21
35 1. BAB III. METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berada pada 2 desa yang terletak di DAS Cokroyasan, yaitu di Desa Ngaglik Kecamatan Gebang dan Desa Harjobinangun Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Peta tempat penelitian dapat dilihat pada Gambar 6 sampai dengan Gambar 10. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - April 2015. B. Tata Laksana Penelitian 1. Jenis dan Perancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Mely G. Tan dalam Silalahi (2012) menyatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (tidak berhipotesis) dan menguji hipotesis (berhipotesis). Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik, akurat, dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud untuk mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi atau pun mencari implikasi. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada data angka yang diolah dengan metode statistika tertentu. Dengan kata lain, penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif jika data yang digunakan bersifat angka (Azwar, 2013). Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar (Silalahi, 2012).

1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

  • Upload
    ngominh

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

35

1. BAB III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian berada pada 2 desa yang terletak di DAS Cokroyasan, yaitu di

Desa Ngaglik Kecamatan Gebang dan Desa Harjobinangun Kecamatan Grabag

Kabupaten Purworejo. Peta tempat penelitian dapat dilihat pada Gambar 6 sampai

dengan Gambar 10. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - April 2015.

B. Tata Laksana Penelitian

1. Jenis dan Perancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Mely G. Tan

dalam Silalahi (2012) menyatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok

tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi

adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat.

Penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian (tidak berhipotesis) dan menguji hipotesis (berhipotesis).

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan secara sistematik, akurat, dan karakteristik mengenai populasi atau

mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif

sehingga tidak bermaksud untuk mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat

prediksi atau pun mencari implikasi. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang

menekankan analisisnya pada data angka yang diolah dengan metode statistika tertentu.

Dengan kata lain, penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif jika data yang

digunakan bersifat angka (Azwar, 2013).

Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial

berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur

dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah

generalisasi prediktif teori tersebut benar (Silalahi, 2012).

Page 2: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

36

Gambar 1. Peta DAS Cokroyasan

Page 3: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

37

Gambar 2. Peta Kecamatan Gebang

Page 4: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

38

Gambar 3. Lokasi Desa Ngaglik di Kecamatan Gebang

Page 5: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

39

Gambar 4. Peta Kecamatan Grabag

Page 6: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

40

Gambar 5. Lokasi Desa Harjobinangun di Kecamatan Grabag

Page 7: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

41

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara tidak acak

(non probability) dengan metode purposive sampling atau kadang disebut judgement

sampling. Purposive sampling merupakan pemilihan subyek (orang-orang terpilih) yang

ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan (Silalahi, 2012)

atau teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013).

Kriteria sampel pada penelitian ini adalah hanya petani lahan tadah hujan dengan

komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, ubi kayu

dan ubi jalar) dan hortikultura (mentimun, oyong, pare, terong, cabai, pare, tomat,

semangka, melon, kacang panjang dll) dengan pengalaman bertani minimal 30 tahun

yang dijadikan sampel.

Populasi petani lahan tadah hujan di Desa Ngaglik Kecamatan Gebang sebanyak

260 petani dan Desa Harjobinangun Kecamatan Grabag sebanyak 336 petani. Total

jumlah petani lahan tadah hujan di dua desa tersebut adalah 596 petani. Ukuran sampel

diambil 20% dari total jumlah petani di dua desa yaitu 120 sampel. Sampel untuk

masing-masing desa diperoleh dengan pembagian secara proporsional, Desa Ngaglik

Kecamatan Gebang sebanyak 52 sampel petani dan Desa Harjobinangun Kecamatan

Grabag sebanyak 68 sampel petani.

Arikunto (2010) menyatakan bahwa dalam pengambilan sampel untuk penelitian

jika subyeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua, jika subyeknya besar

atau lebih besar dari 100 orang dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.

Menurut Silalahi (2012), pada penelitian deskriptif sampel 10% dari populasi dianggap

sebagai jumlah yang paling minimal.

