View
285
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
40 puisi karyaku :D
Citation preview
KERINDUAN
Mekipun sejenak bertemu
Aku bahagia bisa kembali melihatmu
Di batas-batas kerinduan dan kehampaanku
Tak terasa airmata menetes di pipiku
Hati yang mati suri
Tiba-tiba dan berkata, sesungguhnya rasa masih ada di hati
Baru ku sadari
Rasa ini tak pernah pergi
Seperti takkan terganti
Sekeras apapun ku mencoba
Selemah apapun tuk mengingat semuanya
Hati bisa menentukan pilihanya sendiri
Yang tak bisa diatur oleh akal nurani
Kukira....
Aku sudah berhenti berharap disekian waktu yang lalu
Kukira....
Aku tak punya lagi hasrat untuk bertemu
Kukira....
Aku takkan lagi melihatmu seindah yang dulu
Hingga aku tahu
Satupun tak ada berubah dari mu
Hanya setumpuk pikiranku
Salah mengartikan kerinduanku
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 1
GEMPA DI PERUTKU
Kini matahari tiga kali memutari siang
Sang bulan pun dua kali memutari malam
Sebutir nasi belum ku makan
ku lahap
ku santap
dan ku nikmati
Tak seperti kau
Yang setiap hari di meja-meja penuh makanan
Hingga tak ada celana seukuran perut
Ikat pinggang pun tak cukup melingkar
Sakit.....
Perih.....
Pedih.....
Ketika gempa melanda di perut ku
Bahkan cacing-cacing menggeliat di perutku
Menutut makan padaku
Dan aku harus menuntut pada siapa
Kau... kau.... kau....
Hanya mata-mata tersorot melihatku saja
Aku tak butuh itu
Hanya sebutir nasi
Untuk meredakan gempa diperutku
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 2
Hilang
Sesaat aku termangu
Mengenang kepergian sebuah hal yang sangat indah
Yang dulu menenangkan jiwa
Menyejukkan sukma
Entah kemana pesona itu
Pergi tak bersuara
Selalu hidup di ingatan
Dalam hati sanubari...
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 3
Bunyi Mendenggung
Prrtrrrtrrrttttt pet pet...
Dut...
Legah.......
Kumasukkan makanan
Kedalam terowongan penghancur
Dikelola oleh pencernaanku
Membentuk segumpalam angin
Melewati usus besarku
Hingga...
Preeeeet... Duuuuuut... Pret pret preeeet...
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 4
Pelangi di Sepanjang Jalan
Ku melewati sepanjang jalan
Penuh warna yang menghiasi
Hingga bosan ku rasakan
Apa sesungguhnya arti semua ini
Pelangimu hanyalah semu
Semua berlomba
Ingin meneriakkan suara
Menyerukan isi hati
Tidak perduli kanan kiri
Main terobos saja
Menaburkan berjuta janji
Bagai embun di ujung dedaunan
Pelangi di mataku
Menebarkan virus dalam benakku
Aku harus memilih yang mana
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 5
Bali
Pedas terasa memanaskan lidah
Membuat kadar asam dalam perut meningkat
Berputar angin di dalam lambung
Membuat perut semakin melilit
Warnamu membuat mataku tergoda
Menambahkan rasa semangat
Melahap setiap hidangan
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 6
PERGILAH KESEDIHAN!!!
Malam ini... air mataku menetes
Mengapa kesediahan datang menghampiriku lagi...
Aku sangat merindukan kehadiran seorang sahabat dalam hidupku...
Seseorang yang bisa merangkul aku disaat aku bersedih...
Seseorang yang bisa meraih tanganku saat aku meminta bantuan...
Seseorang yang menemani aku...
Tidak hanya saat aku senang...
Tapi dia juga bersedia menemani aku disaat sedih...
Sayangnya... aku tidak mudah untuk bisa percaya pada orang lain...
