27
MAKALAH MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN Permaslahan Program Unit Produksi (UP) Di Smk” DISUSUN OLEH: FARIS ABDULLAH 11504241006 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

11504241006 Faris Abdullah a1 Kti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ew

Citation preview

MAKALAH

MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

Permaslahan Program Unit Produksi (UP) Di Smk

DISUSUN OLEH:FARIS ABDULLAH

11504241006JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKRTA

2013A. PERMASLAHAN PROGRAM UNIT PRODUKSI (UP) DI SMK

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan di bidang pendidikan yang dikenal dengan nama link and matc. Salah satu cara untuk merealisasi kebijakan tersebut pada pendidikan SMK adalah penyelenggaraan pendidikan dengan Pendekatan Sistem Ganda (PSG). PSG ini telah diterima oleh banyak pihak sebagai ide yang bagus, namun dirasa belum sampai pada tingkat yang diinginkan.

Salah satu alternatif kebijakan yang dapat membantu terwujudnya link and match adalah dengan mendirikan unit produksi di lembaga pendidikan SMK yang dapat dikelola secara profesional. Pendirian Unit Produksi dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme dalam menumbuhkan jiwa kewiraswastaan guru, staf, dan siswa. Alternatif ini diambil karena SMK mempunyai sumber daya manusia dan sarana yang tidak kalah dengan dunia kerja. Upaya pemberdayaan sekolah melalui unit produksi ini juga diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Kenyataan pelaksanaan di lapangan menunjukan bahwa kebijakan pendidikan unit produksi di SMK tidaklah mudah. Banyak sekali hambatan yang ditemui dalam pelaksanaannya. Hambatan tersebut bisa dilihat dari potensi wilayah, potensi sekolah, potensi sumber daya sekolah, sistem sekolah, dan lainnya. Hambatan tersebut berakibat pada pelaksanaan pendirian unit produksi berjalan apa adanya dan belum mengarah pada bentu usaha yang sungguh-sungguh dan dikelola secara profesional (Haryono dalam Waluyo, 2003)

Pengelolaan dan proses pekerjaan unit produksi harus dapat menampilkan unjuk kerja yang profesional. Di sini jelas bahwa sejak awal pengembangannya unit produksi harus mengarah pada usaha yang tidak ala kadarnya, tetapi harus dirancang, direncanakan, diprogramkan, dan dianggarkan dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain pengembangan unit produksi membutuhkan komitmen jangka panjang dari semua pihak, paling tidak setaraf dengan komitmen pada kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah (Pakpahan dalam Waluyo, 1997).

Unit Produksi juga merupakan suatu usaha atau suatu wadah kewirausahaan dalam suatu organisasi yang memerlukan kewenangan khusus dari pimpinan sekolah kepada pengelola untuk secara demokratis melakukan tugas dan tanggung jawab (Teriska, 1997) namun dalam pengamatan Pakpahan unit produksi di SMK dalam pengelolaannya masih kurang independen dan cenderung bersifat irokratik di mana peran kepala sekolah dalam pengambilan keputusan dan kebijakan unit produksi masih terlalu dominan.

Unit produksi perlu dikelola secara profesional sehingga dapat memberikan keuntungan, seperti dijelaskan pada strategi Dikmenjur 2000-2005 bahwa unit produksi dapat mendatangkan beberapa keuntungan, yaitu: (1) menambah penghasilan SMK yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya; (2) memperbaiki dan meremajakan fasilitas sekolah; (3) mendekatkan relevansi program kejuruan dengan kebutuhan dunia usaha/industri; dan (4) menyiapkan siswa berlatih kerja secara nyata dan tanggung jawab karena hasil kerjanya akan dijual di pasaran umum.

Pada tingkat organisasi (interpreneurship), kegiatan unit produksi hanya akan mantap jika sekolah dan para guru atau wirausaha mau berusaha bersama-sama dengan sekolah, tetapi yang terjadi pada umumnya para guru bahkan kepala sekolah mula-mula berusaha di dalam sekolah dan jika usahanya berkembang berubah menjadi usaha mandiri di luar sekolah (Pakpahan dalamWaluyo, 1997).

