119
1 STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN MELALUI PENDEKATAN SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN Oleh : Jelita Septina Jamallia Nim. 105092002951 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011/1432 H

101109-jelita septina jamallia-fst.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

1

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN

MELALUI PENDEKATAN SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN

Oleh :

Jelita Septina Jamallia Nim. 105092002951

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011/1432 H

2

3

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

JAKARTA, 29 MARET 2011

Jelita Septina Jamallia 105092002951

4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Alamat em@il :

DATA DIRI

Nama Lengkap : Jelita Septina Jamallia

Alamat : Jln. Bunga Pagi Sore Blok D10/10 Pamulang Indah (MA)

Pamulang _ Tangerang Selatan

Telepon/ Hp : (021) 7423139 / 085691137073

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 7 September 1987

Agama : Islam

[email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN 1992 – 1994 TK Islam Al-Ghifary Pamulang

1994 – 1999 SDI Muhammadiyah 12 Pamulang

1999 – 2002 SLTP Negeri 1 Ciputat

2002 – 2005 SMU Muhammadiyah 25 Pamulang

2005 – 2011 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

RIWAYAT ORGANISASI 2002 – 2003 Sekretaris Umum Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Remaja

Muhammadiyah

2003 – 2004 Ketua Bidang Hikmah dan Advokasi Pimpinan Cabang (PC)

Ikatan Remaja Muhammadiyah Kec. Pamulang

5

2004 – 2007 Ketua Bidang Hikmah dan Advokasi Pimpinan Daerah (PD) Ikatan

Remaja Muhammadiyah Kab. Tangerang

2006 – 2007 Staf Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ)

Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007 – 2008 Menteri Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2006 – 2007 Staf Pendanaan Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia

(ISMPI)

2007 – 2009 Sekretaris Umum BPP Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian

Indonesia (ISMPI)

2009 – 2010 Menteri Sosial Dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 – 2014 Dewan Pengurus Pusat (DPP) Pemuda Tani Indonesia

- UP Grading Pimpinan Ranting Ikatan Remaja Muhammadiyah

KEGIATAN PELATIHAN

- Taruna Melati I Pimpinan Cabang Ikatan Remaja Muhammadiyah

- LK 1 HMI Komfastek

- Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Perhimpunan

Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonsia

(POPMASEPI)

6

- Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Ikatan Senat

Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI)

- Ketua Pelaksana Ta’aruf BEMJ Agribisnis

- Ketua Pelaksana Agri’s Event BEMJ Agribisnis

- Ketua Pelaksana Propesa BEMJ Agribisnis

- Koordinator Acara Seminar Nasional

- Koordinator Acara MUNAS Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia

(ISMPI)

- Pelatihan Pemuda KESBANGPOL DKI Jakarta

- Training Supermap Lisenced Coach (SLC) Supermap Indonesia

- Staf Promotion Girl BRI BRITAMA

PENGALAMAN PEKERJAAN

- Sekretaris Manager PT Mitra Sukses Sejahtera

- Praktek Kerja Lapang (PKL) Bappeda Kota Tangerang Selatan

- Pengajar Bimbingan Belajar Supermap Indonesia

- Freelance Trainer dan Adm Supermap Learning Center MIND MAP

Indonesia

7

KATA PENGANTAR Bismillahirohmanirrohim Assalamualaikum Wr .Wb

Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Shalawat serta salam tidak lupa dipanjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya yang tealh membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyususnan laporan ini, terutama kepada: 1. Kepada Orang Tua penulis tercinta, Jamal.A.Nazieb dan Lilies Herawaty

atas segala dukungan moril, motivasi, semangat, kekuatan doa kalian yang tak pernah lelah kepada penulis untuk tetap optimis dan kuat untuk menjalankan tanggung jawab, serta adik-adik tersayang, Zakky Mubarok, M. Yordan N, Zahran Daffa Z.

2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si selaku Dekan Fakultas sains dan teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua Program Studi Agribisnis, Bapak Drs Acep Muhib, MM dan Sekretaris Program Studi Ibu Rizky Adi Puspita, SP, M.Si atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. U.Maman Kh, M.Si dan Bapak Achmad Tjachja, SP, MP selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan nasihat, arahan dan motivasi

5. Bapak Dr. Yon Girie, M.Si dan Ibu Rahmi Purnomowati, SP, M.Si selaku Penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan saran yang sangat berarti sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Taher Rochmadi dan Ibu Irma selaku pembimbing Penelitian dan Bapak Ir. Hasdanil, M.Si selaku Kepala Bappeda Kota Tangerang Selatan, atas arahan, saran dan informasi untuk bisa PKL dan melanjutkan Penelitian Di Bappeda Kota Tangerang Selatan.

7. Kepada seluruh civitas akademik Fakultas Sains dan Teknologi Ibu Tari, Pak Hendra, Ibu Sariah, Bapak Tabah.

8. Fadlika Fathurrachman pendamping jiwa yang terus menemani, membantu dan memberikan motivasi dan arahan yang tak kenal mengeluh, makasi aa.

9. Temen-Temen seperjuanagan Agribisnis 2005 yang terus memberikan support dan mengingatkan dalam penyelesaian Skripsi ini: Neng Mamitha,

8

Dimas, Neng Ayu, Neng Alif, Neng Sarifah,Yarfi, Rafki, Anggoro, Echi, Aris, Arif (Bojes), Dony, Buyung, Uin, Ebhi, Restu, Pury, Rofikoh, Iponk, Tama, Riski, Yudha, Yanto, Rusman, Ditha, Hasyim, Agung (Lece), Rere (Semangat terus semuanya,, Ayoo raih mimpi-mimpi), Alm.Nia (yang damai ya Neng)

10. BEM UIN periode 2009-2010, Pres Aditya Prana, Neng Hikmah Lestari, kanda Erik (om eyi), Taufik Akbar (om delon), Ibu Santi, Khaerudin (om Udin), Dera, Zulham (engkong), Revi, Om chido, Kaka Asep, Iki Amadinda atas segala kekeluargaan yang terbentuk hingga saat ini.

11. Kepada Team Supermap Learning Center, Bapak Drs. Susanto Edy Prayitno, BLI, Mba Rahma Helfrita, SE, Mas Riki Faisal Firdaus, Fade Pramureza, Bapak Ir. Herry atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis bisa meneruskan kuliahnya.

12. Keluarga AGRIbisnis tersayang Ka Dewi (luv u), Bang Wildan, Ka Asep, Bang Ano, Uni qudsi, Teh Nina, Ci Iwa, A’ Aci, ka husnul ( terima kasih atas bimbingan dan tempat curahan hati selama bergelut di dunia real kampus) Tata, Ochie, Mamad, Itang, Icha, Ka Ovie, ka Icha, Bimbim, Lukman, Arianda, Alvin, Riza semua Temen2 2007, 2008, 2009 (syukuri dan nikmati proses yang akan kalian lalui).

13. Dan Semua Pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu , terima kasih atas doa dan dukungannya.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat , sebagai bahan memperkaya pengetahuan bagi mereka yang membacanya terutama bagi penulis sendiri. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila ada kekhilafan dalam kata pengantar ini. Wassalamualaikum . Wr.Wb

Jakarta, Juni 2011

Penulis

9

RINGKASAN

JELITA SEPTINA JAMALLIA Studi Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Melalui Pendekatan Sektor-Sektor Unggulan. (Di Bawah Bimbingan Dr. UJANG MAMAN, M. Si dan ACHMAD TJACHJA NUGRAHA, SP, MP) Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu dalam jangka waktu yang cukup panjang dan didalamnya terdapat kemungkinan terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung pada kemampuan daerah tersebut dalam mengembangkan potensi sektor-sektor ekonomi unggulannya. Dengan ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomia unggulan dapat dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya akan tercipta kesejateraaan masyarakat. Kota Tangerang Selatan adalah salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta. Daerah ini merupakan daerah limpahan aktivitas Kota Jakarta antara lain limpahan industri, limpahan pemukiman, perkantoran dan insfastruktur jalan serta kereta api. Dalam pengembangan JABODETABEK, Kota Tangerang Selatan dipersiapkan untuk mendukung atau menjadi penyeimbang dan DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang yang memiliki fungsi regional yang menonjol seperti kegiatan perdagangan, pemukiman dan industri. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui sektor-sektor potensi untuk mengembangkan wilayah Kota Tangerang Selatan 2) mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan dalam pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan 3) menganalisis pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor unggulan wilayah Kota Tangerang Selatan 4) mengidentifikasi potensi dan prospek sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan. Data yang digunakan adalah data PDRB Kota Tangerang Selatan periode 2007-2008 dan data PDRB Provinsi Banten periode 2007-2008 menurut sektor - sektor ekonomi. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan Location Quatient (LQ) dan analisis Shift Share (S-S). Hasil penelitian dengan menggunakan Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan yang terunggul adalah Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-Jasa; Sektor Bangunan; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Berdasarkan analisis Shift Share (S-S) sektor unggulan yang mengalami perumbuhan yang cepat yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (Ppij>0). Walaupun demikian, sektor perdagangan, hotel dan restoran bukan

10

menjadi sektor unggulan utama. Sektor dengan unggulan pertama dan memiliki pertumbuhan yang cepat yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Dilihat dari daya saingnya, bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran secara ekonomi dapat bersaing dengan baik (PPWij<0) dengan sektor ekonomi yang sama di Kabupaten/ Kotamadya lain di Profinsi Banten. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai laju pertumbuhan pangsa wilayahnya terbilang baik sebesar 4 persen dibandingkan dengan sektor-sektor unggulan maupun sektor non unggulan yang lainnya bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor – sektor yang nilai PPWij < 0 memiliki daya saing kurang baik pada wilayah pembandingnya yaitu Propinsi Banten yang lebih luas. Dari seluruh sektor-sektor unggulan Kota Tangerang Selatan , tidak semua sektor unggulan memepunyai penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Sektor- sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja yang tinggi adalah sektor unggulan perdagangan, hotel dan restoran, sektor unggulan industri dan jasa- jasa. Oleh karena itu untuk meningkatkan perekonomian Kota Tangerang Selatan, pemerintah hendaknya memprioritaskan dan mengembangkan sektor-sektor ungguluan dan pertumbuhan yang cepat serta daya saing tinggi, sektor tersebut menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Akan tetapi pemerintah juga tidak lupa dengan sektor yang harus dikembangkan yaitu sektor non unggulan Pertanian, sector Industri karena melihat prospek yang bagus untuk pertumbuhan Kota serta menyerap tenaga kerja yang besar.

11

DAFTAR ISI DAFTAR ISI………………………………...……………………………...……ii

DAFTAR TABEL………………………………………………..…….………..vi

DAFTAR GAMBAR………………………………….…..………..……………vi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...i

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..……..……1 1.1 Pendahuluan…………………………………………………...………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………...…………..….....…3

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………...……..……..…4

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………...……..…………….5

1.5 Ruang Lingkup……………………………….……………..……….……5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………..…...6 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah………………..………...…..….6

2.2 Penataan Ruang Wilayah Perkotaan..........................................................9

2.3 Konsep Sektor Unggulan...........................................................................10

2.3.1 Sektor Unggulan............................................................................11

2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi...................................................................13

2.4 Metode Analisis Potensi Perekonomian Wilayah...................................17 2.4.1 Metode LQ ( Location Quotient)......................................................17 2.4.2 Metode S-S (Shift Share)..................................................................19

2.5 Penelitian Terdahulu…..………………………………………………21

2.6 Kerangka Pemikiran……..…………………………………………….24

12

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................27

3.1 Jenis Dan Sumber Data.............................................................................27

3.2 Metode Pengumpulan Data......................................................................27

3.3 Metode Analisis Data...............................................................................28 3.4.1 Analisis LQ ( Location Quotient)....................................................28 3.4.2 Analisis S-S (shift share)..................................................................29

3.4 Definisi Operasional..................................................................................32 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH......................................................34 4.1 Sejarah Dan Kondisi Umum Kota Tangerang Selatan...............................34 4.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan...................38 4.3 Ketenagakerjaan.........................................................................................39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................41 5.1 HASIL......................................................................................................41 5.1.1 Sektor-Sektor Ekonomi Kota Tangerang Selatan Berdasarkan PDRB

Periode 2007 – 2008..................................................................................41 5.1.2 Sektor – Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan Periode 2007- 2008

Berdasarkan Analisis Location Quotient (LQ)..........................................42 5.1.3 Pertumbuhan Dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan Berdasarkan

Analisis Shift Share (SS)...........................................................................43 5.1.3.1 Pertumbuhan Total PDRB Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi

Banten periode 2007 -2008...........................................................43 5.1.3.2 Rasio PDRB Total dan Sektoral Kota Tangerang Selatan Dan

Provinsi Banten Periode 2007-2008.............................................46 5.1.3.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Dan Daya Saing Wilayah Kota

Tangerang Selatan Periode 2007-2008.........................................48 5.1.4 Potensi Dan Prospek Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan...52 5.2 PEMBAHASAN.......................................................................................54 5.2.1 Sektor-Sektor Ekonomi Wilayah Kota Tangerang Selatan Berdasarkan

PDRB Periode 2007-2008 .........................................................................54

13

5.2.1.1 Sektor Pertanian, Peternakan Dan Perikanan...............................54 5.2.1.2 Sektor Pertambangan Dan Penggalian.........................................55 5.2.1.3 Sektor Industri Pengolahan..........................................................55 5.2.1.4 Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih..............................................56 5.2.1.5 Sektor Bangunan Dan Kontruksi.................................................57 5.2.1.6 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran....................................57 5.2.1.7 Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi.......................................57 5.2.1.8 Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan....................58 5.2.1.9 Sektor Jasa-Jasa.............................................................................59 5.2.2 Sektor-Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan periode 2007-2008

Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)....................................60. 5.2.3 Pertumbuhan Dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan Berdasarkan

Analisis Shift Share (SS)............................................................................63 5.2.4 Prospek Sektor Pertanian Di Kota Tangerang Selatan..............................67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................70 6.1 Kesimpulan................................................................................................70 6.2 Saran...........................................................................................................72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14

DAFTAR TABEL 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan…………………….36

2. Perbandingan Demografi Kota Tangerang Selatan Dengan Kabupaten Tangerang Dengan 36 Kecamatan Dan Kabupaten Tangerang Dengan 29 Kecamatan……….……………………………………………………….37

3. PDRB Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Tangerang Selatan Periode 2007-2008………………………………………………41

4. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Pendapatan Wilayah Periode 2007- 2008……..…………………………42

5. Perubahan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008 (juta rupiah)………………..………………………………………….….44

6. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008…….……………………….45

7. Rasio Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten ( Nilai Ra, Ri dan ri).47

8. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2007-2008……49

9. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proposional, Tahun 2007- 2008………………………………………………………………………50

15

10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2007- 2008………………………………………………………………………51

11. Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008…...………52 12. Penggunaan luas lahan sawah dan lahan kering menurut kecamatan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2007…………………….……………………53

13. Nilai Presentase PP Dan PPW Di Kota Tangerang Selatan……………...64

DAFTAR GAMBAR 1. Hubungan Antara Jumlah Penduduk Dengan Produksi Total……...…….15 2. Model Analisis shift share………..…………………………………………….20 3. Kerangka Pemikiran Konseptual……..…………………………………..26 4. Profil Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan Tahun 2007-2008...65 5. Persebaran Pengembangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2007……….68

16

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Kota

Tangerang Selatan 2007…………………………………………………76

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Kota Tangerang Selatan Hingga Agustus 2008……………………………77

3. Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan……..………78

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tangerang Selatan Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 (Juta Rupiah).79

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 (Juta Rupiah)…………………………..……………………………..…..80

6. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Pendapatan Wilayah Periode 2007- 2008…………………………..……81

7. Perubahan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008 (JutaRupiah)…………………………………………………………...…82

8. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008………………………..……83

9. Rasio Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten ( Nilai Ra, Ri dan ri).84

17

10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2007-2008……………………………………………………..………………..85

11. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proposional, Tahun 2007- 2008…86

12. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2007- 2008………………………………………………………………………87

13. Nilai Presentase PP Dan PPW Di Kota Tangerang Selatan……………...88

14. Jumlah Penduduk Berdasarka Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2009………89

15. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan ADH Konstan 2000 Menurut Lapanagn Usaha Tahun 2008 (Dalam Persen)…………………90

16. Distribusi PDRB Kota Tangerang Selatan ADH Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 (Dalam Persen)……………………..91

17. Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan……………………………...……92

18. Sebaran Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan Pada Tahun 2008…93

19. Foto – Foto Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan……………94

18

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi fisik serta geografis

wilayah yang sangat beragam sehingga pembangunan wilayah sangat penting

dalam pembangunan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses

bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu ,

dalam jangka waktu yang cukup panjang, dan di dalamnya terdapat kemungkinan

terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat juga

didefinisikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama

suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan.

