View
337
Download
34
Category
Preview:
Citation preview
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS DAN PROFESI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Etika Bisnis Dan Profesi
Yang dibina oleh Ibu Sulastri
Oleh :
Chorina Gian (110422406634)
Dimas Rangga Putra P (110422406657)
Nurul Wahyunitasari (110422406649)
Risa Latus Siam (110422425517)
OFFERING C.
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI / JURUSAN AKUNTANSI
S1 AKUNTANSI
September 2013
PENDAHULUAN
Terdapat permasalahan moral dalam perusahaan dimana sesuatu yang dianggap
menyimpang dilegalkan. Hal ini menyebabkan pemikiran yang mengacu pada pertimbangan-
pertimbangan moral dan dapat dikelompokkan menurut empat jenis standar moral:
utilitarianisme, hak, keadilan, dan caring (perhatian). Satandar moral utilitarian: sebuah
prinsip moral yang mengkalim bahwa sesuatu dianggap benar apabila mampu menekan biaya
sosial dan memberikan keuntungan sosial yang lebih besar.
2.1 UTILITARIANISME: MENIMBANG BIAYA DAN KEUNTUNGAN SOSIAL
Sebagai contoh perusahaan Ford mengalami krisis pasar karena persaingan ketat
di tahun 1970. Maka manajer menciptakan mobil kecil dan murah yang bernama Pinto.
Model desain Pinto mengharuskan pemasangan tangki bensin di belakang gardan, dan ini
lebih rentan terhadap kebocoran akibat tabrakan dari belakang. Maka terdapat pertimbangan
oleh manajer pakah akan tetap memproduksi mobil Pinto tanpa modifikasi atau memodifikasi
terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Maka majaer melakukan kalkulasi biaya dan keuntungan
sebagai berikut:
Biaya: $11 X $12,5 juta mobil = $137 juta
Keuntungan: (180 kematian X $200)+(180 korban luka X $67000)+(2100 kendaraan
X $700) = $49,15 juta
Dari pertimbangan tersebut maka terdapat biaya ($137 juta) lebih besar daripada keuntungan
($49,15 juta). Maka manajer Ford tetap melakukan produksi mobil Pinto tanpa modifikasi.
Banyak analis yang meyakini bahwa cara terbaik untuk mengevaluasi kelayakan
suatu keputusan bisnis atau semua keputusan bisnis adalah dengan mengandalkan pada
analisa biaya-keuntungan utilitarian. Tindakan bisnis yang secara social bertanggung jawab
adalah tindakan yang mampu memberikan keuntungan terbesar atau biaya yang paling rendah
bagi masyarakat.
A. Utilitarinisme Tradisional
Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika jumlah
total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas total yang
dihasilkan oleh tindakan lain yang dapat dilakukan.
Sebagai contoh kepuasan yang dirasakan oleh pekerja dari perbaikan lingkungan kerja
setara dengan 500 unit utilitas positif. Sementara biaya 700 unit utilitas negatif. Jadi, nilai
utilitas total dari tindakan ini adalah setara 200 unit utilitas negatif.
B. Masalah Pengukuran
1. Bagaimana nilai utilitas dari berbagai tindakan yang berbeda pada orang-orang yang
berbeda dapat diukur dan diperbandingkan
2. Sejumlah biaya dan keuntungan tertentu tampak sangat sulit dinilai
3. Karena banyak keuntungan dan biaya dari suatu tindakan tidak dapat diprediksi
dengan baik
4. Sampai saat ini masih belum jelas apa yang bisa dihitung sebagai keuntungan dan apa
yang bisa dihitung sebagai biaya
5. Semua barang adalah dapat diukur atau dinilai mengimplikasikan bahwa semua
barang dapat diperdagangkan.
C. Tanggapan Utilitarian terhadap Masalah Penilian
1. Kaum utilitarian menyatakan bahawa, meskipun utilitarianisme idealnya
mensyaratkan penilaian-penilaian yang akurat dan dapat dikuantifikasikan atas biaya
dan keuntungan, namun persyaratan ini dapat diperlonggar jika penilaian seperti ini
tidak dapat dilakukan
2. Kaum utilitarian juga menunjukan pada sejumlah kriteria akal sehat yang dapat
digunakan untuk menetukan nilai relatif yang perlu diberikan pada berbagai barang
D. Masalah Hak dan Keadilan
Hambatan utama utilitarianisme, menurut beberapa kritikus adalah prinsip tersebut
tidak mamapu mengahadapi dua jenis permasalahan moral: masalah yang berkaitan dengan
hak dan yang berkaitan dengan keadilan.
