pelepasan burung dan

pembibitan, dilakukannya dengan teman­temannya di UKM MAPALA dan melibatkan beberapa sekolah, kelompok Pelindung Kawasan Muria, dan masyarakat sekitar muria.

Pria asli Kudus ini, merasa pri­hatin dengan kondisi lingkungan di daerahnya. Menurutnya, lingku­ngan di Kudus sekarang mengalami kerusakan. Seperti banyaknya ben­cana alam yang terjadi di Kudus, mulai dari bencana longsor di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog dan banjir di b eberapa titik di Kudus. ”Peran pe merintah harusnya lebih besar, n amun kenyataannya ternyata ada mall yang berdiri di daerah resa­pan. Kalau sudah masalah politik se­mua bisa terjadi,” imbuhnya.

Menurut Azis, untuk menjaga lingkungan, diperlukan peran serta dari seluruh elemen pemerintah dan masyarakat. Menjaga lingkungan, bisa di mulai dari hal­hal yang seder­hana. Misalnya, jika sedang ma­kan permen, sampahnya langsung dibuang ke tempat sampah atau di masukkan kantong terlebih dulu jika tidak ada tempat sampah. Terlebih sampah plastik yang membutuhkan waktu lebih dari 300 tahun untuk bisa diurai tanah.

Azis berharap, mahasiswa sebagai kalangan akademis bisa turut sert a menjaga lingkungan. Karena saat ini terkesan anak muda sangat cuek dengan lingkungan sekitarnya. ”Anak muda terkesan suka-suka gue dalam memperlakukan lingkungan. Banyak yang membuang sampah sembarang dan tak memikirkan dampaknya,” terang mahasiswa Fakultas Psikologi.

Tak hanya itu, sebagai seorang ka­der konservasi, ia juga berharap di kota Kudus tercipta lingkungan yang bersih, rindang dan nyaman untuk di tempati warga. ”Pemerintah Kudus setempat harus lebih mampu menjaga lingku­ngan, harus ada keseimbangan antara jumlah penduduk dan lingkungan,” imbuhnya (hanif/peka)

nama : Moch. Abdul Azizttl : Kudus, 18 September 1988alamat : Jl. Eka Praya No. 25 01/01 Rendeng Timur Kuduse-Mail : a2izclimbermapala@yahoo.co.id nama ayah : H. Abdus Syakurnama ibu : Hj. Mahmudahhobi : Konservasi dan Panjat DindingMakanan Favorit : Semua suka yang penting halalMoto hidup : Hiduplah Seperti AlamPengalaMan oRganisasi

Mapala “Arga Dahana” UMK ♦FK3I ( Forum Komunikasi Kader ♦Konservasi Indonesia ) Jawa TengahGEMPALA ( Menteri Kehutanan ) ♦KPT ( Kajian Psikologi Terapan ) Out ♦Bound

daFtaR PRestasi Juara II Panjat Dinding Se-eks ♦karesidenan Pati (2010)Juara II Lomba Kader Konservasi ♦Se-Jateng (2010)

DATA DIRI

33Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Sudut Kampus

menumbuhkan kepekaan dan kreatif dengan Blog

nguri-uri Budaya

Lokal Lewat kemah tkp

Tiga hari, Jum’at hingga Minggu (10­12 Februari) lalu, Bumi Perkemahan (Buper) Rong­

go war sito, Desa Klaling, Kecamatan Jekulo dipadati ratusan siswa SMA. Sekitar 280 siswa dari 24 SMA sederajat di Kudus ini, mengikuti kemah Temu Karya Penegak (TKP) VII, oleh UKM Racana Muria Whira­Shima UMK.

Ketua Panitia, Miftahul Ulum menga­takan, kemah ini berguna untuk menge­tahui kualitas kepramukaan tingkat penegak SMA Sederajat di Kabupaten Kudus. ”Kali ini, kita memgambil tema kebudayaan. Itu karena, kami berharap teman­teman penegak bisa mengenal dan mencintai budaya lokal yang seka­rang mulai luntur,” tuturnya.

Tak hanya sebatas mengenal dan mencintai, lanjutnya, dengan acara

ini diharapkan penegak dapat nguri-uri budaya lokal. Tak dipungkiri, ke­budayaan lokal saat ini kurang dimi­nati kawula muda, karena lebih me­nyukai budaya asing.

Berbagai lomba budaya lokal dita­mpilkan di ajang itu. Diantaranya, lomba pidato Bahasa Jawa dan gi­at wawasan bertajuk ”Lunturnya Kebudayaan Lokal”. Selain itu, juga ada lomba kepramukaan, seperti lomba senam pramuka, PBB, pionering dan cerdas tangkas. ”Serangkaian acara ini kami selenggarakan untuk mencetak

kader penerus yang lebih berkualitas dan juga berbudaya,” jelasnya.

Terpisah, Ketua Racana Muria Whira­Shima UMK, Wartoyo, me­ngatakan selain bertujuan nguri-uri budaya lokal. Acara ini merupakan tindak lanjut dari pelantikan anggota baru Racana Muria Whira­Shima (13/1) lalu. ”Kemah kali ini sekali­gus menjadi pembuktian 20 anggota baru. Bila acara ini berjalan lancar, berarti mereka sukses mengawali debut sebagai anggota baru Racana,” ungkapnya (mukhlisin/peka)

Matahari mulai menepi dan berangsur tenggelam. Na­mun keriuhan masih ter­

dengar di ruang seminar lantai IV Gedung Rektorat Universitas Muria Kudus (UMK), Selasa (21/2) lalu. Beberapa siswa SMA se­Karisidenan Pati itu, masih berharap­harap cemas menunggu keputusan dewan juri pada acara lomba Blog Competition 2010.

Akhirnya, setelah menunggu seki­an lama, juri pun mengumumkan pe­menang. Muchammad Akrom, asal MA NU TBS Kudus, berhasil menya­bet gelar juara. Dengan berseragam kebanggaan yang dibalut jas alma­mater sekolahnya, tak ketinggalan

berpeci hitam melingkar di kepa­lanya, dia tegap berdiri mengangkat trophi.

Akrom mengaku senang dengan gelar ini. ”Saya sempat tidak yakin bisa jadi juara. Sebenarnya ada salah satu alamat dalam blog saya yang salah dan tidak terarah. Namun, saya berharap akan ada lagi lomba blog seperti ini lagi.” ungkapnya dengan tersenyum bangga.

Lomba Blog Competition 2010 ini, merupakan penyelenggaraan kali kedua oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi dan Informatika (HMJ TI). Menurut ketua panitia, Susanto, dari segi teknologi, acara

ini bertujuan untuk menumbuhkan greget anak muda dalam belajar IT.

”Dengan mengusung tema ”Potret Hidup Masyarakat Kecil”, kami ingin menumbuhkan kepekaan, kreatif, dan rasa syukur terhadap keadaan yang diberikan tuhan di kalangan anak muda,” tuturnya.

Lomba yang diikuti 40 peserta ini, awalnya dimulai dengan menyerah­kan blog karya pribadi calon peserta kepada panitia, mulai 25 Januari hing­ga 17 Pebruari lalu. Setelah itu, setiap peserta diwajibkan untuk mempre­sentasikan karyanya kepada empat dewan juri, Senin dan Selasa (20­21 Februari) (sri haryati/peka)

DOK. RACANA

beRKaRnya: Peserta tKP sedang membuat miniatur Pionering.

34 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Sudut Kampus

Donor darah rutin tiap tiga bu­lan sekali membuat tubuh kita lebih sehat, karena darah ter­

gantikan secara teratur. Hal tersebut di ungkapkan dr. Anna Thesia, Direktur Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kudus, dalam seminar “Sosialisasi Donor Darah,” di ruang seminar Universitas Muria Kudus (UMK), Selasa (17/1) lalu.

Acara yang di hadiri 58 peserta baik dari kalangan mahasiswa, dosen, maupun dari masyarakat umum ini, diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Suka Rela (KSR). Ketua Panitia Silvy menga­takan, seminar ini merupakan tindak lanjut kegiatan rutin donor darah yang dihelat tiap tiga bulan sekali. “Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan tentang manfaat donor darah kepada masya­rakat, khususnya mahasiswa UMK. Sehingga minat masyakat untuk do­nor darah meningkat,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Silvy, PMI Kudus sendiri terkadang masih kekurangan kebutuhan permintaan darah di Kudus. Sementara itu, dr Anna Thesia saat ditemui usai acara mengatakan, jumlah pendonor di Kudus mengalami pening­katan dari tahun ke tahun. “Semangat berdonor masyarakat sedikit demi sedikit semakin naik,” tuturnya.

Dia menambahkan, donor darah secara rutin selain dapat membuat tubuh lebih sehat, masyrakat juga bisa mengecek kesehatan secara gra­tis. “Kesehatan kita bisa terkontrol tiap donor darah. Seperti tensi, HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria,” ujarnya Anna.

Dokter asal Makasar ini menjelas­kan, untuk menjadi pendonor harus memenuhi kriteria yang sudah di tetapkan. Diantarnya, tidak mende­rita penyakit hepatitis B, hepatitis C, tekanan darah sistole antara 100­180 dan distole 60­100. “Sedangkan bagi pendonor yang ingin mendonorkan

darahnya kembali, idealnya tiga bu­lan atau minimal 75 hari setelah do­nor sebelumnya,” terangnya.

Data dari UDD­PMI Cabang Ku dus menyebutkan, kebutuhan darah se­tiap harinya mencapai 30­70 kantong darah. Sedangkan cadangan darah se tiap harinya bisa mencapai 200 kan­tong darah lebih, sehingga cukup un­tuk memenuhi kebutuhan darah sela­ma 2­3 hari. Selama ini, sosialisasi yang dilaksanakan oleh PMI Cabang Kudus juga dilakukan melalui radio. Sehingga masyarakat mengetahui permasalahn yang ada di PMI. “Taunya masyarakat awam kalau butuh darah itu hanya darah saja, padahal ada komponen­komponen tertentu yang tidak di pu­nyai PMI Kudus,” ungkapnya.

Sementara untuk sosialisasi ke d esa­desa, PMI selalu beker jasama de ngan UKM­KSR UMK, untuk m em­beri pengarahan kepada masya ra­kat desa tentang pentingnya donor darah (mukhlisin/peka)

pendidikan Bahasa tak statisSeiring berjalannya waktu, kurikulum dan metode

pengajaran dalam dunia pendidikan berubah. Perubahan tersebut juga mempengaruhi peruba­

han paradigma yang terjadi dalam pendidikan bahasa (language education).

Hal tersebut diungkapkan Helena I R Agustin, Dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES), pada kuliah umum yang bertajuk “Shift of Paradigm in Language Education”, Selasa (31/1) lalu, di ruang seminar gedung rektorat lantai IV Universitas Muria Kudus (UMK).

Menurut Helena, paradigma merupakan serangkaian kepercayaan yang mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang (mindset). “Ketika pemahaman mengenai ca­kupan bahasa itu berubah, maka LE (language education, red) pun berubah, guna menyesuaikannya,” terangnya.

Perubahan yang terjadi, lanjut Helena, juga mencak­up lingkup bahasa seperti teori linguistik, psikologi, ko­munikasi dan perolehan bahasa. “Semuanya itu disebab­kan banyak peneliti yang memahami apa yang menjadi bidang kajian mereka dengan lebih baik,” jelasnya.

