Upload
lisa-henderson
View
12
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bla
Citation preview
Laporan Tutorial – Kelompok 1
NERVUS CRANIALIS
1. Nervus Olfaktorius (I)
1. Nervus olfaktorius muncul dari sel-sel reseptor saraf dalam membrane mukosa
olfaktori yang terletak di rongga hidung bagian atas di cranial konka superior.
2. N.I akan berjalan kea rah cranial melalui foraminae pada lamina cribrosa ossis
ethmoidalis dan dengan demikian mencapai cavitas cranii dan berakhir dalam
hubungan sinaptik dengan dendrite sel-sel mitral dalam bulbus olfaktorius
Gangguan penciuman dapat disebabkan oleh :
1. Agenesis traktur olfaktorius yang terjadi sebagai malformasi satu-satunya dari otak
2. Penyakit mukosa olfaktorius, ex : rhinitis, tumor nasal
3. Koyaknya filum olfaktorius karena fraktur lamina kribrosa
4. Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi contrecoup, biasanya
disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau bilateral
mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma region orbital
5. Sinusitis etmoidalis, osteotitis tiulang etmoid, dan peradangan selaput otak di
dekatnya dan kavitasnya
6. Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior terutama meningioma sulkus
olfaktorius yang dapat menghasilkan trias anosmia dan gangguan kepribadian jenis
lobus orbitalis
7. Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya yang dapat
menghasilkan halusinasi olfaktori
1
Laporan Tutorial – Kelompok 1
2. Nervus Opticus(II)
Semua serat-serat N.II berasal dari sel-sel ganglion di dalam retina, dan di antara serta-
serat ini terdapat suatu matriks jaringan neuroglia.
Seluruh N.II dibungkus oleh suatu selubung jaringan ikat fibrosa yang kokoh yang ke arah
posterior melanjutkan diri sebagai lapisan duramater
Kira-kira 1,25 cm di sebelah posterior tempat keluarnya N.II dari bulbus oculi, selubung
N.II ditembus oleh suatu BV yaitu A.centralis retinae, yang merupakan cabang dari arteri
ophtalmica. Arteri ini diikuti oleh venanya masuk ke dalam substansi N.II dan berjalan ke
arah ventral di tengah-tengah N.II. Dengan demikian ia mencpai retina di tengah-tengah
discus nervi optici, dan dari titik ini ia selanjutnya mengeluarkan cabang-cabangnya
secara radial untuk melayani berbagai kuadran retina.
N.II berjalan kea rah posteromedial dan meninggalkan orbita melalui foramen opticum,
dengan demikian kedua N.II berjalan secara konvergen kearah posteromedian
Setelah melampaui canalis, kedua N.II bergabung menjadi 1 membentuk chiasma opticum
Di chiasma opticum, serat-serat N.II mengadakan decussatio. Yang mengadakan
decussatio ialah serat-serat yang berasal dari separuh bagian nasal, sedangkan yang
berasal dari bagian temporal atau lateral retina tidak mengadakan decussatio dan
melanjutkan diri ke traktus opticus pada sisi ipsilateral
Serat-serat tractus opticus berakhir di :
1. Colliculus cranialis à impuls-impuls dari retina yang mencapai daerah ini akan
dilanjutkan kea rah caudal menuju segmen-segmen medulla spinalis melalui tractus
tektospinal untuk memungkinkan refleks-refleks optic yang menyangkut gerakan-
gerakan leher, truncus, dan membrum
2. Nucleus pretectalis à merupakan suatu kumpulan sel-sel neuron kecil yang difus
yang terletak di sebelah ventral colliculus cranialis, yang akan menghantarkan
impuls-impuls dari retina yang dapat menimbulkan refleks cahaya pupil
2
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Gangguan Penglihatan :
1. Kerusakan pada pusat kiasma à menimbukan hemianopia bitemporal atau
hemianopia binasal
2. Lesi pada traktus optikus à hemianopia homonimus
3. Lesi total N.II à buta total pada mata yang bersangkutan
4. Lesi total radiation optica à hemianopsi homonym tanpa perubahann reaksi pupil
mata
5. Lesi sebagian radiatio optica à dapat menimbulkan kuadran anopsi
A. Indra Penglihatan (Mata )
a. Sifat Optik Mata
Pembiasan Cahaya pada Lensa Konveks
Lensa konveks memfokuskan berkas cahaya. Berkas cahaya yang melalui bagian tengah
menembus lensa tepat tegak lurus terhadap permukaan lensa, sehingga cahaya tidak dibiaskan,
makin dekat ke bagian tepi lensa, berkas cahaya akan semakin membuat sudut yang lebih besar.
Cahaya yang terletak lebih ke tepi akan semakin dibelokkan ke arah tengah, yang dikenal dengan
konvergensi cahaya. Separuh dari pembelokkan terjadi sewaktu cahaya memasuki lensa, dan
separuh lagi saat cahaya keluar dari lensa. Akibatnya, bila lensa memiliki kelengkungan yang
sempurna, cahaya sejajar yang melalui berbagai bagian lensa akan dibelokkan sedemikian rupa
sehingga semua cahaya akan menuju satu titik, yang disebut titik fokus.
Jarak Fokus Lensa
Jarak di belakang lensa konveks sampai pada tempat berkas cahaya sejajar menyatu
menjadi titik fokus disebut jarak fokus dari lensa. Diagram pada bagian atas Gambar 49-6
memperlihatkan pemfokusan berkas cahaya sejajar ini.
Pada diagram tengah, cahaya yang datang ke lensa konveks tidak sejajar melainkan
menyebar karena sumber cahayanya terletak tidak jauh dari lensa. Karena cahaya yang datang
bersifat menyebar dari satu titik, terlihat dari diagram bahwa cahaya ini tidak difokuskan pada jarak
yang sama seperti yang dihasilkan oleh cahaya sejajar. Dengan kata lain, bila berkas cahaya yang
3
Laporan Tutorial – Kelompok 1
telah menyebar memasuki lensa konveks, jarak fokus yang dihasilkan akan lebih jauh dari jarak fokus
lensa yang dihasilkan oleh cahaya sejajar.
Diagram paling bawah pada Gambar 49-6 memperlihatkan berkas cahaya menyebar yang
berjalan menuju sebuah lensa konveks dengan kelengkungan yang lebih cembung disbanding kedua
lensa di atasnya. Pada diagram ini, jarak fokus yang dihasilkan ternayata sama dengan yang terdapat
pada diagram pertama, yang menggambarkan lensa kurang cembung namun berkas cahaya yang
datang sejajar. Peristiwa ini memperlihatkan bahwa cahaya sejajar dan cahaya menyebar dapat
difokuskan pada jarak yang sama di belakang lensa dengan cara mengubah kecembungan lensa.
Pembentukan Bayangan pada Lensa Konveks
Gambar 49-7A memperlihatkan lensa konveks dengan dua sumber titik cahaya di sebelah
kiri. Karena cahaya yang melalui pusat lensa konveks tidak mengalami pembiasan maka cahaya dari
setiap titik sumber cahaya terlihat menuju ke suatu titik fokus pada sisi lensa yang lain, tepat di garis
yang melalui titik sumber cahaya dan pusat lensa.
Setiap benda yang terletak di depan lensa pada kenyataannya merupakan kumpulan dari
beberapa titik sumber cahaya. Beberapa titik ini mempunyai cahaya sangat kuat, beberapa lainnya
sangat lemah, dan warnanya berbeda-beda. Setiap titik sumber cahaya dari benda membentuk titik
fokus yang berbeda pada sisi lain lensa yang segaris dengan pusat lensa. Bila secarik kertas putih
diletakkan pada jarak fokus lensa ini, kita akan dapat melihat bayangan dari benda, seperti yang
terlihat dalam Gambar 49-7B. Namun, bayangan ini mempunyai gambaran atas-bawah yang
terbalik. Pada mata, pembentukan bayangan benda ini terjadi di retina. Namun demikian persepesi
otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di
retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
Sistem Lensa Mata
Sistem lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi:
1. Perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara
2. Perbatasan antara permukaan posterior kornea dan humor aquosus
3. Perbatasan antara humor aquosus dan permukaan anterior lensa mata
4. Perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous.
4
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Mekanisme Akomodasi
Pada anak-anak, daya bias lensa mata dapat ditingkatkan dari 20 dioptri menjadi kira-kira 34
dioptri, ini berarti terjadi “akomodasi” sebesar 14 dipotri. Untuk mencapai itu, bentuk lensa diubah
dari yang tadinya konveks-sedang menjadi lensa yang sangat konveks. Mekanismenya adalah
sebagai berikut:
Pada orang muda, lensa terdiri atas kapsul elastik yang kuat dan berisi cairan kental yang
engandung banyak protein namun transparan. Bila berada dalam keadaan relaksasi tanpa tarikan
terhadap kapsulnya, lensa dianggap berbentuk hampir sferis, terutama akibat retraksi elastik dari
kapsul lensa. Namun, seperti terlihat pada Gambar 49-10, terdapat kira-kira 70 ligamen
suspensorium yang melekat di sekeliling lensa, menarik tepi lensa ke arah lingkar luar bola mata.
Ligamen ini secara konstan diregangkan oleh perlekatannya pada tepi anterior koroid dan retina.
Regangan pada ligamen ini menyebabkan lensa tetap relatif datar dalam keadaan mata istirahat.
Walaupun demikian, tempat perekatan lateral ligamen lensa pada bola mata juga dilekat
oleh otot siliaris, yang memiliki dua serabut otot polos yang terpisah – serabut meridional dan
serabut sirkuler. Serabut meridional membentang dari ujung perifer ligamen suspensorium sampai
peralihan kornea-sklera. Kalau serabut otot ini berkontraksi, bagian perifer dari ligamen lensa tadi
akan tertarik secara medial kea rah tepi kornea, sehingga regangan ligament terhadap lensa akan
berkurang. Serbaur sirkuler tersusun melingkar mengelilingi perlekatan ligamen, sehingga pada
waktu berkontraksi terjadi gerakan seperti sfingter, mengurangi diameter lingkar perlekatan ligamen
terhadap kapsul berkurang.
Jadi, kontraksi salah satu serabut otot polos dalam otot siliaris akan mengendurkan ligament
kapsul lensa, dan lensa akan berbentuk lebih cembung, seperti balon, akibat sifat elastisitas kapsul
lensa. Pengaturan akomodasi ini dilakukan oleh saraf parasimpatis.
Diameter Pupil
Fungsi utama iris adalah untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata
pada waktu gelap, dan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata pada waktu
terang.
5
Laporan Tutorial – Kelompok 1
“Kedalaman Fokus” Sistem Lensa Meningkat Dengan Menurunnya Diameter Pupil. Gambar 49-
11 memperlihattkan dua mata yang sama kecuali diameter apertura pupilnya. Pada mata atas,
apertura pupilnya kecil, sedangkan pada mata bawah, apertura pupilnya besar. Di depan setiap
mata terdapat dua titik sumber cahaya yang kecil; cahaya dari setiap titik sumber cahaya masuk
melalui apertura pupil dan difokuskan ke retina. Akibatnya, kedua retina mata melihat dua titik
cahaya dengan fokus baik. Namun, terlihat dalam diagram, bila retina dipindahkan ke posisi
dipindahkan ke posisi tidak-fokus yaitu ke depan atau ke beakang maka pada mata atas, besar
titik cahaya tidak akan berubah banyak, ettapi pada mata bawah, ukuran titik cahaya akan
semakin membesar, menjadi “lingkaran kabur”. Dengan kata lain, sistem lensa atas mempunyai
kedalaman fokus jauh lebih besar disbanding sistem lensa yang di bawah. Bila sistem lensa
mempunyai kedalaman fokus yang besar, retina dapat dipindahkan jauh dari bidang fokus atau
kekuatan lensanya sangat berubah dari normal, bayangan tetap akan tegas; sebaliknya bila
sistem lensa memiliki kedalaman fokus yang “dangkal”, perpindahan retina sedikit saja sari
bidang fokus akan sangat mengaburlan bayangan.
Kedalaman fokus terbesar dapat tercapai bila pupil sangat kecil. Alasannya ialah dengan lubang
pupil yang sangat kecil, hampir seluruh berkas cahaya akan melalui bagian tengah lensa, dan
cahaya bagian paling tengah selalu terfokus baik.
