Upload
aryanto-dedy
View
806
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah tentg polimer
Citation preview
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
1/83
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah EksipienFarmasetika yang berjudul Polimer Mukoadhesif ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Eksipien dalam
Sediaan Farmasi. Makalah ini berisi uraian tentang pengertian
polimer mukoadhesif, mekanisme pembentukan mukoadhesif, eksipien yang
digunakan dan contoh formulasi mukoadhesif yang penulis buat.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh sebab itu, bila ada saran dan kritik yang membangun akan
selalu diterima dengan hati terbuka. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha
Esa membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan selama
penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Depok, Desember 2012
Penulis
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
2/83
iii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................iii BAB I
PENDAHULUAN................................................................................1
1.1.Lata Belakang
Masalah..........................................................................1
1.2.Rumusan
Masalah..................................................................................1
1.3.Tujuan.....................................................................................................
1
1.4.Metode
Penulisan...................................................................................2
1.5.Sistematika
Penulisan.............................................................................2
BAB II
MUKOADHESIF...............................................................................3
BAB III POLIMER
MUKOADHESIF.........................................................12
3.1.Polimer
Alam.........................................................................................12
3.1.1. Kitosan...........................................................................12
3.1.2. Pektin.............................................................................14
3.1.3. Gelatin...........................................................................15
3.2.Polimer
Semisintetik..............................................................................17
3.2.1. HPMC............................................................................17
3.2.2. PVP................................................................................19
3.3.Polimer
Hidrogel....................................................................................21
3.3.1. Karagenan......................................................................22
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
3/83
iv
3.3.2. Na Alginat......................................................................24
3.3.3. Alginat-Thiol..................................................................27
3.3.4. Guar Gum.......................................................................29
3.4.Polimer
Hidrofilik..................................................................................30
3.3.1. CMC Na..........................................................................31
3.3.2. Carbomer........................................................................32
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
4/83
v
BAB IV CONTOH FORMULASI.................................................................35
BAB V PENUTUP...........................................................................................59
5.1.Kesimpulan.............................................................................................59
5.2.Saran.......................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................60
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
5/83
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan sistem penghantaran obat pada dekade belakangan ini
telah sampai pada penggunaan teknologi
mukoadhesif. Beberapa keunggulan mukoadhesif ketika
diaplikasikan kepada sistem penghantaran obat antara lain, dapat
meningkatkan kepatuhan pasien mengkonsumsi obat karena bentuk
sediannya dapat diterima dengan baik oleh pasien, meningkatkan efikasi obat,
mengurangi efek samping, jarak pemberian dosis lebih panjang, maka
kebutuhan tidur penderita tidak terganggu dan tentu saja berimbas pada
pencapian kualitas hidup pasien yang lebih baik.
Berbagai macam polimer mukoadhesif dapat ditemukan di alam, dibuat
semi sintetik, maupun sintetik. Uji daya lekat mukoadhesif dari beberapa
polimer eksipien sangat penting dalam pengembangan sediaan lepas lambat
oral dengan sistem mukoadhesif untuk meningkatkan ketersediaan hayati obat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
a) Apa yang dimaksud dengan mukoadhesif?
b) Bagaimana mekanisme pembentukan mukoadhesifl?
c) Apa saja eksipien yang digunakan yang bersifat mukoadhesif?
d) Bagaimana contoh formulasi mukoadhesif?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi kepada pembaca mengenai polimer mukoadhesif yang dapat
digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi serta sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi pada mata kuliah Eksipien Farmasetika.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
6/83
2
1.4 Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu
metode studi pustaka. Informasi-informasi yang ada dalam makalah ini penulis
dapatkan dari beberapa buku teks, jurnal, dan literatur-literatur lain
mengenai polimer mukoadhesif Selain itu, penulis juga mencari dan
memperoleh beberapa informasi dari media internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini penulis susun dalam lima bab yang terdiri dari
pendahuluan, mukoadhesif, polimer mukoadhesif, formulasi, dan penutup. Pada
bab pertama, penulis menjelaskan latar belakang, perumusan
masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan makalah. Pada bab kedua, penulis menguraikan tentangpengertian mukoadhesif, mekanisme mukoadhesif, mucus, serta polimer pada
Mucosal Drug Delivery. Pada bab ketiga, penulis menguraikan tentang sepuluh
jenis polimer mukoadhesif. Pada bab keempat, penulismenguraikan tentang contoh formulasi mukoadhesif. Pada bab kelima, penulis
simpulkan isi makalah dan membuat saran. Akhirnya, penulis menyajikandaftar pustaka sebagai bahan referensi penulis dalam penyusunan makalah.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
7/83
3
BAB II
MUKOADHESIF
2.1. Definisi Mukoadhesif
Mukoadhesif berasal dari kata mukosa dan adhesi. Mukosa merupakan
membran pada tubuh yang bersifat semipermeabel dan mengandung
musin. Sedangkan adhesi berarti gaya molekuler pada area kontak antar
elemen yang berbeda agar dapat berikatan satu sama lain. Jadi, mukoadhesif
adalah sistem pelepasan obat dimana terjadi ikatan antara polimer alam atau
sintetik dengan substrat biologi yaitu permukaan
mukus. Sistem mukoadhesif dapat menghantarkan obat menuju site-
spesific melalui ikatan antara polimer hidrofilik dengan bahan dalam formulasi
suatu obat, dimana polimer tersebut dapat melekat pada permukaan biologis
dalam waktu yang lama.
Sistem penghantaran ini digunakan untuk memformulasikan sediaan
lepas terkendali dengan tujuan memperpanjang waktu tinggal obat tersebut di
saluran cerna dan mengatur kecepatan serta jumlah obat yang dilepas.
2.2. Struktur dan Kandungan Mukosa
Mukus merupakan sekret jernih dan kental serta melekat,
membentuk lapisan tipis, berbentuk gel kontinyu yang menutupi dan
beradhesi pada permukaan epitel mukosa. Mukus disintesis oleh sel
goblet. Tebal mukus bervariasi antara 50-450 um. Didalam mukus terdapat
musin yang mengandung glikoprotein dengan berat molekul yang
memungkinkan untuk polimer dapat menempel dan mengalami penetrasi.
Biasanya mukus terdiri dari air 95 %, glikoprotein dan lemak 0,5-5,0%,
garam-garam mineral 1% dan protein bebas 0,5-1%. Namun, komposisi ini
dapat berbeda pada setiap individu walau hanya dengan perbedaan konsentrasi
yang kecil. Komponen utama mukus yang bertanggung jawab pada viskositas
serta sifat adhesi dan kohesinya adalah glikoprotein, suatu protein berbobot
molekul t inggi yang memiliki unit oligosakarida (rata-rata 8-10 residumonosakarida dari 5 jenis monosakarida, seperti L-fukosa, D-galaktosa, N-asetil-
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
8/83
4
D-glukosamin, N-asetil-D-
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
9/83
5
galaktosamin dan asam sialat. Unit-unit monosakarida tersebut terikat
dalam rantai oligosakarida. Dengan adanya gugus-gugus tersebut membuat
musin dapat berikatan dengan gugus fungsi yang ada pada polimer.
Gambar 2.1. Struktur Gula dalam Glikoprotein
2.3. Mekanisme Kerja Polimer Mukoadhesif
Prinsip penghantaran obat dengan sistem mukoadhesif adalah
memperpanjang waktu tinggal obat pada organ tubuh yang mempunyai lapisan
mukosa. Sistem mukoadhesif akan dapat meningkatkan kontak yang lebih baik
antara sediaan dengan jaringan tempat terjadinya absorpsi sehingga
konsentrasi obat terabsorpsi lebih banyak dan diharapkan akan terjadi aliran obat
yang tinggi melalui jaringan tersebut. Adapun secara keseluruhan mekanisme
kerja dari polimer mukoadhesif adalah sebagai berikut :
1. Terjadi kontak antara polimer dengan permukaan mukosa yang
disebabkan karena adanya pembasahan yang baik ataupun karena
swelling pada polimer.
2. Setelah berkontak, terjadi penetrasi dari rantai polimer kedalam permukaan
jaringan atau interpenetrasi rantai polimer dan mukosa.
3. Terbentuklah ikatan kimia antara rantai polimer dengan molekul musin,
yang mempertahankan pelekatan polimer ke mukosa.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
10/83
6
Gambar 2.2. Dua Tahapan Mekanisme Bioadhesif
a) Interaksi mukosa yang terjadi diantaranya adalah:
Ikatan ionik
Terjadi apabila dua muatan ion yang berlawanan saling tarik menarik
melalui interaksi elektrostatik membentuk ikatan yang kuat.
Ikatan kovalen
Terjadi peristiwa saling memberi dan menerima elektron pada
pasangan elektron untuk memenuhi orbital keduanya. Jenis ikatan inisangat kuat.
Ikatan hidrogen
Terjadi apabila atom hidrogen yang membawa muatan agak positif,
terikat secara kovalen dengan atom elektronegatif, seperti
oksigen, fluorine atau nitrogen.
Ikatan Van der Walls
Jenis ikatan yang paling lemah yang timbul karena adanya interaksi
dipol-dipol dan dipol-menginduksi daya tarik dipol pada molekul
polar dan gaya dispersi dari substansi nonpolar.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
11/83
7
b) Teori yang dapat menjelaskan mekanisme bioadhesi yaitu:
1. Mekanisme Kimia
a. Teori elektronik
Adhesi terjadi sebagai akibat pembentukan electric double layer.
Akibat adanya adanya gaya tarik-menarik elektrostatik antara
polimer mukoadhesif (terutama yang bermuatan positif) dengan
glikoprotein pada musin yang bermuatan negatif.
b. Teori Adsorpsi
Adhesi terjadi akibat pembentukan ikatan hidrogen dan gaya van
der Waals antara polimer mukoadhesif dengan membran mukosa.
