View
3.035
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
P a g e | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam hadits dikatakan bahwa pahala shalat berjama’ah adalah
27 kali dibandingkan dengan shalat sendiri. Banyak orang Islam berhitung
secara kuantitatif seolah-olah dengan melakukan shalat berjama’ah maka
ia akan menabung pahala sebanyak 27 kali. Demikian juga ketika di dalam
hadis dikatakan bahwa shalat di Masjidil Haram akan dilipatgandakan
pahalanya sebanyak seratus ribu kali lipat. Luar biasa.
Shalat berjama’ah berarti berkelompok dengan panduan seorang
imam. Apa yang dilakukan imam akan diikuti oleh makmumnya, kecuali
imam salah. Semua makmum harus berbaris dengan shaf yang teratur dan
lurus. Semua mengikuti arah Imam, betapa kuatnya organisasi ini. Siapa
yang dapat mematahkan shaf yang kokoh? Sayang makna dari keuntungan
shalat berjama’ah luput dimengerti oleh umat islam! Salah satu kunci
keberhasilan dakwah di zaman Rasulullah saw adalah persatuan. Salah
satu cara menumbuhkan persatuan tersebut adalah dengan shalat
berjama’ah. Kecintaan mereka, disiplin dan keikhlasan mereka dalam
menunaikan shalat berjama’ah telah menumbuhkan semangat persatuan
dan keberanian yang tinggi diantara mereka. di sisi lain hubungan
silaturahmi yang penuh kasih sayang semangat erat terjalin diantara
mereka. Sehingga gambaran umat Islam yang bagaikan dua jari dieratkan
benar-benar nampak di zaman itu.
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 2
Dalam hal disiplin dan kecintaan mereka dalam shalat berjama’ah
kita dapati di dalam salah satu riwayat bahwa seorang sahabat yang sudah
uzur dan tuna netra setiap hari beliau shalat berjama’ah ke masjid
walaupun jaraknya tidak bisa dibilang dekat, diceritakan bahwa sahabat
tersebut meminta keringanan Rasulullah saw untuk beliau khusus untuk
shalat subuh shalat di rumah saja. Rasulullah saw mengizinkan, tetapi baru
beberapa langkah Rasulullah saw meralat bahwa sahabat tersebut tetap
menunaikan shalat berjama’ah di Masjid. Betapa tingginya semangat dan
disiplin yang terbentuk waktu itu. Bisa kita bayangkan seandainya di
Masjid Istiqlal, setiap umat Islam yang berada di dalam radius beberapa
kilometer dari Masjid - menunaikan ibadah shalat berjama’ah di Masjid
lima kali sehari - majid tersebut mungkin tidak akan mampu menampung,
dan kitapun bisa membayangkan dampak persatuan, kecintaan dan
kebaikan akan lebih terbentuk di dalam masyarakat. Dan lebih luas lagi
musuh-musuh Islam yang melihat tentu akan gentar melihat persatuan
Islam yang terbentuk dari hal yang paling mendasar sekali.
Contoh dalam hal ini adalah di Perancis, Islam yang dari sisi
prosentase sebenarnya masih jauh dibandingkan dengan masyarakat asli
yang beragama non Muslim, tetapi Islam yang sedikit tersebut sudah
menjadikannya sebagai 'ancaman' bagi eksistensi umat Kristiani disana.
Betapa tidak kita menyaksikan bahwa setiap ibadah shalat toko-toko
disana sampai tutup karena orang-orang Islam yang harus shalat di jalan-
jalan dan trotoar, karena tidak tercukupinya masjid untuk menampung
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 3
umat Islam yang semakin bertambah. Ketakutan itu seharusnya memang
tidak perlu dirisaukan, karena semakin shaleh dan taatnya seseorang pada
agama dan bentuk-bentuk peribadatan, tentu hal itu akan membawa
seseorang akan semakin saleh secara sosial, karena itu adalah tuntutan
pasti dari Islam. Sehingga dampak tersebut akan terasa di kalangan
masyarakat Perancis sendiri. Tetapi walau bagaimanapun kita pun
mengerti ketakutan mereka jika kita membandingkannya dengan tindakan-
tindakan terorisme yang dilakukan oleh 'oknum-oknum' muslim. Jadi
Shalat berjama’ah adalah hal yang harus selalu kita perhatikan, tidak
sekedar kita menganggap untuk kepentingan pribadi kita, tidak sekedar
untuk memenuhi masjid tetapi lebih dari itu adalah kita harus
menumbuhkan persatuan Islam, persatuan dalam bermasyarakat dan
persatuan dalam beragama. Berkenaan dengan urgensi shalat berjama’ah
bagi persatuan umat islam, perlu disusun sebuah makalah yang mampu
menjadi wahana bagi umat islam untuk memperoleh wawasan dan konsep
keilmuan berkenaan dengan shalat berjama’ah ini baik secara teoritis
maupun secara praktis. Oleh sebab itu, penulis menulis sebuah makalah
yang bertajuk “Shalat Berjama’ah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan shalat berjama’ah?
