Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
2Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporankinerja tahunan berisi pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah dalammencapai tujuan/sasaran strategis. Pencapaian sasaran menyajikan informasitentang : pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator
3Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
kinerja utama organisasi, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja danperbandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan targetkinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan.
Secara garis besar Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu telahberhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalampencapaian kinerja tahun 2019 dengan capaian rata-rata sasaran strategis sebesar87,31 persen, meskipun di satu sisi ada yang melebihi target dan ada yang tidakmencapai target yang direncanakan.
Walau pencapaian Penetapan Kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan ProvinsiBengkulu sudah dianggap cukup baik, namun dalam pelaksanaannya masih dirasakanada beberapa hal belum sesuai dengan harapan. Perencanaan yang kurang matangdalam mengimplementasikan rencana kerja merupakan salah satu permasalahan yangmengakibatkan salah satu target penetapan kinerja tidak tercapai.
Pencapaian sasaran strategis Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Bengkuluharus ditingkatkan untuk tahun anggaran selanjutnya, sehingga beberapa perbaikandan tindak lanjut mutlak diperlukan. Keberhasilan pencapaian target sendiri disampingditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, sepertikerjasama dengan unit-unit lain di lingkungan DInas Keseshatan Provinsi sera institusiterkait lainnya. Semoga ke depannya, kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan ProvinsiBengkulu yang sudah relatif baik ini dapat terus dipertahankan dan dapat memberikandampak yang signifikan dalam rangka menurunnya angka kesakitan dan angkakematian penyakit menular dan tidak menular serta meningkatkan kesehatan jiwa.
4Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................Error! Bookmark not defined.RINGKASAN EKSEKUTIF...........................................................................................iiiDAFTAR ISI.....................................................................................................................vDAFTAR TABEL.............................................................................................................viDAFTAR GRAFIK.........................................................................................................viiDAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................11.1 Latar Belakang...................................................................................................11.2 Visi dan Misi.......................................................................................................31.3 Tugas Pokok dan Fungsi..................................................................................61.4 Sumber Daya Manusia.....................................................................................81.5 Sistematika Penulisan......................................................................................92.1. Perencanaan Kinerja.......................................................................................102.2. Perjanjian Kinerja...........................................................................................15
BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA..........................................................................173.1 Capaian kinerja................................................................................................173.2 Realisasi Anggaran.........................................................................................53
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................................564.1 Kesimpulan.......................................................................................................564.2 Tindak Lanjut....................................................................................................57
5Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
DAFTAR TABEL
1. Susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja dinas kesehatan provinsibengkulu
2. Cascading indikator rap, rak dan dana dekonsentrasi tahun 20193. Perjanjian kinerja dinas kesehatan provinsi bengkulu tahun 2019 perjanjian kinerja
Dinas kesehatan provinsi bengkuluTahun 2019
6Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
DAFTAR GRAFIK
1. Distribusi Pegawai berdasarkan Pendidikan di Bidang P2P2. Distribusi Pegawai berdasarkan jabatan fungsional di Bidang P2P3. Persentase Anak Usia 0 sampai 11 Bulan yang mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap Tahun 20194. Persentase Anak Usia 0 sampai 11 Bulan yang mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap Tahun 2017 - 20195. Persentase Respon Penanggulangan terhadap Sinyal Kewapadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk Mencegah terjadinya KLB di Kabupaten/KotaTahun 2019
6. Persentase Respon Penanggulangan terhadap Sinyal Kewapadaan DiniKejadian Luar Biasa (KLB) untuk Mencegah terjadinya KLB di Kabupaten/KotaTahun 2017 - 2019
7. Persentase Kasus Malaria Positif yang diobati Sesuai Standar Tahun 20198. Persentase Kasus Malaria Positif yang diobati Sesuai Standar Tahun 2017 –
20199. Persentase Kabupaten/Kota yang mampu melakukan POPM Cacingan dengan
Cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat Tahun 201910. Persentase Kabupaten/Kota yang mampu melakukan POPM Cacingan dengan
Cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat Tahun 2017 - 201911. Persentase Cakupan Penemuan Kasus Baru Kusta Tanpa Cacat Tahun 201912. Persentase Cakupan Penemuan Kasus Baru Kusta Tanpa Cacat Tahun 2017 -
201913. Persentase Kasus TB yang di tatalaksana sesuai standar Tahun 201914. Persentase Kasus TB yang di tatalaksana sesuai standar Tahun 2017 – 201915. Persentase kasus HIV yang diobati Tahun 2019 16. Persentase kasus HIV yang diobati Tahun 2017 - 2019 17. Persentase Cakupan Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C
pada kelompok beresiko Tahun 201918. Persentase Cakupan Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C
