View
27
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
nnn
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) GLAUKOMA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan tekanan intraokuler pada mata. Oleh karena itu glaukoma dapat mengganggu penglihatan yang perlu diwaspadai. Tidak hanya itu, glaucoma juga dapat membawa kita kepada kebutaan. Contohnya pada kasus glaucoma yang terjadi di Amerika Serikat. Disana glaucoma beresiko 12% pada kebutan(Luckman & Sorensen.1980).
Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), galukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age- related mucular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal apacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%). Namun sesungguhnya hal ini bisa di cegah dengan pemeriksaan tonometri rutin. Sehingga tidak sampai terjadi hal fatal seperti kebutaan. Jika seseorang tidak pernah melakukan pemeriksaan tonometri, sedang ia baru mendapati dirinya glaukoma yang sudah fatal, maka tindakan yang bisa di ambil adalah operasi. Mendengar kata ini jelas kita sudah merinding sebelum melakukannya. Apalagi hasil dari opersi belum tentu sesuai dengan harapan kita. Misal, opersi tersebut berujung pada kebutaan seperti contoh di atas. Oleh karena itu, kita perlu malakukan pengukuran tonometri rutin dan juga memahami proses keparawatan pada klien glaukoma. Supaya sebagai perawat tentunya kita dapat menegakkan asuhan keperawatan yang benar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep glaukoma?
1.2.2 Bagaimana konsep proses keperawatan pada glaukoma?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada glaukoma.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari glaukoma2. Mengidentifikasi etiologi dari glaukoma3. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari glaukoma
4. Mengidentifikasi patofisiologi dari glaukoma5. Mengidentifikasi proses keperawatan dari glaukoma
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan glaukoma sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah persepsi sensori.
1.4.2 Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Glaukoma
Menurut Herman tahun 2010, glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit yang mempunyai karakteristik umum neuropatik yang berhubungan dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuler adalah satu dari resiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit.
Glaukoma bukanlah sebuah penyakit, melainkan kekomplekan dari gangguan tekanan intraokuler yang mana mempunyai karakteristik gejala peningkatan tekanan intraokular pada orang dewasa.
Normalnya, tekanan intraokular adalah 10-20 mmHg. Jika hasil pemeriksaan tekanan bola mata lebih dari 20, maka kita patut curiga terhadap adanya glaukoma. Apabla hasil menunjukkan angka lebih dari 25, maka dipastikan orang tersebut terkena glaukoma.
Untuk mengetahui, seseorang tersebut terkena glaukoma atau tidak, bisa dengan pemeriksaan tonometri (pemeriksaan tekanan bola mata). Pengukuran tonometri rutin ini penting, untuk mengidentifikasi adanya glaukoma sebelum mata terkena bahaya permanen dari peningkatan tekanan di dalamnya.
Glaukoma biasanya diderita oleh klien yang berumur di atas 40 th. Pada orang yang memiliki kecenderungan hereditas glaukoma dalam keluarganya, mereka harus melakukan pengukuran tonometri ritin setiap hari.(Luckman, 1980).
Pendapat yang lain mengatakan bahwa Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Anonim,2009)
Dari beberapa definisi glaukoma diatas, dapat disimpulakan bahwa glaukoma adalah penyakit mata yang terjadi karena peningkatan tekanan bola mata dan mempengaruhi kepekaan atau kejelasan penglihatan.
2.2 Type Glaukoma
Ada beberapa type glaukoma dan dapat di klaasifikasikan sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer Dewasa
Glaukoma primer dewasa meliputi:
1. Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis
Glaukoma jenis ini umumnya terjadi karena keturunan. Glaukoma jenis ini sering terjadi pada orang yang mempunyai sudut ruang terbuka yang normal tapi mempunyai resistensi aliran aquous humor keluar dari ruang sudut.
1. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma jenis inin jarang terjadi. Ada kesalahan tempat yang maju dari ujung akar dan gulungan iris yang melawan kornea.
1. Glaukoma Sekunder
Glaukoma ini biasa di bangun dari banyak sebab seperti uveitis, gangguan neuvaskuler, trauma tumor, penyakit degenerasi mata, dll.
1. Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi di mata selama ada dalam masa awal tumbuh dan berkembang. Biasanya terlihat selama 6 bulan kelahiran.
1. Glaukoma Absolut
Glakoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian glaukoma dan itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana tekanan intraokuler meningkat.
Aqueous humor adalah cairan pada bola mata yang di produksi oleh badan siliari yang mnerupakan kristal jernih.
2.3 Etiologi dan Patofisiologi
Ada beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma. Diantaranya adalah:
1. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
1. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
1. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata. Obat-obatan
1. Pemakai steroid secara rutin
Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.
1. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata2. Penyakit lain
Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.(Anonim,2010)
Aqueous diproduksi oleh epitel tidak berpigmen dari prosesus siliaris, yang merupakan bagian anterior dari badan siliar. Aqueous humor kemudian mengalir melalui pupil ke dalam kamera okuli anterior, memberikan nutrisi kepada lensa, iris dan kornea. Drainase aqueous melalui sudut kamera anterior yang mengandung jaringan trabekular dan kanal Schlemm dan menuju jaringan vena episklera. (Barbara, 1999)
Perjalanan aliran aqueous humor 80-90% melalui jaringan trabekular, namun terdapat 10% melalui ciliary body face, yang disebut jalur uveoskleral.
Berdasarkan fisiologi dari sekresi dan ekskresi cairan aqueous, maka terdapat tiga faktor utama yang berperan dalam meningkatnya tekanan intraokular, antara lain:
1. Kecepatan produksi aqueous humor oleh badan siliar2. Resistensi aliran aqueous humor melalui jaringan trabekular dan kanal Schlemm
3. Tekanan vena episklera
Tekanan intraokular normal yang secara umum diterima adalah 10-21 mmHg.
2.4 Klasifikasi Glaukoma
Banyak sekali pola yang digunakan untuk mengklasifikasikan glaukoma, namun, klasifikasi yang secara luas digunakan adalah glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup, karena pembagian tersebut terfokus pada patofisiologi terjadinya glaukoma dan merupakan titik awal ditentukannya penatalaksanaan klinis yang sesuai.
1. Klasifkasi Vaughen untuk glaukoma adalah:1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak berhubungan dengan penyakit mata atau sistenik yang menyebabkan meningkatnya resistensi aliran aqueous humor. Glaukoma primer biasanya terjadi pada kedua mata.
a) Glaukoma Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya dan ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma primer sudut terbuka merupakan penyakit kronis dan progresif lambat dengan atrofi dan cupping dari papil nervus optikus dan pola gangguan lapang pandang yang khas. Glaukoma primer sudut terbuka memiliki kecenderungan familial.
Pada umumnya, glaukoma primer sudut terbuka terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Prevalensi juga lebih tinggi pada orang berkulit gelap atau berwarna dibandingkan dengan orang berkulit putih.
Gambaran patologi utama pada glaukoma sudut terbuka adalah proses degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalan trabekular dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan drainase aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intra okuler.
Tekanan intraokuler merupakan faktor resiko utama untuk glaukoma primer sudut terbuka. Terdapat faktor resiko lain yang berhubungan dengan glaukoma primer sudut terbuka, yaitu; miopia, diabetes mellitus, hipertensi dan oklusi vena sentralis retina.
Sifat onsetnya yang samar serta perjalanannya yang progresif lambat maka timbulnya gejalanya pun lambat dan tidak disadari sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Keluhan pasien biasanya sangat sedikit atau samar, misalnya mata terasa berat, kepala pusing sebelah, dan anamnesis tidak khas lainnya. Biasanya pasien tidak mengeluh adanya halo dan tidak tampak mata merah. Tekanan intraokuler sehari-hari biasanya tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil serta ekskavasio glaukomatosa. Kerusakan dimulai dari tepi lapang pandang, dengan demikian penglihatan sentral tetap baik, sehingga penderita seolah-olah melihat melalui teropong.
Diagnosis glaukoma primer sudut terbuka ditegakkan apabila ditemukan kelainan-kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapangan pandang disertai peningkatan tekanan intraokuler, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal, dan tidak ditemukan sebab lain yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler.
b) Glaukoma Sudut Tertutup
Pasien yang menderita glaukoma primer sudut tertutup cenderung memiliki segmen anterior yang kecil dan sempit, sehingga menjadi faktor predisposisi untuk timbulnya pupillary block relatif. Resiko terjadinya hal tersebut meningkat dengan bertambahnya usia, seiring dengan berkembangnya lensa dan pupil menjadi miosis.
1) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut
Glaukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat TIO meningkat secara cepat akibat blokade relatif mendadak dari jaringan trabekular. Hal ini dapat menimbulkan manifestasi berupa rasa sakit, penglihatan buram, halo, mual dan muntah. Peningkatan TIO yang tinggi menyebabkan edema epitel kornea yang bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan penurunan penglihatan.
Tanda-tanda pada glaukoma sudut tertutup akut antara lain:
1. TIO yang tinggi2. Pupil yang lebar dan terkadang irreguler3. Edema epitel kornea4. Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva5. Kamera okuli anterior yang sempit
Selama serangan akut, TIO cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan nervus optikus dan oklusi pembuluh darah retina. Sinekia anterior perifer dapat terbentuk dengan cepat dan TIO yang tinggi menyebabkan terjadinya iskemia sehingga dapat terjadi atrofi sektoral dari iris. Atrofi pada iris menimbulkan pelepasan pigmen iris dan pigmen-pigmen tersebut menempel dan mengotori permukaan iris dan endotel kornea. Akibat iskemia iris, maka pupil dapat berdilatasi dan terfiksasi.
Diagnosis pasti didapatkan dengan gonioskopi. Gonioskopi juga membantu menentukan apakah blokade iris dan jaringan trabekular reversibel atau irreversibel.
2) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Subakut
Glaukoma primer sudut tertutup subakut (intermiten) adalah kondisi yang ditandai dengan adanya penglihatan yang buram, halo, dan rasa sakit yang ringan, disertai dengan peningkatan TIO. Gejala ini membaik dengan sendirinya, terutama selama tidur, dan muncul kembali secara periodik dalam hitungan hari atau minggu. Diagnosis yang tepat dapat dibantu ditegakkan dengan pemeriksaan gonioskopi.
3) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronis
Glaukoma primer sudut tertutup kronis merupakan kondisi yang timbul setelah glaukoma sudut tertutup akut atau saat sudut kamera anterior tertutup secara bertahap dan tekanan
intraokuler meningkat secara perlahan. Gejala klinisnya serupa dengan glaukoma primer sudut terbuka, yaitu keluhan yang samar, cupping papil nervus optikus yang progresif dan gangguan lapang pandang glaukomatosa. Sehingga, pemeriksaan gonioskopi diperlukan untuk menentukan diagnosis yang tepat.
1. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital primer atau infantil adalah glaukoma yang timbul sesaat setelah lahir sampai beberapa tahuh pertama setlah kelahiran. Selain itu, glaukoma kongenital juga dapat timbul menyertai anomali kongenital lainnya.
Glaukoma infantil atau dikenal dengan istilah buphthalmos, dipercaya terjadi akibat displasia dari sudut kamera anterior tanpa disertai abnormalitas okular dan sistemik lainnya. Terdapat dua teori yang menerangkan patofisiologi terjadinya glaukoma infantil, yaitu; terjadi abnormalitas membran atau sel pada jaringan trabekular, sehingga jaringan trabekuler menjadi impermeabel; teori lain mengatakan bahwa terjadi anomali luas pada kamera okuli anterior termasuk insersi abnormal dari muskulus siliaris. Dengan adanya anomali-anomali tersebut, maka aliran aqueous akan terganggua dan terjadi pembendungan aqueous humor, maka akan timbul buphtalmos karena jaringan sklera pada neonatus masih lunak.
Keadaan klinis yang khas dari glaukoma infantil adalah trias klasik pada bayi baru lahir, yaitu; epifora, fotofobia, dan blefarospasme. Diagnosis tergantung dari pemeriksaan klinis yang hati-hati, termasuk pemeriksaan TIO, pengukuran diameter kornea, gonioskopi dan oftalmoskopi.
1. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang berhubungan dengan penyakit mata atau sistemik yang menyebabkan menurunnya aliran aqueous humor. Glaukoma sekunder sering terjadi hanya pada satu mata.
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang menimbulkannya.
Glaukoma sekunder dapat terlihat dalam bentuk sudut tertutup maupun sudut terbuka. Kelainan-kelainan tersebut dapat terletak pada:
1. Sudut bilik mata, akibat goniosinekia, hifema, leukoma adheren dan kontusi sudut bilik mata
2. Pupil, akibat seklusio dan oklusi relatif pupil3. Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasio lensa
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan glaukoma, yaitu:
1. Uveitis, dimana glaukoma terjadi akibat adanya sinekia anterior maupun posterior, penimbunan sel radang di sudut bilik mata dan seklusio pupil yang biasanya disertai dengan iris bombé.
