44
 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 06/MEN/IV/2010 TENTANG TA T A CARA KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI MENTERI TENAGA KERJA DA N TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menim!n" # !. !$%! Ke&'(')!n Me n(e*i Ten!"! Ke*+! !n T*!n)mi"*!)i N-m-* KEP . 26/MEN/II/200 (en(!n" Pe-m!n Ke&*-(--!n i Lin"'n"!n De&!*(emen Ten!"! Ke*+! !n T*!n) mi"*!)i )'!$ (i! )e)'!i !"i en"!n &e*em!n "!n !n )i)(em e&*-(- -!n, )e$in""! &e*' i)em&'* n!!n . ! $% ! e* ! )! * !n &e *( im!n "! n )e !" !i m! n! i m! )' !!m $'*'3 !, &e*' i(e(!&!n en"!n Pe*!('*!n Men(e*i Men"in"!( # 1. Un!n"4Un!n" N- m-* 5 T ! $'n 15 7  (en( !n" P*- (-- 8Lem!*!n Ne"!*! Re&'i In-ne)i! T!$'n 157 N-m-* 9:, T!m!$!n Lem!*!n Ne"!*! Re&'i In-ne)i! N-m-* 9256; 2. Un!n"4Un!n" N-m-* : T ! $'n 2005  (en(!n" Kemen(e*i!n Ne"!*! 8Lem!*!n Ne"!*! Re&'i In-ne)i! T ! $'n 2005 N- m-* 166, T ! m!$!n Le m! *!n Ne"!*! Re&'i In-ne)i! N-m-* 916; :. Pe*!('*!n Peme*in(!$ N- m-* 90 T ! $'n 1 (en(!n" Be ne* ! Ke ! n")!!n Re &' i In -ne )i ! 8L em! *!n Ne "! *! Re &' i In - ne )i ! T ! $' n 1 5 N- m-* 65 , T ! m!$ !n Lem !*!n Ne" !*! Re& 'i In- ne)i ! N-m-* 16::; 9. Pe*!('*!n Peme*in(!$ N-m-* 99 T!$'n 15  (en(!n" L!"' Ke!n") !!n In-ne)i! R!<! 8Lem!*!n Ne"!*! Re&'i In- ne)i ! T ! $'n 15 N-m-* 72, T ! m!$ !n Lem!*! n Ne"!*! Re&'i In-ne)i! N-m-* 16:7; . Pe*!('*!n Peme*in(!$!n N- m-* 62 T ! $'n 1 0  (en(!n" Ke(en ('! n Ke &*- (- - !n Men"en! i T ! (! T e m&!( , T ! (! U& !=!* ! !n T ! (! Pe n"$- *m!( !n 8Lem! *!n Ne "!*! Re&' i In-n e)i! T ! $'n 1 0 N- m-* 0, T ! m! $!n Lem!*!n Ne"!*! Re&'i In-ne)i! N-m-* :9:2; 6. Ke&'(')!n P*e)ien N-m-* :5 T!$'n 150  (en(!n" U!n" Re&*e)en (!)i !"i Mi)i/Dee"!)i 7. Ke &' (' )! n P*e )i e n N-m- * 5 9/ P T ! $' n 200 5. Pe *! (' *!n Men (e *i T e n! "! Ke *+ ! !n T* !n)mi "* !) i N- m-*  PER .0/ MEN /IV/ 2007 (en( !n" O*" !ni)! )i !n T ! (! Ke* +! De&!*(emen Ten!"! !n T*!n)mi"*!)i, )e!"!im!n! (e!$ ee *!&! !i i'! $, (e*! $i* en" !n Pe* !('*!n Men (e*i T en!"! Ke*+! !n T*!n)mi"*!)i N-m-*  PER.25/MEN/II/2005

10pm006

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Book

Citation preview

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR PER. 06/MEN/IV/2010

TENTANG

TATA CARA KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:a.bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.26/MEN/XII/2005 tentang Pedoman Keprotokolan di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan sistem keprotokolan, sehingga perlu disempurnakan;b.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;Mengingat:1.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2.Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);3.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1959 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1633);4.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1637);5.Peraturan Pemerintahan Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3432);6.Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1980 tentang Uang Representasi bagi Misi/Delegasi;7.Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;

8.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.05/MEN/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga dan Transmigrasi, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.28/MEN/XII/2008;

Memperhatikan:1.Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas ke Luar Negeri;2.Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2007 tentang Kegiatan Kunjungan Kerja Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri ke Daerah;3.Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : SE/03/M.PAN/2/2004 tentang Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya;4.Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : SE/12/M.PAN/4/2004 tentang Penyelenggaraan Upacara Pengibaran Bendera;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG TATA CARA KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI.

