128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah tentg polimer

Citation preview

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    1/83

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

    dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah EksipienFarmasetika yang berjudul Polimer Mukoadhesif ini. Makalah ini

    disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Eksipien dalam

    Sediaan Farmasi. Makalah ini berisi uraian tentang pengertian

    polimer mukoadhesif, mekanisme pembentukan mukoadhesif, eksipien yang

    digunakan dan contoh formulasi mukoadhesif yang penulis buat.

    Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mendapat

    bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

    penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang

    telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

    Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

    makalah ini. Oleh sebab itu, bila ada saran dan kritik yang membangun akan

    selalu diterima dengan hati terbuka. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha

    Esa membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan selama

    penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

    semua.

    Depok, Desember 2012

    Penulis

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    2/83

    iii

    DAFTAR ISI

    KATA

    PENGANTAR.....................................................................................ii

    DAFTAR

    ISI...................................................................................................iii BAB I

    PENDAHULUAN................................................................................1

    1.1.Lata Belakang

    Masalah..........................................................................1

    1.2.Rumusan

    Masalah..................................................................................1

    1.3.Tujuan.....................................................................................................

    1

    1.4.Metode

    Penulisan...................................................................................2

    1.5.Sistematika

    Penulisan.............................................................................2

    BAB II

    MUKOADHESIF...............................................................................3

    BAB III POLIMER

    MUKOADHESIF.........................................................12

    3.1.Polimer

    Alam.........................................................................................12

    3.1.1. Kitosan...........................................................................12

    3.1.2. Pektin.............................................................................14

    3.1.3. Gelatin...........................................................................15

    3.2.Polimer

    Semisintetik..............................................................................17

    3.2.1. HPMC............................................................................17

    3.2.2. PVP................................................................................19

    3.3.Polimer

    Hidrogel....................................................................................21

    3.3.1. Karagenan......................................................................22

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    3/83

    iv

    3.3.2. Na Alginat......................................................................24

    3.3.3. Alginat-Thiol..................................................................27

    3.3.4. Guar Gum.......................................................................29

    3.4.Polimer

    Hidrofilik..................................................................................30

    3.3.1. CMC Na..........................................................................31

    3.3.2. Carbomer........................................................................32

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    4/83

    v

    BAB IV CONTOH FORMULASI.................................................................35

    BAB V PENUTUP...........................................................................................59

    5.1.Kesimpulan.............................................................................................59

    5.2.Saran.......................................................................................................59

    DAFTAR PUSTAKA......................................................................................60

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    5/83

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perkembangan sistem penghantaran obat pada dekade belakangan ini

    telah sampai pada penggunaan teknologi

    mukoadhesif. Beberapa keunggulan mukoadhesif ketika

    diaplikasikan kepada sistem penghantaran obat antara lain, dapat

    meningkatkan kepatuhan pasien mengkonsumsi obat karena bentuk

    sediannya dapat diterima dengan baik oleh pasien, meningkatkan efikasi obat,

    mengurangi efek samping, jarak pemberian dosis lebih panjang, maka

    kebutuhan tidur penderita tidak terganggu dan tentu saja berimbas pada

    pencapian kualitas hidup pasien yang lebih baik.

    Berbagai macam polimer mukoadhesif dapat ditemukan di alam, dibuat

    semi sintetik, maupun sintetik. Uji daya lekat mukoadhesif dari beberapa

    polimer eksipien sangat penting dalam pengembangan sediaan lepas lambat

    oral dengan sistem mukoadhesif untuk meningkatkan ketersediaan hayati obat.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :

    a) Apa yang dimaksud dengan mukoadhesif?

    b) Bagaimana mekanisme pembentukan mukoadhesifl?

    c) Apa saja eksipien yang digunakan yang bersifat mukoadhesif?

    d) Bagaimana contoh formulasi mukoadhesif?

    1.3 Tujuan

    Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan

    informasi kepada pembaca mengenai polimer mukoadhesif yang dapat

    digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi serta sebagai salah satu

    syarat yang harus dipenuhi pada mata kuliah Eksipien Farmasetika.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    6/83

    2

    1.4 Metode Penulisan

    Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu

    metode studi pustaka. Informasi-informasi yang ada dalam makalah ini penulis

    dapatkan dari beberapa buku teks, jurnal, dan literatur-literatur lain

    mengenai polimer mukoadhesif Selain itu, penulis juga mencari dan

    memperoleh beberapa informasi dari media internet.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Makalah ini penulis susun dalam lima bab yang terdiri dari

    pendahuluan, mukoadhesif, polimer mukoadhesif, formulasi, dan penutup. Pada

    bab pertama, penulis menjelaskan latar belakang, perumusan

    masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika

    penulisan makalah. Pada bab kedua, penulis menguraikan tentangpengertian mukoadhesif, mekanisme mukoadhesif, mucus, serta polimer pada

    Mucosal Drug Delivery. Pada bab ketiga, penulis menguraikan tentang sepuluh

    jenis polimer mukoadhesif. Pada bab keempat, penulismenguraikan tentang contoh formulasi mukoadhesif. Pada bab kelima, penulis

    simpulkan isi makalah dan membuat saran. Akhirnya, penulis menyajikandaftar pustaka sebagai bahan referensi penulis dalam penyusunan makalah.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    7/83

    3

    BAB II

    MUKOADHESIF

    2.1. Definisi Mukoadhesif

    Mukoadhesif berasal dari kata mukosa dan adhesi. Mukosa merupakan

    membran pada tubuh yang bersifat semipermeabel dan mengandung

    musin. Sedangkan adhesi berarti gaya molekuler pada area kontak antar

    elemen yang berbeda agar dapat berikatan satu sama lain. Jadi, mukoadhesif

    adalah sistem pelepasan obat dimana terjadi ikatan antara polimer alam atau

    sintetik dengan substrat biologi yaitu permukaan

    mukus. Sistem mukoadhesif dapat menghantarkan obat menuju site-

    spesific melalui ikatan antara polimer hidrofilik dengan bahan dalam formulasi

    suatu obat, dimana polimer tersebut dapat melekat pada permukaan biologis

    dalam waktu yang lama.

    Sistem penghantaran ini digunakan untuk memformulasikan sediaan

    lepas terkendali dengan tujuan memperpanjang waktu tinggal obat tersebut di

    saluran cerna dan mengatur kecepatan serta jumlah obat yang dilepas.

    2.2. Struktur dan Kandungan Mukosa

    Mukus merupakan sekret jernih dan kental serta melekat,

    membentuk lapisan tipis, berbentuk gel kontinyu yang menutupi dan

    beradhesi pada permukaan epitel mukosa. Mukus disintesis oleh sel

    goblet. Tebal mukus bervariasi antara 50-450 um. Didalam mukus terdapat

    musin yang mengandung glikoprotein dengan berat molekul yang

    memungkinkan untuk polimer dapat menempel dan mengalami penetrasi.

    Biasanya mukus terdiri dari air 95 %, glikoprotein dan lemak 0,5-5,0%,

    garam-garam mineral 1% dan protein bebas 0,5-1%. Namun, komposisi ini

    dapat berbeda pada setiap individu walau hanya dengan perbedaan konsentrasi

    yang kecil. Komponen utama mukus yang bertanggung jawab pada viskositas

    serta sifat adhesi dan kohesinya adalah glikoprotein, suatu protein berbobot

    molekul t inggi yang memiliki unit oligosakarida (rata-rata 8-10 residumonosakarida dari 5 jenis monosakarida, seperti L-fukosa, D-galaktosa, N-asetil-

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    8/83

    4

    D-glukosamin, N-asetil-D-

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    9/83

    5

    galaktosamin dan asam sialat. Unit-unit monosakarida tersebut terikat

    dalam rantai oligosakarida. Dengan adanya gugus-gugus tersebut membuat

    musin dapat berikatan dengan gugus fungsi yang ada pada polimer.

    Gambar 2.1. Struktur Gula dalam Glikoprotein

    2.3. Mekanisme Kerja Polimer Mukoadhesif

    Prinsip penghantaran obat dengan sistem mukoadhesif adalah

    memperpanjang waktu tinggal obat pada organ tubuh yang mempunyai lapisan

    mukosa. Sistem mukoadhesif akan dapat meningkatkan kontak yang lebih baik

    antara sediaan dengan jaringan tempat terjadinya absorpsi sehingga

    konsentrasi obat terabsorpsi lebih banyak dan diharapkan akan terjadi aliran obat

    yang tinggi melalui jaringan tersebut. Adapun secara keseluruhan mekanisme

    kerja dari polimer mukoadhesif adalah sebagai berikut :

    1. Terjadi kontak antara polimer dengan permukaan mukosa yang

    disebabkan karena adanya pembasahan yang baik ataupun karena

    swelling pada polimer.

    2. Setelah berkontak, terjadi penetrasi dari rantai polimer kedalam permukaan

    jaringan atau interpenetrasi rantai polimer dan mukosa.

    3. Terbentuklah ikatan kimia antara rantai polimer dengan molekul musin,

    yang mempertahankan pelekatan polimer ke mukosa.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    10/83

    6

    Gambar 2.2. Dua Tahapan Mekanisme Bioadhesif

    a) Interaksi mukosa yang terjadi diantaranya adalah:

    Ikatan ionik

    Terjadi apabila dua muatan ion yang berlawanan saling tarik menarik

    melalui interaksi elektrostatik membentuk ikatan yang kuat.

    Ikatan kovalen

    Terjadi peristiwa saling memberi dan menerima elektron pada

    pasangan elektron untuk memenuhi orbital keduanya. Jenis ikatan inisangat kuat.

    Ikatan hidrogen

    Terjadi apabila atom hidrogen yang membawa muatan agak positif,

    terikat secara kovalen dengan atom elektronegatif, seperti

    oksigen, fluorine atau nitrogen.

    Ikatan Van der Walls

    Jenis ikatan yang paling lemah yang timbul karena adanya interaksi

    dipol-dipol dan dipol-menginduksi daya tarik dipol pada molekul

    polar dan gaya dispersi dari substansi nonpolar.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    11/83

    7

    b) Teori yang dapat menjelaskan mekanisme bioadhesi yaitu:

    1. Mekanisme Kimia

    a. Teori elektronik

    Adhesi terjadi sebagai akibat pembentukan electric double layer.

    Akibat adanya adanya gaya tarik-menarik elektrostatik antara

    polimer mukoadhesif (terutama yang bermuatan positif) dengan

    glikoprotein pada musin yang bermuatan negatif.

    b. Teori Adsorpsi

    Adhesi terjadi akibat pembentukan ikatan hidrogen dan gaya van

    der Waals antara polimer mukoadhesif dengan membran mukosa.

