22
Antologi Puisi Menuju Pelabuhan Moh. Ghufron Cholid KATA PENGANTAR Alhamdulillah adalah kata yang mampu melukiskan perasaan hati saya setelah menyelesaikan kumpulan puisi MENUJU PELABUHAN. Kumpulan puisi ini berisi 17 puisi pilihan. Dibuka dengan puisi berjudul MENUJU PELABUHAN yang menceritakan tentang pelayaran seseorang mencari Tuhannya dan diakhiri dengan puisi berjudul PENGAKUAN yang akhirnya menemukan jatidirinya dan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya. Membaca kumpula puisi MENUJU PELABUHAN sama halnya berfantasi menyisiri dunia yang penuh warna, penuh pesona hingga lahirlah ketakjuban. Kumpulan puisi ini juga memuat tentang puisi persahabatan dan puisi-puisi cinta. Akhirnya saya ucapkan selamat membaca, semoga anda mendapat inspirasi baru dan mendapat pengalaman baru. Ketakjuban baru. Harapan baru. Hadiah baru untuk dijadikan warisan kepada generasi setelah anda nantinya. Hanya kepada Allah saya pasrahkan segala akhir dari karya yang sederhana ini, semoga karya ini bisa bermanfaat dan bisa menambah variasi dalam berkarya. Amien ya rabbal ’alamien. Al-Amien, 16 Desember 2009 M Hormat Penulis Moh. Ghufron Cholid

Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sebuah pencarian jatidiri lewat puisi

Citation preview

Page 1: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah kata yang mampu melukiskan perasaan hati saya setelah menyelesaikan kumpulan puisi MENUJU PELABUHAN. Kumpulan puisi ini berisi 17 puisi pilihan. Dibuka dengan puisi berjudul MENUJU PELABUHAN yang menceritakan tentang pelayaran seseorang mencari Tuhannya dan diakhiri dengan puisi berjudul PENGAKUAN yang akhirnya menemukan jatidirinya dan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya. Membaca kumpula puisi MENUJU PELABUHAN sama halnya berfantasi menyisiri dunia yang penuh warna, penuh pesona hingga lahirlah ketakjuban. Kumpulan puisi ini juga memuat tentang puisi persahabatan dan puisi-puisi cinta. Akhirnya saya ucapkan selamat membaca, semoga anda mendapat inspirasi baru dan mendapat pengalaman baru. Ketakjuban baru. Harapan baru. Hadiah baru untuk dijadikan warisan kepada generasi setelah anda nantinya. Hanya kepada Allah saya pasrahkan segala akhir dari karya yang sederhana ini, semoga karya ini bisa bermanfaat dan bisa menambah variasi dalam berkarya. Amien ya rabbal ’alamien. Al-Amien, 16 Desember 2009 M

Hormat PenulisMoh. Ghufron Cholid

Page 2: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

Esai : Memetik hikmah dari puisi-puisi transendental, karya Moh.Gufron Chalid. 

“Sastra adalah jalan keempat untuk mencari kebenaran, setelah agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan.” ( Teeuw ).

Seperti yang dikatakan Teeuw di atas, seperti itulah yang saya temukan pada sajak-sajak Moh. Gufron Chalid yang terkumpul pada 17 sajak pilihan, yang di inbokkan ke saya untuk saya pelajari.

Setelah menelusuri setiap detak nafas sajak-sajak tadi, di sana saya dapat merasakan bagaimana penyair dalam menjalani proses pencarian jalan kebenaran melalui medium sastera.

Sebagai salah satu alat atau media untuk meletupkan rasa dan pemikiran-pemikiran yang diharapkan dapat mempengaruhi pola piker dan atau pola piker baru yang berdampak positip pada pribadi penyair serta penghayat selanjutnya, puisi,sajak, merupakan perwujudan yang tepat dari sekumpulan kata atau kalimat yang merupakan bagian dari yang namanya bahasa (baca: bahasa hati,bahasa piker,bahasa rasa, dll).