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 4
2. Bagaimana dalil tentang shalat berjama’ah?
3. Bagaimana hukum shalat berjama’ah?
4. Bagaimana syarat-syarat shalat berjama’ah?
5. Apakah keutamaan dari shalat berjama’ah?
6. Bagaimana anjuran berjama’ah shalat subuh dan isya’?
7. Bagaimana keutaamaan shaf pertama dalam shalat berjama’ah?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. shalat berjama’ah;
2. dalil tentang shalat berjama’ah;
3. hukum shalat berjama’ah;
4. syarat-syarat shalat berjama’ah
5. keutamaan dari shalat berjama’ah;
6. anjuran berjama’ah shalat subuh dan isya’;
7. keutaamaan shaf pertama dalam shalat berjama’ah.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara teoriris maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna
sebagai pengembangan konsep shalat berjama’ah. Secara praktis makalah
ini diharapkan bermanfaat bagi:
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 5
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang konsep shalat berjama’ah;
2. Pembaca/guru, sebagai media informasi tentang shalat berjama’ah baik
secara teoritis maupun secara praktis.
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Shalat Berjama’ah
Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih secara bersama-sama, seorang menjadi imam dan yang lainnya
menjadi makmum dengan syarat-syarat yang ditentukan.1
Shalat berjama’ah minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua
orang, namun semakin banyak orang yang ikut shalat berjama’ah tersebut
jadi jauh lebih baik. Paling sedikit shalat berjama’ah selain jamaah shalat
Jum’at terdiri dari dua orang imam dan makmum. Sedang shalat
berjama’ah Jum’at paling sedikit terdiri dari empat orang, imam dan
makmum, yang keempatnya itu bilangan Jum’at, menurut pendapat Imam
Shafi’I yang tidak kuat (Jam’ Rishalatain fi al-Jum’at: 23). Adapun jamaah
I’adah shalat Dhuhur seusai shalat Jum’at terdiri dari imam dan makmum
sebanyak peserta jamaah shalat Jum’at, termasuk imam dan seluruh
bilangan Jum’at itu. (tersebut dalam kitab-kitab fiqih Shafi’iyah)
Shalat berjama’ah memiliki nilai pahala 27 derajat lebih baik
daripada shalat sendiri. Disamping pahala yang besar, didalam shalat
berjama’ah terdapat beberapa hikmah yang besar, diantaranya
1. Menambah syi’ar islam;
2. Memakmurkan mesjid;
3. Mempererat tali persahabatan dan persaudaraan antar sesama muslim;
1 Modul Fiqh DT, kelas 2
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 7
4. Menumbuhkan persamaan derajat antar sesama muslim baik yang
rakyat maupun yang pejabat tidak ada perbedaan disisi Allah kecuali
karena ketakwaannya;
5. Menghilangkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin; dan
6. Menumbuhkan sikap saling pengertian, peduli dan saling tolong
menolong antara sesama muslim.
Pasal Shalat Berjama’ah menurut Kitab Fathul Qarib
Pasal IX
Dalam pasal ini dijelaskan tentang shalat berjama’ah bagi kaum
pria dalam shalat fardu, selain shalat jum’at, hukumnya sunah muakad, hal
ini menurut pendapat penyusun/mushonif dan Imam Rafi’i r.a. sedangkan
yang paling benar adalah fardu kifayah, menurut pendapat Imam Nawawi
r.a.
Definisi berjama’ah: makmum dinyatakan memperoleh berjama’ah
bersama imam, didalam shalat selain shalat jum’at selama imam belum
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 8
mengucapkan shalat awal, walau makmum tersebut belum sempat beserta
imam.
Adapun cara jum’at secara berjama’ah hukumnya fardu ‘ain dan
bagi makmum yang tertinggal jamaah dinilai gagal (tidak berhasil) kecuali
ia dapat menjumpai imam (shalat bersamanya paling tidak satu rakaat).
