View
15
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
lapsus anak
Citation preview
EKA NUR ASIA
KLP F
SYOK
1. Pengertian
Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah ke
jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel.
Syok dapat didefinisikan sebagai sindroma akibat menurunnya perfusi jaringan yang diikuti
dengan hipoksia, selular dan berbagai disfungsi dari organ vital.
Macam-macam Syok
1. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler baik oleh karena perdarahan maupun oleh karena hilangnya cairan
tubuh.
2. Syok Kardiogenik
Syok Kardiogenik adalah Syok yang terjadi akibat kegagalan pompa jantung (pump
failure ).
3. Syok Distributif
4. Syok Septik Syok septic adalah syok yang terjadi akibat dari infeksi yang berat dan
sebagai komplikasi dari penyakit yang beragam.
5. Syok Neurogenik adalah syok yang disebabkan oleh gangguan susunan saraf
simpatis,yang menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan
6. Syok anapilaktik adalah syok yang terjadi secara akut yang di sebabkan oleh reaksi
alergi.
7. Syok Obstruktif
Syok obstruktif adalah syok yang terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah
sentral baik arteri maupun vena di mana tidak terdapat system kolateral.
Tahapan Syok
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat
ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel
(tidak dapat pulih).
Tahap kompensasi adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi
normalnya. Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat,
peningkatan denyut nadi ringan, tekanan darah normal, gelisah, dan pengisian pembuluh darah
yang lama. Gejala-gejala pada tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang
mengalami syok terlihat normal.
Tahap dekompensasi dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya.
Yang terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital yaitu dengan mengurangi
aliran darah ke lengan, tungkai, dan perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru.
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan
denyut nadi, penurunan tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu.
Tahap ireversibel dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat
diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin, maka aliran
darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut
jantung. Mekanisme pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung
sehingga aliran ke organ-organ seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab
rusaknya hati maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan
organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki
Etiologi
1) Syok hipovolemik
Disebabkan oleh penurunan volume darah efektif. Kekurangan volume darah sekitar 15
sampai 25 persen, biasanya akan menyebabkan penurunan tekana darah sistolik; sedangkan
deficit volume darah lebih dari 45 persen umumnya fatal. Syok setelah trauma biasanya jenis
hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan (internal dan eksternal) atau karena kehilangan
cairan kedalam jaringan kontusio atau ke usus yang mengembang. Kerusakan jantung dan paru
dapat juga menyokong masalah ini secara bermakna. Syok akibat kehilangan cairan berlebihan
bisa juga timbul pada pasien luka bakar yang luas.
2) Syok kardiogenik
Disebabkan oleh ganguan fungsi jantung sebagai pompa seperti pada infark miokardium akut,
tamponade jantung atau emboli pulmori atau setelah operasi jantung terbuka. Aritmia dapat juga
banyak menurunkan curah jantung dan tekanan darah.
3) Syok Distributif
ü Syok Septik
Disebabkan oleh infeksi,yang disebabkan oleh bakteriemia dan organisme enteric gram negative
yaitu Eschericia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Pseudomonas, dll. Jenis hiperdinamik,
yang curah jantungnya normal atau meningkat, terjadi bila volume darah cukup tetapi infeksi
menggangu metabolisme sel sehinggah sel jaringan tak dapat menggunakan glukosa dan oksigen
yang diangkut darah padanya secara adekuat. Pada tipe hopodinamik, penderita menjadi
hipovolemik, biasanya karena kebocoran cairan dari kapiler keruangan interstisial. Kadang-
kadang volume darah normal, tetapi kapasitas vascular meningkat, yang menyebabkan
hipovolemik relatif.
ü Syok Neurogenik
Disebabkan oleh gangguan susuna saraf simpatik, yang menyebabkan dilatasi arteriola. Dan
kenaikan kapasitas vaskuler. Tekanan darah sistolik biasanya akan turun hingga di bawah 80
sampai 90 mmHg walaupun curah jantung normal atau menigkat. Pingsan yang biasa
merupakan contoh syok neurogenik sementara. Kerusakan medua spinalis servikalis merupakan
sebab tersering syok neurogenik traumatik.
Trauma pada otak sendiri hampir tak pernah menyebabkan syok. Kenyataannya ia hampir selalu
menimbulkan kenaikan tekanan darah. Biasanya trauma kepala parah meningkatkan tekanan
intrakranial dan mengurangi perfusi serebral. Secara reflektorik ia merangsang pusat vasomotor
untuk meningkatkan vasokontraksi perifer dan meningkatkan tekanan darah. Pada tahap
kematian otak yang sangat lanjut, bisa terjadi hipotensi karena disfungsi pusat vasomotor dalam
medula oblongata, tetapi hanya terjadi di setelah pernapasan spontan berhenti.
