125
ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN SAMBUNGAN LAS DAN BAUT (Studi Literatur) TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh: DIAN SUKMA ARIFWAN NIM 04 0 4 24 004 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut (Studi Literatur), 2007. USU Repository © 2009

09E00059

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/24/2018 09E00059

    1/124

    ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA

    ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN

    SAMBUNGAN LAS DAN BAUT(Studi Literatur)

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

    memenuhi syarat untuk menempuh

    Ujian Sarjana Teknik Sipil

    Disusun Oleh:

    DIAN SUKMA ARIFWAN

    NIM 04 04 24 004

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN2007

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    2/124

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    ABSTRAK

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangB. PermasalahanC. Maksud dan TujuanD. Pembatasan MasalahE. MetodologiF. Sistematika Penulisan

    BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    A. UmumB. Sifat Bahan BajaC. Sambungan

    1. Permodelan Sambungan2. Tipe-tipe Sambungan3. Jenis Alat Penyambung

    i. Bautii. Las

    4. Sambungan Balok Rangka5. Sambungan Sudut Portal Kaku6. Sambungan Kolom ke Balok Menerus

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    3/124

    BAB III ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN

    KOLOM

    A. Sambungan Penahan MomenB. Sambungan Penahan Momen yang DirencanakanC. Kekuatan Sambungan Baut

    a. Kekuatan Geser Bautb. Kekuatan Desak (Tumpu) Bautc. Sambungan Baut Mengalami Pembebanan Eksentris

    D. Kekuatan Sambungan Lasa. Kekuatan Sambungan Las

    b. Kekuatan Las Sudutc. Sambungan Las yang Eksentris

    BAB IV APLIKASI

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KesimpulanB. Saran

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    4/124

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bresler, Lin, Scalzi,Design of Steel Structures, John Wiley & Sons, Inc., 1960, 19682. Charles G. Salmon dan John E. Johnson, Struktur Baja Desain dan Perilaku, Jilid 1

    dan 2, edisi ke-3, Penerbit Erlangga, 1996

    3. Edwin H. Gaylor, Jr dan Charles N. Gaylord, Design of Steel Structures, McGraw-Hill, Book Company, Inc., 1957

    4. Rasdinanta Tarigan, ST. Tugas Akhir Analisa Sambungan Kolom Baja DenganPondasi, 2004

    5. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia(PPBBI), 19836. Catatan Kuliah Struktur Baja I

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    5/124

    - i -

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur Penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas kasih karunia-Nya

    memberikan Pengetahuan, Kekuatan, dan Kesempatan kepada penulis sehingga mampu

    menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

    Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat

    untuk menempuh ujian Sarjana pada Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas

    Sumatera Utara.

    Adapun judul Tugas Akhir ini adalah ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA

    ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN SAMBUNGAN

    LAS DAN BAUT.

    Dalam penulisan tugas akhir, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan

    dari berbagai pihak baik bantuan berupa dukungan moril, materil, spiritual, maupun

    administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima

    kasih kepada :

    1. Bapak Dr. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc, Ketua jurusan Teknik Sipil;2. Bapak Ir. Faizal Ezeddin, MS Koordinator Program Pendidikan Ekstension Jurusan

    Teknik Sipil;

    3. Bapak Ir. Robert Panjaitan, Dosen Pembimbing penulis dalam penulisan TugasAkhir ini;

    4. Orang Tua Tercinta yang terus menerus berdoa agar penulis dapat menyelesaikanstudi, juga atas dorongan motivasi dan kepercayaan yang telah diberikan pada

    penulis agar menyelesaikan Tugas Akhir ini;

    5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Jurusan Teknik Sipil;

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    6/124

    - ii -

    6. Seluruh teman-teman Ekstension 2004 yang telah membantu dalam menyelesaikanTugas Akhir ini. Specially for July Rahmadhani untuk kesabarannya menunggu,

    serta pihak-pihak lain yang turut berperan serta dalam penyelesaian tugas akhir ini

    yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

    Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis

    menyadari kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kesilapan di dalam tugas akhir

    ini. Oleh karena itu penulis terbuka dan mengharapkan sekali kritikan dan saran yang

    sifatnya membangun guna memperbaiki tugas akhir ini.

    Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita

    semua.

    Medan, Agustus 2007

    Hormat saya

    Dian Sukma Arifwan Sitepu

    04 04 24 004

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    7/124

    - iii -

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI.. iii

    ABSTRAK. v

    DAFTAR NOTASI vi

    DAFTAR GAMBAR. viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang........... 1B. Permasalahan.. 3C. Maksud dan Tujuan 6D. Pembatasan Masalah.. 7E. Metodologi. 9F. Sistematika Penulisan. 9

    BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    A. Umum. 1B. Sifat Bahan Baja. 2C. Sambungan. 7

    1. Permodelan Sambungan. 72. Tipe-tipe Sambungan. 143. Jenis Alat Penyambung.. 17

    i. Baut 17ii. Las.. 25

    4. Sambungan Balok Rangka. 345. Sambungan Sudut Portal Kaku.. 376. Sambungan Kolom ke Balok Menerus.. 39

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    8/124

    - iv -

    BAB III ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN

    KOLOM

    A. Sambungan Penahan Momen. 1B. Sambungan Penahan Momen yang Direncanakan. 2C. Kekuatan Sambungan Baut 3

    a. Kekuatan Geser Baut. 4b. Kekuatan Desak (Tumpu) Baut. 6c. Sambungan Baut Mengalami Pembebanan Eksentris 9

    D. Kekuatan Sambungan Las. 19a. Kekuatan Sambungan Las. 19

    b. Kekuatan Las Sudut.. 20c. Sambungan Las yang Eksentris 24

    BAB IV APLIKASI

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan 1B. Saran.. 2

    DAFTAR PUSTAKA

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    9/124

    - v -

    ABSTRAK

    Suatu balok baja yang pada kedua ujungnya disambungkan terhadap kolom-

    kolom dengan menggunakan sambungan memakai baut, maka balok diatas merupakan

    konstruksi statis tertentu, karena kedua ujung tersebut bersifat sendi. Akan tetapi bilasambungan pada kedua ujung menggunakan beberapa baut ataupun dilas, maka akan

    terbentuk konstruksi statis tidak tentu, karena sambungan tidak dapat lagi berputar

    bebas. Dalam keadaan ekstrim sambungan dapat bersifat kaku sempurna (rigid), dimana

    sudutnya adalah nol.

    Akan tetapi pada sambungan-sambungan yang menggunakan paku keling/baut

    selalu akan terjadi deformasi elastis, yang mengakibatkan sifat kaku sempurna tidak

    tercapai. Sambungan menjadi semi kaku (semi rigid). Keberadaan lain dari suatu

    sambungan (sendi, semi kaku atau kaku sempurna) atau dengan kata lain tingkat

    kekakuan dari sambungan, akan mempengaruhi besarnya perubahan bentuk (lenturan

    ataupun putaran sudut) dan gaya-gaya dalam (momen lentur, gaya lintang, gaya normal

    dan torsi) pada analisis strukturnya.

    Pada Tugas Akhir ini, gaya dalam yang dibahas hanya momen lentur M, yang

    bekerja pada sambungan. Gaya lintang D, Gaya normal N dan torsi (momen puntir) T

    yang seharusnya turut bekerja pada sambungan tidak diikutkan. Dari hasil analisis

    diperoleh Teg. Geser Baut = 66377,14 N, Teg. Tumpu = 111888 N. Teg. Geser Las =

    658440 N, Teg. Tumpu = 673437,1257 N dan Teg. Geser Paku = 80347,3 N, Teg.

    Tumpu = 271391 N. Terlihat bahwa tipe Sambungan Las mempunyai kekuatan

    sambungan yang paling tinggi jika besar gaya yang bekerja sama besar dan sambungan

    yang paling efisien adalah jenis Sambungan Baut, dimana dalam pengerjaannya

    dilapangan paling praktis diantara ketiga jenis sambungan yang dibahas dan memiliki

    nilai kekuatan yang cukup tinggi.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    10/124

    - vi -

    DAFTAR NOTASI

    A = luas tahanan efektif las

    Ab = luasan baut

    a = lebar luasan tertarik pada baut

    b = lebar profil pengaku

    be = lebar efektif

    D = gaya lintang

    d = diameter baut

    e = eksentrisitas

    Fp = gaya putus las sudut

    h = tinggi penampang profil kolom

    I = momen kelembaman

    J = momen inersia polar

    l = panjang las

    M = momen

    m = jumlah baris baut

    n = jumlah baut

    P = beban terpuusat

    q = beban mati

    R = resultante

    s = jarak sumbu ke sumbu baut

    T = gaya tarik

    t = tebal plat penyambung

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    11/124

    - vii -

    w = momen tahanan

    = sudut antara gaya P terhadap bidang retak las

    = tebal profil yang dilas

    = tegangan dasar baja

    1 = tegangan idiil

    = tegangan geser ijin baja

    = koefisien kejut

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    12/124

    - viii -

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Bidang Momen dan Garis Lentur Balok ............................... I - 4

    Gambar 2.1 Hubungan Tegangan Regangan untuk Uji Tarik Pada Baja Lunak II - 3

    Gambar 2.2 Penentuan Tegangan Leleh ................................................... II - 5

    Gambar 2.3 Deformasi Rotasi Sambungan ............................................... II - 8

    Gambar 2.4 Kurva M-r Sambungan ........................................................ II - 8

    Gambar 2.5 Tipe Sambungan (a) Single Web-Angle dan (b) Single Plate II -10

    Gambar 2.6 Tipe Sambungan Double Single Web-Angle ....................... II -10

    Gambar 2.7 Tipe Sambungan Top and Seat Web-Angle with .................