Keadaan tersebut menjadi khas unit produksi sulit mengalami kemajuan meskipun telah dikelola selama bertahun-tahun. Tidak mengherankan jika dijumpai di suatu SMK di mana para guru atau kepala sekolah memiliki suatu usaha yang berhasil di luar sekolah tetapi unit produksi sekolah tidak bisa berjalan atau bahkan mati.

Masalah unit produksi sering muncul karena tidak adanya kemitraan jangka panjang dari para guru. Banyak SMK menunjukkan bahwa komitmen para guru terhadap unit produksi rata-rata relatif rendah (Pakpahan dalam Waluyo, 1997). Keadaan tersebut disebabkan unit produksi sekolah belum mampu menciptakan iklim dan kondisi yang merangsang para guru untuk memiliki komitmen tinggi yang bersifat jangka panjang. Pembagian pendapatan yang tidak adil sering menimbulkan sikap masa bodoh terhadap unit produksi. Demikian pula sikap kurang transparan dari para pengelola unit produksi

bahkan dari kepala sekolah yang sering menimbulkan sikap saling curiga dan tidak ada kepercayaan para guru terhadap unit produksi.

Persaingan dengan pihak luar, yaitu dunia usaha yang ada di masyarakat sering menjadi masalah tersendiri bagi unit produksi sekolah. SMK memiliki alat atau sarana SDM yang kompeten, murah, dan banyak sumber daya lainnya, tetapi tidak diharapkan pada pengusaha dari lingkungan eksternal kadang-kadang tidak memiliki modal sebaik SMK, tetapi unit produksi SMK masih sering kalah bersaing dalam merebut pasar yang ada di masyarakat. Hal tersebut disebabkan faktor kewirausahaan, di sana para pengusaha eksternal lebih tekun, berani ambil resiko, mimiliki analisis pasar lebih akurat yang jarang dimiliki oleh para pengusaha unit produksi, bahkan unit produksi dijalankan secara sambilan.

Hambatan lain bagi perkembangan unit produksi adalah lemahnya manajemen dalam pengelolaannya, sehingga unit produksi berjalan apa adanya. Pemasaran produk juga belum ditangani dengan baik. Hasil usaha unit produksi belum maksimal dikenal oleh masyarakat, sehingga tidak banyak dicari oleh masyarakat yang membutuhkan.Dari aspek pengorganisasian, unit produksi banyak yang tidak memiliki kemandirian sehingga pengambilan keputusan dan kebijakan unit produksi masih di tangan kepala sekolah, sedangkan dari aspek pengaktifan organisasi, masalah koordinasi baik dengan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal sering kurang berjalan dengan baik, demikian pula motivasi yang rendah serta iklim kerja yang tidak mendukung tercapainya komitmen jangka panjang dari para guru atau pegawai dari aspek pengawasan masalah ini juga sering menjadi sorotan para guru bahwa dengan adanya sifat yang terlalu birokratik dalam pengelolaan unit produksi, maka dalam hal pengawasan kurang dapat diawasi secara lebih terbuka oleh semua guru dan pegawai. Begitu pula dengan pengawasan terhadap kualitas produksi, sering terjadi untuk home industri lebih baik daripada hasil dari unit produksi, ini menunjukkan bahwa kualitas contoh pada unit produksi masih lemah.

