View
833
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
BUDIDAYA HIJAUAN PAKAN DAN PASTURA
PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA KECERNAAN HIJAUAN JAGUNG
(LOGO)
diajukan oleh Aryanto
10/308997/ppt/772
Di susun oleh: M Askari Zakariah PT/05771
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin
berkembang dalam era globalisasi, maka kebutuhan lahan untuk
pemukiman semakin luas, sehingga lahan yang semula untuk sandang
dan pangan berubah menjadi lahan pemukiman semakin sempit. Kondisi
seperti ini harus dilakukan suatu terobosan teknologi budidaya pertanian
yang dapat meningkatkan produksi tanaman baik dari segi kualitas
maupun dari segi kuantitas.
Hijauan pakan ternak adalah segala macam hijauan dari tumbuh-
tumbuhan atau tanaman yang dapat dimakan oleh ternak tanpa
mengganggu kesehatan ternak tersebut, serta dapat dimanfaatkan untuk
proses pertumbuhan, bereproduksi, dan berproduksi. Hijauan pakan
ternak merupakan salah satu bahan pakan ternak yang sangat diperlukan
dan besar manfaatnya bagi kehidupan ternak terutama ternak ruminansia.
Sofyan (2010) menyatakan bahwa ternak ruminansia, hijauan merupakan
pakan utamanya. Kebutuhan pokok konsumsi hijauan makanan ternak
untuk setiap harinya 10% dari bobot badan ternak.
Pengembangan usaha pakan ternak bisa dilakukan dengan
penanaman jagung khusus untuk pakan ternak yang biasa disebut fodder
crop, dimana tanaman jagung dipanen saat biji jagung masih sangat
muda, sehingga tidak dihasilkan biji jagung. Menurut Margaretha, et all.,
(2004), tanaman jagung untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara
optimal memerlukan cukup hara utamanya N, P, dan K. Jagung
membutuhkan pupuk nitrogen terbanyak setelah padi. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanpa pemberian pupuk nitrogen, tanaman
jagung tidak akan mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk
mempertahankan kesuburan tanah yang cukup dan berimbang, diperlukan
pemberian pupuk.
Tujuan Pelaksanaan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan
pertumbuhan dan produksi hijauan tanaman jagung sampai pada fase
yang siap untuk di defoliasi sebagai hijauan pakan ternak. Di samping itu,
praktikum ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh perlakuan
perbedaan pemberian pupuk terhadap tinggi pertumbuhan tanaman,
produksi hijauan segar dan bahan kering serta mengetahui kecernaan
bahan kering dan bahan organik dari tanaman jagung tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung
Tanaman jagung (Zea mays) berasal dari Amerika dan melalui
Eropa menyebar ke Asia dan Afrika. Jagung termasuk famili Graminae
(Anonim1, 2010). Jagung dapat menggantikan rumput potong pada masa
istirahat sesudah defoliasi sehingga kontinuitas pakan terjaga. Komposisi
kimia hijauan jagung untuk pakan berturut-turut TDN, PK, Ca, P adalah
58%; 8,8%; 0,28% dan 0,14% (Hartadi et al., 2005).
Menurut Steenis (1989), tanaman jagung (Zea mays) dalam tata
nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan
tanah yang khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai
tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, pasang surut asalkan
syarat tumbuh diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang dapat ditanami
jagung antara lain Andosol, Latosol dan Grumosol. Tanah bertekstur
lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah yang terbaik
untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman jagung akan tumbuh baik
pada tanah yang subur, gembur, kaya humus (Purwono dan Hartono,
2005).
Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur (lembab),
permeabilitas sedang, drainase agak cepat, tingkat kesuburan sedang,
kandungan humus sedang. Reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,2 - 8,5
yang optimal antara 5,8– 7,8. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman jagung banyak tersedia di dalamnya. pH lebih dari
7,0 unsur P terikat oleh CO sehingga tidak terlarut dalam air. Hal ini
mengakibatkan unsur hara sulit diserap oleh akar tanaman. Jadi, pH tanah
dan unsur-unsur hara yang ada (tersedia) bagi tanaman saling berkaitan
(Djaenuddin, 2000).
