Upload
zahwa-dhiyana
View
111
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS PENGEMBANGAN DAN PERILAKU ORGANISASI
ANALISIS PERILAKU ORGANISASI DEPARTEMEN HUMAS, IT, DAN PERS
BEM FKM UNAIR 2011
OLEH :
KELOMPOK 12
IKMA 2008
Zahwa Dhiyana 100810003
Novita Aulia 100810004
Kartika Nur Fitriyah 100810010
M. Ridwan Arifin 100810317
Dian Wahyu Pratiwi 100810326
Yanuar Rinaldi 100810301
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2011
BAB I
PENJELASAN TEORI PERILAKU ORGANISASI
A. KLASIFIKASI GRUP
Kelompok (group) didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Suatu kelompok sosial harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian
dari kelompok yang bersangkutan.
b. ada hubungan timbal-balik antara orang yang satu dengan yang lain.
c. terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok itu: nasib
yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, idiologi yang sama.
d. berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Kelompok dapat berupa kelompok formal maupun informal.
1. Kelompok Formal
Merupakan kelompok yang didefinisikan oleh struktur organisasi dengan
penentuan tugas berdasarkan penunjukan penugasan kerja. Dalam kelompok
formal, perilaku yang harus dianut oleh seseorang ditetapkan dan diarahkan
menuju tujuan-tujuan organisasi. Kelompok formal mempunyai peraturan-
peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya
untuk mengatur hubungan di antara naggota-anggotanya.
Contoh : perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan universitas.
2. Kelompok Informal
Merupakan perhimpunan yang tidak terstruktur secara formal maupun secara
organisasional. Kelompok ini adalah formasi-formasi alami dalam lingkungan
kerja yang timbul sebagai respons terhadap kebutuhan akan kontak social.
Kelompok informal tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu atau pasti,
terbentuk karena pertemuan yang berulang kali yang menjadi dasar
bertemunya kepentingan dan pengelaman yang sama.
Contoh : Arisan ibu-ibu, demo buruh, buka puasa bersama, pengajian
Lebih dirinci lagi oleh Munandar (2000), bahwa kelompok formal mencakup
kelompok komando dan kelompok tugas. Kelompok komando ditentukan oleh
bagan organisasinya, yang terdiri atas atasan dan bawahan. Kelompok komando
dicirikan oleh adanya rantai komando dari pimpinan dan yang dipimpin. Karena
sifatnya komando, maka perintah pemimpin harus dilaksanakan. Kelalaian atas hal
tersebut akan berakibat adanya sanksi dari organisasi. Sedangkan kelompok tugas
terdiri atas para karyawan yang bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas.
Ciri khas kelompok formal:
a. Adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga
(ART) yang ada pengangkatan anggota diangkat oleh organisasi
b. Memiliki struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan
hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya
c. Bersifat impersonal
d. Kedudukan setiap individu berdasarkan fungsi masing-masing di dalam satu
sistem hierarki dengan tugas pekerjaan masing-masing
e. Kekuasaan hierarkis akan didegelasikan secara bertingkat-tingkat
f. Relasinya berlandaskan alasan-alasan idiil
g. Suasana kerja dan komunikasi berlandaskan pada kompetisi/persaingan
Sedangkan kelompok informal adalah suatu kelompok yang terbentuk
berdasarkan tujuan persahabatan, ketertarikan dan kepentingan. Kelompok informal
dapat dikatakan sebagai kelompok yang lebih berkembang dari upaya individu dan
pengembangan minat dan persahabatan daripada desain yang sengaja dibentuk
organisasi. Kelompok kepentingan adalah individu-individu memberntuk kelompok
karena memiliki kesamaan. Sedangkan kepentingan adalah individu-individu
bersatu karena memiliki kepentingan bersama.