Hak dan Kewajiban Makmum
Makmum wajib berniat (menjadi makmum) yaitu mengikuti shalat
imamnya, dan (dalam niat) tidak wajib menyebut nama imamnya, bahkan
cukup niat mengikuti imam (siapa saja) yakni hadir saat itu, walau ia tidak
mengenal imamnya. Demikian ini untuk menjaga supaya tidak sampai
salah, kalau sampai hal ini terjadi maka batal shalatnya.
Misalnya: Seorang makmum berniat shalat mengikuti imam
dengan disebut namanya misalnya nama si Fulan, ternyata yang menjadi
imam saat itu bukan si Fulan, melainkan orang lain, maka batal shalat
makmum tersebut.
Berbeda jika makmum menentukan imamnya hanya dengan
isyarat, misalnya sengaja (berniat) mengikuti Zaid ini, tapi kenyataannya
lain, bahkan yang menjadi imam adalah Umar, maka sah shalatnya.
Hak Bagi Imam
Lain halnya dengan imam, ia tidak wajib berniat menjadi imam
dalam halnya sahnya untuk diikuti, kecuali shalat jum’at, (imam wajib niat
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 9
menjadi ima dalam shalat jum’at). Adapun shalat-shalat selain jum’at, niat
menjadi imam adalah sunah (itu hak bagi imam) kalau tidak niat jadi
imam, maka shalatnya dinilai munfarid (sendirian).
Ketentuan Sah atau Tidaknya Berjama’ah
Orang merdeka tidak boleh menjadi makmum (mengikuti) seorang
imam (dari seorang budak). Dan anak yang telah baligh boleh menjadi
makmum dari imam (yang masih murahik/anak di bawah umur), berbeda
dengan anak balita (yang belum tamyiz2) tidak sah menjadi imam dalam
shalat.
Seorang pria bermakmum kepada wanita tidak sah, demikian juga
banci muskil (menjadi masalah) bermakmum kepada sesama, atau banci
bermakmum kepada wanita, maka hukumnya tidak sah.
Hukumnya tidak sah, seorang qari’ (yang fasih bacaan al-
qurannya) bermakmum kepada yang ummi (tidak pandai membaca fatihah
dengan fasih, baik huruf maupun tasydidnya).
Syarat-Syarat Menjadi Makmum
Di tempat (bagian) mana seorang makmum shalat berjama’ah
dengan imam di masjid, maka ia haruslah musyahadah (mengetahui gerak-
gerik imamnya) dalam shalat, atau cukup dengan menyaksikan, sebagian
2 Belum mencapai usia 7 tahun, belum bisa membedakan yang salah dan yang benar
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 10
shaf yang di depannya, maka jika demikian dinilai sah shalat jamaahnya,
dengan catatan makmum tidak mendahului shalatnya imam.
Atau dari tempat berdirinya (makmum) itu tidak lebih maju (ke
depan) dari tempat imam berdiri. Dan kalau sampai terjadi penyimpangan
dari ketentuan tersebut, maka tidak sah shalatnya, walaupun makmum itu
majunya hanya setapak kaki dari imamnya, berbeda jika tegaknya itu
sepadan dengan tempat tegaknya imam, itu tetap sah.
Makmum disunahkan sedikit mundur dari tempat berdirinya imam
dan bukan berarti sedikit mundurnya sendirian dari barisan (shaf) hingga
tidak memperoleh keutamaan shalat berjama’ah.
Apabila terlaksana shalat berjama’ah, imam shalat di dalam masjid,
lalu makmum shalat di luar masjid, sedangkan keberadaan makmum
tersebut jaraknya dekat dengan imam, diperkirakan jarak antara keduanya
tidak sampai 300 dzira’, dan ia tahu persis gerak-gerik shalat imamnya,
tidak ada penghalang (yang menutupi) antara keduanya, maka boleh
mengikutinya, dan jarak tersebut dihitung dari akhir batas masjid (batas
belakangnya).
Kalau imam dan makmum tidak berada di masjid, misalnya di
tanah terbuka atau dalam suatu bangunan, maka syaratnya (jarak makmum
dengan imam) tidak lebih dari 300 dzira’, dan tiada penghalang yang
menutupi keduanya.