Selain pertumbuhan, proses pembangunan ekonomi dengan sendirinya

juga akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pembangunan

ekonomi biasanya disertai dengan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer

(pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri pengolahan; listrik,gas

dan air bersih dan bangunan/kontruksi) dan sektor tersier (perdagangan, hotel dan

restoran;pengangkutan/transportasi dan jasa-jasa)

19

Salah satu indikator utama untuk melihat/mengukur berhasil tidaknya

suatu proses pembangunan adalah sampai sejauh mana atau seberapa besar tingkat

kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung dapat dilihat dari bagaimana masyarakat dapat

meninkmati hasil-hasil pembangunan dengan mudah seperti listrik, air bersih,

BBM, sarana dan prasarana perhubungan/ transportasi dan sebagainya.

Dalam hal ini seharusnya sektor pertanian harus mampu dibangun menjadi

sektor andalan dan sebagai mesin penggerak perekonomian nasioanl. Terlihat visi

pembangunan pertanian adalah pertanian modern, tangguh dan efisien. Sebagian

subjek pembangunan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat serta mendukung proses demokratis dalam pembangunan pertanian.

Dalam rangka pengembangan pertanian perkotaan adalah perlu mengidentifikasi

potensi – potensi yang dapat dikembangkan dalam usaha produk pertanian kota.

Peranan Sektor pertanian Kota Tangerang Selatan terhadap pembentukan PDRB

dalam dua tahun terakhir ini menunjukkan trend yang semakin menurun .

kontribusinya sebesar 0.90 persen pada tahun 2007 dan terus menurun pada tahun

2008 yang mencapai 0,78 persen. Tahun 2008 kontribusi sub sektor pertanian

tidak ada yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2007,

semuanya turun meskipun tidak signifikan, kecuali sub sektor perikanan yang

mempunyai peranan tetap seperti tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,03 persen.

(Kompilasi Data Awal Kota Tangerang Selatan, 2009).

20

Pengaruh sektor ekonomi secara nasional, belum tentu mempengaruhi

kinerja sektor ekonomi yang sama didaerah lain. Oleh karena itu, diperlukan

kajian untuk mengetahui dan mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang

menjadi sektor unggulan di suatu daerah (kasus dalam hal ini Kota Tangerang

Selatan) karena adanya sektor-sektor ekonomi unggulan dapat membangkitkan

kinerja sektor riil yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi

daerah tersebut.

Kota Tangerang Selatan selalu mengalami pertumbuhan terlihat mulai

awal pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Dilihat dari PDRB Kota Tangerang

Selatan atas dasar harga konstan 2.197.397 rupiah pada Tahun 2003 terjadi

kemunduran menjadi 1.792.030 Rupiah pada Tahun 2004, yang kembali

meningkat menjadi 2.655.477 Rupiah pada Tahun 2007. Hal ini memperlihatkan

bahwa semakin baiknya kondisi perekonomian Kota Tangerang Selatan.

Daerah ini merupakan Daerah limpahan aktivitas dari kota Jakarta antara

lain limpahan pemukiman, perkantoran, industri dan infrastruktur jalan serta

kereta api. Kemajuan perekonomian kota Tangerang Selatan akan tercapai dengan

pertimbangan karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi wilayah. Kota

Tangerang Selatan merupakan Daerah Otonom yang terbentuk pada akhir tahun

2008 berdasarkan Undang - undang Nomor 51 Tahun 2008.

(Bappeda Kota Tangerang Selatan,2009:1)

21

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil

Studi Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Melalui Pendekatan

Sektor-Sektor Unggulan.

1.6 Rumusan Masalah

Setiap pemerintah khususnya daerah dituntut untuk mampu

mengindentifikasi keunggulan komparatif wilayahnya. Keunggulan komparatif

wilayah tersebut untuk selanjutnya harus diarahkan dan dipadukan, serta

dikembangkan secara terencana, sehingga tercapainya pengembangan wilayah

yang optimal, yang tercermin dari luasnya kesempatan kerja dan berusaha, serta

adanya insentif ekonomi yang menguntungkan bagi seluruh pelaku ekonomi.

Setelah otonomi daerah, masing-masing daerah sudah lebih bebas dalam

menetapkan sektor/komoditi yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan

pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memilki keunggulan, memiliki

prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong

sektor-sektor lain untuk berkembang.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sektor-sektor apa yang menjadi potensi pengembangan wilayah Kota

Tangerang Selatan Periode 2007 - 2008?

2. Sektor apa yang menjadi sektor unggulan dalam pengembangan wilayah

di Kota Tangerang Selatan Periode 2007 - 2008?

22

3. Bagaimana pertumbuhan sektor-sektor unggulan di Kota Tangerang

Selatan Periode 2007 - 2008?

4. Bagaimana potensi sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan ?

1.7 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui sektor-sektor yang menjadi potensi untuk mengembangkan

wilayah Kota Tangerang Selatan

2. Mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan dalam

pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan

3. Menganalisis pertumbuhan sektor-sektor unggulan wilayah Kota

Tangerang Selatan

4. Mengidentifikasi potensi dan prospek sektor pertanian di Kota Tangerang

Selatan.

1.8 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui sektor –

sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dan pertumbuhan sektor di Kota

Tangerang Selatan sekaligus sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah agar

dapat memberikan perhatian lebih terhadap sektor-sektor unggulan yang

berpotensi meningkatkan kinerja perekonomian khususnya di Kota Tangerang

Selatan. Selain itu, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi terutama

bagi pembuat kebijakan, perencana dan pelaksana pembangunan agar menentukan

23

arah dan strategi pembangunan yang lebih fokus mengingat bahwa Kota

Tangerang Selatan ini terbentuk dan diharapkan juga dapat menjadi bahan

pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.9 Ruang Lingkup

Penelitian ini mencakup lokasi wilayah Kota Tangerang Selatan periode

2007 sampai 2008 karena pada tahun tersebut sudah dapat dilihat pertumbuhan

sektor wilayah Kota Tangerang Selatan, baik meliputi Sumber Daya Alam (SDA),

Sumber Daya Manusia (SDM) dan Tata Pemerintahannya.

24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah

Wilayah dikonotasikan dengan lokasi suatu kegiatan pembangunan atau

kegiata-kegiatan ekonomi seperti industri atau pabrik, perusahaan, dan fasilitas

pelayanan dengan demikian pemilihan atau penentuan lokasinya akan

berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan-kegiatan tersebut.

(Adisamita, 2008:1). Pengertian perencanaan pembangunan daerah dapat dilihat

dari unsur-unsur yang membentuknya. Sebagaimana diketahui, perecanaan

pembangunan daerah merupakan suatu sistem yang dibentuk dari unsur-unsur

perencanaan, pembangunan dan daerah. Dengan melihat diergensi dari setiap

unsur tersebut, kemudian diambil suatu kesimpulan secara konvergensi, akan

terbentuk suatu pengertian yang utuh.

Administrasi Pembangunan, perkembangan pemikiran dan praktiknya di

Indonesia, menyatakan, pada dasarnya perencanaan sebagai unsur dari

menajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki (Kartasasmita,1997: 48). Monyers dan Hills

dalam Bratakusumah dan Riyadi (2003:3) mengemukakan, perencanaan adalah

suatu proses yang terus menerus yang melibatkan keputusan-keputusan atau

25

pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada dengan sasaran untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan datang.

Namun secara UU No.25 Tahun 2004 ada suatu kesepakatan bahwa

pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan. Siagian dalam

Bratakusumah dan Riyadi (2003:4) memberikan pengertian tentang pembangunan

sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang

berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah,

menuju moderenitas dalam rangka pembinaan bangsa. Menurut Kartasasmita

(1994:9) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses

perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

Sebagaimana dikemukakan pembangunan adalah suatu proses perubahan yang

dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan

perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak

dari adanya pembangunan.

Istilah moderenisasi mulai dikenal sejak munculnya revolusi industri di

Inggris pada Abad 18. Pada saat itu terjadi suatu proses transfomasi dalam

masyarakat karena teknik-teknik produksi tradisional diganti dengan alat-alat

mesin modern. Karena awal moderenisasi terjadi di sektor industri, moderenisasi

juga sering disebut dengan era industrialisasi. Oleh karena itu, modernisasi

diartikan sebagai proses transformasi dan perubahan dalam masyarakat yang

26

meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya

.(Bratakusumah dan Riyadi, 2003:5)

Sebagai tahapan awal perencanaan pembangunan akan menjadi acuan

dasar bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan (Action Plan) karena itu,

perencanaan pembangunan hendaknya bersifat implementatif

(dapat dilaksanakan) dan aplikatif (dapat diterapkan). Kegiatan ini pada dasarnya

merupakan kegiatan riset/penelitian, karena proses pelaksanaannya banyak

menggunakan metode-metode riset, mulai dari teknik pengumpulan data, analisis

data, hingga studi lapangan/kelayakan dalam mengumpulkan data, analisis data

hingga studi lapangan dalam rangka mendapatkan data-data yang akurat,baik yang

dilakukan secara konseptual maupun eksperemental.

Dengan demikian ,perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai

suatu proses perumusan alternatf-alternatif atau keputusan-keputusan yang

didasarkan kepada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai

bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktifitas masyarakat, baik

yang bersifat fisik maupun nonfisik (mental dan spiritual), dalam rangka

mencapai tujuan yang lebih baik.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintahan

daerah masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintahan daerah dengan sektor

swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

27

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan

terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan

daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia,

kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarah

kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam

proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang

peningkatan kegiatan ekonomi, (Arsyad, 2004:298).

2.2 Penataan Ruang Wilayah Perkotaan

Konsep pembangunan bagi pertumbuhan ekonomi, pembangunan

berkelanjutan erat kaitannya dengan kegiatan perencanaan tata ruang atau

penataan ruang. Disiplin tata ruang dapat diartikan sebagai usaha optimasi

pemanfaatan ruang wilayah dalam bentuk suatu penataan ruang wilayah.

Pengertian dari ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan

ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup

lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan

hidupnya.(Karoma, 2010:19)

Dalam peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1996 yang merupakan

pelaksanaan Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) nomor 24 tahun 1992

mengatur pelaksanaan dan kewajiban serta bentuk dan peran serta masyarakat

dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang. Peraturan tersebut juga

28

menggariskan bahwa rencana tata ruang daerah, nasional, propinsi dan

kabupaten/kota, dibuat berjenjang hirarkis, rencana didaerah bawahan merupakan

penjabaran daerah atasan, implikasinya adalah keterbatasan bagi daerah

dibawahnya untuk mengembangkan daerahnya.

Dalam UUPR disebutkan bahwa penataan ruang adalah proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian penataan ruang atau

perencanaan tata ruang merupakan salah satu model dari kegiatan perencanaan

atau (planning). Penataan ruang merupakan salah satu model perencanaan

phisycal palnning, karena memberi perhatian pada mencari soolusi optimal untuk

pola lokasi tempat tinggal , tempat usaha dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya

agar sesuai dengan tujuan sosial dan masyarakat umum lainnya. Biasanya produk

tata ruang diperkuat kedudukannya melalui peraturan pemerintah dan

dikendalikan oleh pemerintah setempat.

Sebagai salah satu dari model perencanaan , maka kegiatan – kegiatan

analisis, proyeksi dan evaluasi haruslah berorientasi jangka panjang sebagai dasar

pengambilan keputusan. Dalam skala ruang yang lebih luas yaitu wilayah, lokasi

atau ruang eksploitasi sumber daya alam atau kegiatan kemasyarakatan sebagai

sumber perekonomian, juga berkembang dengan segala implikasinya.

Perkembangan ini akan berjalan terus dengan atau tanpa perencanaan kota atau

perencanaan wilayah.

29

2.3 Konsep Sektor Unggulan

Teori ekonomi basis dapat digunakan untuk mengetahui perbedaaan

potensi suatu wilayah dengan wilayah lain dan mengetahui hubungan antara

sektor- sektor dalam suatu perekonomian. Teori basis ekonomi mendasarkan

pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh

besarnya ekspor dari wilayah tersebut (Richardson , 1977: 53)

Kegiatan lain yang bukan kegiatan basis disebut sebagai sektor non basis.

Sektor non basis ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lokal, sehingga sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat, dan tidak bisa

berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Anggapan tersebut

mengindikasikan bahwa satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan

perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan adalah sektor basis.

(Tarigan,2005:57).

Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu : sektor

basis dan non basis. Sektor basis adalah sektor yang dapat mengekpor barang dan

jasa ketempat diluar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau

memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang-orang yang datang dari luar

perbatasan masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis adalah

sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang

bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian yang bersangkutan.

(Glasson dalam Tarigan, 2005: 79)

30

Secara teoritis, sektor mana saja yang merupakan sektor basis dan non

basis disuatu daerah tidaklah bersifat statis melainkan dinamis. Artinya, pada

tahun tertentu daerah mungkin saja sektor tersebut merupakan sektor basis, namun

pada tahun berikutnya belum tentu sektor tersebut secara otomatis menjadi sektor

basis. Sektor basis mengalami kemajuan ataupun kemunduran. Beberapa sebab

kemajuan sektor basis adalah: 1. Perkembangan jaringan transportasi dan

komunikasi, 2. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah,

3. Perkembangan teknologi 4. Pengembangan prasarana ekonomi dan sosial.

Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah perubahan permintaan

diluar daerah dan kehabisan cadangan sumber daya.

2.3.1 Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh

keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini

berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan

ekonomi. Dengan adanya sektor unggulan, maka mempermudah pemerintah

dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan

tercapai.

Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas

seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya:

pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua,

sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga,

31

sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan

maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu

menciptakan nilai tambah yang tinggi (Tarigan, 2005: 40)

Semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah akan menambah

arus pendapatan kedaerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan

jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor non-unggulannya.

Dengan kata lain, sektor unggulan berhubungan langsung dengan permintaan dari

luar, sedangkan non unggulan berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui

sektor unggulan terlebih dahulu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor

unggulan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan suatu daerah.

(Glasson dalam Kusuma, 2009:18 )

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung pada

pertumbuhan sektor-sektor ekonomi wilayah tersebut. Kemampuan daerah

tersebut dalam mengelola kekayaan alam yang dimiliki sangat mempengaruhi

pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya. Setiap daerah mempunyai

kebebasan dalam mengelola sumberdaya lokal dan dituntut untuk bisa

menemukan potensi pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulannya. Dengan

ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut berupaya mengoptimalkan

penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomi unggulan dapat

dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan

32

masyarakat yang pada akhirnya akan tercipta kesejahteraan masyarakat

(Kusuma, 2009 : 19).

2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Suatu Negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terdapat proses

kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Adanya pertumbuhan ekonomi

merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi

dengan sendirinya juga akan membawa perubahan mendasar dalam struktur

ekonomi.