Kekecewaanku pada seorang sahabat saat itu, masih sangat melekat dalam hati dan benakku...
Aku seseorang yang tidak mudah untuk memaafkan
Tidak mudah untuk melupakan
Rieswanti, 27 September 2013
23.16 pm
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 7
S E M U
Badai menerpa ketenangan jiwaku...
Gemerlap bintang tersapu oleh angin yang sangat kencang...
Senyum sang bulan tak dapat lagi aku lihat...
Gelapnya langit seakan menjadi warna terindah bagiku...
Aku bukan batu karang...
Hatiku tak terbuat dari baja...
Air mata ku tak seperti mutiara...
Aku hanya manusia yang tak sempurna...
Sangat berat menerima kenyataan hidup ini...
Namun apa arti kata SABAR jika aku menyerah?
Kebahagiaan...
Kata yang semu bagiku
Rieswanti, 28 September 2013
20.39 pm
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 8
Hujan
Ketika langit mulai gelap
Pepohonan menyuarakan dedaunannya
Seiring angin berhembus
Meneteslah air mata dari langit
Sumber dari segala mata air
Kegembiraan menyerbu semua makhluk
Flora... Fauna...
Semua aktifitas terancam terhenti
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 9
Matahari
Indah sinarnya mulai memancar
Menerangi kehidupan
Memberikan energi
Semangat baru
Pikiran sehat
Tenaga kuat
Menembus mimpi yang tenggi
Bekal masa depan
Menuju kebahagian
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 10
Hidup
Nikmati saja kehidupan
Walapun diterpa banyak ujian
Tiada batas untuk kesabaran
Meski hati menjerit meronta
Ingat selalu
Dia ada dimmanapun kamu
Ikhlas salah satu kuncinya
Jadikan semua penguat kehidupan
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 11
Malam Itu
Gemerlap lampu kota
Cahaya bintang dan bulan di langit
Menjadi penerang
Sepanjang jalan yang ku lalui
Panggilan memori jangka panjang
Menguji kedalaman ilmu
Mendebarkan detak jantung
Dihibur nyanyian binatang malam
Cengkrama aku, dia, dan mereka
Diselimuti oleh angin malam
Canda dan tawa bersama
Tak terbatasi oleh waktu
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 12
Cinta
Tiada kata mampu bercerita
Tentang indahnya
Tetang pedihnya
Tentang rindunya
Tentang pengorbanannya
Tentang kasih sayangnya
Tentang gundahnya
Tentang bencinya
Tentang marahnya
Tentang apapun yang dirasa...
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 13
Hampa
Habis sudah tenaga
Tekuras oleh problematika
Hanya tersisa kertas bera
Dan coretan tinta tak bermakna
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 14
Kasih Ibu
Letih ini mulai melemahkan
Kepalaku pecah tak sanggup membendung
Lalu berkobar semangatku
Dalam sekejap hilang lagi
Seberapa besar kekuatanku
Masih terkalahkan oleh lemahku
Tiada kasih yang lebih indah
Selain kasih sayang Ibu...
Hilang
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 15
Kau telah meninggalkannya
Menanggap aku tiada
Air mata telah menjadi permata
Kebimbangan jua yang terjaga
Saat sepi kau meninggalkanku
Tersenyum bahagia tanpa aku disisimu
Meski hatiku menjerit
Kau tetap tak melihat aku
Kemanakah kamu yang dulu
Yang selalu menemani aku
Membuatku mengerti arti sebuah kebersamaan
Yang akan abadi hingga akhir waktu
Hati ini...
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 16
Heningnya malam
Mengisyaratkan hatiku
Walau diam
Hatiku menjerit!!!
