View
38
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN
MENGGUNAKAN LKS DAN DIAGRAM VEE DITINJAU
DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1
SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Pendidikan Sains
Oleh :
Yahudi
S831002066
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVEEERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : YAHUDI
NIM : S 831002066
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PEMBELAJARAN
KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN MENGGUNAKAN LKS DAN
DIAGRAM VEE DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR
SISWA (Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1 SMA
Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, 26 April 2011
Yang membuat pernyataan
YAHUDI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tulisan ini kupersembahkan untuk orang-orang yang begitu aku sayangi :
· Ibu dan bapakku yang senantiasa memberikan doa, semangat dan
kasih sayangnya
· Dra.Hanik Kurniawati yang senantiasa memberikan motivasi,
dukungan dan semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pembelajaran Kimia dengan Metode
Eksperimen menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan
Gaya Belajar Siswa ( Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kelas XI IPA Semester 1
SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011). Laporan penelitian ini
disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister pada
Program Studi Pendidikan Sains minat utama Kimia Pascasarjana UniVeeersitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang
berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1 Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan sarana,
fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
yang telah memberikan pengarahan dan semangat.
3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang dengan kesabarannya telah
memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan
laporan penelitian ini.
4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya telah
memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan laporan
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
6. Kepala SMA Negeri 1 Ponorogo yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Angkatan Maret 2010
atas kerjasama dan senantiasa memberi dorongan semangat selama penulisan
laporan penelitian ini.
8. Rekan – rekan guru Kimia SMA Negeri I Ponorogo yang selalu memberikan
sumbangan pemikiran dan pengarahan yang berharga selama penyusunan,
pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan penelitian ini masih
terdapat kekurangan. Untuk itu kritikkan, saran dan masukan dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini
dapat memberikan kegunaan dan manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. iii
PERNYATAAN ………………………………………………………... iv
PERSEMBAHAN …………………………………….………………… v
KATA PENGANTAR …………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xvii
ABSTRAK ……………………..……………………………………… xix
ABSTRACT ……………………..……………………………………… xx
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………... 1
A.
atar Belakang Masalah ……………………………….
1
B.
dentifikasi Masalah …………………………………...
3
C.
embatasan Masalah …………………………………..
5
D.
erumusan Masalah ……………………………………
5
E.
ujuan Penelitian ………………………………………
6
F.
anfaat Penelitian ……………………………………..
6
BAB II LANDASAN TEORI , KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS ………………………………………………...
8
A.
andasan Teori …………………………………………
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
1.
akekat Pembelajaran ……………………………..
8
2.
injauan Tentang Belajar …………………………..
9
3.
embelajaran Inkuiri ……………………………….
16
4.
etode Eksperimen
17
5.
etode Eksperimen dengan Lembar Kerja Siswa LKS
………………………………………………..
19
6.
etode Eksperimen dengan Diagram Vee …………….
20
7.
ikap Ilmiah ………………………………………..
24
8.
aya Belajar ………………………………………..
25
9.
restasi Belajar …………………………………….
29
10.
ateri Laju Reaksi …….. ………………………….
32
B.
enelitian Yang Relean ………………..………………
39
C.
erangka Berpikir …………………….……….……….
41
D.
ipotesis ……………………………….…….…………
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 48
A.
empat dan Waktu Penelitian ………………………….
48
1. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
empat Penelitian …………………………………..
2.
aktu Penelitian ………………………………….
48
B.
etode Penelitian ……………………………………..
49
C.
ariabel Penelitian …………………………….……….
50
1.
efinisi Operasional ……………………………….
51
2.
kala Pengukuran Variabel Penelitian ……………..
52
D.
opulasi dan Sampel …………………………………...
52
1.
opulasi Penelitian …………………………………
52
2.
eknik Pengambilan Sampel ……………………….
52
E.
nstrumen Penelitian ……………………………………
53
1.
nstrumen Pelaksanaan Pembelajaran ……………..
53
2.
nstrumen Pengambilan Data ………………………
53
F.
eknik Pengumpulan Data ……………………………..
53
1.
etode Tes …………………………………………
53
2.
etode Angket ……………………………………..
54
G.
ji Coba Instrumen Penelitian …………………………
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1)
ji Validitas ……………………………………
54
2)
ji Reliabilitas …………………………………
57
3)
ji Taraf Kesukaran ……………………………
58
4)
aya Beda Soal ………………………………...
59
H.
eknik Analisis Data …………………………………...
60
1.
ji Kesamaan ………………………………………
60
2.
ji Prasyarat Analisis ………….…………………..
61
3.
ji Hipotesis ……………………………………….
63
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………….. 66
A.
eskripsi Data ………………………………………….
66
1.
ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Kognitif ……….
66
2.
ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Afekttif ………..
74
3.
ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Psikomotorik ….
81
B.
ji Prasyarat Analisis …………………………………..
88
C.
engujian Hipotesis …………………………………….
93
D.
embahasan …………………………………………….
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
E.
elemahan dan Keterbatasan Penelitian ……………….
112
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ……….………….. 114
A.
esimpulan ……………………………………………..
114
B.
mplikasi ………………………………………………..
117
C.
aran ……………………………………………………
124
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 123
LAMPIRAN ……………………………………………………………. 125
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Penilaian Diagram Vee 22
Tabel 2.2 : Reaksi antara Magnesium (Mg) dengan asam klorida
(HCl)
34
Tabel 3.1 : Alokasi Waktu Penelitian 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 3.2 : Tabel Rancangan Data Penelitian 50
Tabel 3.3 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Sikap
Ilmiah
55
Tabel 3.4 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Gaya
Belajar
56
Tabel 3.5 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi
Kognitif
56
Tabel 3.6 : Hasil Kesimpulan Validitas Butir Angket Afektif 57
Tabel 3.7 : Hasil Kesimpulan Uji Reliabelitas 58
Tabel 3.8 : Tabel Indeks Kesukaran 58
Tabel 3.9 : Tabel Kesimpulan Daya Pembeda Soal 59
Table 3.10 : Hasil Uji matching 61
Table 3.11 : Tabel Rancangan Analisis Data Penelitian 63
Table 4.1 : Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kedua Metode 66
Table 4.2 : Distribusi Frekunsi Prestasi Belajar Aspek Kognitif
dengan Kedua Metode Eksperimen
67
Table 4.3 : Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Siswa yang
Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
68
Table 4.4 : Distribusi frekuensi Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Pada Siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
69
Table 4.5 : Prestasi Belajar Kognitif Bagi Siswa Yang mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
70
Table 4.6 : Distribusi frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
71
Table 4.7 : Prestasi Kognitif Siswa dengan Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
72
Table 4.8 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
73
Table 4.9 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Table 4.10 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
73
Table 4.11 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Readah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
74
Table 4.12 : Data Prestasi Aspek Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
75
Table 4.13 : Distribusi frekuensi Prestasi Aspek Afektif Pada Kedua Metode
75
Table 4.14 : Distribusi frekuensi Prestasi Aspek Afektif Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan rendah
76
Table 4.15 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Siswa Yang MempunyaiGaya BelajarVisual Gaya dan Belajar Kinestetik
78
Table 4.16 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Ekperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
79
Table 4.17 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
79
Table 4.18 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
80
Table 4.19 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
80
Table 4.20 : Sebaran Data Prestasi Belajar Afektif Siswa untuk Tiap-tiap Sel
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Table 4.21 : Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
82
Table 4.22 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
82
Table 4.23 : Prestasi Psikomotor Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
83
Table 4.24 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
83
Table 4.25 : Prestasi Psikomotorik Pada Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
84
Table 4.26 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
84
Table 4.27 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
85
Table 4.28 : Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
85
Table 4.29 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
85
Table 4.30 : Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
85
Table 4.31 : Sebaran Data Prestasi Belajar Psikomotorik untuk Tiap-tiap Sel
86
Table 4.32 : Rata-rata Prestasi Kognitif Masing-masing Kelompok
87
Table 4.33 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Table 4.34 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Afektif 90
Table 4.35 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Psikomotor 91
Table 4.36 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif 92
Table 4.37 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Afektif 92
Table 4.38 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Psikomotorik 93
Table 4.39 : Hasil Pengujian Hipotesis 94
Table 4.40 : Hasil Uji Lanjut 99
Table 4.41 : Hasil Perbandingan Rerata Uji Lanjut 99
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Diagram Vee 23
Gambar 2.2 : Tumbukan antar molekul 36
Gambar 2.3 : Pengaruh suhu pada laju reaksi 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 2.4 : Pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi
38
Gambar 4.1 : Histogram Prestasi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Kedua Metode Eksperimen
68
Gambar 4.2 : Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
70
Gambar 4.3 : Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
72
Gambar 4.4 : Histogram Prestasi Afektif pada kedua Metode
76
Gambar 4.5 : Histogram Prestasi Afektif – Sikap Ilmiah 77
Gambar 4.6 : Histogram Prestasi Afektif – Gaya Belajar 78
Gambar 4.7 : Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
97
Gambar 4.8 : Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
98
Gambar 4.9 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Metode Pembelajaran
100
Gambar 4.10 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Sikap Ilmiah
100
Gambar 4.11 : Interaksi Plot (Data Means) untuk Prestasi Kognitif-Metode-Sikap Ilmiah
101
Gambar 4.12 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Sikap Ilmiah Vs Gaya Belajar
101
Gambar 4.13 : Analisys of Means Tes Prestasi Afektif Vs Metode
102
Gambar 4.14 : Analisys of Means Tes Prestasi Psikomotorik Vs Metode
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus 126
: Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP)
Dengan LKS
127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
: RPP Metode Eksperimen dengan Diagram Vee 145
Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa 161
Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Belajar 171
: Soal Tes Prestasi 174
Lampiran 4 : Kisi – kisi Angket Aspek Afektif 180
: Angket Aspek Afektif 181
Lampiran 5 : Penilaian Unjuk Kerja 184
Lampiran 6 : Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah 185
: Angket Sikap Ilmiah 186
Lampiran 7 : Kisi-kisi Angket Gaya Belajar Kimia 189
: Tes Angket Gaya Belajar 191
Lampiran 8 : Uji Validitas, Taraf Kesukaran dan Daya Beda soal Kognitif
196
: Uji Validitas dan realibilitas angket Afektif 198
: Uji Validitas dan realibilitas angket Sikap Ilmiah 200
: Uji Validitas dan realibilitas angket Gaya Belajar 202
Lampiran 9 : Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif 206
: Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif 208
: Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif 210
: Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif 214
: Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Kognitif 216
: Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Kognitif 216
Lampiran 10 : Data Prestasi Belajar Aspek Afektif 223
: Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Afektif 225
: Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif 230
: Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Afektif 232
: Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Afektif 235
: Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Afektif 235
Lampiran 11 : Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 237
: Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 239
: Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 244
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
: Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
246
: Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
248
: Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
249
ABSTRAK
Yahudi S831002066.2010 “Pembelajaran Kimia dengan Metode Eksperimen
menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1 SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi, dan Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya: 1) Pengaruh pembelajaran kimia Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee terhadap prestasi belajar siswa, 2) Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa, 3) Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa, 4) Interaksi antara metode dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, 5) Interaksi antara metode dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar, 6) Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa, 7) Interaksi metode , sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 – Februari 2011 dengan menggunakan metode Penelitian Eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang diambil secara acak (cluster random sampling). Kelas XI IPA 4 menggunakan metode eksperimen dengan LKS dan kelas XI IPA 2 menggunakan metode eksperimen dengan diagram Vee. Data sikap ilmiah, gaya belajar dan prestasi afektif siswa dikumpulkan dengan metode angket, prestasi kognitif dikumpulkan dengan metode test, data prestasi psikomotorik dikumpulkan dengan observasi. Prestasi belajar meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Data dianalisis dengan Anova dengan desain faktorial 2x2x2 dengan menggunakan bantuan Software Minitab15. Uji normalitas dengan Ryan-Joiner, Uji homogenitas dengan metode Levine’s dan F-test.
Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik , (2) Ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif tetapi tidak ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi afektif dan psikomotorik, (3) Tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik, (4) Ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif, tetapi tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah pada prestasi afektif dan psikomotorik, (5) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan gaya belajar siswa pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik, (6) Ada interaksi sikap ilmiah siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif, tetapi tidak interaksi sikap ilmiah siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif dan psikomotorik, (7) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kata kunci: Metode eksperimen dengan LKS, Metode eksperimen dengan diagram
Vee, Sikap Ilmiah, gaya belajar, kognitif, afektif, psikomotorik dan laju reaksi.
ABSTRACT
Yahudi, S831002066, 2011 "Learning Chemistry using exsperiment with student work sheet and diagram Vee methods overveiewed from Scientific Attitude and Learning Style" (A case study on reaction rate for Grade 11th students The Senior High School 1 Ponorogo, Academic Year 2010/2011 ). 1st advisor : Prof. Dr. H. Ashadi, 2nd : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. Thesis: Science education Program, Post-graduate program, Sebelas Maret University Surakarta, 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
The purposes of this research were to find out : (1) The effect of learning chemistry using experiments with student work sheet and diagram Vee methods toward student achievement , (2) The effect of scientific attitude toward student achievement , (3) The effect of learning style toward student achievement, (4) interaction among learning methods with student scientific attitude toward student achievement, (5) interaction among learning methods with learning style towards student achievement, (6) interaction among scientific attitude with learning style toward student achievement, (7) interaction among learning methods with scientific attitude and learning style toward student achievement in learning chemistry.
This research was carried out from May 2010 to February 2011, used experimental method. The population was the entire students in grade 11 of The Senior High School 1 Ponorogo, The sample was taken using cluster random sampling, consisted of four classes. Class XI IPA 4 was treated using experiment with student work sheet and class X1 IPA 2 was treated using experiment diagram Vee. The data was collected using questionnaire for student activity and learning style, test for cognitive achievement and observation method for affective and psychomotor achievement. The achievement consisted of three aspects: cognitive, affective and psychomotor. The data were analyzed using ANOVA with factorial design and calculated using computer software Minitab 15 program. Normality test used Ryan-Joiner, homogeneity test used Levine’s and F-test methods.
From the data analysis can be concluded that: (1) There was an effect of learning methods toward cognitive, affective and psychomotor on achievement, (2) There was an effect of scientific attitude toward cognitive but there was not effect on affective and psychomotor achievement, (3) There was not any effect of learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement, (4) There was an interaction learning methods with scientific attitude toward cognitive, and there was not interaction learning methods with scientific attitude toward affective and psychomotor achievement, (5) There was not any interaction among learning methods with learning style toward cognitive affective and psychomotor achievement, (6) There was not any interaction among student scientific attitude with learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement, (7) There was not any interaction between learning methods with scientific attitude, and learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement in learning chemistry.
keyword: experiment student work sheet, diagram Vee , scientific attitude, learning
style, cognitive, affective and psychomotor student achievement reaction rate
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia sampai saat
ini adalah mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Upaya
yang telah dilaksanakan oleh pemerintah antara lain dengan merubah sistem
pendidikan di Indonesia dari paradigma pendidikan yaitu pendidikan yang
bersifat behavioristik menjadi pendidikan yang bersifat kontruktivistik. Hal ini
berimplikasi pada terjadinya perubahan suasana dalam proses pembelajaran,
yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru ( teacher centered )
mengalami pergeseran menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student
centered ) . Namun sebagian besar guru-guru di SMA Negeri 1 Ponorogo dalam
pembelajaran masih dilaksanakan secara berpusat pada guru dan siswa sebagai
obyek pembelajaran, akibatnya siswa akan pasif dan kurang termotivasi untuk
belajar, pada akhirnya prestasi nya tidak bisa maksimal.
Perubahan paradigma tersebut disikapi oleh pemerintah dengan adanya
perubahan kurikulum yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan memecahkan masalah
dengan menggunakan prinsip dan proses sains. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menuntut guru agar lebih kreatif dalam menerapkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pembalajaran sesuai dengan
kondisi siswa dan sarana prasarana yang disediakan sekolah.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Mengingat semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap mutu
layanan pendidikan, maka guru perlu melakukan pendekatan/strategi dalam
proses pembelajaran dengan menerapkan bermacam – macam metode
pembelajaran yang berorientasi pada filosofi kontruktivistik. Sedangkan sebagian
besar guru di SMA Negeri 1 Ponorogo masih banyak yang menggunakan metode
pembelajaran tradisional seperti ceramah. Sehingga siswa cepat bosan dalam belajar
kimia karena metode yang digunakan itu-itu saja, tanpa adanya variasi penggunaan
metoda mengajar yang tepat.
Dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Ponorogo sebagian besar masih
berpusat pada guru dengan mengunakan metode ceramah atau diskusi kelas, maka
siswa belum belajar secara maksimal khususnya pada materi laju reaksi. Sehingga
hasil nilai ulangan harian pembelajaran kimia khususnya materi laju reaksi, masih
banyak siswa yang mempunyai nilai 83,9% lebih kecil dari KKM. Pada tahun
pelajaran 2009/2010 nilai rata-rata laju reaksi adalah 65,2.
SMA Negeri 1 Ponorogo memiliki 6 kelas XI IPA dengan jumlah siswa 38
sampai 40 per kelas, dan siswa yang ada dari berbagai daerah dengan latar belakang
yang berbeda-beda, sehingga masing – masing siswa memiliki sifat karakteristik
yang berbeda – beda dalam belajar, seperti gaya belajar siswa, namun guru belum
memperhatikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini akan memberi pengaruh
dalam kegiatan belajar mengajar dan prestasi anak.
Dalam pembelajaran kimia kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah
memecahkan masalah yang ditemukan dengan cara pengamatan, penafsiran,
merancang dan melakukan percobaan dalam kegiatan laboratorium. Pemanfaatan
laboratorium di SMA Negeri 1 Ponorogo selama ini khususnya laboratorium kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
belum dimanfaatkan secara maksimal. Guru lebih suka memilih menggunakan
metoda ceramah, disamping lebih murah, hemat waktu dan tidak disibukkan dengan
persiapan yang membutuhkan ketrampilan khusus mengenai penggunaan alat – alat
dan pengetahuan khusus mengenai karakteristik bahan – bahan kimia. Selain itu alat
dan bahan kimia harganya relatif mahal, sehingga SMA Negeri 1 Ponorogo
keberatan dalam pengadaan alat dan bahan kimia yang dibutuhkan.
Sikap ilmiah siswa perlu diperhatikan guru. Dengan memiliki sikap ilmiah
yang tinggi siswa dapat belajar dengan baik dan dapat menghargai teman yang lain
dalam presentasi, atau kerja kelompok di laboratorium. Dengan sikap ilmiah siswa
dapat merasakan bagaimana menjadi seorang ilmuwan, sehingga siswa dapat
termotivasi untuk belajar.
Materi kimia di SMA sangat kompleks baik yang bersifat teoritis maupun
empiris. Teori akan membutuhkan nalar berfikir yang tinggi yaitu dengan kognitif,
sedangkan empiris akan memerlukan praktek/eksperimen maupun demonstrasi. Pada
materi laju reaksi kimia, kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari. Seperti mengapa
besi berkarat membutuhkan waktu yang lama, mengapa bensin lebih cepat terbakar
sedangkan solar lebih lama terbakar.
Dari uraian diatas dan hasil observasi dari peneliti, maka penulis sekaligus
sebagai peneliti memilih judul “ Pembelajaran Kimia dengan Metode Eksperimen
menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar
Siswa”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, terdapat beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Mutu pendidikan rendah disebabkan oleh guru yang kurang melibatkan siswa
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2. Pembelajaran masih dilaksanakan secara berpusat pada guru dan siswa sebagai
obyek pembelajaran, hal ini siswa akan pasif sehingga siswa tidak termotivasi
untuk belajar, padahal ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran seperti inquiri, discovery dan CTL.
3. Nilai rata – rata ulangan harian kimia khususnya laju reaksi yang diperoleh para
siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo masih kurang dari KKM.
4. Siswa cepat bosan untuk belajar kimia karena menggunakan metoda itu-itu saja,
tanpa adanya variasi penggunaan metoda mengajar yang tepat seperti metoda
eksperimen dengan LKS, metoda eksperimen dengan diagram Vee, demostrasi
dan lain-lain.
5. Masing – masing siswa memiliki sifat karakteristik yang berbeda – beda dalam
belajar, namun guru belum memperlihatkannya dalam kegiatan belajar
mengajar, misalnya materi kimia yang disajikan pada siswa kelas XI tentang laju
reaksi kimia, semuanya diajarkan secara konvensional.
6. Selama ini laboratorium khususnya kimia belum dimanfaatkan secara maksimal.
7. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti
sikap ilmiah, gaya belajar, motivasi, kreatifitas, IQ dan lain-lain, namun faktor-
faktor tersebut sangat bervariasi antara siswa dan guru belum memperhatikan
variasi tersebut.
8. Sikap ilmiah siswa meliputi tinggi, sedang dan rendah, namun guru belum
memperhatikan faktor-faktor tersebut.
9. Gaya belajar meliput visual, audio dan kinestetik, namun guru belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
memperhatikannya.
10. Materi kimia di SMA sangat kompleks baik yang bersifat teoritis maupun
empiris. Teori akan membutuhkan nalar berfikir yang tinggi yaitu dengan
kognitif, sedangkan empiris akan memerlukan praktek/eksperimen maupun
demonstrasi. Untuk memahami hal tersebut belum diperhatikan guru.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan
masalah agar diperoleh kajian teori yang mendalam, agar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen dengan LKS
dan diagram Vee .
2. Sikap ilmiah dikategorikan sikap ilmiah tinggi dan rendah.
3. Gaya belajar siswa dibedakan gaya belajar visual dan kinestetik.
4. Prestasi belajar ditinjau dari hasil kognitif, afektif dan psikomotorik.
5. Materi pelajaran dalam penelitian ini tentang laju reaksi kimia.
D. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah, akhirnya peneliti merumuskan masalah yang
akan dipakai sebagai acuan dalam penelitiannya, yaitu :
1. Apakah ada pengaruh metode eksperimen dengan LKS dan digram Vee terhadap
prestasi belajar siswa ?
2. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar ?
3. Apakah ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
4. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
dengan sikap ilmiah siswa ?
5. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
dengan gaya belajar siswa ?
6. Apakah ada interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar ?
7. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
dengan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee terhadap prestasi
belajar.
2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.
3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar.
4. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dan sikap
ilmiah siswa terhadap prestasi belajar.
5. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar.
6. Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar.
7. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dengan sikap
ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberi manfaat :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Manfaat teoritis.
a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dalam hal
metode pembelajaran ekperimen dengan LKS dan diagram Vee.
b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan memilih model pembelajaran yang tepat pada kompetensi dasar tertentu.
b. Memberi masukkan pada sesama rekan guru kimia agar memilih dan
menggunakan metode mengajar yang tepat dan selalu memberi motivasi belajar
kepada siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Memberi sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam memperbaiki proses
pembelajaran yang berkaitan dengan praktikum kimia agar siswa lebih bermakna
dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIIS
A. LANDASAN TEORI
1. Hakekat Pembelajaran
Kata pembelajaran merupakan pandangan dari kata dalam bahasa inggris
instruction,yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu
orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi
kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979) dalam pedoman
khusus Pembelajaran Tuntas Depdiknas (2004:7) mendefinisikan pembelajaran
sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi) yang secara sengaja
dirancang untuk mempengaruhi siswa (pembelajar), sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang
dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan
yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Pembelajaran kimia pada materi laju
reaksi adalah suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi) yang secara
sengaja dirancang untuk mempengaruhi siswa, sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung dengan mudah, bertujuan meningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya piker tentang laju reaksi.
2. Tinjauan Tentang Belajar
a. Teori Belajar
Untuk memahami pengertian belajar di sini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli
tentang definisi tentang belajar. Burton dalam Aunurrahman (2009:35) pngertian
belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Dalam buku Educational
Psychology, H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang
berupa kecakapan, sikap kebiasaan atau suatu pengertian.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga
belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya,
jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya
merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh
lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh
seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
. Menurut Ratna Wilis (1989:12) istilah pengalaman membatasi macam-
macam perubahan perilaku yang dapat mewakili belajar. Biasanya batasan ini
dilakukan dengan memperhatikan penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku
yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Jadi perubahan perilaku yang
disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanik tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman, dank arena itu tidak
dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi. Belajar adalah suatu proses perubahan
di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini
berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan
seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak
mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang
tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia
mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan
kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada
dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebagainya.
Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya
ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Dengan demikian belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan–
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman secara langsung
maupan tidak langsung.
1) Teori Bruner (Belajar Penemuan/discovery)
Bruner (1960) dalam Sagala (2010:35) mengemukakan bahwa proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dapat dibedakan pada tiga fase. Ketiga proses itu adalah : memperoleh informasi
baru, transformasi informasi, evaluasi dan ketepatan pengetahuan. Bruner menyebut
pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme
instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu : pengetahuan orang
tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya,
dan model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayan seseorang,
kemudian model-model diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh
bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu
tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi
suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu
menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya
sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Salah
satu model instruksional kognitif yang berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner
(1966) dalam Ratna Wilis (1989:103) yang dikenal belajar penemuan (discovery).
Bruner menganggap , bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.
Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengtahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar yang
diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer
yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir
secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
metode ekperimen diharapkan siswa belajar menemukan sendiri pengetahuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tentang laju reaksi, sehingga pengetahuan yang didapatkannya benar-benar
bermakna.
2) Teori Ausuble (Belajar Bermakna)
Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Menurut Ausubel dalam
Ratna Wilis (1989:110) belajar dapat terdiri dalam dua dimensi yaitu : a) Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau pembelajaran disajikan pada siswa
melalui penerimaan atau penemuan, b) Dimensi kedua menyangkut bagaimana
siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Inti dari
teori ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam mengaitkan konsep-konsep
ini Ausubel mengemukakan dua prinsip, yaitu prinsip diferensiasi progresif dan
prinsip rekonsiliasi integratif. Kedua prinsip ini memperlihatkan bagaimana struktur
kognitif siswa dipengaruhi secara optimal melalui mengajar, apapun bidang studinya.
Menurut Ausubel ,dalam satu seri pelajaran hendaknya siswa diperkenalkan terlebih
dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau paling inklusif. Sesudah itu
materi pelajaran disusun secara berangsur-angsur menjadi konse-konsep yang lebih
khusus. Dengan perkataan lain, model belajar Ausubel pada umumnya berlangsung
dari umum ke khusus. Dengan menggunakan strategi ini, guru mengajarkan konsep-
konsep yang paling inklusif dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif,
dan setelah itu baru mengajarkan hal-hal yang khusus. Proses penyusunan konsep
semacam ini disebut diferensiasi progresif. Prinsip kedua yang dikemukakan
Ausubel ialah prinsip rekonsiliasi integratif atau penyesuaian integratif, menurut
prinsip ini dalam mengajar, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana
konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu saling berkaitan. Menurut Ratna Wilis
(1989:121) Untuk mencapai rekonsiliasi integratif materi pelajaran hendaknya
disusun sedemikian rupa, sehingga kita bergerak ke atas dan ke bawah hirarki-
hirarki konseptual waktu disajikan informasi baru.
3) Teori Gagne (Perubahan Tingkah Laku)
Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut R.M.
Gagne (1970) dalam Sagala (2010:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks,
dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi
yamg berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan
demikian dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi
kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperlihatkan, anak-
anak demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang pernah
didengar atau dipelajarinya. Seorang dapat mengingat gambar yang telah dilihat,
mengingat kata-kata yang baru dipelajarinya, atau mengingat bagaimana cara
memecahkan hitungan. Menyatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar daripada
sekedar mengenal sesuatu kembali. Karena pengamatan dan evaluasi pada perubahan
perilaku yang ada, teori belajar Gagne terkenal dengan teori perubahan tingkah laku.
Gagne (1984) dalam Ratna Wilis (1989:11) mengamukakan bahwa belajar
dapat didefinisikan sebagai proses di mana suatu orgasisasi berubah perilakunya
akibat pengalaman. Dari uraian teori Gagne diatas, dengan melakukan eksperimen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
guru dapat memberikan informasi dan konsep baru baik dalam aspek afektif, kognitif
maupun psikomotorik sehingga ada perubahan tingkah laku pada diri siswa.
4) Teori Piaget (Perkembangan Intelektual)
Menurut Piaget dalam Paul Suparno (2000:24), setiap individu mengalami
tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tahap Sensori-motor (0
– 2 tahun). Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan
tindakan inderawinya. 2) Tahap Pra-operasional (2 – 7 tahun). Periode ini disebut
pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-
operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain-lain. Tingkat pra-
operasional terdiri atas dua sub-tingkat. Sub-tingkat pertama antara 2 – 4 tahun yang
disebut sub-tingkat kedua antara 4 hingga 7 tahun yang disebut tingkat berpikir
intuitif. Menurut Piaget anak pra-operasional diwarnai dengan mulai digunakan nya
simbul-simbul untuk menghadirkan suatu benda atau pemikirab khususnya
penggunaan bahasa, 3) Tahap Operasional Konkret (7– 11 tahun). Tahap operasional
konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis dan jelas, 4) Tahap Operasional
formal (11 – dewasa). Pada tahap ini dicirikan dengan berpikir abstrak, hipotesis,
deduhtif, serta induktif.
b. Belajar menurut Teori Kognitif
Teori perkembangan kognitif Piaget banyak mempangaruhi pendidikan sains,
termasuk pendidikan kimia. Secara umum Piaget dalam Paul Suparna (2007:33)
membedakan 4 (empat) tahap dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu tahap
Sensori-motor (0 – 2 tahun); tahap Pra-operasional (2 – 7 tahun); tahap Operasional
Konkret (7– 11 tahun); Operasional formal (11 – dewasa). Dalam perkembangan itu
pemikiran anak berkembang pelan-pelan mulai dari sensor motorik lalu ke pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
konkrit dan baru ke pemikiran abstrak. Maka dalam pembelajaran kimia perlu
dimulai dari hal-hal atau peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang konkrit dan
kemudian baru pada tingkat lebih atas mulai dengan yang abstrak. Itulah salah sebab
pembelajaran kimia perlu banyak melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen.
c. Belajar menurut Teori Kontruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan ada yang dikelompokan dalam
teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori
konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa
agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip
yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses
ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar siswa
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Menurut Brooks (1990), Leinhardt (1992), Brown et al (1989) dalam
Mohamad Nur (1998:2) bahwa siswa harus secara individu menemukan dan
mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan
informasi itu miliknya sendiri. Teori Vygotsky (Karpov dan Bransford, 1995) yang
telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak
dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan di dalam benak siswa. Guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi bermakna dan sangat
relevan bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide-ide dan secara sadar menggunakan strstegi-strategi
mereka sendiri untuk belajar.
3. Pembelajaran Inquiri
Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris “ inquiry”, dan menurut kamus berarti
“pertanyaan” atau “penyelidikan”. Pendapat beberapa orang ahli yang mencoba
menerangkan apakah yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri.
Piaget dalam Ratna Wilis (1986:82) memberikan definisi fungsional untuk pendekatan inkuiri sebagai berikut :
Pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri , dalam arti luas ingin melihat apakah yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol, mengajukan pertanyaan-pertanyan, mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan anak-anak yang lain.
Kuslan dan Stone memberi definisi : Pengajaran inkuiri merupakan pengajaran dimana guru dan anak-anak mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan jiwa para ilmuwan. Kuslan dan Stone dalam Ratna Wilis Dahar (1986:82) juga memberikan
definisi operasional untuk pendekatan inkuiri. Menurut mereka proses belajar
mengajar dengan pendekatan inkuiri ditandai oleh cirri-ciri berikut :
1) Menggunakan ketrampilan-ketrampilan proses IPA. 2) Waktu tidak menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
masalah, tidak keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu. 3)
Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dahulu. Jawaban-jawaban ini
tidak ditemukan dalam buku pelajaran, sebab buku-buku pelajaran dan saran-saran
untuk menentukan jawaban, bukan memberi jawaban. 4) Anak-anak berhasrat sekali
untuk menentukan menemukan pemecahan masalah. 5) Proses belajar mengajar
berpusat pada pertanyaan ”mengapa”. Pertanyaan “bagaimana kita mengetahui” dan
“ betulkah kesimpulan kita ini” sering pula dikemukakan. Suatu masalah ditemukan,
lalu 6) dipersempit, hingga terlihat ada kemungkinan masalah inidapat dipecahkan
oleh siswa. 7) Hipotesa dirumuskan oleh siswa-siswa untuk membimbing
penyelidikan. 8) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data, dengan
melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca dan menggunakan
sumber-sumber lain. 9) Semua usul ini dinilai bersama-sama. Bila mungkin
ditentukan pula asumsi-asumsi, keterbatasan-keterbatasan dan kesukaran-kesukaran.
10) Para siswa melakukan penelitian, secara individu atau kelompok, untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa. 11) Para siswa
mengolah data dan mereka sampai pada kesimpulan sementara. Juga diusahakan
untuk memberikan penjelasan-penjelasan secara ilmiah.
Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara. Setiap
cara atau bentuk inkuiri itu meliputi lima hal yaitu : i) situasi yang menyadiakan
stimulus untuk inkuiri. ii) masalah yang akan dicari pemecahannya. iii) kesimpulan
yang diperoleh sebagai hasil penyelidikan. iv) perumusan masalah v) pencarian
pemecahan masalah.
4. Metode Eksperimen
Menurut Syiful Sagala (2010:220) kadang-kadang orang mengaburkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pengertian eksperimen dengan kerja laboratorium, meskipun kedua pengertian ini
mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya.
Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis
tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar
laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,
karena itu dimasukkan dalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara
penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami
untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.
Menurut Paul Suparno (2007:77) metode eksperimen adalah metode
mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,
pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan memang benar. Jadi metode ini
lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya. Sering
metode eksperimen disebut metode laboratorium karena percobaan biasanya
dilakukan di laboratorium. Laboratorium menurut Ratna Wilis (1996:109) adalah
ruangan khusus yang dilengkapi dengan alat-alat tertentu untuk mempermudah
pelaksanaan ketrampilan-ketrampilan IPA. Eksperimen dapat pula dilakukan siswa di
luar laboratoriun, bahkan dapat pula dilakukan aplikasikan dalam langsung dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi
kesempatatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Peran guru dalam metode
eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan
kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kegiatan eksperimen dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Dalam Syaiful Sagala (2010:220) metode eksperimen mempunyai kebaikan
sebagai berikut : (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata
guru atau buku saja, (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuan, (3)
metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain; (a) siswa belajar
dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa
terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang
bersifat obyektif dan realistic; (d) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; dan (e)
hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.
Dalam melakukan eksperimen siswa dapat bekerja sesuai dengan lembar
kerja atau petuhjuk yang diberikan guru, sebaiknya kelompok dibuat kecil sehingga
siswa dapat melakukan eksperimen secara sungguh-sungguh. Dalam eksperimen
siswa melakukan tindakan sebagai berikut : 1) membaca petunjuk eksperimen
dengan teliti (2) mencari alat yang diperlukan (3) merangkai alat sesuai dengan
skema eksperimen (4) mulai mengamati jalannya percobaan (5) mencatat data yang
diperlukan (6) mendiskusikan dalam kelompok untuk ambil kesimpulan dari data
yang ada (7) membuat laporan eksperimen dan mengumpulkan (8)
mempresentasikan eksperimen di depan kelas.
5. Metode Eksperimen dengan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Secara ideal kegiatan eksperimen merupakan kegiatan individu siswa, namun
sehubungan dengan terbantasnya sarana dan prasarana pada umumnya kegiatan
eksperimen dilakukan secara kelompok. Besarnya kelompok bergantung pada besar-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kecilnya jumlah siswa dalam kelas jika dibandingkan sarana dan prasarana yang
tersedia di sekolah yang bersangkutan. Mengingat perbandingan jumlah guru dengan
siswa yang sangat besar, karena terbatasnya jumlah guru, maka perlu dicari upaya
agar eksperimen bisa secara serentak, yaitu dengan bahan tertulis yang disebut
lembar kerja siswa (LKS).
Dalam Ratna Wilis (1989:116) Lembar kerja siswa adalah suatu bahan
tertulis yang berisi segala sesuatu yang terlibat dalam suatu eksperimen, dari alat dan
bahan, hipotesis, hal-hal yang menjadi focus pengamatan, tuntunan bagi siswa untuk
melakukan langkah-langkah kerja sehingga berhasil menggeneralisasikan fakta dan
menyimpulkan, hingga tuntunan ke arah menemukan masalah baru, dapat
menimbulkan eksperimen baru. Lembar kerja ini perlu dirancang secara matang oleh
guru, agar tujuan eksperimen dapat tercapai dan lembar kerja siswa ini harus
menggunakan kalimat-kalimatyang mudah dipahami siswa.
Dalam menyusun petunjuk eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar
kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam melaksanakan tugas
prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk resep memasak, yang
petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak
ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah
dan efektif.
6. Metode Eksperimen dengan Diagram Vee
Diagram Vee disusun oleh Gowin pada tahun 1977, diagram Vee digunakan
untuk menjelaskan ide pokok yang memperhatikan dasar pengetahuan dan proses
penyusunan pengetahuan di dalam pengajaran laboratorium. Menurut Novak (1984)
bentuk Vee sendiri bukan suatu keharusan, dan bisa dibuat dalam bentuk garis lurus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
lingkaran atau bentuk yang lain. Namun yang lebih ditekankan adalah bahwa
diagram Vee pada dasarnya merupakan metode untuk membuat hubungan antara
‘thingking’ dan ‘doing’ yang terjadi selama di laboratorium.
Para ahli dalam artikel Path Finder Science (2006) menyatakan bahwa :
The Vee Process Model is intended to serve as a useful graphical guide to the process of science. It also assists communication among the reserch partners. Using the graphic above creates a point of communicationthat allows a scaffold for student learning that gives direction and support to novice researchers. Student can understand where they are in the process and how to continue to make progress. For teachers, the Vee Process Model is serves as a graphical guide for explicit intruction about the research process. The graphic provides a structure to point at and discuss process, a focal point for communication, and useful organization structure. Disini dapat dijelaskan bahwa Model Process diagram Vee dimaksudkan
untuk membantu suatu grafik yang berguna pada proses pengetahuan. Ini juga
membantu diantara rekan penelitian. Menggunakan grafik tersebut membuat suatu
nilai dari komunikasi yang memperbolehkan suatu tangga-tangga untuk siswa
mempelajari apa yang diberikan secara langsung dan membantu para peneliti baru.
Siswa dapat memahami dimana posisi mereka dalam suatu proses dan
bagaimana untuk melanjutkan membuat kemajuan.
Kerangka diagram Vee pada gambar berikut ini
Sisi konsep Pertanyaan pokok Sisi metode
Teori Tuntutan nilai
Tuntutan pengetahuan
Prinsip Transformasi
Konsep catatan/pengamatan
Kejadian dan objek
Gambar 2.1 Diagram Vee (Novak 1983:3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Untuk mengajar, model proses diagram Vee membantu sebagai suatu grafik
penuntun untuk menjelaskan instruksi tentang proses penelitian. Grafik ini
memberikan suatu struktur untuk mengarahkan dan mendiskusikan proses, suatu nilai
penting bagi komunikasi dan suatu pengaturan struktur yang bermanfaat.
Instrumen diagram Vee dibuat atau didesain bagi siswa untuk mengkonstruksi
respon/tanggapan untuk mengetahui cara penyelidikan mereka (Nelson M dan Epps,
1997). Seperti yang dikemukakan juga oleh Shepardson dan Jackson (1997) yaitu
mahasiswa pertama-tama menggunakan diagram Vee untuk mendesain percobaan
laboratorium mereka, kemudian mereka menyelesaikan percobaan laboratorium dan
melengkapinya dengan memasukkan data dan kesimpulan mereka. Mahasiswa dinilai
pada penggunaan mereka terhadap peralatan dan bahan-bahan selama melakukan
percobaan.
Penyusunan dari diagram Vee dapat diuraikan sebagai berikut : 1) dimulai
dengan menggambar V besar; 2) Objek dan kejadian diletakkan pada pusat V. hal ini
disebabkan oleh karena penyusunan pengetahuan dimulai dengan pemikiran dan
pengertian tentang dua hal pokok tersebut. Definisi tentang konsep, objek, dan
kejadian harus dibuat sesederhana mungkin supaya siswa menjadi tahu dan mudah
untuk memahaminya; 3) pertanyaan fokus diletakkan di tengah diagram Vee dan
dihubungkan dengan kedua sisi mempergunakan tanda panah untuk menunjukkan
bahwa dalam memperoleh pengertian, siswa harus menjalankan pemikiran mereka
secara maju mundur dari sisi diagram Vee yang satu ke sisi diagram Vee yang lain; 4)
dikenalkan ide catatan, yaitu pertanyaan yang dipilih akan membimbing siswa pada
konsep dan objek atau kejadian apa yang harus diamati. Kemudian dari pengamatan
dibuat suatu catatan yang ringkas dan jelas; 5) dibuat transformasi catatan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tuntutan pengetahuan (yang harus dicapai), dimana tujuan dari transformasi data
pengamatan yang diperoleh dibuat dalam suatu bentuk yang dapat mengantar siswa
kepada konstruksi jawaban pada pertanyaan fokus. Di sini diharapkan siswa dapat
mendiskusikan kesimpulan yang harus diambil dari berbagai catatan yang ditulis
untuk menjawab pertanyaan fokus.
Dalam Nakhleh, (1994 : 202). Tuntutan pengetahuan disini adalah hasil dari
inkuiri yang dilakukan oleh siswa, pada bagian inilah yang perlu dijelaskan pada
siswa bahwa untuk menyusun pengetahuan baru harus diterapkan konsep-konsep
yang benar-benar mereka ketahui. Sebaliknya proses penyusunan pengetahuan baru
mengajak siswa untuk memahami konsep dan prinsip serta hubungan antara
keduanya. Sehingga ada hubungan timbal balik dari apa yang telah siswa ketahui dan
pengamatan yang dilakukan dengan tuntutan pengetahuan; 6) pada sisi kiri diletakkan
teori-teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep yang diperlukan untuk membuat suatu
pengertian dari kejadian, dan atau objek yang kita pahami.
Dari langkah-langkah tersebut dapat dilihat bahwa diagram Vee memang
sesuai apabila diterapkan pada kegiatan praktikum dilaboratorium, hal ini karena
dengan diagram Vee membuat siswa mau tidak mau harus mempelajari teori dan
konsep yang mendasari praktikum yang akan mereka lakukan dengan lebih
mendalam.
Dari diagram Vee (Novak dan Gowin, 1984: 71) dapat dibuat suatu penilaian
yang digunakan untuk memberikan nilai yang berupa angka kepada praktikan.
Prosedur Penilaian diagram Vee diikuti protokol yang disarankan oleh Novak dan
Gowin (1984,70-72). Diagram Vee diberi skor pada kualitas sebuah titik skala (0-4)
dengan skor maksimum menjadi 18 dengan menggunakan kriteria sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(titik nilai dalam kurung untuk setiap kategori): Pertanyaan fokus (0-3), benda /
peristiwa (0-3), teori, prinsip, dan konsep (0-4), catatan / transformasi (0-4), dan
klaim pengetahuan (0-4).
Penilaian diagram Vee mengacu pada pelaksanaan percobaan di laboratorium
oleh praktikan. Selain itu juga dari hasil yang mereka peroleh dari percobaan dan
kesimpulan yang mereka ambil dari percobaan yang telah mereka lakukan tersebut.
7. Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah
attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap
secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan.. Sikap selalu berkenaan
dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif
atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan
yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu
bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Menurut Baharuddin
(1982:34) (http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/) (online ;
diakses tanggal 18 September 2010) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan
kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu
untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985
:31) (http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/) (online ; diakses
tanggal 27 September 2010) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan
masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain : (1) Sikap ingin tahu : apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya;
senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan
alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan
gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. (2) Sikap kritis : Tidak
langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan
menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling
benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya
berdasarkan bukti-bukti yang kuat. (3) Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana
adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya
sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan
kepentingan dirinya sebagai subjek. (4) Sikap ingin menemukan : Selalu
memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-
eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi
yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. (5) Sikap menghargai karya orang
lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya,
menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. (6)
Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –
kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha
bekerja dengan teliti. (7) Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain
sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon
negatif terhadap pendapatnya.
