30
HALAMAN PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan judul percobaan “Spektroskopi Serapan Dalam daerah Tampak” yang disusun oleh: Nama : Fadhilah NIM : 1213041005 Kelas/Kelompok : A/ III telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, Januari 2015 Koordinator Asisten Asisten Rismayanti Kamase Ahmad Hadani Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Drs. H. Muh. Yunus, M. Si NIP : 1365 1231 1989 03 1 017

_1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan judul

percobaan “Spektroskopi Serapan Dalam daerah Tampak” yang disusun oleh:

Nama : Fadhilah

NIM : 1213041005

Kelas/Kelompok : A/ III

telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan

diterima.

Makassar, Januari 2015

Koordinator Asisten Asisten

Rismayanti Kamase Ahmad Hadani

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab

Drs. H. Muh. Yunus, M. SiNIP : 1365 1231 1989 03 1 017

Page 2: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

A. JUDUL PERCOBAAN

Spektroskopi Serapan Dalam Daerah Tampak

B. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengetahui cara mengoperasikan dan menentukan respon spektrofotometer.

2. Mampu mengalirkan kurva absorbansi terhadap panjang gelombang sebagai

spektrum serapan.

3. Mampu mengalirkan hukum Beer dari hasil percobaan.

C. LANDASAN TEORI

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasrkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu jalur larutan berwarna pada

panjang gelombang spenfit dengan menggunakan kromator prisma atau kisil

difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki

keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisis suatu zat dalam jumlah

kecil. Alat ukur kadar kurkumin ini menggunakan sumber cahaya dipromatis yang

dilewatkan pada sebua monokromator prisma dan kisi difraksi yang diperisikan

secara tepat untuk menghasilakan cahaya monokromatis. Cahaya polikromatis

perlu diubah menjadi monokromatis karena suatu larutan berwarna memerlukan

warna tunggal agar penyerapan larutan itu dapat maksimal. Cahaya monokromatis

yang sudah dilewatkan pada larutan kunyit diterima oleh detektor cahaya berupa

frantransitor. Tegangan keluaran fototransitor antara pengukuran tanpa kuvet

berisikan larutan kunyit akan dibandingkan dan dicari seluruh tegangan. Kadar

kurkumin dengan alat ukur menggunakan monokromator prisma dan

kisi difraksi, serta akan dibandingkan dengan pengukuran

spektrofotometer (Harini, dkk, 2012: 32).

Pengukuran spektroskopi cahaya tampak digunakan untuk menentukan

struktur dan identifikasi senyawa organik untuk mengetahui kandungan kimiawi

dalam suatu bahan, seperti penentuan kadar dalam susu sapi. Sumber cahaya yang

bervariasi panjang gelombangnya, pada peralatan spektroskopi cahaya tampak,

dilewatkan pada sampel susu menghasilkan grafik spektrum antara panjang

gelombang dan intensitas cahaya yang diterima oleh detektor. Walaupun tidak

dilakukan analisis secara intens, struktur suatu senyawa kimia, seperti komponen-

Page 3: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

komponen yang utama dari susu yaitu protein, lemak, hidrat arang dan mineral

vitamin, air dapat ditentukan dengan cepat dengan suatu peralatan

spektrofotometer (Endro, dkk, 2004: 41-42).

Metode-metode yang tergolong spektroskopi didasarkan pada interaksi

antara zat kimia dengan energi, biasanya cahaya. Metode spektroskopi sinar

tampak berdasarkan pada penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna.

Oleh karena itu, metode ini disebut juga dengan metode kalometri. Hanya larutan

senyawa berwarna yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak warna

dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang

menghasilkan senyawa berwarna. Contoh ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan

larutan berwarna merah. Lazimnya, kalori dilakukan dengan menggunakan larutan

standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama dengan

menggunakan tabung nessler atau kalorimetri Dubarg. Dengan kalorimeter maka

sejumlah cahay yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi

larutan (Hendayana, dkk, 1997: 5).

