View
249
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
STUDI TENTANG PELAKSANAAN OLAHRAGA PENCAK SILAT
DI IPSI KOTA BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Oleh
Rafiqah Heryas
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2017
i
ABSTRAK
STUDI TENTANG PELAKSANAAN OLAHRAGA PENCAK SILAT
DI IPSI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Rafiqah Heryas
Masalah dalam penelitian ini yaitu masih belum terlaksana dengan benar pelaksanaan olahraga pencak silat di IPSI Kota Bandar Lampung serta masih
rendahnya ketertarikan masyarakat khususnya remaja terhadap olahraga pencak silat. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena penelitian kualitatif merupakan metode yang alamiah dan natural, informan
dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 12 orang, sementara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan diperkuat dengan observasi serta dokumentasi. Teknik Analisis
data pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, secara keseluruhan organisasi IPSI Kota Bandar Lampung periode ini sudah berjalan dengan baik dibandingkan kepengurusan pada periode sebelumnya dan pelaksanaan olahraga
pencak silat pada IPSI Kota Bandar Lampung belum terlaksana secara maksimal karena keterbatasan tempat/padepokan sebagai tempat berlatih atlet-atlet Kota Bandar Lampung, minat remaja terhadap pencak silat masih rendah, serta
praktisi pencak silat yang belum mampu mengemas pencak silat menjadi olahraga bela diri yang populer dan diterima seluruh lapisan masyarakat pada umumnya. Menyikapi hal tersebut IPSI Kota Bandar Lampung akan berupaya
mewujudkan bentuk kepeduliannya yaitu berencana bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk menghimbau seluruh kepala sekolah agar memiliki ekstrakulikuler pencak silat di sekolah.
Kata kunci : IPSI, Olahraga, Pencak Silat
ii
ABSTRACT
STUDY ABOUT IMPLEMENTATION OF SPORTS PENCAK SILAT
IN IPSI BANDAR LAMPUNG
By
Rafiqah Heryas
Problems in this research is still not done correctly the implementation of martial
arts sports in IPSI Bandar Lampung city and the low public interest, especially
adolescents to the sport of pencak silat. The Methode in this research using
qualitative methods because qualitative research is a natural methods, informants
in this study was determined by purposive sampling technique which amounted
to 12 people, while the data collection was done by in-depth interview and
reinforced by observation and documentation. Technique Data analysis in this
research is data reduction, data presentation and conclusion. The results obtained
are, overall the organization of IPSI Kota Bandar Lampung this period has been
running well compared to the stewardship in the previous period and the
implementation of martial arts sports at IPSI Bandar Lampung City has not been
implemented maximally because of the limitations of place as a place to train
urban athletes Bandar Lampung, teenagers' interest towards pencak silat is still
low, and pencak silat practitioners who have not been able to pack pencak silat
into a popular martial arts and accepted by all levels of society in general. To
overcome this, IPSI Bandar Lampung embodies its concern by planning to
cooperate with education authorities to urge all school principals to have
extracurricular pencak silat in school.
Keywords: IPSI, Pencak Silat, Sports
iii
STUDI TENTANG PELAKSANAAN OLAHRAGA PENCAK SILAT DI IPSI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Rafiqah Heryas
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2017
iv
vii
viii
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rafiqah Heryas, lahir di
Bandar Lampung pada tanggal 20 Mei 1995 sebagai
anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan
dari pasangan Bapak Yasuharudin dan Ibu Herlina.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara
lain:
Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Sawah Lama dan selesai pada tahun 2007.
Kemudian masuk (SMP) di SMP Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan
lulus pada tahun 2010. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Perintis 2
Bandar Lampung pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013,
penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
melalui jalur Undangan (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan pencak silat baik di
dalam kampus maupun luar kampus. Penulis mengikuti Program Pengalaman
Lapangan di SMP Muhammadiyah Kalirejo serta Kuliah Kerja Nyata di Desa
Poncowarno Kec. Kalirejo Lampung Tengah.
Demikianlah riwayat hidup penulis, semoga apa yang disampaikan dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
x
MOTO
“Maka Nikmat Tuhan Manakah yang kamu dustakan?” (Qs. Ar-Rahman:55).
“”Lakukanlah hal yang benar, karena benar sudah pasti baik. Tapi baik belum tentu benar” (Yuliana)
“Kita tak pernah tahu usaha keberapa yang akan berhasil, sama dengan kita tak pernah tahu doa
keberapa yang akan dikabulkan. keduanya sama, Perbanyaklah” “Semakin besar cita-citamu, semakin sedikit pula waktu santaimu”
“Hapus kata nanti dan tapi dalam kehidupan, karna penyesalan yang akan mengikuti dua
kata tersebut” (Rafiqah Heryas)
“Jangan pernah berharap jadi orang Sukses, tapi berusahalah untuk menjadi orang yang berNilai” (Albert Einsten)
viii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ku ini Kepada :
Mamaku tercinta Herlina,terkasih,tersayang dan Tersegalanya, Bapakku Yuliadi sosok Ayah yang selalu membimbing dan menyuportku hingga saat ini,
Ayahandaku Yasuharudin yang telah tenang bersama Allah SWT, serta
Kakak Perempuanku sekaligus pelatihku tercinta Yuliana, Nenekku tersayang Ida Lina yang telah mengasuhku dan memberikan kasih sayangnya
Kakak Laki-laki ku Yusuf Heryas Adikku Rahma Rani yang senantiasa berada disampingku kapanpun membutuhkannnya
Seluruh Keluarga Besarku
Saudariku Anisa Damayanti, Sonia Saraswati.M dan Mega Puspita. H yang tak pernah
henti membantu dan menyupport segala hal yang sedang ku hadapi
Sahabatku Tika Auliatami, Nurlaila Novliza dan Nurul Hasanah
Adik-Adikku di Satria Sejati yang sangat kusayangi
Seluruh guru dan dosen yang pernah mengajariku dari TK hingga Universitas Almamater Tercinta Universitas Lampung
ix
SANWACANA
Alhamdulillahirabbilalamin, Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak menuai hambatan baik yang
datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas
dari dukungan, bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak yang
telah memberikan kontribusi, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku ketua Program Studi Penjaskesrek
Universitas Lampung, Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd selaku pembimbing I,
Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis serta Bapak Drs. Suranto, M. Kes
selaku pembahas, dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung. 2. Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap
dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung. 3. Bapak dan ibu dosen Penjaskes terimakasih atas segala ilmu yang telah
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ketua IPSI Kota Bandar Lampung beserta pengurus dan pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
x
5. Kakak perempuanku sekaligus pelatihku Yuliana yang sangat kusayangi dan
tak pernah berhenti memberikanku bimbingan & pelajarannya tentang segala
hal apapun.
6. Kakak laki-lakiku Yusuf Heryas dan Adikku Rahma Rani yang selalu
mendukung dan membantu selama proses penyelesaian skripsiku ini.
7. Saudariku Nisa (Anisa.D),Ncon (Sonia.SM), dan Sumeg (Mega.PH) terima
kasih banyak atas kegilaannya, dan persaudaraannya serta dukungan yang
besar dari kalian.
8. Sahabatku Caca,Nurul dan Tika terima kasih selalu menerima kekuranganku
selama 9 tahun perjalanan kita bersahabat.
9. Adik-adikku di Satria Sejati terima kasih telah memberi arti dalam kehidupan
ini.
10. Kepada Seluruh keluarga besar angkatan 2013, khususnya Ketua angkatan
kami Rama dan Ketua Kelas A Rizki AW Terimakasih pengabdian kalian
kepada kami, untuk kalian Hany,Arin,Rena thanks a lot for everything.