Perubahan itu sendiri, kata dia, mengarah kepada kemajuan teori­teori bahasa yang sudah ada sebelum­nya. Meski pergeseran paradigma terjadi dalam pendidi­kan bahasa, namun tidak berarti bahwa teori­teori bahasa yang ada sebelumnya tidak dapat digunakan. “Sampai saat ini, teori lama mengenai pengajaran bahasa masih dapat

digunakan. Contohnya, pengajaran dengan menggunakan pendekatan alami (natural approach), yang ternyata be­lum begitu sesuai jika diterapkan dalam sekolah,” katanya.

Dari pendekatan tersebut, lanjutnya, kemudian ter­jadilah pergeseran paradigma yang menemukan bahwa pendekatan yang bersifat komunikatif (communica-tive approach) jauh lebih sesuai. “Namun jika ditelisik lebih jauh, pada dasarnya pendekatan alami (natural approach) masih bisa dimanfaatkan untuk menarik in­teraksi yang ada,” tegasnya (malikah/peka)

Donor Darah rutin Bikin sehat

TITIK. PEKA

Kuliah uMuM: Ratusan mahasiswa pendidikan bahasa inggris belajar teori-teori bahasa.

35Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Bahasa

Permainan bahasa memiliki peran yang penting dalam perkembangan linguistik dan

perilaku masyarakat karena permain­an bahasa merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari manu­sia. Hal tersebut senada de ngan apa yang dikatakan Cristal (1998) bahwa setiap orang bermain dengan ba­hasanya atau merespon permainan bahasa. Beberapa diantara meraka hanya sekadarnya terhibur de ngan aktivitas ini, dan ada pula yang benar­benar terobsesi dengannya. Akan tetapi, tidak ada seorang pun di dunia ini akan terhindar darinya. Mulai memasuki abad ke 21, dunia telah dibanjiri dengan permainan bahasa.

Pernyataan Cristal tersebut da­pat disimpulkan bahwa setiap ben­tuk penggunaan bahasa hakikatnya adalah permainan bahasa. Dalam kehidupan sehari­hari disadari atau tidak, kita sering mendengar per­mainan bahasa baik itu dikreasi oleh pribadi, perusahaan, kelompok mau­pun oleh pemerintah. Sebagai con­toh iklan “ Hari gini belum me ngurus NPWP? Apa kata dunia?. Iklan Ini adalah salah satu contoh dari per­mainan bahasa dalam lingkup pe­merintahan. Dalam lingkup kecil, kita sering mendengar permainan bahasa” ngebut benjut!!! Atau kalau Anda sopan, kami segan”.

Permainan bahasa dikreasikan tentu memiliki tujuan atau mak­sud. Maksud tersebut dapat beru­pa nasehat, informasi, peringatan, sindiran atau bahkan kerahasiaan. Dahsyatnya permainan bahasa, oleh kalangan tertentu digunakan un­tuk mengeruk keuntungan material seperti para pembuat produk baju DAGADU di Jogjakarta dan JOGER di

Bali. Ungkapan­ungkapan bentuk permainan bahasa seperti “ Kentuku Fried Chiken”. Di Jogja ada warung makan Ayam Goreng Kenchik (dibalik Chiken). Ada juga permainan bahasa berupa plesetan, seperti “Slippery when wet”, dan “Awas Plesetan”.

Permainan bahasa (language games) dapat dibentuk dengan per­mainan kata. Permainan kata (play on words) adalah penyimpangan penggu­naan bahasa dalam plesetan. Bisanya dalam hal ini digunakan ketaksaan kata, yakni kata­kata yang memi­liki bentuk yang sama, tetapi makna berbeda (homonimi), atau kata­kata yang memiliki makna bermacam­macam (polisemi). Misalnya kata ba­hasa Inggris no dalam konteks yang berbeda­beda dapat bermakna “tidak”, “tidak ada”, “tanpa”, “jangan”, dan “ja­ngan. Contohnya, no aids , no sex, no kiss, no bed, no problem, no money, no woman, no cry, no commen, lah!!.

Penggunaan nama pulau Bali da­lam kalimat “Bali wae ning Jogja”. Dalam kalimat tersebut disimpang­kan dengan makna ‘kembali’ dalam bahasa Jawa. Penggunaan singkatan juga termasuk dalam permainan ka­ta, misalnya POSYANDU diplesetkan

pusat pelayanan dagadu, UGD men­jadi Unit Gawat dagadu. Atau dapat juga menggunakan akronim, wed-hang nasgitel (panas, legi, manis dan kental). Kadang permainan kata menggunakan apa yang disebut nearly homophone,seperti Malioboro menjadi Malioborros.

Ada lagi permainan kata antar ka­limat, yaitu dengan memanfaatkan kehomoniman aksidental kata­kata yang berasal dari leksikon bahasa berbeda. Misalnya dalam bahasa Inggris As you wish menjadi As yo wis. Wish me luck menjadi wismilak.

Permainan kata juga kadang dibuat dengan pilihan kata (diksi) dengan makna metafora. Seperti yang dibuat Muhammad Nazaruddin dalam persidangan korupsi. Muham­mad Nazaruddin menggunakan kata­kata “ketua besar” dan “ bos besar” yang mengacu kepada ketua partai dan ketua Badan tertentu di DPR. Begitu juga penggunaan frase apel Washington dan apel malang yang masing­masing memiliki makna fee (komisi) dalam bentuk uang dol­lar AS dan uang rupiah. Permainan Bahasa model ini biasanya bertujuan untuk merahasiakan sesuatu mak­sud dari penutur dan mitra tutur, mirip dengan eufemisme. Eufemisme dibuat biasanya untuk memperhalus kata agar tidak kedengaran vulgar. Misalnya ke belakang sama dengan buang air.

Apa yang dikatakan Nazaruddin tersebut dalam sosiolinguistik di kenal dengan istilah argot, yaitu bahasa yang dipakai komunitas tertentu hanya merekalah yang mengetahu maknan­ya, sedangkan orang lain yang bukan dari golongannya tidak akan mengerti maksud kata­kata tadi. Memang, pa­da awalnya argot hanya dipakai oleh

permainan Bahasa pada masyarakat modern

Oleh: Ahdi Riyono*

MUKHLISIN/.PEKA

36 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

kalangan pencuri, perampok atau pencopet. Namun kini argot juga digu­nakan oleh kalangan elit politik untuk menyembunyikan maksud jahatnya, yakni korupsi agar tidak mudah diketa­hui. Tujuan kerahasiaan inilah yang bi­asanya menjadi alasan mengapa para politisi kerap memakai argot.

Sebagai tambahan, ada penemu­an dalam penelitian linguistik bahwa genre permainan bahasa yang pa­ling ringkas adalah permainan ang­ka, bilangan, dan huruf yang l azim ditemui pada plat nomor kenda raan bermotor, tulisan­tulisan di tem­bok (graffiti), dan berbagai slogan (Wijana,2002).

Berikut adalah sekedar contoh­contohnya:(1). B10LA ‘biola (kendaraan milik

pebiola Idris Sardi)(2). Ber­217­an ‘berdua satu tujuan’(3). TKTDW ‘tekate dhewe’ (ke­

mauannya sendiri)(4). 23761 ‘ remisilado (nama artis

Remy Silado)(5). Q2R’kikir’(6). Go Let Do It (golek duit)

Dalam bidang pengajaran bahasa,

permainan bahasa pun dapat digu­nakan sebagai alternatif teknik men­gajar agar mahasiswa atau siswa tidak cepat bosan. Karena pembelajaran linguistik kalau dikaji hanya dari in­tralingualnya, biasanya kurang begitu menarik. Sebagaimana dalam penga­jaran fonologi, mungkin kita akan ce­pat bosan kalau hanya diminta untuk mencari bunyi­bunyi vokal tinggi, sedang, dan rendah. Juga, saat kita ditugasi untuk membedakan bunyi­bunyi tertentu dalam pasangan mi­nimal atau dalam analogous environ-ment. Akan lebih menarik kalau kita gunakan permainan bahasa, seperti berikut:+ mengapa kuda memakai pelana?– kalau pakai celana susah me­

makainya.+ apa betul kau menyimpan ganja?– wah…ini salah informasi. Yang saya

simpan janda, pak bukan ganja.+ hewan apa yang bersaudara – katak beradik.+ apa bedanya pemurung dan

p emulung?– pemurung tidak pernah merasakan

gembira sedangkan pemulung

tidak pelnah melasa gembila.Contoh tadi merupakan pene­

rapan metode pengajaran dengan menggunakan teknik permainan ba­hasa. Pengajar akan dengan mudah menjelaskan bagaimana distribusi fonem­fonem pada kata yang memi­liki kemiripan seperi pada kata pelana dan celana, ganja dan janda, katak dan kakak, pemurung dan pemulung. Untuk mencari unsur distingtif kita dapat menggunakan kalimat­kalimat jenaka agar belajar linguistik tidak terkesan kaku, karena linguistik sendiri adalah realitas sosial.

Simpulannya pengajaran bahasa dengan menggunakan permainan ba­hasa mampu menjadikan bahasa dan penggunaannya sebagai suatu aktivi­tas manusia yang penting dan menarik untuk dipelajari. Oleh sebab itu pem­belajaran bahasa sebaiknya dikembali­kan ke hakikatnya, yakni bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup ditengah­tengah masyarakat penuturnya

*Penulis dosen linguistik pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Inggris UMK Kudus.

Bahasa

37Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Opini

kebutuhan atas

transportasiOleh: Dian Savitri*

hampir setiap hari, halaman parkir di Universitas Muria Kudus (UMK) dipenuhi den­

gan kendaraan bermotor roda dua. Halaman seluas itu, tak disangka da­pat penuh dengan sekejap. Ketika hari beranjak siang, gerbang masuk untuk kendaraan pun dibuka karena dirasa ruang parkir telah penuh sesak.

Saat itu pula, pemandangan luar biasa hadir di kampus ini. Sepeda motor diparkir di depan gedung per­pustakaan pusat, di depan masing­masing gedung fakultas dan tergele­tak di mana­mana. Rasanya miris melihat pemandangan itu. Mungkin bisa dibilang, jumlah motor yang ter­parkir melebihi jumlah daun yang gugur di area kampus.

Tak dapat dipungkiri bahwa satu­satunya alat transportasi yang cukup efisien bagi mahasiswa UMK adalah sepeda motor. Namun dengan se­makin banyaknya pengguna sepeda motor, semakin banyak pula gas buangan yang keluar dari kendaraan. Hal itu tentu akan berimbas pada pe­manasan global yang semakin parah. Alangkah lebih baiknya, jika sedikit kendaraan daripada banyak ken­daraan untuk menuju tempat yang sama.

Letak kampus yang berada di dekat area persawahan dan sulit dari jangkauan trayek kendaraan umum, menjadi salah satu penyebab per­masalahan ini. Namun yang kemudi­an muncul, benarkah motor adalah sastu­satunya solusi?

Sedikit mahasiswa telah memilih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi kuliah. Namun, sayang­nya sepeda kalah pamor di banyak kalangan mahasiswa. Salah satunya karena banyak dari mahasiswa yang

menganggap bersepeda itu melelah­kan dan tidak terlihat keren.

