28
PELAKSANAAN PENGAWASAN ILLEGAL FISHING OLEH PETUGAS DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh : DESTI WAHANA NIM : 110565201026 1

HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

  • Upload
    hanga

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

PELAKSANAAN PENGAWASAN ILLEGAL FISHING OLEH PETUGAS

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN

ANAMBAS TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

DESTI WAHANA

NIM : 110565201026

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI

TANJUNGPINANG

2015

1

Page 2: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

2

Page 3: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

PELAKSANAAN PENGAWASAN ILLEGAL FISHING OLEH PETUGAS DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN

ANAMBAS TAHUN 2014

DESTI WAHANA

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH

Di wilayah Kabupaten Anambas sendiri lebih dominan perbatasan wilayahnya merupakan lautan maka peran petugas Dinas Kelautan dan Perikanan sangat diperlukan dalam menjaga laut perbatasannya. Pengawasan keamanan penjagaan perbatasan (border guards) yang merupakan petugas dengan memiliki fungsi bidang pengendali dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, penegakan hukum untuk mencegah keluar-masuknya tindak kejahatan atau kegiatan illegal lainnya. Mendeteksi gangguan atau ancaman keamanan nasional, dengan mengontrol pergerakan orang dan kendaraan yang melintasi perbatasan wilayah perairan Anambas. Fenomena yang terjadi di wilayah ini adalah maraknya Illegal Fishing. Illegal Fishing diartikan sebagai kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yang menjadi yurisdiksi suatu Negara tanpa izin dari Negara tersebut atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan dalam penelitian ini untuk untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan (studi tentang pelaksanaan pengawasan illegal fishing di Kabupaten Kepulauan Anambas). Dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebijakan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan yang terjadi di perairan Anambas yang dijalankan oleh petugas di Bidang Pengawasan. Operasionalisasi konsep yang di gunakan dalam penelitian ini mengacu kepada konsep Edward III. Informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 7 orang. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif dan triangulasi

Hasil penelitian di lapangan di peroleh bahwa pelaksanaan pengawasan illegal fishing belum dapat terlaksana dengan sepenuhnya. belum terlaksana pengawasan secara benar, sebab dalam pemeriksaan kapal nelayan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Anambas tidak semua terlibat dan tidak semua dokumen yang menjadi tanggungjawab Dinas Kelautan dan Perikanan. Petugas belum mampu mengatur waktu pengawasan dokumen kapal penangkap ikan kemudian semua pihak dapat bekerjasama dalam melaksanakan tugas patroli di perairan Anambas dengan saling berkoordinasi antara Dinas Kelautan dan Perikanan maupun pihak Angkatan Laut

Kata Kunci : Pelaksanaan Pengawasan, Illegal Fishing

1

Page 4: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

IMPLEMENTATION OF THE SUPERVISION OF ILLEGAL FISHING BY OFFICERS OF THE DEPARTMENT OF MARINE AND FISHERIES IN THE

ANAMBAS ISLANDS REGENCY 2014

DESTI WAHANA

Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH

In the area of the County own more dominant Anambas border territory is Ocean Marine Service Officer role then and fisheries is indispensable in maintaining sea borders. Supervision of security guarding the border (border guards) who is the officer with the function field of the controlling and monitoring of marine resources and fisheries, law enforcement to prevent crimes or keluar-masuknya activities of other illegal substances. Detect interference or threats to the national security, by controlling the movement of people and vehicles crossing the boundary of territorial waters Anambas. The phenomenon is happening in this region is rampant Illegal Fishing. Illegal Fishing refers to fishing activities carried out by the person or a foreign vessel on a waters into the jurisdiction of a country without the permission of the State or contrary to any applicable laws and regulations.

