Upload
phungduong
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | iii
PDRB Menurut Pengeluaran
Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2010-2016
No. katalog BPS : 9302020.8207
Ukuran Buku : 14.28 cm × 21 cm
Jumlah Halaman : viii + 66 halaman
Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Diterbitkan Oleh : BPS Kabupaten Pulau Morotai
Dicetak Oleh : BPS Kabupaten Pulau Morotai
iv | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Morotai, September 2017
Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Pulau Morotai
Harim Arrosid, SST, M.Si.
KATA PENGANTAR
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Pulau Morotai Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2016
merupakan publikasi yang diharapkan berkelanjutan pada tahun
berikutnya.
Berbeda dengan PDRB menurut Lapangan Usaha, pada
PDRB menurut Pengeluaran ini akan dijelaskan komposisi
penggunaan dari nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh PDRB
menurut Lapangan Usaha. Untuk mempermudah pengguna data,
pada buku ini juga akan disajikan konsep, definisi, dan metodologi
yang digunakan dalam penghitungannya. Selain itu juga disajikan
ulasan sederhana hasil penghitungan pada tahun 2010-2016.
Oleh karena adanya keterbatasan data yang tersedia, maka
disadari pada penerbitan ini masih banyak ditemukan kekurangan
dan kelemahan yang perlu disempurnakan pada penerbitan yang
akan datang. Saran dan kritik perbaikan tetap diharapkan dari para
pembaca dan penggunan data pada umumnya.
Akhirnya kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
terkait yang telah membantu hingga dapat tersusunnya publikasi ini
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
BAB II KONSEP DAN DEFINISI........................................ 3
2.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ................ 3
2.2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT ........................... 8
2.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ...................... 11
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto ......................... 15
2.5 Perubahan Inventori ............................................. 22
2.6 Ekspor dan Impor ................................................. 27
BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN ............................ 31
3.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ................ 39
3.2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT ........................... 44
3.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ...................... 45
3.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto ......................... 47
3.5 Perubahan Inventori ............................................. 49
3.6 Net Ekspor antar Daerah ...................................... 51
BAB IV PERKEMBANGAN PDRB .................................... 53
4.1 PDRB (Nominal) .................................................. 53
4.2 Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor ...... 55
4.3 Perbandingan Konsumsi RT terhadap PMTB ...... 56
4.4 Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ........... 57
4.5 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB ................. 58
4.6 Perbandingan PDRB terhadap Impor ................... 59
LAMPIRAN .......................................................................... 61
vi | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
DAFTAR TABEL
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010-2016.……. 33
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010-2016 …..... 34
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran Kabupaten
Pulau Morotai Tahun 2010-2016 .....…………….. 36
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2016 …… 37
Tabel 5. Laju Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten
Pulau Morotai Tahun 2011-2016…………...……. 38
Tabel 6. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah
Tangga Tahun 2013-2016 …………………..…..... 41
Tabel 7. Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016……... 42
Tabel 8. Pertumbuhan Rill Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah
Tangga Tahun 2013-2016 …………………..……. 43
Tabel 9. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi LNPRT
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016.……. 44
Tabel 10. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016.…..... 45
Tabel 11. Perkembangan dan Struktur PMTB Kabupaten Pulau
Morotai Tahun 2013-2016 ……........…………….. 48
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016 ……. 51
Tabel 13. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB per kapita
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016.……. 54
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | vii
Tabel 14. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi
Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor……..…..... 55
Tabel 15. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB
Tahun 2013-2016………………......…………….. 57
Tabel 16. Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir terhadap
PDRB Kabupaten Pulau Morotai …………..…… 58
Tabel 17. Rasio Ekspor terhadap PMTB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2010-2016 …………………………..……. 59
Tabel 18. Rasio PDRB Atas Dasar Harga Berlaku terhadap Impor
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010-2016 …..... 60
viii | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Perbandingan PDRB ADHB dan ADHK 2010 Menurut
Pengeluaran Tahun 2010-2016 ….………………. 34
Grafik 2. Laju Pertumbuhan PMTB Tahun 2011-2016......... 48
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu adalah data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan
pendekatan pengeluaran. Secara konsep, ketiga pendekatan tersebut
akan menghasilkan angka yang sama antara jumlah pengeluaran
dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan, dan harus sama
pula dengan jumlah pendapatan (balas jasa) untuk faktor-faktor
produksinya.
PDRB yang dihitung melalui pendekatan produksi
menjelaskan bagaimana PDRB dihasilkan oleh berbagai sektor
ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah. PDRB yang demikian
disebut sebagai PDRB menurut sektor atau biasa disebut sebagai
PDRB dari sisi penyediaan. PDRB yang disusun melalui pendekatan
pengeluaran menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah
digunakan atau dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan
permintaan di dalam wilayah maupun untuk memenuhi kebutuhan di
luar wilayah. PDRB demikian itu disebut sebagai PDRB menurut
penggunaan atau disebut PDRB menurut pengeluaran.
2 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Penyusunan publikasi PDRB Kabupaten Pulau Morotai
menurut Pengeluaran dilatar belakangi oleh semakin meningkatnya
kebutuhan terhadap data PDRB yang dirinci menurut penggunaanya,
yaitu permintaan domestik yang berupa pengeluaran konsumsi
rumah tangga baik untuk makanan maupun non makanan, konsumsi
lembaga non profit yang melayani rumah tangga, konsumsi
pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto. Sedangkan
permintaan dari luar wilayah adalah berupa ekspor. Namun karena
sebagian permintaan terhadap barang dan jasa dalam suatu wilayah
termasuk barang dan jasa yang berasal dari wilayah (impor), maka
dalam PDRB menurut pengeluaran ekspor barang dan jasa dikurangi
impor barang dan jasa untuk memperoleh ekspor neto. Dalam PDRB
menurut pengeluaran, selisih antara permintaan dan penyediaan yang
mencerminkan perbedaan statistik dicakup dalam perubahan
inventori.
Informasi yang dirinci tersebut diharapkan dapat membantu
para pengguna data terutama para peneliti untuk dapat memahami
kondisi perekonomian Kabupaten Pulau Morotai dari sisi
permintaan.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 3
BAB II
KONSEP DAN DEFINISI
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
i. Pendahuluan
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar
dalam perekonomian. Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan
konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di
samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa,
rumahtangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor
produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor
institusi lain.
ii. Konsep dan definisi
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah
pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan
konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau
kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan
tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki
harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara
bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan.
iii. Cakupan
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa
oleh residen suatu wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di
luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang dan jasa yang
dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of
4 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Individual Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan
oleh UN (United Nations), sebagai berikut:
1. Makanan dan minuman tidak beralkohol
2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3. Pakaian dan alat kaki
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5. Furnitur, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6. Kesehatan
7. Angkutan
8. Komunikasi
9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
10. Pendidikan
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel
12. Barang dan jasa lainnya
Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut
dikelompokkan kembali menjadi hanya 7 COICOP, yaitu:
1. Makanan, Minuman, dan Rokok
2. Pakaian dan Alas Kaki
3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan
Rumah Tangga
4. Kesehatan dan Pendidikan
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6. Hotel dan Restoran
7. Lainnya
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sebagai berikut:
- Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied
dwellings);
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 5
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan
karena rumah tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa
persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa rumah
diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah
tersebut milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar
menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa yang dibayar,
baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat
keringanan biaya (subsidi atau transfer).
- Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;
- Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari
pihak lain;
- Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh
residen diluar wilayah atau diluar negeri (diperlakukan sebagai
impor)
Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan
PKRT ini, yaitu:
- Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai
ekspor dari wilayah tersebut.
- Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi),
seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya
diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga, bukan
konsumsi rumah tangga.
- Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan
pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah tangga,
tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha,
perbaikan besar rumah, dan pembelian rumah.
6 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
- Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang
atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi
rumah tangga.
iv. Penghitungan PKRT Tahunan
1. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT
adalah:
- Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam
bentuk pengeluaran konsumsi per-kapita seminggu
untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan
untuk kelompok bukan makanan,
- Jumlah penduduk pertengahan tahun,
- Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam
bentuk data atau indikator suplai komoditas dan jenis
pengeluaran tertentu,
- Indeks Harga Konsumen (IHK).