    2. Mekanisme Fisika

    a. Teori Pembasahan

    Terjadi karena adanya kemampuan polimer mukoadhesif untuk

    menyebar secara spontan pada permukaan mukosa. Kontak antara

    polimer mukoadhesif dengan cairan tubuh menyebabkan polimer

    terbasahi sehingga dapat melekat pada membran mukosa yang lembab.

    b. Teori Interpenetrasi (Difusi)

    Terjadi interdifusi rantai polimer dengan musin yang

    dikendalikan oleh gradien konsentrasi dan dipengaruhi oleh panjang

    serta mobilitas rantai molekul. Seberapa jauh rantai polimer

    berpenetrasi tergantung pada koefisien difusi dan waktu kontak.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    12/83

    8

    Gambar 2.3. Ilustrasi Mekanisme Mukoadhesif Menggunakan Teori

    Difusi c. Teori Fraktur

    Teori fraktur menjelaskan mengenai kegagalan suatu sediaan

    untuk melekat pada lapisan mukus karena terjadi hidrasi yang

    berlebihan. Hidrasi berlebihan tersebut membentuk massa gel yang licin

    sehingga sulit melekat pada permukaan mukus.

    c) Faktor yang mempengaruhi sistem penghantaran mukoadhesif:

    1. Polimer Mukoadhesif :

    a. Bobot molekul

    Dengan meningkatnya bobot molekul polimer, terjadi

    peningkatan kekuatan mukoadhesif polimer. Polimer dengan berat

    molekul besar yang non hidrat membentuk ikatan yang akan

    berinteraksi dengan substrat, sementara polimer dengan berat molekulrendah akan membentuk gel lemah yang mudah larut.

    b. Konsentrasi polimer mukoadhesif

    Secara umum, konsentrasi polimer dalam kisaran 1-2,5%. Untuk

    sediaan padat, semakin besar konsentrasi polimer maka semakin kuat

    sifat adhesinya.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    13/83

    9

    c. Fleksibilitas rantai polimer

    Rantai polimer yang fleksibel membantu penetrasi dan proses

    belitan rantai polimer dengan lapisan mukosa menjadi lebih baik

    sehingga meningkatkan kekuatan bioadhesif. Fleksibilitas dari

    rantai polimer umumnya dipengaruhi oleh reaksi tautan silang dan

    hidrasi polimer jaringan. Semakin banyak reaksi tautan silang,

    fleksibilitas dari rantai polimer berkurang.

    2. Faktor Lingkungan :

    a. pH

    pH medium berpengaruh dalam kemampuan mukoadhesif suatu

    polimer, contohnya pada kitosan. Pada pH yang netral atau basa,

    kitosan akan memiliki kemampuan mukoadhesif yang baik.

    b. Waktu kontak

    Dengan peningkatan waktu kontak, terjadi proses peningkatan

    hidrasi dari matriks polimer kemudian proses interpenetrasi dari rantaipolimer. Lapisan fisiologis mukosa dapat bervariasi tergantung

    pada patogenesis-sifat fisiologis tubuh manusia.

    3. Faktor Fisiologis

    a. Waktu penggantian musin (mucin turn over)

    Penggantian molekul musin secara alamiah dari lapisan

    mukus, penting untuk 2 hal. Pertama, penggantian musin

    diperkirakan akan membatasi waktu tinggal mukoadhesif pada lapisan

    mukus. Seberapa pun kekuatan mukoadhesif, mukoadhesif akan lepas

    dari permukaan karena penggantian musin. Kecepatan

    penggantian akan berbeda dengan

    keberadaan mukoadhesif. Kedua, penggantian musin akan

    melarutkan sejumlah molekul musin. Molekul ini berinteraksi dengan

    mukoadhesif sebelum terjadi interaksi dengan lapisan mukus.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    14/83

    1

    Penggantian musin tergantung pula pada faktor lain seperti

    keberadaan makanan. Kecepatan penggantian musin baik pada keadaan

    lambung kosong maupun penuh dapat membatasi waktu tinggal sediaan

    mukoadhesif karena jika mukus lepas dari membran, polimer bioadhesif

    tidak dapat menempel lebih lama.

    b. Penyakit tertentu

    Adanya penyakit yang dapat merubah sifat-sifat fisikokimia

    dari mukus. Perubahan struktural mukus pada kondisi penyakit ini

    belum diketahui secara pasti. Jika mukoadhesif akan digunakan dalam

    keadaan sakit, maka sifat mukoadhesi harus terlebih dahulu dievaluasi

    pada kondisi yang sama.

    2.4 Karakteristik Polimer Mukoadhesif

    Beberapa karakteristik yang dipertimbangkan:

    Polimer memiliki produk degradasi yang non-toksik dan tidak bersifat

    mengabsorbsi pada saluran mukosa.

    Tidak bersifat iritan pada membran mucus.

    Tidak memiliki ikatan kovalen yang kuat dengan permukaan sel epitel mucus.

    Dapat menghantarkan obat secara cepat menuju suatu jaringan dan

    harus bisa mengantarkan agen aktif obat pada site spesifiknya.

    Dapat bekerja bersama dengan obat dan t idak mengalami hidrasi yang

    berlebihan pada pelepasan obat.

    Polimer tidak mengalami dekomposisi pada penyimpanannya.

    Harga dari polimer terjangkau.

    Dapat bercampur dengan zat aktif namun tidak menghalangi pelepasan

    obat, dan memiliki kestabilan yang baik.

    Karakteristik-karakteristik tersebut dipengaruhi oleh sifat fisikokimia

    polimer, seperti muatan, adanya ikatan hidrogen, hidrofobisitas, fleksibilitas,

    dan bobot molekul. Faktor lingkungan yang perlu diperhatikan meliputi

    kelarutan,

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    15/83

    1

    pH, kekuatan ionik, dan kehadiran garam lain (misalnya garam empedu) atau

    makromolekul lain (misalnya antibodi, enzim, atau polisakarida).

    Polimer mukoadhesif dapat bersifat biodegradabel maupun non-biodegradabel. Beberapa sifat fisikokimia polimer yang berpotensi

    memberikan sifat adhesif antara lain:

    1. Memiliki berat molekul yang besar (>100000 Da), dibutuhkan untuk

    menghasilkan interpenetrasi dan pembelitan dengan rantai musin.

    2. Berupa molekul hidrofilik yang mengandung sejumlah besar gugus

    fungsional sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan musin.

    3. Polielektrolit anionik dengan densitas muatan hidroksil dan karboksil

    yang tinggi.

    2.5 Keuntungan Polimer Mukoadhesif

    Adapun keuntungan penggunaan polimer mukoadhesif adalah sebagai

    berikut :

    Dapat membuat obat dengan target spesifik, yaitu pada membran mukosa

    pada tubuh seperti pada lambung atau pada usus, sehingga dapat

    meningkatkan efektivitas obat.

    Memungkinkan untuk mempertahankan waktu tinggal obat seperti di dalam

    saluran cerna, yang akan memberikan respon klinik yang diperpanjang dan

    konsisten pada penderita.

    Waktu paruh obat menjadi lebih panjang sehingga dapat meningkatkan

    kepatuhan pasien karena dapat menurunkan frekuensi pemberian obat

    kepada pasien.

    Kenyamanan penggunaan obat menjadi pada pasien menjadi lebih baik.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    16/83

    1

    2.6 Klasifikasi Polimer Mukoadhesif

    Polimer mukoadhesif berdasarkan sumbernya, digoolongkan menjadi 2:

    1. Polimer sintetik

    Contohnya antara lain derivat selulosa (metilselulosa, etilselulosa), poli(asam

    akrilat), polietilenoksida, dan polivinil alkohol.

    2. Polimer alami

    Contohnya antara lain tragakan, natrium alginat, guar gum, karaya gum,

    lektin, gelatin, dan pektin.

    Sedangkan, berdasarkan mekanisme kerjanya, dapat digolongkanmenjadi:

    1. Polimer Hidrofilik

    Polimer larut air yang akan mengembang setelah mengalami kontak dengan

    air dan akan terdisolusi. Contohnya antara lain metil selulosa, hidroksietil

    selulosa, karbomer, kitosan, CMC Na, hidroksi propil metil selulosa,

    termasuk juga polivinil pirolidon.

    2. Hidrogel

    Rantai polimer yang memiliki crosslink dan memiliki kemampuan

    mengembang yang terbatas di dalam air. Kemampuan ini tergantung

    pada gugus fungsional yang bersifat hidrofilik (hidroksil, amino, dan

    karboksil). Selain mengabsorbsi air, polimer ini juga memiliki kemampuan

    adhesi pada mucus yang melindungi epitel. Contohnya antara lain poli

    (asam akrilat), karagenan, natrium alginat, dan guar gum.

    3. Polimer termoplastik

    Polimer ini meliputi non-erodible neutral polystyrene dan semi-crystalline

    bio- erodible. Contohnya antara lain polianhidrida, asam polilaktid, hidroksi

    propil metil selulosa, CMC Na.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    17/83

    1

    BAB III

    POLIMER MUKOADHESIF

    3.1. Polimer Alam

    3.1.1. Kitosan

    Nama Kimia

    Gambar 3.1. Struktur Kimia Kitosan

    Poly-b-(1,4)-2-Amino-2-deoxy-D-

    glucose

    Sinonim

    2-Amino-2-deoksi-(1,4)-b-D-gluKopiranan; Kitosani hidroklorida

    chitin deasetilasi; deasetilasi chitin;

    b-1,4-poly-D-glukosamin; poli-D-

    glukosamin; poli-(1,4-b-D-gluKopiranosamin).

    Pemerian

    Serbuk putih atau putih kekuningan, tidakberbau.

    Berat Molekul

    10 0001 000 000

    Kelarutan

    Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan

    pelarut organik lainnya.

    pH

    4,0 6,0

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    18/83

    Fungsi

    Agen penyalut, disintegrant, film-forming agent, mukoadhesif, tablet

    binder; viscosity increasing agent.

    Konsentrasi

    5-10 %

    Stabilitas

    Kitosan stabil pada suhu ruang, meskipun higroskopis setelah

    pengeringan. Penyimpanan kitosan dalam wadah yang tertutup

    rapat dalam tempat yang dingin dan kering

    Inkompabilitas

    Kitosan inkompatibel dengan agen pengoksidasi

    kuat.

    Mekanisme sebagai mukoadhesif

    Kitosan memiliki gugus NH2, pada suasana asam terionisasi

    membentuk NH3+

    dan berikatan dengan komponen mukosa yang

    bermuatan negatif. Ikatan hidrofobik terjadi antara gugus residu

    pada kitosandengan gugus asetil pada asam sialat. Ikatan hidrogen

    terjadi

    antara gugus hidrogen pada chitosan dengan senyawa penyusun mukosa

    lainnya.

    Mekanisme mukoadhesi terjadi dalam dua tahap, dimana pada

    tahap pertama dikarakterisasi dengan adanya kontak antara kitosan

    dengan membran mukus, dengan penyebaran dan pengembangan

    (swelling) pada formulasi, menginisisasi dalamnya kontak dengan

    lapisan mukus. Pada tahap kosolidasi, kitosan diaktivasi oleh adanyakelembaban, dengan keadaan tersebut, menyebabkan terjadinya

    penempelan melalui ikatan hidrogen atau ikatan elestrostatik pada gugus

    yang dimiliki kitosan.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    19/83

    3.1.2. Pektin

    Nama Kimia

    Pektin

    Sinonim

    Gambar 3.2. Rumus struktur Pektin

    Metopektin, Metil Pektin, Metil Pektinat, Mexpektin, Pektina, Asam

    Pektinat.

    Pemerian

    Berupa bubuk atau serbuk, berwarna putih kekuningan, tidak berbau

    dan memiliki rasa mucilago.

    Berat Molekul

    30 000100 000.

