Upload
lamphuc
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN HASIL
PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN
IDENTIFIKASI TIKUS
Kelompok 7 b IKMA 2010
AWWALUL CHASANAH 101011235
NUR JANNAH 101011253
CAHYA PAWIKA RATRI 101011270
FEBRIAN RIZKY PRATAMA 101011430
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ............................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................... ii
Daftar Tabel.................................................................................... iii
Daftar Gambar................................................................................ iv
Bab 1 Pendahuluan……………………………………............... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………......... 1
1.2 Rumusan Praktikum………………………………………. 2
1.3 Tujuan Praktikum……………………………………….... 2
1.4 Manfaat Praktikum……………………………………….. 2
Bab 2. Tinjauan Pustaka………………………………………… 3
2.1 Hubungan antara Tikus dengan Kesehatan Masyarakat ...... 3
2.2 Rumah Sehat....................................................................... 4
2.3 Tikus................................................................................... 5
2.3.1 Morfologi Tikus........................................................ 6
2.3.2 Mengenali Tanda Kehidupan Tikus........................... 6
2.3.3 Kebiasaan dan Habitat Tikus..................................... 7
2.3.4 Kemampuan Alat Indera dan Fisik Tikus................. 7
2.4 Identifikasi Tikus................................................................. 10
2.5 Metode Trapping................................................................. 12
Bab 3. Metode Praktikum…………………………………......... 14
3.1 Kerangka Pikir…………………………………........ 14
3.2 Alat dan Bahan……………………………................. 14
3.3 Prosedur Kerja……………………………………… 15
3.4 Lokasi Praktikum………………………………….... 15
3.5 Waktu Pelaksanaan Praktikum……………………… 15
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Identifikasi Rodent............................................ 16
4.2 Hambatan identifikasi Rodent..................................... 18
Bab 5 Penutup............................................................................ 19
5.1 Kesimpulan................................................................ 19
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Morfologi Tikus .................................................................. 6
Tabel 2 Jenis Tikus ............................................................................ 10
Tabel 3 Hasil Penangkapan Tikus.................................................... 16
Tabel 4 Identifikasi Tikus 1............................................................. 16
Tabel 5 Identifikasi Tikus 2............................................................... 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jenis Tikus .................................................................... 12
Gambar 1. Kerangka Berfikir ......................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan bersih identik dengan lingkungan yang jauh dari unsur kotor
dan pengganggu lainnya. Pengganggu ini tidak hanya dengan adanya sampah
yang berserakan atau tempat yang kumuh, akan tetapi lingkungan yang bersih
juga harus jauh dari unsur hewan pengganggu yang akan menambah
kekumuhan tempat tersebut. Dinamakan hewan pengganggu karena beberapa
hewan ini akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi suatu tempat tersebut.
Hewan pengganggu ini biasanya senang dengan tempat-tempat yang memiliki
unsur bisa memberikan mereka kenyamanan, salah satunya hewan ini senang
berada di tempat yang kumuh. Salah satu hewan pengganggu ini adalah
rodent. Rodent merupakan salah satu ordo dari binatang menyusui. Bahasa
LatinnyaRodentia. Ada sekitar 2000 sampai 3000 spesies binatang pengerat
yang ditemukan di semua benua kecuali Antarktika. Hewan pengerat
memiliki gigi depan yang selalu tumbuh dan harus diasah dengan
menggerigiti sesuatu. Hewan pengerat telah digunakan manusia
sebagai hewan percobaan, diambil kulitnya, untuk makanan, dan juga untuk
mendeteksi ranjau.
Kehadiran hewan pengganggu mulai dirasakan menimbulkan masalah bila
populasinya telah melampaui batas dan menimbulkan problematika kesehatan
dan aspek hygiene lingkungan, berbagai kerugian ekonomi dapat
ditimbulkan, demikian pula berbagai penyakit tanaman, hewan ataupun
manusia dapat ditularkan oleh hama tersebut, antara lain dengan timbulnya
berbagai macam penyakit seperti typhus, cholera, pes, malaria dan demam
berdarah yang dibawa oleh hama-hama tersebut. Tindakan antisipatif untuk
menekan akibat langsung ataupun tidak langsung perlu diupayakan
pengelolaan yang komprehensif dan terpadu antara lain dengan program
Integrated Pest Management (IPM). Program pengelolaan ini dapat meliputi
Pengendalian Hama Serangga (lalat, kecoa,dan nyamuk) dan Pengendalian
Hama Rondensia (tikus).