Di Indonesia tanaman jagung tumbuh dan berproduksi optimum
didaratan rendah sampai ketinggian 750 m dpl. Suhu udara ideal untuk
perkecambahan benih adalalah 30oC-32oC dengan kapsitas air tanah
25%-60% Selama pertumbuhan tanaman jagung membututhkan suhu
optimum 23oC-27oC (Rukmana, 1997). Menurut Warisno (1998)
menyatakan bahwa suhu dibawah 12,8oC akan mengganggu
perkembangan kecambahan sehingga dapat menurunkan hasil. Pada
suhu 40 o - 44oC embrio jagung dapat rusak. Pada suhu 15,5o -18,5oC
biasanya jagung baru muncul di permukaan tanah 8–10 hari setelah
tanam.
Bukan hanya temperatur yang baik tetapi juga intensitas
penyinaran matahari karena umumnya tanaman jagung tidak tahan
naungan (Warisno, 1998). Curah hujan ideal untuk tanaman jagung
adalah antara 100mm-200mm/bulan. Curah hujan paling optimum adalah
sekitar 100mm-125mm/bulan dengan distribusi hujan merata. Unsur iklim
penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung
adalah faktor penyinaran matahari. Tanaman jagung membutuhkan
penyinaran matahari penuh, maka tempat penanamannya harus terbuka
(Rukmana, 1997).
Produksi Tanaman Jagung
Indonesia pada tahun 2008 telah berhasil swasembada jagung
walaupun produktivitas jagung nasional masih rendah, yaitu 4 ton /ha,
total produksi 15,86 Juta ton, dan luas panen 3,92 Juta Ha. Pada tahun
2009 ditargetkan luas panen 4,08 Juta Ha, produktivitas 4,41 ton /ha dan
produksi mencapai 18,00 Juta ton, dimana diperkirakan 30% diantaranya
diperuntukan untuk ekspor (BPS, 2008; Ditjen Peternakan, 2009).
Pupuk Kandang dan Pupuk Urea
Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah,
menaikkan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan
di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.
Sedangkan pemberian pupuk urea dapat merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan
penting dalam pembentukan hijau daun (Lingga dan Marsono, 2008).
Soepardi (1983) menyatakan pemberian pupuk kandang dapat
memepertahankan kadar bahan organik, sumber nitrogen dan kalium.
Pupuk kandang rata-rata mengandung nitrogen dan kalium lima kali lebih
banyak daripada fosfor. Agar kandungan P dalam pupuk kandang dapat
mengimbangi kandungan N dan K maka penambahan pupuk P sebnayak
5 kalinya harus dilakukan. Tidak semua hara dalam pupuk kandang dapat
dimanfaatkan tanaman, karena sebagian N, P, dan K hilang sewaktu
pengelolaannya. Kehilangan oleh pencucian dan penguapan yang terjadi
karena dekomposisi secara aerob dan anaerob.
Tanaman jagung merupakan tanaman yang peka terhadap
kekurangan unsur N, sehinga pemberiannya perlu dilakukan untuk
meningkatkan hasil secara nyata. Pupuk N diperlukan bila jumlah N yang
tersedia di lahan maupun yang berasal dari pupuk organik kurang
memenuhi kebutuhan. Pemberian pupuk N pada media tumbuh tanaman
jagng manis merupakan salah satu untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan, yaitu dapat meningkatkan penyerapan unsur N oleh tanaman
(Golsworthy dan Fisher, 1992).
Urea merupakan pupuk nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang,
cabang, dan daun. Kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh
kerdil, daun menjadi hijau muda dan jaringan-jaringannya mati. Lingga
dan Marsono (2008) menyatakan pupuk urea termasuk pupuk yang
higrokopis (menarik uap air) pada kelembapan 73% sehingga urea mudah
larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Jika diberikan ke tanah,
pupuk ini akan mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida yang
mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah tercuci oleh air sehingga pada
lahan kering pupuk nitrogen akan hilang karena erosi. Maka dari itu
pemberian pupuk urea secara bertahap perlu dilakukan agar unsur
nitrogen tersedia bagi tanaman jagung di lahan kering.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Praktek
Praktek ini telah dilaksanakan di Green House Hijauan Makanan
Ternak, Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas
Peternakan Univesitas Gadjah Mada selama kurang lebih 3 bulan.
Penanaman dilakukan pada tanggal 19 Maret dan di defoliasi pada
tanggal 4 Juni 2012. Analisis bahan kering, bahan organik, kecernaan
bahan kering dan bahan organik dilakukan di Laboratorium Budidaya
Hijauan Pastura, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada.