Dengan demikian sikap ilmiah dapat didifinisikan sebagai kecenderungan individu
untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
melalui langkah-langkah ilmiah.
8. Gaya Belajar.
Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal
(Nasution, 1982:94). Tidak semua orang mengikuti cara yang sama. Masing –
masing menunjukkan perbedaan, gaya belajar ini berkaitan dengan erat dengan
pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi dengan oleh pendidikan dan riwayat
perkembangannya.
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan
antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari
perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru.
Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan
dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu
tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa
sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik dirinya. Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara
belajar seperti disebutkan diatas, menurut De Porter & Hernacki (2001) dalam
http://prayudi.wordpress.com/2007/11/27/gaya-belajar-individu/ (online ; diakses
tanggal 27 September 2010) adalah sebagai berikut:
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual. Individu yang
memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku
sebagai berikut: (1) rapi dan teratur (2) berbicara dengan cepat (3) mampu membuat
rencana jangka pendek dengan baik (4) teliti dan rinci (5) mementingkan penampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(6)lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar (7)
mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual (8) memiliki kemampuan mengeja
huruf dengan sangat baik (9) biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau
suara berisik ketika sedang belajar (10) sulit menerima instruksi verbal (oleh karena
itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis) (11) merupakan pembaca yang cepat
dan tekun (12) lebih suka membaca daripada dibacakan (13) dalam memberikan
respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan
menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan (14) jika sedang
berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara (15)
lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain (16) sering menjawab
pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak’ (17) lebih suka
mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah (18) lebih tertarik pada
bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik (19) seringkali tahu apa yang
harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan
ciri-ciri perilaku sebagai berikut: (1) sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja
(2) mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik (3) lebih senang
mendengarkan (dibacakan) daripada membaca (4) jika membaca maka lebih senang
membaca dengan suara keras (5) dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan
warna suara (6) mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai
dalam bercerita (7) berbicara dalam irama yang terpola dengan baik (8) berbicara
dengan sangat fasih (9) lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
(10) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
apa yang dilihat (11) senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara
panjang lebar (12) mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang
berhubungan dengan visualisasi (13) lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-
kata dengan keras daripada menuliskannya (14) lebih suka humor atau gurauan lisan
daripada membaca buku humor/komik.
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan
ciri-ciri perilaku sebagai berikut: (1) berbicara dengan perlahan (2) menanggapi
perhatian fisik (3) menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka (4)
berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain (5) banyak gerak fisik (6)
memiliki perkembangan otot yang baik (7) belajar melalui praktek langsung atau
manipulasi (8) menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung (9)
menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca (10)
banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal) (11) tidak dapat duduk diam di
suatu tempat untuk waktu yang lama (12) sulit membaca peta kecuali ia memang
pernah ke tempat tersebut (13) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi (14)
pada umumnya tulisannya jelek (15) menyukai kegiatan atau permainan yang
menyibukkan (secara fisik) (16) ingin melakukan segala sesuatu. Dengan
mempertimbangkan gaya belajar siswa, dan pada materi laju reaksi siswa yang
memiliki gaya belajar visual, audotorial, dan kinestetik tidak akan mengalami
kesulitan dalam belajar dengan metoda eksperimen dengan LKS dan diagram Vee, ke
ketiga karakteristik gaya belajar bisa menguatkan satu dengan yang lain. Dalam
penelitian ini peneliti menggelompokkan (lebih memperhatikan) siswa dalam gaya
belajar visual dan kinestetik, karena siswa yang bergaya belajar audotorial salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
karakteristiknya suka berdiskusi, sehingga siswa dengan gaya belajar audotorial bisa
masuk dalam kelompok gaya belajar visual atau kinestetik.
9. Prestasi Belajar
Prestasi belajar bersal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar
(achievemen) berbeda dengan dengan hasil belajar (learning outcome), prestasi
belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar
meliputi aspek pembentukkan watak siswa. Kata prestasi banyak digunakan dalam
berbagai bidang dan kegiatan antara lain kesenian, olah raga, dan pendidikan
khususnya pembelajaran. Zaenal Arifin dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran
(2009:12) menyatakan fungsi utama prestasi belajar antara lain : (1) Sebagai
indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai pesrta didik. (2)
sebagai lambang pemuasan hsrat ingin tahu. (3) Sebagai bahan informasi
pendidikan, asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong peserta
didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai
umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. (4) sebagai indikator
inter dan ekstern dari institusi pendidikan. (5) Dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik.
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan– perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Adapun prestasi dapat diartikan
hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak
orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah
menyerap pengetahuan. Belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan–
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman secara langsung maupan
tidak langsung.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan.
Muray dalam Beck (1990 : 290) (http://sunartombs.wordpress.com/2009
/01/05/pengertian-prestasi-belajar/) (online ; diakses tanggal 27 September 2010)
mendefinisikan prestasi sebagai berikut : “To overcome obstacle, to exercise power,
to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”. “Kebutuhan
untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan
sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan.
Gagne (1985) dalam Ratna Wilis (1989,135) menyatakan bahwa prestasi belajar
dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom (1956) dalam Zaenal
Arifin (2009:21) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga domain yaitu kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
afektif dan psikomotorik. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang
kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang yang sukar.
Adapaun domain tersebut adalah sebagai berikut : Domain kognitif (cognitive
domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan yaitu pengetahuan
(knowledge), pemahaman (coprehension), penerapan (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Domain afektif (affective)
yaitu internalisasi sikap yang menunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi
bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap
sihingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan
tingkah laku. Domain Afektif terdiri atas beberapa jenjang kemapuan yaitu :
kemampuan menerima (receiving), kemampuan menanggapi/menjawab
(responding), menilai (valuing), organisasi (organization). Domain psikomotor
(psychomotor domain), yaitu kemampuan siswa yang berkaitan dengan gerakan
tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan
gerakan yang kompleks.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti
proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen
yang relevan. Menurut Zaenal Arifin (2009:3) tes adalah alat pengumpul data yang
dirancang secara khusus, kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir soal yang
dipergunakan. Rumusan ini lebih berfokus pada tes sebagai alat pengumpulkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam penelitian dan juga dalam prosedur
evaluasi. Untuk mengumpulkan data evaluasi tentu memerlukan alat, antara lain tes.
Tes dapat berupa pertanyaan, setiap jenis pertanyaan yang digunakan , rumusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pertanyaan yang diberikan, pola jawaban yang disediakan atau dirancang harus
memenuhi suatu perangkat criteria yang ketat, demikian pula waktu yang disediakan
untuk menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggara tes diatur secara khusus.
Dengan demikian fungsi tes adalah sebagi alat ukur.
Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar
merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor
kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur
dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai
pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi belajar dalam
penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran, yang
meliputi prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.
10. Materi Laju Reaksi Kimia
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi merupakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dengan
pelarut, jadi kosentrasi menunjukkan kepekatan suatu larutan. Salah satu cara untuk
menunjukkan hubungan tersebut adalah didefinisikan sebagai banyaknya mol zat
terlarut per liter larutan dan dapat disingkat M.
Konsentrasi dapat ditandai sebagai [ … ]
Contoh 1.
Konsentrasi zat X = 0,25 mol/liter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dapat di tulis [X] = 0,25 mol/liter,artinya di dalam tiap liter larutan
Terdapat 0,25 mol zat X.
Contoh 2.
2,5 gram NaOH (Mr = 40 ) terdapat dalam 100mL, maka konsentrasinya
dapat ditentukan berikut.
Mol NaOH = (2,5/40) mol = 0,0625 mol
Maka [NaOH] = 0,0625 mol/0,1 L atau M.
Laju Reaksi
Besi sangat lambat berekasi dengan oksigen diudara terbuka; tetapi dalam air
perkaratan besi akan berlangsung lebih cepat. Perbedaan proses reaksi tersebut
adalah jumlah waktu untuk bereaksi yang berbeda berarti kecepatan setiap reaksinya
berbeda. Kecepatan reaksi kimia, sangat penting didalam industri kimia dan tidak
cukup hanya mengubah satu zat menjadi zat lain. Mereka ingin memperoleh hasil
industri secara cepat, mudah dan murah, untuk itu perlu mempercepat reaksi,
sehingga hasilnya ekonomis dan prosesnya efesien.
Disamping dalam proses industri banyak reaksi-reaksi yang menggunakan
katalis antara lain reaksi-reaksi metabolisme dalam tubuh termasuk replikasi dari
DNA membentuk gen-gen dalam inti sel. Katalis dalam proses biologi disebut enzim.
Kecepatan suatu reaksi tergantung pada sifat karakteristik zat yang bereaksi dan
kondisi yang menyertai berlangsungnya reaksi. Reaksi yang memerlukan banyak
waktu, berarti reaksi berlangsung lama atau kecepatan reaksi rendah atau sebaliknya.
Dari hal-hal diatas dapat diperoleh suatu permasalahan yang menyangkut kecepatan
reaksi yaitu :1. Bagaimana kecepatan reaksi itu dapat diukur ? 2. Apakah faktor-
faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi dan apa pengaruhnya terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kecepatan reaksi ? 3. Bagaimana hubungan kecepatan reaksi dengan faktor-faktor
Yang mempengaruhinya ? 4. Apa yang terjadi pada molekul pereaksi sehingga
berubah menjadi molekul hasil reaksi ?
Keenan (1984:516) Laju reaksi atau kecepatan reaksi adalah perubahan
konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi dalam satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat
dinyatakan sebagai laju pengurangan konsentrasi suatu pereaksi, atau laju
Pertumbuhan konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam
satuan mol per liter (M). Laju reaksi dirumuskan sebagai berikut:
Reaksi : R P
v = - tRDD ][
atau v = + tPDD ][
Laju berlangsungnya suatu reaksi dapat diikuti dengan mengamati perubahan-
perubahan yang menyertai reaksi tersebut, misalnya: perubahan warna, terbentuknya
endapan, perubahan volume dan tekanan (untuk reaksi gas), perubahan konsentrasi
dan sebagainya.
Sebagai contoh untuk reaksi antara :
Tabel 2.2. Reaksi logam Mg dengan HCl
Logam Mg dengan larutan HCl
dapat diamati dengan mengukur kecepatan terbentuknya gas H2 atau mengukur waktu yang diperlukan untuk menghabiskan sejumlah logam Mg
Padatan CaCO3 dengan larutan HCl
Dapat diamati dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk menghabiskan sejumlah CaCO3 atau mengukur waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah volum gas CO2
Laju reaksi kimia tergantung pada berbagai faktor diantaranya sifat zat
pereaksi, luas permukaan bidang sentuhan, konsentrasi pereaksi, suhu pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
berlangsungnya reaksi dan ada tidaknya katalis.
Teori Tabrakan (Tumbukan)
Reaksi kimia dapat terjadi karena adanya tumbukan molekul reaktan.
Mengapa konstanta kecepatan reaksi kimia besarnya tergantung dari suhu, juga dapat
dijelaskan dengan teori tumbukan molekul. Hasil pengamatan menyatakan bahwa
hanya sebagian kecil molekul dari tumbukan molekul reaktan yang efektif yang
membentuk reaksi kimia. Ada 2 faktor yang menyebabkan molekul-molekul reaktan
yang bertumbukan menghasilkan reaksi. 1) Hanya molekul yang mempunyai energi
dalam lebih tinggi atau sama dengan energi aktivasi dari reaktan yang dapat
menghasilkan reaksi kimia (lebih tinggi dari energi aktivasi reaktan). 2)
Kebolehjadian suatu tumbukan molekul untuk menghasilkan reaksi kimia tergantung
dari orientasi molekul yang bertumbukan.
Tenaga minimal molekul yang harus dimiliki untuk dapat bereaksi disebut
energi aktivasi. Harga energi aktivasi setiap reaksi berbeda-beda. Energi kinetik gas
selalu berubah sehingga tumbukan antar partikel pereaksi juga berubah. Prosentase
tumbukan antar partikel tersebut makin banyak dengan adanya kenaikan suhu. Bila
partikel-partikel reaktan memiliki energi kinetik lebih tinggi dari energi aktivasi
reaksi. Perubahan kimia hanya terjadi bila partikel-partikel reaktan memiliki suatu
energi kinetik minimum, yang sama atau sedikit lebih tinggi dari energi aktivasi.
Suatu alternatif terpenting dari teori tumbukan telah dikembangkan oleh Henry
Eyring (1901 - 1981). Teori ini telah di pusatkan pada species antara yang disebut
Kompleks Teraktivasi, yang terbentuk selama tumbukan. Menurut teori kinetik gas
bila suhu dinaikan maka molekul reaktan memperoleh distribusi energi. Energi
kinetik molekul bertambah dan molekul bergerak lebih cepat, akibatnya frekwensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tumbukan molekul meningkat.
Contoh :
+ A2 B2 A2B2 2 AB pereaksi kompleks teraktivasi hasil reaksi
gambar 2.2 Mekanisme suatu reaksi
Frekwensi tumbukan molekul, juga tergantung dari kecepatan gerak molekul dan
luas permukaan. Menurut teori kinetik pada suhu 25oC jika suhu dinaikan 10oC,
maka frekwensi tumbukan bertambah 2%. Contoh lain yang dapat kita nyatakan
adalah reaksi dari gas NO dan gas Cl2 suhu reaksi dinaikan dari 25oC menjadi 35oC,
data menunjukan bahwa pada reaksi gas :
NO(g) + Cl2(g) ® NOCl2(g) + Cl(g)
Pada suhu 25oC reaksi molekul yang teraktifan = 1,2 x 10-15 molekul pada suhu 35oC
menjadi 3,8 x 10-5 molekul. Jadi hampir tiga kali lipat pada kenaikan suhu 10oC.
Sekarang sudah di mengerti bahwa kenaikan suhu akan mempengaruhi jumlah
partikel yang memiliki energi kinetik sama dengan atau lebih besar dari energi
pengaktifan semakin besar. Dengan demikian harga konstanta kecepatan reaksi juga
semakin besar dan kecepatan reaksi juga akan semakin cepat.
Hubungan antara energi kinetik molekul dengan reaksi molekul dalam suatu
reaksi dengan adnya kenaikan suhu (perbedaan suhu) dapat dilihat dalam grafik
dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Jumlah partikel Energi aktivasi T1 Ea1 > Ea2
T2 T1 < T2 Ea1
Ea2
Energi dalam partikel
Gambar 2.3. Pengaruh suhu pada laju reaksi
Walaupun pengaruh suhu terhadap energi kinetik partikel-partikel pereaksi
sangat kecil, ternyata pengaruh perubahan suhu terhadap kecepatan reaksi dapat
diamati. Pada umumnya pengamatan dilakukan setiap suhu naik 10oC. Bagaimana
hubungan antara kecepatan reaksi dengan kenaikan suhu setiap 10oC
Laju suatu reaksi dipengaruhi adanya katalis
Katalis biasanya didefinisikan sebagai zat yang dapat mempercepat jalannya reaksi,
tetapi tidak mengalami perubahan yang kekal dalam reaksi itu. Artinya katalis
dibutuhkan untuk mempercepat jalannya suatu reaksi dan ikut dalam mekanisme
reaksi, tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam tubuh kita reaksi kimia selalu menggunakan katalis untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalis dalam tubuh lebih kita kenal sebagai enzim.
Katalis juga banyak digunakan dalam industri misalnya dalam pembuatan margarin
dari minyak kelapa, reaksi hidroginasi dalam penyulingan minyak bumi, pembuatan
amoniak dan asam sulfat pada industri pupuk dan lain-lain.
Perhatikan ilustrasi mekanisme reaksi terkatalis dan tidak terkatalis dalam
pembentukan SO3 berikut.
2 SO2(g) + O2(g) ® 2 SO3(g) berlangsung lambat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Reaksi dengan katalis 2 SO2(g) + 2 V2O5(s) ® 2 SO3(g) + 2 V2O4(s) 2 V2O4(s) + O2(g) ® 2 V2O5(s) 2 SO2(g) + O2(g) ® 2 SO3(g) berlangsung cepat
Secara grafik energi kinetik partikel dapat digambarkan sebagai:
Komplek teraktivasi Reaksi tanpa katalis Ea1
Energi aktvasi reaksi tanpa katalis Energi aktivasi reaksi terkatalis 2
SO3(g) + O2(g) + V2O4(s) Energi aktivasi reaksi terkatalis 1
Ea2
SO2(g) + O2(g) + V2O5(s)
SO3(g) + V2O5(s)
Gambar 2.4. Pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi
Pada umumnya kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Untuk
reaksi antara zat A dengan zat B dalam sistem homogen, seringkali hubungan antara
kecepatan reaksi dengan konsentrasi ialah :
n disebut tingkat reaksi terhadap A dan m disebut tingkat reaksi terhadap B.
Sedangkan jumlahnya (n+m), disebut tingkat reaksi total atau tingkat reaksi. Harga n
dan m tidak dapat ditentukan dengan hanya melihat persamaan reaksi, tetapi hanya
dapat ditentukan dengan menafsirkan data eksperimen.
Kecepatan reaksi = k [A]n [B]m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Makna Orde Reaksi:
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi
diantaranya:
Orde nol : laju reaksi tidak dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi pereaksi
(laju reaksi berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi pereaksi
pangkat nol).
V = k (A)o
Orde Satu : laju reaksi berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi pereaksi
pangkat satu
V = k (A)1
Orde dua : laju reaksi berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi pereaksi
pangkat dua
V = k (A)2 atau
v = k (A)(B) Reaksi tingkat 1 terhadap (A) dan (B), orde reaksinya
(tingkat reaksi totalnya) = 1 + 1 = 2
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian
terdahulu yang ada hubungannya (yang relevan) dengan penelitian yang akan
dilakukan, agar dapat memberikan gambaran yang jelas, diantaranya adalah :
1. Nurratri Kurnia Sari. 2010. Metode Demonstrasi melalui Media Video CD
Interaktif dan Game Education ditinjau dari Gaya Belajar dan Sikap Ilmiah.
Relevansi dengan penilitan ini adalah sama-sama dalam pembelajaran kimia
dengan materi laju reaksi, dan juga pada variable moderator yaitu tentang gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
belajar dan sikap ilmiah, perbedaannya pada metode pembelajara, penelitian yang
dilakukan Nurratri Kurnia Sari menggunakan Metode Demonstrasi melalui Media
Video CD Interaktif dan Game Education, sedangkan peneliti menggukan metoda
eksperimen dengan LKS dan diagram Vee .
2. Ristitiati Agus Sulistiowati. 2007. Pengaruh Penggunaan Modul Praktikum
dilengkapi Diagram Vee dan Suplemen pada Pelaksanaan Praktikum Kimia Dasar
I terhadap Prestasi Belajar Laboratorium dengan Memperhatikan Kemandirian
Siswa.
Relevansi dengan penilitan ini adalah sama-sama dalam pembelajaran kimia
namun berbeda dalan hal bahasan materinya. Penelitian yang dilakukan Ristitiati
Agus Sulistiowati pada materi kesetimbangan kimia, sedang peneliti pada materi
laju reaksi. Relevansi yang lain adalah sama-sama menggunakan diagram Vee.
Variable moderator kemandirian siswa dalam penelitian yang dilakukan Ristitiati
Agus Sulistiowati berbeda dengan peneliti, yaitu sikap ilmiah dan gaya belajar
siswa.
3. Yulia Saraswati. 2009. Pembelajaran Fisika melelui Inkuiri Terbimbing dengan
Metode Eksperimen dan Demonstrasi ditinjau dari Kemampuan Awal dan
Perhatian Siswa.
Relevansi dengan penilitan ini adalah pada metode eksperimen, sedang
perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan Yulia Saraswati pada materi
pelajaran Fisika dengan metode yang kedua demonstrasi dengan variabel
moderator kemampuan awal dan perhatian siswa, sedang peneliti menggunakan
materi pelajaran kimia, dengan metode yang kedua eksperimen dengan diagram
Vee dan variabel moderator sikap ilmiah dan gaya belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4. Suyadi. 2008. Pengaruh Pembelajaran Penemuan Fisika pada Kinematika Gerak
Lurus melalui Metode Eksperimen dan Demonstrsi terhadap Prestasi Belajar
ditinjau dari Motivasi Berprestasi.
Relevansi dengan penilitan ini adalah pada metode eksperimen, sedang pada
materi pelajarannya berbeda penelitian yang dilakukan Suyadi adalah fisika,
sedang peneliti pada mata pelajar kimia, penelitian yang dilakukan Suyadi pada
metode yang ke dua metode demonstrasi dan variable moderatornya juga berbeda,
sedang peneliti menggunakan metode eksperimen dengan diagram Vee, dan
variable moderator sikap ilmiah dan gaya belajar siswa.
5. Muhamad Yasin Kholifudin. 2009. Pembelajaran Fisika melelui Inkuiri
Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi ditinjau dari Gaya
Belajar dan Motivasi Belajar Siswa.
Relevansi dengan penilitan ini adalah pada metode eksperimen dan gaya belajar
siswa, sedang perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan Muhamad Yasin
Kholifudin pada materi pelajaran Fisika dengan metode yang kedua demonstrasi
dengan variabel moderator yang ke dua motivasi belajar siswa, sedang peneliti
menggunakan materi pelajaran kimia, dengan metode yang kedua eksperimen
dengan diagram Vee dan variabel moderator yang ke dua sikap ilmiah siswa.
6. Piyush Swami, dan Robert Shields, GOWIN’S Knowledge Vee : Using To
Improv Preservice Teachers Abiliyy For Conducting ang Directing
Sience Investigations. University of Cincinnati, University of Akron
7. Felix U. 2005. Do Learning & Teaching Styles Affect Students’ Performance? An
Empirical Study. Kamuche: Morehouse College.