The goal in this research for policy implementation to know how the regulation of the Minister of marine and fisheries of the Republic of Indonesia number 17 2014 Supervisory Tasks on the implementation of the fisheries (studies on the implementation of the supervision of illegal fishing in the Anambas Islands Regency). And to know the factors that influence the policies of regulation of the Minister of marine and fisheries of the Republic of Indonesia number 17 2014 Supervisory Tasks on the implementation of the fisheries that occur in the waters of Anambas run by officers in the field of supervision. Operasionalisasi concepts in use in this study refers to the concept of Edward III. Informants in this study i.e. as many as 7 people. The analysis of the data used in this study is the analysis of qualitative data analysis and triangulation

The research results obtained in the field in that the implementation of the supervision of illegal fishing is not yet fully concluded. has not been done correctly, for the oversight in examination of Marine Service Officer fishing boats and fishing District Anambas not all involved and not all of the documents that became the responsibility of the Department of marine and Fisheries. The officer has not been able to set the time supervision document fishing vessel then all parties can cooperate in carrying out the duties of patrol Anambas in waters with mutual coordination between the Department of marine and Fisheries as well as Naval parties.

Keywords: supervision, Illegal fishing

2

Page 5: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

PELAKSANAAN PENGAWASAN ILLEGAL FISHING OLEH PETUGAS

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN

ANAMBAS TAHUN 2014

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara Kepulauan

yang memiliki batas-batas wilayah secara geografis berada di posisi silang

antara Samudra Fasifik dan Samudera Hindia. Indonesia sebagai Negara

Kepulauan terdiri dari pulau-pulau kecil yang memiliki sumber daya alam

dan kelautan yang sangat besar. Indonesia juga menganut sistem kelautan

sebagian besar penduduknya melakukan kegiatan sebagai nelayan dan sistem

kemaritiman yang diatur oleh peraturan Kesahbandaran. Sumber daya alam

yang menjadi kekayaan Indonesia salah satu hasil laut yaitu ikan dengan

berbagai jenis. Kegiatan masyarakat Indonesia juga mayoritas bermata

pencaharian nelayan sebagai sumber ekonomi. Seperti yang dipaparkan oleh

(Wan ihwan : 2013)

“Prospek pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia sangat cerah dan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang strategis karena Bangsa Indonesia terdiri atas 17.502 buah pulau, dan garis pantai sepanjang 81.000 km dengan Luas wilayah perikanan di laut sekitar 5,8 juta Km2, yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta Km2 serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta Km2. Potensi lestari sumber daya perikanan tangkap Indonesia sebesar 6,4 juta ton per-tahun. Sedangkan potensi yang dapat dimanfaatkan sebesar 80 % yaitu 5,12 juta ton per-tahun. Namun demikian, telah terjadi ketidakseimbangan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan antar kawasan dan antar jenis sumber daya. Di sebagian wilayah telah terjadi gejala tangkap lebih (over fishing ) seperti di Laut Jawa dan Selat Malaka, sedangkan di sebagian besar wilayah timur tingkat pemanfaatannya masih

3

Page 6: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

di bawah potensi lestari. (Wan ihwan dalam Https://Www. Academia. Edu /6127725/ Potensi Produksi Sumberdaya Ikan di Perairan Laut Indonesia dan Permasalahannya).

Beragamnya potensi Kelautan, dan luasnya perairan laut Indonesia

mendatangkan kejahatan. Akibat kejahatan tersebut, Indonesia diperkirakan

mengalami kerugian hingga 19 Triliun Rupiah per-tahun. Bila dipersentase

maka 22 persen kerugian akibat kejahatan di laut Dunia terjadi di Indonesia.

Melihat kenyataan ini, Pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan

pengawasan dan  pengendalian sumberdaya kelautan dan perikanan. Arah

kebijakan ini tentunya diupayakan untuk mewujudkan pengelolaan

sumberdaya kelautan dan perikanan secara bertanggungjawab, agar setiap

potensi kelautan yang dimiliki bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah diterjemahkan

dan ditegaskan dengan kebijakan pengawasan dalam penanggulangan Illegal,

Unreported and Unregulated (IUU) Fishing. IUU Fishing diartikan sebagai

kegiatan perikanan yang tidak sah, yang tidak diatur oleh  peraturan yang ada,

dan segala aktivitas yang tidak dilaporkan kepada suatu instansi atau lembaga

pengelola perikanan yang tersedia.