E. Tanggapan Utilitarian Terhadap Pertimbangan Hak dan Keadilan
1. Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika tindakan
tersebut dinyatakan dalam peraturan moral yang benar
2. Sebuah peraturan moral dikatakan benar jika dan hanya jika jumlah utilitas total yang
dihasilkannya ; jika semua orang yang mengikuti peraturan tersebut lebih besar dari
jumlah utilitas total yang diperoleh; jika semua orang mengikuti peraturan moral
alternatif lainnya.
2.2 HAK DAN KEWAJIBAN
A. Konsep Hak
• Hak adalah klaim atau kepemilikan individu atau sesuatu
• Terdapat hak moral yakni hak yang bisa berasal dari sistem standar moral yang
tidak bergantung pada sistem hukum tertentu.
B. Hak negatif dan positif
• Hak negatif: hak-hak yang termasuk di dalamnya dapat didefiniskan sepenuhnya
dalam kaitannya dengan kewajiban orang lain untuk tidak ikut campur dalam
aktivitas-aktivitas tertentu dari orang yang memiliki hak tersebut
• Hak positif: pemilik hak berhak diberi apa yang diperlukannya
C. Hak dan kewajiban kontraktual
• Hak terbatas dan kewajiban korelatif yang muncul saat seseorang membuat
perjanjian dengan orang lain.
• Fakta: berkaitan dengan individu-individu tertentu, muncul dari suatu transaksi
khusus, hak dan kewajiban bergantung pada sistem peraturan yang diterima publik
D. Dasar Hak Moral
• Semua orang memiliki hak moral dan semua memiliki kewajiban
E. Rumusan Pertama Perintah Kategoris Kant
• Sebuah tindakan secara moral benar bagi sesorang dalam suatu situasi jika, dan
hanya jika, alasannya orang tsb melakukan tindakan itu adalah alasan yang diplih
semua orang dalam situasi yang sama
F. Rumusan Kedua Kategoris Kant
• Suatu tindakan secara moral benar bagi sesorang jika, dan hanya jika, dalam
melakukannya orang tersebut tidak hanya memanfaatkan orang lain sebagai
sarana dalam meraih kepentingan-kepentingannya, namun juga menghargai dan
mengembangkan kapasitas mereka untuk memilih secara bebas bagi diri mereka
sendiri
G. Hak Menurut Kant
• Hak moralmengidentifikasikan bidang-bidang khusus dimana semua orang saling
menghormatisebagai makhluk yang sederajat
H. Masalah pada pandangan Kant
• Teori Kant tidak cukup tepat untuk bisa selalu bermanfaat
• Ada ketidaksepakatan yang cukup besar tentang apa saja batas-batas hak tersebut
dan bagaimana masing-masing hak diseimbangkan dengan hak-hak yang saling
berkonflik lainnya
I. Keberatan Libertarian:Nozick
• Nozick dan kaum libertarian lainnya mengabaikan fakta bahwa kebebasan
sesorang berarti batasan bagi orang lain.
2.3 KEADILAN DAN KESAMAAN
Pertentangan antar individu dalam bisnis sering dikaitkan dengan masalah
keadilan dan kesamaan. Keadilan dan kesamaan pada dasarnya bersifat kooperatif.
