30
BAB I PENDAHULUAN Saat ini penyakit ISPA masih menjadi masalah di Indonesia. ISPA merupakan penyebab utama kematian balita. Dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun diperkirakan 150.000 diantaranya disebabkan karena ISPA. Dengan kata lain setiap hari terjadi kematian balita akibat ISPA selalu menepati kelompok penyakit terbanyak di sarana kesehatan dan ISPA Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita. 1 Penyakit infeksi saluran pernafasan, bersama-sama dengan malnutrisi dan diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak Balita di Negara berkembang (Sharma et al., 1998). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 %- 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, 1

142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini penyakit ISPA masih menjadi masalah di Indonesia. ISPA merupakan

penyebab utama kematian balita. Dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap

tahun diperkirakan 150.000 diantaranya disebabkan karena ISPA. Dengan kata lain setiap

hari terjadi kematian balita akibat ISPA selalu menepati kelompok penyakit terbanyak di

sarana kesehatan dan ISPA Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan

balita.1

Penyakit infeksi saluran pernafasan, bersama-sama dengan malnutrisi dan diare

merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak Balita di Negara berkembang

(Sharma et al., 1998).

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.

Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 %- 60 % dari

kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan

oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena

pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Infeksi saluran

pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua

golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi

pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan

dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada

anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu

besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau

berlebihannya pemakaian antibiotik.1

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah

kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama

pada Anak Balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20% - 30% kematian anak Balita (Depkes RI,

2000). ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana

kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan

1

Page 2: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dirjen

P2ML, 2000). Host, lingkungan dan sosiokultural merupakan beberapa variabel yang dapat

mempengaruhi insiden dan keparahan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Sharma et

al., 1998).

Dengan melihat hal tersebut, diharapkan dokter dapat berperan dalam pencegahan,

deteksi dini, terapi maupun rehabilitasi dari infeksi saluran pernapasan akut ini. Penulis

berusaha untuk menuliskan aspek-aspek yang dirasakan perlu untuk dipahami melalui

tinjauan pustaka dalam referat ini dan diharapkan dapat bermanfaat.

2

Page 3: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

BAB II

ANATOMI

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan

bagian bawah (termasuk jaringan dan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernafasan.

Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai bagian bagian tersebut diatas:2

a. HIDUNG

Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan

mengalami proses yaitu:

Penyaringan ( filtrasi )

Partikel-partikel yang ada dalam udara pernafasan akan disaring khususnya

partikel-partikel yang berdiameter > 2µm. Cilia berperan sebagai filter.

Penghangatan

Kapiler pembuluh darah yang ada di lapisan mukosa hidung berperan sebagai

penghangat. Udara pernafasan yang dingin akan dihangatkan.

Pelembaban (humidifikasi)

Udara pernafasan yang kering akan dilembabkan oleh lapisan mukosa hidung

sehingga tidak mengiritasi saluran pernafasan. Sepertiga bagian atas hidung

terdiri dari tulang dan dua pertiga bagian bawahnya adalah kartilago yang

terdiri dari dua bagian. Bagian tengah dipisahkan oleh septum. Septum dan

dinding dalam rongga hidung dilapisi oleh membrane mukosa. Bagian depan

hidung yang terbuka keluar dilapisi oleh kulit dan folikel rambut. Bagian

belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.

b. PHARING

Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga nasal dibagi

dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing. Pharing

merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran pencernaan.

Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup secara

otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil merupakan pertahanan tubuh terhadap

benda-benda asing (organisme) yang masuk ke hidung dan pharing.

c. LARING

3

Page 4: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

Laring berada diatas trachea, dibawah pharing. Sering kali orang menyebut

laring sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah ini akan membentuk

bunyi (suara).

d. TRACHEA

Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah cricoids

kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trachea bercabang

menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri

dari 6 – 10 cincin kartilago.

e. BRONCHUS

Bronchus primer dimulai dari karina. Bronchus kanan lebih gemuk dan

pendek serta lebih vertikal dibandingkan dengan bronchus kiri. Bronchus

primer dibagi kedalam lima bronchus sekunder (lobus) masing-masing lobus

dikelilingi oleh jaringan penyambung, pembuluh darah saraf, pembuluh limfatik.