Perbedaan antara kedua adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya

lebih bersifat kuantitatif yaitu adanya kenaikan standar pendapatan dan tingkat

output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat

kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-

perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor

perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan dan teknik.

(Mankiw, 2000: 21).

Dalam teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan dengan permintaan

terhadap barang dan jasa di luar daerah. Proses produksi di suatu sektor yang

menggunakan sumber daya produksi lokal termasuk tenaga kerja dan bahan baku

33

serta outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan

pendapatan perkapita dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut.

(Richardson dalam Usya, 2005: 45)

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dipelopori oleh Adam Smith

yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang disebabkan karena faktor

kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Doktrin atau semboyan

aliran klasik adalah ”laisser faire laisser passer” atau persaingan bebas. Artinya

pemerintah tidak campur tangan dalam perdagangan dan perekonomian. Menurut

Smith dalam Adisasmita (2005:23), untuk berlangsungnya perkembangan

ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atas pembagian kerja agar produktivitas

tenaga kerja akan meningkat. Teori klasik yang ditemukan Adam Smith dalam

Tarigan (2005:47) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menetukan

pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Penduduk yang

bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan

spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan

meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan

keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung

sampai seluruh sumber daya termanfaatkan.

Sementara itu David Ricardo dalam Tarigan (2005:57) mengemukakan

pandangan yang bertentangan dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan

penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat

34

pertumbuhan ekonomi ketaraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi berawal

dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam relatif melimpah.

Secara garis besar, berdasarkan teori pertumbuhan klasik, dapat

disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat tergantung

pada empat faktor, yaitu jumlah penduduk, akumulasi kapital, luas lahan dan

teknologi ( Priyarsono, Sahara dan M.Firdaus dalam Kusuma, 2009:14). Tahap-

tahap pertumbuhan ekonomi dan hubungan antara jumlah penduduk dengan

produksi total dalam teori klaisk dapat digambarkan sebagai berikut.

Produksi Total

I II III IV

Jumlah Penduduk

Gambar 1. Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan Produksi Total

Pada gambar 1, kurva Y menggambarkan fungsi produksi hipotetis dari suatu

masyarakat. Fungsinya produksi tersebut menggambarkan hubungan antara

jumlah penduduk dan total produksi dalam wilayah tersebut, dengan asumsi

bahwa jumlah modal dan luas lahan yang digunakan adalah tetap, dan tidak ada

kemajuan teknologi. Berdasarkan fungsi produksi tersebut, proses pertumbuhan

35

ekonomi dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap I adalah tahap dimana produksi

batas bertambah besar apabila jumlah penduduk bertambah. Tahap II merupakan

tahap dimana produksi batas mencapai nilai maksimal dan mulai menurun apabila

penduduk bertambah. Tahap III adalah tahap dimana produksi batas besarnya

lebih rendah dari pada produksi per kapita. Batas antara tahap II dan III

merupakan tingkatan pertumbuhan dimana pendapatan atau produksi per kapita

mencapai nilai maksimal. Batas antara III dan IV adalah tingkat pertumbuhan

dimana pendapatan atau produksi total wilayah mencapai tingkat maksimal. Pada

tahap IV, produksi total mengalami penurunan dan semakin lama akan semakin

kecil. Pada tahap ini pendapatan per kapita menjadi jauh lebih rendah dari pada

pendapatan per kapita maksimal yang dicapai pada batas tahap II dan III. Pada

akhirnya tingkat stationary state akan tercapai, yaitu pada saat produksi per

perkapita hanya cukup untuk hidup atau subsistence level.

Menurut Adam Smith dalam Kadariah (1985:67), yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan output (GDP) total, dan pertumbuhan

penduduk. Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari 3 unsur pokok,

yaitu (1) sumber-sumber alam yang tersedia (faktor produksi tanah), (2) sumber-

sumber manusiawi (jumlah penduduk). Jumlah penduduk meningkat apabila

tingkat upah lebih tinggi dari pada tingkat upah subsistensi, yaitu tingkat upah

minimal untuk seseorang agar dapat mempertahankan hidupnya, (3) stok barang

kapital yang ada.

36

2.4 Metode Analisis Potensi Perekonomian Wilayah

Seorang perencana wilayah harus memiliki kemampuan untuk

menganalisis potensi ekonomi wilayahnya. Hal ini terkait dengan kewajibannya

disatu sisi menentukan sektor – sektor riil yang perlu dikembangkan agar

perekonomian daerah tumbuh cepat dan sisi lain mampu mengidentifikasi faktor-

faktor yang membuat potensi sektor tertentu rendah dan menetukan apakah

prioritas untuk menanggulangi kelemahan tersebut. Setelah otonomi daerah,

masing-masing daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/ komoditi

yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk

melihat sektor yang memiliki unggulan/ kelemahannya diwilayahnya semakin

penting. Sektor yang memiliki unggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk

dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk

berkembang analisis yang digunakan untuk menentukan potensi perekonomian

suatu wilayah adalah keunggulan komparatif, Location Quotient (LQ) dan

Analisis Shif-Share (SS).(Tarigan, 2005:79)

2.4.1 Metode LQ ( Location Quotient)

Sasaran pembangunan ekonomi wilayah jangka panjang adalah terjadinya

pergeseran pada struktur ekonomi wilayah yang terjadi akibat kemajuan

pembangunan suatu wilayah. Tidak semua sektor dalam perekonomian memiliki

37

kemampuan tumbuh yang sama. Oleh karena itu, perencana pembangunan

wilayah biasanya akan memanfaatkan sektor-sektor basis yang dianggap dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Salah satu indikator yang mampu menggambarkan keberadaan sektor

basis adalah melalui indeks LQ (Location Quentient) yaitu suatu indikator

sederhana yang dapat menunjukan kekuatan atau besar kecilnya peranan suatu

sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya atau wilayah

referensinya. (Daryanto,Arif, 2010:20). Metode ini berguna untuk menentukan

sektor unggulan dan sektor non-unggulan dengan cara menghitung perbandingan

antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua

sektor didaerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap

total semua sektor diadaerah atasnya. Daerah bawah dan daerah atas yang

dimaksud adalah daerah administratif (Glasson dalam Tarigan,2005:79) misalnya

penelitian ini analisis dilakukan pada Tingkat Kota, maka daerah bawahnya

adalah Kota dan Daerah atasnya adalah Provinsi. Ada dua cara untuk mengukur

LQ dari suatu sektor dalam suatu perkonomian wilayah yakni melalui pendekatan

nilai tambah atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan tenaga kerja.

Dalam literatur ekonomi wilayah disebutkan bahwa suatu sektor yang

memiliki angka LQ > 1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis yang

menjadi kekuatan daerah untuk mengekspor produknya ke luar daerah

bersangkutan. Sebaliknya jika LQ > 1 , maka sektor tersebut menjadi pengimpor.

38

Sedangkan LQ = 1, maka ada kecenderungan sektor tersebut bersifat tertutup

karena tidak melakukan transaksi ke dan dari luar daerah/wilayah, namun kondisi

seperti ini sulit ditemukan dalam sebuah perkonomian wilayah.

(Daryanto, Arif, 2010: 21).

2.4.2 Metode S-S (Shift Share)

Analisis ini pertama kali diperkenalkan oleh Perloff, et al dalam Kusuma,

(2009:20). Analisis Shift Share (S-S) merupakan metode yang digunakan untuk

menganalis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu, dapat juga

digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah

dalam dua periode waktu.

Analisis ini dapat dilakukan pada tingkat Kabupaten, Provinsi maupun

Nasional. Di Tingkat Kabupaten, analisis ini berguna untuk melihat kecamatan-

kecamatan mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar

terhadap perekonomian Kabupaten tersebut. Selain itu, melalui analisis ini juga

dapat diketahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat

di masing - masing wilayah kecamatan tersebut. Di Tingkat Provinsi, dapat

diketahui Kabupaten-kabupaten mana saja beserta sektor-sektornya yang

memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan di Tingkat Provinsi.

Secara umum terdapat 3 (tiga) Komponen Pertumbuhan wilayah dalam

analisis S-S, yaitu: komponen Pertumbuhan Nasional, Komponen Pertumbuhan

39

Proporsional, dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

(Priyarsono, Sahara dan M. Firdaus dalam kusuma, 2009:22). Komponen

Pertumbuhan Nasional (PN) adalah perubahan kebijakan ekonomi nasional atau

perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan

wilayah. Contohnya antara lain kecenderungan inflasi, pengangguran dan

kebijakan perpajakan.

Komponen pertumbuhan proporsional (PP) timbul karena perbedaan

sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan

mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi

dan price support serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) timbul karena peningkatan atau

penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan

dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah

dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif,

akses ke pasar, dukungan kelembanggaan. Parsarana sosial ekonomi serta

kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.

Apabila PP + PPW > 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor

ke i di wilayah ke j termasuk kedalam kelompok progresif (maju). Sementara itu,

PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j

tergolong lambat.

40

Sumber : Priyarsono, sahar dan M. Firdaus (2007)

Gambar 2 Model Analisis shift-share 2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan pendekatan Location Quentient (LQ) dan Analisis Shift-

Share (S-S) sudah ada dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang telah

dilakukan oleh Usya (2005) dengan judul ”Analisis Struktur Ekonomi dan

Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang”. Menggunakan metode LQ

dan Analisis Shift - Share menyimpulkan bahwa di Kabupaten Subang terdapat 4

sektor basis, yaitu Sektor Pertanian, Sektor Bangunan/Kontruksi, Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Sektor Jasa-Jasa. Selain itu, Usya

menyimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten

Subang, ditandai dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi

perekonomian Kabupaten Subang walaupun pertumbuhannya lambat.

Komponen Pertumbuhan Nasional

Wilayah ke-j Sektor ke- i

Wilayah ke-j Sektor ke- i

Komponen Pertumbuhan Proposional

Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Maju

Lambat

41

Adhitia Kusuma Negara (2009) dengan judul “Kontribusi Sektor-Sektor

Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Tangerang Periode

2003-2007” pada penelitian ini tujuan yang diambil yaitu 1) mengidentifikasi

sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang 2) menganalisis pertumbuhan

dan daya saing sektor- sektor unggulan tersebut, serta 3) merumuskan kebijakan

pemerintah Kabupaten Tangerang dalam meningkatkan sektor-sektor yang dinilai

strategis di Kabupaten Tangerang. Data yang digunakan adalah data PDRB

Kabupaten Tangerang periode 2003-2007 dan data PDRB Provinsi Banten 2003-

2007 menurut sektor –sektor ekonomi. Metode analisis yang digunakan adalah

pendekatan Location Quetion dan analisi Shift Share. Hasil penelitian dengan

menggunakan pendekatan location quetient menunjukan bahwa sektor-sektor

ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Tangerang berdasarkan

terunggul adalah sektor listrik, gas dan air bersih; sektor industri pengolahan;

sektor pertanian serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan analisis shift share, sektor

unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat hanya sektor jasa-jasa

(Ppij > 0). Walaupun demikian , sektor jasa-jasa bukanlah sektor ekonomi yang

pertumbuhannya paling cepat. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan

tercepat justru terdapat pada sektor non unggulan keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, sektor non unggulan bangunan, serta sektor non unggulan

pengangkutan dan komunikasi. Dilihat dari daya saingnya, semua sektor ekonomi

mempunyai daya saing yang baik (PPWij > 0). Namun, dari seluruh sektor

42

unggulan hanya sektor listrik, gas dan air bersih yang memiliki daya saing

tertinggi, Jika diurutkan sektor yang daya saingnya tertinggi yaitu: sektor

unggulan listrik, gas dan air bersih, sektor non unggulan pengangkutan dan

komunikasi serta sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran.

Dari seluruh sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang , tidak

semua sektor unggulan mempunyai penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Sektor-

sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja yang tinggi adalah sektor non

unggulan perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor unggulan industri dan

sektor unggulan jasa-jasa. Oleh karena itu meningkatkan perekonomian

Kabupaten Tangerang, pemerintah memprioritaskan dan mengembangkan sektor

jasa-jasa, karena selain sektor tersebut merupakan sektor unggulan yang

mempunyai pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing tinggi, sektor tersebut

menyerap tenaga kerja yang cukup besar.

Cholif Prasetio Wicaksosno (2010) dalam skripsi yang berjudul “ Analisis

Disparitas Pendapatan Antara Kabupaten/Kota Dan Pertumbuhan Ekonomi Di

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007”. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa

Tengah secara keseluruhan terus mengalami peningkatan pada tahun 2003 hingga

2007 pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah sekitar 5%, sedangkan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah masih banyak

yang berada di bawah 5%. Perbedaan pertumbuhan ekonomi tiap daerah di

Propinsi Jawa Tengah mengidentifikasikan adanya disparitas pendpatan.

43

Disparitas pendapatan antar daerah dapat meyebabkan permasalah

pembanguan dan ketidakstabilan perekonomian. Penelitiann ini bertujuan untuk

menganalisis besarnya disparitas antar daerah dan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten/Kota, menganalisis sektor-sektor yang berpotensi dikembangkan guna

mendorong pertumbuhan ekonomi, mengklasifikasi daerah dan sektor-sektor

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah berdasarkan laju pertumbuhan dan

pendapatan perkapitanya/kontribusinya. Metode analisis yang digunakan adalah

analisis pertumbuhan ekonomi, Locatoin Quotient (LQ), Shift Share (SS),

Tipologi Klassen, Indeks Williamson dan Indeks Theil.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa, sektor industri pengolahan dan

sektor pertanian termasuk sektor yang berpotensi untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi tiap Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah. Masih banyak daerah

Propinsi Jawa Tengah yang tergolong dalam daerah relatif tertinggal, tercatat

sebanyak 14 kabupaten termasuk daerah relatif tertinggal. Disparitas pendapatan

antar daerah di Propinsi Jawa Tengah tahun 2003-2007 tergolong tinggi (> 0,5)

dan mengalami kecenderungan menurun. Sementara itu hipotesis ‘U’ kuznets

yang menggambarkan hubungan antara pertumbuhan dengan ketimpangan tidak

berlaku di Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan temuan tersebut saran yang

disampaikan untuk mengurangi disparitas pendapatan antar Kabupaten/Kota

adalah menerapkan kebijakan pembagian yang memprioritaskan pada daerah-

daerah yang relatif tertinggal.

44

Sondari (2007) dengan judul ”Analisis Sektor Unggulan Dan Kinerja

Ekonomi Provinsi Jawa Barat Periode 2001-2005” menggunakan metode analisis

LQ dan hasilnya menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 2001-2005, sektor

yang menjadi sektor basis dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat

yaitu Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih, Sektor Industri Pengolahan serta Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari adanya sektor – sektor ekonomi

unggulan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan.

Sektor-sektor unggulan tersebut apa bila terus dikembangkan, akan membantu

meningkatkan perekonomian wilayah Kota Tangerang Selatan selanjutnya,

Begitupun dengan karakteristik wilayah yang kuat jika di kembangkan akan

menjadi wilayah yang potensial. Laju pertumbuhan ekonomi yang berasal dari

perubahan PDRB menurut 9 sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha ini

dianalisis dengan menggunakan Metode Shift Share (S-S) dimana sektor-sektor

tersebut akan menagalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Metode LQ digunakan untuk menentukan sektor-sektor unggulan, dari

PDRB tersebut dapat menjadi acuan prioritas sektor- sektor unggulan yang sangat

potensial untuk dikembangkan sehingga pada akhirnya akan menciptakan

45

pertumbuhan Kota Tangerang Selatan yang berkelanjutan. Secara skematis,

kerangka pemikiran dapat dijelaskan pada gambar 3.

