Upload
tranhanh
View
307
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN ANTARA USAHATANI PADI
SAWAH DENGAN INDUSTRI KECIL BATU BATA DI DESA ABENGGI
KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN
SKRIPSI
Oleh:
MUSTIKA NIM. D1A1 12 005
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2 0 1 6
ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN ANTARA USAHATANI PADI
SAWAH DENGAN INDUSTRI KECIL BATU BATA DI DESA ABENGGI
KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakutas Pertanian
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi pada Jurusan Agribisnis
Oleh:
MUSTIKA
NIM. D1A1 12 005
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2 0 1 6
v
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA
SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA
MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Mei 2016
MUSTIKA
D1A1 12 005
vi
vii
viii
ABSTRAK
Mustika (D1A1 12 005). Analisis Perbedaan Pendapatan antara Usahatani
Padi Sawah dengan Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan. Dibawah bimbingan H. Saediman dan La Nalefo.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pendapatan pada usahatani
padi sawah dan industri kecil batu bata, dan (2) menganalisis perbedaan
pendapatan antara usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata di Desa
Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Populasi penelitian ini
adalah seluruh petani padi sawah dan pengusaha industri kecil batu bata di Desa
Abenggi. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling yang
digunakan untuk memilih 19 petani padi sawah dan 19 pengusaha batu bata. Data
dianalisis menggunakan analisis pendapatan yaitu, I = TR-TC dan analisis perbedaan
pendapatan dengan statistik uji beda rata-rata (compare means). Metode yang
digunakan adalah independent sample t-test. Hasil penelitian ini adalah (1) rata-rata
pendapatan pada usahatani padi sawah yaitu sebesar Rp8.291.280,00 dalam satu
kali siklus produksi (4 bulan) dan pendapatan pada industri kecil batu bata yaitu
sebesar Rp9.290.428,00 dalam dua kali siklus produksi yang diukur pada rentang
waktu yang sama, dan (2) pendapatan pada usahatani padi sawah dan industri
kecil batu bata adalah tidak berbeda nyata, dengan t hitung = 0,082 kurang dari (<) t
Tabel = 2,028 pada taraf kepercayaan 95%.
Kata Kunci: Pendapatan, perbedaan, usahatani padi sawah, industri kecil batu bata
ix
ABSTRACT
Mustika (D1A1 12 005). Analysis of the Difference of Income between
Rice Farm and Small-Scale Brick Making Enterprise in Abenggi village Landono
subdistrict Konawe Selatan district. Under the supervision of H. Saediman and
La Nalefo.
This study aimed to (1) analyze income of rice farm and small-scale brick
making enterprise, (2) analyze difference of income between rice farm and small-
scale brick making in Abenggi village Landono subdistrict Konawe Selatan
district. Population for this study include all rice farmers and small-scale brick
making owner-operator in Abenggi village. Simple random sampling was used to
select 19 rice farmers and 19 brick making owner-operator. Data were analyzed
using income analysis namely I = TR – TC, and analysis of income difference with
independent sample t-test. Research results are as follows (1) average rice farm
income is IDR8,291,280.00 in one planting season (4 months) and average
income from small-scale brick-making is IDR9,290,428.00 in two production
cycles (4 months), and (2) the difference of income from rice farming and small-
scale brick making is not statistically significant, with t observed = 0.082 less than
(<) t table = 2.028 at the confidence level of 95%.
Keywords: Income, difference, rice farm, brick making
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi hingga dalam wujud
sekarang ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu‟ Alaihi Wasallam serta para keluarga dan sahabat Beliau
yang merupakan suri tauladan bagi seluruh ummat manusia.
Ucapan terima kasih dengan bangga penulis persembahkan kepada orang
tua, Bapak La Daefe dan Ibu Wa Sanuwia yang telah membesarkan, menyayangi
dan mencintai, mendukung, memotivasi, memfasilitasi, dan mengontrol serta
senantiasa mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan studi penulis. Semoga
Allah SWT membalas segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan.
Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghormatan kepada pembimbing, yaitu Ir. H. Saediman, M.Agr.,Ph.D dan
Dr. Ir. La Nalefo, MS yang telah sabar, tekun, dan tulus dalam membimbing,
mengarahkan, mendidik serta memotivasi dalam penyusunan skripsi penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:
1. Rektor Universitas Halu Oleo, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu
Oleo, Pengelola Jurusan/Program Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo
beserta staf, Dosen di lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang
xi
telah memberikan kesempatan belajar bagi penulis, dan dukungan sarana dan
prasarana dalam kelancaran proses kuliah.
2. Dosen pengajar pada Jurusan/Program Studi Agribisnis yang telah berperan
dalam proses pembelajaran dan pembentukan pola pikir penulis.
3. Bapak Awaluddin Hamzah, S.P.,M.Si selaku Penasehat Akademik pertama
dan Ir. H. Saediman, M.Agr.,Ph.D selaku Penasehat Akademik kedua selama
penulis mengikuti pendidikan pada Fakultas Pertanian UHO.
4. Seluruh dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan
pada saat pelaksanaan seminar proposal sampai pada ujian skripsi.
5. Pegawai administrasi Jurusan Agribisnis, Pegawai administrasi Fakultas
Pertanian, Laboratorium dan Perpustakaan atas bantuan dan kelancaran
urusan admnistrasi yang mendukung penulis selama masa pendidikan.
6. Keluarga Bapak Kepala Desa Abenggi, dan semua masyarakat Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan khususnya adik-adik di
SDN 1 Landono yang telah membantu, melayani dengan baik dan
memberikan informasi selama peneliti melakukan kegiatan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) dan selama peneliti melakukan kegiatan penelitian di lokasi.
7. Adik tercinta Siman, Tarwan, Sulaeman dan Ikram atas kasih sayang,
dukungan, motivasi, doa dan inspirasinya.
8. Nenek terkasih dan tersayang Wa Anta, tante Saia, tante Runi sekaligus
sebagai kaka penulis, mamanya Imin, sepupu Amrin Fakri, Marini, dan Asri,
sepupu Asma, S.Pd dan Desti yang seperjuangan di Kendari terima kasih atas
bantuan, dukungan dan doanya.
xii
9. Ibu tercinta Narni, S.Pi selaku orang tua kedua penulis atas kasih sayang,
motivasi, dukungan, doa dan bantuan moriil dan material.
10. Bapak Nur Ramadhan, S.H., M.H dan Ibu Andi Erni sebagai orang tua wali
penulis selama mengikuti proses perkuliahan yang telah banyak memberikan
bantuan naungan tempat tinggal, fasilitas dan bantuan material serta adik
Andi Muh. Risky Naufaldi dan Andi Deni atas bantuannya.
11. Sahabat seperjuangan penulis yang selalu ada disaat susah maupun senang
yaitu: Nur Tani, Lukman Inta, All Munir, La Ode Dawid S.P., dan La Bai
S.P., terima kasih atas segala doa, bantuan dan pengorbanan kalian semoga
Allah SWT membalas dengan ganjaran yang lebih baik.
12. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis kelas A: Mulianton, Wana Rukmana,
Wa Ode Herlianti Astuti, Riski Amaliah, Israwati, Risna, Hasnawati Sarfan,
Minartin, Amrin Aksa, Dina Rachmayanti, Ika Ririn Martin, Syamsiah, Indri
Sulfianatasari, Ayu Ansyari, Awwal R. Hartono, Hardianti, Bayu Prasetyo
Aji, Tafahudin, Hardiman Arif, Irma Sapta Pratiwi, Rizal Endriansyah,
Armansyah, Abdul Hamid, Ifan, dan Maria T. Sarigana yang selalu
mendukung, menyemangati, dan membantu.
13. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis Angkatan 2012 terkhusus Agribisnis
PPM yaitu: LM Arjuna Ruslan, Trisnawati Baso, Syamsudin, Derman,
Dermawansa, Ahmad Sedi, Rudi Hartono, Dian Parawansa, Gede Suadyana,
Yusriadin S.P., Muh. Yakup S.P., La Ode Abdul Asis Hasidu S.P., Kiki
Puspita, Agus Ari Artanto, Usti, La Wawar, La Ode Halfin, Daud, Reski,
Novia Ningsi, Rosnawati Abas, Nurti Hidaya, Putri Jenang, Sandra Dewi,
xiii
Pusrawati dan Fadli, serta teman-teman dari SET Tambang: La Yoreni, Ardi,
LD. Firman Yadi, Untung, LD. Hasri dan lainnya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah mendukung, menyemangati dan membantu.
14. Teman dan sahabat organisasi LDK Ulul Albaab dan LDF Raudhatul „Ilmi
UHO WD. Asriani dan Ilian Elvira, serta terkhusus kepada murabbiyah dan
murattilah penulis.
15. Pengurus Mahasiswa Bidikmisi UHO, Asrama Ibnu Sina UHO dan teman-
teman mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi angakatan 2012 UHO.
Penulis hanya bisa berdoa agar semua amal dan kebaikan yang telah
diberikan dalam penyelesaian studi penulis diganjar dengan kebaikan yang lebih
baik dari sisi Allah SWT. Amin. Penulis menyadari dalam skripsi yang disusun
penulis masih memiliki kekurangan dan kelemahan sehingga bimbingan dan
arahan sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan informasi dan ingin
meningkatkan pemahamannya.
Wa Alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakaatuh
Kendari, Mei 2016
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Usahatani Padi Sawah ............................................................................. 7
A.1 Gambaran Umum Tentang Padi Sawah ........................................... 7
A.2 Teknik Budidaya Padi Sawah ........................................................... 8
A.3 Pengertian Usahatani ........................................................................ 10
A.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usahatani Padi Sawah .............. 12
B. Industri Kecil Batu Bata .......................................................................... 14
B.1 Pengertian Industri Kecil .................................................................. 14
B.2 Produk Batu Bata .............................................................................. 16
B.3 Proses Produksi Batu Bata ................................................................ 18
B.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Industri Kecil Batu Bata ........... 26
C. Konsep Harga (Price) .............................................................................. 28
D. Konsep Biaya (Cost) ............................................................................... 29
D.1 Biaya Usahatani Padi Sawah ............................................................ 30
D.2 Biaya Industri Kecil Batu Bata ......................................................... 31
E. Konsep Modal ......................................................................................... 32
F. Konsep Penerimaan (Revenue) ................................................................ 33
G. Konsep Pendapatan (Income) .................................................................. 34
H. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 37
I. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................ 43
J. Hipotesis .................................................................................................. 48
xv
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu .................................................................................... 49
B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 49
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 50
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 51
E. Variabel Penelitian ................................................................................. 51
F. Analisis Data .......................................................................................... 51
G. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 53
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 56
A.1 Letak dan Batas Wilayah .................................................................. 56
A.2 Keadaan Iklim dan Topografi ........................................................... 56
A.3 Luas Wilayah dan Tataguna Lahan .................................................. 58
A.4 Keadaan Demografi .......................................................................... 59
B. Identitas Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil
Batu Bata ................................................................................................. 64
B.1 Keadaan Responden Menurut Umur ................................................ 65
B.2 Tingkat Pendidikan Formal .............................................................. 66
B.3 Jumlah Tanggungan Keluarga .......................................................... 68
B.4 Pengalaman Berusaha ....................................................................... 70
C. Karakteristik Usaha ................................................................................. 73
C.1 Luas Lahan ....................................................................................... 73
C.2 Biaya Usaha (Cost ) .......................................................................... 75
C.3 Penerimaan (Revenue) ...................................................................... 81
C.4 Pendapatan (Income) ........................................................................ 83
D. Analisis Perbedaan Pendapatan ............................................................... 84
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 87
B. Saran ....................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN ...................................................................................................... 92
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas Lahan, Produksi dan Produktifitas Tanaman Pangan Menurut Jenis
Tanaman di Kecamatan Landono Tahun 2014 .............................................. 2
2. Luas Wilayah dan Tataguna Lahan di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ....................................................... 58
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa
Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ...... 59
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ........................................ 61
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ..................... 62
6. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sosial - Ekonomi di Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ..................... 63
7. Distribusi Responden Usahatani Padi sawah dan Industri Kecil Batu Bata
Berdasarkan Golongan Umur di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ....................................................... 66
8. Distribusi Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Abenggi kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ........................................ 67
9. Distribusi Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata
Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ........................................ 69
10. Distribusi Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata
Berdasarkan Pengalaman Berusaha di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ....................................................... 71
11. Rata-rata Identitas Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil
Batu Bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2016 .................................................................................................... 72
12. Keadaan Responden Petani Padi Sawah dan Pengusaha Batu Bata Berdasarkan
Luas Lahan di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe
Selatan Tahun 2016 ........................................................................................ 74
xvii
13. Rata-rata Biaya Variabel yang Digunakan Responden dalam Usahatani Padi
Sawah dan Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ....................................................... 76
14. Rata-rata Biaya Tetap yang Digunakan Responden Usahatani Padi Sawah
dan Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ....................................................... 79
15. Rata-rata Biaya Total yang Digunakan Responden Usahatani Padi Sawah dan
dan Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi Kecematan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ....................................................... 81
16. Rata-rata Produksi, Rata-rata Harga dan Rata-rata Penerimaan Responden
Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe selatan Tahun 2016 ..................... 82
17. Rata-rata Penerimaan, Rata-rata Biaya dan Rata-rata Pendapatan Responden
Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016 ..................... 83
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................ 47
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Riwayat Hidup Penulis ................................................................................... 93
2. Identitas Responden: Umur, Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga,
Pengalaman Berusahatani, dan Luas Lahan .................................................. 94
3. Biaya Variabel: Tenaga Kerja Upah pada Usahatani Padi Sawah Selama
Satu Siklus Produksi (4 Bulan) ..................................................................... 95
4. Biaya Variabel: Benih dan Pupuk pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu
Siklus Produksi (4 Bulan) ............................................................................... 96
5. Biaya Variabel: Pestisida pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus
Produksi (4 Bulan) .......................................................................................... 97
6. Biaya Variabel: Herbisida pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus
Produksi (4 Bulan) .......................................................................................... 98
7. Total Biaya Variabel pada Usahatani Padi Sawah Per Siklus Produksi
(4 Bulan) ......................................................................................................... 99
8. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Cangkul dan Sprayer pada Usahatani Padi
Sawah Per Siklus Produksi (4 Bulan) ............................................................. 100
9. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Sabit dan Traktor pada Usahatani Padi
Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan) .............................................. 101
10. Total Biaya Tetap: Total Biaya Penyusutan Alat dan Pajak pada Usahatani
Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan) .................................... 102
11. Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu
Kali Siklus Produksi (4 bulan) ....................................................................... 103
12. Penerimaan pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi
(4 Bulan) ......................................................................................................... 104
13. Pendapatan pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi
(4 Bulan) ......................................................................................................... 105
14. Identitas Responden: Umur, Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga,
Pengalaman Berusaha, Tenaga Kerja yang Diupah, dan Luas Lahan ............ 106
15. Biaya Variabel: Pengusahaan Batu Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan) .... 107
xx
16. Biaya Tetap: Penyusutan Bangunan/Bangsal pada Industri Kecil Batu Bata
Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan) ..................................................................... 108
17. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Cangkul dan Sekop pada Industri Kecil Batu
Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan) ............................................................. 109
18. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Ember dan Cetakan pada Industri Kecil
Batu Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan) .................................................... 110
19. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Papan dan Pemotong pada Industri Kecil
Batu Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan) .................................................... 111
20. Total Biaya: Penyusutan Bangunan dan Alat pada Industri Kecil Batu Bata
Selama Dua Siklus produksi (4 Bulan) ........................................................ 112
21. Biaya Tetap: Sewa Pompa Air, Listrik, Pajak dan Tenaga Kerja Keluarga
pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua Siklus Produksi (4 Bulan) .......... 113
22. Total Biaya Tetap pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua Siklus
Produksi (4 Bulan) .......................................................................................... 114
23. Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua
Kali Siklus Produksi (4 Bulan) ....................................................................... 115
24. Penerimaan pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua Siklus Produksi
(4 Bulan) ......................................................................................................... 116
25. Pendapatan pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua Siklus Produksi
(4 Bulan) ........................................................................................................ 117
26. Analisis Perbedaan Pendapatan antara Usahatani Padi Sawah dengan
Industri kecil Batu Bata .................................................................................. 118
27. T-Tabel .............................................................................................................. 122
28. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 127
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia yang
mempunyai prospek cerah guna menambah pendapatan para petani. Hal tersebut
dapat memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk lebih mengembangkan dan
meningkatkan produksinya dengan harapan agar pada saat panen dapat
memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya. Agar
memperoleh pendapatan yang memuaskan petani, maka petani dituntut
kecermatannya dalam mempelajari perkembangan harga sebagai solusi dalam
menentukan pilihan, apakah ia memutuskan untuk menjual atau menahan hasil
produksinya. Namun bagi petani yang secara umumnya menggantungkan
hidupnya dari bertani, maka mereka senantiasa tidak memiliki kemampuan untuk
menahan hasil panen kecuali sekedar untuk konsumsi sehari-hari dan membayar
biaya produksi yang telah dikeluarkan.
Kecamatan Landono merupakan salah satu sentra produksi padi di
Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah produksi sebesar 1.488 ton yang
memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas (397 Ha) khususnya untuk
pengembangan tanaman padi sawah. Hasil yang diproduksi biasanya untuk
dikonsumsi sebagai bahan pangan dan ada pula yang dijual dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Besar kecilnya pendapatan usahatani padi
sawah yang diterima oleh petani dipengaruhi oleh penerimaan dan biaya produksi
(BPS Kecamatan Landono, 2014).
2
Perkembangan luas panen tanaman bahan makanan selama tahun 2009-
2014 di Kecamatan Landono adalah padi tercatat sebesar 601 Ha, ubi kayu 115
Ha, ubi jalar 15 Ha, kacang tanah 10 Ha (BPS Kecamatan Landono, 2014).
Kecamatan Landono menjadikan padi sawah sebagai mata pencaharian utama
mereka, ini dapat dilihat dari hasil produksi mereka yang meningkat meskipun
lahan pertanian juga semakin berkurang seiring berkembangnya sektor
pertambangan terutama tambang batu bara di wilayah ini. Jumlah produksi
tanaman pangan di Kecamatan Landono dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan menurut Jenis
Tanaman di Kecamatan Landono Tahun 2014
Jenis Tanaman Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kw/Ha)
1. Padi
1.1. Padi sawah
1.2. Padi ladang
211
186
949,5
539,4
45
29
2. Jagung 59 212,4 36
3. Ubi kayu 32 598,4 187
4. Ubi jalar 6 54 90
5. Kacang tanah 4 13,2 33
6. Kacang kedelai 147 191,1 13
7. Kacang hijau 16 11,2 7
Sumber : BPS Kecamatan Landono, 2014
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa tanaman padi khususnya padi
sawah merupakan jenis tanaman pangan yang memiliki jumlah produksi terbesar
di Kecamatan Landono yaitu sebesar 949,5 ton dengan luas areal tanam yaitu 211
Ha.
Desa Abenggi adalah salah satu daerah transmigrasi di Kecamatan
Landono yang datang pada Tahun 1972 dengan komposisi masyarakat yang
didominasi oleh Etnis Jawa dan Sunda. Masyarakat Desa Abenggi bergantung
3
pada sumberdaya pertanian sebagai sumber pendapatannya khususnya padi
sawah. Usahatani padi sawah telah menjadi budaya (culture) masyarakat Desa
Abenggi yang turun-temurun dari orang tua mereka baik sebelum melakukan
transmigrasi maupun setelah transmigrasi di Desa Abenggi. Jumlah masyarakat
yang bekerja di sektor usahatani padi sawah berjumlah 110 KK (Kepala Keluarga)
terdiri dari: 20 KK yang berasal dari Dusun I, 30 KK dari Dusun II, 20 KK dari
Dusun III, dan 40 KK dari Dusun IV (RPJMDES Abenggi, 2014). Namun, pada
tahun 2016 jumlah petani padi sawah telah berkurang menjadi 84 KK.
Selain pengembangan usaha pertanian sebagai sumber pendapatan
masyarakat, pengembangan pendapatan diluar usahatani (off farm income) juga
sangat membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan diluar sektor pertanian akan mampu
menurunkan angka kemiskinan petani (Sudarman dalam Lumintang, 2013). Salah
satu pengembangan usaha diluar sektor pertanian adalah pembangunan industri
kecil. Industri kecil yang saat ini dikembangkan di Desa Abenggi adalah batu
bata. Tanah liat sebagai bahan baku pembuatan batu bata merupakan salah satu
kekayaan alam yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Kegiatan industri kecil batu bata telah dimulai sejak Tahun 2004. Menurut
Kepala Desa Abenggi (Wasno) dan konsumen yang ditemui saat pengambilan
data awal, bahwa potensi kekayaan alam serta struktur tanah yang dimiliki,
menyebabkan desa ini sebagai daerah penghasil batu bata kualitas terbaik di
Kabupaten Konawe Selatan. Produksi batu bata yang dihasilkan memiliki struktur
4
yang lebih halus dan kuat dari batu bata biasa sehingga bagus untuk pembuatan
tembok bangunan.
Pesatnya pembangunan di sektor perumahan dan property menjadikan
kebutuhan terhadap batu bata semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan akan
batu bata merupakan pembuka peluang usaha dalam mengadakan material
bangunan untuk mendukung pembangunan sektor tersebut. Selain itu, prospek
pembuatannya relatif mudah, biaya investasinya pun murah, bahan baku
pembuatannya juga cukup mudah didapat, hanya perlu tanah liat saja. Besarnya
peluang usaha batu bata akan menyebabkan pendapatan masyarakat disektor ini
lebih besar.
Usaha industri kecil batu bata memiliki potensi yang baik untuk
dikembangkan, begitu pula dengan usahatani padi sawah. Oleh karena itu, kedua
usaha tersebut merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat Desa
Abenggi. Tidak heran bahwa di desa ini masyarakat yang bekerja pada usahatani
padi sawah maupun industri kecil batu bata memilki selisih jumlah yang sedikit.
Penelitian dalam negeri tentang usahatani padi sawah antara lain telah
dilakukan oleh: Dharmaningtyas (2011), Setiawati dkk. (2015) dan Kaparang
(2015), sedangkan di luar negeri telah dilakukan oleh Nwike dan Ugwumba
(2015) dan Nwalieji dan Chen (2015). Penelitian tentang industri kecil batu bata
telah dilakukan oleh Saediman dkk. (2010, 2014, 2016) dan Trisnawati (2012).
Semua penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui pendapatan, baik pada
usahatani padi sawah maupun industri kecil batu bata secara terpisah. Belum ada
penelitian yang membandingkan hasil dari kedua usaha tersebut. Oleh karena itu,
5
dalam penelitian ini penulis berusaha untuk membandingkan antara pendapatan
pada usahatani padi sawah dengan pendapatan pada industri kecil batu bata,
dimana kedua usaha tersebut berlokasi pada desa yang sama yaitu Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa pendapatan pada usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata di
Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan?
2. Berapa perbedaan pendapatan pada usahatani padi sawah dengan industri kecil
batu bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan?
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pendapatan pada usahatani padi sawah dan industri kecil batu
bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan.
2. Menganalisis perbedaan pendapatan pada usahatani padi sawah dengan industri
kecil batu bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe
Selatan.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat Abenggi, sebagai salah satu informasi atau pengetahuan untuk
mengembangkan usaha yang sedang dijalani, baik usahatani padi sawah
maupun industri kecil batu bata agar memberikan pendapatan yang lebih besar.
6
2. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
pertanian dan industri kecil khususnya industri batu bata pada masa
mendatang, kaitannya untuk membantu usaha yang dikelola masyarakat agar
lebih baik lagi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai salah satu bahan, wacana, dan kajian untuk
menambah referensi bacaan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Usahatani Padi Sawah
A.1 Gambaran Umum Tentang Padi Sawah
Tanaman padi mempunyai nama botani Oryza sativa, termasuk golongan
rumput-rumputan (Gramineae), dengan klasifikasi ilmiah padi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa
Tanaman padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang
yang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi membentuk rumpun dengan
anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan
anakan terjadi secara tersusun yaitu pada batang pokok atau batang batang utama
akan tumbuh anakan pertama, anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan
pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua dan
seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk
perakaran sendiri (Luh dalam Kartina, 2015).
Tanaman padi tumbuh di daerah tropis atau subtropis pada 450 LU sampai
dengan 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan
8
empat bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500
sampai 2000 mm/tahun. Tanah yang baik untuk pertumbuhan padi adalah tanah
sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan
tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya 18 sampai 22 cm dengan
pH 4,0 sampai 7,0.
A.2 Teknik Budidaya Padi Sawah
Budidaya padi membutuhkan panduan yang lengkap untuk mendapatkan
hasil produksi yang maksimal. Berikut adalah bangkah-langkah budidaya tanaman
padi sawah secara baik dan benar (Anonim, 2016):
1) Pengolahan Tanah untuk Tanaman Padi
Langkah pertama sebelum menanam padi adalah membersihkan lahan
yang akan ditanami. Setelah lahan bersih dari tanaman liar langkah selanjutnya
adalah memberikan aliran air pada lahan. Proses ini bertujuan untuk
menggemburkan tanah agar mudah untuk dibajak. Setelah lahan tanam menjadi
gembur, genangi lahan tersebut dengan air sampai mencapai ketinggian 5-10 cm.
Diamkan lahan tersebut selama 2 minggu agar racun pada tanah menjadi netral
dan juga kondisi tanah menjadi berlumpur.
2) Memilih Bibit Padi yang Unggul dan Berkualitas
Cara mengetahui bibit padi yang baik adalah sebagai berikut: (1) Rendam
beberapa benih padi yang akan ditanam dengan air selama kurang lebih 2 jam. (2)
Letakan benih yang sudah direndam di atas kain yang sudah dibasahi dengan air.
9
Kemudian hitung berapa benih padi yang telah direndam, ada berapa yang bisa
mengeluarkan kecambah. Bila yang keluar kecambah sampai 90 % itu artinya
benih padi tersebut memiliki kualitas yang baik.
3) Menyemai Benih Padi di Lahan
Langkah-langkah menyemai benih padi adalah sebagai berikut: (1)
Rendam benih padi yang akan disemai selama sehari semalam, tiriskan dan
biarkan selama 2 hari sampai benih tersebut mengeluarkan kecambah. (2) Siapkan
lahan untuk menyemai benih padi sekitar 500 m2 untuk 1 hektar lahan sawah.