2. Mekanisme Fisika
a. Teori Pembasahan
Terjadi karena adanya kemampuan polimer mukoadhesif untuk
menyebar secara spontan pada permukaan mukosa. Kontak antara
polimer mukoadhesif dengan cairan tubuh menyebabkan polimer
terbasahi sehingga dapat melekat pada membran mukosa yang lembab.
b. Teori Interpenetrasi (Difusi)
Terjadi interdifusi rantai polimer dengan musin yang
dikendalikan oleh gradien konsentrasi dan dipengaruhi oleh panjang
serta mobilitas rantai molekul. Seberapa jauh rantai polimer
berpenetrasi tergantung pada koefisien difusi dan waktu kontak.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
12/83
8
Gambar 2.3. Ilustrasi Mekanisme Mukoadhesif Menggunakan Teori
Difusi c. Teori Fraktur
Teori fraktur menjelaskan mengenai kegagalan suatu sediaan
untuk melekat pada lapisan mukus karena terjadi hidrasi yang
berlebihan. Hidrasi berlebihan tersebut membentuk massa gel yang licin
sehingga sulit melekat pada permukaan mukus.
c) Faktor yang mempengaruhi sistem penghantaran mukoadhesif:
1. Polimer Mukoadhesif :
a. Bobot molekul
Dengan meningkatnya bobot molekul polimer, terjadi
peningkatan kekuatan mukoadhesif polimer. Polimer dengan berat
molekul besar yang non hidrat membentuk ikatan yang akan
berinteraksi dengan substrat, sementara polimer dengan berat molekulrendah akan membentuk gel lemah yang mudah larut.
b. Konsentrasi polimer mukoadhesif
Secara umum, konsentrasi polimer dalam kisaran 1-2,5%. Untuk
sediaan padat, semakin besar konsentrasi polimer maka semakin kuat
sifat adhesinya.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
13/83
9
c. Fleksibilitas rantai polimer
Rantai polimer yang fleksibel membantu penetrasi dan proses
belitan rantai polimer dengan lapisan mukosa menjadi lebih baik
sehingga meningkatkan kekuatan bioadhesif. Fleksibilitas dari
rantai polimer umumnya dipengaruhi oleh reaksi tautan silang dan
hidrasi polimer jaringan. Semakin banyak reaksi tautan silang,
fleksibilitas dari rantai polimer berkurang.
2. Faktor Lingkungan :
a. pH
pH medium berpengaruh dalam kemampuan mukoadhesif suatu
polimer, contohnya pada kitosan. Pada pH yang netral atau basa,
kitosan akan memiliki kemampuan mukoadhesif yang baik.
b. Waktu kontak
Dengan peningkatan waktu kontak, terjadi proses peningkatan
hidrasi dari matriks polimer kemudian proses interpenetrasi dari rantaipolimer. Lapisan fisiologis mukosa dapat bervariasi tergantung
pada patogenesis-sifat fisiologis tubuh manusia.
3. Faktor Fisiologis
a. Waktu penggantian musin (mucin turn over)
Penggantian molekul musin secara alamiah dari lapisan
mukus, penting untuk 2 hal. Pertama, penggantian musin
diperkirakan akan membatasi waktu tinggal mukoadhesif pada lapisan
mukus. Seberapa pun kekuatan mukoadhesif, mukoadhesif akan lepas
dari permukaan karena penggantian musin. Kecepatan
penggantian akan berbeda dengan
keberadaan mukoadhesif. Kedua, penggantian musin akan
melarutkan sejumlah molekul musin. Molekul ini berinteraksi dengan
mukoadhesif sebelum terjadi interaksi dengan lapisan mukus.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
14/83
1
Penggantian musin tergantung pula pada faktor lain seperti
keberadaan makanan. Kecepatan penggantian musin baik pada keadaan
lambung kosong maupun penuh dapat membatasi waktu tinggal sediaan
mukoadhesif karena jika mukus lepas dari membran, polimer bioadhesif
tidak dapat menempel lebih lama.
b. Penyakit tertentu
Adanya penyakit yang dapat merubah sifat-sifat fisikokimia
dari mukus. Perubahan struktural mukus pada kondisi penyakit ini
belum diketahui secara pasti. Jika mukoadhesif akan digunakan dalam
keadaan sakit, maka sifat mukoadhesi harus terlebih dahulu dievaluasi
pada kondisi yang sama.
2.4 Karakteristik Polimer Mukoadhesif
Beberapa karakteristik yang dipertimbangkan:
Polimer memiliki produk degradasi yang non-toksik dan tidak bersifat
mengabsorbsi pada saluran mukosa.
Tidak bersifat iritan pada membran mucus.
Tidak memiliki ikatan kovalen yang kuat dengan permukaan sel epitel mucus.
Dapat menghantarkan obat secara cepat menuju suatu jaringan dan
harus bisa mengantarkan agen aktif obat pada site spesifiknya.
Dapat bekerja bersama dengan obat dan t idak mengalami hidrasi yang
berlebihan pada pelepasan obat.
Polimer tidak mengalami dekomposisi pada penyimpanannya.
Harga dari polimer terjangkau.
Dapat bercampur dengan zat aktif namun tidak menghalangi pelepasan
obat, dan memiliki kestabilan yang baik.
Karakteristik-karakteristik tersebut dipengaruhi oleh sifat fisikokimia
polimer, seperti muatan, adanya ikatan hidrogen, hidrofobisitas, fleksibilitas,
dan bobot molekul. Faktor lingkungan yang perlu diperhatikan meliputi
kelarutan,
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
15/83
1
pH, kekuatan ionik, dan kehadiran garam lain (misalnya garam empedu) atau
makromolekul lain (misalnya antibodi, enzim, atau polisakarida).
Polimer mukoadhesif dapat bersifat biodegradabel maupun non-biodegradabel. Beberapa sifat fisikokimia polimer yang berpotensi
memberikan sifat adhesif antara lain:
1. Memiliki berat molekul yang besar (>100000 Da), dibutuhkan untuk
menghasilkan interpenetrasi dan pembelitan dengan rantai musin.
2. Berupa molekul hidrofilik yang mengandung sejumlah besar gugus
fungsional sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan musin.
3. Polielektrolit anionik dengan densitas muatan hidroksil dan karboksil
yang tinggi.
2.5 Keuntungan Polimer Mukoadhesif
Adapun keuntungan penggunaan polimer mukoadhesif adalah sebagai
berikut :
Dapat membuat obat dengan target spesifik, yaitu pada membran mukosa
pada tubuh seperti pada lambung atau pada usus, sehingga dapat
meningkatkan efektivitas obat.
Memungkinkan untuk mempertahankan waktu tinggal obat seperti di dalam
saluran cerna, yang akan memberikan respon klinik yang diperpanjang dan
konsisten pada penderita.
Waktu paruh obat menjadi lebih panjang sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien karena dapat menurunkan frekuensi pemberian obat
kepada pasien.
Kenyamanan penggunaan obat menjadi pada pasien menjadi lebih baik.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
16/83
1
2.6 Klasifikasi Polimer Mukoadhesif
Polimer mukoadhesif berdasarkan sumbernya, digoolongkan menjadi 2:
1. Polimer sintetik
Contohnya antara lain derivat selulosa (metilselulosa, etilselulosa), poli(asam
akrilat), polietilenoksida, dan polivinil alkohol.
2. Polimer alami
Contohnya antara lain tragakan, natrium alginat, guar gum, karaya gum,
lektin, gelatin, dan pektin.
Sedangkan, berdasarkan mekanisme kerjanya, dapat digolongkanmenjadi:
1. Polimer Hidrofilik
Polimer larut air yang akan mengembang setelah mengalami kontak dengan
air dan akan terdisolusi. Contohnya antara lain metil selulosa, hidroksietil
selulosa, karbomer, kitosan, CMC Na, hidroksi propil metil selulosa,
termasuk juga polivinil pirolidon.
2. Hidrogel
Rantai polimer yang memiliki crosslink dan memiliki kemampuan
mengembang yang terbatas di dalam air. Kemampuan ini tergantung
pada gugus fungsional yang bersifat hidrofilik (hidroksil, amino, dan
karboksil). Selain mengabsorbsi air, polimer ini juga memiliki kemampuan
adhesi pada mucus yang melindungi epitel. Contohnya antara lain poli
(asam akrilat), karagenan, natrium alginat, dan guar gum.
3. Polimer termoplastik
Polimer ini meliputi non-erodible neutral polystyrene dan semi-crystalline
bio- erodible. Contohnya antara lain polianhidrida, asam polilaktid, hidroksi
propil metil selulosa, CMC Na.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
17/83
1
BAB III
POLIMER MUKOADHESIF
3.1. Polimer Alam
3.1.1. Kitosan
Nama Kimia
Gambar 3.1. Struktur Kimia Kitosan
Poly-b-(1,4)-2-Amino-2-deoxy-D-
glucose
Sinonim
2-Amino-2-deoksi-(1,4)-b-D-gluKopiranan; Kitosani hidroklorida
chitin deasetilasi; deasetilasi chitin;
b-1,4-poly-D-glukosamin; poli-D-
glukosamin; poli-(1,4-b-D-gluKopiranosamin).
Pemerian
Serbuk putih atau putih kekuningan, tidakberbau.
Berat Molekul
10 0001 000 000
Kelarutan
Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan
pelarut organik lainnya.
pH
4,0 6,0
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
18/83
Fungsi
Agen penyalut, disintegrant, film-forming agent, mukoadhesif, tablet
binder; viscosity increasing agent.
Konsentrasi
5-10 %
Stabilitas
Kitosan stabil pada suhu ruang, meskipun higroskopis setelah
pengeringan. Penyimpanan kitosan dalam wadah yang tertutup
rapat dalam tempat yang dingin dan kering
Inkompabilitas
Kitosan inkompatibel dengan agen pengoksidasi
kuat.
Mekanisme sebagai mukoadhesif
Kitosan memiliki gugus NH2, pada suasana asam terionisasi
membentuk NH3+
dan berikatan dengan komponen mukosa yang
bermuatan negatif. Ikatan hidrofobik terjadi antara gugus residu
pada kitosandengan gugus asetil pada asam sialat. Ikatan hidrogen
terjadi
antara gugus hidrogen pada chitosan dengan senyawa penyusun mukosa
lainnya.
Mekanisme mukoadhesi terjadi dalam dua tahap, dimana pada
tahap pertama dikarakterisasi dengan adanya kontak antara kitosan
dengan membran mukus, dengan penyebaran dan pengembangan
(swelling) pada formulasi, menginisisasi dalamnya kontak dengan
lapisan mukus. Pada tahap kosolidasi, kitosan diaktivasi oleh adanyakelembaban, dengan keadaan tersebut, menyebabkan terjadinya
penempelan melalui ikatan hidrogen atau ikatan elestrostatik pada gugus
yang dimiliki kitosan.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
19/83
3.1.2. Pektin
Nama Kimia
Pektin
Sinonim
Gambar 3.2. Rumus struktur Pektin
Metopektin, Metil Pektin, Metil Pektinat, Mexpektin, Pektina, Asam
Pektinat.
Pemerian
Berupa bubuk atau serbuk, berwarna putih kekuningan, tidak berbau
dan memiliki rasa mucilago.
Berat Molekul
30 000100 000.
Kelarutan
Larut dalam air, tidak larut dalam etanol 95 % dan pelarut
organik lainnya.
pH
6,07,2
Fungsi
Adsorben, emulsifying agent, gelling agent, hickening agent, mukoadhesif
Agen penstabil.