Jika menilik permasalahan di atas, memang salah satunya disebab­kan karena letak UMK yang kurang strategis. Bahkan hanya satu angku­tan berwarna putih melintas di jalan sebelah timur kampus. Angkutan ini pun dirasa kurang efektif karena membutuhkan waktu lama untuk menemukan angkutan ini melintas di sekitar kampus.

Sehingga dapat dikatakan, ang­kutan ini jarang melintas. Tak hanya itu, angkutan ini pun hanya melintas di sebelah timur kampus dan belum ada satupun angkutan yang melintas di depan kampus menuju arah Barat.

Alangkah baiknya jika kampus UMK dapat dijangkau menggunakan angkutan umum, terutama dari arah Barat. Alternatif alat transportasi ini, selain menjadi pilihan mahasiswa untuk kuliah, juga mengurangi jum­lah sepeda motor di dalam kampus.

Lagipula di sekitar kampus ban­yak pabrik berdiri di mana mereka memiliki karyawan dengan jumlah tidak sedikit. Sarana transportasi umum yang melintas di depan kam­pus tidak hanya diramaikan oleh ma­hasiswa, namun juga orang­orang di sekitar kampus. Pengadaan transpor­tasi umum untuk mahasiswa UMK akan menjadi lebih mudah tatkala pihak kampus ikut serta untuk men­gupayakan hal tersebut.

Apakah UMK akan menambah la­han parkir untuk menampung semua kendaraan mahasiswa? Bagaimana jika jumlah mahasiswa terus men­ingkat di tahun­tahun mendatang? Kita pun pasti berharap bahwa jum­lah mahasiswa yang masuk di kam­pus UMK selalu meningkat. Seiring dengan peningkatan itu jumlah ken­daraan juga bertambah. Di mana se­mua kendaraan itu diletakkan?

Pengadaaan transportasi umum memang perlu ditingkatkan. Selain menambah jumlah kendaraan, hal penting lain yang perlu dipertimbang­kan adalah keamanan dan kenyaman­an bagi penumpang. Terlebih lagi hal keamanan bagi penumpang, karena sering terjadi tindak kriminal di dalam angkutan umum. Alasan keamanan inilah yang terkadang membuat se­bagian orang malas dan takut meng­gunakan transportasi umum.

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk mencegah tindak kriminal di angkutan atau bus u mum, seperti melarang penggunaan kaca gelap dan sopir yang mengemudikan harus memiliki tanda pe ngenal r esmi. Namun usaha tersebut agaknya be­lum bisa me ngurangi tindak krimi­nal yang masih terjadi di berbagai daerah.

Selain hal keamanan, fasilitas ke­nyamanan transportasi umum menjadi daya tarik tersendiri bagi penumpang. Angkutan maupun bus umum yang selalu terlihat bersih pasti digemari pe­numpangnya. Sayangnya masyarakat Indonesia tidak mendukung keber­sihan transportasi umum. Seringkali ditemukan sampah bertebaran di da­lam kendaraan umum, entah itu pun­tung rokok, bungkus permen sampai sampah plastik bekas minuman.

Ketika transportasi umum men­jadi benda favorit masyarakat suatu daerah, maka permasalahan macet di jalan raya tidak akan separah seka­rang. Banyaknya orang yang memiliki kendaraan pribadi disinyalir menjadi penyebab utama terjadinya macet. Lain halnya jika kendaraan pribadi tidak berjejal di jalan raya.

Transportasi umum dapat men­jadi solusi kemacetan yang selama ini masih sering terjadi. Setiap orang pasti tidak akan mendambakan kemacetan terjadi di daerahnya, ka­rena kita hidup berdampingan de­ngan waktu. Semoga bermanfaat

*Penulis ketua Korps Sukarela (KSR) Universitas Muria Kudus,

mahasiswa Semester VI

DOK.PRIBADI

38 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Opini

Memperihatinkan keti ka me­lihat sikap apatis mahasiswa terhadap studi ilmiah. Hal

itu terlihat dengan masih bingung­nya mahasiswa mengenai Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan DIKTI.

Kebingungan itu terjadi saat mahasiswa, khususnya di lingkup Universitas Muria Kudus (UMK), mengetahui adanya pengumuman PKM. Bersamaan dengan hal tersebut juga ada kewajiban bahwa penerima beasiswa harus membuat proposal PKM. Tak ayal, saat melihat pengu­muman banyak mahasiswa yang tak menerima beasiswa, bingung.

Pengumuman tersebut seolah­olah hanya mahasiswa penerima beasiswa yang bisa turut andil alam pembuatan proposal PKM. Padahal membuat proposal PKM adalah hak asasi setiap mahasiswa.

Wadah ide kreatifPKM merupakan sebuah wadah

dimana mahasiswa bisa menuang­kan ide­ide kreatifnya di berbagai bidang kehidupan. Kegiatan ini bisa meliputi penelitian, pengabdian masyarakat, kewirausahaan, penera­pan teknologi dan karsa cipta.

Selain kegiatan, mahasiswa juga bisa mengemukakan gagasannya ter­hadap masalah yang sedang berkem­bang di lingkungan masyarakat. Gagasan ini bisa dituangkan dalam PKM KT (Karya Tulis).

Tema untuk program tersebut, tidak harus sejalan dengan bidang ilm u yang sedang ditekuni mahasiswa. Jadi bisa dibilang, program ini lebih luas cakupannya dibanding skripsi atau tugas akhir. Namun menghe­rankan, masih sedikit mahasiswa yang enggan membuatnya. Kebanyakan dari mereka menilai proses pembua­tan proposal tersebut rumit.

Padahal, sebenarnya proses pem­buatan proposal PKM tidaklah sesulit yang dibayangkan. Bagian tersulitnya, justru terletak pada cara me nembus dinding seleksi Dikti. Terdapat dua tahapan seleksi terhadap hasil PKM,

seleksi administrasi dan seleksi naskah isi.

Mengenai banyaknya proposal yang akan didanai, juga dipenga­ruhi oleh banyaknya proposal yang dikirim oleh universitas tersebut. Misalnya, jika jumlah proposalnya lebih dari atau sama dengan 100, maka persentase proposal yang akan didanai minimal 25% dari jumlah proposal yang dikirimkan.

Namun sebaliknya, jika proposal yang dikirimkan lebih sedikit dari 100, maka semakin sedikit pula yang akan didanai. Untuk tahun 2012, proposal PKM dari UMK yang lo­los ada 13. (Buku Panduan Program Kreativitas Mahasiswa 2012)

Kurangnya ketertarikan maha­siswa membuat proposal PKM, salah satunya disebabkan karena kurang­nya encouragement pada mahasiswa dan kurang semaraknya sosialisasi PKM. Selama ini, tak jarang pelati­han PKM yang diadakan terbatas hanya untuk mahasiswa penerima beasiswa. Kalaupun ada untuk ma­hasiswa di luar penerima beasiswa, kuotanya pun terbatas.

Selain itu, pelatihan yang dise­lenggarakan juga hanya menyentuh ranah teoritis saja. Padahal penu­lisan PKM tidak hanya membutuh­kan keakuratan teori, namun juga kejelian dalam melihat masalah agar bisa disajikan dengan menarik.

Hal inilah yang membuat PKM sulit dijangkau oleh seluruh ma­hasiswa. Banyak mahasiswa yang

minder sebelum membuat dan ke­dodoran menyusun Proposal PKM.

Selama ini, kurang adanya kete­rikatan antar mahasiswa yang punya pengalaman di bidang tersebut de­ngan juniornya. Terlebih komunikasi antarprodi maupun fakultas yang seolah bergerak sendiri dalam pem­buatan PKM. Sehingga timbul kesan bahwa ada semacam kompetisi dari fakultas untuk meloloskan sebanyak mungkin proposal PKM.

Padahal sebenarnya jika ada si­nergi dari berbagai prodi ataupun fakultas untuk bekerja sama dalam pembuatan PKM, tentu ide­ide yang dikembangkan melalui PKM akan lebih brilian.

Terlebih lagi jika disatukan dalam suatu UKM tersendiri, yang secara khusus mengakomodir karya ilmiah, sehingga setidaknya ada representasi dari tiap prodi yang ikut dalam studi ilmiah tersebut. Jika hal demikian bisa terwujud, bisa diprediksikan se­mangat mahasiswa dalam meneliti akan lebih meningkat.

Sebenarnya, banyak mahasiswa yang mempunyai semangat dala m membuat karya ilmiah, hanya s aja belum banyak yang terdeteksi. Dengan adanya forum yang secara khusus “membidani” hal tersebut. Diharapkan banyak karya ilmiah yang kelak lahir dari ide­ide brilian mahasiswa UMK.

Banyak hal yang bisa dipelajari dari membuat karya ilmiah. Mulai dari belajar untuk peka melihat fenomena di lingkungan sekitar, yang nantinya bisa digunakan sebagai cikal bakal ide berrkarya ilmiah, be­lajar bersabar dan belajar ikhlas.

Selain itu, mahasiswa juga bisa belajar menyaring ide. Ide yang bisa disulap menjadi karya ilmiah meru­pakan bukan ide yang sembarangan. Ide itu harus unik dan mempunyai manfaat bagi masyarakat.Terpenting dari semua itu, mahasiswa harus banyak berlatih. So, let’s keep it up!

*Penulis mahasiswa teladan Award FKIP 2012

menakar studi ilmiah mahasiswaOleh: Shofi Maylina*

DOK.PRIBADI

39Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Resensi

Negara Kita Tak Kunjung juga terbebas dari pro­blem kemiskinan. Apa yang

meyebabkan kemiskinan itu terus terjadi? Benarkah korupsi menjadi penyebab utama terjadinya kemiski­nan? Kapan berakhirnya kemiskinan tersebut? Dan apakah korupsi bisa teratasi? Pertanyaan yang tak mudah untuk membuat jawabannya.

Buku ”Korupsi Yang Memiskinkan” yang dirangkum oleh wartawan Kompas dari seminar yang diselengga­rakan harian Kompas di Jakarta 21 – 22 Februari 2011 lalu, yang bertajuk sama dengan judul buku ini, secara gam­blang memaparkan lebih luas menge­nai persoalan korupsi dan kemiskinan yang terjadi di Indonesia.

Bila difikir dengan logika, dengan adanya volume APBN dan alokasi ang­garan untuk penanggulangan kemiski­nan yang dari waktu ke waktu terus meningkat. Kemiskinan di Indonesia bisa ditekan secara signifikan, menu­rut buku ini. Tetapi, pada kenyataa­nya tidak bisa.

Sebelum krisis, volume APBN kita di bawah Rp 100 triliun dan PDB Rp 887 triliun. Saat itu kasus kemisikinan 22 juta orang. Kini APBD Rp 1.200 triliun dan PDB mendekati Rp 7.000 triliun, tetapi kasus kemiskinan jus­tru meningkat menjadi 31 juta lebih orang (hal: 4).

Data Biro Pusat Statisktik (BPS) tahun 2010 menunjukkan angka kemiskinan adalah 31,2 juta jiwa atau 13,33 persen. Namun, angka ter sebut hanya menghitung mereka yang masuk dalam kategori miskin abso­lut diukur dari pendapatan standar yang paling minim.