46

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Location Quentient (LQ) Analisis Shift Share (S-S)

PDRB Kota Tangerang Selatan Atas Dasar Harga

Konstan

Sektor-Sektor Unggulan Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-Sektor

Unggulan

Sektor Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan

Studi Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Melalui Pendekatan Sektor-Sektor Unggulan

Karakteristik Wilayah Kota Tangerang Selatan

1. Sektor Pertanian 2. Sektor Penggalian dan

Pertambangan 3. Sektor industri 4. Sektor listrik,gas dan air

bersih 5. Sektor bangunan dan

kontruksi 6. Sektor perdagangan, hotel

dan restoran 7. Sektor pengangkutan dan

komunikasi 8. Sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan

9. Sektor jasa-jasa

Potensi Dan Prospek Kota Tangerang Selatan

47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data

sekunder yaitu data PDRB sektor- sektor ekonomi menurut lapangan usaha di

Kota Tangerang Selatan Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 dan data PDRB

sektor- sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Provinsi Banten periode

2007 - 2008 .

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah:

1. Wawancara

wawancara merupakan pertemuan 2 orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab. Sehingga dapat dikontruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Wawancara dalam penelitian ini menggabungkan

teknik observasi partisipatif dengan wawancara yang mendalam (in dept

interview). Jenis wawancara ini menggunakan wawancara semi-terstruktur

yang sudah termasuk kedalam kategori in dept interview, dimana dalam

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

48

terstruktur dan peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

yang dikemukakan oleh informan (Narbuko dan Achmadi, 2003:83)

2. Data Sekunder

Data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha dikota

Tangerang Selatan dari Tahun 2007 sampai Tahun 2008 dan data PDRB

sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha Provinsi Banten

2007-2008. Data ini diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kota

Tangerang Selatan, BPS Provinsi Banten, BPS pusat, BAPPEDA Kota

Tangerang Selatan.

Peneliti menggunakan data tahun 2007 sampai tahun2008 karena kondisi

perekonomian di Kota Tangerang Selatan sudah dapat dilihat jangka

waktu tersebut. Selain itu juga Kabupaten Tangerang mengalami

pemekaran wilayah.

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Analisis LQ ( Location Quotient)

Dalam analisis ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i

pada daerah bawah terhadap pendapat total semua sektor di daerah bawah dengan

pendapatan disektor i pada daerah terhadap pendapatan total semua sektor di

daerah atasnya.

49

Menurut Richardson dalam Adisasmita (2005:28) analisis basis ekonomi

Rumus LQ dapat dituliskan :

LQ = Sib / Sb Sia / Sa

Keterangan :

Sib : Pendapatan sektor i pada daerah bawah ( Kota Tangerang Selatan )

Sb : Pendapatan total semua sektor daerah bawah ( Kota Tangerang Selatan )

Sia : Pendapatan sektor i pada daerah atas ( Propinsi Banten)

Sa : pendapatan total semua sektor daerah atas ( Propinsi Banten)

Jika nilai LQ > 1 maka sektor i dikategorikan sektor unggulan, artinya

peranan suatu sektor dalam perekonomian Kota Tangerang Selatan lebih besar

dari pada peranan sektor tersebut dalam perkonomian Provinsi Banten.

Sebaliknya, apabila nilai LQ< 1 maka sektor i dikatagorikan sebagai sektor non

unggulan, artinya peranan suatu sektor dalam perekonomian Kota Tangerang

Selatan lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian

Propinsi Banten. Sedangkan LQ = 1 , maka ada kecenderungan sektor tersebut

bersifat tertutup karena tidak melakukan transaksi ke dan dari luar

daerah/wilayah, namun kondisi seperti ini sulit ditemukan dalam sebuah

perkonomian wilayah.

50

3.3.2 Analisis S-S (shift share)

Dalam menggunakan analisis shift share, langkah-langkah yang perlu

dilakukan adalah:

1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah

yang akan dianalisis adalah wilayah Kota Tangerang Selatan.

2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator

kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang

dicerminkan dari nilai PDRB kota Tangerang Selatan dan Propinsi Banten.

Sedangkan periode analisis digunakan dari Tahun 2007 sampai dengan

tahun 2008.

3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang

dianalisis dalam penelitian ini adalah sektor ekonomi berdasarkan

lapangan usaha yang terdiri dari sektor, yaitu : Sektor Pertanian;

Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air

Bersih; Bangunan/Kontruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran;

Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan, serta Jasa-Jasa.

4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi, dengan menghitung

persentase perubahan PDRB:

%∆Yij = [(Y’ij - Yij )/ Yij ] · 100%

Keterangan :

51

∆Yij = Perubahan pendapatan sektor i pada wilayah j

Yij = Pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

Y’ij

5. Menghitung Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi yang terdiri dari:

= Pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis

a. ri

ri = (Y’ij - Yij)/ Yij

b. Ri

; dengan ri adalah rasio pendapatan sektor i pada

wilayah j.

Ri = (Y’i - Yi)/ Yi ; dengan Ri adalah rasio pendapatan (provinsi) dari

sektor i, Y’i adalah pendapatan (propinsi) dari sektor i pada tahun

akhir analisis, dan Yi

c. Ra

adalah pendapatan (propinsi) dari sektor i pada

tahun dasar analisis

Ra = (Y’..-Y..) / Y.. ; dengan Ra adalah rasio pendapatan (propinsi),

Y’.. adalah pendapatan (propinsi) pada tahun akhir analisis, dan Y..

6. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah

adalah pendapatan (propinsi) pada tahun dasar analisis

a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

52

PRij = (Ra) Yij

Keterngan =

Prij = Komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah j

Yij

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

= Pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

PPij = (Ri-Ra) Yij ; dimana PPij adalah komponen pertumbuhan

proporsional sektor i untuk wilayah j. Apabila:

PPij < 0, menunjukan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya

lambat.

PPij

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

> 0, menunjukan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya

cepat.

PPWij = (ri-Ri)Yij dimana PPWij adalah Komponen Pertumbuhan

Pangsa Wilayah sektor i untuk wilayah j. Apabila:

PPWij > 0, berarti sektor i pada wilayah j mempunyai daya saing yang

baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

PPWij

d. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan :

< 0, berarti sektor i pada wilayah j mempunyai daya saing yang

kurang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

%PNij = (PNij) / Yij* 100%

%PPij = (PPij) / Yij* 100%

53

%PPWij = (PPWij) / Yij

1. Pendekatan produksi, PDRB diartikan dihitung berdasarkan jumlah nilai

produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi

dalam suatu wilayah atau region pada jangka waktu tertentu, biasanya

setahun dan disebut produk regional.

* 100%

3.4 Definisi Operasional

PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi

ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu adalah data Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun dasar harga

konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku adalah PDRB yang dinilai berdasarkan

harga pada tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun

komponen nilai tambah.

PDRB atas dasar harga konstan adalah PDRB yang di nilai berdasarkan

harga pada tahun tertentu atau tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya

antara maupun komponen nilai tambah.

Untuk menghitung PDRB, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan,

yaitu:

54

2. Pendekatan pendapatan, PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh

factor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu

daerah dalam jangka waktu tertentu.

3. Pendekatan pengeluaran, PDRB adalah jumlah nilai pengeluaran konsumsi

rumah tangga, pemerintah, lembaga nirlaba, pembentukan modal tetap

domestik bruto, perubahan stok dan Ekpor neto (Ekpor neto merupakan

ekspor dikurangi impor)

Moderenitas adalah perubahan–perubahan masyarakat yang bergerak dari

keadaaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju suatu

masyarakat yang modern.

55

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN

4.1 Sejarah dan Kondisi Umum Kota Tangerang Selatan

Pada masa penjajahan Belanda, wilayah ini masuk ke dalam Karesidenan

Batavia dan mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku

Betawi, dan Suku Tionghoa. Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di

Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri

Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Wilayah ini merupakan pemekaran

dari Kabupaten Tangerang. Rencana ini berawal dari keinginan warga di wilayah

selatan untuk mensejahterakan masyarakat. Pada tahun 2000, beberapa tokoh dari

kecamatan-kecamatan mulai menyebut-nyebut Cipasera sebagai wilayah otonom.

Warga merasa kurang diperhatikan Pemerintah Kabupaten Tangerang sehingga

banyak fasilitas terabaikan.

Pada 27 Desember 2006, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Tangerang menyetujui terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Calon kota otonom

ini terdiri atas tujuh kecamatan, yakni, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok

Aren, Cisauk, dan Setu. Wilayah ini berpenduduk sekitar 966.037 jiwa. Pada 22

Januari 2007, Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Tangerang menetapkan Kecamatan Ciputat sebagai pusat pemerintahan

Tangerang Selatan. Dalam rapat yang dipimpin Ketua DPRD Endang Sujana,

56

Ciputat dipilih secara aklamasi. Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Banten mulai membahas berkas usulan pembentukan Kota Tangerang mulai 23

Maret 2007. Pembahasan dilakukan setelah berkas usulan dan persyaratan

pembentukan kota diserahkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ke Dewan

pada 22 Maret 2007. (Wikipedia, 11:55)

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan

secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan)

kelurahan dan 5 (lima) desa dengan luas wilayah 147,19 Km2. 7 kecamatan Kota

Tangerang Selatan terdiri dari Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur,

Setu, Pamulang, Pondok Aren.

Menurut Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008, luas

wilayah kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan

(yang kemudian diambil sebagai luas wilayah kota Tangerang Selatan) adalah

sebesar 150,78 Km2 sedangkan menurut Kompilasi Data untuk Penyusunan

RTRW Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 147,19 Km2 dengan rincian luas

kecamatan masing-masing yang berbeda pula. Angka yang digunakan adalah

147,19 Km2 karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten.

Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

57

- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota

Tangerang

- Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota

Depok

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel 1.

Kecamatan dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas

2.988 Ha atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan

kecamatan dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 1.480Ha atau

10,06%.

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase terhadap

luas kota (%) 1 Serpong 2,404 16.33% 2 Serpong Utara 1,784 12.12% 3 Ciputat 1,838 12.49% 4 Ciputat Timur 1,543 10.48% 5 Pamulang 2,682 18.22% 6 Pondok Aren 2,988 20.30% 7 Setu 1,480 10.06%

Kota Tangerang Selatan 14,719 100.00%

Sumber :Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 Dalam Kompilasi Data Untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

58

Bagian barat wilayah Kota Tangerang selatan yang berbatasan dengan

kabupaten Tangerang sesuai untuk pertanian lahan kering, sedangkan untuk

sebagian besar bagian utara wilayah Kota Tangerang Selatan kurang sesuai baik

untuk pertanian tanaman lahan kering maupun lahan basah. Bagian selatan

wilayah Kota Tangerang selatan sebagian digunakan untuk lahan pertanian

tanaman lahan basah dan pengembangan tambak, walaupun lahan ini kurang

sesuai untuk pertanian lahan basah maupun kering, namun saat ini telah diatasi

dengan sistem irigasi dan pompanisasi.

Penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.051.374 jiwa pada

tahun 2007, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 532.670 Jiwa

sedangkan perempuan 518.704 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,69,

yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan

jumlah perempuan. Kepadatan penduduk kota tersebut mencapai

7.143 orang /km2. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari angka kepadatan

Kabupaten induk (Kabupaten Tangerang dengan 36 kecamatan) yaitu

3.154,08 orang/km2. Kepadatan tertinggi terdapat di ciputat timur

(9.769 orang/km2) dan kepadatan terendah disetu (3.614 orang/km2).

59

Tabel 2.Perbandingan Demografi Kota Tangerang Selatan Dengan Kabupaten Tangerang Dengan 36 Kecamatan Dan Kabupaten Tangerang Dengan 29 Kecamatan

Demografi Kab.Tangerang

36 kecamatan Kota Tangerang

Selatan 7 kecamatan

Kab.Tangerang 29 kecamatan

Kelurahan 77 49 28 Desa 251 5 246 Jumalh (orang ) 3.502.226 1.051.374 2450.852 Luas wilayah (Km2)*)

1.110,38 147,19 959,60

Kepadatan (orang/km2)

3.154,08 7.143 2.554,04

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan 2008

Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota Tangerang Selatan tahun

2008 adalah 102,69 artinya komposisi penduduk laki-laki lebih banyak di

bandingkan penduduk perempuan. Kecenderungan sex rasio diatas 100 di

mungkinkan dengan banyaknya pendatang yang terserap di lapangan pekerjaan

khususnya sektor industri dan perdagangan/ jasa masih didominasi oleh kalangan

laki-laki.

Jika dilihat dari umur, persentase terbesar penduduk Kota Tangerang

Selatan tahun 2008 adalah pada kelompok 15-60 tahun yaitu sekitar 68,6 %,

sedangkan kelompok umur 0 – 14 tahun sekitar 27,94 persen dan kelompok umur

60 tahun keatas berjumlah 3,47 persen. Komposisi jumlah penduduk menurut

kelompok umur tersebut menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk di

kota tangerang selatan sekitar 50,51 atau dengan kata lain dari 100 usia produktif

menanggung 49,49 penduduk tidak produktif.

60

4.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan

Sebelum Kota Tangerang Selatan disahkan, PJS Walikota Kota Tangerang

Selatan telah mengintruksikan kepada Kepala Bagian Organisasi Kabupaten

Tangerang untuk menyusun SOTK Pemerintah Kota Tangerang Selatan. "Ini

bertujuan agar pemerintahan dapat langsung dijalankan, setelah penjabat wali kota

dilantik. SOTK Kota Tangerang Selatan yang telah tersusun adalah untuk

sekretaris daerah 1, asisten daerah 2, dinas 7, badan 3, kantor 6, dan bagian 2.

Adapun untuk penyerahan pegawai, eselon II A 1 orang, eselon II B 15 orang,

eselon III A 32 orang, eselon III B 61 orang, eselon IV A 314 orang, dan

fungsional 4.188 orang.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 41 Tahun 2007 yang telah diatur dalam Peraturan Walikota Tangerang

Selatan Nomor 1 Tahun 2009 dan diubah oleh Peraturan Walikota Tangerang

Selatan Nomor 7 Tahun 2009 terdiri dari 3 Asisten, Sekretariat DPRD, 11 Dinas

Daerah, 8 Lembaga Teknis Daerah, 5 Staf Ahli, Inspektorat KOTA, Kantor

Satuan Pamong Praja, Kecamatan dan Kelurahan.

61

4.3 Ketenaga Kerjaan

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting bagi pembangunan

ekonomi daerah yang ada akhirnya mengurangi angka pengangguran sehingga

dapat berdampak memperkecil tingkat kemiskinan pada masyarakat. Indikator

ketenagakerjaan yang dapat memberikan gambaran tentang seberapa besar

keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi produktif adalah tingkat

partisipasi angkatan kerja (TPAK). TPAK merupakan persentase penduduk

(10 tahun ke atas) yang tergolong angkatan kerja.

Penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.051.374 jiwa pada tahun

2007, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 532.670 jiwa

sedangkan perempuan 518.704 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,69,

yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan

jumlah perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun

2008 menunjukkan bahwa kelompok umur dengan jumlah penduduk terbesar

adalah 0 – 4 tahun, yaitu sebesar 9,69% sedangkan kelompok umur dengan

jumlah penduduk terkecil adalah ≥ 60, yaitu sebesar 3,47%.

Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur diolah dari Kompilasi

Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan. Karena ada

ketidakcocokan antara jumlah total penduduk yang ada dalam Kabupaten

Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008 yang digunakan sebagai acuan, angka

62

yang digunakan adalah angka persentase dan bukan angka absolut dengan asumsi

bias tersebar ke dalam semua kelompok data.