Pengunaan
0,5 5 %
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
20/83
Stabilitas
Pektin bersifat tidak reaktif dan stabil, simpan ditempat yang kering
dan dingin.
Mekanisme sebagai mukoadhesif
Pektin memiliki banyak gugus karboksilat yang dapat berikatan
dengan gugus fungsi yang ada pada musin. Pektin mengalami
pembasahan yang menyebabkan swelling sehingga pektin berkontak
dengan rantai musin pada lapisan mukus. Kemudian gugus karboksil
pada pektin akan berikatan dengan gugus fungsi yang ada pada musin
dengan ikatan hidrogen sehingga pektin menempel pada mukosa,
adanya electrostatic repulsion yang terjadi antara pektin dan
mukosa yang mempertahankan ikatan antara polimer pektin dan
mukosa.
3.1.3. Gelatin
Nama Kimia
Gelatin
Sinonim
Gambar 3.3. Rumus Kimia Gelatin
Glatina, Gelatin, Instagel, Kolatin, Solugel, Vitagel.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
21/83
Pemerian
Berwarna kuning, praktis tidak berbau dan berasa, tersedia dalam
translucent sheets, granul ataupun serbuk.
Berat Molekul
20 000200 000 bergantung pada banyaknya amin yang
terikat.
Kelarutan
Praktis tak larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), eter dan
metanol. Larut dalam gliserin, asam dan basa, namun asam atau basa
kuat dapat mengakibatkan presipitasi. Dalam air, gelatin mengembang
dengan kemampuan sebanyak 5-10 kali air. Gelatin larut dalam air
diatas suhu
40C membentuk larutan koloid, dan membentuk gel pada suhu 35-
40C. Sistem gel-padat ini bersiat thiksotropik dan heat reversible
(dapat kembali ke bentuk semula dengan pemanasan).
pH
3,85,5 (type A)
5,07,5 (type B)
Penggunaan
Polimer mukoadhesif dengan konsentrasi 1-2% pada sistem
penghantaran obat GIT, bukal, ocular dan vaginal.
Fungsi
Agen penyalut, film-forming agent, gelly agen, suspending agen, tablet
binder, mukoadhesif, viscosity-increasing agent.
Stabilitas
Gelatin kering stabil dalam udara. Gelatin cair juga stabil untuk
waktu yang lama pada kondisi tempat penyimpanan yang dingin tapi
akan terdegradasi oleh bakteri. Pada temperature dibawah 50C, larutan
gelatin akan depolimerisasi serta akan menurunkan kekuatan gel.
Inkompabilitas
Gelatin merupakan material amfoterik yang akan bereaksi
dengan asam dan basa. Gelatin juga merupakan protein dan memiliki
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
22/83
karakteristik
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
23/83
kimia seperti dapat terhidrolisis oleh enzim proteolitik akibat
kandungan asam aminonya. Gelatin juga dapat bereaksi dengan
aldehid dan gula aldehid, polimer anionic dan kationik, elektrolit, ion
logam, plasticizer, pengawet, pengoksidasi kuat dan surfaktan.
Gelatin dapat mengendap akibat alkohol, kloroform, eter, garam
merkuri dan asam tannat
Mekanisme sebagai mukoadhesif
Sifat anionik yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
mucin-tipe glikoprotein melalui interaksi karboksilhidroksil dan gugus
amino.
3.2. Polimer Semisintetis
3.2.1. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)
Gambar 3.4. Struktur kimia hidroksipropil metil selulosa
Nama Kimia
Cellulose Hydroxypropil methyl
ether
Sinonim
Methocel, Metilselulosa propilengikol eter, metil
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
24/83
hidroksipropilselulosa, Metolose.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
25/83
Pemerian
Berupa serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, tidak berasa.
Berat Molekul
10000 1500000
Kelarutan
Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform,
etanol (95%) dan eter; namun larut dalam campuran etanol dan
klorometana, campuran metanol dan diklorometana, dan campuran air
dan alkohol. Larut dalam larutan aseton encer, campuran diklorometana
dan propan-2- ol, dan pelarut organik lain
pH
5, 0- 7,5
Fungsi
Sebagai matriks bioadhesif, matriks penyalut, matriks sustained
release, bahan pengemulsi, matriks mukoadhesif, bahan
pensuspensi, matriks extended release, matriks dalam modifikasi
pelepasan. .
Penggunanaan
20-75% ( b/b)
Stabilitas
Serbuk hidroksi propil metil selulosa memiliki stabilitiasnya
yang cukup baik akan tetapi higroskopis setelah dilakukan pengeringan.
Sebagai larutan stabil pada pH 3-11.Serbuk sebaiknya disimpan
dalam wadah tertutup rapat dalam tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas
Agen pengoksidasi, hidroksi propil metil selulosa tidak akan
membentuk kompleks dengan garam logam atau molekul organik ionik
menjadi bentuk yang tidak larut dan mengendap.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
26/83
Mekanisme sebagai mukoadhesif
Hidroksi propil metil selulosa merupakan merupakan polimer
semi sintetis yang bersifat hidrofilik dan biodegradable yang dapat
terdegradasi oleh enzim selulose. Ketika terjadi kontak dengan air atau
cairan GIT maka akan terjadi hidrasi dan peregangan rantai sehingga
dapat membentuk lapisan gel kental. Pelepasan obat dapat terjadi
melalui difusi dan atau erosi dari matriks.
Campuran dari alkil hidroksi alkil selulosa eter yang terdiri dari
gugus metoksi dan hidroksipropil. Maka, gugushidroksil akanmembentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidrofilik fungsional(karboksil atau hidroksil) pada polimer mukoadhesif sehingga
menghalangi atau mencegah interaksi tegangan permukaan mukosa.
Formasi ikatan hidrogen antara gugus hidrofilik polimer
mukoadhesif dengan lapisan mukus dari permukaan mukosa
merupakan faktor yang menentukan lamanya mukoadhesif yang terjadi.
3.2.2. Polivinil Pirolidon (PVP)
Gambar 3.5. Struktur Kimia Polivinilpriolidon
Povidone merupakan polimer sintetik yang pada dasarnya terdiri
atas kelompok linier 1-vinil-2-pyrrolidinone, derajat polimerisasi
yang menghasilkan polimer dari berbagai berat molekul. Berbagai
jenis Povidone ditandai dengan viskositas yang dinyatakan sebagai nilai
K. PVP K-15 mempunyai derajat viskositas 13-19, PVP K-30 derajat
vsikositas
27- 33, PVP K- 60 derajat viskositas 50 62, PVP K -90 derajat
vsikositas nya 80-100. Dan PVP K-120 derajat vsikositasnya 108-130.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
27/83
Nama Kimia
1-Etenil-2-piroolidinone
homopolimer
Sinonim
Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1-pyrrolidinyl)ethylene]; polyvidone;
polyvinylpyrrolidone; povidonum; Povipharm; Polivinil; 1-vinyl-2-
pyrrolidinone polymer, Povidone.
Pemerian
Berupa serbuk, berwarna putih kecokelatan, tidak berbau dan
higroskopis.
Rumus empiris dan berat Molekul
(C6H9NO)n dengan berat molekul 25003 000 000.
Kelarutan
Sangat larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, methanol,
dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral.
pH
3,07,0
FungsiPembentuk film (lapisan),suspending agent, binder, agent mukoadhesif,
agen pengompleks.
Penggunaaan
Untuk sediaan mukoadhesif digunakan konsentrasi 3-
10%
Stabilitas
Povidon akan menggelap atau berubah warna menjadi gelap
pada suhu 150C dengan mengurangi kelarutan.
Inkompabilitas
Povidon inkompabilitas dengan garam anorganik, resin alam dan
resin sintetis.
Mekanisme sebagai mukoadhesif
Povidon memiliki sifat hidrofilik dan mudah larut dalam air
sehingga ia mampu menarik air disekitarnya. Semakin cepat dan
semakin banyak jumlah air yang ditarik, semakin cepat pula matriksnya
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
28/83
terbasahi sehingga membentuk gel akan cepat, kemudian adanya gugus
hidrofilik melalui ikatan hidrogen sehingga akan melekat
pada membran
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
29/83
mukus.Tetapi kemampuan mukoadhesif dari Povidon kurang begitu
baik, biasanya dikombinasikan dengan polimer lain.
(Lalatendu Panigrahi, et al. Design and Characterization of
Mucoadhesive Buccal Patches of Salbutamol Sulphate)
Pada formulasi ini digunakan polimer-polimer yaitu Povidon,
Hidroksi propil metil selulosa, dan Chitosan. Konsentrasi Povidon yaitu
1%, Hidroksi propil metil selulosa 75% dan Carbopol 0,5%. Dari hasil
uji formulasi ini didapatkan bahwa Povidon memiliki sifat
mukoadhesif dengan mekanisme kerja adalah swelling tetapi untuk
memaksimalkan sifat mukoadhesifnya dikombinasikan dengan polimer
yang lain.
3.3. Polimer Hidrogel
Hidrogel didefinisikan sebagai rantai polimer cross-linking 3 dimensi
yang memiliki kemampuan menahan air dalam struktur berpori dari polimer
tersebut. Kapasitas penjerapan air oleh hidrogel utamanya disebabkan oleh
adanya gugus fungsional hidrofilik seperti hidroksil, amino dan gugus
karboksilat. Secara umum, peningkatan densitas crosslinking
menyebabkan penurunan sifat mukoadhesif karena
mampu menurunkan kemampuan solubilitas dan swelling. Sifat swellable
dari polimer ini dikarenakan adanya penyerapan air dan berinteraksi
(adhesi) dengan mukus yang menutupi sel epitelia pada lambung.
Polimer mukoadhesif hidrogel digunakan untuk memperbaiki
bioavailabilitas obat-obat yang sukar larut air karena mampu meningkatkan
waktu retensi dalam sistem penghantaran dalam saluran pencernaan.
Contoh polimer ini: kopolimer asam poliakrilat-co-akrilamida,
karagenan, Na alginat, guar gum, guar gum termodifikasi, dan lain-lain.
Diantara semua polimer bioadhesif hidrogel, asam poliakrilat-co-akrilamida
dipertimbangkan sebagai polimer mukoadhesif superior, tetapi suhu transisi yang
tinggi dan energi bebas antarmuka yang tinggi dari polimer ini tidak
membiarkan pembasahan pada permukaan mukosa dengantahap optimal dan menyebabkan kehilangan interpenetrasi
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
30/83
dan interdifusi dari polimer ini sehingga biasanya dikopolimerisasi dengan PEG
atau PVP untuk memperbaiki sifat pembasahannya
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
31/83
3.3.1. Karagenan
Gambar 3.6. Struktur Kimia Karagenan
Karagenan dibagi menjadi tiga famili berdasarkan posisi gugus
sulfat dan ada atau tidaknya anhidrogalaktosa.