Bahwa Puisi sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada kelahirannya kembali, tidak terlepas dari proses/ritus suasana baik buruk yang mempengaruhi rasa imajinatip pengkarya ciptanya. Dalam pengertian, melalui puisi penyair berusaha menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa”. Tubuh bahasa dari bayangan diri, baik bayangan diri penyairnya maupun bayangan diri penikmat bacanya yang sudah menyatu pada bayangan puisi itu sendiri!, maka jadilah bayangan diantara bayangan; diri membayang pada puisi, puisi membayang pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa menciptakan pola piker baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator yang membacanya. Bahkan Jhon F Kennedy mantan presiden Amerika yang fonumenal mengkaitkan puisi dengan kehidupan bernegara: “ bila politik bengkok, maka Puisi yang akan meluruskannya”. Dari statemen tersebut, betapa penting dan berpengaruhnya puisi yang baik, tidak hanya dikaitkan dari sudut agama atau keyakinan saja, tapi juga terkait kuat (bila mau menyelaminya) bagi tatanan Bangsa,Negara, dan perbaikan pola piker positip bagi masyarakat dan atau indifidu penghayat.

Latar belakang budaya, pendidikan, pola hidup, kejiwaan, keyakinan, dll, sangat berpengaruh sekali akan hasil perwujudan puisi, baik dalam kapasitas tekstual puisi maupun muatan makna yang tersurat dan atau tersirat pada karya sastra puisi,sajak bersangkutan. Dan factor-faktor seperti itu juga yang mempengaruhi karya-karya Moh. Ghufron Cholid yang terkumpul pada 17 puisi pilihan “MENUJU PELABUHAN.” Dimana nuansa transendental

Page 3: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

(kemenonjolan hal-hal yang bersifat spiritual/kerohanian) sangat menonjol pada setiap karyanya. Tidak perlu heran, karena lingkungan agamis yang kuat dari keluarganya serta atmosfir kehidupan pesantren, secara tidak langsung telah membentuk pola pikernya dalam berkarya cipta.

Seperti yang tertuang pada enam buah puisi Moh.Ghufron Cholid “ Menuju Pelabuhan, Sholat, Pertemuan, Selepas Subuh, Perempuan malam,dan Pengakuan “ yang saya anggap paling kuat dari segi alur, bunyi, pemaknaan, sehingga sangat-sangat menyita perhatian saya selaku penghayat, bila dibandingkan dengan puisi lainnya yang tergabung dalam 17 puisi pilihan “MENUJU PELABUHAN”, yang menurut saya terkesan hanya mengalir biasa saja.

Tajuk puisi ““Menuju Pelabuhan” yang sekaligus dijadikan sebagai puisi pembuka pada 17 kumpulan puisi pilihan Moh.Ghufron Cholid, begitu kental dengan nuansa transendental, betapa aku lirik beserta segala ketidak berdayaannya dalam menghadapi tipu daya pesona dunia nan fana, dengan tiga hal sifat yang senantiasa melekat pada insan Tuhan ( suka berkeluh kesah, tak pernah merasa puas, dan penyakit iri ), di sini aku lirik berusaha melawannya dengan cara mendekatkan diri pada sang pencipta, serta menyadari dengan sepenuh rendah hati, betapa tiada yang patut dia sombongkan di hadapan Illahi Rabbi, serta berharap mendapat Ijabah dengan cara sujud yang sebenar-benar sujud atas segala kebesaran-Nya. Dan nuansa seperti itu akan pembaca dapatkan pada Sajak “Menuju Pelabuhan” yang menjadi tajuk dan pembuka pada 17 kumpulan sajak terpilih Moh. Ghufron Cholid, saya petikan bait awal sajak tersebut, di bawah ini :

“Menuju pelabuhan kasihMuAku terkepungAntara riak rindu dan ombak nafsuTerkadang badai dan topan menerjangkuAku serupa kapas Berdansa di samudera lepasHilang arah tanpa batas”

Begitu kuatnya unsur transendental yang tersirat pada bait awal sajak tersebut. Dan saya yakin ini semua juga tidak terlepas dari pengaruh budaya hidup Moh.Ghufron Cholid yang sedikit tidak banyak dipengaruhi oleh atmosfir pesantren. Puisi “Menuju Pelabuhan” ini, langsung mengingatkan saya dari sisi kekerabatan makna pada karya “CERITA BUAT IMANA TAHIRA” buah tangan penyair surealis spiritual Acep Zamzam Noor, yang sajak-sajak liris spiritualnya kebanyakan sering mengajak alam bawah sadar pemghayat untuk masuk ke dunia sufistik dalam

