Upload
destriayu-vasista
View
227
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hhhk
Citation preview
MAKALAH PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PROSES
PEMBELAJARAN FISIKA
ASSESSMENT LITERACY
Oleh:
DIAN LESTARI (14175010)
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Festiyed, MS
Dr. Djusmaini Djamas, M.Si
PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya
jugalah penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengembangan
Evaluasi dan Proses Pembelajaran Fisika Tentang Assessment Literacy.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya pembuatan
makalah ini. Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai
pihak, yaitu:
1. Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Djusmaini Djamas, M.Si selaku
dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Evaluasi dan Proses
Pembelajaran Fisika.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materil.
3. Teman-teman serta pihak-pihak yang telah memberi bantuan.
Semoga bimbingan, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan menjadi
amal shaleh dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih terdapat beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik kepada pembaca
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Padang, 10 Februari 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................4
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Definisi Asesmen Literasi..............................................................................5
B. Tujuan Asesmen.............................................................................................7
C. Prinsip-prinsip Asesmen yang baik................................................................9
D. Peran Kritis Asesmen Kelas.........................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asesmen merupakan istilah yang digunakan dalam kegiatan evaluasi dan
sudah sering di dengar terutama semenjak diberlakukannya kurikulum berbasis
kompetensi. Selanjutnya diberlakukan kurikulum 2013 yang menggunakan model
pembelajaran dan berbagai teknik penilaian sehingga istilah asesmen semakin
marak digunakan. Adanya revisi terhadap kurikulum sebelumnya yang
melahirkan kurikulum 2013 sesuai dengan firman-Nya
Artinya: Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji.(Ibrahim, 14: 1).
Asesmen atau pengukuran hasil belajar mahasiswa merupakan suatu
kesatuan atau bagian dari pembelajaran. Apalah artinya suatu proses pembelajaran
apabila tidak diukur hasil belajarannya. Penilaian terdiri atas penilaian eksternal
dan penilaian internal.
Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak laian
yang tidak melaksanakan proses pembelajaran dan dilakukann oleh suatu
lembaga, seperti pengendali mutu. Sedangkan penilaian internal adalah penilaian
yang direncanakan dan dilakukan oleh guru pada saat proses belajar mengajar
berlangsung untuk menjamin mutu pembelajaran.
Penilaian hasil belajara peserta didik dilakukan oleh guru untuk memantau
proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuia dengan potensi
yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan.
Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada guru agar dapat
3
menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Pembahasan mengenai
Asesmen ini akan dibahas pada bab berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini dalam penulisannya memiliki beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip-prinsip Asesmen yang baik?
2. Bagaimana bentuk perubahan asesmen dan konsekuensinya?
3. Bagaimana peran kritis asesmen di dalam kelas?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dalam penulisannya memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Asesmen yang baik.
2. Untuk mengetahui bentuk perubahan asesmen dan konsekuensinya.
3. Untuk bentuk peran kritis asesmen di dalam kelas.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini memiliki beberapa manfaat antara lain :
Dapat memperkaya ilmu pengetahuan tentang Asesment
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Asesmen Literasi
Kata asesmen (assessment) berasal dari Latin assidere, yang berarti sit
beside. Menurut Fenton (1996), Asesmen ialah pengumpulan informasi yang
relevan, yang dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka pengambilan
keputusan. Sedangkan evaluasi ialah aplikasi suatu standar dan sistem
pengambilan keputusan terhadap data asesmen, untuk menghasilkan keputusan
(judgments) tentang besaran dan kelayakan pembelajaran yang telah berlangsung.
Dalam konteks pendidikan, asesmen meliputi kegiatan mengobservasi
belajarnya mahasiswa, yaitu mendeskripsikan, mengumpulkan, merekam,
memberi markah (skor), dan menginterpretasi informasi mengenai pembelajaran
mahasiswa. Kegunaan utama asesmen sebagai bagian dari proses belajar ialah
refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan mahasiswa secara individual.
Mengajar tanpa mengetahui apakah hasil mengajarnya itu telah menjadikan
mahasiswa itu belajar, belum dapat dikatakan sebagai “mengajar”.
Proses belajar mengajar memang dilakukan dalam kelompok atau kelas,
tetapi seyogianya seorang pengajar peduli (concern) atas pemahaman dan
kemajuan belajar setiap mahasiswa secara individual. Kadang seorang dosen
menganggap dirinya sudah mengajar dengan baik, dan sudah puas apabila ada
satu dua mahasiswa yang dapat memperoleh skor tinggi, padahal lebih dari 80 %
mahasiswanya memperoleh skor di bawah rata-rata. Pada zaman dulu, dosen yang
hanya meluluskan sedikit mahasiswa itu dinamakan dosen “killer”, dan
merupakan suatu kebanggaan bagi dosen bahwa mata kuliahnya sukar untuk
dilulusi. Dalam hal ini dosen menggunakan dirinya sendiri sebagai standar untuk
mengukur kemampuan belajar mahasiswa; mahasiswa yang tidak lulus dianggap
bodoh atau malas, karena kenyataannya ada juga mahasiswa yang memperoleh
skor tinggi.