L-karagenan merupakan polimer non-gel yang mengandung
35% ester sulfat namun tidak mengandung 3,6-
anhidrigalaktosa.
I-karagenan merupakan polimer gel yang mengandung 32%
ester sulfat dan 30% 3,6-anhidrogalaktosa.
K-karagenan merupakan polimer gel yang sangat baik
dan mengandung struktur khusus yang mengandung 25%
ester sulfat dan 34% 3,6-anhidrogalaktosa.
Stabilitas
Karagenan bersifat higroskopis sehingga harus disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat, sejuk, dan kering. Tidak stabil pada pH lebih
dari 9.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
32/83
Inkompabilitas
Karagenan membentuk kompleks dengan material kationik sehingga
akan merusak sifat fisikokimia(kelarutan, perubahan pH).
Karagenan berinteraksi dengan makromolekul lainnya (contoh :
protein) sehingga akan menimbulkan beberapa efekseperti
peningkatan viskositas, pembentukan gel, stabilisasi ataupresipitasi.
Konsentrasi penggunaan
1,5 % karagenan atau kemampuan sebagai polimer mukoadhesif dapat
ditingkatkan dengan co-processed antara karagenan:gelatin dengan
perbandingan 1:1
Mekanisme sebagai mukoadhesif
Karagenan memiliki gugus hidroksil yang berperan penting
dalam pembentukan ikatan hidrogen sehingga mempunyai sifat
mukoadesif. Gugus hidrofil ini akan mengikat air sehingga air akan
terjerap pada matriks. Penjerapan air ini dapat meningkatkan
fleksibilitas pada rantai polimer dimana rantai polimer yang
fleksibel dapat membantu dalam penetrasi dan pembelitan rantai
polimer dengan lapisan mukosa sehingga meningkatkan sifat adhesi.
Selain itu, gugus hidrofil juga berfungsi dalam membentuk ikatan
hidrogen dengan jaringan biologis dalam hal ini jaringan epitel pada
saluran pencernaan.
Karagenan dapat digunakan dalam formulasi untuk sediaan oral,
optalmik, dan bukal. Karagenan memiliki sifat mukoadhesi pada daerah
orofaringeal. Selain itu karagenan juga dapat menempel pada membran
vagina sehingga dapat digunakan dalam sediaan untuk vaginal.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
33/83
3.3.2. Na Alginat
Gambar 3.7. Struktur Kimia Na Alginat
Keterangan : M = D-asam mannosiluronat, dan G = L-asam guluronat
Alginat berasal dari dinding sel algae coklat. Natrium
alginat adalah garam natrium dari asam alginat dan merupakan
campuran dari asam poliuronat yang tersusun dari residu D-
mannuronat dan asam L- guluronat.
Kelarutan
Praktis tidak larut etanol (95%), eter, kloroform dan campuran etanol/air
dengan komposisi etanol lebih dari 30%. Praktis tidak larut pelarut
organic lainnya dan pelarut asam dengan pH kurang dari 3. Melarut
perlahan dalam air membentuk larutan koloid kental.
Dalam medium asam (lambung), natrium alginate secara cepat berubah
menjadi asam alginate yang tak larut akibat protonasi H+, yang
akan mengembang sesuai hidrasi
Konsentrasi Penggunaan
Polimer mukoadhesif dengan konsentrasi 1-2% pada sistem
penghantaran obat GIT, bukal, okular dan vaginal.
Stabilitas
Natrium alginat memiliki sifat higroskopis yang stabil pada
penyimpanan dalam wadah yang sejuk, tertutup rapat, dan
kelembaban rendah. Na alginat stabil pada pH 4-10. Zat ini akan
mengalami presipitasi pada
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
34/83
pHdibawah 3. Larutan Na alginat tidak boleh disimpan dalam
wadah logam.
Inkompabilitas
Dengan turunan akridin, fenilmerkuri asetat dan nitrat, garam kalsium,
logam berat dan etanol konsentrasi > 5%. Konsentrasi kecil elektrolit
dapat meningkatkan viskositas, sedangkan konsentrasi tinggi elektrolit
(misalnya
4% NaCl) menyebabkan salting-
out.
Mekanisme sebagai mukoadhesif
Digunakan sebagai hidrogel sediaan mukoadhesif pada konsentrasi 1-2%
- Sifat ionik alginate
Alginat merupakan polisakarida bermuatan negatif / anionik
(polianion) yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan mucin-
type glycoprotein melalui interaksi karboksilhidroxil.
- Tegangan permukaan alginat yang rendah
Tegangan permukaan alginat (31.5 mN/m) lebih rendah dari
tegangan permukaan mucin coated cornea (38 mN/m) sehingga dapat
menyebar dan melekat dengan baik.
- Cepat mengembang (swelling)
Luas permukaan mucus yang kontak dengan polimer lebih luas
sehingga membantu interaksi antar keduanya.
Untuk membentuk matriks hidrogel yang baik, natrium alginat
membutuhkan kation divalen (contoh yang sering digunakan Ca2+
). Kation ini
kemudian akan membentuk kompleks dengan alginat membentuk
matriks hidrogel. Kation ini juga berfungsi dalam membentuk ikatan hidrogen
dengan asam sialat sehingga matriks melekat pada permukaan jaringan epitel.
Matriks antara Ca2+
dengan alginat akan menghasilkan matriks gel yang
bersifat rigid (kaku) tetapi memiliki sifat mukoadhesif yang bagus.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
35/83
Gambar 3.8. a. Rantai Na-alginate; b. Matriks Kalsium Alginat
Gambar 3.9. Kompleks antara Ca2+
dengan Alginat
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
36/83
3.3.3. Alginat-Thiol
Thiomer (thiolated polymer) = generasi polimer kedua dalam
bentuk modifikasi eksipien dengan penambahan gugus thiol pada
bagian gugus karboksilat asam alginat.
Alginat-thiol dibuat dengan mencampurkan perbandingan 1:2
alginat dan L-cysteine. Walaupun ikatan yang terbentuk adalah ikatan
kovalen, namun mekanisme mucin-turnover (mekanisme pergantian
musin) dapat membatasi lama dan kuatnya ikatan polimer pada mucus.
Waktu mucin turnoverpada manusia terjadi setiap
12-24 jam.
Gugus sulfida pada L-cysteine akan terikat pada molekul
glikoprotein berinteraksi satu sama lain membentuk matriks polimer
crosslinked dan membentuk ikatan kovalen melalui jembatan
disulfida antara polimer dengan mucin. Sehingga, thiolated polymer
memiliki sifat mukoadhesif yang paling kuat diantara eksipien polimer
lainnya.
Gambar 3.10. Struktur Alginat-Thiol (L-Cysteine)
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
37/83
Gambar 3.11. Sintesis Na-Alginat-Sistein (Thiol) dengan Modifikasi
Kimia menggunakan EDAC (1-Ethyl-3-(3-dimethylaminopropyl)
carbodiimide hydrochloride)
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
38/83
Gambar 3.12. Ikatan Kovalen (disulfida) Antara Thiolated Polimerdengan
Musin
3.3.4. Guar Gum
Gambar 3.13. Struktur Kimia Guar Gum
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
39/83
Deskripsi:
Merupakan polisakarida hidrokolid dengan BM tinggi yang mengandung
galactan dan mannan yang terhubung melalui ikatan glikosida
Kelarutan:
Praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas,
guar gum terdispersi dan mengembang membentuk massa kental.
Inkompatibilitas:
Kompatibel dengan hidrokoloid dari tumbuhan seperti tragacanth. Tidak
compatibel dengan aseton, etanol, tannin, asam dan basa kuat, serta
dengan ion borat.
Konsentrasi yang digunakan: 3 %
Memiliki kemampuan swelling yang lumayan baik dan memiliki
sifat mukoadhesif yang bagus
Mekanisme polimer mukoadhesif:
Guar gum memiliki gugus hidroksil pada strukturnya sehingga mampu
menghasilkan iktan hidrogen antara guar gum dengan musin
sehingga mampu menghasilkan efek mukoadhesif. Selain itu gugus
hidroksil ini mampu menarik dan menjerap air dari medium sehingga
menyebabkan rantai belitan antara polimer dengan musin sehingga
menyebabkan terjadinya adhesi antara polimer dengan musin.
3.4. Polimer Hidrofilik
Polimer ini merupakan polimer larut air. Polimer polielektrolit memiliki
sifat mukoadhesif yang lebih baik dibandingkan dengan polimer netral.
Polimer polielektrolit anionik seperti asam poliakrilat dan CMC secara luas
digunakan untuk sistem pelepasan dengan prinsip mukoadhesif karena memiliki
kemampuan mengikat musin dengan ikatan hidrogen yang kuat pada lapisan
mukosa.
Polimer polielektrolit kationik contohnya berupa chitosan yang
telah dikembangkan untuk polimer adhesif juga karena memiliki
biokompatibilitas dan sifat biodegradabel yang baik. Chitosan akan mengalamiinteraksi elektrostatik dengan rantai musin yang bermuatan negatif
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
40/83
sehingga menunjukkan sifat
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
41/83
mukoadhesif. Polimer non ionik seperti poloxamer, HPMC, Metil
Selulosa, Polivinil Alkohol, PVP juga memiliki sifat sebagai polimer
mukoadhesif.
Sejumlah polisakarida dan turunannya seperti chitosan, metil
selulosa, asam hyaluronat, HPMC, HPC, xanthan gum, gellan gum, guar
gum, dan karagenan dapat digunakan dan diterapkan untuk
sistem penghantaran mukoadhesif okular (daerah mata). Selulosa
dan turunannya memiliki sifat permukaan aktif sehingga memiliki kapabilitas
membentuk lapisan film. Turunan selulosa dengan energi permukaan yang
lebih rendah secara umum digunakan sebagai sistem okular mukoadhesif
karena mampu mengurangi iritasi pada mata.
3.4.1. CMC Na
Gambar 3.14. Struktur kimia CMC Na
Rumus Molekul
Merupakan bentuk garam dari polikarboksimetil eter
selulosa.
pH
pH ( larutan 1%w/v) 6.08.0
Kelarutan
Praktis tak larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluen. Mudahterdispersi dalam air pada semua temperature, membentuk
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
42/83
larutan kolid jernih. Kelarutannya dalam air bervariasi bergantung
derajat substitusinya (DS).
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
43/83
Inkompatibilitas
Dengan larutan asam pekat dan larutan garam besi dan logam - logam
seperti alumunium, merkuri dan zink. CMC juga inkompatibel
dengan xanthan gum. Presipitasi terjadi pada pH < 2 dan bila
dicampur dengan ethanol (95%). CMC Na membentuk kompleks
coacervates dengan gelatin dan pektin. CMC membentuk kompleks
dengan kolagen dan dapat mengendap dengan beberapa protein
bermuatan positif.
