View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TAHAP ANESTESI
Persiapan PraanestesiKeadaan fisis pasien telah dinilai sebelumnya pada kunjungan praanestesi meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, laboratorium, dll. Saat masuk ruang operasi pasien dalam keadaan puasa. Identitas pasien harus telah ditandatangani sesuai dengan rencana operasi dan informed consent.
Dilakukan penilaian praoperasi. Keadaan hidrasi pasien dinilai, apakah terdapat hipovolemia, perdarahan, diare, muntah, atau demam. Akses intravena dipasang untuk pemberian cairan infus, transfusi, dan obat-obatan. Dilakukan pemantauan elektrogradiografi (EKG), tekanan darah (tensimeter), saturasi O2(pulse oxymeter), kadar CO2 dalam darah (kapnograf), dan tekanan vena sentral (CVP). Premedikasi dapat diberikan diberikan oral, rektal, intramuskular, atau intravena.
Kelengkapan dan fungsi mesin anestesi serta peralatan intubasi diperiksa. Pipa endotrakeal dipilih sesuai dengan pasien, baik ukuran maupun jenis laringoskopnya. Lampu diperiksa fungsinya, pipa endotrakeal diberi pelicin analgetik, dan balon pipa endotrakeal (cuff) diperiksa.
Induksi AnestesiPasien diusahakan tenang dan diberikan O2 melalui sungkup muka. Obat-obat induksi diberikan secara intravena seperti tiopental, ketamin, diazepam, midazolam, dan propofol. Jalan napas dikontrol dengan sungkup muka atau pipa napas orofaring/nasofaring. Setelah itu dilakukan intubasi trakea. Setelah kedalaman anestesi tercapai, posisi pasien disesuaikan dengan posisi operasi yang akan dilakukan, misalnya terlentang, telungkup, litotomi, miring, duduk, dll.
Rumatan AnestesiSelama operasi berlangsung dilakukan pemantauan anestesi. Hal-hal yang dipantau adalah fungsi vital (pernapasan, tekanan darah, nadi), dan kedalaman anestesi, misalnya adanya gerakan, batuk, mengedan, perubahan pola napas, takikardia, hipertensi, keringat, air mata, midriasis.
Ventilasi pada anestesi umum dapat secara spontan, bantu, atau kendali tergantung jenis, lama, dan posisi operasi. Cairan infus diberikan dengan memperhitungkan kebutuhan puasa, rumatan, perdarahan, evaporasi, dll. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa kristaloid (ringer laktat, NaCl, dekstrosa 5%), koloid (plasma expander, albumin 5%), atau tranfusi darah bila perdarahan terjadi lebih dari 20% volume darah.
Selama pasien dalam anestesi dilakukan pemantauan frekuensi nadi dan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi terjadi bila anestesi kurang dalam. Hal ini disebabkan karena terjadi sekresi adrenalin. Diatasi dengan membuat anestesi lebih dalam, yaitu melalui meningkatan konsentrasi halotan atau suntikan barbiturat. Penurunan tekanan darah dan nadi halus sebagai tanda syok dapat disebabkan karena kehilangan banyak darah. Hal ini diatasi dengan pemberian cairan pengganti plasma atau darah. Penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi dapat disebabkan karena anestesi terlalu dalam atau terlalu ringan serta kehilangan banyak darah atau cairan. Peningkatan tekanan darah dan tekanan nadi serta penurunan frekuensi nadi disebabkan transfusi yang berlebihan. Diatasi dengan penghentian transfusi.
Pemulihan Pasca-AnestesiSetelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemulihan (recovery room) atau ke ruang perawatan intensif (bila ada indikasi). Secara umum, ekstubasi terbaik dilakukan pada saat pasien dalam anestesi ringan atau sadar. Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, sensibilitas nyeri, perdarahan dari drain, dll.
Pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernapasan dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit pertama atau hingga stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit. Pulse oximetry dimonitor hingga pasien sadar kembali. Pemeriksaan suhu juga dilakukan.
Seluruh pasien yang sedang dalam pemulihan dari anestesi umum harus mendapat oksigen 30-40% selama pemulihan karena dapat terjadi hipoksemia sementara. Pasien yang memiliki risiko tinggi hipoksia adalah pasien yang mempunyai kelainan paru sebelumnya atau yang dilakukan tindakan operasi di daerah abdomen atas atau daerah dada. Pemeriksaan analisis gas darah dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi penilaian oksimetri yang abnormal. Terapi oksigen benar-benar diperhatikan pada pasien dengan riwayat penyakit pan obstruksi kronis atau dengan riwayat retensi CO2 sebelumnya.