2. Pasca trauma serta ulkus kornea, yang mengakibatkan leukoma adheren sehingga bilik mata tertutup dan mengganggu aliran aqueous humor.
3. Hifema, akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata
Glaukoma yang disebabkan oleh lensa. Katarak yang immatur akan menyerap cairan sehingga ukurannya membesar sehingga menyumbat sudut bilik mata, sedangkan katarak yang hipermatur, lensa akan pecah dan komposisi lensa dapat menyumbat sudut bilik mata. Pascabedah katarak, yang mengakibatkan terbentuknya sinekia dan terbentuknya blokade pupil akibat radang di daerah pupil.
1. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma dimana sudah terjadi kebutaan total. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasio galukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris.
Kelainan mata yang dapat menyebabkan glaukoma antara lain:
1. Kelainan lensa2. Kelainan uvea3. Trauma4. Pasca bedah5. Glaukoma absolut6. Berdasarkan lamanya, glaukoma diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Glaukoma Akut
a) Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b) Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c) Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d) Manifestasi klinik
1) Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala.
2) Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3) Tajam penglihatan sangat menurun.
4) Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5) Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6) Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7) Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8) Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9) Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10) Tekanan bola mata sangat tinggi.
11) Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e) Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f) Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.
1. Glaukoma Kronik
a) Devinisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b) Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c) Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai
keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e) Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.
2.5 Manifestasi Klinis Glaukoma
Menurut Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara permanen. Gejala yang lain adalah:
1. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran. 2. Kornea suram. 3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.5. Nyeri di mata dan sekitarnya.6. Udema kornea. 7. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang. 8. Lensa keruh.
Menurut Sidharta Ilyas (2004) glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut:
1. Tekanan bola mata yang tidak normal 2. Rusaknya selaput jala 3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat 4. Berakhir dengan kebutaan
2.6 Penatalaksanaan Glaukoma
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek samping yang minimal. Penangananya meliputi:
1. Penatalaksanaan Medis2. Glaukoma Primer
a) Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.
b) Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat.
c) Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan)
d) Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma.
e) Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).
f) Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).
1. Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.
1. Glaukoma kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.
b. Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.
1. Terapi Laser
a) Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).
b) Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty tidak menyembuhkan
glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
c) Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata.
1. Terapi Pembedahan
a) Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.
b) Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan Glaukoma
3.1.1 Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah:
1. Identitas / Data Biografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
1. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
1. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
cfPada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
3.1.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3) Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
1) Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
R/
2) Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
3) Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
4) Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
5) Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio
6) Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
7) Berikan analgesik sesuai anjuran
1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan; gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi:
1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total.
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi.
3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami keterbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil thd sinar lingkungan
5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dr sclera untuk memudahkan aliran keluar akueus humor.
1. Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3) Pasien menggunakan sumber secara efektif.
Intervensi:
1) Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.
2) Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan / harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info ttg pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4) Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional: Memberikan keyakinan bhw pasien tdk sendiri dlm menghadapi masalah.
1. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.
3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
1) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
2) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan.
3) Izinkan pasien mengulang tindakan.
4) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di control dan mempertahankan konsistensi program obat adalah control vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan
5) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll).
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai ancaman kesehatan berat.
6) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres, mencegah perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt mencetuskan serangan akut.
7) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut.
8) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari konstipasi.
9) Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan intervensi dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
RIONALDO by Satrio Noviansyah (Stikes TMS Bengkulu)
SELAMAT DATANG
Selasa, 04 November 2014
Askep Glaukoma
MAKALAHSISTEM SENSORI DAN PERSEPSI
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA”Dosen Pengasuh Ns. Ida Rahmawati, S.Kep
Oleh Kelompok I:Enni Lovisa Putri 1126010030
Satrio Noviansyah 1126010034Reca Sandiana R. 1126010038
Ayu Suzana 1126010109Fauzan Azim 1226010133 Emi Yusnita 1026010164
Prodi KeperawatanSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes)
Tri Mandiri SaktiBengkulu2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala kenaikan tekanan intra
okuker, dimana dapat mengakibatkan pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi
syaraf optik, penyempitan lapang pandang
Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan di masyarakat barat. Diantara mereka
hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan sampai 70 ribu benar-benar buta dan
bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Jika glaukoma didiagnosis lebih awal dan
ditangani dengan benar kebutaan dapat dicegah namun kebanyakan kasus glaukoma tidak
bergejala sampai sudah terjadi maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran
penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan bagi semua yang memiliki faktor resiko
menderita glaukoma menjalani pemeriksaan berkala pada optalmologis untuk mengkaji TIO,
lapang pandang dan kaputnervi optisi. Maka dari itu Glaukoma adalah bagian penyakit mata
yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan
Glaukoma adalah penyebab kebutaan utama kedua di Indonesia, yang rata-rata terjadi
pada orang-orang berusia 40 tahun ke atas.Berdasarkan analisa WHO tahun 2012, glaukoma
merupakan penyebab kebutaan kedua di dunia.Glaukoma sudut terbuka primer merupakan
bentuk glaukoma yang tersering, yang menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral
progresif asimtomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi
pengecilan lapang pandang yang ekstensif.
Pada semua pasien glaukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan dan
efektivitasnya dinilai dengan melakukan pengukuran tekanan intraocular (tonometry),
inspeksi diskus optikus dan pengukuran lapangan pandang secara teratur.
Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat.
Kadang diperlukan pembedahan laser atau konvensional (insisional). Tujuan penanganannya
adalah untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan agar dapat mempertahankan
pengelihatan yang baik sepanjang hidup. Dapat dilakukan dengan menurunkan TIO.
Penatalaksanaan glaucoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi besar
masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimtomatik mengharuskan adanyanya
kerjasama dengan petugas kesehatan yang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalh di atas, maka didapatkan rumusan masalahnya yaitu
sebagai berikut:
1. Apa definisi glaukoma, klasifikasi, etiologi, komplikasi dari glaukoma?
2. Bagaimana patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan dari
glaukoma?
3. Bagaiman asuhan keperawatan pada pasien dengan glaukoma?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan definisi glaukoma, klasifikasi, etiologi, komplikasi dari glaukoma.
2. Menjelaskan patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan
dari glaukoma.
3. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan glaukoma.
BAB II
TEORI
A. Definisi
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan intra okular (TIO) dengan segala
akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi jaringan, kerusakan pada sel
gangglion retina, merusak diskus optikus, menyebabkan atropi saraf optik dan hilangnya
pandangan perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya
pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-
tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang mampu
menyebabkan kerusakan organik bervariasi. Beberapa orang dapat meneloransi tekanan yang
mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
Istilah glaukoma merujuk pada kelompok penyakit yang berbeda dalam patofisiologi,
persentasi klinis dan penangananya. Biasanya ditandai dengan berkurangnya lapang pandang
akibat kerusakan saraf optikus. Kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO, yang terlalu
tinggi untuk berfungsinya saraf optikus secara normal. Semakin tinggi tekanannya, semakin
cepat kerusakan saraf optikus tersebut berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan
patologis yang menghambat peredaran normal humor aqueus. (Brunner & Suddarth, 2001)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata tidak normal atau lebih tinggi
dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf pengelihatan dan kebutaan.
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala kenaikan tekanan intra
okuker, dimana dapat mengakibatkan pencekungan papil syaraf optic sehingga terjadi atropi
syaraf optik, penyempitan lapang pandang. www.google.com
B. Klasifikasi
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongnital. Tipe primer terbagi
lagi menjadi glaukoma sudut terbuka, dan glaukoma sudut tertutup.
1. Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang terlibat
dalam sirkulasi dan atau reabsorpsi akuos humor mengalami patologi langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma sudut terbuka atau glaukoma kronik atau glaukoma simpleks/open angle
glaucoma merupakan bentuk glaukoma primer yang lebih tersembunyi dan membahayakan
serta paling sering terjadi (kurang lebih 90% dari klien glaukoma). Sering kali merupakan
gangguan heriditer yang menyebabkan perubahan generatif. Bentuk ini terjadi pada individu
yang mempunyai sudut ruang (sudut antara iris dan kornea). Terbuka normal tetapi terdapat
hambatan pada aliran keluar aquos humor melalui sudut ruangan. Hambatan dapat terjadi di
jaringan trabekular kanal schlemn atau vena-vena aqueus.
Keadaan ini terjadi pada klien usia lanjut (>40 tahun) dan perubahan karena usia lanjut
memegang peranan penting dalam proses sklearosa badan silier dan jaringan rabekel. Karena
aqueus humor tidak dapat meninggalkanmata pada kecepatan yang sama pada prodoksinya,
TIO meningkat secara bertahap.bentuk ini biasanya bilateral dan dapat berkembang menjadi
kebutaan komplit tampa ada nya serangan akut.gejala relatif ringan dan banyak klien tidak
menyadari hinggga terjadi kerusakan visus yang serius.suatu tanda berharga yang ditemukan
oleh downey yaitu jika diantara kedua mata selalu terdapat perbedaan TIO 4 mmHg atau
lebih, dianggap menunjukan kemungkinan glukomkoma simpleks meskipun tensinya masih
normal (wijiana N, 1993). Tanda klasik bersifat bilateral, herediter, TIO meninggi, sudut
COA terbuka, bola mata yang tenang, lapang pandang yang mengecil dengan macam macam
skotoma yang khas, perjalanan penyakit progresif lambat.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Glukoma sudut tertutup/angle closure glaucomal/close angle glaucomal/narrow angle
glaucomalacute glaucoma awitannyamendadak dan harus ditangani sebagai keadaan
emergensi. Mekanisme dasar yang terlibat dalam patofisiologi glaukoma ini adalah
menyempitnya sudut dan perubahan letak irir yang terlalu di depan. Perubahan letak iris
menyebabkan kornea menyempit atau menutup sudut ruangan, yang akan menghalangi aliran
keluar akueos humor. TIO meningkat dengan cepat, kadang-kadang mencapai tekanan 50-70
mmHg(deWit,1998), tindakan pada situasi inin harus cepat dan tepat atau kerusakan saraf
optik akan menyebabkan kebutaan pada mata yang terserang.
Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan di sekitar mata, timbulnya halo di
sekitar cahaya, pandangan kabur. Klien kadang megeluhkan keluhan umum seperti sakit
kepala, mual, mumtah, kedinginan, demam bahkan prasaan takut mati mirip seranggan
angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan pengelihatan,
fotofobia, dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.peningkatan TIO menyebabkan
nyri yang melalui saraf kornea yang menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melalui cabang-
cabang nervus trigeminius. Iritasi saraf vagal dapat mengakibatkan mual dan sakit perut.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan didalam mata.Kondisi ini
secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi akueos
humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
a. Perubahan lensa, dislokasi lensa, intumensensi lensa yang katarak, terlepasnya kapsul lensa
pada katarak.
b. Perubahan uvea, uveitis anterior, melanoma dari jaringan uvea, neovaskularisasi di iris.
c. Trauma, hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea/limbus disertai prolaps iris.
d. Operasi, pertumbuhan epitel yang masuk cameri oculi anterior (COA), gagalnya
pembentukan COA setelah operasi katarak, uveitis pascaekstraksi katarak yang
menyebababkan perlengketan iris.
3. Glukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular.
Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom. Resesif dan biasanya bilateral. (Indriana N.
Istiqomah, 2004)
C. Etiologi
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya
disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa meningkatkan tekanan intra
okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).
1. Umur
2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
3. Tekanan bola mata /kelainan lensa
4. Obat-obatan
Glaukoma penutupan-sudut primer adalah akibat defek anatomis yang menyebabkan
pengdangkalan kamera anterior. Menyebabkan sudut pengaliran yang sempit pada perifer iris
dan trabekulum. Individu yang menderita glaukoma penutupan-sudut perifer sering tidak
mengalami masalah sama sekali dan tekanan intrakulernya normal, kecuali terjadi penutupan
sudut yang sangat akut ketika iris berdilatasi, menggulung ke sudut dan menyumbat aliran
keluar humor aqueus dari trabekulum. Atau mereka mengalami episode yang dipresipitasi
oleh dilatasi pupil moderat atau miosis pupil jelas. (Brunner & Suddarth, 2001)
Kejadian tersebut dapat terjadi selama dilatasi pupil ketika berada di ruangan gelap
atau obat yang menyebabkan dilatasi akut pupil. Dilatasi bisa pula terjadi akibat rasa takut
atau nyeri, pencahayaan yang kurang terang, atau berbagai obat topikal atau sistemik
(vasokonstriktor, bronkodilator, penenang atau anti-Parkinson). (Brunner & Suddarth, 2001)
D. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi aqueus humor dan aliran keluar aqueus
humor dari mata. TIO normal adalah 12-21 mmHg dan memepertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran keluar aqueus humor. Aqueus humor diproduksi di
dalam badan silier dan mengalir keluar melalui kanal schlemn ke dalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan
hambatan abnormal terhadap aliran keluar aqueus melalui camera oculi anterior (COA).