Penggunaan
Sebagai polimer mukoadhesif dengan konsentrasi 1% pada
sistem penghantaran obat GIT, bukal, ocular dan vaginal.
Mekanisme sebagai mukoadhesif
- Polimer anionik
CMC merupakan polimer bermuatan negatif / anionik (polianion)
yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan mucin-type
glycoprotein melalui interaksi karboksilhidroksil.
- Sifat mengembang (swelling) yang
tinggiLuas permukaan polimer yang kontak dengan lapisan mukus
meningkat sehingga membantu interaksi antara keduanya.
3.4.2. Carbomer
Sinonim
Acrypol, Acritamer, Acrylic Acid Polymer, Carbomera, Carbopol,
Carboxy polymethylene, polyacrylic acid,
Carboxyvinyl polymer, Pemulen, Tego Carbomer.
Karbomer merupakan polimer sintetik dengan BM tinggi dari asam
akrilat yang di crosslink dengan alil sukrosa atau alil eter
lainnya dari pentaerythriol. Karbomer mengandung sekitar 52%-68%
asam karboksilat (COOH) yang dihitung terhadap sediaan kering. Berat
molekulnya secara teoritis diperkirakan sekitar 7 x 105
hingga 4 x 109.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
44/83
Rumus Struktur
Gambar 3.15. Struktur kimia karbomer
Polimer karbomer terbentuk dari pengulangan unit dari asam akrilat.
Unit monomernya ditunjukkan dalam lingkaran merah di atas. Rantai
polimer di crosslinked dengan alil sukrosa atau alil pentaeritriol.
Penggunaan
Bahan bioadhesif, matriks untuk kontrol sediaan lepas lambat,
bahan pengemulsi, menjaga stabilitas emulsi, berperan dalam
modifikasi rheologi, bahan penstabil, bahan pensuspensi,
pengikat tablet
Kelarutan
Mengembang dalam air dan gliserin setelah dinetralisasi dengan etanol
95%. Karbomer tidak terlarut, namun dapat mengembang sehingga
memperpanjang pelepasan.
Pemerian
Karbomer berupa serbuk yang berwarna putih, halus, bersifat asam,
higroskopis dengan sedikit bau.
Konsentrasi yang digunakan: 3 - 4 %
Inkompatibilitas
Karbomer berubah warna dengan resorsinol dan inkompatibel
dengan fenol, kationik polimer, asam kuat, dan elektrolit
konsentrasi tinggi. Adjuvant penggunaan antimikroba tertentu juga
harus dihindari atau digunakan dengan konsentrasi rendah. Besi dan
logam katalis transisi dapat menurunkan dispersi karbomer.
Kompleks karbomer dengan beberapa guguas fungsional protein dapat
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
45/83
dicegah dengan mengatur pH
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
46/83
dispersi dan atau parameter kelarutan dengan menggunakan alkohol dan
poliol yang sesuai. Bentuk kompleks karbomer dengan eksipien lain
juga tergantung dari pH. Penyesuaian pH atau parameter kelarutan
dapat dilakukan.
Mekanisme mukoadhesif
Carbomer merupakan polimer polianionik yang memiliki banyak
gugus karboksil. Muatan anionik ini akan berinteraksi dengan
musin membentuk suatu belitan antara polimer dengan musin dan
mengembang dalam medium cair serta akibat adanya ikatan hidrogen
yang berasal dari gugus karboksil dari carbomer sehingga menghasilkan
sifat mukoadhesif.
Bahan bioadesif yang mengandung gugus karboksilat seperti
Carbopol dalam suasana asam akan menjadi bentuk tak terionisasi
yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan asam sialat, rantai
oligosakarida, atau pada protein dari mucin. Pada suasana netral atau
sedikit basa bahan bioadesif akan terionisasi dan terjadi relaksasi
belitan-belitan gugus karboksilat dalam jumlah besar yang disebabkan
karena adanya gaya tolak menolak diantara muatan ion sejenis dari
gugus karboksilat. Oleh karena itu pada suasana netral atau sedikit basa
seperti di usus sebagian besar ikatan berlangsung melalui penetrasi
atau interpenetrasi belitan-belitan tersebut pada permukaan mukus serta
ikatan sambung silang antara belitan dengan mucin.
Kekuatan mukoadhesif akan meningkat dengan meningkatnya
jumlah polimer karena sejumlah polimer tersebut akan
menghasilkan gugus fungsi yang terdisosiasi (COOH) yang akan terikatdengan asam sialat pada membran mukosa
sehingga akan meningkatkan daya mukoadhesif
polimer tersebut.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
47/83
BAB IV
CONTOH FORMULASI
4.1 Formulasi dan Evaluasi in vitro Tablet Bukal Timolol Maleat
Sediaan obat bukal merupakan alternatif yang menarik untuk rute
pemberian obat secara oral, khususnya dalam mengatasi defisiensi yang terkait
dengan dosis. Masalah-masalah seperti metabolisme fase 1 dan degradasi obat
di saluran gastrointestinal dapat dihindari dengan pemberian obat dalam
sediaan bukal. Selain itu, rongga mulut mudah diakses untuk pengobatan sendiri
dan dapat segera dihentikan jika terjadi toksisitas dengan menghentikan
pemberian obat.
Pemberian obat bukal yang menggunakan sistem adhesif membutuhkan
3 hal berikut :
a. bioadhesif untuk mempertahankan sistem di dalam rongga mulut
dan memaksimalkan kontak antara obat dengan mukosa
b. pembawa dalam pelepasan obat pada laju yang sesuai di
bawah kondisi mulut
c. strategi untuk mengatasi permeabilitas yang rendah dari mukosa oral.
Penghantaran obat bukal adhesif memberikan waktu pelepasan obat dan
bertindak sebagai bentuk sediaan dengan pelepasan terkontrol.
Mukosa bukal merupakan pilihan tempat yang tepat jika diingikan
pemberian obat yang berkepanjangan karena bukal kurang permeabeldibandingkan sublingual. Selain itu, terdapat pemberian obat yang sangat baik
dan obat dapat diaplikasikan, diletakkan dan dikeluarkan dengan mudah setiap
saat selama masa pengobatan. Hal tersebut bermanfaat pada Timolol
untuk mengatasi masalah dosis dimana Timolol memiliki waktu paruh yang
sangat pendek. Pelepasan obat yang diperlambat dan peningatan
bioavaibilitas dapat membuat adanya penurunan dosis yang signifikan dan
nantinya akan terkait pada efek samping dosis.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
48/83
Oleh karena itu, penelitian kali ini memformulasikan tablet bukal
mukoadhesif Timolol Maleat menggunakan campuran polimer untuk mencegah
metabolism fase 1, degradasi lambung, dan memberikan efek obat yang
berkepanjangan.
4.1.1 Alat dan Bahan
A. Bahan
1. Timolol Maleat
2. Polietilen Oksida
3. Hidroksi Propil Metil Selulosa
4. Karbopol 934
5. Manitol
6. Magnesium Stearat
7. Talk
B. Alat
1. Timbangan analitik
2. Spektrofotometer FTIR3. titrator Karl Fisher
4. Alat uji sifat alir
5. Alat uji kerapatan granul
6. Alat uji waktu hancur
7. Spektrofotometer UV-VIS
8. Media cetak tablet rotary
9. Alat uji kekerasan tablet
10. Alat uji kerenyahan tablet
11. Alat uji disolusi
12. Oven
13. alat-alat gelas
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
49/83
4.1.2 Formulasi Tablet Bukal Mukoadhesif Timolol Maleat
Tabel 1. Formulasi dari tablet bukal mukoadhesif Timolol Maleat
4.1.3 Metode Pembuatan
Zat aktif, polimer dan eksipien dicampur di dalam mortar selama 15
menit campuran (sebanyak 150 mg) kemudian dikompres dengan
menggunakan biconcave punch in a single-stroke 8-station rotary machine
berukuran 8 mm
4.1.4 Evaluasi pada Tablet Bukal Mukoadhesif Timolol Maleat
Evaluasi yang dilakukan adalah :
1. Bobot rata-rata tablet
2. Uji kekerasan
3. Uji friabilitas (kerapuhan)
4. Uji ketebalan tablet
5. Uji Keseragaman kandungan
6. Uji pH Permukaan
pH lingkungan (pH permukaan) dari tablet bukal diuji untuk memeriksa
adanya efek samping in vivo. pH asam atau basa dapat menyebabkan
iritasi pada mukosa bukal, oleh karena itu pH formulasi dijaga
agar mendekati pH netral. Metode yang digunakan untuk
menentukan pH permukaan tablet (Battenberg et al). Alat yang
digunakan adalah gabungan elektroda kaca. Tablet yang mengembang
dijaga agar tetap kontak dengan air suling sebanyak 5 mL (pH 6.5
0.05) selama 2 jam pada suhu kamar.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
50/83
pH diukur dengan cara menghubungkan elektroda dengan permukaan
tablet, kemudian diseimbangkan selama 1 menit.
7. Uji Bioadhesi
Dalam evaluasi adhesi, penting menggunakan permukaan yang sama
yang memungkinkan pembentukan ikatan adhesif.
Dalam penelitian ini,
digunakan mukosa bukal domba sebagai model permukaan mukosa
untuk uji bioadhesi. Segera setelah, mukosa bukal diambil dari
domba lalu dibawa ke laboratorium dalam larutan tyrode dan
disimpan dalam
temperatur 40oC. Komposisi dari larutan tyrode (g/L) yaitu 8sodium
klorida, 0,2 potassium klorida, 0,134 kalsium klorida dihidrat, 1,0
sodium bikarbonat, 0,05 sodium dihidrogen fosfat, dan 1,0 glukosa.
8. Fabrication of assembly
9. Uji Swelling
6 tablet bukal masing-masing ditimbang (W1) dan ditempatkan secara
terpisah pada cawan petri dengan 5 mL buffer fosfat pH 6,8. Pada
interval waktu 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam, tablet dikeluarkan
dari cawan petri dan kelebihan air dibuang dengan menggunakan kertas
saring. Tablet yang mengembang ditimbang kembali (W2) dan
presentase hidrasi dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Presentasi Hidrasi : [(W2-W1)/ W1] 100
10. Uji Disolusi secara In vitro
Uji disolusi dilakukan menurut United States Pharmacopoeia (USP)
XXIV. Metode dayung berputar digunakan untuk menguji pelepasan
obat dari tablet. Medium disolusi terdiri dari 900 mL buffer fosfat (pH
6,8). Pelepasan dilakukan pada suhu 37C 0.5C, dengan kecepatan
rotasi 50 rpm. Sebanyak 5 mL sampel diambil dengan interval waktu
yang telah ditentukan (1-7 jam) dan volume diganti dengan medium
yang segar. Kemudian sampel disaring melalui kertas saring Whitman
no. 40 dan Timolol dianalisis dengan spektrofotometer UV pada
panjang gelombang
296 nm setelah pengenceran yang cukup. Persentase pelepasan obat
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
51/83
menggunakan kurva kalibrasi obat dalam dapar fosfat pH 6,8.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
52/83
11. Uji Kinetik Pelepasan Obat
Dari evaluasi tersebut, yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif
ada pengukuran pH permukaan, uji disolusi dan ujiswelling
. Maka data
dan analisis yang akan dibahas disini yang berkaitan dengan
sediaan mukoadhesif maka hanya pengukuran pH permukaan, uji
disolusi dan ujiswelling.