Keduanya berkaitan dengan perlakuan komparatif yang diberikan pada anggota suatu
kelompok tertentu saat dilakukan pendistribusian keuntungan dan beban,saat peraturan-
peraturan diberlakukan, saat anggota satu kelompok bekerja sama atau bersaing satu sama
lain, dan saat orang-orang dihukum karena telah melakukan kesalahan yang membuat
mereka menderita. Kata keadilan untuk maslah-masalah yang serius. Masalah-masalah
yang berkaitan dengan keadilan dan kesamaan biasanya dibagi ke dalam tiga kategori
yaitu:
1. Keadilan Distributif
Kategori pertama dan paling mendasar, berkaitan dengan distribusi yang adil atas
atas keuntungan dan beban dalam masyarakat. Masalah-masalah tentang keadilan ini
muncul bila ada orang-orang tertentu yang memiliki perbedaan klaim atas keuntungan
dan beban dalam masyarakat dan semua klaim mereka tidak bisa dipenuhi. Prinsip dasar
keadilan distributive adalah bahwa yang sederajat haruslah diperlakukan secara sederajat
dan yang tidak sama juga harus diperlakukan dengan cara yang tidak sama.
a. Keadilan sebagai Kesamaan: Egalitarian
Pandangan egalitarian didasarkan pada proposisi bahwa semua manusia
adalah sama dalam sejumlah aspek dasar dan bahwa,sejalan dengan kesamaan ini,
setiap orang juga memiliki klaim yang sama atas segala sesuatu yang ada dalam
masyarakat. Semuanya haruslah diberikan pada semua orang dalam jumlah yang
sama. Pandangan-pandangan egalitarian juga banyak mendapat kecaman, salah
satunya pernyataan bahwa semua manusia adalah sama dalam sejumlah aspek dasar
dan pandangan egalitarian mengabaikan sejumlah karakteristik yang perlu
dipertimbangkan dalam mendistribusikan barang-barang dana masyarakat dan dalam
kelompok-kelompok kecil : kebutuhan,kemampuan, dan usaha. Sejumlah pendukung
egalitarian berusaha memperkuat posisi mereka dengan membedakan dua jenis
kesamaan, yaitu Kesamaan politik yang mengacu pada partisipasi yang sama atau
setara dalam cara-cara pengendalian dan penanganan system politik dan Kesamaan
ekonomi mengacu pada kesamaan penghasilan dan kekayaan dan kesamaan dalam hal
memperoleh kesempatan.
b. Keadilan berdasarkan Kontribusi: Keadilan Kapitalis
Prinsip kontribusi atau sumbangan ini mungkin merupakan prinsip yang
paling banyak digunaka gaji dn dlam menentukan gaji dan upah di perusahan-
perusahaan Amerika. Masalah utama yang muncul dari prinsip ini adalah bagaimana
menilai kontribusi masing-masing individu.Beberapa cara yang digunakan dalam
prinsip ini antara lain menilai menurut jumlah usaha dan menilai kontribusi
berdasarkan produktivitas. Masalah utama dalam menilai kontribusi berdasarkan
produktivitas antara lain mengabaikan kebutuhan orang-orang dan sulit menempatkan
semua ukuran objektif atas nilai produk yang dihasilkan seseorang. Untuk
mengatasinya masalah tersebut diusulkan bahwa nilai produk seseorang haruslah
ditentukan oleh tingkat persediaan dan permintaan di pasar.
c. Keadilan berdasarkan Kebutuhan dan Kemampuan: Sosialisme
Di dasarkan pada gagasan bahwa orang-orang menyadari potensi mereka
dengan menunjukkan kemampian dalam kerja yang produktif. Kebutuhan dan
kemampuan memang harus dipertimbangkan dalam menentukan distribusi
keuntungan dan beban di anata anggota suatu kelompok atau masyarakat. Para
penentang prinsip ini menyatakan bahwa dalam prinsip ini tidak akan ada kaitan
antara jumlah usaha yang dilakukan seorang pekerja dengan jumlah penghargaan
yang diterimanya. Para pekerja tidak akan memperoleh insentif untuk bekerja lebih
keras karena mengetahui bahwa apa yang akan mereka terima akan sama saja.
Akibanya adalah kemacetan ekonomi dengan produktivitas yang semakin menurun.