SEMANGAT PAGI
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 17
Dingin udara pagi
Menusuk pori-pori
Melintasi jalan yang sunyi
Di iringi semangat api
Tiba saat untuk berperang tanpa henti
Mengukur besarnya dedikasi
Kejujuran dan profesionalitas yang pasti
Sebagai ukuran setiap pribadi
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 18
MENUNGGU TERANG
Aroma ampuh menusuk hidungku
Saat air mulai membasahi bumi
Suasana sendu
Hening dan tentram
Ada aku dan mereka
Bersama-sama tertawa bahagia
Berbagi rasa di ruang yang sederhana
Sampai hujan ini meredah
DUKA LUKA
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 19
Hujan ini mengingatkan aku
Memanggil kenanganku
Yang dulu sangat indah
Namun kini menjadi duka
Duka membuat luka
Luka...
Duka....
Du....lu.....
Duka....
Du.....lu.....
Luka...
Duka....luka.....
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 20
TINGGAL JEJAK
Saat kita bersama
Saat yang paling bahagia
Saat kita tersenyum
Saat aku melihat senyummu
Saat aku memandangmu
Saat rindu membaur
Saat kasih sayang melebur
Saat waktu menjadi saksi kita
Namun saat kau pergi
Hanya ada aku sendiri
Berteman dengan kesedihan
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 21
TAK SEPERTI DULU
Dulu kau begitu sempurna
Kau selalu ada
Kau selalu buatku bahagia
Kau selalu temani aku
Kau selalu sayangi aku
Kau selalu buatku tersenyum
Tapi semua itu tak lagi kurasakan
Setelah kau menjauh dariku...
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 22
AKU INGIN SEPERTIMU
Andaikan engkau disini
Tak akan ada rasa sedih
Andaikan engkau bukan jodohku
Mengapa aku bertemu denganmu
Masih terselip keraguan
Dalam relung hati yang terdalam
Ajari aku untuk bisa sepertimu
Yang selalu kuat meski ujian menerpamu
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 23
PENANTIAN
Tidakkah engkau mendengar
Jeritan hati ini memanggila kau disana
Letih hati ini menanti
Menanti hadirmu lagi
Memadu kasih
YANG TERINDAH
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 24
Rasaku kini terbelenggu
Dalam sunyi aku menangis
Diamku kini menjadi hal yang terbaik
Berselimut angin malam
Aku termenung mengenangmu
Masih ada rindu dalam lubuk hatiku
Untuk dirimu yang terindah
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 25
MESIN TENAGA DUNIA
Globalisasi tahun serba mesin
Demi kemajuan
Di atas kerusakan
Di ujung penghancuran
Globalisasi mesin
Sawah ditanami mesin
Laut berdirikan mesin
Gunung dipanjat mesin
Angin menghembuskan mesin
Bahkan manusia pun menjadi mesin
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 26
KTP ISLAM
Sahadat diujung lidah saja
Solat formalitas saja
Puasa mengeringkan bibir saja
Zakat untuk pujian saja
Haji atau mobil atau hanya panggilan saja
Kartu Tanda Pemeluk Islam saja
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 27
SARJANA MUDA
Empat tahun kau teteskan kerangat
Empat tahun kau mangarung ilmu
Empat tahun kau habiskan rupiah
Empat tahun kau bermimpi
Empat tahun kau berhasil
Mendapatkan gelar
Gelar sarjana
Akhlak
Kau dapatkan?
Ilmu pengetahuan
Kau miliki?
Ijasah
Jelas kau bawa kesana-kesini
Agar nama dan geklar tak tertulis
Di buku pengangguran
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 28
MANUSIA BERKAKI EMPAT
Sombong sakali kau
Mentang-mentang kaki empat
Kau lewat saja
Tak lihat kiri kana
Angkuh sekali kau
Mentang-mentang kaki empat
Kau pepet saja
Hingga aku terjatuh
Tak punya hati kau
Mentang-mentang kaki empat
Kau trobos genangan air
Hingga percikannya menyirami tubuhku
Manusia dan Bumi
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 29
Kau tak bersahabat lagi
Hingga ujung kemarahanku
Banjir
Stunami
Angin gila
Gempa bumi
Hutan gundul
Gunung meletus
Ketika kau
Apa aku salah
Ketika kau bertanya aku tak bersahabat lagi?
