View
221
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PREMENOPAUSE UMUR
40�45 TAHUN TENTANG OSTEOPOROSIS DI DUSUN
BONYOKAN KECAMATAN JATINOM
KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
EFFI NURUL BAROKAH
B10 075
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul : �Tingkat Pengetahuan Wanita Premenopause Umur 40�45
Tahun Tentang Osteoporosis di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten
Klaten Tahun 2013�. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka Prodi D III Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta, sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
3. Ibu Eni Rumiyati, S.ST, selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak H. Indra Budiawan, SE, selaku Kepala Desa Bonyokan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten.
v
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta yang secara tidak
langsung telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu premenopause di di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten
Klaten yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat serta dukungan secara moral, material, dan spiritual.
8. Teman-teman STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu dan
memberikan informasi serta dukungan.
Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan dari semua pihak berupa saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, 2013
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2013
Effi Nurul Barokah
B10.075
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PREMENOPAUSE UMUR
40�45 TAHUN TENTANG OSTEOPOROSIS DI DUSUN
BONYOKAN KECAMATAN JATINOM
KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2013
xiii + 48 halaman + 14 lampiran + 4 tabel + 3 gambar
ABSTRAK
Latar belakang : Lebih dari 75 juta orang di seluruh dunia menderita
osteoporosis dan tanda awal terjadinya osteoporosis ditemukan pada kaum wanita
sekitar usia 30 � 40 tahun dan dan diperkirakan 37.000 orang meninggal tiap
tahunnya akibat komplikasinya. Saat ini 28,8% laki � laki dan 32,3% perempuan
Indonesia sudah osteoporosis. Angka penderita osteoporosis di Jawa Tengah
mencapi 20,4% dari jumlah penduduk. Berdasarkan survey pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2012 di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten diketahui ibu premenopause mempunyai pengetahuan cukup
tentang osteoporosis.
Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45
tahun tentang osteoporosis pada tingkat baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian di
Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten pada tanggal 31
Desember 2012 � 14 Januari 2013. Sampel sebanyak 44 orang dengan teknik
simple random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Teknik
analisis data adalah analisis univariat.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45 tahun
tentang osteopororis pada tingkat kurang sebanyak 5 orang (11,4%), cukup
sebanyak 31 orang (70,5%) dan baik 8 orang (18,2).
Kesimpulan : Mayoritas tingkat pengetahuan ibu cukup hal ini karena kurangnya
informasi berupa penyuluhan tentang osteoporosis dari tenaga kesehatan dan
kurang memanfaatkan media elektronik atau media cetak secara baik sehubungan
dengan informasi tentang osteoporosis.
Kata Kunci: Pengetahuan, Wanita Premenopause, Osteoporosis.
Kepustakaan: 22 literatur (Tahun 2003 s/d 2011)
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
1. Akal dan belajar itu seperti jiwa dan raga. Tanpa raga, jiwa hanyalah udara
hampa. Tanpa jiwa, raga adalah kerangka tanpa makna.
(Kahlil Gibran)
2. Ada dua cara untuk memancarkan cahaya, yaitu menjadi lilin atau cermin
yang dapat memantulkan cahaya. Berusahalah jadi orang yang berguna
sekecil apapun peran itu dan dalam situasi apapun.
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan
kepada :
1. Bapak (Alm) dan Ibu tercinta
2. Kakak-kakakku
3. Sahabat terdekat
4. Almamater
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
CURRICULUM VITAE .................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... . xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 5
F. Sistematika Penelitian ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 7
1. Pengetahuan ......................................................................... 7
x
2. Premenopause ...................................................................... 15
3. Osteoporosis ........................................................................ 16
B. Kerangka Teori ........................................................................... 28
C. Kerangka Konsep ........................................................................ 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 30
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 31
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 35
F. Variabel Penelitian ...................................................................... 36
G. Definisi Operasional ................................................................... 36
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 37
I. Etika Penelitian........................................................................ ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................... 42
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 42
C. Pembahasan ................................................................................ 44
D. Keterbatasan ................................................................................ 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 47
B. Saran ........................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi Kisi Kuisioner 32
Tabel 3.2 Definisi Operasional 36
Tabel 4.1 Nilai Mean dan Standar Deviasi dengan Program SPSS 43
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Wanita Premenopause Umur 40 � 45 Tahun
tentang Osteoporosis di Dusun Bonyokan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten 43
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori������������������ 28
Gambar 2.2 Kerangka Konsep����������������.... 29
Gambar 4.1 Grafik Batang Pengetahuan Wanita Premenopause Usia
40�45 Tahun tentang Osteoporosis���������.... 44
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Jawaban
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Validitas
Lampiran 5. Surat Jawaban Uji Validitas
Lampiran 6. Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 8. Hasil Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 9. Permohonan untuk Menjadi Responden
Lampiran 10. Persetujuan untuk Menjadi Responden
Lampiran 11. Kuesioner
Lampiran 12. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 13. Hasil Kuesioner Responden
Lampiran 14. Hasil Analisis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fakta tentang osteoporosis, lebih dari 75 juta orang di seluruh dunia
menderita osteoporosis dan tanda awal terjadinya osteoporosis ditemukan
pada kaum wanita sekitar usia 30 � 40 tahun. Di Amerika Serikat didapatkan
24 juta penderita osteoporosis yang memerlukan pengobatan, 80% adalah
wanita. Dari yang menderita osteoporosis kurang lebih 1,5 juta mengalami
patah tulang, dan diperkirakan 37.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat
komplikasinya (Proverawati, 2010). Saat ini 28,8% laki � laki dan 32,3%
perempuan Indonesia sudah osteoporosis (Javier, 2010). Angka penderita
osteoporosis di Jawa Tengah mencapi 20,4% dari jumlah penduduk
(Purnomo, 2011).