    Double web-Angle ...................................................................... II -11

    Gambar 2.8 Tipe Sambungan Top and Seat-Angle .................................. II -11

    Gambar 2.9 Tipe Sambungan Header Plate .............................................. II -11

    Gambar 2.10 Tipe Sambungan Extended End-Plate ................................. II -12

    Gambar 2.11 Tipe Sambungan Flush End Plate ....................................... II -12

    Gambar 2.12 Tipe Sambungan Top And Seat Angle

    dengan Double Web Angle ......................................................... II -13

    Gambar 2.13 Pengaruh Deformasi Elaastis Terhadap Sambungan Top And Seat

    Angle dengan Double Web angle ............................................... II -13

    Gambar 2.14 Mekanisme Collapse pada Tipe Sambungan Top And Seat Angle

    dengan Double Web Angle ........................................................ II -15

    Gambar 2.15 Hubungan Antara Tegangan Tarik dengan Perpanjangan

    Batang Baut ................................................................................. II -22

    Gambar 2.17 Tipe-tipe Las ....................................................................... II -27

    Gambar 2.18 Tipe-tipe Las Groove ......................................................... II -28

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    13/124

    - ix -

    Gambar 2.19 Penggunaan Las Groove pada Sambungan T ...................... II -28

    Gambar 2.20 Kegunaan Tipikal Las Fillet ................................................ II -29

    Gambar 2.21 Las Slot dan Las Plug dalam Kombinasi dengan Las Fillet II -30

    Gambar 2.22 Tebal Las ............................................................................. II -31

    Gambar 2.23 Gaya P yang Membentuk Sudut Terhadap Bidang retak Las II -31

    Gambar 2.24 Gaya P Izin yang Dapat Dipikul Beberapa Jenis

    Sambungan Las ........................................................................... II -33

    Gambar 2.25 Sambungan Balok Rangka .................................................. II -35

    Gambar 2.26 Kegagalan Akibat Sobekan di Ujung Pada Sambungan

    Balok Rangka .............................................................................. II -36

    Gambar 2.27 Sudut Portal Kaku ............................................................... II -39

    Gambar 2.28 Sambungan Kolom ke Balok Menerus .............................. II -40

    Gambar 3.1 Sambungan T-Conection ....................................................... III -1

    Gambar 3.2 Sambungan Bracket Conection ............................................. III -2

    Gambar 3.3 Sambungan Penahan Momen ................................................ III -3

    Gambar 3.4 Baut yang Mengalami Geser Tunggal ................................... III -4

    Gambar 3.5 Baut yang Mengalami Geser Rangkap .................................. III -5

    Gambar 3.6 Bentuk-bentuk Kegagalan yang Mungkin Timbul Pada

    Sambungan Baut ........................................................................ III - 6

    Gambar 3.7 Tekanan Tumpu Pada Sambungan Baut ............................... III - 7

    Gambar 3.8 Jarak Baut .............................................................................. III - 9

    Gambar 3.9 Sambungan Eksentris ............................................................ III-10

    Gambar 3.10 Analisa Sambungan yang Eksentrisitas .............................. III-10

    Gambar 3.11 Sambungan Antara Kolom dan Balok ................................. III-14

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    14/124

    - x -

    Gambar 3.12 Kejadian Simple Flexture yang terjadi pada Saat

    Baut Mengalami Tarikan ............................................................ III-17

    Gambar 3.13 Peristiwa Double Flexture ................................................... III-18

    Gambar 3.14 Distribusi Tegangan Tipikal pada Lap Join dengan

    Las Fillet Longitudinal ................................................................ III-21

    Gambar 3.15 Distribusi Tegangan Tipikal pada Suatu Sambungan Impit yang

    Transversal Terhadap Las Fillet .................................................. III-21

    Gambar 3.16 Dimensi Leher Efektif untuk Las Fillet............................... III-22

    Gambar 3.17 Hubungan Las yang Dibebani Eksentris ............................. III-25

    Gambar 3.18 Beban-beban pada Las ........................................................ III-25

    Gambar 3.18 Rumus-rumus Momen Inersia ............................................. III-27

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    15/124

    I - 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

    balok, kolom pelat maupun kolom balok, baik itu yang terbuat dari baja, kayu maupun

    beton, pada tempat-tempat tertentu harus disambung. Hal ini dikarenakan keterbatasan

    ketersediaan material dipasaran dan juga berhubungan dengan kemudahan pemasangan

    dilapangan. Khusus untuk konstruksi yang terbuat dari bahan beton, boleh jadi

    sambungan bukan merupakan sesuatu hal yang perlu dipermasalahkan, karena pada

    konstruksi beton struktur secara keseluruhan adalah bersifat monolit (menyatu secara

    kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang terbuat dari baja maupun kayu, sambungan

    merupakan sesuatu hal yang perlu mendapat perhatian serius yang matang karena pada

    konstruksi baja dan kayu, elemen-elemen struktur yang disambung tidak dapat bersifat

    monolit seperti konstruksi beton.

    Pada umumnya sambungan berfungsi untuk memindahkan gaya-gaya yang

    bekerja pada elemen-elemen struktur yang disambung. Sambungan dibuat karena

    keterbatasan bahan yang tersedia di pasaran dan juga untuk kemudahan pemasangan

    dilapangan serta kemudahan dalam hal pengangkutan. Misalkan saja akan dibuat suatu

    struktur ranngka gading-gading kap terbuat dari baja profil siku, maka tidak mungkin

    melaksanakannya secara langsung dilapangan karena tidak akan ekonomis, tetapi akan

    lebih hemat jika terlebih dahulu merakitnya di pabrikasi (bengkel/workshop), baru

    selanjutnya tinggal menyambungkannya pada kolom-kolom dilapangan.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    16/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    2

    Alat-alat sambung yang biasa digunakan pada konstruksi baja adalah :

    1. Sambungan dengan paku keling (rivet)

    2. Sambungan dengan baut (Bolt)

    3. Sambungan dengan las (welding)

    Jika dibandingkan ketiga alat sambung ini, maka las merupakan alat sambung yang

    menghasilkan kekakuan yang paling besar, sedangkan paku keling menghasilkan

    sambungan yang lebih kaku jika dibandingkan dengan baut, tetapi kurang kaku jika

    dibandingkan dengan las. Tetapi pada dewasa ini sambungan dengan menggunakan

    paku keling sudah jarang digunakan karena kesulitan dalam pemasangannya. Oleh

    karena itu pada tugas akhir ini perencanaan sambungan akan memakai sambungan baut

    (tipe baut : baut bubut) dan las (tipe las : las fillet/sudut).

    Bahan baja sebagai bahan bangunan, diproduksi di pabrik-pabrik peleburan

    dalam bentuk ukuran dan panjang yang tertentu sesuai dengan standar yang dilakukan.

    Oleh karena itu tidaklah mungkin membangun suatu konstruksi secara monolit

    (diprabikasi, dicetak) akan tetapi terpaksa dibangun dari elemen-elemen yang

    disambung satu persatu di lapangan dengan menggunakan salah satu alat-alat sambung

    atau kombinasi dari dua alat sambung seperti yang telah disebutkan diatas.

    Sifat dari sambungan ini sangat tergantung pada jenis dan konstruksi

    sambungan, bervariasai mulai dari yang berkekakuan sendi sampai dengan kaku

    sempurna. Untuk menghilangkan salah pengertian, perlu terlebih dahulu dijelaskan

    tentang istilah kekakuan pada struktur batang, kata stifness. Suatu struktur sambungan

    dapat bersifat sendi (ekstrem bawah) dan kaku atau rigid pada ekstrem atas. Diantaranya

    terdapat sifat semi kaku "semi rigid". Tidak ada ukuran yang dapat dipakai untuk

    menentukan tingkat kekakuan dan sambungan dimaksud. Disini cara yang ditempuh

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    17/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    3

    adalah dengan menggunakan kombinasi sendi dengan pegas momen sebagai pengganti

    sambungan (perletakan) yang semi kaku. Besarnya konstanta pegas adalah

    menunjukkan tingkat kekakuan dari sambungan. Maka untuk seterusnya bila terpakai

    kata kekakuan sambungan, yang dimaksud adalah kekakuan (konstante) pegas yang

    dimaksud diatas.

    B. PermasalahanSambungan menerus balok dan kolom ditunjukkan untuk memindahkan semua

    momen dan memperkecil atau meniadakan rotasi batang pada sambungan (yaitu jenis:

    AISC sambungan portal kaku).

    Kolom dapat berhubungan secara kaku dengan balok-balok pada kedua

    sayapnya, tingkat kekakuan dari sambungan pada konstruksi tersebut mempunyai

    peranan penting pada analisa struktur untuk menghitung gaya-gaya dalam dan

    deformasi, terutama untuk struktur statis tak tentu. Contoh berikut ini akan

    memperlihatkan permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi yang berbeda-beda dari

    ujung-ujung (sambungan) dari satu batang. Apabila titik ujung A dan B adalah sendi

    dan beban mati terpusat berada di tengah-tengah bentang yaitu di C maka momen di A

    atau di B adalah nol. Momen di C yakni Moc = PL. Tetapi bila titik A dan B kaku

    sempurna maka besar momen akan berubah menjadi:

    MA = MB = -1/8 PL dan MC =1/8 PL = Mo

    C

    Bila titik A dan B bersifat diantara sendi dan kaku (semi kaku), maka momen-

    momen tersebut akan berubah besarnya sesuai dengan tingkat kekakuan dari

    sambungan.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    18/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    4

    P

    A B

    C

    l l

    Gambar 1.1 Bidang momen dan garis lentur balok

    MoC

    MB

    MoC

    MoB

    MC

    BIDANG MOMEN

    GARIS LENTUR

    YoCYC

    YC

    Dimana:

    0 < MB < MBdan MO

    C > MC > MC

    Hal yang sama terjadi pada lenturan, yakni bahwa:

    Yoc>Yc>Yc

    Kalau pada waktu perencanaan titik hubungan A dan B diasumsikan sendi, akan tetapi

    pada waktu pelaksanaan terjadi hubungan kaku atau semi kaku, maka ditengah bentang

    terdapat momen yang lebih kecil dari yang dihitung semula. Sedangkan pada jepitan

    timbul momen sebesar MB yang semula adalah nol. Sebaliknya bila pada waktu

    pelaksanaan terjadi hubungan yang semi kaku maka ditengah bentang terjadi momen

    MC yang lebih besar dari M

    C yang dihitung pada awalnya (jadi ada bahaya),

    sedangkan di titik A dan B momen menjadi berkurang.