8. Marino C. Alvarez, 2007. The Use Of Vee Diagrams With Third Graders As A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Metacognitive Tool For Learning Science Concepts. Tennessee , Tennessee State
University Nashville
9. Rita Dunn, Shirley A. Griggs, Jeffery Olson, Mark Beasley,A Meta-Andytic Validation
of the Dunn and Dunn Model of Learnjng-Style Preferences, Jamaica, St.
John’s University,
10. Karoline Afamasaga-Fuata’i , 2004. Consept Maps & Vee Diagrams as Tools
for Learning New Mathematics Topics, England, University of New England
C. KERANGKA BERFIKIR
1. Pengaruh metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee terhadap
prestasi belajar siswa.
Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa
agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide.
Metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee termasuk pembelajaran
yang berbasis pembelajaran kontekstual. Sesuai karakteristik pembelajaran
kontekstual maka materi laju reaksi yang memiliki karakteristik kompleks dan
memerlukan pengamatan, banyak peristiwa yang berkenaan dengan laju reaksi
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sesuai bila disampaikan dengan metode
eksperimen dengan LKS dan diagram Vee . Kelebihan eksperimen dengan LKS anak
akan bekerja dengan urutan kerja yang sudah ada dalam LKS, kegiatan bisa sesuai
dengan alokasi waktu yang ada, kekurangannya anak tidak bisa mengembangkan ide-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
idenya. Sedangkan kelebihan eksperimen dengan diagram Vee siswa agar benar-
benar dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah, kekurangan
nya adalah kegiatan memerlukan waktu yang lebih banyak karena eksperimen bisa
dilakukan berulang-ulang.
Konsep dan karakteristik pembelajaran dengan metode eksperimen dengan diagram
Vee adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang komplek. Fokus pembelajaran terletak
pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan
pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan bermakna yang lain,
memberi kesempatan pembelajar bekerja secara individu atau kelompok,
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya
menghasilkan produk nyata. Secara umum pengertian eksperimen dengan LKS
adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai
pembuktian, pengecakan bahwa teori yang sudah idibicarakan itu memang benar.
Sering disebut metode laboratorium karena percobaannya biasanya dilakukan di
laboratorium. Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi
lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Dari uraian
diatas maka dapat diduga ada perbedaan antara metode eksperimen dengan LKS
dengan metode eksperimen dengan diagram Vee terhadap prestasi belajar siswa
2. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
Sikap ilmiah dapat didifinisikan sebagai kecenderungan individu untuk bertindak
atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui
langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah antara lain: (1) sikap ingin tahu (2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sikap kritis , (3) sikap obyektif, (4) sikap ingin menemukan, (5) sikap menghargai
karya orang lain (6) sikap terbuka, (7) sikap tekun . biasanya siswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi akan memperoleh prestasi belajar laju reaksi yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah ( antara lain kurang tekun, tidak
bersifat obyektif dan terbuka, tidak mau menghargai penpadat orang lain , tidak mau
menerima saran dan kritik orang lain ).
Dengan demikian dapat diduga ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
siswa.
3. Pengaruh Gaya Belajar (gaya belajar visual dan kinestetik) siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
Gaya Belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal
(Nasution, 1982:94). Siswa yang memiliki gaya belajar visual yang memegang
peranan penting adalah mata/penglihatan/visual, dalam hal ini metode pengajaran
yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak menggunakan alat, bahan, atau media
yang lain, ajak mereka ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut,
sedang anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui gerak,
menyentuh dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam
karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa
yang mempunyai gaya belajar kinestetik mempunyai ciri-ciri : a. selalu berorientasi
pada fisik b. belajar melalui manipulasi dan praktek c. menyukai buku-buku yang
berorientasi pada alur dan isi, d. ingin melakukan segala sesuatu. Bruner
menganggap , bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dalam memahami materi laju reaksi membutuhkan gaya belajar kinestetik dan visual
melalui eksperimen. Dengan demikian dapat diduga ada pengaruh gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa.
4. Interaksi antara metode pembelajaran terhadap sikap ilmiah.
Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dengan LKS dan diagram
Vee memerlukan ketekunan, kemampuan dalam menemukan dan memecahkan
masalah, keaktifan kerja kelompok, untuk dapat menghasilkan karya yang optimal.
Dengan demikian dapat diduga bahwa ada interaksi antara pembelajaran dengan
metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee terhadap prestasi belajar.
5. Interaksi antara metode pembelajaran terhadap gaya belajar.
Dalam pembelajaran dengan metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
membutuhkan gaya belajar siswa baik gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik
untuk memahami materi laju reaksi yang juga bersifat abstrak. Pada pembelajaran
dengan metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee siswa yang mempunyai
gaya belajar kinestetik yang mempunyai ciri belajar melalui gerak, menyentuh dan
melakukan diharapkan dapat memahami materi laju reaksi yang bersifat abstrak. Dan
juga siswa yang mempunyai gaya belajar visual yang mempunyai ciri memegang
peranan penting adalah mata/penglihatan/visual diharapkan dapat mentranformasikan
materi laju reaksi yang bersifat abstrak.
Maka diduga ada interkasi antara pembelajaran dengan metode eksperimen dengan
LKS dan diagram Vee dengan gaya belajar siswa.
6. Interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar
siswa. Pemahaman materi laju reaksi yang bersifat abstrak membutuhkan sikap
ilmiah dan gaya belajar kinestetik dan visual. Karena dengan sikap ilmiah, siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dapat menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan
memecahkan soal. Sikap ilmiah siswa dapat berkembang apabila mereka dapat
merealisasikan gaya belajar mereka masing-masing dalam menstraformasikan
konsep-konsep laju reaksi dengan baik. Jadi diduga ada interaksi antara sikap ilmiah
dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajarnya.
7. Interaksi antara metode pembelajaran, sikap ilmiah, dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran, sikap ilmiah,
dan gaya belajar metode. Eksperimen dengan LKS mempunyai keunggulan antara
lain : meningkatkan motivasi, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
meningkatkan kolaborasi (kerjasama), membuktikan teori atau hukum, Sedangkan
pada metode eksperimen dengan diagram Vee siswa lebih mandiri dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu eksperime. Mengingat karakteristik materi
laju reaksi yang bersifat abstrak, pada proses pembelajaran memerlukan sikap ilmiah
dan gaya belajar sehingga siswa dapat mentransformasikan konsep laju reaksi
dengan baik. Dalam pembelajaran pada materi laju reaksi akan lebih bermakna
dengan menggunakan metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee karena
penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee juga memerlukan
sikap ilmiah dan gaya belajar.
Dengan demikian dapat diduga bahwa ada interaksi antara pembelajaran dengan
metode Eksperimen dengan LKS dan dengan diagram Vee, sikap ilmiah dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar siswa.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
1. Ada pengaruh penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
terhadap prestasi belajar materi laju reaksi.
2. Ada pengaruh sikap ilmiah yang tinggi dengan sikap ilmiah yang rendah
terhadap prestasi belajar materi laju reaksi
3. Ada pengaruh siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik dan visual
terhadap prestasi belajar materi laju reaksi.
4. Ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan diagram
Vee dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
5. Ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan diagram
Vee dengan gaya belajar siswa.
6. Ada interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar.
7, Ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan diagram
Vee, dan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Ponorogo jl. Budi Utomo 1 Ponorogo
Propinsi Jawa Timur pada tahun ajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian secara sistematis dituangkan pada tabel 3.1
Tabel 3.1: Alokasi Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan / th 2010-2011
Mei 10
Jun 10
Juli 10
Agt 10
Sep 10
Okt 10
Nop 10
Des 10
Jan 11
Feb 11
1 Penyusunan proposal
X X X X
2 Pembibingan proposal
X X
3 Penyusunan instrumen
X
4 Seminar proposal X X
5 Penyempurnaan proposal
X
6 Analisis Ujicoba Instrumen
X
7 Pelaksanaan penelitian
X X
8 Pembimbingan Pengolahan Data
X X
9 Penulisan laporan Bab IV dan V
X
10 Ujian Tesis X
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Pengambilan data dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2010/ 2011.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap
pelaksanannya sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal, perijinan penelitian, dan konsultasi instrumen penelitian.
b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian
yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan
dengan alokasi waktu penyampaian materi pokok laju reaksi.
c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen . Dalam penelitian ini ada 2 kelompok, kelompok pertama diberikan
perlakuan dengan metode eksperimen dengan LKS dan kelompok yang kedua
diberikan perlakuan dengan metode eksperimen dengan diagram Vee. Kedua
kelompok itu diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda
dalam penggunaan metode pembelajaran, sikap ilmiah, dan gaya belajar. Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan rancangan anava
tiga jalan. Tujuan terletak pada penemuan fakta-fakta akibat perbedaan penggunaan
metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee, sikap ilmiah dan gaya belajar
sebagai variabel bebas dan prestasi belajar siswa sebagai variabel terikat. Dengan
rancangan faktorial Anava tiga jalan, yaitu suatu rancangan penelitian yang
digunakan untuk meneliti perbedaan perlakuan pembelajaran yang menggunakan
metode eksperimen dengan LKS dan metode eksperimen dengan diagram Vee
yang dihubungan dengan sikap ilmiah yang dikategorikan kedalam sikap ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tinggi dan rendah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2. Tabel Rancangan Analisis Data Penelitian
Sikap ilmiah B
Metode Pem belajaran (A) Gaya belajar (C)
Metode Eksperimen LKS (A1)
Metode Eksperimen Diagran Vee
(A2)
Visual (C1) A1B1C1 A2B1C1 Sikap ilmiah Tinggi (B1) Kinestetik (C2) A1B1C2 A2B1C2
Visual (C1) A1B2C1 A2B2C1 Sikap ilmiah Rendah (B2) Kinestetik (C2) A1B2C2 A2B2C2
Keterangan:
A : metode pembelajaran
B : sikap ilmiah
C : gaya belajar
Rancangan penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri atas 8 sel. Secara
umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
A1B1C1 = kelompok siswa yang diajar dengan Metode Eksperimen dengan LKS
pada Sikap Ilmiah Siswa Tinggi dan Gaya Belajar Visual, ada 9 siswa.
C. VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini variabel yang dipakai dalam penelitian ini mencakup 3
variabel bebas dan 1 variabel terikat, yaitu :
1) Variabel Bebas : yaitu variabel yang dipilih untuk diketahui pengaruhnya
terhadap variabel terikat.
Pada penelitian ini variabel bebas adalah :
metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2) Variabel Moderator
a. sikap ilmiah
b. gaya belajar
3) Variabel terikat : yaitu variabel kehadirannya dipengaruhi oleh variabel bebas
Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah prestasi belajar kimia pada materi
laju reaksi.
1. Definisi Operasional variabel Penelitian
a. variabel bebas
1). Metode Pembelajaran
Metode Eksperimen dengan LKS adalah metode mengajar yang mengajak siswa
untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang
sudah dibicarakan itu memang benar, dalam melakukan percobaan dilengkapi
dengan LKS ( lembar kerja siswa). Sering disebut metode laboratorium karena
percobaannya biasanya dilakukan di laboratorium.
Metode Eksperimen dengan diagram Vee adalah metode mengajar yang
mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa
teori yang sudah dibicarakan itu memang benar, dalam melakukan percobaan tidak
dilengkapi dengan LKS (lembar kerja siswa) dan menggunakan diagram Vee.
2). Sikap ilmiah
Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk
bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah.
3). Gaya belajar
Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan seorang murid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan
memecahkan soal/masalah.
b. Variabel terikat
Prestasi belajar
Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai
akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran kimia materi laju reaksi kelas XI
IPA semester 1, yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan
dalam bentuk nilai. Prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu
aspek kognitif, psikomotor dan aspek afektif.
2. Skala pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian
Variabel sikap ilmiah dan gaya belajar siswa berskala pengukuran ordinal
yang dibedakan menjadi kategori tinggi rendah dan visual kenestetik. Perbedaan
kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan
skor sama dan diatas skor rata-rata dimasukkan kedalam kategori tinggi, sedangkan
siswa dengan perolehan skor dibawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori
rendah.
D. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester 1 SMA
Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri atas 6 kelas, karena semua
kelas menggunakan kurikulum yang sama, alokasi waktu dan materi yang sama pula.
Dengan demikian setiap kelas mempunyai peluang yang sama untuk diteliti. Kelas
IPA 2 adalah kelas eksperimen dengan metode eksperimen menggunakan diagram
Vee dan Kelas XI IPA 4 adalah kelas eksperimen dengan metode eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
menggunakan LKS.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pemilihan acak (cluster
sampling), melalui langkah-langkah sebagai berikut : a) Menggunakan data nilai
ulangan harian mata pelajaran kimia semester 1 kelas XI pada materi sebelumnya,
kemudian menentukan nilai rata-rata kelas, b) Mengelompokkan kelas yang nilai
rata-ratanya hampir sama, c) mengambil 2 kelas secara acak/random dari kelas yang
mempunyai nilai rata-rata hampir sama untuk dijadikan kelas eksperimen
dengan menggunakan metode eksperimen menggunakan LKS dan kelas eksperimen
dengan metode eksperimen menggunakan diagram Vee.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran
Pada penelitian ini penulis menggunakan Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa
2. Instrumen Pengambilan Data.
Dalam pengambilan data instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar
ranah kognitif dan prestasi belajar ranah psokomotorik, angket ranah afektif,
angket sikap ilmiah, serta angket gaya belajar.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes dan angket.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar kognitif siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
pada materi pokok laju reaksi, pada kelas XI IPA semester 1 SMA Negeri I
Ponorogo tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Metode Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung
dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan
jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data skor sikap ilmiah dan
gaya belajar siswa serta nilai prestasi belajar psikomotorik dan afektif pada materi
laju reaksi.
G. UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji coba terlebih
dahulu pada kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Uji coba ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan instrumen
yang baik, diantaranya instrumen yang valid dan reliabel, serta untuk mengetahui
kualitas instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran
dan daya pembeda.
Pada penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif, soal pilihan ganda
dengan lima pilihan. Skala penilaian menggunakan skala 100, dengan penilaian
jawaban benar dibagi jumlah soal kemudian dikalikan 100. Sebelum digunakan
Dalam penelitian, instrumen penilaian kognitif diujicobakan terlebih dahulu untuk
menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal.
1. Uji validitas
Yang dimaksud dengan validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu
tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan silabus dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
indikator. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus Korelasi Produk
Moment sebagai berikut:
( )( )( ) ( )( )( ){ }å å åå
å åå--
-=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
xyr = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total.
N = banyaknya subyek
X = skor item
Y = skor total
Item dikatakan valid bila harga hitungr ñ otaltr kriteria.
Taraf signifikansi = 5%
Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan korelasi product moment pada
taraf signifikan 5% dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dikatakan valid apabila rxy > r tabel (0,312)
b. Dikatakan tidak valid apabila rxy < r tabel (0,312)
Hasil analisis validitas butir angket sikap ilmiah yang dilakukan di SMAN 1
Purwokerto kelas XI IPA dengan jumlah siswa 38 ditunjukkan pada table 3.4,
Jumlah soal 24, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy >
0,312. Adapun hasil validitas ditunjukkan pada tabel 3.3:
Tabel 3.3. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Sikap Ilmiah
No Soal Kesimpulan
Soal Valid 1, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 24
Dipakai
Soal Tidak Valid 2, 3, 9, 23 Diperbaiki, Jumlah 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Hasil analisis validitas butir angket gaya belajar yang dilakukan di SMAN 1
Purwokerto kelas XI IPA dengan jumlah siswa 38 ditunjukkan pada table 3.4,
Jumlah soal 50, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy >
0,312. Adapun hasil validitas ditunjukkan pada tabel 3.4 :
Tabel 3.4. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Gaya Belajar
No Soal Kesimpulan
Soal Valid
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39
Dipakai
Soal Tidak Valid 6, 12, 29, 40 Diperbaiki, Jumlah 50
Hasil analisis validitas butir soal tes kognitif yang dilakukan di SMAN 1
Purwokerto kelas XI IPA dengan jumlah siswa 38 ditunjukkan pada table 3.6,
Jumlah soal 25, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy >
0,312. Jumlah soal tes yang diujikan sebanyak 25 butir dan yang dipakai dalam
mengambil data tes prestasi kognitif sebanyak 25 butir. Adapun hasil kesimpulan
validitas soal tes prestasi kognitif ditunjukkan pada tabel 3.5:
Tabel 3.5. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif
No Soal Kesimpulan Jml Soal Valid 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24 dipakai 19
Soal Tidak Valid 4, 5, 6, 14, 23, 25 diperbaiki 6 Jumlah 25 25
Hasil analisis validitas butir angket afektif yang dilakukan di SMAN 1
Purwokerto kelas XI IPA dengan jumlah siswa 38 ditunjukkan pada table 3.7,
Jumlah soal 20, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy >
0,312. Adapun hasil kesimpulan validitas butir angket afektif ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pada tabel 3.6:
Tabel 3.6. Hasil Kesimpulan Validitas Butir Angket Afektif
No Soal Kesimpulan Jml Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 13, 15,
17, 18, 20, dipakai 15
Soal Tidak Valid 7, 10, 12, 16, 19 diperbaiki 5 Jumlah 20 25
2. Uji reliabilitas
Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal.
Suatu tes dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berulang-ulang.
Dalam penelitian ini untuk mengukur relibilitas instrumen, dilakukan uji reliabilitas
menggunakan rumus Kuder-Richarson (KR-20) sebagai berikut:
úúû
ù
êêë
é -úûù
êëé
-= å
21
21
11 1 S
pqS
nn
r
Keterangan:
11r = koefisien reliabilitas
n = jumlah item
p = proporsi subyek yang menjawab item soal dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item soal salah
S = standar deviasi
Dalam penelitian ini disebut reliable apabila hasil pengukuran yang mempunyai
indeks reliabel 0,70 atau lebih (tergantung jumlah sampel) ( r11 ≥0,70) ,( Budiono
2003;72)
Hasil analisis reliabilitas uji coba instrumen yang diujikan di SMAN 1 Purwokerto
kelas XI IPA dengan jumlah siswa 38, Kesimpulan reliabelitas dapat ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7. Hasil Kesimpulan Uji Reliabelitas
Angket
sikap Ilmiah
Angket
Gaya Belajar Tes Kognitif Tes Afektif
rtabel 0,70 0,70 0,70 0,70
r11 1,0 0,0,881 0,77 0,763
Baik angket maupun tes kognitif mempunya reliabelitas yang tinggi
3. Uji Taraf Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan
yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, dan harganya dapat dicari dengan
rumus: P = sJ
B
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab dengan benar
Js = jumlah seluruh peserta tes
Klasifikasi taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut : 1) kurang dari 0,25 : sukar,
2) 0,25 – 0,75 : cukup (sedang), 3) lebih dari 0,75 : mudah.
Hasil analisis derajat kesukaran atau indeks kesukaran soal tes prestasi
kognitif ditunjukkan dalam table . Kesimpulan indeks kesukaran digambarkan dalam
tabel 3.8
Tabel 3.8 Tabel Indeks Kesukaran
IK – IK Keterangan No Soal 0,76 - 1,00 Mudah 1, 14
0,25 - 0,75 Sedang/Cukup 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,16,17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
0,00 - 0,24 Sukar 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan yang
pandai (kemampuan tinggi) dan siswa yang kurang pandai (kemampuan rendah) .
Bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi dan dihitung dengan rumus:
ID = maksimalskorxNKBatauKAN
KBKA -
Keterangan :
ID : Indeks Diskriminasi
KA : Jumlah jawaban yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok atas
KB : Jumlah jawaban yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok bawah
NKA utau NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB x skor maksimal : Perbedaan jawaban dari siswa yang
tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh.
Hasil analisis daya beda soal tes prestasi kognitif ditunjukkan dalam table
Kesimpulan Daya Beda digambarkan dalam tabel 3.9
Tabel 3.9 Tabel Kesimpulan Daya Pembeda Soal
ID – ID Kualifikasi No Soal
0,80 – 1,00 Sangat membedakan 1,2,3,7,9,10,11,13,14,15,19,20,
21,22 0,21 – 0,79 membedakan 4,6,8,12,16,23,24
negatif – 0,2 kurang membedakan 5,17,18,25
Hasil analisis daya pembeda soal dari 25 butir soal tes prestasi kognitif
diantaranya 19 butir soal dengan kualifikasi cukup membedakan, 3 butir soal dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kualifikasi kurang membedakan dan 4 butir soal dengan kualifikasi tidak
membedakan.
Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda digunakan
untuk tes prestasi, sedang tes sikap ilmiah dan angket gaya belajar menggunakan uji
validitas dan uji reliabilitas. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian,
instrumen penilaian sikap ilmiah dan gaya belajar diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kualitas item angket, dengan menguji validitas dan reliabilitas.
H. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Kesamaan
Untuk menguji kesamaan atau kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok
digunakan uji-t dua pihak dengan menggunakan data nilai murni ulangan semester 1.
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : kemampuan awal siswa kelompok eksperimen-1 tidak berbeda dengan
kemampuan awal siswa kelompok eksperimen-2.
H1 : kemampuan awal siswa kelompok eksperimen-1 berbeda dengan kemampuan
awal siswa kelompok eksperimen-2.