Bronchus dilapisi oleh cilia yang berfungsi menangkap partikel-

partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk

atau ditelan.

f. BRONCHIOLUS

Merupakan cabang dari bronchus sekunder yang dibagi ke dalam saluran-

saluran kecil yaitu bronchiolus terminal dan bronchiolus respirasi. Kedua bronchiolus

ini mempunyai diameter < 1 mm. Bronchiolus terminalis dilapisi cilia, tidak terjadi

difusi di tempat ini. Sebagian kecil difusi terjadi pada bronchiolus respirasi.

g. ALVEOLUS

Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari

bronchiolus respiratori. Sakus alveolis mengandung alveolus yang merupakan unit

fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung

+ 300 juta alveolus (luas permukaan + 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.

Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang

sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan recoil paru. Surfaktan ini

berfungsi menurunkan tegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang

adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.

h. PARU-PARU

Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura. Pleura

terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/melapisi paru dan pleura

parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang

4

Page 5: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10–15 cc. Lubrikasi

dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru

melalui dua pembuluh darah yaitu:3

Arteri pulmonaris yang bercabang-cabang menjadi arteriol venula yang akan

membentuk jalinan kapiler.

Arteri bronchialis yang merupakan percabangan dari aorta torakal. Arteri ini

akan mensuplai darah untuk kebutuhan metabolisme paru.

BAB III

5

Page 6: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

PEMBAHASAN

III. 1 Definisi

ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala

batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung

sampai dengan 14 hari (Depkes RI, 2000). ISPA adalah penyakit infeksi yang

menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari saluran napas, mulai dari hidung

(saluran pernapasan atas) hingga alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk

jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura yang disebabkan

oleh masuknya kuman (bakteri, virus atau riketsia) ke dalam organ saluran pernapasan

yang berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses

akut dari suatu penyakit, meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan

dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut derajat

keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu ISPA ringan, ISPA

sedang, dan ISPA berat. Pembagian menurut deajat keparahan tersebut didasarkan

pada gejala-gejala dan tanda-tandanya. ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA

sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan, misalnya penderita kurang

mendapat perawatan atau saat penderita dalam keadaan lemah hingga daya tahan

tubuhnya rendah. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui oleh orang

awam, sedangkan gejala ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan

sederhana.4

III. 2 Klasifikasi

WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat

keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan

telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun

pembagiannya sebagai berikut :5

Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :

a. ISPA ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih

gejala-gejala sebagai berikut :

i. Batuk 

6

Page 7: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

ii. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara

(misalnya pada waktu berbicara atau menangis).

iii. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung

iv. Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba

dengan penggung tangan terasa panas. 

b. ISPA sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-gejala

ISPA ringan disertai gejala-gejala berikut :

i. Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur >1 tahun atau >

40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun atau lebih.

ii. Suhu tubuh lebih dari 390C.

iii. Tenggorokan berwarna merah.

iv. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.

v. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

vi. Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit. Dari gejala-

gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak menderita ISPA ringan

sedangkan suhu tubuhnya lebih dari 390C atau gizinya kurang baik,atau

umurnya ≤4 bulan, maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus

mendapat pertolongan dari petugas kesehatan.

c.  ISPA berat

Seorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-gejala

ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut :

i. Bibir atau kulit membiru.

ii. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada

waktu bernapas.

iii. Kesadaran menurun.

iv. Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah.

v. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.

vi. Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

vii. Tenggorokan berwarna merah.

7

Page 8: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena perlu

mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan atau cairan

infus.

Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan

tanda-tanda klinis yang didapat yaitu :4

1. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun

Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu :

a) Pneumonia berat

Tanda utama :

Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran

menurun, stridor, serta gizi buruk.

Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bila paru-paru

menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik

nafas.

Tanda lain yang mungkin ada :

Nafas cuping hidung.

Suara rintihan.

Sianosis (pucat).

b) Pneumonia tidak berat

Tanda Utama :

Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.

Di sertai nafas cepat :

Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun.

Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.

c) Bukan pneumonia

Tanda utama :

Tidak ada tarikan dinding dada kedalam.

Tidak ada nafas cepat :

Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun.

Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun – 5 tahun.

2. Anak umur kurang dari 2 bulan

8

Page 9: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

Untuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a) Pneumonia berat

Tanda utama :

Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran

menurun, stridor, wheezing, demm atau dingin.

Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih.

Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.

b) Bukan pneumonia

Tanda utama :

Tidak ada nafas cepat.

Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.

III. 3 Epidemiologi

Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek

pada balita di Indonesia perkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun),

artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6

kali setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka

kesakitan dikota cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan

oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih

tinggi daripada di desa.1

ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10 penyakit

utama di Negara berkembang. Di Negara berkembang, penyakit pneumonia

merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia kurang

dari 2 bulan. Dari Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui

bahwa morbiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,2% dan pada balita 40,6%,

sedangkan angka mortalitas 36%.

Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar 3-6 kali per tahun per anak, sekitar

40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat jalan dan

rawat inap di rumah sakit juga disebabkan oleh ISPA. Hasil SKRT tahun 1992

menunjukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat penyakit ISPA menduduki

urutan pertama (36%), dan angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua

(13%). Di jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking 1

pada 10 besar penyakit pasien rawat jalan di puskesmas

9

Page 10: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

III. 4 Etiologi Dan Faktor Resiko

Etiologi ISPA terdiri dari:

Bakteri  : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain.

Virus : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, (ISPA atas virus

utama), Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus.

Jamur  : Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.

Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)

biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing

(biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain). 6

Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang

mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktor yaitu:

Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak.

Keadaan gizi dan cara pemberian makan.

Kebiasaan merokok dan pencemaran udara

Faktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan, gizi kurang,

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak memadai,

polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menyelimuti

anak berlebihan.

Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari 2 bulan, tingkat

social ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tingkat

pengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan

menderita penyakit kronis.

III. 5 Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan

tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang

terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah

faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut

gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan

(Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering

(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan

kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,

10

Page 11: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan

cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick,

1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder

bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang

merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri

sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan

atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus

menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi

sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat

menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk

yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti

kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan

adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan

gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat

yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa

menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun

bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya

ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat

menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek

imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang

sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada

umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid

yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah

bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran

nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam

mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi

empat tahap, yaitu:

a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum

menunjukkan reaksi apa-apa.

11

Page 12: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang

sudah rendah.

c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala

demam dan batuk.

d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,

sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat

pneumonia.

III. 6 Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:

a) Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga terakumulasi pada

trakea yang kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi karena

iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif)

kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan

sputum).

b) Kesulitan bernafas

Akumulasi mukus di trakea akan mengakibatkan saluran nafas tersumbat

sehingga mengalami kesulitan dalam bernafas.

c) Sakit tenggorokan

Terjadi iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang ujung

dendrit oleh nervus, untuk menstimulasi pelepasan kemoreseptor yaitu

bradikinin dan serotonin sehingga terjadi perangsangan nyeri pada

tenggorokan.

d) Demam

Infeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini sebagai

mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme yang masuk.

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri

tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan

konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri

kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung

lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat

ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasadrenik itu sendiri.

12

Page 13: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara

langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan

pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.5

Tanda-tanda bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-

keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-

gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan

kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan

pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian

mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih

berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam

kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-

tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,

grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi

dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

hypoxemia,

hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:

tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan

tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa

minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang

biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan

dingin.4

13

Page 14: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

III. 7 Diagnosis Banding

Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis

banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua

penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya

membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab,

hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus

manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan

muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454).

III. 8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/

biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan

jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah

meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya

thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans;

1997; 224).

III. 9 Penatalaksanaan

Pengobatan antara lain :

1. Simptomatik :

i. Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti

parasetamol danaspirin.

ii. Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu.

Contoh :dekongestan antara lain pseudoefedrin, fenil propanolamin.