Ciri khas kelompok informal:
a. Hubungan lebih bersifat spontan dan tidak terorganisir
b. Tidak bertitik tolak pada pengendalian manajemen seperti di organisasi
formal
c. Terintegrasi dengan baik
d. Kelompok informal dapat menjadi bagian dari kelompok formal
e. Setiap anggota kelompok mengadakan interrelasi yang kuat dan komunikasi
yang akrab
f. Terdapat iklim psikis
g. Memiliki keterikatan afeksi yang baik
Perbedaan kelompok formal dan kelompok informal menurut Argyrys :
Perbedaan Formal Informal
Hubungan antar
pribadi
Hubungan antar orang
ditentukan
Tergantung kebutuhan
anggota
Kepemimpinan Ditetapkan dan ditunjuk Muncul dan dipilih
Pengendalian
perilaku
Mengendalikan perilaku
karyawan melalui balas jasa
dan hubungan
Mengendalikan dengan
pemenuhan kebutuhan
Ketergantungan Lebih tergantung Tidak tergantung
Keanggotaan Rumit, eksklusif Lebih fleksibel
B. FASE PEMBENTUKAN GRUP
Menurut Bruce W. Tuckman, terdapat lima tahapan untuk melihat
perkembangan suatu kelompok. Model ini termasuk dalam rangka mendirikan dan
membesarkan kelompok. Lima tahap tersebut adalah :
1. Forming
Dalam tahap ini beberapa orang dengan sengaja menggabungkan
dirinya membentuk (perform) kelompok. Forming ditandai dengan
ketidakpastian mengenai tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok.
Anggota “testing the waters” untuk menentukan jenis perilaku yang dapat
diterima. Di tahap pertama ini orientasi anggota masih ragu, cenderung
introvert, belum familiar, belum saling percaya, belum ada partisipasi yang
baik. Anggota tim cenderung meraba-raba mengenai perilaku apa yang dapat
diterima, posisi mereka dalam tim, prosedur dan aturan kelompok. Anggota
tim cenderung menghindari kontroversi. Tahap ini selesai ketika ketika para
anggota sudah mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2. Storming
Tahap ke dua merupakan periode konflik dan kompetisi antar anggota
tim yang dapat mengganggu hubungan personal mulai timbul, karena ternyata
dalam dalam mencapai tujuan bersama tidaklah mulus dan sering terjadi
perbedaan pandang dan perbedaan cara mencapai tujuan. Kelompok mulai
mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka
hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka
selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide
dan perspektif mereka masing-masing. Anggota tim menerima eksistensi tim,
tetapi menolak keterbatasan yang menganggu individualitas. Karena perasaan
tidak nyaman, beberapa anggota tim dapat bertindak pasif sedangkan anggota
lain berusaha mendominasi. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat
selesai. Namun ada pula yang terhambat pada tahap ini. Tahap ini merupakan
tahap tergoyah dalam pembentukan kelompok. Kelompok mengalami konflik
dan menemukan cara-cara untuk tetap fokus. Tahap ini terselesaikan jika
terdapat hierarki yang relatif jelas mengenai kepemimpinan dalam tim, dan
anggota tim berorientasi pada pemecahan masalah.
3. Norming
Dalam tahap ini, kelompok memiliki aturan yang sifatnya tertulis dan
tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh setiap anggota. Terdapat kesepakatan
dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah
jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring
dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.
Norming ditandai dengan berkembangnya hubungan yang akrab dan
kelompok memperlihatnya keterpaduannya. Ada perasaan kuat atas identitas
kelompok. Anggota tim saling berbagi perasaan, ide, umpan balik dan
menggali tindakan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas. Tahap ini
selesai ketika struktur kelompok menjadi solid dan kelompok mengasimilasi
harapan mengenai apa yang mendefinisikan perilaku anggota yang benar.
4. Performing
Merupakan periode yang belum tentu dapat dicapai oleh semua tim.
Performing dicapai jika struktur telah berfungsi dan diterima secara penuh.