2. Metode penghitungan
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Akan
tetapi, karena hasil estimasi data pengeluaran rumah tangga
yang berasal dari Susenas cenderung underestimate
(terutama untuk kelompok bukan makanan dan kelompok
makanan jadi), maka perlu dilakukan penyesuaian
(adjustment). Dalam melakukan adjustment, digunakan
data sekunder dalam bentuk data atau indikator suplay dari
berbagai sumber data di luar Susenas. Setelah diperoleh
hasil adjustment, maka yang dilakukan adalah mengganti
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 7
hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan
pada data sekunder. Penggantian dilakukan pada level
komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran
tertentu. Hal ini dilakukan karena hasil penghitungan dari
data sekunder dianggap lebih mencerminkan PKRT yang
sebenarnya.
Langkah penghitungan di atas menghasilkan
besarnya PKRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PKRT
atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan
cara mendeflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar
2010.
Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan
PKRT dapat diringkas sebagai berikut:
1. Estimasi PKRT hasil Susenas:
a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita
seminggu x (30/7) x 12 x jumlah penduduk
pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita
sebulan x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun
2. Data poin ke 1 dikelompokkan menjadi 7 kelompok
COICOP, dengan beberapa komoditas yang mungkin
dikontrol secara tersendiri;
3. Terhadap data poin ke 3 dilakukan koreksi dengan
menggunakan data sekunder atau indikator suplai
komoditas dari jenis pengeluaran tertentu;
4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota
8 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
(Provinsi/Kota terdekat);
6. PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi
hasil poin ke 4 dengan hasil poin ke 5.
2.2 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
i Pendahuluan
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga
(LNPRT) muncul sebagai sektor tersendiri dalam suatu
perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan
barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara
gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi.
Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut
biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang
berlaku).
ii Konsep dan definisi
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP).
Sesuai dengan fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani
rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga.
Karakteristik unit LNP adalah sebagai berikut :
- LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang
merupakan lembaga informal yang keberadaannya diakui oleh
masyarakat;
- pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota
terpilih yang punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan
lembaga;
- setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam
organisasi, dan tidak berhak menguasai profit atau surplus,
karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 9
dikuasai oleh lembaga;
- kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota
terpilih, dan kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari
dewan pengurus; dan
- istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat
menciptakan surplus melalui kegiatan produktifnya, namun
surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali pada
aktivitas sejenis.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau
rumahtangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari
lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan berbentuk badan
usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi
kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan
sosial/kebudayaan/olahraga/hobi, Lembaga swadaya masyarakat,
Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan
kemanusiaan/beasiswa.
iii. Cakupan
Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang
dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasar tersebut dihitung
berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka
melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud
terdiri dari:
a. Konsumsi antara, contoh: pembelian alat tulis, barang cetakan,
pembayaran listrik, air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat,
seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas,
belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan
kantor dll.
10 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor,
bonus dan tunjangan lainnya
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB,
STNK, BBN dll.
iv. Penghitungan PK-LNPRT Tahunan
1. Sumber data
- Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata
pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran.
- Hasil up-dating direktori LNPRT.
Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori
LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT menurut jenis
lembaga.
- Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Metode penghitungan
PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode
langsung, yaitu menggunakan hasil SKLNP. Tahapan estimasi
PK-LNPRT adalah sebagai berikut:
- Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan
jenis pengeluaran (barang dan jasa). Barang dan jasa yang
diperoleh secara cuma-cuma, nilainya diperkirakan sesuai
harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga
menurut jenisnya dihitung dengan rumus sebagai berikut :
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 11
�̅�𝑖𝑗 =𝑥𝑖𝑗
𝑛𝑖
�̅�𝑖𝑗 : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga
dan jenis pengeluaran
𝑥𝑖𝑗 : PK-LNPRT hasil survey menurut jenis lembaga dan
jenis pengeluaran
𝑛𝑖 : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis
lembaga
𝑖 : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3,…., 7
𝑗 : Jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
- Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan
rumusan sbb:
𝑋 =∑∑�̅�𝑖𝑗 × 𝑁𝑖
19
𝑗=1
7
𝑖=1
𝑋 : PK-LNPRT adh berlaku
𝑁𝑖 : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas
dasar harga berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan
(ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PK-LNPRT
ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
i. Pendahuluan
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui
proses politik, serta mempunyai kekuasaan di bidang lembaga
legislatif, yudikatif, maupun eksekutif atas unit institusi lain yang
berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah.
12 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya,
seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau
individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau
pendapatan lainnya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau
kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam
produksi non-pasar.
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan
sebagai konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator yang
menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan moneter.
Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi
atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah
akan melakukan aktivitas memproduksi barang dan jasa maupun
aktivitas investasi.
ii. Konsep dan Definisi
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-
P) sama dengan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan
pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P
mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin,
pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk
barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari
Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa
yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari
aktivitas pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai
berikut:
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 13
1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang
yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan
publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, pembibitan tanaman
di kebun percobaan dan sebagainya. Aktivitas menjual barang-
barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit
pemerintah.
2. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah
sakit, sekolah, perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat
rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai oleh
pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya yang
umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut
sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa).
iii. Cakupan
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah
pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik
Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD).
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi
mencakup : a. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di
wilayah provinsi; b. PK-Pemerintah Provinsi yang bersangkutan; c.
PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah
Provinsi; d. PK-Pemerintah Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di
wilayah Provinsi bersangkutan.
14 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
iv. Penghitungan PDRB Tahunan
1. Sumber Data
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi
Tahunan adalah:
a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu)
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)
d. Output Bank Indonesia (BI)
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian
Keuangan serta Indeks Harga dari BPS.
2. Metode Penghitungan
a. PK-P Provinsi adh Berlaku
Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung
menggunakan rumusan berikut:
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya
yang dikeluarkan, yaitu: Belanja pengadaan
barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yang
dibeli dengan harga pasar), belanja pegawai, dan
penyusutan.
Untuk level Provinsi, PK-P Provinsi adh
Berlaku, dihitung berdasarkan penjumlahan dari
pengeluaran akhir konsumsi pemerintah kabupaten itu
PK-P adh Berlaku =
Output non pasar – penjualan barang
dan jasa + output Bank Indonesia
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 15
sendiri + pengeluaran akhir konsumsi pemerintah
seluruh kecamatan yang ada di wilayah Provinsi
tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah
desa/kelurahan/nagari yang ada diwilayah kabupaten
tersebut + pengeluaran pemerintah Pusat yang menjadi
bagian dari kabupaten yang bersangkutan.
b. PK-P Provinsi adh Konstan
Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan
dihitung dengan menggunakan metode deflasi.
Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor,
Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik
Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto,
Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
i Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang
akan mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah.
Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan investasi finansial.
Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin
pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan
Perubahan Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed
asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset
tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti:
16 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan,
tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
ii Konsep dan definisi
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan
aset tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu.
Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan,
pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari
dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri
(termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal), dan
pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan
pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter,
dan sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain.
Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak
dicatat sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun,
serta akan mengalami penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah
”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung
unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal
(Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai
barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal
selama satu periode.
iii Cakupan
PMTB terdiri dari:
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang
baru maupun barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal,
bangunan bukan tempat tinggal, bangunan lainnya, mesin &
perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 17
yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan
intelektual (intellectual property products), dan sebagainya;
2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak
diproduksi, seperti lahan dan aset yang dipatenkan;
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas
produksi dan usia pakainya (seperti overhaul mesin produksi,
reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan pengairan
hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
iv Penghitungan PMTB Tahunan
1. Sumber data
a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB
menurut industri konstruksi dari BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota.
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal
impor dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan
Bea Cukai) setempat.
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik
Industri Kecil dan Rumah tangga (level provinsi).
d. Laporan keuangan perusahaan.
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level
provinsi.
f. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas
dan non-migas).
h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.
i. Publikasi Statistik Konstruksi.
j. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan
18 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Sumber Daya Mineral (ESDM).
k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
2. Metode penghitungan
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui
metode langsung maupun tidak langsung, tergantung pada
ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah
masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara
menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang
dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara
langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah
dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total
penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang
modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan
“arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply”
dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri
(domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan
dengan cara menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi
di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut
dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah
termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya
transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain
yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi
barang modal yang berasal dari impor di dalamnya
termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan
pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 19
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB
secara langsung dapat diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data
tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh
berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk
memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh
Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga
perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok
barang modal.