    Dalam menentukan tingkat kekakuan sambungan ada dua cara, yaitu

    berdasarkan hasil pengujian dilaboratorium dan perhitungan secara analitis. Dalam

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    19/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    5

    menentukan derajat kekakuan K dari sambungan adalah dengan menentukan jumlah dan

    susunan dari baut penyambung dan menentukan dari pelat dasar sebagai pelat

    penyambung adalah menentukan tipe las dan tebal las. Sedangkan bila berdasarkan

    perhitungan secara analitis, derajat kekakuan K dari sambungan dapat ditentukan

    melalui prosedur literasi metode kekakuan. Secara teoritis faktor-faktor yang

    mempengaruhi besarnya derajat kekakuan K dari sambungan adalah:

    1. Ukuran baut, jumlah baut dan jarak baut.

    2. Tebal pelat penyambung

    3. Kekakuan dan panjang dari batang tersambung, baik itu balok maupun kolom.

    4. Gaya dalam (pada Tugas Akhir ini yang dibahas hanya momen lentur M) yang

    bekerja pada sambungan.

    5. Deformasi akibat tegangan tarik aksial pada bidang persentuhan antara baut dan

    pelat (batang) tersambung.

    6. Lenturan pada baut sendiri.

    7. Adanya kelonggaran antara baut dengan pelat-pelat tersambung. Dengan

    perkataan lain ukuran lobang baut lebih besar dari diameter baut.

    8. Adanya tahanan gesek antara pelat-pelat tersambung yang ditimbulkan oleh

    pengunci baut yang sangat kuat.

    Kekakuan pada suatu sambungan antara balok dan kolom mempengaruhi besar

    beban yang dapat bekerja pada struktur tersebut. Bagaimana bila sambungan antara

    balok dan kolom mengalami pembebanan sampai batas elastisnya?.

    Oleh karena itu sangat perlu untuk menganalisa M sambungan pada perencanaan

    sambungan balok-kolom pada suatu konstruksi baja dan bagaimana pengaruhnya

    terhadap M kapasitas elastis (balok). Karena balok mengalami M kapasitas elastis maka

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    20/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    6

    balok hanya akan mengalami lendutan (dengan catatan tidak ada sambungan balok-

    balok pada span balok dari kolom) sebab balok bersifat monolit, sedangkan sambungan

    balok-kolom tidak. Apakah M sambungan dapat memikul M kapasitas elastis?

    Berdasarkan hal inilah, maka dalam tugas akhir ini dalam perencanaan kekuatan

    sambungan balok kolom pada suatu konstruksi portal baja sangat perlu

    memperhatikan hubungan dibawah ini:

    M sambungan M kapasitas elastis.

    C. Maksud dan TujuanPenulisan Tugas Akhir ini adalah untuk membahas mengenai analisis

    sambungan portal baja antara balok dan kolom dengan menggunakan sambungan las,

    baut dan paku keling.

    Adapun tujuannya adalah untuk

    1. Menganalisis kekuatan sambungan balok dan kolom pada portal baja dengan

    cara membandingkan momen yang terjadi pada sambungan dengan momen

    kapasitas yang dapat dipikul oleh balok dalam batas elastisnya sehingga

    tidak menimbulkan resiko pada konstruksi yang direncanakan.

    2. Menganalisis kekuatan sambungan balok dan kolom pada portal baja dengan

    cara membandingkan antara sambungan las dengan baut dan paku keling.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    21/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    7

    D. Pembatasan MasalahAgar masalah yang dibahas dalam tulisan ini mengarah kepada tujuan yang

    relevan dengan judulnya dan juga keterbatasan literatur serta untuk mempermudah

    perhitungan tetapi hasilnya masih mendekati kebenaran, maka perlu diadakan

    pembatasan masalah sebagai berikut:

    1. Konstruksi yang akan dianalisis adalah portal dengan elemen 2 dimensional

    dalam bentuk portal bidang (plane frame)

    2. Analisis hanya dilakukan terhadap gaya dalam momen lentur M saja yang

    bekerja, sedangkan gaya dalam lainnya seperti gaya lintang D dan gaya

    normal N yang seharusnya bekerja tidak turut diperhitungkan.

    3. Analisis dilakukan dalam batas elastis menurut hukum Hooke, dimana

    hubungan tegangan regangan adalah linear.

    4. Material yang digunakan adalah baja yang bersifat linear-elastis, isotropik

    homogen.

    5. Pembahasan hanya meliputi hubungan sambungan balok dan kolom.

    6. Sambungan yang dianalisis pada tugas akhir ini adalah tipe sambungan baut

    dan sambungan las.

    7. Baut yang dianalisis adalah baut biasa, yaitu baut bubut yang terbuat dari

    besi beton; direncanakan: Mutu U-52 ((Baut (elastis) = 2400 kg/cm2).

    Perencanaan profil : Mutu U-37 ((Profil (Elastis) = 1600 kg/cm2)

    8. Baut yang dianalisis bukan merupakan baut mutu tinggi, sehingga efek

    prying force akibat baut mutu tinggi tidak dianalisa.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    22/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    8

    9. Analisis tidak dilakukan terhadap pengaruh ketidak seragaman tegangan

    yang ditanggung oleh komponen-komponen sambungan (yaitu ada

    komponen yang lebih awal mengalami leleh).

    10.Perubahan bentuk geometri struktur adalah linear.

    11.Dimensi balok dan kolom menggunakan profil baja IWF.

    12.Deformasi akibat tegangan tarik aksial (oleh momen lentur M yang bekerja)

    yaitu deformasi rotasi r pada bidang persentuhan antara baut dan pelat dasar

    atau baja siku (batang) tersambung tidak dianalisa.

    13.Lenturan pada baut sendiri tidak dianalisa.

    14.Analisa tidak dilakukan terhadap tekuk flens dan atau web kolom ataupun

    balok yang terjadi disekitar sambungan.

    15.Derajat kekakuan K pada sambungan hubungan balok-kolom diasumsikan

    100 %

    16.Dalam penentuan inflexient point (garis netral) pada sambungan yang

    direncanakan dengan baut sebagai alat penyambung, perhitungan luasan

    bidang pengganti di ekivalensikan dengan pengasumsian jarak-jarak baut

    adalah sama (dalam perencanaan sambungan, jarak-jarak baut tidak sama

    tetapi sesuai dengan persyaratan menurut PPBBI 1983)

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    23/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    9

    E. MetodologiDalam penulisan Tugas Akhir ini metoda yang digunakan adalah study literatur,

    adapun sumbernya adalah buku-buku jurnal, buku-buku yang berhubungan dengan

    analisa yang akan dibahas

    Analisis dalam Tugas Akhir ini dilakukan dalam batas elatis dengan

    menggunakan metoda analisa perhitungan ASD (Allowable Stress Design). Perencanaan

    profil baja untuk balok, kolom, pelat penyambung, baja siku penyambung menggunakan

    U-37 (Elastis = 1600 kg/cm2). Baut penyambung menggunakan baut bubut (yang

    terbuat dari besi beton) dengan mutu baja U-52 (Elastis = 2400 kg/cm2) dan las

    merupakan tipe las fillet (las sudut).

    F. Sistematika PenulisanUntuk memberikan gambaran garis besar penulisan Tugas Akhir ini, maka isi

    Tugas Akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan, Maksud dan

    Tujuan, Pembatasan Masalah, Metodologi dan Sistematika Penulisan.

    BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN, terdiri dari Penjelasan Umum mengenai

    sambungan antara balok dan kolom baja, Sifat Bahan Baja berisikan sifat

    bahan baja, Sambungan berisikan penjelasan mengenai sambungan las dan

    baut, serta penjelasan mengenai sambungan sudut portal kaku.

    BAB III : ANALISIS KEKAKUAN SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM, terdiri

    dari Sambungan Penahan Momen, Sambungan Penahan Momen yang

    Direncanakan, Kekuatan Sambungan Baut yang berisikan penjelasan

    mengenai kekuatan geser baut, kekuatan desak (tumpu) baut, sambungan

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    24/124

    I -

    Laporan Tugas Akhir

    10

    baut yang mengalami pembebanan eksentris dan Kekuatan Sambungan Las

    yang berisikan penjelasan mengenai kekuatan sambungan las, kekuatan las

    sudut dan sambungan las yang eksentris.

    BAB IV : APLIKASI

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    25/124

    II - 1

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    II.1. UMUMSambungan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam

    perencanaan struktur baja. Hal ini dikarenakan bentuk struktur bangunan yang begitu

    kompleks. Adapun contoh yang dapat kita jumpai di struktur bangunan adalah

    sambungan antara kolom dan balok. Kegagalan dalam sambungan tersebut dapat

    mengakibatkan perubahan fungsi struktur bangunan tersebut, dan yang paling berbahaya

    adalah keruntuhan pada struktur tersebut. Sehingga untuk mencegah hal tersebut maka

    kekakuan sambungan antara balok dan kolom tersebut harus baik.