Untuk perhitungan uji-t dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
MINITAB 15 dengan keputusan jika P-valaue > 0,05 maka Ho diterima artinya
kemampuan awal siswa kelompok eksperimen-1 tidak berbeda dengan kemampuan
awal siswa kelompok eksperimen-2. Hasil analisis uji-t secara lengkap sebagai
berikut:
Two-Sample T-Test and CI: NILAI ULANGAN SEMESTER-1, KELAS
EKSPERIMEN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Descriptive Statistics: NILAI ULANGAN SEMESTER-1
Total Variable Metode Count N N* Mean SE Mean StDev Variance Sum PRESTASI DiagramV 39 39 0 58.67 2.62 16.34 267.02 2288.00 LKS 38 38 0 62.74 2.40 14.80 218.90 2384.00 Variable Metode Minimum Q1 Median Q3 Maximum PRESTASI DiagramV 28.00 44.00 56.00 68.00 92.00 LKS 20.00 52.00 60.00 76.00 92.00 Two-sample T for NILAI ULANGAN SEMESTER-1
Metode N Mean StDev SE Mean DiagramV 39 58.7 16.3 2.6 LKS 38 62.7 14.8 2.4 Difference = mu (DiagramV) - mu (LKS) Estimate for difference: -4.07 95% CI for difference: (-11.15, 3.00) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.15 P-Value = 0.255 DF = 74
Hasil uji matching secara ringkas ditunjukkan pada tabel 3.10 sebagai
berikut:
Tabel 3.10. Hasil Uji macthing
Kelompok N Nilai Minimal
Nilai Maksimal
Mean SD Varians p-value
Eksperimen dg. LKS
38 20 92 62,7 16,3 267
Eksperimen dg. Diagram Vee
39 28 92 58,7 14,8 218,9 0,255
Dari hasil statistik diperoleh harga p-value = 0,255 karena p-value > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ho : diterima artinya kedua kelompok
mempunyai kesetaraan yang sama.
Analisis dalam penelitian ini dipakai analisis varian (anava) tiga jalan.
Sebagai prasyarat uji anava adalah sampel harus normal dan homogen
2. Uji Prasyarat Analisis
Sebagai uji prasyarat analisi dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
jalan dengan sel tak sama .
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung
menggunakan sofware MINITAB 15,0.
1). Prosedur penentuan Hipotesis :
Ho : data terdistribusi tidak normal
H1 : data terdistribusi normal
2). Statistik Uji
Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan –Joiners.
Uji normalitas variabel terikat prestasi belajar aspek kognitif dan aspek afektif
dengan menggunakan uji Ryan joiners (RJ) , yang perhitungannya dilakukan dengan
program MINITAB 15,0. Ketentuan pengambilan kesimpulan . Ho ditolak ketika P-
value>0,05. Tingkat signifikansi ( α) = 0,05
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dihgunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan
sofware MINITAB 15,0.
1). Prosedur Penentuan Hipotesis :
Ho : data tidak homogen
H1 : data homogen
2). Statistik Uji
2,303 X2 = [Σ fj.logMSerr - Σfj.logSj2] C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dalam penelitian ini uji homogenitas juga digunakan program MINITAB 15,0
Dalam Budiyono (2004 : 234) Ketentuan pengambilan keputusan , Ho ditolak ketika
P-value < 0,05 selain itu H1 tidak ditolak. Tingkat signifikansi (α) = 0,05.
3. Uji Hipotesis
a. Anava
Tabel 3.11. Tabel Rancangan Analisis Data Penelitian
Sikap ilmiah B
Metode Pem belajaran Gaya (A) belajar (C)
Metode Eksperimen LKS (A1)
Metode Eksperimen Diagran Vee
(A2)
Visual (C1) A1B1C1 A2B1C1 Sikap ilmiah Tinggi (B1) Kinestetik (C2) A1B1C2 A2B1C2
Visual (C1) A1B2C1 A2B2C1 Sikap ilmiah Rendah (B2) Kinestetik (C2) A1B2C2 A2B2C2
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi
efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel
bebas terhadap variabel terikat . Dari analisis data penelitian dapat ditentukan Ho
sebagai berikut :
1). HoA : Tidak ada perbedaan penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan
diagram Vee terhadap prestasi belajar.
H1A : Ada perbedaan antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan
diagram Vee terhadap prestasi belajar.
2). HoB : Tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah yang tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar.
H1B : Ada perbedaan antara sikap ilmiah yang tinggi dan rendah terhadap prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
belajar.
3). HoC : Tidak ada perbedaan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik
prestasi belajar.
H1C : Tidak ada perbedaan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik
prestasi belajar.
4). HoAB : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan
LKS dan diagram Vee dengan sikap ilmiah
H1AB : Ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan
diagram Vee dengan sikap ilmiah
5). HoAC : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS
dan diagram Vee dengan gaya belajar.
H1AC : Ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan
diagram Vee dengan gaya belajar.
6). HoBC : Tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok laju reaksi.
H1BC : Ada interaksi antara sikap ilmiah dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar.
7). HoABC : Tidak ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram
Vee, sikap ilmiah dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.
H1ABC : Ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram
Vee, sikap ilmiah dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.
b. Uji Lanjut :
Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan
pengambilan kesimpulan, Ho ditolak ketika P-value < 0,05 selain itu H1 akan
diterima. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. Jika dalam pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
hipotesis, hipotesis nol (Ho) ditolak berarti hipotesis alternatif (H1) diterima, maka
perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat yang diteliti. Uji lanjut dilakukan dengan Analysis of Mean (ANOM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA
A. DESKRIPSI DATA
Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba kesetaraan, Data
prestasi belajar kimia , data sikap ilmiah siswa, dan gaya belajar siswa. Berikut ini
diberikan uraian tentang data-data tersebut:
1. Data Prestasi Belajar Kimia Aspek Kognitif
Data hasil belajar yang berupa prestasi kognitif pada materi laju reaksi kimia
dianalisis dengan menggunakan analisis of variance (ANAVA) tiga jalan dengan isi
sel tak sama, dilanjutkan dengan uji lanjut (Uji Scheffe) yang diolah dengan bantuan
program Software MINITAB 15. Diperoleh data sebagai berikut :
ii. Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
Descriptive Statistics: Prestasi Kognitif - Metode
Variable Metode N N* Mean SE Mean StDev Sum Minimum Prestasi Kognitif DiagramV 39 0 68.97 2.42 15.11 2690.00 36.00 LKS 38 0 75.47 1.64 10.12 2868.00 52.00 Variable Metode Q1 Median Q3 Maximum Prestasi Kognitif DiagramV 60.00 68.00 84.00 96.00 LKS 68.00 72.00 81.00 92.00
Data prestasi belajar dari aspek kognitif terhadap metode pembelajaran dapat
ditunjukkan pada table 4.1.:
Tabel 4.1. Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kedua Metode
EKSPERIMEN dg. DIAGRAM Vee EKSPERIMEN dg.LKS N = 39 N = 38 SD = 15,11 SD = 10,12
= 68,97 = 75,47
= 2690
= 2686
MIN = 36 MIN = 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
MAX = 96 MAX = 92 Tabel 4.1 menunjukkan penguasaan konsep untuk kemampuan kognitif, pada
metode Eksperimen dengan LKS dengan jumlah siswa 38 diperoleh nilai minimum 52, nilai
maksimum 92 dengan rata-rata 75,47 dan standar deviasi 10,12 sedangkan pada metode
Eksperimen dengan Diagram Vee dengan jumlah siswa 39 diperoleh nilai minimum 36, nilai
maksimum 96 dengan rata-rata 68,97 dan standar deviasi 15,11. Distribusi frekuensi Prestasi
Kognitif siswa yang mendapat perlakuan dengan metode Eksperimen dengan LKS dan
Eksperimen dengan Diagram Vee dapat ditunjukkan pada Tabel 4.2. :
Tabel 4.2. Distribusi Frekunsi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Kedua Metode Eksperimen
EKSPERIMEN Dgn. DIAGRAM Vee EKSPERIMEN Dgn. LKS Niai interval Frekuensi Frek. Relatif Niai interval Frekuensi Frek. Relatif 32,5 – 37,5 1 2.56% 32,5 – 37,5 0 0.00% 37,5 – 42,5 1 2.56% 37,5 – 42,5 0 0.00% 47,5 – 52,5 5 12.82% 47,5 – 52,5 1 2.63% 52,5 – 57,5 1 2.56% 57,5 – 62,5 3 7.89% 57,5 – 62,5 4 10.26% 62,5 – 67,5 1 2.63% 62,5 – 67,5 6 15.38% 67,5 – 72,5 15 39.47% 67,5 – 72,5 8 20.51% 72,5 – 77,5 3 7.89% 77,5 – 82,5 3 7.69% 77,5 – 82,5 6 15.79% 82,5 – 87,5 2 5.13% 82,5 – 87,5 1 2.63% 87,5 – 92,5 7 17.95% 87,5 – 92,5 8 21.05% 92,5 – 97,5 1 2.56% 92,5 – 97,5 0 0.00%
39 100.00 38 100.00
1 0 09 08 07 06 05 04 0
1 6
1 4
1 2
1 0
8
6
4
2
0
1 0 09 08 07 06 05 04 0
D iag ram V
P r e s t a s i Ko g n it if
Fre
qu
en
cy
LK SM ean 68 .97S tD ev 15 .11N 39
D iag r a m V
M ean 75 .47S tD ev 10 .12N 38
L K S
H i s to g r a m o f P r e s ta s i K o g n i ti fNo rm a l
P a n e l va r ia b le : M e to d e
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Kedua Metode Eksperimen
Grafik Histogram Prestasi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Kedua
Metode Eksperimen dengan LKS dan diagram Vee ditunjukkan pada gambar 4.1. di
atas.
iii. Prestasi Belajar Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah
Descriptive Statistics: Prestasi Kognitif - Sikap Ilmiah
Sikap Variable Ilmiah N N* Mean SE Mean StDev Sum Minimum Prestasi Kognitif RENDAH 36 0 68.83 2.28 13.70 2478.00 36.00 TINGGI 41 0 75.12 1.90 12.19 3080.00 48.00 Sikap Variable Ilmiah Q1 Median Q3 Maximum Prestasi Kognitif RENDAH 60.00 68.00 80.00 92.00 TINGGI 68.00 72.00 88.00 96.00
Prestasi belajar dari Aspek kognitif siswa yang mempunyai sikap ilmiah
tinggi dan rendah dapat ditunjukkan pada Tabel 4.3. :
Tabel 4.3. Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
SIKAP ILMIAH RENDAH SIKAP ILMIAH TINGGI N = 37 N = 41 SD = 13,70 SD = 12,19
= 68,83 = 75,12
= 2478.00
= 3080,00
MIN = 36 MIN = 48 MAX = 92 MAX = 96
Tabel 4.5. menunjukkan penguasaan konsep untuk kemampuan kognitif
siswa, bagi siswa dengan sikap ilmiah rendah dengan jumlah siswa 37 diperoleh
nilai minimum 36, nilai maksimum 92 dengan rata-rata 68,83 dan standar deviasi
13,70 sedangkan bagi siswa dengan sikap ilmiah tinggi dengan jumlah siswa 41
diperoleh nilai minimum 48, nilai maksimum 96 dengan rata-rata 75,12 dan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
deviasi 12,19. Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif siswa yang mempunyai
sikap ilmiah tinggi dan rendah dapat ditunjukkan pada Tabel 4.4.:
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Pada Siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi Niai Interval Frekuensi Frek. Relatif Frekuensi Frek. Relatif
32,5 – 37,5 1 2.78% - 0.00%
37,5 – 42,5 1 2.78% - 0.00%
47,5 – 52,5 3 8.33% 3 7.32%
52,5 – 57,5 1 2.78% - 0.00%
57,5 – 62,5 5 13.89% 2 4.88%
62,5 – 67,5 3 8.33% 4 9.76%
67,5 – 72,5 9 25.00% 14 34.15%
72,5 – 77,5 3 8.33% - 0.00%
77,5 – 82,5 4 11.11% 5 12.20%
82,5 – 87,5 2 5.56% 1 2.44%
87,5 – 92,5 4 11.11% 11 26.83%
92,5 – 97,5 0 0.00% 1 2.44%
36 100.00 41 100.00
Grafik Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada
Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ditunjukkan pada gambar 4.2. sebagai berikut : 11. Karoline Afamasaga-Fuata’i , 2004. Consept Maps & Vee Diagrams as Tools
for Learning New Mathematics Topics, England, University of New England
Gambar 4.2. Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
iv. Prestasi Belajar Siswa yang mempunyai Gaya Belajar Visual dan Kenestetik
Descriptive Statistics: Prestasi Kognitif - Gaya Belajar
Variable Gaya Belajar N N* Mean SE Mean StDev Sum
Prestasi Kognitif KINETESTIK 39 0 70.31 2.04 12.75 2742.00
VISUAL 38 0 74.11 2.20 13.57 2816.00
Variable Gaya Belajar Minimum Q1 Median Q3 Maximum
Prestasi Kognitif KINETESTIK 40.00 60.00 68.00 80.00 92.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
VISUAL 36.00 68.00 72.00 88.00 96.00
Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif siswa yang mempunyai Gaya Belajar
Visual dan Gaya Belajar Kinestetik dapat ditunjukkan pada Tabel 4.5.:
Tabel 4.5. Prestasi Belajar Kognitif Bagi Siswa Yang mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
Gaya Belajar Visual
Gaya Belajar Kinestetik
N = 38 N = 39 SD = 13,57 SD = 12,75
= 74,11 = 70,31
= 2816
= 2742
MIN = 40 MIN = 40 MAX = 96 MAX = 92
Tabel 4.5. Menunjukkan penguasaan konsep untuk kemampuan kognitif,
bagi siswa yang mempunyai Gaya Belajar Visual dengan jumlah siswa 38 diperoleh
nilai minimum 40, nilai maksimum 96 dengan rata-rata 74,11 dan standar deviasi
13,57 sedangkan bagi siswa mempunyai Gaya Belajar Kinestetik dengan jumlah
siswa 39 diperoleh nilai minimum 40, nilai maksimum 92 dengan rata-rata 70,31 dan
standar deviasi 12,75.
Adapun distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa yang mempunyai aktivitas
siswa tinggi dapat ditunjukkan pada Tabel 4.6.:
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi
Niai interval Frekuensi Frek. Relatif Niai interval Frekuensi Frek. Relatif
37,5 – 42,5 1 2.56% 32,5 – 37,5 1 2.63% 47,5 – 52,5 3 7.69% 47,5 – 52,5 3 7.89% 52,5 – 57,5 1 2.56% 57,5 – 62,5 1 2.63% 57,5 – 62,5 6 15.38% 62,5 – 67,5 2 5.26% 62,5 – 67,5 5 12.82% 67,5 – 72,5 15 39.47% 67,5 – 72,5 8 20.51% 72,5 – 77,5 2 5.26%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
72,5 – 77,5 1 2.56% 77,5 – 82,5 2 5.26% 77,5 – 82,5 7 17.95% 82,5 – 87,5 1 2.63% 82,5 – 87,5 2 5.13% 87,5 – 92,5 10 26.32% 87,5 – 92,5 5 12.82% 92,5 – 97,5 1 2.63%
39 100% 38 100%
Grafik Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada
Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
ditunjukkan pada gambar 4.3. sebagai berikut :
100908070605040
16
14
12
10
8
6
4
2
0
100908070605040
KINETEST IK
Prestasi Kognitif
Fre
qu
en
cy
V ISUALMean 70.31StDev 12.75N 39
KINETESTIK
Mean 74.11StDev 13.57N 38
VISUA L
Histogram of Prestasi KognitifNormal
Panel variable: Gaya Belajar
Gambar 4.3. Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
Diskripsi Prestasi Belajar Kimia Aspek Kognitif untuk Tiap-tiap Sel.
Data prestasi kognitif siswa yang dipengaruhi oleh metode, sikap ilmiah dan gaya
belajar ditunjukkan dalam Tabel 4.7. sebagai berikut:
Tabel 4.7. Prestasi Kognitif Siswa dengan Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
Metode Pembelajaran
Eksperimen dengan LKS
Eksperimen dengan Diagram Vee
Sikap Ilmiah Tinggi Visual
N = 9 = 694
N = 10 = 834
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
SD
= 9,33 = 77,11
SD
= 9,71 = 83,40
Kinestetik
N
SD
= 11 = 824 = 9,31 = 74,91
N
SD
= 11 = 728 = 13,90 = 66,18
Visual
N
SD
= 9 = 672 = 11,83 = 74,67
N
SD
= 10 = 616 = 13,49 = 61,60
Sikap Ilmiah Rendah
Kinestetik
N
SD
= 9 = 687 = 11,58 = 75,33
N
SD
= 8 = 512 = 13,86 = 64
Dari data prestasi aspek kognitif siswa pada masing-masing sel dapat
ditunjukkan dalam table 4.8., 4.9., 4.10. dan 4.11., sebagai berikut:
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan
Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Sikap Ilmiah Tinggi Gaya Belajar Visual
Sikap Ilmiah Tinggi Gaya Belajar Kinestetik
Niai Interval
Frekuensi Frek. Relatif Frekuensi Frek. Relatif 57,5 – 62,5 0 0% 1 9,09% 62,5 – 67,5 0 0% 1 9,09% 67,5 – 72,5 6 66,67% 4 36,63% 77,5 – 82,5 0 0% 3 27,27% 82,5 – 87,5 0 0% 1 9,09% 87,5 – 92,5 3 33,33% 1 9,09%
9 100% 11 100%
Tabel 4.9. Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan
Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sikap Ilmiah Rendah Gaya Belajar Visual
Sikap Ilmiah Rendah Gaya Belajar Kinestetik
Niai Interval
Frekuensi Frek. Relatif Frekuensi Frek. Relatif 47,5 – 52,5 1 11,11% 0 0% 57,5 – 62,5 0 0% 2 22,22% 67,5 – 72,5 3 33,33% 2 22,22% 72,5 – 77,5 2 22,22% 1 11,11% 77,5 – 82,5 1 11,11% 2 22,22% 87,5 – 92,5 2 22,22% 2 22,22%
9 100% 9 100%
Tabel 4.10. Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram V Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan
Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Sikap Ilmiah Tinggi Gaya Belajar Visual
Sikap Ilmiah Tinggi Gaya Belajar Kinestetik
Niai Interval
Frekuensi Frek. Relatif Frekuensi Frek. Relatif 47,5 – 52,5 0 0,00% 3 27,27% 57,5 – 62,5 0 0,00% 1 9,09% 62,5 – 67,5 0 0,00% 3 27,27% 67,5 – 72,5 3 30,00% 1 9,09% 77,5 – 82,5 1 10,00% 1 9,09% 87,5 – 92,5 5 50,00% 2 18,18% 92,5 – 97,5 1 10,00% 0 0,00%
10 100% 11 100%
Tabel 4.11. Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram V Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Readah dan
Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Sikap Ilmiah Rendah Gaya Belajar Visual
Sikap Ilmiah Rendah Gaya Belajar Kinestetik
Niai Interval
Frekuensi Frek. Relatif Frekuensi Frek. Relatif 32,5 – 37,5 1 10,00% 0 0,00% 37,5 – 42,5 0 0,00% 1 12,50% 47,5 – 52,5 2 20,00% 0 0,00% 52,5 – 57,5 0 0,00% 1 12,50% 57,5 – 62,5 1 10,00% 2 15%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
62,5 – 67,5 2 20,00% 1 12,50% 67,5 – 72,5 3 30,00% 1 12,50% 77,5 – 82,5 0 0,00% 1 12,50% 82,5 – 87,5 1 10,00% 1 12,50%
10 100% 8 100%
2. Data Prestasi Belajar Kimia Aspek Afektif
Dalam penelitian ini selain mengambil data prestasi kognitif siswa, nilai sikap
atau afektif juga didata dengan melalui angket. Dari hasil pengolahan dengan
program Software MINITAB 15 diperoleh deskripsi statistik sebagai berikut :
a. Prestasi Afektif dengan Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram V .
Descriptive Statistics: PRESTASI AFEKTIF – METODE
Variable Metode N N* Mean SE Mean StDev Sum Minimum PRESTASI AFEKTIF DiagramV 39 0 74.59 1.03 6.44 2909.00 65.00 LKS 38 0 68.316 0.912 5.619 2596.000 54.000 Variable Metode Q1 Median Q3 Maximum PRESTASI AFEKTIF DiagramV 69.00 74.00 81.00 89.00 LKS 64.000 69.000 73.000 83.000
Data Prestasi Aspek Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan
Diagram V ditunjukan table 4.12. :
Tabel 4.12. Data Prestasi Aspek Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram V
Eksperimen dengan LKS
Eksperimen dengan Diagram V
N = 38 N = 39 SD = 5,619 SD = 6,44
= 68,316 = 74
= 2696
= 2909
MIN = 54 MIN = 65 MAX = 83 MAX = 83
Tabel 4.12. menunjukkan nilai sikap (afektif) pada kedua metode baik
eksperimen dengan LKS maupun eksperimen dengan Diagram Vee , metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
eksperimen dengan LKS dengan jumlah siswa 38 diperoleh nilai minimum 54, nilai
maksimum 83 dengan nilai rata-rata 68,316 dan standar deviasi 5,619, sedangkan
pada metode eksperimen dengan Diagran V dengan jumlah siswa 39 diperoleh nilai
minimum 65, nilai maksimum 83 dengan rata-rata 74 dan standar deviasi 6,44.
Distribusi frekuensi prestasi afektif pada metode eksperimen dengan LKS dan
eksperimen dengan Diagram Vee ditunjukan table 4.13.:
Tabel 4.13. Distribusi frekuensi Prestasi Aspek Afektif Pada Kedua Metode
EKSPERIMEN Dg. DIAGRAM Vee EKSPERIMEN Dg. LKS Interval Frekuensi Frek. Relatif Interval Frekuensi Frek. Relatif
63,75 – 66,25 6 15,38% 53,75 – 56,25 1 2,63% 66,25 – 68,75 2 5,13% 58,75 – 61,25 4 10,52% 68,75 – 71,25 6 15,38% 61,25 – 63,75 2 5,26% 71,25 – 73,75 4 10,26% 63,75 – 66,25 9 23,68% 73,75 – 76,25 8 20,51% 66,25 – 68,75 2 5,26% 76,25 – 78,75 1 2,56% 68,75 – 71,25 10 26,31% 78,75 – 81,25 6 15,38% 71,25 – 73,75 4 10,52% 81,25 – 83,75 3 7,69% 73,75 – 76,25 4 10,52% 83,75 – 86,25 2 5,13% 76,25 – 78,75 1 2,63% 88,75 – 91,25 1 2,56% 81,25 – 83,75 1 2,63%
39 100% 38 100%
Grafik Histogram Prestasi Afektif – Sikap Ilmiah ditunjukkan pada gambar
4.5. sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
9085807570656055
10
8
6
4
2
0
9085807570656055
DiagramV
PRESTA SI A FEKTIF
Fre
qu
en
cy
LKSM ean 74.59S tDev 6.439N 39
D iag ramV
M ean 68.32S tDev 5.619N 38
LKS
Histogram of PRESTASI AFEKTIFNormal
Pane l variable: Metode
Gambar 4.4. Histogram Prestasi Afektif pada kedua Metode
b. Prestasi Afektif dengan Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah.