Pendekatan Tidak Langsung
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung,
disebut sebagai pendekatan arus komoditas (commodity
flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara
menghitung nilai penyediaan produk barang yang
dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian
sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal.
Penghitungan PMTB dalam bentuk bangunan, dilakukan
dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri
konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat
angkutan dan barang modal lainnya dibedakan atas barang
modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang
berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat
diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi
output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang
menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus
ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan,
20 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh
nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh
Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang
modal.
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data
output tidak tersedia adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau
mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi
jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan
PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan
terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh
Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “inflate”
(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis
barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini
mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun
sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat
angkutan dan barang modal lain yang berasal dari impor,
dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama,
PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor.
Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut
kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan
barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia
dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang
modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk memperoleh
PMTB adh Konstan adalah dengan cara men“deflate”
PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga
yang sesuai.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 21
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-
berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung dengan cara
mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka
di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan
data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas
pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral
pada periode sebelumnya. Sedangkan PMTB adh
Konstannya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku
dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan.
Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan
menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunannya.
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku
diperoleh dengan cara mengumpulkan data laporan
keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk
adh Konstan diperoleh dengan men-deflate nilai adh
Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan
seni original (entertainment, literary, or artistic original
products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan
program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data
Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh
Konstannya diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh
Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan
IHPB barang impor.
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam
penghitungan PMTB melalui pendekatan tak-langsung
(arus komoditas), yaitu:
22 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang
modal cenderung statis. Untuk memperbaiki diperlukan
survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and
Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran
(referensi) dengan data publikasi yang diperoleh dari
sumber data tertentu, terlalu lama.
2.5 PERUBAHAN INVENTORI
i Pendahuluan
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai
salah satu komponen yang dibutuhkan untuk keberlangsungan
proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal.
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori
merupakan bagian dari Pembentukan Modal Bruto, atau yang
lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun
waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam
bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan
bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data
perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan
analisis tentang aktivitas investasi.
ii Konsep dan definisi
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah
barang yang dikuasai oleh produsen untuk tujuan diolah lebih
lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 23
lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih
tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih
dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi
yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori
pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal
periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang
perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna
pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk
menjaga kelangsungan proses produksi, sehingga perlu
pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan
penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal
juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk
melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi
pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur
spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang
lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan
khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk
menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena
menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu
ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti
beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga
pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam
mengatur perilaku konsumsinya saja.
24 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
iii Cakupan
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang
adalah sbb:
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil
perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan,
industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta
konstruksi;
b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material &
supplies), yaitu semua bahan, komponen atau
persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi;
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi
belum terjual atau belum digunakan, termasuk barang
yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu
dibeli;
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang
sebagian telah diolah atau belum selesai (tidak termasuk
konstruksi yang belum selesai).
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang
besar maupun pedagang eceran untuk tujuan dijual;
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual
atau dipakai sebagai bahan bakar atau persediaan; dan
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang
strategis seperti beras, kedelai, gula pasir, dan gandum.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 25
iv Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan
1. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan
komponen perubahan inventori adalah:
- Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei
atau dari mengunduh website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id);
- Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD;
- Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik
pertambangan dan penggalian;
- Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang;
- Data komoditas perkebunan;
- Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
- Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
- Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog,
data semen dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari
Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak
Kementan.
2. Metode Penghitungan
Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan
komponen perubahan inventori, yaitu pendekatan langsung dan
pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung adalah
pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak
langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.
Dilihat dari sisi manfaatnya, pendekatan secara langsung
menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan
pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat
26 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan
berkesinambungan.
Pendekatan Langsung
Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan
diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya
di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir
tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai
perubahan inventori adh berlaku, diperlukan data inventori di
tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari
laporan keuangan, adalah sebagai berikut:
- menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara
mendeflate stok awal dan akhir dengan IHPB akhir tahun;
- menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan
mengurangkan posisi di tahun berjalan dengan di tahun
sebelumnya; dan
- menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan
menginflate perubahan inventori adh Konstan dengan IHPB
rata-rata tahunan.
Pendekatan Tidak Langsung
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan
pendekatan arus komoditas (commodity flow). Data utama yang
digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang
inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku
diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir
dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga
penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan
barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. mendeflate
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 27
nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang
sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal
dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam
menghitung komponen Perubahan Inventori adalah bahwa:
- Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi
atau pada satu saat untuk periode waktu yang berurutan;
- Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan
harganya;
- Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume
umumnya tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori
tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks harga komoditas
inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai;
- Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk
melengkapi estimasi untuk industri yang datanya tidak tersedia.
2.6 EKSPOR DAN IMPOR
i Pendahuluan
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini
telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan
sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama
munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha mendatangkan dari
daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang
memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik,
28 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau bahkan ke
luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan
permintaan masyarakat atas barang dan jasa semakin meningkat
dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi
juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi
tersebut semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu
wilayah menjadi semakin berkembang.
ii Konsep dan definisi
Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih
kepemilikan ekonomi (baik penjualan/pembelian, barter, hadiah
ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah
tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.
iii Cakupan
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi
tersebut
b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi
tersebut
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi,
komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya
c. Net Ekspor antar daerah
- Ekspor antar daerah
- Impor antar daerah
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 29
iv Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan
1. Sumber data
a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari
BPS (dalam US$)
b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari
BPS (dalam US$)
c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI
d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat
barang di pelabuhan;
e. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi
di jembatan timbang;
f. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi
dari hasil survei.
g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia
2. Metode Penghitungan
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free
on board (fob) dalam US$. Penghitungan ekspor barang luar
negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai
PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang.
Sedangkan Impor barang luar negeri dilakukan dengan
mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi
jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut
masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung
(direct purchase) dan transaski yang tidak terdokumentasi
(undocumented transaction) baik oleh residen maupun non
30 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai
sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB
pengeluaran.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 31
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN PULAU MOROTAI
BERDASARKAN PDRB MENURUT PENGELUARAN
Menurut Nelis dan Parker (2002), didalam ekonomi sebagai
suatu kesatuan, pelaku ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi lima
kelompok, yaitu:
1. Rumah Tangga (termasuk Nirlaba)
2. Pemerintah
3. Korporasi
4. Jasa Keuangan
5. Kelompok Luar Daerah/Luar Negeri
Pada tingkat paling dasar, rumah tangga menyediakan sumber
daya berupa faktor produksi yang dibutuhkan oleh korporasi untuk
memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi tersebut dapat berupa
tenaga kerja, tanah dan modal. Sebagai balas jasanya, rumah tangga
menerima pembayaran dari korporasi berupa upah dan gaji, sewa dan
bunga serta keuntungan.
Berbeda perannya dengan rumah tangga, korporasi
memperkerjakan dan memberikan balas jasa atau faktor yang
disediakan rumah tangga. Tugas korporasi adalah memproduksi
barang dan jasa yang kemudian dikonsumsi oleh rumah tangga,
pemerintah, korporasi lain, dan pasar luar daerah/luar negeri.
Korporasi juga memainkan peran vital dalam pembentukan investasi
dalam pengadaan mesin dan peralatan, tanah dan bangunan serta
kapasitas produk lainnya.
32 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Seperti halnya korporasi, pemerintah memainkan berbagai
peran dalam perekonomian seperti penyediaan layanan kesehatan,
pendidikan, pertahanan dan keamanan, penegakan hukum dan
kegiatn lainnya. Kemudian pemerintah memberikan balas jasa
berupa upah dan gaji kepada pegawainya yang juga merupakan
kelompok dari rumah tangga.