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
belakangan menjadi masalah kesehatan di Indonesia sebagai efek peningkatan
usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup. Proses degeneratif yang
berlangsung seiring bertambahnya usia tidak bisa dihindari, namun harus
dijaga agar tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh, yaitu dengan
mencegah tejadinya osteoporosis (Javier, 2010).
Osteoporosis terjadi seiring dengan peningkatan usia, dimana pada
manusia banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia,
tetapi pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan terhenti pada
suatu tahapan. Pada wanita karena pada proses menua tejadi suatu fase yaitu
2
fase menopause. Sebelum terjadi fase menopause biasanya didahului dengan
fase premenopause dimana fase pada fase premenopause ini terjadi peralihan
dari masa subur menuju fase tidak adanya pembuahan (Proverawati,2010).
Osteoporosis sebenarnya dapat dicegah sejak dini atau paling sedikit
ditunda kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium (1000 � 1200
mg kalsium per hari), berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol karena rokok dan alkohol dapat meningkatkan resiko
osteoporosis dua kali lipat, namun kurangnya pengetahuan masyarakat yang
memadai tentang osteoporosis dan pencegahannya sejak dini cenderung
meningkatkan angka kejadian osteoporosis (Depkes dalam Karolina, 2009).
Pengetahuan seorang wanita premenopause sangat berpengaruh.
Pengetahuan khusus sangat diperlukan, terutama pengetahuan mengenai
osteoporosis dan asupan kalsium untuk mencegahnya di masa menopause.
Wanita premenopause akan lebih mudah mengurangi kecemasan dan mampu
melalui masa menopause tanpa banyak keluhan apabila mereka mendapatkan
pengetahuan yang faktual dan akurat mengenai osteoporosis (Mustopo, 2005).
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Dusun Bonyokan
Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten pada tanggal 9 Oktober 2012 diketahui
ibu premenopause sebanyak 147 ibu dan dari hasil wawancara dengan 10
orang ibu premenopause umur 40�45 tahun diketahui sebanyak 3 orang (30%)
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang osteoporosis dan 7 orang (70%)
3
mempunyai pengetahuan yang kurang tentang osteoporosis, hal ini
menunjukkan masih kurangnya pengetahuan ibu premenopause tentang
osteoporosis.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan perlunya peningkatan
pemahaman mengenai pentingnya kesehatan tulang dan pencegahan
osteoporosis khususnya pada ibu premenopause, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai �Tingkat Pengetahuan Wanita
Premenopause Umur 40�45 Tahun tentang Osteoporosis di Dusun Bonyokan
Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Tahun 2013�.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut �Bagaimana Tingkat Pengetahuan Wanita Premenopause
Umur 40 � 45 Tahun tentang Osteoporosis di Dusun Bonyokan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten Tahun 2013?�
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45
tahun tentang osteoporosis di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita premenopause umur
40�45 tahun tentang osteoporosis di Dusun Bonyokan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten pada tingkat baik.
4
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita premenopause umur
40�45 tahun tentang osteoporosis di Dusun Bonyokan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten pada tingkat cukup.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita premenopause umur
40�45 tahun tentang osteoporosis di Dusun Bonyokan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya
dalam pengetahuan tentang osteoporosis dan upaya pencegahannya.
2. Bagi Peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh saat perkuliahan dan mendapatkan
pengalaman dalam melakukan penelitian.
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
institusi untuk memberikan pengetahuan khususnya sehingga
mahasiswa mampu memberikan pendidikan kesehatan khususnya
tentang osteoporosis pada masyarakat.
b. Lahan
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang osteoporosis
sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap terjadinya
osteoporosis.
5
E. Keaslian Penelitian
1. Ardita Popy Darwis (2008), dengan judul �Gambaran tingkat
Pengetahuan Wanita Menopause Tentang Osteopororis Di Desa Sidodadi
Mejayan Madiun�. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif
dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian wanita menopause di
Desa Sidodadi Mejayan Madiun sebanyak 30 responden dengan teknik
purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan prosentase. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas (63%) responden memiliki
pengetahuan buruk dan sebagian kecil (37%) responden memiliki
pengetahuan baik.
2. Reni Ika Prasekti (2009), dengan judul �Tingkat Pengetahuan Ibu
Menopause Tentang Osteoporosis di Desa Bagunasri Kecamatan Barat
Kabupaten Magetan�. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif kuantitatif, menggunakan pendekatan waktu secara cross
sectional. Sampel ibu menopause yang bertempat tinggal di Desa
Bangunasri Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Jawa Timur dengan
teknik non probability sampling yaitu dengan purposive sampling
sederhana. Teknik analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil
penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu menopause tentang
osteoporosis di desa Bangunasri Kecamatan Barat Kabupaten Magetan
dengan pengetahuan baik sebanyak 12 responden (40%), cukup baik
sebanyak 14 responden (46,7%) dan kurang baik sebanyak 4 responden
(13,3%).
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah pada waktu,
sampel dan lokasi penelitian sedangkan persamaannya adalah pada jenis dan
rancangan penelitian, variabel penelitian serta teknik analisis data.
6
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika
penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori tentang Pengetahuan antara lain
pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
tingkatan pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan. Teori
tentang Premenopause meliputi pengertian, tanda premenopause.