    Alat penyambung yang sering digunakan adalah dengan pembautan dan

    pengelasan yang diberi pengaku samping. Secara umum sambungan antara balok dan

    kolom baja terdiri dari 3 elemen yaitu:

    a) Balokb) Kolomc) Alat penyambung.

    Jadi ketiga elemen tersebut yang harus kita perhitungkan sehingga perencanaan

    struktur tersebut akan sesuai seperti yang direncanakan. Dan pada akhirnya struktur

    bangunan itu akan berdiri sesuai dengan fungsi yang diinginkan.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    26/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    2

    II.2. Sifat Bahan BajaSifat baja yang terpenting dalam penggunaannya sebagai bahan konstruksi

    adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan dengan bahan lain seperti kayu, dan sifat

    keliatannya, yaitu kemampuan untuk berdeformasi secara nyata baik dalam tegangan

    baik dalam regangan maupun dalam kompresi sebelum kegagalan, serta sifat

    homogenitas yaitu sifat keseragaman yang tinggi.

    Baja merupakan bahan campuran besi (Fe), 1,7 % zat arang atau karbon (C),

    1,65 % mangan (Mn), 0,6 % silikon (Si), dan 0,6 % tembaga (Cu). Baja dihasilkan

    dengan menghaluskan bijih besi dan logam besi tua bersama-sama dengan bahan

    tambahan pencampur yang sesuai, dalam tungku tempratur tinggi untuk menghasilkan

    massa-massa besi yang besar, selanjutnya dibersihkan untuk menghilangkan kelebihan

    zat arang dan kotoran-kotoran lain.

    Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan

    sebagai berikut:

    1. Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel)

    yakni lebih kecil dari 0.15%

    2. Baja dengan persentase zat arang ringan (mild carbon steel)

    yakni 0.15% - 0.29%

    3. Baja dengan persentase zat arang sedang (medium carbon steel)

    yakni 0.30% - 0.59%

    4. Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel)

    yakni 0.60% - 1.7%

    Baja untuk bahan struktur termasuk ke dalam baja yang persentase zat arang

    yang ringan (mild carbon steel), semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung di

    dalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat bahan struktur yang

    paling penting dari baja adalah sebagai berikut:

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    27/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    3

    1. Modulus elastisitas (E) berkisaran antara 193000 Mpa sampai 207000 Mpa. Nilaiuntuk design lazimnya diambil 210000 Mpa.

    2. Modulus geser (G) dihitung berdasarkan persamaan:G = E / 2(1+)

    Dimana: = angka perbandingan poisson

    Dengan mengambil = 0.30 dan E = 210000 Mpa, akan memberikan G = 810000

    Mpa

    3. Koefisien ekspansi (), diperhitungkan sebesar:= 11.25 x 10

    -6per C

    4. Berat jenis baja (), berat jenis baja diambil 7.85 t/m3Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja dapat

    dilakukan dengan uji tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas baja akan

    menghasilkan bentuk hubungan tegangan dan regangan seperti Gambar 2.1 di bawah

    ini.

    0

    Gambar 2.1 Hubungan tegangan regangan untuk uji tarik pada baja lunak

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    B

    A'A

    M

    C

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    28/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    4

    Keterangan gambar:

    = tegangan baja

    = regangan baja

    A = titik proporsional

    A = titik batas elastis

    B = titik batas plastis

    M = titik runtuh

    C = titik putus

    Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sampai titik A hubungan tegangan

    dengan regangan masih linier atau keadaan masih mengikuti hukum Hooke. Kemiringan

    garis OA menyatakan besarnya modulus elastisitas E. Diagram regangan untuk baja

    lunak umumnya memiliki titik leleh atas (upper yield point), yu dan daerah leleh datar.

    Secara praktis, letak titik leleh atas ini, A tidaklah terlalu berarti sehingga pengaruhnya

    sering diabaikan. Titik A sering juga disebut sebagai titik batas elastis (elasticity limit).

    Sampai batas ini bila gaya tarik dikerjakan pada batang baja maka batang tersebut akan

    berdeformasi. Selanjutnya bila gaya itu dihilangkan maka batang akan kembali

    kebentuk semula. Dalam hal ini batang tidak mengalami deformasi permanen.

    Bila beban yang bekerja bertambah, maka akan terjadi pertambahan regangan

    tanpa adanya pertambahan tegangan. Sifat pada daerah AB inilah yang disebut sebagai

    keadaan plastis. Lokasi titik B, yaitu titik batas plastis tidaklah pasti tetapi sebagai

    perkiraan dapat ditentukan yakni terletak pada regangan 0.014.

    Daerah BC merupakan daerah strain hardening, dimana pertambahan regangan

    akan diikuti dengan sedikit pertambahan tegangan. Disamping itu, hubungan tegangan

    dengan regangannya tidak lagi bersifat linier. Kemiringan garis setelah titik B ini

    didefinisikan sebagai Ez. Di titik M, yaitu regangan berkisar antara 20% dari panjang

    batang, tegangannya mencapai nilai maksimum yang disebut sebagai tegangan tarik

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    29/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    5

    batas (ultimate tensile strength). Akhirnya bila beban semakin bertambah besar lagi

    maka titik C batang akan putus.

    Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat baja mulai meleleh.

    Dalam kenyataannya, sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh, sebab perubahan

    dari elastisitas menjadi plastis seringkali besarnya tidak tetap. Sebagai standar

    menentukan besarnya tegangan leleh dihitung dengan menarik garis sejajar dengan

    sudut kemiringan modulus elastisitasnya, dari regangan sebesar 0.2% (Gambar 2.2)

    0 . 0 0 20 0 . 0 0 4

    C

    B

    C D

    D

    0 B

    Gambar 2.2Penentuan tegangan leleh

    Dari titik regangannya 0.2% ditarik garis sejajar dengan garis OB sehingga

    memotong grafik tegangan regangan sehingga memotong sumbu tegangan. Tegangan

    yang diperoleh ini disebut tegangan leleh. Tegangan-tegangan leleh dari bermacam-

    macam baja bangunan diperlihatkan pada Tabel 2.1

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    30/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    6

    Tabel 2.1Harga tegangan leleh

    Macam bajaTegangan leleh

    Kg/cm2 Mpa

    Bj 34

    Bj 37

    Bj 41

    Bj 44

    Bj 50

    Bj 52

    2100

    2400

    2500

    2800

    2900

    3600

    210

    240

    250

    280

    290

    360

    Baja memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan konstruksi, diantaranya:

    1. Nilai kesatuan yang tinggi per satuan berat2. Keseragaman bahan dan komposit bahan yang tidak berubah terhadap waktu3. Dengan sedikit perawatan akan didapat masa pakai yang tidak terbatas4. Daktilitas yang tinggi5. Mudah untuk diadakan pengembangan struktur

    Di samping itu baja juga mempunyai kekurangan dalam hal:

    1. Biaya perawatan yang besar2. Biaya pengadaan anti api yang besar (fire proofing costs)3. Dibandingkan dengan kekuatannya kemampuan baja melawan tekuk kecil4. Nilai kekuatannya akan berkurang, jika dibebani secara berulang/periodik, hal

    ini biasa disebut dengan leleh atau fatigue.

    Dengan kemajuan teknologi, perlindungan terhadap karat dan kebakaran pada baja

    sudah ditemukan, hingga akibat buruk yang mungkin terjadi bisa dikurangi/dihindari.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    31/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    7

    II.3. SambunganBahan baja sebagai bahan bangunan, diproduksi dipabrik-pabrik peleburan

    dalam bentuk, ukuran dan panjang tertentu sesuai dengan standard yang ditentukan.

    Oleh karena itu tidaklah mungkin membangun suatu konstruksi secara monolit (

    dipabrikasi dicetak), akan tetapi terpaksa dibangun dari elemen-elemen yang disambung

    satu persatu dilapangan. Sifat dari sambungan ini sangat tergantung pada jenis dan

    konstruksi sambungan, bervariasi mulai dari yang berkelakuan sebagai sendi sampai

    dengan kaku sempurna. Pada struktur batang istilah kekakuan digunakan untuk faktor

    EI dari batang atau dalam bahasa inggris disebut stiffnes. Suatu struktur sambungan

    dapat bersifat sendi, kaku (rigid), semi kaku (semi rigid). Tidak ada ukuran yang pasti

    dipakai untuk menentukan tingkat dari sambungan yang dimaksud.

    II.3.1 Permodelan Sambungan

    Suatu sambungan merupakan sarana dimana beban-beban yang bekerja

    disalurkan. Untuk sambungan balok ke kolom, beban-beban yang bekerja disalurkan.

    Untuk sambungan balok ke kolom, beban-beban yang disalurkan meliputi gaya normal

    N, gaya lintang D dan Momen M saja.

    Selanjutnya dalam tugas akhir ini deformasi sambungan akibat momen lentur M

    saja yang diperhitungkan, yaitu deformasi rotasi r, biasanya rotasi ditulis dalam fungsi

    momen. Apabila momen lentur M bekerja pada sambungan maka akan timbul deformasi

    rotasi sebesar r seperti gambar ini.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    32/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    8

    (Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

    Rotasi yang dimaksud adalah perubahan sudut yang terjadi antara balok dan

    kolom dari kondisi aslinya yang merupakan sesuatu ukuran putaran relatif balok

    terhadap kolom. Hubungan M r sambungan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

    Dari gambar diatas dapat diambil beberapa pengamatan antara lain:

    (Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

    Gambar 2.3. Deformasi Rotasi Sambungan

    Gambar 2.4. Kurva M- r Sambungan

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    33/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    9

    Semua tipe sambungan menunjukkan perilaku hubungan M r yang berada

    diantara rigid (sumbu vertikal) dan sendi (sumbu horizontal).

    a) Untuk nilai momen yang sama, sambungan yang lebih fleksibel memilikisudut rotasi r yang lebih besar. Sebaliknya untuk nilai r tertentu, sambungan

    yang lebih fleksibel menyalurkan momen yang lebih kecil.

    b) Momen maksimum yang mampu disalurkan suatu sambungan (kapasitasmomen ultimate) menurun pada sambungan yang lebih fleeksibel.

    c) Hubungan M - r senantiasa non linear untuk setiap jenis pembebanan.Ketidak linearan ini disebabkan oleh berbagai faktor, yang terpenting

    diantaranya adalah:

    a) Ketidak seragaman material.Sambungan tersebut terdiri atas berbagai macam dan susunan baut, siku dan

    pelat. Hal ini memungkinkan terjadinya slip dan pergerakan relatif pada tingkat

    pembebanan yang berbeda.

    b) Tercapainya kondisi leleh dari sebagian komponen sambungan.Karena tidak seragamnya tegangan yang ditanggung oleh komponen

    komponen sambungan, maka ada komponen yang lebih awal mengalami leleh.