Pada sektor ketenagakerjaan, Pemerintah Kota Tangerang Selatan

menyusun kebijakan, strategi dan penyusunan program dibidang ketenagakerjaan

berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Berdasarkan tingkat pendidikan pencari kerja yang tercatat pada

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang pada tahun 2007, pencari kerja dengan

tingkat pendidikan SLTA merupakan kelompok pencari kerja terbesar dengan

jumlah 9.690 orang dari total 16.426 orang atau sebesar 58,99%. Pencari kerja

dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi (DI-DII, DIII dan Sarjana) juga

tercatat cukup besar yaitu berjumlah 3.297 orang atau 20,07%. Pencari kerja tak

tamat SD hanya sebanyak 16 orang atau 0,1%. Jumlah penduduk menurut jenis

pekerjaan pada tahun 2009, penduduk Kota Tangerang Selatan banyak yang

bekerja pada instansi BUMN/BUMD/Swasta dengan jumlah 521.192 orang atau

50,01% sedangkan yang bekerja pada sektor peternakan hanya berjumlah 210

orang atau 0,02 %. (Kompilasi Data Awal Kota Tangerang Selatan,2009).

63

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL 5.1.1 Sektor –Sektor Ekonomi Kota Tangerang Selatan Berdasarkan

PDRB Periode 2007-2008

Struktur ekonomi di Kota Tangerang Selatan selama dua tahun terakhir

2007 – 2008 didominasi oleh kelompok sektor sekunder dan tersier, namun

utamanya adalah didominasi kelompok sekunder. Pada tahun 2007, pembentukan

PDRB tetap didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar

1,14 Triliun hampir setengah nilai PDRB Kota Tangerang Selatan. Kemudian

diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mempunyai

peranan sebesar 438 miliar. Dilihat struktur perkembangan perekonomian Kota

Tangerang Selatan berikut 9 sektor yang berpotensi mampu di berperan dalam

mengembangkan wilayah Kota Tangerang Selatan selama kurun waktu 2007

hingga 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. PDRB ADH Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Kota tangerang Selatan Periode 2007-2008

Lapangan Usaha PDRB 2007 PDRB 2008

1. Pertanian 44.001,03 43.892,23 2. Pertambangan dan Penggalian 1.069,88 1.076,56 3. Industri Pengolahan 933.461,05 935.085,02 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 184.743,51 194.447,48 5. Banggunan 319.450,27 326.480,24 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.146.690,37 1.314.808,14 7. Pengangkutan dan Komunikasi 778.686,27 820.451,71 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 438.010,21 490.496,60

64

Perusahaan 9. Jasa-Jasa 545.877,46 583.018,15

Total PDRB 4.391.990,06 4.709.756,14 Sumber. BPS Kota Tangerang Selatan 2007 5.1.2 Sektor-Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan Periode 2007-2008

Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)

Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan ini adalah Location

Quotient atau yang biasa disebut LQ. Indikator yang dipakai pada pendekatan LQ

ini adalah indikator pendapatan PDRB, sehingga dapat diketahui apakah suatu

sektor merupakan sektor unggulan atau non unggulan dalam kaitannya dengan

menghasilkan pendapatan bagi perekonomian wilayah Kota Tangerang Selatan.

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data pendapatan wilayah

(PDRB) Kota Tangerang Selatan atas dasar harga konstan dan Provinsi Banten

sebagai wilayah yang lebih luas. Data ini diambil pada periode 2007-2008.

Periode 2007-2008 dijadikan tahun penelitian karena Kota Tangerang Selatan

mengalami pemekaran wilayah dan telah mengalami pertumbuhan dilihat lewat

melalui kecamatan.

Tabel 4. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Pendapatan

Wilayah Periode 2007-2008

lapangan usaha 2007 2008 Pertanian 0.12 0.11 Pertambangan dan penggalian 0.22 0.19 Industri pengolahan 0.43 0.42 Listrik, gas dan air bersih 1.04 1 Banggunan 2.51 2.37 Perdagangan, hotel dan restoran 1.32 1.35

65

Pengangkutan dan komunikasi 1.89 1.93 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3.03 2.87 Jasa-jasa 2.68 2.52

Sumber ;BPS Kota Tangerang Selatan 2008 (Diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ),

sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor unggulan di kota tangerang selatan

berdasarkan yang terunggul adalah, 1. Sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, 2. Sektor jasa-jasa, 3. Sektor bangunan, 4. Sektor pengangkutan dan

komunikasi, 5. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, 6. Sektor listrik, gas dan

air bersih.

5.1.3 Pertumbuhan Dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Analisis Shift Share

5.1.3.1 Pertumbuhan Total PDRB Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi

Banten

Persentase pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kota Tangerang

Selatan pada periode 2007-2008 menunjukkan peningkatan kontribusi sebesar

7,24 persen (Tabel 2). Pada tahun 2007 nilai riil PDRB Kota Tangerang Selatan

atas harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 4.39 triliun dan meningkat pada

tahun 2008 menjadi Rp. 4,71 triliun, sehingga pada periode 2007-2008 terjadi

peningkatan dengan pertumbuhan sekitar Rp.317 miliar atau 7,24 persen.

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan sektor

perekonomian tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu

sebesar 14,66 persen. Pada tahun 2007 kontribusi yang diberikan terhadap PDRB

66

Kota Tangerang Selatan adalah sebesar Rp. 1,14 triliun dan meningkat menjadi

Rp.1.31 triliun pada tahun 2008, sehingga pada periode 2007-2008. Sektor

perdagangan, hotel dan restoran di Kota Tangerang Selatan tumbuh sangat pesat

karena bermunculannya pusat-pusat perbelanjaan baru dari awal tahun 2007

sampai tahun 2008 masih marak di wilayah Kota Tangerang Selatan. Sektor ini

juga merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi jika dibandingkan dengan

sektor lainnya. Sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan motor utama

pada sektor tersebut, dimana kontribusi NTB-nya PDRB mencapai 16,08 persen

pada tahun 2008. Dan sub sektor restoran mengalami pertumbuhan 12,29 persen

dengan peranan sebesar 12,40 persen terhadap total PDRB.

Tabel 5. Perubahan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008 (juta rupiah)

Lapangan Usaha PDRB 2007 PDRB 2008 ∆ PDRB Persen Pertanian 44,001.03 43,892.23 -108.80 -0.25 Pertambangan dan penggalian 1,069.88 1,076.56 6.68 0.62 Industri pengolahan 933,461.05 935,085.02 1,623.97 0.17 Listrik, gas dan air bersih 184,743.51 194,447.48 9,703.97 5.25 Banggunan 319,450.27 326,480.24 7,029.97 2.20 Perdagangan, hotel dan restoran 1,146,690.37 1,314,808.14 168,117.77 14.66 Pengangkutan dan komunikasi 778,686.27 820,451.71 41,765.44 5.36 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 438,010.21 490,496.60 52,486.39 11.98 Jasa-jasa 545,877.46 583,018.15 37,140.69 6.80 Total PDRB 4,391,990.06 4,709,756.14 317,766.08 7.24 Sumber. BPS Kota Tangerang Selatan 2008 (diolah)

67

Persentase pertumbuhan sektor perekonomian terendah adalah sektor

pertanian yang tumbuh sebesar -0,25 persen. Pada tahun 2007 kontribusi yang

diberikan terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan adalah sebesar Rp. 44 miliar

dan menurun pada tahun 2008 menjadi Rp 43,8 miliar, serta penurunan PDRB

sebesar -108,8 miliar. Pada tahun 2008 kontribusi sub sektor pertanian tidak ada

yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2007, semuanya

turun meskipun tidak signifikan, kecuali sub sektor perikanan yang mempunyai

peranan tetap seperti tahun sebelumnya yaitu 0,03 persen. Penurunan paling besar

terdapat pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang kontribusinya turun

menjadi 0,39 persen. Pertumbuhan sektor pertanian tahun 2008 sebesar (-0,25)

persen. Semua sub sektor mengalami pertumbuhan yang negatif, hanya sub sektor

tanaman perkebunan yang mengalami pertumbuhan yang positif sebesar

0,24 persen. Hal ini menyebabkan keberadaaan sektor pertanian semakin lama

menghilang di Kota Tangerang Selatan.

Pada pertumbuhan PDRB di Provinsi Banten yang mengalami

peningkatan sebesar Rp.3,78 triliun yaitu sebesar 5,81 persen pada periode 2007-

2008. Pada tahun 2007 nilaii riil PDRB Provinsi Banten atas harga konstan 2000

adalah sebesar Rp.65,04 triliun dan meningkat pada tahun 2008 menjadi

Rp.68,83 triliun.

68

Tabel 6. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008 (juta rupiah)

Lapangan Usaha PDRB 2007 PDRB 2008 ∆ PDRB Persen Pertanian 5,242,350.50 5,408,861.73 166,511.23 3.17 Pertambangan dan penggalian 69,292.80 79,151.12 9,858.32 14.22 Industri pengolahan 31,496,751.70 32,225,075.20 728,323.50 2.31 Listrik, gas dan air bersih 2,629,581.30 2,833,527.01 203,945.71 7.755 Banggunan 1,880,273.90 2,010,388.56 130,114.66 6.91 Perdagangan, hotel dan restoran 12,800,800.90 14,202,996.50 1,402,195.60 10.95 Pengangkutan dan komunikasi 5,780,569.90 6,200,675.31 420,105.41 7.26 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2,138,061.80 2,489,875.78 351,813.98 16.45 Jasa-jasa 3,009,098.00 3,380,093.59 370,995.59 12.32 Total PDRB 65,046,775.80 68,830,644.80 3,783,869.00 5.81 Sumber. BPS Provinsi Banten Tahun 2008 (diolah)

Sektor perekonomian yang laju pertumbuhannya terbesar adalah sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 16,45 persen. Sektor ini

memiliki PDRB senilai Rp. 2,13 triliun di tahun 2007 dan meningkat menjadi

Rp.2,48 triliun pada tahun 2008. Sedangkan laju pertumbuhan perekonomian

terendah terjadi pada sektor pertanian yaitu 3,17 persen.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki perubahan PDRB terbesar

yaitu sebesar Rp. 1,40 triliun . nilai ini diperoleh darii selisih antara PDRB sektor

perdagangan, hotel dan restoran tahun 2008 sebesar Rp. 14,20 triliun dengan

PDRB sektor yang sama tahun 2008 sebesar Rp. 12,80 triliun. Perubahan PDRB

terendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar

69

Rp 9,58 miliar yang didapat dari selisih antara PDRB sektor tersebut pada tahun

2008 sebesar Rp. 79,15 miliar dengan PDRB sektor yang sama pada tahun 2007

sebesar Rp.69,29 miliar.

5.1.3.2 Rasio PDRB Total dan Sektoral Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten Tahun 2007-2008

Secara garis besar , dapat dilihat bahwa selama periode 2007-2008

kontribusi seluruh sektor perekonomian di Kota Tangerang Selatan maupun

Provinsi Banten mengalami peningkatan. Setiap sektor memiliki Rasio yang

berbeda-beda, baik pada PDRB Kota Tangerang Selatan maupun PDRB Provinsi

Banten. Rasio tersebut tercermin dari nilai Ra, Ri, ri.

Nilai Ra didapat dari perhitungan selisih antara jumlah PDRB Provinsi

Banten tahun 2008 dengan jumlah PDRB Provinsi Banten Tahun 2007 dibagi

dengan jumlah PDRB Provinsi Banten Tahun 2007. Antara tahun 2007-2008,

nilai Ra adalah sebesar 0.05 (tabel 4). Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan

ekonomi Provinsi Banten meningkat sebesar 0,05

Nilai Ri diperoleh dari hasil perhitungan selisih antara PDRB Provinsi

Banten sektor i pada tahun 2008 dengan PDRB Provinsi Banten sektor i pada

tahun 2007 dibagi dengan PDRB Provinsi Banten sektor i pada tahun 2007.

Seluruh sektor perekonomian di Indonesia memiliki nilai Ri yang positif karena

terjadi peningkatan kontribusi pada masing-masing sektor perekonomian.

70

Tabel 7. Rasio Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten (Nilai Ra, Ri, dan ri) Lapangan usaha Ra Ri ri Pertanian 0.05 0.03 0.002 Pertambangan dan Penggalian 0.05 0.14 0.006 Industri Pengolahan 0.05 0.02 0.001 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.05 0.07 0.05 Banggunan 0.05 0.06 0.02 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.05 0.1 0.14 Pengangkutan dan Komunikasi 0.05 0.07 0.05 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.05 0.16 0.11 Jasa-Jasa 0.05 0.12 0.06

Sumber. BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2007 dan 2008 (diolah)

Nilai Ri paling besar terdapat pada sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan yaitu sebesar 0,16. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah yang terbesar di Provinsi

Banten. Sedangkan nilai Ri terkecil terdapat pada sektor pertanian, yaitu sebesar

0,03 karena adanya konvensi lahan yang menjadi pusat perdagangan, pemukiman

dan industri.

Nilai ri di dapat dari perhitungan selisih antara PDRB sektor i di Kota

Tangerang Selatan tahun 2008 dengan PDRB sektor i di Kota Tangerang Selatan

tahun 2007 dibagi dengan PDRB sektor i di Kota Tangerang Selatan tahun 2007.

Berdasarkan tabel 7, semua sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan

mengalami peningkatan kontribusi sehingga semua sektor memiliki nilai ri yang

positif. Nilai ri terbesar ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran

71

sebesar 0,14 karena sektor ini sangat meningkat pesat ditiap tahunnya dan masih

marak dan berkembang sampai sekarang. Diantaranya sub sektor perdagangan

besar dan eceran merupakan motor utama pada sektor tersebut menyebabkan

bermunculannya pusat-pusat perbelanjaan pada skala besar maupun skala kecil di

Kota Tangerang Selatan.

5.1.3.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun 2007-2008

Dalam pembangunan wilayah Kota Tangerang Selatan, dipengaruhi oleh

faktor komponen pertumbuhan wilayah. Komponen tersebut terdiri dari

komponen Pertumbuhan Regional(PR), Komponen Pertumbuhan Proposional

(PP) dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Jika ketiga komponen

pertumbuhan wilayah tersebut bernilai positif, maka laju pertumbuhan sektor-

sektor perekonomian di Kota Tangerang Selatan semakin meningkat dari tahun ke

tahun.

Komponen pertumbuhan regional merupakan hasil kali antara rasio PDRB

Provinsi Banten dengan PDRB sektor i pada Kota Tangerang Selatan tahun 2007.

Komponen ini dapat terjadi karena adanya perubahan kebijakan ekonomi

ditingkat Provinsi. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh adanya perubahan dalam

hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor di Kota Tangerang

Selatan. Jika ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten

tahun 2007-2008 telah mempengaruhi peningkatan PDRB Kota Tangerang

Selatan sebesar Rp. 4,39 triliun (25 persen).

72

Tabel 8. Analisis shift share Menutut Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2007-2008

lapangan usaha PRij PRij Persen Pertanian 2200.052 5 Pertambangan dan Penggalian 53.494 5 Industri Pengolahan 46673.05 5 Listrik, Gas dan Air bersih 9237.176 5 Banggunan 15972.51 5 Perdagangan, Hotel dan Restoran 57334.52 5 Pengangkutan dan Komunikasi 38934.31 5 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 21900.51 5 Jasa-Jasa 27293.87 5 Total 219599.5 5

Sumber.BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah) Berdasarkan Tabel 8, semua sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan

mengalami peningkatan Kontribusi dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran

sebagai sektor yang mengalami peningkatan kontribusi terbesar yaitu sebesar

Rp.286,67 miliar. Sedangkan sektor yang mengalami peningkatan kontribusi

terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai Pertumbuhan

Regional (PR) sebesar Rp 267,47 juta. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang sangat mempengaruhi

perkembangan dan pembangunan Kota Tangerang Selatan sebagai Kota mandiri.

Dari analisis sebelumnya sektor perdagangan, hotel dan restoran pun mejadi

sektor yang terus berkembang dan pertumbuhannya meningkat.