Usahakan lahan yang digunakan untuk menyemai padi tetap berair dan berlumpur.
(3) Berikan pupuk Urea ditambah TSP masing-masing 10 gram untuk 1 m2
lahan
persemaian. (4) Tanam bibit padi yang sudah berkecambah tadi di lahan
persemaian yang telah disiapkan.
4) Penyiangan Lahan
Penyiangan tanaman gulma bisa dilakukan saat masa tanam padi
menginjak umur 3 minggu dan selanjutnya bisa dilakukan penyiangan rutin setiap
3 minggu sekali. Penyiangan yang baik bisa dilakukan dengan cara manual yaitu
dengan mencabut gulma dengan menggunakan tangan.
5) Memberikan Pupuk pada Tanaman Padi
Berikut adalah takaran serta cara memberikan pupuk yang baik untuk
budidaya tanaman padi: (1) Untuk pemupukan pertama bisa Anda lakukan saat
padi telah berusia 7-15 hari setelah ditanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah
Urea dan TSP yang dicampur dengan dosis sekitar 100:50 kg/ha atau bisa
disesuakan dengan kondisi tanaman. (2) Untuk pemberian pupuk pada tahap dua
10
bisa dilakukan saat tanaman padi telah berumur 25-30 hari. Gunakanlah pupuk
jenis Urea 50 kg/ha serta Phonska 100 kg/ha. (3) Proses pemumukan terakhir bisa
dilakukan saat tanaman berumur 40-45 hari. Anda bisa menggunakan pupuk jenis
Urea yang dicampur dengan Za dengan perbandingan 50 : 50 kg/ha.
6) Melindungi Tanaman Padi dari Hama
Untuk hasil maksimal pengendalian hama sebaiknya dilakukan dengan
cara alami yaitu dengan memelihara hewan pemangsa sehingga dapat
menghambat perkembangan hama tersebut.
7) Memanen Tanaman Padi
Inilah saat yang paling ditunggu oleh para petani yaitu masa panen
tanaman padi. Tanda tanaman padi telah siap untuk dipanen adalah warna butiran
bijinya sudah mulai menguning, ranting buahnya sudah mulai menunduk karena
terisi dengan beras. Proses pemanenan padi bisa dilakukan dengan cara tradisonal
yaitu menggunakan sabit atau dengan cara modern yang menggunakan mesin
otomatis. Untuk mengurangi kerugian pada saat panen usahakan untuk segera
memanen padi karena bila usia padi terlalu tua biji padi akan rontok.
A.3 Pengertian Usahatani
Usahatani mencakup pengertian yang lebih luas yaitu mulai dari bentuk
yang paling bersahaja sampai kepada bentuk yang modern. Usahatani menurut
bentuknya didasarkan atas pengusahaan dan pengelolaan faktor produksi, dapat
dibagi atas: (1) usahatani perorangan (individual farm) yaitu usahatani yang
faktor-faktor produksi dan pengelolaannya dilakukan oleh seseorang, (2)
11
usahatani kolektif (collective farm) adalah suatu bentuk usahatani yang semua
unsur-unsur produksinya dimiliki secara kolektif (organisasi), (3) usahatani
kooperatif (cooperatif farm) merupakan peralihan usahatani perorangan dengan
usahatani kolektif (Tuwo, 2011).
Suratiyah (2015) menyatakan bahwa, ilmu usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-
faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga
memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu
usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan keuntungan
semaksimal mungkin.
Usahatani merupakan bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani,
sebuah keluarga tani atau bagian usaha lainnya bercocok tanam dalam kegiatan
usahataninya. Seorang petani mempunyai peran sebagai penggerak/pelaksana dari
seluruh kegiatan yang diperlukan untuk pertanian. Ini berarti pertanian yang
menggerakkan setiap elemen yang akan menghasilkan suatu produk. Anwas
dalam Harmawati (2011) menyatakan bahwa, setiap usaha dalam berusahatani
memerlukan pengusahaan sumberdaya yang meliputi tenaga kerja, modal, tanah,
sarana produksi serta alat-alat lainnya. Usahatani yang dimaksud disini adalah
suatu kegiatan produksi dalam bidang pertanian dalam arti luas (pertanian
tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan).
12
Usahatani mempunyai suatu ciri yang utama adalah adanya
ketergantungan kepada alam atau lingkungan. Petani secara individu tidak dapat
mempengaruhi keadaan lingkungan misalnya keadaan iklim, harga barang, sebab
pada umumnya hasil pertanian berada dalam persaingan pasar sempurna.
Selanjutnya Tohir dalam Harmawati (2011) menyatakan bahwa, pada hakikatnya
tindakan pengelolaan usahatani diarahkan pada keseimbangan faktor produksi
sedemikian rupa sehingga diperoleh peningkatan produksi sebesar mungkin.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa suatu
usahatani pada dasarnya adalah merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang
petani di atas sebidang tanah dengan menggunakan faktor-faktor produksi, tenaga
kerja dan modal untuk mendapatkan hasil produksi.
A.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usahatani Padi Sawah
Menurut Hermanto (1994), terdapat dua faktor yang mempengaruhi
berhasil atau tidaknya usahatani, yaitu faktor yang ada pada usahatani itu sendiri
(faktor internal) dan faktor yang ada di luar usahatani (faktor eksternal). Faktor-
faktor yang ada pada usahatani itu sendiri adalah faktor petani sebagai pengelola,
unsur-unsur tanah, air, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, manajemen yang
dilakukan oleh petani, dan jumlah keluarga. Faktor yang ada di luar usahatani
yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya usahatani diantaranya adalah
tersediannya sarana transportasi dan komunikasi. Keberhasilan usahatani di
bidang produksi pada akhirnya akan dinilai dari besarnya pendapatan yang
diperoleh.
13
Suardana (2013) dalam penelitiannya yang dilakukan di Desa Laantula
Jaya Kabupaten Morowali menyatakan bahwa, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi usahatani padi sawah adalah sebagai berikut:
a. Luas Lahan
Luas lahan akan mempengaruhi skala usahatani, besar kecilnya jumlah
produksi petani tergantung dari luas lahannya, petani yang memiliki lahan yang
luas biasanya selalu menghasilkan produksi yang besar pula.
b. Penggunaan Benih
Salah satu faktor untuk mendapatkan produksi yang tinggi ialah dengan
penggunaan benih yang baik dan bermutu, hasil data yang diperoleh adalah benih
padi sawah yang digunakan oleh responden dilokasi penelitian beragam varietas
yaitu Santan, Ciliwung, Cigelis, dan Serang. Rata-rata penggunaan benih padi
sawah di Desa Laantula Jaya ialah 49,76 kg dengan luas lahan 1,26 ha.
c. Penggunaan Pupuk
Pupuk adalah salah satu faktor produksi yang dapat meningkatkan hasil
tanaman apabila penggunaannya optimal yakni dosis pupuk disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman. Pemupukan merupakan keharusan, karena tiap periode umur
tanaman banyak menguras kesediaan unsur hara dan tanah. Pemberian pupuk
yang tepat waktu serta pilihan berbagai macam komposisi pupuk berdasarkan zat
yang dibutuhkan tanah tersebut. Penggunaan pupuk oleh responden di Desa
Laantula Jaya Kecamatan Witaponda yakni ada tiga jenis Urea, TSP dan NPK,
dengan rata-rata pengunaan pupuk yaitu (Urea sebanyak 198,33 kg), pupuk (TSP
181,67 kg) dan (NPK 280,28 kg) dengan luas lahan seluas 1,26 ha.
14
d. Penggunaan Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja yang efektif dan memiliki keterampilan serta
kemampuan yang memadai merupakan faktor yang sangat penting untuk
mencapai keberasilan. Umumnya petani padi sawah di Desa Laantula Jaya
menggunakan tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita, yang
dinyatakan dengan Hari Orang Kerja (HOK). Sistem pengupahan tenaga kerjanya
adalah borongan dan harian, upah yang diterima antara pria dan wanita tidak
dibedakan dan upah yang berlaku di tingkat petani padi sawah di desa tersebut
adalah Rp50.000 per hari. Ratarata penggunaan tenaga kerja di Desa Laantula
Jaya ialah 144,2 HOK dengan luas lahan 1,26 ha.
e. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani padi sawah merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting, karena dapat mendorong serta mendukung
tercapainya produksi yang diharapkan. Pengalaman berusahatani erat kaitannya
dengan tingkat umur petani. Pada umumnya semakin tua umur petani maka
semakin banyak pula pengalaman berusahataninya, semakin luas lahan yang
dikelola untuk usahatani padi sawah maka tingkat pengalaman usahatani yang
dimiliki semakin tinggi.
B. Industri Kecil Batu Bata
B.1 Pengertian Industri Kecil
Badan Pusat Statistik mendefiniskan Usaha Mikro sebagai usaha yang
memiliki tenaga kerja lebih dari 4 orang. Menurut Undang-Undang Republik
15
Indonesia No. 9 Tahun 1995: (1) Pasal 1 ayat 1, usaha kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi beberapa kriteria kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahun serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. (2) Pasal 5 bahwa usaha kecil dicirikan: (a) Memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, (b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp1.000.000.000,00, (c) milik warga Indonesia, (d) berdiri sendiri bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, (e)
berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Industri Kecil dan Menengah tergolong batasan Usaha Kecil dan
Menengah menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Usaha Kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun
2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau mememiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
16
B.2 Produk Batu Bata
Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh
masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan
bangunan konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik batu bata yang
dibangun masyarakat untuk memproduksi batu bata. Penggunaan batu bata
banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding pada bangunan
perumahan, bangunan/gedung, pagar, saluran dan pondasi. Batu bata umumnya
dalam konstruksi bangunan memiliki fungsi sebagai bahan nonstruktural,
disamping berfungsi sebagai struktural. Sedangkan pada bangunan konstruksi
tingkat tinggi/gedung, batu bata berfungsi sebagai nonstuktural yang
dimanfaatkan untuk dinding pembatas dan estetika tanpa memikul beban yang ada
diatasnya. Biasanya batu bata dibuat dengan menggunakan tanah liat dengan
campuran sekam dan pasir (Muharom, 2015).
Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi bangunan baik sebagai
nonstruktural ataupun struktural, diperlukan adanya peningkatan produk yang
dihasilkan, baik peningkatkan kualitas bahan material batu bata maupun metode
pengolahan, pencetakan dan proses pembakaran batu bata itu sendiri. Hal ini juga
diungkapkan dalam penelitian Nur (2008) pada tiga daerah di Sumatera Barat
bahwa, batu bata yang mempunyai kualitas dan mutu yang baik tergantung pada
bahan campuran batu bata, posisi batu bata pada lapisan pembakaran dan jenis
bahan pembakaran yang digunakan.
Batu bata dibuat dengan bahan dasar lempung atau secara umum dikatakan
sebagai tanah liat yang merupakan hasil pelapukan dari batuan keras (beku) dan
17
batuan sedimen (Suwardono dalam Trianingsih, 2014). Industri kecil batu bata
merupakan industri yang memanfaatkan tanah sebagai bahan baku utama dan
bahan pembantu berupa air dan pasir melalui proses pencampuran, pembentukan
bahan, pengeringan dan pembakaran.
Sifat fisis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata tanpa adanya
pemberian beban atau perlakuan apapun (Nur, 2008). Sifat fisis batu bata meliputi
densytas (berat jenis) yang disyaratkan untuk digunakan adalah 1,60 gr/cm3 - 2,00
gr/cm3, warna yang distandarkan orange kecoklatan, dan dimensi yang
disyaratkan harus memiliki ukuran panjang maksimal 16 in (40 cm), lebar
berkisar antara 3 in-12 in (7,50 cm-30,0 cm) dan tebal berkisar antara 2 in-8 in (5
cm-20 cm) (Somayaji dalam Trianingsih, 2014).
Rochadi, (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, sifat fisik batu
bata di Banjir Kanal Timur mempunyai daya serap air bata relatif tinggi 111,605
gram/dm²/menit. Kuat tekan bata relatif kecil rata-rata 12,1343 kg/cm² berarti
tidak masuk dalam kategori kelas kuat manapun karena untuk mutu Tingkat III
berdasarkan kelas kuat tekan rata-rata 60-80 kg/cm², sedangkan berdasarkan kelas
25 juga tidak memenuhi karena kuat tekan minimum benda uji adalah 25 kg/cm².
Persentase penyerapan batu bata menunjukkan kurang padatnya komposisi
batu bata sehingga air dapat mengisi rongga-rongga didalamnya. Persentase
penyerapan ini berpengaruh pada kekuatan batu bata atau daya tahan batu bata
pada saat cuaca buruk. Jika semakin kecil penyerapan, maka akan semakin besar
daya tahan dari batu bata tersebut. Kuat tekan dari pasangan batu bata adalah
18
beban maksimum yang dapat dipikul per satuan luas permukaannya (Trianingsih,
2014).
B.3 Proses Produksi Batu Bata
Proses produksi batu bata sangat sederhana, namun membutuhkan waktu
yang cukup lama. Muharom (2015) menjelaskan bahwa, proses produksi batu bata
adalah sebagai berikut:
1) Siapakan bahan bakunya antara lain: tanah liat, air, sekam atau serbuk gergaji,
dan pasir.
2) Siapkan alat-alatnya: cangkul, pencetak batu bata, mesin pembakar/tungku
pembakaran, kayu bakar/sekam.
3) Semua bahan-bahan seperti tanah, sekam, serbuk gergaji dicampur/diaduk
menggunakan cangkul, dengan perbandingan 1:5 bagian tanah, kemudian
dilumatkan dengan air hingga menjadi adukan. Kemudian adukan tadi dicetak
dilapangan untuk sekaligus penjemuran.
4) Cetakan batu bata pada umumnya terbuat dari kayu dengan ukuran tinggi x
lebar x panjang (5 cm x 10 cm x 25 cm) dengan jumlah rangkaian 2 sampai
dengan 5 pcs batu bata.
5) Kemudian batu bata yang sudah kering, yaitu 3 sampai dengan 5 hari
penjemuran dirapikan bentuknya dan disusun untuk menghemat tempat dan
pengeringan lanjutan.
6) Penyusunan batu bata harus diperhatikan untuk dapat benar-benar terjadi
pengeringan lanjutan yaitu diperhatikan arah penyusunan untuk semaksimal
19
mungkin terkena sinar matahari. Tujuan dikeringkan supaya daya ikatan bahan
tanah kuat dan tidak mudah patah.
7) Setelah batu bata tadi benar-benar kering maka batu bata kering tersebut
dibakar selama dua hari dua malam di sebuah ruangan, atau disebut Open batu
bata yang ruang pembakarannya bisa menampung 40.000 bata. Bahan
bakarnya berupa kayu bakar atau menggunakan sekam. Proses pembakaran
biasanya dilakukan sebulan sekali, menunggu terkumpulnya batu bata kering.
Biasanya memerlukan 3 tenaga pekerja untuk mengawasi proses pembakaran.
8) Setelah dibakar kemudian didinginkan biasanya memerlukan waktu 5 sampai
10 hari untuk dibongkar dan batu bata siap dijual.
Saediman dkk. (2010), membagi proses pembuatan batu bata berdasarkan
jenis teknologinya antara lain sebagai berikut:
1) Teknologi Manual Tradisional
Proses pembuatan batu bata dengan teknologi manual tradisional
dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
Pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi
a) Pemilihan dan pencacahan tanah
Sebelum proses pembuatan bata, pekerjaan dimulai dari pembuatan
kapling atau penentuan batas-batas pada areal pengolahan. Kapling inilah yang
akan diolah untuk beberapa kali siklus produksi, biasanya sampai tanah mencapai
kedalaman 2-4 m. Tanah yang dipilih sabagai bahan baku adalah tanah liat yang
tidak mengandung pasir dan kerikil. Tanah yang sudah dipilih dicacah dan
20
dihaluskan dengan menggunakan cangkul sebanyak ±1 m3 untuk satu kali proses
pencetakan.
b) Pembuatan adonan
Tanah yang telah dicacah dicampur dengan air dengan perbandingan 1 m3
tanah: 20 liter air, dengan cara dibolak-balik dengan menggunakan cangkul,
kemudian diinjak-injak, sampai air dan tanah menyatu dengan baik (adonan
menjadi kalis).
Adonan yang kalis diangkut ke bangsal baik secara manual maupun
dengan menggunakan arko, kemudian didiamkan semalaman sampai kadar airnya
berkurang dan membentuk adonan dalam bentuk padatan.
c) Pencetakan
Adonan yang telah didiamkan selanjutnya dicetak menjadi bata. Untuk
pekerjaan pencetakan ini, dibuat lubang dengan kedalaman setinggi pinggang
yang dimasuki pekerja sehingga tangan pekerja sejajar dengan tanah sebagai
bidang kerja. Tanah dilapisi terlebih dahulu dengan pasir kemudian cetakan
diletakkan di atasnya. Pekerja kemudian mengambil adonan dan memasukkannya
kedalam cetakan dengan cara ditekan. Adonan yang berlebih dipotong dari
permukaan cetakan dengan menggunakan pemotong yang terbuat dari tasi. Setiap
satu kali mencetak hanya menghasilkan sebuah batu bata. Pencétakan batu bata
dilakukan dalam 1 hari yang menghasilkan maksimal 700 batu bata. Proses
pencetakan dilakukan selang seling dengan proses pencacahan tanah setiap
harinya.
21
Pengolahan bahan setengah jadi menjadi batu bata
a) Pengeringan
Bata yang dicetak dikeluarkan dari cetakan dengan bantuan papan sebagai
alas pembaliknya. Satu bata diletakkan pada satu papan. Setelah terkumpul 12
papan, bata disusun berjajar dan rapat di lantai bangsal untuk dikeringkan selama
kurang lebih 2-3 hari.
b) Pengangin-anginan
Bata yang telah kering yáng ditandai dengan merenggangnya jarak antar
bata, dipindahkan di sepanjang sisi terluar bangsal untuk diangin-anginkan selama
3 minggu sampai 6 minggu. Bata disusun dengan cara menyerong/membentuk
sudut, dengan jarak satu bata antara bata yang satu dengan bata lainnya sehingga
terbentuk celah sebagai tempat lewatnya angin. Tumpukan bata di atasnya disusun
menyerong dengan arah yang berlawanan dengan bata di bawahnya. Hal ini
bertujuan agar susunan bata stabil dan tidak mudah roboh.
c) Pembakaran
Pembakaran bata dilakukan jika bata telah kering, ditandai dengan adanya
lapisan putih di permukaan bata. Pembakaran dilakukan jika jumlah bata telah
mencapai minimal 10 m3. Pembakaran bata dilakukan dengan menyusun bata
membentuk tungku bagi pembakaran bata itu sendiri. Pembakaran dilakukan
selama 3-4 hari siang dan malam. Pembakaran dihentikan jika bata sudah tidak
“berkeringat” lagi dan tumpukan bata sudah tidak mengeluarkan asap lagi.
d) Pendinginan
22
Bata yang sudah matang didiamkan sampai dingin, dengan tetap pada
posisinya (tidak membongkar tumpukan bata) selama ± 3- 5 hari.
e) Kubikasi
Bata yang telah dingin kemudian disusun per satu kubik, dan siap untuk
dijual.
2) Teknologi Manual Intensif
Pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi
a) Pemilihan dan pencacahan tanah
Sama halnya dengan proses pada teknologi sederhana, sebelum proses
pembuatan batu bata, pekerja melakukan kapling/menentukan batas-batas pada
lahan olahan. Kapling inilah yang akan diolah untuk beberapa kali siklus
produksi, biasanya sampai tanah mencapai kedalaman 2-4 m. Tanah liat yang
digunakan merupakan tanah liat tua dan tanah liat muda yang kemudian diangkut
dengan menggunakan arko dan dicampur dengan menggunakan cangkul pada
kapling yang telah dibuat. Tanah yang dipilih, dicacah dan dihaluskan dengan
cara dicangkul dengan volume kurang lebih 1 m3 untuk satu kali proses
pencetakan.
b) Pembuatan adonan
Campuran tanah liat yang telah dicacah, dicampur dengan air dengan
perbandingan 1 m3 tanah: 20 liter air, dengan cara dibolak-balik dengan
menggunakan cangkul sampai air dan tanah menyatu dengan baik (adonan
menjadi kalis) dan berbentuk pasta. Adonan yang telah menjadi siap untuk
dicetak.
23
c) Pencetakan
Adonan dimasukkan ke dalam cetakan yang telah diberi alas papan sampai
cetakan tersebut penuh, kemudian dijajar pada lahan yang telah disediakan untuk
mengeringkan bata. Pencacahan tanah sampai pada pencetakan dapat dilakukan
dalam waktu 1 hari.
Pengolahan bahan setengah jadi menjadi batu bata
a) Pengeringan
Lahan yang telah disediakan untuk mengeringkan bata terlebih dahulu
ditaburi dengan abu gosok agar bata setengah jadi tidak melekat pada tanah
(mudah diangkat). Bata dilepaskan dari cetakan dengan cara menggeser bingkai
cetakan dari alasnya dan dijajar dengan rapi. Bata dikeringkan langsung di bawah
sinar matahari. Menjelang sore atau saat hujan, bata ditutup dengan terpal, untuk
dipindahkan ke dalam bangsal keesokan harinya. Proses ini membutuhkan waktu
satu hari. Di musim hujan, proses ini dapat mencapai 3-4 hari.
b) Pengangin-anginan
Bata yang telah kering, yang ditandai dengan tidak adanya bahan yang
lengket saat disentuh, dipindahkan di sepanjang sisi terluar bangsal untuk diangin-
anginkan selama 3-6 minggu. Selanjutnya, proses mengangin-anginkan pada
teknologi tipe ini sama dengan proses pada teknologi tradisional.
c) Pembakaran
Pembakaran bata dilakukan jika bata telah kering, ditandai dengan adanya
lapisan putih di permukaan bata. Setiap hari, jika terdapat bata yang telah kering,
bata tersebut dimasukkan ke dalam tungku. Proses pembakaran dilakukan jika
24
bata dalam tungku telah mencapai minimal 10 m3. Pembakaran dilakukan 2-3 hari
secara terus menerus. Pembakaran dihentikan jika telah terbentuk uap seperti
fatamorgana di atas undakan atap.
d) Pendinginan
Bata yang sudah matang kemudian didiamkan sampai dingin dengan tetap
pada posisinya (tidak membongkar tumpukan bata), selama ± 3-5 hari. Saat
konsumen datang, bata dari tungku dinaikkan ke atas truk dan siap digunakan.
3) Teknologi Mekanik Sederhana
Dikatakan teknologi mekanik sederhana karena dalam tahapan pencetakan
telah menggunakan mesin sederhana yang terdiri atas : (1) mesin pencetak, dan
(2) generator sebagai penggerak mesin pencetak. Perbedaannya dengan proses
pembuatan batu bata pada pola manual tradisional dan pola manual intensif hanya
terletak pada proses pencetakan batu bata. Uraian kerja teknologi mekanik
sederhana dalam pembuatan batu bata adalah sebagai berikut:
a) Penggalian dan penggemburan tanah
Tanah sebagai bahan baku utama pembuatan batu bata digali dengan
menggunakan pacul dan sekup, kemudian diangkat ke dekat mesin pencetak.
Tanah selanjutnya digemburkan dengan bantuan pacul dan sekup.
b) Penyiraman
Tanah yang sudah gembur kemudian disiram air dengan volume sekitar 10
liter untuk 1 m3 tanah. Penyiraman tanah diatur sedemikian rupa agar hasil
cetakan tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Salah satu perbedaannya
dengan pola manual tradisional adalah dari aspek penyiraman. Pada pola manual
25
tradisional jumlah air yang ditambahkan lebih banyak sambil diaduk merata
hingga tanah membentuk adonan, sementara pada pola mekanis sederhana ini
tanah cukup gembur lalu disiram air pada bagian permukaan dan tidak perlu
diaduk rata dan tidak membentuk adonan.
c) Pemasukan tanah pada bak mesin cetak
Tanah gembur yang sudah disiram air dimasukkan ke dalam bak mesin
cetak dengan menggunakan sekop. Selanjutnya sedikit demi sedikit tanah
dimasukkan pada corong cetak dan secara otomatis tanah diaduk membentuk
adonan, lalu dipadatkan dan didorong keluar dalam bentuk balok adonan. Pada
bagian pintu keluar cetakan dipasang semacam kawat untuk membagi balok
adonan tanah sesuai ukuran batu bata yang diinginkan, yaitu 5 cm x 10 cm x 20
cm. Ukuran batu bata dapat diatur sesuai dengan ukuran yang dinginkan. Tiap
balok tanah adonan menghasilkan 5 buah batu bata sekaligus dengan ukuran yang
sama. Setiap jam mesin cetak dapat menghasilkan 600-700 buah batu bata basah.
Batu bata basah yang sudah tercetak (5 buah) diangkat ke tempat pembarisan dan
setiap baris dapat disusun hingga tinggi 1 m.
Mengingat kerja mesin yang cukup cepat, maka proses pencetakan ini
membutuhkan tenaga kerja minimal 4 orang secara bersama-sama dengan tugas
masing-masing, yaitu: (a) memasukkan tanah ke dalam bak cetak, (b)
memasukkan tanah ke dalam corong mesin cetak, (c) memotong balok adonan
tanah sesuai ukuran batu bata yang diinginkan, (d) memindahkan batu bata basah
yang sudah dicetak pada tempat pembarisan, dan (e) mengisi dan memindahkan
air pada drum pendingin mesin genset. Proses selanjutnya sama dengan proses
26
pembuatan batu bata yang menggunakan teknologi manual, berupa pengeringan
(pengangin-anginan), penyusunan batu bata, pembakaran dan kubikasi.
B.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Industri Kecil Batu Bata
Besar kecilnya suatu usaha dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi industri kecil batu bata antara lain:
1) Bahan Baku
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1984 Tentang Perindustrian, bahan
baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri. Batu bata dibuat dari bahan
dasar lempung atau tanah liat ditambah air dan sekam. Lempung adalah tanah
hasil pelapukan batuan keras, seperti basalt (batuan dasar), andesit, dan granit
(batu besi). Bahan baku tambahan yang digunakan dalam pembuatan batu bata
adalah berambut (sekam) dan air. Berambut digunakan sebagai campuran agar
batu bata yang dihasilkan tidak mudah retak, sedangkan air digunakan untuk
membantu proses pengolahan bahan mentah dan proses pencetakan.
