View
248
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN INTEGRITAS
AUDITOR INTERNAL PADA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
OLEH
ANDI RAFIQAH RIVAI
B1C1 12 161
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
SKRIPSI
ANALISIS KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN INTEGRITAS
AUDITOR INTERNAL PADA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Diajukan Kepada
Universitas Halu Oleo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1)
OLEH
ANDI RAFIQAH RIVAI
B1C1 12 161
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
v
ABSTRAK
ANDI RAFIQAH RIVAI 2017, Analisis Kompetensi, Independensi dan
Integritas Auditor Internal pada Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara. Pembimbing (1) Dr. H.Andi
Basru Wawo , SE., M.Si., Ak., CA (2) Wa Ode Aswati, SE. M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kompetensi, Independensi, dan
Integritas Auditor Internal. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana
auditornya sebagai sampel dalam penelitian ini.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Metode Sensus, dengan sampel
60 responden. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif persentase. Skala yang digunakan untuk menilai
pertanyaan adalah skala Guttman.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Kompetensi,
Independensi, dan Integritas Auditor Internal BPKP Provinsi Sultra sangat memadai.
Hasil pengujian atas jawaban kuiseoner mencapai sebesar 96% yang berarti
Kompetensi, Independensi, dan Integritas Auditor telah sangat memadai.
Kata kunci: Kompetensi, Independensi, dan Integritas
vi
ABSTRACT
ANDI RAFIQAH RIVAI, B1C1 12 161, 2017. Analysis of competence,
Independention, and Integrity Internal Auditors in Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan of South East Sulawesi Province. Supervisor
(1) Dr. H.Andi Basru Wawo , SE., M.Si., Ak., CA (2) Wa Ode Aswati, SE.
M.Si.
The research aims to know the competence, Independention, dan Integrity of
Internal Auditors in Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan of South East
Sulawesi Province where the sample in this research are the auditors.
The sample taken by used the sensus method techniques, with 60
respondence samples. The kind of data used in this reasearch is quantitative data.
Data colletion is used questionnaire. Analysis data techniques used descriptive
presentation. The scale used for value the qustions is Guttman scale.
The results of research and studies that have been done shows that
Competence, Independention, and Integrity of Internal Auditors of BPKP of South
East Sulawesi is very adequate. The test results on respondenses to questionnaries
amount achieve 96% which means competence, independention, anda integrty of
auditors are have very adequate.
Keywords: Competence, Independention, and Integrity
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhaanahu Wa Ta’ala, atas rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kompetensi, Independensi, dan
Integritas Auditor Internal pada Kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan
Dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara”
Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo
Kendari.
Skripsi ini diselesaikan oleh penulis dengan segala upaya yang diberikan
agar memperoleh hasil yang baik sehingga kelak dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan . Selanjutnya, tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pihak
lain, maka secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi- tingginya kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Drs.
Abdul Rivai Alwi dan ibunda Andi Besse S.pd AUD serta saudara saudara tercinta
Andi Abdillah ST, Andi Muhammad Tawaqqal, dan Andi Muhammad Azhari atas
segala dukungan dan do’anya yang tiada henti.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing I,
bapak Dr. H. Andi Basru Wawo, SE, M.Si. AK. CA. dan dosen pembimbing II, ibu
Wa Ode Aswati, SE. M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini
sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan menjadi pembimbing terbaik yang
pernah ada. Pada kesempatan ini,penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:
1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari
3. Ibu Tuti Dharmawati, SE., M.Si., Ak., QIA., CA selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo
viii
4. Bapak Dr. H. Nasrullah Dali, SE. M.Si. Ak. CA Ibu Nur Asni, SE. M.Si. dan
Ibu Dr. Mulyati Akib, SE. M.Si. Ak. CA. CTA. CPAI selaku dosen penguji.
5. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan Staf di lingkup Fakultas Ekonomi Unhalu.
6. Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi
Sulawesi Tenggara telah mengarahkan penulis dalam penyelesaian penelitian
ini.
7. Seluruh pegawai dan auditor yang berada di lingkup Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah
membagi pengalaman serta sumbangsih pemikiran dalam proses penyelesain
skripsi ini.
8. Kakak kakak sodara sepupuan terbaik yang selalu memberikan dukungan
moril Andi Rhany Anggraeni SE, Erni Mothada Amd.kep., Muhammad Sidrat
SH, Rachmad Sugiandi.
9. Sahabat sahabat andalan gue yang selalu merangkul dan menampung keluh
kesah Sarita Olivia Puspita Ibar S.Ak, Eka Muhammad Rois Haunan, Fiqri
Zulfikar, Arizal Waly, Syaiful Herman S.Ak, Inri Yanti Jubir.
10. Teman teman seperjuangan yang selalu membawa keceriahan Mega Putri
Hamid Syarifuddin S.Ak, Sanyoto Wibisono, Indra Yadhi Ramadhan, Made
Ngurah P, S.Ak., Hikmawati Madjit, Hanny Febriani, Clarissa Nurul Jannah,
Andi Trisno Musakkir S.Ak, Puspita Hasir S.Ak, Andi Elsa Lestari S.Ak,
Windy Yulardi, Wahda Lestari S.Ak
11. Ukhti ukhti kesayangan yang selalu memberikan energi positif Satriana
Nasrun a.k.a Deden, Amaliah Putrianti Gamsir, Nur Af’idah Anas, Loly
Subhiati, Wisdayanti Nur Fatma Imran.
12. My Girls Generation manja group dan lentik yang selalu ada dalam suka duka
Devitha Putri toa, Kiki Petrab, Ayu Ippo, Uchy Purba, Tami Pesek, Endah
memen, Adelfina dokter masa depan tak luput juga leader leadernya
Alpiansyah Weko, Malik Arman dkk
13. Geng Wangkanapi Crew yang selalu bikin heboh kakak Akmal, kakak
Rinto,kakak Awal bunglon, Annisa Bukastama a.k.a Icha cantique, Dwimelda
Rinata ting ting, Marwiah lakuma, Mimin, Dadaswati,dan Kipet (ada terus)
dengan pak lurah and the geng mi selaku vasilitator
ix
14. Seluruh teman-teman akuntansi angkatan 2012 terkhusus kelas D: kak Lupita,
Anggi, Arman, Asmi, Dita, kak Femi,kak Dian, Igo, Indha, Reyen, Dinan,
Sumi, Into, Irwan, Kurniawan, Nela, Uli, Nana, Nindya, Rangga, Wildhy, Zul,
Selfy, Steffany, Lina, Ishak,dan teman-teman yang tidak dapat seluruhnya
disebutkan. Terima kasih atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini.
Semoga kebersamaan ini tidak berakhir sampai di sini.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pribadi penulis.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan hidayah, rahmat dan
karunia-Nya kepada kita sekalian. Amiin.
Kendari, 2017
ANDI RAFIQAH RIVAI
NIM. B1C1 12 161
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………….. iv
ABSTRAK..................................................................................................... v
ABSTRACK………………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR….................................................................................. xiii
DAFTAR DIAGRAM.................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 7
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................. 7
1.4.1 Kegunaan Teoritis........................................................... 7
1.4.2 Kegunaan Praktis............................................................ 8
1.5 Ruang Lingkup......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 9
2.1 Penelitian Terdahulu…............................................................. 9
2.2 Kerangka Teoritis..................................................................... 10
2.2.1 Auditing........................................................................ 10
2.2.1.1 Tipe Auditing.................................................... 11
2.2.1.2 Tipe Auditor..................................................... 12
2.2.2 Proses Audit Sektor Publik............................................. 13
2.2.2.1 Perencanaan Audit Sektor Publik...................... 13
2.2.2.2 Pelaksanaan Audit Sektor Publik...................... 13
2.2.2.3 Pelaporan........................................................... 15
2.2.3 Konsep Kompetensi, Independensi dan Integritas....... 18
2.2.3.1 Kompetensi...................................................... 18
a. Pengetahuan................................................ 19
b. Pengalaman.................................................. 21
2.2.3.2 Independensi.................................................... 22
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi............. 24
2.2.3.3 Integritas........................................................... 26
2.3 Perbedaan BPKP da BPK….….............................................. 27
2.4 Kerangka Pikir......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN….......................................................... 33
3.1 Tempat dan Waktu................................................................. 33
3.2 Populasi dan Sampel……....................................................... 33
3.3 Jenis dan Sumber Data........................................................... 34
3.3.1 Jenis Data..................................................................... 34
3.3.2 Sumber Data................................................................ 34
3.3.3 Pengumpulan Data....................................................... 34
3.4 Metode Analisis Data............................................................. 35
xi
3.4.1 Metode Analisis Deskriptif................................................... 35
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional........................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 38
4.1 Gambaran Umum ..................................................................... 38
4.1.1 Sejarah Singkat BPKP.................................................... 38
4.1.2 Struktur Organisasi ........................................................ 41
4.1.3 Visi dan Misi BPKP....................................................... 46
4.1.3.1 Visi BPKP.......................................................... 46
4.1.3.2 Misi BPKP......................................................... 46
4.2 Hasil Penelitian ....................................................................... 46
4.2.1 Tingkat Pengembalian Kuisioner................................... 46
4.2.2 Karakteristik Responden................................................ 47
4.2.2.1 Jenis Kelamin Responden................................. 47
4.2.2.2 Pendidikan Responden..................................... 48
4.2.2.3 Pendidikan/ Jurusan Responden....................... 49
4.2.2.4 Jabatan Responden........................................... 49
4.2.2.5 Masa Kerja Responden..................................... 50
4.2.3 Kualifikasi Kompetensi Auditor ................................... 51
4.2.4 Kualifikasi indepedensi Auditor..................................... 53
4.2.5 Kualifikasi Intergritas Auditor........................................ 55
4.3 Pembahasan Analisis Kompetensi, Independensi dan.............. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 66
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 66
5.2 Saran ......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 68
LAMPIRAN.................................................................................................. 71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Ringksan Penelitian Terdahulu........................................................... 10
2.2 Perbedaan BPK dan BPKP................................................................. 27
3.1 Definisi Operasional Variabel............................................................. 37
4.1 Deskripsi Pembagian dan Pengembalian Kuisioer.............................. 47
4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin......................... 48
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan............................. 48
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan/jurusan................ 49
4.5 Karakteristik Responden berdasarkan Jabatan.................................... 50
4.6 Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja.............................. 51
4.7 Distribusi Jawaban untuk Kompetensi................................................ 52
4.8 Distribusi Jawaban untuk Indepedensi................................................ 54
4.9 Distribusi Jawaban untuk integritas..................................................... 55
4.10 Perhitungan Kompetensi, independensi, dan Integritas Auditor........ 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Tipe Auditing…………......................................................................... 17
2.2 Sitematika Temuan…….......................................................................... 18
2.3 Kerangka Pemikir.................................................................................... 32
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Persentase Kompetensi......................................................... 52
4.2 Persentase Independensi ....................................................... 54
4.3 Persentase Integritas............................................................. 56
4.4 Persentase Kompetensi, Integritas an Independensi............ 65
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Kuisioner
2. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik
kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak
atau belum diaudit. Para pengguna laporan audit mengaharapkan bahwa
laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik bebas dari salah saji
material, dapat dipercaya kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu jasa profesional
yang independen dan obyektif (yaitu akuntan publik) untuk menilai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Audit sebagai pemeriksaan pembukuan (keuangan dan administrasi) adalah
suatu proses tindakan sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan ( Mulyadi :2002).
Audit dibagi menjadi dua jenis, yaitu audit sektor swasta dan audit sektor
pemerintah. Audit sektor swasta melakukan fungsi pengauditan atas laporan
keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada
perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan
besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan
mencari laba (Haryono, Jusup:2001).
2
Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk
membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan
(Gusti Ngurah Rai, I:2008).
Auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua yaitu auditor eksternal dan
auditor internal (Haryono, Jusup:2001). Berbeda dengan auditor eksternal yaitu
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab negara (Inggino, Dyah:2015), Auditor internal merupakan
seseorang yang memiliki keahlian dan profesional untuk memberikan nilai
tambah bagi organisasi dengan cara meningkatkan peluang untuk mencapai tujuan
organisasi, mengidentifikasi perbaikan operasi, dan atau mengurangi melalui jasa
assurance dan jasa konsultasi (Standar Profesional Audit Internal:2004). Tujuan
audit internal adalah membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi
dan komentar-komentar pentingnnya mengenai kegiatan mereka (Mulyadi:2002).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang sistem
pengendalian intern pemerintah, pelaksanaan pengendalian intern dilaksanakan
oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), yaitu Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi,
dan Inspektorat Kota/Kabupaten. BPKP sebagai salah satu pelaksana tugas
pengendalian internal pemerintah yang mempunyai tugas melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan keuangan dan pembangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3
Sesuai dengan PEPRES No. 192 Tahun 2014, fungsi BPKP yakni
melaksanakan audit, disamping pelaksanaan dan pertanggungjawaban
akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan
Negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh
atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran Negara/daerah.