Untuk memenuhi konsumsinya, Pemerintah memerlukan
barang dan jasa konsumsi akhir dari perusahaan. Di bidang
pembentukan modal Pemerintah juga mengeluarkan dana melalui
pembangunan jalan baru, bangunan untuk sarana umum seperti
rumah sakit, sekolah yang pada akhirnya pemerintah memungut
pajak dari individu dan perusahaan untuk mendanai konsumsi
pemerintah termasuk pembayaran transfer kepada penduduk yang
memerlukan yaitu berupa subsidi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kelompok jasa keuangan berperan menjalankan fungsi
intermediasi keuangan seperti bank, perusahaan asuransi, dana
pensiun, dan lain-lain. Institusi ini tidak memproduksi output secara
fisik sehingga mereka biasanya dikelompokan terpisah dari
korporasi. Peran kelompok ini adalah menyediakan layanan untuk
menjembatani antara penabung dan peminjam. Penabung bisa
berasal dari rumah tangga, korporasi, pihak asing dan badan-badan
lainnya yang melayani publik.
Adapun kelompok luar daerah/luar negeri memberikan
sumbangan langsung dalam hal transaksi ekspor dan impor baik
untuk transaksi dengan daerah lain maupun dengan luar negeri.
Selanjutnya, meningkatnya ketergantungan antar daerah karena
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 33
dampak globalisasi, perlunya arus investasi dari luar cukup
meningkat. Arus modal ini berperan menutup kekurangan tabungan
domestik untuk pembiayaan investasi dan belanja konsumsi yang
diperlukan penduduk.
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2010-2016 (Miliar Rupiah)
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Konsumsi Rumah Tangga 348,76 379,88 414,08 446,22 483,11 535,06 591,88
2. Konsumsi LNPRT 2,44 2,82 3,15 3,71 4,28 4,74 5,26
3. Konsumsi Pemerintah 113,93 126,14 167,94 197,52 229,72 259,35 290,41
4. PMTB 165,96 205,71 246,08 269,52 286,41 325,65 360,98
5. Perubahan Inventori -9,75 -14,15 -37,38 -3,24 -0,76 3,29 0,57
6. Ekspor 578,76 604,78 625,11 635,94 667,10 668,06 688,96
7. Impor 582,41 625,69 651,60 694,01 702,79 715,57 736,16
Total PDRB(1+2+3+4+5+6-7) 617,70 679,49 767,38 855,68 967,07 1080,58 1201,89
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Perubahan struktur ekonomi kabupaten Pulau Morotai akibat
proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2010
sampai dengan 2016 berdasarkan data menunjukan bahwa setiap
komponen pengeluaran terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi
yang terus menunjukan arah positif.
Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen
pengeluaran mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan
34 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia
di wilayah domestik Kabupaten Pulau Morotai digunakan untuk
memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah Tangga, LNPRT, dan
Pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam
bentuk PMTB dan perubahan inventori).
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2010-2016
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Konsumsi Rumah Tangga 348,76 366,23 382,77 394,77 410,08 428,07 453,79
2. Konsumsi LNPRT 2,44 2,74 2,97 3,24 3,59 3,83 4,09
3. Konsumsi Pemerintah 113,93 122,50 145,23 159,97 178,26 190,56 208,87
4. PMTB 165,96 192,54 212,96 231,09 237,16 251,88 268,48
5. Perubahan Inventori -9,75 -13,34 -27,45 -4,51 -0,67 -3,25 -0,39
6. Ekspor 578,76 595,36 632,07 647,15 655,22 660,90 676,99
7. Impor 582,41 620,62 661,38 703,01 709,78 717,16 739,67
Total PDRB(1+2+3+4+5+6-7) 617,70 645,39 687,18 728,72 773,86 821,32 872,95
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Nilai PDRB Kabupaten Pulau Morotai atas dasar harga
berlaku selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2016
menunjukan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2016 mencapai
1201,86 miliar rupiah. Besaran tersebut meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya yang hanya mencapai 1080,57 milar rupiah.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 35
Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi adanya perubahan harga dan
juga perubahan volume.
Selain dinilai atas dasar harga berlaku, PDRB menurut
pengeluaran juga dinilai atas dasar harga konstan 2010 atau berbagai
produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010. Melalui
pendekatan penghitungan atas dasar harga konstan, PDRB di
masing-masing tahun dapat memberikan gambaran tentang
perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada
pengaruh perubahan harga). PDRB menurut pengeluaran atas dasar
harga konstan menggambarkan perubahan atau pertumbuhan
ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume
konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2010 hingga 2016, gambaran
tentang perkembangan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai
berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan juga menunjukan
peningkatan dari tahun ke tahun.
Grafik 1. Perbandingan PDRB ADHB dan ADHK 2010
Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2010-2016
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB
merupakan kontribusi dari semua komponen pengeluarannnya, yang
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
ADHB ADHK
36 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
terdiri dari pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT),
pengeluaran konsumsi akhir LNPRT (PK-LNPRT),pengeluaran
konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto
(PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran Kabupaten
Pulau Morotai Tahun 2010-2016 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Konsumsi Rumah Tangga 56,46 55,91 53,96 52,15 49,96 49,52 49,25
2. Konsumsi LNPRT 0,40 0,42 0,41 0,43 0,44 0,44 0,44
3. Konsumsi Pemerintah 18,44 18,56 21,89 23,08 23,75 24,00 24,16
4. PMTB 26,87 30,27 32,07 31,05 29,62 30,14 30,03
5. Perubahan Inventori -1,58 -2,08 -4,87 -0,38 -0,08 0,30 0,05
6. Ekspor 93,70 89,01 81,46 74,32 68,98 61,82 57,32
7. Impor 94,29 92,08 84,91 81,11 72,67 66,22 61,25
PDRB 100 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel 3 di atas terlihat bahwa selama periode
2011–2015, produk yang dikonsumsi di wilayah domestik sebagian
besar masih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah
tangga dimana barang dan jasa yang dikonsumsi sebagian besar
berasal dari daerah luar Kabupaten Pulau Morotai. Proporsi
konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 20–30 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk
domestik cukup besar. Pengeluaran untuk investasi fisik juga relatif
besar hal ini menandakan pengeluaran investasi semakin meningkat
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 37
yang manfaat jangka panjang dari investasi bisa mengurangi
ketimpangan perekonomian masyarakat di Kabupaten Pulau
Morotai.
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2016 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah Tangga 5,01 4,52 3,13 3,88 4,39 6,01
2. Konsumsi LNPRT 12,06 8,70 9,25 10,50 6,65 6,79
3. Konsumsi Pemerintah 7,52 18,55 10,15 11,43 6,90 9,61
4. PMTB 16,02 10,60 8,52 2,62 6,21 6,59
5. Perubahan Inventori - - - - - -
6. Ekspor 2,87 6,17 2,39 1,25 0,87 2,43
7. Impor 6,56 6,57 6,29 0,96 1,04 3,14
PDRB 4,48 6,47 6,05 6,19 6,13 6,29
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB
adalah pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan
pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan
kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pulau Morotai dari tahun 2011 s.d 2016 mengalami
kecenderungan yang positif dimana pertumbuhan tertinggi terjadi di
tahun 2016 dengan 6,29 persen sedangkan pertumbuhan terendah
terjadi di tahun 2011 dengan pertumbuhan 4,48 persen.
38 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Indeks implisit1 PDRB yang menggambarkan tingkat
perubahan harga yang terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen
akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintahan) maupun konsumen
lainnya (perusahaan dan luar negeri), secara umum harga konsumen
menunjukkan peningkatan setiap tahun. Jika dilihat kenaikan setiap
tahun, selama 2011 hingga 2016, laju indeks implisit tertinggi terjadi
di tahun 2014 dengan 6,43 persen sedangkan pada tahun 2016 laju
kenaikan harga menyentuh angka 4,65 persen.