Pemerintah juga mengatur tentang masalah kegiatan penangkapan

ikan sesuai dengan aturan yang berlaku di perairan Anambas. Kemudian

untuk mengatur masyarakat yang melanggar hukum dalam bidang

penangkapan ikan maka dibuat sistem kemasyarakatan oleh Pemerintah

sebagai proses dan tujuan pembinaan bagi masyarakat yang melanggar

hukum termasuk hukum kelautan. Pemerintah juga memberikan masukan

4

Page 7: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

dalam memajukan pengelolaan penangkapan ikan yang benar demi kemajuan

masyarakat nelayan, khususnya para nelayan yang tinggal di Kabupaten

Anambas.

Illegal Fishing diartikan sebagai kegiatan penangkapan ikan yang

dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yang menjadi

yurisdiksi suatu Negara tanpa izin dari Negara tersebut atau bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dipertegas

dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang Perikanan Nomor 45 Tahun 2009

mengemukakan bahwa :

“Semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum bagi peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh Pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktifitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.”

Di wilayah Kabupaten Anambas sendiri lebih dominan perbatasan

wilayahnya merupakan lautan maka peran petugas Dinas Kelautan dan

Perikanan sangat diperlukan dalam menjaga laut perbatasannya. Pengawasan

keamanan penjagaan perbatasan (border guards) yang merupakan petugas

dengan memiliki fungsi bidang pengendali dan pengawasan sumber daya

kelautan dan perikanan, penegakan hukum untuk mencegah keluar-masuknya

tindak kejahatan atau kegiatan illegal lainnya. Mendeteksi gangguan atau

ancaman keamanan nasional, dengan mengontrol pergerakan orang dan

kendaraan yang melintasi perbatasan wilayah perairan Anambas.

5

Page 8: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

Pada pelaksanaan pembangunan nasional berdasarkan pengelolaan

sumber daya ikan perlu dilakukan sebaik- baiknya, berdasarkan keadilan dan

pemerataan dalam memanfaatkan maupun mengutamakan perluasan

kesempatan kerja dan peningkatan tarap hidup khususnya nelayan,

pembudidayaan ikan, dan pihak- pihak yang terkait dengan kegiatan-kegiatan

perikanan serta terbinanya pelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan

menyebutkan bahwa “perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungan mulai

dari pra-produksi, produksi, pengelolaan sampai dengan pemasaran, yang

dilakukan dalam sistem bisnis perikanan.”

Sejalan dengan permasalahan yang terjadi di perairan Anambas

bahwa pencurian ikan atau illegal fishing perlu ditangani dengan serius. Hal

ini merupakan tanggung jawab petugas untuk mengawasi terjadinya illegal

fishing yang dapat merugikan ekonomi nelayan Anambas. Bila dilihat dari

fakta yang ada bahwa sumber perikanan di Kabupaten Anambas sangat

melimpah sehingga kapal ikan asing banyak yang melakukan pencurian ikan

tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 53/Kepmen-Kp/2014 Tentang Rencana Pengelolaan Dan

Zonasi Perairan Kepulauan Anambas Dan Laut Sekitarnya Di Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2014-2034 dijelaskan bahwa Kabupaten Kepulauan

Anambas merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Natuna di

6

Page 9: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

Propinsi Kepulauan Riau. Posisi kabupaten ini sangat strategis karena

berdekatan dengan negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia. Kabupaten

Kepulauan Anambas memiliki 255 pulau dengan 5 pulau diantaranya

merupakan pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.

Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor KEP.35/MEN/2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi

Perairan Nasional Kepulauan Anambas dan Laut Sekitarnya di Provinsi

Kepulauan Riau, disebutkan bahwa KKPN ini dicadangkan sebagai Taman

Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Anambas dan Laut Sekitarnya seluas

1.262.686,2 ha.