Peningkatan tekanan intraokuler >23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Penigkatan
TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini
kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya di mulai dari perifer dan
bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah
ireversibel dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan
kebutaan. Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
(Indriana N. Istiqomah, 2004)
Aqueous humor secara kontinou diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus siliari
bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada lensa. Aqueous humor mengalir melalui
jaring-jaring trabukuler, pupil, bilik mata depan, trabukuler meshword dank kanal schlem.
Tekanan intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 12-21 mmHG tergantung
keseimbangan antara produksi dan pengeluaran (aliran) aqueous humor dibilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah kesaraf optic dan retina sehingga dapat
merusak serabut saraf optic menjadi iskemik dan mati selanjutnya menyebabkan kerusakan
jaringan dimulai dari perifer menuju ke fovia sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan
lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal (Sunaryo
Joko Waluyo, 2009).
E. Manifestasi Klinis
Dari riwayat keluarga ditemukan beberap anggota keluarga dalam garis vertikal atau
horizontal yang memiliki penyakit serupa.
Gejala–gejala terjadi akibat peningkatan tekannan bola mata. Penyakit ini berkembang
secar lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebaggian besar tidak
mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering
menabrak karena pandangan lebih gelap, lebih kabur, lapang pandang menjadi sempit hingga
kebutaan permanen. (Brunner & Suddarth, 2001)
Keluhan yang sering muncul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi
jelek atau kabur, lapang pandang menjadi lebih sempit hingga kebutaan secara permanen.
Gejala lain adalah : (Hanawartiaj,2008)
1. Mata merasa sakit tanpa kotoran
2. Kornea suram
3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah
4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat
5. Nyeri dimata dan sekitarnya
6. Udema kornea
7. Pupil lebar dan reflex berjurang sampai hilang
8. Lensa keruh
F. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras
seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat
menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol
retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi
dan memberikan rasa sakit.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Penegakkan diagnosis glaukoma meliputi pemeriksaan mata dengan oftalmoskop
untuk mengkaji kerusakan saraf optikus, tonometri untuk mengukur TIO, perimetri untuk
mengukur luas lapang pandang, dan riwayat okuler dan medis. (Brunner & Suddarth, 2001)
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Oftalmoskopi
Untuk melihat fundus mata bagian dalam yaitu retina , diskus optikus macula dan
pembuluh darah retina.
2. Tonometri
Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang mencurigakan apabila
berkisar antara 21-25 mmHG dan dianggap patilogi bila melebihi 25 mmHG.
3. Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas pada
glaukoma. secara sederhana, lapang pandang dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
4. Pemeriksaan Ultrasonotrapi
Adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur
okuler.
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten
dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan bisa berbeda bergantung pada
klasifikasi penyakit dan responnya terhadap terapi. Terapi obat, pembedahan laser,
pembedahan konvensional dapat dipergunakan untuk mengontrol kerusakan progresif yang
diakibatkan oleh glaukoma.
1. Farmakoterapi
Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk penangan glaukoma sudut-
terbuka primer. Meskipun program ini dapat diganti, terapi diteruskan seumur hidup. Bila
terapi ini gagal menurunkan TIO dengan adekuat, pilihan berikutnya pada kebanyakan pasien
adalah trabekuloplasti laser dengan pemberian obat tetap dilanjutkan. Beberapa pasien
memerlukan trabekulotomi. Namun pembedahan laser atau insisional biasanya merupakan
ajuvan bagi terapi obat bukannya menggantikannnya.
Obat sistemik dapat menyebabkan rasa kesemutan pada jari tangan dan jari kaki, pusing,
kehilangan nafsu makan, defekasi tidak teratur, dan kadang batu ginjal. Pasien harus diberi
tahu mengenai kemungkinan efek samping. Namun mereka yang sudah menderita penyakit
agak lanjut biasanya mampu menghadapi hal ini.
Antagonis beta-adrenergik. Antagonis beta-adrenergik topikal kini merupakan bahan
hifotensif yang paling banyak digunakan karna efektifitasnya pada berbagai macam glaukoma
dan tidak menyebabkan efek samping yang biasanya disebabkan oleh obat lain.
Bahan kolinergik. Obat kolinergik topikal (mis,pilokarpin hidroklorida, 1%-4%,
asetilkolin klorida, karbol)digunakan dalam penagganan glaukoma jangka pendek dengan
penyumbatan pupil akibat efek langsungnya pada reseptor saraf parasimpatis iris dan badan
silier.
Agonis adrenergik. Mekanisme aksi senyawa adrenergik pada glaukoma belom dipahami
benar. Digunakan bersama dengan bahan penghambat beta-adrenergik, berfungsi saling
sinergi dan bukan berlawanan, agonis adrenergik topikal menurunkan IOP dengan
meningkatkan aliran keluar humor aqueos, memperkuat dilatasi pupil, menurunkan prodoksi
aqueos dan menyebabkan kontraksi pemuluh darah konjunktiva.
Inhibitor anhidrase karbonat. Inhibitoranhidraseinhibitor, mis.asetazolamid (Diamox),
diberikan secara sistemik untuk nenurunkan IOP dengan menurunkan pembuatan humor
aqueus. Digunakan untuk menangani gloukoma sudut terbuka (jangka panjang) dan
menangani glaukoma penutupan sudut (jangka pendek) dan glaukoma yang sembuh sendiri,
seperti yang terjadi setelah trauma.
Diuretik Osmotik. Bahan hiperosmotik oral (gliserol atau intravena mis. Manitol) dapat
menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolalitas plasma dan menarik air dari mata ke
dalam pembuluh darah.
2. Bedah Laser Untuk Glaukoma
Pembedahan laser untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan TIO dapat
diindikasikan sebagai penanganan primer untuk glaukoma, atau bisa juga dipergunakan bila
terapi obat tidak bisa ditoleransi, atau tidak dapat menurunkan TIO dengan adekuat. Laser
dapat digunakan pada berbagai prosedur yang berhubungan dengan penanganan glaukoma.
3. Bedah Konvensional
Prosedur bedah konvensional dilakukan bila teknik laser tidak berhasil, atau peralatan
laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok untuk dilakukan bedah laser (misalnya pasien
yang tak dapat duduk diam atau mengikuti perintah). Prosedur filtrasi rutin berhubungan
dengan keberhasilan penurunan TIO pada 80 sampai 90 % pasien.
4. Implikasi Keperawatan
Pasien mungkin memerlukan rawat inap singkat setelah pembedahan. Ambulasi progresif
diperkenankan, bergantung usia dan kondisi fisik pasien. Gerakan dan aktivitas berat yang
dapat mengakibatkan pasien mengalami keadaan yang serupa dengan manuver Valsava
(dengan akibat peningkatan TIO), seperti mengejan, mengangkat beban, dan membungkuk,
dihindari sampai satu minggu. Pasien tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan selama 1
minggu. Mata dibalut selama 24 jam atau lebih lama bila diperlukan, dan mata tidak boleh
kemasukan air. (Brunner & Suddarth, 2001)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Ny. X beumur 57 tahun. Dia beragama Islam dan pendidikan terakhirnya SMP. Ny. X
sudah tidak mempunyai suami dan dia bekerja sebagai seorang pedagang. Alamat Ny. X di Jl.
Hibrida, Bengkulu. Dia mengeluh pengelihatannya berkurang dan mata menjadi kabur,
sehingga dia sering menabrak. Dia juga mengeluh matanya juga sering berair dan sakit
kepala. Berdasarkan hasil pemeriksaan pupil menyempit dan merah atau mata keras dengan
kornea berawan (glaucoma darurat).
B. Pengkajian
1. Data Klien
Nama : Ny X
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Status : Janda
Alamat : Jl. Hibrida, Bengkulu
Pekerjaan : Pedagang
2. Keluhan Utama
Pengelihatannya berkurang dan mata menjadi kabur
Matanya juga sering berair
Sering sakit kepala
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami sakit kepala, mata berair, pengelihatan kabur dan berkurang.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji klien, apakah ada anggota keluarganya yang mengalami glaukoma.
5. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid.
6. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala: perubahan aktivitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan atau cairan
Gejala: mual atau muntah
c. Neuro sensori
Gejala: gangguan penglihatan (kabur atau tak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer. Penglihatan berawan atau kabur, tanpa
lingkaran cahaya atau pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, photofobia
(glaucoma akut). Perubahan kacamata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda: pupil menyempit dan merah atau mata keras dengan kornea berawan (glaucoma
darurat). Peningkatan air mata.
d. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: ketidaknyamanan ringan atau mata berair ( glaucoma kronis). Nyeri tiba-tiba atau
berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut)
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori: gangguan
status organ.
2. Ansietas berhubungan dengan penurunan penglihatan actual.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
D. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori: gangguan
status organ.
Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal.
Kriteria hasil: Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Pastikan derajat atau tipe kehilangan
penglihatan.
2. Dorong mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan.
3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh
menghitung tetesan, mengikuti jadwal,
tidak salah dosis.
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi:
1. Pilokarpin hidroklorida (isoptocarpin,
Ocusertpilo, pilopine HS Gel)
2. Asetazolamid (Dioamox).
Mandiri:
1. Mempengaruhi harapan masa depan pasien
dan pilihan intervensi.
2. Sementara intervensi dini mencegah
kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan
atau mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total. Meskipun
kehilangan penglihatan telah terjadi tak
dapat diperbaiki (meskipun dengan
pengobatan), kehilngan lanjut dapat
dicegah.
3. Mengontrol TIO, mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
Kolaborasi:
1. Obat miotik tropical ini menyebabkan
kontriksi pupil, memudahkan keluarnya
aqueous humor.
2. Menurunkan laju produksi aqueous humor.
2. Ansietas berhubungan dengan penurunan penglihatan actual.
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria: Menunjukan ketajaman pemecahan masalah.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman
nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
1. Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien
terhadap ancaman diri. Potensial siklus
ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya
2. Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat
mencegah kehilangan penglihatan
tambahan.
3. Dorong pasien unttuk mengakui masalah
dan mengekspresikan perasaan.
4. Identifikasi sumber/orang yang
menolong.
medik untuk mengontrol TIO.
2. Menurunkan ansietas sehubungan dengan
ketidak tahuan/ harapan yang akan datang
dan memberikan dasar fakta untuk
membuat pilihan informasi tentang
pengobatan.
3. Memberikan kesempatan untuk pasien
menerima situasi nyata, mengklarifikasi
salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4. Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak
sendiri dalam menghadapi masalah.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria: Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam pasien mengatakan nyerinya berkurang.
Rasional Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pantau derajat nyeri mata setiap 30 menit
selama fase akut.
3. Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai
peranan.
4. Pertahankan tirah baring ketat pada
posisi semi fowler
5. Berikan lingkungan gelap dan terang.
1. Mengetahui tingkat nyeri untuk
memudahkan intervensi selanjutnya.
2. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan
3. Setelah TIO terkontrol pada glaucoma
sudut terbuka, pembedahan harus dilakukan
untuk secara permanen menghilangkan blok
pupil.
4. Tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuh
datar
5.stress dan sinar mienimbulkan TIO yang
mecetuskan nyeri.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil dari segala tindakan keperawatan pada pasien. Adapun
evaluasi yang diharapkan, yaitu:
1. Penggunaan penglihatan yang optimal.
2. Cemas hilang atau berkurang
3. Penggunaan penglihatan yang optimal
4. Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya.
Daftar Pustaka
Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Mata. Jakarta: EGC.Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3.
Jakarta: EGC.www.google.com/ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glaukoma. 20 Oktober 2013
http://rionaldocapelo.blogspot.co.id/2014/11/askep-glaukoma.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya
orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja
termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu
sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang
hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua
terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010
akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak
bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala
yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai
terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak
menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh
glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan
sedini mungkin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan pengertian glaukoma.
2. Menjelaskan patofisiologi glaukoma.
3. Menjelaskan penyebab glaukoma.
4. Menjelaskan tanda dan gejala glaukoma.
5. Menjelaskan klasifikasi glaukoma.
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik glaukoma.
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis glaukoma.
8. Menjelaskan fokus pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, serta perencanaan pada
glaukoma.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian glaukoma.
2. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
3. Untuk mengetahui penyebab glaukoma.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala glaukoma.
5. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik glaukoma.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis glaukoma.