Page 4: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

mengungkap makna-makna yang bersifat transendental, melalui symbol-symbol alam, benda, cuaca, dll sebagai wujud pencitraan. Seperti halnya “Menuju Pelabuhan”, Penyair Sepiritual Acep Zamzam Noor yang merupakan asset khasanah sastera tanah air ini, dalam “CERITA BUAT IMANA TAHIRA”, tersirat adanya suatu kekerabatan makna, yakni sama-sama tunduk dan tawaduk atas kebesaran Illaihi, betapa kita insan hanya serupa debu dihadapan Tuhan. Kurang lebih itu inti makna yang sama-sama ingin disampaikan. Mari kita baca dua bait yang saya kutip dari sajak Acep Zamzam Noor “CERITA BUAT IMANA TAHIRA”, di bawah ini :

“Memandang langitAku ingat wajah kekuasaanMerah padamSedang menginjak bumiSeperti kudengar suaraku yang sunyi

Di jalan setapakYang disediakan bumi tulus iniKata-kataku tumbuh dari udara Kata-kataku membangun menara tinggiNamun akhirnya runtuh juga” ( di petik dari sajak Acep Zamzam Noor )

Kekerabatan makna “Menuju Pelabuhan” ini juga bisa kita

jumpai pada sajak “Doa” buah karya dari penyair D. Zawawi Imron, di mana pada karya “Doa”, penyair melalui aku lirik, betapa takjub akan kebesaran dan kekuasan Tuhan, dan betapa insan setiap mengingat kebesaranNya, terlihat kerdil tiada daya dibandingkan dengan segala kebesaran-Nya.

“bila kau tampakkan secercah cahaya di senyap malamrusuh dan gemuruh mengharu biru seluruh tubuhmembangkitkan gelombang lautan rindumenggebu menyaladan lagu-Mu yang gemuruhmenyangkarku dalam garden-Mu” ( Dipetik dari sajak “Doa” D. Zawawi Imron ).

Suasana transendental juga akan kita jumpai pada karya “SHALAT” yang ada pada 17 sajak pilihan Moh. Gufron Chalid. Sajak pendek yang hanya satu bait dan terpeta terdiri 3 baris, saya rasa cukup berhasil membawa penghayat untuk masuk ke dalam dunia renung akan pentingnya menjalankan syariat Tuhan dengan sebaik-baiknya iman.

Page 5: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

Secara makna, sajak ini mengingatkan saya pada tembang “Tamba Ati” karya Sunan Bonang yang sering saya nyanyikan saat saya masih kecil dan mengaji di mushola di desa saya Malang. Sekali lagi saya katakana, secara makna, sajak Sholat ini sangat dalam, hanya secara puitika bahasa, karya ini terasa mengalir begitu saja, dalam arti, cengkeraman kuat yang bisa menghisap imaji penghayat kurang terbentuk, hal ini bisa jadi di karenakan puitisasi bahasanya yang terkesan standart ( umum). Saya tidak membandingkan karya “Sholat” dengan” Tamba Ati” karya Sunan Bonang, namun saya hanya ingin menggambarkan betapa dengan pilihan diksi yang kuat dan susunan yang tepat, walau pendek, tembang “Tamba Ati” tetap mengemakan bunyi yang begitu mengesankan. Saya petikan sajak “ Shalat “ dan “ Tamba Ati “, yang secara kekerabatan inti makna tidak jauh berbeda; yakni mengajak insan untuk menjalankan Syariat Tuhan dengan setulus-tulusnya ikhlas.

“Tuhan Kau dan aku Tak ada tabir rahasia”

Betapa di sini penyair dalam sajak “Sholat” ingin menyampaikan, bilamana kita menjalankan segala perintah-Nya ( Shalat ), ibarat pengantin dan atau bila dalam suatu rumah tangga, suami istri, tiada lagi penyekat untuk senantiasa berdekatan ( dalam koridor tanda kutip ). Sebuah pesan tersirat yang mengingatkan setiap insane ( penghayat ) untuk senantiasa tawaduk dan iklas dalam mendapatkan ijabah dari Tuhan, seperti yang ada pada larik lengkap tembang “ tamba Ati” karya Sunan Bonang dalam syiar islaminya.