Teori tentang Osteoporosis meliputi pengertian, faktor risiko
osteoporosis, gejala osteoporosis, penyebab osteoporosis, kiat
mencegah osteoporosis, kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
definisi operasional, metode pengolahan dan analisa data serta
etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari gambaran lokasi penelitian, hasil penelitian,
pembahasan dan keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari simpulan dan saran dari hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indera (Notoatmodjo, 2010).
b. Faktor � Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu :
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
2) Informasi
Seorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak
akan memiliki pengetahuan yang lebih luas.
3) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
8
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
5) Sosial-Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup semakin tinggi, tingkat sosial ekonomi akan bertambah
tingkat pengetahuan.
c. Tingkat dalam Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005), antara lain:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya dan merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di -
9
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan yang masih saling
berkaitan.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru formulasi-formulasi
yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
obyek dimana kriteria penilaian suatu materi atau obyek ditentukan
oleh diri sendiri.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), dari berbagai macam cara yang
telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah (tanpa melalui penelitian ilmiah)
Cara tradisional atau non ilmiah ini dipakai orang untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.
Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
10
a) Cara coba-salah (Trial and Eror)
Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang
cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan
sampai sekarang pun metode ini masih digunakan terutama
oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara
tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Metode
ini telah banyak jasanya terutama dalam meletakkan dasar-
dasar menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu
pengetahuan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu
contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada
tahun 1926. Pada suatu hari Summers sedang bekerja dengan
ekstrak acetone dan karena terburu-buru ingin bermain tenis,
maka ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam kulkas.
Keesokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya,
ternyata ekstrak acetone yang disimpan di dalam kulkas
tesebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim
urease.
c) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Prinsip ini adalah orang lain menerima padahal yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoriter tanpa
11
terlebih dulu menguji atau memberikan kebenaran baik -
berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran
sendiri.
d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi adalah pengalaman untuk
mempengaruhi kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
yang lalu. Tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun
seseorang untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan
benar diperlukan berfikir kritis dan logis.
e) Cara Akal Sehat (Common Sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini
berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya
menuruti nasihat orang tuanya, atau anak disiplin
menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,
bahwa hukuman adalah merupakan metode bagi pendidikan
anaknya. Pemberian hadiah dan hukuman (reward dan
punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
12
f) Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini -
harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama
yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut
rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para
Nabi adalah sebagai hasil usaha wahyu dan bukan karena hasil
usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g) Kebenaran Melalui Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui
proses penalaran berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.
Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi
atau suara hati atau bisikan hati saja.
h) Melalui Jalan Pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikiran baik melalui induksi maupun
deduksi. Pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran
secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan kemudian dari hubungannya sehingga dapat
dibuat suatu kesimpulan.
13
i) Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi
adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari -
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala. Karena proses berpikir induksi, itu
beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata,
maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal
yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.
Proses berpikir secara induksi dikelompokkan menjadi dua,
yakni induksi sempurna dan induksi tak sempurna. Induksi
sempurna terjadi apabila kesimpulan diperoleh dari
penjumlahan dari kesimpulan khusus. Sedangkan induksi tak
sempurna terjadi apabila kesimpulan tersebut diperoleh dari
lompatan, dari pernyataan-pernyataan khusus.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM)
mengembangkan ara deduksi ini ke dalam suatu cara yang
disebut �silogisme�. Silogisme ini merupakan suatu bentuk
14
deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai
kesimpulan yang lebih baik. Di dalam proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada
kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua
peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas
itu. Di sini terlihat proses berpikir berdasarkan pada
pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus.
2) Cara Modern atau Cara Ilmiah (melalui proses penelitian)
Dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian.
Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa dalam
memperoleh kesimpulan harus dilakukan dengan pencatatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.
Pencatatan ini meliputi tiga hal pokok, yaitu :
a) Segala sesuatu yang positif, gejala tertentu yang muncul saat
dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala yang tidak muncul
saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala yang
berubah-ubah pada kondisi tertentu.
15
2. Premenopause
a. Pengertian Premenopause
Premenopause adalah masa sekitar usia 40 tahun dengan
dimulainya sikus haid yang tidak teratur memanjang, sedikit atau
banyak yang kadang-kadang disertai rasa nyeri. Pada wanita tertentu
telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid
(Baziad, 2008).
Premenopause dimulai sekitar usia 40 tahun yang ditandai kadar
estrogen ovarium yang menurun. Penurunan kadar estrogen tersebut
sering meimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktivitas
kehidupan para wanita yang disebut sindroma menopause, yang
meliputi hot flushes, keringat di malam hari, kekeringan vagina,
penurunan daya ingat, insomnia, cemas, mudah capek, penurunan
libido, rasa sakit ketika berhubungan seksual dan incontinence urinary,
wanita tanpa keluhan 25�30 % (Suhartono dalam Syam, 2006).
Masa premenopause akan berakhir menjadi menopause bila
selama 12 bulan tidak terjadi haid secara teratur. Usia rata-rata
menopause adalah 51 tahun dengan kisaran 42-58 tahun.
(Winarsi dalam Syam, 2006).
b. Tanda-tanda Premenopause
Pada wanita yang memasuki dewasa madya yang usianya berkisar
antara 40-45 tahun memasuki babak baru dalam rentang kehidupannya.
Pada masa dewasa madya sebagian wanita mengalami masa
16
premenopause, yaitu masa sebelum berlangsungnya perimenopause,
yaitu sejak fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya
keluhan atau tanda-tanda menopause. Semua wanita pasti akan
mengalami masa premenopause. Hal ini merupakan tahap akhir proses
biologi yang dialami wanita yang berupa penurunan produksi hormon
seks wanita yaitu hormon estrogen dan progesteron (Kasdu, 2004).