Dari data sementara yang diperoleh masalah illegal fishing sebanyak

lima puluh empat kasus yang terjadi di perairan laut Cina Selatan. Untuk

lebih jelas dapat di lihat kasus-kasus illegal fishing yang pernah terjadi di

perairan Anambas pada tabel di bawah ini :

Tabel IData Pelanggaran Perikanan (Illegal Fishing) Pada Peninjauan

Penangkapan Kapal Nelayan dan ABK Tahun 2010-2014

No Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing JumlahKelengkapan

dokumenAlat tangkap

1 2010 5 5 102 2011 7 7 143 2012 4 4 84 2013 NIHIL NIHIL 05 2014 11 11 22

Jumlah 54Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2014

7

Page 10: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

Adapun kapal ikan asing nelayan yang memasuki wilayah perairan

Anambas antara lain nelayan Thailand dan Vietnam. Akibat nelayan asing

masuk tanpa izin terjadilah Pelanggaran Kebijakan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang

pelaksanaan tugas pengawas perikanan dalam Pasal 10 ayat 2 bahwa

“pelaksanaan tugas pengawasan dilakukan dengan patroli pengawasan dan

pemantauan pergerakan kapal perikanan yang dilaksanakan untuk mencegah

terjadinya kegiatan perikanan yang melanggar hukum, tidak dilaporkan, dan

tidak diatur serta kegiatan yang merusak sumber daya ikan dan

lingkungannya.”

Lebih lanjut di dalam Pasal 11 ayat 2 diatur tentang bentuk

pelaksanaan tugas pengawasan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan SIPI dan atau SIKPI, Surat Laik Operasi, dan Surat Persetujuan Berlayar.

b. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan izin penelitian dan pengembangan perikanan.

c. Memeriksa peralatan dan keaktifan SPKP.d. Memeriksa kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan atau alat

bantu penangkapan ikan.e. Memeriksa kesesuaian komposisi anak buah kapal perikanan

dengan Crew List.

Tugas pengawasan tersebut merupakan tanggung jawab petugas

untuk secara langsung melakukan pemeriksaan baik surat izin maupun

peralatan yang dimiliki kapal, sebab dengan tidak adanya dokumen kapal yang

lengkap maka kapal yang berlayar dapat dikenakan sanksi dan tidak

mendapatkan izin berlayar. Adapun faktor yang akan terjadi tidak dilakaukan

8

Page 11: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

pengawasan dokumen maka kapal akan secara bebas keluar masuk perairan

Anambas dan dapat terjadi pencurian (illegal fishing) dengan sembarangan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di latar belakang

maka adanya pengawasan yang dilakukan oleh petugas untuk mengatasi

illegal fishing atau mengawasi terjadinya pencurian ikan yang dapat

merugikan ekonomi masyarakat nelayan Anambas. Dari uraian di atas ada

beberapa gejala penelitian sebagai berikut : Pertama, masih terjadi

penjarahan ikan di laut Anambas oleh kapal nelayan asing, hal ini

menyebabkan pelanggaran wilayah perbatasan termasuk merugikan

perekonomian (Sumber Dinas Kelautan dan Perikanan 2014). Permasalahan

kedua, adanya illegal fishing dapat merusak ekosistem sebab para nelayan

melakukan penangkapan dan metode penangkapan yang tidak ramah

lingkungan seperti menggunakan jaring trol/sejenis pukat harimau Ketiga,

Adanya keluhan masyarakat lokal (Anambas) yaitu dengan terjadinya

aktifitas illegal fishing, dapat menyebabkan hasil tangkapan nelayan

berkurang, kemudian kurangnya pengawasan petugas bidang pengendali dan

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan untuk mencegah terjadinya

illegal fishing di perairan Anambas, hal ini perlu adanya pengawasan yang

ketat terhadap keluar masuknya tindak kejahatan illegal fishing di perairan

Anambas. (Sumber Dinas Kelautan dan Perikanan 2014).

Pada paparan gejala penelitian di atas maka penulis tertarik

melakukan penelitian secara mendalam berkaitan dengan judul :

“PELAKSANAAN PENGAWASAN ILLEGAL FISHING OLEH

9

Page 12: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

PETUGAS DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN

KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014.”