pada kelompok beresiko Tahun 2017 - 201919. Persentase Kabupaten/Kota yang 50 % Puskesmas melakukan tatalaksana
standar Pneumonia Tahun 201920. Persentase Kabupaten/Kota yang 50 % Puskesmas melakukan tatalaksana
standar Pneumonia Tahun 2017 - 201921. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) minimal 50% sekolahTahun 201922. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) minimal 50% sekolahTahun 2017 - 201923. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu Tahun
201924. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu Tahun
2017 - 201925. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM Tahun 201926. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM Tahun 2017 - 201927. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun Tahun 2019
7Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
28. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kankerpayudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun Tahun 2017 - 2019
29. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasuskatarak Tahun 2019
30. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasuskatarak Tahun 2017- 2019
31. Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upayapencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusiPenerima Wajib Lapor (IPWL) Tahun 2019
32. Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upayapencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusiPenerima Wajib Lapor (IPWL) Tahun 2017 - 2019
33. Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasiTahun 2019
34. Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasiTahun 2017 - 2019
35.
8Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
DAFTAR LAMPIRAN
1. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu TA 20192. Data target dan capaian Imunisasi3. Data Target dan Capaian Surveilans
9Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai dalam Program
Indonesia Sehat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN
2015-2019) adalah: 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; 2)
meningkatnya pengendalian penyakit; 3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat
dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia
Sehat dilaksanakan melalui Pendekatan Keluarga dan GERMAS.
RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun
2015 dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri
Kesehatan nomor HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P) telah menyusun Rencana Aksi Program P2P tahun 2015 – 2019 yang
merupakan jabaran kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen P2P termasuk
langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun mendatang. Dalam
perkembangannya Renstra yang telah disusun memerlukan penyesuaian terkait dengan
GERMAS, PIS PK dan SPM sehingga pada tahun 2018 dilakukan revisi Renstra
Kementerian Kesehatan dengan nomor HK.01.07/MENKES/422/2017. Sesuai amanat
Menteri Kesehatan, dengan diterbitkannya Renstra Revisi, maka unit utama harus
menjabarkan dalam Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal P2P. Pada revisi RAP
Ditjen P2P Tahun 2018 terjadi perubahan indikator dan telah dituangkan dalam Perjanjian
Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
1
Isu-isu strategis yang ada di bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Tahun 2019, yaitu :1. Pencapaian Target Eliminasi untuk penyakit menular khususnya Penyakit Malaria,
Filariasis, Kusta, TB dan HIV2. Menurunnya Penyakit PD3I3. Kekarantinaan Kesehatan Masyarakat dan Wilayah 4. Melaksanakan imunisasi Dasar lengkap pada anak usia 0-11 bulan5. Pemberian Imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15
tahun.6. Elimasi Campak Rubella tahun 20227. Meningkatkan peran serta masyarakat dan aparat pemerintah daerah dalam
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit8. Peningkatan LS/LP terkait dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 9. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam deteksi dini Penyakit Tidak Menular
melalui Posbindu.10. Meningkatkan POPM Cacingan dalam rangka mendukung intervensi stunting 11. Memperkuat Tim Gerak Cepat dalam pengendalian KLB/Wabah.
Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu atas
pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2019. Disamping itu, laporan kinerja ini
merupakan pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan terkait, yakni Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Pemerintah. Laporan kinerja ini juga sekaligus menjadi alat atau bahan evaluasi guna
peningkatan kinerja Kementerian Kesehatan di masa depan.
1.3 Visi dan Misi
Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 mengikuti Visi dan Misi
Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini
dilaksanakan melalui 7 misi pembangunan yaitu:
2
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang
ingin diwujudkan yakni: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara. 2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. 6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya
seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1)
meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap
(responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di
bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua
kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja,
kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.
3
Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome)
dalam peningkatan status kesehatan masyarakat melalui indikator yang akan dicapai yakni
sebagai berikut: 1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012). 2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%. 4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif. 5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Peran Ditjen P2P dalam mendukung pencapaian indikator Kementerian Kesehatan
yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian peyakit secara berhasil-guna dan
berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina kesehatan, pencegahan dan
pengendalian penyakit menular langsung, pencegahan dan pengendalian penyakit tular
vektor dan zoonotik, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, pencegahan
dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya pada Program P2P.