    Kelarutan

    Larut dalam air, tidak larut dalam etanol 95 % dan pelarut

    organik lainnya.

    pH

    6,07,2

    Fungsi

    Adsorben, emulsifying agent, gelling agent, hickening agent, mukoadhesif

    Agen penstabil.

    Pengunaan

    0,5 5 %

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    20/83

    Stabilitas

    Pektin bersifat tidak reaktif dan stabil, simpan ditempat yang kering

    dan dingin.

    Mekanisme sebagai mukoadhesif

    Pektin memiliki banyak gugus karboksilat yang dapat berikatan

    dengan gugus fungsi yang ada pada musin. Pektin mengalami

    pembasahan yang menyebabkan swelling sehingga pektin berkontak

    dengan rantai musin pada lapisan mukus. Kemudian gugus karboksil

    pada pektin akan berikatan dengan gugus fungsi yang ada pada musin

    dengan ikatan hidrogen sehingga pektin menempel pada mukosa,

    adanya electrostatic repulsion yang terjadi antara pektin dan

    mukosa yang mempertahankan ikatan antara polimer pektin dan

    mukosa.

    3.1.3. Gelatin

    Nama Kimia

    Gelatin

    Sinonim

    Gambar 3.3. Rumus Kimia Gelatin

    Glatina, Gelatin, Instagel, Kolatin, Solugel, Vitagel.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    21/83

    Pemerian

    Berwarna kuning, praktis tidak berbau dan berasa, tersedia dalam

    translucent sheets, granul ataupun serbuk.

    Berat Molekul

    20 000200 000 bergantung pada banyaknya amin yang

    terikat.

    Kelarutan

    Praktis tak larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), eter dan

    metanol. Larut dalam gliserin, asam dan basa, namun asam atau basa

    kuat dapat mengakibatkan presipitasi. Dalam air, gelatin mengembang

    dengan kemampuan sebanyak 5-10 kali air. Gelatin larut dalam air

    diatas suhu

    40C membentuk larutan koloid, dan membentuk gel pada suhu 35-

    40C. Sistem gel-padat ini bersiat thiksotropik dan heat reversible

    (dapat kembali ke bentuk semula dengan pemanasan).

    pH

    3,85,5 (type A)

    5,07,5 (type B)

    Penggunaan

    Polimer mukoadhesif dengan konsentrasi 1-2% pada sistem

    penghantaran obat GIT, bukal, ocular dan vaginal.

    Fungsi

    Agen penyalut, film-forming agent, gelly agen, suspending agen, tablet

    binder, mukoadhesif, viscosity-increasing agent.

    Stabilitas

    Gelatin kering stabil dalam udara. Gelatin cair juga stabil untuk

    waktu yang lama pada kondisi tempat penyimpanan yang dingin tapi

    akan terdegradasi oleh bakteri. Pada temperature dibawah 50C, larutan

    gelatin akan depolimerisasi serta akan menurunkan kekuatan gel.

    Inkompabilitas

    Gelatin merupakan material amfoterik yang akan bereaksi

    dengan asam dan basa. Gelatin juga merupakan protein dan memiliki

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    22/83

    karakteristik

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    23/83

    kimia seperti dapat terhidrolisis oleh enzim proteolitik akibat

    kandungan asam aminonya. Gelatin juga dapat bereaksi dengan

    aldehid dan gula aldehid, polimer anionic dan kationik, elektrolit, ion

    logam, plasticizer, pengawet, pengoksidasi kuat dan surfaktan.

    Gelatin dapat mengendap akibat alkohol, kloroform, eter, garam

    merkuri dan asam tannat

    Mekanisme sebagai mukoadhesif

    Sifat anionik yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan

    mucin-tipe glikoprotein melalui interaksi karboksilhidroksil dan gugus

    amino.

    3.2. Polimer Semisintetis

    3.2.1. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)

    Gambar 3.4. Struktur kimia hidroksipropil metil selulosa

    Nama Kimia

    Cellulose Hydroxypropil methyl

    ether

    Sinonim

    Methocel, Metilselulosa propilengikol eter, metil

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    24/83

    hidroksipropilselulosa, Metolose.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    25/83

    Pemerian

    Berupa serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, tidak berasa.

    Berat Molekul

    10000 1500000

    Kelarutan

    Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform,

    etanol (95%) dan eter; namun larut dalam campuran etanol dan

    klorometana, campuran metanol dan diklorometana, dan campuran air

    dan alkohol. Larut dalam larutan aseton encer, campuran diklorometana

    dan propan-2- ol, dan pelarut organik lain

    pH

    5, 0- 7,5

    Fungsi

    Sebagai matriks bioadhesif, matriks penyalut, matriks sustained

    release, bahan pengemulsi, matriks mukoadhesif, bahan

    pensuspensi, matriks extended release, matriks dalam modifikasi

    pelepasan. .

    Penggunanaan

    20-75% ( b/b)

    Stabilitas

    Serbuk hidroksi propil metil selulosa memiliki stabilitiasnya

    yang cukup baik akan tetapi higroskopis setelah dilakukan pengeringan.

    Sebagai larutan stabil pada pH 3-11.Serbuk sebaiknya disimpan

    dalam wadah tertutup rapat dalam tempat yang sejuk dan kering.

    Inkompatibilitas

    Agen pengoksidasi, hidroksi propil metil selulosa tidak akan

    membentuk kompleks dengan garam logam atau molekul organik ionik

    menjadi bentuk yang tidak larut dan mengendap.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    26/83

    Mekanisme sebagai mukoadhesif

    Hidroksi propil metil selulosa merupakan merupakan polimer

    semi sintetis yang bersifat hidrofilik dan biodegradable yang dapat

    terdegradasi oleh enzim selulose. Ketika terjadi kontak dengan air atau

    cairan GIT maka akan terjadi hidrasi dan peregangan rantai sehingga

    dapat membentuk lapisan gel kental. Pelepasan obat dapat terjadi

    melalui difusi dan atau erosi dari matriks.

    Campuran dari alkil hidroksi alkil selulosa eter yang terdiri dari

    gugus metoksi dan hidroksipropil. Maka, gugushidroksil akanmembentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidrofilik fungsional(karboksil atau hidroksil) pada polimer mukoadhesif sehingga

    menghalangi atau mencegah interaksi tegangan permukaan mukosa.

    Formasi ikatan hidrogen antara gugus hidrofilik polimer

    mukoadhesif dengan lapisan mukus dari permukaan mukosa

    merupakan faktor yang menentukan lamanya mukoadhesif yang terjadi.

    3.2.2. Polivinil Pirolidon (PVP)

    Gambar 3.5. Struktur Kimia Polivinilpriolidon

    Povidone merupakan polimer sintetik yang pada dasarnya terdiri

    atas kelompok linier 1-vinil-2-pyrrolidinone, derajat polimerisasi

    yang menghasilkan polimer dari berbagai berat molekul. Berbagai

    jenis Povidone ditandai dengan viskositas yang dinyatakan sebagai nilai

    K. PVP K-15 mempunyai derajat viskositas 13-19, PVP K-30 derajat

    vsikositas

    27- 33, PVP K- 60 derajat viskositas 50 62, PVP K -90 derajat

    vsikositas nya 80-100. Dan PVP K-120 derajat vsikositasnya 108-130.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    27/83

    Nama Kimia

    1-Etenil-2-piroolidinone

    homopolimer

    Sinonim

    Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1-pyrrolidinyl)ethylene]; polyvidone;

    polyvinylpyrrolidone; povidonum; Povipharm; Polivinil; 1-vinyl-2-

    pyrrolidinone polymer, Povidone.

    Pemerian

    Berupa serbuk, berwarna putih kecokelatan, tidak berbau dan

    higroskopis.

    Rumus empiris dan berat Molekul

    (C6H9NO)n dengan berat molekul 25003 000 000.

    Kelarutan

    Sangat larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, methanol,

    dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral.

    pH

    3,07,0

    FungsiPembentuk film (lapisan),suspending agent, binder, agent mukoadhesif,

    agen pengompleks.

    Penggunaaan

    Untuk sediaan mukoadhesif digunakan konsentrasi 3-

    10%

    Stabilitas

    Povidon akan menggelap atau berubah warna menjadi gelap

    pada suhu 150C dengan mengurangi kelarutan.

    Inkompabilitas

    Povidon inkompabilitas dengan garam anorganik, resin alam dan

    resin sintetis.

    Mekanisme sebagai mukoadhesif

    Povidon memiliki sifat hidrofilik dan mudah larut dalam air

    sehingga ia mampu menarik air disekitarnya. Semakin cepat dan

    semakin banyak jumlah air yang ditarik, semakin cepat pula matriksnya

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    28/83

    terbasahi sehingga membentuk gel akan cepat, kemudian adanya gugus

    hidrofilik melalui ikatan hidrogen sehingga akan melekat

    pada membran

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    29/83

    mukus.Tetapi kemampuan mukoadhesif dari Povidon kurang begitu

    baik, biasanya dikombinasikan dengan polimer lain.

    (Lalatendu Panigrahi, et al. Design and Characterization of

    Mucoadhesive Buccal Patches of Salbutamol Sulphate)

    Pada formulasi ini digunakan polimer-polimer yaitu Povidon,

    Hidroksi propil metil selulosa, dan Chitosan. Konsentrasi Povidon yaitu

    1%, Hidroksi propil metil selulosa 75% dan Carbopol 0,5%. Dari hasil

    uji formulasi ini didapatkan bahwa Povidon memiliki sifat

    mukoadhesif dengan mekanisme kerja adalah swelling tetapi untuk

    memaksimalkan sifat mukoadhesifnya dikombinasikan dengan polimer

    yang lain.

    3.3. Polimer Hidrogel

    Hidrogel didefinisikan sebagai rantai polimer cross-linking 3 dimensi

    yang memiliki kemampuan menahan air dalam struktur berpori dari polimer

    tersebut. Kapasitas penjerapan air oleh hidrogel utamanya disebabkan oleh

    adanya gugus fungsional hidrofilik seperti hidroksil, amino dan gugus

    karboksilat. Secara umum, peningkatan densitas crosslinking

    menyebabkan penurunan sifat mukoadhesif karena

    mampu menurunkan kemampuan solubilitas dan swelling. Sifat swellable

    dari polimer ini dikarenakan adanya penyerapan air dan berinteraksi

    (adhesi) dengan mukus yang menutupi sel epitelia pada lambung.

    Polimer mukoadhesif hidrogel digunakan untuk memperbaiki

    bioavailabilitas obat-obat yang sukar larut air karena mampu meningkatkan

    waktu retensi dalam sistem penghantaran dalam saluran pencernaan.

    Contoh polimer ini: kopolimer asam poliakrilat-co-akrilamida,

    karagenan, Na alginat, guar gum, guar gum termodifikasi, dan lain-lain.

    Diantara semua polimer bioadhesif hidrogel, asam poliakrilat-co-akrilamida

    dipertimbangkan sebagai polimer mukoadhesif superior, tetapi suhu transisi yang

    tinggi dan energi bebas antarmuka yang tinggi dari polimer ini tidak

    membiarkan pembasahan pada permukaan mukosa dengantahap optimal dan menyebabkan kehilangan interpenetrasi

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    30/83

    dan interdifusi dari polimer ini sehingga biasanya dikopolimerisasi dengan PEG

    atau PVP untuk memperbaiki sifat pembasahannya

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    31/83

    3.3.1. Karagenan

    Gambar 3.6. Struktur Kimia Karagenan

    Karagenan dibagi menjadi tiga famili berdasarkan posisi gugus

    sulfat dan ada atau tidaknya anhidrogalaktosa.