Jika menggunakan standar yang berlaku internasional, yakni penda­patan dua dollar AS per hari, jumlah

penduduk miskin di Indonesia bisa mencapai 100 juta lebih atau sekitar 42 persen. Ini hampir setara dengan jum­lah penduduk Malaysia dan Vietnam digabungkan. Artniya, Indonesia merupakan rumah sebagian besar penduduk miskin Asia Tenggara.

Dalam buku ini menjelaskan, sulit­nya mengurangi angka kemiskinan, ketimpangan, dan ketertinggalan juga banyak terkait dengan politik anggaran yang tak memihak masyarakat miskin (pro-poor policy, pro-poor budget) atau tak kompatibel dengan tujuan kesejahteraan. Sebagian besar APBN terkuras hanya untuk belanja rutin. Untuk belanja dan membayar cicilan utang saja tahun lalu Rp 162,6 triliun dan Rp 153,6 triliun. Sementara, ang­garan untuk pengurangan kemiskinan hanya Rp 80 triliun (hal: 12).

Dari data tersebut bisa disimpul­kan, pemerintah masih belum terlalu serius dalam program pengentasan kemiskinan. Kemiskinan bukanlah sebuah kutukan. Kemiskinan juga bukan disebabkan karena mereka malas, tak mau kerja keras atau tak memiliki etos kerja. Kemiskinan ber­sifat multidimensi.

Terlepas dari faktor struktural yang dibuat manusia, banyak ahli berpan­dangan, bahwa korupsi sangat erat kaitannya dengan kemiskinan yang terjadi di Negeri ini. Memang belum ada kajian literatur yang secara te­gas menunjukkan adanya hubungan langsung antara korupsi dan kemiski­nan, akan tetapi kenyataannya di Indonesia menunjukkan bahwa ko­rupsi memengaruhi dan mengham­bat upaya pengentasan kemiskinan, karena alokasi anggaran tidak selu­ruhnya sampai ke tujuan.

Hal ini bisa dibuktikan berdasarkan penemuan Indonesia Corruption Watch

(ICW), pada periode Januari­Juni 2010 saja telah ditemukan 176 kasus korupsi baik di pusat maupun daerah dengan jumlah tersangka 411 orang. Semua itu berpotensi merugikan negara hingga Rp 2.102.910.349.050 (hal: 26).

Harus diakui korupsi bukanlah satu – satunya faktor penyebab lam­batnya penanganan kemiskinan di Indonesia. Dari berbagai studi yang ada menunjukkan, faktor budaya dan struktural yang turut berperan, selain strateginya yang memang be­lum efisien dan belum efektif.

Melalui buku ini kita diajak un­tuk mengetahui penyebab­penyebab kemiskinan di Indonesia yang dari waktu ke waktu semakin kronis dan memprihatinkan. Dalam buku ini juga menjelaskan bahwa penyebab kemiskinan bukanlah semata­mata karena korupsi.

Selain itu, hal yang lebih penting adalah, usaha untuk membinasakan kemiskinan dan memberantas koru­psi. Selama ini banyak cara yang su­dah dilakukan untuk menghentikan praktek korupsi, namun segala upaya tersebut masih belum membuahkan hasil yang maksimal. Barangkali ka­rena upaya tersebut belum menyen­tuh akar persoalan.

Buku yang lumayan tebal ini bisa menjadi pembelajaran tersendiri b agi masyarakat Indonesia, bahwa koru­psi bukan hanya dilakukan oleh elit penguasa Negeri ini yang melakukan penggelapan uang. Sebagai contoh kecil yang di jelaskan dalam buku, mencontek di kalangan pelajar yang notabene penerus tongkat estafet kepemimpinan bangsa

*) Peresensi mahasiswa Teknik Informatika semester 4, Universitas

Muria Kudus.

Belajar memaknai korupsi

Peresensi : Mukhlisin*Judul : Korupsi yang Memiskinkaneditor : Maria HartiningsihPenerbit : Peberbit Buku KompasCetakan : Pertama, Agustus 2011tebal : XIV + 370 halaman

40 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Resensi

Pergerakan nasional ditandai dengan berdirinya organisasi nasional pertama, yakni Boedi

Oetomo (BO). Organisasi besar yang sangat mempengaruhi pemikiran rakyat Indonesia untuk bersatu mewujudkan kemerdekaan.

Namun, pernahkan terpikir oleh kita, hal apa yang melatarbelakangi pemikiran kaum terpelajar pada masa itu untuk membentuk suatu pergerakan? Atau, siapa yang ber­pengaruh? Serta, paham apa yang berhasil mempengaruhi mereka para kaum terpelajar pada masa itu?

Dalam buku yang ditulis oleh Iskandar P. Nugraha ini, dijelas­kan jika dibalik mencuatnya awal Pergerakan Nasional tidak terlepas dari pengaruh Gerakan Teosofi di Hindia Belanda. Gerakan Teosofi sudah berdiri saat Politik Etis dilan­carkan oleh Belanda, yakni sekitar abad ke­19. Sampai pada abad awal ke­20, Gerakan ini sebenarnya tak lebih dari organisasi kebatinan yang dipelopori dan dimotori segelintir orang Belanda yang tertarik terhadap aspek­aspek kebudayaan asli Jawa.

Perkumpulan ini semakin lama semakin berkembang pesat. Selain kalangan Bumiputra dan “Timur” seperti orang Cina pun tertarik untuk bergabung. Terjadi di sinilah suatu proses interaksi antara anggota­ang­gotanya. Kalangan Bumiputra baik yang merupakan pegawai pemerin­tah maupun pelajarnya, dapat sal­ing mengenal bahkan bergaul erat dengan kalangan Eropa (Belanda) yang berpendidikan serta memi­liki kedudukan. Dan yang jauh lebih penting, Kalangan Eropa yang ber­simpati kepada mereka.

Melalui Teosofi, beberapa kala­ngan terpelajar Bumiputra agaknya menemukan apa yang dinamakan penemuan identitas diri. Dalam wa­dah ini mereka dapat merasakan persamaan nasib dan justru tanpa disengaja seolah diajak pula untuk menemukan identitas diri mereka sendiri. Dengan berinteraksi seperti inilah agaknya muncul kesadaran yang kuat di kalangan Bumiputra terpelajar, yaitu idealisme yang

nampaknya kemudian menjadi bibit dan cikal bakal nasionalisme.

Begitu juga di kalangan siswa­ siswa STOVIA, Teosofi muncul seba­gai salah satu penyumbang muncul­nya cita­ cita baru dan ide nasiona­lisme. Salah satu dampaknya yakni berdirinya Organisasi Boedi Oetomo dengan diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat yang merupakan anggota Gerakan Teosofi.

Dampak dari Teosofi tidak hanya berhenti pada Boedi Oetomo saja. Dari BO kemudian lahir tokoh­ tokoh nasionalis radikal seperti Dr. Tjipto mangoenkoesoemo dan Soewardi yang tidak puas dengan arah gerak BO. Mereka menggabungkan diri da­lam Indische Partij (IP) yang dibentuk oleh Douwes Dekker yang juga ang­gota Gerakan Teosofi. Nampaknya landasan berpijak Douwes Dekker mirip dengan yang diperjuangkan oleh Gerakan Teosofi di Hindia. Kalau BO berciri perjuangan pen­didikan dan budaya, maka IP telah

mencanangkan kemerdekaan.Dari Uraian diatas, nampaknya

ide­ ide nasionalisme yang antara lain dijembatani oleh Gerakan Teosofi mulai membuahkan sikap politik tertentu. Tampak bahwa pada masa awal pergerakan nasional, na­sionalisme Indonesia bercorak ke­daerahan dan pada perkembangan­nya mengalami perluasan dengan bersandarkan agama, ekonomi atau paham sehingga muncul pergerakan bercorak nasional.

Topik kecaman dan reaksi sesuai dengan situasi zaman. Pada awalnya, yang dipermasalahkan adalah orga­nisasi teosofi sebagai suatu organisasi kebatinan. Namun pada perkemba­ngan selanjutnya kecaman tersebut menjadi lebih bervariasi dengan motif yang juga meluas dan tidak hanya me­nyangkut masalah kepercayaan.

Dari benak kita terbesit, “ Mengapa Gerakan tersebut justru mendapat kecaman?” “Seberapa dahsyatkah Gera kan ini mampu mempengaruhi kaum terpelajar Indonesia pada masa itu?” Dan pertanyaan mendasar, “Dari manakah Gerakan Teosofi berasal ? ”.

Penulis yang juga peneliti di Universitas New South Wales dan Universitas Sydney, Australia ini akan menjawab beribu pertanyaan tentang Gerakan Teosofi yang ada di benak kita. Buku cetakan kedua ini memang pantas diacungi jempol akan tiap de­tail cerita yang disuguhkan sehingga pembaca dapat membayangkan akan gambaran yang sebenarnya. Selain itu, historis Indonesia dipaparkan dengan rangakaian bahasa yang lu-wes dan mudah untuk dipahami.

Memang buku ini hadir bukan dengan tujuan kosong bagi Bangsa Indonesia. Melainkan kehadiran buku ini bertujuan mencerahkan pemikiran sekitar Gerakan Teosofi dalam konteks Keindonesiaan. Dan diharapkan dapat memberi gamba­ran akan salahnya anggapan bahwa Gerakan Teosofi merupakan gerakan yang memberi muatan negatif dalam sejarah pergerakan nasional

*) Peresensi mahasiswa Bahasa Inggris, Universitas Muria Kudus

memahami cikal Bakal nasionalismePeresensi : Weny Rahmawati*

Judul :Teosofi, Nasionalisme & Elite

Modern IndonesiaPenulis : Iskandar P. NugrahaPenerbit : Komunitas BambuCetakan : Kedua, November 2011tebal : xxx + 210 halaman

41Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Resensi

Kemerdekaan menyisakan ba­nyak sejarah yang tak terlupa­kan. Pramoedya Ananta Toer,

merupakan sastrawan yang berpe­ngaruh pada era revolusi melukiskan sepenggal sejarah yang tak terlupa­kan itu.

Tidak dapat dinafikan, sikap dan pemikiran Pramoedya sebagaimana tersirat dalam karya – karya atau ke­hidupan yang dijalaninya mempunyai nilai lebih jika dibandingkan dengan sastrawan – sastrawan Indonesia lain.

Melalui Buku yang berjudul Pramoedya Menggugat: Melacak je-jak Indonesia ini, Prof. Koh Young Hun mengajak kita untuk menyelami lebih dalam pemikiran Pramoedya tentang Humanisme. Selama ini ada dua tanggapan terhadap sikap dan pemikiran Pramoedya, yaitu tangga­pan positif dan negatif.

Tanggapan positif berasal dari kri­tikus yang lebih mementingkan dan menumpukan pertimbanganya pada karya pramoedya semata – mata, dan tanggapan negatif berasal dari kriti­kus yang memandang aspek kehidu­pan Pramoedya menjelang meletus­nya G30 S/PKI.

Dalam buku ini terlihat semangat Pramoedya dalam berkarya meski dia berada dalam pengasingan. Hakikatnya dunia impian seseorang yang berada dalam penjara berbeda dengan kenyataan, dimana perten­tangan antara impian dan kenyataan sangat besar.