Kaum sosialis menjawab tuduhan tersebut dengan menyatakan bahwa manusia dilatih
menjadi egois dan kompetitif oleh institusi-institusi sosial dan ekonomi modern yang
mengembangkan dan mendukung perilaku kompetitif dan egois.
d. Keadilan sebagai Kebebasan: Libertarianisme
Tidak ada cara pendistribusian barang yang dapat dikatakan adil atau tidak
adil apabila dipertimbangkan secara terpisah dari pilihan bebas masing-masing
individu. Menurut Nozick satu-satunya distribusi yang adil adalah distribusi yang
dihasilkan dari pilihan individu. Masalah utama prinsip ini adalah mengabaikan
sebuah nilai tertentu, kebebasan dari paksaan orang lain, mengorbankan semua hak
dan nilai-nilai lain tanpa memberikan alasan persuasive mengapa hal tersebut perlu
dilakukan. Selain itu kritikan berikutnya menyatakan bahwa pandangan ini akan
menciptakan perlakuaan yang tidak adil terhadap orang-orang yang kurang beruntung.
Dalam prinsip ini hak seseorang atas barang bergantung sepenuhnya pada apa yang
dihasilkan orang tersebut melalui usahanya atau apa yang diberikan oleh orang lain
sebagai pemberian.
e. Keadilan sebagai Kewajaran: Rawls
Konflik yang melibatkan masalah keadilan pertama-tama haruslah
ditangani dengan membuat sebuah metode yang tepat dalam memilih prinsip-prinsip
untuk menanganinya. Rawls menyatakan bahwa distribusi keuntungan dan beban
dalam suatu masyarakat adalah adil jika, dan hanya jika:
- Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar paling ekstensif yang
dalam hal ini mirip dengan kebebasan untuk semua orang.
- Ketidakadilan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga keduanya:
a. Mampu memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang
beruntung
b. Ditangani dalam lembaga dan jabatan yang terbuka bagi semua orang berdasarkan
prinsip persamaan hak dalam memperoleh kesempatan
Rawls mengatakan bahwa prinsip 1 harus lebih diprioritaskan dari prinsip 2
apabila keduanya berkonflik dan dalam prinsip 2, bagian b harus lebih diprioritaskan
dari bagian a. Rawls menyebut situasi yang di alami kelompok individu rasional
imajiner tersebut sebagai posisi awal dan ketidaktahuan mereka atas hal-hal tertentu
tentang diri mereka sebagai selubung ketidaktahuan. Rawls mengklaim bahwa pihak-
pihak dalam posisi awal kemungkinan besar akan memilih prinsip keadilannya
dengan prinsip keadilan sederajat,prinsip perbedaan, dan prinsip kesamaan hak dalam
memperoleh kesempatan.
2. Keadilan Retribusi
Keadilan dalam menyalahkan atau menghukum seseorang yang telah melakukan
kesalahan. Kondisi di mana seseorang di anggap tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang dia lakukan yaitu ketidaktahuan dan ketidakmampuan.
Kondisi ini juga relevab dalam menentukan keadilan atas hukuman yang diberikan atas
seseorang yang melakukan kesalahan. Kondisi kedua dari hukuman yang adil adalah
kepastian bahwa orang yang dihukum benar-benar melakukan apa yang dituduhkan.
Kondisi ketiga dari hukuman yang adil adalah hukuman tersebut haruslah konsisten dan
proporsional dengan kesalahannya. Hukuman dianggap konsisten jika semua orang akan
memperoleh hukuman yang sama untuk kesalahan yang sama. Sedangkan hukuman
dianggap proporsional dengan kesalahn jika hukuman tersebut tidak lebih besar
dibandingkan kerugian yang diakibatkan dari kesalahan.