2) Bahan Bakar
Pembangkit tenaga diperlukan untuk menjalankan mesin dan peralatan
produksi yang berada didalam industri tertentu. Terjaminnya kelangsungan
sumber tenaga ini berarti terjaminnya pelaksanaan kegiatan produksi dalam
industri yang bersangkutan. Proses pembakaran batu bata menggunakan bahan
bakar berupa sekam bakar atau kayu bakar untuk membakar batu bata yang sudah
27
dicetak dan dikeringkan. Biasanya pembakaran dilakukan dalam sebuah tempat
yang sudah disediakan yaitu tobong atau brak.
3) Tenaga Kerja
Menurut Undang-Undang No.13 tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan,
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Menurut Benggolo dalam Agus (2011), tenaga kerja adalah
penduduk dalam usia kerja yakni berumur 15-54 tahun, namun di Indonesia yang
dipakai adalah seluruh penduduk yang berumur l0 tahun keatas. Pada industri
kecil dan industri rumahtangga seperti pada industri kecil batu bata, biasanya
tenaga kerja terdiri dari dua kategori, yaitu tenaga kerja dari dalam keluarga dan
tenga dari luar keluarga.
4) Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam kelancaran suatu
produksi industri. Modal usaha dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu modal
sendiri dan modal luar. Modal dalam Industri kecil batu bata dibedakan menjadi
dua, yaitu : (1) Modal tetap dalam Industri kecil batu bata berupa peralatan yang
dipakai untuk proses pembuatan batu bata, seperti bangsal, cangkul, alat pencetak
dan tempat untuk proses pembakaran (brak). (2) Modal operasional dalam proses
produksi batu bata adalah modal yang digunakan untuk membeli kebutuhan yang
berkaitan dengan usaha Industri kecil batu bata, seperti membeli bahan baku,
membeli bahan bakar, sewa pompa air dan mengupah tenaga kerja.
28
5) Pemasaran
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010), pemasaran merupakan suatu
sistem keseluruhan dari suatu kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa yang yang
memuaskan kebutuhan para pembeli.
6) Transportasi
Peranan transportasi erat kaitannya dengan sarana untuk pengangkutan
bahan mentah ke tempat produksi sekaligus sebagai alat pengangkutan dalam
usaha pemasaran hasil produksi. Daerah-daerah dengan sarana transportasi yang
baik sangat menguntungkan bagi berdirinya suatu industri. Fasilitas transportasi
merupakan hal penting bagi setiap industri karena transportasi yang baik dan
cepat akan mendukung kelancaran proses produksi.
C. Konsep Harga (Price)
Harga adalah tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat dipertukarkan
dengan barang lain yang dinilai dengan satuan uang (rupiah). Dimana berdasarkan
nilai tersebut seseorang atau pengusaha bersedia melepaskan barang dan jasa yang
dimilikinya kepada orang lain.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan
antara lain adalah: harga barang bersangkutan, harga barang subtitusi atau
komplementernya, selera, jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan elastisitas
barang. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penawaran
adalah: teknologi, harga input, harga produksi yang lain, jumlah produsen,
29
harapan terhadap harga produk dimasa yang mendatang, dan elastisitas produksi
(Soekartawi, 2006).
Hukum permintaan menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang
makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga
suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sedangkan
hukum penawaran menyatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang makin
banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual, sebaliknya
makin rendah harga suatu barang maka makin sedikit jumlah barang tersebut yang
ditawarkan (Sukirno dalam Lumintang, 2013).
D. Konsep Biaya (Cost)
Biaya (cost) adalah hasil dari semua input ekonomi yang diperlukan dan
dapat diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk atau nilai yang dinyatakan
dengan uang dalam satuan rupiah (Rp). Sedangkan pengorbanan ekonomi
merupakan sarana produksi yang habis terpakai selama satu siklus produksi.
Menurut Kuswadi (2007), biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan
barang dan jasa dari pihak ketiga. Hal lain juga dikemukakan oleh Mulyadi (2007)
bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Biaya yang diperlukan merupakan suatu pengorbanan yang perlu dan
dapat diperkirakan, dimana biaya yang digunakan dapat dipastikan pada saat
pelaksanaannya, dan dapat diukur serta harus dapat dihitung jumlahnya dan
dinyatakan dalam bentuk uang pada waktu penghitungan. Biaya yang dipakai
30
dalam penelitian ini adalah usahatani padi sawah dihitung selama satu siklus
produksi sedangkan industri kecil batu bata dihitung selama dua siklus produksi.
D.1 Biaya Usahatani Padi Sawah
Makhruf dalam Agus (2011) menyatakan bahwa, ada beberapa komponen
biaya suatu usahatani yaitu: biaya sarana produksi, biaya bunga, modal, biaya
tanah, biaya alat-alat produksi yang tahan lama, biaya tenaga kerja. Menurut
Soekartawi (2006), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (1) Biaya
tetap (fixed cost), biaya tetap ini biasanya didefenisikan sebagai biaya yang relatif
tetap, jumlahnya terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Contohnya biaya untuk alat dan mesin pertanian. (2) Biaya tidak tetap
(variable cost), biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besarnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya sarana produksi.
Menurut Laila (2012), juga membagi biaya usahatani menjadi dua macam
yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah semua biaya yang
secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam penyelenggaraan usahatani. Seperti
membajak tanah, biaya pupuk, biaya pemeliharaan dan upah langsung petani.
Biaya implisit adalah biaya yang sifatnya hanya diperhitungkan saja sebagai
biaya, namun tidak benar-benar pengeluaran yang dibayar secara nyata oleh petani
seperti transportasi, dan penyusutan alat. Pada dasarnya setiap produksi tidak
terlepas dari penggunaan atau pengeluaran biaya.
Biaya mempunyai peranan penting dalam setiap pengambilan keputusan
produksi. Suatu perencanaan produksi pertanian ataupun produksi lainnya,
31
persoalan biaya menempati kedudukan yang amat penting, karena pengambilan
keputusan menggunakan pertimbangan-pertimbangan. Biaya sering menjadi
masalah bagi petani terutama dalam pengadaan sarana produksi. Karena
kurangnya biaya yang tersedia tidak jarang petani mengalami kerugian dalam
usahataninya. Oleh karena itu, pemanfaatan biaya harus dilakukan secara efisien
agar hasil yang diperoleh petani lebih banyak.
D.2 Biaya Industri Kecil Batu Bata
Saediman dkk. (2010) menyatakan bahwa, biaya yang diperlukan untuk
memulai usaha industri kecil batu bata terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi merupakan biaya awal yang harus dikeluarkan
sebelum kegiatan operasional dilakukan, sedangkan biaya operasional diperlukan
pada saat proses produksi mulai dilakukan.
Biaya investasi yang diperlukan untuk membangun industri kecil batu bata
meliputi biaya perizinan, pembelian tanah, pembuatan bangsal, dan penyediaan
beberapa jenis peralatan. Pada pola mekanis sederhana, biaya investasi juga
mencakup penyediaan mesin cetak dan genset. Semua biaya investasi ini harus
dikeluarkan pada tahun ke-0 sebelum memulai kegiatan usaha. Porsi terbesar
biaya investasi adalah untuk pembelian tanah dan pembuatan bangsal, yang
besarnya mencapai 96,1% dari kebutuhan biaya investasi pada pola manual dan
83,8% pada pola mekanis sederhana.
Komponen biaya operasional meliputi biaya variabel dan biaya tetap
(overhead). Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan pembantu,
32
pembeliaan pasir, kayu bakar, sewa pompa air, transportasi dan biaya tenaga kerja
tidak tetap atau tenaga kerja luar keluarga. Biaya overhead meliputi listrik,
telepon, air, bunga modal pinjaman, penyusutan alat, pajak, tenaga kerja dalam
keluarga dan beberapa peralatan yang habis terpakai dalam setahun.
E. Konsep Modal
Permodalan merupakan salah satu aspek yang paling penting untuk
dikelola dengan baik karena permodalan menentukan tingkat kemajuan suatu
usaha. Secara singkat, dapat didefinisikan bahwa modal adalah barang-barang
bernilai ekonomi yang digunakan dalam proses produksi, dalam proses
pengolahan hasil pertanian, dan dalam proses pemasaran produk perusahaan
pertanian. Bertolak dari pengertian modal, fungsi modal dalam perusahaan
termasuk pada perusahaan pertanian adalah untuk bersama-sama dengan faktor
produksi lain menghasilkan, mempercepat, meningkatkan, dan mengawetkan
barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan (Padangaran,
2013).
Kedudukan modal yang begitu strategis dalam suatu usaha sehingga
penting dibagi berdasarkan keperluannya. Ihsana dan Amir (2013) menyatakan
bahwa, modal yang diperlukan dalam sebuah usaha dapat dibagi menjadi tiga
yaitu: modal investasi awal, modal kerja, dan modal operasional. Salah satu yang
penting dalam permodalan adalah sumber-sumber permodalan, diantaranya dapat
berasal dari modal milik sendiri, pinjaman dari keluarga, pinjaman ke pegadaian,
pinjaman ke lembaga keuangan, kartu kredit, hibah, dan kerja sama.
33
Modal dalam perusahaan pertanian dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa kelas tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Berkaitan dengan
manajemen pembiayaan perusahaan pertanian, modal dapat dibagi menjadi empat
kategori yaitu: 1) Klasifikasi berdasarkan frekuensi penggunaannya, terdiri dari
modal tetap (fixed capital) dan modal tidak tetap (variable capital); 2) Klasifikasi
berdasarkan kepemilikan, terdiri dari modal sendiri (equity capital) dan modal
luar perusahaan (external capital); 3) Klasifikasi berdasarkan waktu
penggunaannya, terdiri dari modal investasi (investment capital) dan modal kerja
(working capital); dan 4) Klasifikasi berdasarkan kemudahan pemindahannya,
terdiri dari modal bergerak dan modal tidak bergerak (Padangaran, 2013).
F. Penerimaan (Revenue)
Penerimaan adalah jumlah nilai atau hasil penjualan yang diterima dalam
menjalankan usaha. Soekartawi (2005) menyatakan bahwa, total penerimaan
dalam usahatani diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi.
Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil
pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik yang harganya relatif
tinggi dan akhirnya juga akan mendatangkan total penerimaan yang lebih besar.
Suratiyah (2009) menyatakan bahwa, penerimaan adalah perkalian antara
jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk. Responden yang
memiliki produksi tinggi akan mendapatkan penerimaan yang besar dan
sebaliknya untuk jumlah produksi yang rendah maka penerimaan yang
diterimapun akan lebih kecil. Dalam penelitian ini produksi usahatani padi sawah
34
dihitung dalam bentuk beras dengan satuan kg selama satu kali siklus produksi (4
bulan), dan industri kecil batu bata dalam bentuk bata merah diukur dengan satuan
kubik (m3) selama dua siklus produksi (4 bulan). Secara matematis jumlah
penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut:
TR = Y x Py
Dimana:
TR = Penerimaan Total (Total Revenue) (Rp)
Y = Jumlah Produksi (kg dan m3)
Py = Harga Produksi (Rp)
G. Pendapatan (Income)
Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan
seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan ini mencerminkan kemajuan
ekonomi suatu masyarakat. Menurut Sukirno dalam Lumintang (2013),
pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi
kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun
tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan memperoleh pendapatan berupa nilai
uang yang diterima dari penjualan produk yang dikurangi dengan biaya yang telah
dikeluarkan. Penenlitian ini jumlah pendapatan yang diterima oleh petani padi
sawah dihitung selama satu siklus produksi dan pendapatan yang diterima oleh
pengusaha industri kecil batu bata dihitung selama dua siklus periode.
Pendapatan petani timbul bila perbandingan jumlah penerimaan dari hasil
produksi lebih besar dibadingkan dengan jumlah biaya atau pengeluaran selama
proses produksi. Selanjutnya Soekartawi (2006) berpendapat bahwa, pendapatan
35
usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi berlangsung. Jadi, dapat diketahui nilai pendapatan atau
keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani, yaitu dengan
mengetahui besarnya penerimaan yang dikali dengan harga yang berlangsung,
kemudian dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan sejak dari pengolahan tanah
sampai pasca panen. Secara matematis besarnya pendapatan dapat dirumuskan
sebagai berikut (Soekartawi, 2006):
I = TR – TC
Dimana:
I = Pendapatan (Income) (Rp)
TR = Penerimaan Total (Total Revenue) (Rp)
TC = Biaya Total (Total Cost) (Rp)
Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi
pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu: (1)
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha (positive analysis), dan
(2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan
(normative analysis). Bagi seorang petani analisis pendapatan memberikan
bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahataninya pada saat ini berhasil atau
tidak. Suatu usahatani dikatakan sukses, kalau situasi pendapatan yang memenuhi
syarat-syarat berikut: (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana
produksi, peralatan usahatani termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi
yang mungkin melekat pada pembelian, (2) cukup untuk membayar bunga modal
yang ditanamkan, termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresi
modal, (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-
36
bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah, (4) ada tabungan
untuk investasi pengembangan usahatani, dana persiapan dihari tua, (5) ada dana
yang cukup untuk pendidikan keluarga dan melaksanakan ibadah, sumbangan,
sosial, zakat, sedekah, dan pajak pembangunan. Analisis pendapatan usahatani
memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan
pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan (Tuwo, 2011).
Analisis pendapatan dapat dijadikan indikator mengenai sejauh mana
perusahaan yang sedang dijalankan telah berjalan dengan efisien. Menurut
Padangaran (2013), untuk sampai pada perhitungan mengenai pendapatan
perusahaan, ada beberapa istilah yang perlu diperhatikan terlebih dahulu, yaitu: 1)
Penerimaan (revenue), yaitu hasil penjualan produk selama satu tahun; 2)
Pengeluaran (expense), yaitu semua dana yang dikeluarkan oleh perusahaan
selama satu tahun. Pengeluaran perusahaan terdiri dari pengeluaran berupa biaya
operasional atau biaya variabel (variable cost) dan pengeluaran tetap atau biaya
tetap (fixed cost) yang biasanya berbentuk biaya penyusutan dari mesin dan
peralatan atau aset-aset jangka panjang lainnya; 3) Pendapatan bersih operasi (net
operating income), yaitu selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran
operasional. Pada net operating income, biaya tetap (FC) belum dikeluarkan
memang hanya memperhitungkan pendapatan setelah dikurangi dengan biaya
variabel; dan 4) Pendapatan bersih perusahaan (net firm income), yaitu sisa dari
pendapatan bersih operasi dikurangi dengan pengeluaran tetap (FC) dan pajak.
37
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Kaparang (2015), yang berjudul “Kajian
Usahatani Padi Sawah di Kelurahan Taratara Satu Kota Tomohon”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan usahatani padi sawah di kelurahan
Taratara Satu sejak tahap kegiatan persemaian sampai pada tahap kegiatan
pemanenan, menganalisis besar pendapatan petani dan mengetahui kelayakan
usahatani padi sawah di Kelurahan Taratara Satu. Analisis data menggunakan
metode analisis deskriptif dengan bantuan tabel, analisis pendapatan dan R/C
ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kondisi usahatani padi sawah di
Kelurahan Taratara Satu Kota Tomohon secara garis besar pengolahan lahannya
menggunakan traktor dan pola tanam yang diterapkan yaitu pola jajar legowo.
Penggunaan saprodi untuk benih menggunakan varietas Cigeulis dengan jumlah
benih yang digunakan rata-rata 33,22 kg per hektar cukup mendekati anjuran,
pemupukan mengandalkan pupuk anorganik dan dalam pemberantasan hama
penyakit menggunakan pestisida. Pemanenan menggunakan mesin perontok.
Hambatan yang dijumpai pada usahatani padi sawah antara lain: iklim/cuaca yang
mengganggu kegiatan pemanenan dan saat penanggulangan hama penyakit,
ketersediaan saprodi yang masih kurang, minimnya tenaga kerja/buruh tani,
sistem irigasi yang tidak memadai, dan penanggulangan hama penyakit yang tidak
serentak akibat dari pola tanam yang tidak serentak. (2) Besar pendapatan rata-
rata petani padi sawah adalah sebesar Rp19.647.721.84 per hektar dan nilai R/C
yang dihasilkan lebih dari satu, maka usahatani padi sawah di Kelurahan Taratara
Satu Kota Tomohon menguntungkan dan layak diusahakan.
38
Penelitian yang dilakukan oleh Dharmaningtyas (2011) dengan judul
“Analisis Perbedaan Pendapatan Antara Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-
Kacang Tanah dengan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah
Di Kabupaten Sukoharjo”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji dan
membandingkan antara besarnya pendapatan dan efisiensi Usahatani Pola Rotasi
Jagung-Padi-Kacang Tanah dengan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada
Lahan Sawah di Kabupaten Sukoharjo. Analisis yang digunakan adalah analisis
pendapatan dan uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
pendapatan diperoleh usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah
Rp4.642.039,36/Ha/Th dan rata-rata pendapatan yang diperoleh usahatani pola
rotasi padi-padi-padi adalah Rp5.443.298,69/Ha/Th.
Penelitian oleh Setiawati dkk. (2015) yang berjudul “Analisis Pendapatan
Usahatani Padi Bersertifikat Organik (Kasus Kelompok Tani Gana Sari
Kabupaten Badung)”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pendapatan
dan R/C ratio pendapatan usahatani padi bersertifikat organik pada Kelompok
Tani Gana Sari, dan mengetahui penerapan Internal Control System (ICS) pada
Kelompok Tani Gana Sari. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan penerapan ICS di
lokasi penelitian dan karateristik petani, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan
untuk melakukan perhitungan biaya usahatani, penerimaan, pendapatan, dan R/C
ratio. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani padi bersertifikat organik yang
dilakukan terhadap Kelompok Tani Gana Sari, maka dapat disimpulkan bahwa (1)
Rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diterima petani dalam berusahatani
39
padi organik adalah Rp19.293.373,52/ha/musim tanam dengan R/C ratio sebesar
3,38; dan pendapatan atas biaya total adalah Rp16.023.633.71/ha/musim tanam
dengan R/C ratio sebesar 2,41. Hal ini menunjukkan usahatani padi bersertifikat
organik layak diusahakan. (2) ICS Kelompok Tani Gana Sari diterapkan pada
seluruh proses budidaya dan sarana prasarana termasuk gudang atau rumah petani
yang digunakan untuk penyimpanan hasil produksi. Pengawasan internal
dilakukan inspektor ICS pada semua anggota kelompok tani tanpa terkecuali dan
pengawasan eksternal dilakukan oleh LeSOS untuk mengevaluasi keefektifan
sistem kontrol internal. Dalam organisasi ICS kelompok tani ini, staf bagian
pembelian, penyimpanan, dan pengolahan belum berfungsi karena tidak ada
fasilitas yang memadai.
Penelitian yang dilakukan oleh Nwike dan Ugwumba (2015) di Anambra
Negara Nigeria yang berjudul “Profitability of Rice Production in Aguata
Agricultural Zone of Anambra State Nigeria: A Profit Function Approach”.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui keuntungan produksi beras di
Zona Pertanian Aguata Anambra Negara Nigeria, (2) memastikan faktor-faktor
penentu laba maksimum, dan (3) mengidentifikasi faktor-faktor penghambat
produksi padi. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara statistik non-
parametrik, teknik penganggaran dan model analisis keuntungan. Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa produksi padi di Anambra adalah menguntungkan dengan
pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah sebesar N42.872,40 atau setara
dengan Rp3.001.068,-. Tingginya biaya tenaga kerja dan kurangnya modal petani
merupakan kendala yang paling serius. Oleh karena itu, diharapkan akses fasilitas
40
kredit yang mudah untuk petani, menyediakan teknologi produksi padi modern
dan penyuluhan sehingga dapat mengurangi masalah dan meningkatkan produksi
dan pendapatan petani.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Nwalieji dan Chen (2015) yang
berjudul “Comparative Profit Analysis of Rice Production Enterprise among
Farmers in Anambra and Ebonyi States, Nigeria”. Tujuan dari penelitian ini
adalah: (1) untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani padi di negara
Anambra dan Ebonyi, (2) membandingkan keuntungan perusahaan produksi beras
dalam dua metode tanam yang berbeda (Tanam dan penyiaran) di kedua negara
dan (3) Mengidentifikasi kendala produksi padi di daerah penelitian. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis persentase, rata-rata dan margin kotor
(GM). Hasil penelitian menyatakan bahwa laba bersih yang diperoleh masing-
masing petani di Negara Anambra adalah N59.105 (Rp4.137.350,00) dan N55.355
(Rp3.874.850,00) untuk masing-masing metode tanam dan penyiaran, sedangkan
di Negara Ebonyi masing-masing petani memperoleh laba bersih sebesar N53.800
(Rp3.766.000,00) dan N48.100 (Rp3.367.000,00) dari metode tanam dan
penyiaran. Mayoritas petani padi pada kedua daerah tersebut masih memiliki usia
aktif dan masih produktif serta pengalaman berusahatani yang cukup lama.
Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani padi antara lain: dana
tidak memadai untuk memulai sampai selesainya usaha, kesulitan dalam
memperoleh kredit, mesin pengolahan dan penggilingan tidak memadai, biaya
input berupa pupuk dijual dengan harga tinggi, kurang akses jalan, kesulitan
dalam membentuk koperasi masyarakat, kurang perpanjangan layanan kunjungan
41
kepetani, tingginya biaya produksi padi, kondisi cuaca/perubahan iklim tidak
menguntungkan, harga produksi berfluktuasi, kebijakan pemerintah terkait impor
beras tidak efektif dan banyak hewan pengerat, hama dan kutu penyakit.
Penelitian yang dilakukan oleh Saediman dkk., (2010) dengan judul
penelitian yaitu “Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil Komoditas Industri
Batu Merah/Bata (Sistem Konvensional dan Syariah) di Sulawesi Tenggara”.
Analisis yang digunakan adalah analisis sensitivitas: Net B-C Ratio, NPV, IRR,
dan PBP. Adapun kesimpulan dari penelitian ini antara lain: (1) Berdasarkan
teknologi pengolahan bahan baku dan fasilitas yang digunakan (bangsal, alat dan
proses pencetakan batu bata, dan tungku pembakaran), pola pengusahaan Industri
kecil batu bata dapat dipilah menjadi pola manual tradisional, pola manual
intensif, dan pola mekanis sederhana. Dalam proses pencetakan batu bata, pola
manual tradisional dan pola manual intensif masih menggunakan tenaga manual,
sementara teknologi mekanis sederhana sudah menggunakan bantuan mesin.
Dengan demikian, pola usaha Industri kecil batu bata di lokasi survei lebih lanjut
dapat dibagi menjadi pola usaha manual dan pola usaha mekanis sederhana. (2)
Total biaya investasi yang dibutuhkan Industri kecil batu bata pola manual dengan
kapasitas produksi 20 m3 per siklus (2 bulan) adalah sebesar Rp17.695.000,00.
Sumber dana investasi berasal dari pinjaman kredit 70% (Rp12.386.500,00) dan
dana sendiri 30% (Rp5.308.500,00), dengan bunga pinjaman 22% dan jangka
waktu pengembalian 2 tahun. Modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar
Rp4.493.000,00 yang dibiayai dari pinjaman kredit 70% (Rp3.145.100,00) dan
biaya sendiri 30% (Rp1.347.900,00), dengan bunga pinjaman 22% dan jangka
42
waktu kredit selama satu tahun. (3) Industri kecil batu bata pola mekanis
sederhana dengan kapasitas produksi 30 m3 per siklus (1 bulan) adalah sebesar
Rp109.122.500,00. Sumber dana investasi berasal dari pinjaman kredit 70%
(Rp71.134.000,00) dan dana sendiri 30% (Rp37.988.500,00), dengan bunga
pinjaman 14% dan jangka waktu pengembalian 2 tahun. Modal kerja yang
dibutuhkan adalah sebesar Rp7.502.500 yang dibiayai dari pinjaman kredit 70%
(Rp5.251.750,00) dan biaya sendiri 30% (Rp2.250.750,00), dengan bunga
pinjaman 22% dan jangka waktu kredit selama 1 tahun.
Menurut Saediman et al. (2014) dan Saediman (2016), usaha batu bata di
Sulawesi Tenggara baik pola manual maupun pola mekanik sederhana adalah
layak secara finansial, namun merupakan usaha marjinal (marginal business)
karena nilai keuntungannya yang kecil. Keuntungan yang diperoleh dari pola
mekanik sederhana jauh lebih besar dari pola manual. Meskipun demikian, hampir
semua usaha batu bata dilakukan dengan pola manual. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu keterbatasan modal, kurangnya pengetahuan dan
keterampilan mengenai pola mekanik, keterbatasan infrastruktur dasar, lemahnya
dukungan pemerintah dan lembaga-lembaga terkait, ketersediaan tenaga kerja,
dan kurangnya insentif harga dalam kaitannya dengan kualitas batu bata yang
dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2012), dengan judul “Industri
Batu Bata dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa
Tulikup Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar (Tinjauan Geografi Ekonomi)”.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui Desa Tulikup secara geografi
43
ekonomi dapat dikembangkan sebagai industri batu bata, (2) untuk mengetahui
produk industri batu bata, (3) untuk mengetahui pendistribusian produk industri
batu bata dan (4) untuk mengetahui seberapa besar sumbangan industri batu bata
terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di Desa Tulikup. Penelitian ini
tergolong penelitian deskriptif kualitatif dengan metode teknik sampling purposif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: (1) Berdasarkan aspek-aspek geografi
ekonomi industri batu bata di Desa Tulikup dapat dikembangkan dengan baik (2)
Produk yang dihasilkan sebagian batu bata super dan sebagian kecil batubata
kasar, (3) Pola pemasaran dalam industri batu bata di Desa Tulikup langsung
menjual ke pembeli (4) Sumbangan pendapatan industri batu bata terhadap
pendapatan rumah tangga sebesar Rp106.250.000,00 perbulan artinya rata-rata
sumbangan pengerajin industri batu bata terhadap pendapatan rumah tangga lebih
besar dari pada pendapatan diluar sebagai pengrajin batu bata yaitu sebesar
Rp95.850.000,00. Hal ini disebabkan oleh industri batu bata merupakan pekerjaan
utama selain menjadi petani.
I. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir merupakan proses yang harus dilakukan menurut susunan
serta menggunakan analisis data sesuai dengan keadaan yang ada. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat perbedaan pendapatan antara usahatani padi sawah
dengan industri kecil batu bata.
Padi merupakan tanaman pertanian utama dunia juga merupakan salah satu
komoditas tanaman pangan di Indonesia. Hasil produksinya menjadi bahan
44
makanan pokok dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional.
Ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan bekerja di
sektor tersebut. Selain itu, dapat memiliki kemampuan untuk menghasilkan
surplus. Hal ini terjadi bila produktivitas diperbesar sehingga menghasillkan
pendapatan petani yang lebih tinggi.
Pengembangan pendapatan di luar usahatani (off farm income) juga akan
sangat membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu
pengembangan usaha di luar sektor pertanian adalah pembangunan industri kecil,
salah satunya industri kecil batu bata. Batu bata adalah bahan bangunan yang
dibuat dengan menggunakan tanah liat dengan campuran sekam dan pasir. Batu
bata telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di perdesaan maupun di
perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya pabrik batu bata yang dibangun masyarakat untuk memproduksi
batu bata.
Kedua usaha ini masing-masing memiliki proses produksi untuk
menghasilkan output. Setiap proses tersebut dimulai dari pemasukan input yang
terdiri dari biaya-biaya yakni biaya tetap dan biaya variabel sehingga diperoleh
output berupa beras dari usahatani padi sawah dan bata merah dari bahan baku
tanah liat.
Biaya (cost) adalah hasil dari semua input ekonomi yang diperlukan dan
dapat diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk atau nilai yang dinyatakan
dengan uang dalam satuan rupiah (Rp). Soekartawi (2006), membagi biaya
usahatani menjadi dua, yaitu: (1) Biaya tetap (fixed cost), biaya tetap ini biasanya
45
didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap, jumlahnya terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. (2) Biaya tidak tetap
(variable cost), biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besarnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh.
Biaya yang diperlukan untuk memulai usaha industri kecil batu bata terdiri
dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya awal
yang harus dikeluarkan sebelum kegiatan operasional dilakukan, sedangkan biaya
operasional diperlukan pada saat proses produksi mulai dilakukan. (Saediman
dkk., 2010).
Biaya investasi yang diperlukan untuk membangun industri kecil batu bata
meliputi biaya perizinan, pembelian tanah, pembuatan bangsal, dan penyediaan
beberapa jenis peralatan. Pada pola mekanis sederhana, biaya investasi juga
mencakup penyediaan mesin cetak dan genset. Semua biaya investasi ini harus
dikeluarkan pada tahun ke-0 sebelum memulai kegiatan usaha. Porsi terbesar
biaya investasi adalah untuk pembelian tanah dan pembuatan bangsal, yang
besarnya mencapai 96,1% dari kebutuhan biaya investasi pada pola manual dan
83,8% pada pola mekanis sederhana.
Komponen biaya operasional meliputi biaya variabel dan biaya tetap
(overhead). Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan pembantu,
pembeliaan pasir, kayu bakar, sewa pompa air, transportasi dan biaya tenaga kerja
tidak tetap atau tenaga kerja luar keluarga. Biaya overhead meliputi listrik,
telepon, air, bunga modal pinjaman, penyusutan alat, pajak, tenaga kerja dalam
keluarga dan beberapa peralatan yang habis terpakai dalam setahun.
46
Hasil produksi usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata tersebut
akan bernilai atau harga apabila memiliki tingkat kemampuan untuk dapat
dipertukarkan dengan barang lain berupa satuan uang. Dimana, berdasarkan nilai
tersebut seseorang atau pengusaha bersedia melepaskan barang dan jasa yang
dimilikinya kepada orang lain sehingga ia memperoleh penerimaan berupa
sejumlah mata uang. Suratiyah (2009) menyatakan bahwa, penerimaan adalah
perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk.
Pendapatan timbul bila perbandingan jumlah penerimaan dari hasil
produksi lebih besar dibadingkan dengan jumlah biaya atau pengeluaran selama
proses produksi. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan
usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata dapat diketahui dari besarnya
penerimaan yang dikali dengan harga yang berlangsung, kemudian dikurangi
dengan semua biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan yang diterima masyarakat yang bekerja pada usahatani padi
sawah dan industri kecil batu bata dapat dianalisis melalui analisis pendapatan
atau income (I) yang diperoleh dari penerimaan total hasil produksi atau total
revenue (TR) dikurangi dengan biaya total atau total cost (TC), baik biaya
variabel atau variable cost (VC) maupun biaya tetap atau fixed cost (FC). Untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapatan nyata yang signifikan antara
usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata, digunakan analisis statistik uji
beda rata-rata (compare means). Metode yang digunakan adalah independent
sample t-test. Secara sistematis kerangka berpikir di atas dapat dilihat pada
Gambar 1.
47
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Jenis Usaha
Usahatani Padi Sawah Industri Kecil Batu Bata
Proses Produksi
Biaya (Cost):
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
b. Biaya Variabel (Variable Cost)
Harga (Price)
Biaya Total (Total Cost) Penerimaan (Revenue)
Pendapatan (Income)
Perbedaan Pendapatan antara
Usahatani Padi Sawah dengan
Industri Kecil Batu Bata
48
J. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan teori yang diuraikan di atas, disusun
hipotesis sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara pendapatan usahatani padi sawah dengan
industri kecil batu bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten
Konawe Selatan.
H1 : Terdapat perbedaan antara pendapatan usahatani padi sawah dengan
industri kecil batu bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten
Konawe Selatan.
49
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan dengan pertimbangan bahwa sebagian besar (22,70%)
masyarakatnya bekerja sebagai petani padi sawah, namun di sisi lain ada juga
masyarakat yang telah bekerja pada industri kecil batu bata (18,65%). Dengan
kata lain, bahwa usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata merupakan
sumber penghasilan utama masyarakat di Desa Abenggi. Penelitian ini dilakukan
pada Bulan Februari - Mei 2016.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang hanya bekerja
pada usahatani padi sawah dan masyarakat yang hanya bekerja pada industri kecil
batu bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan.
Jumlah populasi dalam penelitian ini menurut survei awal adalah berjumlah 153
KK (kepala keluarga), terdiri dari 84 KK petani padi sawah dan 69 KK pengusaha
batu bata.
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan simple
random sampling (acak sederhana). Menurut Arikunto (2010), simple random
sampling yaitu peneliti mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga
semua subjek dianggap sama. Apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika
50
jumlah subjeknya lebih besar atau sama dengan 100, dapat diambil sampel sebesar
10% - 15% atau 20% - 25%. Ukuran sampel responden dari penelitian ini adalah
25%. Jadi, 25% dari 84 KK petani padi sawah adalah 21 KK petani padi sawah
dan 25% dari 69 KK pengusaha batu bata adalah 17. Namun, penelitian ini
merupakan basis perbandingan maka jumlah sampel harus sama, sehingga
masing-masing usaha diambil sebanyak 19 responden.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Data kuantitatif berupa data yang diperoleh dari hasil menghitung atau membilang
berbagai kejadian dalam usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata. Data
ini terdiri dari data nominal yang digunakan untuk data variabel pendapatan
seperti jumlah produksi, biaya dan penerimaan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui
wawancara sistematis dengan panduan kuisioner kepada petani padi sawah dan
pengusaha industri kecil batu bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan. Data primer dapat berupa karakteristik responden,
jumlah produksi, biaya input, dan penerimaan. Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui penelusuran informasi kepustakaan yang bersumber dari
literatur buku, artikel, jurnal dan beberapa instansi yang berkaitan dengan
penelitian ini.
51
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Survei yaitu melakukan pengamatan langsung pada lokasi penelitian khususnya
lahan padi sawah dan industri kecil batu bata.
2. Wawancara yaitu melakukan kegiatan tanya jawab dengan responden,
berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan panduan
kuisioner.
3. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik responden terdiri dari:
(1) petani padi sawah (umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, status
kepemilikan lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan garapan) dan
pengusaha industri kecil batu bata (umur, pendidikan, pengalaman berusaha,
jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan usaha), serta (2) karakteristik
usahatani padi sawah dan industri batu bata (jumlah produksi, biaya terdiri dari
biaya variabel dan biaya tetap, dan penerimaan).
F. Analisis Data
Rumusan masalah pertama yaitu jumlah pendapatan pada usahatani padi
sawah dengan industri kecil batu bata dapat diketahui menggunakan analisis
52
finansial dengan cara data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara tabulasi
yang meliputi biaya, penerimaan, dan pendapatan.
Analisis pendapatan pada usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata
adalah sebagai berikut:
a) Biaya
TC = VC + FC
Keterangan:
TC = Biaya Total (Total Cost) (Rp/Kuartal)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost) (Rp/Kuartal)
FC = Biaya Tetap (Fixed cost) (Rp/Kuartal)
b) Penerimaan
TR = Y x Py
Keterangan:
TR = Penerimaan Total (Total Revenue) (Rp/Kuartal)
Y = Jumlah Produksi (Kg padi sawah dan m3 batu bata/Kuartal)
Py = Harga Produksi (Rp)
c) Pendapatan
I = TR – TC
Keterangan:
I = Pendapatan (Income) (Rp/Kuartal)
TR = Penerimaan Total (Total Revenue) (Rp/Kg dan Rp/m3)
TC = Biaya Total (Total Cost) (Rp/Kuartal)
Rumusan masalah kedua yaitu tentang perbedaan pendapatan antara
usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata menggunakan analisis statistik
uji beda rata-rata (compare means). Metode yang digunakan adalah independent
sample t-test.
53
Secara matematis rumus uji beda rata-rata adalah sebagai berikut:
Keterangan:
𝑋 1 = Rata-rata pendapatan usahatanai padi sawah
𝑋 2 = Rata-rata pendapatan usaha industri kecil batu bata
S12 = Varian pendapatan pada usahatani padi sawah
S22 = Varian pendapatan pada industri kecil batu bata
n1 = Jumlah sampel pada usahatani padi sawah
n2 = Jumlah sampel pada industri kecil batu bata
Keterangan kriteria dari uji-t adalah sebagai berikut:
a. Jika t hitung ≤ t Tabel, maka H0 diterima dan H1 tidak diterima.
b. Jika t hitung ≥ t Tabel, maka H0 tidak diterima dan H1 diterima.
∝ = 0,05 (Sudjana, 1992).
Dimana:
1. H0 diterima dan H1 tidak diterima: tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara pendapatan usahatani padi sawah dengan industri kecil batu bata.
2. H1 diterima dan H0 tidak diterima: terdapat perbedaan yang signifikan antara
pendapatan usahatani padi sawah dengan industri kecil batu bata.
G. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah batasan atau pengertian yang
digunakan dengan tujuan untuk memperjelas ruang lingkup penelitian serta untuk
𝑡 − 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =[𝑥 1 − 𝑥 2]
𝑆1
2
𝑛1 +
𝑆22
𝑛1
𝑆12 =
𝑥1 − 𝑥 1 2
𝑛1 − 1
𝑆22 =
𝑥2 − 𝑥 2 2
𝑛2 − 1
54
mempermudah dalam menganalisis data yang berhubungan dengan penarikan
kesimpulan.
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah tanggungan keluarga adalah seluruh anggota keluarga batin dan
nonbatin responden yang masih dalam tanggungan diukur dalam jiwa.
2. Umur yaitu usia responden dihitung sejak lahir sampai saat penelitian
dilaksanakan, dinyatakan dalam satuan tahun.
3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti dan
diselesaikan oleh responden dihitung dalam satuan tahun.
4. Pengalaman berusahatani adalah lamanya petani responden mengusahakan
tanaman padi sawah sampai pada saat penelitian, diukur dalam satuan tahun.
5. Pengalaman usaha batu bata adalah lamanya pengusaha responden
mengusahakan batu bata sampai pada saat penelitian, diukur dalam satuan
tahun.
6. Satu kuartal sama dengan satu siklus produksi padi sawah dan dua siklus
produksi batu bata yaitu kurang lebih selama 4 bulan.
7. Produksi (Y) adalah jumlah produk yang dihasilkan oleh responden padi
sawah berupa beras yang diukur dengan satuan kilogram (kg) dan jumlah
produk industri kecil batu bata berupa bata merah yang diukur dengan satuan
kubik (m3).
8. Biaya tetap pada usahatani padi sawah (fixed cost) yaitu biaya yang besar
kecilnya tidak tergantung pada volume produksi. Petani harus membayar
55
berapapun jumlah produksi yang dihasilkan, meliputi; penyusutan alat dan
pajak, diukur dalam satuan rupiah (Rp/Kuartal).
9. Biaya tetap pada industri kecil batu bata (fixed cost) yaitu biaya yang besar
kecilnya tidak tergantung pada volume produksi. Pengusaha harus membayar
berapapun jumlah produksi yang dihasilkan, meliputi; bunga modal pinjaman,
penyusutan alat dan bangunan, pajak, listrik dan sewa pompa air, diukur
dalam satuan rupiah (Rp/Kuartal).
10. Biaya variabel pada usahatani padi sawah (variable cost) yaitu biaya yang
besar kecilnya tergantung pada volume produksi, meliputi; benih, pupuk,
pestisida, herbisida dan tenaga kerja upah, diukur dalam satuan rupiah
(Rp/Kuartal).
11. Biaya variabel pada industri kecil batu bata (variable cost) adalah biaya yang
besar kecilnya tergantung pada volume produksi, meliputi; tenaga kerja upah,
pembelian pasir, pembelian kayu bakar, dan biaya makan saat pembakaran
bata, diukur dalam satuan rupiah (Rp/Kuartal).
12. Penerimaan (revenue) adalah nilai yang diperoleh oleh responden petani padi
sawah selama satu kali siklus produksi dan pengusaha batu bata selama dua
kali siklus produksi yang diperoleh dari hasil kali jumlah produksi dengan
harga yang berlaku saat itu, diukur dalam satuan rupiah (Rp/Kuartal).
13. Pendapatan (income) adalah jumlah uang yang diterima oleh responden petani
padi sawah dan pengusaha industri kecil batu bata dari hasil penjualan
produksinya setelah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama
kegiatan produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp/Kuartal).
56
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
A.1 Letak dan Batas Wilayah
Desa Abenggi merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan yang terletak di sebelah utara pusat
pemerintahan Kecamatan Landono. Secara geografis, Desa Abenggi merupakan
wilayah dataran.
Desa Abenggi memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Landono II
b. Sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan Desa Wata Benua
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Talumbinga
A.2 Keadaan Iklim dan Topografi
Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup
lama, minimal 30 tahun sifatnya tetap. Cuaca merupakan keadaan atmosfir pada
waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu. Cuaca dan iklim
merupakan salah satu komponen ekosistem alam, sehingga kehidupan baik
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh keadaan
atmosfir. Iklim suatu daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor: curah hujan, suhu,
kelembaban udara, angin, tekanan udara, dan ketinggian tempat.
Kondisi iklim suatu daerah dapat diketahui menggunakan metode
Schmidth-Ferguson yaitu dengan membagi rata-rata jumlah bulan kering (BK)
57
dengan rata-rata bulan basah (BB) selama 10 tahun. Secara umum keadaan iklim
di Desa Abenggi Kecamatan Landono tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim
pada beberapa wilayah lain yang ada di wilayah Indonesia. Ciri iklim tropis
dengan dua jenis musim dalam setahun merupakan sifat kondisi iklim secara
umum yang terjadi di Indonesia. Dua jenis musim yang dimaksud adalah musim
penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan biasanya terjadi pada
Bulan April sampai Bulan Juni sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Juli
sampai Bulan Oktober dan terkadang musim hujan dan musim kemarau terjadi
pada Bulan November sampai Bulan Maret. Kedua musim ini sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat disuatu daerah, khususnya di bidang
pertanian termasuk dalam penambangan batu merah yang ada di Desa Abenggi.
Secara umum, keadaan iklim di Kabupaten Konawe Selatan dan termasuk
Desa Abenggi Tahun 2014 mencapai 2.726,3 mm dalam 163 Hari Hujan (HH).
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai faktor, perbedaan ketinggian dari
permukaan laut mengakibatkan perbedaan suhu untuk masing-masing tempat
dalam suatu wilayah. Kabupaten Konawe Selatan juga merupakan daerah yang
bersuhu tropis. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter
Monginside, selama Tahun 2014 suhu udara maksimum 320
dan minimum 230.
Tekanan udara rata-rata 1.008,6 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 83%.
Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3 m/sec.
Desa Abenggi juga memiliki topografi dataran yang berbukit-bukit dengan
ketinggian 176 mdpl yang berpotensi sebagai lahan pertanian. Secara hidrologi,
58
Desa Abenggi memiliki irigasi pengairan teknis sepanjang 3 km dengan tingkat
kemungkinan dampak rawan banjir.
A.3 Luas Wilayah dan Tataguna Lahan
Desa Abenggi merupakan wilayah dataran yang memiliki luas wilayah
secara keseluruhan seluas 2.860 ha atau 3,5 km2
atau 2,6% dari total luas wilayah
Kecamatan Landono yaitu sebesar 125,9 km2 (terdapat lahan sengketa).
Penggunaan lahan tersebut dapat dirinci pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Wilayah dan Tataguna Lahan di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
No. Tataguna Lahan Luas
(Ha)
Persentase
(%)
1. Lahan pertanian
a. Sawah irigasi
b. Sawah tadah hujan
156
133
23
5,45
4,65
0,80
2. Lahan tempat tinggal
a. Lahan pemukiman
b. Lahan kering
2.704
87
2.617
94,55
3,04
91,50
Jumlah 2.860 100,00
Sumber : RPJMDES Abenggi, 2016
Data dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa tataguna lahan di Desa Abenggi
pada Tahun 2016 memiliki penggunaan lahan sawah sebesar 133 ha (4,65%) lebih
besar daripada penggunaan lahan sawah tadah hujan yang luasnya 23 ha (0,80%)
dari total luas Desa Abenggi yaitu sebesar 2.860 ha. Luas tataguna lahan bukan
sawah untuk penggunaan lahan pemukiman sebesar 87 ha (3,04%) sedangkan
lahan kering memiliki tataguna lahan yang paling luas yaitu sebesar 2.617 ha
(91,50%). Lahan kering ini memiliki warna tanah yang kemerah-merahan dengan
tekstur liat yang tinggi sehingga sangat berpotensi untuk penambangan batu bata.
59
Oleh karena itu, sampai saat ini masyarakat di Desa Abenggi membangun usaha
di atas tanah ini berupa industri kecil pembuatan batu bata.
A.4 Keadaan Demografi
Keadaan demografi atau penduduk Desa Abenggi ditabulasi berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan
keadaan sarana dan prasarana sosial - ekonomi.
A.4.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur yaitu penggolongan penduduk
berdasarkan usia, sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang produktif dan
non produktif. Jumlah penduduk Desa Abenggi pada Tahun 2016 adalah 634 jiwa
yang berasal dari 194 KK. Penduduk laki-laki berjumlah 328 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebesar 306 jiwa. Jumlah penduduk Desa Abenggi menurut
umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun
2016
No. Golongan Umur
(Tahun)
Jenis kelamin Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%) Laki-laki Perempuan
1. 0-14 83 89 172 27,13
2. 15-54 210 188 398 62,78
3. > 55 35 29 64 10,09
Jumlah 328 306 634 100,00
Sumber : RPJMDES Desa Abenggi, 2016
Menurut Soeharjo dan Patong (1984), penduduk diklasifikasikan sebagai
usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-54 tahun), dan usia tidak
produktif (lebih dari 55 tahun). Data dari Tabel 4. tersebut menunjukkan bahwa
60
sebagian besar penduduk di Desa Abenggi merupakan usia produktif untuk
bekerja yaitu sebesar 398 jiwa (62,46%). Hal ini berarti masyarakat yang
berjumlah 398 jiwa tersebut menanggung beban tanggungan penduduk yang non
produktif yaitu berjumlah 238 jiwa.
Penduduk dengan usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih
kuat sehingga mampu bekerja dengan baik. Selain itu, penduduk umur produktif
masih dimungkinkan memiliki keinginan untuk meningkatkan keterampilan dan
menambah pengetahuan dalam mengelolah usahanya. Meningkatnya keterampilan
dan pengetahuan masyarakat secara tidak langsung dapat mempengaruhi produksi
sehingga dapat meningkatkan pendapatannya baik yang berusahatani padi sawah
maupun yang berusaha industri kecil batu bata dan bentuk usaha-usaha lainnya.
A.4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan berkaitan dengan pola berpikir dan mempengaruhi
kecepatan suatu adopsi teknologi yang ada. Komposisi penduduk di suatu wilayah
menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber
daya manusia dan kemampuan penduduk untuk mengadopsi suatu teknologi yang
ada di wilayah tersebut.
Sarana pendidikan yang ada di Desa Abenggi terdiri dari PAUD, TK dan
SD. Sarana fisik dan tenaga guru yang memadai dapat meningktakan jumlah
penduduk yang ingin bersekolah. Berikut ini, Tabel 4 mengenai komposisi
penduduk Desa Abenggi menurut pendidikan.
61
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
No. Pendidikan Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Persentase
(%)
1. TK/belum sekolah 230 37,89
2. SD 237 39,04
3. SLTP 97 15,98
4. SLTA 29 4,78
5. D-3 9 1,48
6. S-1 5 0,82
Jumlah 607 100,00
Sumber : RPJMDES Desa Abenggi, 2016
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang masih
TK dan belum sekolah berjumlah 230 jiwa (37,89%) namun, jumlah penduduk
yang tamat SD lebih besar yaitu berjumlah 237 jiwa (39,04%). Walaupun jumlah
penduduk yang mencapai perguruan tinggi lebih sedikit yaitu dengan jumlah
penduduk D-3 sebesar 9 jiwa dan S-1 yaitu 5 jiwa, akan tetapi banyak generasi
mendatang yang memiliki sumber daya manusia yang baik. Hal ini karena
pemerintah Desa Abenggi beserta masyarakatnya sudah menjalankan pendidikan
wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat, dan
dikarenakan pula penduduk di Desa Abenggi ingin memperoleh tingkat
pendidikan yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
A.4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencarian merupakan unsur penting untuk menunjang kehidupan
ekonomi manusia karena dengan mata pencaharian tersebut manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata pencaharian suatu wilayah tergantung
dari potensi sumberdaya alam, tingkat pendidikan serta keterampilan yang
62
dimiliki oleh masing-masing masyarakat tersebut. Mata pencaharian penduduk
Desa Abenggi sangat bervariasi, namun sebagian besar penduduk bergerak di
sektor pertanian. Untuk mengetahui lebih jelas keadaan penduduk menurut mata
pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah penduduk
(jiwa) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Petani
Pedagang
Tukang kayu
Tukang batu
Penjahit
PNS
TNI/POLRI
Perangkat desa
Pengrajin
Industri kecil
Buruh industri
108
12
20
25
2
7
1
20
4
75
96
29,19
3,24
5,41
6,76
0,54
1,89
0,27
5,41
1,08
20,27
24,91
Jumlah 370 100,00
Sumber: RPJMDES Desa Abenggi, 2016
Pada Tabel 5 menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Abenggi
bermata pencaharian sebagai petani, yaitu sebesar 108 orang (29,19%).
Berdasarkan jumlah penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai
petani maka sektor pertanian dijadikan sebagai mata pencaharian utama penduduk
Desa Abenggi. Hal ini disebabkan karena Desa Abenggi memiliki lahan pertanian
yang cukup luas disamping keadaan tanah dan sistem irigasi yang mendukung.
Mata pencaharian selanjutnya yang banyak ditekuni oleh penduduk Desa
Abenggi adalah buruh industri yaitu sebesar 96 jiwa (24,91%). Hal ini seiring
banyaknya industri kecil yang diusahakan oleh penduduk Desa Abenggi
khususnya industri kecil batu bata, dimana jumlah penduduk yang bekerja di
63
sektor tersebut adalah 75 jiwa (20,27%). Jenis mata pencaharian ini banyak
ditekuni oleh masyarakat di Desa Abenggi, hal ini karena di desa tersebut
memiliki lahan kering yang cukup luas dan berpotensi untuk penambangan batu
bata.
A.4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana Sosial - Ekonomi
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang kehidupan
masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Lebih jelasnya mengenai keadaan
sarana dan prasarana di Desa Abenggi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sosial – Ekonomi di Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
No. N Sarana dan Prasarana Satuan Fisik Jumlah Fisik Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sarana Pendidikan
a. PAUD/TK
b. SD
Sarana Kesahatan
Posyandu
Sarana Agama
a. Masjid
b. Mushallah
c. Gereja
Prasarana
a. Jembatan Beton
b. Irigasi
Sarana Pemerintahan
a. Kantor Desa
b. Balai Pertemuan
Sarana Perekonomian
a. Gedung KUD
b. Kios
Sarana Keamanan
Pos Kamling
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
20
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sumber: RPJMDES Desa Abenggi, 2016
64
Tersedianya sarana dan prasarana dapat mempermudah dan memperlancar
kegiatan masyarakat seperti sarana sosial seperti kantor desa. Kantor desa dapat
digunakan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat terutama petani dalam
rangka mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian, selain itu juga digunakan
sebagai tempat pertemuan antara masyarakat dengan pemerintah desa.
Desa Abenggi memiliki prasarana berupa irigasi yang berjumlah 2 unit
yang sangat membantu petani, khusunya petani padi sawah dalam proses
budidaya. Sarana pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai tempat menuntut ilmu
bagi anak-anak usia sekolah di daerah ini. Sarana perekonomian diharapkan
mampu memenuhi dan menyediakan segala keperluan yang dibutuhkan oleh
masyarakat khususnya petani dalam rangka peningkatan taraf hidup mereka.