    L-karagenan merupakan polimer non-gel yang mengandung

    35% ester sulfat namun tidak mengandung 3,6-

    anhidrigalaktosa.

    I-karagenan merupakan polimer gel yang mengandung 32%

    ester sulfat dan 30% 3,6-anhidrogalaktosa.

    K-karagenan merupakan polimer gel yang sangat baik

    dan mengandung struktur khusus yang mengandung 25%

    ester sulfat dan 34% 3,6-anhidrogalaktosa.

    Stabilitas

    Karagenan bersifat higroskopis sehingga harus disimpan dalam

    wadah yang tertutup rapat, sejuk, dan kering. Tidak stabil pada pH lebih

    dari 9.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    32/83

    Inkompabilitas

    Karagenan membentuk kompleks dengan material kationik sehingga

    akan merusak sifat fisikokimia(kelarutan, perubahan pH).

    Karagenan berinteraksi dengan makromolekul lainnya (contoh :

    protein) sehingga akan menimbulkan beberapa efekseperti

    peningkatan viskositas, pembentukan gel, stabilisasi ataupresipitasi.

    Konsentrasi penggunaan

    1,5 % karagenan atau kemampuan sebagai polimer mukoadhesif dapat

    ditingkatkan dengan co-processed antara karagenan:gelatin dengan

    perbandingan 1:1

    Mekanisme sebagai mukoadhesif

    Karagenan memiliki gugus hidroksil yang berperan penting

    dalam pembentukan ikatan hidrogen sehingga mempunyai sifat

    mukoadesif. Gugus hidrofil ini akan mengikat air sehingga air akan

    terjerap pada matriks. Penjerapan air ini dapat meningkatkan

    fleksibilitas pada rantai polimer dimana rantai polimer yang

    fleksibel dapat membantu dalam penetrasi dan pembelitan rantai

    polimer dengan lapisan mukosa sehingga meningkatkan sifat adhesi.

    Selain itu, gugus hidrofil juga berfungsi dalam membentuk ikatan

    hidrogen dengan jaringan biologis dalam hal ini jaringan epitel pada

    saluran pencernaan.

    Karagenan dapat digunakan dalam formulasi untuk sediaan oral,

    optalmik, dan bukal. Karagenan memiliki sifat mukoadhesi pada daerah

    orofaringeal. Selain itu karagenan juga dapat menempel pada membran

    vagina sehingga dapat digunakan dalam sediaan untuk vaginal.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    33/83

    3.3.2. Na Alginat

    Gambar 3.7. Struktur Kimia Na Alginat

    Keterangan : M = D-asam mannosiluronat, dan G = L-asam guluronat

    Alginat berasal dari dinding sel algae coklat. Natrium

    alginat adalah garam natrium dari asam alginat dan merupakan

    campuran dari asam poliuronat yang tersusun dari residu D-

    mannuronat dan asam L- guluronat.

    Kelarutan

    Praktis tidak larut etanol (95%), eter, kloroform dan campuran etanol/air

    dengan komposisi etanol lebih dari 30%. Praktis tidak larut pelarut

    organic lainnya dan pelarut asam dengan pH kurang dari 3. Melarut

    perlahan dalam air membentuk larutan koloid kental.

    Dalam medium asam (lambung), natrium alginate secara cepat berubah

    menjadi asam alginate yang tak larut akibat protonasi H+, yang

    akan mengembang sesuai hidrasi

    Konsentrasi Penggunaan

    Polimer mukoadhesif dengan konsentrasi 1-2% pada sistem

    penghantaran obat GIT, bukal, okular dan vaginal.

    Stabilitas

    Natrium alginat memiliki sifat higroskopis yang stabil pada

    penyimpanan dalam wadah yang sejuk, tertutup rapat, dan

    kelembaban rendah. Na alginat stabil pada pH 4-10. Zat ini akan

    mengalami presipitasi pada

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    34/83

    pHdibawah 3. Larutan Na alginat tidak boleh disimpan dalam

    wadah logam.

    Inkompabilitas

    Dengan turunan akridin, fenilmerkuri asetat dan nitrat, garam kalsium,

    logam berat dan etanol konsentrasi > 5%. Konsentrasi kecil elektrolit

    dapat meningkatkan viskositas, sedangkan konsentrasi tinggi elektrolit

    (misalnya

    4% NaCl) menyebabkan salting-

    out.

    Mekanisme sebagai mukoadhesif

    Digunakan sebagai hidrogel sediaan mukoadhesif pada konsentrasi 1-2%

    - Sifat ionik alginate

    Alginat merupakan polisakarida bermuatan negatif / anionik

    (polianion) yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan mucin-

    type glycoprotein melalui interaksi karboksilhidroxil.

    - Tegangan permukaan alginat yang rendah

    Tegangan permukaan alginat (31.5 mN/m) lebih rendah dari

    tegangan permukaan mucin coated cornea (38 mN/m) sehingga dapat

    menyebar dan melekat dengan baik.

    - Cepat mengembang (swelling)

    Luas permukaan mucus yang kontak dengan polimer lebih luas

    sehingga membantu interaksi antar keduanya.

    Untuk membentuk matriks hidrogel yang baik, natrium alginat

    membutuhkan kation divalen (contoh yang sering digunakan Ca2+

    ). Kation ini

    kemudian akan membentuk kompleks dengan alginat membentuk

    matriks hidrogel. Kation ini juga berfungsi dalam membentuk ikatan hidrogen

    dengan asam sialat sehingga matriks melekat pada permukaan jaringan epitel.

    Matriks antara Ca2+

    dengan alginat akan menghasilkan matriks gel yang

    bersifat rigid (kaku) tetapi memiliki sifat mukoadhesif yang bagus.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    35/83

    Gambar 3.8. a. Rantai Na-alginate; b. Matriks Kalsium Alginat

    Gambar 3.9. Kompleks antara Ca2+

    dengan Alginat

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    36/83

    3.3.3. Alginat-Thiol

    Thiomer (thiolated polymer) = generasi polimer kedua dalam

    bentuk modifikasi eksipien dengan penambahan gugus thiol pada

    bagian gugus karboksilat asam alginat.

    Alginat-thiol dibuat dengan mencampurkan perbandingan 1:2

    alginat dan L-cysteine. Walaupun ikatan yang terbentuk adalah ikatan

    kovalen, namun mekanisme mucin-turnover (mekanisme pergantian

    musin) dapat membatasi lama dan kuatnya ikatan polimer pada mucus.

    Waktu mucin turnoverpada manusia terjadi setiap

    12-24 jam.

    Gugus sulfida pada L-cysteine akan terikat pada molekul

    glikoprotein berinteraksi satu sama lain membentuk matriks polimer

    crosslinked dan membentuk ikatan kovalen melalui jembatan

    disulfida antara polimer dengan mucin. Sehingga, thiolated polymer

    memiliki sifat mukoadhesif yang paling kuat diantara eksipien polimer

    lainnya.

    Gambar 3.10. Struktur Alginat-Thiol (L-Cysteine)

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    37/83

    Gambar 3.11. Sintesis Na-Alginat-Sistein (Thiol) dengan Modifikasi

    Kimia menggunakan EDAC (1-Ethyl-3-(3-dimethylaminopropyl)

    carbodiimide hydrochloride)

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    38/83

    Gambar 3.12. Ikatan Kovalen (disulfida) Antara Thiolated Polimerdengan

    Musin

    3.3.4. Guar Gum

    Gambar 3.13. Struktur Kimia Guar Gum

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    39/83

    Deskripsi:

    Merupakan polisakarida hidrokolid dengan BM tinggi yang mengandung

    galactan dan mannan yang terhubung melalui ikatan glikosida

    Kelarutan:

    Praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas,

    guar gum terdispersi dan mengembang membentuk massa kental.

    Inkompatibilitas:

    Kompatibel dengan hidrokoloid dari tumbuhan seperti tragacanth. Tidak

    compatibel dengan aseton, etanol, tannin, asam dan basa kuat, serta

    dengan ion borat.

    Konsentrasi yang digunakan: 3 %

    Memiliki kemampuan swelling yang lumayan baik dan memiliki

    sifat mukoadhesif yang bagus

    Mekanisme polimer mukoadhesif:

    Guar gum memiliki gugus hidroksil pada strukturnya sehingga mampu

    menghasilkan iktan hidrogen antara guar gum dengan musin

    sehingga mampu menghasilkan efek mukoadhesif. Selain itu gugus

    hidroksil ini mampu menarik dan menjerap air dari medium sehingga

    menyebabkan rantai belitan antara polimer dengan musin sehingga

    menyebabkan terjadinya adhesi antara polimer dengan musin.

    3.4. Polimer Hidrofilik

    Polimer ini merupakan polimer larut air. Polimer polielektrolit memiliki

    sifat mukoadhesif yang lebih baik dibandingkan dengan polimer netral.

    Polimer polielektrolit anionik seperti asam poliakrilat dan CMC secara luas

    digunakan untuk sistem pelepasan dengan prinsip mukoadhesif karena memiliki

    kemampuan mengikat musin dengan ikatan hidrogen yang kuat pada lapisan

    mukosa.

    Polimer polielektrolit kationik contohnya berupa chitosan yang

    telah dikembangkan untuk polimer adhesif juga karena memiliki

    biokompatibilitas dan sifat biodegradabel yang baik. Chitosan akan mengalamiinteraksi elektrostatik dengan rantai musin yang bermuatan negatif

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    40/83

    sehingga menunjukkan sifat

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    41/83

    mukoadhesif. Polimer non ionik seperti poloxamer, HPMC, Metil

    Selulosa, Polivinil Alkohol, PVP juga memiliki sifat sebagai polimer

    mukoadhesif.

    Sejumlah polisakarida dan turunannya seperti chitosan, metil

    selulosa, asam hyaluronat, HPMC, HPC, xanthan gum, gellan gum, guar

    gum, dan karagenan dapat digunakan dan diterapkan untuk

    sistem penghantaran mukoadhesif okular (daerah mata). Selulosa

    dan turunannya memiliki sifat permukaan aktif sehingga memiliki kapabilitas

    membentuk lapisan film. Turunan selulosa dengan energi permukaan yang

    lebih rendah secara umum digunakan sebagai sistem okular mukoadhesif

    karena mampu mengurangi iritasi pada mata.

    3.4.1. CMC Na

    Gambar 3.14. Struktur kimia CMC Na

    Rumus Molekul

    Merupakan bentuk garam dari polikarboksimetil eter

    selulosa.

    pH

    pH ( larutan 1%w/v) 6.08.0

    Kelarutan

    Praktis tak larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluen. Mudahterdispersi dalam air pada semua temperature, membentuk

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    42/83

    larutan kolid jernih. Kelarutannya dalam air bervariasi bergantung

    derajat substitusinya (DS).

