34
TUGAS MID MAKALAH TEORI HUMANISTIC DAN LANDASAN FILOSOFISNYA DISUSUN OLEH : NAMA : WA ODE MURNI JAENAWATI STAMBUK : 21311181 JURUSAN : TIK MATA KULIAH : TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI KELAS RAHA

Teori humanistic dan filosofinya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teori humanistic dan filosofinya

TUGAS MID

MAKALAH TEORI HUMANISTIC DAN LANDASAN FILOSOFISNYA

DISUSUN OLEH :NAMA : WA ODE MURNI JAENAWATI STAMBUK : 21311181JURUSAN : TIK MATA KULIAH : TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KELAS RAHA

2014

Page 2: Teori humanistic dan filosofinya

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah kelompok  ini yang berjudul “TEORI HUMANISTIC DAN

LANDASAN FILOSOFISNYA” untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan

Pembelajaran.

Makalah ini terwujud berkat rahmat dan karunia Allah SWT serta bantuan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapakan saran

dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan

mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan

dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Wasalamu’alaikum wr.wb                              

                           

Raha, Mei 2014

         Penyusun

Page 3: Teori humanistic dan filosofinya

Makalah Teori Humanistic Dan Landasan Filosofisnya1

Oleh

Wa Ode Murni Jaenawati2

A. PENDAHULUAN

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi

belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam

berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku

ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya

penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi

terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses

yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada

pada siswa.

Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori

dan belajar, secara umum teori belajar di kelompokan dalam empat kelompok

atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitif

(3) Teori Belajar Humanistik (4) Teori Belajar Sibernik.

Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan

membahas mengenai Teori Belajar Humanistik.

B. RUMUSAN Masalah

1. Apa Pengertian Teori Belajar Humanistik?

2. Siapa sajakah tokoh Teori Belajar Humanistik?

3. Apa Saja Prinsip Dalam Teori Belajar Humanistik?

4. Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Humanistik?

5. Apa Implikasi Teori Belajar Humanistik?

1Tugas Mid Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran 1, Dosen : Sudirman, S.Pd, M.Pd2Stambuk 21311181, Semester II, Kelas Khusus, Adm. Pendidikan Konsentrasi TK

Page 4: Teori humanistic dan filosofinya

B. KONSEP DASAR DAN TEORI

I. PENGERTIAN                                                                                      

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan

adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku

manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia.

Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi

sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi

penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis (Misiak dan Sexton, 2005).

Psikologi humanistik berdasarkan kepada keyakinan bahwa nilai-nilai etika

merupakan daya psikologi yang kuat dan ia merupakan penentu asas kelakuan

manusia. Keyakinan ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia

seperti pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk

menjadi lebih bebas. Situs yang sama menyebutkan bahwa psikologi humanistik

juga didefinisikan sebagai sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan kepada

berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang dipercayai terbaik bagi manusia.

Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, pertama

psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk

memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang

luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia

menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam

pelaksanaan psikoterapi. Pokok persoalan dari psikologi humanistik adalah

pengalaman subjektif manusia, keunikannya yang membedakan dari hewan-

hewan, sedangkan area-area minat dan penelitian yang utama dari psikologi

humanistik adalah kepribadian yang normal dan sehat, motivasi, kreativitas,

kemungkinan-kemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa

mencapainya, serta nilai-nilai manusia Dalam metode-metode studinya, psikologi

humanistik menggunakan berbagai metode mencakup wawancara, sejarah hidup,

sastra, dan produk-produk kreatif lainnya. (Misiak dan Sexton, 2005).

3http://nindihong.wordpress.com/2013/12/22/psikologi-perspektif-humanistik/4http://reynasusanty.blogspot.com/2012/11/pengertian-humanistik.html

Page 5: Teori humanistic dan filosofinya

Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari

psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah

ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental

(1964), sebagai berikut:

1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.

2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.

3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang

lain.

4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.

5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki

kreativitas.

Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme

dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.

II. SEJARAH  HUMANISTIK

Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul

pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang

berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli

psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas

mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus

tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri,

kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.

Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis

dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran

psikologi.        Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi

yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala Freud yang berusaha memahami

tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran

guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan

bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dari

dalam diri.

5http://inspirasi.co/forum/post/3915/sejarah_negatif_dan_refleksi_humanistik6http://temantanpabulu.blogspot.com/2012/10/psikopatologi-humanistik-sejarah.html

Page 6: Teori humanistic dan filosofinya

Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan

Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan. Kalangan

Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor

eksternal dari lingkungan.

Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan

tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara

manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk

mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab

personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964)

mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1)

keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen; (2)

manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia

lainnya; (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat

bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran

dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.

Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan

pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs

dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji tentang persepsi.

Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa yang

dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang melekat

dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian. Dari

pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan

psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya

telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang,

yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954)

meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan

kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menyebutkan pula bahwa

setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya dan juga memiliki

kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha

menjadi lebih baik. Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi

Page 7: Teori humanistic dan filosofinya

humanistik untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu

filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan

personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya

menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan

personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan emosional antara guru

dengan siswa

Berkenaan dengan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih

berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada

pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000).

Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan

perilaku manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang

salah kaprah. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan

kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam

usaha mempelajari tentang psikologi.

Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya

tidak mungkin dapat memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif

sehingga dianggap bukan sebagai suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).

Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk

kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari

Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas

klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta

menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka

dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers

menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang

dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban

yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor

bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan

kepada klien.

Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi

humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang

Page 8: Teori humanistic dan filosofinya

dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education).

Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan

melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan

keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik

ini.

III. CIRI-CIRI DAN TUJUAN PSIKOLOGI HUMANISTIK

            Sebagai suatu paradigma, psikologi humanistik mempunyai ciri-ciri

tertentu. Empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik sebagai berikut :

(Misiak dan Sexton, 2005)

Memusatkan perhatian pada person yang mengalami dan karenanya berfokus pada

pengalaman sebagai fenomena dalam mempelajari manusia

Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti memilih,

kreativitas, menilai, dan realisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang

manusia yang mekanistik dan reduksionistik

Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang

akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan serta

menentang penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang mengorbankan

signifikansi.

Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan

dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada

setiap individu. Memang individu sebagaimana dia menemukan dirinya sendiri

serta dalam hubungannya dengan individu-individu lain dan dengan kelompok-

kelompok sosial.

Sedangkan Charlotte Buhler—pemimpin internasional dan juru bicara senior

psikologi humanistik—menekankan ciri-ciri psikologi humanistik berikut ini

sebagai hal-hal yang mendasar, yaitu: (dalam Misiak dan Sexton, 2005)

Mencoba menemukan jalan masuk ke arah studi dan pemahaman individu sebagai

keseluruhan.

7http://makalah-listanti.blogspot.com/2011/12/aliran-psikologi-yang-mendasari-teori.html

Page 9: Teori humanistic dan filosofinya

Berhubungan erat dengan eksistensialisme yang menjadi landasan filosofisnya

dan terutama dengan pengalaman intensionalitas sebagai ”inti diri dan motivasi

individu”.

Konsep tentang manusia yang paling sentral adalah kreativitas.

IV. KONSELING DAN TERAPI

Psikologi humanistik meliputi beberapa pendekatan untuk konseling dan

psikoterapi. Pada pendekatan-pendekatan awal ditemukan teori perkembangan

dari Abraham Maslow, yang menekankan pada hirarki kebutuhan dan motivasi,

psikologi eksistensial dari Rollo May yang mempelajari pilihan-pilihan manusia

dan aspek tragis dari keksistensian manusia, dan terapi person-centered atau

client-centered dari Carl Rogers, yang memusatkan seputar kemampuan klien

untuk mengarahkan diri sendiri (self-direction) dan memahami perkembangan diri

sendiri.

Pendekatan-pendekatan lain dalam konseling dan terapi psikologi humanistik

adalah Gestalt therapy, humanistic psychotherapy, depth therapy, holistic health,

encounter groups, sensitivity training, marital and family therapies, body work,

dan the existential psychotherapy dari Medard Boss. Teori humanisitk juga

mempunyai pengaruh besar pada bentuk lain dari terapi yang populer, seperti

Harvey Jackins‘ Re-evaluation Counselling dan studi dari Carl Rogers. Seperti

yang disebutkan oleh Clay.

Psikologi humanistik cenderung untuk melihat melebihi model medikal dari

psikologi dengan tujuan membuka pandangan non-patologis dari seseorang.

Kunci dari pendekatan ini adalah pertemuan antara terapis dan klien dan adanya

kemungkinan untuk berdialog. Hal ini seringkali berimplikasi terapis

menyingkirkan aspek patologis dan lebih menekankan pada aspek sehat dari

seseorang. Tujuan dari kebanyakan terapi humanistik adalah untuk membantu

klien mendekati perasaan yang lebih kuat dan lebih sehat terhadap diri sendiri,

yang biasa disebut self-actualization. Semua ini adalah bagian dari motivasi

psikolgi humanistik untuk menjadi ilmu dari pengalaman manusia, yang

memfokuskan pada pengalaman hidup nyata dari seseorang.