    Ini merupakan faktor utama penyebab kenonlinearan perilaku suatu sambungan.

    c) Konsentrasi tegangan dan regangan yang disebabkan oleh lobang (baut),pengencangan dan bidang kontak elemen yang diterapkan pada sambungan.

    d) Tekuk flens dan atau web kolom ataupun balok yang terjadi disekitarsambungan

    e) Perubahan geometri akibat beban yang bekerja.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    34/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    10

    Berikut ini dapat dilihat tipe tipe sambungan tersebut.

    (Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

    Gambar 2.5. Tipe Sambungan (a) Single Web-Angle dan (b) Single Plate

    Gambar 2.6. Tipe Sambungan Double Single Web-Angle

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    35/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    11

    (Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

    Gambar 2.7. Tipe Sambungan Top-and Seat-Angle with Double Web Angle

    Gambar 2.8. Tipe Sambungan Top-and-Seat-Angle

    Gambar 2.9. Tipe Sambungan Header Plate

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    36/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    12

    (Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

    Gambar 2.10. Tipe Sambungan extended plate; (a) extended on tension side only

    (b) extended on tendion and compression sides

    Gambar 2.11 Tipe Sambungan flush end plate

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    37/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    13

    Dalam penganalisaan kekuatan sambungan balok kolom tersebut, akan

    dilakukan penganalisaan terhadap momen yang bekerja pada sambungan yang akan

    dibandingkan dengan momen kapasitas yang dapat dipikul oleh balok dalam batas

    elastisitasnya. Pada tugas Akhir ini M sambungan tidak dibandingkan terhadap M

    kapasitas, sehingga analisa M sambungan terhadap M kapasitas elastis tidak dibahas.

    Pada gambar berikut ini dapat dilihat pengaruh deformasi elastis yang terjadi pada

    sambungan balok kolom adalah tipe sambungan top angle with double web angle.

    (Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

    Gambar 2.13 Tipe Sambungan top-and seat-angle dengan double web

    Gambar 2.14 Pengaruh deformasi elastis terhadap sambungan top-and seat-angle

    dengan double web angle

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    38/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    14

    Sebagai gambaran, dibawah ini dapat dilihat pengaruh terjadinya mekanisme

    collapse (pada sambungan dengan tipe seperti diatas) akibat M sambungan < M

    kapasitas plastis.

    (Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

    II.3.2 Tipe Tipe Sambungan

    Konstruksi baja dikategorikan oleh LRFD A2.2 dan ASD A2.2 kedalam

    beberapa tipe tergantung pada besarnya kekangan yang dihasilkan sambungannya.

    Dikenal tiga buah tipe sambungan, antara lain:

    a) Tipe Terkekang Penuh (rangka rigid atau rangka kontinu)Keadaan ini terjadi jika pada sambungan diberikan kontinuitas penuh

    sehingga sudut awal antara batang batang yang berpotongan dipertahankan

    konstan selama pembebanan struktur, yaitu dengan kekangan rotasi 90 % atau

    lebih dari yang diperlukan untuk mencegah perubahan sudut. Oleh LRFD A2.2

    sambungan ini disebut Tipe FR (dari Fully Restrain = terkekang penuh) dan

    di dalam ASD A2.2 dikenal ebagai Tipe 1.

    Gambar 2.15 Mekanisme collapse pada tipe sambungan top-and seat-angle

    dengan double web angle

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    39/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    15

    b) Tipe Rangka Sederhana (tipe tak terkekang atau tipe ujung bebas)Keadaan ini terjadi jika kekurangan rotasi pada ujung ujung batang

    dibuat sekecil mungkin. Untuk balok, perangkaan sederhana diharapkan

    hanya memberikan transfer geser pada ujung ujungnya. Biasanya rangka

    sederhana dianggap terjadi jika sudut awal antara batang-batang yang

    berpotongan dapat berubah sekitar 80 % atau lebih dari jumlah perubahan

    sudut yang secara teoritis jika digunakan sambungan berengsel bebas. Jika

    dikehendaki suatu balok bertumpuan sederhana, sambungan rangka

    sederhana harus digunakan. Jika digunakan analisis plastis, karena

    kontinuitasnya dianggap sama (inheren) maka pada keadaan ini penggunaan

    sambungan rangka sederhana tidak sesuai. Tetapi dua atau lebih sistem

    bidang yang dirancang menggunakan analisis plastis dapat dirangkai dengan

    sambungan rangka sederhana yang dikombinasikan dengan suatu sistem

    penopang (misalnya penopang silang / cross bracing). Struktur yang

    menggunakan sambungan rangka sederhana disebut sebagai konstruksi

    Tipe 2 di dalam allowable Stress Design (ASD A2.2), sedangkan di

    dalam LRFD A2.2 dikenal dengan Tipe PR (partially restrained =

    terkekang sebagian). Penyebutan terkekang sebagian untuk jenis sambungan

    ini adalah untuk menunjukkan fakta selalu ada sejumlah kekangan pada

    sambungan ini. LRFD A2.2 mensyaratkan jika konstruksi Tipe PR

    diinginkan sebagai rangka sederhana, maka harus memenuhi tiga syarat

    berturut-turut sebagai berikut:

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    40/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    16

    Reaksi balok bertumpuan sederhana akibat beban terfaktor harusmampu ditahan oleh sambungan tersebut.

    Struktur dan sambungannya harus mampu menahan beban-bebanlateral terfaktor.

    Sambungan harus mempunyai kapasitas rotasi tak elastis yang cukupsehingga perubahan sudut yang sama (inheren) dalam rangka

    sederhana dapat terjadi pada beban terfaktor tanpa mengakibatkan

    pembebanan berlebih pada sistem penyambung ujung.

    c) Tipe Rangka Setengah KakuRangka setengah kaku terjadi jika kekangan rotasi kira-kira antara 20%

    hingga 90% dari yang diperlukan untuk mencegah perubahan sudut relatif.

    Ini berarti bahwa dengan rangka setengah kaku momen yang dipindahkan

    melalui sambungan tidaklah nol (atau dalam jumlah kecil) sebagaimana pada

    rangka sederhana dan tidak pula momen kontinuitas penuh seperti dalam

    analisis rangka kaku elastis. Khususnya di dalam ASD-A2.2, rangka

    setengah kaku tercakup dalam Tipe 3. Dalam Load and Resistence Factor

    Design (LRFD), rangka setengah kaku tercakup dalam Tipe PR di mana

    penggunaannya tergantung pada proporsi tertentu dari kekangan penuh.

    Dalam ASD desain sambungan semi rigid menghendaki kapasitas momen

    yang diandalkan dan diketahui pada derajat pertengahan antara rigiditas Tipe

    1 dan fleksibilitas Tipe 2.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    41/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    17

    II.3.3 Jenis Alat Penyambung

    Setiap struktur adalah gabungan dari bagian-bagian tersendiri atau batang-batang

    yang harus disambung bersama (biasanya di ujung batang) dengan beberapa cara.

    Adapun cara yang sering digunakan menggunakan: baut (bolt), paku keling (rivet) dan

    pengelasan (welding). Dalam tulisan ini yang akan dibahas hanya dua alat sambung

    yakni baut dan las.

    II.3.3.1 Baut (bolt)

    Pada setiap struktur baja baut merupakan suatu elemen yang paling vital untuk

    diperhitungkan, hal ini dikarenakan baut merupakan alat sambung yang paling sering

    digunakan. Ada dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM

    sebagai A325 dan A490. sifat bahan dari baut ini diringkas dalam tabel 2.3. baut ini

    memiliki kepala segi enam yang tebal dan digunakan dengan mur segi enam yang

    setengah halus (semi finished) dan tebal seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.16.a.

    bagian berulirnya lebih pendek dari baut tidak struktural dan dapat dipotong atau

    digiling (rolled). Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan

    panas dengan kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634 Mpa) yang

    tergantung pada diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari

    baja paduan (alloy)dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896

    Mpa) yang tergantung pada diameter. Baut A449 kadang-kadang digunakan bila

    diameter yang diperlukan berkisar dari 1 sampai 3 inchi dan juga untuk baut angkur

    serta batang bulat berulir.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    42/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    18

    Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara dan 1 inchi ( 3 inchi untuk

    A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah inchi

    dan inchi, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan adalah

    inchi dan 1 inchi.