3. Keadilan Kompensatif
Keadilan ini berkaitan dengan keadilan dalam memperbaiki kerugian yang dialami
seseorang akibat perbuatan orang lain. Diyakini bahwa saat seseorang melakukan
tindakan yang merugikan kepentingan orang lain, maka pelakunya memiliki kewajiban
moral untuk memberikan semacam ganti rugi pada korbannya. Kaum moralis tradisional
menyatakan bahwa seseorang memiliki kewajiban moral untuk memberikan kompensasi
pada pihak yang dirugikan jika tiga syarat berikut terpenuhi:
- Tindakan yang mengakibatkan kerugian adalah kesalahan atau kelalaian
- Tindakan tersebut merupakan penyebab kerugian yang sesungguhnya
- Pelaku mengakibatkan kerugian secara sengaja
2.4 ETIKA MEMBERI PERHATIAN
A. Parsialitas dan Perhatian
Pendekatan-pendekatan etika yang telah kita lihat semuanya mengasumsikan
bahwa etika haruslah imparsial dan dengan demikian semua hubungan khusus antara
seseorang dengan individu tertentu. Kita memiliki kewajiban untuk memberikan perhatian
khusus pada individu-individu tertentu yang menjalin hubungan baik dengan kita,
khususnya hubungan ketergantungan. Moralitas dalam memberi perhatian didasarkan pada
pemahaman atas hubungan sebagai tanggapan terhadap orang lain. Belas
kasihan,pertimbangan,cinta,persahabatan,dan kebaikan semuanya merupakan perasaan
atau sifat baik yang umumnya mewujudkan dimensi moralitas. Etika komunitarian adalah
etika yang melihat komunitas dan hubungan-hubungan yang ada di dalamnya sebagai
sesuatu yang memiliki nilai fundamental dan perlu diperhatiakan. Terdapat tiga bentuk
perhatian yaitu:
- Perhatian pada sesuatu
- Perhatian terhadap seseorang
- Perhatian dalam arti menjaga dan merawat seseorang
B. Hambatan dalam Etika Perhatian
Etika perhatian bisa berubah menjadi favoritisme yang tidak adil. Bersikap parsial.
Namun para pendukung etika perhatian menanggapi bahwa meskipun parsialitas mungkin
berkonflik dengan aspek moralitas lain, namun ini berlaku bagi semua pendekatan etika.
Parsialitas dan perhatian juga bisa berkonflik dengan aspek utilitas,keadilan, dan hak.
Kritikan dalam hal ini mengklaim bahwa persyaratan etika perhatian bisa menyebabkan
kebosanan. Sedangkan keuntungan etika perhatian adalah mendorong untuk focus pada nilai
moral dari sikap parsial terhadap orang-orang yang dekat dengan kita dan arti penting moral
dalam memberikan tanggapan pada mereka secara khusus yang tidak kita berikan pada orang
lain.
2.5 MEMADUKA UTILITAS, HAK, KEADILAN, DAN PERHATIAN
Empat jenis standar moral yang saat ini menjadi dasar dari sebagian besar
penilaian moral kita serta yang mendorong kita untuk memaskkan sejumlah pertimbangan
yang berbeda dalam penalaran moral kita. Pertama, standar utilitarian, saat menggunakan
pertimbangan-pertimbangan utilitarian, dalam penalaran moral perlu memasukkan
pengukuran, perkiraan, dan perbandingan atas sejumlah kentungan da biaya yang relevan.
Pengukuran, perkiraan, dan perbandingan inilah yang membentuk informasi yang menjadi
dasar penilaian moral utilitarian.
Kedua, penilaian moral yang didasarkan pada standar-standar yang
menunjukkan bagaimana individu harus diperlakukan atau dihargai. Ketiga, penilaian
moral yang sebagian juga disasarkan pada standar-standar keadilan yang menunjukkan
bagaimana keuntungan dan beban didistribusikan diantara para anggota kelompok
masyarakat. Keempat, penilaian moral juga didasarkan pada standar-standar perhatian
yang mengacu pada jenis perhatian yang perlu kita berikan pada orang-orang yang
memiliki hubungan khusus dengan kita.
Dengan demikian, moralitas yang memuat empat jenis permibangan moral
dasar yang masing-masing menekankan aspek moral yang berbeda dari perilaku kita,
namun tidak ada satupun yang mampu menangkap semua faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam membuat penilaian-penilaian moral. Standar utilitarian hanya
mempertimbangkan masalah kesejahteraan sosial secara keseluruhan, namun
mengabaikan individu dan bagaimana kesejahteraan tsb didistribusukan. Hak moral
mempertimbangkan aspek individu, namun mengabaikan masalah kesejahteraan dan
aspek distributif. Keadilan mempertimbangkan masalah2 distributif, namun mengabaikan
kesejahteraan sosial dan individu. Etika perhatian mempertimbangkan masalah parsialitas
yang perlu ditunjukkan pada orang2 yg dekat dg kita, namun mengabaikan imparsialitas
atau kenetralan
Keempat moral tersebut memang tampaknya tidak dapat direduksi satu sama
lain, tetapi tetap merupakan bagian penting dalam moralitas kita. Dengan kata lain, ada
masalah-masalah moral tertentu dimana pertimbangan utilitarian yang sangat tepat
digunakan sementara untuk masalah-masalah lain perlu menggunakan pertimbangan atas
hak individu dan keadilan distributif, dan bagi yang lainnya masalah paling penting
berkaitan dengan bagaimana kita memberikan perhatian pada orang-orang yang dekat
dengan kita. Ini menunjukkan bahwa penalaran moral harus mencakup keempat
pertimbangan moral di atas, meskipun hanya salah satu yang relevan atau penting dalam
situasi tertentu.