Penentuan Jarak Suatu Objek dari Mata – “Persepsi Kedalaman”
Secara normal, seseorang dapat dapat mersakan jarak melalui tiga cara:
1. Ukuran bayangan dari objek yang telah diketahui pada retina
Bila seseorang sudah mengetahu bahwa seseorang yang dilihatnya mempunyai tinggi 6 kaki, ia
dapat menentukan jaraknya melalui besar bayangan orang tersebut pada retina. Ia tidak secara
sadar memirkirkan ukuran orang itu, namun otaknya telah belajar menghitung secara otomatis
jarak objek melalui ukuran bayangan bila dimensi telah diketahui.
2. Fenomena pergerakan paralaks
Bila melihat dari kejauhan dengan kedua matanya dalam keadaan benar-benar diam, seseorang
tidak merasakan pergerakan paralaks, namun bila orang itu menggerakkan kepalanya ke salah
6
Laporan Tutorial – Kelompok 1
satu sisi, bayangan objek yang dekat dengannya akan cepat bergerak menyilang retina
sedangkan bayangan objek yang jauh cenderung menetap. Jadi, dengan menggunakan
mekanisme pergerakan paralaks ini, kita dapat mengetahu jarak relatif dari berbagai objek,
meskipun hanya dengan menggunakan satu mata.
3. Fenomena stereopsis – Penglihatan binokular
Karena mata yang satu berjarak kurang lebih 2 inci dari mata yang lain, maka bayangan di kedua
retina berbeda satu sama lain. Sebagai contph, sebuah objek yang letaknya 1 inci di depan
hidung akan membentuk suatu bayangan di sisi kiri dari retina mata kiri tetapi di sisi kanan dari
retina mata kanan, sedangkan suatu objek kecil yang berjarak 20 kaki di depan hidung akan
membentuk bayangan pada titik korespondensi di bagian tengah kedua retina. Paralaks macam
ini diperlihatkan dalam Gambar 49-17, yang memperlihatkan adanya bayangan suatu bulatan
merah dan bujur sangkar kuning yang sebenarnya terbaik kedua retina karena jarak kedua
bentuk tersebut berbeda di depan mata. Keadaan ini akan menghasilkan suatu macam paralaks
yang akan muncul pada setiap kali kedua mata digunakan. Paralaks binokular (atau stereopsis)
inilah yang merupakan sebab uatam kedua mata seseorang itu lebih mampu menentukan jarak
relatif objek yang dekat daripada orang yang hanya mempunyai satu mata. Namun, stereopsis
ini sebenarnya tidak berguna pada persepsi kedalaman yang berjarak lebih dari 50 hingga 200
kaki.
b. Anatomi Dan Fungsi Struktural Fungsi Retina
1. Lapisan retina
Lapisan Pigmen
o Terdiri dari pigmen hitam melanin yang berfungsi mencegah pantulan cahaya dari
bagian lengkung bola mata à mencegah kekacauan penyinaraln à bayangan yang
dibentuk tepat.
o Pada orang albino, pigmen melanin << à cahaya yang mengenai retina dipantulkan ke
segala arah à merangsang banyak sel batang dan sel kerucut à ketajaman
penglihatan menurun (20/100 sampai dengan 20/200).
o Sejumlah besar vitamin A disimpan di lapisan ini.
Lapisan Nukleus Luar
o Terdiri dari badan sel batang (gambar a) dan sel kerucut (gambar b)7
Laporan Tutorial – Kelompok 1
o Segmen luar:
Terdapat fotokimiawi yang peka cahaya = rodopsin (pada sel batang) atau salah
satu dari 3 fotokimiawi warna (pada sel kerucut).
Terdapat piringan (1000/sel) yang merupakan susunan lipatan dari membran sel à
dilapisi fotokimiawi.
o Segmen dalam
Mengandung sitoplasma dengan organela sitoplasmik biasa, termasuk mitokondria
yang menyediakan energi untuk berfungsinya reseptor.
o Badan Sinaptik
Bagian yang berhubungan dengan sel horizontal dan sel bipolar.
2. Suplai darah retina
Berasal dari arteria retina sentralis: untuk nutrisi lapisan dalam retina.
Berasal dari koroid yang merupakan jaringan kaya pembuluh darah di antara retina dan
sklera: untuk nutrisi lapiasn luar retina, karena ia melekat pada koroid.
3. Daerah Fovea
Daerah yang sangat kecil di bagian retina dengan luas < 1 mm.
Berperan utama untuk penglihatan cepat dan rinci.
Fovea sentralis (dengan diameter 0,3 mm) seluruhnya terdiri dari sel kerucut yang penjang
dan ramping dibandingkan di retina bagian perifer.
BV, sel-sel ganglion, lapisan sel-sel inti dalam, lapisan pleksus tersebar di satu sisi, bukan
tepat di puncak konus à cahaya tiba di konus tanpa diredam.
c. Fotokimiawi Penglihatan
Bahan kimia peka cahaya pada sel batang adalah rodopsin dan pada sel kerucut adalah pigmen
kerucut/warna.
8
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Perangsangan Sel Batang oleh Cahaya
Potensial sel batang, berhiperpolarisasi, tidak terdepolarisasi karena ketika rodopsin
terurai, penguraiannya menurunkan konduktansi membran sel batang untuk ion-ion Na di
segmen luar batang.
Mekanisme:
Dalam keadaan gelap atau terang
Segmen Dalam: membrannya memompa ion Na dari dalam ke luar (potensial di dalam sel
menjadi lebih negatif)
Dalam keadaan gelap
Segmen Luar: membran mengalami kebocoran Na dari luar ke dalam (potensial di dalam sel
menjadi lebih positif )
Dalam keadaan terang
Segmen Luar : mengalami penurunan konduktansi Na dari luar ke dalam (sel mengalami
hiperpolarisasi)
Penyebab Penurunan Konduktansi Natrium:
9
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Fotokimiawi Penglihatan Warna
Pigmen peka warna pada sel kerucut merupakan kombinasi antara retinal dan fotopsin.
Terdapat 3 jenis pigmen warna yaitu biru dengan puncak absorbsi pada panjang gelombang
420 nm, hijau dengan puncak absorbsi pada panjang gelombang 531 nm, dan merah
dengan puncak absorbsi pada panjang gelombang 558 nm
Sel kerucut hanya mempunyai salah satu dari ketiga pigmen peka warna tersebut.
Pengaturan Otomatis Sensitivitas Retina
Adaptasi Gelap
Terjadi karena:
1. Retinal dan opsin yang ada dalam sel batang dan sel kerucut diubah kembali menjadi
pigmen peka cahanya sehingga sensitivitas mata terhadap cahaya meningkat.
2. Perubahn pada ukuran pupil menjadi dilatasi.
Adaptasi Terang
1. Fotokimiawi dalam sel diubah menjadi retinal dan opsin (retinal menjadi vitamin A)
sehingga jumlah fotoreseptor menurun dan sensitivitas mata terhadap cahaya menurun.
2. Perubahan pada ukuran pupil akibat berkonstriksi.
3. Adaptasi saraf yakni jika mula-mula intensitas cahaya meningkat, sinyal yang dijalarkan
oleh sel-sel retina besar namun sinyal akan cepat berkurang dengan cepat pada berbagai
tingkat penjalaran lingkaran syaraf.
d. Penglihatan Warna
Manusia hampir mampu mendeteksi semua gradasi warna bila cahaya monokromatik dari
warna merah, hijau, dan biru dipersatukan.
Warna jingga tua dengan panjang gelombang 580 nm, akan merangsang sel kerucut merah
sebesar 99 (99% rangsangan puncak pada panjang gelombang optimum), sel kerucut hijau 42
dan tidak merangsang sel kerucut biru sehingga rasionya dapat ditulis 99: 42: 0 yang nantinya
akan diinterpretasikan oleh sistem saraf sebagai warna jingga tua. Rasio beberapa warna lainnya
ditampilkan dalam tabel di bawah ini:
10
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Warna putih tidak memiliki panjang gelombang yang pasti dan warna tersebut juga merangsang
ketiga sel kerucut dengan rangsangan yang sama besar.
Buta warna terjadi jika penderita tidak memiliki satu atau lebih jenis sel kerucut.
e. Fungsi Syaraf Retina
Jenis sel saraf
1. Sel Batang/Kerucut: menjalarkan sinyal ke lapisan pleksiform luar, sinaps dg sel bipolar dan
sel horizontal.
2. Sel Horizontal: menjalarkan sinyal secara horizontal pada lapisan pleksiform luar, dari sel
batang dan sel kerucut ke sel bipolar.
3. Sel Bipolar: menjalarkan sinyal secara vertikal dari sel batang, kerucut, horizontal ke lapisan
pleksiform dalam, tempat sel tersebut bersinaps dg sel ganglion dan sel amakrin.
4. Sel Amakrin: menjalarkan sinyal dalam dua arah (dari sel bipolar ke sel ganglion atau secara
horizontal dalam lapisan pleksiform dalam dari akson sel bipolar ke dendrit sel ganglion dan
sel amakrin lainnya).
5. Sel Ganglion: menjalarkan sinyal keluar retina melalui nervus opticus.
6. Sel Interpleksifor: menjalarkan sinyal secara retrograd dari lapisan pleksiform dalam ke
lapisan pleksiform luar, bersifat inhibisi.
Sel Batang dan Sel Kerucut
Perbedaannya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Sel Batang Sel Kerucut
100 juta per retina
Penglihatan dalam rona abu-abu
Kepekaan tinggi
Ketajaman rendah
Banyak konvergensi di jalur retina
Lebih banyak di perifer
Alur : Sel batang à Sel bipolar à sel
3 juta per retina
Penglihatan warna
Kepekaan rendah
Ketajaman tinggi
Sedikit konvergensi di jalur retina
Terkonsentrasi di fovea
11
Laporan Tutorial – Kelompok 1
amakrinà sel ganglion
Neuron serta serabut sarafnya lebih kecil
Alur : Sel batang à Sel bipolar à sel ganglion
Neuron serta serabut sarafnya lebih kecil
Sel Horizontal
Memiliki sifat inhibisi lateral bagi sel lainnya untuk membantu memastikan penjalaran pola
penglihatan dengan kontras penglihatan yang sesuai.
Sel Bipolar
Terdiri dari dua jenis sel yaitu sel bipolar berdepolarisasi dan sel bipolar berhiperpolarisasi.
Ketika sel batang atau sel kerucut terekstitasi, ada sel bipolar yang terdepolarisasi dan yang
terhiperpolarisasi, penyebabnya:
Glutamat memberikan respons depolarisasi atau hiperpolarisasi pada salah satu jenis sel
dan tidak keduanya.
Salah satu dari kedua sel bipolar tersebut menerima rangsangan dari sel batang atau
kerucut sementara yang lainnya dari sel horizontal.
Keuntungannya: membentuk inhibisi lateral pada dua fotoreseptor yang berdekatan.
Sel Amakrin
(Khususnya untuk sinyal pengantaran pada sel batang)
Fungsinya berbeda-beda antara satu jenis sel dengan sel lainnya yaitu ada sel yang berfungsi
untuk:
1. Respons terhadap onset sinyal yang kontinyu tapi responsnya mati dengan cepat.
2. Respons terhadap offset sinyal tapi responsnya mati dengan cepat.
3. Respons saat cahay dinyalakan maupun dimatikan, dengan memberikan sinyal sederhana
mengenai perubahan iluminasi, tanpa memperhatikan arahnya.
4. Respons terhadap gerakan cahaya yang melintasi retina.
5. Membantu menganalisis sinyal penglihatan sebelum menganalisis sinyal pengl
Sel Ganglion
Terdiri dari tiga jenis sel:
a. Sel W (40% total)
12
Laporan Tutorial – Kelompok 1
- Diameter < 10 mikrometer
- Kecepatan lambat yaitu 8 m/d
- Menerima eksitasi dari sel batang
- Dendritnya tersebar luas di retina sehingga menerima sinyal dari daerah yang luas.
- Sensitif untuk mendeteksi arah pergerakan di lapang pandangan.