Komponen pertumbuhan proposional sebagai komponen pertumbuhan

wilayah yang kedua. Komponen ini didapat dari hasil kali antara PDRB Kota

73

Tangerang Selatan sektor i Tahun 2007 dengan selisih antara Ri dan Ra. Hasilnya

perhitungannya dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proposional, Tahun 2007-2008

Lapangan Usaha PPij PPij Persen

Pertanian -880.021 -2 Pertambangan dan Penggalian 96.2892 -9 Industri Pengolahan -28.003.8 -3 Listrik, Gas dan Air bersih 3.694.87 2 Banggunan 3.194.503 1 Perdagangan, Hotel dan Restoran 57.334.52 5 Pengangkutan dan Komunikasi 15.573.73 2 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 48.181.12 11 Jasa-Jasa 38.211.42 7 Total 35.135.92 0.8

Sumber.BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

Jika dilihat dari tabel 9, sektor unggulan dengan nilai PP positif (PPij>0)

adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 57,33 miliar

(5 persen). Sektor ini merupakan sektor unggulan yang pertumbuhannya cepat.

Sementara itu sektor unggulan lainnya memiliki nilai PP negatif adalah sektor

pertanian dan sektor industri pengolahan.

Sektor pertanian memiliki nilai PP Rp.-880,02 miliar (-2 persen), hal ini

dikarenakan wilayah Kota Tangerang Selatan bukan menjadi leading sektor bagi

pengembangan wilayah, terlihat semakin sempitnya lahan pertanian yang beralih

fungsi menjadi daerah jasa, pemukiman dan perdagangan. Sektor industri

pengolahan memiliki nilai PP sebesar Rp. -28 miliar (-3 persen)., hal ini

disebabkan karena peran Kota Tangerang Selatan terhadap sektor industri tidak

74

memenuhi kapasitas sebagai industri pengolahan, sehingga wilayah Tangerang

Selatan hanya sebagai ekportir dari wilayah lainnya. Kedua sektor non unggulan

tersebut tergolong sektor yang pertumbuhannya lambat (PPij < 0). Semua sektor

yang unggulan dan non unggulan memiliki nilai PP yang positif sehingga sektor-

sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat.

Untuk komponen pangsa wilayah, sektor yang memiliki nilai PPWij > 0

tergolong sektor yang memiliki daya saing baik, sedangkan untuk sektor yang

memilki nilai PPWij <0 maka sektor tersebut termasuk sektor yang mempunyai

daya saing kurang baik . dalam tabel 7, sektor yang mempunyai nilai PPWij > 0

adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Lihat pada tabel 10.

Tabel 10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2007-2008

lapangan usaha PPWij PPWij Persen Pertanian -1320.03 -3 Pertambangan dan Penggalian -149.783 -14 Industri Pengolahan -18669.2 -2 Listrik, Gas dan Air Bersih -3694.87 -2 Banggunan -12778 -4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 45867.61 4 Pengangkutan dan Komunikasi -15573.7 -2 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -21900.5 -5 Jasa-Jasa -32752.6 -6 Total 87839.8 2

Sumber. BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

Hal ini mengindikasikan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran secara

ekonomi dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi yang sama di

75

Kabupaten/ Kotamadya lain di Profinsi Banten. Sektor perdagangan, hotel dan

restoran mempunyai laju pertumbuhan pangsa wilayahnya terbilang baik sebesar

4 persen dibandingkan dengan sektor-sektor unggulan maupun sektor non

unggulan yang bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor – sektor

yang nilai PPWij < 0 memiliki daya saing kurang baik pada wilayah

pembandingnya yaitu Propinsi Banten yang lebih luas.

5.1.4 Potensi Dan Prospek Sektor Pertanian di Kota Tangerang Selatan

Melihat tabel 11. Dalam penyusunan RTRW terlihat penggunaan lahan

Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah untuk perumahan dan permukiman

yaitu seluas 9.941,41 Ha atau 67,54% dari 14.719 Ha. Sawah ladang dan kebun

menempati posisi kedua terluas dengan 2.794,41 Ha atau 18,99%. Penggunaan

lahan paling kecil adalah untuk pasir dan galian yaitu seluas 15,27 Ha atau 0,1%.

Berdasarkan jenis komoditas pertanian yang diproduksi antara lain adalah padi

sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang panjang, cabe rawit,

bayam, terung, kangkung, petsai/sawi, dan cabe besar. Komoditas dengan luas

panen terbesar, yaitu 121 Ha dengan produksi 725 Ton GKP, sedangkan

komoditas dengan luas panen terkecil adalah cabe rawit yaitu 4 Ha dengan

produksi 17 ton.

76

Tabel 11. Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2007

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)

Persentase Luas (%)

1 Perumahan dan permukiman 9.941,41 67,54% 2 Industri / Kawasan Industri 167,61 1,14% 3 Perdagangan dan jasa 487,08 3,31% 4 Sawah, ladang, dan kebun 2.794,41 18,99% 5 Semak belukar dan rerumputan 366,48 2,49% 6 Pasir dan galian 15,27 0,10% 7 Situ dan danau / tambak / kolam 137,43 0,93% 8 Tanah kosong 809,31 5,50%

Jumlah 14.719 100,00% Sumber : Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Pada tabel 12 terlihat pembagian lahan disetiap wilayah yang memiliki

potensi daerah pertanian, kecamatan tersebut ialah Serpong dengan luas sawah

4.04 Ha lahan kering 42.00 Ha dengan jumlah 46.04 Ha potensi sektor pertanian.

Kecamatan Ciputat dengan jumlah luas 36,51 Ha. Untuk kecamatan Pamulang

luas sawah yang ada yaitu 2.79 Ha. Kecamatan Pondok Aren memiliki jumlah

luas lahan sawah dan lahan kering sebesar 45.00 Ha. Beberapa kecamatan yang

tidak memiliki lahan sawah dan lahan kering yaitu Serpong Utara, Ciputat Timur,

dan Kecamatan Setu. Dalam hal ini terlihat bahwa adanya potensi besar dalam

pertanian pada tahun 2007-2008.

77

Tabel 12. Penggunaan Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2007

No Kecamatan

Lahan Sawah (Ha)

Lahan Kering (Ha)

Jumlah (Ha)

1 Serpong

4.04

42.00

46.04

2 Serpong Utara *) - - - 3

Ciputat 3.51

33.00

36.51

4 Ciputat Timur *) - - - 5

Pamulang 2.79

- 2.79

6 Pondok Aren

3.00

42.00

45.00

7 Setu *) - - -

Kota Tangerang Selatan 13.34

117.00

130.34

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Berdasarkan penyusunan sementara RTRW Kota Tangerang Selatan tahun

2009 Pengembangan sektor berdasarkan regional:

1. Serpong : Bank, persewaan dan jasa perusahaan

2. Serpong Utara : Perdagangan, Hotel dan Restoran

3.Ciputat : Perdagangan, Hotel dan Restoran

4.Ciputat Timur : Jasa-Jasa

5.Pamulang : Pengangkutan dan Komunikasi

6.Pondok Aren : Pengangkutan dan Komunikasi

7.Setu : pengangkutan dan komunikasi

Melihat kecenderungan tersebut pertanian sektor pertanian diantara data

dan perencanaan pengembangan wilayah Kota terjadi pergeseran bahkan semakin

78

terhimpit perkembangannya, terlihat dari tabel 10 dan tabel 12 mengambarkan

adanya prospek sektor pertanian, akan tetapi dalam penegmbangan sektor seakan

sektor pertanian tertutup dengan sektor-sektor yang lebih besar pemasukan PDRB

ke Kota Tangerang Selatan. Ini berarti baik tingkat kemakmuran maupun tingkat

pertumbuhan ekonomi di daerah ini masih relatif rendah untuk pertanian. Tetapi

hal ini tidak berarti bahwa didaerah tersebut sekor pertanian tidak berkembang

dimasa mendatang karna dalam realitanya adanya prospek dari sektor pertanian

yang masih dapat berkembang dengan pesat.

5.2 PEMBAHASAN 5.2.1 Sektor-Sektor Ekonomi Kota Tangerang Selatan Berdasarkan PDRB

Periode 2007 -2008 5.2.1 Sektor Pertanian, Peternakan Dan Perikanan

Peranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kota Tangerang

Selatan dalam dua tahun terakhir ini menunjukan trend yang semakin menurun.

Kontribusinya sebesar 0.90 persen pada tahun 2007 dan terus menurun pada tahun

2008 yang mencapai 0.78 persen. Sektor pertanian memiliki lima sub sektor

didalamnya yaitu sub sektor bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub

sektor peternakan, sub sektor kehutanan, sub sektor perikanan. Pada tahun 2008

kontribusi sub sektor pertanian tidak ada yang mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan tahun 2007, semuanya turun meskipun tidak signifikan,

kecuali sub sekor perikanan yang mempunyai peranan tetap seperti tahun

sebelumnya yaitu sebesar 0.03 persen. Penurunan paling besar terdapat pada sub

79

sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang kontribusinya turun jadi sebesar 0.39

persen dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 0.44 persen.

Pertumbuhan sektor pertanian tahun 2008 sebesar (-)0.25) persen. Semua

sub sektor mengalami pertumbuhan yang negatif, hanya sub sekor tanaman

perkebunan yang mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 0.24 persen. Bila

dikatakan bahwa Kota Tangerang Selatan keberadaan sektor pertanian semakin

lama semakin menghilang, yang masih ada pada tanaman holtikultura seperti

tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman hias.

5.1.2 Sektor Pertambangan Dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian yang terdapat di Kota Tangerang

Selatan memiliki tiga sub sektor yaitu sub sektor minyak dan gas bumi, sub sektor

pertambangan tanpa migas, sub sektor penggalian. hanya di sub penggalian saja

pada tahun 2008, sektor ini mampu tumbuh sebesar 0.62 persen. Pertumbuhan

sub sektor bangunan dengan banyaknya pembangunan bidang properti di Kota

Tangerang Selatan seperti semakin maraknya pembangunan perumahan,

perkantoran, ruko, mall dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya. Distribusi sektor

pertambangan dan penggalian untuk tahun 2008 tidak mengalami perubahan

dibanding tahun 2007 yaitu sebesar 0.02 persen.

5.1.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan memiliki peran hanya sekitar 15,42 persen

terhadap total NTB Sembilan lapangan usaha di Kota Tangerang Selatan dari dua

80

sub sektor yang dimiliki yaitu sub sektor industri migas dan sub sektor tanpa

migas. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang

kontribusinya 17,85 persen. Hal tersebut dapat dimaklumi karena sebagian besar

keberadaan industri atau pabrik berada di Kabupaten Tangerang.

Tahun 2008 sektor ini hanya tumbuh sebesar 0.17 persen . Dimana sejalan

dengan melambatnya sub sektor listrik berbagai masalah yang menerpa industri

seperti masalah perburuhan, persoalan energi, keamanan dan lain-lainnya

mengakibatkan iklim investasi menjadi kurang kondusif sehingga berdampak

pada perkembangan industri di Kota Tangerang Selatan.

5.1.4 Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih

Pada tahun 2008, kontribusi sektor ini hanya 4.13 persen, sedikit

meningkat meski tidak signnifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai

4,12 persen. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa sektor ini sangat

dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya yang menggunakan sektor tersebut sebagai

inputnya, diantaranya adalah sektor industri pengolahan yang sangat bergantung

pada listrik sebagai sumber utama energi penggerak mesin-mesin produksinya.

Sehingga apabila kita perhatikan pola pertumbuhannya memiliki pola yang

mendekati pola pertumbuhan sektor industri pengolahan.

Tahun 2008 sektor listrik, gas dan air bersih, mengalami pertumbuhan

sebesar 5,25 persen. Hal ini disebabkan peranan sub sektor air bersih yang juga

mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 8.48 persen. Hal ini bisa dikaitkan dengan

81

semakin banyaknya PAM swasta yang bermunculan didaerah ini. Untuk sub

sektor listrik juga mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 5,17 persen yang

juga mempunyai andil dalam pertumbuhan sektor ini. Kontribusi baik sub sektor

listrik maupun sub sektor air bersih dalam dua tahun terakhir ini terhadap total

PDRB adalah sama, yaitu 4,03 persen untuk sub sektor listrik dan 0.09 persen

untuk sub sektor air bersih.

5.1.5 Sektor Bangunan / Kontruksi

Pada tahun 2008, sektor Bangunan/kontruksi memberikan kontribusi

terhadap total PDRB 6,72 persen . sedangkan pertumbuhan sektor ini pada tahun

2008 hanya mencapai 2,20 persen. Pertumbuhan yang rendah ini kemungkinan

diakibatkan adanya pergeseran dari sektor bangunan yang beralih ke sektor

perdagangan, hotel dan restoran, dimana pada tahun 2008 mencapai pertumbuhan

tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu mencapai 14,66 persen.

5.1.6 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Tahun 2008 sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor

terbesar dengan peranan terhadap PDRB mencapai 28,49 persen.meningkat jika

dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesarnya 26,61 persen. Peningkatan

tersebut akibat dari bermunculannya pusat-pusat perbelanjaan baru pada tahun

2006 dan sampai dengan tahun 2008 masih marak di wilayah Kota Tangerang

Selatan. Pada tahun 2008, sektor ini mampu tumbuh mencapai 14,66 persen, yang

merupakan sektor pertumbuhan tertinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya.

82

Perkembangan usaha perdagangan dan restoran masih terus meningkatkan meski

tidak semarak seperti tahun 2007.

5.1.7 Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2008 mengalami

pertumbuhan sebesar 5.36 persen dengan dua sub sector yaitu sub sektor

pengangkutan, sub sektor komunikasi. Yang menjadi motor pengerak

pertumbuhan sektor tersebut pada tahun 2008 adalah sub sektor komunikasi

khususnya pos dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 5,77 persen.

Pertumbuhan ini masih disebabkan semakin banyaknya pemakaian telepon selular

(PONSEL) dan meski satuan sambungan telepon (SST) oleh Telkom yang

terpasang agak sedikit berkurang. Motor pengerak kedua adalah sub sektor

pengangkutan khususnya angkutan jalan raya yang tumbuh sebesar 5,71 persen.

Hal ini bisa dillihat dengan semakin banyaknya pembangunan jalan raya yang

mungkin bisa dikenal dengan istilah betonisasi, ditambah juga dengan semakin

merebaknya jasa-jasa angkutan swasta. Sedangkan sub sektor komunikasi hanya

menyumbang sebesar 3,36 persen, sedikit menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang menyumbang peranan sebesar 3,48 persen.

83

5.1.8 Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2008

mengalami pertumbuhan sebesar 11.98 persen. Pada sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan memiliki lima sub sektor yaitu sub sektor Bank, sub sektor

lembaga keuangan, sub sektor jasa penunjang keuangan, sub sektor sewa

bangunan, sub sektor jasa perusahaan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sub

sektor banggunan yang tumbuh 12,39 persen. Sub sektor sewa bangunan bahkan

mempunyai kontibusi terbesar dalam sektor keuangan , persewaan dan jasa

perusahaan sebesar 9,82 persen. Sedikit meningkat dari tahun 2007 yang sebesar

9,59 persen. Hal ini bisa kita lihat dengan semakin banyaknya jasa persewaan

ruko atau gudang yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan. Sub sektor

bank menduduki peringkat kedua pertumbuhan yaitu sebesar 9,76 persen. Hal

tersebut dapat dipahami karena dengan semakin menjamurnya bank-bank swasta

yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan ini.

Sub sektor peringkat ketiga pertumbuhan pada sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan adalah sub sektor jasa perusahaan yang

pertumbuhannya sekitar 8,47 persen dan terakhir sub sektor lembaga keuangan

lainnya yang tumbuh sebesar 7,68 persen terhadap total PDRB, sedikit meningkat

bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 11.02 persen.