Page 8: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

42

3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan iklim terhadap Adaptasi Petani

Lahan Tadah Hujan dalam Memenuhi Kebutuhan Air Tanaman di Sebagian DAS

Cokroyasan Jawa Tengah”, terdiri dari variabel :

a. Variabel independen/bebas (X) adalah perubahan iklim dan faktor-faktor yang

mempengaruhi adaptasi petani lahan tadah hujan terhadap perubahan iklim dalam

memenuhi kebutuhan air tanaman, yaitu pengetahuan dan penguasaan teknologi

usahatani, kemampuan permodalan, keterampilan manajerial, ketersediaan

infrastruktur dan paket-paket teknologi inovatif serta kelembagaan.

b. Variabel dependen/terikat (Y) adalah adaptasi petani lahan tadah hujan dalam

memenuhi kebutuhan air tanaman.

Menurut Sugiyono (2012) variabel bebas/independen adalah merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen. Variabel terikat/tidak bebas/dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian adalah :

a. Perubahan iklim adalah perubahan yang disebabkan secara langsung atau tidak

langsung oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer

secara global dan selain itu juga perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati

pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.

b. Adaptasi petani lahan tadah hujan terhadap perubahan iklim adalah mekanisme

respon/upaya penyesuaian diri petani lahan tadah hujan untuk meningkatkan daya

tahan meminimalkan dampak negatif perubahan iklim dengan cara mengeksploitasi

peluang-peluang yang mendatangkan manfaat kegiatan usahataninya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi petani lahan tadah hujan terhadap

perubahan iklim adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme

respon/penyesuaian diri petani terhadap perubahan iklim yang meliputi:

pengetahuan dan penguasaan teknologi usahatani, kemampuan permodalan, dan

keterampilan manajerial, sedangkan faktor pendukung/eksternal terpenting adalah

ketersediaan infrastruktur dan paket-paket teknologi inovatif, serta kelembagaan.

Page 9: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

43

4. Sumber Data

a. Data primer

Data primer diperoleh dari survei melalui wawancara terstruktur (kuesioner)

dengan responden terpilih berdasarkan batasan dalam populasi dan sampel.

b. Data sekunder

1) Data klimatologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Propinsi

Semarang, Dinas Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten

Purworejo.

2) Data kependudukan, peta topografi dan peta penggunaan lahan dari Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo.

3) Data pertanian dari Dinas Pertanian Peternakan Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Purworejo.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Pengumpulan Data

1) Wawancara Terstruktur

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2004). Individu

sasaran wawancara untuk mendapatkan data dari individu-individu tertentu untuk

keperluan informasi disebut informan dan individu sasaran wawancara untuk

mendapatkan keterangan tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan individu yang

diwawancarai disebut responden (Koentjaraningrat, 1991).

Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan pedoman

wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.

Pengumpul data dalam wawancara terstruktur menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan atau biasa

disebut kuisioner. Setiap responden diberikan pertanyaan yang sama dan tidak boleh

menyimpang (Widoyoko, 2012).

Page 10: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

44

Wawancara terstruktur dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

perubahan iklim yang dirasakan petani dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi adaptasi petani terhadap perubahan iklim dalam rangka memenuhi

kebutuhan air tanaman serta untuk menganalisis strategi adaptasinya.

2) Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam

suatu gejala pada objek penelitian. Unsur-unsur yang nampak merupakan data atau

informasi yang harus diamati atau dicatat secara benar dan lengkap (Widoyoko, 2012).

Observasi atau pengamatan secara langsung ke lahan tadah hujan petani pada penelitian

ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku petani dalan

berusahatani dan pola adaptasi yang petani terhadap perubahan iklim dalam memenuhi

kebutuhan air tanaman.

b. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2012). Instrumen penelitian yang digunakan

adalah instrumen non tes yaitu panduan wawancara (structured interview) berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan atau biasa

disebut kuisioner. Kuesioner tersebut diisi oleh pewawancara (interviewer). Kuesioner

yang disusun menggunakan skala Guttman dengan model pilihan berganda. Skala

pengukuran Guttman memberikan jawaban yang tegas dan konsisten, misal : ya dan

tidak, benar dan salah, pernah dan tidak pernah.

c. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dengan tepat mengukur apa

yang hendak diukur, dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid

juga (Widoyoko, 2013).