Susunan peralatan spektrofotometer Ultra Violet dan sinar tampak meliputi

bagian-bagian sebagai berikut: sumber radiasi/cahaya, monokromator, sel

absorbsi, detektor dan pencatat. Sumber cahaya ini harus memancarkan sinar

tampak dengan kekuatan yang cukup untuk penentuan dan pengukuran, juga harus

memancarkan sinar yang berkesinambungan yang berarti cahaya harus

mengandung semua gelombang dari daerah yang diduga pakai kekuatan sinar

radiasi harus konstan selama waktu yang diperlukan (Triyati, 1985: 42).

Nilai absorbansi yang terukur mencerminkan distribusi panjang

gelombang dalam radiasi dalam sebuah fotometer praktis, tak pernah benar-benar

monokromatik. Pikirkan lagi suatu larutan yang menyerap sebagai deret lapisan

khayal yang sama tebal. Bila radiasi yang polikromatik lapisan yang pertama,

panjang gelombang yang lebih kuat diserap akan terambil dan dalam berkas

cahaya lebih banyak daripada yang lain. Jadi radiasi yang telah lapisan kedua akan

lebih kaya akan panjang gelombang yang kurang kuat diserap, dan lapisan kedua

itu tidaka akan dengan menyerap fraksi radiasi masuk yang sama seperti lapisan

pertama akan dihasilkan penyimpangan dari hukum itu. Meskipun harus ditekan

Page 4: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

bahwa instrumen dapat menimbulkan suatu penyimpangan dari hukum Beugeur

Beer adalah fakta praktis bahwa spektrofotometer modern yang mampu baik

mampu bekerja baik dalam lingkungan ini. Lagipula dari spektrofotometer yang

baik dapat digolongkan sedemikian hingga karakteristik mereka

hilang (Day dan Underwood, 2002: 452).

Karakteristik larutan berwarna diukur denga melihat adsorben sinar. Pada

daerah tampak konsentrasi dapat ditentukan dengan hanya teknik, yaitu

kalorimeter atau kolorimetri visual, fotometri dan spektrofotometri. Teknik yang

terakhir dapat digunakan untuk mengukur absorbansi di dalam daerah tampak dan

ultraviolet, sedangkan dua teknik yang pertama terbatas hanya pada pengukuran

daerah tampak (Hendayana, dkk, 1997:7).

Pengukuran absorbansi atau transmitasi dalam suatu spektrofotometri

ultraviolet dan daerah tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif

specres kimia. Dan absorbansi foton (hv) dengan waktu terhadap terbatas dari

spesies (10-8 – 10-9 detik). Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya Mo

menjadi spesies baru dengan suatu reaksi fotokimia. Absorpsi dalam daerah

ultraviolet dan daerah tamp;ak menyebabkan eksitasi elektron ikatan. Puncak dari

absorbansi dapat dihubungkan dengan jenis ikatan ikatan yang ada dalam spesies.

Spektroskopi absorbansi ini berguna untuk mengakterisasikan gugus fungsi dalam

suatu molekul dan untuk analisis kaualitatif. Tahap kedua adalah relaksasi dengan

berubahnya Mo menjadi spesies baru dengan suatu reaksi fotokimia. Spesies yang

dapat mengabsorpsi akan melakukan transisi yang meliputi elektron π, elektron d

dan f, transfer muatan elektron (Khopkar, 2008: 211).

D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Spektrofotometer dengan panjang gelombang 375-625 nm (Spektronik 20)

b. Kuvet, 3 buah

c. Labu Ukur 25 mL

d. Pipet Volume 10 mL

e. Gelas Kimia 100 mL

f. Pipet Tetes, 5 buah

Page 5: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

g. Ball Pipet, 2 buah

h. Botol semprot, 1 buah

i. Lap kasar, 1 buah

j. Lap halus, 1 buah

2. Bahan

a. Larutan Krom (III) Nitrat (Cr(NO3)3)

b. Larutan Kobalt (II) Nitrat (Co(NO3)2)

c. Aquades (H2O)

d. Tissue

E. PROSEDUR KERJA

Menyalakan spektrofotometer dan mengatur knop pengontrol amplifier

(kiri depan) sampai jarum menunjukkan 0% T dan memanaskan instrumen selama

20 menit.

1. Spektrum Serapan

a. Menyiapkan larutan berikut:

1) 0,0200 M Cr (III) dengan jalan mengencerkan 10 mL larutan baku

Cr(NO3)3dalam labu ukur sampai tepat 25 mL. Kemudian mengocok larutan.