- Penting untuk penglihatan sel batang yang kasar dalam keadaan gelap.
b. Sel X (55% total)
- Diameter sedang 10-15 mikrometer
- Kecepatan 14 m/d
- Dendritnya tidak menyebar secara luas sehingga menerima sinyal dari lokasi tertentu
saja.
- Setiap selnya menerima input dengan sedikitnya dari satu sel kerucut sehingga
bertanggungjawab untuk penglihatan seluruh warna.
- Untuk rincian bayangan penglihatan yang halus.
c. Sel Y (5% total)
- Diameter 35 mikrometer
- Kecepatn 50 m/d
- Lapangan dendritiknya luas.
- Berespons terhadap perubahan bayangan penglihatan yang cepat baik berupa gerakan
yang cepat atau intensitas cahaya yang cepat.
3. Nervus Oculomotorius(III)
Nuklei
Nukleus Okulomotorius Utama:
13
Laporan Tutorial – Kelompok 1
oBerada di bagian anterior substansia grisea yang mengelilingi aqueductus
cerebri di mesensefalon.
o Terdiri dari sekelopok sel saraf yang mensarafi semua otot ekstrinsik
mata kecuali M. Obliquus superior dan M. Rectus lateralis.
oMenerima informasi:
Jaras Kortikonuklearis: dari kedua hemisphere cerebri.
Jaras Tektobulbar: dari coliculus superior
Jaras dari fasiculus longitudinalis (menghubungkan dengan IV, VI,
VIII)
Nukleus Parasimpatis Asesorius (Nukleus Edinger-Westphal)
oDi sebelah posterior nukleus oculomotorius utama
oMenerima serabut kortokonuklearis untuk refleks akomodasi dan serabut
protektal untuk reflek cahaya langsung.
oAkson sel sarafnya berjalan bersama serabut okulomotor lainnya ke
orbita, bersinaps dengan ganglion cilliare dan serabut postganglion
melintasi nervus cilliaris brevis ke M. Constrictor pupillae iris dan Mm.
Ciliaris.
Perjalanan
1. Muncul dari permukaan anterior Mesensefalon.
2. Berjalan ke dalam fossa cranii media di dinding lateral sinus cavernosus.
3. Terbagi menjadi ramus superior dan inferior.
4. Masuk ke rongga orbita melalui fissura orbitalis superior.
Fungsi
Motorik untuk otot lurik mata ( superior, medial, inferior recti dan inferior
oblique) dan seperior eyelid (M. Levator palpebrae superioris)
14
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Proprioseptif untuk otot-otot di atas.
Parasimpatis yang sebabkan konstriksi pupil dan ciliary body.
4. Nervus Trochlearis(IV)
Nukleus:
Berada di bagian anterior substansia grisea yang mengelilingi aqueductus serebri
di mesensefalon.
Inferior dari nukleus okulomotorius setinggi colliculus inferior
Daei nukleus, serabut berjalan ke posterior di sekeliling substansia grisea
centralis ke permukaan posterior mesensephalon.
Menerima serabut dari:
oKortikonuklearis
o Tectonuklearis (berhubungan dengan korteks melalui colliculus superior)
oDari fasiculus longitudinalis
Perjalanan
Muncul dari mesensefalon dan segera menyilang.
Berjalan ke depan melalui fossa cranii media di dinding lateral sinus cavernosus
dan masuk ke orbita melalui fissura orbitalis superior.
Fungsi
Somatic motor dan proprioseptif untuk M. Superior oblique.
15
Laporan Tutorial – Kelompok 1
5.Nervus Trigeminus (V)
Terdiri dari 4 nukleus dan 3 nervus utama.
Nuklei N.Trigeminus
1. Nucleus sensorik utama
Terletak di posterior pons, lateral nucleus motorius n.trigemini.
Bersambungan ke bawah dengan nucleus spinalis n.trigemini.
2. Nucleus spinalis
Membentang ke bawah sepanjang medulla oblongata hingga medulla spinalis C2.
3. Nucleus mesencephalon
Sekelompok neuron unipolar.
Membentang ke inferior hingga nucleus sensori n.trigemini
4. Nucleus motorik
Letak: pons, sebelah medial nucleus sensori n.trigemini.
Komponen Sensorik
Sensasi nyeri, suhu, raba, dan tekan dari kulit wajah serta membrane mkosa
berjalan sepanjang akson yang badan selnya terletak di ganglion sensorium
n.trigemini atau ganglion semilunar.
Sensasi raba dan tekan dibawa oleh serabut saraf yang berakhir di nucleus
sensorik utama.
Sensasi nyeri dan suhu berjalanke nucleus spinalis.
Serabut sensorik dari divisi ophthalmicus n.V berakhir di bagian inferior nucleus
spinalis n.V
Serabut sensorik dari divisi maxilaris n.V berakhir di bagian tengah nucleus
spinalis n.V
16
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Serabut sensorik dari divisi mandibularis n.V berakhir di bagian superior nucleus
spinalis n.V
Impuls proprioseptif dari otot-otot penguyah, otot-otot wajah, otot-otot
ekstraokularditeruskan oleh serabut dalam radin sensoris n.V tanpa melalui
ganglion semilunaris.
Akson-akson dari nc.spinalis, nc.sensoris, dan processus centralis nc.mesencephalon
menyilang bidang median dan naik sebagai lemniskus trigeminalis → terminate:
nucleus ventralis posteromedialis thalami → capsula interna → gyrus postcentralis
(area 3,1,2) cortex cerebri.
Komponen Motorik
Nucleus motorik menerima: serabut kortikonuklearis dari kedua hemisferium
cerbri; formation reticularis; nucleus ruber; tectum; fasciculus longitudinalis
medialis; dan nucleus mesencephalicus (membentuk lengkuk reflex
monosinaptik).
Nucleus motorik Menginervasi: otot-otot pengunyah; m. tensor tympani; m.
tensorveli palatine; m. mylohyoideus; m.digastricus venter anterior.
Perjalanan Nervus V
N.V meninggalkan aspek anterior pons sebagai radix motorik (kecil) dan radix
sensorik (besar)
Berjalan ke depan, keluar dari fossa crinii posterior dan terletak di permukaan
atas apeks pars petrosus os temporal di fossa cranii media
Radix sensori → ganglion trigeminale → dari tepi anteriornya muncul N. V1
(N.ophthalmicus), N.V2 (N. maxilaris), N.V3 (N. mandibularis)
17
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Radix motorik berjalan ke otot-otot yang telah disebutkan sebelumnya.
Divisi N.V
1. N. V1 (N.ophthalmicus)
Sensoris murni. Meninggalkan cranium melalui fissure orbitalis superior menuju
rongga orbita.
2. N.V2 (N. maxilaris)
Sensoris murni. Meninggalkan cranium melalui foramen rotundum.
3. N.V3 (N. mandibularis)
Sensoris dan motoris. Meninggalkan cranium melalui foramen ovale
6. NERVUS ABDUCENS (VI)
Nukleus N. Vi
Letak: di bawah colliculus facialis.
Menerima: serabut-serabut kortikonuklearis dari korteks cerebri; serabut
tectobulbaris dari colliculus superior yang menghubungkan nucleus ini dengan
korteks visual; serabut dari facilais longitudinalis medialis yang menghubungkan
nucleus ini dengan nucleus N. III, IV, VIII.
Perjalanan Nervus
Melintas ke anterior melalui pons serta muncul di alur antara tepi bawah pons dan
medulla oblongata
berjalan ke depan melalui sinus cavernosus
Masuk ke orbita melalui fissure orbitalis superior
N.VI berfungsi motorik murni. Menginervasi musculus rectus lateralis ekstraocular.
18
Laporan Tutorial – Kelompok 1
7.NERVUS FACIALIS(VII)
Merupakan :
Saraf campuran : sensorik dan motorik
Sensori rasa dari 2/3 antrior lidah dan palatum molle
Sensori umum dari bagian telinga luar à konka dan aurikula
Motorik terhadap otot-otot ekspresi wajah, tenggorokan, bagian posterior
gastric,stilohioid dan stapedius di telinga dalam
Proprioseptif terhadap otot-otot atas
Parasimpatetik terhadap kelenjar ludah sublingual dan submandibular, kelenjar
lakrimal dan kelenjar-kelenjar pada rongga hidung dan palatum
Nuclei
Nervus facialis mempunyai 3 nukleus :
1. Nucleus motorik utama. Terletak di formatio reticularis pons bagian bawah.
Nucleus yang mempersarafi otot-otot wajah atas, menerima serabut
kortikonuklearis dari kedua hemispherium cerebri. Sedangkan nucleus yang
mempersarafi otot-otot wajah bawah hanya menerima serabut kortikonuklear
dari hemispherium cerebri sisi yang berlawanan. à pengendalian voluntar otot-
otot wajah
2. Nucleus parasimpatis. Terletak posterolateral terhadap nucleus motorik utama.
Inti-inti : nucleus salivatorius superior dan nucleus lakrimalis. Nucleus
salivatorius superior menerima serabut-serabut aferen dari hipotalamus mealui
jaras otonom desendens dan pengecapan dari rongga mulut dari nucleus traktus
solitaries. Nukleus lakrimalis menerima serabut-serabut aferen dari hipotalamus
19
Laporan Tutorial – Kelompok 1
untuk respons emosional dan dari nukleus sensorium nervi trigemini untuk
reflex lakrimasi yang terjadi akibat iritasi kornea atau konjungtiva
3. Nucleus sensorik. Merupakan bagian atas nucleus tractus solitaries, terletak
dekat nucleus motorik. Sensasi pengecapan berjalan melalui akson-akson perifer
sel saraf yang terletak di dalam ganglion geniculatum nervus facialis. Processus
centralisnya bersinaps dengan sel-sel saraf dalam nucleus. Serabut eferen
menyilang bidan median dan berjalan ke atas menuju nucleus ventralis
posteromedialis thalami sisi kontralateral serta menuju beberapa nuclei di
hipotalamus. Akson sel-sel thalamus melintasi capsula interna dan corona
radiate dari thalamus à berakhir di kortex pengecap di gyrus postcentralis
bagian bawah.
Perjalanan
Punya radiks motorik dan sensorik
Serabut radix motorik berjalan à posterior à mengelilingi medial nervus abducens
à mengelilingi nucleus di bawah colliculus facialis di lantai ventriculus quartus à
berjalan ke anterior à batang otak
Radix sensorik / nervus intermedius dibentuk oleh processus centralis sel-sel
unipolar ganglion geniculatum. Juga mengandung serabut eferen parasimpatis
postganglionic dari nuclei parasympathici.
Kedua radix muncul dari permukaan anterior otak antara pons dan medulla
oblongata à ke lateral dalam fossa cranii posterior bersama nervus
vestibulocochlearisà masuk ke meatus acusticus internus di pars petrosa ossis
temporalis. Di bawah meatus, nervus memasuki canalis facialis à ke lateral melalui
telinga dalam. Ketika mencapai dinding medial cavum timpani , nervus melebar
membentuk à ganglion sensorium geniculatum dan à membelok tajam à
belakang di atas promontorium. Di dinding posterior cavum tympani, nervus facialis
20
Laporan Tutorial – Kelompok 1
membelok à ke bawah pada sisi medial aditus antrum mastoideum à turun di
belakang pyramis à keluar dari foramen stylomastoideum.
Distribusi
Nucleus motorik mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, musculus auricularis, ,
stapedius, venter posterior musculus digastricus dan musculus stylohioideus
Nucleus salivatorius superior mempersarafi kelenjar submandibularis dan
sublingualis serta kelenjar nasal dan palatine. Nukleus lakrimalis mempersarafi
kelenjar lakrimalis.
Nucleus sensorik menerima serabut-serabut pengecap dari 2/3 anterior lidah, dasar
mulut dan palatum
8.NERVUS VESTIBULOCOCHLEARIS (VIII)
Terdiri dari : nervus vestibularis dan nervus cochlearis
a. Nervus Vestibular
Menghantarkan impuls saraf dari utriculus dan sacculus mengenai posisi
kepala dan impuls dari canalis semisircularis mengenai gerakan-gerakan
kepala.