Fungsi BPKP dalam melakukan audit adalah melakukan audit internal
diantaranya pemeriksaan terhadap proyek-proyek yang dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk pelaksanaan
dekonsentrasi, tugas pembantuan, desentralisasi, dan pemeriksaan khusus (audit
investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi praktik Tindak Pidana
Korupsi (TPK) dan penyimpangan lain sepanjang itu membutuhkan keahlian
dibidangnya, dan pemeriksaan terhadap pemanfaatan pinjaman dan hibah luar
negeri (Kisnawati, 2012).
BPKP dalam melaksanakan kegiatannya dapat dikelompokkan ke dalam
empat kelompok, yaitu audit, konsultasi, asistensi, dan evaluasi (Kisnawati,
2012). Berdasarkan Inpres No. 9 Tahun 2014, BPKP telah memiliki kekuatan
dasar hukum yang lebih untuk melakukan audit, berupa audit dan evaluasi
terhadap pengelolaan Penerimaan Pajak, Bea dan Cukai, audit dan evaluasi
terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Instansi Pemerintah,
Badan Hukum lain, dan Wajib Bayar, audit dan evaluasi terhadap pengelolaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), audit dan evaluasi terhadap Pemanfaatan Aset
negara/daerah, audit dan evaluasi terhadap Pembiayaan Pembangunan
Nasional/Daerah, Evaluasi terhadap Penerapan Sistem Pengendalian Intern dan
Sistem Pengendalian Kecurangan yang dapat Mencegah, Mendeteksi, dan
Menangkal Korupsi, Audit Investigatif terhadap Penyimpangan yang berindikasi
4
merugikan keuangan negara/daerah untuk memberikan dampak pencegahan yang
efektif, dan Audit dalam rangka perhitungan kerugian keuangan negara/daerah
dan pemberian keterangan ahli sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang standar APIP
disebutkan standar individu yang melakukan kegiatan audit harus independen,
memiliki keahlian atau kompetensi (latar belakang pendidikan, pelatihan teknis,
sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan), kecermatan
profesional dan dalam Pedoman kode etik akuntan 2008 yang diterbitkan oleh
IAI pasal 1 ayat (2) dan peraturan Menpan Nomor: PER/04/M.PAN/03/2008
perihal kode etik APIP, menegaskan bahwa setiap anggota harus mempertahankan
integritas yang tinggi dalam menjalankan setiap tugasnya. Dalam
mempertahankan integritas setiap anggota akan tetap mempunyai kejujuran,
komitmen, tegas dan tanpa prestensi dan mempertahankan obyektifitas,
bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan tertentu maupun
kepentingan pribadinya dalam pekerjaan yang dilaksanakannya, sehingga kinerja
yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Menurut Munawir (1999) bahwa “kompetensi seorang auditor ditentukan
oleh tiga faktor, yaitu pendidikan formal tingkat universitas, pelatihan teknis dan
pengalaman dalam bidang auditing, dan pendidikan profesional yang
berkelanjutan selama menjalani karir sebagai auditor.
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang
praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor.
Menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998) bahwa “independensi berarti sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak
tergantung pada orang lain”. Independensi juga berarti adanya kejujuran
5
pertimbangan yang objektif, tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya serta mempertimbangkan fakta.
Sunarto (2003) dalam Sukriah dkk (2009) menyatakan bahwa integritas
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dalam Pusdiklatwas BPKP
(2009) menyatakan integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan
publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya.
Integritas mengharuskan auditor bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana,
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan
untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan serta auditor dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya dengan
integritas yang memadai.
Meskipun telah ada standar dan kode etik profesi masih saja menimbulkan
praktik kecurangan seperti adanya kasus-kasus korupsi, penyuapan dan
penyelewengan dilingkup BPKP.
Salah satu yang pernah terjadi adalah kasus auditor BPKP yang mengaku
menerima sejumlah dana dari anggaran kegiatan joint audit pengawasan dan
pemeriksaan di Kemendikbud. Auditor menyatakan telah mengembalikan uang
tersebut ke KPK. Auditor saat bersaksi untuk terdakwa mantan Irjen
Kemendikbud mengaku bersalah dengan penerimaan dana dalam kegiatan wasrik
sertifikasi guru (sergu) di Inspektorat IV Kemendikbud. Uang yang dikembalikan
sebesar Rp 48 juta. Menurutnya ada 10 auditor BPKP yang ikut dalam joint audit.
Mereka bertugas untuk 6 program, di antaranya penyusunan SOP wasrik dan
penyusunan monitoring dan evaluasi sertifikasi guru. Adanya aliran dana ke
auditor BPKP juga terungkap dalam persidangan dengan saksi Bendahara
6
Pengeluaran Pembantu Inspektorat I Kemendikbud. Terdakwa dinyatakan
memperkaya diri sendiri dan orang lain dengan memerintahkan pencairan
anggaran dan menerima biaya perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan. Total
kerugian keuangan negara dalam kasus ini mencapai Rp 36,484 miliar.
Kasus pelanggaran profesi akuntansi oleh auditor BPKP seharusnya
auditor menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektifitas dalam
melaksanakan tugasnya sebagai seorang professional, tidak diperkenankan auditor
menerima sejumlah uang untuk menutup-nutupi suatu kecurangan apalagi ikut
merancang agar kecurangan tersebut tidak terbaca oleh mata hukum terlebih,
dalam kasus ini yang dirugikan adalah rakyat karena uang negara adalah uang
rakyat, dan auditor BPKP adalah pegawai negeri yang secara tidak langsung
mengemban amanah dari rakyat. dengan kata lain, auditor BPKP dalam kasus ini
juga telah mengabaikan prinsip kepentingan publik.
Salah satu tersangka kasus dugaan korupsi Ketua KPU Konawe, menganulir
hasil audit BPKP yang menyatakan ada kerugian negara hingga Rp 6,1 miliar di
Pengadilan Negeri Konawe. Pada konferensi pers, Senin (11/4/2016), Ketua KPU
tersebut menyatakan penyelewengan dana KPU telah dikembalikan oleh mantan
Bendahara KPU sebanyak Rp 5 M. Selanjutnya Ketua KPU Konawe juga
menyatakan pernah menandatangani pinjaman sementara senilai Rp 50 juta. Dana
itu dipakai untuk kegiatan sosialisasi kepada pemilih pemula, Bimtek dan SPPD
lokal yang digelar di tujuh kecamatan. LPJ-nya sudah dikembalikan ke bendahara
KPU. Namun kegiatan itu tidak ditunjukkan atau disebutkan di pengadilan.
Ketua KPU Konawe mengaku ia tidak pernah mengambil uang negara yang
disangkakan padanya, dan mempertanyakan hasil audit BPKP yang mengaudit
dokumen yang tidak ditanda tangani kelima komisioner KPU Konawe sehingga
7
kasusnya diberhentikan oleh Pengadilan Negeri Konawe (ANTARA News). Hasil
audit BPKP ini mencerminkan tentang kompetensi, independensi dan integritas
auditornya kurang memadai.
Berdasarkan uraian fenomena di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: Analisis Kompetensi, Independensi dan
Integritas Auditor Internal Pada Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kompetensi (keahlian) auditor internal BPKP telah memadai?
2. Apakah independensi auditor internal BPKP telah memadai?
3. Apakah Integritas auditor internal BPKP telah memadai?
1.3 Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kompetensi, independensi, dan integritas auditor internal
yang terdapat di BPKP Perwakilan Provinsi Sultra telah memadai.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Bahan perbandingan praktis antara teori yang diperoleh di bangku kuliah
dengan praktek penyelenggaraan serta menambahkan wawasan dan
pengetahuan. Juga diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, selain
itu dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya terutama mengenai
Kompetensi, Independensi dan Integritas Auditor pada Kantor Perwakilan
BPKP Provinsi Sultra.
8
2. Untuk rekan-rekan mahasiswa akuntansi hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi media informasi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang analisis
kompotensi, independensi dan integritas auditor internal, sehingga pada
hakekatnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para
auditor untuk lebih baik lagi dalam menjalankan peran mereka. Penelitian ini juga
diharapkan kontribusi praktisnya untuk organisasi penyedia jasa akuntan terutama
pada Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sultra dalam mengelola sumber daya
manusia yang andal.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini hanya terbatas pada
analisis kompetensi, independensi, dan integritas auditor internal yang terdapat
di BPKP Perwakilan Provinsi Sultra.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan dapat
dijadikan sebagai bahan utama dan pembanding yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Najib, Ayu Dewi Rihanna (2013) melakukan penelitian mengenai Pengaruh
Keahlian, Independensi, dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit, Studi pada
Auditor Pemerintah di BPKP Perwakilan Propensi Sulawesi Selatan. Penelitian
ini menunjukkan bahwa keahlian, independensi, etika berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit, dan keahlian, independensi, etika tidak berpengaruh
secara bersama-sama terhadap kualitas audit. Independensi dan etika yang
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan keahlian tidak
ikut berperan didalamnya.
Kurniawan Harminsyah, 2016. Pengaruh Etika Profesi dan Kecerdasan
Spiritual Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada BPKP Provinsi Sultra).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. Etika profesi dan kecerdasan spiritual
berpengaruh positif terhadap kualitas audit, etika profesi, dan kecerdasan spiritual
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Dwi Rahmawati, 2016. Analisis Profesionalisme Auditor Internal pada
Inspektorat Kota Kendari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profesionalisme
Auditor Internal pada Inspektorat Kota Kendari sudah memadai. Dengan
menggunakan analisis deskriptif dan skala Guttman.
10
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Penulis Tahun Masalah Hasil
1. Najib 2013 Pengaruh keahlian,
independensi, dan
etika Auditor
terhadap kualitas
audit
Keahlian, independensi
dan etika auditor BPKP
Perwakilan Sulsel
perpengaruh siknifikan
terhadap kualitas audit.
2. Kurniawan
Harminsyah
2016 Pengaruh Etika
profesi dan
Kecerdasan
Spiritual Auditor
terhadap Kualitas
Audit
(1) Etika profesi dan
kecerdasan spiritual
berpengaruh positif
terhadap kualitas audit,
(2) etika profesi, dan
kecerdasan spiritual
secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
3. Dwi
Rahmawati
2016 Analisa
Profesionalisme
Auditor Internal
pada Inspektorat
Kota Kendari
Profesionalisme Auditor
Internal pada Inspektorat
Kota Kendari sudah
memadai
2.2 Kerangka Teoritis
2.2.1 Auditing
Auditing berasal dari bahasa latin, yaitu audire yang berarti mendengar atau
memperhatikan. Mendengar dalam hal ini adalah memperhatikan dan mengamati
pertanggungjawaban keuangan yang disampaikan penanggung jawab keuangan,
dalam hal ini adalah manajemen perusahaan. Pada perkembangan terakhir sesuai
dengan perkembangan dunia usaha, pendengar tersebut dikenal dengan auditor
atau pemeriksa. Sedangkan tugas yang diemban oleh auditor disebut dengan
auditing. Pengertian auditing menurut Mulyadi (2002) adalah sebagai berikut.
Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
11
Maka dengan kata lain bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen yang dilakukan oleh pihak
yang kompeten dan independen, agar dapat mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dan pemberian pendapat atas kewajaran laporan
keuangan tersebut. Maka unsur-unsur dalam auditing, yaitu proses yang sistematis
(systematical process), menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif,
asersi (assertion) tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi, menentukan
tingkat kesesuaian, kriteria yang ditentukan yang merupakan standar-standar
pengukuran untuk mempertimbangkan asersi-asersi, kompeten, independensi, dan
objektif, menyampaikan hasil-hasilnya, dan para pemakai yang berkepentingan.
Auditing memiliki tujuan utama untuk memberi pendapat atas wajar
tidaknya laporan keuangan yang disajikan oleh klien agar bisa dijadikan acuan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan keputusan ekonomi.
Dalam melakukan audit untuk menjaga dan meningkatkan profesinya, seorang
akuntan publik diharuskan untuk selalu bersikap profesinal dan independen dalam
arti dalam menjalankan tugasnya seorang akuntan publik tidak boleh memihak
kepada siapapun, bersikap obyektif, dan jujur.
2.2.1.1 Tipe Auditing
Auditing umumnya digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu audit laporan
keuangan, audit kepatuhan, dan audit oprasional (Mulyadi, 2002), yaitu :
1. Audit laporan keuangan (financial statement audit).
Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan-
laporan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat-pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan
12
ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar
kesesuaian dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Hasil auditing
terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa
laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi
keuangan pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak.
2. Audit kepatuhan (complience audit).
Merupakan audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai
dengan kondisi atau kepentingan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya
dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan
banyak dijumpai delam pemerintahan.
3. Audit operasional (operational audit).
Merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk
mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan
membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang
memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak yang meminta
dilaksanakannya audit tersebut.