2.6 PRINSIP MORAL ALTERNATIF : ETIKA KEBAIKAN
Pendekatan etika yang telah di bahas sejauh ini semuanya difokuskan pada
tindakan sebagai pokok permasalah etika dan mengabaikan karakter pelaku tindakan
tersebut. Banyak ahli etika yang mengkritik asumsi bahwa tindakan merupakan pokok
permasalahan utama dalam etika. Etika menurut mereka, tidak boleh hanya meliihat jenis
tindakan pelakunya (agen), namun juga memerhatikan jenis karakternya. Fokus pada
“pelaku” (siapa dia), berbeda dengan fokus pada “tindakan” (apa yang dia lakukan) akan
mampu menunjukkan dengan cermat karakter seseorang termasuk, diantaranya, apakah
karakter tersebut lebih mengarah pada kebaikan atau keburukan. Pendekatan etika lain
yang lebih baik, haruslah mempertimbangkan aspek kebaikan (misalnya kejujuran,
keberanian, keteguhan, integritas, bellas kasih, pengendalian dir) dan keburukan
(misalnya sikap tidak jujur, kejam, serakah, tidak punya integritas, pengecut) sebagai
awalan penting dalam penalaran etika.
Meskipun etika kebajikan melihat persoalan moral dari perspektif yang
sangat berbeda dari etika yang berdasarkan pada tindakan, namun tidak berarti
kesimpulan-kesimpulan dari etika ini berbeda jauh dengan etika tindakan. Etika kebaikan
dapat dilihat sebagai suatu perspektif yang bertujuan sama dengan keempat pendekatan
lainnya, namun dari sudut pandang yang sama sekali berbeda. Teori kebaikan
mengatakan bahwa tujuan kehidupan moral adalah untuk mengembangkan disposisi-
disposisi umum yang kita sebut kebaikan moral, dan melaksanakan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi kehidupan manusia. Baik buruknya tindakan dapat ditentukan
dengan memelajari jenis karakter yang dihasilkan dari tindakan tersebut.
Sebagian kebaikan memungkinkan orang-orang melakukan apa yang
diisyaratkan oleh prinsip moral. Etika kebaikan tidak menyarankan tindakan-tindakan
yang berbeda dari yang disarankan etika prinsip (misalnya prinsip utilitarian
menyarankan tindakan yang berbeda dari yang disarankan prinsip keadilan). Demikian
juga, etika prinsip tidak menyarankan disposisi moral yang berbeda dari etika kebaikan.
Sebaliknya, teori kebaikan berbeda dari etika prinsip dalam cara pendekatan evaluasi
moral. Teori kebaikan, misalnya, menilai tindakan dalam kaitannya dengan disposisi atau
karakteristik yang berhubungan dengan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan
disposisi tersebut.
2.7 MORALITAS DALAM KONTEKS INTERNASIONAL
Perusahaan multinasional menjalankan operasinya di Negara yang peraturan hukum,
adat, dan budayanyaterkadang sangat berbeda dengan Negara asal. Lebih jauh lagi, penerapan
peraturan pemerintah dan kebiasaaan umumpun juga berbeda. Begitu juga dengan tingkat
perkembangan, beberapa memiliki sumber daya teknis, social dan ekonomi yang tinggi,
sementara yang lainnya sangat kurang. Kemajuan teknologi, serikat pekerja, pasar keuangan,
tunjangan pengangguran, jaminan social, dan pendidikan umum merupakan hal lazim yang
ada di Negara Maju. Praktik budaya disejumlah Negara mungkin berbeda sehingga tindakan
kadang memiliki arti yang sangat berbeda dalam dua budaya.