Selain itu dalam buku Prof. Koh Young Hun memperlihatkan pada kita untuk lebih mendalami perjua­ngan Pramoedya saat bergabung da­lam Lekra, salah satu lembaga seni

dan sastra pada era revolusi. Pada masa itu Lekra yang tergabung da­lam PKI mengusung semboyan poli­tik adalah panglima, dengan melak­sanakan lima kombinasi melalui cara ”turun kebawah (turba)”.

Selain itu buku Melacak Jejak Indonesia, hadir dengan mengupas keberhasilan Pramoedya mengang­kat masalah Humanisme. Tak hanya dalam karya sastra, melalui novel berjudul “Tetralogi Bumi Manusia” Pramoedya mengangkat masalah so­sial yang tidak disentuh pengarang novel sejarah Indonesia yang lain.

Karya sastra memang merupakan dokumen sosial, maka melalui sastra, pembaca dapat menghayati hakikat eksistensi manusia dengan segala permasalahanya. Realitas merupa­kan satu konsep yang nisbi, yang se­bagian besar isinya ditentukan oleh norma­norma masyarakat setempat pada zamannya.

Pramoedya berusaha mengung­kapkan kelemahan dan kekua­tan bangsa sendiri secara lugas. Pramoedya menganggap bahwa fak­tor­faktor kebudayaan bangsa yang merugikan harus menjadi perhatian serius untuk kemajuan bangsa.

Dalam Tetralogi Bumi Manusia, Pramoedya memaparkan bahwa per­soalan pemberontakan bukan sekadar untuk kepentingan diri sendiri, me­lainkan untuk menolak ketidakadilan kekuasaan kolonial supaya rakyat ter­bebas dari hamba, terbebas dari bele­bggu manusia secra keseluruhan.

Pram juga menunjukkan sikap berla­wanan antara dunia priayi yang birokrat dan yang feodal melalui tokoh Minke yang menganut pemikiran kebudayaan

barat. Benturan kebudayaan ini ber­pangkal dari perselisihan persepsi ten­tang nilai kehidupan dan masa depan antara Minke dan golongan priayi yang masih terikat pada warisan budaya bangsa yang dianggap Pramoedya se­bagai salah satu hala ngan, terutama untuk kemajuan bangsa.

Dalam karyanya Pramoedya menuangkan kritik–kritik yang me­nyeleweng dari dimensi umum ke­percayaan golongan priayi, yaitu etiket, seni dan pelaksanaan mistik. Faktor­faktor ini merupakan usha berurutan dari seorang priayi selagi dia bergerak dari pengalamn lahir manusia menuju ke pengalaman ba­tinnya, dari aspek luar kehidupan ke aspek dalamannya.

Setelah membaca kita terbawa untuk semakin menyadari penting­nya meninjau kembali kebudayaan bangsa melalui sejarah. Dari situlah pembaca akan mendapatkan mata rantai yang menghubungkan epi­sode perjuangan mereka sebagai ba­ngsa yang selama ini menuju kearah perkembangan yang lebih baik.

Tak mudah memang, di era seka­rang unutk lebih menyadarkan sepe­nuhnya makna perjuangan bangsa. Buku yang tebal ini menarik untuk disimak karena masyarakat dapat mengetahui dan merenungkan kem­bali masa – masa perjuangan bangsa, menjadikannya mata rantai, se hi ng­ga dapat mencegah untuk me reka tidak mundur melainkan justru h a­rus lebih maju

*) Perensensi mahasiswa Universitas Muria Kudus, aktif di

LPM Pena Kampus

menyoal Gugatan pramoedya ananta toer

Peresensi : Lina Budiyanti*Judul : Pramoedya Menggugat: Melacak Jejak IndonesiaPenulis : Prof. Koh Young HunPenerbit : PT. Gramedia Pustaka UtamaCetakan : Pertama, Desember 2011tebal : xxix + 407 halaman

42 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Mengutip tesis futurolog Alvin Tofler tentang Third Wave (Gelombang Ketiga) dalam

bukunya “Future Shock”, bahwa se­telah melewati Gelombang Pertama yang ditandai dengan munculnya Era Agraris dan Gelombang Kedua yang ditandai dengan adanya Era Industri, maka saat ini umat manusia telah memasuki Gelombang Ketiga yang ditandai dengan Era Informasi.

Era Informasi didukung oleh Tek­nologi Informasi serta Komunikasi yang berkembang cepat menurut deret ukur. Dari tahun ke bulan, dari bulan ke mi­nggu, dari minggu ke hari, dari hari ke jam, dan dari jam ke detik. Oleh ka rena itulah para cerdik­cendekia sepakat pada suatu argumen, bahwa informasi memudahkan kehidupan manusia tan­pa harus kehilangan kehumanisannya.

Pendidikan sebagai bagian dari kehidupan manusia sebenarnya juga merupakan kegiatan informasi, bah­kan dengan pendidikanlah informasi ilmu pengetahuan dan teknologi da­pat disebarluaskan kepada generasi penerus suatu bangsa. Menyikapi ke­nyataan diatas, maka sudah waktunya komunitas pendidikan sadar betapa pentingnya lalu­lintas informasi bagi pengembangan seluruh sumber daya pendidikan yang meliputi manusia, sarana, prasarana, kurikulum, dan alam serta lingkungan hidup. Oleh karena itulah kita perlu membentuk Jaringan Informasi Sekolah (JIS).

Tujuannya, untuk menggugah se­tiap insan pendidikan di Indonesia dan bersiap­sedia menyongsong kebebasan memberi dan menerima informasi yang santun dalam koridor pendidikan yang tidak terbatas ruang (boardless) dan waktu (timeless) melalui Jaringan Informasi Sekolah (JIS). Dengan ter­bentuknya JIS diharapkan terjadi perce­patan pengalihan informasi yang sangat cepat, baik dari Pengambil Kebijakan (di Dinas Pen didikan) kepada Pelaksana Kebijakan (di masing­masing sekolah) maupun sebaliknya.

Tujuan pembentukan Jaringan Informasi Sekolah dapat tercapai jika ada dukungan dan kepedulian

penuh insan pendidikan dan masya­rakat. Jaringan Informasi Sekolah (JIS) adalah organisasi non profit dan non institusi yang mewadahi para praktisi, pemerhati, eksekutif, dan legislatif pendidikan dalam berkomunikasi/ bertukar­informasi / berdiskusi untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di suatu Kota atau Kabupaten.

Infrastruktur jaringan informasi sekolah terbuka di Internet, maka kea­nggo taan tidak saja berasal dari insan pendidikan di suatu kota, dimungkin­kan pula berasal dari luar kota, dari luar provinsi, atau bahkan dari luar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Persaingan era global telah di­penuhi segala teknologi canggih. Hampir semua bidang memanfaat­kan hal itu untuk mendapatkan hasil maksimal. Sayangnya, pendidikan kita belum memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut secara maksimal.

Pendidikan merupakan kunci utama pembangunan sebuah ba ngsa. Demikian pula dengan Indonesia. UUD 1945 juga mengamanatkan agar setiap warga negara mendapat­kan pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup.

Sebagai gambaran, jumlah sekolah yang kita miliki mendekati angka 300 ribu dengan jumlah siswa dari berbagai jenjang sudah melebihi angka 45 juta. Angka partisipasi tingkat SD di kota 97,1 persen dan desa 96,1 persen, tingkat SMP (89,6 persen dan 79,3 persen), serta jenjang SMA (66,8 persen dan 43

persen). Jumlah guru yang mencapai angka 2,5 juta orang belum terdistribusi secara seimbang. Guru yang berkuali­fikasi S­1 atau D­4 sekitar 26 persen.

Dengan realita seperti itu, diperlu kan sebuah terobosan baru untuk bisa menga­tasi masalah tersebut. Bukan menghiper­boliskan permasalahan. Tapi, taruhannya adalah masa depan kelanjutan perjala­nan bangsa ini. Jika ingin bersaing dengan negara lain, tentu harus ada inovasi. Salah satunya, memanfaatkan teknologi infor­masi dan komunikasi (TIK).

Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas). Yaitu, sebuah jaringan TIK yang menghubungkan seluruh sekolah di Indonesia. Jardiknas me­rupakan s arana transfer ilmu penge­tahuan dan teknologi. “Sekarang, se­orang guru (dalam mengajar) bisa di­pantau di lebih dari tiga ribu sekolah. Jadi, akan diketahui siapa yang paling bagus dalam menyampaikan materi”.

Masalah sumber daya manu­sia masih menjadi kendala terbesar dalam pengembangan jaringan ter­sebut. “Semakin jauh dari Jakarta, maka mereka yang mengerti IT se­makin terbatas. Kalau kita sambung­kan dengan jaringan, mereka akan menjadi motor di daerah­daerah”.

Pengembangan TIK dalam pendidi­kan mendorong pemanfaatan teknologi komputer dalam meningkatkan mutu pendidikan. Bila saat ini rasio siswa dibandingkan komputer di sekolah ada­lah 1000:1, diharapkan secara bertahap perbandingan tersebut bisa berubah dengan perbandingan yang ideal.

Program komputerisasi sekolah tersebut akan dimulai dari tingkat SD. Selain itu, diperkuat oleh teknologi informasi dan komunikasi lain se­perti TV, radio, dan instrument lain. Mengingat masih banyak sekolah di daerah belum semuanya mengguna­kan fasilitas komputer.

Dengan begitu jaringan informasi sekolah akan terlaksana sehingga perlu didukung dengan teknologi i nformasi dan komunikasi

*) Penulis dosen Fakultas Teknik,

Universitas Muria Kudus

Jaringan informasi sekolah (Jis)Oleh: Rina Fiati*

Wacana

MUKHLISIN/PEKA

43Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Baru­baru ini kita juga dikejutkan oleh pem­beritaan di media massa yang menyata­kan bahwa setiap tahunnya lebih dari 5.500

pengaduan dugaan korupsi diterima Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak lembaga itu didirikan pada 2003 (Media Indonesia, 7/2/2012).

Fenomena ini tentunya menambah deretan potret buram tatanan negeri kita. Para pemikir negeri ini pun segera mengerutkan dahi mereka untuk turut serta mencari akar masalah dan solusi dari problematika yang se­makin kompleks ini. Sebagian dian­tara mereka mengatakan bahwa ini adalah masalah integritas personal para pemegang kebijakan yang bu­ruk dan sebagian lagi mengatakan ini adalah karena masalah sistem.

Terkait dengan perbaikan Sum­ber Daya Manusia, (SDM) tentunya pendidikan adalah jawabannya. Pendidikan yang dimaksud di sini tentunya mencakup pendidikan dalam lingkungan keluarga, pen­didikan dalam lingkungan sekolah (pendidikan formal institusional) dan pendidikan dalam lingkungan masyarakat.

UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pen­didikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta per­adaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun, praktek pendidikan seyogyanya tidak hanya mengarah pada pendalaman hard skill saja, namun juga pada pengembangan softskill, di mana pendidikan karakter tercakup di dalamnya. Mochtar Buchori (2007) menjelaskan bahwa pendidikan karak­ter seharusnya membawa peserta didik ke penge nalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai. Artinya indikator keberhasilan pendidikan karakter bukan se kedar skor di atas kertas hasil ujian saja, namun juga unjuk kerja secara riil di dalam kehidupan masyarakat.