Distribusi frekuensi prestasi afektif siswa yang mempunyai sikap ilmiah
tinggi dan rendah ditunjukkan table 4.14. :
Tabel 4.14. Distribusi frekuensi Prestasi Aspek Afektif Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan rendah
Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi
Interval Frekuensi Frek. Relatif Interval Frekuensi Frek. Relatif 58,75 – 61,25 2 5.56% 53,75 – 56,25 1 2.44% 63,75 – 66,25 7 19.44% 58,75 – 61,25 2 4.88% 66,25 – 68,75 2 5.56% 61,25 – 63,75 2 4.88% 68,75 – 71,25 10 27.78% 63,75 – 66,25 8 19.51% 71,25 – 73,75 5 13.89% 66,25 – 68,75 2 4.88% 73,75 – 76,25 5 13.89% 68,75 – 71,25 6 14.63% 76,25 – 78,75 1 2.78% 71,25 – 73,75 3 7.32% 78,75 – 81,25 2 5.56% 73,75 – 76,25 7 17.07% 83,75 – 86,25 1 2.78% 76,25 – 78,75 1 2.44% 88,75 – 91,25 1 2.78% 78,75 – 81,25 4 9.76%
81,25 – 83,75 4 9.76% 83,75 – 86,25 1 2.44% 36 100.00% 41 100.00%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Grafik Histogram Prestasi Afektif – Sikap Ilmiah ditunjukkan pada gambar
4.5. sebagai berikut :
9 08 58 07 57 06 56 05 5
1 0
8
6
4
2
0
9 08 58 07 57 06 56 05 5
RE N D A H
P R ES TA S I A FEK TIF
Fre
qu
en
cy
T IN G G IM ean 71.25S tD ev 6 .016N 36
R E N D A H
M ean 71.71S tD ev 7 .467N 41
T I N G G I
H is to g r a m o f P R E S T A S I A F E K T I FN o rm a l
P a n e l va r ia b le : S ika p Ilm ia h
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Afektif – Sikap Ilmiah
c. Prestasi Afektif dengan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik.
Distribusi frekuensi prestasi afektif siswa yang mempunyai gaya belajar
visual dan kinestetik ditunjukan table 4.15.:
Tabel 4.15. Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Siswa Yang Mempunyai Gaya BelajarVisual Gaya dan Belajar Kinestetik
Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Kinestetik Interval Frekuensi Frek. Relatif Interval Frekuensi Frek. Relatif
58,75 – 61,25 2 5.26% 53,75 – 56,25 1 2.56% 61,25 – 63,75 1 2.63% 58,75 – 61,25 2 5.13% 63,75 – 66,25 4 10.53% 61,25 – 63,75 1 2.56% 66,25 – 68,75 2 5.26% 63,75 – 66,25 11 28.21% 68,75 – 71,25 7 18.42% 66,25 – 68,75 2 5.13% 71,25 – 73,75 5 13.16% 68,75 – 71,25 9 23.08% 73,75 – 76,25 8 21.05% 71,25 – 73,75 3 7.69% 76,25 – 78,75 2 5.26% 73,75 – 76,25 4 10.26% 78,75 – 81,25 4 10.53% 78,75 – 81,25 2 5.13% 81,25 – 83,75 2 5.26% 81,25 – 83,75 2 5.13% 83,75 – 86,25 1 2.63% 83,75 – 86,25 1 2.56%
88,75 – 91,25 1 2.56% 38 100% 39 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Grafik Histogram Prestasi Afektif – Gaya Belajar ditunjukkan pada gambar
4.3. sebagai berikut :
9085807570656055
12
10
8
6
4
2
0
9085807570656055
KINETESTIK
PRESTASI AFEKTIF
Fre
qu
en
cy
VISUALMean 70.23StDev 7.235N 39
KINETESTIK
Mean 72.79StDev 6.121N 38
VISUAL
Histogram of PRESTASI AFEKTIFNormal
Panel variable: Gaya Belajar
Gambar 4.6. Histogram Prestasi Afektif – Gaya Belajar
d. Prestasi Afektif dengan Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram V pada
Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah dengan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik.
Distribusi frekuensi prestasi afektif dengan metode eksperimen dengan LKS
dan Diagram V pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah dengan
gaya belajar visual dan kinestetik ditunjukan table 4.16. 4.17., 4.18 dan 4.19. :
Tabel 4.16. Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Ekperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi
dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
SI Tinggi GB Visual SI TinggiGB Kinestetik Interval Frekuensi Frek. Relatif Interval Frekuensi Frek. Relatif
58,75 – 61,25 1 11.11% 53,75 – 56,25 1 9.09% 61,25 – 63,75 1 11.11% 58,75 – 61,25 1 9.09%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
63,75 – 66,25 2 22.22% 61,25 – 63,75 1 9.09% 68,75 – 71,25 1 11.11% 63,75 – 66,25 3 27.27%
71,25 – 73,75 1 11.11% 66,25 – 68,75 1 9.09% 73,75 – 76,25 1 11.11% 68,75 – 71,25 3 27.27%
76,25 – 78,75 1 11.11% 71,25 – 73,75 1 9.09% 81,25 – 83,75 1 11.11% 73,75 – 76,25 11 100.00%
9 100.00%
Tabel 4.17. Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah
dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Sikap Ilmiah Rendah Gaya Belajar Visual
Sikap Ilmiah Rendah Gaya Belajar Kinestetik
Interval Frekuensi Frek. Relatif Interval Frekuensi Frek. Relatif
58,75 – 61,25 1 11.11% 58,75 – 61,25 1 11.11% 63,75 – 66,25 1 11.11% 61,25 – 63,75 0 00,00% 66,25 – 68,75 1 11.11% 63,75 – 66,25 3 33,33% 68,75 – 71,25 2 22.22% 66,25 – 68,75 1 11.11% 71,25 – 73,75 2 22.22% 68,75 – 71,25 4 44,44% 73,75 – 76,25 2 22.22% 73,75 – 76,25 1 11.11%
9 100% 9 100%
Tabel 4.18. Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram V (vee) Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi
dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Sikap Ilmiah Tinggi Gaya Belajar Visual
Sikap Ilmiah Tinggi Gaya Belajar Kinestetik
Interval Frekuensi Frek. Relatif Interval Frekuensi Frek. Relatif 66,25 – 68,75 1 10.00% 63,75 – 66,25 3 27.27% 68,75 – 71,25 1 10.00% 68,75 – 71,25 1 9.09% 71,25 – 73,75 0 0.00% 71,25 – 73,75 1 9.09% 73,75 – 76,25 4 40.00% 73,75 – 76,25 2 18.18% 76,25 – 78,75 0 0.00% 78,75 – 81,25 1 9.09% 78,75 – 81,25 3 30.00% 81,25 – 83,75 2 18.18% 81,25 – 83,75 1 10.00% 83,75 – 86,25 1 9.09%
10 100.00% 11 100.00%
Tabel 4.19. Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dengan Diagram V Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Sikap Ilmiah Rendah Gaya Belajar Visual
Sikap Ilmiah Rendah Gaya Belajar Kinestetik
Interval Frekuensi Frek. Relatif Interval Frekuensi Frek. Relatif 66,25 – 68,75 1 10% 63,75 – 66,25 1 11.11% 68,75 – 71,25 3 30% 68,75 – 71,25 3 33,33% 71,25 – 73,75 2 20% 71,25 – 73,75 2 22.22% 73,75 – 76,25 1 10% 73,75 – 76,25 1 11.11% 76,25 – 78,75 1 10% 78,75 – 81,25 1 11.11% 78,75 – 81,25 1 10% 83,75 – 86,25 1 11.11% 83,75 – 86,25 1 10% 86,25 – 88,75 0 00,00%
10 100% 9 100%
e. Diskripsi Prestasi Belajar Kimia Aspek Afektif, untuk Tiap-tiap Sel.
Dari hasil analisis tata letak sebaran data prestasi afektif siswa yang
menunjukkan prestasi afektif dari masing-masing kelompok eksperimen yang
dipengaruhi oleh metode, sikap ilmiah dan gaya belajar dalam penelitian ini
ditunjukkan dalam Tabel 4.20. sebagai berikut :
Tabel 4.20. Sebaran Data Prestasi Belajar Afektif Siswa untuk Tiap-tiap Sel
Metode Pembelajaran
Eksperimen dengan LKS
Eksperimen dengan Diagram
V
Visual
N = 9
= 631 SD = 7,49
= 70,11
N = 10
= 765 SD = 5,02
= 76,50 Sikap Ilmiah Tinggi
Kinestetik
N = 11
= 724 SD = 5,34
= 65,82
N = 11
= 820 SD = 7,39
= 74,55 Sikap Ilmiah
Rendah Visual N = 9 N = 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
= 631 SD = 4,62
= 70,11
= 739 SD = 5,38
= 73,90
Kinestetik
N = 9
= 610 SD = 409
= 67,78
N = 8
= 585 SD = 8.31
= 73,13
3. Data Prestasi Belajar Kimia Aspek Psikomotorik
Dalam penelitian ini juga mengambil data prestasi psikomotorik siswa,
pengambilan data dilakukan dengan dengan melalui observasi selama penelitian
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi dilakukan oleh peneliti.
Dari hasil pengolahan dengan program Software MINITAB 15 diperoleh data
disikripsi statistik sebagai berikut :
a. Prestasi Psikomotorik pada Metode Ekperimen dengan LKS dan Diagram V
Descriptive Statistics: PRESTASI PSIKOMOTORIK - METODE
Variable Metode N N* Mean SE Mean StDev Sum PRESTASI PSIKOMOTOR DiagramV 39 0 84.308 0.877 5.478 3288.000 LKS 38 0 88.316 0.873 5.383 3356.000 Variable Metode Minimum Q1 Median Q3 Maximum PRESTASI PSIKOMOTOR DiagramV 75.000 79.000 83.000 88.000 96.000 LKS 79.000 83.000 90.000 92.000 96.000
Tabel 4.21. Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram V
Eksperimen dengan LKS Eksperimen dengan Diagram V N = 38 N = 39 SD = 5,383 SD = 5,478
= 88,32 = 84,31
= 3356
= 3288
MIN = 79 MIN = 75 MAX = 96 MAX = 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 4.21. Menunjukkan kemampuan psikomotorik siswa baik dengan
metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram V . Pada metode Eksperimen dengan
LKS dengan jumlah siswa 38 diperoleh nilai minimum 79, nilai maksimum 96
dengan rata-rata 88,32 dan standar deviasi 5,383, sedangkan pada metode
Eksperimen dengan Diagram V diperoleh dengan jumlah siswa 39 diperoleh nilai
minimum 75, nilai maksimum 88 dengan rata-rata 84,31 dan standar deviasi 5,478.
Pengambilan data dilakukan dengan observasi selama kegiatan penelitian dengan
menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.22. Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram V
Eksperimen dengan LKS Eksperimen dengan Diagram V Interval Frekuensi Frek. Relatif Interval Frekuensi Frek. Relatif
74,25 – 75,75 4 10,26% 74,25 – 75,75 0 00,00% 78,75 – 80,25 6 15,38% 78,75 – 80,25 5 13,16% 81,75 – 83,25 14 35,89% 81,75 – 83,25 7 18,42% 87,75 – 89,25 8 20,51% 87,75 – 89,25 7 18,42% 90,75 – 92,75 6 15,38% 90,75 – 92,75 15 39,47% 95,25 – 96,75 1 2,56% 95,25 – 96,75 4 10,53%
39 100% 38 100%
b. Prestasi Psikomotor pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi.
Dari data prestasi psikomotorik terhadap sikap ilmiah siswa pada masing-
masing sel dapat ditunjukkan dalam table – table sebagai berikut:
Descriptive Statistics: PRESTASI PSIKOMOTORIK - SIKAP ILMIAH
Sikap Variable Ilmiah N N* Mean SE Mean StDev Sum Minimum PRESTASI PSIKOMOTOR RENDAH 36 0 86.556 0.994 5.964 3116.000 75.000 TINGGI 41 0 86.049 0.881 5.639 3528.000 75.000 Sikap Variable Ilmiah Q1 Median Q3 Maximum PRESTASI PSIKOMOTOR RENDAH 83.000 88.000 92.000 96.000 TINGGI 83.000 88.000 92.000 96.000
Tabel 4.23. Prestasi Psikomotor Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
SIKAP ILMIAH RENDAH SIKAP ILMIAH TINGGI N = 36 N = 41 SD = 5,964 SD = 5,639
= 86,556 = 86,049
= 3116
= 3528
MIN = 75 MIN = 75 MAX = 96 MAX = 96
Tabel 4.24. Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi Interval
Frekuensi Frek. Relatif (%) Frekuensi Frek.Relatif (%) 74,25 – 75,75 2 5.56% 2 4.88% 78,75 – 80,25 5 13.89% 6 14.63% 81,75 – 83,25 9 25.00% 12 29.27% 87,75 – 89,25 7 19.44% 8 19.51% 90,75 – 92,75 10 27.78% 11 26.83% 95,25 – 96,75 3 8.33% 2 4.88%
36 100% 41 100%
c. Prestasi Psikomotorik pada Gaya Belajar Visual dan Kineastetik.
Data prestasi psikomotorik terhadap gaya belajar siswa pada masing-masing
sel dapat ditunjukkan dalam table – table sebagai berikut:
Descriptive Statistics: PRESTASI PSIKOMOTORIK - GAYA BELAJAR
Variable Gaya Belajar N N* Mean SE Mean StDev Sum PRESTASI PSIKOMOTOR KINETESTIK 39 0 85.410 0.900 5.618 3331.000 VISUAL 38 0 87.184 0.947 5.840 3313.000 Variable Gaya Belajar Minimum Q1 Median Q3 Maximum PRESTASI PSIKOMOTOR KINETESTIK 75.000 83.000 83.000 92.000 96.000 VISUAL 75.000 83.000 88.000 92.000 96.000
Data prestasi psikomotorik terhadap gaya belajar ditunjukkan pada table 4.25. :
Tabel 4.25. Prestasi Psikomotorik Pada Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Kinestetik
N = 38 N = 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
SD = 5,840 SD = 5,618
= 87,184 = 85,410
= 3313
= 3331
MIN = 75 MIN = 75 MAX = 96 MAX = 96
Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Gaya Belajar
Visual dan Kinestetik ditunjukkan pada table 4.26. :
Tabel 4.26. Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Kinestetik Interval
Frekuensi Frek. Relatif (%) Frekuensi Frek. Relatif (%)
74,25 – 75,75 2 5.26% 2 5.13% 78,75 – 80,25 7 18.42% 4 10.26% 81,75 – 83,25 12 31.58% 9 23.08% 87,75 – 89,25 8 21.05% 7 17.95% 90,75 – 92,75 9 23.68% 13 33.33% 95,25 – 96,75 2 5.26% 3 7.69%
38 100 % 39 100%
d. Prestasi Psikomotorik dengan Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
pada Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar.
Data distribusi fremuensi prestasi psikomotorik terhadap metode pada sikap
ilmiah dan gaya belajar siswa pada masing-masing sel dapat ditunjukkan pada table
4.27., 4.28., 4.29., dan 4.30. sebagai berikut:
Tabel 4.27. Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah
dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
SI Rendah GB Visual SI Rendah GB Kinestetik Interval
Frekuensi Frek. Relatif (%) Frekuensi Frek. Relatif (%) 78,75 – 80,25 1 10% 0 00,00% 81,75 – 83,25 2 20% 4 44,44% 87,75 – 89,25 3 30% 2 22,22%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
90,75 – 92,75 3 30% 2 22,22% 95,25 – 96,75 1 10% 1 11,11%
10 100% 9 100,00%
Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi
dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
SI Tinggi GB Visual SI Tinggi GB Kinestetik Interval
Frekuensi Frek.Relatif (%) Frekuensi Frek. Relatif (%)
78,75 – 80,25 1 11,11% 3 27,27% 81,75 – 83,25 1 11,11% 0 00,00% 87,75 – 89,25 2 22,22% 2 18,18% 90,75 – 92,75 4 44,44% 5 45,45% 95,25 – 96,75 1 11,11% 1 9,09%
9 100,00% 11 100.00%
Tabel 4.29. Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah
dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
SI Rendah GB Visual
SI Rendah GB Kinestetik
Interval Frekuensi
Frek. Relatif (%)
Frekuensi Frek. Relatif
(%) 74,25 – 75,75 0 00,00% 2 25,00% 78,75 – 80,25 1 10,00% 3 37,50% 81,75 – 83,25 2 20,00% 1 12,50% 87,75 – 89,25 3 30,00% 1 12,50% 90,75 – 92,75 3 30,00% 1 12,50% 95,25 – 96,75 1 10,00% 0 00,00%
10 100,00% 8 100,00%
Tabel 4.30. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan Diagram V Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi
dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
SI Tinggi GB Visual SI Tinggi GB Kinestetik Interval
Frekuensi Frek. Relatif Frekuensi Frek. Relatif 74,25 – 75,75 2 20,00% 0 00,00% 78,75 – 80,25 1 10,00% 1 9,09% 81,75 – 83,25 4 40,00% 7 63,63%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
87,75 – 89,25 1 10,00% 3 27,27% 90,75 – 92,75 2 20,00% 0 00,00% 95,25 – 96,75 0 00,00% 0 00,00%
10 11
d. Diskripsi Prestasi Belajar Kimia Aspek Psikomotorik, untuk Tiap-tiap Sel
Dari hasil analisis tata letak sebaran data prestasi psikomotorik siswa yang
menunjukan prestasi dari masing-masing kelompok eksperimen yang dipengaruhi
oleh metode, sikap ilmiah dan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukkan dalam
Tabel 4.37 sebagai berikut:
Tabel 4.31. Sebaran Data Prestasi Belajar Psikomotorik untuk Tiap-tiap Sel
Metode Pembelajaran Eksperimen dg
LKS Eksperimen dg Diagram Vee
Visual
N = 9
= 802 SD = 5,28
= 89,11
N = 10
= 833 SD = 6,06
= 83,3 Sikap Ilmiah Tinggi
Kinestetik
N = 11
= 969 SD = 6,22
= 88,09
N = 11
= 924 SD = 2,828
= 84
Visual
N = 9
= 797 SD = 5,66
= 88,56
N = 10
= 881 SD = 5,20
= 88,1 Sikap Ilmiah Rendah
Kinestetik
N = 9
= 788 SD = 4,93
= 87,56
N = 8
= 650 SD = 6,07
= 81,25 e. Perbandingan Nilai Rata-rata yang diajar dengan Metode Eksperimen dengan
LKS dan Dagram Vee.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Untuk mendapatkan gambaran mengenai adanya perbedaan hasil belajar
siswa antara metode pembelajaran Eksperimen menggunakan LKS dengan metode
pembelajaran Eksperimen menggunakan Diagram Vee ditinjau dari Sikap Ilmiah
siswa Tinggi dan Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik dapat dilihat nilai
rata-rata keduanya. Hasil perhitungan rerata dari masing-masing kelompok dapat
ditunjukan pada table 4.32. sebagai berikut:
Tabel 4.32. Rata-rata Prestasi Kognitif Masing-masing Kelompok
Rata-rata Prestasi NO KELOMPOK
Kognitif Afektif Psikomotor
1 Siswa yang diberi Metode Eksperimen dengan LKS
75,47 68,31 88,32
2 Siswa yang diberi Metode Eksperimen dengan Diagram Vee
68,97 74 84,31
3 Siswa yang memiliki Sikap ilmiah tinggi
75,12 71,71 86,05
4 Siswa yang memiliki Sikap Ilmiah Rendah
68,83 71,25 86,58
5 Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual
74,11 72,79 87,18
6 Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik
70,31 70,23 85,49
7
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Visual
77,11 70,11 89,11
8
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
74,91 65,82 88,09
9
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual
74,67 70,11 88,65
10
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Kinestetik
75,33 67,78 87,56
11 Siswa yang diberi metode 83,40 76,50 83,3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Eksperimen dengan Diagram Vee dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Visual
12
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram Vee dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
66,18 74,55 84,0
13
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram Vee dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual
61,60 73,90 88,10
14
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram Vee dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Kinestetik
64
73,13 81,25
B. UJI PRASYARAT ANALISIS
1. Uji Normalitas.
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan
dengan bantuan program Shoftware MINITAB 15. Diperoleh keputusan Ho ditolak
jika sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau P-value ≥ dari
Alpha = 0,05 maka Ho ditolak.
a. Hasil uji normalitas prestasi aspek kognitif dapat dilihat pada table 4.33. sebagai
berikut:
Tabel 4.33. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif
No Uji Normalitas (Ryan-Joiner)
Alpha=0,05 P-v Keputusan Kesimpulan
1 Siswa yang diberi Metode >0,100 Ho : ditolak Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Eksperimen dengan LKS
2 Siswa yang diberi Metode Eksperimen dengan Diagram V >0,100 Ho : ditolak Normal
3 Siswa yang memiliki Sikap ilmiah tinggi >0,100 Ho : ditolak Normal
4 Siswa yang memiliki Sikap Ilmiah Rendah >0,100 Ho : ditolak Normal
5 Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual >0,100 Ho : ditolak Normal
6 Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik >0,100 Ho : ditolak Normal
7
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
8
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
9
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
10
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
11
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram V dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
12
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram V dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
13
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram V dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
14
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram V dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
b. Hasil uji normalitas prestasi afektif dapat dilihat pada table 4.34. sebagai
berikut:
Tabel 4.34. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
No Uji Normalitas (Ryan-Joiner)
Alpha=0,05 P-v Keputusan Kesimpulan
1 Siswa yang diberi Metode Eksperimen dengan LKS >0,100 Ho : ditolak Normal
2 Siswa yang diberi Metode Eksperimen dengan Diagram V >0,100 Ho : ditolak Normal
3 Siswa yang memiliki Sikap ilmiah tinggi >0,100 Ho : ditolak Normal
4 Siswa yang memiliki Sikap Ilmiah Rendah >0,100 Ho : ditolak Normal
5 Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual >0,100 Ho : ditolak Normal
6 Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik >0,100 Ho : ditolak Normal
7 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
8 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
9 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
10 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
11 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram V dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
12
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram V dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
13
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram V dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
14
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram V dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
c. Hasil uji normalitas prestasi psikomotorik dapat dilihat pada table 4.35. sebagai
berikut:
Tabel 4.35. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
No Uji Normalitas (Ryan-Joiner)
Alpha=0,05 P-v Keputusan Kesimpulan
1 Siswa yang diberi Metode Eksperimen dengan LKS >0,100 Ho : ditolak Normal
2 Siswa yang diberi Metode Eksperimen dengan Diagram Vee >0,100 Ho : ditolak Normal
3 Siswa yang memiliki Sikap ilmiah tinggi >0,100 Ho : ditolak Normal
4 Siswa yang memiliki Sikap Ilmiah Rendah >0,100 Ho : ditolak Normal
5 Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual >0,100 Ho : ditolak Normal
6 Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik >0,100 Ho : ditolak Normal
7 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
8 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
9 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
10 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan LKS dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
11 Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram Vee dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
12
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram Vee dengan Sikap Ilmiah tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
13
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram Vee dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual
>0,100 Ho : ditolak Normal
14
Siswa yang diberi metode Eksperimen dengan Diagram Vee dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Kinestetik
>0,100 Ho : ditolak Normal
2. Uji Homogenitas.
Uji Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
dengan bantuan program MINITAB 14. dengan Test for Equal Variances for Nilai
Kognitif, Afektif atau Psikomotorik yang dengan hipotesis
Ho: sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
H1: sampel berasal dari populasi yang homogen
Jika P-value ≥ dari Alpha = 0,05 maka Ho ditolak dan jika Ho < 0,05 maka
Ho diterima. Kesimpulan hasil uji homogenitas dapat dilihat pada table 4.36, 4.37.
dan 4.38. sebagai berikut.