8. Untuk mengetahui fokus pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, serta perencanaan
pada glaukoma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan
intraokular dan pencekungan serta atrofi nervus opticus yang menghasilkan defek pada lapang
pandang dan dapat menyebabkan kebutaan (John H. Direkx, 2004).
Glaukoma adalah sekelompok gangguan kompleks yang ditandai dengan degenerasi
progresif dari sel-sel ganglion retina, menimbulkan kecacatan visual, yang mencerminkan
atrofi saraf optik, dengan gambaran klinis yang khas. (M. Gemenetzi dkk, 2012).
Glaukoma adalah sebuah neuropati optik terkait dengan kematian progresif sel-sel
ganglion retina dan akson mereka, dan terkait hilangnya bidang visual (Johns Hopkins dkk,
2012).
B. PATOFISIOLOGI
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran Aqueus humor
dimana secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata
belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor yang mengalir melalui jaring-
jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekanan
intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg tergantung keseimbangan
produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke saraf optik atau nervus optikus dan
retina sehingga dapat merusak serabut saraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya
menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis. Hal ini
menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir
pada temporal.
C. ETIOLOGI
Menurut Marlene Hurst, 2008 :
1. Umur : Umur, terutama setelah usia 60, adalah nomor satu faktor risiko untuk pembentukan
glaukoma.
2. Ras : Mereka dari Afrika Amerika, Meksiko-Amerika, atau keturunan Asia-Amerika
memiliki risiko lebih besar daripada bule untuk mengembangkan glaukoma. Glaukoma jauh
lebih mungkin menyebabkan kebutaan permanen dalam kelompok-kelompok.
3. Riwayat keluarga glaukoma : Sebuah riwayat keluarga glaukoma menempatkan seseorang
pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan glaukoma. Diperkirakan glaukoma dapat
memiliki link genetik. Itu berarti bahwa mungkin ada kerusakan pada satu atau beberapa gen
yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan terhadap pengembangan glaukoma.
4. Kondisi medis : Ada beberapa penyakit yang dapat berkontribusi pada pengembangan
glaukoma. Ini termasuk diabetes, hipertensi yang tidak terkontrol, penyakit jantung, dan
hipotiroidisme.
5. Luka fisik : Trauma mata, terutama jika parah, dapat menyebabkan peningkatan tekanan bola
mata. Lensa mata juga dapat menjadi dislokasi, yang dapat mengakibatkan penutupan sudut
drainase.
6. Dekat-sightedness : Hampir-sightedness menyebabkan benda-benda di kejauhan terlihat
kabur. Hal ini meningkatkan risiko mengembangkan glaukoma.
7. Penggunaan kortikosteroid : Penggunaan jangka panjang kortikosteroid meningkatkan risiko
seseorang untuk mengembangkan glaukoma sekunder.
8. Kelainan mata : Beberapa kelainan struktural dari mata yang dapat menyebabkan glaukoma
sekunder. Glaukoma pigmen, salah satu contohnya, disebabkan oleh bagian belakang iris
melepaskan butiran pigmen yang menghambat meshwork trabecular 3.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Marlene Hurst, 2008 :
1. Glaukoma Sudut Terbuka
- Tidak ada gejala : Pada awal pengembangan glaukoma, penumpukan cairan lambat, dan
seperti bagian lain dari tubuh, dapat mengkompensasi untuk sementara waktu.Jadi individu
bahkan mungkin tidak menyadari bahwa masalah telah dimulai dengan peningkatan TIO yang
pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan saraf optik.
- Kehilangan penglihatan perifer : Sebagai IOP terus meningkat, saraf optik menjadi
terpengaruh. Tekanan ini kompres pada saraf optik dan penurunan suplai oksigen terjadi.
Hasil Kerusakan saraf jika tidak ditangani. Akhirnya, orang tersebut kehilangan penglihatan
perifer.
- Visi terowongan dan akhirnya kebutaan : Sebagai glaukoma berlanjut, lebih banyak tekanan
yang diberikan pada saraf optik ke titik yang terjadi visi terowongan. Jumlah kematian saraf
optik menyebabkan kebutaan. Perlu diingat, glaukoma dapat terjadi pada satu atau kedua
mata.
2. Glaukoma Akut Sudut Tertutup
- Tiba-tiba sakit mata yang parah : Peningkatan tekanan intraokular terjadi tiba-tiba,
menyebabkan onset mendadak sakit mata. Mata tidak punya waktu untuk mengimbangi ketika
tekanan naik dengan cepat. Hal ini paling sering terjadi ketika orang itu duduk di ruangan
gelap, yang menyebabkan mata melebar. Sudut berkurang, sehingga mengurangi atau
occluding aliran aqueous humor.
- Penglihatan kabur : Ini adalah penumpukan tekanan di dalam mata dan sekitar saraf optik
yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
- Halos sekitar lampu : Sekali lagi, itu adalah penumpukan tekanan di dalam mata dan sekitar
saraf optik yang menyebabkan orang untuk melihat lingkaran cahaya.
- Mual dan muntah : Nyeri berat dapat merangsang pusat muntah.
- Kerasnya mata saat dipalpasi : Peningkatan tekanan dari cairan.
E. KLASIFIKASI
1. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum dijumpai tetapi
seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan
terpengaruh secara permanen. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila
ada riwayat dalam keluarga.
Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekuler. Sudut bilik depan terbuka normal, pengaliran dihambat karena adanya perubahan
degeratif jaringan trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang berdekatan. adanya
hambatan aliran AgH tidak secepat produksi, bila berlangsung secara terus menerus, maka
menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion, atropi iris dan siliare tetapi hal ini
biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun.
Gejala yang timbul awal biasanya tidak ada kelainan biasanya diketahui dengan
adanya peningkatan IOP dan sudut ruang anterior normal seperti: mata terasa berat, pening,
pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang , membesarnya titik buta.
Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma
Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan
tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
2. Glaukoma Akut Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup akut adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau
terjadinya penyempitan sudut antara iris dan kornea, Glaukoma ini lebih sering ditemukan
karena keluhannya yang mengganggu.
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aquaeos
mengalir ke saluran schelemm. Di mana terjadinya penyempitan sudut dan perubahan iris ke
anterior, mengakibatkan penekanan kornea dan menutup sudut mata, Aqueous Humor tidak
bisa mengalir keluar, bilik mata depan menjadi dangkal.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah:
nyeri selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmHg, halo (terlihat
warna-warna) di sekitar cahaya, sakit kepala area mata, mual, muntah, bradikardi,
pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea. Bila terjadi penempelan iris
menyebabkan dilatasi pupil dan jika tidak ditangani bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang
hebat.
3. Glaukoma Sekunder
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma,
arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung
steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus
diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan
pembuluh darah dan trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan
sudut tertutup tergantung pada penyebab.
4. Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi
dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran
mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma
Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan lapang penglihatan atau Perimetry bertujuan untuk melihat luasnya
kerusakan syaraf mata. Selama pemeriksaan ini Anda akan diminta untuk melihat suatu titik
di tengah layar dan menekan tombol ketika Anda melihat munculnya titik-titik cahaya di
sekitar layar.
2. Foto Syaraf Optik
Foto syaraf optik yang baik dapat membantu dokter mata Anda melihat hal-hal detil
pada saraf optik Anda dan sekaligus mendokumentasikan perubahan / perkembangan pada
saraf optik Anda dari waktu ke waktu.
3. Tonometri
Digunakan untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang sering digunakan adalah appalansi
yang menggunakan lamp (celah lampu) di mana sebagian kecil daerah kornea diratakan untuk
mengimbangi beban alat ukur ysng mengukur tekanan, selain itu ada juga metode langsung
yang kurang akurat yang lebih murah, dan mudah adalah schiotz tonometer dengan cara
tonometer ditempatkan lansung di atas kornea yang sebelumnya mata terlebih dahulu
dianastesi.
4. Gonioskopi
Digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk membedakan antara
glaukoma sudut tertutup dengan glaukoma sudut terbuka.
5. Oftalmoskopi
Digunakan untuk melihat gambaran bagian mata secara langsung diskus optik dan
struktur mata internal.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki kerusakan penglihatan yang terjadi
akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat
ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau operasi yang bertujuan untuk
menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan mencegah kerusakan penglihatan lebih
lanjut.
1. Obat Tetes Mata
Obat tetes mata glaukoma adalah bentuk penanganan yang paling umum dan paling awal
diberikan oleh dokter mata Anda.
2. Pengobatan untuk Glaukoma sudut terbuka (Johns Hopkins dkk, 2012)
a. Laser Trabeculoplasty (LTP)
Laser Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang digunakan untuk menangani
glaukoma sudut-terbuka. Laser trabeculoplasty merupakan sebuah prosedur di mana energi
laser (argon, YAG, dioda) diterapkan untuk meshwork trabecular dalam upaya untuk
mengurangi resistensi terhadap aliran keluar humor aqueous itu. Prosedur memerlukan
anestesi topikal dan cermin suatu lensa kontak. Ada kalanya Anda tetap perlu melanjutkan
penggunaan obat tetes mata glaukoma sesudah Laser Trabeculoplasty.
b. Operasi Filtrasi Mata (Trabeculectomy)
Bila obat-obatan atau prosedur laser tidak dapat mengendalikan tekanan pada mata
Anda, maka akan dilakukan tindakan operasi untuk membuat saluran baru yang akan
memudahkan cairan mata keluar dari mata.
Trabeculectomy ialah bedah insisional yang paling umum dilakukan untuk
menurunkan tekanan intraocular pada pasien glaukoma. Di bawah anestesi lokal , lorong yang
dibuat pada limbus (persimpangan antara kornea dan sclera) memungkinkan humor aqueous
mengalir dari ruang anterior ke ruang antara sklera dan konjungtiva, sehingga menurunkan
tekanan intraocular.
Trabeculotomy umumnya digunakan untuk menurunkan intraokular tekanan pada
glaukoma mempengaruhi bayi dan anak-anak tetapi juga digunakan pada dewasa dengan
glaukoma sudut terbuka. Sebuah probe metal atau jahitan dilewatkan ke Kanal Schlemm ,
struktur di mana aqueous humor melewati saat keluar mata. Probe adalah digunakan untuk
mengganggu jaringan yang biasanya menghambat aliran aqueous humor dari mata , sehingga
meningkatkan outflow dan menurunkan tekanan intraokular.
c. Perangkat drainase encer
Salah satu dari sejumlah implan plastik yang digunakan dalam bedah pengelolaan
glaukoma dengan tujuan menurunkan tekanan intraokular. Semua perangkat terdiri dari
sebuah tabung yang dimasukkan ke dalam mata dan piring terhubung ke tabung yang dijahit
ke sclera dan ditutupi oleh konjungtiva. Aqueous humor bergerak melalui tabung dan keluar
dari mata untuk mengeringkan di atas piring ke dalam ruang antara piring dan konjungtiva.
d. Cyclophotocoagulation
Sebuah prosedur di mana energi laser digunakan untuk merusak silia, mengurangi
jumlah aqueous humor yang mereka hasilkan dan dengan demikian menurunkan tekanan
intraokular . Prosedur ini dapat dilakukan melalui sclera (eksternal cyclophotocoagulation)
atau dari bagian dalam mata (endocyclophotocoagulation).
e. Sclerectomy dalam
Sebuah prosedur di mana ahli bedah membuat bukaan pada konjungtiva untuk
mengekspos sclera. Dokter bedah membedah flap parsial - ketebalan sekitar 5 mm lebar
sekitar kedalaman satu - ketiga di sklera di limbus. Sebuah penutup kedua dibedah di bawah
lipatan ini untuk meninggalkan lapisan sangat tipis dari jaringan dan untuk mengekspos kanal
Schlemm. Flap ini mendasari scleral jaringan yang dihapus, dan ahli bedah menangkap atap
kanal Schlemm dan menghapus strip yang sekitar 3 mm. Aqueous humor mampu menembus
jaringan yang tersisa tanpa fullthickness lubang yang diperlukan. Flap eksternal kemudian
dijahit di posisi semula dan konjungtiva dijahit kembali ke tempatnya.
f. Viscocanalostomy
Sebuah prosedur bedah yang sama untuk sclerectomy dalam ( lihat di atas) tetapi juga
mencakup viskoelastik disuntikkan ke kanal Schlemm secara melingkar dalam upaya untuk
melebarkan kanal Schlemm. Flap eksternal kemudian dijahit di posisi semula dan konjungtiva
dijahit kembali ke tempatnya .