Page 10: Teori humanistic dan filosofinya

V. TEORI HUMANISTIK

Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana

manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada

prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada

kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam

mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.

Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan

perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap

dan perilaku mereka.

VI. TOKOH-TOKOH HUMANISTIK

Sebagaimana behaviorisme dan psikoanalisis, psikologi humanistik pun

mempunyai tokoh-tokoh yang terkenal, yang pemikiran-pemikiran dan teori-

teorinya memberikan kontribusi yang cukup besar demi perkembangan psikologi

humanistik. Dari tokoh-tokoh tersebut, ada dua orang tokoh yang berperan besar

dalam pembentukkan serta perkembangan psikologi. Kedua tokoh tersebut adalah

Abraham Maslow dan Carl Rogers. Oleh karena peran mereka yang signifikan

itu maka penulis pada tulisan berikut akan mencoba bercerita mengenai biografi

singkat berserta teori-teori yang diciptakan dari kedua tokoh psikologi humanistik

tersebut.

  1.Abraham Maslow

            Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan

wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga

Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow

berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungannya yang buruk dengan

kedua orangtuanya. Semasa kanak-kanak dan remaja Maslow merasa bahwa

dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya. Keluarga

Maslow amat berharap bahwa ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan.

Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang

Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi

psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun

1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934.

Page 11: Teori humanistic dan filosofinya

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow

percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa

mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori

tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia

termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-

kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah

(bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of

needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5

macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and

security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan

akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga

diri), dan, self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri). Berikut

penjelasannya

Kebutuhan Fisiologis

Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua

manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk

juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit,

dan, seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi

rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi

kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis

kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan

sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

Kebutuhan akan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan

akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi, dan keteraturan

akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul

rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.

Kebutuhan akan Rasa Kasih Sayang

Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka

akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini

dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman,

Page 12: Teori humanistic dan filosofinya

kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas

tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan, dan seterusnya. Jika tidak

terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.

Kebutuhan akan  Harga Diri

Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan

akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher

one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi.

Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri,

kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak

terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.

Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan

aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk

mewujudkan dan mengembangkan potensi diri.

2.Carl Ransom Rogers

Carl Ransom Rogers dilahirkan pada 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois dan

meninggal dunia di La Jolla, California, pada 4 Februari 1987 sewaktu berumur

85 tahun. Sewaktu remaja, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga

menyebabkan ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca.. Ia

pernah belajar di bidang agrikultur dan sejarah di University of Wisconsin. Di

tempat tersebut Rogers mengikuti berbagai aktivitas, termasuk menjadi delegasi

untuk Persidangan Antarabangsa Persekutuan Pelajar Kristian di China. Pada

tahun 1924 ia menerima ijazah pertama dalam bidang sejarah dan menikah pada

tahun yang sama. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master dalam bidang

psikologi dari Columbia University dan kemudian memperolehi gelar Ph.D di di

bidang klinis dan psikologi pendidikan pada tahun 1931.

Pada tahun 1931 pula Rogers bekerja di Child Study Department of the Society

for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada

perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-

masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan

menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu

Page 13: Teori humanistic dan filosofinya

tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang

membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di

Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari

American Psychological Society.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap

saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis) dalam

membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini

bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya

dan tugas terapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar.

Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapis bukanlah hal

yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang

paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode

konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga

sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person

(1961).

Naisaban (2004) menyebutkan bahwa Rogers dianggap penting tidak hanya

sebagai teoretisi tapi juga sebagai praktisi psikoterapi. Konsep mengenai

kepribadian dan terapi berkisar pada gagasan dan kepercayaan bahwa predominasi

(keunggulan) mendasar diri yang subjektif dan bahwa manusia hidup dalam dunia

pribadi dan subjektif. Rogers mengatakan bahwa individu mempunyai

seperangkat persepsi yang terorganisir dari dirinya serta hubungannya dengan

orang lain. Konsep diri tidak berkeping-keping tetapi suatu “gestalt” dengan suatu

pole koheren dan terpadu. Sebagai tambahan pada konsep diri, individu

mempunyai Ideal Self, yaitu apa yang diinginkan, cita-cita atau dianggap

seharusnya demikian. Rogers memakai ketidaksesuaian antar konsep diri dengan

Ideal Self sebagai ukuran ketidakmampuan menyesuaikan diri.