Bahan Praktek
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benih Jagung,
pupuk kandang, pupuk urea, dan air untuk mengairi tanaman.
Peralatan Praktek
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat untuk menunjang
pelaksanaan praktek yaitu pacul, sabit, ember, gunting, mistar, polybag,
timbangan merk Five Goats kapasitas 5 kg kepekaan 20 g untuk
menimbang tanah yang digunakan untuk media tanam, timbangan digital
dengan kapasitas 1 kg dengan kepekaan 0,01 g untuk menimbang pupuk
kandang maupun pupuk urea.
Rancangan Percobaan
Perlakuan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
dengan tiga macam perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan
dan setiap ulangan terdiri dari dua tanamn jagung. Perlakuan yang
diberikan adalah sebagai berikut:
P0 = Pupuk Kandang 50 gram
P1 = Pupuk Kandang 50 gram + Urea 50 gram
P2 = Pupuk Kandang 50 gram + Urea 75 gram
P3 = Pupuk Kandang 50 gram + Urea 100 gram
P4 = Pupuk Kandang 50 gram + Urea 125 gram
P5 = Pupuk Kandang 50 gram + Urea 150 gram
Pelaksanaan Praktek
Persiapan tanah dan benih. Persiapan tanah meliputi: pemasukan
media tanah kedalam polybag dengan kapasitas 10 kg dan dilakukan
penambahan pupuk kandang sebanyak 50 gram untuk semua perlakuan.
Penanaman benih jagung sebanyak 2 biji dan dilakukan penyiraman.
Penentuan perlakuan ditentukan secara acak berdasarkan pola
rancangan kelompok. Benih Jagung merupakan benih hibrida bisi-2 yang
di belih dari toko pertanian.
Penanaman. Penanaman benih jagung dilakukan dengan cara tugal
sedalam kurang lebih 3 cm, dengan memasukkan benih jagung yang
ditanam 3 biji dalam tiap lubang. Cara ini ditempuh untuk mengantisipasi
adanya benih yang tidak tumbuh. Jika semua benih yang dimasukkan ke
lubang tumbuh maka akan di kurangi (tinning up) pada saat kegiatan
penjarangan. Setelah diisi benih, lubang tanam tersebut ditutup kembali.
Pemupukan. Pemberian pupuk urea (45% N) dengan dosis sesuai
perlakuan. Pupuk diberikan dengan cara di tugal di sisi tanaman pada
jarak 5-10 cm dari tanaman. Pemupukan dilakukan pada saat jagung
berumur 25 hari setelah tanam.
Penjarangan. Penjarangan tanaman dilakukan saat tanaman berumur
21 hari dengan cara digunting. Jumlah tanaman yang dibiarkan tumbuh
masing-masing 1 tanaman untuk tiap perlakuan.
Pemeliharaan tanaman. Penyiraman tanaman dilakukan dengan
penggenangan air setiap tujuh hari sekali selama 4-5 jam hingga
mencapai kapasitas lapang. Kegiatan ini dilakukan sampai tanaman
sudah tumbuh dengan sempurna. Penyiangan tanaman dilakukan jika
ada gulma.
Variabel yang diamati
1. Tinggi tanaman diukur setiap dua minggu yang dimulai saat tanaman
berumur 32 hari setelah tanam. Pengukuran terus dilakukan sampai
menjelang peralihan dari fase vegetatif ke fase generatif (ditandai
dengan keluarnya bunga jantan). Tinggi tanaman diukur dari
permukaan tanah hingga pucuk daun tertinggi dari seluruh tanaman
setiap rumpun.
2. Produksi Bahan segar dihitung pada saat defoliasi. Berat sampel yang
diperoleh pada saat penimbangan kemudian dikonversikan ke produksi
ton/ha.
3. Produksi Bahan kering diperoleh melalui 2 tahap. Tahap pertama yaitu
sampel segar di oven pada suhu 550C selama 3 hari. Selanjutnya
sampel tersebut di oven lagi pada suhu 1050C (sampai kadar air
benar-benar menjadi 0). Presentase Bahan kering diperoleh dengan
cara membagi berat sampel setelah dioven dengan berat sampel
sebelum oven.