Selain itu, terdapat satu unit gedung KUD di Desa Abenggi yang digunakan
sebagai sekertariat lembaga ekonomi perdesaan yaitu koperasi. Sarana kesehatan
diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Prasarana peribadatan
dapat dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dan peningkatan pengetahuan spiritual
bagi masyarakat. Sarana keamanan berupa pos kamling dimanfaatkan untuk
menjaga keamanan di desa ini.
B. Identitas Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata
Identitas responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman berusaha, baik
pada usahatni padi sawah maupun industri kecil batu bata. Penjelasan mengenai
gambaran identitas responden yang diteliti, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
65
B.1 Keadaan Responden Menurut Umur
Umur merupakan usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai saat
penelitian dilaksanakan. Umur responden baik petani padi sawah maupun
pengusaha industri kecil batu bata menentukan kapasitas pengelolaan terhadap
usahanya. Responden dengan umur muda mempunyai kekuatan fisik yang kuat
sehingga dapat bekerja secara efisien. Sedangkan responden yang berumur tua
kekuatan fisiknya telah menurun, di lain pihak seringkali dihadapkan pada
pekerjaan fisik yang berat. Selain itu, petani maupun pengusaha muda atau
produktif umumnya lebih cepat menerima hal baru daripada mereka yang berusia
tua (non produktif) karena mereka lebih berani menanggung risiko, serta kurang
memiliki pengalaman sehingga mereka yang masih muda harus lebih dinamis
supaya mendapat pengalaman baru lebih cepat untuk pembangunan usahanya.
Sebaliknya mereka yang relatif tua memiliki kapasitas pengelolaan yang lebih
baik dan matang karena memiliki banyak pengalaman. Oleh karena itu, umur
merupakan suatu variabel yang sangat menentukan pola pikir dan kemampuan
fisik seseorang dalam mengelola usahanya.
Menurut Soeharjo dan Patong (1984), bahwa katagori umur produktif
adalah mulai dari usia 15-54 tahun dan selebihnya masuk katagori umur non
produktif. Lebih jelasnya distribusi responden berdasarkan umur dapat disajikan
pada Tabel 7.
66
Tabel 7. Distribusi Responden Usahatani Padi sawah dan Industri Kecil Batu Bata
Berdasarkan Golongan Umur di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
Umur
(Tahun)
Responden (orang)
Petani padi
sawah
Persentase
(%)
Pengusaha batu
bata
Persentase
(%)
15 – 54 15 78,95 16 84,21
>54 4 21,05 3 15,79
Total 19 100,00 19 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 2
Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 31 (81,16%) responden merupakan
kategori umur produktif yang terdiri dari 15 orang (39,47%) petani padi sawah
dan 16 orang (42,11%) pengusaha batu bata. Sementara jumlah responden non
produktif hanya terdapat 7 (18,42%) responden dari jumlah keseluruhan yaitu
sebanyak 38 orang. Hal ini dapat diketahui bahwa jumlah responden yang masih
produktif lebih besar dibandingkan dengan responden non produktif. Jumlah
tersebut terdiri dari 4 orang (10,53%) petani padi sawah dan 3 orang (7,89%)
pengusaha batu bata.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa, kemampuan fisik dan
kemampuan berfikir dari responden pada kedua usaha tersebut masih dalam
kondisi produktif. Umur produktif seseorang sangat mempengaruhi prestasi kerja
terutama dari segi kemampuan fisik, pengalaman dan cara berpikir dalam
memecahkan masalah terkait dengan kegiatan usaha yang dijalani.
B.2 Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan salah satu aspek yang menentukan
kemampuan serta cara berpikir seseorang dalam mengelola usahanya. Begitupula
67
dengan petani padi sawah dan pengusaha batu bata. Semakin tinggi pendidikan
formal responden, maka pengetahuan dan wawasannya semakin luas serta cara
berpikirnya akan semakin rasional. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah
satu faktor yang dapat menentukan dan merangsang seseorang untuk kreatif dan
inovatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang berkaitan dengan usaha
yang digeluti sehingga akan mempercepat proses adopsi teknologi informasi
dalam upaya mengembangkan usaha yang dikelolanya.
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal
yang pernah diikuti oleh responden dengan melihat lamanya tahun pendidikan.
Mengenai keadaan pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu
Bata Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
Tingkat
Pendidikan
Responden (orang)
Petani padi
sawah
Persentase
(%)
Pengusaha batu
bata
Persentase
(%)
SD 13 68,42 10 52,63
SMP 3 15,79 5 26,32
SMA 3 15,79 4 21,05
Total 19 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 2
Data dari Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada
usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata di Desa Abenggi lebih
didominasi oleh tamatan SD yaitu secara berurutan sebanyak 13 orang (68,42%)
dan 10 orang (52,63%). Sedangkan pada tingkat pendidikan SMP dan SMA lebih
sedikit yaitu dengan total jumlah responden pada usahatani padi sawah sebanyak
68
6 orang terdiri dari 3 orang (15,79%) responden tamatan SMP dan 3 orang
(15,79%) responden tamatan SMA. Sementara pada industri kecil batu bata yaitu
terdapat 9 orang terdiri dari 5 (13,16%) responden tamatan SMP dan 4 (10,53%)
responden tamatan SMA. Dengan demikian bahwa tingkat pendidikan responden
baik petani padi sawah maupun pengusaha batu bata di Desa Abenggi masih
tergolong dalam tingkat pendidikan yang rendah. Namun, hal ini tidak menjadi
penghambat dalam melaksanakan setiap tahapan proses dalam usahanya
khususnya dalam usahatani padi sawah, karena selain mendapatkan pendidikan
formal petani juga mendapat pendidikan non formal baik dari dinas penyuluhan
pertanian maupun dari lembaga penelitian dan pengabdian seperti universitas.
Begitu pula pada usaha batu bata yang hanya menggunakan alat-alat tradisional
dalam proses pembuatannya sehingga tidak menuntut keahlian tertentu yang
meski diperoleh melalui jenjang pendidikan.
Budidaya padi sawah maupun industri batu bata dapat dilakukan oleh siapa
saja karena teknologi yang diterapkan sederhana, namun inovasi teknologi
modern yang lebih baik dan sesuai dengan anjuran memerlukan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan, baik melalui pelatihan, bimbingan maupun
penyuluhan.
B.3 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang tinggal
satu rumah dimana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit
manajemen. Besarnya jumlah tanggunagan keluarga sangat mempengaruhi
69
motivasi seseorang bekerja untuk memperoleh pendapatan yang besar karena
biaya yang dikeluarkan pun semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Situngkir, dkk (2007), bahwa besarnya jumlah tanggungan
keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan untuk melakukan
pekerjaan. Semakin banyak responden mempunyai anak dan tanggungan, maka
waktu yang disediakan responden untuk bekerja semakin efektif.
Menurut Soeharjo dan Patong (1984), bahwa jumlah anggota keluarga
sekitar 2-4 yang termasuk golongan keluarga kecil sedangkan anggota keluarga
>4 orang termasuk keluarga besar. Jumlah anggota keluarga yang produktif dapat
menyediakan jumlah tenaga kerja keluarga yang besar pula dalam berusaha
sehingga akan berpengaruh pada pendapatan keluarga. Lebih jelasnya keadaan
responden usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata berdasarkan jumlah
tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu
Bata Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Abenggi
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
Jumlah
tanggungan
keluarga
(orang)
Responden (orang)
Petani padi
sawah
Persentase
(%)
Pengusaha
batu bata
Persentase
(%)
2-4 (kecil) 15 78,95 16 82,21
>4 (besar) 4 21,05 3 15,79
Total 19 100,00 19 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 2
Data dari Tabel 9 menunjukkan bahwa responden dari kedua usaha tersebut,
baik usahatani padi sawah maupun industri kecil batu bata memiliki jumlah
tanggungan keluarga kecil dengan jumlah secara berturut-turut yaitu 15 orang
70
(78,95%) dan 16 orang (82,21%), sedangkan responden yang memiliki jumlah
tanggungan keluarga besar hanya sedikit yakni hanya 4 orang (21,05%) responden
petani padi sawah dan 3 orang (15,79%) responden pengusaha batu bata. Artinya
bahwa konsekuensi alokasi tenaga kerja dan pendapatan responden sedikit untuk
memenuhi kebutuhan keluarga baik untuk konsumsi maupun untuk kepentingan
lain seperti pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.
B.4 Pengalaman Berusaha
Pengalaman merupakan suatu proses pendidikan yang diperoleh di luar
bangku sekolah dari suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami dan
berguna bagi seseorang untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya. Dalam hal ini,
pengalaman berusahatani padi sawah dan industri kecil batu bata untuk
mengembangkan usaha yang dikelola. Menurut Tuwo (2011) bahwa, pengalaman
merupakan guru yang terbaik bagi petani. Pengalaman dapat menjadi acuan dalam
penyusunan langkah dimasa yang akan datang.
Soeharjo dan Patong (1984) mengkategorikan tiga golongan kriteria
pengalaman dalam berusaha, yaitu kurang berpengalaman (<5 tahun), cukup
berpengalaman (5-10 tahun) dan berpengalaman (>10 tahun). Sehingga distribusi
responden petani padi sawah dan pengusaha batu bata menurut pengalaman
berusaha dapat dilihat pada Tabel 10.
71
Tabel 10. Distribusi Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu
Bata Berdasarkan Pengalaman Berusaha di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
Pengalaman
Usahatani
(Tahun)
Responden (orang)
Petani padi
sawah
Persentase
(%)
Pengusaha
batu bata
Persentase
(%)
<5 - 0 8 42,11
5 – 10 - 0 11 57,89
>10 19 100,00 - -
Total 19 100,00 12 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa semua responden pada
usahatani padi sawah telah memiliki pengalaman yang cukup dalam berusahatani
padi sawah. Terbukti bahwa seluruh responden telah memiliki pengalaman lebih
dari 10 tahun. Hal ini disebabkan karena kegiatan berusahatani khususnya padi
sawah merupakan budaya (culture) dari masyarakat Desa Abenggi.
Masyarakat Desa Abenggi didominasi oleh suku jawa, dimana bertani
khususnya padi sawah merupakan budaya mereka, hingga sampai setelah
melakukan transmigrasi di desa tersebut. Sedangkan responden pada industri kecil
batu bata terdapat 8 orang (42,11%) yang belum berpengalaman dan selebihnya
yaitu berjumlah 11 orang (57,89%) memiliki pengalaman yang cukup. Hal ini
disebabkan usaha batu bata di Desa Abenggi baru dimulai sejak tahun 2004,
dimana sebelumnya mereka bekerja di sektor pertanian. Berdasarkan pengalaman
yang ada diharapkan petani padi sawah maupun pengusaha industri kecil batu bata
mampu mengembangkan dan mengelola usahanya dengan baik sehingga mereka
mampu meningkatkan pendapatan keluarganya.
72
Gambaran rata-rata identitas responden pada usahatani padi sawah dan
industri kecil batu bata secara umum dapat disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Identitas Responden Petani Padi Sawah dan Pengusaha
Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
No. Uraian
Jenis usaha
Usahatani
padi sawah
Industri
kecil
batu bata
1. Rata-rata umur responden (tahun) 50 43
2. Rata-rata pendidikan responden (tahun) 8 8
3. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga
(orang)
3 3
4. Rata-rata pengalaman berusaha (tahun) 28 5
Sumber: Analisis Data Primer Diolah, 2016 Berdasarkan Lampiran 2
Data dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden petani
padi sawah lebih tua 7 tahun (50 tahun) dibandingkan rata-rata umur responden
pengusaha batu bata (43 tahun). Rata-rata umur responden kedua usaha tersebut
dalam usia produktif (15-54 tahun). Pada usia produktif, responden mampu untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan mengelolah usahanya.
Rata-rata pendidikan responden usahatani padi sawah (8 tahun) sama
dengan rata-rata pendidikan responden industri kecil batu bata (8 tahun) yaitu
pendidikan Sekolah Dasar, artinya bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
responden petani padi sawah sama tingginya dengan tingkat pendidikan yang
dimiliki responden industri kecil batu bata, sehingga pengetahuan yang dimiliki
responden secara tidak langsung berpengaruh dalam pengambilan keputusan
dalam mengelolah usaha yang dijalankannya.
Rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden usahatani padi sawah
adalah 3 orang sama dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden
73
industri kecil batu bata (3 orang). Dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah
tanggungan keluarga dari kedua responden tersebut masuk dalam kategori
keluarga kecil (2-4 orang).
Rata-rata pengalaman responden mengusahakan usahatani padi sawah
adalah 28 tahun, sedangkan rata-rata pengalaman responden mengusahakan batu
bata adalah 5 tahun. Berarti pengalaman yang dimiliki responden padi sawah jauh
lebih lama (23 tahun). Hal ini dikarenakan usahatani padi sawah lebih dulu
dikenal dan merupakan culture dari masyarakat dibandingkan usaha batu bata
yang baru dimulai sejak tahun 2004.
C. Karakteristik Usaha
Karakteristik usaha baik dari usahatani padi sawah maupun industri kecil
batu bata dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek antara lain: luas lahan,
biaya variabel, biaya tetap, produksi, dan penerimaan.
C.1 Luas Lahan
Lahan berperan penting sebagai tempat terlaksananya kegiatan usaha yang
dapat menghasilkan produksi yang ingin dicapai. Luas lahan berupa tanah
merupakan salah satu modal untuk melakukan sebuah usaha, khususnya pada
usahatani padi sawah dan industri batu bata, dimana tanah merupakan media
tanam oleh tanaman padi sawah dan sebagai bahan baku pembuatan bata.
Luas lahan mempunyai kaitan yang erat dengan penggunaan input lainnya,
sehingga semakin luas lahan yang digunakan maka semakin besar pula input yang
dipakai. Hernanto (1991) mengemukakan bahwa, ada tiga golongan petani
74
berdasarkan luas areal yang digarapnya yaitu kategori sempit < 0,5 ha, kategori
sedang 0,5-2 ha dan kategori luas > 2 ha. Lebih jelasnya mengenai tingkat
penggunaan luas lahan baik usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Keadaan Responden Petani Padi Sawah dan Pengusaha Batu Bata
Berdasarkan Luas Lahan di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
Kategori
Responden (orang)
Petani padi
sawah
Persentase
(%)
Pengusaha
batu bata
Persentase
(%)
Sempit <0,5 ha - 0 9 47,37
Sedang 0,5-2 19 100,00 10 52,63
Luas >2 - - -
Total 19 100,00 19 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 2
Berdasarkan data Tabel 12 menunjukkan seluruh responden pada
usahatani padi sawah menggunakan lahan dengan kategori sedang yaitu seluas
0,5-2 ha. Sedangkan tingkat penggunaan lahan pada usaha industri batu bata yang
terbanyak adalah kategori sedang pula yaitu sebesar 10 orang atau 52,63% dan
kategori sempit sebanyak 9 orang atau 47,37%.
Penggunaan lahan pada usahatani padi sawah hanya terdapat pada kategori
sedang karena wilayah Desa Abenggi tidak luas yaitu 2.860 ha atau 3,5 km2
(2,6%
dari total luas wilayah Kecamatan Landono yaitu sebesar 125,9 km2) jika
dibandingkan dengan penduduk yang berjumlah 634 jiwa, dimana pada saat
sebelum adanya industri batu bata, masyarakat dominan berusahatani padi sawah
sehingga masing-masing memiliki luas lahan sedang (RPJMDES Abenggi, 2014).
75
C.2 Biaya Usaha (Cost )
Biaya (cost) adalah hasil dari semua input ekonomi yang diperlukan dan
dapat diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk atau nilai yang dinyatakan
dengan uang dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya yang diperlukan merupakan suatu pengorbanan yang perlu dan
dapat diperkirakan, dimana biaya yang digunakan dapat dipastikan pada saat
pelaksanaannya, dan dapat diukur serta harus dapat dihitung jumlahnya dan
dinyatakan dalam bentuk uang pada waktu penghitungan. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Mulyadi (2007), bahwa biaya merupakan
pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Penggunaan biaya yang dipakai dalam penelitian ini adalah baik pada
usahatani padi sawah maupun industri kecil batu bata terhitung selama satu
kuartal, terhitung sebagai 1 (satu) siklus produksi pada usahatani padi sawah dan
2 (dua) siklus produksi pada industri kecil batu bata. Ada dua jenis biaya pada
usahatani padi sawah maupun industri kecil batu bata yaitu biaya variabel
(variable cost) dan biaya tetap (fixed cost).
C.2.1 Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel (variable cost) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
biaya yang habis terpakai dalam satu kali siklus produksi pada usahatani padi
sawah dan dua kali siklus produksi pada industri kecil batu bata. Biaya variabel
pada usahatani padi sawah terdiri dari: biaya pembelian benih, pupuk, pestisida,
76
herbisida dan upah tenaga kerja. Sedangkan biaya variabel daripada industri kecil
batu bata adalah: pembelian pasir, kayu bakar, upah tenaga kerja dan biaya makan
saat pembakaran bata. Selanjutnya penggunaan biaya variabel pada usahatani padi
sawah maupun industri kecil batu bata dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Biaya Variabel yang Digunakan Responden pada Usahatani
Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
No. Jenis Usaha Jenis Biaya Variabel
Biaya
(Rp)
1.
Usahatani padi
sawah
a. Benih (kg) 311.842,10
b. Pupuk
- Urea
- NPK
- TSP
- Sp-36
465.579,00
215.789,50
87.157,89
75.789,47
86,842,11
c. Pestisida
- Katur
- Decis
- Asrodin
- Darmabas
556.315,79
45.789,74
84.210,53
236.842,11
189.473,68
d. Herbisida
- DMA
- Basmilang
- Gramoxone
193.105,26
83.368,42
45.000,00
64.736,84
e. Tenaga kerja upah
- Pengolahan tanah
- Pembibitan
- Penanaman
- Penyiangan
- Pemupukan
- Pengendalian hama
- Panen
- Pasca panen
7.581.053,00
1.121.052,63
612.105,26
1.052.631.58
647.368.42
631.578,95
363.157,89
1.388.421,05
1.764.736,80
Jumlah 9.107.895,00
2.
Industri kecil batu
bata
a. Pasir 220.000,00
b. Kayu bakar 1.515.789,48
c. Tenaga kerja upah
- Melumpur,
mencetak, membaris
- Menyusun bata,
mengepak
11.073.684,00
7.663.157,90
3.410.526,40
d. Biaya makan 410.526,32
Jumlah 13.224.210.00
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 7 dan 15
77
Data dari Tabel 13 dapat diketahui jumlah rata-rata biaya penggunaan
biaya variabel pada usahatani padi sawah (Rp9.107.895,00/kuartal) lebih rendah
dibandingkan rata-rata biaya variabel pada industri kecil batu bata
(Rp13.224.210,00/kuartal). Pada usahatani padi sawah dapat diketahui rata-rata
penggunaan biaya variabel terkecil berupa herbisida (Rp193.105.26/kuartal) dan
penggunaan biaya variabel terbesar berupa tenaga kerja (Rp7.581.053,00/kuartal).
Sementara pada industri kecil batu bata diketahui rata-rata penggunaan biaya
variabel terkecil berupa pasir (Rp220.000,00/kuartal) dan penggunaan biaya
variabel terbesar berupa tenaga kerja (Rp 11.073.684,00/kuartal).
Dari Tabel 13 juga dapat dilihat bahwa jenis/unsur penggunaan biaya
variabel pada usahatani lebih banyak (benih, pupuk, pestisida, herbisida dan
tenaga kerja upah) dibandingkan dengan usaha batu bata (pasir, kayu bakar dan
tenaga kerja upah) namun, biaya yang dipakai pada usahatani padi sawah lebih
rendah dibandingkan rata-rata biaya variabel pada industri kecil batu bata dengan
selisih sebesar Rp4.118.315,00. Hal ini disebabkan biaya sarana produksi dan
upah tenaga kerja pada industri batu bata lebih tinggi dibandingkan usahatani padi
sawah. Usaha batu bata dilakukan setiap hari sehingga upah dihitung dalam
bentuk harian sementara usahatani padi sawah tidak di upah dalam bentuk harian,
berupa upah borongan.
C.2.2 Biaya Tetap (Fixed Cost )
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak habis dalam satu kali
proses produksi baik pada usahatani padi sawah maupun industri kecil batu bata,
78
namun mengalami penyusutan atau disebut sebagai biaya investasi seperti
bangunan pada industri dan pengadaan peralatan untuk menunjang keberlanjutan
usaha. Selain penyusutan alat, terdapat biaya pajak pada masing-masing usaha dan
biaya sewa pompa air, biaya listrik dan bunga modal pinjaman pada usaha batu
bata.
Nilai ekonomis dari masing-masing peralatan yang digunakan, baik pada
usahatani padi sawah maupun industri kecil batu bata dihitung penyusutannya
dalam waktu 4 bulan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis
lurus yaitu nilai awal dari peralatan dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi
dengan umur ekonomis dari peralatan tersebut. Nilai awal diperoleh dari biaya
yang digunakan untuk membeli peralatan tersebut sedangkan umur ekonomis
dilihat dari lamanya penggunaan peralatan tersebut masih menguntungkan. Untuk
lebih jelasnya uraian penyusutan alat dan semua biaya tetap pada usahatani padi
sawah maupun industri batu bata dapat dilihat pada Tabel 14.
79
Tabel 14. Rata-rata Biaya Tetap yang Digunakan Responden Usahatani Padi
Sawah dan Industri Kecil Batu Bata Di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
No. Jenis Usaha Jenis Biaya Tetap
Biaya
(Rp)
1.
Usahatani
padi sawah
a. Penyusutan Alat 232.684,00
- Cangkul
- Sabit
- Sprayer
- Traktor
35.000,00
8.605,26
36.710,53
152.368,42
b. Pajak Tanah 13.508,77
Jumlah 246.193,00
2.
Industri
kecil batu
bata
a. Penyusutan Bangunan (Bangsal) 420.394,80
b. Penyusutan Alat
- Cangkul
- Arco
- Ember
- Cetakan
- Papan
- Pemotong
730.514,00
58.907,90
60.947,36
16.421,06
48.505,26
117.000,00
8.336,84
c. Sewa pompa air 120.000,00
d. Biaya listrik 67.368,42
e. Pajak Usaha 60.000,00
f. Bunga pinjaman 1.251.789,48
Jumlah 2.229.672,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 10 dan 22
Data dari Tabel 14 menunjukan bahwa jumlah rata-rata biaya penggunaan
biaya tetap pada usahatani padi sawah (Rp246.193,00/kuartal) lebih rendah
dibandingkan rata-rata biaya tetap pada industri kecil batu bata
(Rp2.229.672,00/kuartal). Pada usahatani padi sawah dapat diketahui rata-rata
penggunaan biaya tetap terkecil berupa pajak (Rp13.508,77/kuartal) dan
penggunaan biaya terbesar berupa penyusutan alat (Rp232.684,00/kuartal).
Sementara pada industri kecil batu bata dapat diketahui rata-rata penggunaan
biaya tetap terkecil berupa pajak (Rp60.000,00/kuartal) dan penggunaan biaya
tetap terbesar berupa bunga modal pinjaman (Rp1.251.789,48/kuartal).
80
Penggunann biaya tetap pada usahatani padi sawah terdiri dari penyusutan
alat dan pajak (Rp246.193,00/kuartal) lebih rendah dibandingkan dengan
penggunaan biaya pada industri kecil batu bata berupa penyusutan bangunan,
penyusutan alat, sewa pompa air, biaya listrik, pajak dan bunga modal pinjaman
(Rp2.229.672,00/kuartal) dengan selisih sebesar Rp1.983.479,00. Besarnya selisih
penggunaan biaya tetap ini disebabkan karena penggunaan alat-alat pembuatan
batu bata lebih banyak, termasuk bangunan (bangsal) tempat pembuatan bata dan
tingginya pajak pada usaha batu bata serta biaya bunga modal pinjaman
pengusaha bata yang lebih besar. Adanya bunga modal pinjaman ini karena untuk
memulai usaha industri kecil batu bata diperlukan modal yang cukup besar
berkisar antara Rp2.000.000,00 sampai Rp4.000.000,00 sehingga dibutuhkan
tambahan modal pinjaman dari bank. Sementara pada usahatani padi sawah tidak
terdapat bunga modal pinjaman karena untuk memulai usaha ini tidak
memerlukan modal yang banyak berkisar antara Rp1.000.000,00 sampai
Rp2.000.000,00.
C.2.3 Biaya Total (Total Cost )
Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya total rata-rata yang digunakan petani padi sawah dan indutri kecil batu bata
dalam kurun waktu 4 bulan (satu siklus produksi padi sawah dan 2 siklus produksi
batu bata) di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan
dapat dilihat pada Tabel 15.
81
Tabel 15. Rata-rata Biaya Total yang Digunakan Responden Usahatani Padi
Sawah dan Industri Kecil Batu Bata di Desa Abenggi Kecematan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
Biaya Total
Jumlah (Rp/Kuartal)
Usahatani padi sawah Industri kecil batu bata
Biaya tetap 246.193,00 2.229.672,00
Biaya variabel 9.107.895,00 13.224.210,00
Jumlah biaya total 9.354.088,00 15.453.882,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 11 dan 23
Data pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil penjumlahan
dari rata-rata biaya tetap dan rata-rata biaya variabel maka diperoleh rata-rata
biaya total usahatani padi sawah (Rp9.354.088,00/kuartal) lebih kecil dari rata-
rata biaya total industri kecil batu bata (Rp15.453.882,00/kuartal) dengan selisih
sebesar Rp6.099.794,00.
C.3 Penerimaan
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh seseorang akan menghasilkan suatu
penerimaan yang diterima, dalam hal ini responden usahatani padi sawah dan
industri kecil batu bata pada suatu waktu. Penerimaan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perkalian antara produksi yang diperoleh baik pada usahatani
padi sawah maupun industri kecil batu bata dengan harga jual yang telah
disepakati bersama antara penjual dan pembeli. Hal ini juga dikemukakan oleh
Soeharjo dan Patong (1984) bahwa, penerimaan adalah hasil penjualan produksi
didalam usahatani ataupun diluar usahatani (perusahaan). Penerimaan yang
diperoleh produsen dapat berupa penerimaan tunai dan non tunai.