g. Canaloplasty
Sebuah prosedur yang dimulai dengan sclerectomy mendalam gabungan dan prosedur
viscocanalostomy (lihat di atas) , setelah itu microcatheter dengan ujung diterangi adalah
melewati kanal Schlemm untuk 360 derajat. Sebuah jahitan 10-0 prolene terkait dengan
kateter dan ulir di sekitar kanal Schlemm untuk 360 derajat. Kedua ujung jahitan ini diikat di
bawah ketegangan dalam upaya untuk memperluas kanal Schlemm. Flap eksternal kemudian
dijahit di aslinya posisi dan konjungtiva yang diletakkan kembali pada tempatnya.
h. Trabectome
Sebuah prosedur di mana ahli bedah membuat sayatan 1,7 mm melalui kornea perifer
dan menyuntikkan viskoelastik ke ruang anterior. Trabectome perangkat kemudian
dimasukkan ke ruang anterior dan , di bawah visualisasi menggunakan gonioscopy langsung
dengan mikroskop operasi, yang Trabectome digunakan untuk mengikis sekitar satu kuadran
trabecular jaringan. Trabectome menggunakan pulsa listrik, rendah energi untuk menguapkan
jaringan trabecular, dan aspirasi digunakan untuk menghapusnya. Viskoelastik akan dihapus
dan luka kornea dijahit ditutup.
i. iStent
Sebuah perangkat di tempatkan ke dalam kanal Schlemm. iStent terbuat dari titanium
nonferromagnetic. Salah satu ujung duduk di ruang anterior dan end posterior duduk di kanal
Schlemm, memungkinkan cairan untuk memotong meshwork trabecular. itu perangkat
dimasukkan di bawah visualisasi langsung ( menggunakan gonioscopy langsung) melalui 3
mm sementara sayatan kornea jelas. Setelah viskoelastik ditempatkan di ruang anterior,
aplikator adalah melewati sayatan dan perangkat berlabuh ke dalam kanal Schlemm di sudut
hidung. Viskoelastik dihapus dengan irigasi dan aspirasi.
j. Emas shunt
Sebuah perangkat yang menghubungkan ruang anterior ke ruang suprachoroidal. Itu
SOLX ™ Emas Shunt adalah persegi panjang emas 24 karat ( 3,2 x 5,2 mm ). Ada dua piring
dengan alur di dalamnya untuk memungkinkan aliran yang lebih tinggi dari ruang tekanan
anterior dengan tekanan rendah ruang suprachoroidal. Konjungtiva ini disinserted di limbus,
dan scleral full-thickness Sayatan dibuat 2 mm posterior limbus.
Sebuah pisau sabit digunakan pada 90 persen scleral mendalam untuk mengarahkan
bagian anterior shunt ke ruang anterior dan posterior untuk memotong 2 sampai 3 mm untuk
mengarahkan segmen posterior ke dalam ruang suprachoroidal. Sayatan scleral ditutup
dengan 10-0 jahitan nilon dan konjungtiva ditutup.
k. Obat-obatan
Obat-obat miotik
- Golongan kolinergik ( pilokarpin 1-4 % 5 kali sehari) Karbakol 0,75 – 3 %.
- Golongan antikolineoterase (demekarium bromid, humorsol 0,25 %) Pilocarpine 0,25.
Pilocarpine adalah obat miotik yang dipilih dalam pengobatan glaukoma sudut terbuka,
biasanya diberikan dalam bentuk tetes mata atau tetesan membram (ocusert) yang biasanya
diletakkan pada diatas/dibawah konjungtiva diberikan pada malam hari agar efek miotik stabil
pada pagi harinya dan efek bertahan sampai seminggu, efek yang muncul biasanya seringkali
menurunkan penglihatan selama 1 -2 jam dan dapat menyebabkan spasme mata yang sering
pada orang-orang muda.
Obat penghambat sekresi aqioshumor (adrenergik)
- Agen penghambat beta adrenergik /adrenigic beta bloker dapat digunakan secara mandiri atau
kombinasi dengan obat-obat lain seperti Betaxolol mempunyai keuntungan sedikit efek
samping pada pulmonal. Penekanan pada lakrimal selama satu menit dapat mencegah efek
sisitemik yang cepat. Contoh : timolol meleate (timoptic) (tetes 0,25 dan 0,5 % 2 x sehari),
Epineprin 0,5 – 2 % 1-2 x sehari, betaxolol hydrochloride (betoptic), levobunol
hydraochloride (betagan) yang berefek memblok impuls-impuls adrenergik (sympathetik)
yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa menurunkan IOP, tidak
jelas.
Carbonican hidrase inhibitor
- Asetazolamid (diamok 125-250 mg 4 x sehari.
- Diklorfenamid (metazolamid).
3. Pengobatan untuk sudut tertutup akut
a. Bahan hiperosmotik
Yang biasanya diberikan pada keadaan yang akut yang berat dalam maksud
menurunkan IOP dengan menyerap cairan dari mata, bila osmotik oral tidakefektif atau
meyebabkan mual, manitol dapat diberikan secara intravenous. Contoh : glicerine, (glycerol,
osmoglyn), mannitol (osmitrol), urea (ureaphil, urevert) berefek meningkatkan osmolaritas
plasma darah, meningkatkan aliran aqueous humor ke plasma :
Gliserin (gliserol) p.o 1cc / kg BB. Dalam larutan 50 % air jeruk.
Manitol 20 % IV. 1-2 gram / Kg BB diberikan 60 tetes / menit.
b. Miotikum pilokarpin 2-4 % 1 tts 3 x 5 menit kemudian 1 tts. 30 menit /2 jam. Selanjutnya 1
tts / jam sampai operasi.
c. Karbonikan hidrase inhibitor
Asetasolamit langsung 500 mg/oral (2 tablet) lalu tiap 4 jam 250 mg,
ethoxzolamide(cardase), dichlorhenamide (daramide), methazolamide (neptazane) berefek
menghambat produksi aqueous humor.
d. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan dilakukan apabila cara konservatif gagal untuk mengatur
peningkatan IOP antara lain iridotomy/iredektomy dengan membuang sebagian kecil iris dan
membuka saluran antara ruang posterior dan anteriordan biasanya kalau gagal dapat dilakukan
trabeculectomy dengan membuat pembukaan antara anterior dan rongga subkojungtiva.
H. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data demografi : Usia > 40 tahun.
2. Riwayat penyakit mata keluarga.
3. Riwayat penyakit mata dan riwayat operasi.
4. Riwayat penggunaan obat-obatan (histamin, kostikosteroid).
5. Riwayat gangguan penglihatan : lama , kapan terakhir periksa mata dan tonometri.
6. Keluhan (tanda / gejala) yang menunjukkan adanya glaukoma seperti pada manifestasi klinis.
7. Pemeriksaan fisik yaitu periksa TIO.
a. Ada 2 cara periksa TIO
Digital (dengan jari tangan )
- Kedua ujung jari telunjuk diletakan pada kelopak mata bagian atas.
- Klien melirik ke bawah (jangan menutup mata, karena bola mata akan naik ke atas).
- Tekan bergantian dengan kedua jari tersebut (seperti memeriksa abses).
Hasil : TIO normal Tn
TIO tinggi : Tn+1, Tn+2, TN+3 dst.
TIO rendah : Tn-1, Tn-2, Tn-3 dst.
Alat (tonometer)
Tonometer Schiotz alat ini paling sering dipakai dan mudah penggunaanya.
Tonomewter aplanasi dengan alat ini didapatkan hasil yang lebih cermat, tetapi memelurkan
slitlamp biomikroskop (mahal).
b. Periksa papil syaraf optic
Alat oftalmoskop
Dilihat papil syaraf optik apakah ada cekungan akibat tekanan yang tinggi
(“excavatio” = “cupping”). Luas cekungan dibanding dengan keseluruhan disk=cup / disc
ratio (c/d ratio). Normal : c/d ratio 0- 0,3. Jika > 0,3 curiga adanya kelainan (kemungkinan
juga kongenital).
c. Periksa lapang pandangan
Diperiksa lapang pandangan sebtral dengan alat : TANGEN SCREEN, seluas 30° dari
pusat tajam penglihatan. Untuk mengetahui adanya kerusakan akibat glaucoma dan untuk
follow up glaukoma.
d. Periksa bilik sudut mata depan
Sederhana dengan lampu senter, sinari iris dari samping, bila tidak ada bayangan,
sudutnya dalam, sedangkan bila ada bayangan iris berarti sudut sempit.
e. Periksa Tajam penglihatan (Visus)
Periksa ini rutin untuk semua klien mata. Pada glaukoma : Visus 1/60 – 1/300;
prognosis tidak baik. Visus 6/6 harus hati-hati, karena kemungkinan lapang pandanganya
sempit. Visus tidak dapat dipakai sebagai : Ada tidaknya glaucoma.
8. Pengkajian psikososial
a. Kecemasan
b. Mekanisme koping.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori penglihatan b.d. rusaknya serabut syaraf karena peningkatan TIO.
2. Nyeri b.d. peningkatan TIO.
3. Ansietas b.d. kehilangan penglihatan aktual atau potensial dan dampak penyakit kronis pada
gaya hidup.
4. Resiko cedera b.d. penurunan lapang pandang, kebutaan.
5. Resiko infeksi b.d. luka operasi.
6. Gangguan citra tubuh b.d. kebutaan.
J. PERENCANAAN
1. Penurunan sensori pengelihatan s.d. kerusakan serabut syaraf karena peningkatan TIO.
Tujuan : meningkatnya penurunan lapang pandang dapat dikurangi
Kriteria hasil :
- Klien dapat meneteskan obat dengan benar.
- Kooperatif dalam tindakan.
- Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen.
- Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut.
Intervensi :
a. Kaji dan catat ketajaman pengelihatan.
b. Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.
- Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan.
- Orientasikan thd lingkungan.
- Letakan alat-alat yang sering dipakai dalam jangkuan pengelihatan klien.
- Berikan pencahayaan yang cukup.
- Letakan alat-alat ditempat yang tetap.
- Berikan bahan-bahan bacaan dengan tulisan yang besar.
- Hindari pencahayaan yang menyilaukan.
c. Gunakan jam yang ada bunyinya.
d. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien.
e. Anjurkan pada alternatif bentuk rangsangan seperti radio, TV.
2. Nyeri b.d. peningkatan TIO
Tujuan : Nyeri berkurang dan klien berada pada tingkat kenyamanan.
Kriteria hasil :
- Klien tidak mengeluh nyeri.
- Tekanan intra okular normal/turun.
- Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a. Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri. Gunakan tingkat skala nyeri untuk menentukan dosis
analgetik.
b. Pertahankan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang dan gelap dengan kepala
ditinggikan 30° atau dalam posisi nyaman.
c. Istirahatkan klien dalam ruangan yang tidak menyilaukan mata dengan posisi kepala agak
ekstensi atau posisi yang nyaman bagi klien.
d. Anjurkan tehnik relaksasi.
e. Hindari mual muntah, berikan anti emetik bila perlu.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
3. Ansietas berhubungan dengan penurunan penglihatan, kurangnya pengetahuan.
Tujuan : Ansietas berkurang
Kriteria hasil :
- Berkurangnya perasaan gugup.
- Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan.
- Posisi tubuh rileks.
Intervensi :
a. Hati-hati menyampaikan hilangnya pengelihatan secara permanen.
b. Berikan kesempatan klien mengekspresikan tentang kondisinya.
c. Pertahankan kondisi yang rileks.
d. Jelaskan tujuan setiap tindakan.
e. Siapkan bel di tempat tidur dan intruksikan klien memberikan tanda bila mohon bantuan.
f. Pertahankan kontrol nyeri yang efektif.
4. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan lapangan pandang.
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera.
Kriteria hasil :
- Klien dapat menjelaskan cara mencegah injury.
- Klien mampu mendemontrasikan tentang kewaspadaan kecemasan.
- Klien meminta bantuan petugas saat memenuhi kebutuhan.
Intervensi :
a. Orientasikan klien terhadap lingkungan ketika tiba.
b. Jelaskan asal mula penurunan penglihatan perifer dan hubungannya suka menabrak benda.
c. Anjurkan untuk menengokkan kepala untuk melihat ke setiap sisi.
d. Atur ruangan agar leluasa untuk berjalan-jalan.
e. Lakukan modifikasi lingkungan untuk memindahkan semua bahaya:
- Singkirkan rintangan pada tempar lalu lalang.
- Sungkirkan gulungan dari kaki.
- Singkirkan barang-barang yang mungkin dapat mencederai klien.
- Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah terhadap bahaya yang mungkin
terjadi.
5. Resiko infeksi b.d. luka operasi.
Tujuan : infeksi dapat dicegah/dikontrol.
Kriteria hasil : terbebas dari tanda dan gejala infeksi.
Intervensi :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
b. Tingkatkan nutrisi yang cukup (bergizi dan mengandung vitamin A).
c. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
d. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
e. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah.
f. Instrusikan klien untuk minum antibiotik sesuai yang dianjurkan.
g. Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi, serta cara menghindari infeksi.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi pada kulit yang mempengaruhi
penampilan.