2.2.1.2 Tipe Auditor
Seorang atau kelompok yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan
sesuai dengan tugas pemeriksaannya masing-masing. Tipe auditor menurut
Mulyadi (2002:28) dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Auditor Independen, adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya
kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan
yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi
13
kebutuhan para pemakai informasi keuangan, seperti kreditur, investor , calon
kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).
2. Auditor pada Goverment Accounting Office (GAO/Auditor Pemerintah),
adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas
pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan
oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor Internal, adalah auditor yang bekerja di dalam perusahaan
(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan
terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur
kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan
oleh berbagai bagian organisasi.
2.2.2 Proses Audit Sektor Publik
2.2.2.1 Perencanaan Audit Sektor Publik
Pada audit sektor publik, perencanaan merupakan tahap yang vital dalam
audit meliputi tahap-tahap, yakni pemahaman atas sistem akuntansi keuangan
sektor publik, penentuan tujuan dan lingkup audit yang ditetapkan sesuai dengan
mandat dan wewenang lembaga audit dan pengawas, penilaian resiko atas resiko
pengendalian, resiko bawaan, resiko deteksi, penyusunan rencana audit, dan
penyusunan program audit.
2.2.2.2 Pelaksanaan Audit Sektor Publik
Dalam pelaksanaan audit sektor publik, terdapat definisi struktur
14
pengendalian internal. Ada tiga golongan tujuan yang terdiri atas keandalan
laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan
efektivitas dan efisiensi operasi. Pada jenis pengendalian internal juga meliputi
atas organisasi, pemisahan tugas, fisik, persetujuan dan otorisasi, akuntansi,
personel, supervisi, dan manajemen. Adapun unsur-unsur dari struktur
pengendalian internal meliputi atas lima unsur pokok yakni lingkungan
pengendalian, penaksiran resiko, informasi dan komunikasi, aktivitas
pengendalian, dan pemantauan.
Dalam pengendalian internal perlu pemahaman atas struktur pengendalian
internal. Ada tiga jenis prosedur audit yakni mewawancarai personel
dinas/instansi yang berkaitan dengan unsur struktur pengendalian, melakukan
inspeksi terhadap dokumen dan catatan, dan melakukan pengamatan atas kegiatan
perusahaan/instansi. Hal yang terpenting adalah informasi yang dikumpulkan oleh
auditor, yakni rancangan dari berbagai kebijakan dan prosedur, dan apakah
kebijakan dan prosedur benar-benar dilaksanakan.
Melakukan prosedur analitis dalam pelaksanaan audit sektor publik adalah
hal yang diperlukan. Prosedur analitis membantu auditor dengan mendukung dan
meningkatkan pemahaman auditor mengenai bisnis klien, yakni dengan cara
sebagai berikut, yaitu mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan
dibuat, mengembangkan ekspektasi, melakukan perhitungan dan perbandingan,
menganalisis data, menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak
diharapkan, dan menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan atas
perencanaan audit.
Pada perancangan pengujian substantif, auditor harus menghimpun bukti
15
yang cukup. Perancangan dimaksud meliputi sifat pengujian, waktu pengujian,
dan luas pengujian. Adapun prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif
terdiri atas delapan prosedur, yakni pengajuan pertanyaan, pengamatan atau
observasi, inspeksi atas dokumen dan catatan, perhitungan kembali, konfirmasi,
analisis, pengusutan, dan penelusuran.
Begitu juga dengan sifat atau jenis substantif, di mana ada tiga jenis
pengujian substantif yang digunakan, yakni pengujian rinci atau rincian saldo,
pengujian rinci atau rincian transaksi, dan prosedur analitis. Dalam penentuan saat
pelaksanaan pengujian substantif dilakukan jika resiko rendah maka pengujian
substantif lebih baik dilaksanakan pada/atau mendekati tanggal neraca. Adapun
juga mengenai luas pengujian substantif, yakni semakin rendah tingkat resiko
yang dapat diterima, maka semakin banyak bukti yang diperlukan.
2.2.2.3 Pelaporan
Pada tahapan akhir dari audit sektor publik adalah pelaporan. Pada
pelaporan ini, perlu diperhatikan beberapa item, yaitu :
1. Tinjauan kertas kerja dan kesimpulan. Kertas kerja merupakan media
penghubung antara catatan klien dengan laporan audit. Kepemilikan kertas
kerja sepenuhnya ada ditangan auditor.
2. Kertas kerja dan standar pelaporan. Kertas kerja berhubungan erat dengan
standar pelaporan di mana diperlukan untuk berjaga-jaga terhadap tuntutan
pemakai laporan keuangan dan sanksi lembaga profesi.
3. Isi kertas kerja. Kertas kerja merupakan bukti dilaksanakannya standar auditing
dan program audit yang telah ditetapkan. Isi dokumentasi dari kertas kerja
memperlihatkan pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik,
16
pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal yang telah
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
pengujian yang telah dilakukan, bukti audit yang telah diperoleh, prosedur
yang telah diterapkan dan pengujian yang telah dilaksanakan sebagai dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
Adapun hal-hal yang harus diiperhatikan dalam membuat kertas kerja,
yakni lengkap, teliti, ringkas, jelas, dan rapi. Pembuatan kertas kerja harus
mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. Auditor dibayar untuk melakukan
pemeriksaan bukan melakukan penyalinan. Auditor dan asistennya sering
memperoleh keterangan lisan dari klien dan karyawan klien. Pertanyaan yang
belum terjawab jangan ditinggalkan tidak terjawab begitu saja. Pembuatan kertas
kerja harus menulis semua persoalan relevan yang dihadapi selama pemeriksaan.
Jenis kertas kerja terdiri dari program audit, neraca saldo, ringkasan jurnal
penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali, daftar pendukung, daftar
utama, memorandum audit, serta dokumentasi informasi pendukung. Di susunan
kertas kerja harus disajikan dalam susunan yang sistematis, yakni terdiri dari draft
laporan audit, laporan keuangan independen, ringkasan informasi yang diperoleh,
program audit, laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat, ringkasan jurnal
penyesuaian, neraca saldo, daftar utama, dan daftar pendukung.
Auditor harus menelaah kertas kerja yang dibuat oleh staf maupun
asistennya. Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik dan bukan milik
pribadi auditor maupun klien. Jenis pengarsipan kertas kerja terdiri dari arsip
permanen dan arsip sementara/kini. Standar Audit Pemerintahan (SAP) membagi
17
audit menjadi dua kelompok, yaitu audit keuangan dan audit kinerja.
Jenis-jenis laporan audit terdiri dari laporan audit tahunan, laporan audit
triwulan, laporan kemajuan kinerja bulanan, laporan survey pendahuluan, dan
laporan audit interim. Dalam pelaporan ini juga tergambar dengan jelas bentuk
temuan. Bentuk temuan merupakan kertas kerja audit yang paling kritis, jika
terdapat hal penting dan kritis auditor harus mempunyai waktu untuk
mendokumentasikannya dengan hati-hati.
Gambar 2.1
Tipe Auditing
Auditing
Kriteria yang
digunakan adalah
Prinsip Akuntansi
Berterima Umum
(PABU)
Kriteria yang digunakan
adalah kebijakan,
perundangan, dan
peraturan
Criteria yang
digunakan adalah
tujuan tetrtentu
organisasi
Sumber : Mulyadi : Auditing (2002)
Audit Laporan
Keuangan
Audit Kepatuhan Audit Operasional
Memeriksa asersi
dalam laporan
keuangan
Memeriksa tindakan
perorangan atau organisasi
Memeriksa seluruh
Atau sebagian
aktivitas
Laporan audit berisi
pendapat auditor atas
kesesuaian laporan
keuangan dengan
PABU
Laporan audit berisi
pendapat auditor atas
kepatuhan perorangan
atau organisasi terhadap
kebijakan, perundangan,
dan peraturan
Laporan audit berisi
rekomendasi
perbaikan aktivitas
18
Gambar 2.2
Sistematika Temuan
Temuan Audit
Pengembangan
kertas kerja
Penyajian (Laporan)
Kondisi Judul yang
Bermakna
Kriteria Pernyataan Pembuka
(Kondisi, Akibat)
Akibat Bagian Pengembangan
(Kriteria, Sebab)
Sebab Pernyataan Penutup
(Rekomendasi)
Sumber : Indra Bastian : Audit Sektor Publik (2007)
2.2.3 Konsep Kompetensi, Independen, dan Integritas
2.2.3.1 Kompetensi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi didefenisikan sebagai
berwenang, berkuasa (memutuskan, menentukan) sesuatu, cakap (mengetahui).
Lastanti (2005) mengartikan “kompetensi atau keahlian sebagai seseorang yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam
pengalaman audit”. Sehingga dapat diartikan bahwa kompetensi auditor adalah
Rekomendasi
19
auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat
melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan auditor harus mempunyai
pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggungjawabnya. Karena itu aspek kompetensi adalah syarat penting
dan harus dimiliki oleh seorang auditor.
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan
bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA
seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya
dengan cermat dan seksama (due professional care).
Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan
dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan
dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu.
Elfarini (2007) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara
eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif.
a. Pengetahuan
SPAP 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan
audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.
Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan
20
demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan)
mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah
secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti
perkembangan yang semakin kompleks (Najib:2013).
Dalam Permenpan No:Per/05/M.Pan/03/2008, tentang standar umum,
menerangkan bahwa auditor dalam melakukan audit harus memiliki pengetahuan
tentang standar audit, auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan, dan
komunikasi, pengetahuan di bidang hukum dan pengetahuan lain yang diperlukan
untuk mengidentifikasi adanya kecurangan (fraud), memiliki kemampuan
berkomunikasi secara efektif lisan dan tulisan terutama dengan auditi. Khusus untuk
auditor investigatif harus memiliki pengetahaun tentang teknik audit investigatif
termasuk cara memperoleh bukti dari whistleblower, penerapan hukum terkait
dengan audit investigatif, memahami konsep kerahasiaan dan perlindungan terhadap
sumber informasi, mampu menggunakan komputer, perangkat lunak terkait dengan
cibercrime, serta memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam
standar, metodologi, prosedur, dan teknik audit.
Pada penelitiannya, Harhinto (2004) menemukan bahwa pengetahuan akan
mempengaruhi keahlian auditor yang pada gilirannya akan menentukan mutu audit.
Adapun secara umum ada lima pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor,
yaitu pengetahuan pengauditan umum, pengetahuan area fungsional, pengetahuan
mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, pengetahuan mengenai industri khusus,
dan pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.
21
Pengetahuan pengauditan umum, seperti risiko audit, prosedur audit, dan lain-
lain, kebanyakan diperoleh di perguruan tinggi, dan sebagian dari pelatihan dan
pengalaman. Sedangkan area fungsional seperti perpajakan dan pengauditan berbasis
komputer sebagian didapatkan dari pendidikan perguruan tinggi, dan kebanyakan
diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Demikian juga dengan isu akuntansi,
auditor mendapatkannya dari pelatihan profesional yang diselenggarakan secara
berkelanjutan. Sedangkan Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum
kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman (Harhinto:2004).
Berdasarkan Murtanto dan Gudono (1999) terdapat dua pandangan mengenai
keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang didasarkan pada
paradigma einhorn. Pandangan ini bertujuan untuk menggunakan lebih banyak
kriteria objektif dalam mendefinisikan seorang ahli. Kedua, pandangan kognitif yang
menjelaskan keahlian dari sudut pandang pengetahuan. Pengetahuan diperoleh
melalui pengalaman langsung (pertimbangan yang dibuat di masa lalu dan umpan
balik terhadap kinerja) dan pengalaman tidak langsung (pendidikan).
b. Pengalaman
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut
tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang
mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Mayangsari (2003) menyatakan bahwa
“auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal, yaitu mendeteksi
kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab kesalahan”.
22
Lauw Tjun Tjun (2012) memberikan bukti empiris bahwa “seseorang yang
berpengalaman dalam suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang
tersimpan dalam ingatannya”. Semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil
pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur
kategori yang rumit.
Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka
juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan
dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada
tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi.
2.2.3.2 Independensi
Independensi adalah sikap tidak memihak. Independensi adalah salah satu
faktor yang menentukan kredibilitas pendapat auditor.
Teori sikap dan perilaku (theory of attitude and behaviour) yang
dikembangkan oleh Soegiastuti (2005) dipandang sebagai teori yang dapat mendasari
untuk menjelaskan independensi. Teori tersebut menyatakan, bahwa perilaku
ditentukan untuk apa orang-orang ingin lakukan (sikap), apa yang mereka pikirkan
akan mereka lakukan (aturan-aturan sosial), apa yang mereka bisa lakukan
(kebiasaan), dan dengan konsekuensi perilaku yang mereka pikirkan. Sikap
menyangkut komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan, sedangkan komponen
sikap afektif memiliki konotasi suka atau tidak suka (Kasidi, 2007).