Serabut-serabutnya adalah processus sentralis sel-sel saraf dalam ganglion
vestibularis, dan terletak dalam meatus acusticus internus
Serabut-serabut ini memasuki permukaan anterior batang otak dalam alur
antara tepi bawah pons dan bagian atas medulla oblongata
Ketika masuk ke kompleks nucleus vestibularis à terbagi menjadi serabut
asendens yang pendek dan desendens yang panjang
21
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Beberapa serabut langsung berjalan menuju cerebellum melalui
pedunculus cerebellaris inferior tanpa melalui nuclei vestibulares
Nucleus vestibualris
Kelompok nucleus vestibularis terdiri dari kelompok nuclei yang terletak di
bawah lantai ventriculus quartus.
Ada 4 nukleus :
1. Nucleus vestibularis lateralis
2. Nucleus vestibularis superior
3. Nucleus vestibularis medialis
4. Nucleus vestibularis inferior
Nuclei vestibularis menerima serabut-serabut aferen dari utriculus, sacculus
dan canalis semisircularis melalui nervus vestibularis, dan serabut-serabut dari
cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior.
Serabut-serabut eferen dari nuclei berjalan à cerebellum melalui pedunculus
cerebellaris inferior. Serabut eferen juga turun tanpa menyilang dari nucleus
vestibularis lateralis ke medulla spinalis dan membentuk tractus
vestibulospinalis.
Selain itu serabut eferen juga menuju nuclei nervus oculomotorius, trochlearis
dan abducens melalui fasiculus longitudinalis medialis.
Karena hubungan ini à koordinasi gerakan-gerakan kepala dan mata à
fiksasi visual pada suatu objek dapat dipertahankan. Informasi yang diterima
dari telinga dalam juga dapat membantu mempertahankan keseimbangan
dengan cara mempengaruhi tonus otot ekstremitas dan badan.
22
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Serabut-serabut asendens berjalan ke atas dari nuclei vestibularis à cortex
cerebri, ke area vestibularis di gyrus postcentralis, di atas fissure lateralis
b. NERVUS COCHLEARIS
Memberikan impuls saraf yang berkaitan dengan suara dari organ Corti dalam
cochlea.
Serabut-serabutnya merupakan processus centralis sel-sel saraf dalam
ganglion spiralis cochlea. Semua masuk à permukaan anterior batang otak
pada pinggir bawah pons di sisi lateral dari tempat keluarnya nervus facialis
dan dipisahkan darinya oleh nervus vestibularis. Saat memasuki pons,
serabut-serabut saraf terbagi 2, satu cabang masuk à nucleus cochlearis
posterior, cabang yang lain masuk à nucleus cochlearis anterior
Nuclei Cochlearis
Nucleus cochlearis anterior dan posterior terletak di permukaan pedunculus
cerebellaris inferior.
Nucleus tersebut menerima serabut-serabut aferen dari cochlea melalui
nervus cochlearis. Nuclei cochlearis mengirimkan akson-aksonnya [serabut
neuron tingkat kedua] yang berjalan ke medial melalui pons à corpus
trapezoideum dan nucleus olivarius. Di sini, serabut-serabut tersebut berjalan
ke dalam nucleus corporis trapezoidei posterior dan nucleus olivarius superior
pada sisi yang sama atau sisi yang berlawanan à naik melalui bagian
posterior pons dan mesencephalon à membentuk tractus lemniskus lateralis.
Sehingga setiap lemniskus lateralis berisi neuron-neuron tingkat ketiga dari
kedua sisi.
23
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Saat berjalan ke atas, beberapa serabut menghantarkan impuls menuju
kelompok kecil sel saraf / nucleus lemniscus lateralis
Saat mencapai mesencephalon, serabut-serabut lemniscus lateralis, baik yang
berakhir di nucleus colliculus inferior maupun yang diteruskan ke dalam
corpus geniculatum medial akan berjalan menuju korteks auditorius
hemispherium cerebri melalui radiatio acustica capsula interna.
Korteks auditorik primer [area 41 dan 42] meliputi gyrus Heschl di permukaan
atas gyrus temporalis superior. Pengenalan dan interpretasi suara
berdasarkan pengalaman masa lalu terjadi di area auditorik sekunder.
Impuls-impuls saraf dari telinga ditransmisikan sepanjang jaras auditorius
pada kedua sisi batang otak dan yang lebih diproyeksikan di sepanjang jaras
kontralateral. Dibentuk banyak cabang kolateral untuk mengaktifkan system
reticular di batang otak. Pengaturan tonotopik yang ada dalam organ Corti
dipertahankan di dalam nuclei cochlearis, colliculus inferior dan area auditorik
primer.
Jaras Auditorik Desendens
a. Serabut-serabut desendens yang berasal dari korteks auditorik dan nucleus lainnya
di jaras auditorik mengikuti jaras asendens.
b. Serabut-serabut ini bilateral dan berakhir pada sel-sel saraf di berbagai tingkat jaras
auditorik dan sel-sel rambut organ Corti
c. Serabut-serabut ini diduga berfungsi sebagai mekanisme umpan balik dan
menghambat penerimaan suara
d. Serabut-serabut tersebut mungkin juga berperan dalam proses mempertajam
pendengaran, menekan beberapa sinyal dan meningkatkan sinyal lainnya
24
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Perjalanan Nervus Vestibulocochlearis
Bagian vestibularis dan cochlearis saraf meninggalkan permukaan anterior otak di
antara pinggir bawah pons dan medulla oblongata
Semua berjalan ke lateral di dalam fossa cranii posterior dan masuk à meatus
acusticus internus bersama nervus facialis
Serabut-serabut tersebut kemudian didistribusikan ke berbagai bagian di telinga
dalam.
9. Nervus Glossopharyngeus (IX)
Fungsi: saraf motorik dan sensorik.
Nuklei memiliki tiga nukleus:
1. Nukleus motorik utama
Terletak di dalam formatio reticularis medula oblongata dan dibentuk oleh ujung
superior nucleus ambiguus.
Nukleus ini menerima serabut-serabut kortikonuklearis dari kedua hemispherium
cerebri.
Serabut-serabut eferen mempersarafi musculus stylopharyngeus.
2. Nukleus parasimpatik
disebut juga nucleus salivatorius inferior.
serabut-serabut aferen dari hipotalamus melalui jaras otonom desenden.
Struktur ini diduga juga menerima informasi dari sistem olfaktorius melalui
formatio reticularis. Informasi yang berhubungan dengan pengecapan juga
diterima dari nucleus tractus solitarius dari rongga mulut.
Serabut-serabut eferen postganglionik parasimpatik mencapai ganglion oticum
melalui ramus tympanicus nervus glossopharyngeus, plexus tympanicus, dan
25
Laporan Tutorial – Kelompok 1
nervus petrosus minor. Serabut-serabut postganglionik berjalan ke ganglion saliva
parotis.
3. Nukleus sensorik
bagian ini merupakan bagian dari nucleus tractus solitarius.
Sensasi pengecapan berjalan melalui akson perifer sel-sel saraf yang terletak di dalam
ganglion nervus glossopharyngeus.
Processus centralis sel-sel ini bersinaps dengan sel-sel saraf di dlam nukleus.
Serabut-serabut eferen menyilang bidang median dan naik menuju kelompok nuclei
ventralis thalami sisi yang berlawanan dan juga ke beberapa nuklei di hipothalamus.
Dari thalamus,akson sel-sel thalamus berjalan melalui capsula interna dan corona
radiata,serta berakhir di bagian bawah gyrus postcentralis.
Informasi aferen mengenai sensasi umum masuk ke batang otak melalui ganglion
superior nervus glossopharyngeus, namun beakhir di dalam nucleus spinalis nervi
trigemini. Impuls-impuls aferen dari sinus carotis- baroreseptor yang terletak di
bifurcatio arteri carotis communis juga berjalan bersama nervus glossopharyngeus.
Keduanya berakhir di dalam nucleus tractus solitarius dan berhubungan dengan nucleus
motorius dorsalis nervi vagi. Refleks sinus caroticus yang melibatkan nervus
glossopharyngeus dan nervus vagus membantu regulasi tekanan darah arteri.
26
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Perjalanan Nervus Glossopharyngeus
Nervus Glossopharyngeus meninggalkan permukaan anterolateral bagian atas medulla
oblongata sebagai rangkaian akar kecil di dalam alur antara oliva dan pedunculus
cerebellaris inferior.
Saraf ini lalu berjalan ke lateral di dalam fossa cranii posterior
meninggalkan tengkorak melalui foramen jugulare.
turun melalui bagian atas leher diiukuti oleh vena jugularis interna dan arteria carotis
interna untuk mencapai tepi posterior musculus stylopharyngeus yang dipersarafinya.
berjalan ke depan di antara musculus constrictor pharyngeus superior dan medius untuk
bercabang-cabang ke membran mukosa faring dan sepertiga bagian posterior lidah.
10. Nervus Vagus (X)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik
Nervus vagus memiliki 3 nuklei yaitu:
1. Nukleus motorik utama
terletak di dalam formatio reticularis medulla oblongata dan dibentuk oleh
nervus ambiguus.
Sumber serabut-serabut aferen: serabut-serabut kortikonuklearis
27
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Serabut-serabut aferen: mempersarafi otot-otot konstriktor faring dan intrinsik
laring.
2. Nukleus parasimpatis
membentuk nukleus motorik dorsal nervus vagus dan terletak di bawah lantai
ventriculus quartus agian bawah di posterolateral nuceleus hypoglossus.
Sumber serabut aferen: N. Glossopharyngeus (refleks sinus carotis)
Serabut-serabut aferen: ke otot-otot involunter bronkus, jantung, esofagus,
gaster, usus halus, usus besar, 1/3 distal colon transversum.
3. Nukleus sensorik
merupakan bagian terbawah nucleus tractus solitarius.
Sensasi pengecapan: berjalan melalui akson perifer sel saraf yang terdapat di
dalam ganglion inferious nervi vagi.
Informasi aferen mengenai sensasi umum masuk ke batabg otak melalui ganglion
superius nervi vagi, namun berakhir di nucleus spinalis n. Trigemini.
Perjalanan N. Vagus
Meninggalkan permukaan anterolateral bagian atas medulla oblongata sebagai
rangkain akar kecil di dalam alur antara oliva dan pedunculus cerebellaris inferior
Fossa cranii posterior
Foramen jugulare
Leher
Turun di dalam sarung karotid bersama vena jugularis interna, arteri carotis
interna dan arteri carotis communis
Terbagi menjadi dua yaitu N. Vagus dextra dan N. Vagus sinistra.
28
Laporan Tutorial – Kelompok 1
N. Vagus dextra
Masuk rongga thorax
Posterior radix paru kanan ( untuk ikut membentuk plexus pulmonalis)
Posterior oesophagus ( klut membentuk plexus oesphageus)
Masuk rongga abdomen melalui hiatus oesophageus pada diafragma
Serabur-serabut saraf kemudian di distribusikan ke:gaster via cabang celiaca yang
besar ke duodenum, hepar, ginjal dan usus halus serta usus besar sampai 1/3 distal
colon transersal.
Nervus vagus sinistra
Masuk rongga thorax
Menyilang sisi kiri arhus aorta
Posterior radix paru kiri ( untuk ikut membentuk plexus pulmonalis)
Anterior oesophagus ( ikut membentuk plexus oesphageus)
Masuk rongga abdomen melalui hiatus oesophageus pada diafragma
Serabut-serabut saraf kemudian di distribusikan ke: gater, hepar, bagian atas
duodenum, caput pancreas
29
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Nervus vagus memiliki 2 ganglia sensorik yaitu:
ganglion superior yang bulat yang terletak pada saraf di dalam foramen jugulare
ganglion inferior yang bentuk silinder yang terletak pada saraf tepat di bawah foramen
di bawah ganglion inferior, radix cranialis nervus accesorius bergabung dengan N. Vagus
dan didistribusikan terutama ke dalam rami pharyngeus dan rami recurrens laryngeus.