Berdasarkan keterangan diatas bahwa salah satu yang mempengaruhi
kondisi kenyamanan sebuah lingkungan adalah keberadaan hewan yang dapat
menggaggu populasi suatu lingkungan tersebut. Oleh karena itu perlu adanya
pengawasan dan penilaian dengan metode Trapping mengenai keadaan ini
agar tercapai lingkungan yang bersih dan menyehatkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka ditentukan bahwa rumusan
masalah yang ada adalah bagaimana cara menangkap tikus dengan metode
trapping serta cara mengetahui jenis/ spesies melalui ciri-ciri morfologi
rodent/ tikus?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mempraktekkan cara menangkap tikus dengan metode trapping
2. Mempraktekkan klasifikasi jenis/ spesies tikus melalui ciri-ciri morfologi
rodent/ tikus.
1.4 Manfaat Praktikum
1. Meningkatkan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai tata cara
penangkapan tikus menggunakan metode trapping.
2. Meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa mengenai jenis tikus yang
berada di sekitar kos / rumah dengan cara mengidentifikasi tikus melalui
pengamatan morfologi tikus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Antara Tikus dengan Kesehatan Masyarakat
Rodent sangat berhubungan erat dengan kesehatan masyarakat, karena
distribusinya yang luas dan hubungannya dengan manusia, berpotensi
menyebabkan penyakit yang penting. Penderitaan yang ditimbulkan akibat
tikus ini mulai dari yang ringan berupa rasa tidak enak pada tempat bekas
gigitan sampai keadaan yang serius, seperti typhoid murine fever, dan yang
fatal seperti pes bubonic.Demam gigitan tikus, sesuai dengan namanya
ditularkan ke manusia melalui gigitan binatang yang terinfeksi oleh binatang
pengerat.Walaupun memiliki angka presentase kasus yang rendah, penyakit
ini sering menjadi masalah kesehatan dibeberapa daerah perkotaan tempat
ratusan orang, digigit oleh binatang pengerat setiap tahunnya.
Penyakit weil atau hemorrhagic jaundice mungkin ditularkan ke
manusia melalui makanan yang terkontaminasi atau akibat kontak dengan
tikus atau ekskreta tikus yang infeksius. Tikus dapat berperan dalam
penularan berbagai macam penyakit seperti disentry amuba, cacing
trichinosis, dan sebagainya.Tikus rumah (mus musculus) dikenal sebagai
reservoid pada rickettsial poks dibaagian timur laut amerika dan diketahui
dapat berperan sebagai reservoir penyakit pes.
Sejumlah penyakit yang dihubungkan atau ditularkan melalui pengerat,
antara lain :
1. Penyakit akibat bakteri contoh :
Sampar atau pes, tularemia, dan salmonellosis.
2. Penyakit akibat virus contoh :
Lassa fever, haemorragic fever, dan ensefalitis.
3. Penyakit akibat rickettsia contoh :
Scrub typus, murine typus, dan rickettsial pox
4. Penyakit akibat parasit contoh :
Hymonelepis diminuta, leishamaniasis, amebiasis, trichinosis, dan
penyakit chagas.
5. Penyakit lain contoh :
Demam gigitan tikus, leptospirosis, histoplamosis, dan ringworm(kurap)
Berikut beberapa tipe kontak dengan tikus dan contoh penyakit yang
ditularkan akibat kontak tersebut.
a. Melalui gigitan tikus, misalnya rat bit fever
b. Melalui kontaminasi pada makanan atau air, misalnya salmonellosis dan
leptospirosis.
c. Melalui pinjal tikus, misalnya sampar dan tifus.