ü Syok Anafilaktik
Disebabkan oleh pelepasan masih histamin dan bahan vasoaktif dari sel yang telah tersensitisasi
sebelumnya terhadap zat spesifik seperti penisilin, sengatan lebah atau kerang. Kolaps
kardiovaskuler mendadak dengan atau tanpa disfungsi pernapasan atau obstruksi jalan
pernapasan karena bronkokonstriksi, edema angioneurotik, atau urtikaria pada saluran
pernapasan, jarang terjadi.
4) Syok Obstruktif
Syok Obstruktif terjadi karena terdapat penyumbatan pada pembuluh darah sentral baik
arteri maupun vena di mana tidak terdapat system kolateral. Keadaan ini terjadi terutama pada
embolus arteri pulmonalis dan aorta di mana pembuluh darah pulmonalis tersumbat oleh
thrombus sehingga menyebabkan kedua paru tidak terdapat aliran dari pembuluh darah
pulmonal.
Syok ini juga dapat pula terjadi oleh karena terpotongnya aorta, berkumpulnya cairan di
dalam ruang pericardium oleh karena infeksi, gagal ginjal, atau tumor sehingga terjadi
temponade.
Tanda dan Gejala
Secara umum didapatkan gambaran kegagalan perfusi jaringan yang terjadi melalui salah
satu mekanisme di bawah ini :
a) Berkurangnya volume sirkulasi (syok hipovolemik )
b) Kegagalan daya pompa jantung ( syok kardiogenik )
c) Perubahan resistensi pembuluh darah perifer-penurunan tonus vasomotor ( syok
anafilaktik, neurogenik, dan kegagalan endokrin ) atau peningkatan resistensi (syok septic,
obstruksi aliran darah )
Gejala yang tampak :
1. System jantung dan pembuluh darah
Ø Hipotensi, sistolik < 90 mmHg atau ≥ 30 mmHg dari semula.
Ø Takikardi, denyut nadi > 100/menit, kecil, lemah/tak teraba
Ø Penurunan aliran darah koroner.
Ø Penurunan aliran darah kulit, sianotik, dingin dan basah; pengisapan kapiler yang lambat.
2. System saluran napas
Hiperventilasi akibat anorki jaringan, penurunan venous return serta peninggian physiological
dead space dalam paru.
3. System syaraf pusat
Akibat hipoksi terjadi peninggian permeabilitas kapiler yang menyebabkan edema serebri
dengan gejala penurunan kesadaran.
4. System saluran kemih
Oligori (diuresis < 30 ml/jam), dapat berlnjut menjadi anuri, uremi akibat payah ginjal akut.
5. Perubahan biokimiawi : terutama pada syok yang lama dan berat :
Asidosis metabolik akibat anoksi jaringan dan gangguan fungsi ginjal.
Hiponatremi dan hiperkalemi, dan Hiperglikemi.
Pathofisiologi
Dasar patofisiologi dari syok adalah penurunan perfusi darah ke berbagai organ tubuh. Oleh
karena itu,baik oksigen maupun bahan nutrisi ke jaringan maupun sisa-sisa dari jaringan tubuh
tidak dapat diangkut.
Kegagagalan jantung untuk memompakan darah dan cairan tubuh dapat di bagi atas kegagalan
Preload dan kegagalan afterload :
a) Kegagalan Preload
Dalam beberapa hal untuk menilai terjadinya syok maka terjadinya:
Ø Penurunan cardiac output ( preload )
Ø Penurunan volume intravaskuler dan menyebabkan venus return menurun (salah satu bentuk
penurunan intravaskuler ini adalah pada syok hipovolemik )
Ø Penurunan tahanan sistemik vaskuler (system vascular resistance ) sebagai mekanisme
kompensasi penurunan cardiac output
Ø Tonus vasomotor vena ( venous vasomotor tone ) juga menurun yang disebabkan oleh karena
menurunnya volume intravascular, volume venus return dan cardiac output. Keadaan ini
terutama terjadi pada syok anapilaktik, syok neurogenik dan syok septic.
Selain factor tersebut di atas dapat pula dilihat peninggian tekanan intratorasis, peninggian
tekanan intraperikardiak dan takikardi.