11.NERVUS ACCESSORIUS(XI)
Nervus ini bersifat motorik murni.
a. Nucleus: secara klasik serat-serat eferen somatic N. XI dapat dianggap berasal dari
dua buah sumber
1) Ujung caudal nucleus ambiguus:serat- serat
branchiomotorik ini dikenal sebagai
radices cranialesatau pars vagalis. Pars
vagalis menggabungkan diri dengan pars
spinalis dan bersama-sama meninggalkan
cavitas cranii melalui pars nervosa
foramen jugulare. Serat-serat pars vagalis ini selanjutnya memisahkan diri lagi
dan bergabung dengan nervus vagus di sebelah cranial ganglion nodosum
(N.X)dan bersama –sama dengan serat-serat N.X disebarkan ke dinding pharynx.
Oleh karena itu , pars vagalis N.XI ini dapat dianggap sebagi serat-serat N.X yang
aberrans.
2) Kelompok-kelompok sel neuron sentral di dalam cornu ventrale medulla spinalis
mulai dari segmen C1 sampai C6. Axon-axon dari sel-sel neuron ini keluar sebagai
berkas-berkas kecil pada permukaan lateral medulla spinalis dan selanjutnya
membelok kea rah cranial dalam canalis vetebralis, selanjutnya menggabungkan
diri dengan berkas-berkas yang keluar dari segmen-segmen yang lebih tinggi dan
30
Laporan Tutorial – Kelompok 1
lau memasuki cavitas cranii mellaui foramen magnumsebagai pars spinalis. Oleh
karena itu, nervus accessorius sebagai yang dapat dijumpai di daerah leher
hanya terdiri atas serat-serat yang berasal dari segmen-segmen cervical medulla
spinalis
b. Daerah inervasi: di daerah leher nervus accessorius menerima serat-serat tambahan
dari plexus cervicalis , serat-serat plexus cervicalis ini terutama disebarkan ke m.
trapezius, sedangkan serat-serat N.XI selain melayani m. sternocleidomastideus,
juga m. trapezius
c. Fungsi: untuk menelan, pergerakan kepala leher dan bahu
12.NERVUS HYPOGLOSSUS(XII)
Nervus ini bersifat motorik murni
a. Nucleus: serat-serat eferen N. hypoglossus berasal dari satu kolom sel neuron
berukuran besar , yaitu nucleus nervi hypoglossi (nucleus hypoglossalis), yang
terletak dekat dengan garis median. Kolom sel ini mulai sedikit di sebelah cranial
dari batas caudal medulla oblongata sampai hamper mencapai perbatasan medulla
oblongata dan pons
b. Perjalanan: axon-axon yang keluar dari nucleus hypoglossalis berjalan ke arah
ventral dan sedikit lateral di dalam medulla oblongata dalam bentuk berkas-berkas
kecil (radiculi) dan keluar pada permukaan batang otak pada cekungan antara
pyramis dan oliva . berkas-berkas kecil tersebut bergabung menjadi satu
membentuknervus hypoglossus yang meninggalkan cavitas cranii melalui canalis
hypoglossalis
c. Daerah inervasi : N.XII melayani otot-otot intrinsic dan ekstrinsik lidah dan menurut
beberapa penulis juga melayani m. geniohyoideus, akan tetapi tidak melayani m.
palatoglossus, oleh karena otot ini dilayani oleh N. X melalui plexus pharyngeus.
31
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Inervasi otot-otot lidah ini bersifat ipsilateral dan diduga otot-otot lidah mempunyai
unit motor kecil
d. Fungsi: pergerakan lidah untuk berbicara,menelan dan food manipulation
NEUROFISIOLOGI SPECIAL SENSE
1. MEKANISME PENCIUMAN (OLFAKSI)
Olfaksi atau penciuman, adalah respon terhadap stimulasi reseptor sensoris yang
terdapat pada region superior nasal cavity, yang disebut resses olfaktori. Hampir
seluruh rongga hidung terlibat dalam proses penghiduan. Epitel nasalis pada resses
olfaktori disebut Epitel Olfaktori. Struktur lebih lanjut secara histologis dapat dilihat
pada gambar berikut.
Proses Timbulnya Potensial Aksi
Seluruh molekul yang kita hirup memiliki struktur molekul bau yang disebut odorant.
Odorant tadi akan menempel pada permukaan membran molekul mikrosilia pada hair
cells (olfactory hairs), yang selanjutnya akan memicu terjadinya depolarisasi atau
potensial membran pada permukaan membran tersebut yang selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya potensial aksi di dalam neuron olfaktori.
Neuronal Pathway atau Jaras Sensorik untuk
Proses Olfaksi
32
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Setelah potensial aksi terjadi, impuls listrik tersebut melalui akson yang menembus
foramen cribriform plate akan dibawa menuju bulbus olfaktori. Ketika sampai di
bulbus olfaktori, akson tadi akan bersinaps dengan mitral cells atau tufted cells lalu
bersinaps dengan neuron-neuron tingkat dua dan akan membentuk traktus olfaktori
melewati nukleus olfaktori anterior dan selanjutnya menuju ke korteks otak.
Skema bisa dilihat pada gambar dan skema berikut.
2.
Mekanisme penglihatan
Retina à nervus optikus à bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dat=ri
bagian temporal mata yang lain à traktus optikus à nukleus geniculatum lateral à
serabut geniculo calcarina à radiasio optika (traktus geniculocalcarina) à korteks
visual primer; area kalkarina lobus oksipitalis
Serabut penglihatan
Traktus optikus à nukleus suprakiasmatik di hipotalamus (irama sirkadian)
Nukleus pretektalisà gerak reflek mata supaya dapat difokuskan ke arah objek
yang penting dan aktivasi reflek pupil terhadap cahaya
Kolikulus superior à regulasi gerak cepat kedua mata
33
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Nukleus geniculatum lateral ventral dan ke basal otak di sekitarnya à
mengendalikan fungsi sikap tubuh
Sistem baru à korteks penglihatan à persepsi seluruh penglihatan, warna, dan
penglihatan sadar lainnya
Nukleus Geniculatum Lateral
Memancarkan informasi pengliatan dari traktus opticus ke korteks penglihatan
melalui radiasio optikus à akurat
Membentengi penjalaran sinyal ke korteks visual à mengendalikan seberapa
besar sinyal pengatur pembentengan ini dari dua sumber utama (inhibitor) :
1. Serat Kortikofugal (dari koteks visual) à nukleus geniculatum lateral
2. Reticular mesensefalon
Lapisan I dan II à magnoseluler à isinya neuron-neuron besar dan menerima
impuls dari sel ganglion retina tipe Y à jaras penghantar cepat ke korteks à
diskriminasi warna hitam dan putih
Lapisan III dan IV à parvoseluler à neuron-neuron kecil dan sedang à
menerima impuls dari sel ganglion retina tipe X (menjalarkan warna dan
informasi spasial dengan kecepatan sedang)
Korteks penglihatan primer
Lobus oksipital; fissura kalkarina; area Broadmann 17; V-1
Sinyal-sinyal dari daerah macula retina berakhir di dekat ujung oksipital
Sintal-sinyal yang berasal dari daerah perifer retina à berakhir di lingkaran
konsentrik di anterior sudut dan sepanjang fisura kalkarina
Korteks Visual Primer
Sebelah lateral, anterior, superior, dan inferior korteks visual
Untuk menginterpretasikan arti penglihatan
34
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Area kortikal Broadmann 18; area visual II; V-2
Analisis Interpretasi Visual
1. Posisi 3 dimensi, bentuk umum, dan gerakan objek
Jaras inimemungkinkan un tuk ”mengatakan” dimana setiap objek berada pada
suatu waktu tertentu dan apakah objek tersebut bergerak
Setelah meninggalkan V-1 à bersinaps ke V-2 à ke daerah posterior temporal
medius à ke arah korteks oksispitoparietal yang luas à tumpang tindih
dengan sinyal dari daerah aosiasi somatik posterior yang menganalisis aspek 3
dimensi sinyal somatosensorik
Jaras ini berasal terutama dari serat saraf optik Y
2. Analisis rincian dan warna
Korteks visual 1 à area visual 2 à arak korteks oksipital ventrl dan temporal
medial inferior. Contoh : mengenali huruf, membaca, menetukan tekstur
permukaan dan rincial warna suatu objek
Penguraian informasi ini menentuka apakah objek tersebut dan apa maknanya
Gerak Fiksasi Mata
diatur :
Pengaturan yang menyebabkan orang dapat menggerakkan mata secara volunter
untuk menemukan objek dalam penglihatan à mekanisme fiksasi volunter
Diatur oleh bagian kortikal kecil à bilateral regio premotor kortikal lobus frontal
Menahan mata à tetap pada objek seketika ketika ditemukan mata à
mekanisme fiksasi involunter
35
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Fiksasi yang menyebabkan mata terpaku pada suatu objek yang diperhatikannya
à oleh area visual sekunder lobus oksipital; area broadmann 19 à mekanisme
umpan balik (-) àmencegah objek perhatian agar tidak meninggalkan bagian
fovea retina
Gerakan kontinyu mata :
1. Tremor à terus menerus à karena kontraksi yang menurun dari motor unit
otot-otot mata
2. Penyimpangan yang lambat à dari bola mata dri satu jurusan ke jurusan yang
lain
3. Gerakan ceklikan à tiba-tiba à diatur oleh mekanisme fiksasi
Fiksasi involunter
Bila titik cahaya sudah difiksasi di regio fovea retina à gerakan tremor
(menyebabkan titik cahaya maju mundur dengan kecepatan menyilang konus) à
gerakan penyimpangan à titik akan menyimpang dari konus à titik cahaya sampai
pada tepi fovea à reaksi reflek mendadak à gerakan ceklikan à memindahkan
titik menjauhi tepi dan ke bagian tengan fovea (gerak otomatis)
Gerak sakadik mata
Terjadi juga saat membaca
Bayangan penglihatan bergerak terus mendahului gerak mata (saat berkendara/
berputar-putar) à mata akan terfiksasi pada satu sorotan cahaya ke cahaya lain
dalam lapang pandangan à melompat-lompat (sakade) dari satu tempat ke
tempat lain (gerak optikokinetik) à waktu untuk gerak mata 10% saking
cepatnya, 90% (untuk fiksasi)
36
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Fiksasi objek bergerak
Timbul karena adanya mekansme kortikal yang sangat berkembang secara
otomatis untuk deteksi gerakan à tahap lanjut à menimbulkan serangkain
pergerakan mata yang sama cepatnya
Kolikulus Superior
Arah utama dari kilatan cahaya yang datang di daerah perifer lapisan retina
dipetakan oleh kolikuli à lalu sinyal-sinyal secara sekunder dijalarkan ke nuklei
okulomotor untuk menggerakkan mata
Penyebab utama pergerakan mata dari kepala ke arah objek yang mengganggu
penglihatan (gangguan eksternal)
Serat saraf optik dari mata ke kolikuli à bertanggung jawab = cabang sentral
serat Y yang berkonduksi secara cepat yang berakhir di korteks kalkarina dan
kolikulus
Sinyal-sinyal dipancarkan ari kolikulus melalui fasikulus longitudinalis medial à
ke tingkat lain batang otak à bergeraknya seluruh kepala, bahkan seluruh tubuh
ke arah objek tersebut
Pengaturan bayangan
Fusi di titik berhubungan di kedua retina à peran korteks penglihatan
37
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Titik yang berhubungan dari kedua retina menjalarkan sinyal visual ke berbagai
lapisan sel saraf dari korpus geniculatum lateral à disiarkan kembali ke garis
paralel sel saraf dalam korteks oksipital à interaksi antara garis sel saraf korteks
Pola interferensi dari eksitasi dalam beberapa sel saraf yang tepat à mengirim
sinyal yang dipindahkan ke aparatus oculomotor à menyebabkan gerakan mata
konvergen – divergen atau rotasi à fusi dipertahankan
Semakin dekat objek dilihat à semakin besar perbedaan penglihatan mata kiri
dan kanan dan semakin rendah derajat pencatatan à menghasilkan mekanisme
stereopsis à penting untuk menentukan jarak objek penglihatan
Saraf Otonom
Serabut preganglion parasimaptis muncul dari nukleus Edinger-Westphal à ke saraf
III ganglion siliaris à neuron parasimpatis postganglion à nervus siliaris ke bola
mata
Merangsang :
1. Otot siliaris yang mengatur lensa mata untuk fokus
2. Sfingter iris mengkonstriksikan pupil
Persarafan simpatis à sel kornu intermediolateral segmen toracal I medulla
spinalis à ganglion servicalis superior à bersinaps dengan neuron
postganglionik
Mekanisme Akomodasi
Mekanisme fokus sistem lensa mata à >> derajat ketajaman penglihatan
Terjadi akibat kontraksi dan relaksasi musculus siliaris
Kontraksi menyebabkan >> kekuatan sistem lensa
Diatur oleh mekanisme umpan balik (-) secara otomatis : bila mata difiksasi pada
beberapa objek yang jauh à lalu tiba-tiba difiksasi pada objek yang dekat à lensa
mata berakomodasi maksimal dalam waktu < 1 detik38
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Pengaturan Diameter Pupil
Saraf parasimpatis à merangsang sfingter pupil à memperkecil celah pupil
(miosis)
Saraf simpatis à merangsang serabut radial iris à dilatasi pupil (midriasis)
Reflek cahaya pupil :
Bila cahaya mengenai retina à impuls berjalan melalui nervus opticus à nukleus
pretektetalis à nukleus Edinger-Westphal à saraf parasimpatis à konstriksi
sfingter iris
B. INDRA PENGECAPAN (Lidah)
a. Struktural Lidah
Lidah terdiri atas bagian yang mudah bergerak yang terletak didalam rongga mulut, dan
pangkalnya atau akarnya yang melekat pada dasar mulut dan membentuk bagian dindingdepan faring.