4.1.5 Hasil dan Analisis
1. Uji pH Permukaan
Nilai pH permukaan untuk semua formulasi yaitu berkisar antara 5,8
6,38, dimana batas pH yang baik yang dapat diterima pH saliva yaitu
berkisar antara 5,69 6,34. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
semua formulasi tidak menyebabkan iritasi lokal pada permukaan
mukosa.
Tabel 2. Parameter Fisiko Kimia Tablet Bukal Timolol Maleat
2. Uji Bioadhesive
Kekuatan bioadhesif ditunjukkan pada tabel 2. Karakteristik bioadhesif
dipengaruhi oleh konsentrasi polimer bioadhesif. Apabila konsentrasi
polimer meningkat, maka kekuatan bioadhesif dari formula tersebut
juga meningkat. Formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang menggunakan
Karbopol
934 dan polietilen oksida memiliki kekuatan bioadhesif masing-masing
sebesar 34,5 , 31,4 , 29,5 , dan 27,6 g. sedangkan formulasi F5, F6, F7,
dan
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
53/83
F8 yang menggunakan karbopol 934p dan HPMC K4M memiliki
kekuatan bioadhesif sebesar 36,5 , 34,1, 33,5, dan 31,5 g
3. Uji Swelling
Hasil pengujian swelling untuk semua formulasi ditunjukkan
pada tabel 3. Semua formulasi secara umum terhidrasi dengan menjaga
tablet tetap kontak dengan air selama 1-8 jam
Hidrasi paling tinggi (swelling) yaitu 80,3 % ditunjukkan pada
formulasi F5. Hal tersebut dikarenakan kecepatan hidrasi dari polimer
(karbopol dan HPMC K4M). Laju swelling tablet meningkat pada
formulasi F5 yang mengandung karbopol 934p dan HPMC K4M dengan
rasio perbandingan
1:2,5:10
Tabel 3. Persentase Hidrasi Tablet Bukal Timolol Maleat
4. Uji Disolusi
Formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang mengandung obat, polimer karbopol
934 p dan polietilen oksida dalam rasio masing-masing 1:2.5:10,
1:3.5:9,
1:4.5:8 dan1:5.5:7. Profil pelepasan obat kumulatis secara in vitro pada
formulasi F1, F2, F3, dan F4 masing-masing menunjukkan
presentase
85.94%, 80.65%, 75.30% dan 73.14%. Di antara keempat formulasi ini,
persentase pelepasan obat yang paling besar adalah F1. Selama
penelitian diamati bahwa tablet dengan formulasi F1 pada awalnya
mengembang dan tidak mengalami erosi selama periode waktu 7 jam.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
54/83
Gambar 4.1. Grafik Pelepasan Obat pada Formulasi F1 F4
Demikian pula dengan formulasi F5, F6, F7, dan F8 yang mengandung
polimer karbopol 934p dan HPMC K4M dengan rasio masing-masing
1:2.5:10, 1:3.5:9, 1:4.5:8 dan 1:5.5:7. Profil pelepasan obat
kumulatis secara in vitro pada formulasi F5, F6, F7, dan F8
masing-masing menunjukkan presentase 98.18%, 88.25%, 82.75% dan
76.35%. Diantara keempat formulasi tersebut, persentase pelepasan obat
yang paling besar adalah F5. Selama penelitian diamati bahwa tablet
dengan formulasi F5 pada awalnya mengembang dan tidak mengalami
erosi selama periode 7 jam.
Gambar 4.2. Grafik Pelepasan Obat pada Formulasi F5 F8
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
55/83
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan
konsentrasi karbopol 934p dalam formulasi, menyebabkan laju
pelepasan obat dari tablet menjadi menurun. Tapi ketika konsentrasi
polimer kedua (polietilen oksida dan HPMC K4M) ditingkatkan, laju
pelepasan obat meningkat. Hal tersebut disebabkan karena adanya
peningkatan hidrasi atau karakteristikswelling dari polimer dengan
peningkatan konsentrasi. Dari keseluruhan data, diperoleh bahwa
formulasi F5 menunjukkan persentase pelepasan obat yang maksimum
yaitu 98,18 % pada jam ke 7.
4.1.6 Kesimpulan
Tablet bukal mukoadesif Timolol Maleat dapat diformulasikan
dengan menggunakan obat, karbopol 93p dan HPMC K4M dengan rasio
1:2.5:10. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan konsentrasi karbopol 34p
dalam formulasi, menyebabkan terjadinya penurunan laju pelepasan obat dari
tablet. Tetapi ketika konsentrasi HPMC K4M meningkat, laju pelepasan obat
juga meningkat.
4.2 Formulasi dan Evaluasi In-Vitro Tablet Bukal Mukoadhesif
Famotidin
Famotidin merupakan inhibitor kompetitif reseptor-H2 histamin.
Aktivitas farmakologi yang penting dari famotidin yaitu menghambat sekresi
lambung. Konsentrasi asam dan volume basal, noktunal dan sekresi lambung
ditekan oleh famotidin. Hal ini umumnya digunakan dalam ulkus lambung,
duodenum ulkus, penyakit refluks gastro esophageal, dan sindrom Zolinger-
Elisons. Famotidin memiliki bioavaibilitas sebesar 40-45 % karena adanya
metabolisme fase 1 yang ekstensif dan puncak plasma mencapai 1-3 jam.
Waktu paruh dari famotidin adalah sebesar 2,5 3,5 jam. Pengobatan yang
efektif untuk erosive esophagitis dan sindrom Zolinger-Elisons memerlukan
pemberian dosis Famotidin sebanyak
20 mg selama 4 kali sehari. Dosis konvensional famotidin sebanyak 20 mg
dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam tetapi tidak sampai 10
jam. Dosis alternativ Famotidin sebanyak 40 mg mengarah ke fluktuasi plasma;
dengan demikian diinginkan famotidin dalam bentuk sediaan
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
56/83
sustained release. Pengembangan dari formulasi ini dimaksudkan
untuk memperbaiki bioavaibilitas
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
57/83
dengan mencegah metabolisme fase 1 melalui penghantaran obat bukal;
Absorbsi obat disebabkan oleh nilai pka sebesar 7,1 yang menyebabkan
obat tidak terionisasi untuk absorpsi pada pH antara 6,8 7,4 di daerah bukal;
berat molekul obat yang rendah (
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
58/83
4.2.3 Metode Pembuatan Tablet Bukal Mukoadhesif Famotidin
Metode pembuatan dilakukan dengan cara teknik kompresi
langsung ganda. Dalam teknik ini, lapisan pertama dibentuk dan campuran
layer kedua diletakkan pada lapisan pertama dan dikompresi untuk
mendapatkan tablet bilayer. Komposisi dari lapisan inti mengandung zat aktif,
polimer mukoadhesif (Karbopol-934P, Sodium Karboksi Metil Selulosa),
laktosa, Aspartam dan Lubrikan, sedangkan untuk lapisan belakang
digunakan etil selulosa. Zat aktif, polimer dan eksipien dicampur dan
disaring dengan menggunakan saringan berukuran 60 mesh, dan kemudian
campuran tersebut sedikit dikompresi dengan menggunakan flat faced punch
berukuran 8 mm in Rimek 10 station rotary press untuk memperoleh tablet
intermediat atau kurang padat. Demikian pula, campuran lapisan belakang
mengandung etil selulosa yang dicampur, diayak dan dikompresi pada tablet
intermediate yang telah dikompres sebelumnya atau loose compact untuk
memperoleh tablet bilayer. Kekerasan tablet yang diperoleh berkisar 6-7
kg/cm2.
4.2.4 Evaluasi pada Tablet Bukal Mukoadhesif Famotidin
A. Uji Karakteristik Fisik Tablet
1. Bobot rata-rata tablet
2. Uji friabilitas
3. Uji Kekerasan
4. Uji Keseragaman Kandungan
5. Uji Swelling
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan cawan petri yang berisi
10 mL buffer fosfat pH 6,8 dan tablet diletakkan di dalam cawan
petri tersebut. Terlebih dahulu timbang berat awal tablet pada masing-
masing batch (W0) dengan menggunakan electronic balance. Tablet dari
masing- masing batch kemudian diambil pada interval waktu yang
berbeda (1, 2, 3,
4, 6, dan 8 jam), setelah itu disaring dengan kertas saring untuk
membuang kelebihan air dari permukaan tablet, dan kemudianditimbang kembali (W1). Index swelling (% w/w) ditentukan dengan
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
59/83
rumus berikut dan diplot terhadap waktu.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
60/83
B. Uji in vitro
1. Uji Daya Mukoadhesi
Kekuatan mukoadhesif tablet bukal diukur dengan menggunakan
keseimbangan fisika yang dimodifikasi. Alat disusun seperti pada
gambar
3.Metode ini melibatkan mukosa bukal kambing sebagai model
membran mukosa. Mukosa bukal kambing yang masih segar dicuci
dengan buffer fosfat pH 6,8. Kedua sisi neraca diseimbangkan dengan
meletakkan beban dengan berat 5 gram pada sisi sebelah kanan.
Sepotong membran segar ditempelkan pada glass block dengan
adhesive sianoakrilat. Glass block tersebut kemudian diturunkan ke
dalam wadah kaca, kemudian diisikan dengan buffer fosfat isotonik pH
6,8 pada suhu 37 1 C, dimana buffer tersebut hanya mencapai
permukaan membran mukosa dan dijaga agar tetap dalam kondisi
lembab. Tablet mukoadhesif ditempelkan dengan adhesive yang samapada rubber blockpada sisi sebelah kanan dan balok keseimbangan yang
diberi beban seberat 5 gm pada pan sebelah kanan kemudian
dihilangkan. Hal tersebut dapat menurunkan rubber blockbersama
dengan tablet dengan berat 5 gm. Keseimbangan dijaga pada posisi
ini selama 3 menit dan lalu perlahan-lahan air ditambahkan ke
dalam wadah plastik pada pan sebelah kanan dengan menggunakan
pipet. Berat air kemudian diukur. Lalu kekuatan mukoadhesif tablet
dihitung. 3 tablet diuji pada masing-masing membran mukosa bukal
kambing. Setelah masing-masing pengukuran tersebut, jaringan dicuci
dengan buffer fosfat pH 6,8 dan dibiarkan selama 5 menit sebelum
percobaan berikutnya. Membran segar digunakan untuk masing-masing
batch tablet.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
61/83
Gambar 4.3. Susunan alat untuk menguji kekuatan mukoadhesif secara
in vitro (1.Rubber block; 2. Tablet mukoadhesif ; 3. Glass Block; 4.