“Tombo ati iku lima perkaraneKaping pisan moco Qur’an lan maknaneKaping pindo sholat wengi lakononoKaping telu wong kang soleh kumpulonoKaping papat kudu weteng ingkang luweKaping limo dzikir wengi ingkang suweSalah sawijine sopo biso ngelakoniMugi-mugi Gusti Allah ngijabahi

Kurang lebih maknanya seperti ini :

Obat hati itu ada lima macamnya. Pertama membaca Al-Qur’an dengan mengamalkan artinya, Kedua mengerjakan shalat malam ( sunnah Tahajjud ), Ketiga menjalin silahturahmi dengan orang saleh ( berilmu ), Keempat menjalankan ibadah berpuasa, agar bisa memetik

Page 6: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

hikmah dari penderitaan kaum miskin.Kelima sering-sering berdzikir mengingat Allah di waktu malam, Siapa saja yang mampu mengerjakannya, Insya’ Allah Tuhan dari segala Tuhannya umat akan mengabulkan. “ Jadi secara implisit seperti itulah pesan yang terkandung pada puisi pendek yang hanya 3 baris di luar judul, mempunyai kandungan makna seperti pemaknaan yang ada pada tembang “tamba Ati”, khususnya dalam pencapaian tingkat ijabah Tuhan “Siapa saja yang mampu mengerjakannya, Insya’ Allah Tuhan dari segala Tuhannya umat akan mengabulkan”. Terlepas dari kurang kuatnya daya hisap imaji karya, sajak “Sholat” ini patut untuk dibaca sebagai bahan renung agar kita senantiasa ingat dan bisa lebih dekat dengan Tuhan. Amin. Dan pembaca akan semakin diajak bertilawah hati dalam menangkap pesan-pesan transendental yang ada pada 17 sajak pilihan karya Moh.Ghufron Cholid, yang dengan bahasa lugas dan membumi. Walau dalam kesederhanaan puitisasi bahasa, dan minimnya penggunaan majas metaphora, tapi ketotalan penyair dalam menjiwai setiap gores baris sajaknya, menjadikan sajak-sajak tersebut serasa punya roh untuk bercerita, serta memudahkan setiap pembaca dalam menerjemahkan pesan tekstual sajak dengan mudah. Seperti pada sajak “ SELEPAS SUBUH” yang merupakan bentuk penghormatan dan kekaguman penyair pada gurunya yang telah berpulang ke Rahmattullah, saya kutip penuh , seperti di bawah ini:

SELEPAS SUBUHTeruntuk guru tercinta Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari

Guru Selepas subuh Rumput-rumput bertahlilanBeburung membaca yasinDi sekitar nisanmuLalu Kusaksikan pohon-pohon doa semakin lebat daunnyaLantasMeneduhi nisanmuKemudianAku mengertiSuatu hari nantiWajahku berganti nisanNamun Aku belum tahu

Page 7: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

Apakah nisanku akan seteduh nisanmuNamun Aku belum tahuJika wajahku telah berganti nisanApakah rumput-rumput akan bertahlilanDan beburung akan membaca yasinSemisal yang kusaksikan selepas subuh ini (Al-Amien, 2009)

( andai saja mau sedikit menyentuh tipograpi puitikanya/pemetaan baitnya, saya yakin sajak ini akan kian bernas dan semakin enak dibaca)Akhir kata, terlepas dari segala plus minus karya sajak ini,tidaklah berlebihan bila saya katakan 17 karya pilihan Moh.Gufron Cholid ini layak untuk dibaca, sebagai salah satu jalan mencari kebenaran melalui pemikiran-pemikirannya yang dia tuangkan dalam sajak bernuansa spiritual. Memang pembaca tidak akan menemukan permainan-permainan symbol bahasa/majas sekuat dan sekental karya-karya Acep Zamzam Noor dan D. Zawawi Imron pada kumpulan sajak-sajak “ Menuju Pelabuhan “ ini, namun begitu, dalam kelugasan puitisasi bahasa sajaknya, pembaca akan diajak bertilawah pada keteduhan iman yang dalam.

Biodata Penyair :Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986 M dari

pasangan KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Ia adalah salah seorang Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), selain itu adalah seorang tenaga edukatif di MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 dan ditengah kesibukannya menjadi ketua Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Pondok Pesantren Al-Amien, ia menjadikan menulis puisi sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang.

Karya-karyanya bisa dibaca di Antologi.Net, Puitika.Net, penulisindonesia.com, www.kopisastra.co.cc dan diberbagai situs online lainnya.