2) 0,0752 M Co (II) dengan cara mengencerkan 10 ml larutan baku Co(NO3)2

0,1880 M dalam labu ukur sampai pada tanda batas. Kemuadian mengocok

larutan.

b. Mengambil 3 kuvet yang telah diserasikan, kuvet I untuk aquades (blanko),

kuvet 2 untuk Cr (III) dan kuvet 3 untuk Co (II).

c. Mengatur panjang gelombang dengan interval 400-600 nm dan selanjutnya

mengatur instrumen pada % T pada waktu tidak ada kuvet dan 100% T pada

waktu kuvet yang berisi aquades yang ditempatkan pada sampel holder.

d. Membersihkan kuvet berisi larutan Cr(III) dengan tissue dan memasukkan ke

dalam sampel holder.

e. Mencatat %T larutan.

f. Mengulangi dengan larutan Co(II).

2. Hukum Beer

Page 6: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

a. Mengambil dalam gelas kimia kecil kira-kira 75 mL larutan Cr (III) dan larutan

induk 0,0506 M. Menyiapkan 4 larutan dengan dengan konsentrasi Cr (III)

masing-masing 0,01; 0,02; 0,03; dan 0,04 N dengan memipet berturut-turut 5,

10, 15, dan 20 mL ke dalam labu ukur 25 mL lalu mengencerkan sampai tanda

batas.

b. Mengambil juga dalam gelas kimia kecil, kira-kira 75 mL larutan Co (II) dari

larutan induk 0,1880 M. Menyiapkan 4 lartan dengan konsentrasi C0 (II)

masing-masing 0,1504; 0,1228; 0,752; dan 0,0375 N dengan memipet berturut-

turut 5, 10,15, dan 20 mL ke dalam labu ukur 25 mL lalu mengencerkan

sampai dengan tanda batas.

c. Dari spektrum Cr (T,T) yang diperoleh tadi pada bagian ini dipilih 2 panjang

gelombang yang akan dipakai untuk mempelajari hubungan antara absorbansi

dan konsentrasi. Pakailah 2 panjang gelombang tadi untuk mempelajari baik

larutan Cr (III) maupun Co (II).

d. Membuat alur Hukum Beer untuk larutan Cr (NO3)3 dan Co (NO3)2 pada

masing-masing panjang gelombang yang dipilih tadi.

e. Memutar tombol panjang gelombang pada panjang gelombang yang terpendek.

f. Memgatur titik 0 dan 100% spektrofotometer dengan kuvet yang sama dengan

yang dipakai pada bagian II untuk aquades. Mengeluarkan kuvet dan tempat

sampel. Perhatikan apakah jarum kembali menunjukkan 0. Jika tidak, atur

kembali titik 0. Melakukan hal yang sama untuk titik 100% T.

g. Mengukur dan mencatat %T larutan Cr (III) yang 0,01 M dan larutan Co (III)

0,376 M dengan menggunakan kuvet yang sama.

h. Mengatur spektrofotometer untuk panjang gelombang berikutnya yang lebih

panjang.

i. Melanjutkan pengukuran berturut-turut untuk larutan Cr (III) dan Co (II) yang

makin pekat pada kedua panjang gelombang yang dipilih.

3. Analisis Serempak Campuran Berkomponen Dua

a. Menyiapkan campuran Cr (III) – Co (II) dengan memipet 10 mL larutan Cr

(III) 0,0506 M dan 10 mL larutan Co (II) 0,1880 M, dari larutan induk masing-

masing ke dalam labu ukur 25 mL lalu mengencerkan sampai tanda batas.

Page 7: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

b. Mengukur dan mencatat %T larutan Cr (III) dan larutan Co (II) dengan

menggunakan kuvet yang sama.

c. Mengatur spektrofotometer untuk panjang gelombang berikutnya yang lebih

panjang.

d. Melanjutkan pengukuran berturut-turut untuk larutan Cr (III) dan Co (II) untuk

panjang gelombang berikutnya.