82
Penerimaan tunai adalah penerimaan dalam bentuk hasil penjualan produk
usahatani (perusahaan) yang diterima langsung oleh petani (perusahaan).
Penerimaan non tunai merupakan produksi usahatani yang dikonsumsi oleh petani
atau pihak perusahaan dalam bentuk natural bukan dalam bentuk uang tunai.
Berikut rata-rata produksi, rata-rata harga, dan rata-rata penerimaan responden
usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rata-rata Produksi, Rata-rata Harga dan Rata-rata Penerimaan
Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata di
Desa Abenggi kecamatan Landono Kabupaten Konawe selatan Tahun
2016
Uraian Jenis Usaha
Usahatani padi sawah Industri kecil batu bata
Produksi 1.764,74 kg 70,69 m3
Harga Rp10.000,00/kg Rp350.000,00/m3
Penerimaan tertinggi (Rp) 26.400.000,00 43.659.000,00
Penerimaan terendah (Rp) 7.500.000,00 14.553.000,00
Total penerimaan 335.300.000,00 471.517.200,00
Rata-rata penerimaan 17.645.368,42 24.740.100,00
Sumber: Analisis Data primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 12 dan 24
Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa dalam satu kuartal, rata-rata
total produksi pada usahatani padi sawah adalah sebesar 1.764,74 kg
beras/kuartal. Total penerimaan pada usahatani padi sawah dengan harga
Rp10.000,00/kg adalah Rp335.300.000,00/kuartal. Penerimaan tertinggi adalah
sebesar Rp26.400.000,00/kuartal dan terendah sebesar Rp7.500.000,00/kuartal
dengan rata-rata penerimaan yaitu Rp17.645.368,42/kuartal. Sedangkan rata-rata
total produksi pada industri kecil batu bata selama satu kuartal adalah 70,69
m3/kuartal. Total penerimaan pada industri kecil batu bata dengan harga
Rp350.000,00/m3
adalah Rp471.517.200,00/kuartal. Penerimaan tertinggi sebesar
83
Rp43.659.000,00/kuartal dan terendah sebesar Rp14.553.000,00/kuartal dengan
rata-rata penerimaan yaitu Rp24.740.100,00/kuartal.
Rata-rata penerimaan yang diperoleh pada usahatani padi sawah
(Rp17.645.368,42/kuartal) lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata penerimaan
pada industri kecil batu bata (Rp24.740.100,00/kuartal) dengan selisih sebesar
Rp7.094.731,58.
C.4 Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dikurangi dengan biaya
mengusahakan yang dikeluarkan oleh responden baik pada usahatani padi sawah
maupun industri kecil batu bata selama 4 bulan. Rata-rata penerimaan, rata-rata
biaya dan rata-rata pendapatan responden usahatani padi sawah dan industri kecil
batu bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-rata Penerimaan, Rata-rata Biaya dan Rata-rata Pendapatan
Responden Usahatani Padi Sawah dan Industri Kecil Batu Bata di
Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2016
No. Uraian Jenis usaha
Usahatani padi sawah Industri kecil batu bata
1. Penerimaan (Rp) 17.645.368,42 24.740.100,00
2. Biaya (Rp) 9.354.088,00 15.449.672,00
3. Pendapatan (Rp) 8.291.280,00 9.290.428,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Lampiran 13 dan 25
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan pada
industri kecil batu bata lebih besar dibandingkan rata-rata penerimaan usahatani
padi sawah, begitu pula rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh responden industri
kecil batu bata juga lebih besar dibandingkan rata-rata biaya pengusahaan pada
84
usahatani padi sawah. Oleh karena itu, rata-rata pendapatan pada industri kecil
batu bata Rp9.290.428,00/kuartal lebih besar dibandingkan rata-rata pendapatan
pada usahatani padi sawah Rp8.291.280,00/kuartal. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa suatu usaha dengan biaya lebih besar mampu memperoleh
penerimaan yang lebih besar pula.
D. Analisis Perbedaan Pendapatan
Berdasarkan hasil uji statistika dengan uji-t, diperoleh nilai t hitung = 0,082
kurang dari (<) t Tabel = 2,028 pada taraf kepercayaan 95% (∝ = 0,05). Dengan
demikian, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara pendapatan usahatani padi sawah dengan industri kecil batu
bata.
Kondisi ini menyebabkan di daerah penelitian, kedua jenis usaha tersebut
merupakan pekerjaan utama bagi masyarakat di Desa Abenggi. Meskipun terdapat
selisih jumlah, namun tidak jauh berbeda. Ada beberapa faktor atau alasan yang
menyebabkan masing-masing responden memilih usaha yang dijalankan, antara
lain sebagai berikut:
a. Modal Usaha
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam kelancaran suatu
produksi. Besarnya modal yang dimiliki oleh seseorang merupakan faktor yang
menyebabkan orang tersebut memilih usaha yang dijalaninya. Modal awal pada
industri kecil batu bata berkisar antara Rp2.000.000,00 sampai Rp4.000.000,00.
Jika modal yang dimiliki tidak mencukupi, mereka melakukan pinjaman dari
85
bank. Apabila masyarakat yang tidak berani melakukan pinjaman pada pihak
bank, maka mereka tidak bisa membangun usaha ini. Sementara pada usahatani
padi sawah tidak membutuhkan modal yang besar yaitu berkisar antara
Rp1.000.000,00 sampai Rp2.000.000,00.
b. Jenis Risiko
Jenis risiko menyebabkan kemungkinan penyimpangan hasil atau
terjadinya pendapatan yang lebih rendah. Risiko usahatani padi yang utama antara
lain: banjir, kekeringan dan serangan hama penyakit yang saat ini menjadi
masalah yang semakin kompleks dalam situasi perubahan iklim yang sulit
diprediksi. Salah satu hama yang sulit diberantas oleh petani di Desa Abenggi
adalah tikus kecil. Tikus muncul pada musim-musim tertentu, namun saat ini
petani sementara mempelajari kalender tikus.
Usahatani padi sawah merupakan usaha yang tergantung pada air,
sehingga air merupakan kebutuhan vital bagi usaha tersebut. Kehilangan air
menyebabkan kekeringan. Air yang terbatas, menghambat penguraian unsur hara,
sehingga fungsinya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Menurut Susilawoti
(2004), besarnya kebutuhan air per hektar lahan sawah sekitar 1,61-2,31
liter/detik/ha. Oleh karena itu peranan air sangat penting dan tidak tergantikan
dengan faktor input lainnya. Kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi
sifat fisik dan fisiologisnya serta menurunkan hasil produksi.
Jenis risiko pada industri kecil batu bata adalah lebih sedikit, misalnya
musim hujan. Musim hujan menyebabkan kelembaban yang tinggi sehingga batu
86
bata tidak cepat kering termasuk bahan bakar kayu sulit untuk didapat sehingga
memperlambat masa pengeringan sampai pembakaran.
c. Peluang Pasar
Peluang pasar pada industri kecil batu bata lebih besar dibandingkan
dengan usahatani padi sawah. Saat ini usaha pada batu bata telah memiliki
masing-masing pengumpul. Artinya bahwa, pengusaha sudah memiliki kontrak
dengan pembeli bahkan jumlah permintaan lebih tinggi daripada jumlah produksi
yang tersedia. Sementara pada usahatani padi sawah memiliki peluang pasar yang
sedikit lebih kecil dari batu bata. Harga pasar yang berfluktuasi menyebabkan
pendapatan petani pun berubah-ubah. Namun, para petani padi sawah tidak lagi
membeli beras untuk kebutuhan sehari-harinya sehingga mengurangi biaya
pengeluaran berupa konsumsi keluarga.
d. Keberlanjutan Usaha
Usaha kecil batu bata menggunakan tanah sebagai bahan baku
pembuatannya. Sehingga apabila jenis tanah untuk pembuatan batu merah telah
habis maka usaha ini akan berhenti, sedangkan pada usahatani padi sawah
menggunakan tanah hanya sebagai media saja sehingga tetap berlanjut sepanjang
zaman dengan perlakuan-perlakuan tertentu agar tetap produktif.
e. Kemudahan Berusaha
Secara teknis, usaha batu bata tidak memerlukan suatu keahlian khusus
dalam proses pembuatannya. Alat yang digunakan berupa alat tradisional, siapa
pun dapat mengolah usaha ini sehingga menyebabkan banyak masyarakat yang
berusaha batu bata.
87
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan pendapatan antara
usahatani padi sawah dan industri kecil batu bata di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan yaitu sebesar Rp8.291.280,00/kuartal
dan pendapatan industri kecil batu bata yaitu sebesar Rp9.290.428,00/kuartal.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan pada usahatani padi
sawah dengan industri kecil batu bata.
B. Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini, yaitu :
1. Diharapkan kepada pengusaha batu bata agar menggunakan bahan bakar yang
ramah lingkungan, sehingga kerusakan lingkungan hutan yang terjadi tidak
terlalu besar.
2. Diharapkan kepada masyarakat Desa Abenggi khususnya pengusaha industri
kecil batu bata agar tidak memanfaatkan lahan yang potensial untuk pertanian
demi menjaga ketahanan pangan.
3. Peneliti selanjutnya, untuk mengkaji motivasi atau daya tarik petani padi
sawah dan industri kecil batu bata di Desa Abenggi Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan.
88
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonim. 2016. Blogspot. http://sarungpreneur.com/cara-budidaya-tanaman-
padi-secara-baik-dan-benar/ (diakses pada tanggal 20 Januari 2016).
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Baban Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Konawe Selatan. 2014. Konawe Selatan
dalam Angka 2015. Kendari.
Baban Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Landono. 2014. Kecamatan Landono
dalam Angka 2015. Kendari.
Croitoru, L. dan M. Sarraf. 2012. Benefits and Costs of the Informal Sector: The
Case of Brick Kilns in Bangladesh. Journal of Environmental Protection,
Vol. 3, Hal. 476-484.
Dharmaningtyas, K. S. 2011. Analisis Perbedaan Pendapatan Antara Usahatani
Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang Tanah dengan Usahatani Pola Rotasi
Padi-Padi-Padi Pada Lahan Sawah Di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Egbodion, J. dan Ahmadu. 2015. Production Cost Efficiency and Profitability of
Abakaliki Rice in Ihialia Local. Vol. 19, No. 2, Hal. 327-337.
Government Area of Anambra State, Nigeria Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya
Tanaman. DPSMK. Depdiknas.
Harmawati. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah (Oriza zativa L.)
Sistem Tanam Pindah dan Tanam Benih Langsung di Desa Wukuaso
Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe. Skripsi Fakultas Pertanian,
Universitas Lakidende. Unaaha.
Hernanto, F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ihsana, I dan S. Amir. 2013. Sukses Memiliki Restoran Tanpa Modal. Laskar
Aksara. Jakarta.
89
Kaparang, G. 2015. Kajian Usahatani Padi Sawah Di Kelurahan Taratara Satu
Kota Tomohon. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
Kartina. 2015. Analisis Pendapatan Petani pada Pola Usahatani Padi Sawah dan
Kakao di Desa Ranowila Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan.
Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo. Kendari.
Kuswadi. 2007. Analisis Perekonomian Proyek. Andi Offset. Yogyakarta.
Laila, N., Zuraida, Ana, Jaelani, dan Achmad. 2012. Analisis Pendapatan
Usahatani Padi (Oryza Sativa L) Benih Varietas Ciherang yang
Bersertifikat dan Tidak Bersertifikat Di Kecamatan Labuan Amas Selatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Media Sains, Vol. 4, No. 1. Hal 72-81.
Lumintang, M. F. 2013. Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep
Kecamatan Langowan Timur. Jurnal EMBA, Vol.1, No.3, Hal. 991-998.
Muharom dan Siswadi. 2015. Desain Eksperimen Taguchi untuk Meningkatkan
Kualitas Batu Bata Berbahan Baku Tanah Liat. Jemis, Vol. 3, No. 1, Hal.
2338-3925.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya, edisi ke-5.Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ndaruningpuri, W. 2006. Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol. 1,
No. 2. Hal. 357–373.
Nur, O.F. 2008. Analisa Sifat Fisis dan Mekanis Batu Bata Berdasarkan Sumber
Lokasi dan Posisi Batu Bata dalam Proses Pembakaran. Vol. 4, No. 2, Hal.
1-14. Universitas Andalas. Padang.
Nwalieji, H. U. dan Z. Chen. 2016. Comparative Profit Analysis of Rice
Production Enterprise among Farmers in Anambra and Ebonyi States,
Nigeria. Asian Journal of Agricultural Extension, Economics & Sociology,
Vol. 8, No. 3, Hal. 1-11.
Nwike M. C., dan Ugwumba C. O. A. 2015. Profitability of Rice Production in
Aguata Agricultural Zone of Anambra State Nigeria: A Profit Function
Approach. American Journal of Agricultural Science, Vol. 2, No. 2, Hal.
24-28.
Ohen, S. B. dan E. A. Ajah. 2015. Cost and Return Analysis in Small Scale Rice
Production in Cross River State, Nigeria. International Research Journal of
Agricultural Science and Soil Science, Vol. 5, No. 1, Hal. 22-27.
90
Padangaran, A. M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan Pertanian.
IPB Press. Bogor.
Pangadaheng, Y. 2012. Analisis Pendapatan Petani Kelapa di Kecamatan Saliabu
Kabupaten Talaud. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES). 2014. Desa
Abenggi. Kendari.
Rochhadi, M.T. 2007. Kualitas Bata Merah dari Pemanfaatan Tanah Bantaran
Sungai Banjir Kanal Timur. Wahana Teknik Sipil, Vol.12, No.1, Hal. 42-
50.
Saediman, H., L. O. Nafiu, dan D. R. Noraduola. 2010. Pembiayaan/Lending
Model Usaha Kecil Komoditas Industri Batu Merah/Bata (Sistem
Konvensional dan Syariah) di Sulawesi Tenggara. Hasil Penelitian
Kerjasama Kantor Bank Indonesia dengan Lembaga Penelitian Universitas
Halu Oleo. Kendari.
Saediman, H., D. R. Noraduola and L. O. Nafiu. 2014. Financial Feasibility of
Traditional Small-Scale Brick Making Enterprises in Southeast Sulawesi,
Indonesia. Ethiopian Journal of Environmental Sciences and Management.
Vol. 7 (Supplement), Hal. 870-880.
Saediman, H. 2016. Semi-Mechanized Brick Making in Southeast Sulawesi:
Feasibility and Constraints for Its Adoption. IOSR Journal of Economics
and Finance, forthcoming.
Sasongko, Noer dan N. Wulandari. 2006. Pengaruh EVA dan Rasio-rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ.
Empirika, Vol.19, No.1, Hal. 64-80.
Setiawati, N. K. P., I. K. Suamba, dan A. Wulandira SDJ. 2015. Analisis
Pendapatan Usahatani Padi Bersertifikat Organik (Kasus Kelompok Tani
Gana Sari Kabupaten Badung). E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, Vol.4,
No.5, Hal. 355-364.
Situngkir, Sihol. Lubis Pulina dan Erida. 2007. Peranan Ibu Rumah Tangga
dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga (Kasus: Pedagang Sayur di
Kota Madya Jambi). Jurnal Manajemen dan Pembangunan, Ed. 7, Juli
2007.
Soeharjo, A. dan D. Patong. 1984. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Faperta,
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
91
Soekartawi., 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Rajagrapindo Persada.
Jakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Suardana, P. A., M., Antara, dan M. N. Alam. 2013. Analisis Produksi dan
Pendapatan Usahatani Padi Sawah dengan Pola Jajar Legowo Di Desa
Laantula Jaya Kecamatan Witaponda Kabupaten Morowali. e-J.
Agrotekbis, Vol. 1, No. 5, Hal. 477-484.
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Tarsijo. Bandung
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Sumarni, M. dan J. Soeprihanto. 2010. Pengantar Bisnis, Dasar-dasar Ekonomi
Perusahaan. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilowati dan Damar, 2004. Pengkajian Kebutuhan Air Irigasi untuk Sawah
Baru di Lampung Utara. JLP. (54), Hal. 25
Trianingsih, L., dan R. Hidayah. 2014. Studi Perbandingan Efektivitas Material
Bambu dan Batu Bata Sebagai Konstruksi Dinding. INERSIA, Vol. 10,
No.1, Hal. 44-52.
Trisnawati, N. K. 2012. Industri Batu Bata dan Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Rumah Tangga Di Desa Tulikup Kecamatan Gianyar
Kabupaten Gianyar (Tinjauan Geografi Ekonomi). Skripsi Jurusan
Pendidikan Geografi, Undiksha. Bali.
Tuwo, A. 2011. Ilmu Usahatani: Teori dan Aplikasinya Menuju Sukses. Unhalu
Press. Kendari.
Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1984. Tentang Perindustrian.
Undang-Undang No. 9 Tahun 1995. Tentang Usaha Kecil.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003. Tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008. Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
92
93
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis
RIWAYAT HIDUP
La Daefe dan Ibu Wa Sanuwia.
Pendidikan SD penulis ditamatkan pada SDN 6 Kusambi dan tamat Tahun
2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada SMPN 5
Kusambi dan tamat Tahun 2009. Kemudian pada tahun yang sama pula penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Kusambi dan tamat pada Tahun 2012. Tahun
2012 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Halu Oleo (UHO), Fakultas
Pertanian pada Program Studi/Jurusan Agribisnis minat Penyuluhan dan
Pemberdayaan Masyarakat, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) serta mendapat beasiswa Bidikmisi.
Selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo, penulis aktif
dalam salah satu organisasi kampus dibidang kerohanian yaitu Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Ulul Albaab UHO sejak Tahun 2013. Penulis menjabat sebagai
anggota Dakwah dan Kaderisasi LDK Ulul Albaab selama dua periode yaitu
Periode 2013-2014 dan Periode 2014-2015. Pada Periode 2014-2015 juga
diamanahkan sebagai Sekertaris Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Raudhatul
„Ilmi, Fakultas Pertanian UHO.
Mustika atau yang biasa disapa Tika dilahirkan pada
Tanggal 04 November 1993 di Kelurahan Konawe
Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat Provinsi
Sulawesi Tenggara. Penulis adalah anak pertama dari
lima orang bersaudara, putri sulung dari pasangan Bapak
La Daefe
94
Lampiran 2. Identitas Responden: Umur, Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pengalaman Berusahatani, dan Luas Lahan Responden Petani Padi Sawah
No. Umur
(Tahun)
Pendidikan
(Tahun)
Jlh Tanggungan
Keluarga
(Jiwa)
Pengalaman Berusaha
(Tahun)
Luas Lahan Usaha
(Hektar)
Ket.
1. 56 9 2 31 1 Milik pribadi
2. 64 6 2 40 1 Milik pribadi
3. 42 9 4 20 1 Milik pribadi
4. 54 6 3 34 1 Milik pribadi
5. 50 6 5 20 1,5 Milik pribadi
6. 51 6 2 20 0,5 Milik pribadi
7. 50 6 5 34 1 Milik pribadi
8. 38 9 2 15 1 Milik pribadi
9. 66 6 2 40 1,5 Milik pribadi
10. 48 12 5 20 1,5 Milik pribadi
11. 40 12 4 20 1 Milik pribadi
12. 52 6 2 25 1 Milik pribadi
13. 40 6 3 20 1 Milik pribadi
14. 56 6 3 38 1,5 Milik pribadi
15. 53 6 4 30 1 Milik pribadi
16. 52 6 2 40 1,5 Milik pribadi
17. 38 12 5 40 1 Milik pribadi
18. 50 6 3 27 0,5 Milik pribadi
19. 47 6 4 20 1 Milik pribadi
∑ 947 141 62 534 20,5
𝑥 49,84 7,42 3,26 28,11 1,079
95
Lampiran 3. Biaya Variabel: Tenaga Kerja Upah pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Pengolahan
tanah
(Rp)
Pembibitan
(Rp)
Penanaman
(Rp)
Penyiangan
(Rp)
Pemupukkan
(Rp)
Pemberantasan
Hama & Penyakit
(Rp)
Panen
(Rp)
Paska Panen
(Rp)
Biaya
(Rp)
1. 700.000 500.000 1.000.000 600.000 450.000 300.000 1.300.000 1.760.000 6.610.000
2. 800.000 500.000 1.000.000 700.000 500.000 300.000 1.220.000 1.540.000 6.560.000
3. 1.200.000 500.000 1.000.000 650.000 500.000 300.000 1.220.000 1.540.000 6.910.000
4. 1.200.000 500.000 1.000.000 600.000 500.000 300.000 1.220.000 1.540.000 6.860.000
5. 1.000.000 1.000.000 1.500.000 1.000.000 900.000 600.000 1.900.000 2.640.000 10.540.000
6. 600.000 250.000 500.000 250.000 250.000 150.000 650.000 750.000 3.400.000
7. 1.200.000 500.000 1.000.000 650.000 500.000 300.000 1.300.000 1.540.000 6.990.000
8. 1.200.000 500.000 500.000 250.000 1.000.000 600.000 1.220.000 1.540.000 6.810.000
9. 1.000.000 1.150.000 1.500.000 900.000 1.000.000 600.000 2.000.000 1.980.000 10.130.000
10. 1.800.000 1.000.000 1.500.000 900.000 1.000.000 300.000 1.900.000 2.200.000 10.600.000
11. 1.200.000 500.000 1.000.000 600.000 500.000 300.000 1.300.000 1.760.000 7.160.000
12. 1.200.000 500.000 1.000.000 600.000 500.000 300.000 1.300.000 1.760.000 7.160.000
13. 1.200.000 500.000 1.000.000 600.000 500.000 300.000 1.300.000 1.760.000 7.160.000
14. 1.800.000 1.000.000 1.500.000 900.000 1.000.000 600.000 2.000.000 2.640.000 11.440.000
15. 1.200.000 500.000 1.000.000 600.000 450.000 300.000 1.300.000 1.760.000 7.110.000
16. 1.000.000 1.000.000 1.500.000 1.000.000 1.000.000 600.000 2.000.000 2.420.000 10.520.000
17. 1.200.000 500.000 1.000.000 600.000 500.000 300.000 1.300.000 1.760.000 7.160.000
18. 600.000 230.000 500.000 300.000 500.000 150.000 650.000 880.000 3.810.000
19. 1.200.000 500.000 1.000.000 600.000 450.000 300.000 1.300.000 1.760.000 7.110.000
∑ 21.300.000 11.630.000 20.000.000 12.300.000 12.000.000 6.900.000 26.380.000 33.530.000 144.040.000
𝑥 1.121.052,63 612.105,26 1.052.631,58 647.368,42 631.578,95 363.157,89 1.388.421,05 1.764.736,8 7.581.053
96
Lampiran 4. Biaya Variabel: Benih dan Pupuk pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Benih Pupuk Biaya
(Rp) Jmlh
(kg)
Harga
(Rp/kg)
Biaya
(Rp)
Urea Poska/NPK TSP SP-36 Biaya
(Rp) Jumlah
(kg)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Jmlh
(kg)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Jmlh
(kg)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Jmlh
(kg)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
1. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 - - 0 - - 0 100 2.500 250.000 450.000 750.000
2. 50 6.500 325.000 100 2.000 200.000 50 2.400 120.000 100 1.200 120.000 - - 0 440.000 765.000
3. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 - - 0 100 1.200 120.000 50 2.500 125.000 445.000 745.000
4. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 100 2.400 240.000 - - 0 50 2.500 125.000 565.000 865.000
5. 90 5.000 450.000 150 2.000 300.000 - - 0 100 1.200 120.000 - 2.500 0 420.000 870.000
6. 30 5.000 150.000 50 2.000 100.000 - - 0 50 1.200 60.000 100 2.500 250.000 410.000 560.000
7. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 50 2.400 120.000 100 1.200 120.000 - - 0 440.000 740.000
8. 50 5.000 250.000 100 2.000 200.000 100 2.400 240.000 - - 0 - - 0 440.000 690.000
9. 80 5.000 400.000 150 2.000 300.000 70 2.400 168.000 100 1.200 120.000 - - 0 588.000 988.000
10. 80 5.000 400.000 150 2.000 300.000 - - 0 100 1.200 120.000 50 2.500 125.000 545.000 945.000
11. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 - - 0 - - 0 100 2.500 250.000 450.000 750.000
12. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 - - 0 - - 0 80 2.500 200.000 400.000 700.000
13. 50 5.000 250.000 100 2.000 200.000 70 2.400 168.000 100 1.200 120.000 - - 0 488.000 738.000
14. 90 5.000 450.000 150 2.000 300.000 100 2.400 240.000 150 1.200 180.000 - - 0 720.000 1.170.000
15. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 - - 0 - - 0 100 2.500 250.000 450.000 750.000
16. 80 5.000 400.000 150 2.000 300.000 50 2.400 120.000 100 1.200 120.000 - - 0 540.000 940.000
17. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 50 2.400 120.000 100 1.200 120.000 - - 0 440.000 740.000
18. 30 5.000 150.000 50 2.000 100.000 - - 0 - - 0 30 2.500 75.000 175.000 325.000
19. 60 5.000 300.000 100 2.000 200.000 50 2.400 120.000 100 1.200 120.000 - - 0 440.000 740.000
∑ 1.170 96.500 5.925.000 2.050 38.000 4.100.000 690 1.656.000 1200 1.440.000 660 1.650.000 8.846.000 14.771.000
𝑥 61,58 5078,95 311.842,1 107,89 2000 215.789,5 36,32 87.157,89 63,156 75.789,47 34,75 86.842,11 465.579 777.421
97
Lampiran 5. Biaya Variabel: Pestisida pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Katur Decis
Asrodin
Darmabas Biaya
(Rp)
Jmlh
(liter)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Jmlh
(liter)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Jmlh
(liter)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Katur
(liter)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
1. 2 60.000 120.000 2 50.000 100.000 5 60.000 300.000 3 60.000 180.000 700.000
2. - - 0 3 50.000 150.000 5 60.000 300.000 4 60.000 240.000 690.000
3. 1 60.000 60.000 - - 0 2 60.000 120.000 4 60.000 240.000 420.000
4. 2 60.000 120.000 - - 0 3 60.000 180.000 4 60.000 240.000 540.000
5. 0,5 60.000 30.000 3 50.000 150.000 6 60.000 360.000 5 60.000 300.000 840.000
6. 1 60.000 60.000 1 50.000 50.000 2 60.000 120.000 2 60.000 120.000 350.000
7. 0,5 60.000 30.000 2 50.000 100.000 4 60.000 240.000 2 60.000 120.000 490.000
8. 2 60.000 120.000 - - 0 4 60.000 240.000 3 60.000 180.000 540.000
9. - - 0 3 50.000 150.000 5 60.000 300.000 5 60.000 300.000 750.000
10. - - 0 4 50.000 200.000 5 60.000 300.000 4 60.000 240.000 740.000
11. - - 0 0,5 50.000 25.000 5 60.000 300.000 4 60.000 240.000 565.000
12. 1 60.000 60.000 2 50.000 100.000 3 60.000 180.000 2 60.000 120.000 460.000
13. - - 0 2 50.000 100.000 2 60.000 120.000 3 60.000 180.000 400.000
14. 2 60.000 120.000 3 50.000 150.000 6 60.000 360.000 3 60.000 180.000 810.000
15. 1 60.000 60.000 - - 0 4 60.000 240.000 1 60.000 60.000 360.000
16. - - 0 3 50.000 150.000 2 60.000 120.000 5 60.000 300.000 570.000
17. - - 0 1 50.000 50.000 5 60.000 300.000 2 60.000 120.000 470.000
18. 0,5 60.000 30.000 0,5 50.000 25.000 2 60.000 120.000 1 60.000 60.000 235.000
19. 1 60.000 60.000 2 50.000 100.000 5 60.000 300.000 3 60.000 180.000 640.000
∑ 15 870.000 32 1.600.000 75 1.140.000 4.500.000 60 1.140.000 3.600.000 10.570.000
𝑥 0,76 45.789,47 1,68 84.210,53 3,95 60000 236.842,11 3,16 60.000 189.473,68 556.315,79
98
Lampiran 6. Biaya Variabel: Herbisida pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan)
No. DMA Basmilang Gramoxone Biaya
(Rp) Jmlh
(liter)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Jmlh
(liter)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
Jmlh
(liter)
Harga
(Rp)
Biaya
(Rp)
1. - - 0 - - 0 2,5 60.000 150.000 150.000
2. - - 0 3 45.000 135.000 - - 0 135.000
3. 1 72.000 72.000 - - 0 2 60.000 120.000 192.000
4. 3 72.000 216.000 - - 0 - - 0 216.000
5. - - 0 2 45.000 90.000 3 60.000 180.000 270.000
6. 1 72.000 72.000 - - 0 0,5 60.000 30.000 102.000
7. 2 72.000 144.000 - - 0 1 60.000 60.000 204.000
8. - - 0 3 45.000 135.000 - - 0 135.000
9. 3 72.000 216.000 - - 0 1 60.000 60.000 276.000
10. 2 72.000 144.000 2 45.000 90.000 - - 0 234.000
11. - - 0 - - 0 3,5 60.000 210.000 210.000
12. 3 72.000 216.000 - - 0 - - 0 216.000
13. 2 72.000 144.000 - - 0 - 0 144.000
14. - - 0 3 45.000 135.000 - 0 135.000
15. - - 0 - - 0 3 60.000 180.000 180.000
16. 3 72.000 216.000 2 45.000 90.000 - 0 306.000
17. - - 0 - - 0 4 60.000 240.000 240.000
18. 1 72.000 72.000 1 45.000 45.000 - - 0 117.000
19. 1 72.000 72.000 3 45.000 135.000 60.000 0 207.000
∑ 22 792.000 1.584.000 19 360.000 855.000 20,5 600.000 1.230.000 3.669.000
𝑥 1,16 41.684,21 83.368,42 1 18.947,37 45.000 1,08 31.578,95 64.736,84 193.105,26
99
Lampiran 7. Total Biaya Variabel pada Usahatani Padi Sawah Per Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Benih
(Rp)
Pupuk
(Rp)
Pestisida
(Rp)
Herbisida
(Rp)
Tenaga kerja upah
(Rp)
Biaya
(Rp)
1. 300.000 450.000 700.000 150.000 6.610.000 8.210.000
2. 325.000 440.000 690.000 135.000 6.560.000 8.150.000
3. 300.000 445.000 420.000 192.000 6.910.000 8.267.000
4. 300.000 565.000 540.000 216.000 6.860.000 8.481.000
5. 450.000 420.000 840.000 270.000 10.540.000 12.520.000
6. 150.000 410.000 350.000 102.000 3.400.000 4.412.000
7. 300.000 440.000 490.000 204.000 6.990.000 8.424.000
8. 250.000 440.000 540.000 135.000 6.810.000 8.175.000
9. 400.000 588.000 750.000 276.000 10.130.000 12.144.000
10. 400.000 545.000 740.000 234.000 10.600.000 12.519.000
11. 300.000 450.000 565.000 210.000 7.160.000 8.685.000
12. 300.000 400.000 460.000 216.000 7.160.000 8.536.000
13. 250.000 488.000 400.000 144.000 7.160.000 8.442.000
14. 450.000 720.000 810.000 135.000 11.440.000 13.555.000
15. 300.000 450.000 360.000 180.000 7.110.000 8.400.000
16. 400.000 540.000 570.000 306.000 10.520.000 12.336.000
17. 300.000 440.000 470.000 240.000 7.160.000 8.610.000
18. 150.000 175.000 235.000 117.000 3.810.000 4.487.000
19. 300.000 440.000 640.000 207.000 7.110.000 8.697.000
∑ 5.925.000 8.846.000 10.570.000 3.669.000 144.040.000 173.050.000
𝑥 311.842,1 465.579 556.315,79 193.105,26 7.581.053 9.107.895
100
Lampiran 8. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Cangkul dan Sprayer pada Usahatani Padi Sawah Per Siklus Produksi (4 Bulan)
No.