Anggota tim berorientasi pada tugas tetapi sekaligus berorientasi pada
manusia. Anggota tim menjadi semakin cakap dalam bekerja sama dan
memiliki interdependensi untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok dalam
tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada
konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling
bergantung dan mereka saling respect dalam berkomunikasi. Tahap ini
ditandai dengan saling ketergantungan dalam hub personal dan pemecahan
masalah dalam bidang fungsi tugas. Fungsi-fungsi tugas menjadi sejati dalam
pemecahan masalah, memimpin dengan solusi yang optimal dan
pembentukan kelompok yang optimum. Hal ini merupakan dukungan untuk
mencoba pemecahan masalah dan memperhatikan suatu kemajuan.
5. Adjourning
Tahap ke lima adalah tahap persiapan untuk membubarkan diri.
Berprestasi sudah bukan menjadi prioritas utama. Pada tahap adjourning ini
para anggota kelompok terfokus pada penyelesaian tugas dan bila memang
kerja kelompok tersebut hanya temporary maka para anggota kelompok akan
merasa kehilangan pertemanan dan kerjasama yang selama ini telah terjalin.
Namun demikian, Robbins (2003) menemukan kenyataan bahwa dapat saja
beberapa tahap terjadi bersamaan dan tidak adanya batasan yang jelas antara satu
tahap dengan tahap lain, tim regresi ke tahap sebelumnya bahkan kemungkinan
terburuk adalah tim tersebut hancur sama sekali.
C. GROUP STRUCTURE
Variabel dalam Group Structure antara lain:
1. Peran (Roles)
Merupakan satu set pola perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan
seseorang menduduki posisi tertentu dalam sebuah unit sosial. Dengan kata
lain, peran adalah perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai
anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan
perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Peran terdiri dari:
a. Identitas peran (role identity) yaitu beberapa sikap dan perilaku yang
sebenarnya konsisten dengan peran. dan mereka menciptakan identitas
peran. Orang memiliki kemampuan untuk mengubah peran cepat ketika
mereka mengakui bahwa situasi dan tuntutannya jelas memerlukan
perubahan besar.
b. Persepsi peran (role perception) yaitu pandangan individu tentang
bagaimana ia seharusnya bertindak dalam situasi tertentu. Persepsi
merupakan pandangan apa yang diharapkan agar seseorang termotivasi
untuk bertindak. Dalam hal ini, persepsi sangat penting karena sebagai
pemahaman diri akan peran yang akan dijalankan.
c. Harapan Peran (role expectation) yaitu bagaimana orang lain percaya
bahwa seseorang harus bertindak dalam situasi tertentu. Harapan adalah
pandangan bagaimana seseorang diharapkan bertindak dalam untuk
aktivitas tertentu sesuai dengan perannya.
d. Konflik Peran (role conflict) yaitu sebuah situasi di mana individu
dihadapkan oleh harapan peran yang berbeda. Menurut Hendropuspito
(1989), konflik peran sering terjadi pada orang yang memegang
sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peran-peran itu
mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau
sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi
kalau untuk menaati suatu pola, seseorang harus melanggar pola lain.
2. Norma (Norm)
Menurut Bertens (2002), norma dapat diartikan sebagai kaidah atau
tolok ukur yang kita gunakan dalam menilai sesuatu. Norma suatu kelompok
adalah kepercayaan kelompok mengenai perilaku yang baik, persepsi dan
perilaku anggotanya. Norma kelompok juga diartikan sebagai sebuah elemen
fundamental dari sebuah struktur grup, untuk mereka memberikan petunjuk
dan motivasi, mengorganisir interaksi sosial, dan membuat respon orang lain
bisa diprediksi dan berharga. Selain itu norma dapat pula diartikan sebagai
seperangkat aturan yang mengatur perilaku manusia supaya tertib.