Tabel 4.36. Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif
NO FAKTOR P-v Jenis Test
KEPUTUSAN Ho
KESIMPULAN
0,016 F-Test Ho : ditolak Homogen 1 Metode Pembelajaran 0,030 Levene’s Ho : ditolak Homogen
0,473 F-Test Ho : ditolak Homogen 2 Sikap Ilmiah 0,683 Levene’s Ho : ditolak Homogen 0,704 F-Test Ho : ditolak Homogen 3 Gaya Belajar 0,873 Levene’s Ho : ditolak Homogen
Tabel 4.37 Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Afektif
NO FAKTOR P-v Jenis Test
KEPUTUSAN
Ho KESIMPULAN
0,409 F-Test Ho : ditolak Homogen 1 Metode Pembelajaran 0,251 Levene’s Ho : ditolak Homogen
0,196 F-Test Ho : ditolak Homogen 2 Sikap Ilmiah 0,067 Levene’s Ho : ditolak Homogen 0,312 F-Test Ho : ditolak Homogen 3 Gaya Belajar 0,624 Levene’s Ho : ditolak Homogen
Tabel 4.38. Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Psikomotorik
NO FAKTOR P-v Jenis Test
KEPUTUSAN Ho
KESIMPULAN
0,917 F-Test ditolak Homogen 1 Metode Pembelajaran 0,666 Levene’s ditolak Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
0,728 F-Test ditolak Homogen 2 Sikap Ilmiah 0,876 Levene’s ditolak Homogen 0,813 F-Test ditolak Homogen 3 Gaya Belajar 0,857 Levene’s ditolak Homogen
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
1. Uji Anova
Dari hasil analisis of varians dengan langkah General Linear Model baik
prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik adalah sebagai berikut ;
Analysis of Variance for Prestasi Kognitif, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Metode 1 813.0 857.3 857.3 6.22 0.015 Sikap Ilmiah 1 777.4 804.7 804.7 5.83 0.018 Gaya Belajar 1 385.6 318.3 318.3 2.31 0.133 Metode*Sikap Ilmiah 1 574.2 574.1 574.1 4.16 0.045 Metode*Gaya Belajar 1 260.3 210.0 210.0 1.52 0.221 Sikap Ilmiah*Gaya Belajar 1 610.9 601.9 601.9 4.36 0.040 Metode*Sikap Ilmiah*Gaya Belajar 1 333.9 333.9 333.9 2.42 0.124 Error 69 9518.2 9518.2 137.9 Total 76 13273.5
Analysis of Variance for Prestasi Afektif, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Metode 1 757.60 700.08 700.08 18.90 0.000 Sikap Ilmiah 1 2.78 5.06 5.06 0.14 0.713 Gaya Belajar 1 105.79 104.18 104.18 2.81 0.098 Metode*Sikap Ilmiah 1 48.58 42.56 42.56 1.15 0.287 Metode*Gaya Belajar 1 18.12 18.07 18.07 0.49 0.487 Sikap Ilmiah*Gaya Belajar 1 11.67 11.73 11.73 0.32 0.575 Metode*Sikap Ilmiah*Gaya Belajar 1 0.72 0.72 0.72 0.02 0.889 Error 69 2555.97 2555.97 37.04 Total 76 3501.25
Analysis of Variance for Prestai Psikomotorik, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Metode 1 309.20 330.49 330.49 11.57 0.001 Sikap Ilmiah 1 4.02 1.09 1.09 0.04 0.845 Gaya Belajar 1 69.97 79.45 79.45 2.78 0.100 Metode*Sikap Ilmiah 1 16.00 11.74 11.74 0.41 0.524 Metode*Gaya Belajar 1 14.73 20.30 20.30 0.71 0.402 Sikap Ilmiah*Gaya Belajar 1 68.84 67.49 67.49 2.36 0.129 Metode*Sikap Ilmiah*Gaya Belajar 1 68.21 68.21 68.21 2.39 0.127 Error 69 1970.74 1970.74 28.56 Total 76 2521.71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Adapun secara ringkas diperoleh ditunjukkan pada tabel 4.39. sebagai
berikut:
Tabel 4.39. Hasil Pengujian Hipotesis
P-value NO SOURCE Prest.
Kognitif Prest.
Afektif Prest.
Psikomotorik
1 METODE PEMBELAJARAN 0,015 0,000 0,001 2 SIKAP ILMIAH 0,016 0,712 0,845 3 GAYA BELAJAR 0,133 0,098 0,100 4 METODE PEMBELAJARAN*
SIKAP ILMIAH 0,045 0,287 0,524
5 METODE PEMBELAJARAN* GAYA BELAJAR
0,221 0,487 0,402
6 SIKAP ILMIAH*GAYA BELAJAR 0,040 0,575 0,129 7 METODE PEMBELAJARAN*
SIKAP ILMIAH*GAYA BALAJAR 0,124 0,889
0,127
Dari hasil analisis anava diatas jika P-value > Alpha = 0,05 maka Ho : tidak
ada perbedaan pengaruh ditolak, jika P-value < Alpha 0,05 maka Ho : tidak ada
perbedaan pengaruh tidak ditolak, dan jika P-value > Alpha = 0,05 maka Ho : tidak
ada interaksi ditolak. jika P-value < Alpha maka Ho : tidak ada interaksi tidak
ditolak.
Jadi dari data diatas dapat disimpulkan hipotesisnya untuk data prestasi
kognitif, afektif dan psikomotorik adalah :
1) Ada pengaruh penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik belajar kimia pada materi
laju reaksi kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran
2010/2011.
2) Ada pengaruh antara siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah
terhadap prestasi kognitif tetapi tidak ada pengaruh antara siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif dan
psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
3) Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif,
afektif dan psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI IPA
SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
4) Terdapat interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan
diagram Vee terhadap sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif, tetapi tidak ada
interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
terhadap sikap ilmiah pada prestasi afektif dan psikomotorik pada materi laju
reaksi kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran
2010/2011.
5) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan
diagram Vee terhadap gaya belajar siswa pada prestasi kognitif, afektif dan
psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
6) Ada interaksi sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi
kognitif, tetapi tidak interaksi sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi afektif dan psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI
IPA SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
7) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan
diagram Vee dengan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi
kognitif, afektif dan psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI
IPA SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
2. Uji Pasca ANAVA (Uji Scheffe)
Dari hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama dengan prosedur
General Linear Model (GLM),maka yang perlu diuji lanjut adalah jika hasil analisis
menunjukan bahwa p-value < 0,05 maka hipotesis Ho : ditolak artinya tidak ada
interaksi dan H1 : diterima artinya ada interaksi . Adapun yang perlu diuji lanjut
adalah :
1) Pengaruh penggunaan metode terhadap prestasi kognitif dengan P-value = 0,015.
2) Pengaruh penggunaan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dengan P-value =
0,016.
3) Pengaruh metode dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dengan P-value =
0,045
4) Interaksi penggunaan sikap ilmiah dan gaya gelajar siswa terhadap prestasi
kognitif dengan P-value = 0,040.
5) Pengaruh penggunaan metode terhadap prestasi afektif dengan P-value : 0,000.
6) Pengaruh penggunaan metode terhadap prestasi psikomotorik dengan P-value :
0,001.
Untuk mengetahui pengaruh yang lebih kuat dilakukan dengan uji lanjut.
Dari perhitungan dengan prosedur one-way analisys of variance, analisis of mean
atau interaction plot diperoleh data :
One-way ANOVA: Prestasi Kognitif versus Metode
Source DF SS MS F P Metode 1 813 813 4.89 0.030 Error 75 12460 166 Total 76 13273 S = 12.89 R-Sq = 6.13% R-Sq(adj) = 4.87% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Level N Mean StDev --------+---------+---------+---------+- DiagramV 39 68.97 15.11 (---------*----------) LKS 38 75.47 10.12 (----------*---------) --------+---------+---------+---------+- 68.0 72.0 76.0 80.0 Pooled StDev = 12.89
One-way ANOVA: Prestasi Kognitif versus Sikap Ilmiah
Source DF SS MS F P
Sikap Ilmiah 1 758 758 4.54 0.036
Error 75 12515 167
Total 76 13273
S = 12.92 R-Sq = 5.71% R-Sq(adj) = 4.45% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ---------+---------+---------+---------+ RENDAH 36 68.83 13.70 (----------*----------) TINGGI 41 75.12 12.19 (---------*---------) ---------+---------+---------+---------+ 68.0 72.0 76.0 80.0 Pooled StDev = 12.92
Sikap Ilmiah
Me
an
TINGGIRENDAH
76
74
72
70
68
66
64
62
MetodeDiagramVLKS
Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
Gamber 4.7. Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gaya Belajar
Me
an
VISUALKINETESTIK
82
80
78
76
74
72
70
68
Sikap IlmiahRENDAHTINGGI
Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
Gamber 4.8. Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
One-way ANOVA: PRESTASI AFEKTIF versus Metode
Source DF SS MS F P Metode 1 757.6 757.6 20.71 0.000 Error 75 2743.6 36.6 Total 76 3501.2 S = 6.048 R-Sq = 21.64% R-Sq(adj) = 20.59%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ---------+---------+---------+---------+ DiagramV 39 74.590 6.439 (------*-----) LKS 38 68.316 5.619 (------*-----) ---------+---------+---------+---------+ 69.0 72.0 75.0 78.0 Pooled StDev = 6.048
One-way ANOVA: PRESTASI PSIKOMOTOR versus Metode
Source DF SS MS F P Metode 1 309.2 309.2 10.48 0.002 Error 75 2212.5 29.5 Total 76 2521.7
S = 5.431 R-Sq = 12.26% R-Sq(adj) = 11.09%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev -------+---------+---------+---------+-- DiagramV 39 84.308 5.478 (--------*-------) LKS 38 88.316 5.383 (--------*-------) -------+---------+---------+---------+-- 84.0 86.0 88.0 90.0 Pooled StDev = 5.431
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Dengan hasil analisis secara ringkas dapat ditunjukkan pada tabel 4.0 dan
4.39. sebagai berikut:
Tabel 4.40. Hasil Uji Lanjut
NO SOURCE DF SS MS F P 1 One-way ANOVA: NILAI PRESTASI
KOGNITIF versus METODE PEMBELAJARAN
1 813 813 4,89 0,030
2 One-way ANOVA: NILAI PRESTASI KOGNITIF versus SIKAP ILMIAH 1 758 758 4,54 0,036
3 One-way ANOVA: NILAI PRESTASI KOGNITIF versus METODE dan SIKAP ILMIAH
- - - - -
4 One-way ANOVA: NILAI PRESTASI KOGNITIF versus SIKAP ILMIAH dan GAYA BELAJAR
- - - - -
5 One-way ANOVA: NILAI AFEKTIF versus METODE PEMBELAJARAN
1 757,6 757,6 20,71 0,000
6 One-way ANOVA: NILAI PSIKOMOTORIK versus METODE PEMBELAJARAN
1 309,2 309,2 10,48 0,002
Tabel 4.41. Hasil Perbandingan Rerata Uji Lanjut
NO LEVEL N MEAN SD 1 Prestasi Kognitif
Eksperimen dengan LKS Eksperimen dengan Diagram Vee
38 39
75,48 68,97
10,12 15,11
2 Prestasi Kognitif Sikap Ilmiah Tinggi Sikap Ilmiah Rendah
41 36
75,12 68,83
12,19 13,70
3 Prestasi Kognitif Eksperimen dengan LKS - Sikap Ilmiah Tinggi Eksperimen dengan LKS - Sikap Ilmiah Rendah Eksperimen dengan Diagram Vee– S. Ilmiah Tinggi Eksperimen dengan Diagram Vee – S. Ilmiah Rendah
20 18 21 18
75,00 75,00 74,38 62,67
9,14
11,36 14,72 13,30
4 Prestasi Kognitif Sikap Ilmiah Tinggi – Gaya Belajar Visual Sikap Ilmiah Tinggi – Gaya Belajar Kinestetik Sikap Ilmiah Rendah – Gaya Belajar Visual Sikap Ilmiah Rendah – Gaya Belajar Kinestetik
19 22 19 17
80,42 70,55 67,79 70,00
9,81
12,38 14,08 13,60
5 Prestasi Afektif Eksperimen dengan LKS Eksperimen dengan Diagram Vee
38 39
68,316 74,590
5,619 6,439
6 Prestasi Psikomotorik Eksperimen dengan LKS Eksperimen dengan Diagram Vee
38 39
88,316 84,308
5,383 5,478
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Hasil uji lanjut juga dapat ditunjukan pada Grafik sebagai berikut:
1. One-way ANOVA: NILAI PRESTASI KOGNITIF versus METODE PEMBELAJARAN
Metode
Mea
n
LKSDiagramV
89
88
87
86
85
84
84.855
87.717
86.286
One-Way ANOM for PRESTASI PSIKOMOTOR by MetodeAlpha = 0.05
Gambar 4.9. Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif vs Metode Pembelajaran
2. One-way ANOVA: NILAI PRESTASI KOGNITIF versus SIKAP ILMIAH
TINGGIRENDAH
76
74
72
70
68
Sikap Ilmiah
Mea
n
69.034
75.330
72.182
One-Way Normal ANOM for Prestasi KognitifAlpha = 0.05
Gambar 4.10. Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif vs Sikap Ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
3. Interaksi Plot (Data Means) for Nilai Prestasi Kognitif-Metode-Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah
Me
an
TINGGIRENDAH
76
74
72
70
68
66
64
62
MetodeDiagramVLKS
Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
Gambar 4.11. Interaksi Plot (Data Means) untuk Prestasi Kognitif-Metode-Sikap Ilmiah
4. One-way ANOVA: Nilai Prestasi Kognitif-Sikap Ilmiah-Gaya Belajar
Gaya Belajar
Me
an
VISUALKINETESTIK
82
80
78
76
74
72
70
68
Sikap IlmiahRENDAHTINGGI
Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
Gambar 4.12. Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif vs Sikap Ilmiah vs Gaya Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
5. One-way ANOVA: NILAI AFEKTIF versus METODE
Metode
Mea
n
LKSDiagramV
76
75
74
73
72
71
70
69
68
69.900
73.087
71.494
One-Way ANOM for PRESTASI AFEKTIF by MetodeAlpha = 0.05
Gambar 4.13. Analisys of Means Tes Prestasi Afektif vs Metode
6. One-way ANOVA: NILAI PSIKOMOTORIK versus METODE
Metode
Mea
n
LKSDiagramV
89
88
87
86
85
84
84.855
87.717
86.286
One-Way ANOM for PRESTASI PSIKOMOTOR by MetodeAlpha = 0.05
Gambar 4.14. Analisys of Means Tes Prestasi Psikomotorik vs Metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
D. PEMBAHASAN
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,015, P-
value Prestasi Afektif = 0,000, P-value Prestasi Psikomotorik = 0,001. Jika P-value <
Alpha 0,05 maka hipotesis Ho: tidak ada pengaruh, penggunaan metode ditolak dan
hipotesis alternatifnya H1 : diterima artinya ada pengaruh pembelajaran Kimia
dengan metode eksperimen dengan LKS dan metode eksperimen dengan diagram
Vee terhadap prestasi belajar pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa ada perbedaan pengaruh
penggunaan metode eksperimen dengan LKS dan metode eksperimen dengan
diagram Vee terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik belajar kimia pada
materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran
2010/2011. Hal ini sesuai dengan teori belajar bahwa belajar merupakan kegiatan
manusiauntuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap.
Metode eksperimen merupakan metode penyelidikan atau penemuan yang
melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan seperti yang dikutip dalam E.
Mulyasa (2008.108) sebagai berikut : 1). mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
fenomena alam; 2). merumuskan masalah yang ditemukan; 3). merumuskan
hipotesis; 4). merancang dan melakukan eksperimen; 5). mengumpulkan data dan
menganalisis data; 6). menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni:
obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab. Metode
eksperimen merupakan ruh pembelajaran bidang studi kimia dan metode
pembelajaran sebagai faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
metode pembelajaran yang berbeda tentunya mempunyai pengaruh yang berbeda
pula terhadap prestasi belajar.
Dari hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa rerata hasil prestasi kognitif siswa
yang dikenakan perlakuan dengan metode eksperimen dengan LKS lebih baik dari
pada siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode eksperimen dengan Vee.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa metode eksperimen dengan LKS lebih terstruktur dan
terarah. Siawa dapat melakukan eksperimen secara komprehensif langkah demi demi
langkah sehingga dapat menekan tingkat kesalahan siswa dalam melakukan kegiatan
ekplorasi penguasaan konsep sedangkan pada metode eksperimen dengan Vee , siswa
lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Guru hanya menyiapkan alat dan bahan,
sedangkan problem atau masalah serta langkah - langkah proses pemecahan masalah
dirangang oleh siswa, siswa lebih leluasa dalam melakukan kegiatan sehingga waktu
kurang diperhitungkan dan kelemahan dari metode eksperimen dengan diagram Vee
adalah bagi siswa yang tidak terbiasa melakukan akan mengalami kesulitan. Secara
statistic pembelajaran dengan metode eksperimen dengan LKS hasil rerata nilai
konitifnya adalah 75,47 dan dengan metode eksperimen dengan diagram Vee hasil
rerata nilai konitifnya 68,97, jadi pembelajaran dengan metode eksperimen dengan
LKS lebih baik pembelajaran dengan metode eksperimen dengan diagram Vee.
Dan pada hasil rerata nilai afektif pada kelas yang mendapat metode
eksperimen dengan LKS lebih baik dari pada kelas yang mendapat metode
eksperimen dengan Diagram Vee tetapi pada hasil rerata nilai psikomotorik kelas
metode eksperimen dengan LKS lebih baik dari kelas metode eksperimen dengan
Vee. Hal ini sesuai dengan kelebihan dan kekurangan dari masing masing metode.
Kelebihan metode eksperimen dengan LKS yaitu lebih terstruktur, terkendali dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
terarah tetapi kelemahannya siswa tidak bebas melakukan psikomotoriknya sesuai
keinginan, sedangkan metode eksperimen dengan Vee kelebihannya siswa bebas
beraktivitas mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya dan kelemahan dari
metode eksperimen dengan Vee adalah jika faktor intern siswa rendah seperti
kematangan, kecerdasan, motivasi dan pengalaman yang sedikit, maka akan
mengalami kendala dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dari hasil analisis data dan hasil analisis pembelajaran yang berlangsung
selama penelitian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar pada aspek kognitif,
aspek afektif dan psikomotorik siswa yang mendapat perlakuan dengan metode
eksperimen dengan LKS lebih baik dari pada kelompok siswa yang mendapat
perlakuan dengan metode eksperimen dengan Vee pada materi materi laju reaksi
kimia.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil analisis didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,016, P-
value Prestasi Afektif = 0,712, P-value Prestasi Psikomotorik = 0,845. Jika P-value <
Alpha 0,05 maka hipotesis Ho : tidak ada pengaruh antara siswa dengan sikap ilmiah
tinggi dan siswa dengan sikap ilmiah rendah ditolak dan hipotesis alternatifnya H1 :
diterima artinya ada pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah
terhadap prestasi kognitif pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. Jadi dari hasil analisis tersebut dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara siswa yang mempunyai sikap ilmiah
tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, tetapi tidak ada pengaruh antara siswa
yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif dan
psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil terdapat perbedaan prestasi belajar
yang signifikan antara siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa rentangan nilai sikap ilmiah siswa yang berbeda antara
kelompok sikap ilmiah tinggi dan rendah, dari jumlah nilai maksimal 100 diperoleh
nilai terendah 48 nilai tertinggi 96 pada kelompok sikap ilmiah tinggi dan diperoleh
nilai terendah 36 nilai tertinggi 92 pada kelompok sikap ilmiah rendah sehingga
pengaruh terhadap prestasi belajar antara kelompok tinggi dan rendah signifikan. Hal
ini berarti bahwa sikap ilmiah yang merupakan fator intern siswa yang terdiri rasa
ingin tahu, jujur, obyektif, terbuka, toleran, optimis, berkemauan tinggi dan
bertanggung jawab dapat menunjang keberhasilan dalam belajar siswa, pada
penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan karena secara riil siswa yang
sikap ilmiahnya tinggi mempunyai nilai prestasi kognitif yang lebih baik dari siswa
yang sikap ilmiahnya rendah. Namun dari segi nilai afektif dan psikomotorik tidak
ada pengaruh antara siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah yang
mana dari uji lanjut siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi lebih baik prestasinya
dari pada siswa yang sikap ilmiahnya rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,133, P-
value Prestasi Afektif = 0,098, P-value Prestasi Psikomotorik = 0,100. Jika P-value <
Alpha 0,05 maka hipotesis Ho : tidak ada pengaruh antara gaya belajar siswa visual
dan kinestetik ditolak dan hipotesis alternatifnya H1 : diterima artinya ada pengaruh
antara gaya belajar siswa visual dan kinestetik di kedua metode pembelajaran
terhadap prestasi belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotorik pada materi laju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. Jadi dari
hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara siswa
yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif,
prestasi afektif dan psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI
SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh kenyataan bahwa tidak terdapat
perbedaan prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik pada siswa yang mempunyai
gaya belajar visual dan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik artinya siswa
dengan gaya belajar visual dan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik hasil
belajarnya tidak berbeda secara statistic terhadap prestasi kognitif, afektif dan
psikomotorik , namun jika dilihat dari hasil reratanya, bahwa siswa dengan gaya
belajar visual mempunyai hasil belajar sedikit lebih baik dari pada siswa dengan
gaya belajar kinestetik dari kedua metode. Hal ini sesuai dengan teori belajar bahwa
gaya belajar siswa sebagai faktor intern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Gaya belajar siswa yang berbeda mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap
prestasi belajar. (Nasution, 1982. 94). Tidak semua orang mengikuti cara yang sama.