Adapun tanda-tanda dari premenopause adalah terjadinya
perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikis yang
disebabkan oleh penurunan produksi hormon estrogen. Perubahan fisik
meliputi ketidakteraturan siklus haid, perasaan panas (hot flushes),
kekeringan vagina, perubahan kulit, keringat di malam hari, sulit tidur
(insomnia), perubahan pada mulut, kerapuhan tulang, badan menjadi
gemuk, dan munculnya gejala penyakit. Sedangkan perubahan psikis
meliputi adanya kecemasan, ingatan menurun, mudah tersinggung,
stres dan depresi (Kasdu, 2004).
3. Osteoporosis
a. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis termasuk penyakit gangguan metabolisme, dimana
tubuh tidak mampu menyerap dan menggunakan bahan-bahan untuk
proses pertulangan secara normal, seperti zat kapur : kalk (calcium),
phosphat dan bahan-bahan lain (Yatim, 2003). Osteoporosis adalah
penyakit skleletal sistemik dengan karaktaeristik massa tulang yang
rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan
17
akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan
terhadap patah tulang. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi
penurunan massa tulang total (Lukman dan Ningsih, 2009)
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang
progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang
terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang
menjadi keras dan padat, jika tubuh tidak mampu mengatur
kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat
dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis (Putri, 2009).
Osteoporosis merupakan penyakit dengan gejala yang sangat
bervariasi dari seorang penderita dan penderita yang lain, mulai dari
yang tanpa gejala sampai yang berat hingga menimbulkan patang
tulang (faktur). Bagi penderita yang mengalami patah tulang, misalnya
di pangkal tulang paha, ujung tulang pengumpil, tulang punggung
bagian tengah pinggang daerah atas, serta tulang pangkal lengan
bagian atas, mungkin keadaan seperti ini bisa terjadi berulang kembali
(Yatim, 2003).
Semua gejala osteoporosis muncul dari kepatahan ada dua jenis
kepatahan. Di satu sisi terdapat jenis kerusakan vertebra (tulang
punggung) berupa penghancuran, peremukan, peruntuhan, sementara
disisi lain adalah apa yang biasanya dipahami sebagai fraktur
keretakan atau patahan (Gomez, 2006).
18
b. Faktor Risiko Osteoporosis
Menurut Clark (2005), beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko terkena osteoporosis, antara lain :
1) Menopause sangat dini sebelum usia 45 tahun. 4Hal ini
menyebabkan berkurangnya estrogen pada saat dini karena indung
telur berhenti berfungsi.
2) Menopause dini sebelum usia 50 tahun. Berkurangnya estrogen
secara dini sangat mungkin terjadi dan pasti akan terjadi jika
indung telur diangkat.
3) Penggunaan obat kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka panjang
(untuk mengatasi kondisi artritis dan asma).
4) Haid yang tidak teratur atau jarang, hal ini bisa terjadi secara alami
atau karena olahraga berlebihan.
5) Gangguan pencernaan yang mengakibatkan gangguan penyerapan
gizi (malabsorpsi), seperti penyakit perut, penyakit Crohn, atau
operasi lambung.
6) Merokok. Merokok dapat merusak sel pembentuk tulang dan
menyebabkan menopause dini.
7) Pola makan rendah kalsium. Konsumsi susu dan produk-produk
susu dapat mempertahankan kepadatan tulang.
8) Konsumsi alkohol dalam jumlah tinggi. Penyalahgunaan alkohol
dapat menyebabkan pengeroposan tulang.
19
9) Kurang bergerak. Tulang membutuhkan gerak untuk tetap kuat,
karenanya, wanita yang harus beristirahat di tempat tidur atau
menggunakan kursi roda memiliki risiko yang lebih tinggi.
10) Kurang terkena sinar matahari. Sinar matahari diperlukan untuk
produksi vitamin D yang berperan sebagai pengeras.
Sedangkan Putri (2009), menyatakan bahwa faktor risiko
osteoporosis terdiri dari :
1) Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam
tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanitapun mengalami
menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
2) Usia
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru
menurun.
3) Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan
Asia memiliki risiko terbesar, hal ini disebabkan secara umum
konsumsi kalsium wanita Asia lebih rendah.
4) Keturunan penderita osteoporosis
Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang
tertentu, seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu
artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik yang
sama.
20
5) Gaya hidup kurang baik
Gaya hidup kurang baik yaitu konsumsi daging merah dan
minuman bersoda, minuman berkafein dan beralkohol, malas
berolahraga dan merokok serta kurang kalsium.
6) Mengkonsumsi obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan
pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko
penyakit osteoporosis, jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi
akan mengurangi massa tulang.
7) Kurus dan mungil
Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung
ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat
membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat.
c. Gejala Osteoporosis
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease
karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama
pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif
selama bertahun-tahun tanpa disadari dan tanpa disertai adanya gejala.
Gejala yang baru timbul pada tahap osteoporosis seperti patah tulang,
punggung yang semakin membungkuk, hilangnya tinggi badan dan
nyeri punggung (Putri, 2009).
21
d. Penyebab Osteoporosis
Menurut Putri (2009), beberapa penyebab osteoporosis antara
lain :
1) Osteoporosis menopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada
wanita) yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam
tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang
berusia diantara 51 � 75 tahun, tetapi bisa muncul lebih cepat
ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang
sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit
putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini
daripada wanita kulit hitam.
2) Osteoporosis senilis
Akibat dari kekurangan kalisum yang berhubungan dengan
usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang
dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan
ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada
usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan
postmenopausal.
3) Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
22
Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan
obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang dan
hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang
berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.