5
Hal ini sejalan dengan firman-Nya dalam ayat berikut:
Artinya: Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan
(kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam
kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari
berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)." (Ar-ruum, 30: 56).
Kirsch et.al. berpendapat bahwa literasi pada dasarnya adalah kemampuan
“… using printed and written information to function in society, to achieve one’s
goals, and to develop one’s knowledge and potential.” Definisi ini adalah
pengembangan dari definisi the National Literacy Act di Amerika Serikat tahun
1991 yang mendefinisikan literasi sebagai “… an individual’s ability to
read,write, and speak (in English) and compute and solve problems at levels of
proficiency necessary to function on the job and in society, to achieve one’s goals,
and to develop one’s knowledge and potential.”
Menurut Kirsch, kemampuan ini menyangkut tiga kemampuan dasar.
Pertama adalah kemampuan membaca teks (prose literacy), misalnya membaca
perbedaan pendapat dalam sebuah editorial, memahami pesan dalam sebuah cerita
pendek, menarik simpulan dari sebuah puisi, atau membaca instruksi dalam
barang elektronik. Kedua adalah kemampuan membaca dokumen (document
literacy), misalnya, kemampuan untuk mengisi formulir pendaftaran, formulir
lamaran pekerjaan, atau formulir penghasilan dan perpajakan, memahami tabel
atau peta perjalanan, membaca dokumen-dokumen penting dalam pekerjaan
sehari-hari. Ketiga adalah literasi kuantitatif (quantitative literacy), yakni
kemampuan untuk melakukan penghitungan dengan menggunakan simbol angka,
misalnya menghitung uang kembalian, membayar rekening listrik, menghitung
pembayaran atau setoran uang atau kartu kredit, menghitung bunga bank
6
Wells (1987) menambahkan bahwa literasi dapat dibagi menjadi empat
tingkatan, yaitu performative, functional, informational, dan epistemic. Pada
tingkat performative, orang mampu membaca dan menulis, dan berbicara dengan
simbol-simbol yang digunakan; pada tingkat functional diharapkan dapat
menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti
membaca manual atau petunjuk; pada tingkat informational diharapkan dapat
mengakses pengetahuan dengan bahasanya; sedangkan pada tingkat epistemic
diharapkan dapat mentransformasi pengetahuan (Depdiknas, 2004).
B. Tujuan Asesmen
Asesmen memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses. Asesmen
yang berkaitan dengan tujuan isi digunakan untuk menentukan seberapa jauh
peserta didik telah mempelajari pengetahuan dan keterampilan spesifik. Dalam hal
ini, asesmen harus terfokus pada hasil belajar peserta didik. Asesmen yang
berkaitan dengan proses digunakan untuk mendiagnosis kekuatan dan kelemahan
peserta didik serta merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
peserta didik.
Tujuan asesmen pembelajaran pada dasarnya tergantung pada penggunaan
jenis-jenis asesmen. Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu: a.
asesmen formatif dan sumatif, b. asesmen objektif dan subjektif, c. asesmen acuan
normatif dan acuan patokan dan d. asesmen formal dan informal.
a. Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir pembelajaran dan
digunakan untuk membiat keputusan tentang kenaikan kelas peserta
didik. Asesmen formatif umumnya dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Asesmen formatif ini dapat berupa
pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik dan tidak akan
dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan kelaspeserta didik.
b. Asesmen objektif dan subjektif
7
Asesmen bentuk objektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki
satu jawaban yang benar. Asesmen subjektif merupakan bentuk
pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar.
c. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
Asesmen acuan patokan, biasanya menggunakan tes acuan patokan,
merupakan asesmen yang digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Asesmen acuan patokan membandingkan kemampuan peserta didik
dengan criteria atau standar absolut. Asesmen acuan patokan seringkali
digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik.
d. Asesmen formal dan informal
Asesmen formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis
seperti tes tertulis. Asesmen formal diberikan skor dalam bentuk angka
atau penentuan rangking berdasarkan pada kinerja peserta didik.
Asesmen informal tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking
akhir peserta didik. Asesmen ini biasanya dilakukan dengan cara yang
lebih terbuka, seperti kegiatan asemen yang dilaksankan melalui
observasi, invertori, partisipasi, evaluasi diri dan teman sebaya dan
diskusi.