BABI

KETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Merlteri ini yang dimaksud dengan:

1.Protokol adalah serangkaian aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi, yang meliputi aturan mengenai tata tertib, tata upacara, dan tata penghormatan sehubungan dengan penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.2.Acara Kenegaraan adalah agar yang bersifat kenegaraan, dan diatur serta dilaksanakan secara terpusat, dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara dan Undangan lainnya dalam melaksanakan acara tertentu.3.Acara resmi adalah acara yang bersifat resmi, yang diatur dan dilaksanakan oleh Kementerian dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu, dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejubat Pemerintah serta Undangan lainnya dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan.4.Tata tempat adalah aturan mengenai urutan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, dan Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati dalam acara resmi di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.5.Tata upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara resmi di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.6.Tata penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerinti. h. dan Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati dalam acara resmi dilingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.7.Tata Letak adalah pengaturan, penempatan, dan penataan beberapa unsur.8.Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

9.Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.10.Kunjungan kerja adalah kunjungan kedinasan yang dilakukan oleh Menteri dan/atau Pejabat Eselon I atau yang setara.11.Tamu adalah tamu dinas Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang diatur secara keprotokolan.12.Jamuan resmi adalah kegiatan untuk menghormati tamu setingkat Menteri dan/atau Pejabat Eselon I atau yang setara, baik (dari dalam maupun luar negeri.13.Pejabat Negara adalah Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.14.Pejabat Pemerintah adalah pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam organisasi pemerintah.15.Tokoh Masyarakat tertentu/orang yang paling dihormati adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau pemerintah.16.Unit kerja keprotokolan adalah Biro Umum, Sekretariat Jenderal.17.Kementerian adalah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.18.Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.BAB II

KEPROTOKOLAN

Pasal 2

(1)Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, dan Tokoh Masyarakat tertentu/orang yang paling dihormati dalam acara resmi mendapat penghormatan dan perlakuan sesuai dengan kedudukannya.(2)Tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, dan Tokoh Masyarakat tertentu/orang yang paling dihormati hanya diberlakukan dalam acara resmi.(3)Penghormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat juga berupa penghormatan bendera kebangsaan, lagu kebangsaan, dan penghormatan jenazah apabila meninggal dunia, serta pemberian bantuan sarana yang diperlukan untuk melaksanakan acara.

Pasal 3

Upacara dalam acara resmi dapat berupa upacara bendera atau bukan upacara bendera.

Pasal 4

Ketentuan mengenai tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan, rapat-rapat, kunjungan kerja, pelayanan dan jamuan tamu, serta pemberian ucapan sukacita dan dukacita dalam acara resmi bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah/Pimpinan Kementerian, dan tokoh masyarakat tertentu/orang yang paling dihormati, sebagaimana tercantum dalam Lampiran, dan menjadi bagian yan,g tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

BAB III

PEMBIAYAANPasal 5

Biaya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan acara resmi dibebankan pada Anggaran Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 6

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 26/MEN/XII/2005 tentang Pedoman Keprotokolan di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dicabut, dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 7

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 24 April 2010MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA,Drs. H.A Muhaimin Iskandar M.SiLAMPIRAN

PERA TURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR PER.06/MEN/IV/2010

TENTANG

TATACARA KEPROTOKOLAN DILINGKUNGAN

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BABI

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keprotokolan pada dasarnya berisi pengaturan mengenai tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol, dan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan, maka dalam acara-acara kenegaraan atau resmi, terhadap Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, dan Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati berhak mendapatkan penghormatan dan/atau perlakuan sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.