2.2 Rumah Sehat
Rumah sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang
dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut
melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan
berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen,
penggunaan, dan pemeliharaan rumah serta lingkungan di sekitarnya, yang
juga mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum
dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan,
serta pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya (Komisi WHO
mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Soedjajadi K., Enam Kebutuhan
Fundamental Perumahan 185 Menurut American Public Health Association
(APHA) rumah dikatakan sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar
seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang
memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.; (2) Memenuhi
kebutuhan kejiwaan; (3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit
menular yaitu memiliki sarana penyediaan air bersih, sarana pembuangan
sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat
kesehatan; serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti pondasi rumah yang kokoh, tangga
yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,
bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).
Committee on the Hygiene of Housing yang ditunjuk oleh APHA pada
tahun 1938 (Ehlers and Steel, 1965), telah membuat prinsip prinsip dasar
perumahan sehat yang menyediakan pedoman berkaitan dengan kebutuhan
fundamental perumahan yang dibutuhkan penghuninya. Kebutuhan
fundamental tersebut meliputi (1) kebutuhan fisiologis; (2) kebutuhan
psikologis; (3) kebutuhan perlindungan terhadap bahaya penularan penyakit
penyakit; (4) perlindungan terhadap kecelakaan; (5) perlindungan terhadap
bahaya kebakaran dan arus pendek listrik; (6) perlindungan terhadap gas
beracun dan eksplosif.
Binatang kecil seperti tikus telah lama dihubungkan dengan kerusakan
properti, menghabiskan panenan padi dan gandum, serta menularkan berbagai
macam penyakit. Pemberantasan pes terintegrasi bersama dengan konstruksi
rumah yang telah sempurna. Untuk melaksanakan prinsip rumah sehat yang ke
3 perlu adanya sanitasi yang baik di dalam maupun di luar rumah serta
melakukan penyimpanan makanan dengan baik, untuk menghindari penularan
penyakit melalui tikus.
2.3 Tikus
Tikus dan mencit termasuk familia Muridae dari kelompok mamalia
(hewan menyusui). Para ahli zoologi (ilmu hewan) sepakat untuk
menggolongkannya kedalam ordo Rodensia (hewan yang mengerat),
subordo Myomorpha, famili Muridae, dan sub famili Murinae.
2.3.1 Morfologi Tikus
Tabel 1. Morfologi Tikus
No. TingkatanTakson Golongan
1. Dunia Animalia
2. Phyllum (Filum) Chordata
3. Sub filum Vertebrata (Craniata)
4. Kelas Mammalia
5. Sub kelas Theria
6. Infra Kelas Eutheria
7. Ordo Rodentia
8. Sub ordo Myomorpha
9. Famili Muridae
10. Sub family Murinae
11. Genus Bandicota
2.3.2 Mengenali Tanda Kehidupan Tikus
Keberadaan tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara, paling
umum adalah adanya kerusakan barang atau alat. Tanda berikut
merupakan penilaian adanya kehidupan tikus
a. Gnawing (bekas gigitan)
b. Burrowa (galian/ lubang tanah )
c. Droppling (kotoran tikus)
d. Runways (jalan tikus)
e. Foot print (bekas telapak kaki)
f. Tanda lain (adanya bau tikus, bekas urine dan kotoran tikus,
suara, bangkai tikus).
2.3.3 Kebiaaan dan Habitat Tikus
Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati
hampir disemua habitat. Habitat dan kebiasaan jenis tikus yang dekat
hubungnnya dengan manusia adalah sebagai berikut :
a. R. norvegicus
Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-
benda kerasseperti kayu bangunan, aluminium dsb. Hidup dalam
rumah, toko makanan dan gudang, diluar rumah, gudang bawah
tanah, dok dan saluran dalam tanah/ riol/ got.
b. R. ratus diardii
Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang
ulung, menggigit benda-benda yang keras. Hidup dilobang pohon,
tanaman yang menjalar. Hidup dalam rumah tergantung pada
cuaca.
c. M. musculus
Termasuk rondensia pemanjat, kadang-kadang menggali lobang,
menggigit hidup di dalam dan di luar rumah.