Kebanyakan literatur tentang independensi auditor menyatakan bahwa
kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen dari seorang
23
auditor. Kasidi (2007) dalam tesisnya mengemukakan alasan bahwa jika auditor
terlihat tidak independen, maka pengguna laporan keuangan semakin tidak percaya
atas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor tentang laporan
keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya. Kredibilitas seorang
auditor tidak hanya pada independensi dalam fakta, tetapi juga pada independensi
dalam persepsi atau penampilan, guna menjaga dan mempertahankan kepercayaan
publikasikan profesinya sebagai auditor.
The CPA Handbook dalam tesis Kasidi (2007) mendefinisikan independensi
sebagai berikut.
Independensi adalah suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan
independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap
kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun.
Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa “Independensi adalah
sikap yang diharapkan dari seorang akuntan public untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip
obyektivitas”.
Independensi menyangkut kemampuan untuk bertindak obyektif. Hal ini
hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang secara psikologis memiliki intelektual
tinggi dan penuh dengan kejujuran. Oleh karena itu independensi adalah state of mind
yang tidak mudah untuk diukur. Penilaian terhadap independensi terbatas pada
evaluasi terhadap appearance, terhadap cara dan hasil kerja yang dilakukan oleh
akuntan publik. Untuk tujuan praktis seorang akuntan publik harus bebas dari
24
hubungan-hubungan yang memiliki potensi untuk menimbulkan bias dalam
memberikan pendapat atas laporan keuangan klien.
Nilai auditing bergantung pada persepsi publik akan independensi yang
dimiliki auditor. Independensi dalam audit artinya mengambil sudut pandang yang
tidak bias dalam melakukan uji audit, evaluasi hasil audit, dan pelaporan audit.
a. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Independensi
Pendidikan akuntansi yang diajarkan di Indonesia memang telah memasukkan
materi mengenai independensi akuntan publik tetapi masih terdapat persepsi dari
masyarakat umum bahwa akuntan publik diragukan independensinya.
Arens dan Loebbecke (1996) mendefinisikan “independensi sebagai berikut,
auditing berarti berpegang pada pandangan yang tidak memihak di dalam
penyelenggaraan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan
laporan audit”. Sikap tidak memihak ini dapat dibentuk dalam dua sudut pandang
yaitu :
1. Independensi dalam kenyataan (Independence in fact) yang berarti akuntan dapat
menjaga sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan pemeriksaan.
2. Independensi dalam penampilan (Independence in appearance) yang berarti
akuntan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan keuangan.
Antara independensi dalam sikap mental dan independensi dalam penampilan
memiliki kaitan yang sangat erat, hal ini jika seorang auditor memiliki sikap mental
independensi yang baik maka persepsi pemakai laporan keuangan akan menampilkan
kecenderungan ke arah kepercayaan independensi itu sendiri.
25
Pada penelitian Kasidi (2007) terdapat lima faktor yang mempengaruhi
independensi auditor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut ukuran besarnya
perusahaan audit, lamanya hubungan audit dengan klien, besarnya biaya jasa audit
(audit fee), layanan jasa konsultasi manajemen, dan keberadaan komite audit.
Dalam tesisnya Kasidi (2007) menjelaskan bahwa independensi dalam
penampilan akuntan publik dianggap rusak jika ia mengetahui atau patut mengetahui
keadaan atau hubungan yang mungkin mengkompromikan independensinya. Ada
empat jenis risiko yang dapat merusak independensi akuntan publik, yaitu :
1. Self interest risk, yang terjadi apabila akuntan publik menerima manfaat dari
keterlibatan keuangan klien.
2. Self review risk, yang terjadi apabila akuntan publik melaksanakan penugasan
pemberian jasa keyakinan yang menyangkut keputusan yang dibuat untuk
kepentingan klien atau melaksanakan jasa lain yang mengarah pada produk atau
pertimbangan yang mempengaruhi informasi yang menjadi pokok bahasan dalam
penugasan pemberian jasa keyakinan.
3. Advocacy risk, yang terjadi apabila tindakan akuntan publik menjadi terlalu erat
kaitanya dengan kepentingan klien.
4. Client influence risk, yang terjadi apabila akuntan publik mempunyai hubungan
erat yang kontinyu dengan klien, termasuk hubungan pribadi yang dapat
mengakibatkan intimidasi oleh atau keramah-tamahan (familiarity) yang
berlebihan dengan klien.
Mempertahankan perilaku independen bagi auditor dalam memenuhi
tanggungjawab mereka adalah sangat penting, namun yang lebih penting lagi adalah
26
bahwa pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi itu
sendiri.
2.2.3.3 Integritas
Kriteria auditor dalam peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
(PERMENPAN) Nomor: PER/04/M.PAN/03/2008 adalah memiliki integritas yaitu
harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana, dan
bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang andal, dengan wajib mematuhi aturan perilaku sebagai
berikut:
a. melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan
bersungguh-sungguh;
b. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan
organisasi dalam melaksanakan tugas;
c. mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan
segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan profesi
yang berlaku;
d. menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;
e. tidak menjadi bagian kegiatan ilegal, atau mengikatkan diri pada tindakan-
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi;
f. menggalang kerja sama yang sehat diantara sesama auditor dalam pelaksanaan
audit;
g. saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku sesama auditor.
27
2.3 Perbedaan BPKP dan BPK
Ditinjau dari administratif, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah sebuah
lembaga negara Republik Indonesia, sama dan setingkat dengan lembaga negara lain
seperti: MPR-RI, DPR-RI, DPD-RI, Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia, MA-RI, dan MK-RI.
Sedangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah
Presiden, sama dan setingkat dengan LPNK lain seperti: Bappenas, BPN, BPS,
BNN, BNPB, BKN, dan BKPM.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) merupakan dua badan yang berbeda. Dua lembaga negara ini
sama-sama mempunyai fungsi pengawasan, tetapi BPK melakukan pengawasan
Ekstern sedangkan BPKP melakukan pengawasan Intern. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat perbedaannya sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perbedaan BPK dan BPKP
Subyek Badan Pemeriksa
Keuangan
Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan
Dasar Hukum UU No 15 Tahun 2006 PP No. 6 Tahun 2008,
Keppres No.103Tahun 2001, Perpres
Nomor 64 Tahun 2005,
Peppres Nomor 192 Tahun 2015
Hubungan
Kelembagaan
DPR, DPD, DPRD Ditunjuk & bertanggungjawab kepada
Presiden
Jenis Audit Audit keuangan , Audit
kinerja, Audit dengan
tujuan tertentu
Audit kinerja, Audit dengan tujuan
tertentu
Objek Memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan Negara
Mengawasi kegiatan Kebendaharaan
Umum Negara yang bersumber dari APBN dan penugasan khusus dari
28
(termasuk keuangan
daerah) – APBN dan
APBD
Presiden
Sifat Eksternal Pemerintah Internal Pemerintah
Wewenang dan
fungsi
Melaksanakan
pemeriksaan dan
meminta keterangan
dan/atau dokumen
mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab
keuangan negara;
Menetapkan standar
pemeriksaan keuangan
negara;
Membina jabatan
fungsional Pemeriksa;
Memberi pertimbangan
atas standar akuntansi
pemerintah dan
rancangan system
pengendalian intern
pemerintah, pemerintah
pusat/pemerintah daerah
Menilai dan atau
menetapkan jumlah
kerugian negara;
Memantau penyelesaian
ganti kerugian
Negara/daerah;
Memberikan keterangan
ahli dalam proses
peradilan mengenai
kerugian Negara/daerah.
Memberikan peringatan dini dan
meningkatkan efektivitas manajemen
risiko.
Memelihara dan meningkatkan kualitas
tata kelola Instansi Pemerintah.
Memberikan keyakinan yang memadai
atas ketaatan, efisiensi, dan efektifitas.
http://www.bpk.go.id/
1. Dasar Hukum serta Tugas Pokok dan Fungsi BPKP dan BPK
Berdasarkan Keputusan Presiden No 103 tahun 2001, menjelaskan mengenai
pembentukan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang didalamnya diuraikan hal-
hal yang menjadi fungsi, tugas, wewenang dan pertanggungjawaban lembaga
29
tersebut.
Dalam Keppres No. 103 tahun 2001 pasal 1, menjelaskan bahwa Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang selanjutnya disebut LPND adalah lembaga
pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari
Presiden. LPND merupakan lembaga yang bekerja berdasarkan permintaan dari
presiden dan wajib melaporkan hasil kerjanya kepada presiden berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-udangan yang berlaku. Kemudian dalam pasal 3 Perpres No. 11
Tahun 2005, yang termasuk LPND diantaranya adalah Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), BAPPENAS, BPS, BIN dsb.
Berdasarkan pasal tersebut, bahwa posisi BPKP merupakan LPND yang
bertugas atas permintaan Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden. Titik
berat tugas BPKP adalah mencakup pengawasan baik pengawasan keuangan
pelaksanaan pemerintahan dan pengawasan kinerja pelaksanaan pemerintahan atau
disebut pengawasan intern.
Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008, BPKP merupakan Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan
berwenang melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara
atas kegiatan tertentu yang meliputi: kegiatan yang bersifat lintas sektoral; kegiatan
kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara; dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
Kemudian Fungsi pemeriksaan, sesuai dengan UU No 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No
30
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara (Nartocalonlegislator.blogspot. co.id)
Selanjutnya, sesuai dengan PEPRES No. 192 Tahun 2014, fungsi Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yakni melaksanakan audit,
review, evaluasi, pemamtauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan
negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan Negara/daerah serta
pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran Negara/daerah.
Fungsi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam
melakukan audit adalah melakukan audit internal diantaranya pemeriksaan terhadap
proyek-proyek yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang dialokasikan untuk pelaksanaan dekonsentrasi, tugas pembantuan,
desentralisasi, dan pemeriksaan khusus (audit investigasi) untuk mengungkapkan
adanya indikasi praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan penyimpangan lain
sepanjang itu membutuhkan keahlian dibidangnya, dan pemeriksaan terhadap
pemanfaatan pinjaman dan hibah luar negeri (Kisnawati, 2012).
Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 pasal 1, yang dimaksud dengan
Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara
yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Berdasarkan pasal 6, BPK memiliki tugas memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
31
Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara. Kemudian, berdasarkan Pasal 7 UU No. 15 Tahun
2006 tersebut dan Pasal 23E Ayat 2 BAB VIIIA UUD 1945, BPK menyerahkan hasil
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR,
DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.
Dengan demikian, jelas bahwa fungsi pemeriksaan terhadap entitas/lembaga-
lembaga Negara ada pada tugas dan kewenangan BPK. Salah satunya adalah fungsi
pemeriksaan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dasar Hukum terhadap BPK pun tertulis dalam UUD 1945 Bab VIII A Pasal 23
E, F, dan G. Serta UU RI No. 15 Tahun 2006 Ttg Badan Pemeriksa Keuangan
sebagai pengganti UU RI No. 5 Tahun 1973 Ttg Badan Pemeriksa Keuangan. UU RI
No. 15 Tahun 2004 Ttg Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. UU RI No. 1 Tahun 2004 Ttg Perbendaharaan Negara. Dan UU RI No. 17
Tahun 2003 Ttg Keuangan Negara (nartocalonlegislator.blogspot.co.it).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa BPKP merupakan LPND dan
merupakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang bertugas dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden serta berwenang melakukan
pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu
yang meliputi: kegiatan yang bersifat lintas sektoral; kegiatan kebendaharaan umum
negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara; kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. Dan dalam
melaksanakan fungsinya BPKP melakukan audit internal terhadap proyek-proyek
32
yang dibiayai APBN dan APBD, dan pemeriksaan khusus (audit investigasi) untuk
mengungkapkan adanya indikasi praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan
penyimpangan lain sepanjang itu membutuhkan keahlian dibidangnya, dan
pemeriksaan terhadap pemanfaatan pinjaman dan hibah luar negeri. Sedangkan BPK
memiliki tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya,
Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha
Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
2.4 K erangka Pikir
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu kompetensi, independensi, dan
integritas. Sebagai alur pemikiran dalam penjelasan penelitian ini dapat digambarkan
dalam kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut :
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
BPKP
Kompetensi
1. Pengetahuan
2. Pengalaman
Elfarini
(2007)
Independen
- Netral
- Tidak bias
Arens dan
Loebbecke
(1996)
Integritas
1.Jujur, 2.Berani
3.Tanggung Jawab
4.Bijaksana,5.Teliti
PERMENPAN No.
PER/04/M.PAN/03
/2008
Analisis Deskriptif
Hasil Pembahasan
Kesimpulan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di Jalan
Balai Kota I No. 15 Kota Kendari. Sedangkan waktu penelitian sampai dengan
tahap perampungannya diperkirakan selama kurang lebih dua bulan.