    Tabel 2.3 Sifat-siifat Baja

    Identifikasi

    ANSI/ASTM

    Diameter

    Inchi

    (mm)

    Beban Leleh1) Beban Leleh1) Kekuatan

    Tarik

    Minimum

    Metode

    Pengukuran

    Panjang2)

    Metode

    Kekuatan

    Leleh3)

    Ksi

    (Mpa)Ksi

    (Mpa)

    Ksi

    (Mpa)

    A3074), baja karbon

    rendah

    Mutu A dan B s/d 4

    (6,35 10,4)

    - - 60

    A3255)

    , baja berkekuatan

    tinggi

    Tipe 1, 2 dan 3

    Tipe 1, 2 dan 3

    s/d 1

    (12,7 - 25,40)

    1 s/d 1

    (28,6 38,1)

    85

    (585)

    74

    (510)

    92

    (635)

    81

    (560)

    120

    (825)

    105

    (725)

    A4496), baja berkekuatan

    tinggi

    (catatan: pemakaiannya

    dibatasi oleh AISC hanya

    untuk baut yang lebih

    besar dari 1 inchi sea

    untuk batang berulir dan

    baut angkur)

    s/d 1

    (6,35 25,4)

    1 s/d 1

    (28,6 38,1)

    1 s/d 3

    (6,35 76,2)

    85

    (585)

    74

    (510)

    55

    (380)

    92

    (635)

    81

    (560)

    58

    (400)

    120

    (825)

    105

    (725)

    90

    (620)

    A4907), baja paduan yang

    diberi perlakuan panas

    s/d 1

    (12,7 38,1)

    120

    (825)

    130

    (895)

    150

    (1035)

    Sumber: Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 1, Edisi ke-3, Penerbit Erlangga, 1996

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    43/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    19

    1). Beban Leleh (prof load)dan beban tarik sesungguhnya yang diperoleh denganmengalikan harga tegangan tertentu dan luas tegangan tarik As; As = 0,7584 [D-

    (0,9743/n]2, dengan As = luas tegangan dalam inchi persegi, D = diameter baut

    nominal dalam inchi dan n = jumlah ulir per inchi.

    2). Perpanjangan 0,5 % akibat beban3).Nilai pada regangan tetap 0,2 %4). ANSI/ASTM A307 785). ANSI/ASTM A325 78a6).ANSI/ASTM A449 78a7).ANSI/ASTM A490 78

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    44/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    20

    Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan tegangan

    tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit (klem/clamping force) pada

    sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada

    sambungan terjadi akibat adanya gesekan (friksi) pada potongan yang disambung.

    Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser (friction

    type), bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan.

    Selain baut kekuatan tinggi, juga ada jenis baut yang lain masih di gunakan

    sebagai alat penyambung. Adapun jenis baut yang dimaksud antara lain:

    a) Baut HitamBaut ini dimuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM

    A307 dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun baut ini belum tentu

    menghasilkan sambungan yang paling murah, karena banyaknya jumlah baut

    yang dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur

    yang ringan, batang skunder atau pengaku, anjungan (platform), jalan haluan

    (catwalk), gording, rusuk dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang

    bebannya kecil dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat

    penyambung sementara pada sambungan yang menggunakan baut kekuatan

    tinggi, paku keling atau las. Baut hitam (yang tidak dihaluskan) kadang-kadang

    disebut baut biasa, baut mesin atau baut kasar, serta kepala dan murnya dapat

    berbentuk bujur sangkar.

    b) Baut Sekrup (Turned Bolt)Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari

    bahan berbentuk segi enam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 1/50 inchi)

    bila dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    45/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    21

    memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor. Kadang-kadang baut ini

    bermanfaat dalam mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang

    posisinya harus akurat. Pada saat ini baut sekrup jarang sekali digunakan pada

    sambungan struktural, karena baut kekuatan tinggi lebih baik dan lebih murah.

    c) Baut Bersisip (Ribbed Bolt)Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa dan berkepala bundar dengan

    tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai

    sebagai alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut

    bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut

    tersebut. Dalam pemasangan baut bersirip baut memotong tepi keliling lubang

    sehingga diperoleh cengkraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama

    bermanfaat pada sambungan tumpu (bearing) dan pada sambungan yang

    mengalami tegangan berganti (bolak-balik).

    Variasi moderen dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergigi

    (interference-body bolt) pada Gambar 2.16, yang terbuat dari baja baut A325.

    sebagai pengganti sirip longitudinal, baut ini memiliki gerigi keliling dan sirip

    sejajar tangkainya. Karena gerigi sekeliling tangkai memotong sirip sejajar, baut

    ini kadang-kadang disebut bersirip terputus (interrupted-rib). Baut kekuatan

    tinggi A325 dengan tangkai bergerigi yang sekarang juga sukar dimasukkan ke

    lubang yang melalui sejumlah plat, namun baut ini digunakan bila hendak

    memperoleh baut yang bercengkraman erat pada lubangnya. Selain itu pada saat

    pengencangan mur, kepala baut tidak perlu dipegang seperti yang umumnya

    dilakukan pada baut A325 biasa yang polos.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    46/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    22

    Dari hasil penyelidikan, apabila dalam satu baris dipakai lebih dari 6 baut maka

    baut yang paling akhir memikul 65% beban yang diterima sambungan. Penyelidikan

    dari Hertwig dan Petermann menyatakan bila jumlah baut dalam satu baris maksimum 5

    buah baut, maka perencanaan sambungan dengan asumsi setiap baut dapat menerima

    beban sama besar dapat diterima. Dari penyelidikan di laboratorium terhadap baut mutu

    tinggi diperoleh grafik hubungan tegangan baut terhadap perpanjangan batang baut,

    dapat dilihat pada Gambar 2.17 dibawah ini. Baut yang digunakan adalah baut A325.

    (Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

    Harga proof load (beban tarik awal) N0 dapat dihitung dengan persamaan:

    N0= 0.75 x ex Ae

    Dimana:

    Ae = Luas efektif baut, yakni luas pada bagian yang berulir

    e = Tegangan Leleh Baut

    Gambar 2.17 Hubungan antara tegangan tarik dengan perpanjangan batang baut

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    47/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    23

    Adapun defenisi hargaproof loadpada baut mutu tinggi adalah tegangan yang

    diberikan pada baut mutu tinggi pada waktu pemasangan baut. Untuk mendapatkan

    perencanaan yang efektif, hendaklah dipakai baut dengan kekuatan tarik minimum

    (tensile strength)8000 kg/cm2 dan faktor geser minimum 0,35. bila baut mutu tinggi

    pada pemasangan mengalami over strained, maka baut tersebut harus diganti dengan

    baut mutu tinggi yang baru.

    Untuk baut mutu tinggi tipe geser kekuatan sebuah baut terhadap geser dihitung

    dengan persamaan:

    Ng = (F/).n.N0 (2.1)

    Kekuatan sebuah baut terhadap gaya aksial tarik dihitung dengan persamaan:

    Untuk beban statis : Nt = 0,6. N0 (2.2)

    Untuk beban bolak-balik : Nt = 0,5. N0 (2.3)

    Kekuatan terdapat kombinasi pembebanan tarik dan geser, maka

    Ng = (F/).n.(N0-1,7 T). (2.4)

    Dimana:

    F = Faktor geser permukaan

    = Faktor keamanan = 1,4

    N0 = Pembebanan tarik awal (proof load)

    n = Jumlah bidang geser

    T = Gaya aksial tarik yang bekerja

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    48/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    24

    Tabel 2.4 Harga faktor geser permukaan

    Keadaan Permukaan F

    Bersih

    Digalvanis

    Dicat

    Berkarat, dengan karat lepas dihilangkan

    Disemprotkan pasir (saud blasted)

    0,35

    0,16 0,26

    0,07 0,10

    0,45 0,70

    0,40 0,70

    Sumber: Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983

    Untuk baut mutu tinggi tipe tumpu, tegangan-tegangan yang diijinkan dalam

    menghitung kekuatan baut adalah:

    Tegangan geser yang diijinkan:0,6. =

    Tegangan tarik yang diijinkan:0,7. =

    Tegangan tumpu yang diijinkan:Untuk s12.d, 1,5tu =

    Untuk 1,5 d s12.d, 1,2tu =

    Untuk persamaan tegangan geser dan tegangan tarik menggunakan tegangan

    dasar bahan baut dan untuk persamaan tegangan tumpu menggunakan tegangan dasar

    yang terkecil antara bahan baut dengan bahan batang yang akan disambung. Pada waktu

    pemasangan baut, ring harus dipasang pada bagian bawah kepala baut dan bagian

    bawah mur.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    49/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    25

    II.3.3.2 Las

    Proses pengelasan adalah proses penyambungan bahan yang menghasilkan

    peleburan bahan yang menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu

    yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian

    bahan pengisi. Energi pembangkit panas dapat dibedakan menurut sumbernya: listrik,

    kimiawi, optis, mekanis dan bahan semi konduktor. Panas digunakan untuk mencairkan

    logam dasar dan bahan pengisi agar terjadi aliran bahan (terjadi peleburan). Selain itu

    panas dipakai untuk menaikkan daktilitas (ductility)sehingga aliran plastis dapat terjadi

    walaupun jika bahan tidak mencair. Lebih jauh lagi pemanasan membantu

    menghilangkan kotoran pada bahan.

    Proses pengelasan yang paling umum terutama untuk mengelas baja struktural

    memakai energi listrik sebagai sumber panas, yang paling banyak digunakan adalah

    busur listrik (nyala). Busur nyala adalah pancaran arus listrik yang relatif besar antara

    elektroda dan bahan dasar yang dialirkan melalui kolom gas ion hasil pemanasan,

    kolom gas ini disebut plasma. Pada pengelasan busur nyala, peleburan terjadi akibat

    aliran bahan yang melintasi busur dengan tanpa diberi tekanan.

    Proses lain yang jarang dipakai untuk struktur baja menggunakan sumber energi

    yang lain dan beberapa proses ini menggunakan tekanan tanpa memandang ada atau

    tidak adanya pencairan bahan. Pelekatan (bonding) dapat juga terjadi akibat difusi.

    Dalam proses difusi partikel seperti atom di sekitar pertemuan saling bercampur dan

    bahan dasar tidak mencair.