Angin
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 30
Kau ada setiap waktu
Dapat kurasa
Namun tak dapat ku lihat
Kehadiranmu membuatku merasa sejuk
Meski terkadang kau membuatku kedinginan
Nenek
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 31
Kulitmu sudah tak lembut lagi
Kecantikan parasmu tak dapat terlihat lagi
Keindahan tubuhmu tak tampak lagi
Kamu sudah tak sedap lagi
Tapi kebaikanmu senantiasa menemani
Meski usiamu tak semuda yang dulu
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 32
Guruku Yang Setia
Guru…Kau telah mengajariku semuanyaApa yang belum aku ketahuiDari yang tidak bisa menjadi bisa Setiap hari kau datang ke sekolahMembawa Ilmu untuk Bangsa dan NegerikuKesetiaanmu, pengorbanananmu terhadap bumi iniMencoba bersabar untuk mengorbankan semua ilmuGuru tetaplah kau mengajarkan semua yang kau milikiUntuk Kami, Kita muridmu tercintaSedikit Namun pasti
Rindu untuk Ayah
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 33
Meski suaramuTak semerdu nyanyian lembut seorang ibuKau membingkaiku dengan nada nada ketulusanYang mengantarkan hatikuMenuju lembah tinggiBernama kedamaianMeski sentuhanmu tak selembut belaian suci seorang ibuNamun dengan dekapanmuKu terhangatkan dengan kasihmuKu terlenakanDengan cintamu
Semangat Sang PetaniPagi dingin kau tinggalkan desa
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 34
Kau bawa segenggam perbekalanPagi cerah engkau pergiHanya untuk mengejar satu cita-cita
Kau gantungkan hidup dibawah terik matahariKau pikul beban yang berattapi kau tempuh dengan sabar
Ingin rasanya menyerahTapi kau tak bisa
Ingin terus berjuangTapi ini terlalu berat
PetaniJasamu sungguh sangat muliaTanpa muTakkan ada hari esok
Orang Pinggiran
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 35
Diantara mereka
Ada kurus tak terurus
Hitam dan dekil
Coba-coba bertahan keras
Di dunia si penguasa buta
Sayang sayang
Tak seorang memandang
Hanya gumpalan debu aspal
Yang setia di sisinya
Denganmu Nenekku
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 36
Nenekku sayang
Kusayangmu tak dapat terungkap memlalui kata
Kurindumu sepanjang masa
Segala budimu kuingat hingga kini
Lucu kerenahmu menghiburkan hatiku
Nasihatmu bagaikan mutiara
Kenangan bersamamu sangatlah indah
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 37
Surga AlamKupejamkan mataku sejenakKurentangkan tanganku sejenakSejuk , tenang , senang kurasakanMembuatku seperti melayang kegirangan
Desiran angin yang berirama di pegunungan Tumbuhan yang menari-nari di pegununganBegitu indah rasanyaBak indahnya taman di surga
Keindahan alam terasa sempurnaMembuat semua orang terpanaMembuat semua orang terkesimaTetapi, kita harus menjaganyaAgar keindahannya takkan pernah sirna
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 38
Malam yang Beku
Malam minggu kelabu
Semua kegiatan terasa beku
Hanya karena kamu
Tak ada disampingku
Tak habis pikir
Ada apa dengan diriku
Kesendirian masih menyelimutiku
Dari jalan gelap sampai jalan lurus
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 39
Galau
Ku tak sanggup berkata kataWalau ku tau rasa sakitnyaNamun ku terus mencobaUntuk tak memikirkannya
NamunMulut bisa berdustaTapi rasa sakit dihati iniMembuat semuanya nyata
Aku tak sanggup kehilangan muAku tak rela melepas mu Namun kau memilih dirinyaBukan diriku…
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 40
Recommended