Tabel 5. Laju Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten
Pulau Morotai Tahun 2011-2016 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah Tangga 3,73 4,29 4,49 4,22 6,10 4,35
2. Konsumsi LNPRT 3,27 2,53 7,99 4,34 3,69 4,09
3. Konsumsi Pemerintah 2,97 12,30 6,77 4,37 5,61 2,16
4. PMTB 6,84 8,16 0,93 3,55 7,06 3,99
5. Perubahan Inventori - - - - - -
6. Ekspor 1,58 -2,64 -0,64 3,61 -0,72 0,68
7. Impor 0,82 -2,28 0,20 0,30 0,77 -0,25
PDRB 5,28 6,07 5,15 6,43 5,28 4,65
1 Indeks perkembangan
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 39
3.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pola konsumsi masyarakat Kabupaten Pulau Morotai
menentukan sumber daya daerahnya. Pemanfaatan tersebut akan
menjadi optimal apabila kebutuhan masyarakatnya memperoleh
proiritas. Dalam kondisi ekonomi yang masih serba terbatas, pola
konsumsi seharusnya diarahkan agar tidak menjurus pada pola hidup
konsumtif dan berlebihan. Pola konsumsi sebaiknya diarahkan untuk
menunjang kegiatan produktif dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada secara efisien,
sehingga tercipta ekonomi yang sehat.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen
yang dominan dalam perekonomian Pulau Morotai. Hal ini tercermin
dari kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap nilai
PDRB secara total. Dari tahun 2010 hingga tahun 2016 sebagian
besar PDRB digunakan untuk konsumsi rumah tangga meskipun
peranannya cenderung sedikit mengalami penurunan, yaitu dari
56,46 persen pada tahun 2010 menjadi 55,91 persen pada tahun 2011,
menurun lagi pada tahun 2012 menjadi 53,96 persen, 52,15 persen
pada tahun 2013, 49,96 persen pada tahun 2014, dan 49,52 persen
pada tahun 2015. Kontribusi pada komponen pengeluaran konsumsi
rumah tangga terus mengalami penurunan hingga tahun 2016
kontribusinya sebesar 49,25 persen dengan nilai PDRB yang
digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 591,88 miliar
rupiah. Nilai tersebut didominasi untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi makanan.
Perkembangan konsumsi rumah tangga cenderung fluktuatif
dari tahun ke tahun, meskipun secara kontribusi terus mengalami
40 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
penurunan. Pada tahun 2011 untuk pengeluaran rumah tangga
meningkat 5,01 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun
2012 mengalami pelambatan dengan peningkatan hanya sebesar 4,52
persen. Pelambatan terjadi juga pada tahun 2013 dengan
pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 3,13
persen. Pada tahun 2014 hingga 2016 pertumbuhan pada komponen
pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan hingga tahun
2016 mencapai 6,01 persen.
Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga pada
tahun 2016 sebesar 47,72 juta rupiah. Besaran tersebut meningkat
dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 44,34 juta rupiah. Pada tahun
2014, rata-rata konsumsi per rumah tangga sebesar 41,11 juta rupiah.
Untuk rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita pada tahun 2016
mencapai 9,48 juta rupiah. Secara umum, peningkatan nilai
konsumsi rumah tangga ini akan terus terjadi. Kondisi ini
menunjukan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga masyarakat
Kabupaten Pulau Morotai meningkat, baik secara kuantitas maupun
secara nilai (termasuk juga peningkatan kualitas).
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 41
Tabel 6. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah
Tangga Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Total Konsumsi Rumah
Tangga (Miliar Rp)
a. ADHB 446,22 483,11 535,06 591,88
b. ADHK 2010 394,77 410,08 428,07 453,79
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB) 52,15 49,96 49,52 49,25
Rata-rata konsumsi per-Kapita /tahun (Ribu Rp)
a.ADHB 7 751,62 8 174,20 8 810,93 9 483,43
b.ADHK 2010 6 857,80 6 938,54 7 049,10 7 271,04
Rata-rata konsumsi per –
Rumah Tangga/tahun (Ribu Rp)
a. ADHB 38 981,58 41 105,40 44 340,88 47 720,70
b. ADHK 2010 34 486,68 34 891,67 35 474,47 36 587,91
Pertumbuhan
a. Total Konsumsi RT 3,13 3,88 4,39 6,01
b. Per-RT 0,32 1,17 1,67 3,14
c. Perkapita 0,33 1,18 1,59 3,15
Jumlah RT(unit) 11 447 11 753 12 067 12 403
Jumlah penduduk (org) 57 565 59 102 60 727 62 412
42 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Jika dirinci lebih dalam, konsumsi rumah tangga terdiri
atas konsumsi berupa barang dan jasa dimana barang dan jasa
tersebut dikelompokkan menjadi tujuh subkomponen konsumsi
rumah tangga. Tujuh subkomponen dijabarkan pada tabel 7
dibawah ini pembagian ini merupakan klasifikasi COICOP yang
sudah distandarkan secara internasional sehingga sifatnya bisa
dibandingkan dengan daerah lain. Tabel 7 di bawah ini
menggambarkan struktur konsumsi rumah tangga berdasarkan jenis
kelompok konsuminya. Secara rata-rata, dari tahun 2011–2015,
terlihat pada struktur konsumsi akhir rumah tangga Kabupaten
Pulau Morotai, bahwa konsumsi makanan, minuman, selain
restoran paling tinggi dibandingkan konsumsi akhir rumah tangga
yang lainnya.
Tabel 7. Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Kabupaten Pulau Morotai tahun 2013-2016 (persen)
Kelompok Konsumsi 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Makanan, Minuman dan Rokok 66,95 64,88 63,76 62,77
b. Pakaian dan Alas Kaki 4,93 5,23 5,34 5,46
c. Perumahan,Perkakas dan
Perlengkapan, Penyelenggaraan
Rumah Tangga
8,00 8,41 8,87 9,27
d. Kesehatan & Pendidikan 5,36 5,57 5,72 5,83
c. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi
dan Budaya 9,56 10,09 10,28 10,45
d. Hotel & Restoran 0,52 0,55 0,60 0,64
e. Lainnya 4,67 5,28 5,43 5,58
Total Konsumsi 100 100 100 100
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 43
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga Kabupaten Pulau
Morotai didominasi untuk pengeluaran pada kelompok konsumsi
makanan, minuman, dan rokok. Hal tersebut terlihat dari struktur
pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga. Walaupun terjadi
fluktuasi dari tahun ke tahun, tetapi proporsi pengeluaran pada
kelompok konsumsi makanan ini tetap mendominasi hingga lebih
dari 60 persen.
Pola proporsi konsumsi akhir rumah tangga terlihat pada
struktur pengeluaran konsumsinya menunjukan bahwa pengeluaran
untuk kebutuhan makanan, minuman, dan rokok menjadi semakin
penting sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi
sosial dalam masyarakat. proporsi pengeluaran makanan masing-
masing tahun mencapai 66,95 persen pada tahun 2013, 64,88 persen
pada tahun 2014, 63,76 persen pada tahun 2015 dan pada tahun 2016
mencapai 62,77 persen.
Tabel 8. Pertumbuhan Rill Pengeluaran Konsumsi Akhir
Rumah Tangga Kabupaten Pulau Morotai tahun 2013-2016
Kelompok Konsumsi 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Makanan, Minuman dan Rokok 1,94 2,28 3,30 5,11
b. Pakaian dan Alas Kaki 2,68 6,27 5,44 6,69
c. Perumahan,Perkakas dan
Perlengkapan, Penyelenggaraan
Rumah Tangga
4,58 6,42 7,09 10,44
d. Kesehatan & Pendidikan 5,04 5,09 5,28 5,42
f. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi
dan Budaya 5,91 7,84 8,91 8,41
g. Hotel & Restoran 11,97 7,56 11,38 11,12
h. Lainnya 12,35 12,40 4,01 6,26
Total Konsumsi 3,13 3,88 4,39 6,01
44 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
3.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT
Pengeluaran LNPRT merupakan pengguna PDRB terkecil
baik dalam kelompok konsumsi maupun pada komponen
penggunaan PDRB secara keseluruhan. Konsumsi LNPRT adalah
nilai penggunaan barang dan jasa oleh lembaga swasta formal
ataupun non formal dalam rangka menyediakan jasa social
kemasyarakatan bagi anggotanya.
Tabel 9. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi LNPRT Kabupaten
Pulau Morotai tahun 2013-2016
Uraian 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Total Konsumsi LNPRT
a. ADHB (Juta Rupiah) 3 713,58 4 281,72 4 735,02 5 263,35
b. ADHK (Juta Rupiah) 3 247,98 3 598,17 3 827,87 4 087,75
Proporsi terhadap PDRB
(% ADHB) 0,43 0,44 0,44 0,44
Komponen ini seperti halnya dengan konsumsi rumah tangga
peranannya meningkat dalam perekonomian Kabupaten Pulau
Morotai, tetapi dari tahun ke tahun kontribusi pengeluaran konsumsi
LNPRT hanya di kisaran 0,4 persen dibandingkan nilai total PDRB.