Pengelolaan unit produksi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian terlihat masih kurang maksimal. Guru-guru bidang produktif yang semestinya berpotensi untuk dapat menunjang perkembangan unit produksi, ternyata banyak yang tidak dioptimalkan, justru tidak dimasukkan dalam jajaran kepengurusan. Bahkan ada beberapa guru senior yang merupakan perintis berdirinya unit produksi sudah tidak lagi masuk dalam jajaran pengurus tersebut. Guru yang tidak masuk dalam jajaran kepengurusan unit produksi terkesan masa bodoh, tidak peduli terhadap perkembangan unit produksi. B. MANAJEMEN YANG SEHARUSNYA1. Pengertian ManajemenManajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal katamanusyang berarti tangan danagereyang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerjamanagereyang artinya menangani.Managerediterjemahkan ke dalam Bahasa Inggeris dalam bentuk kata kerjato manage, dengan kata bendamanagement, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya,managementditerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.Manajemen menurut Mary Parker (Stoner & Freeman, 2000) ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (The art of getting things done through people). Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai pandangan dan pendekatannya masing-masing seperti: Barnard (1938), Terry (1960), Gray (1982), Manullang (1983), Gitosudarmo (1984), Sukiswa (1986), Siregar & Samadhi (1997), Hitt,et.al. (1989), Schermerhon (1996), Wright & Noe (1996), Fattah (1996), Matteson & Ivancevich (1996), Handoko (2003), Gibson (2003), Dressler (2003) dan Casio (2003); namun tidak satupun yang memuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dianggap baik sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas (task).Fungsi manajemen menurut Taylor adalah:Planning, Directing, and Organizing of work(PDO). Menurut Fayol, ada empat fungsi manajemen yaitu:Planning, Commanding, Coordinating, and Controllingyang disingkatPCCC.Sedangkan menurut Gulick, fungsi manajemen adalahPlanning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, and Budgetingdengan akronimPOSDCoRB. Terry menyatakan fungsi manajemen adalahPlanning, Organizing, Actualizing, and Controlling (POAC).Manajemen (pengelolaan) sebagai fungsi meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kepemimpinan, pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil (Gibson, 2003 & Husaini Usman, 2007). Tetapi liputanmanajemen ini dapat lebih disederhanakan menjadi Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan (P3).Karena pengorganisasian dan kepemimpinan dapat dimasukkan dalam pelaksanaan. Sedangkan pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan dapat dimasukkan ke dalam pengawasan.2. Pengertian UP/J SMK/MAKUP/J SMK/MAK ialah suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan sekolah/madrasah secara berkesinambungan, bersifat akademis dan bisnis dengan memberdayakan warga sekolah/madrasah dan lingkungan dalam bentuk unit usaha produksi/jasa yang dikelola secaraprofesional(Bambang Sartono, 2006). Selanjutnya, ditambahkan Bambang Sartono (2006), UP/J SMK/MAK juga merupakan suatu usahaincorporated-enterpreuneuratau suatu wadah kewirausahaan dalam suatu organisasi yang memerlukan kewenangan khusus dari pimpinan sekolah kepada pengelola untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya secara demokratis. Karena UP/J SMK/MAK adalah wadah kewirausahaan di sekolah maka ia harus dikelola secara akademis/bisnis dan dilembagakan dalam suatu wadah usaha. Untuk mendukung pengertian tersebut, lebih lanjut Bambang menjelaskan perbedaan antara Unit produksi denganTeaching Factory, sebagai berikut.Tabel 2.1. Perbedaan Unit Produksi denganTeaching Factory

NoUnit ProduksiTeaching Factory

1Produk mendukung pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Menekankan pada kualitas produk

2Produksi bergantung padaidle capacitysekolahDapat diexpandtan-pa batas

3Harus melibatkan guru, siswa dan staf sekolahHanya melibatkan guru,

Bambang Sartono (2006).

3. Tujuan dan Manfaat UP/J SMK/MAKTujuan UP/J SMK/MAK adalah untuk meningkatkan mutu tamatan dalam berbagai segi terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan;a. wahana pelatihan berbasis produksi/ jasa bagi siswa;b. wahana menumbuhkan dan mengembangkan jiwa wirausaha guru dan siswa pada SMK/MAKc. sarana praktik produktif secara langsung bagi siswa;d. membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas dan biaya-biaya operasional pendidikan lainnya;e. menambah semangat kebersamaan, karena dapat menjadi wahana peningkatan aktivitas produktif guru dan siswa serta memberikan income serta peningkatan kesejahteraan warga sekolah;

f. mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa;

g. melatih untuk berani mengambil risiko dengan perhitungan yang matang;

h. mendukung pelaksanaan dan pencapaian Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang seutuhnya;.

i. memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengerjakan pekerjaan praktik yang berorientasi pada pasar;

j. meningkatkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa, guru dan manajemen sekolah;

k. menumbuhkan sikap profesional produktif pada siswa dan guru;

l. melatih siswa untuk tidak bergantung kepada orang lain, namun

m. mandiri khususnya dalam mendapatkan kesempatan kerja;

n. wadah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi siswa yang tidak mendapatkan tempat praktik kerja industri di dunia usaha dan industri;

o. menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha dan industri serta masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum dan hasil-hasil produksinya;

p. meningkatkan intensitas dan frekuensi kegiatan intra, ko, dan ekstra kurikuler siswa; dan

q. membangun kemampuan sekolah dalam menjalin kerjasama sinergis dengan pihal luar dan lingkungan serta masyarkat luas.(Dikmenjur, 2007)Adapun Manfaat UP/J SMK/MAKa. Sebagai sumber belajar siswa.b. Sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK.

