View
40
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
STATUS GINEKOLOGI
I. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku /Bangsa : Sasak/ WNI
Alamat : Lingsar
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Sosioekonomi : kurang
Tgl MRS : 26-8-2009 jam 08.45 WITA
II. Anamnesis ( 26-8-09)
Keluhan utama : Os datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan
RPS: Os mengaku hamil 4 bulan mengeluhkan keluar darah dari kemaluan sejak 2
minggu yang lalu, darah berwarna merah segar, dan makin lama menjadi merah
kecoklatan disertai dengan gelembung, darah keluar secara merembes sedikit-sedikit ± 3
sendok , tidak berbau dan memuncak sejak kemarin pagi pkl 04.00 sejumlah ± 1 gelas
baik berupa darah encer maupun gumpalan darah berwarna merah kehitaman. Os juga
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan pinggang semenjak keluhan ada, nyeri
kadang menyertai keluarnya darah, kadang juga tanpa keluarnya darah nyeri tetap hilang
timbul. Keluhan pusing (+), riwayat keluar keputihan (-), panas (-), nafsu makan
menurun, BAB/BAK (+) N, keluhan mual (-), Muntah (-). Os awalnya pernah merasakan
keluhan seperti orang hamil sejak 3 bulan yang lalu berupa mual, muntah yang hebat
sampai 2 bulan, dan suka ngidam, os juga pernah dilakukan pp tes di puskesmas dan
dinyatakan hamil sejak saat itu. Os kembali memeriksakan diri semenjak keluhan darah
ini yakni 2 hari yang lalu, di PKM dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan bukaan
1 cm, teraba jaringan, akhirnya os dilarikan ke RSU Mataram untuk pengobatan lebih
lanjut.
Riwayat menstruasi : Menarche usia 15 tahun. Siklus haid biasanya 28 hari dan lamanya
haid 6 hari dengan hari banyak haid 3-4 hari dan menghabiskan hingga 1-2 pembalut
sehari. Hari pertama haid terakhir adalah 25 maret 2009.
Riwayat dan rencana KB: Ini adalah hamil pertama os, dan os belum pernah
merencanakan menggunakan KB sampai saat ini.
Riwayat pernikahan : Os menikah petamakali pada usia 20 tahun. Pasien mengaku
menikah 1 kali
Riwayat persalinan : (-), Os tidak pernah mengalami keguguran
Riwayat penyakit dahulu : Os Tidak pernah menderita penyakit penyakit yang sama
sebelumnya, tidak pernah menderita penyakit jantung (-), paru, hati, ginjal, DM, dan
hipertensi ataupun penyakit berat lainnya yang mengharuskan perawatan RS.
Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang mederita sakit yang sama
dengan os
Riwayat alergi : Tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca
III. Pemeriksaan fisik (22-05-09)
Status Generalis
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : E4V5M6
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 90x/mnt
Frekuensi respirasi : 16x/mnt
Temperatur axilla : 36,8 °C
Mata : anemis (+/+), ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
THT : tenang
Thorak : Cor S1,S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-), HR 120x/mnt
Pulmo vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Ekstremitas : akral hangat, pucat, edema (-), tremor (-)
Status obstetric dan Ginekologi
Abdomen : distensi (-), nyeri tekan (+) suprapubis, BU (+) Normal Perabaan massa (-), Hepar
dan Lien tidak teraba, nyeri pekak beralih (-) Tinggi fundus uteri teraba sepusat, balotemen (-),
tidak teraba bagian janin, DJJ (-).