Pada permukaan atas dorsal lidah terdapat alur bberbentuk “V” yaitu sulkus terminalis, yang ujung
“v”nya mengarah keposterior. Sulkus ini membagi lidah menjadi bagian anterior dan posterior. Sebagian
besar lidah terdiri atas serat-serat otot rangka diliputi selaput lender dan mengandung kelenjar. Serat
otot lidah ada yang intrinsic, yakni yang terdapat dalam dan ada yang ekstrinsik, yaitu yang lainnya
berorigo diluar terutama pada mandibula, tulang hyoid, dan berinersi pada lidah. Diantara serat-serat
otot terdapat kelenjar – kelenjar. Kelenjar-kelenjar tersebut terutama yang bersifat mukosa terdapat
pada pangkal lidah, dengan saluran keluar bermuara dibelakang sulkus terminalis. Kelenjar serosa
terletak pada badan lidah, dengan saluran keluar bermuara di depan sulkus (dekat papilla sirkumvalata);
sedangkan asini campur terletak di ujung lidah, dengan salurannya bermuara nada permukaan bawah
lidah.
Permukaan sepertiga belakang lidah sifatnya nodular, tidak rata oleh karena adanya nodulus
limfatikus (tonsila lingua). Diantara tonjolan-tonjolan permukaan epitel terdapat celah-celah disebut
kriptus. Di sini epitel diinfiltrasi oleh banyak limfosit.
39
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Membrane mokusa pada permukaan bawah lidah sifatnya licin dan di bawahnya terdapat tunika
submukosa. Pada permukaan atas terlihat banyak tonjolan-tonjolan kecil disebut papil lidah. Terdapat
empat jenis papil:
1. Papilla filiformis terdapat di atas seluruh permukaan lidah, umumnya tersusun dalam
barisan-barisan sejajar dengan sulkus terminalis. Papilla filiformis bentuknya kurang lebih
seperti kerucut, langsing dan tingginya2-3 mm. Bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat
lamina propria. Jaringan ikat ini juga membentuk papil sekunder. Epitel yang meliputi papilla
sebagian mengalami pertandukan yang cukup keras sifatnya.
2. Papilla fungiformis letaknya tersebar diantara deretan papilla filiformis, dan
jumlahnyamakin banyak ke arah ujung lidah. Bentuknya seperti jamur dengan tangkai
pendek, dan bagian atas yang lebih lebar. Jaringan ikat di tengah-tengah papil membentuk
papil sekunder sedangkan epitel di atasnya tipis sehingga pleksus pembuluh darah di dalam
lamina propria menyebabkannya berwarna merah atau merah muda. Kuncup kecap
terdapat di dalam epitel.
3. Papilla sirkumvalata (vallim = dinding) pada manusia jumlahnya hanya 10 sampai 14, dan
letaknya di sepanjang sulkus terminalis. Tiap papil menonjol sedikit di atas permukaan dan
dibatasi oleh suatu parit melingkar dengan banyak kuncup kecap pada epitel dinding
lateralnya. Saluran keluar kelenjar serosa (kelenjar Ebner) bermuara pada dasar alur itu.
Kelenjarnya sendiri terletak pada lapisan yang lebih dalam. Secret serosa cair kelenjar
tersebut membersihkan parit dari sisa bahan makanan, sehingga memungkinkan
penerimaan rangsang kecap baru oleh kuncup kecap.
4. Papilla foliata terletak pada bagian samping dan belakang lidah, berbentuk lipatan-lipatan
mirip-daun, dengan kuncup kecap di dalam epitel lekukan yang terdapat di lipatan. Sama
seperti pada papilla sirkumvalata, kelenjar-kelenjar serosa bermuara pada dasar alur.
Semua papil mengandung banyak ujung saraf sensorik untuk rasa sentuhan dan kuncup
kecap terdapat pada semua papilla, kecuali pada papilla filiformis.
Sensasi pengecapan utama terdiri atas asam, asin, manis, pahit dan umami.
dalam pengalaman juga dinyatakan bahwa indera penghidu sangat berperan pada persepsi pengecapan.
40
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Rasa asam, disebabkan oleh rasa asam, yakni karena konsentrasi ion hydrogen, dan intensitas
sensasi asam hampisebanding dengan logaritma konsentrasi ion hydrogen,
Rasa asin, dihasilkan oleh garam yang terionisasi, terutama karena konsentrasi ion natrium.
Rasa manis, rasa manis tidak dibentuk oleh satu golongan zat kimia saja. Beberapa tipe zat kimia
yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcohol, aldehid, keton, amida, ester,
beberapa asam amino dll. Yang membentuk rasa manis kebanyakan adalah zat kimia organic.
Rasa pahit, rasa pahit seperti rasa manis tidak dibentuk hanya oleh satu tipe agen kimia.
Hampir seluruhnya merupakan substansi organic. Dua substansi yang cenderung menimbulkan
rasa pahit adalah substansi organic rantai panjang yang mengandung nitrogen dan alkaloid.
Beberapa substansi yang mula-mula terasa manis juga dapat berubah menjadi pahit, ini berlaku
untuk sakarin.
Rasa umami, kata dalam bahasa jepang (lezat) yang menyatakan rasa kecap yang
menyenangkan, yang secara kualitatif berbeda dengan rasa asam, manis, asin dan pahit.
Kepekaan terhadap rasa pahit lebih kuat dibandingkan dengan yang lain, karena memberikan
fungsi perlindungan untuk melawan berbagai toksin berbahaya yang terdapat dalam makanan.
Beberapa orang mempunyai pengecapan yang tidak peka terhadap zat tertentu, khususnya
untuk berbagai tipe komponen tiourea. Zat yang sering digunakan untuk menguji ketidakpekaan
pengecapan adalah feniltiokarbamida. Dan sekitar 15%-30% yang mengalaminya.
b. Taste bud dan fungsinya
Taste bud terdiri atas kurang lebih 50 sel-sel epitel yang termodifikasi, beberapa diantaranya
adalah sel penyokong yang disebut sebagai sel sustentakular, dan yang lainnya disebut sel pengecap.
Sel-sel pengecap terus-menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel disekitarnya,
sehingga beberapa sel pengecap adalah sel muda. Sel pengecap lainnya adalah sel matang yang terletak
kearah bagian tengah bud, yang akan segera terurai dan larut.
Ujung-ujung luar sel pengecap tersusun sekitar pori-pori oengecap, dari ujung-ujung setiap sel
pengecap, beberapa mikrovili atau rambut pengecap akan menonjol keluar menuju pori-pori pengecap
untuk mendekati rongga mulut. Anyaman disekitar badan sel-sel pengecap merupakan rangkaian
percabangan terakhir dari serabut-serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor
41
Laporan Tutorial – Kelompok 1
pengecap. Beberapa mengalami invaginasi menjadi lipatan-lipatan membrane sel pengecap. Beberapa
vesikel membentuk membrane sel didekat serabut. Diduga vesikel ini mengandung neurotransmitter
yang dilepaskan melalui membrane sel untuk merangsang ujung-ujung serabut saraf sebagai respon
terhadap rangsangan kecap.
Taste bud ditemukan pada tiga tipe papilla lidah yaitu:
1. Sebagian besar terletak di dinding saluran yang mengelilingi papilla sirkumvalate,
yang membentuk garis V dipermukaan lidah posterior.
2. Terletak pada papilla fungiformis diatas permukaan anterior lidah.
3. Pada papilla foliate yang terdapat dilipatan-lipatan sepanjang permukaan lateral
lidah.
Taste bud tambahan terletak pada palatum, dan beberapa diantaranya terdapat
pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di esofagus bagian proksimal.
Orang dewasa mempunyai 3000-10.000 taste bud, sedangkan anak-anak mempunyai lebih
sedikit . diatas usia 45 tahun, sebagian besar taste bud mengalami degenerasi, yang menyebabkan
sensasi pengecapan menjadi semakin kurang tajam pada usia tua.
c. Mekanisme perangsangan taste bud potensial reseptor
Mekanisme reaksi untuk memulai potensial reseptor disebagian besar zat yang terangsang
dengan vili pengecap adalah dengan pengikatan zat kimia kecap pada molekul reseptor protein yang
dekat atau menonjol melalului mebran vilus. Terjadi pembukaan kanal ion, sehingga ion natrium yang
memiliki muatan positif masuk kedalam membrane untuk mendepolarisasikan dalam sel. Selanjutnya,
zxat kimia kecap secara bertahap dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva, sehingga akan
menghilangkan rangsangan.
Pada pemberian rangsangan kecap yang pertama kali, kecepatan pelepasan impuls diserabut
saraf dari taste bud akan meningkat sampai puncaknya dalam waktu beberapa detik, tetapi kemudian
akan beradaptasi dalam waktu beberapa detik berikutnya. Sampai mencapai kadar yang lebih rendah
dan stabil selama rangsangan kecapnya tetap ada. Jadi sinyal yang cepat dan kuat akan dihantarkan oleh
42
Laporan Tutorial – Kelompok 1
saraf pengecap, dan sinyal continue yang lebih lemah akan dihantarkan selama taste bud tetap terpajan
dengan rangsangan kecap.
d. Transmisi sinyal pengecap ke system saraf pusat
Impuls pengecap dari duapertiga anterior lidah à saraf lingualis à korda timpani à
nervus fasialisà traktus solitaries dibatang otak.
Sensasi pengecap dari papilla sirkumpalata dan dari daerah posterior rongga mulut dan
tenggorokan lainnyaà nervus glossofaringeus à traktus solitarius.
Sinyal dari dasar lidah dan bagian-bagian lain didaerah faring à nervus vagus àtraktus
solitaries.
Semua serabut pengecap bersinaps dibatang otak bagian posterior didalam nucleus traktus
solitaries (mengirim neuron susunan kedua) à nucleus medial posterior ventral
thalamus à neuron tgkt III dtransmisikan à inferior postsentralis pada korteks
serebri parietalis à melingkar ke dalam fisura sylvii
e. Refleks pengecapan
Traktus solitariesà batang otak à nucleus salivatorius inferior & superior à glandula
submandibularis, sublingualis, parotis untuk membantu mengendalikan sekresi saliva selama proses
menelan dan pencernaan makanan.
Transmisi Sinyal Pengecap Ke Sistem Saraf Pusat
Impuls pengecap dari 2/3 anterior lidah mula-mula akan diteruskan ke saraf
lingualis, kemudian melalui korda timpani menuju nervus facialis dan akhirnya ke
traktus solitarius di batang otak.
Sensasi pengesap dari papila sirkumvalata dibagian belakang lidah dan dari
daerah posterior rongga mulut dan tenggorokan lainnya, akan ditransmisikan
melalui nervus glossofaringeus juga ke traktus solitarius, tetapi pada ketinggian
yang lebih posteroir.