Konsumsi akhir LNPRT perananannya dalam PDRB menurut
pengeluaran sangat minor dibandingkan dengan komponen
pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan institusi
ini dalam perekonomian suatu wilayah semestinya dapat lebih
ditingkatkan lagi.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 45
3.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Anggaran pembangunan harus diarahkan untuk menunjang
kegiatan masyarakat dengan menyediakan prasarana dan sarana yang
dibutuhkan masyarakat terutama yang memiliki potensi untuk segera
berkembang lebih diprioritaskan.
Tabel 10. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Total Konsumsi Pemerintah (Miliar Rp)
a. ADHB 197,52 229,72 259,35 290,41
b. ADHK 2010 159,97 178,26 190,56 208,87
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB)
23,08
23,75
24,00
24,16
Konsumsi Pemerintah per-
Kapita /tahun (Ribu Rp)
a.ADHB 3 431,31 3 886,91 4 270,74 4 653,07
b.ADHK 2010 2 779,03 3 016,12 3 137,99 3 346,66
Pertumbuhan
a. Total Konsumsi 10,15 11,43 6,90 9,61
b. Perkapita 7,15 8,53 4,04 6,65
Jumlah penduduk (org) 57 565 59 102 60 727 62 412
46 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Pada tahun 2016, pengeluaran konsumsi pemerintah
mempunyai peranan sekitar 24,16 persen dari besaran PDRB yang
tercipta di Kabupaten Pulau Morotai. Kontribusi ini meningkat terus
dari tahun 2010 yang hanya mencapai 18,44 persen. Besar kecilnya
pengeluaran konsumsi pemerintah dipengaruhi oleh belanja
pegawai, belanja barang dan belanja pemerintah lainnya. Dari ketiga
komponen tersebut yang paling dominan dalam menentukan
besarnya pengeluaran konsumsi pemerintah adalah belanja pegawai.
Seperti halnya konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba,
konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku pada tahun 2016 juga
mengalami kenaikan yaitu sebesar 290,41 miliar rupiah. Nominal
tersebut naik apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
hanya dikisaran 259,35 miliar rupiah. Demikian halnya dengan
konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2010, yang juga
mengalami peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa secara rill telah terjadi kenaikan
pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas.
Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali
dikaitkan dengan luasnya cakupan yang diberikan pada masyarakat.
Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran
pemerintah harus ditujukan untuk melayani masyarakat, baik
langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah
secara total menunjukan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya
peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah per kapita. Pada
tahun 2013 konsumsi pemerintah per kapita atas dasar harga berlaku
sebesar 3.431,31 ribu rupiah, dan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya hingga tahun 2016 mencapai 4.653,07 ribu rupiah.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 47
Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah menunjukan
peningkatan baik secara keseluruhan maupun rata-rata. Parameter ini
adalah pendekatan untuk mengukur pemerataan kesempatan
masyarakat atas penggunaan sumber daya finansial oleh pemerintah.
3.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto
Salah satu faktor yang sangat penting dalam rangka untuk
mengembangkan perekonomian suatu daerah atau wilayah adalah
investasi. Investasi merupakan salah satu komponen PDRB. Menurut
teori “Harold Domar” semakin tinggi investasi ditanamkan, maka
semakin besar output/PDRB yang dapat dihasilkan dan akan
mengakibatkan tinginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan
Inventori dapat juga dikatakan investasi, meskipun ada sebagian
komponen perubahan inventori yang bukan investasi. Investasi yang
dimaksud disini adalah investasi dalam bentuk barang modal berupa
bangunan/kontruksi, mesin-mesin dan perlengkapannya. Barang
modal tersebut merupakan peralatan yang digunakan untuk
berproduksi berupa barang maupun jasa.
Komponen PMTB pada sajian PDRB menurut pengeluaran
lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan yang di
realisasikan menjadi investasi. Atau pada sisi yang berbeda dapat
pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan
jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik. Fungsi kapital
adalah sebagai input tidak langsung didalam proses produksi pada
berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi
domestik maupun dari impor.
48 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Tabel 11. Perkembangan dan Struktur PMTB Kabupaten
Pulau Morotai Tahun 2013-2016
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Total PMTB (Miliar Rp)
a. ADHB 269,52 286,41 325,65 360,97
b.ADHK 2010 231,09 237,16 251,86 268,48
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB)
31,50
29,62
30,14
30,03
Struktur PMTB (%)
a. Bangunan 58,16 56,46 56,76 57,20
b. Non Bangunan 41,84 43,54 43,24 42,80
Pertumbuhan
Total PMTB 8,52 2,62 6,21 6,59
Rata-rata kontribusi PMTB terhadap PDRB atas dasar harga
berlaku selama tahun 2013 hingga 2016 PMTB memang cenderung
mengalami fluktuasi setiap tahun. Pada tahun 2014 mengalami
sedikit penurunan kontribusi dan meningkat lagi pada tahun-tahun
berikutnya.
Proporsi bangunan terhadap total PMTB relatif berfluktuasi.
Perubahan yang terjadi pada proporsi tersebut tidak lepas dari
pengaruh pertumuhan yang terjadi pada masing-masing sub
komponen PMTB tersebut. Proporsi sub komponen bangunan pada
tahun 2016 sebesar 57,20 persen. Keadaan ini mengalami
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 49
peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun tidak
sebesar kontribusinya pada tahun 2013 yang mencapai 58,16 persen.
Sementara jika dilihat pertumbuhannya, komponen PMTB
menunjukkan pola yang sangat variatif antar tahunnya. Pada tahun
2016 pertumbuhan komponen PMTB mencapai 6,59 persen
meningkat dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan terendah pada tahun
2014 yaitu hanya sebesar 2,62 persen.
Grafik 2. Laju Pertumbuhan PMTB tahun 2011-2016
Secara umum, selama kurun waktu tahun 2011 hingga tahun
2016 pertumbuhan total PMTB mengalami penurunan sejak tahun
2011 hingga tahun 2013 dan kembali meningkat secara terus
menerus hingga tahun 2016.
3.6 Perubahan Inventori
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori
adalah perubahan dalam bentuk “persediaan” berbagai barang yang
belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi, konsumsi
ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa
16.02
10.60 8.52
2.62
6.21 6.59
2011 2012 2013 2014 2015 2016
50 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan
(bertanda negatif).
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori
merupakan salah satu komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua)
tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net ekspor
antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti
terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda
negatif berarti terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya
penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi
atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum,
komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran
terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua
posisi nilai persediaan (konsep stok).
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat
dianalisis lebih rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari
sisi proporsinya saja. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen
ini bahwa proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran
atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya
(positif atau negatif).
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat
dianalisis agak rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari
sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara
estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji
lebih. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini bahwa
proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai
yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau
negatif).
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 51
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Total Nilai Inventori (Juta Rp)
a. ADHB -3 240,9 -756,5 3 292,9 566,9
b.ADHK 2010 -4 509,1 -668,6 3 249,6 392,3
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB)
-0,38
-0,08
0,30
0,05
3.7 Net Ekspor Antar Daerah
Net ekspor atar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar
daerah dikurangi impor antar daerah. Berbeda dengan penghitungan
ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-
impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan
definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya
menunjukan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai
uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan
kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan ekspor-impor antar
provinsi menjadikan komponen ini diperlakukan sebagai
penyeimbang, yakni perbedaan antara total PDRB menurut
pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha.
Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan sebagai
informasi pendukung.
52 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok
yaitu ekspor antar daerah dan impor antar daerah. Sama halnya
dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah juga hasilnya
dapat memiliki dua angka, positif atau negatif. Jika komponen ini
bertanda positif berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada
impor antar daerah, demikian pula sebaliknya.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 53
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT
PENGELUARAN KABUPATEN PULAU MOROTAI
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan
dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data
PRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa rasio (perbandingan
relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi
yang tersedia.
4.1 PDRB (NOMINAL)
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang
dihasilkan di dalam suatu wilayah ekonomi domestik, di mana di
dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat
digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan
kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang
dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai tambah,
pengeluaran, dan pendapatan.
Dari series data PDRB menurut pengeluaran dapat diturunkan
beberapa ukuran yang berkaitan dengan PDRB maupun variabel
pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Sebagai
contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya,
maka disajikan data PDRB perkapita.