Uji validitas suatu instrumen dapat dilakukan dengan membandingkan nilai

kelayakan (r) suatu instrumen dengan nilai r kritis yang ditetapkan, umumnya r kritis

yang digunakan untuk mendefinisikan batas validitas suatu instrumen, yang nilainya

ditetapkan sebesar r = 0,3 (Sugiyono, 2012).

Page 11: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

45

Reliabilitas dapat diartikan sebagai kepercayaan, keterandalan, atau konsistensi.

Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila pelaksanaannya dalam beberapa kali

terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, artinya mempunyai

konsitensi pengukuran yang baik. Sebaliknya, apabila diperoleh suatu hasil yang

berbeda-beda dengan subyek yang sama maka dikatakan inkonsisten. Secara empirik

tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien

reliabilitas. Koefisien reliabilitas berkisar antara 0-1. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas (mendekati 1) maka semakin reliable alat ukur tersebut (Sofyan Yamin dan

Heri Kurniawan, 2009).

Harga kritis untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7, artinya suatu

instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7

(Kaplan, 1982 dalam Widoyoko, 2013).

Analisis validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan bantuan komputer

program SPSS for windows seri.22 (Statistical Package for Social Science.22).

Analisis dilakukan pada 22 butir pertanyaan dengan responden (N) 30 orang. Kuesioner

penelitian tersaji pada Lampiran 1.

Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian :

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Sasaran Kajian/Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir

1. Kondisi Iklim a. Perubahan iklim

yang dirasakan

petani lahan tadah

hujan

1) Pergeseran musim

2) Perubahan intensitas hujan

3) Peningkatan suhu udara

4) Cuaca ekstrim

1

2

3

4

b. Perubahan

Ketersediaan Air

Perubahan Ketersediaan air 5

2 Bentuk adaptasi petani lahan tadah hujan

terhadap perubahan

iklim dalam memenuhi

kebutuhan air tanaman

Konservasi lahan dan pengelolaan air

1) Praktik Konservasi Lahan (vegetatif dan mekanik)

2) Irigasi Suplementer (air

permukaan, air tanah, tetes,

springkler, kombinasi)

3) Panen Air (water harvesting):

embung, dam parit

6

7

8

3 Faktor-faktor yang

mempengaruhi adaptasi

petani lahan tadah hujan

terhadap perubahan

iklim dalam memenuhi

kebutuhan air tanaman

a. Pengetahuan dan

penguasaan

teknologi

1) Pendidikan formal terakhir

2) Keterampilan

(pelatihan/diklat)

3) Akses informasi iklim

9

10

11

b. Kemampuan

permodalan

1) Kepemilikan lahan

2) Kepemilikan ternak

12

13

Page 12: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

46

No Sasaran Kajian/Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir

3) Pendapatan pertanian

4) Pendapatan non pertanian

5) Tanggungan keluarga

14

15

16

c. Ketersediaan

infrastruktur dan

Paket Teknologi

Inovatif

1) Sumber air

2) Alat dan mesin pertanian

(Alsintan)/Teknologi Inovatif

17

18

d. Keterampilan

manajerial

1) Perencanaan kebutuhan air

2) Pengawasan dan penilaian

19

20

e. Kelembagaan 1) Keanggotaan kelompok tani

2) Peran penyuluh pertanian

21

22

1) Hasil Uji Validitas

Analisis validitas instrumen didasarkan pada korelasi antara skor butir dengan

skor total. Untuk mengetahui besarnya indeks korelasi antara skor butir dengan skor

total dapat dilihat pada Output Item-Total Statistics (Lampiran 2) pada kolom

Corrected Item-Total Correlation. Berikut ini nilai indeks korelasi pada masing-masing

butir terhadap skor total :