VT : OUE terbuka, teraba jaringan kistik (+), nyeri goyang portio (-), uterus teraba lunak,tidak
ikut bergerak, bagian janin (-), CUAF, 10-20 mg, APCD dalam batas normal
RT : massa (-), kesan uterus tampak membesar
Inspekulo : porsio licin, cavum douglas tidak menonjol, OUE terbuka,
fluxus (+), gelembung mola (+),
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (22-05-09)
HB : 6,8 g/dl
WBC : 6.300/uL
PLT : 253.000/uL
LED : 20
USG : uterus tampak membesar, snow flake patern (+), kesan mola hidatidosa
V. Diagnosis Kerja
Mola Hidatidosa + anemia berat
VI. Planning :
- IVFD RL 20 tetes/ menit
- Observasi keluhan, vital sign, bleeding
- Transfusi PRC sampai hb 10 gr%
- Analgetik
- Pro suction curetase jika hb >10
- Lab : LFT,RFT, lipid profile, protein total.
- Konsul urologi, interna.
- Patologi Anatomi
- Pemeriksaan kadar HCG
Lembar Follow up
Time Subjective Objective Assesment Planing
26-08-09
09.00 keluar darah (+),mules (+), tidak selera makan/minum ,demam (-), BAK /BAB normal
KU : sedang,
Kes : CM
TD : 110/70mmhg,
N : 88x/m,
R : 20x/m,
T : 36,5 ’C
K/L : mata : an +/+, ikt -/-
Thorak : dbn
Abd : dist (-), nyeri tekan (+) suprapubic, BU (+) N, Hepar dan lien tak teraba.
V/V :, perdarahan aktif (-).
Akral : hangat
Lab Lengkap:
WBC: 15.900,
HB: 5,72,
HCT: 17,8%,
PLT: 244.000,
BT: 5’15”,
CT: 1’00”,
GDS: 80
Bilirubin total : 0,32,
Bilirubin direk : 0,1,
SGOT : 51,
SGPT : 81,
SGPT : 81,
Kolesterol total : 143,
Trigliserida : 134,
Urea : 23,
Kreatinin : 0,6,
HbSAg: negatif Mola Hidatidosa dengan anemia berat Infus RL 20 tpm
Observasi keluhan, vital sign, bleeding
Lapor supervisor advis: Transfusi PRC sampai hb 10 gr%, keluarga masih usaha darah
Analgetik
Pro suction curetase jika hb lebih atau sama dengan 10 gr%
Konsul, interna advised thoraks photo, lab lengkap, transfusi PRC 2 kolf, ampicillin 1 gr/8 jam
Time Subjektif Objective Assesment Planing
11.00 keluar darah (+), os merasa ada jaringan yang keluar dari kemaluannya
TD : 100/80mmhg,
N : 86x/m,
R : 20x/m,
T : 36,8 ’C
Mata: An +/+, Ikt -/-
Abd : dist (-), nyeri tekan (+) suprapubic, BU (+) N.
V/V : perdarahan aktif (+), tampak jaringan mola keluar melalui kanalis servikalis.
Akral : hangat, tremor (-), pucat (+) Mola Hidatidosa dengan anemia berat dengan ekspulsi
jaringan mola
Infues RL 20 tpm
Pro tranfusi 2 kolf
Pindah ke ruang VK
12.00 Os merasa sakit perut dan terasa jaringan akan lahir TD : 100/80mmhg,
N : 92x/m,
R : 20x/m,
T : 36,8 ’C
V/V: Jaringan lahir dengan berat ± 150 gr, perdarahan (+)
Akral: hangat Infues RL 30 -60 tpm
Pro tranfusi 2 kolf
14.00 keluar darah (+), merembes, sakit perut (+), pusing (+)
TD : 90/60mmhg,
N : 88x/m,
R : 22x/m,
T : 39,6 ’C
Mata: An +/+, Ikt -/-
Abd : dist (-), nyeri tekan (+) suprapubic, BU (+) N.
V/V :, perdarahan aktif (+), jaringan mola (-).