84

5.1.9 Sektor Jasa – Jasa

Sektor jasa-jasa pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar

6,8 persen. Sektor jasa-jasa memiliki tiga sub sektor yaitu sub sektor sosial

kemasyarakatan, sub sektor hiburan dan rekreasi, sub sektor perorangan dan

rumah tangga. Sub sektor sosial kemasyarakatan mempunyai pertumbuhan yang

tertinggi dibandingkan dua sub sektor lainnya salah satunya diakibatkan

banyaknya penambahan di jasa sosial kemasyarakatan seperti dibukanya rumah

swasta, klinik swasta, sekolah-sekolah swasta, kursus-kursus, lembaga-lembaga

pelatihan dan perguruan tinggi yang membuka cabangnya didaerah daerah

termasuk di wilayah Kota Tangerang Selatan. Disusul oleh sub sektor hiburan dan

rekreasi yang tumbuh sebesar 13,14 persen, sub sektor perorangan dan rumah

tangga yang hanya tumbuh sebesar 3,48 persen.

5.2.2 Sektor-Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan Periode 2007-2008 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)

Indikator suatu sektor dikatakan sektor unggulan atau bukan sektor

unggulan ialah ketika memiliki LQ yang lebih besar atau kecil dari satu. Apabila

nilai LQ lebih besar dari satu maka sektor tersebut adalah sektor unggulan, artinya

peranan suatu sektor dalam perekonomian Kota Tangerang Selatan lebih besar

dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Banten. Hasil

perhitungan nilai LQ untuk seluruh sektor perekonomian menunjukkan bahwa

terdapat beberapa sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan. Hasil analisis

dengan pendekatan LQ menurut indikator pendapatan (PDRB). Berdasarkan hasil

85

perhitungan menggunakan metode Location Quotient (LQ), sektor ekonomi yang

termasuk dalam sektor unggulan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan yang

terunggul adalah:

1. Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan

Selama periode 2007-2008, nilai koefisien LQ > 1, artinya kontribusi

sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dalam perekonomian

Kota Tangerang Selatan lebih besar dari pada kontribusi sektor tersebut

dalam perekonomian Provinsi Banten. Sektor ini sangat dipengaruhi oleh

sektor-sektor lainnya yang menggunakan sektor tersebut sebagai inputnya,

antaranya sektor sewa bangunan yang mempunyai kontribusi terbesar

yaitu 425 miliar pada tahun 2008, hal ini bisa kita lihat dengan semakin

banyaknya jasa persewaan ruko atau gudang yang berada di wilayah Kota

Tangerang Selatan.

2. Sektor Jasa- Jasa

Selama periode 2007-2008, nilai koefisien LQ>1, artinya kontribusi sektor

jasa-jasa dalam perekonomian Kota Tangerang Selatan lebih besar dari

pada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Banten. Hal

ini dikarenakan mengalami pertumbuhan yang besar dan cepat pada tahun

2007 545 miliar dan menjadi 583 miliar pada tahun 2008. Sub sektor sosial

kemasyarakatan mempunyai pertumbuhan yang tertinggi. Pertumbuhan

sektor ini salah satunya di akibatkan banyaknya penambahan di jasa sosial

86

kemasyarakatan seperti dibukanya rumah sakit swasta, klinik swasta,

sekolah-sekolah swasta, kursus-kursus, lembaga-lembaga pelatihan dan

perguruan tinggi yang membuka cabangnya di wilayah Kota Tangerang

Selatan.

3. Sektor Bangunan

Selama periode 2007-2008, nilai koefisien LQ>1, artinya kontribusi sektor

bangunan dalam perekonomian Kota Tangerang Selatan lebih besar dari

pada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Banten. Hal

ini didukung dengan pesat nya pembangunan perkantoran dan gedung-

gedung pertokoan atau perdagangan yang akan dibangun di wilayah Kota

Tangerang Selatan.

4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Selama periode 2007-2008, nilai koefisien LQ>1, artinya kontribusi sektor

pengangkutan dan komunikasi dalam perekonomian Kota Tangerang

Selatan lebih besar dari pada kontribusi sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi Banten. Sektor pengangkutan dan komunikasi

yang menjadi motor penggerak pertumbuhan sektor tersebut pada tahun

2008 adalah sub sektor komunikasi, semakin banyak pemakaian telepon

selular (PONSEL)

5. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran

87

Selama periode 2007-2008, nilai koefisien LQ>1, artinya kontribusi sektor

perdagangan, hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Tangerang

Selatan lebih besar dari pada kontribusi sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi Banten. Hal ini dikarenakan bermunculnya pusat-

pusat perbelanjaan baru pada tahun 2007 sampai 2008 masih marak di

wilayah Kota Tangerang Selatan.

6. Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih

Selama periode 2007-2008, nilai koefisien LQ>1 artinya kontribusi sektor

listrik, gas dan air bersih dalam perekonomian Kota Tangerang Selatan

lebih besar dari pada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian

Provinsi Banten. Hal ini dikarenakan adanya dipengaruhi oleh sektor-

sektor lainnya yang mengguanakan sektor listrik, gas dan air bersih

sebagai inputnya, diantaranya sektor industri yang pengolahannya sangat

tergantung pada listrik sebagai sumber utama energi penggerak mesin-

mesin produksinya.

5.3.3 Pertumbuhan Dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan Kota

Tangerang Selatan dengan Analisis Shift Share (SS)

Untuk melihat profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota

Tangerang Selatan dilakukan melalui bantuan 4 kuadran yang terdapat pada garis

bilangan/ tipologi klassen. Tipologi klassen merupakan alat analisis yang dapat

88

digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha atau komoditi prioritas

atau unggulan suatu daerah. Tipologi klassen dapat digunakan melalui dua

pendekatan yang pertama adalah pendekatan sektoral, dimana merupakan

perpaduan antara alat analisis LQ dengan Rasio pertumbuhan. Tipologi klassen

dengan pendekatan sektoral menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan

karakteristik yang berbeda sebagai berikut:

1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (kuadran I)

Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan

proposionalnya yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang

lebih luas dan nilai LQ > 1. Sektor dalam kuadran I dapat pula diartikan

sebagai sektor yang dominan karena memiliki kinerja laju pertumbuhan

ekonomi dan pangsa yang lebih besar dari pada daerah yang lebih luas.

2. Sektor maju tapi tertekan ( kuadran II)

Sektor yang berada pada kuadran II memiliki pertumbuhan PDRB yang

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang lebih luas,

tetapi memliki nilai LQ>1. Sektor dalam kategori ini dapat juga dikatakan

sebagai sektor yang telah jenuh.

3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (kuadran III)

Kuadran III merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai

pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah

89

yang tinggi tingkatnya, nilai LQ nya < 1. Sektor dalam kuadran III dapat

diartikan sebagai sektor yang sedang booming

4. Sektor relatif tertinggal (kuadran IV)

Kuadran IV merupakan sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB

yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang lebih

luas dan sekaligus memiliki nilai LQ < 1

Menggunakan tipologi klassen melalui pendekatan sektoral dapat

digunakan untuk mengkalsifikasikan sektor-sektor mana yang menjadi unggulan

didaerah atau potensi untuk dikembangkan sehingga menjadi unggulan sektor

didaerah tersebut. Pengklasifikasian nilai-nilai yang terdapat pada 4 kuadran

tersebut diperoleh dari nilai persentase Pertumbuhan Proposional (PP) dan nilai

Presentase Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Persentase PP dan PPW inilah

yang nantinya akan menunjukkan pada kuadran mana masing-masing sektor

tersebut berada.

Tabel 13. Nilai persentase PP dan PPW di Kota Tangerang Selatan

Lapangan Usaha % PP %PPW Pertanian -2 -3 Pertambangan dan Penggalian 9 -14 Industri Pengolahan -3 -2 Listrik, Gas dan air Bersih 2 -2 Banggunan 1 -4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5 4 Pengangkutan dan Komunikasi 2 -2 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 11 -5 Jasa-Jasa 7 -6

90

Pada periode 2007- 2008, sektor –sektor perekonomian di Kota Tangerang

Selatan tersebar dalam 3 kuadran, yaitu kuadran I, II dan Kuadran III. Sektor –

sektor yang terdapat dalam kuadran I memiliki nilai komponen pertumbuhan

proposional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) yang

positif.

Profil Pertumbuhan Sektor –Sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Periode 2007 -2008

∆ Pertanian

■Pertambangan

☼Industri Pengolahan

10 ♦Listrik,Gas, Air

8 ♠Bangunan

6 ♣ ♣ Perdagangan

4 ○ Pengangkutan

2 ►Keuangan,Persewaan

-10 -8 -6 -4 -2 2 4 6 8 10 12 ◊ Jasa-Jasa

∆ - 2 ♦○

☼ - 4♠

- 6 ◊ ►

- 8

- 10

91

Gambar 4. Profil Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan Tahun

Hal ini dapat diartikan bahwa sektor yang berada di kuadran I tersebut

memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan mempunyai daya saing wilayah yang

lebih baik untuk sektor yang sama dibanding wilayah lain yang terdapat di

Propinsi Banten yang berarti sektor pada kuadran I adalah sektor yang maju dan

tumbuh dengan pesat. Sektor unggulan yang termasuk dalam kuadran I adalah

sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sektor kuadran II memiliki nilai komponen pertumbuhan proposional (PP)

positif dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) yang negatif. Sektor

non unggulan yang masuk ke kuadran II yaitu sektor pertambangan dan

penggalian, sektor unggulan kuadran II yaitu sektor listrik, gas dan air bersih,

sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Yang berarti sektor pada

kuadran II adalah sektor maju tapi tertekan dalam kategori ini juga dapat

dikatakan sebagai sektor yang telah jenuh.

Sektor – sektor yang terdapat dalam kuadran III memiliki nilai komponen

pertumbuhan proposional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilyah (PPW)

yang negatif. Sektor yang termasuk dalam kuadran III adalah beberapa sektor non

unggulan, yaitu sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Kuadran III

menggambarkan bahwa kedua sektor tersebut mempunyai pertumbuhan yang

lambat bahkan berkurang (PP<0) dan tidak memiliki daya saing wilayah yang

92

baik untuk sektor yang sama di banding wilayah lain yang terdapat di Propinsi

Banten.

Berdasarkan analisis shift share, dapat diketahui bahwa sektor unggulan

yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan daya saing tinggi adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor listrik, gas dan air, sektor

bangunan, sektor pengangkutan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan dan sektor jasa-jasa memiliki pertumbuhan yang cepat tetapi tiadk

memiliki daya saing yang cukup baik. Sedangkan sektor non unggulan sektor

pertambangan dan penggalian yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan

daya saing yang tidak cukup baik. Melainkan dengan sektor non unggulan sektor

pertanian dan sektor industri pengolahan pertumbuhan dan daya saing yang

kurang baik.

5.2.4 Potensi dan Prospek Pertanian Kota Tangerang Selatan

Melihat topografi dan geografis Kota Tangerang Selatan berdasarkan

potensi fisik dasar Kota Tangerang Selatan berada tepat di sebelah timur Propinsi

Banten. Dengan luas wilayah 147,19 km2 atau 14,719 Ha. Dengan keadaan iklim

berdasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yaitu berupa

data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas matahari, curah

hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata berkisar antara

23,5 - 32,6 °C, temperatur maksimum tertinggi pada bulan Oktober yaitu 33,9 °C

93

dan temperatur minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu 22,8

°C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3 % dan 59,3

%. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 486mm,

sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177,3mm. Hari hujan

tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan sebanyak 21 hari. Rata-rata

kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum 12,6

m/detik.(kompilasi Data Awal Kota Tangerang Selatan, 2008:3).

Berikut dibawah gambar pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan

pada tahun 2007-2008. Tetapi pada kenyataannya ada nya pengalihan lahan atau

fungsi lahan yang terjadi dikarena kan Kota Tangerang Selatan dipersiapkan

sebagai penyangga kota – kota besar yang mengelilinginya. Terlihat masih adanya

lahan sawah untuk pertanian di Kota Tangerang Selatan akan tetapi pada data

pendapatan perkapitanya sektor pertanian semakin berkurang.

94

Gambar 5. Persebaran Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun 2007-2008

95

Pertumbuhan ekonomi menerangkan bahwa sektor- sektor unggulan di

tempati oleh sektor sekunder yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran

merupakan sektor unggulan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi serta daya

saing yang baik dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup

banyak. Sektor non unggulan (sektor pertanian) yang mempunyai pertumbuhan,

dan tidak memliki berdaya saing tinggi dan hanya mampu menyerap tenaga kerja

dalam jumlah yang sedikit. Dengan perkembangan dan pembangunan wilayah

Kota Tangerang Selatan yang begitu pesat dan menjadikan Kota Tangerang

Selatan sebagai penyangga kota-kota besar seperti DKI Jakarta dan Kota

Tangerang. Sehingga menuntut Kota Tangerang Selatan dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat. Seperti pemukiman, perdagangan, dan jasa.

Terlihat dari potensi fisik wilayah, keadaan iklim atau curah hujan, serta

karakteristik wilayah yang menunjang adanya potensi pertanian. Melalui

pengembangan sarana dan prasaran perekonomian daerah serta tingkat pendidikan

dan pengetahuan (mind set) serta kecintaan dan kesadaran masyarakat setempat

bahwa sektor petanian dapat ditempatkan sebagai leading sektor diperkirakan

sektor pertanian secara bertahap akan dapat pula mengejar ketinggalan.

.

96

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka terdapat beberapa hal yang menjadi

kesimpulan yaitu:

1. Dalam perekonomian wilayah sektor-sektor dalam pengembangan

wilayah berdasarkan PDRB ADH konstan yaitu sektor pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik,

gas dan air bersih, sektor bangunan dan kontruksi, sektor perdagangan,

hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

2. Dengan menggunakan pendekatan metode Location Quotient (LQ),

sektor-sektor unggulan di Kota Tangerang Selatan pada periode 2007-

2008 berdasarkan yang terunggul adalah Sektor Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-Jasa; Sektor bangunan; Sektor Pengangkutan

dan Komunikasi; Sektor Perdagangan,Hotel dan Restoran; Sektor Listrik,

Gas dan Air Bersih.

3. Dengan menggunakan analisis shift share (S-S), sektor unggulan yang

mengalami pertumbuhan dan daya saing :

97

a. Persentase pertumbuhan total PDRB perubahan PDRB sektor-sektor

ekonomi di Kota Tangerang Selatan periode 2007-2008 menunjukan

peningkatan kontribusi sebesar 7,24 persen. Dengan persentase

terbesar sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,66 persen.

Dan pertumbuhan terkecil diduduki oleh sektor pertanian

mengalami pertumbuhan sebesar (-0,25) persen.

b. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PPij>0) berdasarkan analisis

shift share (SS) merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan yang

paling cepat dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Walaupun

demikian, sektor perdagangan, hotel dan restoran bukanlah sektor

ekonomi yang pertumbuhannya paling cepat. Sektor-sektor yang

mengalami pertumbuhan tercepat secara berurutan adalah termasuk

sektor unggulan tertinggi yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan (11persen), selanjutnya sektor non unggulan

pertambangan dan penggalian (9 persen), dan sektor jasa-jasa

(7persen). Dilihat dari daya saingnya, sektor ekonomi yang

mempunyai daya saing yang baik (PPWij > 0) yaitu sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki daya saing tertinggi

dibandingkan sektor lainnya yang kurang memiliki daya saing.

4. Sektor pertanian memiliki prospek di Kota Tangerang Selatan terlihat dari

topografi kota keadaan fisik dan alam yang menunjang pertumbuhan

98

sektor pertanian Kota Tangerang Selatan. Namun seiring berjalannya

waktu Kota Tangerang Selatan di persiapkan untuk mendukung atau

menjadi penyeimbang dari DKI Jakarta dan kota kota besar lain disekitar

wilayah Tangerang Selatan, sehingga kota Tangerang Selatan memiliki

fungsi Regional yang menonjol seperti: kegiatan perdagangan,

pemukiman, transportasi dan pendidikan/puspiktek.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam upaya peningkatan peranan sektor-sektor unggulan terhadap

pengembangan wilayah serta pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang

Selatan, hendaknya pemerintah Kota Tangerang Selatan memprioritaskan

sektor unggulan (sektor perdagangan, hotel dan restoran) yang sangat

potensial untuk dikembangkan, dengan cara mengalokasikan dana yang

tepat kepada sektor-sektor unggulan tersebut sehingga sektor-sektor

unggulan tersebut akan meningkatkan kontribusi terhadap PDRB Kota

Tangerang Selatan.