F. HASIL PENGAMATAN

1. Spektrum Serapan

a. Pembuatan Larutan Cr(NO3)3 0,0200 M

10 mL Cr(NO3)3 0,0500 M diencerkansampai tanda batas larutan Cr(NO3)3 0,0200 M

(biru tua) (biru)

b. Pembuatan Larutan Co(NO3)2

10 mL Co(NO3)20,1880M diencerkansampai tanda batas larutan Co(NO3)2 0,0752 M

(merah muda) (merah muda)

No.λ

(nm)

Cr (III) Co(II)A Cr + A Co

%T A %T A

1. 400 48 0,319 56 0,018 0,337

2. 425 46 0,337 88 0,056 0,393

3. 450 56 0,252 74 0,131 0,383

4. 475 72 0,143 58 0,237 0,380

5. 500 78 0,108 48 0,319 0,427

6. 510 78 0,108 48 0,319 0,427

7. 525 68 0,167 46 0,337 0,504

8. 550 58 0,237 62 0,208 0,445

9. 575 52 0,284 84 0,076 0,360

10. 600 54 0,268 92 0,036 0,304

2. Hukum Beer

a. Pembuatan Larutan Cr (NO3)3 0,0400 M; 0,300 M; 0,0200 M; 0,0100 M.

25 mL Cr(NO3)3 0,0500 M mengencerkan 25 mL 1. Larutan Cr (NO3)3 0,04 M

2. Larutan Cr (NO3)30,03 M

Page 8: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

3. Larutan Cr (NO3)3 0,02 M

4. Larutan Cr (NO3)3 0,01 M

b. Pembuatan Larutan Co(NO3)3 0,1880 M

25 mL Co(NO3)3 0,0500 M mengencerkan 25 mL 1. Larutan Cr (NO3)3 0,04 M

2. Larutan Cr (NO3)3 0,03 M

3. Larutan Cr (NO3)3 0,02 M

4. Larutan Cr (NO3)3 0,01 M

No

.

λ

(nm)

Cr

%T

A

(0,04

M)

% T

A

(0,03

M)

%T

A

(0,02

M)

%T

A

(0,01

M)

1. 425 48 0,398 60 0,222 80 0,97 100 0,000

2. 525 60 0,222 60 0,222 70 0,155 81 0,086

No

.

λ

(nm)

Cr

%T

A

(0,150

4 M)

%

T

A

(0,1128

M)

%TA

(0,0752M)%T

A

(0,0376

M)

1. 425 78 0,100 90 0,046 96 0,018 92 0,036

2. 525 48 0,398 60 0,322 80 0,097 100 0,000

3. Analisis Serempak Campuran Berkomponen Dua

Pembuatan Campuran Cr(III) – Co (II)

10 mL larutan Cr(II) 0,0500 M + 10 mL Co(II) 0,1880 M encerkan sampai tanda batas

No λ

(nm)

Campuran Co + Cr Campuran x

%T A %T A

1 400 70 0,155 56 0,352

2 425 66 0,180 52 0,284

3 450 66 0,180 50 0,304

4 475 65 0,187 48 0,319

5 500 64 0,194 44 0,397

Page 9: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

6 510 62 0,208 40 0,398

7 525 60 0,222 38 0,420

8 550 62 0,208 44 0,357

9 575 68 0,167 54 0,268

10 600 72 0,143 60 0,272

G. PEMBAHASAN

Spektrofotometer adalah sauatu alat yang digunakan untuk mengukur

absorban suatu sampel berdasarkan panjang gelombangnya. Percobaan ini

bertujuan untuk mengetahui cara pengoperasian alat spektronik 20. Adapun

prinsip kerja dari spektronik 20 yaitu interaksi antara materi (elektron valensi)

dengan cahaya, dimana elektron memancarkan sinar yang polikromatis yang

diubah menjadi sinar monokromatis yang dilewatkan pada larutan, kemudian

sinaryang telah melewati suatu larutan kemudian dideteksi oleh detektor baru

setelahnya dilakukan pembacaan skala.

Sebelum digunakan, alat terlebih dahulu dinyalakan sekitar 20 menit

sebelum digunakan agar alat dapat bekerja masksimal pada proses pembacaan.