3.2 Populasi dan Sampel
Sugiyono (1999) menyebutkan bahwa “populasi adalah semua nilai, baik hasil
perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif dari pada
karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas”.
Populasi adalah keseluruhan obyek penlitian. Populasi penelitian ini adalah
seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 62
orang yang berada di Kota Kendari. Alasannya karena Kota Kendari termasuk kota
besar di Sulawesi Tenggara yang banyak berdiam atau tinggal auditor yang menuntut
eksistensi auditor kompeten dan independen dalam melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan dalam memberikan pendapat atas dasar hasil pemeriksaan
yang berintegritas, obyektif sehingga keterlibatannya dalam penentuan hasil audit
yang andal.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sensus, pada
penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh auditor. Menurut Kuncoro (2003),
sensus adalah sebuah teknik pengambilan sampel di mana semua populasi dijadikan
34
sampel, hal ini dilakukan karena populasi relatif kecil. Pengambilan sampel dengan
metode ini memungkinkan penulis untuk melakukan perhitungan statistik untuk
menentukan hubungan ketiga variabel yang akan diteliti.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang telah
diolah dari jawaban kuesioner yang dibagikan kepada auditor yang bekerja pada
Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi
Sulawesi Tenggara.
3.3.2 Sumber Data
Data berasal dari jawaban yang telah diisi oleh para auditor yang bekerja di
Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Adapun jenis-jenis dari sumber data, yaitu :
a) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber atau tempat di mana
penelitian dilakukan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner
yang dibagikan kepada responden.
b) Data sekunder, yaitu sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara. Sebagai suatu penelitian empiris maka data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh melalui jurnal, buku, dan penelitian-penelitian
terdahulu.
3.3.3 Pengumpulan Data
1) Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu data yang dikumpulkan melalui
kuisioner dengan mengajukan daftar pertanyaan yang sudah disusun rapi,
35
terstruktur, dan tertulis kepada responden untuk diisi menurut pendapat pribadi
sehubungan dengan masalah yang diteliti. Operasional penyebaran kuesioner
dilakukan dengan cara mendatangi langsung Kantor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Kendari..
2) Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu data yang dikumpulkan dari
beberapa buku dan literatur tentang auditing yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian.
3) Mengakses Website dan Situs-Situs, yaitu metode ini digunakan untuk mencari
website maupun situs-situs yang menyediakan informasi sehubungan dengan
masalah dalam penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif yang dilakukan dalam peneliti ini adalah analisis
deskriptif persentase. Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai variabel
penelitian. Skala yang digunakan untuk menilai pertanyaan adalah skala Guttman,
dimana skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban tegas “Ya-Tidak”
Nasution (2003) untuk mengetahui persentase jawaban responden terhadap
kompetensi, independensi, dan integritas auditor internal pada Kantor BPKP
Perwakilan Provensi Sulawesi Tenggara, peneliti menggunakan rumus sebagai
berikut:
Persentase =
36
Persentase kecenderungan skor yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan
kriteria interprestasi skor kuisioner, sebagai berikut:
≤ 59% =Tidak memadai
60% -69% = Kurang memadai
70%-79% = Cukup memadai
80%-89% = Memadai
90%-100% = Sangat memadai
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu Kompetensi, independensi dan
Integritas, yang dijabarkan dengan indikator sesuai Permenpan Nomor:
PER/04/M.PAN/03/2008 dan Permenpan Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008, sebagai
berikut:
.
37
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Defenisi Indikator Skala Instrumen
Kompetensi
Elfarini (2007)
Auditor harus
mempunyai
pengetahuan,ket
erampilan, dan
kompetensi
lainnya yang
diperlukan untuk
melaksanakan
tanggung jawab
a. Pengetahuan
1. Pendidikan
formal
2. Pendidikan
profesi
b. Pengalaman
1. Pelatihan
teknis
2.Pengalaman
bidang
auditing
Guttman Kuisioner
Independensi
Arrens,
Loebbecke
(1996)
Auditor harus
memiliki sikap
netral dan tidak
bias serta
menghindari
konflik
kepentingan
dalam
merencanakan,
melaksanakan
dan melaporkan
pekerjaan yang
dilakukannya
a. Netral
1. Memiliki
obyektifitas
b. Tidak Bias
1. Gangguan
pribadi
2.Gangguan
eksternal
3.Gangguan
organisasi
Integritas
Permenpan
Nomor:
PER/04/M.PA
N/03/2008
Kualitas yang
melandasi
kepercayaan
publik dan
patokan bagi
anggota dalam
menguji semua
keputusannya.(P
usdiklatwas
BPKP: 2009)
a. Jujur
b. Berani
c. Tanggung Jawab
d. Bijaksana
e. Teliti
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1. Sejarah Singkat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)
BPKP tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang perkembangan lembaga
pengawasan sejak sebelum era kemerdekaan. Dengan besluit Nomor 44 tanggal
31 Oktober 1936 secara eksplisit ditetapkan bahwa Djawatan Akuntan Negara
(Regering Accountantsdienst) bertugas melakukan penelitian terhadap pembukuan
dari berbagai perusahaan negara dan jawatan tertentu. Dengan demikian, dapat
dikatakan aparat pengawasan pertama di Indonesia adalah Djawatan Akuntan
Negara (DAN). Secara struktural DAN yang bertugas mengawasi pengelolaan
perusahaan negara berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementerian
Keuangan. Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961 tentang Instruksi
bagi Kepala Djawatan Akuntan Negara (DAN), kedudukan DAN dilepas dari
Thesauri Jenderal dan ditingkatkan kedudukannya langsung di bawah Menteri
Keuangan. DAN merupakan alat pemerintah yang bertugas melakukan semua
pekerjaan akuntan bagi pemerintah atas semua departemen, jawatan, dan instansi
di bawah kekuasaannya. Sementara itu fungsi pengawasan anggaran dilaksanakan
oleh Thesauri Jenderal. Selanjutnya dengan Keputusan Presiden Nomor 239
Tahun 1966 dibentuklah Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan Negara
(DDPKN) pada Departemen Keuangan. Tugas DDPKN (dikenal kemudian
sebagai DJPKN) meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan
usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal. DJPKN
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan seluruh pelaksanaan anggaran
39
negara, anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/daerah. Berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971 ini, khusus pada Departemen
Keuangan, tugas Inspektorat Jendral dalam bidang pengawasan keuangan negara
dilakukan oleh DJPKN.
Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 diterbitkan pada tanggal 30
Mei 1983. DJPKN ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga pemerintah
non departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Keputusan Presiden
Nomor 31 Tahun 1983 tentang BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga
pengawasan yang dapat melaksanakan fungsinya secara leluasa tanpa mengalami
kemungkinan hambatan dari unit organisasi pemerintah yang menjadi obyek
pemeriksaannya. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tersebut
menunjukkan bahwa Pemerintah telah meletakkan struktur organisasi BPKP
sesuai dengan proporsinya dalam konstelasi lembaga-lembaga Pemerintah yang
ada. BPKP dengan kedudukannya yang terlepas dari semua departemen atau
lembaga sudah barang tentu dapat melaksanakan fungsinya secara lebih baik dan
obyektif. Tahun 2001 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah,terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52
disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan
lebih bersifat preventif atau pembinaan dan tidak sepenuhnya audit atau represif.
40
Kegiatan sosialisasi, asistensi atau pendampingan, dan evaluasi merupakan
kegiatan yang mulai digeluti BPKP. Sedangkan audit investigatif dilakukan dalam
membantu aparat penegak hukum untuk menghitung kerugian keuangan negara.
Masa reformasi ini BPKP banyak mengadakan Memorandum of
Understanding (MOU) atau Nota Kesepahaman dengan pemda dan
departemen/lembaga sebagai mitra kerja BPKP. MoU tersebut pada umumnya
membantu mitra kerja untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka mencapai
good governance. Sesuai arahan Presiden RI tanggal 11 Desember 2006, BPKP
melakukan reposisi dan revitalisasi fungsi yang kedua kalinya. Reposisi dan
revitalisasi BPKP diikuti dengan penajaman visi, misi, dan strategi. Visi BPKP
yang baru adalah "Auditor Intern Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam
Mentransformasikan Manajemen Pemerintahan Menuju Pemerintahan yang Baik
dan Bersih". Pada akhir 2014, sekaligus awal pemerintahan Jokowi, peran BPKP
ditegaskan lagi melalui Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. BPKP berada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden dengan tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/ daerah dan
pembangunan nasional.
Presiden juga mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan
Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka
Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dengan menugaskan Kepala BPKP untuk
melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan penerimaan negara/daerah
serta efisiensi dan efektivitas anggaran pengeluaran negara/ daerah, meliputi: a.
41
audit dan evaluasi terhadap pengelolaan penerimaan pajak, bea dan cukai; b. audit
dan evaluasi terhadap pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Instansi
Pemerintah, Badan Hukum lain, dan Wajib Bayar; c. audit dan evaluasi terhadap
pengelolaan Pendapatan Asli Daerah; d. audit dan evaluasi terhadap pemanfaatan
aset negara/ daerah; e. audit dan evaluasi terhadap program/kegiatan strategis di
bidang kemaritiman, ketahanan energi, ketahanan pangan, infrastruktur,
pendidikan, dan kesehatan; f. audit dan evaluasi terhadap pembiayaan
pembangunan nasional/daerah; g. evaluasi terhadap penerapan sistem
pengendalian intern dan sistem pengendalian kecurangan yang dapat mencegah,
mendeteksi, dan menangkal korupsi; h. audit investigatif terhadap penyimpangan
yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah untuk memberikan dampak
pencegahan yang efektif; i. audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan
negara/daerah dan pemberian keterangan ahli sesuai dengan peraturan
perundangan.
4.1.2 Struktur Organisasi
Susunan struktur organisasi BPKP Provinsi Sultra terdiri :
1. Kepala Perwakilan.
2. Bidang Tata Usaha. Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana
dan program pengawasan, urusan kepegawaian, keuangan, urusan dalam,
perlengkapan, rumah tangga, pengelolaan perpustakaan dan pelaporan
hasil pengawasan.
Tugas dan fungsi Bidang Tata Usaha Perwakilan BPKP Sultra
meliputi:
a. Penyusunan rencana dan program pengawasan
42
b. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, persuratan, urusan
dalam, perlengkapan dan rumah tangga
c. Pengelolaan perpustakaan
d. Penyusunan laporan berkala hasil pengawasan
3. Bidang Instansi Pemerintah Pusat (IPP) mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana, program, pelaksanaan pengawasan instansi pusat,
dan pinjaman / bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat, serta
pengawasan penyelenggaraan akuntabilitas instansi pemerintah pusat dan
evaluasi hasil pengawasan.
Tugas dan fungsi Bidang IPP Perwakilan BPKP Provinsi Sultra
meliputi:
a. Pengawasan lintas sektoral Bidang Perekonomian
b. Pengawasan atas permintaan stakeholder Bidang Perekonomian
c. Pengawasan atas proyek pinjaman hutang luar negeri (PHLN)
d. Pengawasan lintas sektoral Bidang Polsoskam
e. Pengawasan Bendahara Umum Negara Bidang Polsoskam
f. Pengawasan atas permintaan presiden Bidang Polsoskam
g. Bimbingan teknis/asistensi penyusunan laporan keuangan instansi
pemerintah
h. Optimalisasi penerimaan Negara
i. Pengawasan atas permintaan stakeholder Bidang Polsoskam
j. Pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah.
4. Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah (APD). Mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana, program, dan pengawasan instansi
43
pemerintah daerah atas permintaan daerah serta pelaksanaan pengawasan
penyelenggaraan akuntabilitas, dan evaluasi hasil pengawasan.
Mengacu pada tugas dan fungsi serta wewenang BPKP seperti
diatur dalam PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan sesuai dengan peran sebagai Auditor Internal
Pemerintah yang meliputi consulting dan Assurenace,
Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah (APD) BPKP Perwakilan
Provinsi Sultra, antara lain:
a. Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah/Barang Milik Daerah mulai
dari Penganggaran sampai dengan Pertanggungjawaban dan
Implementasi SIMDA Keuangan/PMD/Pendapatan sebagai alat bantu
bagi Pemerintah Daerah;
b. Asistensi dalam Implementasi Probity Audit atas Pengadaan Barang
Jasa yang strategis dan bernilai material, mulai dari perencanaan
sampai dengan pemanfaatan;
c. Asistensi Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP);
d. Asistensi Implementasi SPIP.
e. Asistensi Penyusunan Action Plan terhadap hasil audit.