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    43/83

    Inkompatibilitas

    Dengan larutan asam pekat dan larutan garam besi dan logam - logam

    seperti alumunium, merkuri dan zink. CMC juga inkompatibel

    dengan xanthan gum. Presipitasi terjadi pada pH < 2 dan bila

    dicampur dengan ethanol (95%). CMC Na membentuk kompleks

    coacervates dengan gelatin dan pektin. CMC membentuk kompleks

    dengan kolagen dan dapat mengendap dengan beberapa protein

    bermuatan positif.

    Penggunaan

    Sebagai polimer mukoadhesif dengan konsentrasi 1% pada

    sistem penghantaran obat GIT, bukal, ocular dan vaginal.

    Mekanisme sebagai mukoadhesif

    - Polimer anionik

    CMC merupakan polimer bermuatan negatif / anionik (polianion)

    yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan mucin-type

    glycoprotein melalui interaksi karboksilhidroksil.

    - Sifat mengembang (swelling) yang

    tinggiLuas permukaan polimer yang kontak dengan lapisan mukus

    meningkat sehingga membantu interaksi antara keduanya.

    3.4.2. Carbomer

    Sinonim

    Acrypol, Acritamer, Acrylic Acid Polymer, Carbomera, Carbopol,

    Carboxy polymethylene, polyacrylic acid,

    Carboxyvinyl polymer, Pemulen, Tego Carbomer.

    Karbomer merupakan polimer sintetik dengan BM tinggi dari asam

    akrilat yang di crosslink dengan alil sukrosa atau alil eter

    lainnya dari pentaerythriol. Karbomer mengandung sekitar 52%-68%

    asam karboksilat (COOH) yang dihitung terhadap sediaan kering. Berat

    molekulnya secara teoritis diperkirakan sekitar 7 x 105

    hingga 4 x 109.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    44/83

    Rumus Struktur

    Gambar 3.15. Struktur kimia karbomer

    Polimer karbomer terbentuk dari pengulangan unit dari asam akrilat.

    Unit monomernya ditunjukkan dalam lingkaran merah di atas. Rantai

    polimer di crosslinked dengan alil sukrosa atau alil pentaeritriol.

    Penggunaan

    Bahan bioadhesif, matriks untuk kontrol sediaan lepas lambat,

    bahan pengemulsi, menjaga stabilitas emulsi, berperan dalam

    modifikasi rheologi, bahan penstabil, bahan pensuspensi,

    pengikat tablet

    Kelarutan

    Mengembang dalam air dan gliserin setelah dinetralisasi dengan etanol

    95%. Karbomer tidak terlarut, namun dapat mengembang sehingga

    memperpanjang pelepasan.

    Pemerian

    Karbomer berupa serbuk yang berwarna putih, halus, bersifat asam,

    higroskopis dengan sedikit bau.

    Konsentrasi yang digunakan: 3 - 4 %

    Inkompatibilitas

    Karbomer berubah warna dengan resorsinol dan inkompatibel

    dengan fenol, kationik polimer, asam kuat, dan elektrolit

    konsentrasi tinggi. Adjuvant penggunaan antimikroba tertentu juga

    harus dihindari atau digunakan dengan konsentrasi rendah. Besi dan

    logam katalis transisi dapat menurunkan dispersi karbomer.

    Kompleks karbomer dengan beberapa guguas fungsional protein dapat

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    45/83

    dicegah dengan mengatur pH

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    46/83

    dispersi dan atau parameter kelarutan dengan menggunakan alkohol dan

    poliol yang sesuai. Bentuk kompleks karbomer dengan eksipien lain

    juga tergantung dari pH. Penyesuaian pH atau parameter kelarutan

    dapat dilakukan.

    Mekanisme mukoadhesif

    Carbomer merupakan polimer polianionik yang memiliki banyak

    gugus karboksil. Muatan anionik ini akan berinteraksi dengan

    musin membentuk suatu belitan antara polimer dengan musin dan

    mengembang dalam medium cair serta akibat adanya ikatan hidrogen

    yang berasal dari gugus karboksil dari carbomer sehingga menghasilkan

    sifat mukoadhesif.

    Bahan bioadesif yang mengandung gugus karboksilat seperti

    Carbopol dalam suasana asam akan menjadi bentuk tak terionisasi

    yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan asam sialat, rantai

    oligosakarida, atau pada protein dari mucin. Pada suasana netral atau

    sedikit basa bahan bioadesif akan terionisasi dan terjadi relaksasi

    belitan-belitan gugus karboksilat dalam jumlah besar yang disebabkan

    karena adanya gaya tolak menolak diantara muatan ion sejenis dari

    gugus karboksilat. Oleh karena itu pada suasana netral atau sedikit basa

    seperti di usus sebagian besar ikatan berlangsung melalui penetrasi

    atau interpenetrasi belitan-belitan tersebut pada permukaan mukus serta

    ikatan sambung silang antara belitan dengan mucin.

    Kekuatan mukoadhesif akan meningkat dengan meningkatnya

    jumlah polimer karena sejumlah polimer tersebut akan

    menghasilkan gugus fungsi yang terdisosiasi (COOH) yang akan terikatdengan asam sialat pada membran mukosa

    sehingga akan meningkatkan daya mukoadhesif

    polimer tersebut.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    47/83

    BAB IV

    CONTOH FORMULASI

    4.1 Formulasi dan Evaluasi in vitro Tablet Bukal Timolol Maleat

    Sediaan obat bukal merupakan alternatif yang menarik untuk rute

    pemberian obat secara oral, khususnya dalam mengatasi defisiensi yang terkait

    dengan dosis. Masalah-masalah seperti metabolisme fase 1 dan degradasi obat

    di saluran gastrointestinal dapat dihindari dengan pemberian obat dalam

    sediaan bukal. Selain itu, rongga mulut mudah diakses untuk pengobatan sendiri

    dan dapat segera dihentikan jika terjadi toksisitas dengan menghentikan

    pemberian obat.

    Pemberian obat bukal yang menggunakan sistem adhesif membutuhkan

    3 hal berikut :

    a. bioadhesif untuk mempertahankan sistem di dalam rongga mulut

    dan memaksimalkan kontak antara obat dengan mukosa

    b. pembawa dalam pelepasan obat pada laju yang sesuai di

    bawah kondisi mulut

    c. strategi untuk mengatasi permeabilitas yang rendah dari mukosa oral.

    Penghantaran obat bukal adhesif memberikan waktu pelepasan obat dan

    bertindak sebagai bentuk sediaan dengan pelepasan terkontrol.

    Mukosa bukal merupakan pilihan tempat yang tepat jika diingikan

    pemberian obat yang berkepanjangan karena bukal kurang permeabeldibandingkan sublingual. Selain itu, terdapat pemberian obat yang sangat baik

    dan obat dapat diaplikasikan, diletakkan dan dikeluarkan dengan mudah setiap

    saat selama masa pengobatan. Hal tersebut bermanfaat pada Timolol

    untuk mengatasi masalah dosis dimana Timolol memiliki waktu paruh yang

    sangat pendek. Pelepasan obat yang diperlambat dan peningatan

    bioavaibilitas dapat membuat adanya penurunan dosis yang signifikan dan

    nantinya akan terkait pada efek samping dosis.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    48/83

    Oleh karena itu, penelitian kali ini memformulasikan tablet bukal

    mukoadhesif Timolol Maleat menggunakan campuran polimer untuk mencegah

    metabolism fase 1, degradasi lambung, dan memberikan efek obat yang

    berkepanjangan.

    4.1.1 Alat dan Bahan

    A. Bahan

    1. Timolol Maleat

    2. Polietilen Oksida

    3. Hidroksi Propil Metil Selulosa

    4. Karbopol 934

    5. Manitol

    6. Magnesium Stearat

    7. Talk

    B. Alat

    1. Timbangan analitik

    2. Spektrofotometer FTIR3. titrator Karl Fisher

    4. Alat uji sifat alir

    5. Alat uji kerapatan granul

    6. Alat uji waktu hancur

    7. Spektrofotometer UV-VIS

    8. Media cetak tablet rotary

    9. Alat uji kekerasan tablet

    10. Alat uji kerenyahan tablet

    11. Alat uji disolusi

    12. Oven

    13. alat-alat gelas

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    49/83

    4.1.2 Formulasi Tablet Bukal Mukoadhesif Timolol Maleat

    Tabel 1. Formulasi dari tablet bukal mukoadhesif Timolol Maleat

    4.1.3 Metode Pembuatan

    Zat aktif, polimer dan eksipien dicampur di dalam mortar selama 15

    menit campuran (sebanyak 150 mg) kemudian dikompres dengan

    menggunakan biconcave punch in a single-stroke 8-station rotary machine

    berukuran 8 mm

    4.1.4 Evaluasi pada Tablet Bukal Mukoadhesif Timolol Maleat

    Evaluasi yang dilakukan adalah :

    1. Bobot rata-rata tablet

    2. Uji kekerasan

    3. Uji friabilitas (kerapuhan)

    4. Uji ketebalan tablet

    5. Uji Keseragaman kandungan

    6. Uji pH Permukaan

    pH lingkungan (pH permukaan) dari tablet bukal diuji untuk memeriksa

    adanya efek samping in vivo. pH asam atau basa dapat menyebabkan

    iritasi pada mukosa bukal, oleh karena itu pH formulasi dijaga

    agar mendekati pH netral. Metode yang digunakan untuk

    menentukan pH permukaan tablet (Battenberg et al). Alat yang

    digunakan adalah gabungan elektroda kaca. Tablet yang mengembang

    dijaga agar tetap kontak dengan air suling sebanyak 5 mL (pH 6.5

    0.05) selama 2 jam pada suhu kamar.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    50/83

    pH diukur dengan cara menghubungkan elektroda dengan permukaan

    tablet, kemudian diseimbangkan selama 1 menit.

    7. Uji Bioadhesi

    Dalam evaluasi adhesi, penting menggunakan permukaan yang sama

    yang memungkinkan pembentukan ikatan adhesif.

    Dalam penelitian ini,

    digunakan mukosa bukal domba sebagai model permukaan mukosa

    untuk uji bioadhesi. Segera setelah, mukosa bukal diambil dari

    domba lalu dibawa ke laboratorium dalam larutan tyrode dan

    disimpan dalam

    temperatur 40oC. Komposisi dari larutan tyrode (g/L) yaitu 8sodium

    klorida, 0,2 potassium klorida, 0,134 kalsium klorida dihidrat, 1,0

    sodium bikarbonat, 0,05 sodium dihidrogen fosfat, dan 1,0 glukosa.