B. Dalil tentang Shalat Berjama’ah
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 11
1. Q.S An- Nisa ayat 102
.…
Artinya: dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka
(sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama
mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat)
besertamu…
2. Q.S Al-Baqarah [2] ayat 43
Artinya: dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'.3
3. Q.S Ali 'Imran [3] ayat 43
Artinya: Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah
bersama orang-orang yang ruku'.4
4. Q.S Al A'raaf [7] ayat 204
3 Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.4 Shalatlah dengan berjama'ah.
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 12
Artinya: dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik,
dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.5
5. Hadits Rasulullah SAW.
ه� ص��لى ول� الل��� س� ال ر : ق ال وعن� أ�بي� ب�ن� كع�ب� رضي الله عنه ق
ت�ه� ال كى م�ن� ص� ل� أز� ج��� ع الر� ل� م� ج��� ة� الر� ال الله علي�ه وس�لم ) ص�
ا , وم�� ل� ج��� ع الر� ت�ه� م�� ال كى م�ن� ص�� لي�ن� أز� ج� ع ال��ر� ت�ه� م ال ده�, وص وح�
ه� ت�ع���الى ( ب4 إ�لى الل���� و أح ه���� ر ف ان أك�ث��� د, ك��� و داو� اه� أب���� و ر
ب�ان ه� ا�ب�ن� ح� ح ح� , وص ائ�ي4 الن�س و
Artinya: Dari Ubay Ibnu Ka'ab Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat seorang bersama
seorang lebih baik daripada sholatnya sendirian, sholat seorang
bersama dua orang lebih baik daripada sholatnya bersama seorang, dan
jika lebih banyak lebih disukai oleh Allah 'Azza wa Jalla." Riwayat Abu
Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.6
6. Hadits Rasulullah SAW.
;- لل�ه� - ا ول س� ر أن� ا م عن�ه� لل�ه� ا ي ض� ر ع�مر ب�ن� لل�ه� ا عب�د� عن�
( : م�ن� ل� أف�ض اعة� م ل�ج ا ة� ال ص ال ق وسلم عليه الله صلى
) Cة ج در ر�ين وع�ش� ب�ع� ب�س ذ� ل�ف ا ة� ال علي�ه� ص Hق ت�ف م�
5 Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjama’ah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.6 Bulughul maram, hadits no. 447
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 13
Artinya: Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat berjama'ah itu lebih
utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendirian." Muttafaq
Alaihi.7
C. Hukum Shalat Berjama’ah
Penyusun kitab Matan al-Ghayat wa al-Taqrib, Syaih Abu Syuja’
dan Imam Rafi’8 berpendapat bahwa hukum shalat berjama’ah adalah
sunnah muakkadah. Sedangkan Imam Nawawi9 berpendapat fardlu
kifayah. Perkataan Abu Syuja’10 dan Rafi’I termasuk lemah (dhaif), sedang
perkataan Imam Nawawi termasuk lebih sah dan kuat, sehingga menjadi
qaul mu’tamad. Dalam kitab Fath al-Qarib disebutkan :
“Shalat berjama’ah bagi orang-orang lelaki merdeka dalam setiap shalat
fardlu selain shalat Jum’at adalah Sunnah Muakkadah menurut mushannif
Syaih Abi Syuja’ dan Imam Rafi’I. (Adapun) yang lebih syah (mu’tamad)
menurut Imam Nawawi, bahwasannya shalat berjama’ah itu fardlu
kifayah”.
7 Bulughul maram, hadits no. 4228 Nama aslinya yaitu Al-Imam Abdul Karim bin Muhammad bin Abdul Karim bin Fadhal al-Quzwaini. Beliau termasuk mujtahid fatwa . Wafat pada tahun 623 H. (Thabaqat al-Shafi’iyah: 182).9 Nama lengkapnya Al-Imam Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi. dilahirkan pada tahun 630 H. di Nawa sebuah negeri dekat Damaskus Sirian, dan wafat tahun 676 H. (Thabaqat al-Shafi’iyah: 201)10 Syaihul Imam Abu Thayyib atau Abu Syuja’ Shihabul Millah waddin, Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Asfahani. Beliau lahir tahun 433 H. di Asfahan, Persi dan wafat di Madinah tahun 593 H. dalam usia 160 tahun dan dikubur dekat “Pintu Jibril” masjid Nabawi di Madinah (al-Bajuri: I/9-10)
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 14
Mengingat shalat berjama’ah termasuk bagian dari syiar Islam
dalam meramaikan tempat-tempat ibadah dan merupakan unjuk kerukunan
terhadap orang-orang yang kurang sefaham dengan ukhuwah islamiyah,
sekalipun tidak sekeras Ahmad Hambali11, tetapi pendapat Imam Nawawi
tersebut cukup menggugah umat bahwa shalat jamaah itu fardlu yang
harus ditunaikan oleh sebagian anggota masyarakat. Sebab bila tidak
demikian, seluruh mukallaf satu kampung berdosa semuanya.