PDRB per-kapita Kabupaten Pulau Morotai menunjukkan
perkembangan yang naik turun dari tahun ke tahun, yang agak
berbeda dengan kenaikan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahun.
Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk
Kabupaten Pulau Morotai rata-rata mampu menciptakan PDRB atau
54 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
(nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun
tersebut.
Tabel 13. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB per Kapita
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Nilai PDRB (Miliar Rp)
- ADHB 855,68 967,07 1 080,58 1 201,89
- ADHK 2010 728,72 773,86 821,32 872,95
PDRB perkapita (Ribu Rp)
- ADHB 14 864,59 16 362,73 17 794,04 19 257,46
- ADHK 2010 12 659,11 13 093,68 13 524,83 13 986,86
Pertumbuhan
PDRB perkapita ADHK
2010 3,16 3,43 3,29 3,42
Jumlah penduduk (org) 57 565 59 102 60 727 62 412
Selama lima tahun rata-rata setiap penduduk mampu
menciptakan nilai tambah ekonomi diatas 10 juta baik untuk PDRB
atas dasar harga berlaku maupun PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB per kapita kabupaten Pulau Morotai menunjukan peningkatan
dari tahun ke tahun seiring dengan kenaikan jumlah penduduk.
Indikator ini menunjukan bahwa secara ekonomi setiap penduduk
kabupaten Pulau Morotai rata-rata mampu menciptakan PDRB
sebesar nilai per kapita di masing-masing tahun tersebut.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 55
4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK
KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP
EKSPOR
Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang
dikonsumsi RT di wilayah domestik dengan produk yang diekspor
ke luar wilayah tersebut. Selama ini konsumsi rumah tangga
mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan
PDRB Kabupaten Pulau Morotai (sekitar 34 hingga 41 persen), yang
artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah Kabupaten
Pulau Morotai sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir
rumah tangga. Meskipun di dalamnya termasuk pula sebagian
produk yang berasal dari impor.
Tabel 14. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir
Rumah Tangga terhadap Ekspor
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Total Konsumsi RT (Miliar Rp)
- ADHB 446,22 483,11 535,06 591,88
Total Ekspor (Miliar Rp)
- ADHB 635,94 667,10 668,06 688,96
Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor 0,70 0,72 0,80 0,86
56 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016, produk
yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga 0,86 kali dari produk
yang diekspor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan
(supply) domestik yang diserap/dikonsumsi penduduk digunakan
untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir rumah tangga.
Komoditas ekspor Kabupaten Pulau Morotai yang bersumber dari
penyediaan daerah, salah satu yang terbesar adalah produk hasil
perkebunan dan perikanan. Produk dari hasil perikanan merupakan
produk konsumsi rumah tangga Pulau Morotai. Hal inilah yang
menyebabkan rasio konsumsi akhir rumah tangga terhadap nilai
ekspor cenderung tinggi.
4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH
TANGGA TERHADAP PMTB
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang
digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga dengan yang
digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Sekilas
nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di
wilayah domestik Kabupaten Pulau Morotai digunakan untuk
konsumsi akhir rumah tangga.
Rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB cenderung
stagnan, 1,65 (2013); 1,69 (2014); 1,64 (2015) dan 1,64 pada tahun
2016. Hal ini terjadi karena tidak adanya tanda-tanda penambahan
atau pengurangan investasi secara signifikan. Rasio yang cenderung
stagnan namun mengalami penurunan walaupun sangat kecil
diakibatkan investasi yang cenderung tetap sementara konsumsi
akhir rumah tangga mengalami percepatan.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 57
Tabel 15. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB
tahun 2013-2016
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Total Konsumsi RT
(Miliar Rp)
- ADHB 446,22 483,11 535,06 591,88
Total PMTB (Miliar Rp)
- ADHB 269,52 286,41 325,65 360,98
Perbandingan Konsumsi RT terhadap PMTB 1,65 1,69 1,64 1,64
4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB
Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan
berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk
domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi.
Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, Lembaga Non Profit
yang melayani rumah tangga, dan pemerintah. Walaupun ketiga
institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem
ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya
untuk tujuan konsumsi akhir.
Sebagian besar produk yang berada di wilayah domestik
digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (lebih dari
70 persen). Sedangkan produk yang tidak digunakan menjadi
konsumsi akhir, digunakan untuk PMTB dan ekspor ke luar daerah.
58 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
Tabel 16. Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir terhadap
PDRB Kabupaten Pulau Morotai
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Konsumsi Akhir ADHB
(Miliar Rp)
- Rumah Tangga
- LNPRT
- Pemerintah
Jumlah
446,22
3,71
197,52
647,45
483,11
2,28
229,72
717,11
535,06
4,73
259,35
799,14
591,88
5,26
290,41
887,55
Total PDRB (Miliar Rp)
- ADHB 855,68 967,07 1 080,58 1 201,89
Proporsi (%) 75,66 74,15 73,95 73,84
4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB
Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah
domestik, tetapi diperdagangkan ke luar negeri. Untuk menghasilkan
produk yang diekspor kemungkinan besar menggunakan kapital
(PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa
pula berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB
dimaksudkan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai produk
ekspor dengan nilai produk yang menjadi kapital (PMTB).
Pada tahun 2013 hingga tahun 2016 ekspor mempunyai nilai
yang lebih tinggi dari PMTB. Namun rasionya terus menurun setiap
tahunnya Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk
ekspor) disyaratkan tersedianya sejumlah kapital (yang di dalamnya
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 59
termasuk pula kapital impor). Penurunan rasio tersebut di antaranya
disebabkan oleh kenaikan PMTB yang relatif lebih pesat
dibandingkan dengan kenaikan ekspor.
Tabel 17. Rasio Ekspor terhadap PMTB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2013-2016
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Ekspor (Miliar Rp) 635,94 667,10 668,06 688,96
Total PMTB (Miliar Rp) 269,52 286,41 325,65 360,98
Rasio Ekspor terhadap PMTB 2,36 2,33 2,05 1,91
4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR
Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara
produk yang dihasilkan di wilayah ekonomi domestik (PDRB)
dengan produk yang berasal dari impor. Selain itu data tersebut
menjelaskan tentang ketergantungan PDRB terhadap produk yang
dihasilkan oleh luar daerah. Jika rasionya kecil berarti
ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya.
Rasio PDRB terhadap impor tahun 2013 hingga tahun 2016
cenderung meningkat. P ad a t ahun 2 014 menunjukkan
peningkatan rasio dengan nilai sebesar 1 ,3 7 dari tahun sebelumnya
dengan rasio hanya 1,23, peningkatan rasio selalu meningkat setiap
tahunnya. Rasio tertinggi yang terjadi pada tahun 2016 yaitu 1,63.
Peningkatan rasio ini lebih disebabkan peningkatan PDRB yang
60 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
dibarengi peningkatan nilai impor namun laju pertumbuhan PDRB
lebih cepat dibanding nilai impor. Peningkatan rasio menunjukan
menurunnya ketergantungan PDRB terhadap produk impor pada
tahun 2013 hingga tahun 2016.