Sebelum memasukkan blanko kedalam alat spektronik 20 yang telah digunakan,

atur pembacaan %T pada alat hingga angka 000 karena pada alat itu belum ada

sinar yang diserap, dipantulkan maupun diteruskan pada alat. Setelah blanko

dimasukkan, %T diatur kembali hingga pembacaan angka 100 karena blanko yang

digunakan adalah H2O. H2O digunakan sembagai blanko karena semua cahaya

yang melewati H2O akan diteruskan, selain itu H2O digunakan sebagai blanko

karena H2O juga digunakan sebagai pelarut.

a. Spektrum serapan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang

maksimal dari Cr (III) dan Co (II). Digunakan λ max karenan pada λ max

kepekaan absorpsi besar artinya perubahan absorpsi untuk setiap satuan

konsentrasi adalah yang paling besar.

Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik yang diperoleh, dapat

diketahui bahwa absorbansi maksimum untuk larutan Cr (III) berada pada

Page 10: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

panjang gelombang 425 nm dengan absorbansi 0,337 dan larutan Co (II)

dengan panjang gelombang 525 nm dengan absorbansi 0,337. Hasil yang

diperoleh tidak sesuai dengan teori dimana panjang gelombang maksimum Cr

(III) yaitu 575 nm dan Co (II) yaitu 510 nm.

b. Hukum Beer

Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan hukum lambert-beer yang

berbunyi “jika suatu berkas cahaya melewati suatu medium yang homogen,

maka sebagian cahaya datang (Po) diabsorpsi sebabanyak (Pa), sebagian

dapat dipantulkan (Ps) dan sebagian ada yang diteruskan (Pt).

Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 425 nm dan 525 nm

dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk

membuktikan bahwa unsur Co dan Cr tersebut telah memenuhi Hukum

Lambert-Beer atau tidak.

Berdasarkan grafik tidak menunjukkan garis lurus sehingga dapat

dikatakan tidak memenuhi hukum Lambert-Beer sehingga tidak sesuai

dengan teori yang menyatakan jika konsentrasi bertambah jumlah molekul

yang dilalui berkas sinar akan bertambah sehingga serapan juga akan

bertambah. Hal ini disebabkan karena semakin banyak molekul yang

menyerap sehingga semakin banyak atom yang tereksitasi (Hendayana,

1999). Kesalahan terjadi akibat kurang ketelitian praktikan dan kesalahan

dalam pengoperasian alat.

c. Pengaruh campuran berkomponen dua

Percobaan ini bertujuan untuk mrnganalisis dan mengetahui pengaruh

campuran berkomponen dua terhadap absorbansi. Percobaan ini digunakan

dua larutan yang berbeda yaitu Cr (III) dan Co (II). Nilai absorbansi dari

pencampuran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran spektrum

serapan yaitu nilai penjumlahan data Cr (III) dan Co (II).

Bedasarkan hasil perhitungan diperoleh data yang berbeda dengan hasil

pengukuran spektrum serapan dan grafik menunjukkan hasil yang tidak

berhimpit. Hal ini menandakan bahwa pencampuran dua komponen

berpengaruh terhadap nilai absorbansinya. Hal ini tidak sesuai dengan teori

Page 11: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

dimana jika kedua komponen yang bercampur tidak bereaksi sehingga tidak

saling mempengaruhi sifat absorbansinya amsing-masing.

H. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Panjang gelombang maksimum untuk larutan Cr (III) yaitu 425 nm

dengan nilai absorbansi sebesar 0,337 dan Co (II) yaitu 525 nm dengan

absorbansi 0,337.

b. Percobaan ini tidak memenuhi hukum Lambert-Beer karena grafik yang

dperoleh tidak membetnuk garis linier yang menunjukkan jika semakin

besar konsentrasi maka absorbasinya juga semakin besar.

c. Absorbansi campuran tidak sama dengan nilai penjumlahan absorbansi

dari penyusun campuran tersebut.

2. Saran

Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan percobaan

terutama pada penggunaan alat dan juga pada proses pengenceran agar

diperoleh hasil yang lebih maksimal/akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Endro, Jatmiko, dkk. 2004. Rancang Bangun Spektroskopi Cahaya Tampak Untuk Penentuan kualitas susu Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Berkala Fisika. Vol. 7. No. 2.

Harini, Bernadeta Wuri, dkk. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma Demostica). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) Priode III. ISSN: 1979-911x.