11. Bapak Suprapto beserta Ibu yang selalu membimbing selama penulis
melaksanakan KKN serta Teman-teman KKN dan PPL desa Poncowarno,
terim kasih untuk kebersamaannya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 19 April 2017
Penulis
Rafiqah Heryas
NPM : 1313051057
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8
A. Pencak Silat .............................................................................. 8
1. Pengertian ............................................................................. 9
2. Sarana & Prasarana ............................................................. 9
3. Kelas yang dipertandingakan .......................................... 11
4. Keterampilan Pencak Silat ................................................ 13
B. Hakikat Organisasi ..................................................................... 19
C. Program Kerja ........................................................................ 21
1. Pengertian ............................................................................ 21
2. Jenis-Jenis Program Kerja ................................................ 23
D. Minat .......................................................................................... 25
1. Jenis-Jenis Minat ................................................................ 27
2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat ................................ 28
3. Cara Mengukur Minat ........................................................ 29
E. Olahraga Prestasi ..................................................................... 30
F. Penelitian Yang Relevan ........................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 37
A.Metode Penelitian ..................................................................... 37
B.Tempat Penelitian ..................................................................... 37
C.Data dan Sumber Data ............................................................. 38
D.Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 38
E.Analisis Data .............................................................................. 40
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................... 43
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 44
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 44
1. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................. 44
2. Deskripsi Hasil Analisis Data ........................................... 46
a. Struktural kepengurusan IPSI
Kota Bandar Lampung ................................................ 46
b. Program Kerja IPSI Kota Bandar Lampung ............ 49
c. Managemen Pertandingan IPSI
Kota Bandar Lampung .................................................. 54
d. Penyebab Rendahnya daya ketertarikan Pencak
Silat terhadap remaja di Kota Bandar Lampung .... 59
e. Kepedulian IPSI Kota Bandar Lampung ................. 67
B. Pembahasan ............................................................................. 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 77
A. Kesimpulan ............................................................................... 77
B. Saran ........................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 81
LAMPIRAN .......................................................................................................... 84
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria Keabsahan Data ............................................................................................ 43
2. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................................................... 44
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gelanggang Pertandingan ........................................................................................... 10
2. Pelindung Badan ........................................................................................................... 11 3. Pelindung Kaki dan Kemaluan ................................................................................... 11
4. Kuda-Kuda Belakang ................................................................................................... 14
5. Kuda-Kuda Tengah ....................................................................................................... 14
6. Sikap Pasang ................................................................................................... . ............ 15
7. Tangkisan ........................................................................................................................ 16
8. Egos.................................................................................................................................. 16
9. Dobrakan ......................................................................................................................... 17
10. Pukulan Lurus ............................................................................................................... 17
11. Tendangan T. ................................................................................................................. 19
12. Guntingan ....................................................................................................................... 19
13. Triangulasi Menurut Denzin ...................................................................................... 43
14. Siklus Managemen Pertandingan IPSI Kota Bandar Lampung .......................... 73
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. AD/ART Ikatan Pencak Silat Indonesia Kota Bandar Lampung ......................... 84 2. Surat Keputusan Kepengurusan IPSI Kota Bandar Lampung ........................... 102
3. Lembar Program Kerja IPSI Kota Bandar Lampung ........................................... 105
4. Laporan Pelaksanaan Seleksi Provinsi Kejurnas Tim
IPSI Kota Bandar Lampung...................................................................................... 117
5. Lembar Pengesahan Program Kerja IPSI Kota Bandar Lampung .................... 120
6. Surat Izin Penelitian .................................................................................................... 123
7. Surat Balasan Penelitian ............................................................................................ 124
8. Lampiran Foto Penelitian .......................................................................................... 125
xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga dapat membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta
mempunyai kepribadian, disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada
akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas, dalam olahraga
terdapat berbagai aspek yang bisa mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas, maju dan mandiri serta mengangkat harkat dan martabat
bangsa. Olahraga kini menjadi suatu kebutuhan tidak hanya untuk
mencapai kebugaran jasmani tetapi juga dikembangkan untuk pencapaian
prestasi masing-masing cabang olahraga yang dibina dan dikembangkan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak menghasilkan
penemuan-penemuan baru, baik dari segi teori-teori olahraga, teknik-
teknik latihan maupun penemuan peralatan yang sangat menunjang untuk
meningkatkan prestasi olahraga.
Sehubungan dengan hal di atas, pemerintah mengeluarkan Undang– Undang
Sistem Keolahragaan Nasional No. 3 tahun 2005 pada pasal 27 ayat 2
“Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilakukan dengan
memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuhkembangkan sentra
2
pembinaan olahraga yang bersifat nasional dan daerah, serta
menyelengarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan”, untuk
mencapai tujuan tersebut maka perlu ditingkatkan usaha-usaha seperti
mengadakan latihan secara kontinu dan pertandingan olahraga yang dapat di
ikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan sampai tingkat dunia yaitu
cabang olahraga bela diri. Setiap negara yang memiliki khas bela diri asli
negaranya tidak hanya mengembangkan beladiri asli negaranya di dalam
negaranya saja, tetapi mereka mengembangkan bela diri tersebut sampai ke
seluruh penjuru dunia itulah mengapa olahraga bela diri kini menjadi salah
satu cabang olahraga yang dipertandingkan baik di event nasional maupun
internasional. Mengembangkan bela diri tersebut ke luar negaranya dan
menjadikan bela diri tersebut sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan di
event internasional bukanlah hal yang mudah, seperti hal nya dalam pencak
silat yang harus merintis semuanya dari awal yaitu dari pertandingan hanya
diantar sesama anggota kemudian ke dalam tingkat Nasional yaitu PON,
kemudian antar negara yaitu SEA Games, dan tahun 2018 nanti pencak silat
sudah dapat dipertandingkan di Asian Games.
Pencak silat adalah salah satu cabang olahraga beladiri yang merupakan budaya
asli Indonesia yang di dalamnya memiliki banyak perguruan. Perguruan itu ialah
tempat berlatih atau perkumpulan insan atau atlet pencak silat di Indoenesia.
Perguruan pencak silat itu sendiri adalah lembaga pendidikan yang mendidik dan
mengajar pengetahuan dan praktek pencak silat.
3
Oleh karena itu, untuk mempersatukan berbagai perguruan tersebut maka
pada tahun 1948 dibentuk wadah organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI), Nugroho (2004: 4).
Seiring perkembangan zaman dan usaha para petinggi pencak silat dalam
mengembangkan pencak silat di luar Indonesia , kini pencak silat telah menjadi
salah satu olahraga prestasi yang telah dipertandingkan dengan peraturan
secara resmi. Progres pencak silat selama ini menunjukkan perkembangan
yang pesat, hal ini terlihat dari maraknya event-event pertandingan yang sering
diselenggarakan dalam tingkat regional, nasional maupun internasional.
Organisasi pencak silat yang dibentuk dengan nama Ikatan Pencak Silat
Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mewadahi seluruh aspek dan
pelaksanaan olahraga pencak silat ini, baik tinggi rendahnya peminatnya,
prestasinya dan intensitas pengadaan pertandingan sebagai upaya
mengembangkan pencak silat secara continue. Peraturan organisasi pencak
silat yang dimuat dalam AD/ART berisi fungsi dari organisasi IPSI itu sendiri,
yaitu untuk mempermudah koordinasi dan administrasi. Oleh karna itulah
maka disetiap provinsi dan kabupaten/kota harus memiliki organisasi pengurus
cabang Ikatan Pencak Silat Indonesia masing-masing, seperti di Kota Bandar
Lampung yang memiliki kepengurusan/ organisasi pencak silat yaitu Ikatan
Pencak Silat Indonesia cabang Kota Bandar Lampung. Pencak silat kini juga
sudah ikut masuk ke dalam dunia pendidikan di sekolah guna untuk terus
melestarikan salah satu budaya bangsa ini dan yang jadi permasalahan di sini
walaupun pencak silat sudah mulai masuk kedalam dunia pendidikan
sekalipun, banyak ditemukan fakta di lapangan bahwa minat masyarakat
4
terutama pemuda Indonesia yang masih kurang antusias untuk ikut
berkecimpung dalam bela diri satu ini khususnya di Kota Bandar Lampung,
padahal minat adalah hal utama dalam unsur pengembangan suatu prestasi
dibidang apapun, tanpa adanya minat dan keinginan dalam suatu hal tidak
akan bisa berjalan dengan baik apalagi sampai menghasilkan sebuah prestasi.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di kepengurusan organisasi IPSI
cabang Kota Bandar Lampung, diperoleh bahwa prestasi pencak silat di Kota
Bandar Lampung terutama remaja belakangan ini menurun, terbukti dari hasil
keikutsertaan atlet pencak silat Kota Bandar Lampung yang berasal dari
berbagai perguruan yang telah diseleksi sebelumnya dalam ajang Seleksi
Provinsi menuju Kejuaraan Nasional IPSI 2016 hanya mengantongi 2 emas
dari 20 atlet yang dikirimkan mewakili IPSI Kota Bandar Lampung. Melihat
perkembangan pencak silat di Kota Bandar Lampung yang dominannya
dimulai dari sekolah-sekolah, ternyata banyak ekstrakulikuler pencak silat di
sekolah-sekolah di Kota Bandar Lampung yang tidak aktif bahkan tidak
memiliki ekstrakurikuler itu sendiri, seperti di SMPN 29 Bandar Lampung
salah satu SMP Favorit di Bandar Lampung yang tidak memiliki
ekstrakurikuler pencak silat. Intensitas adanya pertandingan pencak silat di
Kota Bandar Lampung yang sangat jarang diadakan, terbukti pada tahun 2016
IPSI Kota Bandar Lampung hanya baru melaksanakan pertandingan seleksi
kota untuk keikutsertaan pada seleksi provinsi dalam rangkaian Kejurnas IPSI
2016, sampai saat ini tidak ada lagi pertandingan yang diadakan oleh IPSI
Kota Bandar Lampung.