4. Prinsip-Prinsip Manajemen UP/J SMK/MAKDalam mengelola UP/J SMK/MAK antara lain dapat menerapkan manajemen berbasis sekolah dengan prinsip:a. KemandirianKemandirian ialah otonomi dalam mengatur diri sendiri secara merdeka (tidak tergantung pihak lain). Dengan otonomi yang lebih besar, manajer UP/J SMK/MAK akan mempunyai kewenangan yang lebih besar dalam mengelola UP/J SMK/MAK sehingga UP/J SMK/MAK lebih mandiri. Melalui kemandiriannya, UP/J SMK/MAK lebih berdaya dalam mengembangkan program-program sekolah sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Yang ada. Manajemen UP/J SMK/MAK dilakukan secara otonomi mengandung arti bahwa manajemen mampu memutuskan sendiri karena merekalah yang tahu yang terbaik bagi UP/J SMK/MAK-nya. Otonomi manajemen juga berarti mampu mengatasi masalahanya sendiri. Otonomi UP/J SMK/MAK yang terus menerus akan menjamin keberlangsung (sustainabilitas) dan pengembangan UP/J SMK/MAK.Otonomi harus didukung antara lain oleh kemampuan: merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, kepemimpinan transformasional, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, berkomunikasi, berkoordinasi secara sinerjis, dan melakukan perubahan organisasi organisasi (jujur, adil, demokratis, transparan, adaptif, antisipatif, memberdayakan sumberdaya yang ada, dan memenuhi kebutuhan sendiri).Otonomi dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat memberikan pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa dalam berusaha janganlah menunggu perintah orang lain, mulailah dari diri sendiri karena diri sendirilah yang paling tahu apa yang terbaik bagi dirinya berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dimiliki. UP/J SMK/MAK diharapkan mampu menghasilkan tamatan yangmandiri. Otonomi juga menuntut siswa agar mau berubah ke arah yang lebih baik dan menyadarkan siswa bahwa nasib tidak akan berubah kecuali oleh diri sendiri.b. AkuntabilitasAkuntabilitas ialah pertanggungjawaban tertulis sekolah kepadastakeholder-nya. Semua kegiatan dalam mengelola UP/J SMK/MAK yang sudah dilaksanakan harus dilaporkan kepadastakeholderatau komite sekolah dalam suatu rapat sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan UP/J SMK/MAK. Selanjutnya, komite sekolah diberi kesempatan secukupnya untuk mempelajari Laporan Kinerja UP/J SMK/MAK untuk diterima atau ditolak. Adanya prinsip akuntabilitas dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat mengurangi bahkan menghindarkan kecurigaan telah terjadi KKN. UP/J SMK/MAK adalah milik sekolah dan menggunakan fasilitas dan dana milik sekolah dan atau milik investor. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya pihak manajemen melaporkan pemanfaatan fasilitas dan dana tersebut kepada pihak sekolah dan investor.Penerapan prinsip akuntabilitas dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat memberikan pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa bahwa setiap mendapat tugas harus diselesaikan dengan penuh tanggung jawab dan mampu mempertangungjawabkan hasilnya kepada pihak pemberi tugas. Penyelesaian suatu pekerjaan harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan. UP/J SMK/MAK diharapkan mampu menghasilkan tamatan yangbertanggung jawabbaik bagi dirinya maupun orang lain. Prinsip otonomi dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat menyadarkan siswa bahwa setiap manusia adalah pemimpin minimal memimpin dirinya sendiri dan setiap pemimpin diminta pertanggungjawabannya.Akuntabiltas dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK dapat menambah kepercayaan bagi warga sekolah, investor, mitra, dan pelanggan UP/J SMK/MAK untuk membantu fasilitas dan dana, serta menyalurkan, dan membeli barang/jasa yang dihasilkan UP/J SMK/MAK. Pelanggan tidak akan mau bekerja sama dengan UP/J SMK/MAK jika kurang ada rasa tanggung jawabnya.