    8. Fabrication of assembly

    9. Uji Swelling

    6 tablet bukal masing-masing ditimbang (W1) dan ditempatkan secara

    terpisah pada cawan petri dengan 5 mL buffer fosfat pH 6,8. Pada

    interval waktu 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam, tablet dikeluarkan

    dari cawan petri dan kelebihan air dibuang dengan menggunakan kertas

    saring. Tablet yang mengembang ditimbang kembali (W2) dan

    presentase hidrasi dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

    Presentasi Hidrasi : [(W2-W1)/ W1] 100

    10. Uji Disolusi secara In vitro

    Uji disolusi dilakukan menurut United States Pharmacopoeia (USP)

    XXIV. Metode dayung berputar digunakan untuk menguji pelepasan

    obat dari tablet. Medium disolusi terdiri dari 900 mL buffer fosfat (pH

    6,8). Pelepasan dilakukan pada suhu 37C 0.5C, dengan kecepatan

    rotasi 50 rpm. Sebanyak 5 mL sampel diambil dengan interval waktu

    yang telah ditentukan (1-7 jam) dan volume diganti dengan medium

    yang segar. Kemudian sampel disaring melalui kertas saring Whitman

    no. 40 dan Timolol dianalisis dengan spektrofotometer UV pada

    panjang gelombang

    296 nm setelah pengenceran yang cukup. Persentase pelepasan obat

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    51/83

    menggunakan kurva kalibrasi obat dalam dapar fosfat pH 6,8.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    52/83

    11. Uji Kinetik Pelepasan Obat

    Dari evaluasi tersebut, yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif

    ada pengukuran pH permukaan, uji disolusi dan ujiswelling

    . Maka data

    dan analisis yang akan dibahas disini yang berkaitan dengan

    sediaan mukoadhesif maka hanya pengukuran pH permukaan, uji

    disolusi dan ujiswelling.

    4.1.5 Hasil dan Analisis

    1. Uji pH Permukaan

    Nilai pH permukaan untuk semua formulasi yaitu berkisar antara 5,8

    6,38, dimana batas pH yang baik yang dapat diterima pH saliva yaitu

    berkisar antara 5,69 6,34. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa

    semua formulasi tidak menyebabkan iritasi lokal pada permukaan

    mukosa.

    Tabel 2. Parameter Fisiko Kimia Tablet Bukal Timolol Maleat

    2. Uji Bioadhesive

    Kekuatan bioadhesif ditunjukkan pada tabel 2. Karakteristik bioadhesif

    dipengaruhi oleh konsentrasi polimer bioadhesif. Apabila konsentrasi

    polimer meningkat, maka kekuatan bioadhesif dari formula tersebut

    juga meningkat. Formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang menggunakan

    Karbopol

    934 dan polietilen oksida memiliki kekuatan bioadhesif masing-masing

    sebesar 34,5 , 31,4 , 29,5 , dan 27,6 g. sedangkan formulasi F5, F6, F7,

    dan

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    53/83

    F8 yang menggunakan karbopol 934p dan HPMC K4M memiliki

    kekuatan bioadhesif sebesar 36,5 , 34,1, 33,5, dan 31,5 g

    3. Uji Swelling

    Hasil pengujian swelling untuk semua formulasi ditunjukkan

    pada tabel 3. Semua formulasi secara umum terhidrasi dengan menjaga

    tablet tetap kontak dengan air selama 1-8 jam

    Hidrasi paling tinggi (swelling) yaitu 80,3 % ditunjukkan pada

    formulasi F5. Hal tersebut dikarenakan kecepatan hidrasi dari polimer

    (karbopol dan HPMC K4M). Laju swelling tablet meningkat pada

    formulasi F5 yang mengandung karbopol 934p dan HPMC K4M dengan

    rasio perbandingan

    1:2,5:10

    Tabel 3. Persentase Hidrasi Tablet Bukal Timolol Maleat

    4. Uji Disolusi

    Formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang mengandung obat, polimer karbopol

    934 p dan polietilen oksida dalam rasio masing-masing 1:2.5:10,

    1:3.5:9,

    1:4.5:8 dan1:5.5:7. Profil pelepasan obat kumulatis secara in vitro pada

    formulasi F1, F2, F3, dan F4 masing-masing menunjukkan

    presentase

    85.94%, 80.65%, 75.30% dan 73.14%. Di antara keempat formulasi ini,

    persentase pelepasan obat yang paling besar adalah F1. Selama

    penelitian diamati bahwa tablet dengan formulasi F1 pada awalnya

    mengembang dan tidak mengalami erosi selama periode waktu 7 jam.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    54/83

    Gambar 4.1. Grafik Pelepasan Obat pada Formulasi F1 F4

    Demikian pula dengan formulasi F5, F6, F7, dan F8 yang mengandung

    polimer karbopol 934p dan HPMC K4M dengan rasio masing-masing

    1:2.5:10, 1:3.5:9, 1:4.5:8 dan 1:5.5:7. Profil pelepasan obat

    kumulatis secara in vitro pada formulasi F5, F6, F7, dan F8

    masing-masing menunjukkan presentase 98.18%, 88.25%, 82.75% dan

    76.35%. Diantara keempat formulasi tersebut, persentase pelepasan obat

    yang paling besar adalah F5. Selama penelitian diamati bahwa tablet

    dengan formulasi F5 pada awalnya mengembang dan tidak mengalami

    erosi selama periode 7 jam.

    Gambar 4.2. Grafik Pelepasan Obat pada Formulasi F5 F8

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    55/83

    Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan

    konsentrasi karbopol 934p dalam formulasi, menyebabkan laju

    pelepasan obat dari tablet menjadi menurun. Tapi ketika konsentrasi

    polimer kedua (polietilen oksida dan HPMC K4M) ditingkatkan, laju

    pelepasan obat meningkat. Hal tersebut disebabkan karena adanya

    peningkatan hidrasi atau karakteristikswelling dari polimer dengan

    peningkatan konsentrasi. Dari keseluruhan data, diperoleh bahwa

    formulasi F5 menunjukkan persentase pelepasan obat yang maksimum

    yaitu 98,18 % pada jam ke 7.

    4.1.6 Kesimpulan

    Tablet bukal mukoadesif Timolol Maleat dapat diformulasikan

    dengan menggunakan obat, karbopol 93p dan HPMC K4M dengan rasio

    1:2.5:10. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan konsentrasi karbopol 34p

    dalam formulasi, menyebabkan terjadinya penurunan laju pelepasan obat dari

    tablet. Tetapi ketika konsentrasi HPMC K4M meningkat, laju pelepasan obat

    juga meningkat.

    4.2 Formulasi dan Evaluasi In-Vitro Tablet Bukal Mukoadhesif

    Famotidin

    Famotidin merupakan inhibitor kompetitif reseptor-H2 histamin.

    Aktivitas farmakologi yang penting dari famotidin yaitu menghambat sekresi

    lambung. Konsentrasi asam dan volume basal, noktunal dan sekresi lambung

    ditekan oleh famotidin. Hal ini umumnya digunakan dalam ulkus lambung,

    duodenum ulkus, penyakit refluks gastro esophageal, dan sindrom Zolinger-

    Elisons. Famotidin memiliki bioavaibilitas sebesar 40-45 % karena adanya

    metabolisme fase 1 yang ekstensif dan puncak plasma mencapai 1-3 jam.

    Waktu paruh dari famotidin adalah sebesar 2,5 3,5 jam. Pengobatan yang

    efektif untuk erosive esophagitis dan sindrom Zolinger-Elisons memerlukan

    pemberian dosis Famotidin sebanyak

    20 mg selama 4 kali sehari. Dosis konvensional famotidin sebanyak 20 mg

    dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam tetapi tidak sampai 10

    jam. Dosis alternativ Famotidin sebanyak 40 mg mengarah ke fluktuasi plasma;

    dengan demikian diinginkan famotidin dalam bentuk sediaan

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    56/83

    sustained release. Pengembangan dari formulasi ini dimaksudkan

    untuk memperbaiki bioavaibilitas

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    57/83

    dengan mencegah metabolisme fase 1 melalui penghantaran obat bukal;

    Absorbsi obat disebabkan oleh nilai pka sebesar 7,1 yang menyebabkan

    obat tidak terionisasi untuk absorpsi pada pH antara 6,8 7,4 di daerah bukal;

    berat molekul obat yang rendah (

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    58/83

    4.2.3 Metode Pembuatan Tablet Bukal Mukoadhesif Famotidin

    Metode pembuatan dilakukan dengan cara teknik kompresi

    langsung ganda. Dalam teknik ini, lapisan pertama dibentuk dan campuran

    layer kedua diletakkan pada lapisan pertama dan dikompresi untuk

    mendapatkan tablet bilayer. Komposisi dari lapisan inti mengandung zat aktif,

    polimer mukoadhesif (Karbopol-934P, Sodium Karboksi Metil Selulosa),

    laktosa, Aspartam dan Lubrikan, sedangkan untuk lapisan belakang

    digunakan etil selulosa. Zat aktif, polimer dan eksipien dicampur dan

    disaring dengan menggunakan saringan berukuran 60 mesh, dan kemudian

    campuran tersebut sedikit dikompresi dengan menggunakan flat faced punch

    berukuran 8 mm in Rimek 10 station rotary press untuk memperoleh tablet

    intermediat atau kurang padat. Demikian pula, campuran lapisan belakang

    mengandung etil selulosa yang dicampur, diayak dan dikompresi pada tablet

    intermediate yang telah dikompres sebelumnya atau loose compact untuk

    memperoleh tablet bilayer. Kekerasan tablet yang diperoleh berkisar 6-7

    kg/cm2.

    4.2.4 Evaluasi pada Tablet Bukal Mukoadhesif Famotidin

    A. Uji Karakteristik Fisik Tablet

    1. Bobot rata-rata tablet

    2. Uji friabilitas

    3. Uji Kekerasan

    4. Uji Keseragaman Kandungan

    5. Uji Swelling

    Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan cawan petri yang berisi

    10 mL buffer fosfat pH 6,8 dan tablet diletakkan di dalam cawan

    petri tersebut. Terlebih dahulu timbang berat awal tablet pada masing-

    masing batch (W0) dengan menggunakan electronic balance. Tablet dari

    masing- masing batch kemudian diambil pada interval waktu yang

    berbeda (1, 2, 3,

    4, 6, dan 8 jam), setelah itu disaring dengan kertas saring untuk

    membuang kelebihan air dari permukaan tablet, dan kemudianditimbang kembali (W1). Index swelling (% w/w) ditentukan dengan

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    59/83

    rumus berikut dan diplot terhadap waktu.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    60/83

    B. Uji in vitro

    1. Uji Daya Mukoadhesi

    Kekuatan mukoadhesif tablet bukal diukur dengan menggunakan

    keseimbangan fisika yang dimodifikasi. Alat disusun seperti pada

    gambar

    3.Metode ini melibatkan mukosa bukal kambing sebagai model

    membran mukosa. Mukosa bukal kambing yang masih segar dicuci

    dengan buffer fosfat pH 6,8. Kedua sisi neraca diseimbangkan dengan

    meletakkan beban dengan berat 5 gram pada sisi sebelah kanan.

    Sepotong membran segar ditempelkan pada glass block dengan

    adhesive sianoakrilat. Glass block tersebut kemudian diturunkan ke

    dalam wadah kaca, kemudian diisikan dengan buffer fosfat isotonik pH

    6,8 pada suhu 37 1 C, dimana buffer tersebut hanya mencapai

    permukaan membran mukosa dan dijaga agar tetap dalam kondisi

    lembab. Tablet mukoadhesif ditempelkan dengan adhesive yang samapada rubber blockpada sisi sebelah kanan dan balok keseimbangan yang

    diberi beban seberat 5 gm pada pan sebelah kanan kemudian

    dihilangkan. Hal tersebut dapat menurunkan rubber blockbersama

    dengan tablet dengan berat 5 gm. Keseimbangan dijaga pada posisi

    ini selama 3 menit dan lalu perlahan-lahan air ditambahkan ke

    dalam wadah plastik pada pan sebelah kanan dengan menggunakan

    pipet. Berat air kemudian diukur. Lalu kekuatan mukoadhesif tablet

    dihitung. 3 tablet diuji pada masing-masing membran mukosa bukal

    kambing. Setelah masing-masing pengukuran tersebut, jaringan dicuci

    dengan buffer fosfat pH 6,8 dan dibiarkan selama 5 menit sebelum

    percobaan berikutnya. Membran segar digunakan untuk masing-masing

    batch tablet.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    61/83

    Gambar 4.3. Susunan alat untuk menguji kekuatan mukoadhesif secara

    in vitro (1.Rubber block; 2. Tablet mukoadhesif ; 3. Glass Block; 4.