2.3.4 Kemampuan Alat Indera dan Fisik Tikus
Rodensia termasuk binatang nokturnal, keluar sarangnya dan
aktif pada malam hari untuk mencari makan. Untuk itu diperlukan
suatu kemampuan yang khusus agar bebas mencari makanan dan
menyelamatkan diri dari predator (pemangsa) pada suasana gelap.
a. Kemampuan alat indera
1) Membau
Rodensia mempunyai daya cium yang tajam, sebelum
aktif/ keluar sarangnya ia akan mencium dengan menggerakkan
kepala kekiridan kekanan. Mengeluarkan jejak bau selama
orientasi sekitar sarangnya sebelum meninggalkannya. Urin dan
sekresi genital yang memberikan jejak bau yang selanjutnya akan
dideteksi dan diikuti olehtikus lainnya. Bau penting untuk
Rodensia karena dari bau ini dapat membedakan antara tikus
sefamili atau tikus asing. Bau juga memberikan tanda akan
bahaya yang telah dialami.
2) Menyentuh
Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodensia
komensal, ini untuk membantu pergerakannya sepanjang jejak
dimalam hari. Sentuhan badan dan kibasan ekor akan tetap
digunakan selama menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan
benda lain yang dekat sangat membantu dalam orientasi dan
kewaspadaan binatang ini terhadap ada atau tidaknya rintangan
didepannya.
3) Mendengar.
Rodensia sangat sensitif terhadap suara yang mendadak.
Disamping iturondesia dapat mendengar suara ultra. Mengirim
suara ultrapun dapat.
4) Melihat.
Mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari, Tikus dapat
mendekteksi gerakan pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat
membedakan antara pola benda yang sederhana dengan obyek
yang ukurannya berbeda-beda. Mampu melakukan persepsi/
perkiraan pada jarak lebih 1 meter, perkiraan yang tepat ini
sebagai usaha untuk meloncat bila diperlukan.
5) Mengecap.
Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan
mencit dapat mendekteksi dan menolak air minum yang
mengandung phenylthio carbamide 3 ppm, pahit. Senyawa racyu.
b. Kemampuan fisik.
1) Menggali
R. norvegicus adalah binatang penggali lubang. Lubang digali
untuk tempat perlindungan dan sarangnya. Kemampuan menggali
dapat mencapai 2-3 meter tanpa kesulitan.
2) Memanjat.
R. komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus atap atau tikus
rumahyang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih
beradaptasi untuk memanjat dibandingkan dengan tikus riol/got.
Namun demikian kedua spesies tersebut dapat memanjat kayu dan
bangunan yang permukaannya kasar. Tikus riol/got dap memanjat
pipa baik di dalam maupun di luar.
3) Meloncat dan melompat.
R.norvegicus dewasa dapat meloncat 77 cm lebih (vertikal). Dari
keadaan berhenti tikus got dapat melompat sejauh 1,2 meter.
M.musculus meloncat arah vertikal setinggi 25 cm.
4) Menggerogoti.
Tikus menggerogoti bahan bangunan/ kayu, lembaran almunium
maupun campuran pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah.
5) Berenang dan menyelam.
Baik R. norvegicus, R. rattus dan M. musculus adalah perenang
yang baik. Tikus yang disebut pertama adalah perenang dan
penyelam yang ulung, perilaku yang semi akuatik, hidup disaluran
air bawah tanah, sungai dan areal lain yang basah.
2.4 Identifikasi tikus
Identifikasi tikus merupakan penetapan atau penentuan jenis tikus
berdasarkan ciri-ciri atau identitas tertentu.