Hendayana, Sumar. 1997. Kimia Analisis Instrumen. Bandung: Juruan Pendidikan Kimia FMIPA IKIP Bandung.

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UIP Press.

Triyati, Etty. 2005. Spektrofotometer Ultra-Voilet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam Oseanologi. Jurnal Oseana. Vol. X. No. 1.

LAMPIRAN ANALISIS DATA

1. Spektrum serapan (400 nm-600nm)

Page 13: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

a. Untuk Cr (III) 0,02 M

%T = 48 %

A1 = log 1T

= log 1

0,48 = 0,319

%T = 46 %

A2 = log 1T

= log 1

0,46 = 0,337

%T = 56 %

A3 = log 1T

= log 1

0,56 = 0,252

%T = 72 %

A4 = log 1T

= log 1

0,72 = 0,143

%T = 78 %

A5 = log 1T

= log 1

0,78 = 0,108

%T = 78 %

A6 = log 1T

= log 1

0,78 = 0,108

%T = 68 %

A7 = log 1T

b. Untuk Co (II)

%T = 96 %

A1 = log 1T

= log 1

0,96 = 0,018

%T = 88 %

A2 = log 1T

= log 1

0,88 = 0,056

%T = 74 %

A3 = log 1T

= log 1

0,74 = 0,131

%T = 58 %

A4 = log 1T

= log 1

0,58 = 0,131

%T = 48 %

A5 = log 1T

= log 1

0,48 = 0,319

%T = 48 %

A6 = log 1T

= log 1

0,48 = 0,319

%T = 46 %

A7 = log 1T

Page 14: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

= log 1

0,68 = 0,167

%T = 58 %

A8 = log 1T

= log 1

0,5 = 0,237

%T = 52 %

A9 = log 1T

= log 1

0,52 = 0,284

%T = 54 %

A10 = log 1T

= log 1

0,54 = 0,268

= log 1

0,46 = 0,337

%T = 62 %

A8 = log 1T

= log 1

0,62 = 0,208

%T = 84 %

A9 = log 1T

= log 1

0,84 = 0,076

%T = 82 %

A10 = log 1T

= log 1

0,82 = 0,036

c. Untuk A Cr + A Co

A1 Cr + A1 Co = 0,319 + 0,018 =0,337

A2 Cr + A2 Co = 0,337 + 0,056 =0,393

A3 Cr + A3 Co = 0,252 + 0,131 =0,383

A4 Cr + A4 Co = 0,143 + 0,237 =0,380

A5 Cr + A5 Co = 0,108 + 0,319 =0,427

A6 Cr + A6 Co = 0,108 + 0,319 =0,427

A7 Cr + A7 Co = 0,167 + 0,337 =0,504

A8 Cr + A8 Co = 0,237 + 0,208 =0,445

A9 Cr + A9 Co = 0,284 + 0,076 =0,360

A10 Cr + A10 Co = 0,268 + 0,036 =0,304

2. Hukum Beer

a. Untuk Cr (III) dengan λ 425

0,0400 M → %T = 40 %

b. Untuk Co (II) dengan λ 425

0,1504 M → %T = 78 %

Page 15: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

A = log 1

0,40 = 0,398

0,0300 M → %T = 60 %

A = log 1

0,60 = 0,223

0,0200 M → %T = 80 %

A = log 1

0,80 = 0,097

0,0100 M → %T = 100 %

A = log 11

= 0

c untuk Cr (III) dengan λ 525

0,0400 M → %T = 60 %

A = log 1

0,60 = 0,222

0,0300 M → %T = 60 %

A = log 1

0,60 = 0,222

0,0200 M → %T = 70 %

A = log 1

0,70 = 0,155

0,0100 M → %T = 82 %

A = log 1

82 = 0,086

A = log 1

0,78 = 0,108

0,1128 M → %T = 90 %

A = log 1

0,90 = 0,046

0,0753 M → %T = 96 %

A = log 1

0,96 = 0,018

0,0376 M → %T = 92 %

A = log 1

0,92 = 0,036

d. untuk Co (II) dengan λ 525

0,1504 M → %T = 40 %

A = log 1

0,40 = 0,398

0,1128 M → %T = 60 %

A = log 1

0,60 = 0,222

0,0753 M → %T = 80 %

A = log 1

0,80 = 0,097

0,0376 M → %T = 100

%

A = log 11

= 0

3. Untuk analisis serempak campuran berkomponen dua

a. Untuk campuran Cr (III) dan Co

(II)