Tujuan : klien bisa menerima keadaannya.
Kriteria hasil : mendiskusikan strategi untuk mengatasi perubahan pada citra tubuh.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan pasien trehadap adanya potensi kecacatan yang berhubungan dengan
pembedahan dan atau perubahan kulit. R : memberikan informasi untuk menformulasikan
perencanaan.
b. Pantau kemampuan pasien untuk melihat perubahan bentuk dirinya. R : ketidakmampuan
untuk melihat bagian tubunhya yang terkena mungkin mengindikasikan kesulitan dalam
koping.
c. Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaan mengenai perubahan penampilan dari
pembedahan. R : memberikan jalan untuk mengekspesikan emosinya.
d. Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat. R : meningkatkan perasaan dan
memungkinkan respons yang lebih membantu pasien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma merupakan bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya
penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan.
Hilangnya penghlihatan pada kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat
penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini mungkin, apalagi
glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir, kecuali glaukoma jenis akut
(tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit dan pegal).
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Edisi revisi. Jilid 1. Yogyakarta : MediAction
www.google.com Makalah Asuhan Keperawatan Pada Glaukomahttp://retnopuspasari.blogspot.co.id/2014/12/askep-glaukoma-kmb.html
BAB IPENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik – bintik peka sinar
primitif pada permukaan golongan intervertebrata. Dalam bungkus pelindungnya mata
memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut, dan
sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
Iris adalah cincin sentral berwarna darimana secara normal berbentuk normal
sempurna, sangat responsif terhadap cahaya baik secara langasung maupun tidak langsung,
dan tepi perifernya sangat teratur. Setiap variasi dari kriteria normal ini dianggap patologik.
Satu – satunya keadaan dimana ketidakteraturan tepi iris dapat dihilangkan secara diagnostik
adalah setelah pembedahan katarak yang telah menggeser sebagian dari iris secara mekanis.
Iris yang berbentuk seperti lubang kunci dapat terjadi pada kejadian yang jarang, kedua iris
akan berbeda warnanya jika diperhatikan. Ketidaksimetrisan dalam warna iris yang normla
adalah kongenital (heterokromia) dan terjadi sejak masa kecil.
Struktur – struktur utama pada mata yaitu lapisan pelindung luar bola mata, sklera,
dimodifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang dan akan
dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian sklera terdapat koroid, lapisan yang
mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur – struktur dalam bola
mata. Lapisan di dua perposterior koroid adalah retina, jaringan saraf yang mengandung sel –
sel reseptor.
2. TUJUAN
Tujuan umum :
Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma adalah supaya
perawat dan mahasisiwa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pasien glaukoma.
Tujuan khusus :
a. Mahasiswa memahami apa itu glaukoma.
b. Mahasiswa mengetahui penyebab glaukoma.
c. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala glaukoma.
d. Mahasiswa mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma.
e. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien glaukoma
3. RUMUSAN MASALAH
1) Apa definisi Glaukoma?
2) Apa penyebab Glaukoma?
3) Bagaimana perjalanan penyakit Glaukoma?
4) Apa saja tanda dan gejala?
5) Apa pemeriksaan penunjang dan diagnostik penyakit Glaukoma?
6) Bgaimana penatalaksanaan medis Glaukoma?
7) Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien dengan Glaukoma?
BAB IIKONSEP DASAR TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI HUMOR AKUOS
Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di
dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna
untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan
tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola
mata/tekanan intra okuler. Tekanan intraokuler inilah yang berperan dalam terjadinya
glaukoma sehingga menimbulkan kerusakan pada saraf optik. Humor akuos diproduksi oleh
badan silier, masuk ke dalam bilik mata belakang kemudian mengalir ke bilik mata depan
melalui pupil. Setelah sampai ke bilik mata depan humor akuos akan meninggalkan bola mata
melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut iridokornea.
Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan humor akuos inilah yang
menentukan jumlah humor akuos di dalam bola mata.
B. Definisi
Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokular. ( Barbara C Long, 2000 : 262 )
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik(neoropati optik) yang
biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik. Yang
menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang
sentral terkena. (Bruce James. et al , 2006 : 95)
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa, neuropati saraf
optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola
mata yang tidak normal. (Sidarta Ilyas, 2002 : 239)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-
20mmHg). (Sidarta Ilyas, 2004 : 135)
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal
tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg). (Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO,
penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas. ( Anas
Tamsuri, 2010 : 72 )
Jadi, Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin
berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola
mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata
tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
C. Etiologi
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya
disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa meningkatkan tekanan intra
okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).
Umur
Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Tekanan bola mata /kelainan lensa
Obat-obatan
1. GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang sudah
sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang memungkinkan terjadinya
penutupan sudut bilik mata depan.
a. Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan terjadi hambatan
aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan, yang dinamakan hambatan
pupil (pupillary block) hambatan ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata
belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan menyebabkan
iris menutupi jaringan trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai
jaringan ini dan tidak dapat di salurkan keluar.terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan di fahami karena mendasari alasan
pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada mata
yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena usia,iris yang
tebal pun di anggap merupakan faktor untukmempersempit sudut bilik depan.
b. Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan mendorong iris
ke depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit akan mendadak tertutup.
Tidak diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.
c. Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan yang asalnya
sudah sempit, akan mudah tertutup. (Sidarta Ilyas, 2002 :249-250)
2. GLAUKOMA KONGESIF AKUT
Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti
orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau di papah.
Penderita sendiri memegang kepala nya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut. Hal inilah
yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit
sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita
tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan sekitar
mata. Penglihatanya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak,konjungtiva bulbi yang
sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal
dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak
melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg hampir total.
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari.
Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup untuk
membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai sampai
buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola mata yang masih tinggi
tetapi juga karena kornea mengalami degenerasi hingga mengelupas (keratopati bulosa).
(Sidarta Ilyas, 2002 : 252)
3. GLAUKOMA SUDUT TERBUKA
Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum sendiri,
akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi sampai di dalam
terbentur celah-celah trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidk dapat keluar dari bola
mata dengan bebas.
( Sidarta Ilyas, 2002 : 257 )
4. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit
intraokular.
a. Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang, lensa yang membengkak
karena katarak atau karena trauma, protein lensa yang menimbulkan uveitis yang kemudian
mengakibatkan tekanan bola mata naik.
b. Glaukoma Sekunder Karena kelainan Uvea
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan iris bagian perifer
( sinekia ) dan eksudatnya yang menutup celah – celah trabekulum hingga outflow akuos
humor terhambat. Tumor yang berasal dari uvea karena ukuranya dapat menyempitkan
rongga bola mata atau mendesak iris ke depan dan menutup sudut bilik mata depan.
c. Glaukoma Sekunder Karena Trauma Atau Pembedahan
Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat memblokir saluran outflow
tuberkulum. Perforasi kornea karena kecelakaan menyebabkan iris terjepit dalam luka dan
karenanya bilik mata depan dangkal. Dengan sendirinya akuos humor tidak dapat mencapai
jaringan trabekulum untuk jaringan keluar. Pada pembedahan katarak kadang – kadang bilik
mata depan tidak terbentuk untuk waktu yang cukup lama, ini mengakibatkan perlekatan iris
bagian perifer hingga penyaluran akuos humoer terhambat.
d. Glaukoma Karena Rubeosis Iris
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh pembentukan
pembuluh darah di iris.Di bagian iris perifer pembuluh darah ini mengakibatkan perlekatan –
perlekatan sehingga sudut bilik mata depan menutup.Glaukoma yang ditimbulkan biasnya
nyeri dan sulit diobati.
e. Galukoma Karena Kortikosteroid
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada mata, muncul pula
kasus glaukoma pada penderita yang memang sudah ada bakat untuk glaukoma. Glaukoma
yang ditimbulkan menyerupai glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus diobati dengan
kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi tekanan bola matanya secara berkala.
f. Glaukoma Kongesif
Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil.
Penyebabnya ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga menghambat
penyaluran keluar akuos humor.Akibatnya kornea membesar sehingga disebut Buftalmos atau
“mata sapi”.
g. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai kebutaan
total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan cyclocryo therapy untuk
mengurangi nyeri. Setingkali enukleasi merupakan tidakan yang paling efektif. Apabila tidak
disertai nyeri, bola mata dibiarkan.
( Sidarta Ilyas, 2002 : 259-261 )
D. Klasifikasi
Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.
1. GLAUKOMA PRIMER
Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive glaukoma).
b. Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma).
2. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
a. Kelainan lensa
- Luksasi
- Pembengkakan (intumesen)
- Fakoltik
b. Kelainan uvea
- Uveitis
- Tumor
c. Trauma
- Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
- Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren.
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
e. Penyebab glaukoma sekunder lainnya
- Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
- Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
3. GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos, hidroftalmos).Glaukoma
yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
4. GLAUKOMA ABSOLUT
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri.(Sidarta
Ilyas, 2002 : 240-241)
E. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus oleh
badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui sudut
bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan
episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23
mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan
menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia
ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan
intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf pada
papil saraf optik.
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan
tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif
lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik.
( Anas Tamsuri, 2010 : 72-73 )
PATHWAYS GLAUKOMA
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksi jaringan Peningkatan tekanan
Trabekuler Vitreus
Hambatan pengaliran Pergerakan iris kedepan
Cairan humor aqueous
TIO meningkat Glaukoma TIO
Meningkat
Gangguan saraf optik Tindakan operasi
Nyeri
Gangguan persepsi sensori penglihatan Perubahan penglihatan
Kurangpengetahuan
Anxietas Perifer
Kebutaan
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )
G. Komplikasi
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma penutupan sudut
akut adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang digunakan untuk mengobati
glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat
berupa perburukan kondisi jantung, pernapsan atau neurologis.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk glaukoma.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara tonometri,
untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
- Indentasi dengan tonometer schiotz
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
- Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital\
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara
mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan terpaksa dan
tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil
pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang
kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan
palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N – 1 : lebih rendah dari normal
N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
2. GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan
lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar
sempitnya sudut bilik mata depan.
3. OFTALMOSKOPI
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf optik,
sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah
warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak
dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
4. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena
dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian
meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah
luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang
dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)
Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1. Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.
2. Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat sudut
pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut terbuka atau
tertutup.
3. Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik
berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk.
4. OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut
saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan dapat segera dideteksi sebelum
terjadi kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat ditemukan dalam stadium dini
5. Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan
oleh kerusakan saraf optik.
6. Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola mata/tekanan
intraokuler/TIO.
I. Penatalaksaan Medis & Keperawatan
Penatalaksanaan Pembedahan
a. Iridektomi perifer.
Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah terdapat
hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang
tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase)
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
Terapi farmakologi (Barbara C. Long, 2000 : 267)
Obat Efek Terhadap GlaukomaAgen Kolinergik (Miotik) :
Pilocarpine
Carbachol ( Carbacel )
Kolinesterase Inhibitors
(Miotik) :
Physostigmine (Eserine)
Demecarlum bromide
(Humorsol)
Isoflurophate (Floropryl)
Echotiophate Iodide
Merangsang reseptor kolinergik,
mengkontraksikan otot-otot iris untuk
mengecilkan pupil dan menurunkan tahanan
terhadap aliran humor aqueous, juga
mengkontraksikan otot-otot ciliary untuk
meningkatkan akomodasi.
Menghambat pepenghancuran Asetylchloline
yang berefek sebagai kolinergik.
JANGAN MENGGUNAKAN OBAT
KOLINESTERASE PADA GLAUKOMA
SUDUT TERTUTUP (Meningkatkan
(Phospoline Iodide)
Edrenergic Beta Bloker :
Timolol meleate (Timoptic)
Betaxolol hydrochloride
(Betaoptic)
Levobunolol hydrochloride
(Betagan)
Agen adrenergik :
Epinephryl borate (Eppy)
Epinephrine hydrochloride
(glaucom, Epifrin)
Epinephrine bitatrate (Epitrate,
Mucocoll)
Dipivefrin (Propine)
Carbonic anhydrase
inhibitors :
Acetazolamide (Diamox)
Ethoxzolamide (Cardrase)
Dichlorhenamide (Daramide)
Methazolamide (Neptazane)
Agen Osmotik :
Glycerine (Glycerol,
Osmoglyn)
Mannitol (Osmitrol)
Urea (Ureaphil, Urevert)
tahanan pupil)
Memblok – impuls adrenergik (Sympathetik)
yang secara normal menyebabkan mydriasis,
mekanisme yang bisa menurunkan IOP, tidak
jelas
Menurunkan produksi humor aqueous dan
meningkatkan aliran aqueous.