Ketentuan keprotokolan pada dasarnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 26/MEN/XII/2005 tentang Pedoman Keprotokolan di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun secara substansi, dirasakan masih belum operasional dan komprehensif, baik terkait dengan kejelasan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam penyelenggaraan acara-acara resmi yang melibatkan pimpinan kementerian, ruang lingkup pelayanan, maupun pelibatan dan partisipasi dari unit-unit kerja Eselon I penanggung jawab keprotokolan.Berdasarkan pertimbangan, untuk menjaga dan meningkatkan fungsi keprotokolan dalam pelayanan kepada Pejabat Pemerintah/Pimpinan Kementerian dan Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintt,an, atau masyarakat, maka diperlukan pengaturan kembali pelayanan keprotokolan yang lebih jelas, tegas, dan proporsional. Pengaturan ini akan menjadi acuan kerja bagi para pejabat atau stat yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan acara-acara resmi dan/atau pelayanan kepada Pejabat Pemerintah/Pimpinan Kementerian atau tamu resmi kementerian. Diharapkan dengan penyempurnaan peraturan menteri ini dapat memberikan informasi dan pedoman bagi penyelenggara keprotokolan di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi berdasarkan perkembangan aturan nasional dan pengalaman serta praktik yang dilakukan selama ini.

B.Maksud dan Tujuan

1.Dapat diselenggarakannya suatu kegiatan/acara resmi secara tertib, hikmat, rapi, lancar, dan teratur sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional sehingga Pejabat Pemerintah/Pimpinan Kementerian, Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati, tamu, dan/atau pihak-pihak lain yang terlibat dalam acara resmi tersebut dapat mencapai hasil sesuai standar yang ditetapkan.2.Tercapainya dibangunnya sinergitas antar unit kerja Eselon I Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam memberikan pelayanan, penghormatan, dan perlakuan kepada Pejabat Pemerintah/Pimpinan kementerian secara proporsional, setara, dan standar.3.Terjaganya mutu pelayanan, penghormatan, kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah/Pimpinan Kementerian, dan/atau Tokoh Masyarakat tertentu/Orang, yang paling dihormati pada acara resmi.4.Memberikan pedoman penyelengaraan acara resmi agar dapat berjalan tertib, rapi, lancar, dan teratur sesuai ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional.

BAB II

KEGIATAN PELAKSANAANDAN PEMBINAAN KEPROTOKOLAN

Dalam rangka mempertegas peran sekaligus menjaga kinerja pelaksanaan tugas keprotokolan, perlu dideskripsikan kegiatan, pelaksanaan, dan pembinaan keprotokolan, sebagai berikut:

A.Kegiatan Keprotokolan.

1.Kegiatan keprotokolan dimaksudkan untuk menunjang kelancaran kegiatan Menteri dan/atau Pejabat Eselon I atau yang setara di lingkungan Kementerian dalam menjalankan tugas-tugas kedinasan.2.Para pejabat sebagaimana dimaksud pad a angka 1 dalam melakukan tugas kedinasan, mendapatkan penghormatan dan pelayanan keprotokolan secara proporsional, serasi, dan selaras.3.Kegiatan keprotokolan di lingkungan Kementerian terdiri dari:

a.tata tempat ;b.tata upacara dan tata penghormatan;c.rapat-rapat;d.kunjungan kerja;e.pelayanan tamu;f.jamuan resmi; dan g.pemberian ucapan sukacita dan dukacita.

B.Pelaksanaan Kegiatan Keprotokolan. :

1.Pelaksanaan kegiatan keprotokolan pada masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian diatur sebagai berikut:a.tingkat Kementerian dilakukan oleh Sekretaris Jenderal melalui Kepala Biro Umum.b.tingkat Sekretariat Jenderal dilakukan oleh Kepala Biro Umum.c.tingkat Direktorat Jenderal dilakukan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal.d.tingkat Inspektorat Jenderal dilakukan oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal.e.tingkat Badan dilakukan oleh Sekretaris Badan.