4. Kecernaan Bahan kering dilakukan dengan metode In-vitro Tilley dan
Terry. Metode ini terdiri dari dua fase. Fase I seperti yang terjadi
didalam rumen, sehingga diperlukan cairan rumen dari sapi donor
harus merupakan sampel yang aktif, kondisi temperatur yang uniform,
pengaturan oksigen dari dalam tabung dan lama inkubasi 48 jam.
Pada fase II, pencernaan dengan larutan HCl dan pepsin untuk
menghilangkan protein bakteri dan protein pakan yang tak berubah.
Kondisi pada fase II ini tidak serawan kondisi fase I, dan lamanya
inkubasi sama yaitu 48 jam.
Analisis Data
Data pertumbuhan tanaman masing-masing perlakuan yang
diperoleh ditabulasi, selanjutnya rata-rata pertambahan tinggi tanaman di
deskripsikan dengan grafik. Sedangkan data produksi bahan segar, bahan
kering, kecernaan bahan kering dan bahan organic dianalisi dengan
ANOVA menurut Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan yang
menunjukkan signifikansi pada uji F selanjutnya diuji lanjut dengan Uji
Duncan (Duncan,s new multiple range test/DMRT). Data dianalisis dengan
bantuan personal komputer statistical product and service solutions
(SPSS) versi 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Praktek
Lokasi yang digunakan adalah Green House Laboratorium Hijauan
Makanan Ternak Pastura Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
Sleman Yogyakarta.
Perkembangan tanaman jagung
Pertambahan tinggi tanaman jagung sebagai akibat dari masing-
masing kombinasi perlakuan yang dikenakan terlihat pada gambar 1 di
bawah ini.
Gambar 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Jagung
Menurut Usman (2010) bahwa perkembangan tinggi tanaman mulai
dari awal penanaman secara umum berlangsung dalam tiga fase yaitu
mulai dengan pertumbuhan lambat, cepat, dan kemudian lambat lagi
sebelum akhirnya pertambahan tingginya berhenti. Dari grafik tersebut
dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi tanaman jagung dari umur 32 hari
setelah tanam sampai umur 77 hari setelah tanam mengikuti pola linear
dimana masing-masing kombinasi perlakuan memiliki pola pertambahan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
32 Hari setelah
tanam
46 Hari setelah
tanam
60 Hari setelah
tanam
77 Hari setelah
tanam
cm
Tinggi Tanaman
P0
P1
P2
P3
P4
P5
tinggi yang sama terkecuali pada perlakuan penggunaan urea sebanyak
150 gram.
Bila membandingkan pengaruh perlakuan yang dikenakan maka
dapat dikatakan bahwa tinggi tanaman tanpa penggunaan pupuk urea
memiliki pertumbuhan yang tinggi, sedangkan penggunaan pupuk urea
dengan dosis 150 gram memiliki pertumbuhan yang tidak optimal karena
tanaman mengalami kematian pada 77 hari setelah penanaman. Hal ini
diduga bahwa dengan pemberian Nitrogen dapat merangsang aktivitas
metabolisme dalam tanaman. Marschner (1986) menyatakan bahwa
pemberian N yang tinggi menyebabkan tanaman mudah rebah karena
sistem perakaran relatif menjadi lebih sempit.
Penggunaan pupuk urea pada level tinggi dapat menyebabkan efek
buruk pada tanah misalnya peningkatan kemasaman tanah karena kation
amonium dalam urea dapat mengalami oksidasi menjadi nitrat dan
menghasilkan ion H+ sehingga tanah menjadi masam (Sugito et al., 1995).
Menurut Listyawan (1997), hal tersebut disebabkan oleh terganggunya
keseimbangan unsur hara dalam tanah sehingga kebutuhan unsur hara
bagi tanaman tidak tercukupi dan terganggunya perkembangan
mikroorganisme dalam tanah baik akibat perubahan sifat kimia dan
rendahnya bahan organik tanah.
Produksi Bahan Kering dan Bahan Organik
Data produksi hijauan segar tanaman jagung sebagai akibat
adanya perlakuan disajikan pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Produksi Bahan Kering dan Bahan Organik masing-masing perlakuan (ton/ha)
Perlakuan Produksi Bahan Kering Produksi Bahan Organik P0 22.757a 90.61 a P1 21.569 b 91.247 b P2 18.657 c 91.652 b P3 14.649 d 91.733 b P4 22.293 e 92.261 c
Keterangan: superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata ( P< 0,05).