Akhirnya beberapa sinyal pengecap dari dasar lidah dan bagian-bagian lain di
daerah faring, akan ditransmisikan ke traktus solitarius melalui nervus vagus.43
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Semua serabut pengecap bersinaps di batang otak bagian posterior di dalam
nukleus traktus solitarius.
Neuron ini mengirimkan neuron susunan kedua ke daerah kecil di nukleus medial
posterior ventral talamus, yang terletak sedikit ke medial dari ujung talamus
daerah fasial di sistem lemnikus medialis-kolumna dorsalis.
Dari talamus, neuron susunan ketiga di transmisikan ke ujung bawah gyrus
postcentralis pada korteks serebri parietalis, tempat neuron ini melingkar ke
dalam fissura sylvii, dan ke dalam daerah operkular-insular.
Daerah ini terletak sedikit ke lateral, ventral, dan rostral dari daerah untuk sinyal
taktil lidah di area somatik serebri I.
Impuls pengecap dari 2/3 anterior lidah àke saraf lingualisàkorda timpanià
nervus facialis à ke traktus solitarius di batang otak.
Sensasi pengesap dari papila sirkumvalata dibagian belakang lidah dan dari
daerah posterior rongga mulut dan tenggorokan lainnya ànervus
glossofaringeus juga ke traktus solitarius, tetapi pada ketinggian yang lebih
posteroir.
Dasar lidah dan bagian-bagian lain di daerah faring, ànervus vagusàtraktus
solitarius.
Refleks Pengecapan Bergabung Di Dalam Batang Otak
Dari traktus solitarius, sejumlah besar impuls pengecapan di transmisikan ke dalam
batang otakiti sendiri langsung ke nukleus salivatorius inferior dan superior.
Kemudian area ini akan mentransmisikan sinyal ke glandula submandibularis,
sublingualis, dan parotis untuk membantu mengendalikan sekresi saliva selama
proses menelan dan pencernaan makanan.
44
Laporan Tutorial – Kelompok 1
C. INDRA PENDENGARAN (TELINGA)
a. Anatomi
Telinga terbagi menjadi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga mempunyai fungsi
ganda yaitu untuk keseimbangan dan untuk pendengaran. Yang memisahkan auris externa (telinga luar)
dari auris media (telinga tengah) adalah membrane timpani.
Telinga Luar
Telinga luar atau auris externa terdiri dari
auricula, berfungsi mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga
meatus auditorius externus, mengarahkan gelombang suara ke membran timpani.
Mengandung banyak rambut-rambut penyaring dan mesekresikan kotoran telinga untuk
menangkap partikel-partikel asing.
Pada telinga luar terdapat glandula minosae dan glandula sebaceae yang membentuk cairan
serumen.
membran timpani, membran tipis yang memisahkan antara telinga luar dan dalam. Bergetar
secara sinkron dengan gelombang suara yang mengenainya, menyebabkan tulang-tulang
pendengaran telinga tengah bergetar.
Bagian luar selaput ini ditutup oleh kulit dan dibagian dalam oleh mukosa. Ke arah Meatus
auditorius externus membrane tympani berbentuk cekung dengan bagian tengah yang lebih
rendah, dikenal dengan umbo membarana tympani. Dari umbo membrane tympani
memancarkan daerah yang cerah ke anterior-inferior yang disebut kerucut cahaya.
Telinga Tengah
Telinga tengah atau auris media terletak di dalam pars petrosa osis temporalis.
Terdiri dari cavitas tymfanica dan recessus epitymfanicus. Dan merupakan rongga berisi udara di
dalam tulang temporalis yang terbuka melalui tuba auditorius ke nasofaring dan melaui
nasofaring keluar.
Tuba biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap saluran ini terbuka,
sehingga tekanan udara di kedua sisi gendang telinga seimbang.
45
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Terdapat maleus, inkus, dan stapes, yang merupakan rangkaian tulang yang dapat bergerak dan
berjalan melintasi rongga telinga tengah; maleus melekat ke membran timpani dan stapes
melekat ke fenestra ovalis.
Telinga Dalam
Telinga dalam (labirin, rumah siput) terdiri dari 2 bagian. Labirin tulang adalah serangkaian
saluran di dalam bagian petrosa tulang temporalis. Di dalam saluran-saluran ini terdapat labirin
membranosa yang di kelilingi oleh cairan yang disebut perilimfe. Struktur membranosa ini kurang lebih
mirip dengan bentuk saluran tulang. Struktur ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe, dan tidak
terdapat hubungan antara ruang-ruang yang terisi oleh endolimfe dengan yang terisi oleh perilimfe.
koklea
fenestra ovalis, membran tipis di pintu masuk koklea, bergetar bersama dengan gerakan stapes
yang melekat padanya, dan menyebabkan prelimfe koklea bergerak.
Skala vestibule, merupakan kompartemen atas koklea; mengandung prelimfe
Skala timpani, merupakan kompartemen bawah koklea; mengandung prelimfe.
Skala media (duktus koklearis), kompartemen tengah; mengandung endolimfe; tempat
membrane basilaris
Membran basilaris, membentuk lantai duktus koklearis; mengandung organ corti.
Fenestra rotundum, membran tipis yang memisahkan skala timpani dari telinga tengah;
bergetar bersama dengan cairan di prelimfe untuk meredam tekanan di dalam koklea; tidak
berperan dalam penerimaan suara.
Organ Corti
Terletak di bagian atas dan di sepanjang membran basilaris; mengandung sel rambut , reseptor
untuk suara yang mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan cairan di
koklea.
Tonjolan-tonjolan sel rambut menembus retina reticularis yang kuat dan berbentuk seperti
membrane. Lamina ini ditunjang oleh pilar korti.
Di setiap koklea manusia terdapat 20.000 sel rambut luar dan 3.500 sel rambut dalam.
46
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Membran tektoreal, membran stasioner yang tergantung di atas organ Corti dan tempat sel-sel
rambut reseptor permukaan terbenam didalamnya menekuk dan membentuk potensial
reseptor ketika membran basilaris bergetar.
Ujung-ujung sel rambut luar terbenam di dalam membran tektorial, tetapi ujung sel rambut
dalam tidak.
Badan-badan sel neuron aferen yang menyebar di sekitar dasar sel rambut terletak di ganglion
spinalis di dalam mediulus, bagian tengah yang bertulang tempat koklea melingkar. 90-95% dari
neuron aferen ini mempersarafi sel rambut dalam; hanya 5-10% yang mempersarafi sel rambut
luar yang jumlahnya lebih banyak, dan setiap neuron mempersarafi sel luar ini.
Sebagai bandingan, sebagian besar serat eferen di neuron auditorius berakhir di sel rambut luar
bukan di sel rambut dalam. Akson neuron aferen yang mempersarafi sel rambut membentuk
bagian auditorius (koklear) neuron akustik vestibulokoklear dan berakhir di nucleus koklear
ventralis dan dorsalis di medulla oblongata. Jumlah total serat aferen dan eferen di tiap-tiap
nucleus auditorius sekitar 28.000.
Di koklea, terdapat tight junction antara sel rambut dan sel phalanges di dekatnya, tight junction
ini mencegah endolimfe mencapai dasar sel. Namun membrane basilaris relative permeable terhadap
perilimfe di skala timpani, dan dengan demikian, terowongan organ korti dan dasar sel rambut dibasahi
oleh perilimfe. Oleh karena adanya tight junction serupa, keadaan sel rambut dibagian lain telinga dalam
serupa; yaitu tonjolan-tonjolan sel rambut dibasahi oleh endolimfe, sementara dasarnya dibasahi oleh
perilimfe.
b. Proses Pendengaran
Suara à daun dan liang telinga à gelombang suara menggetarkan membran timpani à telinga
tengah (rangkaian tl pendengaran)à amplifikasi melalui daya ungkit tl pendengaran dan perkalian ratio
luas MT dan tingkap lonjong à stapes yang mengerakkan tingkap lonjong à perilimfa di skala vestibuli
bergerak à membrana Reissnerà mendorong endolimfa à gerakan relatif antara membran basilaris
dan membran tectorial(rangsangan mekanik)à defleksi stereosilia sel-sel rambut koklea à penglepasan
ion bermuatan listrik /depolarisasi à perubahan gelombang suara menjadi gelombang listrik.
Potensial listrik yang timbul akan diteruskan ke otak atau nukleus auditorius (area39-
40) di lobus temporalis melalui saraf pendengaran (N.VIII).47
Laporan Tutorial – Kelompok 1
c. Mekanisme pendengaran dan penjalaran ke korteks serebri :
1. Telinga luar menerima gelombang suara dan langsung dilewatkan external auditory canal
2. Gelombang tersebut menggetarkan membran timpani ( bila frekuensi yang diterim kecila maka
membran timpani ini akan bergetar lambat dan sebaliknya )
3. Central area membran timpani berhubungan dan meneruskan getarannya ke maleus, lalu ke
incus dan stapes
4. Stapes akan menggetarkan “oval window” maju mundur dengan getaran 20 kali lebih kuat,
karena getaran dari membran timpani bergetar dengan kekuatan rendah, setelah memasuki
auditori ossicles kekuatan getaran langsung melonjak tinggi
5. Kemudian getaran ini diteruskan menuju skala vestibuli dan menggetarkan cairan perilimfenya
hingga menuju skala vestibuli melalui helicotrema ( bagian apex yang sangat peka terhadap
frekuensi suara paling rendah yaitu 20 dB. Normal frekuensi suara yang dapat ditangkap oleh
seluruh bagian telinga adalah 20 dB- 20.000 dB )
6. Setelah menuju skala timpani akan langsung menuju “round window” yang bermuara pada
telinga tengah kembali
7. Saat getaran berjalan dari skala vestibuli ke skala timpani akan menggetarkan duktus koklearis
yang mengandung endolimfe dan menggetarkan membran basiler yang mengandung sel- sel
rambut
8. Saat rambut bergetar, akan merubah impuls getaran menjadi impuls elektrik. Kemudian,
stereocilia dari tiap satu ikatan sel rambut akan saling melekatkan diri ke arah stereocilia yang
lebih panjang dan membuka “transduksi channel”
9. Ion K+ akan masuk ke dalam sitosol sel rambut dan menyebabkan depolarisasi potensial
reseptor, sehingga membuka kanal ion Ca2+ dan influks ke dalam akson terminal dari celah
sinaptik, dan melepaskan neurotransmitter ( kemungkinan glutamat ) secara eksositosis ke post-
sinaptik first- order neuron.
Bila stereocilia- stereocilia menekuk menjauhi satu sama lain, maka akan menutup “
transduksi channel” sehingga frekuensi impuls yang dihantarkan juga akan berkurang
dan terjadi hiperpolarisasi.
10. Perjalanan selanjutnya melalui nervus koklearis dan berkumpul di spiral ganglion menuju/
bersinaps dengan nukleus koklearis di medulla oblongata
48
Laporan Tutorial – Kelompok 1
11. Di medulla oblongata akan mengalami decussatio akan berjalan ascending membentuk traktus
yang disebut “lateral meniscus” dan bermuara pada “ inferior colliculus ” mesencephalon
12. Axon lainnya berjalan descending dan bersinaps dengan” nukleus olivari superior” dari pons
( memberitahukan lokasi sumber suara yang datang )
13. Dari nuklei olivari superior berjalan secara ipsilateral ascending membentuk traktus “lateral
meniscus” dan bermuara pada “ inferior colliculus“ mesencephalon
14. Dari “ inferior colliculus “ impuls dihantarkan menuju “ nukleus medial geniculatum thalamikus “
dan berakhir pada area auditori primer pada gyrus superior temporalis dekat dengan sulcus
cerebral lateralis
15. Kemudian berasosiasi di area broadment 22, 39 dan 40 ( dominan pada area temporal sinistra ).
Sebagai tempat mengidentifikasi suara apa yang kita dengar. Beserta itu kita dapat
menginterpresentasikan dalam pikiran untuk menerjemahkan suara yang kita dengar sehingga
kita mengerti suara itu apa dan maksudnya apa, kemudian diintegrasikan dengan sistem limbik
dan area broca.