Contoh antialergiadalah dipenhidramin.

iii. Ekspektoran untuk batuk berdahak. Contoh : ammonium klorida.

iv. Mukolitik untuk batuk berdahak. Contoh : ambroksol, bromheksin,

gliserilgualakolat.

v. Antitusif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh :

dekstrometorfan.

2. Suportif :

meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian

multivitamin dll.

14

Page 15: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

3. Antibiotik :

Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab

Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus

Antibiotik. Antibiotik tidak disarankan untuk ISPA yang disebabkan

oleh virus karena antibiotik tidak dapat membunuh virus. Antibiotik

diberikan jika gejala memburuk, terjadi komplikasi atau radang yang

disebabkan oleh bakteri.

Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,

Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil

penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.

Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan

perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat pada

lampiran.

Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA.

Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan

parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus

segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara

pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan

diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk

nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan

tiga kali sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih

sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang

menyusu tetap diteruskan.

15

Page 16: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari

biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan

menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,

lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna

untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.

Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan

tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka

dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita

yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang

diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk

penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa

kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.4,5

III. 10 Komplikasi

Asma

Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan oleh suatu

kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas berbunyi wheezing,

dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini hari.

Kejang demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa serangan kejang klonik atau

tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti mata terbalik keatas dengan disertai

kejang kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului

kekakuan atau hanya sentakan kekauan fokal.

Tuli

Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya infeksi

yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri pada telinga

yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga telinga.

Syok

Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan f'ungsi dari

system tubuh yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : faktor obstruksi

16

Page 17: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

contohnya hambatan pada system pernafasan yang mengakibatkan seseorang

kekurangan oksigen sehingga seseorang tersebut kekurang suplay oksigen ke

otak dan mengakibatkan syok.

Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang

disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta

hemolitikus grup A (Strep Throat)

Sinusitis

Meningitis

Abses Peritonsiler

Abses Retrofaring

III. 11 Prognosis

Pada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila tidak terjadi komplikasi

yang berat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini sendiri, yaitu self limiting

disease sehingga tidak memerlukan tindakan pengobatan yang rumit. Penyakit yang

tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi

bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan leukosit >

10.000/ul,biasanya didapatkan infeksi bakteri sekunder.

III. 12 Pencegahan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada

anak antara lain :

1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI

eksklusif pada bayi anda.

2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga

teratur.

3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand

sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak

untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya.

4. Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat mencegah ISPA

diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan

imunisasi PCV.

5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.

17

Page 18: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu. Segera

cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak dengan

penderita ISPA.

7. Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak

menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.

8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota

keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin

dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota

keluarga lain yang sedang sakit ISPA.

9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

BAB IV

PENUTUP

ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk, pilek,

serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Menurut derajat keparahannya ISPA dapat di bagi menjadi 3golongan yaitu ISPA ringan,

ISPA sedang dan ISPA berat. Faktor resiko yang mempengaruhi atau mempermudah

terjadinya ISPA secara umum ada 3 faktor yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh

atau mengurus anak, keadaan gizi dan cara pemberian makan, kebiasaan merokok dan

18

Page 19: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

pencemaran udara. Selain ketiga faktor tersebut sanitasi rumah juga sangat mempengaruhi

dalam kejadian ISPA pada balita. Sanitasi rumah meliputi ventilasi, penerangan, kepadatan

hunian dan suhu ruangan. Karena ISPA merupakan penyebab utama kematian pada

balita, maka diharapkan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu pemberian

penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan

secara berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nono. Infeksi Saluran Pernafasan Atas. 25 Agustus 2011. Diunduh dari :

http://ml.scribd.com/doc/64229562/Infeksi-Saluran-Pernapasan-Atas

2. Ari O. ISPA. 20 Maret 2007. Diunduh dari: http://ml.scribd.com/doc/52427957/Is-Pa

3. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita,

OrangDewasa, Usia Lanjut, Pneuminia Atypik dan Pneumonia Atypik

Mikobakterium. Pustaka Populer Obor. Jakarta

4. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

19

Page 20: 142420334 Referat IsPA Pada Anak Dr Sedyo Sp A

5. Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh

Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

6. Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan

Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.

7. Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif

Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

8. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

20