Buffer fosfat pH 6,8 ; 5. Mukosa Bukal)
2. Pengukuran pH permukaan
pH lingkungan (pH permukaan) dari tablet bukal diuji untuk memeriksa
adanya efek samping in vivo. pH asam atau basa dapat menyebabkan
iritasi pada mukosa bukal, oleh karena itu pH formulasi dijaga
agar mendekati pH netral. Tablet bukal pertama dibiarkanmengembang
dengan menjaga agar tablet-tablet tersebut tetap kontak dengan 5
mL buffer fosfat pH 6,8 selama 2 jam. pH diukur dengan cara
menghubungkan elektroda dengan permukaan tablet, kemudian
diseimbangkan selama 1 menit. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali.
3. Waktu pelepasan obat secara in vitro
4. Uji Disolusi In vitro
Berdasarkan USP tipe 2 , metode yang digunakan yaitu rotating paddle
untuk menguji pelepasan obat dari tablet bilayer. Medium disolusi
terdiri dari 500 mL buffer fosfat pH 6,8. Uji pelepasan dilakukan pada
suhu 37
0.5C, dengan kecepatan rotasi 50 rpm. Lapisan belakang tablet bukal
menempel pada kaca dengan adhesive sianokrilat. Disk diletakkan
di bagian bawah bejana disolusi. Sampel disaring,kemudian dibuat pengenceran yang sesuai dengan
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
62/83
buffer fosfat dan dianalisis dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 272 nm menggunakan
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
63/83
Shimadzu UV-Visible1800 double-beam spectrophotometer. Persentase
jumlah kumulatif obat yang dilepaskan dari sediaan dihitung
dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari kurva kalibrasi
dengan range
5-35 mg/mL untuk buffer fosfat pH 6,8.
5. Studi permeasi Ex vivo
6. Uji kecepatan disolusi
7. Uji stabilitas optimized batch
Dari evaluasi tersebut, yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif ada
pengukuran pengukuran pH permukaan, uji daya mukoadhesi, uji
disolusi dan uji swelling. Maka data dan analisis yang akan dibahas
disini yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif maka hanya
pengukuran pH permukaan, uji daya mukoadhesi, uji disolusi dan uji
swelling.
4.2.5 Hasil dan Analisis
1. Evaluasi fisikokimia
pH permukaan berkisar antara 6,24 6,75
Tabel 5. Evaluasi Fisikokimia dari Masing-masing Formulasi Tablet
Bukal
Mukoadhesif Famotidin
2. Uji Disolusi
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
64/83
Dalam tujuan investigasi, design faktorial 32
dipilih untuk memeriksa
efek polimer pada tablet matriks, dimana rasio polimer sodium CMC :
karbopol
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
65/83
934P sebagai faktor X1 dan konsentrasi polimer sebagai faktor X2
dipilih dalam formulasi. Dari hasil uji pelepasan obat secara in vitro
selama 8 jam dari ke-9 formulasi (F1 F9) diamati bahwa terdapat
peningkatan konsentrasi polimer (X2) yang menyebabkan adanya efek
perlambatan pelepasan dari konsentrasi faktor polimer (X2). Faktor rasio
(X1) polimer memiliki efek yang relatif pada profil pelepasan obat
berdasarkan fraksi polimer individu. Peningkatan fraksi sodium CMC
menyebabkan adanya perlambatan pelepasan obat karena sifat viskositas
dari sodium CMC yang membentuk lapisan gel yang kental (viscous) di
atas lapisan mukoadhesif tablet bersama dengan karbopol 934 sehingga
dapat menyebabkan laju difusi obat menjadi lama pada medium
disolusi dan dapat menghasilkan sediaan sustained-release. Persentase
Pelepasan obat yang paling rendah dengan konsentrasi yaitu 77,94 %
pada formulasi F9 karena konsentrasi polimer yang lebih besar yaitu 25
% dengan rasio antara sodium CMC : karbopol 934P (2:1) dan
pelepasan obat tertinggi dengan konsentrasi yaitu
102,57 % pada formula F1 dengan konsentrasi polimer paling rendah
yaitu
15 % dengan rasio antara sodium CMC : karbopol 934 P
(1:2)
Tabel 6. Data Pelepasan Obat secara In Vitro pada Masing-masing
Formulasi
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
66/83
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
67/83
Gambar 4.4. Grafik Disolusi Obat pada Formulasi F1 F9
Gambar 4.5. Grafik yang menunjukkan pengaruh kombinasi polimer
pada pelepasan obat dengan rasio perbandingan antara Sodium CMC :
Karbopol
934P yaitu 1 : 2
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
68/83
Gambar 4.6. Grafik yang menunjukkan pengaruh kombinasi polimer
pada pelepasan obat dengan rasio perbandingan antara Sodium CMC :
Karbopol
934P yaitu 1 : 1
Gambar 4.7. Grafik yang menunjukkan pengaruh kombinasi polimer pada
pelepasan obat dengan rasio perbandingan antara Sodium CMC :
Karbopol
934P yaitu 2 : 1
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
69/83
Gambar 4.8. Grafik yang menunjukkan pengaruh rasio polimer
pada pelepasan obat dengan konsentrasi polimer 15 %
Gambar 4.9. Grafik yang menunjukkan pengaruh rasio polimer
pada pelepasan obat dengan konsentrasi polimer 20 %
Gambar 4.10. Grafik yang menunjukkan pengaruh rasio polimer
pada pelepasan obat dengan konsentrasi polimer 25 %
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
70/83
3. Uji pengembangan (swelling)
Pada pengujian index swelling (X2), konsentrasi polimer memiliki efek
yang positif, adanya peningkatan konsentrasi polimer menyebabkan
peningkatan sifat swelling dari tablet matriks. Sedangkan rasio polimer
sodium CMC : karbopol 934P dengan rasio 1:2 dan 2:1 menunjukkan sifat
swelling yang lebih besar daripada rasio 1:1. Index swelling paling
rendah yaitu sebesar 54,05 % ditunjukkan pada formulasi F2 dengan
konsentrasi polimer yang rendah yaitu 15 % dengan rasio perbandingan
antara sodium CMC dan karbopol 934 P (1:1). Sedangkan indeks
swelling yang paling besar yaitu 100,62 % yang ditunnjukkan pada
formulasi F9 dengan konsentrasi polimer yang besar yaitu 25 %
dengan rasio perbandingan antara sodium CMC : karbopol 934P (2:1).
Gambar 4.11. Grafik yang menunjukkan indexswellingpada
masing- masing formulasi
4. Uji Daya Mukoadhesif
Pada faktor uji daya mukoadhesif (X2) konsentrasi polimer memiliki efek
yang positif dalam sifat swelling, adanya peningkatan konsentrasi
polimer menyebabkan peningkatan daya mukoadhesif pada tablet.
Sedangkan efek faktor (X1) rasio polimer pada daya mukoadhesif
bergantung pada fraksi karbopol 934P dalam formulasi tablet, karena
karbopol 934P memiliki sifat mukoadhesif yang lebih tinggi dan lebih
efektif. Daya mukoadhesif
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
71/83
yang paling rendah yaitu 9 gm pada formulasi F3 karena
konsentrasi polimer yang rendah yaitu 15 % dengan rasio
perbandingan 2:1 antara sodium CMC : karbopol 934P. sedangkan daya
mukoadhesif yang paling tinggi yaitu 21 gm pada formulasi F7 dengan
konsentrasi polimer yang besar yaitu 25 % dengan rasio perbandingan
1:2 antara sodium CMC : karbopol 934P
Gambar 4.12. Grafik yang menunjukkan daya mukoadhesi pada
masing- masing formulasi
4.2.6 Kesimpulan
Pengaruh rasio Sodium karboksi metil selulosa dan karbopol 934 P
serta konsentrasi polimer pada laju pelepasan obat diuji dengan menggunakan
design faktorial 32
. Rasio polimer dan konsentrasi polimer keduanya
memiliki efek perlambatan pelepasan obat yang simultan. Formulasi ini
memberikan pelepasan obat yang diperlambat (sustained-release) karena adanya
pembentukan lapisan gel yang kental (viscous) di atas lapisan mukoadhesif
tablet karena sifat viskositas
yang dimiliki oleh sodium CMC, sehingga menyebabkan laju difusi obat
menjadi lebih lama dari lapisan mukoadhesif ke dalam medium disolusi.
Kombinasi dari kedua polimer ini membentuk struktur gel yang keras dan
padat serta bertindak sebagai barier difusi obat, yang menyebabkan penurunandalam pelepasan obat. Formulasi F1 merupakan formulasi yang optimal yang
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
72/83
memberikan konsentrasi
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
73/83
pelepasan obat sebesar 102,57 % dalam waktu 8 jam dan formulasi tersebut
memiliki sifatswellingdan mukoadhesif yang optimal.