%T = 70 %

A1 = log 1T

= log 1

0,70 = 0,155

b. Untuk campuran X

%T = 56 %

A1 = log 1T

= log 1

0,56 = 0,252

Page 16: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

%T = 66 %

A2 = log 1T

= log 1

0,66 = 0,180

%T = 66 %

A3 = log 1T

= log 1

0,66 = 0,180

%T = 65 %

A4 = log 1T

= log 1

0,65 = 0,187

%T = 64 %

A5 = log 1T

= log 1

0,64 = 0,194

%T = 62 %

A6 = log 1T

= log 1

0,62 = 0,208

%T = 60 %

A7 = log 1T

= log 1

0,60 = 0,222

%T = 62 %

A8 = log 1T

= log 1

0,62 = 0,208

%T = 52 %

A2 = log 1T

= log 1

0,52 = 0,284

%T = 50 %

A3 = log 1T

= log 1

0,50 = 0,301

%T = 48 %

A4 = log 1T

= log 1

0,48 = 0,319

%T = 44 %

A5 = log 1T

= log 1

0,44 = 0,397

%T = 40 %

A6 = log 1T

= log 1

0,40 = 0,398

%T = 38 %

A7 = log 1T

= log 1

0,38 = 0,420

%T = 44 %

A8 = log 1T

= log 1

0,44 = 0,357

Page 17: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

%T = 68 %

A9 = log 1T

= log 1

0,68 = 0,167

%T = 72 %

A10 = log 1T

= log 1

0,72 = 0,143

%T = 54 %

A9 = log 1T

= log 1

0,54 = 0,268

%T = 60 %

A10 = log 1T

= log 1

0,60 = 0,222

350 400 450 500 550 600 6500

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

f(x) = 0.00029537110933759 x + 0.0257190742218675R² = 0.0230140570215409

f(x) = − 0.000275818036711892 x + 0.360484836392658R² = 0.0440112811422799

Grafik Hubungan Antara λ dengan absorbansi Cr (III) dan Co (II)

Cr (III)Linear (Cr (III))Co (II)Linear (Co (II))

λ (nm)

Abso

rban

si

Page 18: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.0450

0.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

0.45

f(x) = 13.19 x − 0.1505R² = 0.982086316924406

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Cr (III) pada λ = 425

Konsentrasi (M)

Abso

rban

si

0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.0450

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25f(x) = 4.75 x + 0.0525R² = 0.889495574697916

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Cr (III) pada λ = 525

Konsentrasi (M)

Abso

rban

si

Page 19: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.160

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

f(x) = 0.646276595744681 x − 0.00900000000000001R² = 0.642290748898678

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Co (II) pada λ = 425

Konsentrasi (M)

Abso

rban

si

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.160

0.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

0.45

f(x) = 3.50797872340426 x − 0.1505R² = 0.982086316924406

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Co(II) pada λ = 525

Konsentrasi (M)

Abso

rban

si

Page 20: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

350 400 450 500 550 600 6500

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

f(x) = 8.93854748603353E-06 x + 0.179921787709497R² = 0.000541495736929631

Grafik hubungan antara λ dengan absorbansi Cr (III) + Co (II)

λ (nm)

Abso

rban

si

350 400 450 500 550 600 6500

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

f(x) = 1.95530726256982E-05 x + 0.386203910614525R² = 0.000484509081649542

f(x) = 8.93854748603353E-06 x + 0.179921787709497R² = 0.000541495736929631

Grafik hubungan antara λ dengan absorbansi

A (Cr + Co)Linear (A (Cr + Co))A Cr + A CoLinear (A Cr + A Co)

λ (nm)

Abso

rban

si

Page 21: _1__SPEKTROSKOPI_SERAPAN.docx

350 400 450 500 550 600 6500

0.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

0.45

f(x) = − 9.08752327746739E-05 x + 0.382628491620112R² = 0.0110698178561526

Grafik Hubungan Antara λ dengan absorbansi campuran X

λ (nm)

Abs

orba

nsi