5
Manajemen pertandingan yang kurang menyebabkan pada saat pertandingan
berlangsung antusias penonton sangat kurang. Berdasarkan pengamatan awal
peneliti dibeberapa pertandingan pencak silat di Kota Bandar Lampung hanya
diisi oleh penonton yang memang sudah menekuni olahraga ini, jauh berbeda
dengan pelaksanaan olahraga bela diri lain seperti karate yang penontonnya
juga berasal dari kalangan yang bukan menekuni olahraga tersebut.
Berdasrakan hasil tersebut maka peneliti memilih fokus kajian didasarkan
pada pemikiran bahwa kurangnya ketertarikan remaja di Kota Bandar
Lampung akan olahraga pencak silat.
Oleh karena uraian di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian yang
berjudul “Studi tentang pelaksanaan olahraga pencak silat di IPSI Kota
Bandar Lampung”
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan olahraga pencak silat di IPSI
Kota Bandar Lampung, dengan tujuan menjawab pertanyaan bagaimana
pelaksanaan olahraga pencak silat di Kota Bandar Lampung dengan mencari
informasi tentang struktur kepengurusan, program kerja serta tujuannya,
managemen dan penyebab kurangnya ketertarikan remaja terhadap pencak
silat. Alasan peneliti memilih fokus kajian di atas didasarkan pada pemikiran
bahwa olahraga pencak silat belum menjadi olahraga yang populer dan
diterima masyarakat terutama kalangan remaja.
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, selanjutnya penulis
mengembangkan beberapa masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah struktural kepengurusan diorganisasi Ikatan
Pencak Silat Indonesia cabang Kota Bandar Lampung?
2. Bagaimanakah Program Kerja Ikatan Pencak Silat Indonesia cabang
Kota Bandar Lampung dan apa yang ingin dicapai dari program kerja
tersebut?
3. Bagimanakah managemen kompetisi yang diadakan IPSI Kota
Bandar Lampung?
4. Apakah yang menjadi penyebab rendahnya daya ketertarikan
olahraga pencak silat ini di kalangan remaja?
5. Bagaimana kepedulian pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia cabang
Kota Bandar Lampung terhadap rendahnya daya ketertarikan olahraga
pencak silat ini di kalangan remaja?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah organisasi IPSI Kota Bandar Lampung
telah beroperasi sebagaimana mestinya.
2. Untuk mengetahui apakah Program Kerja Ikatan Pencak Silat Indonesia
cabang Kota Bandar Lampung telah berjalan sebagaimana mestinya
7
(sesuai dengan AD/ART) dan mengetahui tujuan yang ingin dicapai
dari program kerja yang dibuat.
3. Untuk mengetahui apakah berjalan sesuai dengan program
manajemen pertandingan IPSI Kota Bandar Lampung.
4. Untuk mengetahui penyebab rendahnya daya ketertarikan
olahraga pencak silat ini di kalangan remaja.
5. Untuk mengetahui kepedulian pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia
cabang Kota Bandar Lampung terhadap fenomena rendahnya prestasi
pencak silat di Kota Bandar Lampung serta rendahnya daya ketertarikan
olahraga pencak silat ini di kalangan remaja.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lembaga atau Program studi sebagai bahan informasi hal yang
menyebabkan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan olahraga
pencak silat di Kota Bandar Lampung.
2. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi para insan pencak silat
khususnya di Kota Bandar Lampung.
3. Sebagai acuan pelatih pelatih perguruan pencak silat se- Kota Bandar
Lampung agar lebih termotivasi dalam melatih setelah mengetahui
penyebab permasalahan yang terjadi.
4. Untuk memberikan pengetahuan bagi diri sendiri dan pelatih-
pelatih yang lain tentang pelaksanaan olahraga pencak silat di Kota
Bandar Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencak Silat
1. Pengertian
Menurut Nugroho (2008:24) Pencak silat adalah sistem bela diri yang
mempunyai empat nilai sebagai satu kesatuan, yakni nilai etis, teknik,
estetis, dan atletis. Nilai-nilai tersebut selain merupakan nilai-nilai pencak
silat juga merupakan corak khas dan keistimewaan pencak silat yang
bersumber dari budaya masyarakat rumpun melayu. Pencak silat diartikan
permainan atau keahlian dalam mempertahankan diri dengan kepandaian
menangkis, menyerang dan membela diri dengan atau tanpa senjata.
Beberapa tokoh pencak silat yang memberikan pendapatnya tentang
pencak silat diantaranya : Pencak silat adalah beladiri tradisional
Indonesia yang berakar dari budaya melayu dan bisa ditemukan hampir
di seluruh wilayah Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan ciri
gerakannya sendiri-sendiri (Gunawan, 2007:8). Menurut Mukholid
(2004:126) “Pencak silat adalah cabang olahraga yang berupa
hasil budaya manusia Indonesia untuk mempertahankan eksistensi
(kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup,
meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
9
Selanjutnya diungkapkan oleh Lubis (2004:1) “Pencak silat merupakan
salah satu budaya dari bangsa Indonesia”. Nugroho (2008:24) mengatakan
jati diri pencak silat adalah totalitas diri, corak, jiwa, sifat dan watak sejati
yang melekat pada pencak silat serta memberikan keunikan.
Jati diri atau identitas pencak silat meliputi tiga hal pokok, yakni :
1. Budaya bangsa Indonesia termasuk rumpun melayu sebagai
landasan (basis) asal dan corak pencak silat.
2. Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan motivasi penggunaan
pencak silat.
3. Substansi pencak silat yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan,
terdiri dari ; aspek mental-spiritual, beladiri, seni, dan olahraga.
Seiring berjalannya waktu, kini pencak silat sudah semakin besar dan telah
dipertandingkan dalam event di dunia. Pertandingan pencak silat memiliki
kelas yang ditentukan oleh berat badan dan juga kelas seni tanpa ketentuan
berat badan dan aturan-aturan pertandingan lainnya, selain peraturan banyak
hal yang harus dipersiapkan dalam sebuah pertandingan pencak silat salah
satunya perlengkapan pertandingan (Lubis, 2014:46).
2. Sarana & Prasarana Pencak Silat
Perlengkapan pertandingan dalam pencak silat tidak jauh berbeda dengan
bela diri lainnya, hal yang paling penting dalam pertandingan pencak silat
yaitu sarana prasarana untuk keselamatan para atlet seperti: Matras, Body
Protector, pelindung kemaluan dan tulang kering serta pelindung gigi
(Peraturan Pertandingan IPSI, 2012:9).
10
Matras dalam pencak silat dijadikan sebagai arena pertandingan, dengan ukuran
standar Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia matras memiliki ketebalan
antara 3-5 cm, permukaan rata dan tidak memantul, berukuran 10 m x 10 m dengan
warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih dengan bidang tanding berbentuk
lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m, garis putih itu sendiri
lebarnya 5 cm. Tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3 m,
lebar garis 5 cm berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai
pertandingan, dan di dalam gelanggang tersebut terdapat sudut-sudut, yaitu sudut
biru yang letaknya di sebelah ujung kanan meja pertandingan, sudut merah berada
diarah diagonal sudut biru dan sudut berwarna putih yaitu kedua sudut lainnya
sebagai sudut netral (Peraturan Pertandingan IPSI, 2012:7).
Gambar 1. Arena Pertandingan (www.terateemas.com)
Sarana yang penting juga yaitu body protector dengan ketentuan ukuran
disesuaikan dengan badan pesilat serta koteka sebagai pelindung kemaluan
11
dan deker sebagai pelindung tungkai yang tebalnya tidak boleh lebih dari 1
cm (Peraturan Pertandingan IPSI, 2012:7).
3. Kelas yang dipertandingkan
Olahraga pencak silat mempertandingan beberapa kategori yang
dipertandingkan, yaitu laga kemudian seni tunggal, seni beregu dan seni
ganda. Hasil MUNAS IPSI tahun 2012 kategori tersebut dibagi atas dasar
usia, yaitu usia dini, pra remaja, remaja, dewasa dan pendekar. Pertandingan
pada kategori laga sangat ditentukan oleh berat badan yang dibagi dalam
rentan kelas.