Hal ini sejalan dalam firman-Nya:
Artinya: 118. Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah
tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya
kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah
mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin
8
C. Prinsip-prinsip Asesmen yang baik
Asesmen yang baik harus berdasarkan pada landasan pendidikan.
Landasan pendidikan ini meliputi pengorganisasian sekolah dalam memenuhi
kebutuhan belajar seluruh peserta didik, memahami cara peserta didik belajar,
menetapkan standar tinggi pada kegiatan belajar peserta didik dan memberikan
kesempatan belajar peserta didik yang memadai.
Terdapat tujuh prinsip dalam menerapkan asesmen belajar. Berikut
disajikan ketujuh prinsip yang dimaksud:
1. Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik
Asesmen kelas maupun berskala besar, diorganisir dengan tujuan untuk
memperbaiki belajar peserta didik. Asesmen ini memberikan informasi
mengenai apa yang telah dicapai peserta didik terhadap tujuan belajar dan
mengenai kemampuan belajar masing-masing peserta didik
2. Asemen bertujuan untuk mendukung belajar peserta didik
Asesmen baik digunakan untuk untuk melaporkan kemajuan peserta didik,
sertifikasi peserta didik dan informasi untuk perbaikan dan akuntabilitas
sekolah yang dimaksudkan untuk mendukung belajar peserta didik.
Asesmen akuntabilita menggunakan prosedur pengambilan sampel
pekerjaan peserta didik. Asesmen ini mengembangkan standar teknis dan
standar itu digunakan untuk memastikan agar asesmen yang diterapkan
memiliki kualitas tinggi, serta digunakan untuk memantau konsekuensi
pensisikan atas penggunakan asesmen tersebut,
3. Objektif bagi semua peserta didik
Asesmen yang baik akan memberikan keyakinan bahea semua peserta
didik akan memperoleh perlakuaan yang sama. Asesmen menggunakan
berbagai metode dalam mengakses kemajuan peserta didik serta cara-cara
peserta didik mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman terhadap mata
pelajaran. Asesmen tidak akan melencang dan mampu menggambarkan
pengetahuan dan keterampilan ackual peserta didik.
4. Kolaborasi professional
9
Pendidik menentukan dan berperan serta dalam pengembangan
professional serta kerja sama untuk memperbaikai sistem asesmen.
Kemampuan professional itu diperkuat melalui sekelompok pendidik
memberikan skor pekerjaan peserta didik. Sekolah, pemerintah
kabupaten/kota, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat perlu
menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan
professional pendidik dalam menerapkan asesmen pembelajaran.
5. Partisipasi komite sekolah dalam pengembangan asesmen
6. Keteraturan dan kejelasan komunikasi mengenai asesmen
Pendidik, sekolah, pemerintah kabupaten/ kota, pemerintah provinsi dan
pemerintah pusat secara jelas dan teratur mendiskusikan praktik asesmen
dan peserta didik serta kemajuan program dengan peserta didik, keluarga
dan masyarakat.
7. Peninjauan kembali dan perbaikan asesmen
Asesmen perlu dikaji kembali dan diperbaiki untuk memastikan bahwa
asesmen itu benar-benar emberikan manfaat bagi peserta didik. Tindakan
ini harus dilakukan secara berkesinambungan. Meskipun asesmen ini telah
dipandang memadai, namun perlu diperbaiki mengingat kondisi selalu
berubah dan pengetahuan yang terjasi di masyarakat selalu meningkat.
Peninjauan kembali merupakan dasar pembuatan keputusan dalam
mengubah sebagian atau seluruh asesmen. Peninjauan kembali itu
melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam sistem
pendidikan. Analisis biaya manfaat (cost-benefit analisis) juga perlu
dilakukan untuk mengetahui efek asesmen terhadap belajar.
Prinsip dari asesmen ini sebenarnya secara umum dapat kita pahami dalam
ayat berikut:
10
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab/33: 15).
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Berikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik.
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran
( a part of, not apart from, instruction).
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata ( real world
problems), bukan masalah dunia sekolah ( school work-kind of
problems).
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).
Sebagaian ahli juga menyatakan Penilaian dilakukan dengan menggunakan
penilaian otentik, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
2. Menggunakan penilaian formatif maupun sumatif
3. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
4. Berkesinambungan
5. Terintegrasi
6. Digunakan sebagai umpan balik.
Hal-hal yang digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa meliputi:
1. penilaian kinerja (performanca assessment).
2. Observasi Sistematik (Systematic observation)
3. Portofolio (portofolio)
11
4. Jurnal Sain (Journal)
5. Penilaian mencakup umpan balik dan berbagai bentuk refleksi
D. Peran Kritis Asesmen Kelas
Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat (4)
hal berikut:
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak
didik tetap sesuai dengan rencana.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang
dialami anak didik dalam proses pembelajaran
3. Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah
mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.