Kelas-kelas Norma:
a. Norma kinerja adalah kesepakatan mengenai pekerjaan, seperti
seberapa besar hasil yang harus dicapai, batasan keterlambatan, dan
kesepakatan-kesepakatan lainnya.
b. Norma penampilan
c. Norma pengaturan sosial adalah pengaturan hubungan antar personal di
dalam kehidupansehari-hari.
d. Norma alokasi sumberdaya adalah pengaturan mengenai perolehan dan
pembagian alokasi tenaga, waktu, alat, tugas dan pekerjaan yang sesuai.
3. Status
Merupakan posisi sosial atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang
diberikan ke kelompok atau anggota kelompok lain. Pengaruh status dalam
perilaku:
a. status dan norma, peringkat status dan penyimpangan dalam norma
kelompok
b. kesetaraan status, terciptanya ketidakseimbangan yang terjadi dalam
berbagai jenis perilaku
c. status dan budaya, transformasi lintas budaya yang mempengaruhi
status individu atau kelompok
d. ukuran, jumlah anggota kelompok yang mempengaruhi perilaku
keseluruhan kelompok
4. Group Size
Group size berkaitan dengan jumlah anggota dalam suatu kelompok. Menurut
Robbins (2007), ada tiga jenis dari ukuran kelompok (group size), yaitu:
a. Small groups, biasanya kelompok-kelompok kecil lebih cepat pada
menyelesaikan tugas-tugas daripada yang lebih besar. Selain itu,
kelompok kecil memanfaatkan fakta lebih efektif daripada grup besar.
b. Large groups, kelompok besar lebih baik dalam penyelesaian masalah
daripada kelompok kecil. Selain itu, kelompok besar lebih efektif dalam
pencariian fakta dan mendapatkan input yang beragam.
c. Social loafing, adalah kecenderungan individu untuk mengeluarkan
usaha yang lebih sedikit saat bekerja secara kolektif dibandingkan saat
bekerja secara individual.
5. Degree of group cohesiveness
Cohesiveness atau kepaduan merupakan tingkatan dimana anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal dalam kelompok.
Kepaduan dapat disebabkan oleh kebersamaan waktu, interaksi yang tinggi
antar anggota, karena dapat meningkatkan produktivitas kelompok. Highly
cohesive group (kelompok yang sangat kohesif) lebih efektif dan produktif
daripada less cohesive group (kelompok yang kurang kohesif) ketika tujuan
mereka selaras dengan tujuan kelompok. Berikut ini adalah hubungan antara
tingkat kohesif dan produktivitas:
D. GROUP DECISION MAKING TECHNIQUES
Metode pengambilan keputusan dalam suatu kelompok antara lain:
1. Interacting group
Kelompok yang khas, dimana anggota kelompok berinteraksi secara langsung
satu sama lain.
2. Brainstorming
Sebuah generasi ide proses yang secara khusus membuka setiap alternatif,
dan menahan diri dari setiap kritik yang muncul atas alternatif tersebut.
3. Nominal group technique
Sebuah metode pengambilan keputusan kelompok dimana anggota individu
bertemu muka dengan muka dengan kolam penilaian mereka secara sistematis
tetapi independen. Metode ini membatasi komunikasi antar pribadi selama
proses pengambilan keputusan, karena masing masing individu mengemban
tugas secara independen
4. Electronic meetings
Sebuah pertemuan di mana anggota berinteraksi di komputer, memungkinkan
untuk anonimitas komentar dan agregasi suara.
BAB II
ANALISIS PERILAKU ORGANISASI DEPARTEMEN HUMAS, IT, DAN PERS
BEM FKM UNAIR 2011
A. KLASIFIKASI GRUP
Departemen Humas, IT dan Pers BEM FKM UNAIR termasuk dalam
klasifikasi formal group karena karena berdiri di bawah BEM FKM unair atas dasar
surat keputusan dekan FKM Unair tentang pendirian BEM FKM Unair tahun 2011.