Untuk mengatasi syok diperlukan pengetahuan dasar patofisiologi dan teknik dalam mengatasi
syok. Pada prinsipnya syok disebabkan oleh berbagai penyakit dan syok bukanlah penyakit akan
tetapi keadaan akhir dari berbagai penyakit.
b) Kegagalan Afterload
Terjadinya penurunan afterload yang disebabkan oleh miokard, menurunnya compliance aorta,
stenosis aorta dan edema pulmoner. Akan tetapi syok banyak dihubungkan dengan menurunnya
daya kontraksi dari miokard. Di samping itu dapat pula timbul oleh karena aritmi.
Kesimpulannya : Kegagalan preload terjadi oleh karena volume sirkulasi menurun, kegagalan
output terjadi oleh factor miokard sementara kegagalan afterload terjadi oleh karena
vasokonstriksi pembuluh darah yang meningkat misalnya oleh karena hipertensi.
Jenis kulit Dada Vene-vena
leher
TTV Lain-lain
Hipovolemik dingin, lembab,
pucat,
berbintik-bintik
Tidak ada
kelainan
Tidak
teraba
Takepnea,
takikardi,
hipotensi
haus
Kardiogenik Dingin, lembab,
berkeringat
banyak.
Tidak ada
kelainan atau
dapat juga
ditemukan
tanda-tanda
gagal jantung
kongesif.
Mungkin
didapatkan
adanya
bendungan
Gallop:Atau
bising
jantung
mungkin
dapat
didengar.
Septik Hangat dan
kemerahan atau
dingin dan
pucat atau
sianosis.
Tidak ada
kelainan,
kecuali
ditemukan
adanya
pneumonia.
Tidak
teraba
Takipnea,
takikardi,
hipotensi.
Tanda-tanda
infeksi fokal
atau
koagulasi
intravaskuler
diseminata
( DIC )
Neurogenik Hangat dan
kering
Tidak ada
kelainan.
CVP drop TD menurun,
Temperatur
menurun,
Hypotensi.
Oliguri
/anuri, Pols
lambat,
Status
mental:
cemas,
letargi,koma,
Dilatasi
vena.
Anafilaktik Urtikaria,
bercak-bercak,
makulopular
atau
angioedema.
Mungkin
didapatkan
bising, mengi,
batuk, sianosis.
Tidak
teraba
Takipnea,
hipotensi,
takikardi,
atau
bradikardi.
Infeksi
konjungtiva,
mual,
muntah,
nyeri
abdomen,
diare.
Obstruktif turgor menurun,
mata cekung,
mukosa lidah
kering.
emboli paru tamponade
kordis
hipertensi
pulmoner
primer,
koarktasio
aorta
Penatalaksanaan Medis Gawat Darurat
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi
jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak
bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan
pengobatan kausal.
Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC :
· Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal.
· Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi
buatan dan pemberian oksigen 100%.
· Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati atau
hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan
pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk
mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer.
Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa
merupakan penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam menghadapi syok:
Posisi Tubuh
1. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi penderita
dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
2. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan
sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang lebih
parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan
jalan napas.
3. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak sadar,
harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar
dari rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah.
Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk
menghindari terjadinya asfiksia.
4. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak
ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
5. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita dibaringkan dengan
posisi telentang datar.
6. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki
ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi
meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan
segera turunkan kakinya kembali.
Pertahankan Respirasi
1. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
2. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas (
Gudel/oropharingeal airway).
3. Berikan oksigen 6 liter/menit
4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu
bag) atau ETT.
Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit,
isi vena, produksi urin, dan (CVP).
Cari dan atasi penyebab syok
Ø Syok Hipovolemik
· Bila disebabkan perdarahan, hentikan dengan tourniket balut tekan atau penjahitan.
· Meletakan penderita dalam posisi syok :
ü Kepala setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada dada.
ü Tubuh horizontal atau dada sedikit lebih rendah
ü Kedua tungkai lurus, diangkat 200.
· Perhatikan keadaan umum dan tanda-tanda vital; pelihara jalan napas. Bila perlu lakukan
resusitasi.
Pemberian cairan :
ü Cairan diberikan sebanyak mungkin dalam waktu singkat ( dengan pengawasan tanda vital )
ü Sebelum darah tersedia atau pada syok yang bukan disebabkan oleh perdarahan, dapat
diberikan cairan :
v Plasma : Plasmanate
v Plasma expander : Plasmafusin (maksimum 20 ml/kgBB), Dextran 70 ( maksimum15
ml/kgBB ),Persiton, Subtosan, Hemacell plasma expander dalam jumlah besar dapat
mengganggu mekanisme pembentukan darah.
v Cairan lain : Ringer – Laktat, NaCl 0,9%. Harus dikombinasikan dengan cairan lain karena
cepat keluar ke ruang ekstravaskuler.