5. Bidang Akuntan Negara (AN). Mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan serta evaluasi
pelaksanaan good corporate governance dan laporan akuntabilitas kinerja
badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor
bagi hasil, dan kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya
44
terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas
permintaan daerah, serta evaluasi hasil pengawasan
Tugas dan fungsi Bidang Akuntan Negara BPKP Perwakilan
Provinsi Sultra, dengan produk layanan sebagai berikut:
a. Audit Kinerja PDAM;
b. Bimtek/Asistensi Penerapan SAK-ETAP PDAM;
c. Asistensi Penyusunan Corporate Plan;
d. Asistensi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) PDAM;
e. Asistensi Majanemen Asset;
f. Asistensi KPI;
g. Asistensi Penyusunan Syarat Administrasi BLUD;
h. Evaluasi Kinerja BLUD RSUD;
i. Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan BLUD;
j. Bimtek/Asistensi Penerapan GCG BUMD;
k. Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan BUMD;
l. Sosialisasi dan Asistensi Manajemen Resiko;
m. Audit Tujuan Tertentu.
6. Bidang Investigasi. Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan terhadap
indikasi penyimpangan yang merugikan negara, badan usaha milik negara,
dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,
pemeriksaan terhadap hambatan kelancaran pembangunan, dan pemberian
bantuan pemeriksaan pada instansi penyidik dan instansi pemerintah
lainnya.
45
Tugas dan fungsi Bidang Investigasi Perwakilan BPKP Provinsi
Sultra meliputi:
a. Sosialisasi masalah korupsi
b. Bimtek/asistensi implementasi FCP
c. Kajian pengawasan
d. Audit investigasi atas HKP, Eskalasi dan Klaim
e. Audit investigasi, perhitungan kerugian negara, dan pemberian
keterangan ahli atas permintaan Instansi Penyidik
f. Audit investigasi atas permintaan Instansi lainnya
7. Bidang P3A (Perencanaan, Pelaporan, dan Pembinaan APIP). Mempunyai
tugas terlaksananya dukungan capaian kinerja unit Perwakilan BPKP
melalui perencanaan dan pelaporan hasil pengawasan serta terlaksananya
pengelolaan dan pembinaan JFA dan APIP secara efektif dan optimal
sesuai dengan kebutuhan stakeholders
Skema 4.1
Struktur Organisasi BPKP Provinsi Sultra
Kepala Perwakilan
BPKP
Bidang
Tata
Usaha
Korwas
Bidang
IPP
Korwas
Bidang
APD
Korwas
Bidang
Akuntan
Negara
Korwas
Bidang
Investigas
i
Korwas
Bidang
P3A
Kasubag
Kepegawaian
Kasubag
Keuangan
Kasubag
Umum
46
4.1.3 Visi dan Misi BPKP Provinsi Sultra
4.1.3.1 Visi BPKP Provinsi Sultra
Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya untuk
Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas
4.1.3.2 Misi BPKP Provinsi Sultra
1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
negara yang mendukung tata kelola kepemerintahan yang baik dan
bebas KKN.
2. Membina penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah
instansi pusat dan daerah
3. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang
profesional dan kompeten
4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang
andal bagi Presiden/Pemerintah.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Tingkat Pengembalian Kuisioner
Data penelitian ini dari hasil jawaban atas kuisioner yang dibagikan kepada
auditor BPKP Provinsi Sultra yang berjumlah 62 kuisioner. Adapun pembagian
dan pengembalian kuisioner penelitian ditunjukkan pada tabel berikut ini:
47
Tabel 4.1 Deskripsi dan Persentase
Pembagian dan pengembalian kuisioner
No
.
Uraian Jumlah
(rangkap)
Persentase
(%)
1. Kuisioner yang dibagi 62 100
2. Kuisioner yang tidak
kembali 2 3,22
3. Kuisioner yang kembali 60 96,77
4. Kuisioner yang dapat
dianalisis 60 96,77
5. Kuisioner yang tidak dapat
dianalisis 2 3,23
( Sumber: Data hasil pengembalian kuisioner tahun 2016)
Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase kuisioner yang kembali
(responden rate) adalah sebesar 96,77% yaitu sebanyak 60 kuisioner. Kuisioner
yang dapat dianalisis berjumlah 60 dengan persentase sebesar 96,77%. Penelitian
yang dilakukan pada BPKP Provinsi Sultra terdiri dari 3 variabel dengan 29 item
pertanyaan yang diajukan kepada responden dan memberikan persentase pada
jawaban yang diberikan oleh responden tersebut.
4.2.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin,
pendidikan, jurusan, jabatan dan masa kerja. Sebanyak 62 kuesioner yang
disebarkan kepada responden, 60 yang dikembalikan. Dengan demikian tingkat
pengembalian kuesioner responden yang diperoleh adalah 96,77%. Adapun
gambaran mengenai responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.2.2.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang dilakukan atas kuesioner yang disebarkan kepada 60
Responden Bidang Kordinator Pengawasan (Korwas) BPKP Provinsi Sultra,
maka diperoleh data untuk karakteristik Jenis Kelamin responden sebagai berikut:
48
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 42 70
Perempuan 18 30
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer diolah 2016
Tabel di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah responden laki-laki
mayoritas lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, dimana jumlah laki-
laki sebanyak 42 orang atau 70% dari total responden dan perempuan berjumlah
18 orang atau 30% dari total jumlah responden yaitu 60 orang.
4.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Hasil penelitian yang diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada
60 orang responden Bidang Korwas BPKP Provinsi Sultra, menunjukkan data
tentang karakteristik Pendidikan Responden sebagai berikut:
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
D3 12 20%
S1 45 75%
S2 3 5%
Jumlah 60 100
Sumber : Data primer diolah 2016
Tabel di atas dapat dikemukakan bahwa Bidang Korwas yang menjadi
responden dalam penelitian ini mayoritas lulusan pendidikan akuntansi program
Strata (S1), yakni sebanyak 45 orang atau 75%, Diploma (D3), yakni sebanyak 12
orang atau 20%, dan program PascaSarjana (S2) sebanyak 3 orang atau 5% dari
total responden.
49
4.2.2.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan /Jurusan
Hasil penelitian yang diperoleh memalui kuisioner yang disebarkan kepada
Responden Bidang Korwas BPKP Provinsi Sultra, menampilkan data karakteristik
Pendidikan/ Jurusan Responden sebagai berikut:
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan/Jurusan
Pendidikan /
Jurusan
Frekuensi
(Orang)
Persentase
Akuntansi 52 88%
Manajemen 5 9%
Statistik 1 1%
Komputer 1 1%
Pertanian 1 1%
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah 2016
Tabel di atas dapat dikemukakan bahwa Bidang Korwas yang menjadi
responden dalam penelitian ini mayoritas lulusan pendidikan/jurusan akuntansi
yakni sebanyak 52 orang atau 88%, disusul pendidikan/jurusan manajemen yakni
sebanyak 5 orang atau 9%, pendidikan/jurusan statistik, komputer, dan pertanian
masing-masing 1 orang atau masing-masing 1% dari total responden.
4.2.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Hasil penelitian yang diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada
Responden Bidang Korwas BPKP Provinsi Sultra, menampilkan data karakteristik
Jabatan Responden sebagai berikut:
50
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Bidang IPP 17 28.33
Bidang APD 17 28,33
Bidang Akuntan Negara 8 13,33
Bidang Investigasi 8 13,33
Bidang P3APIP 10 16,67
Jumlah 60 100
Sumber : Data primer diolah 2016
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa Bidang IPP (Instansi
Pemerintah Pusat) ini berjumlah 17 orang atau 28,33%, Bidang APD
(Akuntabilitas Pemerintah Daerah) berjumlah 17 orang atau 28,33%, Bidang
Akuntan Negara berjumlah 8 orang atau 13,33%, Bidang Investigasi berjumlah 8
orang atau 13,33%, dan Bidang P3APIP (Perencanaan, Pelaporan, dan Pembinaan
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) berjumlah 10 orang atau 16,67%.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum responden yang
berada pada BPKP Provinsi Sultra mayoritas melakukan tugas pengawasan pada
kebijakan/prosedur-prosedur yang ada.
4.2.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Hasil penelitian yang diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada
Responden Korwas BPKP Provinsi Sultra, diperoleh data tentang karakteristik
Masa Kerja Responden sebagai berikut:
51
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja
(Tahun)
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
1-10 32 53,33
11-20 10 16,67
21-40 18 30
Jumlah 60 100
Sumber : Data primer diolah 2016
Tabel di atas menampilkan mayoritas responden BPKP Provinsi Sultra
memiliki masa kerja 1 - 10 tahun yakni sebanyak 32 orang dengan persentase
53.33% dari 60 jumlah Responden. Jumlah untuk masa kerja 11-20 tahun adalah
10 orang atau 16.67% dan jumlah untuk masa kerja 21-40 adalah 18 orang atau
30% dari total jumlah responden. Hal tersebut berarti mayoritas auditor BPKP
Provinsi Sultra memiliki pengalaman memadai berdasarkan masa kerja yang
sudah mereka lewati.
4.2.3 Kualifikasi Kompetensi Auditor Internal pada BPKP Provinsi Sultra
Kompetensi yang dimiliki seorang auditor tidak terlepas dari pendidikan
formal. Namun pendidikan formal tidak cukup untuk menjawab tantangan
perubahan yang terjadi diperlukan pelatihan audit berkelanjutan sehingga
kompetensi auditor memadai dan menghasilkan kualitas audit yang baik. Adapun
distribusi jawaban kuisioner untuk kompetensi yang dimiliki auditor internal pada
BPKP Provinsi Sultra dan presentase kecendrungan jawabanya adalah sebagai
berikut :
52
Tabel 4.7
Distribusi Jawaban untuk Kompetensi
No Jawaban Jawaban Total
Pertanyaan Ya Tidak
1 48 12 60
2 45 15 60
3 60 0 60
4 60 0 60
5 50 10 60
6 60 0 60
7 57 3 60
8 57 3 60
Total 437 43 480
Sumber : Data primer diolah 2016
Persentase kecenderungan skor jawaban kuisisoner adalah sebagai berikut:
Diagram 4.1
Persentase Kompetensi Berdasarkan Hasil Jawaban Kuisioner
Persentase =
Persentase Kompetensi =
= 91%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Ya
Tidak
53
Berdasarkan tabel 4.7 dan diagram 4.1 di atas menunjukan perhitungan
persentase kompetensi auditor internal dari hasil kuisioner yang telah disebar
sesuai jumlah pertanyaan dan banyaknya responden yang telah dikemukakan yaitu
sebanyak 8 pertanyaan dan 60 responden, dengan jumlah 437 (91%) jawaban YA
dan jumlah 43 (9%) jawaban Tidak. Dari jawaban para responden , menunjukkan
tingkat persentase kompetensi auditor internal pada BPKP Provinsi Sultra
mencapai 91%. Dengan demikian tingkat persentase kompetensi auditor internal
pada BPKP Provinsi Sultra dikatakan sangat memadai, sehingga auditor internal
pada BPKP Provinsi Sultra memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sangat
memadai dalam pelaksanaan tugasnya.
4.2.4 Independensi Auditor pada BPKP Provinsi Sultra
Semua yang berkaitan dengan audit harus independen dan auditor harus
bebas dari intervensi dan menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan dan melaporkan hasil audit. Menolak menerima penugasan audit
jika pada saat yang sama mempunyai hubungan yang dekat dengan auditi,
melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi jika independensi atau
obyektivitas terganggu dan pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang
menghadapi gangguan terhadap konflik kepentingan serta menolak suatu
pemberian dari auditi jika dapat dipengaruhi oleh pandangan subyektif dari pihak
manapun.
Adapun distribusi jawaban indepedensi dan persentase kecenderungan
skor jawaban yang didapatkan peneliti di BPKP Provinsi Sultra sebagai berikut:
54
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban untuk Independensi
No Jawaban Jawaban Total
Pertanyaan Ya Tidak
1 60 0 60
2 60 0 60
3 60 0 60
4 56 4 60
5 55 5 60
6 54 6 60
7 60 0 60
8 60 0 60
Total 465 15 480
Sumber : Data primer diolah 2016
Persentase kecenderungan skor jawaban kuisioner adalah sebagai berikut:
Diagram 4.2
Presentase Independensi berdasarkan hasil jawaban kuisioner
Berdasarkan tabel 4.8 dan diagram 4.2 di atas, menjelaskan perhitungan
persentase independensi APIP dan auditor internal dari hasil kuisioner yang telah
disebar sesuai jumlah pertanyaan dan banyaknya responden yang telah
dikemukakan yaitu sebanyak 8 pertanyaan dan 60 responden, dengan jumlah 465
(97%) jawaban YA dan 15 (3%) jawaban Tidak. Dari jawaban para responden,
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Ya
Tidak
Persentase =
Persentase
Independensi =
= 97%
55
diketahui tingkat persentase independensi auditor internal pada BPKP Provinsi
Sultra mencapai 97%. Dengan demikian tingkat persentase independensi auditor
internal pada BPKP Provinsi Sultra dikatakan sangat memadai.
4.2.5 Integritas Auditor pada BPKP Provinsi Sultra
Kode etik IAI dan APIP, menegaskan bahwa setiap auditor harus
mempertahankan integritas yang tinggi dalam menjalankan setiap tugasnya.