    Buffer fosfat pH 6,8 ; 5. Mukosa Bukal)

    2. Pengukuran pH permukaan

    pH lingkungan (pH permukaan) dari tablet bukal diuji untuk memeriksa

    adanya efek samping in vivo. pH asam atau basa dapat menyebabkan

    iritasi pada mukosa bukal, oleh karena itu pH formulasi dijaga

    agar mendekati pH netral. Tablet bukal pertama dibiarkanmengembang

    dengan menjaga agar tablet-tablet tersebut tetap kontak dengan 5

    mL buffer fosfat pH 6,8 selama 2 jam. pH diukur dengan cara

    menghubungkan elektroda dengan permukaan tablet, kemudian

    diseimbangkan selama 1 menit. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali.

    3. Waktu pelepasan obat secara in vitro

    4. Uji Disolusi In vitro

    Berdasarkan USP tipe 2 , metode yang digunakan yaitu rotating paddle

    untuk menguji pelepasan obat dari tablet bilayer. Medium disolusi

    terdiri dari 500 mL buffer fosfat pH 6,8. Uji pelepasan dilakukan pada

    suhu 37

    0.5C, dengan kecepatan rotasi 50 rpm. Lapisan belakang tablet bukal

    menempel pada kaca dengan adhesive sianokrilat. Disk diletakkan

    di bagian bawah bejana disolusi. Sampel disaring,kemudian dibuat pengenceran yang sesuai dengan

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    62/83

    buffer fosfat dan dianalisis dengan spektrofotometer pada

    panjang gelombang 272 nm menggunakan

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    63/83

    Shimadzu UV-Visible1800 double-beam spectrophotometer. Persentase

    jumlah kumulatif obat yang dilepaskan dari sediaan dihitung

    dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari kurva kalibrasi

    dengan range

    5-35 mg/mL untuk buffer fosfat pH 6,8.

    5. Studi permeasi Ex vivo

    6. Uji kecepatan disolusi

    7. Uji stabilitas optimized batch

    Dari evaluasi tersebut, yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif ada

    pengukuran pengukuran pH permukaan, uji daya mukoadhesi, uji

    disolusi dan uji swelling. Maka data dan analisis yang akan dibahas

    disini yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif maka hanya

    pengukuran pH permukaan, uji daya mukoadhesi, uji disolusi dan uji

    swelling.

    4.2.5 Hasil dan Analisis

    1. Evaluasi fisikokimia

    pH permukaan berkisar antara 6,24 6,75

    Tabel 5. Evaluasi Fisikokimia dari Masing-masing Formulasi Tablet

    Bukal

    Mukoadhesif Famotidin

    2. Uji Disolusi

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    64/83

    Dalam tujuan investigasi, design faktorial 32

    dipilih untuk memeriksa

    efek polimer pada tablet matriks, dimana rasio polimer sodium CMC :

    karbopol

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    65/83

    934P sebagai faktor X1 dan konsentrasi polimer sebagai faktor X2

    dipilih dalam formulasi. Dari hasil uji pelepasan obat secara in vitro

    selama 8 jam dari ke-9 formulasi (F1 F9) diamati bahwa terdapat

    peningkatan konsentrasi polimer (X2) yang menyebabkan adanya efek

    perlambatan pelepasan dari konsentrasi faktor polimer (X2). Faktor rasio

    (X1) polimer memiliki efek yang relatif pada profil pelepasan obat

    berdasarkan fraksi polimer individu. Peningkatan fraksi sodium CMC

    menyebabkan adanya perlambatan pelepasan obat karena sifat viskositas

    dari sodium CMC yang membentuk lapisan gel yang kental (viscous) di

    atas lapisan mukoadhesif tablet bersama dengan karbopol 934 sehingga

    dapat menyebabkan laju difusi obat menjadi lama pada medium

    disolusi dan dapat menghasilkan sediaan sustained-release. Persentase

    Pelepasan obat yang paling rendah dengan konsentrasi yaitu 77,94 %

    pada formulasi F9 karena konsentrasi polimer yang lebih besar yaitu 25

    % dengan rasio antara sodium CMC : karbopol 934P (2:1) dan

    pelepasan obat tertinggi dengan konsentrasi yaitu

    102,57 % pada formula F1 dengan konsentrasi polimer paling rendah

    yaitu

    15 % dengan rasio antara sodium CMC : karbopol 934 P

    (1:2)

    Tabel 6. Data Pelepasan Obat secara In Vitro pada Masing-masing

    Formulasi

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    66/83

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    67/83

    Gambar 4.4. Grafik Disolusi Obat pada Formulasi F1 F9

    Gambar 4.5. Grafik yang menunjukkan pengaruh kombinasi polimer

    pada pelepasan obat dengan rasio perbandingan antara Sodium CMC :

    Karbopol

    934P yaitu 1 : 2

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    68/83

    Gambar 4.6. Grafik yang menunjukkan pengaruh kombinasi polimer

    pada pelepasan obat dengan rasio perbandingan antara Sodium CMC :

    Karbopol

    934P yaitu 1 : 1

    Gambar 4.7. Grafik yang menunjukkan pengaruh kombinasi polimer pada

    pelepasan obat dengan rasio perbandingan antara Sodium CMC :

    Karbopol

    934P yaitu 2 : 1

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    69/83

    Gambar 4.8. Grafik yang menunjukkan pengaruh rasio polimer

    pada pelepasan obat dengan konsentrasi polimer 15 %

    Gambar 4.9. Grafik yang menunjukkan pengaruh rasio polimer

    pada pelepasan obat dengan konsentrasi polimer 20 %

    Gambar 4.10. Grafik yang menunjukkan pengaruh rasio polimer

    pada pelepasan obat dengan konsentrasi polimer 25 %

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    70/83

    3. Uji pengembangan (swelling)

    Pada pengujian index swelling (X2), konsentrasi polimer memiliki efek

    yang positif, adanya peningkatan konsentrasi polimer menyebabkan

    peningkatan sifat swelling dari tablet matriks. Sedangkan rasio polimer

    sodium CMC : karbopol 934P dengan rasio 1:2 dan 2:1 menunjukkan sifat

    swelling yang lebih besar daripada rasio 1:1. Index swelling paling

    rendah yaitu sebesar 54,05 % ditunjukkan pada formulasi F2 dengan

    konsentrasi polimer yang rendah yaitu 15 % dengan rasio perbandingan

    antara sodium CMC dan karbopol 934 P (1:1). Sedangkan indeks

    swelling yang paling besar yaitu 100,62 % yang ditunnjukkan pada

    formulasi F9 dengan konsentrasi polimer yang besar yaitu 25 %

    dengan rasio perbandingan antara sodium CMC : karbopol 934P (2:1).

    Gambar 4.11. Grafik yang menunjukkan indexswellingpada

    masing- masing formulasi

    4. Uji Daya Mukoadhesif

    Pada faktor uji daya mukoadhesif (X2) konsentrasi polimer memiliki efek

    yang positif dalam sifat swelling, adanya peningkatan konsentrasi

    polimer menyebabkan peningkatan daya mukoadhesif pada tablet.

    Sedangkan efek faktor (X1) rasio polimer pada daya mukoadhesif

    bergantung pada fraksi karbopol 934P dalam formulasi tablet, karena

    karbopol 934P memiliki sifat mukoadhesif yang lebih tinggi dan lebih

    efektif. Daya mukoadhesif

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    71/83

    yang paling rendah yaitu 9 gm pada formulasi F3 karena

    konsentrasi polimer yang rendah yaitu 15 % dengan rasio

    perbandingan 2:1 antara sodium CMC : karbopol 934P. sedangkan daya

    mukoadhesif yang paling tinggi yaitu 21 gm pada formulasi F7 dengan

    konsentrasi polimer yang besar yaitu 25 % dengan rasio perbandingan

    1:2 antara sodium CMC : karbopol 934P

    Gambar 4.12. Grafik yang menunjukkan daya mukoadhesi pada

    masing- masing formulasi

    4.2.6 Kesimpulan

    Pengaruh rasio Sodium karboksi metil selulosa dan karbopol 934 P

    serta konsentrasi polimer pada laju pelepasan obat diuji dengan menggunakan

    design faktorial 32

    . Rasio polimer dan konsentrasi polimer keduanya

    memiliki efek perlambatan pelepasan obat yang simultan. Formulasi ini

    memberikan pelepasan obat yang diperlambat (sustained-release) karena adanya

    pembentukan lapisan gel yang kental (viscous) di atas lapisan mukoadhesif

    tablet karena sifat viskositas

    yang dimiliki oleh sodium CMC, sehingga menyebabkan laju difusi obat

    menjadi lebih lama dari lapisan mukoadhesif ke dalam medium disolusi.

    Kombinasi dari kedua polimer ini membentuk struktur gel yang keras dan

    padat serta bertindak sebagai barier difusi obat, yang menyebabkan penurunandalam pelepasan obat. Formulasi F1 merupakan formulasi yang optimal yang

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    72/83

    memberikan konsentrasi

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    73/83

    pelepasan obat sebesar 102,57 % dalam waktu 8 jam dan formulasi tersebut

    memiliki sifatswellingdan mukoadhesif yang optimal.

    Selain itu kandungan etil selulosa yang cukup tinggi dalamformulasi tersebut yaitu 50 mg pada setiap formulasi, digunakan sebagai

    pengikat karena etil selulosa bersifat hidrofob sehingga dengan konsentrasi

    yang tinggi dapat memperlama pelepasan obatnya dan menghasilkan sediaan

    sustained-release

    4.3 Formulasi Tablet Matriks Mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida

    Menggunakan Hidroksi Propil Metil Selulosa dan Carbopol 940

    Diltiazem hidroklorida digunakan sebagai salah satu model

    untuk diformulasikan dalam bentuk sediaan mukoadhesif karena mempunyai

    waktu paruh yang pendek yaitu 3-4 jam, sehingga diperlukan frekuensi

    pemberian cukup sering. Pemberian dalam bentuk mukoadhesif dapat

    mengurangi frekuensi pemberian karena zat aktif akan dilepaskan dari

    matriks hidrokoloid secara perlahan dalam jangka waktu yang lama. Sediaan

    mukoadhesif diformulasikan dalam bentuk tablet matriks dengan metode

    granulasi basah. Etil selulosa digunakan sebagai pengikat karena bersifat

    hidrofob yang dapat memperlama pelepasan obatnya

    4.3.1 Alat dan Bahan

    A. Alat

    1. Timbangan analitik

    2. Ayakan mesh 12,16, dan 20

    3. Spektrofotometer FTIR

    4. titrator Karl Fisher

    5. Alat uji sifat alir

    6. Alat uji kerapatan granul

    7. Alat uji waktu hancur

    8. Spektrofotometer UV-VIS

    9. Media cetak tablet rotary

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    74/83

    10. Alat uji kekerasan tablet

    11. Alat uji kerenyahan tablet

    12. Alat uji disolusi

    13. Oven

    14. alat-alat gelas

    B. Bahan

    1. Diltiazem hidroklorida

    2. Diltiazem hidroklorida BPFI

    3. Etil selulosa N 100

    4. Hidroksipropil metal selulosa

    5. Carbopol 940

    6. Etanol 95 %

    7. Laktosa

    8. Magnesium stearat

    9. Talk

    10. Asam klorida 0,1 N

    11. Natrium klorida12. Kalium hidrofen fosfat

    13. Natrium hidroksida

    14. Air suling

    4.3.2 Formulasi Tablet Matriks Mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida

    Tabel 7. Formulasi dari tablet matriks mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    75/83

    4.3.3 Metode Pembuatan Tablet Matriks Mukoadhesif Diltiazem

    Hidroklorida

    Pada formulasi ini dilakukan dilakukan pembuatan tablet matriks

    ini dengan meode granulasi basah.