Visi dan Misi Dinas Kesehatan provinsi Bengkulu
Visi :
Masyarakat sehat yang mandiri dan sejahtera
Misi :
a) Meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkaub) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakatc) Meningkatkan ketersediaan dan sumber daya kesehatand) Menciptakan pengelolaan program yang professional dan akuntabel
Tujuan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Terselenggaranya pembangunan kesehatan di Provinsi Bengkulu secara berhasil
guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Nilai-nilai :
Pro rakyat
Dalam rangka menyelenggarakan pembangunan kesehatan, Dinas kesehatan
Provinsi Bengkulu selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah menghasilkan
yang terbaik untuk masyarakat Provinsi Bengkulu.
4
Inkulsif
Demi keberhasilan pembangunan kesehatan, seluruh komponen masyarakat yang
meliputi lintas sector, organisasi profesi, organisasi masyarakat, pengusaha, masyarakat
madani dan masyarakat harus partisipasi aktif. Karena pembangunan kesehatan tidak
mungkin hanya dilakukan oleh instansi kesehatan saja.
Responsif
Setiap daerah memiliki permasalahan kesehatan yang berbeda dengan daerah
lainnya tergantung kondisi alam, social budaya dan kondisi geografis dan factor-faktor
lainnya. Dinas kesehatan akan respon dengan perbedaan tersebut dalam mengatasi
permasalahan kesehatan yang berbeda-beda yang memerlukan penanganan yang
berbeda pula.
Efektif
Program pembangunan kesehatan di Provinsi Bengkulu haruslah mencapai hasil
yang signifikan sesuai target dan selalu bersifat efisien.
Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Provinsi Bengkulu harus bebas dari
KKN, transparan dan akuntabel.
1.4 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor: 07 tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Daerah Provinsi Bengkulu, Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas dibidang kesehatan
sesuai dengan kewenangan dinas dan tugas-tugas dinas lainnya yang diberikan oleh
Gubernur.
Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu adalah :
1. Merumuskan Kebijakan Teknis dibidang kesehatan
2. Perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas Kab/Kota di bidang kesehatan
3. Pembinaan teknis dan pengendalian dibidang kesehatan lintas kabupaten/kota
4. Pembinaan unit pelayanan teknis dinas
5
5. Pembinaan jabatan fungsional
6. Pelaksanaan ketatausahaan dinas
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai tugas & fungsinya
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu memiliki 2 (dua) UPTD yaitu
Laboratorium Kesehatan Daerah (UPTD Labkesda) dan Pelatihan Kesehatan (UPTD
Pelkes). Berdasarkan data kepegawaian Tahun 2018 pegawai Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu beserta UPTD berjumlah 321 orang, dengan rincian sebagai berikut :
1. Pegawai Dinas Kesehatan berjumlah 254 orang
2. Pegawai UPTD Pelkes berjumlah 36 orang
3. Pegawai UPTD Labkesda berjumlah 31 orang
6
SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULUPERATURAN GUBERNUR PROPINSI BENGKULU
NOMOR : 62 TAHUN 2016
7
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU
H. HERWAN ANTONI, SKM, M.Kes, M.SiNIP. 19731008 199702 1 001
KEPALA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
NELLY ALESA, SIP, M,SiNIP. 19751022 199803 2 002
KEPALA SEKSI KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI
MASYARAKATRENO RYAWAN, SKM,.MPH
NIP. 19780923 200012 1 003
KEPALA SEKSI PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PAHLANASION, S.Sos, M.KesNIP. 19681110 198912 1 001
KEPALA SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN
KERJA DAN OLAHRAGAAKHMAD YULIANSYAH, SKM, MKM
NIP. 19740727 199702 1 001
KEPALA BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKITLISYENTI BAHAR, SKM, MPPMNIP. 19630528 198603 2 002
KEPALA SEKSI SURVEILANS DAN IMUNISASI
H. IRWIN SANTONI, S.Kep,.MPHNIP. 19770312 200502 1 003
KEPALA SEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
Hj. MELI PUSPASARI, SSTNIP. 19770513 200701 2 004
KEPALA SEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWA
ANDI APRIANTO, SKM, MPHNIP. 19770404 200012 2 004
KEPALA BIDANG PELAYANAN DAN SUMBER DAYA
KESEHATANdrg. H. EDRIWAN MANSYUR, MM
NIP. 19700525 199003 1 002
KEPALA SEKSI PELAYANAN KESEHATAN
NUR IKHLAS, S.Sos, SKMNIP. 19680320 199303 1 006
KEPALA SEKSI KEFARMASIAN, ALKES DAN
PERBEKALAN RUMAH TANGGA
HERIADI, SKM,.MMNIP. 19750930 199803 1 001
KEPALA SEKSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
DAN REGISTRASI AKREDITASI
YASMAN, S.Pd,M.PdNIP. 19740309 199402 1 001U P T D