3. Jaras Pendengaran Sentral Dan Fungsi Korteks Serebri Pada Pendengaran
Serabut saraf dari ganglion spiralis Corti → nukleus koklearis dorsalis dan
ventralis → nukleus Olivarius superior → lemniskus lateral → nukleus genikulata
medial → radiasio auditorius → korteks auditorius (terutama terletak pada girus
superior lobus temporalis, area pendengaran primer – Brodmann 41)
Korteks auditorius primer secara langsung dirangsang oleh penonjolan korpus
genikulatum medial, sedangkan daerah asosiai pendengaran dirangsang secara
sekunder oleh impuls yang berasal dari korteks auditorius primer oleh
penonjolan daerah asosiasi talamus yang berdekatan dengan korpus genikulatum
medial.
49
Laporan Tutorial – Kelompok 1
INDRA PENGHIDU (HIDUNG )
MEKANISME EKSITASI PADA SEL-SEL RESEPTOR
bagian sel olfaktorius yang memberi respon terhadap rangsangan kimia olfaktorius adalah
silia olfaktorius. Substansia yang berbau yang berkontak dengan permukana membran
olfaktorius, mula-mula menyebar secara difus ke dalam mukus yang menutupi silia.
Sekanjutnhhya akan berikatan denga protein reseptor di membran silium. Setiap protein reseptr
sebenarnya adalah suatu ,molekul panjang yang menyusupkan diri melalui mmebran, yang
memlipat kearah dalam dan kearah luar kira-kira sebanyak 7kali. Bau tersebut berikatan dengan
bagia protein reseptor yang melipat ke arah luar. Namun demikian, bagian dalam protein yang
melipat akan saling berpasangan untuk membentuk yang disebut protein-G, yang merupakan
kombinasi dari tiga subunit pada perangsangan protein reseptor. Subunit alfa akan memecahkan
diri dari protein G dan segera mengaktivasi adenilat siklase. Siklase yang teraktivasi kemudian
mengubah banyak molekul adenosin trifosfat menjadi adenosin monofosfat siklik (cAMP).
Akhirnya cAMP ini mengaktivasi protein membran lain didkatnya yaitu gerbang kanal ion
natrium, yang akan membuka gerbangnya dan memungkinkan sejumlah besar ion natrium
mengalir melewati membran masuk ke dalam sitoplasma sel. Ion natrium akan meningkatkan
potensial listrik dengan arah positif di sisi dalam membran sel, sehingga merangsang neuron
olfaktorius dan menjalarkan potensial aksi ke dalam sistem saraf pusat melalui nervus
olfaktorius. Makna yang pneitng dari mekanisme ini pada aktivasi saraf-saraf olfaktorius adalah
bahwa mekanisme tersbut sangat melipat-gandakan efek perangsangan, bahkan dari bau yang
paling lemah sekalipun.
Untuk merangsang sel-sel olfaktorius selain mekanisme kimiawi dasar, masih terdapat
beberapa faktor fisik yang mempengaruhi derajat perangsangan.
Hanya sbustansia yang dapat menguap saja yang dapat tercium baunya
substansia yang merangsang palintg sedikit harus bersifat larut dalam air, sehingga bau
tersebut dapat melewati mukus
50
Laporan Tutorial – Kelompok 1
silia akan sangat membantu bagi bau yang paling sedikit larut dalam lemak
potensial membran di dalam sel olfaktorius yang terangsang adalah sekitar -55milivolt.
Kebanyakan bau menimbulkan depolarisasi pada membran olfaktorius dengan menurunkan
potensial negatif di dalam sel dari nilai normal yakni -55 milivolt sampai -30 milivolt atau
bahkan lebih rendah lagi. Sehingga mengubah voltase ke arah yang positif.
Sekitar 50% reseptor olfaktorius beradaptasi pada detik pertama atau setelah terkena
rangsangan. Sesudah itu reseptor yang berdaptasi akan sangat sedikit dan berlangsung dengan sangat
lambat. Namun dari pengalaman, kita semua tahu bahwa sensasi bau dapat berdaptasi dengan jelas
hamper dalam waktu satu menit atau segera sesudah memasuk udara yang berbau kuat. Karena
adaptasi psikologis ini jauh lebih besar daripada derajat adaptasi reseptor itu sendiri hamper dapat
dipastikan bahwa sebagian besar adaptasi tambahan terjadi dalam system saraf pusat.
Beberapa penelitian menunjukkan sedikitnya 100 sensasi penghidu utama. Berbeda dengan
system pengelihatan yang memiliki 3 warna sebagai sensasi utama dan system pengecap yang memiliki
5 sensasi rasa utama.
Penghidu memiliki kualitas afektif berupa menyenangkan atau tidak menyenangkna. Karena
itulah penghidu bahkan lebih penting daripada pengecapan dalam memilih makanan. orang yang
sebelumnya pernah memakan makanan yang dirasakannya tidak enak akan merasa mual hanya dengan
mencium bau makanan tersebut untuk kedua kalinya.
System olfaktoria pada akhirnya mengalami trifurkasio:
1. stria olfactoria lateralis, yang akan mencapai dan berakhir di bagian anterior uncus. Uncus
merupakan cortex area olfaktori primer dan paling penting pada manusia.
2. stria olfaktoria medialis, mencapai permukaan medial hemispherium cerebri dan berakhir di
dalam koteks serebri disebelah anterior lamina terminalis pada area brodmann 25
3. stria olfactoria intermedia, yang berakhir pada cortex didaerah substansia perforata anterior
51
Laporan Tutorial – Kelompok 1
52
Substansi berbau
Membran epitel olfaktori
Protein reseptor
Subunit alfa memecahkan diri dari protein
Gà aktivasi adenilat siklase à adenosine
trifosfat à adenosine monofosfat siklik
(cAMP) à aktivasi canal Na-K à
POTENSIAL AKSI
Fila olfaktoria
NERVUS OLFAKTORIUS
Foramen cribriformis
Bulbus olfaktorius
Tractus olfaktorius
cortex
Laporan Tutorial – Kelompok 1
A. NERVUS CRANIALIS
Nervus Komponen Sel asal Tempat keluar dar cranium
Distribusi dan fungsi
N. olfactorius
(n. cranialis I)
Sensoris khusus
Epitel penghidu
(sel-sel penghidu)
Lubang-lubang pada lamina cribrosa ossis ethmoidalis
Hiduan dari membrane mukosa atap cavitas nasi dextra dan cavitas nasi sinistra, dan sisi superior septum nasi dan concha nasalis superior
N. opticus
(n. cranialis II)
Sensoris khusus
Retina
(sel-sel ganglion)
Canalis opticus Pengliatan dari retina
N. oculomotorius
(n. cranialis III)
Somato – motoris
Visero – motoris
Mesencephalon
Praganglion; mesencephalon; pascaganglion;
Fisura orbitalis superior
Motoris untuk rectus superior,m.rectus inferior, m.rectus medial, m.obliqus inferior, dan m.levator palpebrae superior, memutarkan bola mata ke atas, ke bawah dan medial.
Persarafan parasimpatis untuk m.sphincter pupilae dan m.ciliaris, menyempitkan pupile dan mengakomodasi lensa mata.
53
Laporan Tutorial – Kelompok 1
ganglion ciliare
N. trochlearis
(n.cranialis IV)
Somato-motoris
Mesencephalon Fisura orbitalis superior
Motoris untuk m.obliquus superior yang membantu memutarkan mata ke lateral dan inferior
N.trigeminus
Divisi oftalamik
(n.cranialis V1)
Divisi maksilar
(n.cranialis V2)
Divisi mandibularis
(n. craniali V3)
Sensoris umum
Sensoris umum
Brakio-motoris
Ganglion trigeminale
Ganglion trigeminale
Pons
Fisura orbitalis superior
For. Rotundum
For. Ovale
Perasaan dari cornea, kulit dahi, kulit kepala, palpebra, hidung, dan membrane mukosa cavitas nasi dan sinus paranasales.
Perasaan dari kulit wajah pada maxilla termasuk, gigi atas , bibir atas ,membrane mukosa hidung, sinus maxillaries, dan palatum.
Motoris untuk otot-otot kunyah, m.mylohyoideus, venter anterior m.digastricus, m.tensor veli palatine dan m.tensor tympani
Perasaan dari kulit pada mandibula,termasuk bibir bawah dan sisi kepala , gigi-gigi bawah, articulasio temporomandibularis, dan mukosa mulut dan bagian dua pertiga
54
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Sensoris-umum
Ganglion trigeminale
For. Ovale
anterior lingua
N. abducens
(n. cranialis VI)
Somato-motoris
Pons Fisura orbitalis superior
Motoris untuk m.rectus lateralis yang memutar mata ke lateral.
N. facialis
(n.cranialis VII)
Brakio-motoris
Sensoris-khusus
Pons
Ganglion geniculatum
Meatus acusticus internus, canalis facialis, dan for.stylomastoideum
Motoris untuk otot-otot ekspresi wajah dan kulit kepala; juga mempersarafi m. stapedius auris media; m.sylohyoideus dan venter posterior m,digastricus.
Pengecap dari dua pertiga anterior lingua; dasar mulut, dan palatum.
Perasaan dari kulit meatus acusticus externus.
Persarafan parasimpatis untuk
55
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Sensoris-umum
Visero-motoris
Ganglion geniculatum
Praganglion; pons; pascaganglion; ganglion pterygopalatinum dan ganglion submandibulare
glandula submandibularis dan glandula sublingualis, glandula lacrimalis, dan kelenjar-kelenjar hidung dan palatum.
N. vestibulocochlearis
(n.cranialis VIII)
N. vestibularis
N. cochlearis
Sensoris – khusus
Sensoris – khusus
Ganglion vestibulare
Ganglion cochleare (spirale)
Meatus acusticus internus
Perasaan vestibular dari ductus semicircularis; utriculus dan saculus berhubungan dengan sikap dan gerak kepala.
Pendengaran dari organum spirale corti
N. Brakio – Medulla For. jugulare Motoris untuk m. stylopharyngeus yang
56
Laporan Tutorial – Kelompok 1
glossopharyngeus
(n. cranialis IX)
motoris
Visero – motoris
Visero – sensoris
Sensoris – khusus
Sensoris – umum
oblongata
Praganglion; medulla oblongata; pascaganglion; ganglion oticum
Ganglion superius
Ganglion inferius
Ganglion inferius
membantu sewaktu menelan
Persarafan parasimpatis untuk glandula parotidea
Perasaan visceral dari glandula paratidea, glomus caroticum, dan sinus, pharynx dan auris media
Pengecap dari sepertiga posterior lingua.
Perasaan dari kulit auris externa.
N. vagus
(n. cranialis X)
Brakio – motoris
Medulla oblongata
For . jugulare Motoris untuk m. constrictor pharynx, otot-otot larynx intrinsic dan otot-otot pakatum, kecuali m. tensor veli patina, dan
57
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Visero – motoris
Visero – sensoris
Sensoris – khusus
Praganglion; medulla oblongata; pascaganglion; neuron-neiron dalam, pada sekitar visera
Ganglion superius
Ganglion inferius
Ganglion superius
otot-otot bergaris lintang dua pertiga anterior lingua.
Persarafan parasimpatis untuk otot-otot plos trachea, bronchus , jantung, oesophagus, gaster, dan intestinum.
Perasaan visceral dari pangkal lingua, trachea, pharynx, larynx, bronchus principalis, saluran cerna dan otot-otot jantung.
Pengecap dari epiglotis dan palatum.
Perasaan dari auricula, meatus acusticus externa, dan duramater fossa crania posterior
58
Laporan Tutorial – Kelompok 1
Sensoris – umum
N. accessorius
( n.cranialis XI)
Radix cranialis
(pars vaginalis)
Radix spinalis
(pars spinalis)
Somato- motoris
Brakio- motoris
Medulla oblongata
Medulla spinalis
For. Jugulare Motoris untuk otot-otot palatum molle (vellum platinum), pharynx, dan larynx yang bergabung dengan nervus vagus.
Motoris untuk m. sternocleidomastoideus dan m. trapezius.
N. hypoglossus
(n. cranialis XII)
Somato- motoris
Medulla oblongata
Canalis hypoglossi Motoris untuk otot-otot lingua ( kecuali m. palatoglossus)
59