Mengasah Alief (2007),Antologi puisinya yang mendapat kata sambutan positip dari D. Zawawi Imron, KH. Moh. Idris Jauhari, dan Penyair Jerman. Selain itu Antologi Puisi Yaasin (2007), Antologi Puisi Toples (2009), merupakan karya-karyanya yang telah berhasil dia bukukan.

Salam lifespirit!___________________________________________@ Imron Tohari _ lifespirit, 20 Maret 2010

Page 8: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

Page 9: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

Page 10: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

MENUJU PELABUHAN

Menuju pelabuhan kasihMuAku terkepungAntara riak rindu dan ombak nafsuTerkadang badai dan topan menerjangkuAku serupa kapas Berdansa di samudera lepasHilang arah tanpa batasPerlahan Cahaya hidayahMu menghampirikuMenerangi ruang gelap bilik hatikuLalu Aku semakin tahuAku serba tak sempurnaAku serba tak berarti tanpa berarti tanpaMu

Al-Amien, 2009

TAKBIR

Bumi dan langitLembah dan bukitMatahari dan rumputSaling berjabatSaling mendekatSaling sepakatAllahu akbar

Guntur dan petirMuara dan hilirSenja dan fajarSaling berdzikirSaling bertadabburSaling bertakbirAllahu akbarAllahu akbarAllahuAkbar

Al-Amien, 2009

Page 11: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

SHALAT

Tuhan Kau dan aku Tak ada tabir rahasia

Al-Amien, 2009

PERSAHABATAN

Kita serupa pelangiSaling mewarnai

Kita semisal mentariIkhlas berbagi

Kita laksana masaSaling menjaga

Kita bagai iqomahTanda jama’ah

Al-Amien, 2009

INDONESIA DALAM SAJAKKU

Indonesia dalam sajakkuAdalah bhineka tunggal ikaMemeluk mesra nusantara

Indonesia dalam sajakkuAdalah pohon budayaLebat dengan daun bahasaKokoh dengan akar tatakrama

Indonesia dalam sajakkuAdalah puisi cintaSemisal sujud di waktu dhuhaSelalu menebar pesona

Al-Amien, 2009

Page 12: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

KALIGRAFI CINTATeruntuk sahabat karibku Ach. Zulfikar Ali

Dunia mulai melirikmuMengabadikan namamu Dalam museum waktuLantaran kaligrafi cintamuMelukis indah kapal ma’rifatullahmuBerlayar sepanjang samudera asmaul husnaDengan istiqomah kesabaran Dalam menghadapi segala topan kegelisahanDalam menaklukkan seluruh ombak ketamakan

Al-Amien, 2009

PUISI UNTUK PRITA

PritaKau takkan pernah sendiriAllah selalu bersamamuAllah selalu menganugerahkan keajaibanHadiah ketabahan Hamba yang bertaqwa

Prita LihatlahNusantara membuka pintuLalu memetikkan daun-daun rupiah untukmuPerlahan Bocah-bocah rela menunda mimpi merekaSekedar menyaksikan bunga-bunga senyummuBermekaran di bibirmu

Al-Amien, 2009

HARI ANTI KORUPSI

Tak ada abu-abuTak ada hitamSemua serba putih

Tak ada redupTak ada remangSemua serba terang

Page 13: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

Al-Amien, 2009

PERTEMUAN

Di tanah jauhari iniKita saling berbagi mimpi

Di tanah jauhari iniKita saling berpuisiDalam tahajjud sunyi

Al-Amien, 2009

SELEPAS SUBUHTeruntuk guru tercinta Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari

Guru Selepas subuh Rumput-rumput bertahlilanBeburung membaca yasinDi sekitar nisanmuLalu Kusaksikan pohon-pohon doa semakin lebat daunnyaLantasMeneduhi nisanmuKemudianAku mengertiSuatu hari nantiWajahku berganti nisanNamun Aku belum tahuApakah nisanku akan seteduh nisanmuNamun Aku belum tahuJika wajahku telah berganti nisanApakah rumput-rumput akan bertahlilanDan beburung akan membaca yasinSemisal yang kusaksikan selepas subuh ini