Akral : hangat Infues RL 30 -60 tpm
Pro tranfusi 2 kolf
Injeksi xylomidon 2 mg IV
O2 3 L/mnt
Ampicilin inj. 1 gr
16.25 Keluar darah (+), merembes, sakit perut (-), TD : 100/80mmhg,
N : 90x/m,
R : 20x/m,
T : 36,8 ’C
Akral: hangat Inf. RL 20 tpm
Transfusi darah kolf pertama
27/08/09
06.00 keluar darah (-) KU : sedang,
Kes : CM
TD : 120/80mmhg,
N : 88x/m,
R : 20x/m,
T : 36,6 ’C
mata : an +/+, ikt -/-
Abd : dist (-), nyeri tekan (+) suprapubic,
BU (+) N, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, nyeri tekan (-)
V/V : perdarahan aktif (-)
Akral : hangat Mola Hidatidosa + anemia berat Inf. RL 20 tpm
09.00 Keluar darah (-) KU : sedang,
Kes : CM
TD : 110/80mmhg,
N : 96x/m,
R : 20x/m,
T : 36,6 ’C Transfusi darah 2 kolf
14.00 Keluhan (-), perdarahan (-) TD : 110/80mmhg,
N : 90x/m,
R : 18x/m,
T : 36,8 ’C
Akral: hangat Inf. RL
Pro konsul anastesi
20.00 Keluhan (-) TD : 110/80mmhg,
N : 88x/m,
R : 18x/m,
T : 36,8 ’C
Akral: hangat
28/09/09
06.00 keluar darah (+), sedikit-sedikit, nyeri perut (-)
KU : sedang,
Kes : CM
TD : 110/70mmhg,
N : 88x/m,
R : 18x/m,
T : 36,6 ’C
K/L : mata : an -/-, ikt -/-
Thorak : dbn
Abd: TFU teraba 2 jari diatas simpisis, nyeri tekan (-)
Akral: hangat
Hasil lab:
Hb: 9,83 gr%
WBC: 15.900,
HB: 5,72,
HCT: 17,8%,
PLT: 244.000 Mola hidatidosa Konsul anastesi : ACC anastesi untuk suction curet di OK
Inj. Ampicillin 1 gr/iv
16.00 Keluhan (-) KU : sedang,
Kes : CM
TD : 110/80mmhg,
N : 88x/m, kuat angkat,
R : 18x/m,
T : 36,8 ’C
mata : an -/-, ikt -/-
Abd : dist (-), nyeri tekan suprapubic (-), BU (+) N, TFU teraba 2 jari dibawah pusat
V/V : perdarahan aktif (-) Mola Hidatidosa Inf . RL 20 tpm
Motivasi makan-minum
29/08/2009
08.00 : keluar darah (-), nyeri perut (-) KU : sedang,
Kes : CM
TD : 100/70mmhg,
N : 90x/m,
R : 20x/m,
T : 36,8 ’C
mata : an -/-, ikt -/-
Abd : dist (-), BU (+) N, kontraksi uterus teraba baik, TFU 2 diatas simpisis, nyeri tekan (-).
V/V : perdarahan aktif (-) Mola Hidatidosa Inf. RL 20 tpm
Suction curetase: keluar jaringan mola, perdarahan ± 400cc, lanjut dengan kuret tajam
perdarahan ±150cc hasil operasi Mola hidatidosa.