Bagaimana asesmen di dalam kelas serta penerapannya di kelas ini sejalan
dengan firman-Nya:
Artinya: maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang
hukum (yang lebih tepat)[966]; dan kepada masing-masing mereka telah Kami
berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-
burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.
Mengkaji Berbagai Bentuk Soal Pendidikan Fisika (Timms,Pisa Dan
Olimpiade)
Tingkat literasi membaca, matematika, dan sains siswa di seluruh dunia
dapat diketahui dari tiga studi internasional yang dipercaya sebagai instrumen
untuk menguji kompetensi global, yaitu PIRLS, PISA, dan TIMSS:
12
1. PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) adalah studi
literasi membaca yang dirancang untuk mengetahui kemampuan anak
sekolah dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan. Penilaiannya
difokuskan pada dua tujuan membaca yang sering dilakukan anak-anak,
baik membaca di sekolah maupun di rumah, yaitu membaca cerita/karya
sastra dan membaca untuk memperoleh dan menggunakan informasi.
2. PISA (Programme for International Student Assessment) adalah :studi
literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan
siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca
(reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains
(scientificliteracy).
Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu
menguji kemampuan anak muda itu untuk menggunakan keterampilan dan
pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, tidak
semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum
sekolah.
3. TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) adalah
studi internasional untuk kelas IV dan VIII dalam bidang Matematika dan
Sains. TIMMS dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa
berbagai negara di dunia sekaligus memperoleh informasi yang
bermanfaat tentang konteks pendidikan Matematika dan Sains.
Hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment
(PISA) 2001 menunjukkan, Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara
pada kategori literatur matematika. Sementara itu, menurut penelitian Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMMS) 1999, matematika
Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO).
Rendahnya skor matematika salah satu disebabkan faktor evaluasi atau soal yang
Diberikan di Indonesia hanya terbiasa di level rendah. Menurut taksonomi Bloom
pembagian ranah kognitif diklasifikasikan menjadi enam tingkatan, yaitu :
A.mengingat(C1),
B. memahami(C2),
13
C. menerapkan(C3),
D. menganalisis (C4),
E.mengevaluasi (C5),
F.dan mengkreasi (C6) (Krathwohl ,2002).
Disekolah Indonesia, siswa hanya terbiasa memberikan soal pada level C1,
C2, dan sebagian C3, sedangkan soal tes berstandar internasional TIMSS dan PISA
tidak hanya soal yang mengukur kemampuan menyelesaikan soal biasa, tetapi
disini akan dilihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, mulai dari
menganalisisnya, memformulasikannya, dan mengkomunikasikan gagasannya
kepada orang lain. Dari skala kecakapan enam level TIMS dan PISA lebih dari
50% siswa Indonesia tidak mencapai level terendah, dan kemampuan problem
solvingnya merupakan terendah dari negara yang mengikuti (Kompas, 2007).
Gambaran yang tampak dalam bidang pendidikan selama ini,
pembelajaran menekankan lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang
benar untuk soal-soal yang diberikan, proses pemikiran tinggi termasuk berpikir
kreatif jarang dilatihkan. Buku pelajaran yang dipakai siswa kalau dikaji secara
jujur, semua soal yang dimuatnya kebanyakan hanya meliputi tugas tugas yang
harus mencari satu jawaban yang benar (konvergen). Kemampuan berpikir
divergen, yaitu menjajaki berbagai kemungkinan jawaban atas suatu masalah
jarang diukur. Dengan demikian kemampuan intelektual anak untuk berkembang
secara utuh diabaikan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asesmen merupakan kegiatan sistematik untuk memperoleh informasi
tentang apa yang diketahui, dilakukan, dikerjakan oleh peserta didik. Asesmen ini
biasanya berkaitan dengan prestasi peserta didik. Dalam kehiatan belajar
mengajar, asesmen sangat penting karena selain dapat mengevaluais hasil belajar
peserta didik serta menjadi penambah semangat bagi peserta didik agar mencapai
hasil yang maksimal.
B. Saran
Diharapkan kepada pemakalah berikutnya untuk lebih memahami
mengenai asesmen dan bagaimana bentuknya di dalam kelas. Sehingga dapat
mengaplikasikannya di lapangan dengan baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. 2008. Penilaian Hasil
Belajar.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-
belajar/. Diakses 10 Februari 2015.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Poerwati, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktoral
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Rifa’I, Achmad, dkk. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Sukardi. 2008. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Supranata dan Hatta. 2004. Penilaian Portofolio. Bandung: Remaja Rosdakarya
16