Berhasil dan tidaknya pendidikan karakter yang sudah kita berikan kepada para peserta didik kita akan dapat dilihat ketika para peserta didik tersebut hidup dalam masyarakat. Ketika kita melihat kenyataan adanya praktek­praktek korupsi, suap, penggunaan narkoba, serta tawuran terjadi, berarti ini menunjuk­kan pendidikan karakter belum berhasil.

Lalu, apakah semua kesalahan ditimpakan ke­pada para pendidik dan lembaga pendidikannya?

Tentunya tidak, sebab pendidikan tidak berdiri sendiri, ada faktor­faktor lain yang mempenga ruhi karakter generasi kita setelah mereka terjun di da­lam masyarakat, diantaranya adalah penegakan hukum, situasi ekonomi, politik dan sosial budaya. Jadi, tidak hanya guru atau pendidik dan lembaga pendidikannya yang harus berperan dalam pen­didikan karakter, tetapi juga keluarga, organisasi, dan terutama pemerintah sebagai penyeleng­

gara negara. Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab kita se­mua, dimana semua komponen masyarakat memiliki tugas yang sama dengan kapasitas yang ber­beda untuk menyukseskannya.

Sebagai bagian dari masyarakat pendidikan (education commu­nity), sivitas akademika Universitas Muria Kudus (UMK) tentunya harus mengambil peran dalam pendidikan karakter. Secara filo­sofis, sebenarnya kita sudah punya modal, yaitu dengan dicanang­kannya visi universitas yaitu men­jadi universitas yang berbudaya

(Culture University). Dan dalam berbagai event pun kita serin g mempopulerkan slogan “Cerdas dan Santun”.

Seperti inilah yang karakter yang kita harapkan ada dalam diri semua sivitas akademika UMK. Kita punya harapan besar bahwa para mahasiswa lulu­san UMK ketika terjun di dalam masyarakat akan menjadi pelopor perubahan menuju Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Mereka tidak hanya professional tapi juga memiliki karakter yang mencerminkan spiritualitas yang konsisten.

Untuk menuju ke sana tentunya dinamika ke­hidupan kampus harus mendukung, mulai dari pelaksanaan pembelajaran, suasana akademik, pelayanan akademik, lingkungan belajar, kebijakan birokrasi kampus, dan dukungan yang kuat dari se­tiap komponen sivitas akademika untuk mewujud­kan kehidupan masyarakat kampus yang “cerdas dan santun” atau “cerdas berbudaya” tersebut.

Semua komponen di UMK perlu merapatkan barisan untuk bersama­sama bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas untuk menjadikan UMK sebagai kampus peradaban yang menjadi harapan masyarakat.

*) Penulis staf pengajar progdi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, UMK

pendidikan karakter di era krisisoleh: agung dwi nurcahyo*

Wacana

MILA/PEKA

44 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Budaya

Gerak tubuh diiringi ira­ma t ertentu untuk keperluan meng hibur, mengungkapka n

perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi – bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan pe­nari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.

Itu yang terlihat di Sanggar Puring Sari, di Jalan Bubutan 208, Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Tarian yang di­lakukan tubuh – tubuh kecil seusia anak Sekolah Dasar (SD), mereka berlenggak – lenggok menarikan tari kretek.

Tari Kretek merupakan seni per­tunjukan tari tradisional masyarakat di Kota Kudus yang terkenal dengan kota kretek karena banyak pabrik rokok. Tari Kretek menggambarkan proses pembuatan rokok kretek tra­disional. Para penari memakai kain kebaya, selendang bergaris hitam dengan topi lebar sambil membawa tampah sebagai tempat tembakau.

Endang Toni Supriyadi, seorang seniman tari yang sekaligus pencipta tari kretek mengatakan, Tari kretek bukanlah garakan yang sekadar asal­asalan, tapi banyak nilai filosofis yang ada didalamnya. ”Atas dasar itulah saya menciptakan berbagai hal sepu­tar kretek, salah satunya tari kretek,” terangnya.

Endang menjelaskan, terciptanya Tari Kretek tidak lepas dari diba­ngunnya Museum Kretek Kudus pa­da 1987 atas rekomendasi Gubernur Jawa Tengah, Supadjo Rustam saat itu. Saat peresmian Museum Kretek, gubernur menginginkan sebuah tari khas Kudus, sebagai identitas Kota Kretek.

Akhirnya proses menciptakan Tari Kretek dimulai dengan berbagai hal yang berhubungan dengan tari kretek, semuanya di coba dipadukan dalam seni tari tersebut. Mulai dari pakaian yang dikenakan, berupa ke­baya anggun dengan selendang ber­garis berwarna hitam dengan caping kalo, menggambarkan kesejahteraan warga kudus dari dulu hingga seka­rang karena adanya industri rokok.

Sedangkan gerakannya meru­pakan gambaran dari proses pem­buatan rokok, mulai dari pemilihan tembakau sampai menjadi linti ngan rokok. Selain itu, juga mencoba menunjukan sebuah gerakan yang ditampilkan dalam tari kretek berupa menyiapkan bahan baku, mencam­pur tembakau, cengkeh dan saus, melinting rokok, merapikan rokok (mbatil), mengemas rokok, dan me­masarkan hasil produksi.

Dalam usaha menciptakan gera­kan, terlebih dahulu Endang TS melakukan observasi dengan meli­hat proses pembuatan rokok yang di­lakukan pekerja. Tak segan­segan, dia pun harus keluar masuk pabrik rokok

berkali­kali. ”Dulu saya juga praktek membuat rokok juga,” ungkap wanita kelahiran Kudus.

Tari Kretek tercipta pada 1985, awalnya, Tari Kretek bernama tari Mbatil. Namun karena istilah mBatil yang tidak memasyarakat di daerah lain, sehingga diganti menjadi kretek. Apalagi Kretek sudah menjadi sebuah ikon penting di Kudus dan akan me­mudahkan masyarakat di luar Kudus mengenalnya.

Gerakan dalam Tari Kretek di­mulai dengan gerakan membawa tampah oleh penari kretek. Gerakan tersebut menceritakan pekerja pabrik rokok yang membawa tampah berisi tembakau. ”Setelah itu dilan­jutkan dengan gerakan pemilihan tembakau, dengan gerakan mem­buang tembakau kualitas buruk dan mengambil tembakau kualitas baik, tak lupa juga saya menaruh gerakan pengayaan,” imbuhnya ibu lulusan ISI Jogjakarta itu.

Endang berpendapat, Tari Kretek tergolong tarian rakyat. Karena da­lam tarian tersebut menggambarkan aktifitas masyarakat Kudus yang se­hari­hari memproduksi rokok sejak abad ke – 19. Selain itu Tari Kretek menggambarkan wanita Kudus yang lembut tapi lincah. Dalam pemen­tasannya, para penari memakai pa­kaian khas Kudus. ”Dulu masih sa­ngat sederhana, bajunya saja masih kuning,” terangnya.

Mulai dari bagian kepala, penari memakai Caping Kalo, caping khas Kudus yang berbahan anyaman bambu ijuk dan daun resula yang dibentuk kalo (alat penyaring san­tan). Kemudian, baju atasan kebaya dan bawahan jarik yang bercorak

Tari Kretek Tunjukkan Ciri Khas Kudus

pemkab kudus kurang perhatikan pelestarian tari kretek

Reporter: Karmila Sari & Imam Khanafi

NAILI/PEKA

endang toni

45Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Budayakudus­an.

Selanjutnya di bagian bahu kanan dipakai selendang tenun Toh Watu khas Kudus. ”Tari Kretek terhitung sudah enam kali mengalami pengem­bangan. Dalam pengembangan itu pula, pakaian penari tari kretek dita­mbahi dengan penggunaan ikat ping­gang dan tampah,” Jelasnya.

Tanpa sebuah musik pengiring tari kretek tak bermakna dan serasa kaku. Alat musik yang mengiringi tari kretek, bercorak Gending Jawa berbentuk Lanjaran. Alat musik yang digunakan diantaranya, tongtek (ke­ntongan), rebana, jidur, kendhang ketipung, kendhang ciblon, kend­hang bem, kenong slenthem, gong, saron, dan boning.

Gending atau lagu yang se­ring digunakan berbau gending jawa, antara lain tembang Lanjaran Kinanthi Kutha Kretek. Dalam tem­bang Lanjaran Kinanthi Kutha Kretek, di sebutkan beberapa nama perusahaan rokok yang terkenal pada masanya. Musik dan tembang tersebut, merupakan buah karya dari Supriyadi, suami dari Endang TS.

Banyak peminatDulu, kelompok penari Tari Kretek

sering diundang untuk menyemarak­kan berbagai acara, termasuk upa­cara pernikahan. Namun sekarang, Tari Kretek hanya dipentaskan un­tuk menyambut tamu yang datang ke Pendapa Kudus dan saat mem­peringati hari­hari besar nasional saja, seperti Hari Guru dan Hari Pendidikan. Walau sudah jarang di­undang untuk acara pernikahan, bu­kan berarti pesona Tari Kretek luntur di mata masyarakat. Tari Kretek tetap ada di hati masyarakat dan tidak ka­lah pesonanya dengan tari­tari mo­dern yang datang dari luar nwegeri.

Terlihat sekarang di Sanggar Puring Sari banyak aktifitas, mulai dari anak – anak sampai usia tua ber­kumpul di sana hanya untuk belajar tari. ”Terhitung 50 peminat belajar menari di sanggar ini, bahkan tak hanya dari Kudus, tapi dari Jepara,” ucapnya ibu empat anak ini.

Selain itu, beberapa mahasiswa Kudus yang mendapatkan bea­siswa ke luar negeri, juga banyak yang berlatih tari kretek sebelum

keberangkatannya. Tari Kretek me­reka pentaskan di Negara tujuan, se­perti Belanda, Australia, Cina, Jepang dan Amerika.

Dia berharap, merasa perhatian pemerintah terhadap keles tarian Tari Kretek kurang diperhatikan. Pemerintah kurang peka terhadap kelestarian Tari Kretek yang menun­jukkan identitas Kudus. Bahkan tari ini bisa disebut sebagai warisan bu­daya Indonesia.

Sementara itu, Giyono, Kepala Seksi Seni, Budaya, Tradisi dan Bahasa pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus menyatakan, pemerintah su­dah berusaha mengembangkan Tari Kretek dengan menggelar pelati­han dan lomba – lomba Tari Kretek. Pelatihan dan lomba tersebut tepat­nya digelar pada sekitar 2009 lalu.

Kegiatan tersebut diikuti mulai dari siswa SD, SMP dan SMA, bahkan pernah mengikuti lomba di tinggkat Jawa Tengah. Dia menilai perkem­bangan Tari Kretek sangat bagus. Hal itu terlihat dengan sudah diajarkan­nya di beberapa sekolah di Kudus

DOK.SANGGAR PURING SARI

taRi KReteK: tarian khas Kudus ditampilkan di beberapa event penting.

46 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Memoar

Pendidikan merupakan hak kodrati setiap manusia. Memperdalam ilmu penge­

tahuan dan kecakapan intelektual guna mengikis benalu kebodohan sebuah titian yang harus dilakukan setiap orang.