Saat melakukan operasi di Negara kurang Berkembang, maka perusahaan
multinasional yang berasal dari Negara Maju wajib mengikuti aturan-aturan di Negara yang
lebih maju yang otomatis memiliki standar operasi lebih tinggi dan ketat. Akan tetapi hal ini
menampik pemahaman soal bagaimana pengaruhnya jika Negara harus menerapkan praktik
peraturan Negara lain yang notabene lebih maju darinya, kemungkinan yang ada yakni
menjadikan kerugian sebuah pelanggaran standar etika utilitarian. Dengan demikian, jelas
bahwa kondisi perkembangan local, setidaknya perlu dipertimbangkan saat memutuskan
apakah suatu perusahaan perlu menerapkan standar dari Negara yang lebih maju ke Negara
yang kurang maju, dan salah apabila kita harus menerima klaim bahwa perlu menerapkan
standar yang lebih tinggi dari Negara maju manapun berada.
Di sisi lain, dikatakan bahwa perusahaan mutinasional haruslah mengikuti praktik
local apapun, bahkan mereka harus melakukan apapun yang diinginkan pemerintah setempat,
karna merupakan representasi dari warganya sendiri. Namun kerap kali tidak etis ketika
mengikuti praktik local tersebut karena mungkin saja hal tersebut akan merugikan
perusahaan. Jadi, klaim bahwa praktik lokal harus selalu diterapkan juga tidak dibenarkan.
Dalam hal ini jelas bahwa sementara peraturan pemerintah, kebiasaan, tingkat perkembangan,
dan pemahaman budaya local semuanya harus dipertimbangkan saat mengevaluasi etika
kebijakan dan tindakan bisnis di Negara asing, tidak dapat diterima tanpa pertanyaan oleh
manajer perusahaan multinasional, namun masih perlu dianalisa secara etis.
2.8 CONTOH KASUS
Meskipun banyak orang meyakini bahwa WWW(World Wide Web) merupakan
anonym dan bebas sensor, namun pada kenyataan sangat berbeda. Pemerintah dan pihak
terkait ingin menyensor, dan atau menelusuri file yang dibuat seseorang melalui sebuah
server computer. Dengan kekuasaanya, mereka dapat menyisir seluruh drive guna
menemukan file berikut identitas pembuatnya.
Pada 20 Juni 2000, peneliti dari perusahaan AT&T menciptakan PUBLIUS, sebuah
program computer yang dapat memungkinkan enkripsi suatu file baik lagu, gambar, video dll
memecahnya kedalam bentuk potongan kode rahasia dimana nantinya akan disimpan tidak
dalam satu server melainkan kedalam banyak server berlainan yang acak dan menyebar
diseluruh dunia. Akibatnya, apabila ada orang selain pembuat file itu yang ingin mengetahui
dan mendapatkan file tersebut secara utuh, maka harus dilakukan penelusuran server secara
menyeluruh yang ada didunia, karna kode file itu tersebar secara acak. Sehingga harus
dengan bantuan si pembuat file untuk mendapatkan file tersebut dan hanya si pembuat file
saja yang dapat dengan mudah menemukan file yang telah dia buat sendiri dengan bantuan
PUBLIUS ini sesuai permintaannya.
Meskipun begitu, disamping banyak yang menyambut baik adanya program untuk
melindungi kebebasan berpendapat ini, ada banyak pula pihak yang kesal dan tidak setuju
dengan terciptanya PUBLIUS ini. Seperti Bruce Taylor, aktivis pornografi. Dia menyatakan
bahwa dengan adanya program ini maka akan sulit mengungkap kejahatan internet atau dunia
maya, seperti pornografi, terorisme, pembuat virus dan hacking. Menurut Aviel Rubin dan
Lorrie Cranor, pengguna ideal dari program ini hanyalah orang orang yang ada di Negara
dimana pendapat itu dibatasi dan bahkan dihukum jika berpendapat.