4) Osteoporosis juvenil idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa yang
memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya
tulang
e. Kiat mencegah osteoporosis
Mencegah osteoporosis harus dimulai sejak usia muda, karena
kepadatan tulang terbentuk secara maksimal pada usia 20 � 35 tahun
dan kemudian stabil sampai menopause. Memenuhi kebutuhan kalsium
dan vitamin D bermanfaat menjaga kepadatan tulang. Bahan makanan
yang mengandung kalsium antara lain kedelai, tahu, tempe, ikan laut,
jus jeruk, kuning telur, brokoli dan sayuran berdaun hijau.
(Sutanto dan Sutanto, 2005).
Vitamin D dapat diperoleh dari sinar matahari, vitamin D banyak
terdapat di sayuran hijau, buah, sereal, daging, susu dan produknya
mempunyai peran penting pada metabolisme kalsium dan pembentukan
tulang. Penelitian terakhir menemukan bahwa zat besi berperan pada
pencegahan osteoporosis. Zat besi dapat diperoleh dari bahan makanan
23
seperti daging merah, hati sapi dan ayam, tiram, kerang, cokelat, kubis,
biji bunga matahari, uji jalar, kentang dan bayam
(Sutanto dan Sutanto, 2005).
Penatalaksanaan osteoporosis juga dapat dengan terapi
penggantian hormon (Hormone Replacement Therapy) dengan estrogen
dan progesteron perlu diresepkan bagi perempuan menopause, untuk
memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang, perlu juga meresepkan obat-obatan lain dalam upaya
menanggulangi osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluorida,
bifosfonat, natrium etidonat, dan alendonat. Alendonat berfungsi
mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca
menoapuse, meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang
panggul dan mengurangi angka kejadian patah tulang
(Lukman dan Ningsih, 2009).
Javier (2010), menyatakan bahwa untuk mencegah osteoporosis,
maka dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1) Melawan dengan gaya hidup sehat
Gaya hidup dan kualitas hidup yang baik merupakan kunci
untuk menghindari tulang keropos. Gaya hidup sehat tersebut, yaitu:
a) Konsumsi kalsium
Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang dan gigi,
maka agar kepadatan tulang terus terjaga penting untuk
mengkonsumsi kalsium yang banyak terdapat dalam susu, ikan
teri, sup tulang, sayuran hijau seperti bayam dan kacang-
kacangan.
24
Salah satu penyebab osteoporosis adalah kurangnya
asupan kalsium pada usia muda dan kalsium tersebut tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh, maka penting untuk minum susu dan
mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium.
b) Vitamin D
Vitamin D diperlukan agar kalsium yang berasal dari susu
dan makanan dapat diserap sempurna. Untuk mendapatkan
vitamin D sebenarnya tidak sulit, sinar matahari pagi (antara jam
06.00 sampai jam 09.00 pagi) dan sore (setelah jam 16.00)
adalah salah satu sumber vitamin D.
Selain dari sinar matahari, vitamin D juga dapat diperoleh
dari makanan seperti ikan, misalnya : (ikan salmon dan sarden),
kuning telur, hati, susu, keju dan produk olahan susu lainnya.
c) Olahraga
Olahraga secara teratur dapat memperkuat tulang dan
menambah kepadatan massa tulang, sama seperti otot, tulang
juga perlu dilatih agar dapat menciptakan tulang yang kuat.
Olahraga yang dapat dilakukan antara lain adalah bersepeda,
joging, jalan kaki atau naik turun tangga.
d) Hentikan kebiasaan yang dapat merusak tulang
Hilangkan kebiasaan yang dapat membuat pertumbuhan
tulang terganggu atau membuat struktur tulang rusak. Kebiasaan
tersebut antara lain :
25
(1) Membungkukkan badan yang dapat menyebabkan saraf
yang melewati tulang belakang terjepit sehingga
menimbulkan sakit pinggang.
(2) Memakai sepatu hak tinggi untuk waktu yang lama. Saat
menggunakannya, terjadi perenggangan pada jaringan lunak
sekitar sendi mata kaki sehingga dapat merusak struktur
jaringan lunak ini.
(3) Membawa tas berat, dapat memperparah kondisi tulang
apabila memiliki kelainan pada tulang
(4) Membunyikan jari. Bunyi terjadi akibat gesekan jaringan
lunak di sekitar sendi jari. Proses yang terjadi berulang-
ulang akan mengakibatkan gangguan di jaringan lunak
tersebut.
2) Mencegah osteoporosis dengan kacang merah
Kacang merah selain tinggi protein, kacang ini juga akan
kalsium dan fosfor. Setiap 100 g kacang merah mengandung energi
345 kkal, protein 23,1g, lemak 1,7 g, karbohidrat 59,5 g, kalsium
163 mg, fosfor 400 mg, besi 5,0 mg dan thiamine 0,60 mg.
Kacang merah seperti pectin. Serat makanan seperti ini akan
memangkas kelebihan kolesterol, dengan cara mengikat kolesterol
jahat (LDL), kacang merah juga kaya dengan asam folat dan sumber
protein rendah lemak yang baik bagi orang yang menjalani diet
tinggi protein namun rendah lemak.
26
3) Mencegah osteoporosis dengan asupan nutrisi
Mengkonsumsi nutrisi secara medis bisa mencegah terjadinya
osteoporosis di usia muda. Untuk itu perlu nutrisi yang lengkap
guna mencegahnya yaitu makanan yang mengandung kalori atau
energi, protein, vitamin dan mineral serta serat dan air.
Sumber kalsium adalah susu, keju, ikan, daging, telur, bayam,
brokoli, tahu dan tempe. Secara umum kalsium berfungsi untuk
pembentukan tulang dan gigi yang kuat, berpengaruh pada sistem
saraf, berperan penting dalam kontraksi otot, dan diperlukan dalam
proses pembekuan darah.