    Beberapa proses pengelasan dipakai khusus untuk logam dan ketebalan tertentu.

    Pembahasan dalam bagian ini ditekankan pada proses yang digunakan dalam

    pengelasan baja karbon dan baja paduan rendah untuk gedung dan jembatan. Pengelasan

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    50/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    26

    busur nyala merupakan kategori proses yang terutama dibahas, untuk profil baja ringan

    (light gage)pengelasan yang digunakan adalah tahanan listrik.

    Kebanyakan baja konstruksi dalam spesifikasi ASTM dapat dilas tanpa prosedur

    khusus atau perlakuan khusus. Kemampuan dilas (weldability)dari baja adalah ukuran

    kemudahan menghasilkan sambungan struktural yang teguh tanpa retak. Beberapa baja

    struktural lebih sesuai dilas daripada yang lain. Prosedur pengelasan sebaiknya

    didasarkan pada kimiawi baja, bukan pada kandungan paduan maksimum yang

    ditetapkan. Karena kebanyakan hasil pabrik berada dibawah dalam batas ini, sedang

    baja yang berkekuatan lebih tinggi dapat melampaui analisa ideal yang ditunjukkan

    dalam Tabel 2.5

    Tabel 2.5 Analisa kimia ideal dari baja karbon untuk Kemampuan Dilas yang Baik.

    Unsur Batas Nominal

    (%)

    Persen yang Memerlukan

    Pelakuan Khusus

    Karbon

    Mangan

    Silikon

    Sulfur

    Fosfor

    0.06 0.25

    0.35 0.80

    0.10 maks

    0.035 maks

    0.030 maks

    0.350

    1.400

    0.300

    0.050

    0.040

    Dalam pekerjaan konstruksi, ada empat tipe pengelasan yakni: Groove, fillet,

    slot dan plug seperti terlihat dalam Gambar 2.18 dibawah ini. Masing-masing tipe las

    memiliki kelebihannya sendiri yang menentukan rentang penggunaannya. Secara kasar

    keempat tipe tersebut mewakili persentase konstruksi las berikut ini: las groove (las

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    51/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    27

    tumpul) 15%, fillet (las sudut) 80%, sisanya terbagi-bagi untuk slot, plug dan las-las

    khusus lainnya.

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    a. Las GrooveKegunaan umum las groove adalah untuk menghubungkan batang-batang

    struktur yang dipasarkan pada bidang yang sama. Karena las groove biasanya

    dimaksudkan untuk mentransmisikan beban penuh batang-batang yang

    dihubungkannya, las tersebut harus memiliki kekuatan yang sama dengan batang-

    batang yang digabungkan. Las groove demikian ini disebut sebagai las groove

    dengan penetrasi sambungan yang lengkap. Bila sambungan didesain sedemikian

    rupa sehingga las groove tidak sepenuhnya menjangkau ketebalan bagian-bagian

    Ujung-ujung harus

    berbentuk setengah lingkaranatau memiliki sudut-sudut yang dibundarkan

    dengan jari-jari tidak kurang dari

    ketebalan bagian pelat yang berisi slot

    (a) Las Groove (b) Las Fillet

    (c) Las Slot (d) Las Plug

    Gambar 2.18 Tipe-tipe las

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    52/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    28

    yang digabungkan, las sedemikian disebut sebagai las groove dengan penetrasi

    sambungan sebagian. Untuk ini berlaku persyaratan-persyaratan desain yang khusus.

    Ada banyak variasi las groove dan masing-masing diklasifikasikan menurut

    bentuknya yang khusus. Kebanyakan las groove membutuhkan persiapan pinggiran

    yang khusus dan diberi nama menurut persiapannya. Gambar 2.19 menunjukkan

    beberapa tipe las groove dan menunjukkan persiapan groove yang dibutuhkan.

    Pemilihan las groove yang tepat tergantung pada proses pengelasan yang digunakan,

    biaya persiapan pinggiran dan biaya pembuatan las. Las groove dapat juga

    digunakan pada sambungan T Gambar 2.20

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    (a) Persegi (b) V-Tunggal (c) V-Ganda

    (d) Serong Tunggal (e) Serong Ganda (f) U-Tunggal

    (g) U-Ganda (h) J-Tunggal (i) J-Ganda

    Gambar 2.19 Tipe-tipe las Groove

    Gambar 2.20 Penggunaan Las Groove pada sambungan T

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    53/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    29

    b. Las FilletLas sudut (fillet weld) merupakan jenis las yang paling banyak digunakan, hal

    ini dikarenakan las jenis ini adalah jenis las yang hemat, mudah dipabrikasi dan

    adaptibilitasnya baik. Dalam Gambar 2.21 diperlihatkan beberapa kegunaan las

    fillet. Pada umumnya jenis las ini kurang membutuhkan presisi pada pengepasannya

    karena masing-masing bagian itu cukup ditumpang-tindihkan. Sedangkan las groove

    membutuhkan pengepasan yang teliti dengan celah alur bukaan tertentu (bukaan

    akar) di antara bagian-bagiannya. Las fillet secara khusus berguna bagi pengelasan

    di lapangan, pengepasan kembali batang-batang atau pun pada sambungan-

    sambungan yang dipabrikasi dengan toleransi yang masih dapat diterima namun

    mungkin tidak dipasang pas seperti yang dikehendaki. Lagi pula pinggiran bagian-

    bagian yang disambungkan jarang membutuhkan persiapan khusus seperti

    pemotongan miring atau pengirisan tegak, karena kondisi pinggiran hasil

    pemotongan dengan api atau pengirisan pun sudah memadai.

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    c.

    a) Sambungan T b) Konsol c) Pelat Penikul Balok

    d) Pelat Dasar Kolom e) Konsol Balok f) Penampang Built Up

    Gambar 2.21 Kegunaan Tipikal Las Fillet

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    54/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    30

    d. Las Slot dan PlugLas slot dan plug dapat digunakan secara eksklusif hanya dalam sambungan

    seperti gambar 2.22 atau dalam kombinasi dengan las fillet seperti Gambar 2.21.

    kegunaan utama las plug dan slot adalah untuk mentransmisikan geser pada

    sambungan impit bila ukuran sambungan tersebut tidak cukup untuk las fillet atau

    las pinggir lainnya. Las slot dan plug berguna untuk mencegah agar bagian-bagian

    yang saling tumpang-tindih tidak mengalami tekuk..

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    Untuk mendapatkan sambungan las yang memuaskan, diperlukan kombinasi

    dari banyak ketrampilan individu yang dimulai dengan desain sebenarnya dari las

    tersebut dan diakhiri dengan operasi pengelasan. Panjang las netto tidak boleh kurang

    dari 40 mm atau 8a sampai 10a dan tidak boleh lebih dari 40a (a = tebal las). Dapat

    ditulis dengan 40 mm (8-10a) Ln 40a. panjang netto las dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus: Ln = Lbrutto 3a

    Gambar 2.22 Las Slot dan Las Plug Dalam Kombinasi Dengan Las Fillet

    Ujung-ujungnya dilengkungkan menurutLRFD dan ASD-j2.3.b

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    55/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    31

    Dimana: a = tebal las

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    Untuk tebal las sudut tidak boleh kurang dari t 2 , dimana t adalah tebal

    terkecil pelat yang dilas. Apabila gaya P yang ditahan oleh las membentuk sudut

    dengan bidang retak las (seperti Gambar 2.24), tegangan miring yang diijinkan adalah:

    c. =

    c =3.cossin

    1

    22+

    dimana: = tegangan dasar baja

    Gambar 2.24. Gaya P yang membentuk sudut terhadap bidang retak las

    (Sumber: Catatan Kuliah Struktur Baja I)

    Kepala LasKepundan Las

    a

    Gambar 2.23 Tebal Las

    PPr

    Py

    Bidang Las Retak s

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    56/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    32

    Tegangan miring yang terjadi dihitung dengan:

    = P/A

    dan tidak boleh lebih besar daripada tegangan miring yang diizinkan, dimana:

    P = gaya yang ditahan oleh las

    A = luas bidang retak las

    Tegangan idiil pada las dapat dihitung dengan:

    22

    1 .3 += atau 1= /c

    Dimana: = tegangan normal pada bidang retak las

    = tegangan geser pada bidang retak las.

    Tegangan idiil yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan dasar yang ada.

    Dalam buku Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), harga c

    untuk beberapa sudut telah ditabelkan guna mempermudah perhitungan las.

    Tabel 2.6 Harga c untuk beberapa

    C C

    05

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    0.580.58

    0.58

    0.59

    0.60

    0.61

    0.63

    0.65

    0.68

    0.71

    5055

    60

    65

    70

    75

    80

    85

    90

    0.740.78

    0.82

    0.86

    0.90

    0.94

    0.97

    0.99

    1

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    57/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    33

    Untuk beberapa macam sambungan las, gaya P yang dapat dipikul oleh sambungan las

    tersebut adalah seperti Gambar 2.25 di bawah ini:

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    Gambar 2.25 Gaya P ijin yang dapat dipikul beberapa jenis sambungan las

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    58/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    34

    II.3.4 Sambungan Balok Rangka

    Sambungan balok rangka adalah digunakan untuk menyambung balok ke balok

    lain atau ke flens kolom jika tumpuan balok dianggap sederhana. Desain sambungan

    seperti ini dibakukan dan tabel Frame Beam Connections diberikan dalam manual

    AISC. Sebuah ulasan menarik tentang desain LRFD untuk sambungan ini diberikan

    oleh Thomton.