Selain itu kandungan etil selulosa yang cukup tinggi dalamformulasi tersebut yaitu 50 mg pada setiap formulasi, digunakan sebagai
pengikat karena etil selulosa bersifat hidrofob sehingga dengan konsentrasi
yang tinggi dapat memperlama pelepasan obatnya dan menghasilkan sediaan
sustained-release
4.3 Formulasi Tablet Matriks Mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida
Menggunakan Hidroksi Propil Metil Selulosa dan Carbopol 940
Diltiazem hidroklorida digunakan sebagai salah satu model
untuk diformulasikan dalam bentuk sediaan mukoadhesif karena mempunyai
waktu paruh yang pendek yaitu 3-4 jam, sehingga diperlukan frekuensi
pemberian cukup sering. Pemberian dalam bentuk mukoadhesif dapat
mengurangi frekuensi pemberian karena zat aktif akan dilepaskan dari
matriks hidrokoloid secara perlahan dalam jangka waktu yang lama. Sediaan
mukoadhesif diformulasikan dalam bentuk tablet matriks dengan metode
granulasi basah. Etil selulosa digunakan sebagai pengikat karena bersifat
hidrofob yang dapat memperlama pelepasan obatnya
4.3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Timbangan analitik
2. Ayakan mesh 12,16, dan 20
3. Spektrofotometer FTIR
4. titrator Karl Fisher
5. Alat uji sifat alir
6. Alat uji kerapatan granul
7. Alat uji waktu hancur
8. Spektrofotometer UV-VIS
9. Media cetak tablet rotary
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
74/83
10. Alat uji kekerasan tablet
11. Alat uji kerenyahan tablet
12. Alat uji disolusi
13. Oven
14. alat-alat gelas
B. Bahan
1. Diltiazem hidroklorida
2. Diltiazem hidroklorida BPFI
3. Etil selulosa N 100
4. Hidroksipropil metal selulosa
5. Carbopol 940
6. Etanol 95 %
7. Laktosa
8. Magnesium stearat
9. Talk
10. Asam klorida 0,1 N
11. Natrium klorida12. Kalium hidrofen fosfat
13. Natrium hidroksida
14. Air suling
4.3.2 Formulasi Tablet Matriks Mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida
Tabel 7. Formulasi dari tablet matriks mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
75/83
4.3.3 Metode Pembuatan Tablet Matriks Mukoadhesif Diltiazem
Hidroklorida
Pada formulasi ini dilakukan dilakukan pembuatan tablet matriks
ini dengan meode granulasi basah.
1. Semua bahan yang diperlukan ditimbang
2. Etil selulosa dilarutkan dalam alkohol 95 %
3. Diltiazem hidroklorida, HPMC, carbopol 940, dan laktosa monohidrat
dicampur homogen, lalu tambahkan larutan etil selulosa sedikit-
sedikit sampai terbentuk massa lembab dan kompak
4. Massa lembab diayak dengan pengayak mesh 12 dan dikeringkan di oven
pada suhu 40oC sampai diperoleh dievaluasi meliputi kadar lembab, uji
homogenitas, sifat alir, dan kompresibilitas
5. Magnesium stearat dan talk ditimbang sesuai dengan bobot granul yang
diperoleh, dicampur dan dicetak menjadi tablet menggunakan mesin
tablet rotary dengan 8 lubang.
4.3.4 Evaluasi pada Tablet Matriks Mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida
1. Evaluasi granul matriks
a. Penetapan kadar lembab
b. Uji homogenitas
c. Uji sifat alir
d. Uji kompresibilitas
2. Evaluasi Tablet
a. Uji kekerasan
b. Uji keseragaman ukuranc. Uji kerenyahan
d. Uji penetapan kadar
e. Uji keragaman bobot
f. Uji disolusi
Uji disolusi tablet diltiazem hidroklorida dilakukan berdasarkan USP
XXVI untuk diltiazem hdroklorida extended release capsule
menggunakan alat-alat dengan kecepatan 100 putaran per menit. Uji
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
76/83
disolusi dilakukan menggunakan medium air sebanyak 900,0 ml
selama
12 jam. Zat aktif yang terlepas tidak kurang dari 70%. Serapan
diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan danjumlah yang lepas dihitung menggunakan persamaan regresi linier
dari kurva kalibrasi.
g. Uji wash off
Dilakukan menggunakan alat uji waktu hancur. Potongan
jaringan lambung dan usus kelinci segar yang berukuran 2 x 5 cm
ditempelkan diatas objek berukuran 2 x 7 cm dengan bantuan lem
siano akrilat. Sebuah tablet diltiazem hidroklorida dibasahi dengan
cairan lambung dan cairan usus buatan kemudian ditempelkan pada
jaringan, kemudian kaca objek dimasukkan ke dalam tabung kaca
dan dimasukkan ke dalam alat uji waktu hancur. Alat digerakkan
naik turun secara lambat dan teratur (30 kali/menit) dalam media cair
lambung atau usus buatan,
suhu diatur 37oC 2
oC. Selang waktu 1 jam pada medium lambung
dan
2 jam pada medium usus. Alat dihentikan dan tablet diamati apakah
masih menempel atau tidak.
Dari evaluasi tersebut, yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif ada
uji disolusi dan uji wash off. Maka data dan analisis yang akan dibahas disini
yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif maka hanya uji disolusi dan uji
wash off.
4.3.5 Hasil dan Analisis
1. Uji Disolusi
Hasil uji disolusi tablet lepas terkendali diltiazem hidroklorida
dalam medium air selama 12 jam menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi carbopol 940
jumlah diltiazem hidroklorida yang dilepas semakin kecil. Berturut-
turut dari formula I V adalah 75,99%; 74,08%;
73,07%; 72,03%; dan 71,29%. Kelima formula memenuhi persyaratan
USP 26 untuk diltiazem hidroklorida extended capsule yaitu setelah 12
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
77/83
jam melepaskan tidak kurang dari 70%. Jumlah yang dilepas setelah 3
jam pada semua formula masih terlalu besar yaitu berturut-turut dari
formula I
V sebesar 44,45%; 39,74%; 38,23%; 34,73%; dan 33,56%. Persyaratan
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
78/83
yang diberikan antara 10 25%, hal ini kemungkinan disebabkan oleh
jumlah laktosa yang berperan menciptakan pori pada matriks tablet
masih cukup besar sehingga pada jam-jam
pertama pelepasan diltiazem hidroklorida masih relat if cepat.
Tabel 8. Hasil disolusi tablet lepas terkendali diltiazem hidroklorida
2. Uji Wash off
Hasil uji wash offtablet matriks dalam medium cairan lambung buatan
tanpa enzim hanya formula I dan II yang bersifat adhesif terhadap mukosa
lambung dan waktu mukoadhesifnya selama 2 jam. Di dalam medium
cairan usus buatan tanpa enzim tidak ada perbedaan waktu mukoadhesif
pada semua
formula yaitu setelah 8 jam masih melekat pada mukosa usus. Hal ini
menunjukkan bahwa carbopol 940 mempunyai kekuatan
mukoadhesif yang besar terhadap mukosa usus, sedangkan HPMC lebih
lemah. Waktu transit yang panjang di saluran cerna dapat digunakan
untuk mengatur pelepasan obat lebih lama.
4.3.6 Kesimpulan
Kombinasi carbopol 940 dan HPMC dapat digunakan untuk
memperpanjang waktu tinggal sediaan tablet di dalam saluran cerna sehingga
pelepasan obat dapat dikendalikan. Semakin tinggi konsentrasi carbopol 940,
jumlah dilt iazem hidroklorida yang dilepas semakin rendah.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
79/83
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mukoadhesif adalah sistem penghantaran obat yang memanfaatkan
sifat- sifat musin dalam mukosa saluran cerna. Sistem penghantaran ini
digunakan untuk memformulasikan sediaan lepas terkendali dengan tujuan
memperpanjang waktu tinggal obat tersebut di saluran cerna dan mengatur
kecepatan serta jumlah obat yang dilepas. Sistem penghantaran obat
mukoadhesif ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sediaan bukal,
sublingual, vaginal, rektal, nasal, okular, serta gastrointestinal.
Mekanisme adhesi dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu :
1. Terjadi kontak (melalui pembasahan) antara sediaan mukoadhesif
dengan membran mukus.
2. Tahap interpenetrasi, yaitu terjadi penetrasi dari bioadhesif ke jaringan atau
ke permukaan membran mukosa.
Beberapa contoh polimer mukoadhesif adalah kitosan, pektin, gelatin,
hidroksipropil metil selulosan, polivinil pirolidon, karagenan, Na alginat,alginat thiol, guar gum, CMC Na, karbomer, dan lain-lain.
5.2 Saran
Perlu dipelajari lebih lanjut mengenai sistem penghantaran mukoadhesif
karena banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari sistem penghantaran obat
ini.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
80/83
DAFTAR PUSTAKA
Abd Elhady, S Seha. Et all. 2003. Development of In Situ Gelling and
Muchoadhesive Mebeverine Hydroclorida Solution For RectalAdministration. Saudi Pharmaceutical Journal, Vol. 11, No. 4, October
2003.
Alexander, Amit, et al. 2011. Mechanisme Responsible For Mucoadhesion of
Mucoadhesive Drug Delivery System: A Review. International Journal of
Applied Biology Pharmaceutical Technology Vol 2, 434-445
Alli, Saikh Mahammed Athar, et al. 2011. Oral Mucoadhesive Microcarriers
for Controlled and Extended Release Formulations. International
Journal of Life Science & Pharma Research Vol 1, 41-59.
Andrews G.P., Laverty T.P., Jones, D.S. 2009. Mucoadhesive polymeric
platforms for controlled drug delivery. European Journal of
Pharmaceutics and Biopharmaceutics 71, 505518.
Bhanja Satyabrata, et al. 2010. Formulation and in vitro evaluation
of mucoadhesive buccal tablets of Timolol maleate. International Journal
of Pharmaceutical and Biomedical Research, 1(4), 129-134
Bhavsar, Jalpeshkumar D. , Patel, Mukesh R., Patel, Kanu R., Patel, N.M.
2012.
Formulation and In-Vitro Evaluation of Mucoadhesive Buccal Tablet of
Famotidine. International Journal of Pharmaceutical Sciences, ISSN:
0976-7908. India.
Bonacucina, Giulia, Sante Martelli, and Giovanni F. Palmieri. 2004.
Rheological, Mucoadhesive and Properties of Carbopol Gels
in Hydrophilic Cosolvents. Internationa Journal of
Pharmaceutics 282, 115-130.
Bonferoni, Maria Cristina, et al. 2004. Carrageenan-Gelatin Mucoadhesive
Systems for Ion-Exchange Base Ophtlamic Delivery: In Vitro and
Preliminary In Vivo Studies. European Journal Pharmaceutics and
Biopharmaceutics 57, 465-472.
7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc
81/83
Carvalho, Flavia Chiva, et al. 2010. Mucoadhesive Drug Delivery Systems.
Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences vol 46.
Martinez, A., et al. 2011. Synthesis and characterization of thiolated alginate-albumin nanoparticlesstabilized by disulfide bonds. Evaluation as drug
delivery systems. Carbohydrate Polymers 83, 1311-1321
Nep, Elijah I, and Barbara R Conway. 2011. Grewia Gum 2: Mucoadhesive
Properties of Compacts and Gels. Tropical Journal of Pharmaceutical
Research Pharmacotheraphy Group, 393-400.
Panigrahi, Lalatendu. Pattanaik, Snigdha. Ghosal, K Saroj. 2004. Design
and Characterization of Muchoadhesive Buccal Patch of Salbutamol
Sulphate. Acta Poloniae Pharmaceutica- Drug Research. Vol. 61. No. 5
pp. 351-360
Raymond C. Rowe, Paul J Sheskey, Quinn E Marian. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th
ed. USA: Pharmaceutical Press.
Roy, S., et al. 20