B. Landasan Teoritis

Implementasi kebijakan menurut Winarno (2002 : 142) adalah

“untuk mengukur dan menjelaskan apa yang dinamakan pencapaian

program.” Dilanjutkan Ndaraha (2003 : 493) menyebutkan bahwa “dalam

proses implementasi kebijakan terdapat alternatif tentang instrumen, cara dan

gaya sesuai dengan kondisi implementasi kebijakan. Kalau dalam proses

implementasi sudah ditetapkan suatu instrumen, maka instrumen itulah yang

digunakan, bukan yang lain.” Implementasi yang efektif disebutkan oleh

Parsons (2011: 476) tergantung pada elemen-elemen sebagai berikut :

a. Pendifisian objek dan perumusan rencana.b. Monitoring rencana.c. Menganalisis apa yang telah terjadi berdasarkan apa yang

semestinya terjadi menurut rencana.d. Mengimplementasikan perubahan untuk memperbaiki kegagalan

pencapaian tujuan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wahab (2002 : 112) bahwa tahap

implementasi itu mencakup urutan-urutan sebagai berikut :

a. Meracang bangun (mendisain) program beserta rincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi kerja, biaya dan waktu.

b. Melaksanakan program, dengan mendayagunakan struktur-struktur dan personalia, dana dan sumber-sumber, prosedur-prosedur dan metode-metode yang tepat.

c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana-sarana pengawasan yang tepat guna menjamin bahwa tindakan-tindakan yang tepat dan benar dapat segera dilaksanakan.

Sejalan dengan pendapat Edwards III (Winarno, 2002 : 174)

menuliskan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi empat faktor yaitu :

10

Page 13: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

1. Komunikasi, yaitu implementasi kebijakan yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan tahu apa yang dikerjakan. Pengetahuan atas yang akan dijalankan itu akan dapat terlaksana bila komunikasi berjalan dengan baik.

2. Sumber daya, yaitu sebagus apapun kebijakan, tetapi jika tidak didukung oleh sumber daya yang memadai, maka kebijakan itu tidak akan berhasil di lapangan.

3. Sikap pelaksana kebijakan, yaitu jika pelaksana kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.

4. Struktur birokrasi, yaitu kebijakan yang komplek yang menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan.

Berdasarkan pendapat Edwards III (Winarno, 2002 : 174) di atas

akan peniliti jadikan sebagai grand teori untuk melihat permasalahan yang

berkaitan dengan strategi petugas bidang Pengendali dan Pengawasan Sumber

Daya Kelautan dan Perikanan dalam mengatasi Illegal Fishing di Kabupaten

Anambas.

C. Hasil Penelitian

1. Komunikasi

Sosialisasi dilakukan sebagai sebuah bentuk pengawasan dalam menekan

kasus illegal fishing sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 dimana Pembinaan teknis

sebagaimana dimaksud dilakukan melalui: peningkatan kemampuan teknis

pengawas; sosialisasi; dan supervisi. Sosialisasi tersebut dapat berupa iklan

layanan masyarakat, penyuluhan, maupun sekedar pertemuan biasa antara

pemerintah dan masyarakat nelayan. Berbagai permasalahan yang harus

11

Page 14: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

disosialisasikan antara lain: Memberikan penyuluhan kepada masyarakat nelayan

tentang pentingnya menjaga lingkungan pesisir selalu bersih, terutama lingkungan

laut seperti terumbu karang sebagai tempat bagi ikan-ikan untuk berkembang

biak. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perlunya melaporkan

informasi terkait illegal fishing dan pentingnya menjadi saksi dalam kasus illegal

fishing agar permasalahan illegal fishing dapat segera diungkapkan dan

diselesaikan yang tujuannya untuk kepentingan masyarakat nelayan sendiri.