Dalam mempertahankan integritas setiap auditor akan tetap mempunyai kejujuran,
komitmen, berani dan tanpa prestensi dan mempertahankan obyektifitas,
bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan tertentu maupun
kepentingan pribadinya dalam pekerjaan yang dilaksanakannya, sehingga kinerja
yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Adapun distribusi jawaban mengenai integritas dan persentase
kecenderungan skor jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Distribusi Jawaban untuk Integritas
No Jawaban Jawaban Total
Pertanyaan Ya Tidak
1 60 0 60
2 60 0 60
3 60 0 60
4 60 0 60
5 60 0 60
6 60 0 60
7 60 0 60
8 60 0 60
9 60 0 60
10 60 0 60
11 60 0 60
12 60 0 60
13 45 15 60
Total 765 15 780
Sumber : Data primer diolah 2016
56
Persentase kecenderungan skor jawaban kuisioner adalah sebagai berikut:
Diagram 4.1
Diagram 4.3
Persentase Integritas Berdasarkan Hasil Jawaban Kuisioner
Berdasarkan tabel 4.9 dan diagram 4.3 di atas, perhitungan persentase
integritas auditor internal dari hasil kuisioner yang telah disebar sesuai jumlah
pertanyaan dan banyaknya responden yang telah dikemukakan yaitu sebanyak
13 pertanyaan dan 60 responden, dengan jumlah 765 (98%) jawaban Ya dan 15
(2%) jawaban Tidak. Dari jawaban para responden, diketahui tingkat persentase
integritas auditor internal pada BPKP Provinsi Sultra mencapai 98%. Dengan
demikian tingkat persentase integritas auditor internal pada BPKP Provinsi
Sultra dikatakan sangat memadai, sehingga auditor internal pada BPKP Provinsi
Sultra memiliki moral yang baik dan sikap jujur dalam mengungkapkan temuan
audit, berani mengambil pendapat sesuai dengan fakta meskipun mengabaikan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Ya
Tidak
Persentase =
Persentase Integritas =
= 98%
57
tekanan auditi, bertanggung jawab dan bijaksana. Keempat unsur ini diperlukan
untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan yang tepat.
4.3 Pembahasan Analisis Kompetensi, Indepedensi dan Integritas Auditor
Internal pada BPKP Provinsi Sultra
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada BPKP Provinsi Sultra
maka penulis berpendapat bahwa kompetensi, independensi dan integritas yang
dimiliki auditor internal pada BPKP sangat memadai, hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian terhadap indikator yang telah diteliti. Adapun penjabarannya
sebagai berikut:
4.3.1 Kompetensi Auditor Internal pada BPKP Provinsi Sultra
Karakteristik pendidikan auditor BPKP Provinsi Sultra menunjukkan
mayoritas uditor memiliki pendidikan formal sarjana strata satu akuntansi
bahkan beberapa orang adalah lulusan pascasarjana. Dengan tingkat pendidikan
yang memadai ini menunjukkan tingkat kualitas kompetensi auditor sehingga
dengan kompetensi tersebut auditor dapat melakukan audit secara obyektif,
cermat, dan saksama. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Elfarini
(2007) bahwa auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dapat melakukan
audit secara obyektif. Sedang Harhinto (2004) menemukan bahwa dengan
pengetahuan atau kompetensi akan mempengaruhi keahlian auditor yang pada
gilirannya akan menentukan kualitas audit.
Karakteristik lama masa kerja auditor BPKP Provinsi Sultra terkait erat
dengan pengalaman yang dimiliki auditor. Separuh jumlah auditor BPKP
Provinsi Sultra memiliki masa kerja 11 samapi 40 tahun, suatu masa kerja yang
58
sangat memadai. Sejalan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
auditor menyatakan bahwa lamanya bekerja sebagai auditor membuat auditor
lebih mudah memahami masalah yang terkait dengan tugas pengawasan.
Mayangsari (2003) mengatakan bahwa auditor yang berpengalaman memiliki
keunggulan dalam hal, yaitu mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara
akurat, dan mencari penyebab kesalahan. Sedangkan Lauw Tjun Tjun (2012)
memberikan bukti empiris bahwa seseorang yang berpengalaman dalam suatu
bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya.
Semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaannya semakin akurat
dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Kurniawan
(2016) tentang kompetensi auditor BPKP Provinsi Sultra yakni mayoritas
menjawab sangat setuju bahwa auditor dalam melaksanakan tugasnya dituntut
untuk memilki pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan keterampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas, tuntutan ini bukan saja dilakukan
berdasarkan penugasan dalam seminar, lokakarya, atau pelatihan dari intansinya
melainkan juga dilakukan secara mandiri oleh auditor yang bersangkutan. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor BPKP Provinsi Sultra memegang teguh sikap dan
prinsip kompetensi.
Karakteristik pendidikan dan masa kerja (pengalaman) auditor BPKP
Provinsi Sultra ini telah selaras dengan tingkat persentase kompetensi auditor
internal pada BPKP Provinsi Sultra. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan tingkat persentase kompetensi auditor sebesar 91%. Ini
menunjukkan bahwa auditor internal BPKP Provinsi Sultra memiliki
59
kompetensi sangat memadai. Kompetensi auditor dapat dilihat dari pendidikan
formal, pengetahuan, pengalaman dengan masa kerja rata-rata cukup lama dan
kompetensi lainnya yang dimiliki. Auditor juga mempunyai Sertifikasi Jabatan
Fungsional Auditor (JFA) yang dapat menunjang kompetensi yang dimiliki dan
mempunyai pengetahuan teknis dalam bidang audit serta mengikuti pendidikan
dan pelatihan profesional berkelanjutan sehingga menunjang kompetensi auditor.
Selanjutnya, dalam menjalankan tugas dan fungsinya auditor internal pada BPKP
Provinsi Sultra telah mempunyai kompetensi yang sangat memadai sehingga
diharapkan mampu menghasilkan laporan audit yang baik dan berkualitas.
4.3.2 Independensi Auditor Internal pada BPKP Provinsi Sultra
Kode etik akuntan tahun 1994 menyatakan bahwa independensi adalah
sikap yang diharapkan dari seorang auditor. Independensi menyangkut
kemampuan untuk bertindak obyektif. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh seorang
auditor yang secara psikologis memiliki intelektual tinggi atau pendidikan tinggi
yang telah dimiliki mayoritas auditor BPKP Provinsi Sultra.
Arens dan Loebbecke (1996) mengatakan independensi adalah sikap tidak
memihak di dalam menyelenggarakan pengujian audit, evaluasi hasil
pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sikap ini terbentuk dalam dua sudut
pandang yaitu pertama independensi dalam kenyataan berarti auditor menjaga
sikap tidak memihak dalam melaksanakan pemeriksaan, dan kedua independensi
dalam penampilan berarti auditor bersikap tidak memihak menurut persepsi
pemakai laporan keuangan. Hasil jawaban responden atas item pertanyaan bahwa
auditor bersikap netral dan tidak bias menunjukkan bahwa semua responden
menjawab Ya, berarti auditor sangat menjunjung tinggi sikap ini, dan pada item
60
pertanyaan bahwa jika independensi atau obyektivitas terganggu baik secara fakta
maupun secara penampilan maka auditor melaporkan kepada pimpinan APIP,
mayoritas responden pada item ini menjawab Ya, ini menunjukkan bahwa
mayoritas auditor BPKP Provinsi Sultra menjunjung tinggi sikap independensi
dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.
Hasil penelitian Kurniawan (2016) pada indikator obyektivitas auditor
BPKP Provinsi Sultra, mayoritas responden menjawab sangat setuju dengan sikap
ini. Hal ini menunjukkan bahwa auditor BPKP Provinsi Sultra memegang teguh
sikap dan prisip obyektivitas yang harus dimilki oleh seorang auditor, hal mana
telah sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan ini.
Secara keseluruhan tingkat persentase independensi auditor internal
BPKP Provinsi Sultra dari hasil penelitian ini menunjukkan tingkat persentase
sebesar 97%. Hal ini menunjukkan independensi auditor sangat memadai. Auditor
dalam melaksanakan tugasnya sangat independen. Hal ini dapat dilihat dalam
melaksanakan tugasnya auditor bebas dari intervensi dan menghindari konflik
kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan hasil audit.
Memiliki sikap netral dan tidak bias. Menolak menerima penugasan audit jika
pada saat yang sama mempunyai hubungan yang dekat dengan auditi,
melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi jika independensi atau
obyektivitas terganggu dan pimpinan APIP menggantikan auditor yang
menghadapi gangguan terhadap konflik kepentingan serta auditor menolak suatu
pemberian dari auditi jika dapat dipengaruhi oleh pandangan subyektif dari pihak
manapun. Dengan demikian auditor bekerja secara objektif dengan menyimpulkan
temuan berdasarkan bukti yang relevan dan akurat.
61
Independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan
aktivitas audit intern. Independensi dan obyektivitas auditor BPKP Provinsi Sultra
sangat tinggi dan sangat memadai juga karena didukung pimpinan APIP atau
BPKP yang memiliki akses langsung dan tak terbatas kepada atasan pimpinan
APIP atau BPKP bertanggungjawab langsung kepada Presiden RI, untuk
mencapai tingkat independensi yang diperlukan dalam melaksanakan tanggung
jawab aktivitas audit intern secara efektif. Ancaman independensi ini dikelola
pada tingkat individu auditor. Dengan demikian, auditor BPKP Provinsi Sultra
bebas dari pengaruh atau tekanan dari pihak manapun dalam membuat keputusan.
Keputusan tersebut dibuat dengan mengabaikan kepentingan pribadi, kelompok
dan pihak manapun, tetapi berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Independensi ini dapat tercapai juga karena didukung oleh moral atau integritas
auditor BPKP Provinsi Sultra yang sangat memadai, hal ini dapat dilihat pada
pembahasan selanjutnya.
4.3.3 Integiritas Auditor Internal pada BPKP Provinsi Sultra
Kriteria auditor sesuai Permenpan No: Per/04/M.Pan/03/2008 adalah
auditor harus memiliki integritas yaitu dengan memiliki kepribadian yang
dilandasi oleh unsur berani, jujur, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk
membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan
yang andal. Hasil penelitian pada indikator keberanian ini menunjukkan bahwa
semua responden menjawab Ya pada item (1,2, dan 3) pertanyaan bahwa auditor
tidak takut dari intimidasi dan tidak tunduk karena tekanan yang dilakukan oleh
orang lain guna mempengaruhi sikap dan pendapatnya; auditor memiliki rasa
percaya diri yang besar dalam menghadapi berbagai kesulitan; dan auditor tetap
62
mengungkapkan semua hasil audit yang sebenarnya, walaupun ada tekanan dari
pihak lain.
Dalam memenuhi kewajiban atas aturan perilaku melaksanakan tugasnya
secara jujur, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menjawab Ya
pada item pertanyaan bahwa auditor meyakini dalam pekerjaan, kejujuran akan
bermanfaat dalam jangka panjang; auditor menolak menerima fasilitas dalam
bentuk apapun yang bukan haknya; dan auditor tidak membenarkan tindakan yang
melanggar hukum, yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang atau suatu unit
organisasi termasuk objek pemeriksaannya sendiri. Jadi dalam hal ini auditor telah
berperilaku jujur dengan tindakan dan sikap terpuji.
Dalam memenuhi perilaku bertanggung jawab sebagai auditor yang dapat
dipercaya guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal
tercermin dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua responden
menjawab Ya pada item pertanyaan bahwa dalam pelaksanaan audit, auditor
mempertimbangkan kepentingan negara; dan auditor benar-benar menjalankan
pemeriksaan berdasarkan peraturan dan prosedur yang ditetapkan walaupun tidak
diawasi.
Sedangkan dalam memenuhi kewajiban mematuhi perilaku bijaksana
sebagai auditor tercermin dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua
responden menjawab Ya pada item pertanyaan bahwa auditor dalam
melaksanakan tugas, auditor selalu mempertimbangkan permasalahan berikut
akibat-akibatnya dengan seksama; dan auditor mengemukakan kelemahan dan
saran perbaikan yang dianggap benar dan tidak merugikan objek pemeriksaan.
63
Untuk memenuhi kewajiban aturan perilaku teliti dalam melaksanakan
tugas audit investigasi tercermin dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden menjawab Ya pada item pertanyaan bahwa auditor dalam
audit investigasi ketelitian auditor sangat diperlukan agar dokumen hasil
pemeriksaan tidak mudah dianulir tersangka; dan auditor selalu mengungkapkan
semua fakta-fakta yang diketahuinya selama pemeriksaan, dalam batasan
kerahasiaan objek pemeriksaan. Dengan demikian auditor BPKP Provinsi Sultra
telah menunjukkan dan memiliki integritas yaitu dengan memiliki kepribadian
yang dilandasi perilaku berani, jujur, bijaksana dan teliti serta bertanggung jawab,
menunjukkan kesetiaan kepada profesi dan organisasi, mematuhi peraturan
perundang-undangan, menjaga citra, tidak menjadi bagian kegiatan ilegal yang
dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi.