Tabel 18. Rasio PDRB Atas Dasar Harga Berlaku terhadap Impor
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013-2016
U r a i a n 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5)
Total PDRB (Miliar Rp)
855,68 967,07 1 080,58 1 201,89
Total Impor (Miliar Rp) 694,01 702,79 715,57 736,16
Rasio PDRB terhadap Impor 1,23 1,38 1,51 1,63
62 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi R
um
ah
tan
gg
a 3
48.7
67,0
3
79.8
84,4
4
14.0
83,7
4
46.2
22,1
4
83.1
11,7
5
35.0
61,4
5
91.8
79,8
2. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi L
NP
RT
2
.440,5
2
.824,3
3
.147,7
3
.713,6
4
.281,7
4
.735,0
5
.263,3
3. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi P
em
eri
nta
h 1
13.9
34,8
1
26.1
45,5
1
67.9
42,7
1
97.5
23,1
2
29.7
23,9
2
59.3
49,5
2
90.4
07,6
4. P
em
ben
tukan
Mo
dal T
eta
p B
ruto
1
65.9
59,0
2
05.7
07,3
2
46.0
84,6
2
69.5
24,6
2
86.4
07,0
3
25.6
46,4
3
60.9
76,1
5. P
eru
bah
an
In
ven
tori
(
9.7
49,6
) (
14.1
53,1
) (
37.3
80,5
) (
3.2
40,9
) (7
56,5
) 3
.292,9
566,9
6. E
ksp
or
Bara
ng
dan
Jasa
5
78.7
58,4
6
04.7
85,7
6
25.1
07,3
6
35.9
44,9
6
67.1
01,9
6
68.0
64,2
6
88.9
65,9
7. D
iku
ran
gi Im
po
r B
ara
ng
dan
Jasa
5
82.4
06,2
6
25.6
98,0
6
51.6
01,8
6
94.0
07,2
7
02.7
99,5
7
15.5
70,7
7
36.1
63,0
PR
OD
UK
DO
ME
ST
IK R
EG
ION
AL
BR
UT
O 6
17.7
03,9
6
79.4
96,2
7
67.3
83,8
8
55.6
80,2
9
67.0
70,3
1.0
80.5
78,8
1.2
01.8
96,7
*)
A
ngk
a Se
men
tara
**
) A
ngk
a Sa
nga
t Se
men
tara
PD
RB
Pen
gelu
ara
n (
Seri
2010)
2011
2012
2013
2014
2015*
2016*
*
Tabel 1.
PD
RB
Ata
s D
asa
r H
arg
a B
erl
aku m
enuru
t P
engelu
ara
n K
abupate
n P
ula
u M
oro
tai (J
uta
Rupia
h)
2010
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 63
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi R
um
ah
tan
gg
a 3
48.7
67,0
3
66.2
28,0
3
82.7
74,4
3
94.7
69,1
4
10.0
81,8
4
28.0
70,4
4
53.7
99,9
2. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi L
NP
RT
2
.440,5
2
.735,0
2
.972,9
3
.248,0
3
.589,2
3
.827,9
4
.087,8
3. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi P
em
eri
nta
h 1
13.9
34,8
1
22.5
03,2
1
45.2
32,3
1
59.9
74,9
1
78.2
58,8
1
90.5
60,9
2
08.8
71,5
4. P
em
ben
tukan
Mo
dal T
eta
p B
ruto
1
65.9
59,0
1
92.5
45,4
2
12.9
58,1
2
31.0
95,7
2
37.1
57,5
2
51.8
75,4
2
68.4
79,5
5. P
eru
bah
an
In
ven
tori
(
9.7
49,6
) (
13.3
45,4
) (
27.4
48,8
) (
4.5
09,1
) (6
68,6
) 3
.249,6
392,3
6. E
ksp
or
Bara
ng
dan
Jasa
5
78.7
58,4
5
95.3
56,5
6
32.0
73,8
6
47.1
51,1
6
55.2
24,5
6
60.9
02,3
6
76.9
92,5
7. D
iku
ran
gi Im
po
r B
ara
ng
dan
Jasa
5
82.4
06,2
6
20.6
23,1
6
61.3
83,4
7
03.0
07,8
7
09.7
80,7
7
17.1
64,4
7
39.6
75,4
PR
OD
UK
DO
ME
ST
IK R
EG
ION
AL
BR
UT
O 6
17.7
03,9
6
45.3
99,6
6
87.1
79,4
7
28.7
21,8
7
73.8
62,4
8
21.3
22,2
8
72.9
48,1
*)
A
ngk
a Se
men
tara
**
) A
ngk
a Sa
nga
t Se
men
tara
PD
RB
Pen
gelu
ara
n (
Seri
2010)
2011
2012
2013
2014
2015*
2016*
*
Tabel 2.
PD
RB
Ata
s D
asa
r H
arg
a K
onst
an m
enuru
t P
engelu
ara
n K
abupate
n P
ula
u M
oro
tai (J
uta
Rupia
h)
2010
64 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi R
um
ah
tan
gg
a 56,5
55,9
54,0
52,1
50,0
49,5
49,2
2. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi L
NP
RT
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
3. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi P
em
eri
nta
h 18,4
18,6
21,9
23,1
23,8
24,0
24,2
4. P
em
ben
tukan
Mo
dal T
eta
p B
ruto
26,9
30,3
32,1
31,5
29,6
30,1
30,0
5. P
eru
bah
an
In
ven
tori
(1
,6)
(2
,1)
(4
,9)
(0
,4)
(0
,1)
0,3
0,0
6. E
ksp
or
Bara
ng
dan
Jasa
93,7
89,0
81,5
74,3
69,0
61,8
57,3
7. D
iku
ran
gi Im
po
r B
ara
ng
dan
Jasa
94,3
92,1
84,9
81,1
72,7
66,2
61,3
PR
OD
UK
DO
ME
ST
IK R
EG
ION
AL
BR
UT
O 100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
*)
A
ngk
a Se
men
tara
**
) A
ngk
a Sa
nga
t Se
men
tara
PD
RB
Pen
gelu
ara
n (
Seri
2010)
2011
2012
2013
2014
2015*
2016*
*
Tabel 3.
Dis
trib
usi
Pers
enta
se P
DR
B
menuru
t P
engelu
ara
n K
abupate
n P
ula
u M
oro
tai (P
ers
en)
2010
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai | 65
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi R
um
ah
tan
gg
a 5,0
1
4,5
2
3,1
3
3,8
8
4,3
9
6,0
1
2. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi L
NP
RT
12,0
6
8,7
0
9,2
5
10,5
0
6,6
5
6,7
9
3. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi P
em
eri
nta
h 7,5
2
18,5
5
10,1
5
11,4
3
6,9
0
9,6
1
4. P
em
ben
tukan
Mo
dal T
eta
p B
ruto
16,0
2
10,6
0
8,5
2
2,6
2
6,2
1
6,5
9
5. P
eru
bah
an
In
ven
tori
-
-
-
-
-
-
6. E
ksp
or
Bara
ng
dan
Jasa
2,8
7
6,1
7
2,3
9
1,2
5
0,8
7
2,4
3
7. D
iku
ran
gi Im
po
r B
ara
ng
dan
Jasa
6,5
6
6,5
7
6,2
9
0,9
6
1,0
4
3,1
4
PR
OD
UK
DO
ME
ST
IK R
EG
ION
AL
BR
UT
O 4,4
8
6,4
7
6,0
5
6,1
9
6,1
3
6,2
9
*)
A
ngk
a Se
men
tara
**
) A
ngk
a Sa
nga
t Se
men
tara
PD
RB
Pen
gelu
ara
n (
Seri
2010)
2011
2012
2013
2014
2015*
2016*
*
Tabel 4.
Laju
Pert
um
buhan
PD
RB
m
enuru
t P
engelu
ara
n K
abupate
n P
ula
u M
oro
tai (P
ers
en)
66 | PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi R
um
ah
tan
gg
a 3,7
3
4,2
9
4,4
9
4,2
2
6,1
0
4,3
5
2. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi L
NP
RT
3,2
7
2,5
3
7,9
9
4,3
4
3,6
9
4,0
9
3. P
en
gelu
ara
n K
on
su
msi P
em
eri
nta
h 2,9
7
12,3
0
6,7
7
4,3
7
5,6
1
2,1
6
4. P
em
ben
tukan
Mo
dal T
eta
p B
ruto
6,8
4
8,1
6
0,9
3
3,5
5
7,0
6
3,9
9
5. P
eru
bah
an
In
ven
tori
-
-
-
-
-
-
6. E
ksp
or
Bara
ng
dan
Jasa
1,5
8 (2
,64)
(0
,64)
3,6
1 (0
,72)
0,6
8
7. D
iku
ran
gi Im
po
r B
ara
ng
dan
Jasa
0,8
2 (2
,28)
0,2
0
0,3
0
0,7
7 (0
,25)
PR
OD
UK
DO
ME
ST
IK R
EG
ION
AL
BR
UT
O 5,2
8
6,0
7
5,1
5
6,4
3
5,2
8
4,6
5
*)
A
ngk
a Se
men
tara
**
) A
ngk
a Sa
nga
t Se
men
tara
PD
RB
Pen
gelu
ara
n (
Seri
2010)
2011
2012
2013
2014
2015*
2016*
*
Tabel 5.
Laju
Im
plis
it
PD
RB
m
enuru
t P
engelu
ara
n K
abupate
n P
ula
u M
oro
tai (P
ers
en)