Butir nomor 1 (item1) = 0,313

Butir nomor 2 (item2) = 0.517

Butir nomor 3 (item3) = 0.313

Butir nomor 4 (item4) = 0.762

Butir nomor 5 (item5) = 0.858

Butir nomor 6 (item6) = 0.432

Butir nomor 7 (item7) = 0.380

Butir nomor 8 (item8) = 0.623

Butir nomor 9 (item9) = 0.730

Butir nomor 10 (item10) = 0.645

Butir nomor 11 (item11) = 0.390

Butir nomor 12 (item12) = 0.754

Butir nomor 13 (item13) = 0.602

Butir nomor 14 (item14) = 0.841

Butir nomor 15 (item15) = 0.937

Butir nomor 16 (item16) = 0.656

Butir nomor 17 (item17) = 0.839

Butir nomor 18 (item18) = 0.432

Butir nomor 19 (item19) = 0.841

Butir nomor 20 (item20) = 0.937

Butir nomor 21 (item21) = 0.313

Butir nomor 22 (item22) = 0.432

Indeks korelasi terendah adalah 0,313 (butir nomor 1 (item1), butir nomor 3

(item no3), dan butir nomor 21 (item21) dan indeks korelasi tertinggi adalah 0,937

(butir nomor 15 (item15) dan butir nomor 20 (item20).

Page 13: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

47

Menurut Arikunto (2010), ada beberapa kriteria validitas, yaitu:

Tabel 2. Intreprestasi Validitas

Nilai r Interprestasi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Sumber: Suharsiwi Arikunto, 2010

Berdasarkan kriteria diatas, maka Butir nomor 1 (item1), Butir nomor 3 (item3),

Butir nomor 7 (item7), Butir nomor 11 (item11), dan Butir nomor 21 (item21) memiliki

indeks korelasi yang “rendah”; Butir nomor 2 (item2), Butir nomor 6 (item6), Butir

nomor 18 (item18) dan Butir nomor 22 (item22) memiliki indeks korelasi “cukup”;

Butir nomor 4 (item4), Butir nomor 8 (item8), Butir nomor 9 (item9), Butir nomor 10

(item10), Butir nomor 12 (item12), Butir nomor 13 (item13), dan Butir nomor 16

(item16) memiliki indeks korelasi “tinggi” dan Butir nomor 5 (item5), Butir nomor 14

(item14), Butir nomor 15 (item15), Butir nomor 17 (item17), Butir nomor 19 (item19),

Butir nomor 20 (item20) memiliki indeks korelasi “sangat tinggi”.

Menurut Sugiyono (2012), untuk melakukan uji validitas suatu instrumen dapat

dilakukan dengan membandingkan nilai kelayakan (r) suatu instrumen dengan nilai r

kritis yang ditetapkan, umumnya r kritis yang digunakan untuk mendefinisikan batas

validitas suatu instrumen, yang nilainya ditetapkan sebesar r = 0,3. Semua butir pada

instrumen tes menghasilkan r > 0,3, sehingga sehingga dapat disimpulkan bahwa semua

butir instrumen tes dalam penelitian ini adalah valid.

2) Hasil Uji Reliabilitas

Indeks reliabilitas instrumen dapat dilihat pada output kotak Reliability Statistic

(Lampiran 2), pada baris Cronbach’s Alpha. Baris N of item menunjukkan banyaknya

nomor butir pada instrumen yang bersangkutan. Dengan metode belah dua (masing-

masing belahan 11 butir), belah ke 1 (a) adalah nomor butir 1 sampai dengan butir 11

dan belah ke 2 (b) adalah nomor butir 12 sampai dengan no butir 22. Indeks alpha untuk

belah 1 adalah 0,828 dan belah 2 adalah 0.923.

Page 14: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

48

Menurut Arikunto (2010), kriteria reliabilitas, yaitu:

Tabel 3. Interprestasi Reliabilitas

Nilai r Interprestasi

0,81 < r < 1,00 Sangat tinggi

0,61 < r < 0,80 Tinggi

0,41 < r < 0,60 Cukup

0,21 < r < 0,40 Rendah

0,00 < r < 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai indeks alpha belah 1 adalah

0,828 memiliki indeks reliabilitas “sangat tinggi” dan belah 2 adalah 0.923 memiliki

indeks reliabilitas “sangat tinggi”. Kaplan (1982) dalam Widoyoko (2013) menyatakan

bahwa harga kritis untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Indeks reliabilitas

pada belah 1 dan 2 pada instrumen tes ini lebih besar dari 0,7 (r>0,7), sehingga dapat

disimpulkan bahwa instrumen tes pada penelitian ini dalam penelitian ini adalah

reliabel.

6. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses mentransformasi (menyederhanakan dan

mengorganisir) data mentah ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami. Proses

pengolahan data dilakukan melalui kegiatan penyuntingan (editing), pengkodean

(coding) dan tabulasi/matrik (tabulation) (Silalahi, 2012), yaitu :

a. Penyuntingan (editing) adalah proses pemeriksaan kembali kualitas data dalam

instrumen, yang meliputi kelengkapan, konsistensi, ketepatan, keseragaman, dan

relevansi.

b. Pengkodean adalah suatu proses pengklasifikasian tanggapan atau jawaban menjadi

kategori yang lebih bermakna. Mengkode berarti memberi angka pada tiap kategori

jawaban (response category) sehingga tiap jawaban yang telah disusun dalam suatu

kategori tertentu memiliki kode tersendiri berupa angka. Kategori lebih bermakna

jika untuk tiap kategori dari tiap jawaban diberi dalam bentuk simbol (biasanya

angka).

c. Tabulasi adalah proses penyusunan data berupa respon ke dalam bentuk tabel.

Tabulasi menjadikan data empiris tampak lebih ringkas. Data ringkas yang disusun

Page 15: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

49

dengan baik dalam tabel dapat dibaca dengan mudah dan dianalisis misalnya

distribusi frekuensinya, sebarannya atau variannya

7. Teknik Analisis Data

a. Kondisi Iklim

1) Analisis curah hujan

Untuk mengetahui curah hujan bulanan di Desa Ngaglik Kecamatan Gebang dan

Desa Harjobinangun Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo, dilakukan analisis

dengan metode poligon Thiesen. Metode poligon thiesen didasarkan pada cara-cara

timbang (weight-ed average). Masing-masing penakar/stasiun hujan mempunyai daerah

pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegaklurus terhadap

garis penghubung antara dua pos penakar. Periode data yang digunakan dibagi menjadi

2 yaitu periode 1990-2001 dan 2002-2013.

2) Analisis bulan basah, bulan lembab dan bulan kering

Kriteria yang digunakan untuk menentukan bulan basah, bulan lembab dan bulan

kering adalah berdasarkan klasifikasi Oldeman. Adapun kriterianya adalah Bulan Basah

(BB) yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm; Bulan Lembab (BL)

yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm; Bulan Kering (BK) yaitu bulan

dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm. Periode data yang digunakan dibagi

menjadi 2 yaitu periode 1990-2001 dan 2002-2013. Pergerakan ketiga bulan tersebut

diperoleh dengan cara membandingkan pola bulan-bulan tersebut selama dua periode

pengamatan.

3) Analisis tipe iklim

Tipe iklim yang digunakan yaitu tipe iklim berdasarkan pengelompokan

Oldeman. Perubahan tipe iklim dapat dilihat pada tiap periode, yaitu periode 1990-2001

dan 2002-2013. Data curah hujan bulanan dalam satu tahun untuk satu periode

dikategorikan termasuk bulan basah, lembab atau kering. Jumlah bulan basah dan

kering untuk satu periode dijumlahkan. Tipe iklim dapat ditentukan berdasarkan

Tabel 2 (Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman Berdasarkan Bulan Basah), Tabel 3

(Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman Berdasarkan Bulan Kering) dan Tabel 4 (Sistem

Klasifikasi Oldeman dan Zona-Zona Agroklimatik).