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara utama yang diperlukan
tanaman jagung dalam jumlah relatif besar. Apabila unsur N yang tersedia
tinggi, klorofil yang terbentuk akan meningkat. Klorofil mempunyai fungsi
esensial dalam proses fotosintesis yaitu berfungsi menyerap energy sinar
matahari dan kemudian mentranslokasikan ke seluruh bagian tanaman.
Peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun dapat menyebabkan
pembentukan biomassa tanaman meningkat sehingga menghasilkan berat
kering tanaman jagung yang tinggi (Handayunik, 2008).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian level urea
yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi bahan
kering dan bahan organik. Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa
kecernaan bahan kering pada perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 saling
berbeda nyata. Rata-rata berat kering tanaman pada masing-masing
perlakuan mulai dari tertinggi sampai terendah adalah pada perlakuan
P0>P4>P1>P2>P3.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian lebih banyak urea
belum tentu dapat meningkatkan berat kering tanaman jagung. Hal ini
disebabkan karena urea lebih cepat tersedia bagi tanaman dan juga dapat
cepat hilang yang disebabkan karena penguapan dan pencucian,
sedangkan N sendiri bersifat mobil. Banyaknya ketersediaan N mineral di
dalam tanah mempengaruhi produksi biomassa tanaman jagung. Pada
ketersediaan N yang mencukupi pertumbuhan jagung juga akan lebih
baik.
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik
Tabel 2. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik masing-masing perlakuan (ton/ha)
Perlakuan Kecernaan Bahan Kering Kecernaan Bahan Organik P0 13.001a 87.325 a P1 17.601 ab 79.745 a P2 23.697 ab 91.459 a
P3 17.777 bc 94.121 a P4 26.331 c 86.374 a
Keterangan: superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata ( P< 0,05).
Proses pencernaan fermentatif di dalam rumen pada ternak
ruminansia pada dasarnya dtentukan oleh faktor internal, eksternal, dan
interaksi keduanya. Faktor internal tersebut ditekankan pada kapasitas
rumen (± 70%) dari keseluruhan kapasitas saluran pencernaan dan juga
ekosistem rumen serta aktivitas mikroba rumen itu sendiri (Orskov, E. R.
and M. Ryle, 1990). Faktor eksternal yang dimaksud adalah jenis pakan
yang diberikan pada ternak ruminansia, baik yang berhubungan dengan
sifat fisik, kemis, dan biologis yang nantinya dapat berpengaruh terhadap
aktivitas mikroba rumen mendegradasi pakan. Dalam hal ini, pencernaan
pakan secara fermenatif, baik bahan kering (DM) atau pun bahan organik
(OM) yang terdegradasi semakin tinggi sejalan dengan lamanya proses
fermentasi berlangsung. Kondisi fisiologis ini menunjukkan bahwa pada
waktu yang bersamaan aktivitas mikroba rumen mendegradasi pakan
semakin meningkat, sehingga produk fermentasi juga semakin tinggi.
Waktu fermentasi (inkubasi) dalam rumen 3-4 jam setelah ternak diberi
makan dapat dijadikan sebagai patokan dalam menentukan pertumbuhan
dan aktivitas mikroba rumen dengan mengukur produksi biomasa sintesis
protein mikroba (Sutardi, T., 1980). Lebih lanjut juga ditegaskan bahwa 1
jam setelah ternak diberi makan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
penentuan produksi asam lemak volatil (VFA) dan amonia sesuai dengan
solubelitasnya.
Kecernaan Bahan kering tertinggi terdapat pada tanaman P4,
sedangkan kecernaan bahan organic pada tanaman P3. Tren kecernaan
bahan kering dan organic akan terus naik dengan naiknya dosis pupuk
urea yang diberikan sampai pada dosis pemberian maksimum.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum ini antara lain :
1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka kita hendaknya
melakukan pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman yakni
pupuk N,P dan K.
2. Bahan kering dari hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pada
perlakuan P3 merupakan perlakuan yang menghasilkan bahan
kering yang paling tinggi.
3. Dalam masa-masa pertumbuhan tanaman jagung kita harus
memperhatikan kebutuhan air tanaman jangan sampai tanaman
jagung kekurangan air, jika dia kekurangan air maka
pertumbuhannya akan terhambat bahkan bisa mati karena
tanaman jagung butuh banyak air.
4. Kecernaan Bahan Kering dan Organik yang bagus adalah P2
karena sangat proporsional.
Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan percobaan ini untuk
para petani yang akan menanam jagung maupun bagi peneliti yang akan
meneliti tentang jagung yakni sebaiknya dilakukan penyiraman yang rutin
setiap hari dan dilakukan pemupukan N dengan dosis tertentu untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Hijauan Jagung. http://soegeng.wordpress.com/tag/hijauan/. Diakses pada tanggal 23 Juni 2012
Goldsworthy, P. R dan Fisher, N. M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo,H, Penterjemah. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Physiology of Tropical Field crops.
Handayunik, W. 2008. Pengaruh pemberian kompos limbah padat Tempe terhadap sifat fisik, kimia tanah dan Pertumbuhan tanaman jagung (zea mays) serta Efisiensi terhadap pupuk urea pada entisol Wajak-malang . Skripsi Universitas Brawijaya. Malang
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, A.D. Tillman, 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Listyawan, B. 1997. Pemanfaatan Limbah Organik untuk ermicomposting. Makalah Seminar Program of This International Conference on Zero Emission, Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Jakarta.
Orskov, E. R. and M. Ryle. 1990. Energy Nutrition in Ruminant Elsevier Applied Science, London.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, Bogor.
Sofyan A., 2010. Pedoman Teknis Perluasan Areal Kebun Hijauan Makanan Ternak. Kementerian Pertanian, Jakarta.
Steenis. 1989. Flora. Pradnya Paramitha, Jakarta.
Sugito, Y., Y, Nuraini dan E Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.. IPB Bogor
Usman Made, 1992. Pengaruh Dosis Dan Waktu Pemupukan Nitrogen Pada Tumpang Sari Jagung (Zea mays L.) Dengan Kacang Tanah (Arachis hypogea L.). Balai Penelitian Universitas Tadulako, Palu
Usman, Made. 2010. Respon Berbagai Populasi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Urea ( J. Agroland 17 (2) : 138 - 143, Agustus 2010 ISSN : 0854 – 641X )
Warisno. 1998. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman
32 hari setelah tanam
46 hari setelah tanam
60 hari setelah tanam
77 hari setelah tanam
KIP1 35.3 64.4 90.7 145.7 K1P2 36.7 73.4 87.4 98.3 K1P3 38.9 58.2 83.5 96.4 K1P4 35.6 40.1 - - K1P5 37.1 52.9 - - K1P6 33.3 46.7 - - K2P1 40.3 72.7 98.6 152.33 K2P2 27.9 33.5 45.5 51.4 K2P3 34.9 69.3 - - K2P4 31.2 40.7 - - K2P5 34.5 65.1 69.4 73.6 K2P6 32.5 61.0 70.9 - K3P1 36.5 71.5 89.6 148.6 K3P2 40.3 67.3 90.7 101.5 K3P3 37.5 63.3 75.6 87.5 K3P4 43.5 79.0 87.1 92.5 K3P5 31.3 62.5 67.8 74.6 K3P6 29.1 34.7 - - K4P1 32.2 61.3 101.3 146.6 K4P2 32.3 58.4 62.4 65.4 K4P3 30.4 60.5 67.4 72.4 K4P4 38.4 64.4 71.1 75.4 K4P5 34.6 42.3 - - K4P6 34.6 44.4 - - K5P1 38.6 68.2 100.3 146.7 K5P2 38.4 65.4 72.3 78.8 K5P3 37.4 64.9 - - K5P4 30.9 37.3 47.5 52.5 K5P5 41.1 55.2 59.2 - K5P6 46.5 61.1 65.6 -
Lampiran. 2 Hasil Analisis Bahan Kering dan Bahan organic
Variabel Berat koran Berat sampel
Setelah
Oven 55 Ka 1 DW
r0 9 128.8 42.9 73.68012 26.31988
r1 9.6 73.3 28.5 74.21555 25.78445
r2 9.3 60.1 22.8 77.53744 22.46256
r3 9.3 90.6 25.2 82.45033 17.54967
r4 9.3 36.4 18.8 73.9011 26.0989
Variabel Ulangan silica sampel
Setelah
Oven Ka total BK
r0 1 14.882 1.053 15.793 77.22943321 22.77056679
2 13.083 0.95 13.904 77.2540863 22.7459137
r1 1 12.27 0.869 13.004 78.22119166 21.77880834