2.Pelaksanaan sehari-hari kegiatan keprotokolan Menteri dilakukan oleh Bagian Tata Usaha Pimpinan dan kearsipan Kementerian, Biro Umum, melalui Subbagian Tata Usaha Menteri.3.Pelaksanaan sehari-hari kegiatan keprotokolan Sekretaris Jenderal dilakukan oleh Bagian Tata Usaha Pimpinan dan Kearsipan Kementerian, Biro Umum, melalui Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal.4.Pelaksanaan sehari-hari kegiatan keprotokolan Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal dan Kepala Badan dilakukan oleh Bagian Kepegawaian dan Umum/Bagian Umum pada Sekretariat Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan Badan.5.Pelaksanaan sehari-hari kegiatan keprotokolan Stat Ahli Menteri dan Stat Khusus Menterl dilakukan oleh Bagian Tata Usaha Pimpinan dan Kearsipan Kementerian, Biro Umum, melalui Subbagian Tata Usaha Staf Ahli/Staf Khusus Menteri.6.Pelaksanaan kegiatan keprotokolan masing-masing unit sebagaimana dimaksud pada angka 1 s.d. 4 terkait dengan kegiatan:

a.Menteri, dikoordinasikan dengan Bagian TU Pimpinan dan Kearsipan Kementerian, melalui Subbagian Tata Usaha Menteri.b.Sekretaris Jenderal, dikoordinasikan dengan Bagian Tata Usaha Pimpinan dan Kearsipan Kementerian, melalui Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal.c.Stat Ahli/Staf Khusus, dikoordinasikan dengan Bagian Tata Usaha Pimpinan dan Kearsipan Kementerian melalui Subbagian Tata Usaha Stat Ahli/Staf Khusus.

C.Pembinaan Keprotokolan.

1.Pembinaan keprotokolan di lingkungan Kementerian dilakukan oleh Sekretariat Jenderal melalui Biro Umum.

2.Pembinaan keprotokolan di lingkungan Kementerian meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sosialisasi, pengawasan, dan evaluasi kegiatan keprotokolan.3.Pembinaan keprotokolan dilaksanakan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan dalam bentuk pendampingan atau penyeliaan.4.Pembinaan keprotokolan dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan, penghormatan, sesuai dengan standar yang ditetapkan kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, dan/atau Tokoh Masyarakat tertentu/orang yang paling dihormati pada acara resmi.

BAB III

TATA TEMPAT

Pejabat negara, pejabat pemerintah, dan Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati dalam acara resmi mendapat tempat sesuai dengan ketentuan tata tempat. Pengaturan tata tempat para pejabat dan/atau Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati dalam acara resmi diatur sebagai berikut:

1.Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati mendapat tempat paling utama, apabila:

a.naik mobil, kereta api, dan/atau kapal laut, atau kendaraan air lainnya, naik dan turun paling dahulu dengan tempat duduk menyesuaikan;b.naik pesawat terbang, naik paling akhir turun paling dahulu dengan tempat duduk paling depan;c.memasuki tempat/ruang upacara, datang paling akhir dan pergi/keluar paling dahulu;d.dalam posisi berjajar tempat yang terhormat adalah paling tengah, atau di sebelah kanan, atau sesuai dengan situasi dan kondisi tempat, sifat acara, serta kepatutan;e.dalam acara pemberian ucapan selamat, diberikan urutan paling dahulu;f.dalam hal kedatangan dan kepulangan, selalu datang paling akhir dan pulang paling dahulu.

2.Dalam hal Menteri atau Pejabat sebagai penerima tamu, maka dalam menyambut orang yang paling dihormati, Menteri atau Pejabat tersebut menempatkan diri di sebelah kiri dari tamu yang disambut.3.Dalam pelaksanaan acara resmi selain upacara bendera, baik di pusat maupun di daerah, Menteri, Pejabat Struktural, Pejabat Fungsional, dan undangan lainnya, pengaturan tata tempat disesuaika!1 den[o'. " situasi dan kondisi tempat, sifat acara, dan kepatutan.4.Dalam hal Menteri selaku tuan rumah mendampingi Presiden/Wakil Presiden dalam acara kenegaraan dan acara resmi baik yang diadakan di pusat atau di daerah, maka tata tempat mengikuti protokol PresidenlWakil Presiden.5.Isteri/Suami Pejabat Negara atau Pejabat Pemerintah atau undangan yang mendampingi dalam acara resmi, ditempatkan sesuai dengan urutan tata tempat yang mengacu pada urutan jabatan Pejabat Negara atau Pejabat Pemerintah atau undangan, dengan memperhatikan situasi dan kondisi tempat, sifat acara, dan kepatutan.6.Pejabat Negara atau Pejabat Pemerintah yang berhalangan hadir dan mewakilkan pada acara kenegaraan atau acara resmi, tempatnya tidak diisi oleh pejabat yang mewakili, tetapi pejabat yang mewakili mendapat tempat sesuai dengan kedudukan sosial dan kehormatan yang diterimanya atau jabatan yang dipangkunya.