c. TransparanTransparan ialah keterbukaan. Keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa saling curiga antara sekolah denganstakeholder-nya.UP/J SMK/MAK yang dicurigai akan ditinggalkanstakeholder-nya.Stakeholdersekolah ialah orang-orang yang peduli dengan kemajuan sekolah.Stakeholderinternal sekolah adalah: siswa, guru, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya.Stakeholdereksternal sekolah antara lain adalah: orang tua/wali siswa, birokrat Dinas Pendidikan, tokoh masyarakat termasuk LSM, pengusaha, anggota profesi, dan alumni.

Keterbukaan merupakan awal dari kejujuran. Keterbukaan dalam arti bersifat proporsional yaitu tidak semua rahasia pribadi diungkapkan melainkan keterbukaan dalam manajemen dan keuangan UP/J SMK/MAK. Keterbukaan hanya akan efektif jika ada komunikasi yang efektif atau sebaliknya.Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar memberikan pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa dalam berwirausaha perlu keterbukaan karena keterbukaan berhubungan timbal balik dengan kejujuran. Kejujuran terletak dalam hati nurani. Dalam menjual barang/jasa ungkapkan bahwa produk kami/jasa kami memang bermutu tinggi dengan bukti-buktinya. Sebaliknya, jika ada produk/jasa yang cacat, sebutkan pula lengkap dengan potongan harganya. Esensi keterbukaan adalah berusaha atau berdaganglah dengan jujur. SMK/MAK menetapkan prosedur yang mengatur transparansi sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal yang berkelanjutan. Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai. SMK/MAK menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional yang mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik dan penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar.Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan di SMK/MAK adalah pengelola UP/J SMK/MAK terbuka terutama dalam hal keuangan UP/J SMK/MAK, terbuka dalam hal mutu yang dihasilkan UP/J SMK/MAK sehingga tidak mengecewakan pelanggan.

d. KemitraanKemitraan ialah kerja sama saling menguntungkan dalam hubungan setara dan interaktif, aktif, dan positif. Di lingkungan SMK/MAK, lembaga tempat bermitra disebutinstitusi pasangan.Dalam mengelola UP/J SMK/MAK, manajemen harus memikirkan dengan siapa akan bermitra karena bekerja sendiri-sendiri hasilnya cenderung lebih kecil dibandingkan dengan bekerja bersama-sama mitra (sinerjis). Kemitraan akan berjalan efektif bila saling untung (profit), saling kebersamaan (together), salingemphaty, saling membantu (assist), saling dewasa (maturity), saling berkeinginan (willingness), saling teratur (organization), saling menghormati (respect), dan saling berbaik hati (kindness) atau disingkap P-TEAMWORK (Fasli Jalal & Edy Supriyadi, 2006). Dengan adanya mitra maka UP/J SMK/MAK mungkin akan memiliki pemasok (supplayer) sumber daya manusia dan nonmanusia dan/atau pangsa pasar dan/atau penyalur (distributor) produk barang/jasa yang dihasilkan oleh UP/J SMK/MAK. Dalam melakukan kemitraan, keluarga, masyarakat, dan pemerintah melaksanakan fungsinya masing-masing sesuai dengan perannya masing-masing. Masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap pendidikan (Husaini Usman, 2005).Penerapan prinsip kemitraan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar bagi siswa SMK/MAK dapat memberikan pelajaran dalam belajar dan berusaha: (1) binalah kemitraan melalui jaringan kerja (netwoking) dalam melakukan usaha, (2) bermitralah dengan prinsip saling menguntungkan, (3) mengetahui sumber daya yang akan dipasok mitra, dan (4) mengetahui apa yang dapat dilakukan mitra dalam memasarkan produk barang/jasa. Dalam penyusunan silabus untuk UP/J SMK/MAK, guru dapat bermitra dengan Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaranan (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau perguruan tinggi.Penerapan prinsip kemitraan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK dapar dukungan sumberdaya manusia dan nonmanusia dari mitra atau industri pasangan dalam mengembangkan UP/J SMK/ MAK dan untuk menempatkan siswa SMK/MAK magang di tempat mitra atau industri pasangan.