Jalur pendidikan diyakini sebagai proses mobilitas sosial – vertikal yang paling tepat. Tingginya tingkat pen­didikan seseorang akan memengar­uhi grade sosial – ekonomi, menurut istilah Rektor Universitas Paramadina Dr. Anies Baswedan (2011) menye­butnya, bahwa pendidikan merupa­kan es­kalator sosial masyarakat. Kita sadari bersama, investasi anak bang­sa melalui doktrinasi pen didikan dan mentalitas visioner menjadi sebuah harga mati.

Sedangakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, berambisi bahwa tahun 2045

Indonesia masuk dalam jajaran neg­ara termaju di dunia. Tujuan mulia serta cita­cita besar tersebut perlu kita dukung agar program nasional bisa terwujud. Dalam pendidikan formal, percepatan pembangunan sumber daya manusia (SDM) terus diupayakan di berbagai jenjang dan satuan pendidikan.

Sementara di kota–kota besa r, berbagai kegiatan edukatif se perti pelatihan, seminar, lokakarya, dan workshop terus disemarakkan. At­mos fir intelektualisme dan kultur ilmiah demikian perlu disemai agar membawa kecerdasan berpikir di masyarakat.

Di penjuru lain, sektor pen­didikan daerah terpencil dan terting­gal menyimpan banyak persoalan. Pemerintah menyadari, salah satu keberhasilan penyelenggaraan sa­tuan pendidikan yakni tersedianya

tenaga pendidik kompeten. Sesuai amanat UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Pasal 1 menjelas­kan, pendidik adalah tenaga pen­didikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong pela­jar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai kekhususannya, dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Peran serta kiprah tenaga pendidik ini sangat menentukan kualitas out-put sehingga kompetensi akademis, keilmuan, vokasi serta kompetensi lainnya harus dikuasai.

Melihat kondisi demikian, Dire­ktorat Jendral DIKTI membuat pro­gram Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). Empat provinsi menjadi fokus bidikan antaranya Aceh, NTT, Sulawesi Utara, dan Papua. Dasar

menjadi Guru di Daerah terpencilOleh Ulin Nuha Masruchin*

DOK.ULIN

seKolah: Kondisi kelas di sMan 1 ende nusa tenggara timur.

47Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

pencetusan program ini tercatat kurangnya tenaga pendidik (short-age) dari jumlah yang dibutuh­kan. Patut dimaklumi, jumlah guru di daerah terpencil ternyata lebih sedikit daripada di perkotaan.

Distribusi yang tak merata itu menimbulkan ketidakseimbangan (unbalanced distribution). Selain itu, kualifikasi para pendidik rata­rata di bawah standar (under qualification) serta kompetensi yang dimiliki ter­golong rendah (low competencies). Tak jarang pula antara kualifikasi pendidikan dengan pelajaran yang diampu (di sekolah) seringkali tidak sesuai (mismacthed) (DIKTI, 2011).

pendidikan Daerah terpencilSeperti kondisi di SDN Woimite

Kecamatan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) melihat seko­lah ini masih jauh dari kelayakan. Bangunan sekolah terdiri tiang pe­nyangga dan atap “seng” sebagai pelindung kala matahari menyengat. Kondisi telah dialami sebagian besar peserta SM3T, salah satunya Aris Budi Nugroho. Guru Bahasa Indonesia ini harus bersabar menelusuri sembilan anak sungai, berbukit curam, dan butuh berjam­jam dalam waktu per­jalanan.

Medan yang sulit ditempuh, ke­tiadaan aliran listrik serta terbatasnya aksesibilitas informasi, para guru muda dituntut bertahan walau kon­disi alam yang kurang bersahabat. Uji mental ketahanmalangan (sur-vival) tanpa kenal kata menyerah untuk mendidik anak bangsa. Disini, kesempatan beradaptasi dan belajar hidup (learning live together) bersa­ma alam, budaya, adat istiadat, serta kehidupan masyarakat yang baru.

Menumbuh–sadarkan bahwa pen tingnya arti pendidikan bukan pe kerjaan mudah. Terlebih bila menghadapi masyarakat pedalaman yang lebih “eksklusif”, irasional dan cenderung konservatif. Barang tentu, transfomasi secara rasio­logikal se­ringkali terhambat karena terbentur dinding­dinding nilai dan filosofi hidup masyarakat. Pendekatan in­tensif­komunikatif dan rasionalisasi kepada masyarakat tak selesai dalam hitungan jari. Butuh intensitas waktu dan momen tepat.

Rasionalisasi perlu dilakukan

secara baik dan edukatif tanpa me­nyinggung perasaan, norma­norma, serta keyakinan masyarakat. Langkah demikian upaya menghindari ter­jadinya gesekan dan resistensi sosial yang berakibat fatal yang berujung pada apatisme masyarakat.

Menumbuhkan empati sosial dan mengasah jiwa seorang pendidik. Bagaimana guru memerankan posisi sentral agar bisa menciptakan anak didik yang lebih baik. Dari input di bawah standar (under qualification), melalui pendekatan interpersonal baik, strategi tepat dan dapat diterima, harapannya anak didik mampu men­goptimalkan kemampuan intelek tual mereka dan terpacu untuk berprestasi (need achievement). Guru penyalur ilmu pengetahuan benar­benar bak pelita hidup, yang menerangi kala kegelapan budi dan gulita kebodohan terjadi dimana–dimana.

mindsetMengubah sikap atau sisi afektif

siswa tak semudah membalik telapak tangan. Perlu proses panjang dalam mengubah sikap dan mindset se­seorang. Guru harus pandai menye­lami alam pikir siswa. Apalagi siswa menengah atas yang memasuki masa pubertas, pola komunikasi interper­sonal lebih dilakukan. Membuka cara pandang arti kehidupan dan paradigma siswa hal terpenting.

Setidaknya, membongkar para­digma generasi muda akan memicu mereka berkembang dan meraih impian mereka. Mencetak generasi muda ini nantinya akan menjadi penerus kemajuan bangsa. Pepatah asal Timur Tengah menyatakan, Hari ini pemuda, besok adalah pemimpin. Menyitir ucapan sang Proklamator, Ir. Soekarno, “berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”.

Hemat penulis, pengalaman men­gajar dan berbagi pengetahuan di daerah terpencil merupakan sebuah pengalaman berharga. Menjadi guru harus memahami karakter siswa dan lingkungan. Kondisi siswa merupa­kan hasil efek atau pengaruh lingku­ngan yang ditelah diciptakan. Ketika pengaruh sisi negatif dari lingkungan lebih besar, barang tentu ini menjadi hambatan terhadap perkembangan siswa. Perkembangan psikologis anak dan remaja begitu mudah ter­bawa antara dua arus, positif atau negatif. Jiwa yang labil dan mudah terombang­ambil perlu ditunjukkan arah yang benar

*) Mantan Litbang Pena Kampus, sekarang sedang mengikuti

Program Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal

yang di adakan DIKTI di Ende, Nusa Tenggara Timur

Memoar

DOK.ULIN

disKusi: siswa sMan 1 ende ntt mengikuti pelatihan jurnalistik di taman remaja, bung Karno.

48 Edisi XiX APRiL 2012

Puisi

H i d u pOleh: FitHri Arby

Hidup, sebuah belenggu menjemput kematiankematian yang dinanti banyak kehidupan

Kematian,Tanggung jawab kehidupanTetapi kematian awal menuju kehidupan

Kehidupan dan kematian,adalah simbol kemesraan yang pastiWujud nyata gaung bersambutWarna dari panggung kehidupan dunia

Kehidupan dunia melahirkan keinginan,Keinginan melahirkan sebuah harapanyang berwujud pada keserakahandan keserakahan berujung pada kematian

Sebuah angan­angan bak tersekat dalam ruang hampa

Taman Senja,20032012

Oleh: FitHri ArbyBayang­bayang hitam kelam selalu adaAda dan selalu ada mengikuti alur pancaran cahayaYang datang pada beta

Bayang­bayang datang tanpa ku undangdan tak bisa ku pegangBayang­bayang hitam tak ada yang menghiraukan

Bayang­bayang hitamGambaran hidup dalam kehidupanBergerak tanpa nyawa, mengikuti geraknya kehidupan

Bayang­bayang berbentuk tanpa rupaSemu dalam pendangan mataHilang di saat gelapTampak di saat terangPergi tanpa pesanMenghilang dibalik angan­angan

Bayang­bayang tak selayaknya jadi panutanTetapi tak mungkin terelakkan untuk datang

Kudus, 20 Maret 2012

Bayang-bayang

49Edisi XiX APRiL 2012

Puisi

Rindu Dekap-Mu

Oleh: Nina L.

Jika suatu saatAku lalaiAtau lupa menemuiMUIngatkan aku Ya­Allah

Jika nanti aku benar­benar lalai,dan berbuat alpaKirimkanlah orang ketiga untukku!yang mampu menolongku,Kepada Mu, Ya­Allah….!

Hilangkan sombong yang bersarang,Angkuh, dan segala penyakit hatiAgar rindu senantiasa tercipta,kepadaMU wahai pencipta semesta alam raya

Kamar Kerinduan,24/05/11

Semesta Tak Pernah

MurkaOleh: Muharror Ahmad

Gelagat masa tunjuk mitos tandun Tatkala mayapada lemah dan mulai pikunAlam yang dulu asri kini sebatas lukisanYang dengan mudah ditemui dalam mimpi malam

Sahaja manusia tergerus ambisi tak bertepiKeruk daya alam sampai akhir penghabisanDosa itu tercecer disepanjang jalanSisakan kerontang bumi yang malang

Manusia­manusia tolol masih terlenaSaat bencana tiba, berduyun mereka hujat semestaKembali nikmati diri dalam kubangan akhir zamanTerlupa akan cerita lama tentang persahabatan

Pajaran, 15.02.2012

Poli tikus Oleh: el Nafyza

Sebutir kepedihanMenggilas pikirku yang sedang berimajiLesukan semangat yang baru saja menetas

Kau tau?Perasaanku semakin ngiluSaat kau mulai berbisik dan terkekeh”demokrasi pun bisa ku beli”

Ruangrindu 01:03 1/1/12

50 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Cerpen

“Tidak akan,” jawabku agak kesal kepada bu lek ketika ia me-nanyakannya lagi.

“Apa kamu bilang, tidak? Memangnya sudah kamu pikirkan matang-matang?” tanyanya meya-kinkan ku untuk kesekian kalinya.

Aku hanya diam saja. Toh jawa-banku pun tak akan menyurutkan niatnya yang menggebu. Dan lagi, alasan-alasan yang ia kemukakan pasti sama persis seperti sebelum-nya.

“Orang seperti apa sih yang kamu cari Nduk? Nggak habis pikir bu lek, kurang apa lagi dia? Wis bocahe bagus, sugih, mapan, pinter, grapyak marang tetanggan, masih saja ndak bisa membuka hatimu?” nada bicaranya semakin tinggi, dan inilah saatnya segu-dang kata-kata akan tumpah ruah.

Dikisahkan silsilah keluarganya (yang entah benar atau tidak) berdarah biru, latar belakang, karakter hingga hal sepele yang menurut pandangannya tak cacat sedikitpun.