    Bentuk tipikal sambungan rangka dengan baut dan las ditunjukkan pada Gambar

    2.26. diharapkan pada sambungan semacam ini bahwa sudut dibuat sefleksibel

    mungkin. Sambungan ke kolom (dua baris lima penyambung pada Gambar 2.26a)

    biasanya dibuat di lapangan, sedangkan sambungan ke badan balok (satu baris lima

    penyambung pada Gambar 2.26b) bisanya dibuat di workshop. Pada perencanaan,

    lobang-lobang penyambung (fastener) yang dibuat di bengkel diperlihatkan seperti pada

    Gambar 2.26b sedangkan yang dilakukan di lapangan ditandai dengan bulatan hitam.

    Dalam praktek fabrikasi saat ini, sambungan yang dilakukan di bengkel biasanya

    dengan las, sedangkan sambungan lapangan mungkin dengan las ataupun dengan baut.

    Sambungan rangka pelat tunggal merupakan sambungan modifikasi di mana suatu pelat

    tunggal (sebagai pengganti sepasang profil siku) dibuat terhadap pelat badan balok dan

    kemudian dilas tegak lurus terhadap badan balok atau flens kolom atau ke pelat badan di

    mana balok tersebut disambungkan.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    59/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    35

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    Suatu tipe baru sambungan geser adalah sambungan rangka-T sebagaimana

    dipelajari oleh Astaneh dan Nader dengan flens bentuk-T disambungkan ke kolom

    penyangga (atau balok) dan panjang-lewatan pelat badan bentuk-T disambungkan ke

    balok atau kolom terbuat dari baut.

    Jika pelat siku-siku sering disebut sebagai clips angles, digunakan untuk

    menyambung balok ke kolom tersedia suatu jarak bebas sekitar inchi sehingga jika

    balok terlalu panjang dalam toleransi yang dapat diterima maka pelat siku-siku tersebut

    dapat diatur pemasangannya tanpa memotong bagian balok. Jika balok-balok saling

    berpotongan dan akan disambungkan dengan balok lain supaya kedua flens balok

    mempunyai elevasi yang sama, Gambar 2.26e maka balok yang akan dirangka harus

    mempunyai flanges cope atau sebagian flens dibuang. Kehilangan dari penampang ini

    adalah terutama kehilangan flens yang bagaimanapun hanya menahan geser yang kecil

    saja sehingga umumnya pemotongan flens hanya mengakibatkan sedikit kehilangan

    kekuatan geser. Birkemoe dan Gilmor membuktikan bahwa suatu pelat badan yang

    Barisan Alat Penyambung A

    Las A

    Las B Las B

    Torehan (Pemotongan Sayap Balok)

    Gambar 2.26 Sambungan Balok Rangka

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    60/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    36

    flensnya dipotong yang mengalami tegangan tumpu tinggi pada sambungan ujung balok

    dengan baut berkekuatan tinggi dapat gagal karena robekan/tearing mode (dikenal

    sebagai block shear) sepanjang garis yang melalui lobang seperti diperlihatkan dalam

    Gambar 2.27. studi lainnya tentang block shear pada situasi macam ini telah dilakukan

    oleh Ricles dan Yura serta Birkemoe, Yura dan Ricles.

    Block shear dapat bersifat kritis pada sambungan balok rangka jika relative

    hanya terdapat beberapa baut yang digunakan dan baut tersebut tidak memanjang merta

    ke seluruh tinggi pelat badan. LRFD-J5 menghendaki pertimbangan keadaan batas

    geseran blok jika flens atas dibuang dan pada keadaan semacam ini dimana kegagalan

    dapat terjadi karena geser di sepanjang bidang yang melalui penyambungan yang

    bekerja dalam kombinasi dengan tegangan tarik sepanjang bidang tegak lurus. ASD-J4

    berisi persyaratan yang sama.

    Selain geser blok penghilangan flens balok dapat mempengaruhi tekuk local

    pelat badan seperti dilaporkan oleh Cheng dan Yura dan tekuk lateral torsional

    sebagaimana dilaporkan oleh Gupta, Cheng Yura dan jhonson dan Cheng dan Yura.

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    Jejak Kegagalan Akibat Sobekan

    yang Potensial

    Gambar 2.27 Kegagalan akibat sobekan diujung pada sambungan balok rangka

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    61/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    37

    Jumlah baut berkekuatan tinggi adalah berdasarkan geser langsung dengan

    mengabaikan eksentrisitas pembebanan, sedangkan panjang dan ukuran las

    memperhitungkan pengaruh pembebanan eksentrik.

    Tebal siku-siku atau pelat perangka biasanya ditentukan oleh kekuatan geser

    balok. Selain itu siku-siku harus cukup tebal sehingga tegangan tumpu tidak

    menentukan. Siku-siku diharapkan melentur sehingga rotasi yang diasumsikan dari

    balok yang ditumpu ujungnya dapat terjadi.

    II.3.5 Sambungan Sudut Portal Kaku

    Pada perencanaan portal kaku menurut metode tegangan kerja atau perencanaan

    plastis, pemindahan tegangan yang aman di pertemuan balok dan kolom sangat penting.

    Bila batang-batang bertemu sedemikian rupa hingga badannya terletak pada

    bidang portal, pertemuannya sering disebut sambungan sudut (knee joint). Sambungan

    sudut yang khas adalah:

    1. sudut lurus dengan atau tanpa pengaku diagonal lainnya (Gambar 2.28a dan2.28b)

    2. sudut lurus dengan konsol (Gambar 2.28c)3. sudut dengan pelebaran lurus (straight haunched) (Gambar 2.28d)4. sudut dengan pelebaran lengkung (curved haunched) (Gambar 2.28e)

    perencanaan tegangan kerja biasanya menganggap bentangan batang diukur dari

    pusat ke pusat sudut yang berdekatan dan momen inersia batang dianggap bervariasi

    sesuai dengan momen inersia penampang lintang yang diambil tegak lurus garis yang

    menghubungkan pusat ke pusat sudut. Momen dan gaya geser kemudian ditentukan

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    62/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    38

    dengan analisis portal statis tak tentu (yang melibatkan momen inersia variable jika

    sudut diperlebar).

    Pada perencanaan plastis dengan sudut lurus tanpa konsol atau pelebaran

    (haunches), sendi plastis akan terbentuk pada batang dan sambungan sudut

    direncanakan untuk mencegah kegagalan pada daerah sudut. Bila sudut diperlebar sendi

    plastis dapat terjadi di dalam atau di luar daerah pelebaran.

    Sudut portal kaku telah banyak diselidiki dan konsep perencanaannya telah

    diringkas dalam ASCE manual No. 41 yang merupakan dasar pembahasan berikut ini.

    Sambungan sudut yang direncanakan dengan tepat harus:

    1. memindahkan momen ujung antara balok dan kolom2. memindahkan gaya geser ujung balok ke kolom, dan3. memindahkan gaya geser di puncak kolom kepada balok.

    Juga dalam melakukan ketiga fungsi yang berkaitan dengan kekuatan ini, deformasi

    pada sudut harus konsisten dengan analisis yang dipakai untuk menentukan momen dan

    gaya geser.

    Jika sendi plastis yang berkaitan dengan mekanisme keruntuhan diharapkan

    terbentuk atau dekat sudut, sambungan sudut harus memiliki kapasitas rotasi yang

    memadai. Sudut lurus memiliki kapasitas rotasi terbesar tetapi juga paling fleksibel

    (yakni deformasi elastisnya pada kondisi beban kerja paling besar). Sudut lengkung

    merupakan yang terkaku tetapi memiliki kapasitas rotasi terkecil. Karena sudut dengan

    pelebaran lurus memberikan kekakuan yang cukup besar dan kapasitas rotasi yang

    memadai di samping biaya pembuatannya lebih murah dari peleburan lengkung,

    sambungan sudut seperti ini sering dipakai.

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    63/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    39

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    Pada perencanaan portal kaku dengan sudut lurus dua penampang profil giling

    (rolled section) bertemu saling tegak lurus seperti yang diperlihatkan pada gambar

    2.28a. Analisis portal baik elastis maupun plastis akan menghasilkan besarnya momen

    dan gaya geser yang bekerja pada perbatasan daerah sambungan sudut lurus. Gaya yang

    dipikul oleh sayap harus disalurkan oleh gaya geser ke badan.

    II.3.6 Sambungan Kolom ke Balok Menerus

    Pada sambungan kolom ke balok menerus adalah menjadi tujuan desain untuk

    membuat transfer momen secara penuh dan sedikit atau tidak ada rotasi relative dari

    batang-batang yang disambungkan tersebut (yakni LRFD tipe FR atau ASD tipe 1-

    sambungan rigid-frame). Karena flens suatu balok membawa sebagian besar momen

    a) Sudut Lurus Tanpa Pengaku b) Sudut Lurus Dengan Pengaku

    c) Sudut Lurus Dengan Konsol d) Sudut Dengan Pelebaran Lurus

    (Sudut yang diperlebar)

    e) Sudut Dengan Pelebaran Lengkung

    Gambar 2.28 Sudut Portal Kaku

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    64/124

    II -

    Laporan Tugas Akhir

    40

    lentur melalui gaya flens tekan dan tarik yang bekerja terhadap lengan momen yang

    kira-kira sama dengan kedalaman balok, maka transfer gaya-gaya aksial utama inilah

    yang harus dicakup oleh provisi tersebut. Karena gaya geser terutama ditahan oleh gaya

    geser ini ditransfer langsung dari pelat-badan.

    (Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

    Pelat-pelatGanjal

    a) Tidak ada pengaku kolom. Las Groove FilletLangsung

    b) Pelat H orizon tal Pen gak u

    c) Profil - T Vertikal Pengaku d) Dudukan dan Pelat Atas

    Bracket atau Profil Siku

    Gambar 2.29 Sambungan Kolom ke Balok Menerus

    Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut(Studi Literatur), 2007.

    USU Repository 2009

  • 5/24/2018 09E00059

    65/124

    III - 1

    BAB III

    ANALISIS S