Selain itu, departemen Humas, IT dan Pers, IT dan Pers BEM FKM UNAIR
memenuhi kriteria-kriteria dari formal grup, antara lain:
a. Mempunyai struktur organisasi yang jelas yang tercermin pada bagan struktur
organisasi.
b. Peraturan yang legal dan disahkan oleh badan/pimpinan yang berwenang
yaitu BEM FKM UNAIR.
c. Adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga
(ART) yang ada pengangkatan anggota diangkat dan disahkan oleh BEM
FKM UNAIR.
d. Setiap anggota mempunyai status keanggotaan yang resmi dan mengetahui
job desk masing-masing.
B. FASE PEMBENTUKAN GRUP
Fase pembentukan Grup:
1. Forming
Departemen Humas, IT dan Pers BEM FKM UNAIR merupakan
kelompok formal yang ada di lingkungan FKM UNAIR. Organisasi ini
dibentuk dengan tujuan untuk mewadahi minat mahasiswa di bidang
informasi dan komunikasi, dengan tiga proritas sasaran yaitu komunikasi dan
informasi dengan masyarakat, teknologi, dan media massa. Departemen
Humas, IT dan Pers, IT dan Pers BEM FKM UNAIR sudah memasuki tahap
ini. Fase ini telah dilaksanakan pada saat awal pembentukan group
berdasarkan seleksi dan pengukuhan anggota BEM FKM Unair 2011 oleh
dekan FKM Unair. Pengukuhan berdasarkan surat keputusan dekan ini
menandakan masa pembentukan group telah terlaksana dengan model
pembentukan formal group. Selain pembentukan secara formal untuk
memperoleh status legal-formal, didalam kelompok juga telah terlaksana fase
forming ini secara non formal melalui perkenalan dan adaptasi tingkah laku
pada masing-masing anggota.
Pada pengurusan tahun ini dibentuk sejak bulan Maret 2011 dan
disahkan oleh dekanat FKM UNAIR dengan kepengurusan keanggotaan
Departemen Humas, IT dan Pers, IT dan Pers BEM FKM UNAIR :
Ketua : M. Ridwan Arifin
Sekretaris : Zafira Wardoyo
Bendahara : Nenni Septianingrum
Kadiv Humas : Maggie A.F
Staf Humas : Nikmah R.N.I
Anis P.N
Apriz
Kadiv Pers dan IT : Alfreda Effie
Staf Pers dan IT : Hafidz A.
Ahmad Sulthon
Lintang P.
Pada awal pembentukan pengurus baru periode 2010-2011, masing-
masing anggota cenderung masih menutup diri, belum saling mengenal dan
belum bisa saling percaya. Namun para anggota memiliki motivasi dan usaha
untuk mendekatkan diri satu sama lain .
2. Storming
Organisasi Departemen Humas, IT dan Pers, IT dan Pers BEM FKM
UNAIR sudah melalui fase storming dimana masing-masing anggota
mengembangkan ide yang berhubungan dengan tugas dan pekerjaan sehari-
hari. Fase Storming telah dilaksanakan pada saat curah pendapat antar sesama
anggota terkait ranah dan model kerja dari group sebelum rapat kerja BEM
FKM Unair 2011. Fase ini dilakukan untuk menentukan rencana kerja selama
setahun kedepan beserta arahan teknis dan penanggung jawab di masing-
masing kegiatan yang dilakukan. Pada masa ini biasanya sering terjadi
konflik dalam hal penyamaan persepsi terkait arahan dan penanggung jawab
kegiatan. Organisasi ini memiliki agenda pertemuan rutin yang bertujuan
untuk membahas kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Pada kegiatan
tersebut tak jarang muncul konflik-konflik yang terjadi antar personal.
Namun anggota juga saling bertukar pikiran, mengemukakan pendapat dan
solusi untuk menuju suatu kesepakatan bersama.