Al-Amien, 2009

Page 14: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

MENGENALMUTeruntuk guru tercinta KH. Moh. Idris Jauhari

GuruMengenalmuAku selalu ingin meniruMekar bunga ikhlasmuDi taman hidupku

Al-Amien, 2008

PEREMPUAN MALAM

Malam berbaju petangCepat pulangBiar kau tak hilang

Al-Amien, 2008

BUNGA VELERY

Aku ingin kau menjadi bungaHanya dihinggapi satu kumbang Di taman pernikahan

Al-Amien, 2008

KAMAR PENGANTINTeruntuk sahabat karibku Najib

Di kamar pengantinKau mewisuda Perempuan dunia menjadi bidadari surga

Al-Amien, 2008

MENJEMPUT BIDADARI Teruntuk guruku tercinta KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani

Bidadari yang kau jemput dengan restu IlahiAdalah surgamu yang diwariskan nabiLantaran setiamu pada risalah Gusti

Al-Amien, 2008

Page 15: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

RUANG UJIAN

Ruang tenangAngin menari riangBel bendendangSemua berperangLalu meninggalkan ruangDengan sujud panjangAda pula yang semakin bimbangLantas semakin asing

Al-Amien, 2009

PENGAKUAN

TuhanMenguraiMuAku kehabisan kata-kata

TuhanMeraibkanMuAku kehilangan lentera

TuhanMenujuMuLembah nafsu dan bukit ihsanSaling membimbing jalankuKadang Kau asingKadang kau sangat dekat

Al-Amien, 2009

Page 16: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

Biodata Penulis

Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986 M dari pasangan KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Ia adalah salah seorang Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), selain itu adalah seorang tenaga edukatif di MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 dan ditengah kesibukannya menjadi ketu Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Pondok Pesantren Al-Amien, ia menjadikan menulis puisi sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Karya-karyanya bisa dibaca di Antologi.Net, Puitika.Net, penulisindonesia.com, www.kopisastra.co.cc dan diberbagai situs online lainnya. Mengasah Alief (2007), Antologi Puisi Yaasin (2007), Antologi Puisi Toples (2009)

Page 17: Antologi Puisi Menuju Pelabuhan

Antologi Puisi Menuju PelabuhanMoh. Ghufron Cholid

Endosmen Antologi Puisi Menuju Pelabuhan"Sebuah puisi yang jujur, ditulis dengan bahasa yang sederhana

hingga enak dibaca dan dinikmati. Membawa kita pada suasana hening dan bening. Suasana di mana hati perlu merenung."

Dianing Widya Yudhistira, penulis novel Weton, Bukan Salah Hari dan penikmat sastra)

Membaca tujuh belas puisi di Antologi "Menuju Pelabuhan" ini kita menemukan puisi-puisi yang sarat akan pencarian, dan keterbukaan. Larik-larik dan isi yang sederhana, dan padat terlihat di dua puisi yang saya terharu saat membacanya. Yaitu puisi berjudul Shalat dan Kamar Pengantin. Ida Nursanti Basuni (Penulis Buku Antologi Puisi Mimpi Sang Dare

Caranya menyatakan isyarat cukup rahasia. Disinilah ia berhasil menawarkan imajinasi liar pada pembaca. Dalam puisi-puisi pendeknya, ia tidak hanya menulis, sekaligus menghampiri pembaca dengan sejumlah denting peringatan yang terasa nyata.

Caranya menyatakan isyarat, cukup membuat pembaca bahagia ketika makna menyala dalam bola hitam yang rahasia dalam puisi-puisi panjangnya. Ali Ibnu Anwar Penulis Buku Antologi Puisi Reuni Puisi “Menuju Pelabuhan” ini, langsung mengingatkan saya dari sisi kekerabatan makna pada karya “CERITA BUAT IMANA TAHIRA” buah tangan penyair surealis spiritual Acep Zamzam Noor, yang sajak-sajak liris spiritualnya kebanyakan sering mengajak alam bawah sadar pemghayat untuk masuk ke dunia sufistik dalam mengungkap makna-makna yang bersifat transendental, melalui symbol-symbol alam, benda, cuaca, dll sebagai wujud pencitraan. Imron Tohari, Penyair Lombok

"Puisi religi yang disajikan dengan sederhana baik dalam kata maupun makna, penyair merangkai kata dalam bingkai apa adanya sehingga pembaca yang polos mudah memahami, walau dirasakan kurangnya keindahan maupun yang tersirat , seandainya puisi religinya bisa dibangun dengan bahasa perumpamaan tentu akan lebih kuat lagi maknanya," ilenk rembulan, penikmat sastra