BAB IV

TATA UPACARA

DAN TATA PENGHORMATAN

Untuk melaksanakan suatu upacara diperlukan pengaturan agar seluruh rangkaian acara dapat berjalan secara tertib dan hikmat. Sesuai Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun I1987 maka Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati mendapat penghormatan dan perlakuan sesuai dengan kedudukannya. Pemberian hormat bagi pejabat negara, pejabat pemerintah, dan Tokoh Masyarakat tertentu/Orang yang paling dihormati dalam acara resmi dilaksanakan dengan perpedoman pad a tata penghormatan.

A.Jenis Upacara.

Jenis upacara di lingkungan Kementerian terdiri dari:

1.Upacara Bendera meliputi:

a.Upacara dengan pengibaran Sang Merah Putih, yaitu upacara pada peringatan Hari-hari Besar Nasional.b.Upacara tanpa pengibaran Sang Merah Putih

1)Hari Bhakti Transmigrasi;2)Bulan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja);3)Hari Kesaktian Pancasila;4)Hari Ulang Tahun KORPR/;5)Hari Ulang Tahun Kementerian.2.Upacara selain upacara Bendera, meliputi :

a.Pengambilan Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil;b.Pelantikan;c.Serah terima tugas;d.Peresmian;e.Pembukaan dan Penutupan Diklat, Penataran, Seminar, atau Lokakarya;f.Penandatanganan Kesepakatan Bersama atau Perjanjian Kerja Sarna.B.Upacara Bendera.

1.Persiapan Upacara Bendera meliputi:

a.Kelengkapan penyiapan upacara bendera:

1)Penetapan petugas;

2)Penetapan pejabat sebagai Pembina Upacara;

3)Penetapan peserta;

4)Susunan acara;

5)Sang Merah Putih;

6)Teks Pancasila;

7)Teks Pembukaan UUD 1945;

8)Teks doa;

9)Teks dan/atau kelengkapan lain sesuai jenis upacara;

10)Naskah Amanat Pembina Upacara;

11)Tempat upacara dan papan penunjuk peserta;

12)Korps musik;

13)Sound system;

14)Dokumentasi;

15)Petugas Kesehatan;

16)Undangan.

b.Susunan upacara:

1)Upacara dengan pengibaran Sang Merah Putih:

a)Persiapan/Pembukaan;

b)Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

c)Penghormatan umum;

d)Laporan Pemimpin Upacara;

e)Pengibaran Sang Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh peserta dan/atau Korps Musik;

f)Mengheningkan cipta dipimpin oleh Pembina Upacara;

g)Pembacaan teks Pancasila oleh Petugas diikuti seluruh peserta upacara;

h)Pembacaan Pembukaan UUD 1945;

i)Pembacaan teks lainnya bila ada;

j)Amanat Pembina Upacara;

k)Pembacaan doa;

l)Laporan Pemimpin Upacara;

m)Penghormatan umum;

n)Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara;

o)Pemimpin Upacara membubarkan seluruh peserta upacara.

2)Upacara tanpa pengibaran Sang Merah Putih:

a)Persiapan/Pembukaan;

b)Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

c)Penghormatan umum;

d)Laporan Pemimpin Upacara;

e)Merigheningkan cipta diplmpin oleh Pembina Upacara;

f)Pembacaan teks Pancasila oleh Petugas diikuti segenap peserta upacara;

g)Pembacaan Pembukaan UUD 1945;

h)Pembacaan teks lainnya bi',:! ;lda;

i)Amanat Pembina Upacara; 0-

j)Pembacaan doa;

k)Laporan Pemimpin Upacara;

I)Penghormatan umum;

m)Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara;

n)Pemimpin Upacara membubarkan seluruh peserta upacara.

c.Pengaturan formasi barisan sebagai berikut:

1)Peserta upacara dibentuk berdasarkan formasi barisan searah jarum jam sesuai urutan unit kerja eselon I sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen;

2)Dalam hal upacara mengikutsertakan undangan mantan Menteri, Dharma Wanita dan mantan pejabat, posisi barisannya ditempatkan di belakang sebelah kanan atau disesuaii