Masing – masing menunjukkan perbedaan, gaya belajar ini berkaitan dengan erat
dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi dengan oleh pendidikan dan
riwayat perkembangannya. Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989;149) menjelaskan
bahwa anak itu berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan anak itu tidak berpikir,
agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Siswa akan lebih memahami materi laju reaksi kimia apabila dengan melakukan
aktivitas dengan melakukan percobaan diantaranya mengamati, menulis atau
mencatat, mendiskusikan, menanyakan, menganalisis dan menyimpulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Hal ini berarti siswa dengan metode eksperimen dengan LKS maupun dengan
digram V siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik
dalam melakukan penemuan konsep laju reaksi kimia dapat beraktivitas
mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya sehingga prestasinya tidak
terdapat perbedaan yang sidnifikan pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik.
4. Hipotesis Keempat
Dari hasil analisis didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,041, P-
value Prestasi Afektif = 0,241, P-value Prestasi Psikomotorik = 0,447. Jika P-value <
Alpha 0,05 maka hipotesis Ho: tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan
sikap ilmiah tinggi dan rendah ditolak dan hipotesis alternatifnya H1 : diterima
artinya ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN
1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. Jadi dari hasil perhitungan tersebut dapat
dikatakan bahwa ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif tetapi tidak ada interaksi antara
penggunaan metode dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif
dan psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dari hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa rerata hasil prestasi kognitif, siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan metode eksperimen dengan LKS lebih baik
dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode eksperimen dengan
diagram V . Siswa yang diberi metode eksperimen dengan LKS dengan sikap ilmiah
tinggi lebih baik dari pada Siswa yang diberi metode eksperimen dengan diagram V
dengan sikap ilmiah tinggi. Siswa yang diberi metode eksperimen dengan LKS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
dengan sikap ilmiah rendah lebih baik dari pada Siswa yang diberi metode
eksperimen dengan diagram V dengan sikap ilmiah rendah.
Dari hasil analisis data dan hasil analisis pembelajaran yang berlangsung selama
penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa dengan sikap ilmiah tinggi pada metode
pembelajaran eksperimen dengan LKS lebih baik dari pada metode eksperimen
dengan diagram Vee.
Tidak adanya interaksi pada prestasi afektif dan psikomotor dapat dijelaskan
bahwa sikap ilmiah sendiri merupakan bagian dari nilai afektif jika sikap ilmiahnya
tinggi maka nilai afektifnya tinggi pula dan jika sikap ilmiahnya rendah maka nilai
afektifnya rendah pula sedangkan nilai psikomotor merupakan bukti nyata dari sikap
ilmiah.
5. Hipotesis Kelima
Dari hasil analisis didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,221, P-
value Prestasi Afektif = 0,487, P-value Prestasi Psikomotorik = 0,402. Jika P-value <
Alpha 0,05 maka hipotesis Ho: tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan
gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik ditolak dan hipotesis alternatifnya H1 :
diterima artinya ada interaksi antara penggunaan metode dengan gaya belajar visual
dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar pada materi laju reaksi kimia
siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. Jadi dari hasil
perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan
metode dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi
belajar baik kognitif, afektif dan psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa
kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: Metode yang diterapkan baik eksperimen
dengan LKS maupun metode eksperimen dengan diagram Vee, siswa yang memiliki
gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi kognitif yang tidak
jauh berbeda. Rerata untuk prestasi kognitif pada siswa dengan gaya belajar visual
dan kinestetik rerata yaitu 74,11 dan 70,31, untuk prestasi afektif yaitu 72,789 dan
70,23 dan untuk prestasi psikomotorik 87,184 dan 85,410. Sehingga siswa yang
memiliki gaya belajar visual dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dalam
melakukan kegiatan dapat beraktivitas mengembangkan diri dengan baik sesuai
dengan kemampuannya pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
6. Hipotesis Keenam
Dari hasil analisis didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,040, P-value
Prestasi Afektif = 0,575, P-value Prestasi Psikomotorik = 0,129. Jika P-value <
Alpha 0,05 maka hipotesis Ho: tidak ada perbedaan interaksi antara sikap ilmiah dan
gaya belajar terhadap prestasi belajar ditolak dan hipotesis alternatifnya H1 : diterima
artinya ada interaksi sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa pada materi laju
reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. Jadi dari
hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa ada interaksi antara sikap ilmiah
dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan tidak ada interaksi
antara sikap ilmiah dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif dan
psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Dari uji lanjut berarti siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dengan gaya
belajar visual memiliki prestasi kognitif lebih baik dari siswa yang mempunyai sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
ilmiah tinggi dengan gaya belajar kinestetik. Walau perbedaan tidak terlalu besar,
siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah dengan gaya belajar kinestetik memiliki
prestasi kognitif lebih baik dari siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah dengan
gaya belajar visual. Dan siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dengan gaya
belajar visual dan kinestetik memiliki prestasi kognitif lebih baik dari siswa yang
mempunyai sikap ilmiah rendah dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Namun
pada prestasi afektif dan psikomotorik sikap ilmiah dan gaya belajar tidak terjadi
perbedaan yang signifikan.
7. Hipotesis Ketujuh
Dari hasil analisis didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,124, P-
value Prestasi Afektif = 0,889, P-value Prestasi Psikomotorik = 0,127. Jika P-value <
Alpha 0,05 maka hipotesis Ho: Tidak ada interaksi antara penggunaan metode
dengan sikap ilmiah dan gaya belajar terhadap prestasi belajar ditolak dan hipotesis
alternatifnya H1 : diterima artinya ada interaksi antara penggunaan metode dengan
sikap ilmiah dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi laju reaksi
kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. Jadi dari hasil
perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan
metode eksperimen dengan LKS dan metode eksperimen dengan diagram V dengan
sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar baik kognitif, afektif
dan psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Tidak adanya interaksi antara sikap ilmiah dengan gaya belajar dapat
dijelaskan bahwa hasil statistik menunjukkan bahwa metode eksperimen dengan
LKS lebih baik dari metode eksperimen dengan diagram V, siswa dengan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
ilmiah tinggi lebih baik dari pada siswa dengan sikap ilmiah rendah, siswa
dengan gaya belajar visual lebih baik dari siswa dengan gaya belajar kinestetik.
Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai berikut:
a) Penggunaan metode eksperimen dengan LKS tepat dijadikan sebagai pilihan
utama jika pembelajaran memperhatikan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa. Siswa
dengan gaya belajar yang berbeda akan memberi respon yang berbeda pula.
Demikian juga, siswa dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah. b) Interaksi antara
metode dan sikap ilmiah memberi sumbangan besar terhadap identifikasi
pemahaman siswa tentang pelajaran kimia khususnya materi laju reaksi kimia. Siswa
dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah dan gaya belajar visual dan kinestetik, tidak
ada masalah saat belajar dengan metode eksperimen dengan LKS maupun
eksperimen dengan diagram V, meskipun eksperimen dengan LKS tetap menjadi
pilihan utamanya. Sedangkan siswa dengan sikap ilmiah yang rendah, akan sangat
terbantu dengan penggunaan metode eksperimen dengan LKS (rata-rata = 75,00)
daripada metode eksperimen dengan diagram V (rata-rata = 62,67).
E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN.
Pada penelitian ini ada beberapa keterbatasan diantaranya :
1. Data angket sikap ilmiah dan gaya belajar siswa yang diperoleh dengan
berupa test tulis yang mana skor kategori tinggi dan rendah tidak jauh
berbeda.
2. Soal tes kognitif yang digunakan masih kurang mewakili kelima tingkat
kesukaran yaitu mudah sekali, mudah, sedang, sukar dan sukar sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
3. Pendataan atau pengambilan nilai afektif yang berupa angket dan nilai
psikomotorik yang masih manual dengan pengamatan langsung yang tidak
dapat diulang seperti halnya penggunaan kamera CCTV atau kamera perekam
video , sehingga pendataan kami merasa masih kurang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil analisis data yang telah
dikemukakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode eksperimen dengan LKS lebih baik dari pada metode eksperimen
dengan diagram Vee. Metode eksperimen dengan LKS yang lebih terarah,
terstruktur dengan panduan LKS yang membimbing sedangkan eksperimen
dengan Diagram Vee siswa lebih bebas dalam melakukan kegiatan memecahkan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian,
sehingga kurang terarah dan memakan waktu yang relative lebih lama. Hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan untuk
P-value Prestasi kognitif = 0,015, P-value Prestasi Afektif = 0,000, P-value
Prestasi Psikomotorik = 0,001 dan uji lanjut menunjukkan bahwa metode
eksperimen dengan LKS lebih baik dari pada metode eksperimen dengan
diagram Vee dilihat dari rerata pada metode eksperimen dengan LKS prestasi
kognitif = 75,47, afektif = 68,316, dan psikomotorik = 88,32 sedangkan pada
metode eksperimen dengan diagram V rerata prestasi kognitif = 68,97, afektif =
74, dan psikomotorik = 84,31. Jadi Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode
eksperimen dengan LKS dan eksperimen dengan diagram Vee terhadap prestasi
kognitif, afektif dan psikomotorik belajar kimia pada materi laju reaksi kimia
siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
2. Sikap ilmiah merupakan sesuatu yang ada pada diri siswa yang dapat
ditunjukkan dengan perilaku jujur, obyektif, kritis, tekun, tidak mudah menyerah
dan rasa ingin tahu. Sikap ilmiah tinggi dan rendah memberi pengaruh yang
signifikan terutama pada prestasi kognitif. Hal ini dibuktikan dengan hasil
analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif
= 0,016, P-value Prestasi Afektif = 0,712, P-value Prestasi Psikomotorik =
0,845. Jadi tidak terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi afektif dan
psikomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo
Tahun Pelajaran 2010/2011. tetapi ada pengaruh antara siswa yang mempunyai
sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif.
3. Gaya belajar merupakan bentuk nyata dalam melakukan suatu proses belajar
dalam hal ini melakukan kegiatan eksperimen dalam memecahkan masalah.
Bentuk aktivitas antara lain; teliti dan rinci, senang berbicara, berdiskusi, belajar
melalui praktek langsung dan lainnya. Dari hasil analisis dengan taraf
signifikansi 5% didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,133, P-value
Prestasi Afektif = 0,098, P-value Prestasi Psikomotorik = 0,100. Hal ini berarti
siswa dengan metode eksperimen dengan LKS maupun dengan diagram Vee
siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik dalam
melakukan penemuan konsep laju reaksi kimia dapat beraktivitas
mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya sehingga prestasinya tidak
terdapat perbedaan yang sidnifikan pada prestasi kognitif, afektif dan
psikomotorik.
4. Metode eksperimen membutuhkan sikap ilmiah sehinga siswa yang sikap
ilmiahnya rendah mempunyai prestasi yang lebih rendah pada kedua metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
sedangkan siswa yang sikap ilmiahnya tinggi mempunyai prestasi yang lebih
baik pada kedua metode. Hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan
untuk P-value Prestasi kognitif = 0,045, P-value Prestasi Afektif = 0,287, P-
value Prestasi Psikomotorik = 0,524. Jadi terdapat interaksi antara penggunaan
metode eksperimen dengan LKS maupun dengan diagram Vee dan sikap ilmiah
terhadap prestasi kognitif pada materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. tetapi tidak ada interaksi antara
penggunaan metode eksperimen dengan LKS dengan diagram Vee dan sikap
ilmiah terhadap prestasi afektif dan psikomotorik.
5. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik tidak terdapat
perbedaan dalam prestasi kognitif afektif dan psikomotorik pada kedua metode.
Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan
untuk P-value Prestasi kognitif = 0,221, P-value Prestasi Afektif = 0,487, P-value
Prestasi Psikomotor = 0,402. Jadi tidak ada interaksi antara penggunaan metode
metode eksperimen dengan LKS dengan diagram Vee dan gaya belajar visual dan
kinestetik siswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psiokomotor pada materi
laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
6. Siswa yang sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi dari pada
siswa yang sikap ilmiahnya rendah di kedua metode. Hal ini dibuktikan dengan
hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan untuk P-value Prestasi
kognitif = 0,046, P-value Prestasi Afektif = 0,575, P-value Prestasi Psikomotorik
= 0,129. Jadi ada interaksi sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi kognitif, tidak ada interaksi sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa
terhadap prestasi afektif dan psiokomotorik pada materi laju reaksi kimia siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011.
7. Baik siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan siswa rendah dengan gaya
belajar visual dan kinestetik mempunyai prestasi yang lebih baik pada kedua
metode. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5%
didapatkan untuk P-value Prestasi kognitif = 0,124, P-value Prestasi Afektif =
0,889, P-value Prestasi Psikomotor = 0,127. Jadi tidak ada interaksi antara
penggunaan eksperimen dengan LKS dengan diagram Vee dan sikap ilmiah dan
gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psiokomotorik pada
materi laju reaksi kimia siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran
2010/2011.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan adalah :
1. Implikasi Teoritis
a. Metode eksperimen dengan LKS memberikan pengaruh yang lebih signifikan
terhadap prestasi belajar siswa, khususnya aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik pada materi laju reaksi , hal ini dikarenakan metode
eksperimen dengan LKS lebih terstruktur dan terarah yang sangat cocok
untuk siswa yang pengalaman eksperimen relatif masih kurang. Sehingga
metode eksperimen dengan LKS dapat digunakan sebagai metode
pembelajaran alternatif untuk meningkatkan penguasaan konsep proses
pembelajaran khususnya materi laju reaksi.
b. Sikap ilmiah merupakan faktor intern siswa yang mempunyai pengaruh pada
prestasi belajar kimia. Guru hendaknya memperhatikan siswa yang sikap
ilmiahnya rendah. Sikap ilmiah pada penelitian ini memberikan pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
yang signifikan pada prestasi kognitif, dan tidak berpengaruh pada prestasi
belajar aspek afektif dan psikomotorik. Namun demikian untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa seorang pendidik dapat membangkitkan atau
meningkatkan sikap ilmiahnya.
c. Gaya belajar siswa yang merupakan faktor intern yang mempunyai pengaruh
pada prestasi belajar kimia, dalam penelitian ini siswa yang gaya belajarnya
visual mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang gaya
belajarnya kinestetik. Guru hendaknya memperhatikan gaya belajar siswa
agar memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
d. Dalam upaya peningkatan penguasaan konsep siswa, dapat dilihat dari
metode yang digunakan dan sikap ilmiah dalam belajar. Pembelajaran dengan
metode eksperimen dengan LKS dan metode eksperimen diagram Vee,
prestasi belajar siswa yang sikap ilmiah tinggi lebih baik dari pada siswa
dengan sikap ilmiah rendah sehingga untuk meningkatkan prestasi belajar
pada kedua metode dapat dilkukan dengan meningkatkan sikap ilmiah.
e. Dalam upaya peningkatan penguasaan konsep siswa, dapat dilihat dari
metode yang digunakan dan aktivitas siswa dalam belajar. Pembelajaran
dengan metode eksperimen dengan LKS dan metode eksperimen diagram
Vee, prestasi belajar siswa yang bergaya belajar visual lebih baik dari pada
siswa dengan bergaya belajar kinestetik sehingga untuk meningkatkan
prestasi belajar pada kedua metode dapat dilakukan dengan memperhatikan
gaya belajar siswa.
f. Dalam upaya peningkatan penguasaan konsep siswa, dapat dilihat dari sikap
ilmiah dan gaya belajar siswa dalam belajar. Prestasi belajar siswa yang sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
ilmiahnya tinggi tentunya lebih baik dari pada siswa yang sikap ilmiahnya
rendah dan gaya belajar siswa juga mempengruhi untuk meningkatkan
prestasi belajar pada kedua metode dapat dilakukan dengan meningkatkan
sikap ilmiah dan memperhatikan gaya belajar siswa.
g. Prestasi belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan menggunakan
metode eksperimen dengan LKS dengan memperhatikan sikap ilmiah serta
aktivitas siswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
seorang pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan prestasi belajar
kimia pada materi laju reaksi dengan menggunakan metode eksperimen
dengan LKS dengan meningkatkan sikap ilmiah serta gaya belajar.
2. Implikasi Praktis
a. Metode eksperimen dengan LKS mempunyai pengaruh terhadap prestasi
siswa yang lebih baik dari pada metode metode eksperimen diagram Vee.
Maka metode eksperimen dengan LKS dapat diterapkan dalam kurikulum
KTSP dan sebagai metode pembelajaran sains karena siswa lebih aktif,
kreatif, terampil, obyektif dan kritis dalam memecahkan masalah.
b. Sikap ilmiah siswa yang merupakan faktor intern siswa dapat dikembangkan
untuk menunjang tercapainya prestasi belajar. Siswa yang mempunyai sikap
ilmiah tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik maka guru dapat
memotivasi siswa agar mempunyai sikap ilmih yang tinggi dalam
menggunakan metode ekperimen.
c. Siswa yang gaya belajarnya visual mempunyai prestasi yang lebih baik dalam
mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen dengan LKS maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
eksperimen dengan diagram Vee. Maka guru dapat memotivasi siswa agar
dapat memperoleh prestasi yang lebih baik.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis
mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pendidik (Guru)
a. Dalam pembelajaran kimia dengan metode eksperimen dengan LKS, guru
hendaknya memperhatikan hal – hal antara lain :
1) Menyiapkan LKS lengkap.
2) Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan secara cermat.
3) Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dan diberi label.
4) Menyiapkan dan memberikan petunjuk penggunaan alat dan bahan.
5) Memberikan peringatan dalam menggunakan alat atau bahan yang sifatnya
berbahaya.
6) Sebelum dilakukan kegiatan eksperimen oleh siswa maka guru harus mencoba
terlebih dahulu agar mengetahui kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
7) Pembentukan kelompok dilakukan oleh guru agar diperoleh anggota
kelompok yang heterogen.
b. Dalam proses pembelajaran kimia perlu memperhatikan sikap ilmiah siswa.
Untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dapat dilakukan :
1) Eksperimen
2) Diskusi
3) Penulisa data yang obyektif
4) Melakukan percobaan di rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
5) Melakukan tugas proyek
c. Perlu dilakukan pengukuran Sikap ilmiah Siswa
d. Perlu dilakukan pengukuran Gaya Belajar yang dimiliki siswa sebelum
pembelajaran. Sehingga guru dapat menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan
gaya belajar siswa.
2. Bagi Peserta Didik
a. Setiap peserta didik mempunyai sikap ilmiah dan gaya belajar yang berbeda-
beda dan masing-masing dapat dikembangkan, karena dengan sikap ilmiah
dan gaya belajar dapat meningkatkan preastasi belajar.
b. Peserta didik hendaknya mempunyai sikap ilmiah yang tingi dan gaya belajar
sesuai pula.
c. Sebaiknya siswa didalam melakukan kegiatan penuh dengan ketelitian dan
kecermatan
d. Sebaiknya siswa sebelum melakukan kegiatan eksperimen benar-benar
memahami langkah kerja dan tujuan dari eksperimen.
3. Bagi Peneliti lain
a. Dalam penelitian ini metode dalam pembelajaran yang dipilih adalah metode
eksperimen dengan LKS dan metode eksperimen dengan diagram V yang
ditinjau dari sikap ilmiah dan gaya belajar siswa. Bagi para calon peneliti
yang lain mungkin dapat melakukan penelitian yang lain, yang mungkin dari
metode yang akan digunakan dalam penelitian bahkan mungkin dari tinjauan
yang lainnya.
b. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi laju reaksi kimia, peserta didik
kelas XI SMA N 1 Ponorogo , sehingga mungkin bisa diterapkan pada pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
bahasan yang lain dan mungkin di sekolah yang lain.
c. Harapan peneliti bagi peneliti yang lain adalah apa yang diteliti pada
penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi
peneliti maupun pendidik pada umumnya.
d. Pengukuran sikap ilmiah antara yang kategori tinggi dan rendah diharapkan
sangat jelas jika perlu adanya sikap ilmiah siswa yang kategori sedang.
e. Pengukuran gaya belajar siswa diharapkan meliputi kategori visual,
Auditorial dan kinestetik.
Recommended