4) Mencegah osteoporosis dan penuaan dini dengan rosella
Kelopak bunga rosella mengandung banyak antioksidan dan
kaya akan nutrisi yang sangat berguna sebagai keseimbangan tubuh
manusia. Senyawa antioksidan yang ada pada herbal rosella tea
sangat berguna dalam menangkal radikal bebas, mencegah
pengapuran tulang, penuaan dini, memperlambat menopause,
memperlancar sistem sirkulasi, menguatkan pembuluh darah, dan
mengurangi dampak negatif nikotin.
5) Mencegah osteoporosis dengan ceker ayam
Di dalam ceker ayam banyak megnandung protein yang
terdapat pada kulit, otot, tulang dan kolagen. Kolagen adalah sejenis
protein jaringan ikat yang liat dan bening berwarna kekuning-
kuningan. Susunan utama pada ceker ayam adalah asam amino,
27
yaitu komponen dasar protein. Di dalam asam amino antara lain
terdapat glisin-prolin, hidroksiprolin-agrinin-glisin. Ceker ayam
juga mengandung zat kapur dan sejumlah mineral
6) Mencegah osteoporosis dengan jus buah
Nutrisi pendamping yang diperlukan untuk membangun tulang
diantaranya adalah vitamin magnesium serta beberapa mineral
mikro antara lain, boron, seng dan mangan. Buah dan sayuran yang
disarankan adalah pisang, belimbing, mangga, pepaya, jeruk, nanas,
kiwi, stroberi, dan alpukat.
28
B. Kerangka Teori
Kerangka teroritis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : (Notoatmodjo, 2010), Yatim (2003) (Putri, 2009) (Javier, 2010)
Tingkat
pengetahuan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan:
1. Tingkat pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial ekonomi
Osteoporosis
1. Pengertian
2. Faktor risiko osteoporosis
3. Gejala osteoporosis
4. Penyebab osteoporosis
5. Kiat mencegah osteoporosis
Tingkatan
pengetahuan :
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
29
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan Wanita
Premenopause Umur 40-45
Tahun tentang Osteoporosis
Baik
Cukup
Kurang
Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan:
1. Tingkat pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial ekonomi
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan satu tujuan membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dalam bentuk
angka-angka mulai dari pengumpulan data serta penampilan dari hasilnya
(Arikunto, 2006).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama
kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Dusun
Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk
pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 31 Desember 2012 � 14 Januari 2013.
31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Hidayat, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu premenopause usia 40 � 45 tahun di Dusun Bonyokan
Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten yang berjumlah 147 ibu
premenopause.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subjeknya
besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil 10 - 15%, atau 20-30% atau
lebih (Arikunto, 2006). Sampel pada penelitian ini diambil 30% dari total
populasi (30% x 147) yaitu sebanyak 44 ibu premenopause yang berusia
40-45 tahun di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah simple random sampling yaitu cara pengambilan sampel dimana
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2010).
Pengambilan secara acak dengan menggunakan undian dan menggunakan
32
tabel bilangan random (Arikunto, 2010). Teknik acak dalam penelitian ini
menggunakan undian (untung-untungan), yaitu peneliti membagi nama
subjek yang terbagi ke dalam Rukun Tetangga (RT), kemudian
menuliskan nama subjek pada kertas-kertas kecil sesuai dengan RT
masing-masing, kemudian kertas tersebut digulung dan peneliti
mengambil sebanyak sampel yang digunakan berdasarkan jumlah ibu
premenopause usia 40 � 45 tahun sehingga nomor yang tertera pada
gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek
sampel penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh
responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal
yang ia ketahui dan sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2006).
Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini adalah
skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau
pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar
dan salah (Hidayat, 2007). Jenis kuesioner berupa favourable yaitu
pernyataan positif dimana jika benar nilai 1 (satu) jika salah nilai 0 (nol)
sedangkan pernyataan unfavourable atau pernyataan negatif jika benar nilai 0
(nol) jika salah nilainya 1 (satu). Pengisian kuesioner tersebut dengan
33
memberi tanda centang ( )!pada jawaban yang dianggap benar. Adapun kisi-
kisi kuesioner pengetahuan tentang osteoporosis sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner
Variabel Indikator No. Soal Jumlah
Soal
Pengetahuan
Wanita
Premenopause
Umur 40 � 45
Tahun tentang
Osteoporosis
Positif Negatif
1. Pengertian 1,2 2
2. Faktor risiko 3,4,5,8 6,7 6
3. Gejala 9,11 10,12 4
4. Penyebab 13,14,15, 16,17 5
5. Kiat mencegah 18,19,20
23,24,25,27
21,22,26 10
Jumlah 18 9 27
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reabilitas dengan karakteristik sampel yang sama di luar lokasi penelitian. Uji
validitas dilakukan di Dusun Jagalan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
sebanyak 30 responden.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006).
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas
dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Rumus uji validitas
menggunakan korelasi product moment, yaitu:
}Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 YYXX
YXXY
Nrxy
34
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r
tabel (0,361) dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut
dinyatakan valid (Ghozali, 2005).
Hasil uji validitas yang dilakukan pada tanggal 24 - 27 Desember
2012 pada 30 ibu wanita premenopause di Dusun Jagalan Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten dari 30 item pernyataan diperoleh hasil bahwa
sebanyak 27 item pernyataan dinyatakan valid karena (r hitung > 0,361)
sedangkan sebanyak 3 pernyataan yaitu item pernyataan nomor 2,8 dan 13
dinyatakan tidak valid karena (r hitung < 0,361) sehingga ke tiga item ini
selanjutnya dibuang dan tidak digunakan dalam angket penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006).