Selaras dengan penelitian ini, hasil penelitian Kurniawan (2015) pada
indikator integritas menunjukkan bahwa mayoritas menjawab setuju dan sangat
setuju pada item pernyataan Integritas yang menjelaskan bahwa auditor dituntut
untuk memiliki kepribadian yang dilandasi sikap jujur, berani, bijaksana dan
bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang handal. Hal ini menunjukkan bahwa BPKP Provinsi
Sultara memegang teguh sikap dan prinsip integritas dalam melaksanakan setiap
penugasannya.
Pada penelitian ini secara keseluruhan tingkat persentase integritas auditor
internal pada BPKP Provinsi Sultra dengan indikatornya yakni berani, jujur,
tanggung jawab, bijaksana, dan teliti menunjukkan tingkat persentase sebesar
98%. Hal ini menunjukkan auditor BPKP Provinsi Sultra mempunyai integritas
64
sangat memadai. Maka dapat dilihat dalam menjalankan tugasnya auditor tidak
takut dari intimidasi dan tidak tunduk karena tekanan yang dilakukan orang lain,
menolak menerima fasilitas dalam bentuk apapun yang bukan haknya, tidak
membenarkan tindakan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh seseorang,
mengungkapkan semua fakta-fakta yang diketahuinya dalam batasan kerahasiaan
obyek pemeriksaan, dan teliti dalam audit investigasi agar dokumen tidak mudah
dianulir tersangka serta menjalankan pemeriksaan berdasarkan peraturan dan
prosedur yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan kepentingan negara.
Dengan demikian auditor BPKP Provinsi Sultra telah memiliki integritas yang
merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
dalam melaksanakan tugas bagi auditor dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya.
Hasil penelitian ini diperoleh melalui kuisioner yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan erat dengan kompetensi, indepedensi dan integritas
auditor internal pada BPKP Provinsi Sultra sebagai berikut:
Tabel 4.10
Perhitungan Kompetensi, Indenpedensi dan Integiritas Auditor Internal
pada BPKP Provinsi Sultra Berdasarkan Hasil Jawaban Kuisioner Semua
Variabel
Variabel Jawaban Jawaban Jumlah
Ya Tidak Jawaban
Kompetensi 437 43 480
Independensi 465 15 480
Integritas 765 15 780
Jumlah 1667 73 1740
Sumber : Data primer diolah 2016
65
Diagram 4.4
Persentase Kompetensi, Indenpedensi dan Ingteiritas Auditor Internal
BPKP Sultra Berdasarkan Hasil Jawaban Kuisioner Semua Variabel
Berdasarkan tabel 4.10 dan diagram 4.4 di atas, perhitungan persentase
hasil jawaban kuisioner dari semua variabel kompetensi, independensi dan
integritas auditor internal pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Provinsi Sulawesi Tenggara dari kuisioner yang disebar sesuai jumlah
pertanyaan dan banyaknya responden yang telah dikemukakan ada 1667 atau
95,80% jawaban Ya dan 73 atau 4,20% jawaban Tidak, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi, independensi dan integritas auditor internal pada Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara sangat memadai. Hal
ini terbukti dari hasil pengujian dengan perolehan nilainya 96%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Kompetensi, Independensi, dan Integritas Auditor
Internal Pada BPKP Prov. Sultra
Ya
Tidak
Persentase =
Persentase =
= 95.80%
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat
disimpulkan bahwa auditor internal pada BPKP Provinsi Sultra telah memiliki
kompetensi, indepedensi dan integritas yang sangat baik. Hal ini terbukti dengan
hasil jawaban kuisioner dari 60 responden yaitu dengan nilai 94% yang berarti
kompetensi, indepedensi dan integritas auditor internal pada BPKP Provinsi Sultra
sangat memadai.
5.2 Saran
Setelah mengadakan penelitian dan pembahasan maka penulis
menganjurkan saran perbaikan yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dan masukan bagi auditor internal BPKP Provinsi Sultra dan
selanjutnya saran dan masukanya sebagai berikut:
1. Auditor internal pada BPKP Provinsi Sultra seharusnya terus
mengikuti/mengadakan pelatihan-pelatihan pengauditan secara berkelanjutan
sehingga mampu menjawab tantangan perkembangan dalam permasalahan
audit.
2. Auditor internal pada BPKP Provinsi Sultra seharusnya dalam melakukan
pengauditan terus berhati-hati dan mengutamakan ketelitian sehingga apa
yang dihasilkan dalam suatu pengauditan tidak mudah dianulir.
3. Untuk mempertajam pengkajian suatu permasalahan dalam hal menilai
kompetensi, independensi dan integritas auditor dalam pengauditan,
67
penelitian ini masih perlu dilakukan kembali dengan berbagai metode
penelitian yang lain.
4. Dalam hal penelitian selanjutnya yang membahas mengenai permasalahan
kompetensi, independensi dan integritas auditor dalam pengauditan,
disarankan juga mempertimbangkan berbagai macam standar pengauditan
sehingga hasil yang dicapai dapat menjadi rujukan perbaikan kualitas auditor.
5. Penelitian selanjutnya, dapat dilakukan dengan paradigma lain.
68
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A. and J. K. Loebbecke. 1996. Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu.
Terjemahan oleh Amir Abadi Jusuf. Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat.
Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.
Departemen Pendidikan Nasional. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Dwi Rahmawati. 2016. Analisis Profesionalisme Auditor Internal pada
Inspektorat Kota Kendari
Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Gusti Ngurah Rai. (2008). Audit Kinerja Sektor Publik; Konsep, Praktik, Studi
Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Haryono, Jusup. (2001). Auditing (Pengauditan). Yogyakarta : STIE YKPN.
Harhinto, Teguh. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas
Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis. MAKSI :
Universitas Diponegoro.
Instruksi Presiden. Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Peningkatan Kualitas Sistem
Pengendalian Intern, Menkumham RI. Jakarta.
Kasidi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Tesis.
Semarang: Program Pascasarjana Magister Sains Akuntansi, Universitas
Diponegoro.
Khairiah, Syafina. 2009. Pengaruh Profesionalime dan Pengalaman Auditor BPK
Perwakilan Provinsi Sumatra Utara terhadap Tingkat Materialitas dalam
Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah. Tesis USU.
Kisnawati, Baiq. 2012. Pengaruh Kompetisi, Independensi, dan Etika terhadap
Kualitas Auditor (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di Inspektorat
Kabupaten dan Kota Se-Pulau Lombok). Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan.
Vol. 8 No. 3 November 2012 Hal 159-169.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga
Kurniawan Harminsyah. 2016. Pengaruh Etika Profesi dan Kecerdasan Spiritual
Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi empiris pada BPKP Provisi Sultra.
Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan terhadap Kompetensi dan Independensi
Akuntan Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi,
Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005 Hal 85-97.
69
Lauw Tjun Tjun, Elyzabet I. M., dan Santy Setiawan. 2012. Pengaruh
Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal
Akuntansi. Bandung: Program Studi Akuntansi, Universitas Kristen
Maranatha.
Munawir H.S. 1999. Auditing Modern. Buku 1. Yogyakarta : BPFE.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Jakarta : Salemba Empat.
Murtanto dan Gudono. 1999. Identifikasi Karakteristik-Karakteristik Audit
Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan
Auditing 2 (1) Januari.
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap
Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia Vol.6 No.1 (Januari).
Najib, Ayu Dewi Riharna. 2013. Pengaruh Keahlian, Independensi, dan Etika
terhadap Kualitas Audit. Studi pada Auditir Pemerintah di BPKP
Perwakilan Provinsi Sul-Sel
Nasution, S. 2003. Metode Research. (Penelitian Ilmiah). Penerbit Bumi Aksara.
Jakarta.
Peraturan Pemerintah RI. Nomor 60. 2008. Tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. Jakarta
Peraturan Presiden RI. Nomor 192. 2014. Tentang Badan Pemeriksa Keuangan
dan Pembangunan. Jakarta : Menkumham RI.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. 2008. Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. 2008. Kode Etik Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah.
Pusdiklatwas BPKP. 2009. Integritas Aditor. Jakarta
Soegiastuti, Janti. 2005. Persepsi Masyarakat Terhadap Independensi Auditor
Dalam Penampilan (Studi Empiris Pada Analis Kredit BKK Jawa
Tengah). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi UNDIP.
Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sukriah, Ika. Akram dan Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan. Palembang :SNA XII
70
Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Edisi Pertama. Kendari:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Halu Oleo.
http://www.bpkp.go.id. Diakses pada 28 Februari 2016 pukul 14.44 wita.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34816. Diakses pada tanggal 4 Mei 2015
pukul 11.49 wita.
Nartocalonlegislator.blogspot.co.id
http://news.detik.com/read/2013/07/25/190845/2314690/10/auditor-bpkp-akui-
terima-duit-dari-kemendikbud (Kasus Pelanggaran Etika Profesi Auditor BPKP)
Sultrakini.com.selasa,12 april 2016.08:52
ww1.sultrakini.com
http:/www.bpk.go.id.
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK VARIABEL KOMPETENSI, INTEGRITAS, DAN
INDEPENDENSI AUDITOR INTERNAL
Berilah tanda centang pada jawaban “YA”dan “TIDAK”. Yang menurut bapak/ibu sesuai atau paling tepat
N
o Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
KOMPETENSI
1. Apakah pimpinan BPKP/APIP mempersyaratkan auditor memiliki pendidikan formal S1?
2. Apakah saudara memahami Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP)?
3. Apakah lamanya bekerja sebagai auditor membuat auditor lebih mudah memahami
masalah?
4. Apakah saudara telah mengikuti pelatihan/ bimbingan teknis di bidang auditing?
5.
Apakah saudara mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) ?
6. Sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan perubahan yang terjadi, apakah
peningkatan pengetahuan dan keterampilan Auditor sangat mutlak diperlukan?
7. Apakah pendidikan dan pelatihan audit yang dimiliki auditor memadai untuk mengungkap kecurangan?
8. Apakah pelatihan audit yang dimiliki auditor memadai untuk menjamin kualitas audit?
N
o Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
Independensi
1. Apakah auditor bebas dari intervensi dan mendapat dukungan dari pimpinan
tertinggi?
2. Apakah auditor harus memiliki sikap netral dan tidak bias?
3. Apakah auditor menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan hasil audit?
4. Apakah auditor menolak menerima penugasan audit jika pada saat yang sama
mempunyai hubungan yang dekat dengan auditi seperti hubungan 1 social,
kekeluargaan atau hubungan lainnya.?
5. Apakah auditor melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi jika
independensi atau obyektivitas terganggu baik secara fakta maupun penampilan?
6. Apakah pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang menghadapi
gangguan terhadap konflik kepentingan?
7. Apakah auditor selalu menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan
keputusan maupun pertimbangan profesionalnya?
8. Apakah auditor tidak dapat dipengaruhi oleh pandangan subyektif dari pihak
manapun yang berkepentingan?
N
o Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
INTEGRITAS
a. Berani
1. Apakah auditor tidak takut dari intimidasi dan tidak tunduk karena tekanan
yang dilakukan oleh orang lain guna mempengaruhi sikap dan pendapatnya?
2. Apakah auditor harus memiliki rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi
berbagai kesulitan?
3. Apakah auditor tetap mengungkapkan semua hasil audit yang sebenarnya,
walaupun ada tekanan dari pihak lain?
b. Jujur
4. Dalam pekerjaan, apakah kejujuran akan bermanfaat dalam jangka panjang?
5. Apakah auditor menolak menerima fasilitas dalam bentuk apapun yang bukan
haknya?
6. Apakah auditor tidak membenarkan tindakan yang melanggar hukum, yang dilakukan
oleh seseorang/sekelompok orang atau suatu unit organisasi termasuk objek
pemeriksaannya sendiri?
c. Tanggung Jawab
7. Dalam pelaksanaan audit, apakah auditor mempertimbangkan kepentingan
negara?
8. Apakah auditor benar-benar menjalankan pemeriksaan berdasarkan peraturan
dan prosedur yang ditetapkan walaupun tidak diawasi ?
d. Bijaksana
9. Apakah auditor selalu mempertimbangkan permasalahan berikut akibat-
akibatnya dengan seksama?
10. Apakah integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi auditor dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya?
11. Apakah auditor mengemukakan kelemahan dan saran perbaikan yang dianggap
benar dan tidak merugikan objek pemeriksaan?
d. Teliti.
12. Apakah dalam audit investigasi ketelitian auditor sangat diperlukan agar
dokumen hasil pemeriksaan tidak mudah dianulir tersangka?
13. Apakah auditor selalu mengungkapkan semua fakta-fakta yang diketahuinya
selama pemeriksaan, dalam batasan kerahasiaan objek pemeriksaan?
Recommended