2 13.964 1.004 14.801 78.50439986 21.49560014
r2 1 15.06 1.038 15.926 81.25955777 18.74044223
2 13.422 0.991 14.242 81.41341961 18.58658039
r3 1 11.797 0.997 12.642 85.12590752 14.87409248
2 14.833 0.972 15.649 85.26694465 14.73305535
r4 1 13.487 1.052 14.388 77.64723394 22.35276606
2 12.98 0.919 13.762 77.79179471 22.20820529
Variabel Ulangan
Berat
setelah
tanur Abu Abu(DM) BO
r0 1 14.966 7.977208 9.22063666 90.77936
2 13.16 8.105263 9.37880633 90.62119
r1 1 12.335 7.479862 8.85558583 91.14441
2 14.037 7.270916 8.72162485 91.27838
r2 1 15.13 6.743738 8.08314088 91.91686
2 13.489 6.760848 8.17073171 91.82927
r3 1 11.864 6.72016 7.92899408 92.07101
2 14.9 6.893004 8.21078431 91.78922
r4 1 13.559 6.844106 7.99112098 92.00888
2 13.039 6.420022 7.54475703 92.45524
Lampiran3. Kecernaan Bahan Kering dan bahan organic
Variabel Ulangan sampel Crusible
Setelah
Oven
setelah
tanur
kecernaan
BK
Kecernaan
BO
ro 1 0.251 18.415 18.493 18.425 12.99413 90.34939
2 0.251 21.274 21.356 21.289 5.991641 80.69877
3 0.251 20.0193 20.099 20.029 10.01807 90.92842
r1 1 0.25 15.736 15.826 15.76 -14.0639 61.49037
2 0.25 17.511 17.584 17.522 17.36378 87.83906
3 0.251 18.358 18.429 18.368 21.37564 89.90626
r2 1 0.252 16.682 16.747 16.689 21.97015 95.37154
2 0.25 15.147 15.211 15.157 23.48907 88.33627
3 0.25 16.773 16.836 16.782 25.63223 90.66902
r3 1 0.251 20.275 20.331 20.28 25.45355 100
2 0.25 14.745 14.762 14.752 130.5323 94.12167
3 0.25 19.169 19.229 19.178 14.34747 88.24335
r4 1 0.25 17.271 17.341 17.282 25.13465 88.32076
2 0.25 20.886 20.953 20.893 30.52065 96.10692
3 0.25 16.272 16.343 16.29 23.33932 74.69499
standar 1 0.25 16.674 16.776 16.687
2 0.25 18.49 18.595 18.5
3 0.251 17.8 17.908 17.814
Blangko 1 0 16.827 16.882 16.83
2 0 20.631 20.644 20.636
3 0 17.565 17.582 17.573
Lampiran 4. Hasil analisis variansi dengan menggunakan bantuan SSPS versi 16
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ProduksiBK 4.628 4 10 .023
ProduksiBO 1.893 4 10 .188
KecernaanBK 2.078 4 10 .159
KecernaanBO 3.042 4 10 .070
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
ProduksiBK Between Groups 137.257 4 34.314 1.410E3 .000
Within Groups .243 10 .024
Total 137.500 14
ProduksiBO Between Groups 4.538 4 1.134 15.098 .000
Within Groups .751 10 .075
Total 5.289 14
KecernaanBK Between Groups 338.810 4 84.703 5.039 .017
Within Groups 168.096 10 16.810
Total 506.907 14
KecernaanBO Between Groups 361.477 4 90.369 1.007 .449
Within Groups 897.757 10 89.776
Total 1259.235 14
ProduksiBK
Duncan
Perlaku N Subset for alpha = 0.05
an 1 2 3 4 5
4 3 14.6497
3 3 18.6570
2 3 21.5690
5 3 22.2937
1 3 22.7570
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
ProduksiBO
Duncan
Perlaku
an N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
1 3 90.6100
2 3 91.2473
3 3 91.6517
4 3 91.7333
5 3 92.2610
Sig. 1.000 .065 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
KecernaanBK
Duncan
Perlaku
an N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
1 3 13.0007
2 3 17.6013 17.6013
4 3 17.7770 17.7770
3 3 23.6970 23.6970
5 3 26.3317
Sig. .203 .112 .450
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
KecernaanBO
Duncan
Perlaku
an N
Subset for alpha
= 0.05
1
2 3 79.7450
5 3 86.3743
1 3 87.3253
3 3 91.4590
4 3 94.1217
Sig. .118
Recommended