Diamku mengekspresikan ketidaksukaanku terhadap bu lek yang terkesan melebih-lebihkan orang yang akan dijodohkan-nya dengan ku. Selalu dan selalu membujukku untuk segera

Menantu Pilihan

Karya : el Nafyza

51Edisi XiX APRiL 2012Pena Kampus

Cerpenmenikah. Ku tinggalkan bu lek yang masih sibuk dengan sejuta ceritanya. Aku berlari menuju kamar, membanting pintu sekeras mungkin dan menguncinya. Ku hempaskan tubuhku ke atas ran-jang. Ku tatap langit-langit kamar, semua terasa sunyi hingga kura-sakan ada sesuatu yang meleleh dari sudut mataku.

Akhir-akhir ini, aku memang malas beranjak keluar dari ka-marku. Bahkan sekedar untuk nonton TV pun terasa berat kaki ini melangkah. Selain menghin-dari tatap muka dengan bu lek yang semakin sering datang ke ru-mah, juga menghindari perteng-karan kecil dengan romo ku. Pasti ada saja yang kami ributkan, sejak penolakan romo terhadap orang yang ku kasihi bertahun-tahun lamanya itu, hubunganku dengan romo agak merenggang.

Yang nggak habis ku pikir, penolakan itu bukan berdasarkan apa-apa, hanya karena jumlah satuan tanggal lahir kami katanya tidak cocok, berarti buruk. “Alasan yang tidak masuk akal,” batinku . Sesungguhnya aku tak peduli dengan semua itu. Aku nggak per-caya barang sedikitpun. Bukankah dalam agama yang ku peluk pun tak mengatur hal itu? Jodoh telah tertulis di Lauhul Mahfud jauh-jauh hari sebelum kita ada di dunia. Jauh-jauh hari sebelum kita dilahirkan.

Bukankah nabi juga pernah bersabda bahwa untuk memi-lih jodoh yang paling utama itu agama? Tidak perhitungan-perhitungan tanggal lahir. Satuan-satuan itu tak akan mempengar-uhi apapun yang telah tertulis disana. Namun romo tetaplah romo. Tentu saja beliau masih me-megang teguh apa yang menjadi keputusannya. Apalagi romoku memang memegang kuat adat yang diwariskan leluhurnya

Entah setan mana yang merasuki ku sore itu, aku pertama kalinya berani mbadali penuturan

romo.“Nggak, romo nggak mau am-

bil resiko,” tandas romo.“Romo...” ucapku memelas, ku

tuangkan teh hangat ke dalam cangkir pelan-pelan.

“Nduk, weton mu itu Pahing, sementara dia itu Wage, kalian tidak berjodoh, gewing artinya. “Rejeki kalian bakal seret jika dipaksakan,” tuturnya sembari mengambil secangkir teh yang ku tuang tadi, kemudian menyeru-putnya perlahan.

“Tapi Sumi kadung tresno sama mas Joko romo…” ungkapku pada romo sebagai penegasan atas hatiku yang mulai layu.

“Rumah tangga itu ndak cukup sekedar modal tresno, mau makan apa nanti kamu, apa tresnomu itu biso maregi? Iyo?” ujar romo sambil mengatur pernapasannya yang tak beraturan.

“Sampai kapanpun ndak bakal romo restui. Apa kata orang nanti jika hidupmu terkatung-katung akibat pernikahan ini? Hidup itu harus direncanakan Nduk cah ayu... jangan grusa-grusu, manut wae sama romo yang sudah banyak makan asam garam dalam mengarungi kehidupan,” tambah-nya dengan menyeruput tehnya lagi.

“Mo, Sumi mohon, kabulkan permintaan Sumi kali ini. Rizki sudah ada yang ngatur. Sumi sudah tidak percaya sama mitos-mitos itu, bukankah kita hidup di zaman serba modern, tapi kenapa romo masih berpikiran kolot? ” dengan masih memeluk nampan, tak berani ku tatap mata romo. Ku alihkan pandanganku pada rintik-rintik hujan yang menawariku sekelumit ketenangan. Cukup memberiku semangat untuk me-luluhkan hati romo.

Tak ku sangka,air muka romo memerah, ungkapanku tadi layaknya jamu mujarab yang dimi-numkan pada pasien. Bereaksi cepat sekali. Hanya sepersekian detik saja.

“Huss... ojo ngawur, ora’ ilok ngomong seperti itu, jangan me-nyepelekan adat. Toh ini semua juga demi kebaikanmu Nduk. Tak ada orang tua yang ingin melihat anaknya hidup sengsara,” romo meletakkan cangkirnya dengan kasar di atas cawan yang terletak di meja. Berlalu meninggalkanku yang mematung di muka hujan. Nampan yang ku peluk tiba-tiba menjatuhkan diri. Menggemakan suara sumbang benturan alu-minium dengan lantai.

Sekelebat angin menghantam gemuruh hatiku yang memba-hana. Ku lumat ketakutan yang menyergapku. Tulang-tulang kakiku melemas, seolah tak mampu menopang tubuhku yang semakin berat saja. Hujan tak lagi jatuh ke bawah, ia melawan gravitasi bumi, berputar-putar di depan kornea ku. Kursi-kursi bergoyang, meja pun bergerak ke kiri kanan tak tentu arah. Pohon mengitari netra ku. Semuanya bergulung-gulung . . . semakin redup, redup, gelap . . . dan aku tak ingat apa-apa lagi.

#####

Aku mencoba mengenali tempat dimana aku terbaring. Ternyata masih ruang yang sama, kamar ku sendiri. Tak ada siapapun yang menunggui ku. Ku hirup aroma minyak atsiri yang menyeruak. Kaki ku terasa hangat, disampingnya teronggok balsam yang masih terbuka tutupnya.

Sayup-sayup terdengar suara-suara yang tak asing lagi di kuping ku. Ku pelototi jam dinding yang tertempel manis di tembok warna ungu tepat 180 derajat dari posisi-ku sekarang. Tepat jam sembilan, ku toleh jendela kaca yang sedikit terbuka, gorden melambai-lambai dan diluar terlihat hitam pekat.

“Siapa yang masih bertamu malam-malam begini?” pikirku penasaran. Ku paksa tubuhku bangun. Ku ayunkan langkahku

52 Edisi XiX APRiL 2012 Pena Kampus

Cerpenmenuju pintu, ku raih knopnya, memutarnya pelan-pelan hingga menimbulkan suara berdecit , namun tak membuyarkan percakapan-percakapan itu. “Aman,” batinku. Tirai dibalik pintu tak menghalangiku untuk sekedar mengetahui apa yang mereka mufakatkan. Ya, lebih tepatnya memang menguping.

“Mbak yu setuju to kalau Sumi dikarepke anaknya De Kartono yang pernah tak cerita’ke kemaren itu lho...” . Suara itu, nada bicaranya sangat ku hafal dalam memori otakku. Ku singkap sedikit tirai yang menghadang pandanganku. Benar saja dug-aanku orang yang sama, dengan tujuan yang masih sama. Siapa lagi kalau bukan bu lek. Semenjak ia tahu hubunganku dengan Mas Joko yang tak mengantongi restu romo, Ia semakin gencar mempro-mosikan orang yang menurutnya sempurna itu pada keluargaku. Tak terkecuali diriku yang menjadi incaran utama.

“Ndak usah khawatir yu... hidup Sumi akan ditanggung penuh sama dia. Lha wong keturunan ningrat. Setidaknya agar keluarga besar kita ada yang berbesanan sama darah biru. Walah..... hartanya jangan ditanya lagi mbak yu....... buanyak, kuaya, dimakan tujuh turunan pun ndak bakal habis,” bujuk bu lek seman-gat.

“Aku sih ndak apa-apa Sri, semua itu kan Sumi yang akan menjalani. Keputusan ada di tangannya, juga atas persetujuan romonya,” jawab ibu pasrah.

“Lho...lho..lho... ja ngan gitu to yu, mbak yu seba-gai ibu juga harus ikut andil dalam masalah ini. Mengenai masa depan Sumi lho, jangan main-main. Anak mbak yu satu-satunya, keponakan ku sing ayu dewe. Harus dapat yang paling baik diantara yang terbaik.” , bu lek mulai ngotot

dengan bujukannya.Ketika itu, aku tak berseman-

gat lagi memperhatikan perbin-cangkan mereka. Ujung-ujungnya sudah bisa ku tebak. Ibu pasti terpengaruh omongan adiknya itu, lalu merayu romo... dan aku... tinggal menunggu waktu saja untuk segera menjadi boneka dari permainan ini.

Ku tutup pintu kamarku. Kali ini lebih keras, agar mereka menyadari keberadaanku disini. Brang..... ceklek-ceklek.... seperti biasa, ku putar kunci dua kali. Aku tak ingin diganggu siapapun ke-tika hatiku sedang surut, termasuk ibu sekalipun. Tak ku hiraukan suara ketukan pintu yang semakin keras. Nama ku dipanggil berkali-kali. Ku biarkan saja.

Ku dekati jendela, ku tatap panorama malam yang sayu. Bulan menampakkan diri dengan gagahnya di balik awan gelap yang resah. Titik-titik hujan menyi-sakan perih. Meski tangis mend-ung telah reda, gemuruh petir dan sayatan kilat tetap saja meninggalkan jejak pilu di hatiku.

####

“Cepet mbak, manten prianya udah datang,” tukas ibu menengok jendela.

“Iya, sebentar,” jawab sosok set-

engah baya yang merias wajahku sejak pagi tadi.

Ku tatap sepotong wajah di depan cermin itu. Aku hampir tak mengenali siapa pemilik raut muka itu. Make up ala putri solo telah mengubah rupa ku.

“Wis to Nduk, ibu tau kamu itu terharu, nggak nyangka to kalau hari ini merupakan hari bersejarah bagi mu, usap tangis bahagiamu itu, sebentar lagi kamu akan men-jadi Nyonya Hadiningrat,” ucap ibu mengulurkan selembar tissu padaku.

Pernikahan ini tak pernah terbayangkan dalam imajiku, bermimpi pun aku tak sanggup. Semenjak perundingan malam itu, baik romo maupun ibu tak pernah lagi meminta persetu-juanku mengenai perjodohan ini. Aku harus bersuamikan orang yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Yang katanya ketu-runan darah biru itu.

Suara gamelan jawa mengi-ringi langkah ku keluar menuju pelaminan. Aku terus saja menun-duk. Setelah ijab qobul, sosok yang telah khalal bagiku diper-silahkan bersalaman denganku, kemudian mengecup keningku.

Deg... hati ku berdesir, ku ang-kat wajahku untuk memandangi wajah suamiku.

“Mas Joko........” ungkapku berbisik.

“Iya, aku lah Mas Joko mu, Joko Kartono Hadiningrat... dan janjiku yang ku ikrarkan waktu itu

telah ku tepati di pelaminan ini,” jawabnya lirih

Kini baru aku tau, memang mas joko tak

pernah berkunjung sekalipun ke rumah.

Ia minder ketika ku ceritakan penolakan romo yang hanya berlandaskan weton.

Dan perjodohan ini tak berlandaskan tanggal

lahir lagi. Semua telah ter-tutupi oleh gelar ningrat