Rogers berpendapat bahwa sering ada ketidaksesuaian antara konsep diri

seseorang dengan kenyataan. Orang-orang muda terkena rasa cemas bila konsep

dirinya tidak sesuai dengan kenyataan. Bila pengalaman tidak mendukung

pandangan seseorang atas dirinya sendiri, maka ia mungkin akan mengerahkan

berbagai mekanisme pertahanan diri. Rogers yakin bahwa ada penyesuaian

Page 14: Teori humanistic dan filosofinya

psikologis bila konsep diri ada dalam posisi sedemikian rupa sehingga semua

pengalaman organisme membaur ke dalam hubungan yang konsisten dengan

konsep diri.

Roges terkenal dengan teori non-directive therapy yang berpusat pada klien

(Naisaban, 2004). Teori terapi ini berpusat pada klien atau terapi non-directive,

yang dikembangkan selama bertahun-tahun sesudah masa perang, di Universitas

Chicago. Teknik ini pada prinsipnya memberikan kesempatan pada individu yang

tidak mampu menyesuaikan diri agar mau berbicara kepada seorang konselor,

yang mirip dengan cara klien bercakap-cakap dengan pengacaranya, yaitu duduk

dan bertatap muka. Terapis berperan seminimal mungkin selama percakapan

klinis itu, dan terapis sendiri berusaha mengembangkan satu iklim penerimaan

yang hangat dan memungkinkan, sehingga klien merasa bebas untuk berbicara.

Dengan bebas berbicara dan mengungkapkan diri, klien akan sampai pada suatu

pemahaman diri sendiri Kadang terapis berusaha untuk menjelaskan ungkapan-

ungkapan pasien dengan mengulanginya sambil memberi tekanan atau

mengubahnya untuk mengemukakan hal-hal yang penting dan berarti, tetapi

penafsiran diberikan seminimal mungkin. Dengan berbicara dan mengungkapkan

diri, klien itu menyembuhkan diri sendiri. Asumsi bahwa individu dapat sampai

pada tahap mengenal diri sendiri ini tumbuh dalam keyakinan Rogers. Ia

berkeyakinan juga bahwa penyebab ketidakyakinan klien menyesuaikan diri,

karena peran di atas diputarbalikkan, terapis lebih banyak berperan daripada klien.

Rogers sangat percaya dan optimis terhadap sifat alami manusia. Dia yakin bahwa

dorongan paling dasar adalah aktualisasi, yaitu memelihara, menegakkan,

mempertahankan diri, dan meningkatkan diri sendiri. Dia percaya bahwa dengan

memberikan satu kesempatan, individu akan berkembang dalam gerak maju dan

punya car-cara untuk menyesuaikan diri. Namun, banyak nilai dan sikap bukan

merupakan buah dari pengalaman langsung diri sendiri, akan tetapi merupakan

introyeksi dari orang tua, guru, dan teman, dan menyebabkan terjadinya

simbolisasi yang menyimpang atau yang diputarbalikkan yang menyebabkan

terjadinya intergrasi yang salah atau tidak wajar dalam jati dirinya. Sebagai

akibatnya, banyak individu terbelah, tidak bahagia, dan tidak mampu

Page 15: Teori humanistic dan filosofinya

merealisasikan secara penuh potensi-potensinya. Oleh karena itu, proses

penyuluhan non-direktif memungkinkan individu bisa menemukan perasaannya

yang sejati mengenai kehormatan dirinya yang positif serta kondisi-kondisi harga

dirinya (Naisaban, 2004).

VII. IMPLEMENTASI HUMANISTIK

Sosok guru yang humanistik

Ketika dunia dihentak gelombang pergeseran nilai-nilai kehidupan, muncullah

gerakan mengembalikan sistim pendidikan ke sebuah setting yang lebih

manusiawi. Pendidikan diharapkan memotivasi manusia untuk menjadi dirinya

sendiri. Lebih lanjut, pendidikan perlu menghantar seseorang untuk memahami

siapa dirinya dan bukannya membentuk manusia sesuai forma yang telah

direncanakan. Peserta didik dibiarkan mengenal dan menjadi dirinya sendiri.