Menurut pendapat Abi Syuja’, dan Imam Rafi’I bahwa shalat
berjama’ah hukumnya sunnah mu’akkadah (sunnah ‘ainiyah atau sunnah
kifayah). Pendapat kedua mujtahid terkenal ini didasarkan pada realita saat
itu banyak kelompok masyarakat (perkampungan) tak mendirikan shalat
jamaah, karena faktor tempat berjama’ah belum ada, kondisi masyarakat
tidak menyatu, tidak memungkinkan waktu meraka untuk shalat
berjama’ah dan lain sebagainya.
Sementara menurut keyakinan mereka bahwa berjama’ah dalam
shalat adalah fardlu kifayah, tetapi kenyataan mereka enggan juga
melaksanakan kewajiban itu, sehingga mereka terkena dosa. Berbeda
kalau hukum shalat berjama’ah itu sunnah mu’akkadah, tinggalnya tidak
terhukum dosa. Bila ikut shalat berjama’ah tetap mendapat pahala besar.
Hanya saja pendapat kedua mujtahid ahli zuhud ini tidak banyak mendapat
dukungan, sehingga pendapat mereka dilemahkan.12
11 Al-Imam Ahmad bin Hambal lahir tahun 780 M. dan wafat tahun 855 M. Beliau seorang ulama besar pernah dipenjara selama 15 tahun, karena tragedi “Al-Qur’an Mahluk” oleh kaum Mu’tazilah di Irak dan salah satu murid Imam Shafi’I yang menjadi mujtahid muthlaq (al-Thabaqat al-Kubra: I/54-56)12 Tanbihun.com
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 15
D. Syarat-Syarat Shalat Berjama’ah
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam shalat berjama’ah adalah.
1. Syarat untuk imam
a.Orang yang paling faham dalam urusan agama terutama dalam
masalah shalat;
b. Orang yang paling baik dan fasih bacaannya;
c.Orang yang paling banyak hafalan al-Qur’annnya;
d. Tidak sedang bermakmum kepada orang lain;
e.Bukan perempuan atau khuntsa (banci), jika makmumnya laki-laki
atau khuntsa;
f. Orang yang paling wara’, yaitu orang yang paling baik akhlaknya,
adil, dan bukan orang fasiq;
g. Lebih tua dari jama’ah lainnya.
2. Syarat untuk makmum
a.Niat mengikuti imam (berjama’ah);
b. Tidak meyakini batal shalat imam;
c.Mendengar atau melihat imam dan atau melihat gerakan shaf terdekat;
d. Tidak mendahului atau mengakhirkan diri dari imam dengan dua
rukun fa’ly, kecuali jika ada uzur;
e.Tidak terlalu depan dari imam;
f. Tidak ada penghalang antara imam dan makmum;
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 16
g. Tidak terlalu jauh dari imam, jika keduanya tidak dalam satu
bangunan;
h. Tidak ada perbedaan antara imam dan makmum dalam gerakan
shalat.13
Jika imam lupa, maka makmum harus memberitahu imam dengan
cara mengucapkan kalimat tasbih bagi makmum laki-laki, dan bertepuk
tangan bagi makmum perempuan.
Jika imam batal, maka salah seorang makmum maju ke depan
untuk menggantikan imam.
Jika datang terlambat, maka makmum akan menjadi masbuq yang
boleh mengikuti imam sama seperti makmum lainnya, namun setelah
imam salam, masbuq menambah jumlah rakaat yang tertinggal. Jika ia
mendapatkan ruku’ bersama imam walaupun sebentar maka ia
mendapatkan satu raka’at. Jika masbuq adalah makmum pertama, maka
ia menepuk pundak imam untuk mengajak shalat berjama’ah.