JANGAN MENGGUNAKAN UNTUK
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
Menghambat produksi humor aqueous
Meningkatkan osmolaritas plasma darah,
meningkatkan aliran cairan dari humor
aqueous ke plasma
J. Pencegahan
1. Deteksi dini
Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi sedinimungkin. Tidak
ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma sudutterbuka. Jika penyakit ini
ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan
pengobatan. Orang-orang yangmemiliki resiko menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya
menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya
menjalaniiridotomi untuk mencegah serangan akut.
- Mengingat hilangnya penglihatan secara permanen yang disebabkan olehglaukoma,
sebaiknya setiap orang memperhatikan kesehatan matanya dengancara melakukan
pengukuran tekanan bola mata secara rutin setiap 3 tahun,terutama bagi orang yang usianya di
atas 40 tahun.
- Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki riwayatkeluarga
penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi (miopia),serta penderita penyakit
sistemik seperti diabetes atau kelainan vaskular (jantung).
- Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah setiap enam bulan sekali,khususnya bagi
orang dengan risiko tinggi. Untuk mengukur tekanan bolamata kerusakan mata yang diderita
dilakukan tes lapang pandang mata.- Sebaiknya diperiksakan tekanan bola mata bila mata
kemerahan dan sakitkepala berat.
2. Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta Karoten)
Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita glaukoma adalah seperti diabetesmellitus
dan hipertensi, untuk itu bagi yang menderita diabetes mellitus dianjurkan untuk mengurangi
mengkonsumsi gula agar tidak terjadi komplikasiglaukoma, sedangkan untuk penderita
hipertensi dianjurkan untuk diet rendahgaram karena jika tekanan darah naik cepat akan
menaikkan tekanan bola mata.
3. Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan olahragateratur.
Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.
4. Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak bertambah parah/untuk
mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu :
- Mengurangi stress
- Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga glaucomaakan memblok
pupil
- Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan melebar (dilatasi)
- Diet rendah natrium
- Pembatasan kafein
- Mencegah konstipasi
- Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan karena akanmeningkatkan
TIO
- Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu pasien merasanyaman dan
mengurangi tekanan intra okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa jatuh
menjauh dari iris yang mengurangi blok pupil.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN GLAUKOMA
Kasus
Ny. R (30 tahun) saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika
ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra
dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid. Oleh dokter spesialis mata
dilakukan pemeriksaan Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang pandang. Hasil
pemeriksaan teernyata Ny.R menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100
mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit. Ny. R tidak tahu kenapa dia
sampai mengalami Glaukoma dan mendengar informasi dari orang-orang bahwa Glaukoma
bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama : Ny. R
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1973
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Glaukoma
2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 12Mei 2013 dengan keluhan orbita dextra terasa
sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
Riwayat Penyakit Sekarang :
KU lemah, hasil pemeriksaan TTV , Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi :
80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat masuk rumah sakit, tetapi dua bulan
yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan saraf persepsi
sensori
3) Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa
di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
Peningkatan air mata
4. Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma
akut).
5. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekaan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma)
Terpajan pada radiasi, steroid/ toksistas fenotiazin
Pertimbangan rencana pemulangan :
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hati (biasanya dilakukan sebagai prosedur pasien
rawat jalan)
Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan maknaan, perawatan diri, perawatan /
pemeliharaan rumah
2. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengeluh orbita dextra terasa sakit
jika ditekan
2. Klien mengeluh penglihatan kabur
padahal Ny.R sudah menggunakan kaca
minus 3 pada mata dextra dan sinistra
3. Klien mengatakan dua bulan yang lalu
Ny.R menderita kelainan Thyroid
4. Klien mengatakan tidak tahu kenapa dia
sampai mengalami Glaukoma
5. Klien mengatakan bahwa mendengar
informasi dari orang-orang bahwa
Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut
mengalami kebutaan.
6. Klien mengatakan mengalami perubahan
aktivitas biasanya akibat gangguan
penglihatan
7. Klien mengeluh mual dan muntah
1. Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
2. Skala nyeri : 6
3. Klien terlihat menggunakan kacamata
4. Klien tampak kecoklatan atau putih susu
pada pupil (katarak)
5. Klien terlihat pupil menyempit dan
merah / mata keras dengan kornea
berawan (glaukoma darurat)
6. Klien terlihat peningkatan produksi air
mata
7. Klien terlihat mual dan muntah
3. ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
Pra Operasi
DS :
Klien mengeluh keluhan orbita
dextra terasa sakit jika ditekan
Klien mengeluh penglihatan kabur
Gangguan persepsi
sensori penglihatan
Gangguan penerimaan,
gangguan status organ
ditandai dengan
kehilangan lapang
padahal Ny.R sudah menggunakan
kaca minus 3 pada mata dextra dan
sinistra
Klien mengatakan dua bulan yang
lalu Ny.R menderita kelainan
Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Skala nyeri : 6
Klien tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil (katarak)
Klien terlihat pupil menyempit dan
merah / mata keras dengan kornea
berawan (glaukoma darurat)
Klien terlihat peningkatan produksi
air mata
Klien terlihat memokuskan saat
meliat sesuatu benda
Klien terlihat mengerutkan dahi pada
saat melihat
pandang progresif.
DS :
Klien mengeluh keluhan orbita
dextra terasa sakit jika ditekan
Klien mengeluh penglihatan kabur
padahal Ny.R sudah menggunakan
kaca minus 3 pada mata dextra dan
sinistra
Klien mengatakan dua bulan yang
Gangguan rasa
nyaman : Nyeri
Peningkatan tekanan
intra okuler (TIO)
lalu Ny.R menderita kelainan
Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Skala nyeri : 6
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat memegangi are kepala
dan sekitar mata
Klien terlihat memokuskan saat
meliat sesuatu benda
Klien terlihat mengerutkan dahi pada
saat melihat
DS :
Klien mengatakan bahwa mendengar
informasi dari orang-orang bahwa
Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R
takut mengalami kebutaan.
Klien mengeluh keluhan orbita
dextra terasa sakit jika ditekan
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat gelisah
Ansietas Faktor fisilogis,
perubahan status
kesehatan, adanya
nyeri,
kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan
ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu,
menyatakan masalah
tentang perubahan
kejadian hidup
Klien tampak pucat
Klien terlihat mencemaskan keadaan
dirinya
DS :
Klien mengatakan bahwa mendengar
informasi dari orang-orang bahwa
Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R
takut mengalami kebutaan.
Klien mengeluh keluhan orbita
dextra terasa sakit jika ditekan
Klien mengeluh penglihatan kabur
padahal Ny.R sudah menggunakan
kaca minus 3 pada mata dextra dan
sinistra
Klien mengatakan dua bulan yang
lalu Ny.R menderita kelainan
Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien terlihat mencemaskan keadaan
dirinya
Kurang
pengetahuan
(kebutuhan belajar)
tentang kondisi,
prognosis, dan
pengobatan
Kurang terpajan/tak
mengenal sumber,
kurang mengingat,
salah interpretasi
ditandai dengan
pertanyaan, pernyataan
salah
Post Operasi
DS :
Klien mengeluh juga nyeri sedang
pada area mata
Klien mengatakan ketidaknyamanan
Gangguan rasa
nyaman : Nyeri
Adanya insisi bedah
setelah operasi
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata yang
dibedah
DS :
Klien mengeluh juga nyeri area mata
yang di operasi
Klien mengatakan kesulitan
melakukan aktivitas
Klien mengeluh takut untuk
melakukan aktivitas
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata yang
dibedah
Risiko tinggi
terhadap cedera
Peningkatan TIO,
kehilangan vitreous
DS :
Klien mengeluh juga nyeri sedang
pada area mata yang dibedah
Klien mengatakan ketidaknyamanan
area mata setelah di operasi
Risiko tinggi
terhadap infeksi
prosedur invasif
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata yang
dibedah
Kemungkinan terdapat pus pada area
setelah operasi
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TANGGAL
DITEMUKAN
TANGGAL TERATASI
Pra Operasi
1. Gangguan persepsi sensori
penglihatan b.d gangguan
penerimaan sensori,
gangguan status organ
2. Gangguan rasa nyaman :
Nyeri b/d peningkatan
tekanan intra okuler (TIO)
yang ditandai dengan mual
dan muntah
3. Ansietas b/d faktor
fisilogis, perubahan status
kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan
17– 04–2013
17– 04–2013
17– 04–2013
20– 04–2013
20– 04–2013
20– 04–2013
4. Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar) tentang
kondisi, prognosis, dan
pengobatan b/d kurang
terpajan/tak mengenal
sumber, kurang mengingat,
salah interpretasi
17– 04–2013 20– 04–2013
Post Operasi
1. Gangguan rasa nyaman :
Nyeri b/d adanya insisi
bedah
2. Risiko tinggi terhadap
cedera b.d peningkatan
TIO, kehilangan vitreous
3. Risiko tinggi terhadap
infeksi b.d prosedur invasif
18– 04–2013
18– 04–2013
18– 04–2013
21– 04–2013
21– 04–2013
21– 04–2013
5. INTERVENSI
NO
DX
TUJUAN DAN KRITERIA
HASIL
INTERVENSI
Pra Operasi
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan Gangguan
persepsi sensori penglihatan
teratasi dengan kriterria
hasil :
Mandiri :
1. Pastikan derajat / tipe kehilangan penglihatan
Rasional : mempengaruhi harapan masa depan
pasien dan pilihan intervensi
2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan / kemungkinan kehilangan
penglihatan
- Klien mengidentifikasi
faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi
penglihatan.
- Klien mengindentifikasi dan
menunjukkan pola-pola
alternatif untuk meningkatkan
penerimaan rangsang
penglihatan
Rasional : sementara intervensi dini mencegah
kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan
atau mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total. Meskipun
kehilangan penglihatan telah terjadi tak dapat
diperbaiki (meskipun dengan pengobatan),
kehilangan lanjut dapat dicegah.
3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh
menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak
salah dosisi.
Rasional : mengontrol TIO, mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien
menangani keterbatasan penglihatan, contoh ,
krangi kekacauan, atur perabot, ingatkan
memutar kepala ke subjek yang terlihat,
perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan
malam.
Rasional : menurunkan bahaya kemanan
sehubungan dengan perubahan lapang
pandang / kehilangan penglihatan dan
akomodasi pupil terhdap sinar lingkungan
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
- Kronis, sederhana, tipe sudut terbuka :
Pilokarpin hidroklorida (IsoptoCarpine,
OcuserPilo, Pilopine HS Gel)
Rasional : Obat miotik topikal ini
menyebabkan konstriksi pupil, memudahkan
keluarnya akueus humor.
- Timolol maleat (Timoptic); betaksalol
(Betopic)
Rasional : Menurunkan pembentukan akueus
humor tanpa mengubah ukuran pupil,
penglihatanm atau akomodasi, catatan :
Timoptic kontrainidikasi pada adanya
bradikardia atau asma
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan Gangguan rasa
nyaman : Nyeri teratasi
dengan kriterria hasil :
- Klien dapat mengidentifikasi
penyebab nyeri
- Klien menyebutkan faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan nyeri
- Klien mampu melakukan
tindakan untuk mengurangi
nyeri
Mandiri :
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering
mungkin
Rasional : nyeri glaukoma umumnya sangat
parah
2. Jelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan
yang dapat memicu timbulnya nyeri
Rasional : penyebab munculnya nyeri adalah
peningkatan tekanan intraokular yang dapat
dipicu oleh batuk, mengejan, mengangkat
benda berat, gerakan kepala tiba-tiba
3. Anjurkan klien untuk menghindari perilaku
yang dapat memprovokasi nyeri
Rasional : untuk mencegah peningkatan TIO
lebih lanjut
4. Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada
klien
Rasional : menurunkan sensasi nyeri dan
memblokir sensari nyeri menuju otak
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi : relaksasi otot
misalnya dantren (antrium) alagesik,
antiansietas, misalnya diazepam (Valium)
Rasional : dibutuhkan menghilangkan
spasme/neyri otot atau untuk menghilangkan
ansietas dan meningkatkan istirahat
3 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan Ansietas teratasi
Mandiri :
1. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman
nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi
dengan kriterria hasil :
- Klien tampak rileks dan
melaporkan ansietas menurun
sampai tingkat dapat diatasi
- Klien menunjukkan
keterampilan pemecahan
masalah
- Klien menggunakan sumber
secara efekti
pasin terhadap ancaman diri, potensial sikulus
ansietas dan dapat mempengaruhi upaya
medik untuk mengontrol TIO
2. Berikan infromasi yang akurat dan jujur.
Diskusikan kemungkinan bahwa pengwasan
dan pengubahan dapat mencegah kehilangan
penglihatan tambahan
Rasional : menurunkan ansietas sehubungan
dengan ketidaktahuan/ haraan yang akan
datang dan memberikan dasar fakta untuk
membuat pilihan informasi tentang
pengobatan
3. Dorong pasien untuk mengakui msalah dan
mengekspresikan persaan
Rasional : memberikan kesempatan untuk
pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi
salah konspesi dan pemecahan masalah.