e. PartisipasiPartisipasi ialah keterlibatan aktifstakeholdersecara langsung dalam manajemen UP/J SMK/MAK yang dilandasi keyakinan bahwa bilastakeholderberpartisipasi maka mereka merasa dihargai. Manusia pada hakekatnya ingin memenuhi kebutuhannya dengan penghargaan (esteem need) (Maslow,1954). Jika manusia dihargai maka dia akan merasa dilibatkan. Jika manusia dilibatkan maka ia merasa bertanggung jawab dan berdedikasi. Jika manusia merasa bertanggung jawab dan berdedikasi maka ia merasa memiliki. Dalam melakukan partisipasi harus mempertimbangkan kompetensi, tenaga, dana, waktustakeholdersesuai dengan relevansinya.Stakeholderbekerja bahu membahu secara profesional sebagai tim kerja yang sinergis dan solid. Untuk membuatstakeholderyang terlibat dan merasa memiliki terhadap perencanaan UP/J SMK/MAK, diperlukan suasana yang demokratis, danstakeholderterlibat dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip ini menuntut para orang-tua dan guru mengerti segala kebutuhan yang terbaik untuk peserta didiknya, dan melalui satu usaha yang kooperatif, mereka dapat bahu membahu meningkatkan program-program yang tepat sesuai kebutuhan peserta didik (Duhou, 2002).Penerapan prinsip partisipasi dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar adalah dalam belajar dan berusaha, siswa berpartisipasi aktif tidak bedrsikap pasif. Dalam menyusun silabus, SMK/MAK dapat mengundang kelompok kerja guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaranan (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau perguruan tinggi untuk meningkatkan partisipasi aktif. Peningkatan partisipasistakeholderdalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan adalah dalam hal program dan keuangan. Kerja sama ialah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah kebersamaan/kolektif untuk meningkatkan kualitas sekolah. Kerjasama sekolah yang baik ditunjukkan oleh hubungan antarstakeholderyang erat, dan adanya kesadaran bersama bahwa output sekolah merupakan hasil kolektif kerja tim yang kuat dan cerdas (Depdiknas,2002). Pembelajaran partsipasi bagi siswa SMK/Mak bahwa dalam merencanakan usaha perlu ada dukungan aktif pihak lain karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.Penerapan prinsip partisipasi dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK mendapatkan dukungan dana dan fasilitas lainnya dari mitra SMK/MAK.

f. EfektifEfektif ialah setiap upaya untuk mencapai hasil/output yang cocok/sesuai dengan persyaratan yang diinginkan/diharapkan para pelanggan. Rendah atau kurangnya keefektifan (effectiveness) diukur oleh tingkatan di mana proses menghasilkan output tidak sesuai/sejalan/dan tidak cocok dengan persyaratan-persyaratan yang diinginkan/diharapkan pelanggan (dapat dilihat pada rendahnya mutu output/hasil) (Anonim, 2006). Sedangkan keefektifan (effectiveness) ialah keadaan di mana pencapaian hasil sesuai dengan acuan yang direncanakan dan diharapkan untuk memenuhi kepuasan pelanggan/pengguna hasil pendidikan. Hasil yang diharapkan dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Efektivitas secara kuantitatif adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target yang harus dicapai, sedangkan efektivitas secara kualitatif adalah tingkat kepuasan yang diperoleh. Sesuatu yang efisien belum tentu efektif dan sesuatu yang efektif belum tentu efisien.Efisien (daya guna) adalah proses penghematan 7M+1I dengan cara melakukan pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan efektif (hasil guna) adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes) dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things). Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan dengan baik. Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan, maka efektivitas lebih memfokuskan diri pada output atau hasil yang diharapkan.

g. EfisienEfisien ialah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang dipersyaratkan dengan pengorbanan sumber daya yang paling minimal (Anonim, 2006). Sumber daya terutama biaya, waktu, dan tenaga. Dalam hal ini, proses-proses yang dilakukan selalu menghindari terjadinya pemborosan atau kerugian-kerugian percuma yang tidak perlu. Proses efisiensi diukur dengan perbandingan antara output yang dicapai dengan biaya-biaya untuk menghasilkan output yang diharapkan. Biaya-biaya ini lazimnya dinyatakan dalam bentuk satuan sumber biaya yang telah dikeluarkan (baik dalam bentuk rupiah, jam kerja, satuan enerji yang digunakan). Sedangkan yang dimaksud efisiensi ialah acuan terukur kinerja di mana hasil yang dicapai dibandingkan dengan biaya-biaya/pengorbanan sumber daya yang telah dikeluarkan bagi pencapaian hasil tersebut (Anonim, 2006).