35
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus
Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
t
b
k
kr
2
2
11 11 2
bb
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
!b2 = Jumlah varian butir
!t2
= Varians total
Soal dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach�s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Alpha (0,865) >
(0,60) sehingga dinyatakan reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu premenopause di
Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten, kemudian
menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner
dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data
yang diperoleh terdiri dari:
36
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
tentang osteoporosis pada wanita premenopause usia 40-45 tahun.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh
dari studi pustaka dan data jumlah wanita premenopause usia 40 � 45
tahun di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
F. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam
penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan
wanita premenopause usia 40 � 45 tahun tentang osteoporosis.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
37
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Nama
Variabel
Pengertian Indikator Alat
Ukur
Skala
Pengetahuan
wanita
premenopause
usia 40 � 45
tahun tentang
osteoporosis.
Segala sesuatu
informasi yang
diketahui dan
dimengerti oleh
ibu
premenopause
tentang
pengertian,
faktor fisiko,
gejala,
penyebab dan
kiat
menghadapi
osteoporosis
Baik : Bila nilai responden yang
diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup :
Bila nilai responden mean -1
SD < x < mean + 1 SD
Kurang :
Bila nilai responden yang
diperoleh (x) < mean � 1 SD
Kuesioner Ordinal
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2006),
adalah:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
38
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-
tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Entry data
Kegiatan ini memasukkan data dalam program komputer untuk
dilakukan analisis lanjut.
d. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
e. Cleaning
Kegiatan ini merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisis Data
Analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari
hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini hanya
mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu premenopause tentang
osteoporosis.
39
Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai
berikut :
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD < x < mean + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean � 1 SD
Keterangan :
X : Nilai total skor dari responden
SD : Standar deviasi
Mean : Nilai rata-rata
Sebelum menentukan tingkat pengetahuan terlebih dahulu
peneliti menghitung nilai mean dan Standard Deviation. Menurut
Riwidikdo (2009), rumus untuk menghitung nilai mean dan Standard
Deviation yaitu :
a. Mean
Menurut Riwidikdo (2009) rumus Mean adalah :
Keterangan :
x : Mean
n : Jumlah responden
xi : Nilai responden
40
b. Standard Deviation
Keterangan :
SD : Standard Deviation
xi : Nilai responden
n : Jumlah responden
Setelah didapatkan hasil nilai mean dan Standard Deviation tiap
responden kemudian hasil tersebut dimasukkan dalam skala pengetahuan.
Analisa secara deskriptif menghasilkan distribusi persentase dari setiap
variabel dan disajikan dalam bentuk narasi tabel dan diagram-diagram.
Rumus untuk menghitung prosentase menurut Riwidikdo (2009), sebagai
berikut :
Skor yang diperoleh responden
Skor Prosentase = �������������������������������������� x 100%
Total skor maksimum yang seharusnya diperoleh
Sedangkan rumus prosentase untuk jumlah ibu premenopause tentang
osteoporosis menurut tingkat pengetahuan adalah :
Jumlah ibu menurut tingkat pengetahuan
Skor Prosentase = �������������������������������������� x 100%
Jumlah responden
41
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007), meliputi :
1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti
menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta
manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
inisial dan memberi nomor pada masing�masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
J. Jadwal Penelitian
Bagian ini menguraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun
proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta
waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoadmodjo,
2010). Tabel jadwal penelitian (terlampir)
42
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten mempunyai
luas wilayah 2.321.592 ha. Jarak Dusun Bonyokan ke kecamatan adalah 200
meter. Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten mempunyai
batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Dusun Pulukan, sebelah
selatan berbatasan dengan Dusun Senden, sebelah barat dengan Dusun
Padangan dan sebelah timur berbatasan dengan Dusun Karangpoh.
Jumlah penduduk di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten
Klaten berjumlah : 1.218 dengan jumlah laki-laki sebanyak 587 orang dan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 631 orang, dari jumlah tersebut terdapat
147 wanita premenopause. Tenaga kesehatan yang ada di Dusun Bonyokan
Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten yaitu satu orang bidan desa.
B. Hasil Penelitian
1. Nilai Mean dan Standar Deviasi
Hasil penelitian tingkat pengetahuan wanita premenopause umur 40 �
45 Tahun tentang osteopororis di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom
Kabupten Klaten menggunakan program SPSS untuk mencari nilai mean
43
dan standar deviasi. Adapun hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 Nilai Mean dan Standar Deviasi dengan Program SPSS
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
44 6,00 23.00 15,34 3,51
Hasil perhitungan mean dan standar deviasi dengan program SPSS
diperoleh nilai mean sebesar 15,34 dan nilai standar deviasi sebesar 3,51.
2. Tingkat Pengetahuan Wanita Premenopause Umur 40 � 45 Tahun tentang
Osteopororis
Tingkat pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45 tahun
tentang osteopororis diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45 tahun
tentang osteopororis di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten
Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Kurang
Cukup
Baik
5
31
8
11,4
70,5
18,2
Total 44 100,00
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan
wanita premenopause umur 40 � 45 tahun tentang osteopororis di Dusun
Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten pada tingkat kurang
sebanyak 5 orang (11,4%), tingkat cukup 31 orang (70,5%) dan tingkat baik
sebanyak 8 orang (18,2). Hal ini berarti bahwa mayoritas tingkat
pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45 tahun tentang osteopororis
44
di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten pada tingkat
cukup.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik histogram sebagai
berikut :
Gambar 4.1
Grafik Batang Pengetahuan Wanita Premenopause Usia 40 - 45 Tahun
tentang Osteoporosis
C. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita
premenopause umur 40 � 45 tahun tentang osteopororis di Dusun Bonyokan
Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten mayoritas berada pada tingkat cukup
yaitu sebanyak 31 orang (70,5%).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah
kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera
45
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan tentang osteoporosis tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Notoatmodjo (2005), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu : tingkat pendidikan, informasi, budaya,
pengalaman dan sosial ekonomi.