Kategori usia dini (10 s/d 12 tahun) baik putra maupun putri, rentang berat
badan di satu kelas yaitu 2 kg (Peraturan Pertandingan IPSI.2012:3) kelas A :
26 s/d 28 kg, kelas B: 28 s/d 30 kg, kelas C: 30 s/d 32 kg dan begitu
seterusnya sampai dengan kelas L untuk putra dan kelas J untuk putri,
ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
Kategori usia pra remaja (di atas 12 s/d 14 tahun) baik putra maupun putri
rentang berat badan disatu kelasnya yaitu 3 kg (Peraturan Pertandingan
IPSI.2012:4) kelas A: 34 s/d 37 kg, kelas B : 37 s/d 40 kg, kelas C : 40 s/d 43
12
kg dan begitu seterusnya sampai dengan kelas L untuk putra dan kelas
J untuk putri, ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
Kategori usia remaja (di atas 14 s/d 17 tahun) baik putra maupun putri
rentang berat badan disatu kelasnya yaitu 4 kg (Peraturan Pertandingan
IPSI.2012:5) kelas A: 39 s/d 43 kg, kelas B: 43 s/d 47 kg, kelas C: 47 s/d
51 kg dan begitu seterusnya sampai dengan kelas L untuk putra dan kelas J
untuk putri, ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
Kategori usia dewasa (di atas 17 s/d 35 tahun) baik putra maupun putri
rentang berat badan disatu kelasnya yaitu 5 kg (Peraturan Pertandingan
IPSI.2012:6) kelas A: 40 s/d 45 kg, kelas B: 45 s/d 50 kg, kelas C: 55 s/d 60
kg dan begitu seterusnya sampai dengan kelas J untuk putra dan kelas F
untuk putri, ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
Kategori master/pendekar (di atas 35 tahun) baik putra maupun putri rentang
berat badan disatu kelasnya yaitu 5 kg (Peraturan Pertandingan IPSI.2012:7)
kelas A: 40 s/d 45 kg, kelas B: 45 s/d 50 kg, kelas C: 55 s/d 60 kg dan begitu
seterusnya sampai dengan kelas J untuk putra dan kelas F untuk putri,
ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
4. Keterampilan Pencak Silat
Pencak silat memiliki banyak sekali gerakan yang bisa dipelajari, tetapi tidak
semua gerakan tersebut digunakan di dalam pertandingan. Gerakan yang
digunakan dalam pertandingan hanyalah yang sudah ditentukan dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam kategori yang dipertandingkan (Lubis,
13
2014:17). Kategori tersebut adalah kategori tanding, tunggal, ganda dan regu.
Gerakan yang akan diterangkan ialah gerakan yang sesuai dan standar dari
Pengurus Besar IPSI Nasional (Lubis.2014:17) sebagai berikut:
a) Kuda-kuda
Istilah kuda-kuda sangat akrab digunakan dalam bela diri pencak silat
karena kuda-kuda merupakan posisi dasar dalam melakukan teknik
pencak silat selanjutnya. Kuda-kuda adalah teknik yang memperlihatkan
sikap dari kedua kaki dalam keadaan statis. Teknik ini digunakan untuk
mendukung sikap pencak silat, selain itu juga digunakan sebagai latihan
dasar pencak silat untuk memperkuat otot-otot kaki. Otot yang dominan
dalam melakukan kuda-kuda adalah quadriceps femoris dan hamstring
(Lubis, 2014:18). Kuda-kuda dapat dibagi menjadi empat jenis
ditinjau dari bentuknya, yaitu:
1. Kuda-kuda depan, yakni sikap salah satu kaki berada di depan,
sedangkan kaki lainnya di belakang dan berat badan ditopang oleh
kaki depan.
2. Kuda-kuda belakang, yakni kuda-kuda dengan sikap salah satu kaki
berada di depan, sedangkan kaki lainnya berada di belakang dan
berat badan ditopang oleh kaki belakang.
3. Kuda-kuda tengah, yakni kuda-kuda dengan sikap kedua kaki melebar
sejajar dengan bahu dan berat badan ditopang secara merata oleh
kedua kaki, dapat juga dilakukan dengan posisi serong.
14
4. Kuda-kuda samping, yakni kuda-kuda dengan posisi kedua kaki melebar
sejajar dengan tubuh dan berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang
menekuk ke kiri dan ke kanan.
b) Sikap pasang
Sikap pasang mempunyai pengertian sikap taktik untuk menghadapi lawan
yang berpola menyerang atau menyambut. Apabila ditinjau dari sistem bela
diri, sikap pasang berarti kondisi siap tempur yang optimal. Dalam
pelaksanaan nya, sikap pasang merupakan kombinasi dan koordinasi
kreatif dari kuda-kuda, sikap tubuh, dan sikap tangan (Johansyah
Lubis.2014:20). Sikap pasang secara nasional yang diakui IPSI yaitu ada
dua belas sikap pasang.
Gambar 6. Sikap Pasang ( Lubis, 2014:20)
15
c) Tangkisan
Tangkisan adalah suatu teknik belaan untuk menggagalkan serangan lawan
dengan melakukan tindakan menahan serangan lawan dengan tangan, kaki
dan tubuh (Lubis, 2014:28). Berikut ini adalah jenis-jenis tangkisan:
a. Tangkisan gedik, tangkisan yang menggunakan satu lengan dengan
tangan mengepal yang kenaannya lengan bawah .
b. Tangkisan kelit, telapak tangan terbuka yang kenaannya telapak
tangan luar dan arah gerakan dari dalam keluar atau sebaliknya.
c. Tangkisan siku, tangkisan yang menggunakan siku, dengan lintasan
dari luar ke dalam.
d. Tangkisan jepit atas, tangkisan yang menggunakan kedua lengan
yang menyilang dengan kenaannya sudut persilangan lengan.
e. Tangkisan potong, lengan digerakkan ke samping bawah seperti gerakan
memotong posisi tangan terbuka.
f. Tangkisan kepruk, tangkisan yang menggunakan kedua tanagn
mengepal dan lengan berbentuk siku-siku.
g. Tangkisan kibas, tangkisan yang menggunakan kaki dan tungkai
yang dikibaskan ke atau dari samping dengan kenaannya telapak kaki
Gambar 7. Tangkisan (Lubis, 2014:28)
16
d) Hindaran
Hindaran adalah suatu teknik mengagalkan serangan lawan yang
dilakukan tanpa menyentuh tubuh lawan (Lubis, 2014:31). Hindaran
terdiri dari tiga macam berikut ini.
1) Elakan, yaitu teknik hindaran yang dilakukan dengan memindahkan salah
satu kaki (ke belakang atau ke samping untuk mengubah posisi tubuh.
2) Egos, yaitu teknik hindaran yang dilakukan dengan memindahkan kedua
belah kaki untuk mengubah posisi tubuh.
3) Kelit, yaitu teknik hindaran tanpa memindahkan posisi kaki.
Gambar 8. Egos (Lubis, 2014:31)
e) Serangan
Serangan terdiri dari dua jenis, yaitu serangan tangan dan serangan kaki
(Lubis, 2014:32). Serangan tangan terdiri dari:
1. Pukulan depan, serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal, lintasannya lurus ke depan.
2. Pukulan samping, serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal, lintasannya ke arah samping badan.
3. Pukulan lingkar, serangan yang menggunakan lengan dengan
tangan mengepal, lintasannya melingkar dari luar ke dalam.
17
4. Tebasan, serangan satu atau dua telapak tangan terbuka
dengan kenaannya sisi luar telapak tangan.
5. Tebangan, serangan telapak tangan terbuka kenaan sisi telapak
tangan dalam, lintasannya dari dalam ke luar sasarannya leher.
6. Sangga, serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka,
lintasan dari bawah ke atas.
7. Tusukan, serangan dengan menggunkan jari tangan, dengan posisi
jari merapat, arahnya lurus ke depan.
8. Totokan, serangan dengan tangan setengah menggenggam yang
kenaannya ruas kedua dari buku jari-jari, arahnya lurus ke
depan, dengan sasaran mata dan tenggorokan.
9. Sikuan, serangan yang menggunakan siku tangan, macamnya siku
atas, siku dalam, siku luar dan siku tusuk.
10. Dobrakan, serangan dengan menggunakan kedua telapak tangan dengan
sasaran dada.