Beda efektif dan efisien adalah sebagai berikut. Efisien (daya guna) adalah proses penghematan 7M+1I dengan cara melakukan pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan efektif (hasil guna) adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes) dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things). Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan dengan baik. Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan, maka efektivitas lebih memfokuskan diri pada output atau hasil yang diharapkan.

Penerapan prinsip efisien dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar bagi siswa SMK/MAK dapat memberikan pelajaran bahwa dalam mengerjakan sesuatu harus hemat biaya, tenaga, dan waktu. Penerapan prinsip efisien dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK harus berupaya menghemat biaya, waktu, dan tenaga dalam menghasilkan barang/jasa. Penghematan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dan dapat menekan harga harga barang/jasa yang diproduksi sehingga mampu bersaing dengan para pesaing.

5. Cara Pemperkuat Manajemen UP/J SMK/MAKKeberhasilan Unit Produksi di SMK sangat tergantung kepada manajemen yang diterapkan di sekolah tersebut. Oleh karena menjadi hal yang penting untuk mem-perkuat manajemen SMK agar Unit Produksi dapat dikembangkan dalam upaya memperkokoh daya saing tamatan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:a. Perkuat Jiwa WirausahaKarena wirausahawan adalah juga seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi dan meyakinkan kelompoknya dalam mengembangkan gagasannya dengan cara melakukan kerjasama yang saling mempercayai satu sama lain. Komitmen yang teguh dalam mencari dan menciptakan peluang ini bisa ditumbuhkan dengan cara penyederhanaan birokrasi dan pendelegasian wewenang yang jelas kepada mitra usaha dan bawahan dalam menjalankan bisnis dan dalam pengembilan keputusan.

b. Diperlukan Kesadaran akan Manfaat Keberadaan Unit Produksi di SMKKeberadaan Unit Produksi di SMK seharusnya dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan produksi hasil praktik siswa. Unit produksi dapat menjadi wadah yang menampung produk siswa; menjadiquality controlatas produk siswa; menjadi tim pemasaran; menjadi agen penjualan yang dapat memberikan kontribusi langsung siswa memperoleh hasil penjualan. Dalam upaya mengembangkan kesadaran ini, diperlukan iklim manajemen yang transparan sehingga seluruh warga sekolah dapat melihat secara langsung berbagai keuntungan yang diperoleh.

c. Tertib AdministrasiAspek administrasi sering kurang mendapat perhatian dalam usaha kecil di Indonesia. Unit Produksi seharusnya melakukan pembukuan atas setiap transaksi yang dapat dipelajari oleh warga sekolah. Data operasi Unit produksi dapat menjadi sarana untuk mengkaji berbagai hal yang berhubungan dengan pengembangan usaha, misalnya jenis permintaan yang paling sering disampaikan pelanggan, jenis produk yang cenderung diperlukan pada waktu tertentu, jenis produk yang diminati pada kalangan tertentu, dimana lokasi tempat tinggal pelanggan, pada waktu kapan keuntungan terbesar, pada saat bagaimana produk mencapai puncaknya atau sebaliknya permintaan pada posisi terendah.Dalam pembelajaran praktik, siswa perlu diberi kesempatan untuk bekerja cepat dan akurat. Artinya semua tugas diselesaikan secara benar dengan waktu yang sependek mungkin dengan prosedur yang benar pula. Namun ketika siswa telah menunjukkan penguasaan kompetensi, mereka perlu ditantang untuk kreatif dan inovatif. Tantangan ini akan menggugah kompetisi diantara siswa, lebih-lebih bila diberikan sistemrewardyang konsisten.