3. Norming
Masa ini telah terlaksana pula pada saat penentuan budaya kerja dalam
group. Masa ini dilakukan pada saat pengikatan komitmen bersama terkait
waktu pelaksanaan rapat, tata laksana rapat, punishment bagi pelanggar
kesepakatan group dan hal-hal lain yang telah disepakati bersama pada saat
pembentukan group secara kekeluargaan. Dari fase ini terwujud suatu tata
etika dalam group yang dilaksanakan bersama oleh semua anggota group
namun tidak tertulis secara formal. Selain itu pembentukan karakter
organisasi telah dilakukan pada fase ini.
Di organisasi Departemen Humas, IT dan Pers BEM FKM UNAIR
telah memiliki peraturan legal yang tertuang pada tata tertib yang bercermin
pada visi misi organisasi. Peraturan ini telah disahkan oleh badan yang
berwenang yaitu FKM UNAIR dan disepakati untuk dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab oleh anggotanya.
Di bawah ini adalah visi, misi, job describtion, serta job specification
Departemen Humas, IT dan Pers BEM FKM UNAIR :
Visi:
Meningkatkan pengetahuan dan jaringan mahasiswa FKM melalui
media.
Misi:
1. Mewujudkan buletin kampus dalam proses edukasi di kalangan
mahasiswa FKM Unair.
2. Meningkatkan jejaring mahasiswa FKM Unair sesuai bidang
keilmuannya.
Job Describtion:
Meningkatkan jaringan mahasiswa dengan stakeholder dalam
membantu kegiatan belajar mahasiswa, meningkatkan kemampuan
mahasiswa FKM Unair dalam pengembangan media dan teknologi,
memberikan informasi kepada mahasiswa FKM Unair melalui media
cetak dan elektronik.
Job Specification:
Mahasiswa FKM Unair yang memiliki kemampuan di bidang IT,
jurnalistik, dan public speaking serta mau meningkatkan
kompetensinya.
4. Performing
Pada saat ini kelompok masih dalam masa performing yaitu dalam
bentuk realisasi kegiatan-kegiatan yang telah tersusun dalam rencana kerja
untuk mendapat pengakuan terhadap keberadaan (eksistensi) group tersebut.
Anggota kelompok saling bergantung satu sama lain dan saling partisipasi
untuk bekerja sama menyelesaikan tugas. Setiap anggota selalu berusaha
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dengan acuan rencana program
kerja antara lain :
a. Komunitas pecinta film
b. Training media cetak
c. Lomba poster nasional dan internal
d. Website BEM FKM
e. Mading BEM, Mading info lomba, mading publikasi
f. JoPH (Jurnalistik of Public Health)
g. Blog, E-mail, Milis dan Facebook BEM
h. ID pers dan seragam tugas humas dan pers
i. KuaS (Kunjungan Perusahaan)
j. VALEN (Visit and Learning)
5. Adjourning
Organisasi Departemen Humas, IT dan Pers, IT dan Pers BEM FKM
UNAIR belum sampai pada tahap ini. Karena hingga sampai analisa dibuat,
kepengurusan masih berjalan. Organisasi ini akan mengalami fase adjourning
pada saat akhir kepengurusan yaitu pada sekitar bulan Maret 2012 dimana
pada akhir kepengurusan masing-masing anggota akan dilepas status
keanggotannya yang kemudian akan diteruskan oleh kepengurusan yang baru.
C. GROUP STRUCTURE
1. Peran (Roles)
Secara umum, peran dalam organisasi Departemen Humas, IT, dan Pers
adalah Tata Aturan formal terkait SOP BEM FKM Unair yang telah tertera
dalam SK. Dekan.
a. Identitas peran (role identity)
Di organisasi Departemen Humas, IT, dan Pers, yang memiliki 3 orang
sebagai BPH yaitu ketua, sekretaris dan bendahara. Masing-masing
memiliki sikap dan perilaku :
- Ketua: sebagai pemimpin oragnisasi memiliki sikap dan perilaku
yang bijaksana
- Sekretaris: memiliki sikap dan perilaku yang rajin dan teliti dalam
urusan pencatatan dan pendataan
- Bendahara: memiliki sikap da perilaku yang pandai dan bermat
mengurusi bidang keuangan
Sikap dan perilaku masing-masing anggota ini akan mencerminkan
identitas perannya di dalam organisasi.