Bila keadaan umum dan tanda vital pasien normal dan stabil, maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan dengan pemberian intruksi pascaoperasi.
Kriteria yang digunakan dan umumnya yang dinilai adalah warna kulit, kesadaran, sirkulasi, pernapasan, dan aktivitas motorik, seperti Skor Aldrete (lihat di bawah). Idealnya pasien baru boleh dikeluarkan bila jumlah skor total adalah 10. Namun bila skor total telah di atas 8 pasien boleh keluar dari ruang pemulihan.
Seluruh tindakan anestesi dicatat dalam lembaran khusus berisi tindakan yang dilakukan, obat yang diberikan, status fisis pasien sebelum, selama, dan setelah anestesi dilakukan sesuai urutan waktu.
Tahap Anestesi Umum
Menurut Mc Kelvey dan Hollingshead, 2003
1). Preanestesi
Merupakan tahapan yang dilakukan segera sebelum dlakukan anestesi, dimana
data tentang pasien dikumpulkan, pasien dipuaskan, serta dilakukan pemberian
preanestetiikum.
2). Induksi
Proses dimana hewan akan melewati tahap sadar yang normal/conscious
menuju tidak sadar (unconscious).Agen induksi dapat diberikan secara injeksi (inhalasi).
Apabila agen induksi diberikan secara injeksi maka akan diikuto dengan
inkubasiindotracheal tube untuk pemberian anestetikum inhalasi/gas menggunakan
mesin anaestesi. Waktu minimum periode induksi biasanya 10 menit apabila diberikan
secara intra muscular dan sekitar 20 menit apabila diberikan secara subkutan. Tahap
induksi ditandai dengan gerakan tidak terkoordinasi, gelisah dan diikuti relaksasi yang
cepat serta kehilangan kesadaran. Idealnya, keadaan gelisah dan tidak tenang
dihindarkan pada tahap induksi, karena menyebabkan terjadinya aritmia jantung.
Preanestesi dan induksi anestesi dapat diberikan secara bersamaan, seperti
pemberian acepromazin, atropine, dan ketamine dicampur dalam satu alat suntik dan
diberikan secara intravena pada anjing (Adams 2001; McKelvey dan Hollingshead 2003;
traquilli et al. 2007)
3). Pemeliharaan
Pada tahap pemeliharaan ini, status trenestesi akan terjaga selama masa
tertentu dan pada tahap inilah pembedahan/prosedur medis dapat dilakukan. Tahap
pemeliharaan dapat dilihat dari tanda2 hilangnya rasa sakit/analgesia, relaksasi otot
rangka, berhenti bergerak, dilanjutkan dengan hilangnya reflex palpebral, spingterani
longgar, serta respirasi dan kardiovaskuler tertekan secara ringan. Begitu mulai tahap
pemeliharaan, respirasi kembali teratur dan gerakan tanpa sengaja anggota tubuh
berhenti. Bola mata akan bergerak menuju ventral, pupil mengalami konstrik dan respon
pupil sangat ringan, reflex menelan sangat tertekan sehingga endotrachealtube sangat
mudah dimasukan, reflex palpeblar mulai hilang, dan kesadarn mulai hilang. Anestesi
semakin dalam sehingga sangat nyata menekan sirkulasi dan respirasi. Pada anjing dan
kucing , kecepatan respirasi kurang dari 12kali per menit dan respirasisemakin dangkal.
Denyut jantung sangat rendah dan pulsus sangat menurun karena terjadi
penurunanseluruh tekanan darah. Nilai CRT akan meningkat menjadi 2/3 detik. Semua
reflex tertekan secara total dan terjadi relaksi otot secara sempurna serta reflex rahang
bawah sangat kendor. Apabila anestesi dilanjutkan lebih dalam, pasien akan
manunjukan respirasi dankardiovaskuler lebih tertekan dan pada keadaan dosis
anestetikum berlebih akan menyebabkan respirasi dan jantung berhenti. Dengan
demikian, pada tahappemeliharaan sangat diperlukan pemantauan dan pengawasan
status teranestesi, tahap system kardiovaskuler dan respirasi.