d. Ciptakan IklimMarketdi SekolahBeri kesempatan siswa dan guru untuk melakukan jual-beli di sekolah. Misalnya antara siswa maupun siswa dengan guru atau sebaliknya guru dengan siswa. Mereka dapat saling berjual-beli untuk saling memenuhi kebutuhan. Selanjutnya anjurkan siswa untuk berjual-beli di lingkungan keluarga mereka dan diteruskan dengan berjual-beli dengan di lingkungan masyarakat sekitar. Dengan cara ini maka akan terbentuk jejaring laba-laba yang bermuara di sekolah.

e. Pengkondisian Lingkungan SekolahMulailah dengan menanamkan nilai-nilai yang ada di industri untuk terjadi dan berlangsung di sekolah. Beberapa nilai yang dapat mulai dikondisikan adalah kebersihan, ketertiban, disiplin, dan ramah terhadap setiap tamu. Kondisi ini harus diciptakan dan menjadi budaya sekolah, karena dengan terciptanya kondisi tersebut warga sekolah khususnya siswa akan mengalami lingkungan/ dunia usaha yang sesungguhnya. Karena di dunia usaha selalu diupayakan suasana yang tertib, disiplin, ramah terhadap pelanggan dan selalu menjaga kebersihan untuk memberi kenyamanan kepada pelanggan dan relasi.

f. Guru adalah Sumberdaya yang PentingIkut sertakan guru dalam berbagai diklat yang memungkinkan mereka berkembang dalam penguasaan kompetensi dan mencapai peningkatan wawasan dan keterampilan berwirausaha. Guru sebagai aset penting SMK akan menjadi agen perubahan dalam iklim belajar siswa. Bila perlu guru perlu dicarikan kesempatan melakukanon the job trainingdi unit usaha kecil dan menengah. Pelatihan yang berkaitan dengan inovasi produk dan layanan berkaitan dengan program keahlian dan bidang mereka akan menjadi nilai tambah bagi pribadi guru maupun kepentingan sekolah.

g. Membuka Berbagai ReferensiBelajar dengan multi referensi dan metode yang variatif akan menjadi daya tarik bagi siswa untuk menekuninya. Siswa perlu dibawa untuk melihat kemungkinan mencari informasi dan ide serta sumber belajar dari berbagai jenis referensi. Gunakan metodesurveyke lapangan/ pasar, menjelajah internet, mempelajari iklan, berbagi berita ekonomi dan bisnis, membacasuccessstory, akan merupakan pengalaman belajar yang memberi banyak pengetahuan.

6. Mengembangkan Organisasi Unit ProduksiBeberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat strukur organisasi Unit Produksi antara lain:a. Organisasi dan manajemen Unit Produksi disusun secaraflat:1) Lebih menekankan pada kerja tim2) Sebagai anggota tim, karyawan dilibatkan dan diberdayakan untuk memberi kontribusi kepada manajemen dalam mewujudkan kepuasan kepada pelanggan3) Adanya pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas kepada setiap unit kerja dan pelaksana4) Mengembangkan prinsip desentralisasi dan otoritas dalam pembagian tugas dan wewenang5) Peran dan tanggungjawab personel dan pengelola secara jelas, untuk dapat menumbuhkan usaha tanpa dikekang oleh jalur birokrasi yang kaku6) Gaya kepemimpinan sekolah bersifat luwes, fleksibel dan demokratis, untuk dapat menjalin komunikasi dan menyaring informasi dengan cepat bagi kepentingan Unit Produksi

b. Staffing,dilakukan dalam aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan SDM dalam pengembangan Unit Produksi yang meliputi: rekrutmen, seleksi, penempatan, orientasi, pemberian imbalan, unit pelatihan, promosi dan penilaian prestasi kerja.

c. Pengendalian dilakukan untuk melakukan pengaturan atau pengarahan dalam organisasi agar tujuan tercapai.

1) Pengendalian fisik, misal:a) Bahan bakub) Kualitas produkc) Peralatan produksid) Kapasitas mesin, dll2) Pengendalian Personel, meliputi:a) Penempatan pekerja barub) Training karyawanc) Penggajian dan prestasi kerja

3) Pengendalian Informasi, meliputi:a) Informasi pemasaran dan penjualanb) Informasi analisis lingkunganc) Jadual produksi

4) Pengendalian finansial