Cangkul Sprayer Biaya
(Rp) Jml Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
Jml Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
1. 2 250.000 500.000 50.000 36 50.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 87.500
2. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 400.00 400.000 360.000 48 30.000 55.000
3. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 62.500
4. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 62.500
5. 2 250.000 500.000 50.000 36 50.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 87.500
6. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 62.500
7. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 62.500
8. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 400.000 360.000 48 30.000 55.000
9. 3 260.000 780.000 78.000 36 78.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 115.500
10. 2 250.000 500.000 50.000 36 50.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 87.500
11. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 62.500
12. 1 230.000 230.000 23.000 36 23.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 60.500
13. 2 230.000 460.000 46.000 36 46.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 83.500
14. 2 225.000 450.000 45.000 36 45.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 82.500
15. 1 230.000 230.000 23.000 36 23.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 60.500
16. 2 250.000 500.000 50.000 36 50.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 87.500
17. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 62.500
18. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 62.500
19. 1 250.000 250.000 25.000 36 25.000 1 500.00 500.000 450.000 48 37.500 62.500
∑ 27 4.675.000 6.650.000 665.000 684 665.000 19 7.481.250 9.300.000 8.370.000 912 697.500 1.362.500
𝑥 1,42 246.052,6 350.000 35.000 36 35.000 1 393.750 489.473,68 440.526,32 48 36.710,53 71.711
101
Lampiran 9. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Sabit dan Traktor pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Sabit Traktor Biaya
(Rp) Jml Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
jml Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
1. 2 35.000 70.000 7.000 36 7.000 1 12.500.000 12.500.000 1.250.000 120 375.000 382.000
2. 4 35.000 140.000 14.000 36 14.000 1 20.300.000 20.300.000 2.030.000 120 609.000 623.000
3. 3 30.000 90.000 9.000 36 9.000 9.000
4. 3 30.000 90.000 9.000 36 9.000 9.000
5. 4 25.000 100.000 10.000 36 10.000 1 18.200.000 18.200.000 1.820.000 120 546.000 556.000
6. 2 30.000 60.000 6.000 36 6.000 6.000
7. 3 30.000 90.000 9.000 36 9.000 9.000
8. 2 30.000 60.000 6.000 36 6.000 6.000
9. 5 30.000 150.000 15.000 36 15.000 1 20.500.000 20.500.000 2.050.000 120 615.000 630.000
10. 3 35.000 105.000 10.500 36 10.500 10.500
11. 3 30.000 90.000 9.000 36 9.000 9.000
12. 2 35.000 70.000 7.000 36 7.000 7.000
13. 2 35.000 70.000 7.000 36 7.000 7.000
14. 3 30.000 90.000 9.000 36 9.000 9.000
15. 2 30.000 60.000 6.000 36 6.000 6.000
16. 4 30.000 120.000 12.000 36 12.000 1 25.000.000 25.000.000 2.500.000 120 750.000 762.000
17. 2 30.000 60.000 6.000 36 6.000 6.000
18. 2 30.000 60.000 6.000 36 6.000 6.000
19. 2 30.000 60.000 6.000 36 6.000 6.000
∑ 53 590.000 1.635.000 163.500 684 163.500 96.500.000 96.500.000 9.650.000 600 2.895.000 3.058.500
𝑥 2,79 31.052,63 86.052,63 8. 605,263 36 8.605,26 5.078.947,37 5.078.947,37 507.894,77 31,58 152.368,421 160.973,68
102
Lampiran 10. Total Biaya Tetap: Total Biaya Penyusutan Alat dan Pajak pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Penyusutan Alat Pajak
(Rp/tahun)
Pajak
(Rp/4 bulan)
Jumlah
(Rp) Cangkul
(Rp)
Sabit
(Rp)
Sprayer
(Rp)
Traktor
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. 50.000 7.000 37.500 375.000 469.500 35.000 11.666,67 481.167
2. 25.000 14.000 30.000 609.000 678.000 35.000 11.666,67 689.667
3. 25.000 9.000 37.500 71.500 35.000 11.666,67 83.167
4. 25.000 9.000 37.500 71.500 35.000 11.666,67 83.167
5. 50.000 10.000 37.500 546.000 643.500 60.000 20.000 663.500
6. 25.000 6.000 37.500 68.500 25.000 8.333,333 76.833
7. 25.000 9.000 37.500 71.500 35.000 11.666,67 83.167
8. 25.000 6.000 30.000 61.000 35.000 11.666,67 72.667
9. 78.000 15.000 37.500 615.000 745.500 60.000 20.000 765.500
10. 50.000 10.500 37.500 98.000 60.000 20.000 118.000
11. 25.000 9.000 37.500 71.500 35.000 11.666,67 83.167
12. 23.000 7.000 37.500 67.500 35.000 11.666,67 79.167
13. 46.000 7.000 37.500 90.500 35.000 11.666,67 102.167
14. 45.000 9.000 37.500 91.500 60.000 20.000 111.500
15. 23.000 6.000 37.500 66.500 35.000 11.666,67 78.167
16. 50.000 12.000 37.500 750.000 849.500 60.000 20.000 869.500
17. 25.000 6.000 37.500 68.500 35.000 11.666,67 80.167
18. 25.000 6.000 37.500 68.500 25.000 8.333,33 76.833
19. 25.000 6.000 37.500 68.500 35.000 11.666,67 80.167
∑ 665.000 163.500 697.500 4.421.000 770.000 256.666,7 4.677.670
𝑥 35.000 8.605,26 36.710,53 232.684 40.526,32 13.508,77 246.193
103
Lampiran 11. Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Kali Siklus Produksi (4 bulan)
No. Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya
(Rp) Benih
(Rp)
Pupuk
(Rp)
Pestisida
(Rp)
Herbisida
(Rp)
Tenaga
kerja upah
(Rp)
Biaya
(Rp)
Penyusutan
Alat
(Rp)
Pajak
(Rp)
Biaya
(Rp)
1. 300.000 450.000 700.000 150.000 6.610.000 8.210.000 469.500 11.666,67 481.167 8.691.167
2. 325.000 440.000 690.000 135.000 6.560.000 8.150.000 678.000 11.666,67 689.667 8.839.667
3. 300.000 445.000 420.000 192.000 6.910.000 8.267.000 71.500 11.666,67 83.167 8.350.167
4. 300.000 565.000 540.000 216.000 6.860.000 8.481.000 71.500 11.666,67 83.167 8.564.167
5. 450.000 420.000 840.000 270.000 10.540.000 12.520.000 643.500 20.000 663.500 13.183.500
6. 150.000 410.000 350.000 102.000 3.400.000 4.412.000 68.500 8.333,333 76.833 4.488.833
7. 300.000 440.000 490.000 204.000 6.990.000 8.424.000 71.500 11.666,67 83.167 8.507.167
8. 250.000 440.000 540.000 135.000 6.810.000 8.175.000 61.000 11.666,67 72.667 8.247.667
9. 400.000 588.000 750.000 276.000 10.130.000 12.144.000 745.500 20.000 765.500 12.909.500
10. 400.000 545.000 740.000 234.000 10.600.000 12.519.000 98.000 20.000 118.000 12.637.000
11. 300.000 450.000 565.000 210.000 7.160.000 8.685.000 71.500 11.666,67 83.167 8.768.167
12. 300.000 400.000 460.000 216.000 7.160.000 8.536.000 67.500 11.666,67 79.167 8.615.167
13. 250.000 488.000 400.000 144.000 7.160.000 8.442.000 90.500 11.666,67 102.167 8.544.167
14. 450.000 720.000 810.000 135.000 11.440.000 13.555.000 91.500 20.000 111.500 13.666.500
15. 300.000 450.000 360.000 180.000 7.110.000 8.400.000 66.500 11.666,67 78.167 8.478.167
16. 400.000 540.000 570.000 306.000 10.520.000 12.336.000 849.500 20.000 869.500 13.205.500
17. 300.000 440.000 470.000 240.000 7.160.000 8.610.000 68.500 11.666,67 80.167 8.690.167
18. 150.000 175.000 235.000 117.000 3.810.000 4.487.000 68.500 8.333,33 76.833 4.563.833
19. 300.000 440.000 640.000 207.000 7.110.000 8.697.000 68.500 11.666,67 80.167 8.777.167
∑ 5.925.000 8.846.000 10.570.000 3.669.000 144.040.000 173.050.000 4.421.000 256.666,7 4.677.670 177.727.670
𝑥 311.842,1 465.579 556.315,79 193.105,26 7.581.053 9.107.895 232.684 13.508,77 246.193 9.354.088
104
Lampiran 12. Penerimaan pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Jumlah produksi
(Karung)
Jumlah produksi
(kg GKG)
Jumlah produksi
(kg beras)
Harga
(Rp/kg)
Jumlah
(Rp)
1. 80 4.000 1.760 10.000 17.600.000
2. 70 3.500 1.540 10.000 15.400.000
3. 70 3.500 1.540 10.000 15.400.000
4. 70 3.500 1.540 10.000 15.400.000
5. 120 6.000 2.640 10.000 26.400.000
6. 30 1.500 750 10.000 7.500.000
7. 70 3.500 1.540 10.000 15.400.000
8. 70 3.500 1.540 10.000 15.400.000
9. 90 4.500 1.980 10.000 19.800.000
10. 100 5.000 2.200 10.000 22.000.000
11. 80 4.000 1.760 10.000 17.600.000
12. 80 4.000 1.760 10.000 17.600.000
13. 80 4.000 1.760 10.000 17.600.000
14. 120 6.000 2.640 10.000 26.400.000
15. 80 4.000 1.760 10.000 17.600.000
16. 110 5.500 2.420 10.000 24.200.000
17. 80 4.000 1.760 10.000 17.600.000
18. 40 2.000 880 10.000 8.800.000
19. 80 4.000 1760 10.000 17.600.000
∑ 1.520 76.000 33.530 190.000 335.300.000
𝑥 80 4000 1.764,74 10.000 17.647.368,42
105
Lampiran 13. Pendapatan pada Usahatani Padi Sawah Selama Satu Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Total Penerimaan (a)
(Rp)
Total Biaya (b)
(Rp)
Total Pendapatan (a-b)
(Rp)
1. 17.600.000 8.691.167 8.908.833
2. 15.400.000 8.839.667 6.560.333
3. 15.400.000 8.350.167 7.049.833
4. 15.400.000 8.564.167 6.835.833
5. 26.400.000 13.183.500 13.216.500
6. 7.500.000 4.488.833 3.011.167
7. 15.400.000 8.507.167 6.892.833
8. 15.400.000 8.247.667 7.152.333
9. 19.800.000 12.909.500 6.890.500
10. 22.000.000 12.637.000 9.363.000
11. 17.600.000 8.768.167 8.831.833
12. 17.600.000 8.615.167 8.984.833
13. 17.600.000 8.544.167 9.055.833
14. 26.400.000 13.666.500 12.733.500
15. 17.600.000 8.478.167 9.121.833
16. 24.200.000 13.205.500 10.994.500
17. 17.600.000 8.690.167 8.909.833
18. 8.800.000 4.563.833 4.236.167
19. 17.600.000 8.777.167 8.822.833
∑ 335.300.000 177.727.670 157.572.330
𝑥 17.647.368,42 9.354.088 8.293.280
106
Lampiran 14. Identitas Responden: Umur, Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pengalaman Berusaha, Jumlah Tenaga
Kerja yang Diupah, dan Luas Lahan Responden Pengusaha Batu Bata.
No. Umur
(Tahun)
Pendidikan
(Tahun)
Jml Tanggungan
Keluarga
(Jiwa)
Pengalaman
Berusaha
(Tahun)
Jumlah Tenaga
Kerja Upah
(Jiwa)
Luas Lahan Usaha
(m2)
Ket.
1. 50 6 5 6 2 1.400 Milik pribadi
2. 38 12 2 4 1 300 Milik pribadi
3. 28 12 2 3 1 5.000 Milik pribadi
4. 39 6 5 6 2 1.400 Milik pribadi
5. 32 6 3 1 2 1.400 Milik pribadi
6. 25 9 2 2 1 5.000 Milik pribadi
7. 40 9 4 1 2 1.250 Milik pribadi
8. 30 9 4 9 3 5.000 Milik pribadi
9. 60 6 2 7 3 1.400 Milik pribadi
10. 66 12 2 7 3 5.000 Milik pribadi
11. 54 6 3 6 1 5.000 Milik pribadi
12. 52 6 4 5 3 5.000 Milik pribadi
13. 40 6 2 2 2 1.500 Milik pribadi
14. 38 9 5 7 2 5.000 Milik pribadi
15. 56 6 3 4 2 5.000 Milik pribadi
16. 28 9 4 8 2 1.250 Milik pribadi
17. 53 6 3 6 3 5.000 Milik pribadi
18. 37 12 2 2 2 5.000 Milik pribadi
19. 52 6 3 5 2 1.500 Milik pribadi
∑ 818 153 60 91 39 61.400
𝑥 43,05 8,05 3,16 4,79 2,05 3.231,58
107
Lampiran 15. Biaya Variabel: Pengusahaan Batu Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan)
No.
Pasir Kayu bakar
TK upah (Rp/4 bulan) Biaya makan
saat membakar
(Rp)
biaya
(Rp)
Unit
(ret)
Harga
(Rp/unit)
Biaya
(Rp)
Unit
(ret)
Harga
(Rp/unit)
Biaya
(Rp)
Melumpur, mencetak,
membaris
Menyusun bata,
kubikasi
Biaya
(Rp)
1. 2 110.000 220.000 10 200.000 2.000.000 9.600.000 4.000.000 13.600.000 400.000 16.240.000
2. 2 110.000 220.000 6 200.000 1.200.000 7.680.000 3.200.000 10.880.000 400.000 12.720.000
3. 2 110.000 220.000 8 200.000 1.600.000 7.040.000 3.200.000 10.240.000 400.000 12.460.000
4. 2 110.000 220.000 6 200.000 1.200.000 7.040.000 3.200.000 10.240.000 400.000 12.060.000
5. 2 110.000 220.000 6 200.000 1.200.000 4.400.000 2.000.000 6.400.000 400.000 8.220.000
6. 2 110.000 220.000 6 200.000 1.200.000 5.280.000 2.400.000 7.680.000 400.000 9.500.000
7. 2 110.000 220.000 10 200.000 2.000.000 13.200.000 6.000.000 19.200.000 400.000 21.820.000
8. 2 110.000 220.000 8 200.000 1.600.000 8.800.000 4.000.000 12.800.000 400.000 15.020.000
9. 2 110.000 220.000 12 200.000 2.400.000 14.400.000 6.000.000 20.400.000 400.000 23.440.000
10. 2 110.000 220.000 6 200.000 1.200.000 8.800.000 4.000.000 12.800.000 400.000 14.620.000
11. 2 110.000 220.000 6 200.000 1.200.000 4.400.000 2.000.000 6.400.000 400.000 8.220.000
12. 2 110.000 220.000 8 200.000 1.600.000 4.800.000 2.000.000 6.800.000 600.000 9.240.000
13. 2 110.000 220.000 8 200.000 1.600.000 8.800.000 4.000.000 12.800.000 400.000 15.020.000
14. 2 110.000 220.000 8 200.000 1.600.000 8.800.000 4.000.000 12.800.000 400.000 15.020.000
15. 2 110.000 220.000 6 200.000 1.200.000 5.280.000 2.400.000 7.680.000 400.000 9.500.000
16. 2 110.000 220.000 8 200.000 1.600.000 4.400.000 2.000.000 6.400.000 400.000 8.620.000
17. 2 110.000 220.000 6 200.000 1.200.000 8.800.000 4.000.000 12.800.000 400.000 14.620.000
18. 2 110.000 220.000 8 200.000 1.600.000 7.040.000 3.200.000 10.240.000 400.000 12.460000
19. 2 110.000 220.000 8 200.000 1.600.000 7.040.000 3.200.000 10.240.000 400.000 12.460.000
∑ 38 2.090.000 4.180.000 144 3.800.000 28.800.000 145.600.000 64.800.000 210.400.000 7.800.000 251.260.000
𝑥 2 110.000 220.000 7,58 200.000 1.515.789,47 7.663.157,90 3.410.526,32 11.073.684,21 410.526,3 13.224.210,53
108
Lampiran 16. Biaya Tetap: Penyusutan Bangunan/Bangsal pada Industri Kecil Batu Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Unit Harga
(Rp/unit)
Total harga awal
(P)
(Rp)
Harga akhir (S)
(10%.P)
(Rp)
Umur ekonomi
(N) (bulan)
Depresiasi
(Rp/bln)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
1. 3 2.000.000 6.000.000 600.000 48 112.500 450.000
2. 2 2.000.000 4.000.000 400.000 48 75.000 300.000
3. 1 3.500.000 3.500.000 350.000 48 65.625 262.500
4. 2 2.500.000 5.000.000 500.000 48 93.750 375.000
5. 2 2.000.000 4.000.000 400.000 48 75.000 300.000
6. 1 4.000.000 4.000.000 400.000 48 75.000 300.000
7. 3 2.000.000 6.000.000 600.000 48 112.500 450.000
8. 2 2.500.000 5.000.000 500.000 48 93.750 375.000
9. 2 3.000.000 6.000.000 600.000 48 112.500 450.000
10. 2 2.500.000 5.000.000 500.000 48 93.750 375.000
11. 2 4.000.000 8.000.000 800.000 48 150.000 600.000
12. 3 2.000.000 6.000.000 600.000 48 112.500 450.000
13. 3 2.600.000 8.000.000 800.000 48 150.000 600.000
14. 1 4.000.000 4.000.000 400.000 48 75.000 300.000
15. 1 5.000.000 5.000.000 500.000 48 93.750 375.000
16. 2 2.500.000 5.000.000 500.000 48 93.750 375.000
17. 2 4.000.000 8.000.000 800.000 48 150.000 600.000
18. 3 2.000.000 6.000.000 600.000 48 112.500 450.000
19. 2 4.000.000 8.000.000 800.000 48 150.000 600.000
∑ 39 56.100.000 106.500.000 10.650.000 912 1.996.875 7.987.500
𝑥 2,05 2.952.631,58 5.605.263,16 560.526,316 48 105.098,68 420.394,8
109
Lampiran 17. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Cangkul dan Sekop pada Industri Kecil Batu Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan)
No.
Cangkul Arco Total
(Rp) Unit Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
Unit Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
1. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 2 400.000 800.000 80.000 36 80.000 135.000
2. 2 220.000 440.000 4.400 36 48.400 1 500.000 500.000 50.000 36 50.000 98.400
3. 3 250.000 750.000 7.500 36 82.500 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 122.500
4. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 95.000
5. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 95.000
6. 1 250.000 250.000 2.500 36 27.500 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 67.500
7. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 3 400.000 1.200.000 120.000 36 120.000 175.000
8. 4 250.000 1.000.000 10.000 36 110.000 2 500.000 1.000.000 100.000 36 100.000 210.000
9. 3 260.000 780.000 7.800 36 85.800 2 400.000 800.000 80.000 36 80.000 165.800
10. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 1 580.000 580.000 58.000 36 58.000 113.000
11. 2 220.000 440.000 4.400 36 48.400 2 400.000 800.000 80.000 36 80.000 128.400
12. 2 230.000 460.000 4.600 36 50.600 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 90.600
13. 2 230.000 460.000 4.600 36 50.600 2 500.000 1.000.000 100.000 36 100.000 150.600
14. 3 225.000 675.000 6.750 36 74.250 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 114.250
15. 2 210.000 420.000 4.200 36 46.200 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 86.200
16. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 95.000
17. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 1 500.000 500.000 50.000 36 50.000 105.000
18. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 2 400.000 800.000 80.000 36 80.000 135.000
19. 2 250.000 500.000 5.000 36 55.000 1 400.000 400.000 40.000 36 40.000 95.000
∑ 42 4.595.000 10.175.000 101.750 684 1.119.250 27 8.180.000 11.580.000 1.158.000 684 1.158.000 2.277.250
𝑥 2,2 241.842,11 535.526,32 5.355,263 36 58.907,9 1,42 430.526,32 609.473,68 60.947,37 36 60.947,36 119.855,3
110
Lampiran 18. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Ember dan Cetakan pada Industri Kecil Batu Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan)
No.