ü Untuk memperoleh hasil yang optimal, letakan botol infuse setinggi mungkin dan gunakan
jarum yang besar; bia perlu gunakan beberapa vena sekaligus.
ü Pengawasan yang perlu :
v Auskultasi paru untuk mencari tanda over-hidrasi, berupa ronki basah halus di basal akibat
edema paru.
v CVP ( bila mungkin ) dipertahankan pada 16 – 19 cm H2O
v Pengukuran diuresis melalui pemasangan kateter, pertahankan sekitar 30 ml/jam.
ü Kecuali pada syok ireversibel, perbaikan keadaan biasanya tercapai setelah pemberian ± 3000
ml cairan koloid ( plasma / plasma expander ), bila digunakan cairan nonkoloid bisa sampai 8000
ml.
·
Pemberian obat-obat suportif :
a. Vasodilator
Dapat diberikan setelah terdapat perbaikan ke dalam umum, sambil terus diberikan cairan,
dengan tujuan :
ü Diagnostic, bila terjadi penurunan tekanan darah berarti tubuh masih kekurangan cairan.
ü Terapeutik, untuk memperbaiki perfusi organ penting dengan membuka pre dan post capillary
sphincter.
ü Isoproterenol (Isuprel)
v Dosis 2 mg dalam 500 ml glukosa 5-10%.
v Tetesan disesuaikan untuk mempertahankan tekanan sistolik disekitar 60 mmHg.
v Tidak dapat diberikan bila frekuensi jantung > 120 /menit atau diketahui mempunyai
kelainan jantung karena mempunyai efek memperbesar kebutuhan oksigen jantung dan
mempertinggi iritabilitas miokardium.
v Hentikan pengobatan bila frekuensi jantung 150/menit atau aritmik.
ü Dopamin
v Dosis 200 mg dalam 250 ml glukosa 5-10%.
v Jumlah tetesan mula-mula 2 mcg/kgbb/menit, kemudian di sesuaikan dengan tekanan darah.
v Dapat digunakan sebagai pengganti isoproterenol.
ü Alpha adrenergic blockers
v Fenoksibenzamin (Dibenzyline) 1mg/kgbb dalam 250-500 ml glukosa 5% atau NaCl 0,9% per
drip, atau,
v Klorpromazin (Largactil) ¼ - 1 mg/ kgbb iv lambat.
b. Vasokonstriktor ( norepinefrin, Aramine ` Effortil )
Tidak dianjurkan karena dapat memperburuk sirkulasi organ penting.
c. Kortikosteriod
Bila secara klinik derajat syok tidak sesuai dengan pendarahan atau bila dengan penggantian
cairan yang adekuat tidak terlihat perbaikan, pikirkan kemungkinan insufisiensi korteks adrenal.
Untuk itu berikan kortikosteroid dosis besar, misalnya hidrokortison 300 mg iv lambat ( dalam
30 detik ), dapat diulang sampai mencapai total 2-6 gram /24 jam. Dapat juga digunakan preparat
lain dengan perbandingan dosis : kortison 25, hidrokortison 20, metal prednisolon 4 dan
deksametason 0,75. Sering memberikan efek yang memuaskan terutama pada syok hipovolemik
dan syok septik.
d. Koreksi asidosis
Diberikan Na-bikarbonat dengan dosis (0,3 berat badan base excess) meq iv.
e. Diuretic
Bila tekanan darah dan CVP telah membaik tetapi diuresis tetap < 30 ml/jam, berikan manitol
20% 100 ml per drip dalam waktu satu jam :
ü Bila setelah itu diuresis . 40 ml/jam, pertahankan dengan dosis manitol ulangan sampai
mencapai dosis maksimum 100 gram/24 jam
ü Bila tetap < 40 ml/jam, berikan asam etakrinat (Edecrine ) 50-100 mg iv :
v Bila diuresis membaik ( > 40 ml/jam ) pertahankan dengan kombinasi manitol dan asam
etakrinat.
v Bila tatap < 40 ml/jam, di anggap telah terjadi payah ginjal akut.
Ø Syok kardiogenik
Diketahui dari riwayat/adanya kelainan jantung yang mendahului, didukung dengan pemeriksaan
EKG.
Dibedakan antara syok kardiogenik koroner , disebabkan oleh insufisiensi koroner atau infark
jantung.
Syok kardiogenik nonkoroner disebabkan oleh payah jantung, miokarditis akut atau aritmi.
Selain pengobatan terhadap penyebab, dapat diberikan pula :
Ø Norepinefrin ( Levophed ) 2 mg dalam 500 ml glukosa 5% per drip dengan tetesan disesuaikan
dengan tekanan darah ( maksimum 48 mcg/menit ).