Ketika dia sudah mengenal dirinya, tentu dia bisa menentukan pilihan dan arah

hidupnya. Maka sangat naif jika seorang ayah yang berprofesi sebagai dokter

mengharapkan anaknya menjadi dokter, padahal anak tersebut tidak terlalu mahir

di bidang eksakta. Atau, seorang ibu yang berprofesi akuntan menginginkan anak-

anaknya juga menjadi akuntan, padahal mereka sangat tidak berminat dalam

mengelola usaha dan uang.

Begitu pula di sekolah. dalam konteks pendidikan yang humanistik, seorang guru

dituntut memiliki hubungan emosional yang positif dengan anak didik.

Kehangatan dan kelemahlembutan adalah sikap utama yang perlu ditonjolkan.

Daripada menjadi seorang pendikte isi buku di dalam kelas, sebaiknya seorang

guru menyajikan materi-materi secara imajinatif serta kreatif dalam memfasilitasi

proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menjajaki kesan-kesan para

siswa akan proses pembelajaran yang difasilitasi oleh guru bersangkutan.

Di samping itu, guru pun perlu menaruh kepercayaan bahwa para murid pun bisa

mempelajari bahan-bahan yang telah didiskusikan bersama, memberikan pujian

kepada siswa yang berhasil mendapat nilai bagus, serta memotivasi siswa yang

agak lamban dalam menyerap pelajaran.

Page 16: Teori humanistic dan filosofinya

Sistem pembelajaran yang humanistic

Ibarat sebuah kapal, lembaga pendidikan (apa pun visi dan misinya) tentu

memiliki arah dan tujuan yang jelas. Di mana-mana menjamur berbagai lembaga

pendidikan dengan latar belakang yang beragam jika dilihat dari namanya. Ada

yang terkesan nasionalis karena memakai label negeri, ada pula yang terkesan

religius karena memasang nama agama di belakangnya, seperti SMAK (Sekolah

Menengah Atas Katolik), UII (Universitas Islam Indonesia), dan sebagainya.

Namun demikian, konteks lembaga pendidikan tersebut sebetulnya tidak bisa

ditebak hanya dengan membaca kover luarnya saja. Perlu penelitian lebih lanjut,

apakah sekolah itu benar-benar mengajarkan nilai-nilai Kristiani karena memakai

nama Katolik? Apakah universitas tersebut benar-benar kumpulan orang Muslim

karena memakai nama Islam?

Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan itu, secara universal, apa pun nama dan

bentuk lembaga pendidikan tersebut, perlu diterapkan beberapa elemen berikut ini

: 1. Partisipasi. Dalam dunia pendidikan, partisipasi mampu menghidupkan

suasana yang interaktif. Dua belah pihak, guru dan siswa, perlu saling peduli,

saling sharing, melakukan negosiasi, dan sama-sama bertanggung jawab atas

proses dan output pendidikan. Hal ini penting agar di akhir tahun, ketika terjadi

kegagalan studi, maka tidak terjadi saling tuding antara para pihak yang memiliki

kepedulian terhadap dunia pendidikan (guru, siswa, orangtua siswa, ahli

kurikulum, NGO, dan masyarakat luas). 2. Integrasi. Di sini, perlu ditekankan

interaksi, interpenetrasi, serta integrasi pemikiran, perasaan dan tindakan.

Membangun manusia yang seutuhnya berarti membangun manusia yang konsisten

dalam ketiga hal tersebut.3. Keterkaitan. Bahwa materi yang diajarkan perlu

memiliki hubungan yang erat dengan kebutuhan hidup dasar peserta didik serta

berpengaruh nyata untuk mereka, baik secara emosional maupun secara

intelektual. 4.Transparansi dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Para

siswa pun berhak mengetahui bahwa pada akhir pelajaran, mereka harus

memahami hal-hal tertentu yang mampu meningkatkan pengetahuan mereka. Dari

sini, semakin nyata bahwa siswa perlu tahu ke mana mereka diarahkan dalam

sebuah pelajaran. Banyak guru kurang menekankan bagian ini, dan langsung

Page 17: Teori humanistic dan filosofinya

masuk ke “inti” pembahasan, padahal hal ikhwal menjelaskan tujuan adalah

termasuk hal “inti” pula. 5. Terakhir, tentu saja tujuan sosial dari pendidikan.

Karena pendidikan adalah sebuah sarana menyiapkan manusia untuk untuk

berkarya dalam masyarakat, maka pendidikan perlu menekankan penempaan akal

dan mental peserta didik, agar mampu menjadi sosok intelektual yang berbudaya.