Page 16: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

50

b. Bentuk Adaptasi Petani Lahan Tadah Hujan terhadap Perubahan Iklim dalam

Memenuhi Kebutuhan Air Tanaman

Analisis data dilakukan setelah dilakukan pengolahan data hasil wawancara

terhadap responden. Ada beberapa langkah yang berkaitan dengan pengolahan data dan

analisis data. Langkah-langkah pengolahan data yaitu: memeriksa (editing) pengisian

setiap instrument pengumpulan data, merekap data, pemberian kode atau skor pada

setiap data yang terkumpul di setiap instrumen, setelah itu semua data dipindahkan ke

dalam lembar matrik data. Langkah selanjutnya adalah tabulasi data dengan

menentukan skornya dan terakhir data disajikan dalam table distribusi frekuensi.

Setelah proses pengolahan data selesai, kemudian dilakukan analisis data. Teknis

analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah perhitungan statistik dengan

analisis distribusi frekuensi dan distribusi persentase. Persentase diperoleh dengan

menggunakan rumus :

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 = 𝒇𝒊

𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎% ................................................... (1)

Dimana :

fi = frekuensi jawaban

n = jumlah total responden dari kasus

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Petani Lahan Tadah Hujan

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi adaptasi petani lahan tadah hujan

terhadap perubahan iklim dalam memenuhi kebutuhan air tanaman adalah faktor

internal dan faktor pendukung eksternal. Faktor internal petani antara lain mencakup

pengetahuan dan penguasaan teknologi usahatani, kemampuan permodalan, dan

keterampilan manajerial, sedangkan faktor pendukung/eksternal terpenting adalah

ketersediaan infrastruktur dan paket-paket teknologi inovatif, serta kelembagaan.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi adaptasi petani di analisis menggunakan

regresi logistik (logistic Regression). Regresi logistik dapat digunakan untuk memodelkan

hubungan antara dua kategori (binary) variabel hasil (variabel dependen/terikat) dan dua

atau lebih variabel penjelas (variabel independen/bebas). Estimasi model regresi logistik

untuk masing-masing variabel bebas memberikan perkiraan efek variabel tersebut terhadap

Page 17: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

51

variabel terikat setelah menyesuaikannya dengan variabel bebas lainnya pada permodelan

tersebut (Roberts, etc, 2007 dalam Yamin S dan Kurniawan H, 2009).

Analisis regresi logistik dilakukan menggunakan program SPSS for windows seri

22 (Statistical Package for Social Science.22) dengan metode Enter. Untuk Metode Enter

harus dilakukan proses dua kali. Pertama, data di run dengan semua variabel untuk

mengetahui variabel mana yang signifikan, setelah itu di run lagi dengan menggunakan

variabel yang signifikan itu.

Interpestasi hasil Output SPSS adalah :

1) Uji Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji Serentak)

Uji Omnibus Tests of Model Coefficients adalah uji serentak yang berfungsi

untuk mengetahui signifikansi parameter pada konstanta secara keseluruhan.

Hipotesisnya adalah :

Ho : β1 = β2 = ... = βj = 0

H1 : paling tidak ada satu 𝛽𝑗 ≠ 0

Apabila diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka Ho ditolak

sehingga disimpulkan bahwa variabel bebas dapat digunakan, secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel prediktor atau minimal ada satu variabel

prediktor yang berpengaruh. Pada uji serentak diharapkan Ho ditolak sehingga

variabel bebas yang sedang diuji dapat masuk kedalam model regresi logistik.

2) Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit (Menilai Kelayakan Model

Regresi)

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menguji

hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model atau tidak ada

perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit. Jika

nilai uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit lebih dari 0,05 maka hipotesis

nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai

observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan

data observasinya (Ghozali, 2009).

Ho : Model telah cukup menjelaskan data (Godness of Fit)

Page 18: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

52

H1 : Model tidak cukup menjelaskan data

3) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen.

Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell yang

merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada regresi berganda. Nilai

Nagelkerke R Square bervariasi antara 1 (satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati

nilai 1 maka model dianggap semakin goodness of fit sementara semakin

mendekati 0 maka model semakin tidak goodness of fit (Ghozali, 2009).

4) Ketepatan Klasifikasi (Classification Table)

Classification table (tabel klasifikasi) menunjukkan kekuatan prediksi dari

model regresi. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi

kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalan persen.