Check lab pasca curetase
13.00 Hb: 8,33 gr%
WBC: 11.900,
HCT: 17,8%,
PLT: 224.000
Inf. RL 20 tpm
10.00 keluar darah (-), nyeri perut (-) KU : sedang
Kes : CM
TD : 110/80mmhg,
N : 90x/m,
R : 18x/m,
T : 36,6 ’C
mata : an -/-, ikt -/-
Abd : dist (-), nyeri tekan (-), BU (+) N, kontraksi uterus, TFU tidak teraba,
V/V : perdarahan aktif (-) Mola Hidatidosa Inf. RL 20 tpm
Inj. Cefotaksim 1gr/12 jam
Asam mefenamat 3 x 500 mg
14.00 keluar darah (-), nyeri perut (-) KU : sedang
Kes : CM
TD : 120/80mmhg,
N : 88x/m,
R : 18x/m,
T : 36,8 ’C
mata : an -/-, ikt -/-
Abd : dist (-), nyeri tekan (-), BU (+) N
V/V : perdarahan aktif (-) Mola Hidatidosa Inf. RL 20 tpm
20.00 Keluhan (-) KU : sedang
Kes : CM
TD : 110/80mmhg,
N : 90x/m,
R : 18x/m,
T : 36,6 ’C
mata : an -/-, ikt -/-
Abd : dist (-), nyeri tekan (-), BU (+) N, TFU tidak teraba,
V/V : perdarahan aktif (-) • Infus dilepas
• Ma/mi
• Inj. Cefotaksim 1gr/12 jam
• Asam mefenamat 3 x 500 mg
30/09/09
08.00 Keluhan (-) KU : sedang
Kes : CM
TD : 120/80mmhg,
N : 88x/m,
R : 18x/m,
T : 36,8 ’C
mata : an -/-, ikt -/-
Abd : dist (-), nyeri tekan (-), BU (+) N
V/V : perdarahan aktif (-) • BPL
BAB IV
PEMBAHASAN
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami
perubahan hidrofobik. Pada pasien ini. Anamnesis dilakukan pada pasien, dari hasil anamnesis
didapatkan identitas pasien, pasien ini masih termasuk wanita dengan usia reproduksi yakni 26
tahun, seperti telah diketahui bahwa kista ovarium banyak dijumpai pada wanita usia reproduksi,
Wanita pada remaja awal atau usia perimenopausal amat sangat beresiko. Wanita yang berusia
lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7
kali dibanding wanita yang lebih muda. Identitas pasien yang termasuk dalam keluarga dengan
sosial ekonomi rendah juga mendukung keadaan mola dimana mola hidatidosa sering didapatkan
pada pasien dengan social ekonomi rendah yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi.
Dari anamnesis juga didapatkan gejala klinis yang mendukung terhadap kejadian mola
hidatidosa yakni berupa keluhan perdarahan pervaginam yang hilang timbul mulai dari bercak
hingga perdarahan hebat sehingga pasien dating dalam keadaan anemia perdarahan ini terjadi
akibat Jaringan yang mola terpisah dari desidua dan menyebabkan perdarahan. Nyeri perut
bagian bawah yang kadang disertai keluarnya darah memungkinkan bahwa penumpukan darah
menyebabkan pendesakan bagian organ lain yang peka nyeri. selain itu pasien juga mengeluhkan
gejala seperti orang hamil yakni mual muntah dan semenjak 3 bulan sebelumnya os tidak pernah
mendapatkan haid lagi, dan lebih diperkuat lagi dengan PP test dinyatakan (+) hamil. Hari
pertama haid terakhir os tanggal 25 Maret 2009 menunjukan bahwa os sudah 4 bulan mengalami
amenorea. Keluhan mual muntah yang hebat dan berkepanjangan yang dirasakan pasien sebagai
akibat dari peningkatan produksi HCG. Tidak didapatkan keluhan gangguan mens pada pasien
ini, jumlah darah dan lamanya perdarahan mens tetap sama dengan bulan-bulan sebelumnya
hanya amenorea saja yang didapatkan.
Selanjutnya dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis yang lemah ditambah lagi dengan
pemeriksaan konjungtiva pasien yang tampak anemis menunjukan telah terjadi gangguan
keseimbangan cairan plasma dan penurunan jumlah eritrosit dan Hb akibat perdarahan yang
terus-menerus. Sedangkan untuk pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah yang sedikit
menurun namun masih dalam batas normal yakni 100/70 mmhg, namun keadaan ini perlu
diwaspadai karena jika dibiarkan maka pasien akan jatuh kedalam fase syok jadi perlu
penanganan cairan yang baik, sedangkan frekuensi nadi sedikit meningkat 90x/mnt kuat angkat.