4). Pemulihan
Ketika tahap pemeliharaan berakhir, hewan memasuki tahap pemulihan yang
menunjukan konsentrasi anestetikum didalam otak mulai menurun. Metode/
mekanisme bagaimana anestetikum yang digunakan. Sebagian besar anestetikum injeksi
dikeluarkan dari darah melalui hati dan dimetabolisme oleh enzim dihati dan
metabolitnya dikeluarkan melalui system urinary. Pada hewan kucing, kentamine tidak
mengalami metabolism dan dikeluarkan langsung tanpa perubahan melalui ginjal. Kadar
anestetikum golongan tiobarbiturat didalam otak didapat dengan cepat menurun karena
dengan cepat disebarkan kejaringan terutama otot dan lemak, sehingga hewan akan
sadar dan terbangun dengan cepat mendahului ekresi anestetikum dari dalam tubuh
hewan. Anestetikum golongan inhalasi akan dikeluarkan dari tubuh pasien melalui
sistem respirasi, molekul antiseptikum akan keluar dari otak memasuki peredaran darah,
alveoli paru-paru dan akhirnya dikeluarkan melalui nafas. Tanda tanda adanya aktivitas
reflex, ketegangan otot, sensitivitas terhadap nyeri pada periode pemulihan dinyatakan
sebagai sadar kembali.
Durasi/lama waktu kerja anestetikum dan kualitas anestesi dapat dilihat dari
pengamatan perubahan fisiologi selama stadium teranestesi. Dikenal dua waktu induksi
pada durasi anestesi. Waktu induksi 1 adalah waktu anestetikum diinjeksikan sampai
keadaan hewan tidak dapat berdiri. Waktu induksi 2 adalah waktu antara anestetikum
diinjeksikan sampai keadaan hewan tidak ada reflex pedal/hewan sudah tidak
merasakan sakit (stadium operasi). Durasi adalah waktu ketika hewan memasuki
stadium operasi sampai hewan sadar kembali dan merasakan sakit jika didaerah
disekitar bantalan jari ditekan. Waktu siuman (recovery) adalah waktu antara ketika
hewan memiliki kemampuan merasakan nyeri bila saraf disekitar jari kaki
ditekan/mengeluarkan suara sampai hewan memiliki kemampuan untuk duduk sternal,
berdiri/jalan.
McKelvey dan Hollingshead (2003) dan Tranquilli et al (2007) menyatakan
bahwa untuk mementor anestesi dilakukan pengamatan tahap-tahap anestesi umum.
Kualitas status teranestesi dapat dilihat dari tahap dari perubahan fisiologi sebagai tanda
kedalaman anestesi, seperti disajikan pada table 1.
Table 1 tahapan dan indikasi status teranestesi oleh anestetikum umum
fase/tahapan
indikator
I II III
Plane I
III
Plane 2
III
Plane 3
III
Plane 4
IV
Tingkah laku Tidak terkontrol
Eksitasi: kuat, bersuara, anggota gerak,mengunyah ternganga.
Teranestesi
Teranestesi Teranestesi Teranestesi Hampir mati
Respirasi Normal cepat 20-30x/mnt
Tidak teratur, tertahan/hiper ventilasi
Teratur 12-20x/mnt
Teratur dangkal 12-16x/mnt
Dangkal <12x/mnt
Putus-putus (ada berhenti)
Apnea (berhenti)
Fungsi kardiovaskul
Tetap Denyut jantung
Pulse kuat,
Denyut jantung
Denyut jantung 60-
Denyut jantung
kollap
er meningkat denyut jantung >90x/mnt
>90x/mnt 90/mnt, CRT meningkat, pulse lemah
<60x/mnt, CRT lama, membrane pucat.
Respon bedah
kuat kuat Ada respon dengan gerakan
Denyut jantung dan respirasi meningkat
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kedalaman anestesi
Tidak teranestesi
Tidak teranestesi
Dangkal Sedang Dalam Over dosis Mati
Posisi bolamata
tengah Tengah, tidak tetap
Tengah, rotasi, tidak tetap
Sering rotasi di ventral
Ditengah, rotasi di ventral
Tengah Tengah
Ukuran pupil (+) (+) (+) Lambat Sangat lambat, (-)
(-) (-)
Kejangan otot
Baik Baik Baik Relaksasi Sangat menurun
Lembek Lembek
Reflex Ada Ada, mungkin berlebih
Ringan, hilang
Ada (patella, telinga, palpebral, kornea), yang lain hilang
Semua minimal, hilang
Tidak ada Tidak ada
Recommended