    1. Semua bahan yang diperlukan ditimbang

    2. Etil selulosa dilarutkan dalam alkohol 95 %

    3. Diltiazem hidroklorida, HPMC, carbopol 940, dan laktosa monohidrat

    dicampur homogen, lalu tambahkan larutan etil selulosa sedikit-

    sedikit sampai terbentuk massa lembab dan kompak

    4. Massa lembab diayak dengan pengayak mesh 12 dan dikeringkan di oven

    pada suhu 40oC sampai diperoleh dievaluasi meliputi kadar lembab, uji

    homogenitas, sifat alir, dan kompresibilitas

    5. Magnesium stearat dan talk ditimbang sesuai dengan bobot granul yang

    diperoleh, dicampur dan dicetak menjadi tablet menggunakan mesin

    tablet rotary dengan 8 lubang.

    4.3.4 Evaluasi pada Tablet Matriks Mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida

    1. Evaluasi granul matriks

    a. Penetapan kadar lembab

    b. Uji homogenitas

    c. Uji sifat alir

    d. Uji kompresibilitas

    2. Evaluasi Tablet

    a. Uji kekerasan

    b. Uji keseragaman ukuranc. Uji kerenyahan

    d. Uji penetapan kadar

    e. Uji keragaman bobot

    f. Uji disolusi

    Uji disolusi tablet diltiazem hidroklorida dilakukan berdasarkan USP

    XXVI untuk diltiazem hdroklorida extended release capsule

    menggunakan alat-alat dengan kecepatan 100 putaran per menit. Uji

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    76/83

    disolusi dilakukan menggunakan medium air sebanyak 900,0 ml

    selama

    12 jam. Zat aktif yang terlepas tidak kurang dari 70%. Serapan

    diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan danjumlah yang lepas dihitung menggunakan persamaan regresi linier

    dari kurva kalibrasi.

    g. Uji wash off

    Dilakukan menggunakan alat uji waktu hancur. Potongan

    jaringan lambung dan usus kelinci segar yang berukuran 2 x 5 cm

    ditempelkan diatas objek berukuran 2 x 7 cm dengan bantuan lem

    siano akrilat. Sebuah tablet diltiazem hidroklorida dibasahi dengan

    cairan lambung dan cairan usus buatan kemudian ditempelkan pada

    jaringan, kemudian kaca objek dimasukkan ke dalam tabung kaca

    dan dimasukkan ke dalam alat uji waktu hancur. Alat digerakkan

    naik turun secara lambat dan teratur (30 kali/menit) dalam media cair

    lambung atau usus buatan,

    suhu diatur 37oC 2

    oC. Selang waktu 1 jam pada medium lambung

    dan

    2 jam pada medium usus. Alat dihentikan dan tablet diamati apakah

    masih menempel atau tidak.

    Dari evaluasi tersebut, yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif ada

    uji disolusi dan uji wash off. Maka data dan analisis yang akan dibahas disini

    yang berkaitan dengan sediaan mukoadhesif maka hanya uji disolusi dan uji

    wash off.

    4.3.5 Hasil dan Analisis

    1. Uji Disolusi

    Hasil uji disolusi tablet lepas terkendali diltiazem hidroklorida

    dalam medium air selama 12 jam menunjukkan

    bahwa semakin tinggi konsentrasi carbopol 940

    jumlah diltiazem hidroklorida yang dilepas semakin kecil. Berturut-

    turut dari formula I V adalah 75,99%; 74,08%;

    73,07%; 72,03%; dan 71,29%. Kelima formula memenuhi persyaratan

    USP 26 untuk diltiazem hidroklorida extended capsule yaitu setelah 12

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    77/83

    jam melepaskan tidak kurang dari 70%. Jumlah yang dilepas setelah 3

    jam pada semua formula masih terlalu besar yaitu berturut-turut dari

    formula I

    V sebesar 44,45%; 39,74%; 38,23%; 34,73%; dan 33,56%. Persyaratan

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    78/83

    yang diberikan antara 10 25%, hal ini kemungkinan disebabkan oleh

    jumlah laktosa yang berperan menciptakan pori pada matriks tablet

    masih cukup besar sehingga pada jam-jam

    pertama pelepasan diltiazem hidroklorida masih relat if cepat.

    Tabel 8. Hasil disolusi tablet lepas terkendali diltiazem hidroklorida

    2. Uji Wash off

    Hasil uji wash offtablet matriks dalam medium cairan lambung buatan

    tanpa enzim hanya formula I dan II yang bersifat adhesif terhadap mukosa

    lambung dan waktu mukoadhesifnya selama 2 jam. Di dalam medium

    cairan usus buatan tanpa enzim tidak ada perbedaan waktu mukoadhesif

    pada semua

    formula yaitu setelah 8 jam masih melekat pada mukosa usus. Hal ini

    menunjukkan bahwa carbopol 940 mempunyai kekuatan

    mukoadhesif yang besar terhadap mukosa usus, sedangkan HPMC lebih

    lemah. Waktu transit yang panjang di saluran cerna dapat digunakan

    untuk mengatur pelepasan obat lebih lama.

    4.3.6 Kesimpulan

    Kombinasi carbopol 940 dan HPMC dapat digunakan untuk

    memperpanjang waktu tinggal sediaan tablet di dalam saluran cerna sehingga

    pelepasan obat dapat dikendalikan. Semakin tinggi konsentrasi carbopol 940,

    jumlah dilt iazem hidroklorida yang dilepas semakin rendah.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    79/83

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Mukoadhesif adalah sistem penghantaran obat yang memanfaatkan

    sifat- sifat musin dalam mukosa saluran cerna. Sistem penghantaran ini

    digunakan untuk memformulasikan sediaan lepas terkendali dengan tujuan

    memperpanjang waktu tinggal obat tersebut di saluran cerna dan mengatur

    kecepatan serta jumlah obat yang dilepas. Sistem penghantaran obat

    mukoadhesif ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sediaan bukal,

    sublingual, vaginal, rektal, nasal, okular, serta gastrointestinal.

    Mekanisme adhesi dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu :

    1. Terjadi kontak (melalui pembasahan) antara sediaan mukoadhesif

    dengan membran mukus.

    2. Tahap interpenetrasi, yaitu terjadi penetrasi dari bioadhesif ke jaringan atau

    ke permukaan membran mukosa.

    Beberapa contoh polimer mukoadhesif adalah kitosan, pektin, gelatin,

    hidroksipropil metil selulosan, polivinil pirolidon, karagenan, Na alginat,alginat thiol, guar gum, CMC Na, karbomer, dan lain-lain.

    5.2 Saran

    Perlu dipelajari lebih lanjut mengenai sistem penghantaran mukoadhesif

    karena banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari sistem penghantaran obat

    ini.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    80/83

    DAFTAR PUSTAKA

    Abd Elhady, S Seha. Et all. 2003. Development of In Situ Gelling and

    Muchoadhesive Mebeverine Hydroclorida Solution For RectalAdministration. Saudi Pharmaceutical Journal, Vol. 11, No. 4, October

    2003.

    Alexander, Amit, et al. 2011. Mechanisme Responsible For Mucoadhesion of

    Mucoadhesive Drug Delivery System: A Review. International Journal of

    Applied Biology Pharmaceutical Technology Vol 2, 434-445

    Alli, Saikh Mahammed Athar, et al. 2011. Oral Mucoadhesive Microcarriers

    for Controlled and Extended Release Formulations. International

    Journal of Life Science & Pharma Research Vol 1, 41-59.

    Andrews G.P., Laverty T.P., Jones, D.S. 2009. Mucoadhesive polymeric

    platforms for controlled drug delivery. European Journal of

    Pharmaceutics and Biopharmaceutics 71, 505518.

    Bhanja Satyabrata, et al. 2010. Formulation and in vitro evaluation

    of mucoadhesive buccal tablets of Timolol maleate. International Journal

    of Pharmaceutical and Biomedical Research, 1(4), 129-134

    Bhavsar, Jalpeshkumar D. , Patel, Mukesh R., Patel, Kanu R., Patel, N.M.

    2012.

    Formulation and In-Vitro Evaluation of Mucoadhesive Buccal Tablet of

    Famotidine. International Journal of Pharmaceutical Sciences, ISSN:

    0976-7908. India.

    Bonacucina, Giulia, Sante Martelli, and Giovanni F. Palmieri. 2004.

    Rheological, Mucoadhesive and Properties of Carbopol Gels

    in Hydrophilic Cosolvents. Internationa Journal of

    Pharmaceutics 282, 115-130.

    Bonferoni, Maria Cristina, et al. 2004. Carrageenan-Gelatin Mucoadhesive

    Systems for Ion-Exchange Base Ophtlamic Delivery: In Vitro and

    Preliminary In Vivo Studies. European Journal Pharmaceutics and

    Biopharmaceutics 57, 465-472.

  • 7/16/2019 128211379-makalah-polimer-mukoadhesif-eksipien-sediaan-farmasi.doc

    81/83

    Carvalho, Flavia Chiva, et al. 2010. Mucoadhesive Drug Delivery Systems.

    Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences vol 46.

    Martinez, A., et al. 2011. Synthesis and characterization of thiolated alginate-albumin nanoparticlesstabilized by disulfide bonds. Evaluation as drug

    delivery systems. Carbohydrate Polymers 83, 1311-1321

    Nep, Elijah I, and Barbara R Conway. 2011. Grewia Gum 2: Mucoadhesive

    Properties of Compacts and Gels. Tropical Journal of Pharmaceutical

    Research Pharmacotheraphy Group, 393-400.

    Panigrahi, Lalatendu. Pattanaik, Snigdha. Ghosal, K Saroj. 2004. Design

    and Characterization of Muchoadhesive Buccal Patch of Salbutamol

    Sulphate. Acta Poloniae Pharmaceutica- Drug Research. Vol. 61. No. 5

    pp. 351-360

    Raymond C. Rowe, Paul J Sheskey, Quinn E Marian. 2009. Handbook of

    Pharmaceutical Excipients 6th

    ed. USA: Pharmaceutical Press.

    Roy, S., et al. 20