18
Sedangkan serangan tungkai terdiri dari :
a) Tendangan lurus, serangan yang lintasannya ke arah depan dengan,
kenaannya pangkal jari-jari kaki bagian dalam, dengan sasaran ulu hati.
b) Tendangan T, serangan yang lintasannya lurus ke depan dan kenaannya
pada tumit, telapak kaki dan sisi luar telapak kaki.
c) Tendangan celorong, yakni tendangan T dengan posisi merebah, sasaran
lutut dan kemaluan.
d) Tendangan belakang, yakni tendangan dengan lintasan lurus ke belakang
tubuh (membelakangi lawan).
e) Tendangan kuda, tendnagan dengan dua kaki menutup atau membuka,
lintasannya lurus ke belakang tubuh, dengan sasaran seluruh bagian tubuh.
f) Tendangan sabit, tendangan yang lintasannya setengah lingkaran ke
dalam, dengan punggung telapak kaki.
g) Hentak bawah, serangan yang menggunakan telapak kaki menghadap
keluar, yang dilaksanakan dengan posisi badan direbahkan, bertujuan untuk
mematahkan persendian kaki.
h) Gejig, serangan yang lintasannya lurus ke samping ke arah persendian
kaki/ dengkul, dengan tujuan mematahkan.
i) Sapuan tegak, serangan menyapu kaki dengan kenaannya telapak kaki ke
arah bawah mata kaki
j) Sapuan rebah, serangan menyapu kaki dengan cara merebahkan diri
dengan tujuan menjatuhkan.
k) Serangan lutut , lintasannya seperti busur dari arah luar ke dalam dengan
arah sasaran dada.
19
l) Guntingan, teknik menjatuhkan lawan dengan menjepit kedua tungkai
kaki pada sasaran sehingga lawan jatuh.
Gambar 11. Tendangan T (Lubis, 2014:38)
Gambar 12. Guntingan (Lubis, 2014:42)
B. Hakikat Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.
Menurut Pabundu (2010: 3) organisasi adalah suatu kelompok orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan dari sebuah organisasi
sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri maupun untuk
mencari massa atau anggota baru dalam pengembangan sebuah organisasi
dan untuk menjaga kaderisasi anggota . Kaderisasi bertujuan untuk menjaga
sebuah organisasi tetap bisa bertahan dan eksis dalam jangka waktu yang
panjang.
20
Pengertian organisasi telah banyak disampaikan oleh para ahli, tetapi pada
dasarnya tidak ada perbedaan prinsip, sebagai bahan perbandingan ada
beberapa pendapat mengenai organisasi dari beberapa pakar organisasi,
diantaranya: Menurut Oliver Sheldon dalam Sutarto (2006: 22) organisasi
adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok
harus melakukan dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan
tugas-tugas sedemikian rupa, memberikan seluruh kemampuan terbaik
untuk pemikiran yang efisien, sistematis, positif dan terkordinasi.
Menurut Hearleigh Trecker dalam Sutarto (2006: 24) organisasi adalah
perbuatan atau proses penghimpunan atau mengatur kelompok yang sedang
berhubungan dari instansi menjadi suatu keseluruhan yang bekerja. Menurut
beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa organisasi adalah
kumpulan satu orang atau lebih yang diatur dengan baik yang saling
berinteraksi dan bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Organisasi sengaja didirikan untuk jangka waktu tertentu dan terkordinasi
dengan baik pola kerja yang terstruktur dengan tujuan bersama.
Sobirin (2002: 7) mendefinisikan organisasi sebagai unit sosial atau entitas
yang didirikan oleh manusia dalam jangka waktu yang relatif lama,
beranggotakan sekelompok manusia-manusia minimal dua orang,
mempunyai kegiatan yang terkoordinir, teratur dan terstruktur, didirikan
untuk mencapai tujuan tertentu mempunyai identitas diri yang
membedakan satu entitas dengan entitas lainnya.
21
C. Program Kerja
1. Pengertian
Program menurut Arikunto (2004: 3) adalah suatu unit atau atau kesatuan
kegiatan yang merupakan realisasi atau implentasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Jadi, program kerja
adalah program-program nyata yang diimplementasikan untuk mencapai
misi suatu organisasi. Menurut Widoyoko (2009: 8) mendefinisikan
program sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama
dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses berkesinambungan dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.
Menurut Affan (2009:22) program kerja dapat diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan dari suatu organisasi yang terarah, terpadu dan
tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah ditentukan oleh
suatu organisasi. Pembuatan Program kerja adalah suatu proses yang
sangat penting dalam kegiatan berorganisasi, karena program kerja ini
akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas
roda organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk
mewujudkan cita cita organisasi. Hal-hal yang mendasaari disusunnya
suatu program di dalam sebuah organisasi yaitu:
1) Efisiensi organisasi
Penyusunan program kerja yang dilakukan oleh suatu organisasi dapat
membantu dalam pengehematan waktu, dimana waktu yang
digunakan tidak terlalu banyak.
22
2) Efektivitas organisasi
Keefektifan organisasi juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan
membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah
direncanakan sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan
yang satu dengan bagian kepengurusan yang lainnya. Suatu organisasi
pada dasarnya akan selalu memerlukan pedoman dalam setiap gerak
langkahnya termasuk dalam melaksanakan roda organisasi tersebut.
Mewujudkan cita-cita suatu organisasi diperlukan pematangan konsep
organisasi tersebut. Pematangan konsep tersebut dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan segala hal yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat kinerja organisasi sebelum menetapkan suatu kegiatan yang
tepat bagi organisasi, keinginan serta tata cara membangun organisasi
tentunya berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya, dan cara
untuk mencapai cita cita organisasi sebaiknya terjabarkan dalam suatu
program kerja yang disahkan secara bersama, sesuai dengan perjanjian
yang tercantum didalam Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, yang
nantinya akan berlanjut setiap tahunnya dalam pelaporan Rapat Anggota
Tahunan (RAT).
Program kerja di dalam sebuah organisasi akan menjadi suatu kebutuhan
primer, karena organisasi tanpa memiliki suatu program kerja yang terarah
dan terpadu maka organisasi tersebut tidak dapat menjalankan roda
organisasinya. Program yang disiapkan meliputi bidang-bidang organisasi,
bidang usaha, bidang peromodalan dan lain-lain yang merupakan
23
penjabaran dari perencanaan, maka dari itu program dapat disusun secara
lebih realistis, praktis dan pragmatis. Setiap program kerja yang ada dalam
sebuah organisasi tidak terlepas dari penganggaran, dimana penganggaran ini
yang dapat menunjang program kerja yang ada dalam sebuah organisasi
(Sukamdiyo, 1999: 59-60).
2. Jenis-jenis program kerja
Menurut Affan (2009:24) program kerja akan dibuat oleh suatu organisasi
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh organisasi yang
bersangkutan, jenis-jenis program kerja dapat dibedakan antara lain:
1) Menurut rentang waktu perencanaan, rentang waktu perencanaan
dapat dibagi menjadi:
» Program kerja untuk satu periode kepengurusan, jenis program kerja
ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode
kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi
hanya dilakukan sekali dalam satu periode kepengurusan dan untuk
tahap selanjutnya akan diadakan evaluasi dan koordinasi dari
program kerja yang telah ditetapkan
» Program kerja untuk waktu tertentu, Jenis program kerja seperti ini
disusun untuk suatu jangka waktu tertentu biasanya triwulan,
caturwulan, semester dan lain lain. Pembuatan metode program kerja
seperti ini maka akan ditemui bahwa suatu organisasi akan
mengadakan rapat kerja (raker) organisasi lebih dari sekali dalam
satu periode kepengurusan.
24
2) Menurut sifat program kerja
» Program kerja yang bersifat terus menerus
Program kerja seperti ini akan dilakukan secara terus menerus (tidak
hanya sekali) oleh suatu organisasi, kesulitan pengimplementasian
program kerja umumnya akan dihadapi saat pertama kali melaksanakan
jenis program kerja ini.
» Program kerja yang bersifat insidental
Program kerja seperti ini umumnya hanya dilakukan pada suatu
waktu tertentu oleh suatu organisasi biasanya mengambil momentum-
momentum waktu yang penting.
» Program kerja yang bersifat tentatif
Program kerja ini sifatnya akan dilakukan sesuai dengan kondisi yang
akan datang dan alasan dibuatnya program kerja jenis ini adalah
karena kurang terjaminnya faktor-faktor pendukung ketika
diadakannya perencanaan mengenai suatu program kerja lain.
3) Menurut targetan organisasi
» Program kerja jangka panjang
Program kerja jangka panjang harus sesuai dengan cita-cita/tujuan
pembentukan organisasi, serta visi dan misi dari organisasi. Program
kerja model ini dibuat karena kemungkinan untuk merealisasikan dalam
waktu yang pendek tidak memungkinkan.
» Program kerja jangka pendek
Program kerja jangka pendek adalah program kerja organisasi dalam
suatu periode tertentu, yang jangka waktunya berkisar antara 1-3 tahun,
25
yang dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan organisasi pada masa
tersebut. Hubungannya dengan program kerja jangka panjang, dalam
program kerja jangka pendek ini, dibuat bagian-bagian program kerja yang
dapat direalisasikan dalam jangka waktu dekat.