2. Sumber daya

Pada hasil temuan di lapangan bahwa untuk menetapkan pengawasan

secara langsung ternyata pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Anambas tidak menetapkannya turun secara langsung. Sebab untuk pemeriksaan

di laut dilakukan oleh Angkatan Laut dan pihak syahbandar, dengan keadaan ini

menurut penulis seharusnya pegawai patroli yang bertugas Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Anambas, seharusnya dapat turun langsung bersama

Angakatan Laut dan syahbandar. Berdasarkan fakta dilapangan seharusnya

petugas harus dapat diberikan tanggungjawab dan dilibatkan dalam memeriksa

dokumen sehingga pengawasan illegal fishing menjadi lebih kuat. Selain itu

lemahnya pengawasan illegal fishing juga dilaukan tidak secara rutin, namun di

katakan oleh key informan penyebabnya karena faktor cuaca. Menurut penulis

dalam kondisi apapun seharusnya petugas Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Anambas siap untuk melakukan tanggngjawabnya karena dengan

keadaan cuaca yang tidak mendukung biasanya illegal fishing dengan mudah

terjadi di Perairan Anambas

12

Page 15: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

3. Sikap Pelaksana

petugas dapat mengambil tindakan yang tegas dalam memberikan hukuman bagi

nelayan asing melakukan kesalahan dan penangkapan maupaun penahanan untuk

diproses ditingkat kejaksaan. Degan demikian proses hukuman untuk nelyan

asing yang melakukan pelanggaran illegal fishing akan di berikan sanksi sesuai

peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2014 Tentang Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan. Namun petugas belum

mampu mengatur waktu pengawasan dokumen kapal penangkap ikan di perairan

Anambas. Hal ini diketahui dari jawaban dari informan yang sangat jelas

menunjukkan sangat kurangnya waktu pengawasan yang dilaksanakan saat ini.

Oleh sebab itu illlegal Fishing masih saja terjadi karena kurangnya kerjasama

dengan pihak Pemerintah baik Angkatan Laut maupun kelompok masayarakat

pengawas. Disampng itu patroli yang dilakukan juga dilaksanakan masing-masing

instansi dan seharusnya dapat dilakukan bersama sehingga baik pihak Dinas

Kelautan dan Perikanan dapat turun bersama dengan pihak Angkatan Laut dalam

mengatasi masalah illegal fishing di perairan Anambas.

4. Struktur Birokrasi

untuk melaksanakan tugas pengawasan pemeriksaan dokumen penangkap

ikan semua pihak dapat bekerjasama dalam melaksanakan tugas patroli di perairan

Anambas,. Hal ini diketahui dari terlibatnya semua pihak baik Pemerintah Pusat

maupun Daerah saling berkoordinasi dengan Dinas Kelauatan dan Perikanan

maupun pihak Angkatan Laut. selain itu dalam mengatasi permasalahan ini juga

sudah di atur kerjasama dengan kelompok masyarakat pengawas untuk

13

Page 16: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

memberikan informasi atau pun laporan tentang terjadinya illegal fishing di

perairan Anambas. petugas dapat mengatur sistem pengawasan illegal fishing

secara langsung di perairan Anambas. Sebab dari fakta di peroleh sistem yang

dilakukan untuk mengatasi illegal fishing yaitu dengan menjalankan kerjasama

dengan pihak yang terkait secara langsung antara Dinas Kelautan dan Perikanan,

Angkatan Laut maupun pihak Pemerintah lainnya. Kemudian sistem pengawasan

dilakukan dengan patroli secara langsung di lapangan dan memeriksa kelengkapan

dokumen alat kelengkapan penangkapan ikan yang dibawa oleh kapal.