Pada pemeriksan jantung dan paru masih dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik abdomen hasil inspeksi didapatkan perut terlihat membesar yang tampak
tidak sesuai dengan usia kehamilan yang hanya 14-15 minggu, sedangkan pada palpasi
didapatkan TFU setinggi pusat yang diperkirakan umur kehamilan sebesar 20-22 minggu ,
namun tidak didapatkan balotemen, bagian janin tidak teraba dan pada pemeriksaan denyut
jantung janin tidak ditemukan, hasil ini semakin memperkuat adanya kehamilan tanpa disertai
pertumbuhan janin yakni kehamilan mola, seperti yang diungkapkan oleh park Teori terjadinya
penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma dari Park. Teori missed
abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena
itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari
Park menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya dimana
terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini
menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Studi dari Hertig lebih
menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai
degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya
sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
Sementara untuk pemeriksaan lanjutan terhadap genitalia dengan pemeriksaan inspekulo vulva
vagina tampak adanya fluksus dan gelembung-gelembung mola yang telah terkumpul diruangan
serviks, fluor tidak didapatkan sedangkan portio tampak licin tidak terdapat bukaan, perdarahan
(+) merembes temuan ini memperkuat adanya jaringan mola yang tumbuh. Untuk pemeriksaan
dalam (VT) didapatkan bukaan dan teraba jaringan mola, nyeri goyang portio (-) dan uterus tidak
ikut bergerak, CUAF 18-20 minggu, APCD dalam batas normal, keadaan ini semakin
mempertegas adanya pertumbuhan jaringan mola yang masih belum terlepas, sedangkan tidak
didapatkan nyeri goyang portio mampu meniadakan keberadaan kehamilan ektopik, dan untuk
uterus yang tidak ikut bergerak ketika portio digerakan juga mampu meniadakan adanya mioma
uteri yang mana gejalanya juga sama terjadi perdarahan pervaginam. Sementara pada
pemeriksaan besarnya uterus yang diperkirakan pertumbuhanya melebihi usia kehamilan normal
ditambah lagi dengan bentuk uterus yang teraba lunak dan tidak teraba bagian janin menguatkan
adanya tanda-tanda pertumbuhan mola dimana telah terjadi pertumbuhan vilikorialis tanpa
adanya pertumbuhan janin disertai degenerasi hidropik sehingga uterus tampak lunak dan
membesar melebihi usia kehamilan.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa Hb pasien telah turun jauh menjadi 6,8 g/dl yang
menunjukan telah terjadi perdarahan yang menghilangkan cukup banyak eritrosit dan
hemoglobin, dan juga telah terjadi gangguan hemodinamik. Keadaan ini disebabkan keluhan
pasien yang mengalami perdarahan pervaginam yang telah terjadi selama 2 minggu dan
memuncak semenjak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sementara untuk menunjang diagnosis
dilakukan pemeriksaan USG dan disini uterus tampak membesar, snow flake patern (+), kesan
mola hidatidosa. Hasil temuan ini sudah mampu memperkuat keberadaan pertumbuhan jaringan
mola tanpa adanya pertumbuhan bagian janin sehingga dapatlah ditegakan diagnosis dengan
mola hidatidosa.
Dari semua pemeriksaan ini baik fisik maupun penunjang juga dapat ditentukan klasifikasi mola
yang didapatkan, dalam kasus ini jelas terlihat bahwa mola yang didapatkan adalah molam
komplet dimana jaringan keseluruhannya adalah jaringan mola tanpa disertsai bagian janin,
seperti yang diungkapkan ………Mola hidatidosa komplet tidak berisi jaringan fetus. 90 %
biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal.