D. Minat
Menurut Effendi (1985:122-123), minat adalah kecenderungan yang timbul
apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya
atau merasa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari campuran-campuran
perasaan, harapan, pendidikan, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan
lain yang menggerakan individu kepada suatu pilihan tertentu (Andi
Mappiare, 1982:62).
Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan
penting dalam mengambil keputusan masa depan. Minat mengarahkan
individu terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang.
Perasaan senang atau tidak senang merupakan dasar suatu minat . Minat
seseorang dapat diketahui dari pernyataan senang atau tidak senang terhadap
suatu obyek tertentu (Sukardi, 1994:83). Agus (1992:101) juga
mendefinisikan minat sebagai suatu pemusatan perhatian yang tidak
disengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan
lingkungan.
Pemusatan perhatian menurut pendapat di atas merupakan tanda seseorang
yang mempunyai minat terhadap sesuatu yang muncul dengan tidak sengaja
26
yang menyertai sesuatu aktivitas tertentu. Minat berkaitan dengan perasaan
suka atau senang dari seseorang terhadap suatu objek. Hal ini seperti
dikemukakan oleh Slameto (2003:180) yang menyatakan bahwa minat
sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Menurut Kartono
(1996:12) minat merupakan momen dan kecenderungan yang searah secara
intensif kepada suatu objek yang di anggap penting.
Menurut Crow dan Crow dalam Abrar.A (1993:112) , minat adalah sesuatu
yang berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau
merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa
pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatn itu sendiri. Menurut
Rast Harmin dan Simon dalam Mulyati (2004: 46) menyatakan bahwa
dalam minat itu terdapat hal-hal pokok diantaranya:
1) adanya perasaan senang dalam diri yang memberikan perhatian pada objek
tertentu, 2) adanya ketertarikan terhadap objek tertentu, 3) adanya aktivitas
objek tertentu, 4) adanya kecenderungan berusaha lebih aktif, 5) objek atau
aktivitas tersebut dipandang fungsional dalam kehidupan, 6) kecenderungan
bersifat mengarahkan dan mempengaruhi tingkah laku individu.
27
1. Jenis-Jenis Minat
Banyak ahli yang mengemukakan mengenai jenis-jenis minat,
diantaranya Carl Safran dalam Sukardi ( 2003: 46) mengklasifikasikan
minat menjadi empat jenis yaitu :
1. Expresesed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang
menunjukan apakah seseorang itu menyukai dan tidak menyukai
suatu objek atau aktivitas.
2. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan
individu pada suatu kegiatan tertentu.
3. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau
keterampilan dalam suatu kegiatan.
4. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat
atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.
Sedangkan menurut Surya (2004:76) mengenai jenis minat, menurutnya
minat dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa
tanpa pengaruh luar.
2. Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan
pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.
3. Minat Nonvolunter adalah minat yang ditimbulkan dari dalam diri siswa
secara dipaksa atau dihapuskan.
28
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Minat dapat didefinisikan secara sederhana yaitu kecenderungan individu
(siswa) untuk memusatkan perhatian rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
terhadap suatu objek atau situasi tertentu. Faktor- faktor yang
mempengaruhi minat menurut Surya (1999:85) adalah sebagai berikut :
1. Faktor yang bersumber pada siswa itu sendiri.
2. Tidak mempunyai tujuan yang jelas, jika tujuannya belajar sudah jelas
maka siswa cenderung menaruh minat terhadap belajar sebab belajar
akan merupakan suatu kebutuhan dan cenderung menaruh minat terhadap
belajar. Oleh karena itu, besar kecilnya minat siswa dalam belajar
tergantung pada tujuan belajar yang jelas dari siswa.
3. Bermanfaat atau tidaknya sesuatu yang dipelajari bagi individu
siswa. Apabila pelajaran kurang dirasakan bermanfaat bagi
perkembangan dirinya, siswa cenderung untuk menghindar.
4. Suasana lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap minat belajar
siswa. Suasana lingkungan disini termasuk iklim disekolah, iklim belajar,
suasana, tempat dan fasilitas yang semuanya menimbulkan seseorang betah
dan tertuju perhatiannya kepada kegiatan belajar mengajar.
5. Faktor-faktor bersumber dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
6. Perhatian utama siswa dicurahkan kepada kegiatan-kegiatan
diluar sekolah.
Menurut Slameto (2010:54) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi minat yaitu:
29
a) Faktor Intern
1) Faktor Jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh
2) Faktor psikologis seperti perhatian, tertarik, aktivitas
b) Faktor Ekstern
1) Faktor keluarga seperti cara orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluaraga, pengertian
orang tua dan latar belakang kebudayaan
2) Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, keadaan gedung.
3. Cara mengukur minat
Sumardi Suryabrata (2008:46) mengemukakan bahwa pengukuran minat
merupakan hal yang penting karena terbukti minat mempunyai peran yang
penting dalam hal berhasil tidaknya seseorang dalam berbagai bidang, terutama
dalam studi dan kerja. Menurut Super dan Crities dalam John Killis (1998: 23-
24), ada empat cara untuk menjaring minat dari subjek yaitu:
1) Melalui pernyataan senang atau tidak senang terhadap aktivitas
(expressed interest) pada subjek yang diajukan sejumlah pilihan yang
menyangkut berbagai hal atau subjek yang bersangkutan diminta
menyatakan pilihan yang paling disukai dari sejumlah pilihan.
2) Melalui pengamatan langsung kegiatan-kegiatan yang paling sering
dilakukan (manitest interst), cara ini disadari mengandung kelemahan
karena tidak semua kegiatan yang sering dilakukan merupakan kegiatan
yang disenangi sebagaimana kegiatan yang sering dilakukan mungkin
30
karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan atau maksud-maksud
tertentu.
3) Melalui pelaksanaan tes objektif (tested interst) dengan coretan
atau gambar yang dibuat.
4) Dengan menggunakan tes bidang minat yang lebih dipersiapkan
secara baku (inventory interst).
E. Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui
kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi olahraga (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1). Olahraga prestasi dimaksudkan
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan
dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa yang dilakukan
setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai
prestasi (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional Bab VI pasal 20).
Pembinaan dan pengembangan keolahragaan meliputi pengolahraga,
ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan sarana,
serta penghargaan keolahragaan yang dilaksanakan melalui tahap
pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat
dan peningkatan prestasi (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional Bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3).
31
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan
untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional
yang dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga tingkat pusat maupun pada
tingkat daerah (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional Bab VII pasal 27 pasal 1 dan 2).
Menurut Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
(Kemenegpora RI) (2006: 18), Prestasi bisa tercapai apabila memenuhi beberapa
komponen seperti: atlet potensial, selanjutnya dibina dan diarahkan oleh sang
pelatih untuk memenuhi sarana dan prasarana latihan dan kebutuhan kesejahteraan
pelatih dan atlet perlu perhatian dari pembina/pengurus induk cabang olahraga.
Melihat dan mengevaluasi hasil pembinaan dirasa perlu untuk melihat sejauh
mana perkembangan dan juga memberikan uji coba dengan melakukan kompetisi
dan try out baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan tujuan mengukur
kemampuan bertanding/berlomba dan kematangan sebagai pembentukan teknik,
fisik, dan mental bertanding. Perlu diingat bahwa aktivitas komponen-komponen
di atas bisa berjalan apabila ditunjang oleh pendanaan yang profesional serta
penggunaannya harus dengan penuh tanggung jawab.
a) Olahragawan (Atlet)
Olahragawan adalah orang yang berolahraga dalam usaha mengembangkan
potensi jasmani, rohani, dan sosial (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1 ayat 6). Olahragawan yang
mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk
mencapai prestasi disebut atlet. Atlet adalah orang yang menjadi
32
objek/sasaran dalam kegiatan pelatihan pada cabang olahraga yang ditekuni
(Widijoto, 2007: 25).
b) Tenaga Keolahragaan
Tenaga keolahragaan adalah setiap orang yang memiliki kualifikasi dan
sertifikat kompetensi dalam bidang olahraga (UU RI Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1 ayat 9) yang di
dalamnya terdapat pelatih, wasit, guru, manajer, instruktur dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya .
Pelatih adalah seorang yang profesional yang bertugas membantu,
membimbing, membina, dan mengarahkan atlet terpilih berbakat untuk
merealisasi prestasi maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (KONI
tentang Proyek garuda Emas, 1998: B-16). Pelatih adalah orang yang
berperan untuk membantu atlet memantapkan penampilan serta
meningkatkan seluruh potensinya, sehingga mampu berprestasi tinggi dalam
cabang olahraganya (Harsuki, 2003:374).