D. Penutup

1. Kesimpulan

Pada hasil pembahasan bab IV berkaitan dengan pelaksanaan

pengawasan illegal fishing di perairan Anambas, maka ditarik kesimpulan sebagai

berikut hasil penelitian di lapangan di peroleh bahwa pelaksanaan pengawasan

illegal fishing belum berjalan dengan baik. Dari hasil penelitian sebelumnya

diketahui bahwa pelaksanaan pengawasan Illegal Fishing belum berjalan sesuai

dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2014 tentang pelaksanaan tugas pengawasan. Banyak hal-hal yang tidak

sesuai ditemukan dilapangan seperti pada pelaksanaan pengawasan di lapangan

pada tahun 2014 hanya dilakukan sebanyak 11 kali dalam 12 bulan, kemudian 6

bulan setelah itu tidak dilaksanakan pengawasan, padahal seharusnya pengawasan

dilakukan 6 kali dan 1 bulan. Kemudian setiap petugas pelaksanaan pengawasan

masih kurang maksimal. Kurangnya kerjasama merupakan salah satu faktor

penghambat pelaksanaan kebijakan ini, karena jika dilihat saat dilakukan

14

Page 17: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

pengawasan jarang sekali TNI AL dan POLRI ikut serta dalam pengawasan secara

langsung, kurangnya fasilitas atau sarana penampungan. Kemudian yang

terpenting adalah anggota Pengawas yang terdidik hingga saat ini belum ada.

2. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk perbaikan dari pelaksanaan

pengawasan illegal fishing di Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai berikut :

1. Seharusnya dari semua pihak dapat saling bekerjasama dengan patroli bersama

sehingga pelaksanaan pengawasan illegal fishing di perairan Anambas dapat

berjalan dengan tepat, seperti adanya standar operasional yang jelas, dan

pembagian tuga yang jelas.

2. Seharusnya Pihak pelaksana pengawasan mampu menetapkan waktu patroli

yang rutin agar bisa meminimalisir tindakan illegal fishing yang terjadi di

perairan Anambas

3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti tentang pendanaan yang

diberikan pemerintah untuk melaksanakan Illegal Fishing di Kabupaten

Kepulauan Anambas

15

Page 18: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

DAFTAR PUSTAKA

Abeng, Tanri. 2006. Profesi Manajemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Public. Yogyakarta, Pancur Siwah

Brantas. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Bandung, Afabeta.

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi Kedua). Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Griffin, Ricky. 2004. Manajemen. Jakarta, Erlangga.

Handoko, T Hani.2003. manajemen. Yogyakarta, BPFE

Harahap, Sofyan S. 2004. Sistem Pengawasan Manajemen (Management Control System). Jakarta, Pustaka Quantum

Komaruddin. 1992. Manajemen Pengawasan Kualitas Terpadu (Suatu Pengantar). Jakarta, Rajawali

Kosasi, Engkos dan Hananto Soewedo. 2007. Manajemen Perusahaan Pelayaran (Suatu Pendekatan Praktis Dalam Bidang Usaha Pelayaran). Jakarta, RajaGrafindo

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 2. Jakarta. Rineka Cipta.

Nugroho, Riant. 2004. Kebijakan Formulasi Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta, PT. Elex Media Komputindo

Parsons, Wayne. 2011. Pengantar Teori dan Oraktik Analisis Kebijakan. Jakarta, Kencana Prenada Media Group

Siagian,Sondang P. 2011. Manajemen Stratejik. Jakarta. Bumi Aksara

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta. Graha Ilmu

Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung. Refika Aditama

Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

16

Page 19: HASYATILLAHjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · Web viewNo Tahun Kasus Pelanggaran Illegal Fishing Jumlah Kelengkapan dokumen Alat tangkap 1 2010 5 5 10

Wahab, Solochin Abdul.2002. Analisis Kebijaksanaan (dari Faktor Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Edisi Kedua). Jakarta. Bumi Aksara

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori dan Press. Yogyakarta, Media Presindo

DOKUMEN

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan

Peraturan Menteri Kelautan Dan Kelautan Nomor 17 / Permen-Kp/ 2014 Tentang Pelaksanaan Tugas Pengawasan Perikanan

(Https://Www.Academia.Edu/6127725/Potensi_Produksi_Sumberdaya_Ikan_Di_Perairan_Laut_Indonesia_dan_Permasalahannya)

.(http://www.dkpkepri.info/index.php?option=com_content&view=article&id=142:budidaya-kabupaten-kepulauan-anambas-budidaya-laut&catid=46:data-perikanan-budidaya&Itemid=108)

17