Ovum yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian
berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet, vili
khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan terdapat tropoblastik hiperplasia. Pada mola
hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis
sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma
tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok
Dalam upaya penanganan pasien ini yang terpenting adalah evakuasi jaringan mola, namun
sebelumnya harus diperbaiki terlebih keadaan umum pasien yakni kondisi dehidrasi dan anemia
berat dengan Hb 6,1 gr/dl namun jika terdapat anemia sedang cukup diberikan sulfas ferosus
600mg/hr, pasien ini memerlukan transfusi PRC 3 kolf untuk menaikan Hb sehingga mampu
mencapai 10 gr/dl sehingga fungsi hemodinamik kembali stabil, namun selama dalam penantian
darah perlu dilakukan terlebih dahulu rehidrasi dengan pemberian infus RL dengan kecepatan
40-60 tetes permenit sebagai tindakan mengembalikan fungsi hemodinamik yang telah terganggu
tadi. Upaya evakuasi jaringan mola dapat dilakukan dengan aspirasi kuret yang dipandang lebih
aman dibandingkan kuret tajam, sebelum dilakukan kuret terlebih dahulu diberikan infus 10 IU
oksitosin dalam 500 cc RL dengan kecepatan 40-60 tetes permenit sebagai tindakan preventif
terhadap perdarahan hebat dan efektivitas kontraksi terhadap pengososngan uterus secara cepat.
Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 – 6 minggu dan penderita disarankan
untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan kontrasepsi yang adekuat selama periode ini.
Pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi oral, sistemik atau barier selama waktu
monitoring. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal yaitu mencegah kehamilan dan
menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar HCG.
Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR) tidak dianjurkan sampai dengan kadar HCG
tidak terdeteksi karena terdapat resiko perforasi rahim jika masih terdapat mola invasif.
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon dianjurkan setelah kadar hCG
kembali normal. Tindak lanjut setelah evakuasi mola adalah pemeriksaan HCG yang dilakukan
secara berkala sampai didapatkan kadar HCG normal selama 6 bulan. Kadar HCG diperiksa
pasca 48 jam evakuasi mola, kemudian di monitor setiap minggu sampai dengan terdeteksi
dalam 3 minggu berturut-turut. Kemudian diikuti dengan monitoring tiap bulan sampai dengan
tdak terdeteksi dalam 6 bulan berturut – turut. Waktu rata-rata yang dibutuhkan sampai dengan
kadar HCG tidak terdeteksi setelah evakuasi kehamilan komplit maupun parsial adalah 9 – 11
minggu. Tinjauan kepustakaan lain menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar
normal sekitar 6-9 bulan. Setelah monitoring selesai maka pasien dapat periksa HCG tanpa
terikat oleh waktu.
Jika terdapat peningkatan kadar HCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko
tinggi untuk perubahan ke keganasan, dipertimbangkan untuk memberikan metotrexate 3-5
mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal. Kadar HCG yang tetap meningkat setelah 8 minggu
paskaevakuasi menunjukan masih terdapat trofoblas aktif (diluar uterus atau invasive); berikan
MTX dan pantau HCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman diagnosis dan terapi lab/upf. Kebidanan dan
penyakit kandungan. Rsud dokter soetomo surabaya. 1994. Hal 25-28.
2. Ayurai, 2009. Mola Hidatidosa. Download at 22 september 2009 from :
http://ayurai.wordpress.com/2009/06/26/mola-hidatidosa/
3. Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.
4. Diyah Metta Ningrum dan Ova Emilia, 2008. Diagnosis Dan Manajemen Mola Hidatidosa.
Download tanggal 14 september 2009 dari : http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-
hidatidosa.html
5. Harnawatiaj, 2008. Askep Mola Hidatidosa. Download at 20 september 2009, available from:
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/
6. Lisa E Moore, 2008. Hydatidiform Mole. Download at 15 september 2009 available from:
www.e-medicine.com
7. Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267
8. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin. Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal 341-348.
9. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku Kedokteran.
ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243. 6.
10. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264
11. Ross S. Berkowitz, M.D., and Donald P. Goldstein, M.D, 2009. Molar Pregnancy.
Downloaded from www.nejm.org on September 16, 2009
12. Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. Obsetetri Patologik. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Elstar Offset. Bandung. 1981. Hal38-42.
Recommended