Ember Cetakan Total
(Rp) Unit Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
Unit Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
1. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
2. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
3. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
4. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
5. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
6. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 1 30.000 30.000 3.000 5 21.600 36.600
7. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 25.000 50.000 5.000 5 36.000 51.000
8. 3 20.000 60000 6.000 12 18.000 3 30.000 90.000 9.000 5 64.800 82.800
9. 6 25.000 150000 15.000 12 45.000 6 30.000 180.000 18.000 5 129.600 174.600
10. 2 15.000 30000 3.000 12 9.000 3 30.000 90.000 9.000 5 64.800 73.800
11. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 25.000 50.000 5.000 5 36.000 51.000
12. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
13. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
14. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 4 25.000 100.000 10.000 5 72.000 87.000
15. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
16. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 1 30.000 30.000 3.000 5 21.600 36.600
17. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
18. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
19. 2 25.000 50000 5.000 12 15.000 2 30.000 60.000 6.000 5 43.200 58.200
∑ 43 460.000 1.040.000 10.4000 228 312.000 44 555.000 1.280.000 128.000 95 921.600 1.233.600
𝑥 2,3 24.210,53 54.736,84 5.473,684 12 16.421,06 2,32 29.210,53 67.368,42 6.736,84 5 48.505,26 64.926
111
Lampiran19. Biaya Tetap: Penyusutan Alat Papan dan Pemotong pada Industri Kecil Batu Bata Per 2 Siklus Produksi (4 Bulan)
No.
Papan Pemotong Total
(Rp) Unit Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
Unit Harga
(Rp/unit)
Total harga
awal (P)
(Rp)
Harga
akhir (S)
(10%.P)
Umur
ekonomi (N)
(bulan)
Depresiasi
(Rp/4 bln)
1. 50 2.500 125.000 12.500 5 90.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 97.200
2. 50 2.500 125.000 12.500 5 90.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 97.200
3. 100 2.500 250.000 25.000 5 180.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 187.200
4. 50 2.500 125.000 12.500 5 90.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 97.200
5. 50 2.500 125.000 12.500 5 90.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 97.200
6. 25 2.000 50.000 5.000 5 36.000 1 5.000 5.000 500 5 3.600 39.600
7. 50 2.000 100.000 10.000 5 72.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7200 79.200
8. 75 2.500 187.500 18.750 5 135.000 3 5.000 15.000 1.500 5 10.800 145.800
9. 90 2.500 225.000 22.500 5 162.000 6 5.000 30.000 3.000 5 21.600 183.600
10. 50 2.000 100.000 10.000 5 72.000 3 5.000 15.000 1.500 5 10.800 82.800
11. 150 2.500 375.000 37.500 5 270.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 277.200
12. 100 2.000 200.000 20.000 5 144.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 151.200
13. 50 2.000 100.000 10.000 5 72.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 79.200
14. 100 2.500 250.000 25.000 5 180.000 4 5.000 20.000 2.000 5 14.400 194.400
15. 50 2.500 125.000 12.500 5 90.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 97.200
16. 50 2.500 125.000 12.500 5 90.000 1 5.000 5.000 500 5 3.600 93.600
17. 50 2.500 125.000 12.500 5 90.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 97.200
18. 100 2.500 250.000 25.000 5 180.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 187.200
19. 50 2.500 125.000 12.500 5 90.000 2 5.000 10.000 1.000 5 7.200 97.200
∑ 1.290 45.000 3.087.500 30.8750 95 2.223.000 44 95.000 220.000 22.000 95 158.400 2381.400
𝑥 67,89 2368,42 162.500 16.250 5 117.000 2,32 5.000 11.578,95 1.157,895 5 8.336,84 125.336
112
Lampiran 20. Total Biaya: Penyusutan Bangunan dan Alat pada Industri Kecil Batu Bata Selama Satu Siklus produksi (2 Bulan)
No.
Penyusutan
Banguna/Bangsal
(Rp)
Penyusutan Alat Biaya
(Rp) Cangkul
(Rp)
Arco
(Rp)
Ember
(Rp)
Cetakan
(Rp)
Papan
(Rp)
Pemotong
(Rp)
1. 450.000 55.000 80.000 15.000 43.200 90.000 7.200 740.400
2. 300.000 48.400 50.000 15.000 43.200 90.000 7.200 553.800
3. 262.500 82.500 40.000 15.000 43.200 180.000 7.200 630.400
4. 375.000 55.000 40.000 15.000 43.200 90.000 7.200 625.400
5. 300.000 55.000 40.000 15.000 43.200 90.000 7.200 550.400
6. 300.000 27.500 40.000 15.000 21.600 36.000 3.600 443.700
7. 450.000 55.000 120.000 15.000 36.000 72.000 7.200 755.200
8. 375.000 110.000 100.000 18.000 64.800 135.000 10.800 813.600
9. 450.000 85.800 80.000 45.000 129.600 162.000 21.600 974.000
10. 375.000 55.000 58.000 9.000 64.800 72.000 10.800 644.600
11. 600.000 48.400 80.000 15.000 36.000 270.000 7.200 1.056.600
12. 450.000 50.600 40.000 15.000 43.200 144.000 7.200 750.000
13. 600.000 50.600 100.000 15.000 43.200 72.000 7.200 888.000
14. 300.000 74.250 40.000 15.000 72.000 180.000 14.400 695.650
15. 375.000 46.200 40.000 15.000 43.200 90.000 7.200 616.600
16. 375.000 55.000 40.000 15.000 21.600 90.000 3.600 600.200
17. 600.000 55.000 50.000 15.000 43.200 90.000 7.200 860.400
18. 450.000 55.000 80.000 15.000 43.200 180.000 7.200 830.400
19. 600.000 55.000 40.000 15.000 43.200 90.000 7.200 850.400
∑ 7.987.500 1.119.250 1.158.000 312.000 921.600 2.223.000 158.400 13.879.750
𝑥 420.394,8 5.8907,9 6.0947,36 16.421,06 48.505,26 117.000 8.336,84 730.514
113
Lampiran 21. Biaya Tetap: Sewa Pompa Air, Listrik, Pajak dan Tenaga Kerja Keluarga pada Industri Kecil Batu Bata
Selama Satu Siklus Produksi (2 Bulan)
No. Sewa pompa air
(Rp)
Listrik
(Rp)
Pajak
(Rp)
Bunga modal pinjaman
(Rp)
1. 120.000 80.000 60.000 4.028.000
2. 120.000 40.000 60.000
3. 120.000 80.000 60.000
4. 120.000 60.000 60.000
5. 120.000 40.000 60.000
6. 120.000 40.000 60.000
7. 120.000 80.000 60.000 3.200.000
8. 120.000 80.000 60.000 4.800.000
9. 120.000 80.000 60.000
10. 120.000 80.000 60.000
11. 120.000 60.000 60.000 2.292.000
12. 120.000 80.000 60.000 4.400.000
13. 120.000 60.000 60.000 2.300.000
14. 120.000 80.000 60.000 2.164.000
15. 120.000 80.000 60.000 600.000
16. 120.000 80.000 60.000
17. 120.000 40.000 60.000
18. 120.000 60.000 60.000
19. 120.000 80.000 60.000
∑ 2.280.000 1.280.000 1.140.000 23.784.000
𝑥 120.000 67.368,42 60.000 1.251.789
114
Lampiran 22. Total Biaya Tetap pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Penyusutan Alat
(Rp)
Sewa pompa air
(Rp)
Listrik
(Rp)
Pajak
(Rp)
Bunga modal
pinjaman
(Rp)
Biaya
(Rp)
1. 740.400 120.000 80.000 60.000 4.028.000 5.028.400
2. 553.800 120.000 40.000 60.000 773.800
3. 630.400 120.000 80.000 60.000 890.400
4. 625.400 120.000 60.000 60.000 865.400
5. 550.400 120.000 40.000 60.000 770.400
6. 443.700 120.000 40.000 60.000 663.700
7. 755.200 120.000 80.000 60.000 3.200.000 4.215.200
8. 813.600 120.000 80.000 60.000 4.800.000 5.873.600
9. 974.000 120.000 80.000 60.000 1.234.000
10. 644.600 120.000 80.000 60.000 904.600
11. 1.056.600 120.000 60.000 60.000 2.292.000 3.588.600
12. 750.000 120.000 80.000 60.000 4.400.000 5.410.000
13. 888.000 120.000 60.000 60.000 2.300.000 3.428.000
14. 695.650 120.000 80.000 60.000 2.164.000 3.119.650
15. 616.600 120.000 80.000 60.000 600.000 1.476.600
16. 600.200 120.000 80.000 60.000 860.200
17. 860.400 120.000 40.000 60.000 1.080.400
18. 830.400 120.000 60.000 60.000 1.070.400
19. 850.400 120.000 80.000 60.000 1.110.400
∑ 13.879.750 2.280.000 1.280.000 1.140.000 23.784.000 42.363.750
𝑥 730.514 120.000 67.368,42 60.000 1.251.789 2.229.672
115
Lampiran 23. Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua Kali Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Biaya Variabel Biaya Tetap Biaya
(Rp) Pasir
(Rp)
Kayu bakar
(Rp)
Tenaga kerja
upah
(Rp)
Biaya
makan saat
membakar
(Rp)
Total
(Rp)
Penyusutan
alat
(Rp)
Sewa
pompa air
(Rp)
Listrik
(Rp)
Pajak
(Rp)
Bunga
modal
pinjaman
(Rp)
Biaya
(Rp)
1. 220.000 2.000.000 13.600.000 400.000 16.240.000 740.400 120.000 80.000 60.000 4.028.000 5.028.400 21.248.400
2. 220.000 1.200.000 10.880.000 400.000 12.720.000 553.800 120.000 40.000 60.000 773.800 13.473.800
3. 220.000 1.600.000 10.240.000 400.000 12.460.000 630.400 120.000 80.000 60.000 890.400 13.350.400
4. 220.000 1.200.000 10.240.000 400.000 12.060.000 625.400 120.000 60.000 60.000 865.400 12.925.400
5. 220.000 1.200.000 6.400.000 400.000 8.220.000 550.400 120.000 40.000 60.000 770.400 8.990.400
6. 220.000 1.200.000 7.680.000 400.000 9.500.000 443.700 120.000 40.000 60.000 663.700 10.163.700
7. 220.000 2.000.000 19.200.000 400.000 21.820.000 755.200 120.000 80.000 60.000 3.200.000 4.215.200 26.035.200
8. 220.000 1.600.000 12.800.000 400.000 15.020.000 813.600 120.000 80.000 60.000 4.800.000 5.873.600 20.893.600
9. 220.000 2.400.000 20.400.000 400.000 23.440.000 974.000 120.000 80.000 60.000 1.234.000 24.654.000
10. 220.000 1.200.000 12.800.000 400.000 14.620.000 644.600 120.000 80.000 60.000 904.600 15.524.600
11. 220.000 1.200.000 6.400.000 400.000 8.220.000 1.056.600 120.000 60.000 60.000 2.292.000 3.588.600 11.808.600
12. 220.000 1.600.000 6.800.000 600.000 9.240.000 750.000 120.000 80.000 60.000 4.400.000 5.410.000 14.630.000
13. 220.000 1.600.000 12.800.000 400.000 15.020.000 888.000 120.000 60.000 60.000 2.300.000 3.428.000 18.448.000
14. 220.000 1.600.000 12.800.000 400.000 15.020.000 695.650 120.000 80.000 60.000 2.164.000 3.119.650 18.139.650
15. 220.000 1.200.000 7.680.000 400.000 9.500.000 616.600 120.000 80.000 60.000 600.000 1.476.600 10.976.600
16. 220..000 1.600.000 6.400.000 400.000 8.620.000 600.200 120.000 80.000 60.000 860.200 9.480.200
17. 220.000 1.200.000 12.800.000 400.000 14.620.000 860.400 120.000 40.000 60.000 1.080.400 15.700.400
18. 220.000 1.600.000 10.240.000 400.000 12.460000 830.400 120.000 60.000 60.000 1.070.400 13.530.400
19. 220.000 1.600.000 10.240.000 400..000 12.460.000 850.400 120.000 80.000 60.000 1.110.400 13.570.400
∑ 4.180.000 28.800.000 210.400.000 7.800.000 251.260.000 13.879.750 2.280.000 1.280.000 1.140.000 23.784.000 42.363.750 293.543.750
𝑥 220.000 1.515.789 11.073.684,21 410.526 13.224.210,53 730.514 120.000 67.368,42 60.000 1.251.789 2.229.672 15.449.672
116
Lampiran 24. Penerimaan pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua Siklus Produksi (4 Bulan)
No. Produksi per Hari
(m3)
Produksi
per 2 Siklus
(m3)
Tingkat kerusakan
(1%)
Harga
(Rp/m3)
Total
Per Siklus
(Rp)
1. 1 84 83,16 350.000 29.106.000
2. 0,8 67,2 66,528 350.000 23.284.800
3. 0,8 67,2 66,528 350.000 23.284.800
4. 0,8 67,2 66,528 350.000 23.284.800
5. 0,5 42 41,58 350.000 14.553.000
6. 0,6 50,4 49,896 350.000 17.463.600
7. 1,5 126 124,74 350.000 43.659.000
8. 1 84 83,16 350.000 29.106.000
9. 1,5 126 124,74 350.000 43.659.000
10. 1 84 83,16 350.000 29.106.000
11. 0,5 42 41,58 350.000 14.553.000
12. 1 84 83,16 350.000 29.106.000
13. 1 84 83,16 350.000 29.106.000
14. 1 84 83,16 350.000 29.106.000
15. 0,6 50,4 49,896 350.000 17.463.600
16. 0,5 42 41,58 350.000 14.553.000
17. 1 84 83,16 350.000 29.106.000
18. 0,8 67,2 66,528 350.000 23.284.800
19. 0,8 67,2 66,528 350.000 23.284.800
∑ 16,2 1.360,8 1.347,19 6.650.000 471.517.200
𝑥 0,85 71,4 70,69 350.000 24.740.100
117
Lampiran 25. Pendapatan pada Industri Kecil Batu Bata Selama Dua Siklus Produksi (4 Bulan)
N0. Total Penerimaan
(a)
(Rp)
Total Biaya
(b)
(Rp)
Total pendapatan
(a-b)
(Rp)
1. 29.106.000 21.248.400 7.857.600
2. 23.284.800 13.473.800 9.811.000
3. 23.284.800 13.350.400 9.934.400
4. 23.284.800 12.925.400 10.359.400
5. 14.553.000 8.990.400 5.562.600
6. 17.463.600 10.163.700 7.299.900
7. 43.659.000 26.035.200 17.623.800
8. 29.106.000 20.893.600 8.212.400
9. 43.659.000 24.654.000 19.005.000
10. 29.106.000 15.524.600 13.581.400
11. 14.553.000 11.808.600 2.744.400
12. 29.106.000 14.630.000 14.476.000
13. 29.106.000 18.448.000 10.658.000
14. 29.106.000 18.139.650 10.966.350
15. 17.463.600 10.976.600 6.487.000
16. 14.553.000 9.480.200 5.072.800
17. 29.106.000 15.700.400 13.405.600
18. 23.284.800 13.530.400 9.754.400
19. 23.284.800 13.570.400 9.714.400
∑ 471.517.200 293.543.750 177.973.450
𝑥 24.740.100 15.449.672 9.290.428
118
Lampiran 26. Analisis Perbedaan Pendapatan antara Usahatani Padi Sawah dengan Industri kecil Batu Bata
Dik:
𝑛1 = 𝑛2 = 19
𝑥1 = 157.572.330
𝑥2 = 177.973.450
𝑥 1 = 8.291.280
𝑥 2 = 9.290.428
𝑑𝑓 = 19 + 19 − 2 = 36
∝ = 0,05
𝑡 − 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =[𝑥 1 − 𝑥 2]
𝑆1
2
𝑛1 +
𝑆22
𝑛1
119
Lanjutan Lampiran 26.
𝑆12 =
𝑥1 − 𝑥 1 2
𝑛1 − 1
𝑆1
2 = 157.572,330 − 8.293,280 2
19 − 1
𝑆12 =
157.572,330 − 8.293,280
19 − 1
𝑆12 =
22.284.234.769
18
𝑆12 =
22.284.234.769
18
𝑆12 = 1.238.013.043
𝑆12
𝑛1
= 22.284.234.769
18
𝑆12
𝑛1
= 65.158.581,2
120
Lanjutan Lampiran 26.
𝑆22 =
𝑥2 − 𝑥 2 2
𝑛2 − 1
𝑆22 =
177.973,450 − 9.290,428 2
19 − 1
𝑆12 =
157.572,330 − 8.293,280
19 − 1
𝑆22 =
28.453.961.911
18
𝑆12 =
22.284.234.769
18
𝑆22 = 1.580.775.662
𝑆22
𝑛2
= 1.580.775.662
18
𝑆22
𝑛2= 83.198.719,04
121
Lanjutan Lampiran 26.
𝑡 − 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =[𝑥 1 − 𝑥 2]
𝑆1
2
𝑛1 +
𝑆22
𝑛1
𝑡 − 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =8.293.280 − 9.290.428
65.158.581,2 + 83.198.719,04
𝑡 − 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =997,148
148.357.300
𝑡 − 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =997,148
12.180,201
𝑡 − 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,082
122
122
Lampiran 6. Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)
Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262
37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
2.02809
123
123
Lanjutan Lampiran 4. Titik Persentase Distribusi t (df = 41 – 80)
Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127
42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595
43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089
44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607
45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148
46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710
47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291
48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891
49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508
50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141
51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789
52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451
53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127
54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815
55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515
56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226
57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948
58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680
59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930
62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696
63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471
64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253
65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041
66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837
67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639
68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446
69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260
70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079
71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903
72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733
73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567
74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406
75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249
76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096
77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948
78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804
79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663
80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526
124
124
Lanjutan Lampiran 4. Titik Persentase Distribusi t (df = 81 –120)
Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392
82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262
83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135
84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011
85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890
86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772
87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657
88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544
89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434
90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327
91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222
92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119
93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019
94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921
95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825
96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731
97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639
98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549
99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460
100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374
101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289
102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206
103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125
104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045
105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967
106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890
107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815
108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741
109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669
110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598
111 0.67671 1.28922 1.65870 1.98157 2.36041 2.62085 3.16528
112 0.67669 1.28916 1.65857 1.98137 2.36010 2.62044 3.16460
113 0.67667 1.28909 1.65845 1.98118 2.35980 2.62004 3.16392
114 0.67665 1.28902 1.65833 1.98099 2.35950 2.61964 3.16326
115 0.67663 1.28896 1.65821 1.98081 2.35921 2.61926 3.16262
116 0.67661 1.28889 1.65810 1.98063 2.35892 2.61888 3.16198
117 0.67659 1.28883 1.65798 1.98045 2.35864 2.61850 3.16135
118 0.67657 1.28877 1.65787 1.98027 2.35837 2.61814 3.16074
119 0.67656 1.28871 1.65776 1.98010 2.35809 2.61778 3.16013
120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954
125
125
Lanjutan Lampiran 4. Titik Persentase Distribusi t (df = 121 –160)
Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
121 0.67652 1.28859 1.65754 1.97976 2.35756 2.61707 3.15895
122 0.67651 1.28853 1.65744 1.97960 2.35730 2.61673 3.15838
123 0.67649 1.28847 1.65734 1.97944 2.35705 2.61639 3.15781
124 0.67647 1.28842 1.65723 1.97928 2.35680 2.61606 3.15726
125 0.67646 1.28836 1.65714 1.97912 2.35655 2.61573 3.15671
126 0.67644 1.28831 1.65704 1.97897 2.35631 2.61541 3.15617
127 0.67643 1.28825 1.65694 1.97882 2.35607 2.61510 3.15565
128 0.67641 1.28820 1.65685 1.97867 2.35583 2.61478 3.15512
129 0.67640 1.28815 1.65675 1.97852 2.35560 2.61448 3.15461
130 0.67638 1.28810 1.65666 1.97838 2.35537 2.61418 3.15411
131 0.67637 1.28805 1.65657 1.97824 2.35515 2.61388 3.15361
132 0.67635 1.28800 1.65648 1.97810 2.35493 2.61359 3.15312
133 0.67634 1.28795 1.65639 1.97796 2.35471 2.61330 3.15264
134 0.67633 1.28790 1.65630 1.97783 2.35450 2.61302 3.15217
135 0.67631 1.28785 1.65622 1.97769 2.35429 2.61274 3.15170
136 0.67630 1.28781 1.65613 1.97756 2.35408 2.61246 3.15124
137 0.67628 1.28776 1.65605 1.97743 2.35387 2.61219 3.15079
138 0.67627 1.28772 1.65597 1.97730 2.35367 2.61193 3.15034
139 0.67626 1.28767 1.65589 1.97718 2.35347 2.61166 3.14990
140 0.67625 1.28763 1.65581 1.97705 2.35328 2.61140 3.14947
141 0.67623 1.28758 1.65573 1.97693 2.35309 2.61115 3.14904
142 0.67622 1.28754 1.65566 1.97681 2.35289 2.61090 3.14862
143 0.67621 1.28750 1.65558 1.97669 2.35271 2.61065 3.14820
144 0.67620 1.28746 1.65550 1.97658 2.35252 2.61040 3.14779
145 0.67619 1.28742 1.65543 1.97646 2.35234 2.61016 3.14739
146 0.67617 1.28738 1.65536 1.97635 2.35216 2.60992 3.14699
147 0.67616 1.28734 1.65529 1.97623 2.35198 2.60969 3.14660
148 0.67615 1.28730 1.65521 1.97612 2.35181 2.60946 3.14621
149 0.67614 1.28726 1.65514 1.97601 2.35163 2.60923 3.14583
150 0.67613 1.28722 1.65508 1.97591 2.35146 2.60900 3.14545
151 0.67612 1.28718 1.65501 1.97580 2.35130 2.60878 3.14508
152 0.67611 1.28715 1.65494 1.97569 2.35113 2.60856 3.14471
153 0.67610 1.28711 1.65487 1.97559 2.35097 2.60834 3.14435
154 0.67609 1.28707 1.65481 1.97549 2.35081 2.60813 3.14400
155 0.67608 1.28704 1.65474 1.97539 2.35065 2.60792 3.14364
156 0.67607 1.28700 1.65468 1.97529 2.35049 2.60771 3.14330
157 0.67606 1.28697 1.65462 1.97519 2.35033 2.60751 3.14295
158 0.67605 1.28693 1.65455 1.97509 2.35018 2.60730 3.14261
159 0.67604 1.28690 1.65449 1.97500 2.35003 2.60710 3.14228
160 0.67603 1.28687 1.65443 1.97490 2.34988 2.60691 3.14195
126
126
Lanjutan Lampiran 4. Titik Persentase Distribusi t (df = 161 –200)
Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
161 0.67602 1.28683 1.65437 1.97481 2.34973 2.60671 3.14162
162 0.67601 1.28680 1.65431 1.97472 2.34959 2.60652 3.14130
163 0.67600 1.28677 1.65426 1.97462 2.34944 2.60633 3.14098
164 0.67599 1.28673 1.65420 1.97453 2.34930 2.60614 3.14067
165 0.67598 1.28670 1.65414 1.97445 2.34916 2.60595 3.14036
166 0.67597 1.28667 1.65408 1.97436 2.34902 2.60577 3.14005
167 0.67596 1.28664 1.65403 1.97427 2.34888 2.60559 3.13975
168 0.67595 1.28661 1.65397 1.97419 2.34875 2.60541 3.13945
169 0.67594 1.28658 1.65392 1.97410 2.34862 2.60523 3.13915
170 0.67594 1.28655 1.65387 1.97402 2.34848 2.60506 3.13886
171 0.67593 1.28652 1.65381 1.97393 2.34835 2.60489 3.13857
172 0.67592 1.28649 1.65376 1.97385 2.34822 2.60471 3.13829
173 0.67591 1.28646 1.65371 1.97377 2.34810 2.60455 3.13801
174 0.67590 1.28644 1.65366 1.97369 2.34797 2.60438 3.13773
175 0.67589 1.28641 1.65361 1.97361 2.34784 2.60421 3.13745
176 0.67589 1.28638 1.65356 1.97353 2.34772 2.60405 3.13718
177 0.67588 1.28635 1.65351 1.97346 2.34760 2.60389 3.13691
178 0.67587 1.28633 1.65346 1.97338 2.34748 2.60373 3.13665
179 0.67586 1.28630 1.65341 1.97331 2.34736 2.60357 3.13638
180 0.67586 1.28627 1.65336 1.97323 2.34724 2.60342 3.13612
181 0.67585 1.28625 1.65332 1.97316 2.34713 2.60326 3.13587
182 0.67584 1.28622 1.65327 1.97308 2.34701 2.60311 3.13561
183 0.67583 1.28619 1.65322 1.97301 2.34690 2.60296 3.13536
184 0.67583 1.28617 1.65318 1.97294 2.34678 2.60281 3.13511
185 0.67582 1.28614 1.65313 1.97287 2.34667 2.60267 3.13487
186 0.67581 1.28612 1.65309 1.97280 2.34656 2.60252 3.13463
187 0.67580 1.28610 1.65304 1.97273 2.34645 2.60238 3.13438
188 0.67580 1.28607 1.65300 1.97266 2.34635 2.60223 3.13415
189 0.67579 1.28605 1.65296 1.97260 2.34624 2.60209 3.13391
190 0.67578 1.28602 1.65291 1.97253 2.34613 2.60195 3.13368
191 0.67578 1.28600 1.65287 1.97246 2.34603 2.60181 3.13345
192 0.67577 1.28598 1.65283 1.97240 2.34593 2.60168 3.13322
193 0.67576 1.28595 1.65279 1.97233 2.34582 2.60154 3.13299
194 0.67576 1.28593 1.65275 1.97227 2.34572 2.60141 3.13277
195 0.67575 1.28591 1.65271 1.97220 2.34562 2.60128 3.13255
196 0.67574 1.28589 1.65267 1.97214 2.34552 2.60115 3.13233
197 0.67574 1.28586 1.65263 1.97208 2.34543 2.60102 3.13212
198 0.67573 1.28584 1.65259 1.97202 2.34533 2.60089 3.13190
199 0.67572 1.28582 1.65255 1.97196 2.34523 2.60076 3.13169
200 0.67572 1.28580 1.65251 1.97190 2.34514 2.60063 3.13148
127
127
Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi Penelitian pada Usahatani Padi Sawah di Desa Abengg Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
Traktor Tangan
Traktor Tangan
Sumber Irigasi
Responden Padi Sawah Hamparan Padi Sawah
128
128
Dokumentasi Penelitian pada Industri kecil Batu Bata di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016
Bata yang Siap untuk Dibakar
Proses Pencetakan Batu Bata
Bangunan/Bangsal
Responden Pengusaha Batu Bata