Ø Di berikan pada syok kardiogenik koroner dan syok kardiogenik nonkoroner dengan frekuensi
denyut jantung 120/menit
Ø Isoproterenol (Isuprel ) di berikan pada syok kardiogenik nonkoroner dengan frekuensi
denyut jantung 120/menit ( lihat di atas )
Ø Syok Distributif
v Syok Neurogenik ( Vaso-vagal-syncope).
ü Penderita segera dibaringkan dengan kepala lebih rendah; pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan bradikardi.
ü Hilangkan penyebab; bila perlu dapat diberikan analgetik.
ü Dalam hal lesi sumsum tulang, berikan kortikosterol untuk mencegah edema sumsum tulang.
Biasanya penderita akan sadar beberapa saat kemudian setelah sirkulasi serebal membaik oleh
tindakan –tindakan di atas.
v Syok septic
Sering didahului oleh infeksi sistemik yang berat, terutama oleh bakteri gram negatif. Keadaan
penderita berubah dari demam tinggi menjadi syok dengan penurunan kesadaran, kulit dingin
dan basah dan hipotensi; sering diikuti dengan DIC. Kultur darah tidak selalu positif, terutama
bila penderita telah mendapat antibiotic sebelumnya.
ü Perawatan dan pengawasan umum.
ü Terapi cairan, bila mungkin dengan monitoring CVP
ü Antibotik
ª Sebelum ada hasil kultur darah, berikan kombinasi antibiotic yang kuat, misalnya antara
golongan penisilin/penicillinase resistant penicillin dengan gentamisin.
Golongan penicillin
* Prokain penisilin 50.000 U/kgbb/hari i.m, dibagi dua dosis.
* Ampisilin 46 1 gra/hari iv selama 710 hari.
Golongan penicillinase – resistant penicillin :
* Kloksasilin ( Cloxacillin Orbenin ) 4 1 gram/hari iv selama 7 10 hari sering dikombinasi
dengan ampisilin ), dalam hal ini masing-masing obat di turunkan dosisnya menjadi setengahnya,
atau menggunakan preparat kombinasi yang telah ada (Ampiclox 4 1 gram/hari iv.
* Metisilin 46 1 gram/hari iv selama 7 14 hari.
Golongan (Garamysin ) 5 mg/kgbb/ hari di bagi tiga dosis i.m. selama 7 hari ; hati-hati terhadap
efek nefrotoksiknya.
* Bila hasil kultur dan resistensi darah telah ada, pengobatan disesuikan. Beberapa bakteri
gram negatif yang sering menyebabkan sepsis dan antibiotic yang dianjurkan:
Dosis sefalotin : 1-2 gram tiap 4-6 jam, biasanya di larutkan dalam 50-100 ml cairan dan di
berikan per drip dalam 20-30 menit untuk menghindari flebitis.
* Kloromfenikol : 6 0,5 gram/hari iv.
* Klindamisin : 4 0,5 gram/hari iv.
ª Obat-obatan lainnya
ü Vasodilator
ü Diuretic
ü Kortikosteroid hidrokortison (Solu coref ) 500 mg iv; dapat diulang sampai dosis total 2-6
gram/24 jam.
ü Heparin diberikan bila ada DIC, sebesar 100 U ( 1 mg )/kgbb iv tiap 4 jam; harus diawasi
dengan pemeriksaan clotting time.
v Syok anafilaktik.
Biasanya terjadi segera setelah penyuntikan serum atau obat terhadap penderita yang sensitif;
selain tanda-tanda syok terhadap juga spasme bronkioli yang menyebabkan asfiksia dan sianosis.
Juga sering didahului dengan rasa nyeri kepala, gangguan penglihatan, urtikaria dan edema
wajah, dan mual-mual.
Pengobatan :
ü Hentikan kontak dengan allergen.
ü Perhatikan tanda-tanda vital dan jalan napas; bila perlu di lakukan resusitasi dan pemberian
oksigen
ü Epenerfin 1/1000 (obat terpilih) 0,5 1 ml/sk/im,dapat diulang 5 10 menit kemudian
ü Dapat diberikan pula : antihistamin difenhidramin ( Benadryl ) 10 20 mg iv.
Kortikosteroid hidrokortison ( Solu-Cortel ) 100 250 mg iv lambat ( 30 detik ).
Aminofilin 250 500 mg iv lambat, bila spasme bronkioli nyata.
Ø Syok Obstruktif
Selain dari pengatasan syok maka harus diatasi pula factor penyebab obstruktif pada
pembuluh darah maupun pengatasan tamponade perikard bila disebabkan oleh tamponade
perikard.
Recommended