5) Uji Wald (Uji Parsial)

Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel

independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel

dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi

0,05 (α = 5%). Penolakan atau penerimaan hipotesis adalah berdasarkan kriteria

berikut :

- Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis dapat diterima.

- Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak.

d. Strategi Adaptasi Petani Lahan Tadah Hujan terhadap Perubahan Iklim dalam

Memenuhi Kebutuhan Air Tanaman

Strategi adaptasi petani lahan tadah hujan terhadap perubahan iklim dalam

memenuhi kebutuhan air tanaman dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strengths

Weakness Opportunities Threats Analysis). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths), dan peluang

Page 19: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

53

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness)

dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghs) dan

kelemahan (weakness) (Rangkuti, 2000).

Gambar 6. Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 2000)

Keterangan Gambar 11:

Kuadran 1 : Situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi memiliki peluang dan

kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang

agresif.

Kuadran 2 : Meskipun mengahadapi berbagai macam ancaman, namun masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan strategi diversifikasi

Kuadran 3 : Peluang sangat besar tetapi di lain pihak terdapat beberapa

kendala/kelemahan internal. Fokus strategi adalah meminimalkan

masalah-masalah internal sehingga peluang lebih baik.

Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena terdapat

berbagai kendala dan kelemahan internal.

Page 20: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

54

Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis yaitu :

a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor internal merupakan lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan (Strenght)

dan kelemahan (Weaknesses). Faktor Internal pada analisis SWOT atau TOWS

ditentukan dari kondisi atau situasi lingkungan dalam perusahaan itu sendiri. Faktor

internal ini penting dalam menentukan SWOT atau TOWS karena dalam suatu

perencanaan, perusahaan perlu melihat kondisi dan kemampuan yang dimiliki.

Dengan begitu, perusahaan dapat memprediksi sejauh mana tindakan yang dapat

diambil demi memajukan perusahaan. Faktor internal dapat dipandang sebagai

kekuatan atau kelemahan, tergantung pada dampaknya terhadap tujuan perusahaan.

Apa yang dapat mewakili kekuatan yang berkaitan dengan satu tujuan mungkin

kelemahan untuk tujuan lain.

Faktor eksternal merupakan lingkungan eksternal atau lingkungan luar yang terdiri

dari peluang (Opportunity) dan ancaman (Threath). Faktor Eksternal pada analisis

SWOT atau TOWS ditentukan dari kondisi atau situasi lingkungan luar perusahaan.

Faktor eksternal ini sangat penting dalam menentukan SWOT atau TOWS karena

dalam suatu perencanaan, perusahaan perlu melihat kondisi lingkungan luar

perusahaan selain melihat dari lingkungan dalam perusahaan itu sendiri.

b. Tahap analisis faktor strategi internal (Internal Strategic Factors Analysis

Summary/IFAS) dan faktor strategi eksternal (Exsternal Strategic Factors Analysis

Summary /EFAS).

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh, tahap selanjutnya

adalah memanfaatkan semua informasi tersebut untuk model-model kuantitatif

perumusan strategi. Beberapa model yang dapat digunakan dalam perumusan

strategi adalah Matrik TOWS atau matrik SWOT, Matrik BCG, Matrik Internal

Eksternal, Matrik SPACE, dan Matrik Grand Strategy.

Model yang sering digunakan adalah Matrik TOWS atau matrik SWOT. Matrik ini

dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks

ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

Page 21: 1. BAB III. METODE PENELITIAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131308010_bab3.pdf · menekankan analisisnya pada data angka yang diolah ... kacang hijau, kacang

55

Tabel 4. Matrik SWOT (Rangkuti, 2000)

Keterangan Tabel 9:

Strategi SO : Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan

untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya

Strategi ST : Strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman

Strategi WO : Strategi dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada

Strategi WT : Strategi yang didasarkan pada kegitan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindarkan ancaman

c. Tahap pengambilan keputusan

Keputusan berupa strategi baru dan solusi dari hasil analisis SWOT yang dilakukan

untuk mengembangkan potensi yang ada agar lebih maju.