b. Persepsi peran (role perception)
Misalnya peran seorang ketua Departemen Humas, IT, dan Pers, dia
harus memiliki persepsi bagaimana dapat menjadi ketua yang baik,
seperti dapa mengambil keputusan yang baik, mengarahkan
anggotanya, dll.
c. Harapan Peran (role expectation)
Misalnya seorang ketua mengharapkan peran sekretaris yang cakap dan
mampu untuk membuat buku administrasi yang baik, dan sebaliknya
sekretaris juga sangat mengharapkan peran seorang ketua yang selalu
membimbing tugas sekretaris.
d. Konflik Peran (role conflict)
Contohnya seperti ketua Departemen Humas, IT dan Pers yang juga
sebagai ketua himpunan beasiswa ETOS Surabaya. Sehingga terkadang
terdapat jadwal atau tugas yang bentrok sehingga menyebabkan
seseorang harus memilih salah satu di antara peran tersebut untuk
dilakukan lebih dulu.
2. Norma
Secara umum, peran dalam organisasi Departemen Humas, IT, dan Pers
adalah Tata perilaku bersama yang telah disepakati sebagai budaya organisasi
BEM FKM unair 2011. Kelas-kelas Norma:
a. Norma kinerja
Norma kinerja yang ada di Departemen Humas, IT dan Pers BEM FKM
UNAIR adalah target pekerjaan yng harus dicapai sesuai dengan
deadline yang diberikan, batasan keterlambatan 15 menit atau sesuai
kesepakatan.
b. Norma penampilan
Norma penampilan yang ada di Departemen Humas, IT dan Pers adalah
sesuai dengan norma penampilan yang ada di peraturan FKM UNAIR,
yaitu menggunakan pakaian yang rapi dan pantas. Namun untuk tugas
ke luar lingkungan FKM atau tugas resmi maka anggota akan
berpakaian seragam keanggotaan departemen.
c. Norma pengaturan sosial
Norma pengaturan sosial Departemen Humas, IT dan Pers BEM FKM
UNAIR dilaksanakan dngan baik sehingga menghasilkan hubungan
yang harmonis antara anggota intern departemen maupun ekstern
dengan departemen lain.
d. Norma alokasi sumberdaya
Norma alokasi sumberdaya di Departemen Humas, IT dan Pers BEM
FKM UNAIR sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan sumber
daya yang ada yang besar penugasan yang sesuai kapasitas kerja
kemampuan anggota.
3. Status
Merupakan suatu departemen di bawah BEM FKM Unair, sehingga dalam
penyelenggaraan kegiatan masih membutuhkan persetujuan dari BEM FKM
Unair.
4. Group Size
Termasuk group kecil karena hanya terdiri dari 11 orang. 1 kadept, 2 kadiv, 8
anggota.
5. Degree of group cohesiveness
Sudah cukup tinggi, hal ini ditunjang oleh upgrading untuk menjalin
keakraban antar anggota yang dilaksanakan setiap dua bulan sekali. Sehingga
selain terikat dalam konstitusi formal-legal group ini juga memiliki jalinan
non formal antar sesama anggota.
D. GROUP DECISION MAKING TECHNIQUES
Metode pengambilan keputusan yang dipakai dalam Departemen Humas, IT
dan Pers BEM FKM UNAIR adalah brainstorming, yaitu dilakukan dengan cara
curah pendapat dengan masing-masing komponen group meliputi kepala
departemen, kepala divisi dan staff masing-masing divisi. Curah pendapat ini
dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan suatu keputusan terhadap
group. Setelah didapatkan kesepakatan tahap selanjutnya adalah pengikatan
komitmen untuk melaksanakan keputusan bersama tersebut.