2. Pemerintah daerah khusus wilayah Kota Tangerang Selatan sebaiknya juga

memperhatikan sektor-sektor non unggulan yang memilki pertumbuhan

dan potensi yang sangat baik serta dapat menyerap tenaga kerja yang

cukup besar (sektor perdagangan, hotel dan restoran), sehingga sektor

99

tersebut akan membantu mengurangi masalah kemiskinan dan

pengangguran yang ada di Kota Tangerang Selatan.

3. Sektor pertanian merupakan sektor yang harus diperhatikan oleh semua

pihak baik pemerintah pusat maupun daerah karena pada dasarnya sektor

pertanian memiliki potensi pengembangan yang sangat besar, tetapi masih

belum diolah secara baik. Oleh karena itu, melalui pengembangan sarana

dan prasarana perekonomian daerah yang tidak ketimpang dan didukung

oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat serta kesadaraan

untuk mencintai sektor pertanian sebagai mesin penggerak perekonomian

daerah dimasa datang diperkirakan pertanian akan mampu berkembang

dengan pesat sebagai sektor andalan untuk mengejar ketertinggalannya

dengan daerah-daerah maju.

4. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengkaji lebih spesifik

kontribusi sektor – sektor dan sub-sub sektor di Kota Tangerang Selatan

terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu dapat pula mengkaji daya saing

dengan perbandingan kondisi dengan wilayah lain. Hal ini dapat

memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai sektor-sektor/sub

sektor apa saja yang akan menjadi leading sektor dan mampu memberikan

kontribusi terhadap perekonomian Kota Tangerang Selatan ditengah-

tengah persaingan pengembangan Kota sehingga dapat membantu

100

pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk menentukan kebijakan apa yang

tepat agar dapat terus mendorong pertumbuhan sektor tersebut

101

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. Dasar-dasar Ekonomi wilayah ( Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2005) Adisasmita, Rahardjo, Pengembangan Wilayah Konsep Dan Teori

( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008) Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan. (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi YKPN,2004) BPS Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan Dalam Angka

2007/2008. ( Tangerang Selatan : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008)

_____________________. Provinsi Banten Dalam Angka 2008. (Banten : BPS

Provinsi Banten Tahun 2008) Bappeda Kota Tangerang Selatan. Rencana Kerja Bappeda Kota Tangerang

Selatan Tahun 2009 (Tangerang Selatan:Bappeda Kota Tangerang Selatan,2009)

___________________________.Peraturan Walikota No.25 Tahun 2009

Tentang Uraian Tugas Dan Tata Kerja Bappeda ( Tangerang Selatan:Bappeda Kota Tangerang Selatan,2009)

___________________________.kompilasi Data Awal Kota Tangerang Selatan.

(Tangerang Selatan, Bappeda Kota Tangerang Selatan,2009) Bratakusumah, Deddy Supriady dan Riyadi. Perencanaan Pembangunan

Daerah.(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2003) Daryanto, Arief dan Hafizrianda, yundy. Model-Model Kuantitatif Untuk

Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah: Konsep Dan Aplikasi. (Bogor: IPB Press, 2010)

Glasson, J. Pengantar Perencanaan Regional. (Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Jakarta, 1977) Kadariah. Ekonomi Perencanaan (Jakarta : Universitas Indonesia,1985)

102

Karoma, Alifiatul. Pengembangan Kawasan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok .(Studi Kasus: Kecamatan Sawangan, Kota Depok). [Skripsi]. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi. Program Studi Agribisnis. 2010

Kartasasmita, Ginandjar. Administrasi Pembangunan: Perkembangan Pemikiran Dan Praktiknya Di Indonesia (Jakarta:LP3ES,1997)

Kusumah Negara, Adithia. Kontribusi Sektor Sektor Unggulan Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007. [skripsi].

Mankiw,N.G. Macroeconomics. Imam Nurmawan [penerjemah]. (Jakarta:

Erlangga, 2000) Mubyarto. Pengantar ekonomi pertanian ( Jakarta : PT Pustaka LP3ES,

1994) Priyarsono, D.S, sahara, dan M. firdaus. Ekonomi Regional. (Jakarta :

Universitas Terbuka, 2007) Richardson, HW. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional.( Jakarta: Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia,1977) Sondari. Analisis Sektor Unggulan Dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat

Periode 2001-2005. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.2007)

Tarigan, Robinson. Ekonomi Regional Teori Dan Aplikasi (Jakarta: Bumi

Aksara,2005) Tarigan, Robinson. Perencanaan Pembangunan Wilayah (Jakarta : Bumi

Aksara, 2005) Usya. Analsisis Struktur Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Unggulan di

Kabupaten Subang.[skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen ,2005)

http://www.tangerangselatan.info/2009/11/sejarah-berdirinya-kota-

tangerang.html 11:55

103

Lampiran 2: Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk1 0 - 4 4,89% 4,79% 9,69%2 5 - 9 4,71% 4,61% 9,32%3 10 - 14 4,51% 4,42% 8,93%4 15 - 19 4,81% 4,71% 9,52%5 20 - 24 4,73% 4,64% 9,37%6 25 - 29 4,39% 4,30% 8,70%7 30 - 34 4,60% 4,50% 9,10%8 35 - 39 3,67% 3,60% 7,27%9 40 - 44 2,53% 2,48% 5,00%

10 45 - 49 3,42% 3,35% 6,77%11 50 - 54 3,22% 3,15% 6,37%12 55 - 59 3,28% 3,22% 6,50%13 ≥ 60 1,75% 1,72% 3,47%

50,51% 49,49% 100,00%

Tabel 3.1.3Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kota Tangerang SelatanHingga Agustus 2008

JumlahSumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dan data bulanan Kecamatan 2008 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

104

Lampiran 5 : PDRB Provinsi Banten

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANTEN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA

TAHUN 2007-2008 (JUTA RUPIAH)

NO LAPANGAN USAHA 2007 2008

1 PERTANIAN 5,242,350.48 5,408,861.73

2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 69,292.77 79,151.12

3 INDUSTRY PENGOLAHAN 31,496,751.75 32,225,075.20

4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,629,581.32 2,805,792.50

5 BANGUNAN 1,880,273.94 2,010,388.56

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 12,800,800.86 14,202,996.50

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5,780,569.93 6,200,675.31

8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 2,138,061.77 2,489,875.78

9 JASA-JASA 3,009,092.96 3,380,093.59

TOTAL 65,046,775.77 68,802,910.30 Sumber. BPS Provinsi Banten Tahun 2008

105

Lampiran 6 : Perhitungan LQ Kota Tangerang Selatan Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Pendapatan Wilayah Tahun 2007-2008

Lapangan Usaha

2007 2008

PERTANIAN

0.12 0.11

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

0.22 0.19

INDUSTRI PENGOLAHAN

0.43 0.42

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH

1.04 1.00

BANGGUNAN

2.51 2.37

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

1.32 1.35

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

1.99 1.93

KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA

PERUSAHAAN 3.03 2.87

JASA-JASA

2.68 2.52

Sumber: BPS kota Tangerang Selatan 2008

106

Lampiran 14 . Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2009

NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH %

1 Belum/Tidak Bekerja 51.256 4,922 Ibu Rumah Tangga 121.266 11,643 Pelajar/Mahasiswa 131.230 12,594 Pensiunan 22.068 2,125 PNS 44.074 4,236 TNI 21.066 2,027 Polri 16.383 1,578 Pedagang 40.075 3,859 Petani 1.509 0,14

10 Peternak 210 0,0211 Karyawan BUMN/BIMD/Swasta 521.192 50,0112 Buruh 41.289 3,9613 Guru 8.050 0,7714 Dosen 895 0,0915 Dokter 630 0,0616 Perawat 3.012 0,2917 Bidan 18.001 1,73

1.042.206 100Jumlah Sumber. Kompilasi Data Awal Kota Tangerang Selatan Tahun 2007/2008

107

108

Lampiran 7 : Perubahan PDRB Kota Tangerang Selatan periode 2007-2008 Perubahan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000 Yahun 2007 Dan 2008 (Juta Rupiah)

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

lapangan usaha 2007 2008 ∆ PDRB persen Pertanian 44,001.03 43,892.23 -108.80 -0.25 Pertambangan dan Penggalian 1,069.88 1,076.56 6.68 0.62 Industri Pengolahan 933,461.05 935,085.02 1,623.97 0.17 Listrik, gas dan air bersih 184,743.51 194,447.48 9,703.97 5.25 Banggunan 319,450.27 326,480.24 7,029.97 2.20 Perdagangan, hotel dan restoran 1,146,690.37 1,314,808.14 168,117.77 14.66 Pengangkutan dan komunikasi 778,686.27 820,451.71 41,765.44 5.36 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 438,010.21 490,496.60 52,486.39 11.98 Jasa-jasa 545,877.46 583,018.15 37,140.69 6.80

Total 4,391,990.06 4,709,756.14 317,766.08 7.24

109

Lampiran 8 : Perubahan PDRB Provinsi Banten Periode 2007-2008 Perubahan PDRB Propinsi Banten Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Haraga Konstan 2000, Tahun 2007-2008 (Juta Rupiah)

lapangan usaha 2007 2008 ∆ PDRB persen pertanian 5,242,350.50 5,408,861.73 166,511.23 3.18 pertambangan dan penggalian 69,292.80 79,151.12 9,858.32 14.23 industri pengolahan 31,496,751.70 32,225,075.20 728,323.50 2.31 listrik, gas dan air bersih 2,629,581.30 2,833,527.01 203,945.71 7.76 banggunan 1,880,273.90 2,010,388.56 130,114.66 6.92 perdagangan, hotel dan restoran 12,800,800.90 14,202,996.50 1,402,195.60 10.95 pengangkutan dan komunikasi 5,780,569.90 6,200,675.31 420,105.41 7.27 keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2,138,061.80 2,489,875.78 351,813.98 16.45 jasa-jasa 3,009,098.00 3,380,093.59 370,995.59 12.33 total 65,046,775.80 68,830,644.80 3,783,869.00 5.82

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

110

Lampiran 9 : Rasio ( Nilai Ra, Ri dan ri) Rasio PDRB Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten (nilai Ra, Rid an ri )

Lapangan Usaha ri Ri Ra

Pertanian -0.00247 0.031763 0.05 Pertambangan dan Penggalian 0.00624 0.14227 0.05 Industri Pengolahan 0.00174 0.023124 0.05 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.05253 0.077558 0.05 Banggunan 0.02201 0.0692 0.05 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.14661 0.10954 0.05 Pengangkutan dan Komunikasi 0.05364 0.072675 0.05 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.11983 0.164548 0.05 Jasa-jasa 0.06804 0.123291 0.05 Total 0.07235 0.058172 0.05

Sumber ; BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

111

Lampiran 10 : Analisis shift share Komponen Pertumbuhan Regional Analisis shift share Menurut Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun

2007-2008 lapangan usaha PRij PRij Persen

Pertanian 2200.052 5 Pertambangan dan penggalian 53.494 5 Industry pengolahan 46673.05 5 Listrik, gas dan air bersih 9237.176 5 Banggunan 15972.51 5 Perdagangan, hotel dan restoran 57334.52 5 Pengangkutan dan komunikasi 38934.31 5 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 21900.51 5 Jasa-jasa 27293.87 5 Total 219599.5 5

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

112

Lampiran 11: analisis shift share Komponen Pertumbuhan Proposional . Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proposional, Tahun 2007-2008

Lapangan Usaha PPij PPij Persen Pertanian -880.021 -2 Pertambangan dan Penggalian 96.2892 9 Industri Pengolahan -28.003.8 -3 Listrik, Gas dan Air bersih 3.694.87 2 Banggunan 3.194.503 1 Perdagangan, Hotel dan Restoran 57.334.52 5 Pengangkutan dan Komunikasi 15.573.73 2 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 48.181.12 11 Jasa-Jasa 38.211.42 7 Total 35.135.92 0.8

Sumber

113

Lampiran 12. Analisis Shift Share Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2007-2008

lapangan usaha PPWij PPWij Persen Pertanian -1320.03 -3 Pertambangan dan Penggalian -149.783 -14 Industri Pengolahan -18669.2 -2 Listrik, Gas dan Air Bersih -3694.87 -2 Banggunan -12778 -4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 45867.61 4 Pengangkutan dan Komunikasi -15573.7 -2 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -21900.5 -5 Jasa-Jasa -32752.6 -6 Total 87839.8 2

114

Lampiran 13. Presentase PP dan PPW Nilai persentase PP dan PPW di Kota Tangerang Selatan

Lapangan Usaha % PP %PPW Pertanian -2 -3 Pertambangan dan Penggalian 9 -14 Industri Pengolahan -3 -2 Listrik, Gas dan air Bersih 2 -2 Banggunan 1 -4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5 4 Pengangkutan dan Komunikasi 2 -2 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 11 -5 Jasa-Jasa 7 -6

115

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki-laki PerempuanJumlah

PendudukRasio Jenis

Kelamin

1 Serpong 50.680 49.675 100.355 102,02 2 Serpong Utara 38.385 39.014 77.399 98,39 3 Setu 28.815 27.604 56.419 104,39 4 Pamulang 125.886 122.315 248.201 102,92 5 Ciputat 82.886 78.840 161.726 105,13 6 Ciputat Timur 80.351 80.053 160.404 100,37 7 Pondok Aren 125.667 121.203 246.870 103,68

532.670 518.704 1.051.374 102,69

Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Tabel 3.1.1Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan2007

Jumlah

116

.

SerpongSerpong

UtaraSetu Pamulang Ciputat

Ciputat Timur

Pondok Aren

Laki-laki - - - 1 - - 3 4

Perempuan - - - - - 2 10 12

Jumlah - - - 1 - 2 13 16

Laki-laki 39 55 1 6 7 5 7 120

Perempuan 54 71 4 5 8 10 8 160

Jumlah 93 126 5 11 15 15 15 280

Laki-laki 235 286 120 207 215 86 311 1.460

Perempuan 224 212 232 229 309 177 300 1.683

Jumlah 459 498 352 436 524 263 611 3.143

Laki-laki 1.618 324 956 927 425 106 258 4.614

Perempuan 1.634 254 1.334 1.123 349 120 262 5.076

Jumlah 3.252 578 2.290 2.050 774 226 520 9.690

Tingkat Pendidikan

Jenis KelaminKecamatan

Kota Tangerang Selatan

Tabel 3.2.1

Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan

Tahun 2007

Tak Tamat SD

SD

SLTP

SLTA

117

SerpongSerpong

UtaraSetu Pamulang Ciputat

Ciputat Timur

Pondok Aren

Laki-laki 57 46 24 30 43 22 32 254

Perempuan 56 59 18 42 28 20 31 254

Jumlah 113 105 42 72 71 42 63 508

Laki-laki 21 34 6 104 129 51 15 360

Perempuan 29 25 6 115 143 80 21 419

Jumlah 50 59 12 219 272 131 36 779

Laki-laki 124 24 6 256 194 71 292 967

Perempuan 133 28 4 287 137 79 375 1.043

Jumlah 257 52 10 543 331 150 667 2.010

Laki-laki 2.094 769 1.113 1.531 1.013 341 918 7.779

Perempuan 2.130 649 1.598 1.801 974 488 1.007 8.647

Jumlah 4.224 1.418 2.711 3.332 1.987 829 1.925 16.426

Sarjana

Total

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

DI-DII

DIII

Tabel 3.2.1

(Lanjutan)

Tingkat Pendidikan

Jenis KelaminKecamatan

Kota Tangerang Selatan

118

SEBARAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA TANGERANG SELATAN

119