Tabel 2. Jenis Tikus
Keterangan Tikus gotR.norvegicus
TikusrumahR. rattus
Tikusnying-nyingMusmussulus
BADAN Besar, kuat Langsing, lincah, lebih kecil daripada rikus got
Kecil ramping
UKURAN BADAN DEWASA
• Berat rata-rata; panjang kepala,badan sampaiujung ekor
• 300 g• 190-250 mm• 150-220 mm
• 200 g• 150-220 mm• 180-250 mm
• 15 g• 60-90 mm• 70-100 mm
MONCONG HIDUNG
• Tumpul • Lancip • Lancip
TELINGA • Keciltertutupdenganrambutpendek
• Besartanparambutpendek
• Besar
MATA • Kecil Besar, menonjol
• Kecil
EKOR • Bagian atas
gelap bagian
bawah terang
• Polosgelap • Kecil, polosgelap
RAMBUT Rambut kasar
berwarna
coklat dengan
rambut kasar
coklat
tersebar tak
teratur di
seluruh
badan:
rambut perut
abu-abu
sampai putih
• Abu-
bausampaihit
am,
rambuthalus
• Coklat mengkilat
abu-abu
mengkilat
Feses/
kotoran
• Bentukkapsul
(20mm)
• Gelendong
(12 mm)
• Balok (3-6 mm)
INDERA;
Penglihatan,
penciuman,
pengecap,
pearasa dan
pendengar
• Kurang baik,
buta warna,
baik
• Kurang
baik, buta
warna, baik
• Kurang baik, buta
warna, baik
MAKANAN • Omnivorous,
memakan
segala
makanan:
daging, ikan,
biji-bijian dll
(28g/hari)
• Omnivorous
, terutama;
buah-
buahan,
kacang
sayuran,
biji-bijian
dll
• Lebihmenyukaibij
isereal (3 gr/hari)
(28g/hari)
KELEBIHA
N
• Dapat
memanjat,
tetapi kurang
lincah
• Lincah,
aktifmeman
jat
• Pemanjatulung
SARANG •Membuatlian
g
• Celah
dinding,
atap dan
pohon
• Di almari
pakaian, buku,
atau tempat
penyim-panan
barang lainnya.
DAYA
JELAJAH
• Luas :150-
390 mm
• Luas :150-
390 mm
• Sempit : 30-60
mm
Gambar 1. jenis tikus
2.5 Metode Trapping
Trapping adalah metode pengendalian yang efektif. Ketika hanya
beberapa tikus yang hadir dalam sebuah bangunan, biasanya metode kontrol
yang lebih disukai. Trapping memiliki beberapa keuntungan:
1. Tidak bergantung pada racun inheren berbahaya.
2. Memungkinkan pengguna untuk memastikan bahwa tikus telah tewas.
3. Memungkinkan untuk pembuangan bangkai tikus, sehingga menghindari
tikus mati bau yang mungkin terjadi saat keracunan dilakukan dalam
bangunan.
Metode ini sederhana murah, perangkap jepret efektif dan dapat dibeli
di hardware dan took kelontong. Umpan perangkap dengan ikan asin atau
ikan pindang. Tempatkan perangkap tikus di jalan yang biasa dilalui tikus,
biasanya dekat dengan dinding. Tikus jarang usaha jauh dari tempat tinggal
mereka dan pasokan makanan, sehingga perangkap tempat tidak lebih dari
10 kaki terpisah di daerah dimana tikus yang aktif. Meninggalkan perangkap
unset sampai umpan telah diambil minimal sekali (pre biting) sering
meningkatkan keberhasilan perangkap.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Kerangka Pikir
Gambar 2 . Kerangka Berfikir
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Perangkap Tikus (Trap)
a. Kurungan besi
b. Penjepit bergerigi besi
2. Kantong Plastik
3. Mistar 30 cm
4. Sarung tangan
b. Bahan
1 Umpan tikus
2 Tikus hidup
3.3 Prosedur Kerja
a. Pre Biting
1. Pasanglah berbagai makanan di halaman rumah dan di dapur yang akan
dipasang perangkap tikus. Hindarkan kemungkinan termakan oleh
binatang.
Proses
Pre baiting
Trapping
Menghitung jumlah tikus yang
tertangkap
Identifikasi tikus
Input
Perumahan
Lokasi Pemasangan Trap
Dapur
Halaman Rumah
Output
Jumlah Tikus
Jenis Tikus
2. Biarkan selama sehari semalam, kemudian amati jenis makanan yang
paling banyak dimakan oleh tikus.
b. Trapping
1. Pasanglah perangkap dibeberapa tempat dengan menggunakan umpan
ikan asin atau pindang.
2. Waktu pemasangan dilakukan sore atau siang hari, dilakukan secara
kondisional.
c. Identifikasi Tikus
1. Tikus yang ditangkap dimatikan dengan meletakkan perangkap yang
berisi tikus kedalam air dan dibiarkan selama 5 menit sampai tikusnya
mati.