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-
mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat,
jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka
tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis
(Putri, 2009).
Menurut Putri (2009) pengetahuan tentang osteoporosis sangat
membantu wanita premenopause untuk mengetahui gejala dari osteoporosis.
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses
kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita
osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun
tanpa disadari dan tanpa disertai adanya gejala. Gejala yang baru timbul pada
tahap osteoporosis seperti patah tulang, punggung yang semakin
membungkuk, hilangnya tinggi badan dan nyeri punggung.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat
pengetahuan ibu cukup, hal ini dikarenakan sebagian besar ibu kurang
mengetahui tentang kiat mencegah osteoporosis dari kuesioner yang telah
diberikan. Beberapa faktor lain diantaranya kurangnya informasi berupa
46
penyuluhan tentang osteoporosis dari tenaga kesehatan dan kurang
memanfaatkan media elektronik atau media cetak secara baik sehubungan
dengan informasi tentang osteoporosis.
D. Keterbatasan
Kendala dan keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Kendala Penelitian
a. Kendala dalam penelitian ini adalah ibu-ibu sebagai responden banyak
bertanya kepada peneliti, hal ini disebabkan banyak ibu kurang
mengetahui maksud dari kuesioner tentang osteoporosis, sehingga
peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu sebelum ibu menjawab
pertanyaan tersebut.
b. Waktu penelitian yang harus disesuaikan pada saat ada acara PKK
sehingga peneliti harus menunggu dalam pelaksanaan penelitian.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kuesioner bersifat tertutup
sehingga tidak melakukan wawancara mendalam dengan responden,
selain itu dengan kuesioner tertutup yang hanya tinggal menjawab benar
atau salah dapat membuat responden memilih secara asal-asalan.
b. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan
sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan.
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45 tahun tentang
osteopororis di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
pada tingkat kurang sebanyak 5 orang (11,4%).
2. Tingkat pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45 tahun tentang
osteopororis di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
pada tingkat cukup sebanyak 31 orang (70,5%)
3. Tingkat pengetahuan wanita premenopause umur 40 � 45 tahun tentang
osteopororis di Dusun Bonyokan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
pada tingkat baik sebanyak 8 orang (18,2%).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Bagi Wanita Premenopause
Hendaknya wanita usia subur meningkatkan pengetahuan tentang
osteoporosis melalui media cetak maupun media elektronik sehingga
mengetahui upaya-upaya untuk mencegah terjadinya osteoporosis.
47
48
2. Bagi tenaga kesehatan
Hendaknya tenaga kesehatan memberikan pemahaman kepada wanita
premenopause ataupun kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang
osteoporosis sehingga perlu dilakukan upaya pencegahannya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya institusi pendidikan menyediakan literatur tentang osteoporosis
dan bagi dosen hendaknya berupaya untuk meningkatkan pengetahuan
tentang osteoporosis pada mahasiswa melalui proses belajar mengajar
sehingga mahasiswa mampu memberikan pendidikan kesehatan khususnya
tentang osteoporosis pada masyarakat.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hendaknya peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan metode
penelitian yang berbeda, jumlah populasi yang berbeda dan menggunakan
variabel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Baziad, A. 2008. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo
Clark, J. 2005. Fit dan Bugar Saat Menopause. Jakarta : Erlangga
Darwis, AP. 2008. Gambaran tingkat Pengetahuan Wanita Menopause Tentang
Osteopororis di Desa Sidodadi Mejayan Madiun. Malang : Universitas
Muhammadiyah. Skripsi
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gomez, J. 2006. Awas Pengeroposan Tulang! Baimana Menghindari dan
Menghadapinya. Jakarta : Arcan
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data. Jakarta
: Salemba Medika
Javier, RM. 2010. Kupas Tuntas Osteoporosis : Pengenalan, Pendeteksian,
Pencegahan dan Pengobatan. Yogyakarta : Multipress
Karolina, MS. 2009. Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Osteoporosis yang
Dilakukan Lansia di Kecamatan Medan Selayang. Medan, FK-USU, Skripsi
Kasdu, D. 2004. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta : Puspaswara.
Lukman dan Ningsih, N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Empat
Mustopo, S. 2005. Perawatan Kesehatan Menopause Alami. Jakarta : Harapan Baru
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Prasekti, RI. 2009. Tingkat Pengetahuan Ibu Menopause Tentang Osteoporosis Di
Desa Bagunasri Kecamatan Barat Kabupaten Magetan. Klaten : STIKES
Muhammadiyah. Karya Tulis Ilmiah
Proverawati, A. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Purnomo, E. 2011. Penderita Osteoporosis di Wonosobo Masih Tinggi,
http://suaramerdeka.com, 25 Oktober 2012
Putri, A. 2009. Tetap Sehat di Usia Lanjut. Yogyakarta : Genius Publisher
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sutanto LB dan Sutanto, DB. 2005. Menopause. Jakarta : FK-UI
Syam, ET. 2006. Pengaruh Konseling Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Wanita dalam Menghadapi Masa Menopause di RT 01-02 RW VII Kelurahan
Kedurus Surabaya. Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya
Yatim, F. 2003. Osteoporosis (Penyakit Kerapuhan Tulang) Pada Manula. Jakarta :
Pustaka Populer Obor
Recommended