Pertanyaan
1. Pelajari etika pemasaran PUBLIUS dengan memakai utilitarianisme, hak, keadilan,
dan perhatian. Menurut Anda, apakah etis memasarkan?
2. Apakah para pembuat PUBLIUS bertanggungjawab atas tindakan criminal yang
terjadi dan tetap menjadi rahasia berkatnya? Apakah AT&T bertanggungjawab atas
hal ini? Jelaskan jawaban Anda.
3. Apakah pemerintah perlu mengizinkan pemakaian PUBLIUS? Mengapa?
Jawaban
1. Jika ditinjau dari standar utilitarian, yang mana hanya mempertimbangkan
kesejahteraan social secara menyeluruh namun mengabaikan individu dan bagaimana
kesejahteraan itu didistribusikan, maka penerapan PUBLIUS ini tidak bisa
dibenarkan. Jika terjadi kejahatan misalkan penyebaran virus computer yang
menjangkit seluruh computer dunia bahkan bisa melumpuhkan jaringan, maka hal ini
akan merugikan dan berdampak terhadap hal layak dan masyarakat luas diseluruh
dunia. Dari sisi pemerintah juga akan kesulitan mengungkap kejahatan yang terjadi.
Jika ditinjau dari standar hak moral, yang mana hanya memperhatikan aspek individu,
namun mengabaikan masalah kesejahteraan social dan aspek distributive, maka
penerapan PUBLIUS ini sangat sah dan bisa dibenarkan. Keinginan pribadi untuk
merahasiakan atau melindungi informasi file yang dibuat supaya tidak diketahui pihak
lain merupakan hak individu yang mana pihak lain tidak boleh mengintervensi.
Jika ditinjau dari standar keadilan, yang mana hanya mengutamakan aspek
pemerataan atau distributive, namun mengabaikan aspek individu dan kesejahteraan
social, maka penerapan PUBLIUS ini tidak dibenarkan. Jika terjadi kejahatan
pornografi atau bahkan terorisme, dapat dipastikan kerugian social yang ditimbulkan
akan berdampak lebih besar dibanding keuntungan pribadi yang didapat, sehingga
dalam hal ini tidak ada keseimbangan dan beban dirasa tidak terdistribusikan dengan
merata.
Jika ditinjau dari standar perhatian, yang mana cenderung menunjukkan perhatian
terhadap kesejahteraan orang terdekat saja, namun mengabaikan kenetralan dan
kesejahteraan utilitas social yang merata, maka penerapan PUBLIUS ini boleh saja
dilakukan. Seorang teroris akan merahasiakan segala informasi tentang kegiatanya
beserta siapa siapa saja yang termasuk dalam jaringannya, hal itu guna melindungi
dirinya beserta kelompoknya.
Dapat disimpulkan, apakah PUBLIUS ini etis untuk diberlakukan atau tidak,
tergantung penilaiian keempat aspek moralitas tersebut. Dalam menilai haruslah
mempertimbangkan keempatnya, walaupun nantinya pasti tidak semuanya relevan
dengan kondisi dan situasi yang terjadi.
2. Pihak pembuat PUBLIUS ini harus ikut bertanggungjawab, karena hal ini justru akan
menghambat pemerintah dan pihak berwajib untuk menangkap dan mengungkan
kejahatan yang tengah terjadi. Begitupun pihak AT&T, perusahaan itu juga ikut andil
dalam penciptaan PUBLIUS, peneliti program tersebut merupakan orang atau bagian
dari AT&T itu sendiri.
3. Tidak. Pemerintah dan lembaga lain terkait akan melihat PUBLIUS ini sebagai bentuk
hambatan dalam mengontrol keamanan Negara dan sekaligus mengungkap kasus
criminal yang bisa kapan saja terjadi sekaligus mengancam stabilitas keamaan warga
negaranya sendiri. Pemerintah perlu mengadakan pengawasan terhadap apa yang
terjadi didalam negaranya sendiri termasuk kegiatan yang berpotensi criminal. Kalau
PUBLIUS diterapkan, maka kejahatan seperti pornografi, terorisme, dan segala
bentuk informasi yang merugikan, akan sulit diberantas.
Recommended