E. Keutamaan Shalat Berjama’ah
1. Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Shalat
berjama’ah itu lebih utama daripada shalat sendirian, dengan dua puluh
tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Shalat
seseorang dengan berjama’ah itu dilipatkan dua puluh lima kali lipat
atas shalat sendiri yang dikerjakan di rumah atau di pasar. Hal itu
13 Modul Fiqh DT kelas 3
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 17
apabila ia berwudhu dengan sempurna, kemudian keluar menuju ke
masjid dengan niat hanya untuk shalat, maka setiap kali ia melangkah,
derajatnya dinaikkan dan kesalahan (dosa)nya diturunkan. Lali ketika
ia melakukan shalat, malaikat senantiasa memohonkan ampun dan
rahmat untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya dan
tidak berhadas. Malaikat berdoa: “Ya Allah ampunilah dia Ya Allah
rahmatilah dia.” Dan tetap dianggap berada dalam shalat (mendapat
pahala seperti itu), selama ia menanti shalat.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Ada seorang buta datang kepada
Nabi saw. dan ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun
yang menuntun saya untuk datang ke masjid,” kemudian ia minta
keringanan kepada beliau agar diperkenankan shalat di rumahnya,
maka beliau pun mengizininya, tetapi ketik ia bangkit hendak pulang,
beliau bertanya kepadanya: “Apakah kamu mendengar azan?” ia
menjawab: “Ya” Beliau bersabda: “Kamu harus datang ke Masjid.”
(HR. Muslim)
4. Dari Abdullah, ada yang memanggilnya dengan Amar bin Qais yang
terkenal dengn Ibnu Ummi Maktum ra. (muazin) bahwasanya ia
berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya di kota Madinah ini banyak
hal-hal yang membahayakan dan binatang buas.” Rasulullah saw.
bersabda: “Apabila kamu mendengar: HAYYA ‘ALASH SHALAAH
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 18
HAYYA ‘ALAL FALAAH, maka kamu harus mendatanginya.” (HR.
Abu Dawud)
5. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Demi
Zat yang menguasaiku. Sungguh aku benar-benar pernah bermaksud
menyuruh mengumpulkan kayu bakar. Kemudian aku memerintah
shalat dengan mengumandangkan azan lebih dulu. Lalu aku menyeruh
seseorang mengimami orang banyak. Kemudian aku pergi ke rumah
orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, lalu aku bakar
rumah- rumah mereka dengan mereka sendiri.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
6. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata: “Barangsiapa merasa senang apabila
bertemu Allah Ta’ala besok (pada hari kiamat) dalam keadaan muslim,
maka hendaklah ia memelihara shalat pada waktunya, ketik mendengar
suara azan. Sesungguhnya Allah telah mensyari’atkan kepada Nabi
Muhammad saw. jalan-jalan petunjuk. Seandainya kalian melakukan
shalat itu di rumah sebagai kebiasaan orang yang tidak suka
berjama’ah, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi, pasti
kalian sesat. Aku benar-benar melihat di antara kita tidak ada yang
meninggalkan shalat jamaah, kecuali orang-orang munafik yang benar-
benar munafik. Sungguh pernah terjadi seorang lelaki diantar ke
masjid, ia terhuyung-huyung di antara dua orang, sampai ia
diberdirikan dalam shaf (barisan shalat).” (HR. Muslim)
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 19
Dan di dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah saw. telah
mengajarkan jalan-jalan petunjuk yakni shalat di masjid yang
terdengar azannya.
7. Dari Abu Darda’ ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Apabila di suatu desa atau kampung terdapat tiga orang,
dan di situ tidak diadakan shalat jamaah niscaya mereka telah dijajah
oleh setan. Oleh karena itu hendaklah kamu sekalian selalu
mengerjakan shalat dengan berjama’ah sebab serigala itu hanya
menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya.” (HR.
Abu Dawud)14
F. Anjuran Berjama’ah Shalat Subuh Dan Isya’15
1. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda: “Barangsiapa yang shalat Isya' dengan berjama’ah,
seolah-olah ia mengerjakan shalat setengah malam. Dan barangsiapa
yang shalat Subuh dengan berjama’ah seolah-olah ia mengerjakan
shalat semalam suntuk.” (HR. Muslim)
Dan di dalam riwayat Turmudzi ra. bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Isya' dengan berjama’ah,
maka ia dianggap mengerjakan shalat setengah malam, dan
barangsiapa mengerjakan shalat Isya' dan Subuh dengan berjama’ah,
14 Riyadhus shalihin Hal. 365-36715 Riyadhus shalihin
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 20
maka ia dianggap mengerjakan shalat semalam suntuk.” (HR.