2. Tikus yang sudah mati dikeluarkan dari tempat perangkap
3. Tikus di rentangkan dan di ukur jenis panjangnya
4. Tikus di dilihat morfologinya sesuai dengan yang ada pada dasar teori
5. Dari hasil tersebut digunakan untuk menentukan jenis tikus yang
ditangkap
3.4 Lokasi Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di salah satu kos anggota kelompok yaitu, di jalan
Mulyorejo Utara no. 123 Surabaya. Dilakakukan di dapur dan halaman rumah.
3.5 Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan selama 3 hari antara tanggal 23 April 2013 sampai
tanggal 25 April 2013.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Rodent
Tabel 3 hasil penangkapan tikus
Tanggal Penangkapan
Lokasi Trap Keterangan
23 April 2013 Halaman rumah Tidak dapat
Dapur Tertangkap 1 tikus
24 April 2013 Halaman Rumah Tertangkap 1 tikus
Dapur Tidak dapat
25 April 2013 Halaman Rumah Tidak dapat
Dapur Tidak dapat
Penangkapan tikus ini dilakukan selama 3 hari dengan memasang trapping di dapur dan halaman rumah. Sebelum melakukan pemsangan trapping, yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi adanya kehidupan tikus. Identifikasi kehidupan tikus ini berdasarkan bau tikus, adanya pinjal tikus.
1. Identifikasi tikus yang tertangkapTabel 4. Identifikasi tikus 1
No. Keterangan Hasil Pengamatan Keterangan Gambar
1 Badan Lansing lincah lebih kecil dari tikus got
2 Ukuran badan 10,5 cm
3 Moncong Hidung Lancip
4 Telinga Besar tanpa bulu pendek
5 Mata Besar menonjol
6 Ekor Kecil Polos gelap
7 Rambut Abu – abu
8 Feses Gelendong
Tabel 5. Identifikasi tikus 2
No. Keterangan Hasil Pengamatan
Keterangan Gambar
1 Badan Kecil ramping
2 Ukuran badan 6,5 cm
3 Moncong Hidung
Lancip
4 Telinga Besar tanpa bulu
5 Mata Kecil
6 Ekor Polos gelap
7 Rambut Abu – abu
8 Feses -
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tikus pertama
merupakan jenis tikus R.rattus atau tikus rumah. Sedangkan untuk tikus
kedua merupakan jenis tikus nying nying atau musmussulus. Jenis tikus
rumah ini tertangkap pada waktu memasang jebakan di dapur, sedangkan
tikus nying nying tertangkap pada saat memasang jebakan di halaman
rumah dengan memakai umpan yang sama yaitu ikan pindang.
4.2 Hambatan Identifikasi rodent
a. Beberapa kali melakukan pemasangan trapping ikan pindang yang
dijadikan sebagai umpan habis sedangkan tikus tidak tertangkap.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Identifikasi rodent ini digunakan untuk menentukan jenis tikus yang
berada di sekitar rumah kos, seperti tikus R norvegicus, R Rattus, dan tikus
Musmussulus. Penangkapan tikus ini dilakukan dengan menggunakan
trapping. Dari hasil penangkapan tikus yang dilakukan selama 3 hari di rumah
kos anggota kelompok didapatkan tikus jenis R. Rattus pada hari pertama dan
tikus jenis musmussulus pada hari kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Samsudrajat, Agus. 2008. Pemasangan Perangkap , Pemeriksaan (identifikasi), dan Penyisiran Tikus (Penangkapan Ektoparasit) : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
ebookbrowse.com/ru/ rumah - sehat diakses tanggal 1 Mei 2013 pukul 21.00
[email protected] diakses tanggal 20 April pukul 08.00
tikabasri.files.wordpress.com/2011/04/ tugas - kesehatan-lingkungan 2.docx diakses tanggal 1 mei pukul 21.30
LAMPIRAN
1. Lembar Pengamatan Pre Bitting
No Lokasi Trap Keterangan
1. Lembar Pemeriksaan Jenis TikusTabel Pemeriksaan ini dilakukan secara visulal sesuai dengan tabel
jenis tikus yang ada di dasar teori
No. Keterangan Hasil Pengamatan
1 Badan
2 Ukuran badan
3 Moncong Hidung
4 Telinga
5 Mata
6 Ekor
7 Rambut
Lampiran
Lokasi Pemasangan Trapping
Tahap Pemasangan Trapping
Hasil Penangkapan tikus