Wasit adalah seorang pengadil di lapangan pada setiap pertandingan
olahraga. Setiap pertandingan olahraga dipimpin oleh seorang wasit yang
memiliki wewenang penuh untuk memimpin suatu pertandingan olahraga dan
memegang teguh peraturan permainan pertandingan olahraga, terhitung mulai
dari saat masuk sampai dengan meninggalkan lapangan tersebut. Wasit
adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu
pertandingan olahraga. Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam bahasa
Inggris dikenal referee, umpire, judge atau linesman .
33
c) Pengorganisasian
Meningkatkan pembinaan dan pengembangan olahraga, khususnya olahraga
prestasi tidak lepas dari peran serta pengurus dan organisasi. Organisasi
adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan organisasi; dan unsur atau unit
yang ada dalam suatu organisasi harus dapat menampung berbagai program
dan kegiatan yang telah dirancang untuk mencapai tujuan organisasi (KONI
tentang Proyek garuda Emas, 1998: 43). UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1 ayat 24 menyebutkan bahwa
organisasi olahraga adalah sekumpulan orang yang menjalin kerjasama
dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraan olahraga sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peningkatan prestasi
dalam pembinaan dan pengembangan olahraga tergantung bagaimana
pengurus organisasi menjalankan fungsi-fungsi keorganisasiannya.
Pengurus organisasi dapat menyusun porgram-program kerja yang dapat
mendukung tercapainya prestasi yang maksimal dalam pembinaan dan
pengembangan olahraga. Program-program tersebut diantaraya adalah
perekrutan atau pengadaan pelatih, pengadaan sarana dan prasarana, perekrutan
atlet, menentukan perencanaan dan pelaksanaan pembinaan atlet melalui
pemusatan latihan cabang olahraga, mengadakan atau menyelenggarakan even
olahraga, mengikuti berbagai even olahraga sesuai dengan cabang olahraga
yang dapat dijadikan sebagai tambahan pengalaman bagi atlet, mencarikan
dana untuk pembinaan, dan lain sebagainya.
34
d) Pendanaan
Salah satu faktor pendukung terpenting dalam upaya mensukseskan
program pembinaan prestasi olahraga adalah tersedianya dana yang
memadai/representatif.
Sumber dana alternatif dirasa juga perlu digali dalam upaya memenuhi
kebutuhan dana untuk pembinaan cabang-cabang olahraga prestasi.
Pendanaan mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembinaan dan
pengembangan olahraga. Berbagai kebutuhan/hal yang berhubungan dengan
pembinaan dan pengembangan olahraga dapat dipenuhi dengan baik jika
adana pendanaan yang mencukupi, diantaranya adalah: pengadaan sarana
dan prasarana olahraga yang baru untuk melengkapi/mengganti fasilitas yang
ada/rusak; pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana olahraga
termasuk alat dan fasilitas lapangan; pendanaan pembinaan dan
pengembangan atlet mulai dari perekrutan sampai dengan pemusatan latihan
dan ikut serta dalam even kejuaraan; kesejahteraan atlet, pelatih, dan
pengurus organisasi.
e) Metode
Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mendukung
terlaksananya pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi. Metode yang
digunakan tersebut antara lain melalui pemusatan latihan yang didalamnya
terdapat sistem-sistem pembinaan kepada atlet dan juga program-program
latihan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan atlet baik dari segi
fisik, teknik, taktik, dan mental.
35
f) Prasarana dan sarana
Menurut UU RI No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
dalam pasal 1 ayat 20 dan 21 dijelaskan apa yang dimaksud dengan
sarana dan prasarana olahraga. Prasarana olahraga adalah tempat atau
ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga
dan/atau penyelenggaraan olahraga. Sarana olahraga adalah peralatan atau
perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga.
Prasarana dan sarana olahraga sangat penting keberadaannya untuk
menunjang pembinaan dan pengembangan olahraga, khususnya olahraga
prestasi. Prasarana dan sarana olahraga yang diperlukan untuk pembinaan
dan pengembangan olahraga sebaiknya memenuhi standar nasional atau
bahkan Internasional. Harsuki (2003:384), guna menampung kegiatan
olahraga prestasi prasarana olahraga yang disiapkan perlu memenuhi kualitas
sesuai dengan syarat dan ketentuan masing-masing cabang olahraga, yaitu:
Memenuhi standard ukuran Internasional dan Kualitas bahan/material yang
dipakai harus memenuhi syarat Internasional.
g) Penghargaan Keolahragaan
Penghargaan olahraga adalah pengakuan atas prestasi dibidang olahraga yang
diwujudkan dalam bentuk material dan /atau nonmaterial (UU RI No.3
Tahun 2005 tentang SKN pasal 1 ayat 19). UU RI No. 3 tahun 2005 tentang
SKN pasal 86 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap pelaku olahraga, organisasi
olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi
dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga diberi penghargaan.
36
Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa, asuransi,
pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda kehormatan, kewarganegaraan,
warga kehormatan jaminan hari tua, kesejahteraan, atau bentuk penghargaan
lain yang bermanfaat bagi penerima penghargaan (UU RI No.3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 86 ayat 3).
F. Penelitian yang relevan
a. Analisis Manajemen Pelaksanaan Olahraga Lembah Fitness Center
di Yogyakarta (Yusvestia Resa Indriana:2012)
b. Analisis pelaksanaan manajemen Pusat Pembinaan dan Latihan
Olahraga pelajar (PPLP) pencak silat Jawa Tengah tahun 2012
(Mohammad Ali Mashar:2012)
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono
(2016:3). Metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian,
penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu,
untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan
untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu serta
teknologi, Margono S. (2005:12). Metode yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bodgan dan Taylor dalam
Moleong (2006:25) mengatakan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini umumnya akan dilakukan disekitar Kota Bandar Lampung,
lebih rinci lagi akan dibagi di beberapa tempat yaitu di kantor IPSI Kota
Bandar Lampung serta beberapa sekolah di Kota Bandar Lampung.
38
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam metode ini yaitu berupa hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi dari berbagai pihak. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu pengurus IPSI Kota Bandar Lampung, Pelatih dan
atlet pencak silat di Kota Bandar Lampung dari beberapa perguruan serta
beberapa siswa/i yang tidak ada hubungannya dengan olahraga pencak
silat.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik. Fenomena ini
disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2016:222). Langkah awal dalam
memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrumen
penelitian yang akan digunakan. Instrumen penelitian dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, anlisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelapor hasil penelitiannya (Moleong,2006:168). Faktor penting yang
berhubungan dengan data adalah metode pengumpulan data dan untuk
mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian terlebih dahulu
memilih metode pemilihan data yang tepat, dan yang akan digunakan
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2016:310) menyatakan bahwa observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan hanya dapat
39
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Marshal dalam Sugiyono (2016:310)
menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku dan makna dari perilaku tersebut.
2. Wawancara
Sugiyono (2016:317) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah responden sedikit atau kecil. Esterberg dalam Sugiyono
(2016:317) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
3. Dokumentasi
Sugiyono (2016:329) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera biografi,
peraturan, dan kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
E. Analisis Data
Pengolahan data dan analisis data merupakan suatu langkah penting
dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang
40
dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari
responden melalui hasil obeservasi, wawancara, dokumentasi dan angket
untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Nasution dalam
Sugiyono (2016: 336) mengemukakan dalam penelitian kualitatif analisis
data harus dimulai sejak awal sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam lapangan segera
harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Aktivitas tahapan
analisis data menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2016:337)
adalah sebagai berikut: “yaitu reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi”. Pengolahan data dan menganalisis data dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk
mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitik
beratkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi
data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang
terkumpul sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih
rinci.
2. Display Data
Display adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara
terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang
terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutya dicari pola
hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data
41
selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh.
3. Kesimpulan /Verifikasi
Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam penelitian untuk memberikan
makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data dimulai
dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi
dalam bentuk unifiksi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkempul
direduksi, selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi melalui beberapa
teknik, seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2006: 192), yaitu:
a. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden dilakukan dalam
kondisi tenang agar informasi yang diperoleh dapat sedalam mungkin
b. Wawancara yang diupayakan mengarah pada fokus masalah
penelitian sehingga tercapai kedalaman bahasan yang diajukan.
c. Data yang diperoleh melalui wawancara atau studi dokumentasi dicek
keabsahanya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal
dari data yang terungkap dengan hasil dokumen.
d. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan,
dikritk ataupun dibandingkan dengan pendapat oranglain.
e. Data yang kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.
4. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 178). Triangulasi dengan
sumber berarti membandingkan data mengecek balik derajat kepercayaan
42
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif, Patton dalam buku (Moleong, 2006: 178). Hal ini
dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang- orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang sebagai rakyat biasa, orang
yang berpendidikan menegah atau tinggi.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Demikian prosedur pengolahan data dan analisis yang dilakukan penulis
dalam melakukan penelitian ini, dengan tahap-tahap ini diharapkan
penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat memperoleh data yang
memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian (Valid). Untuk menguji
Validitas data yang didapatkan, peneliti menggunakan triangulasi
sebagai berikut:
OBSERVASI WAWANCARA
DOKUMENTASI
Gambar 13. Triangulasi Menurut Denzin
43
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Moleong (2006:321), keabsahan data merupakan konsep penting yang
diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas)
menurut versi „positivisme‟ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan.
Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferbility), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Tabel 1. Kriteria Keabsahan Data
KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas 1. Perpanjangan keikut sertaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan refrensial
6. Kajian kasus negatif
7. Pengecekan anggota
Keteralihan 8. Uraian rinci
Kebergantungan 9. Audit kebergantungan
Kepastian 10. Audit kepastian
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pelaksanaan
olahraga pencak silat di IPSI Kota Bandar Lampung, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Struktur kepengurusan IPSI Kota Bandar Lampung terbentuk dari hasil
Musyawarah Cabang IPSI Kota Bandar Lampung pada bulan April
2016 dengan ketua terpilih yaitu H. Deddy Amarullah, MH.
Kepengurusan IPSI Kota Bandar Lampung telah sesuai dengan standar
organisasi yaitu kepengurusan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan bidang yang dibutuhkan, dan 80% dari seluruh pengurus aktif
dalam segala kegiatan. Pendanaan pada organisasi IPSI Kota Bandar
Lampung berasal dari APBD di KONI Kota Bandar Lampung serta
bantuan yang tidak mengikat dan iuran para anggota.
2. IPSI Kota Bandar Lampung telah menyusun program kerja pada
rapat kerja di Bulan Oktober tahun 2016 yang menghasilkan program
dibidang prestasi,seni budaya dan organisasi dengan lebih dominan
program untuk prestasi dengan tujuan dari keseluruhan program kerja
untuk mengembalikan prestasi IPSI Kota Bandar Lampung yang
78
sempat menurun terutama golongan remajanya serta menjadikan Bandar
Lampung barometer pencak silat di Provinsi Lampung.
3. Managemen pertandingan pencak silat di Kota Bandar Lampung masih
belum maksimal karena pelaksanaan pertandingan hanya menunggu dana
APBD dari KONI Kota Bandar Lampung yang menyebabkan sangat
minim pertandingan dikarenakan terhalang oleh dana serta saat
pelaksanaan managemennya kurang baik sehingga penonton di
pertandingan tersebut tidak seramai cabang olahraga lain karena kemasan
pertandingan belum dikemas serapi cabang olahraga lain selain karena
pertandingan mewakili perguruan bukan sekolah.
4. Penyebab rendahnya daya ketertarikan remaja terhadap pencak silat yaitu
dampak dari globalisasi, kurangnya sosialisasi tentang pencak silat, masih
sedikitnya pertandingan pencak silat di Kota Bandar Lampung,
kurangnya kesadaran pemerintah dan praktisi pencak silat itu sendiri.
5. Bentuk kepedulian IPSI Kota Bandar Lampung terhadap rendahnya daya
ketertarikan remaja terhadap pencak silat IPSI Kota Bandar Lampung
akan menyanding Dinas Pendidikan agar menjadikan pencak silat sebagai
kurikulum ekstrakulikuler, paling tidak di setiap sekolah ada siswa yang
mengikuti ekstrakulikuler silat walaupun tidak semua.
79
B. Saran
1. Bagi pengurus IPSI Kota Bandar Lampung, agar lebih tanggap terhadap
fenomena yang berhubungan dengan pencak silat khususnya di wilayah
Kota Bandar Lampung serta lebih aktif dan bersatu untuk terus
berkoordinasi dengan pengurus-pengurus perguruan yang ada di Kota
Bandar Lampung demi memajukan pencak silat agar tidak kalah
dengan bela diri dari negara lain, karena kalau bukan IPSI sebagai
wadah dari olaharaga pencak silat itu sendiri siapa lagi yang akan
peduli dengan permasalahan yang terjadi.
2. Bagi pemerintah Kota Bandar Lampung, khususnya dinas yang
terkait agar lebih tanggap dan dapat berperan serta untuk melestarikan
kebudayaan asli Indonesia yang kebetulan sekaligus cabang olahraga
beladiri yaitu pencak silat, karena bagaimanapun usaha para praktisi
pencak silat tanpa adanya dukungan dari pemerintah setempat tetap
tidak akan berjalan dengan maksimal.
3. Bagi perguruan-perguruan pencak silat yang ada di Kota Bandar Lampung
agar kiranya dapat menerima perkembangan zaman dan mengombinasikan
silat antara kebudayaan dan modernisasi agar remaja sekarang dapat
tertarik serta terus memperbaharui pengetahuanya tentang ilmu
keolahragaan, karena di dalam Pencak Silat juga terdapat unsur olahraga
yang tujuannya ke prestasi, agar prestasi pencak silat di Bandar Lampung
bisa kembali lagi dengan binaan yang maksimal dari perguruan tempat asal
seorang atlet sebelum menuju ke pertandingan. dan yang tidak kalah
penting agar kiranya para perguruan memunculkan
80
rasa persatuan antar seluruh perguruan untuk memajukan pencak silat
bersama khususnya di Kota Bandar Lampung dengan mengurangi
ego untuk memajukan perguruannya sendiri.
4. Bagi para remaja di Kota Bandar Lampung agar dapat mencoba untuk
melihat pencak silat dari berbagai sisi agar tidak terjadi suatu kesalah
pahaman dan mulailah tumbuhkan kesadaran kalian sebagai generasi
penerus bangsa ini untuk ikut serta dalam melestarikan budaya sendiri
tidak harus selalu budaya negara lain yang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, Abdurrahman. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiarawacana Yogya
Agus, Suyanto.1981. Psikologi Perkembangan..Jakarta: Aksara Baru,
cetakan pertama
Andi, Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi program Pendidikan Pedoman Teoritis
Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
_________________.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rineka Cipta
Affan, Aziz Dwi. 2009. Program Kerja Panitia Pengesahan 2009-2010
dan Proker UKM PSHT UM. Malang:UM
Effendi. 1985. Pengantar Psikologi. Bandung: Pn Tarsip
Gunawan Arief, Gugun. 2007. Beladiri. Yogyakarta: PT Insan Madani
Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: Raja Grafindo Persada
John, Killis. 1988. Hubungan Minat Kerja, Motivasi Ekstrinsik dan Bimbingan dalam Pelajaran dengan Kecakapan Kerja Teknik Listrik
Lulusan STM pada Industri-industri DIY.Tesis.Jakarta: Fakultas Pasca
Sarsana IKIP Jakarta
Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum.Bandung: Mandar Maju
Lubis, Johansyah.2014.Pencak Silat Edisi Revisi.Jakarta:Raja Grafindo Persada
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta
Moleong J, Lexy.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.Bandung: Remaja Rosda Karya
Mukholid, Agus.2004. Pendidikan Jasmani Kelas 1 SMA. Surakarta: Yudistira.
82
Mulyana. 2014. Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa. Bandung: Remaja Rosda Karya
Mulyati. 1998. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Publiser
Nugroho, Agung.2008. Pembelajaran dan Manajemen Pencak Silat.Yogyakarta:
FIK UNY
Pabundu. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Karyawan. Jakarta: Bumi Aksara
Rostini, Atin. 1999. Psikologi Umum.Bandung: Remaja Rosda Karya
Sobirin. 2002. Budaya Organisasi: Pengertian, Makna dan Aplikasinya dalam
Kehidupan Organisasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
_______.2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sukamdiyo.1999. Manajemen Koperasi. Jakarta: Erlangga
Sukardi Dewa,K.1994. Psikologi Remaja. Jakarta : Aksara Baru
______________.2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Aksara Baru
Sumadi, Suryabrata. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Raya
________________.2008.Psikologi Kepribadian.Jakarta: PT Raja Grafindo Raya
Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Surya, Muhmmad. 1999. Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja
Rosda karya
______________. 2004. Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosda karya
Tim.2012.Peraturan Pertandingan Pencak Silat Ikatan Pencak Silat Indonesia
hasil MUNAS IPSI 2012 dengan revisi tahun 2013. Jakarta: IPSI
83
Undang–Undang No. 3.tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional
Widijoto, H. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Malang: UM
Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran panduan praktis
bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Recommended