Membangun sistem pendidikan yang humanistik memang tidak mudah. Namun,

karena berkaitan dengan persiapan sumber daya manusia, maka pendidikan yang

humanistik sudah merupakan keharusan. Pendidikan yang humanistik

memerlukan guru yang profesional, murid yang partisipatif, orangtua yang selalu

berdialog dengan guru dan anak didik, serta masyarakat luas yang memiliki

kontrol sosial yang ketat terhadap proses pendidikan. *

VIII. APLIKASI

Carl Roger sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik

terapi lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak

konseling ini disebut  non-directive therapy, kemudian digunakan Client Centered

therapy dengan maksud individualitas konseling yang setaraf  dengan

individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan

suasana pembicaraan yang permisif.

Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi

yang dikemukakan dan dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu

dinamakan: non-directive therapy atau client centered therapy.

Non-directive therapy ini menjadi popular karena:

1. Secara historis lebih terikat kepada psikologi daripada kedokteran

2. Mudah dipelajari

3. Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan

mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian

4. Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan

terapi secara psikoanalistis.

Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah

perkembangannya dan menciptakan  kesehatan dan menyesuaikannya. Sebab itu,

Page 18: Teori humanistic dan filosofinya

konselor harus mempergunakan teknisnya untuk memajukan tendensi

perkembangan klien tidak secara langsung tetapi dengan menciptakan kondisi

perkembangan yang positif dengan cara permisif. Konselor sebanyak mungkin

membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat, pedoman, kritik, penilaian,

tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya.

Dengan cara ini, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan

pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini

konselor diharapkan bersifat dan bersikap:

1. Menerima (Acceptance)

Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan diri

apa adanya.

2. Kehangatan (Warmth)

Ditujukan   agar  klien   merasa  aman   dan memiliki penilaian yang lebih positif

tentang dirinya.

3. Tampil apa  adanya (Genuine)

Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap positif.

4. Empati (Emphaty)

Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame  of reference), 

klien   akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan

problematikanya.

5. Penerimaan tanpa  syarat (Unconditional positive  regard)

Sikap penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien,

betapapun  negatif perilaku atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat

dalam pemecahan masalah.

6. Transparansi (Transparancy)

Penampilan  terapis  yang transparan atau tanpa topeng pada   saat 

terapi   berlangsung    maupun  dalam kehidupan keseharian merupakan   hal yang

penting  bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap

segala sesuatu yang diutarakan.

Page 19: Teori humanistic dan filosofinya

7. Kongruensi (Congruence)

Konselor   dan  klien  berada pada hubungan yang sejajar dalam   relasi 

terapeutik  yang   sehat. Terapis  bukanlah  orang  yang memiliki kedudukan lebih

tinggi dari kliennya.

Kondisi-kondisi yang memungkinkan klien mengubah  diri secara konstruktif

mengharuskan klien dan terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan

demikian, akan dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara

lain :

1. Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang

kehidupan, dan problem yang dihadapi.

2. Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat

makna perasaannya.

3. Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman

mereka.

4. Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.

5. Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.

6. Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.

7. 7. Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang

dibentuk oleh unconditional positive regard.

8. Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu

berelasi sosial dengan baik.

9. Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.

Setelah terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan

permasalahannya.

1. Mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.

2. Dalam pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika

diperlukan.

3. Mereka menjadi kreatif. Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik,

juga dalam hubungan dengan orang lain.

Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang

semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk

Page 20: Teori humanistic dan filosofinya

pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang

yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan

seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.

Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara

realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang

tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita

sendiri tidak tahu dunia itu secara objektif.

Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia

karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan,

bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik

yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.

Page 21: Teori humanistic dan filosofinya

C. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan

adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku

manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia.

Sedangkan perspektif humanistik menurut carl rogers adalah individu memiliki

kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan

menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi

yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia

yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti

yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun

pengalaman seksual sebelumnya.

Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau

memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa

sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus

pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.

2. Saran

Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang

sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Page 22: Teori humanistic dan filosofinya

DAFTAR PUSTAKA

www.geocities.com/masterptvpsikologi

http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology

(Aanstoos, Serlin & Greening, 2000; Clay, dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology).

(Aanstoos, Serlin & Greening, dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology).

www.e-psikologi.com/lain-lain/tokoh.htm

http://facultyweb.cortland.edu/~andersmd/maslow/explain.html

http://www.geocities.com/masterptvpsikologi/psikologihumanistik.pdf

http://www.e-psikologi.com/lain-lain/tokoh.htm#tigabelas