Turmudzi)
2. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Seandainya manusia mengetahui keutamaan shalat Isya' dan Subuh
tentu mereka mendatangi keduanya (berjama’ah), walaupun dengan
merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak
ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi shalat
Subuh dan Isya'. Seandainya mereka mengetahui keutamaan kedua
shalat itu, niscaya mereka mendatangi keduanya (berjama’ah),
walaupun dengan merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
G. Keutamaan Shaf Pertama
1. Dari Jabir bin Samurah ra., ia berkata: Rasulullah saw. keluar kepada
kami dan bersabda: ‘Tidakkah kalian ingin bershaf (berbaris)
sebagaimana shaf malaikat di hadapan Tuhannya?” Rasulullah saw.
bersabda: “Mereka menyempurnakan shaf-shaf pertama dan berapat-
rapat di dalam shaf.” (HR. Muslim)
2. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala mendatangi
azan dan shaf pertama, kemudian untuk mendapatkannya harus diundi
niscaya mereka mau mengadakan undian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 21
3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Shaf
kaum lelaki yang paling baik adalah yang pertama dan yang paling
jelek adalah shaf terakhir, sedangkan shaf kaum wanita yang paling
baik adalah shaf terakhir dan yang paling jelek adalah shaf pertama.”
(HR. Muslim)
4. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra. bahwasanya Rasulullah saw. melihat
para sahabat mundur ke belakang, maka beliau bersabda: “Majulah
kalian! Makmumlah kalian kepadaku dan hendaklah makmum kepada
kalian orang-orang yang datang sesudah kalian. Tak henti-hentinya
suatu kaum datang terlambat, sampai Allah mengakhiri mereka.” (HR.
Muslim)
5. Dari Abu Mas’ud ra., ia berkata: Rasulullah saw. mengusap- usap bahu
kami ketika kami sedang shalat serta beliau bersabda: “Ratakan barisan
kalian dan jangan berselisih yang menyebabkan hati kalian berbeda.
Harap dekat denganku, di antara kalian yang sudah baligh dan berakal,
kemudian orang-orang yang di bawahnya (seperti anak-anak yang
sudah tamyiz/pintar), kemudian yang di bawahnya.” (HR. Muslim)
6. Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:”Ratakanlah shaf-
shaf kalian! Sebab, meratakan shaf itu termasuk kesempurnaan shalat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat Bukhari dikatakan: “Sesunguhnya meratakan
shaf itu termasuk menegakkan shalat.”
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 22
7. Dari Anas ra., ia berkata: Ketika iqamat untuk shalat dikumandangkan,
Rasulullah saw. menoleh kepada kami dan bersabda: “Ratakanlah shaf-
shaf kalian dan merapatlah! Karena, aku dapat melihat kalian dari balik
punggungku.” (HR. Bukhari)
Dan di dalam riwayat lain dikatakan: “Kemudian masing-masing dari
kami meluruskan bahunya dengan bahu kawannya dan telapak kakinya
dengan telapak kaki kawannya.” (HR. Bukhari)
8. Dari An Nu’man bin Basyir ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda: “Hendaknya benar-benar diratakan shaf-shaf kalian,
atau Allah betul-betul mengganti wajah-wajah kalian.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
9. Dalam riwayat Muslim, bahwasanya Rasulullah saw. meluruskan shaf
kami sehingga seakan-akan beliau meluruskan anak panah, sampai
beliau berpendapat bahwa kami sudah sadar. Pada suatu hari beliau
keluar dan langsung berdiri, ketika beliau hendak takbir ada seseorang
yang dadanya menonjol tidak lurus dalam barisan itu, kemudian beliau
bersabda: “Wahai hamba Allah, kamu seklian harus meluruskan
barisanmu atau Allah akan menyelisihkan di antara kamu sekalian.”
10. Dari Al Barra’ bin Azib ra., ia berkata: Rasulullah memasuki sela-sela
shaf sambil mengusap dada dan bahu kami, serta bersabda: “Janganlah
kalian berbengkok-bengkok, karena hatimu nanti akan berselisih.”
Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengaruniakan rahmat, dan
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 23
malaikat memohonkan rahmat untuk orang-orang yang berada pada
shaf pertama.” (HR. Abu Dawud)
11. Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Luruskanlah shaf-shaf kalian, ratakanlah bahu-bahu kalian, tutuplah
lobang-lobang shaf kalian dan janganlah kamu biarkan renggang
shafmu karena akan ditempati setan. Barangsiapa yang
mempertemukan shaf maka Allah akan mempertemukannya, dan
barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan
memutuskannya.” (HR. Abu Dawud)
12. Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Rapatkanlah
shaf-shaf kalian dan berdekat-dekatlah kalian serta luruskanlah leher
kalian. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya,
sungguh aku melihat setan-setan itu masuk di sela-sela barisan seperti
kambing yang hitam lagi kecil.” (HR. Abu Dawud)
13. Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Sempurnakanlah shaf terdepan kemudian shaf yang berada di
belakangnya. Apabila ada yang tidak penuh maka hendaklah pada shaf
yang paling belakang.” (HR. Abu Dawud)
14. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
Allah memberikan rahmat dan malaikat memohonkan kepada orang-
orang yang berada pada shaf sebelah kanan.” (HR. Abu Dawud)
15. Dari Al Barra’ ra., ia berkata: “Apabila kami shalat di belakang
Rasulullah saw. maka kami suka pada sebelah kanannya, karena beliau
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 24
menatap kami dengan wajahnya, sehingga saya mendengar beliau
berdoa: ROBBI QINII ‘ADZAABAKA YAUMA TAB’ATSU AU
TAJMA’U ‘IBAADAKA (Ya Tuhan, hindarkan aku dari siksa-Mu
pada hari Kau bangkitkan atau Kau kumpulkan hamba-hamba-Mu).”
(HR. Muslim)
16. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Tempatkanlah imam itu di tengah-tengah dan tutuplah sela- sela
shafmu.” (HR. Abu Dawud)16
H.
16 Riyadhus shalihin hal. 370-372
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 25
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan
simpulan sebagai berikut.
1. Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih secara bersama-sama, seorang menjadi imam dan yang lainnya
menjadi makmum.
2. Sholat seorang bersama seorang lebih baik daripada sholatnya
sendirian, sholat seorang bersama dua orang lebih baik daripada
sholatnya bersama seorang, dan jika lebih banyak lebih disukai oleh
Allah 'Azza wa Jalla.
3. Shalat berjama’ah bagi orang-orang lelaki merdeka dalam setiap shalat
fardlu selain shalat Jum’at adalah Sunnah Muakkadah.
4. Syarat-syarat dalam shalat berjama’ah antara lain, seorang imam
adalah seseorang yang paling adil dan fasih bacaan al-Qur’annya.
Sedangkan seorang makmun haruslah mengikuti gerakan imam tanpa
mendahuluinya.
5. Shalat berjama’ah itu lebih utama daripada shalat sendirian.
6. Mengerjakan shalat Isya' dan Subuh dengan berjama’ah, dianggap
mengerjakan shalat semalam suntuk.
7. Meratakan dan merapatkan shaf itu termasuk menyempurnakan shalat.
Sebaik-baiknya shaf untuk laki-laki adalah shaf pertama dan yang
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 26
terjelek adalah shaf terakhir. Sebaliknya bagi perempuan, sebaik-
baiknya shaf adalah shaf terakhir dan yang terjelek adalah shaf
pertama.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran
sebagai berikut.
1. Kita hendaknya menguasai konsep shalat berjama’ah yang baik dan
benar.
2. Kita hendaknya menerapkan konsep shalat berjama’ah yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.
Compiled by Santi Susanti
P a g e | 27
DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an Digital App
Artikel islam. (2010) makna shalat berjama’ah. [online]. Tersedia:
http://1artikelislam.blogspot.com/2010/02/makna-shalat-berjama’ah.html. [22
september 2013]
Bulughul Maram App
Fath al-Qarib
FKDT KAB. TSM. (2012). Diktat Bahan Ajar Diniyah Takmiliyah Awaliyah Fiqh
Kelas 2, Tasikmalaya: tidak diterbitkan.
FKDT KAB. TSM. (2012). Diktat Bahan Ajar Diniyah Takmiliyah Awaliyah Fiqh
Kelas 3, Tasikmalaya: tidak diterbitkan.
Rifa’I, N.H. Tata Cara Shalat Lengkap. Jombang: Lintas Media
Riyadhus shalihin jilid 1 dan jilid 2 [Indonesia version]
Abdillah, Syamsuddin. (2010). Terjemah Fathul Qarib, Surabaya: Mutiara Ilmu
Tersedia: Tanbihun.com [22 september 2013]
Compiled by Santi Susanti
Recommended