4. Identifikasi sumber / orang yang menolong
Rasional : memberikan keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri dalam menghadapi
masalah.
4 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan Kurang
Pengetahuan teratasi dengan
kriterria hasil :
- Klien menyatakan
pemahaman kondisi,
prognosis dan pengobatan
- Klien mengidentifikasi
hubungan tanda/gejala
dengan proses penyakit
- Klien melakukan prosedur
Mandiri :
1. Diskusikan perlunya menggunakn identifikasi
contoh gelang Waspada-Medik
Rasional : vital untuk memberikan informasi
pada perawat kasus darurat untuk menurunkan
resiko menerima obat yang
dikontraindikasikan (contoh atropin).
2. Tunjukkan teknik yang benar untuk
pemberian tetes mata. Izinkan pasien
mengulang tindakan
Rasional : meningkatkan keefektifan
pegobatan. Memberikan kesempatan untuk
pasien menunjukkan kompetensi untuk pasien
dengan benar dan
menjelaskan atasan tindakan
menanyakan pertanyaan.
3. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal
obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang
harus dihindari, contoh tetes midriatik
(atropin/ propantelin bromin), kelbihan
pemakaian steroid topika.
Rasional : penyakit ini dapat dikontrol, bukan
diobati, dan memeprtahankan konsistensi
program obat adalah kontrol vital. Beberapa
obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan
TIO dan potensial kehilangan penglihatan
tambahan.
4. Identifikasi efek samping / reaksi merugikan
dari pengobatan, contoh penurunan selera
makan, mual/muntah, diare, kelemahan,
perasaan mabuk, penurunan libido, impoten,
jantung tak teratur, pingsan, GJK.
Rasional : efek samping obat/ merugikan
mempengaruhi rentang dari tak nyaman
sampai ancaman kesehatan berat. Kurang lebih
50% pasien akan mengalami sensitifitas/ alergi
terhdap obat parasimpatis (contoh pilokarpin)
atau obat anti kolnestrase. Maslah ini
memrlukan evaluasi medik dan kemungkinan
perubahan program terapi.
5. Dorong pasien membuat peubahan yang perlu
untuk pola hidup.
Rasional : pola hidup tenang menurunakn
respons emosi terhadap stres, mencegah
perubahan ouler yang mendorong iris kedepan
yang dapat mencetuskan serangan akut.
6. Dorong menhndari aktivitas, seperti
mengangkat berat/mendorong, menyekop
salju, menggunakan baju ketat/sempit.
Rasional : dapat meningkatkan TIO
mencetuskan serangan akut. Catatan : bila
pasien tidak mengalami nyeri, kerja sama
dengan program pengobatan dan penerimaan
perubahan pola hidup sering sulit dilanjutkan.
7. Diskusikan pertimbangan diet, contoh caiarn
adekuat makanan berserat.
Rasioanl : tindakan untuk mempertahanka
konsistensi feses untuk mengidari
konstipasi/mengejan selama defekasi.
8. Tekankan pentingnya periksa rutin.
Rasional : penting untuk mengawasi
kemajuan/ pemeliharaan penyakit untuk
memungkinkan intervensi dini dan mencegah
kehilangan penglihatan lajut.
9. Nasehatkan pasien untuk melaporkan dengan
cepat nyeri mata hebat, inflmasi, peningkatan
fotofobia, peningkatan lakrimasi, perubahan
lapang pandang, penglihatan kabur, kilatan
sinar/ partikel ditengah lapang pandang
Rasinal : upaya tindakan perlu untuk
mencegah kehilangan penglihatan lanjut /
komplikasi lain, contoh robek retina
10. Anjurkan anggota keluarga meeriksa secara
teratur tanda glaukoma.
Rasional : kecenderungan herediter
dangkalnya bilik anterior, menempatkan
anggota keluarga berisiko pada kondisi ini.
Post Operasi
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan Gangguan rasa
Mandiri :
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering
mungkin
Rasional : nyeri glaukoma umumnya sangat
nyaman : nyeri teratasi
dengan kriterria hasil:
- Klien dapat mengidentifikasi
penyebab nyeri
- Klien menyebutkan faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan nyeri
- Klien mampu melakukan
tindakan untuk mengurangi
nyeri
parah
2. Jelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan
yang dapat memicu timbulnya nyeri
Rasional : penyebab munculnya nyeri adalah
peningkatan tekanan intraokular yang dapat
dipicu oleh batuk, mengejan, mengangkat
benda berat, gerakan kepala tiba-tiba
3. Anjurkan klien untuk menghindari perilaku
yang dapat memprovokasi nyeri
Rasional : untuk mencegah peningkatan TIO
lebih lanjut
4. Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada
klien
Rasional : menurunkan sensasi nyeri dan
memblokir sensari nyeri menuju otak
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi : relaksasi otot
misalnya dantren (antrium) alagesik,
antiansietas, misalnya diazepam (Valium)
Rasional : dibutuhkan menghilangkan
spasme/neyri otot atau untuk menghilangkan
ansietas dan meningkatkan istirahat
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan risiko tinggi
terhadap cedera teratasi
dengan kriterria hasil :
- Klien menyatakan
pemahaman aktor yang
terlibat dalam kemungkinan
cedera
- Klien menunjukkan
perubahan perilaku, pola
Mandiri :
1. Diskusikan apa yang terjadi padaa
pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata
Rasional : membantu mengurangi rasa takut
dan meningkatkan kerja sama dalm
pembatasan yang dilakukan.
2. Batasi pasien posisi bersandar, kepala tinggi
atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
Rasional : istirahat hanya beberapa menit
sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan
hidup untuk menurunkan
fakor risiko dan untuk
melindungi dari cedera
- Mengubah lingkungan sesuai
indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
atau menginap semalam bila terjadi
komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata
yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan
atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.
3. Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar
mandi khusus bila sembuh dari anastesi
Rasional : menrunkan stres pada area
operasi/menurunkan TIO
4. Dorong napas dalam, bantuk untuk bersihan
paru.
Rasional : memerlukan sedikit regangan
daripada penggunakan pispot yang dapat
meningkatkan TIO
5. Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan
paru.
Rasional : batuk meningkatkan TIO
6. Anjurkan menggunakan teknik manajemen
stres contoh bimbinganimajinasi, visualisasi,
napas dalam dan latihan relaksasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi dan koping,
menurunkan TIO
Kolaborasi :
7. Berikan obat sesuai indikasi :
Antimetik contoh proklorperazin (Compazine)
Asetazolamid (Diamox)
Siklopegis contoh empirin
Rasional : diberikan untuk menurunkan TIO
bila terjadi peningkatan. Membatasi erja enzim
pada produkssi akueus humor.
3 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan Risiko tinggi
terhadap infeksi teratasi
Mandiri :
1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan
sebelum menyentuh/ mengobati mata
Rasional : menurnukan jumlah bakteri pada
dengan kriterria hasil :
- Klien dapat meningkatkan
penyembuhan luka tepat
waktu, bebas drainase
purulen, eritema dan demam
- Klien dapat mengidentifikasi
intervensi untuk
mencegah/menurunkan risiko
infeksi
tangan, mencegah kontaminasi area operasi
2. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk
membersihkan mata dari dalam ke luar dengan
tisu basah/ bola kapas untuk tiap usapan, ganti
balutan dan masukan lensa ontak bila
menggunakan.
Rasional : teknik aseptik menurunkan risiko
penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
3. Tekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata yang di operasi.
Rasional : mencegah kontaminasi dan
kerusakan sisi operasi
4. Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi
contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase
purulen. Identifikasi tindakan kewaspadaan
bila terjadi ISK.
Rasional : infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah
prosedur dan memerlkan upaya intervensi.
Adanya ISK meningkatkan risiko kontaminasi
silang.
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
Antibiotik (topikal, parenteral atau
subkonjungtiva)
Steroid
Rasional : sediaan topikal digunakan secara
profilaksis, dimana terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi infeksi. Catatan :
steroid mungkin ditambahkan pada antibiotik
topikal bila pasien mengalami implantasi IOL.
Digunakan untuk menurunakn inflamasi.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal No.DX Implementasi dan Hasil Paraf
Pra Operasi
1 1. Memastikan derajat / tipe kehilangan
penglihatan
2. Mendorong mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
3. Menunjukkan pemberian tetes mata, contoh
menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak
salah dosisi.
4. Melakukan tindakan untuk membantu pasien
menangani keterbatasan penglihatan,
contoh , krangi kekacauan, atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subjek yang
terlihat, perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
5. Memberikan obat sesuai indikasi :
- Kronis, sederhana, tipe sudut
terbuka:Pilokarpin hidroklorida
(IsoptoCarpine, OcuserPilo, Pilopine HS
Gel)
- Timolol maleat (Timoptic); betaksalol
(Betopic)
2 1. Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau
sesering mungkin
2. Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor
tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
3. Menganjurkan klien untuk menghindari
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
4. Mengajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
Memberikan obat sesuai indikasi : relaksasi
otot misalnya dantren (antrium) alagesik,
antiansietas, misalnya diazepam (Valium)
3 1. Mengkaji tingkat ansietas, derajat
pengalaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba
dan pengetahuan kondisi saat ini
2. Memberikan infromasi yang akurat dan
jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengwasan dan pengubahan dapat mencegah
kehilangan penglihatan tambahan
3. Mendorong pasien untuk mengakui msalah
dan mengekspresikan persaan
4. Mengindetifikasi sumber / orang yang
menolong
4 Mendiskusikan perlunya menggunakn
identifikasi contoh gelang Waspada-Medik
Menunjukkan teknik yang benar untuk
pemberian tetes mata. Izinkan pasien
mengulang tindakan
Mengkaji pentingnya mempertahankan
jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan
obat yang harus dihindari, contoh tetes
midriatik (atropin/ propantelin bromin),
kelbihan pemakaian steroid topika.
Mengidentifikasi efek samping / reaksi
merugikan dari pengobatan, contoh
penurunan selera makan, mual/muntah,
diare, kelemahan, perasaan mabuk,
penurunan libido, impoten, jantung tak
teratur, pingsan, GJK.
Mendorong pasien membuat peubahan yang
perlu untuk pola hidup.
Mendorong menhndari aktivitas, seperti
mengangkat berat/mendorong, menyekop
salju, menggunakan baju ketat/sempit.
Mendiskusikan pertimbangan diet, contoh
caiarn adekuat makanan berserat.
Menekankan pentingnya periksa rutin.
Menasehatkan pasien untuk melaporkan
dengan cepat nyeri mata hebat, inflmasi,
peningkatan fotofobia, peningkatan
lakrimasi, perubahan lapang pandang,
penglihatan kabur, kilatan sinar/ partikel
ditengah lapang pandang
10. Menganjurkan anggota keluarga memeriksa
secara teratur tanda glaukoma.
Post Operasi
1 Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau
sesering mungkin
Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor
tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
Menganjurkan klien untuk menghindari
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
Mengajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
Memberikan obat sesuai indikasi : relaksasi
otot misalnya dantren (antrium) alagesik,
antiansietas, misalnya diazepam (Valium)
2 1. Mendiskusikan apa yang terjadi padaa
pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata
2. Membatasi pasien posisi bersandar, kepala
tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan.
3. Mengambulasi dengan bantuan; berikan
kamar mandi khusus bila sembuh dari
anastesi
4. Mendorong napas dalam, bantuk untuk
bersihan paru.
5. Mendorong napas dalam, batuk untuk
bersihan paru.
6. Menganjurkan menggunakan teknik
manajemen stres contoh bimbinganimajinasi,
visualisasi, napas dalam dan latihan
relaksasi.
7. Memberikan obat sesuai indikasi :
Antimetik contoh proklorperazin
(Compazine), Asetazolamid (Diamox),
Siklopegis contoh empirin
3 Mendiskusikan pentingnya mencucui tangan
sebelum menyentuh/ mengobati mata
Menggunakan / menunjukkan teknik yang
tepat untuk membersihkan mata dari dalam
ke luar dengan tisu basah/ bola kapas untuk
tiap usapan, ganti balutan dan masukan lensa
ontak bila menggunakan.
Menekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata yang di operasi.
Mengobservasi / mendiskusikan tanda
terjadinya infeksi contoh kemerahan,
kelopak bengkak, drainase purulen.
Identifikasi tindakan kewaspadaan bila
terjadi ISK.
Memebrikan obat sesuai indikasi :
Antibiotik (topikal, parenteral atau
subkonjungtiva), Steroid
Recommended