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARISAZHAR, SH, M.Kes
NIP. 19640616 198712 1 003
KEPALA SUB BAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI
DAN PELAPORANDESVEN AMRIL, S.Sos,.M.Si
NIP. 19731203 199403 1 006
KEPALA SUB BAGIAN UMUM, KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN
RUSLIAN, SKM,.M.SiNIP. 197611041996021001
1.4 Sumber Daya Manusia
Pada tahun 2018, jumlah pegawai di Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu dengan distribusi pegawai di seksi surveilans dan imunisasi 16 orang, seksi
pengendalian penyakit Menular 16 orang, dan seksi penyakit tidak menular dan keswa
16 orang.
a. Grafik Distribusi Pegawai berdasarkan pendidikan di Bidang P2P DinasKesehatan Provinsi Bengkulu
Object 3
b. Grafik Distribusi Pegawai berdasarkan jabatan fungsional di BidangP2P Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.
Object 5
1.5 Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada
aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang
sedang dihadapi organisasi.
2. Bab II Perencanaan Kinerja
Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan
Tahun 2019.
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja
a. Capaian Kinerja Organisasi
Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan
kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi.
b. Realisasi Anggaran
Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan
telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan
dokumen Perjanjian Kinerja
4. Bab IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan
kinerjanya.
9
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang
ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan
berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau
yang mungkin timbul. Perencanaan kinerja instansi pemerintah terdiri atas tiga dokumen
Perencanaan yaitu Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perencanaan 5 tahunan,
Rencana Kerja (Renja), dan Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan perencanaan tahunan.
Perencanaan 5 tahunan Dinas Kesehatan Provinsi khususnya dana Dekonsentrasi berasal
dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Rencana Aksi Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Rencana Aksi Kegiatan Direktorat pada Ditjen P2P dan Rencana
Kerja (Renja) Ditjen P2P. Sasaran dan indikator kinerja sasaran kemudian dituangkan
dalam Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi.
Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2015 - 2019
adalah sebagai berikut:
1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate, sebesar 90% pada
akhir tahun 2019.
2. Prevalensi HIV, sebesar <0,5% pada akhir tahun 2019.
3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria sebesar 300 Kabupaten/Kota pada
akhir tahun 2019.
4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta sebesar 34 Provinsi pada akhir tahun 2019.
5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis sebesar 35 Kabupaten Kota pada akhir
tahun 2019.
6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
tertentu, sebesar 40% pada akhir tahun 2019.
7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah, sebesar
100% pada akhir tahun 2019.
8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50%, sebesar 50% pada akhir tahun 2019.
9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan
jiwa dan/atau Napza, sebesar 280 Kab/Kota pada akhir tahun 2019.
Rencana Aksi Program tersebut selanjutnya diturunkan dalam indikator untuk Direktorat
dan Dinas Kesehatan Provinsi dengan penjabaran sebagai berikut:
- Deteksi Dini Faktor Risiko PTM
- Penyisiran Kasus TBC di Faskes
- POPM Kecacingan
- PE 125 Malaria
- Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi
- Percepatan Pengobatan ARV untuk pasien HIV
11
Tabel 2.1.
Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi
Tahun 2018
Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P
Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja Dana DekonsentrasiDinas Kesehatan Provinsi
1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate
1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
2. Prevalensi HIV 2. Persentase kasus HIV yang diobati 2. Persentase kasus HIV yang diobati
3. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta
3. Persentase cakupan penemuan kasusbaru kusta tanpa cacat
3. Persentase cakupan penemuan kasusbaru kusta tanpa cacat
4. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria
4. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API <1 per 1.000 penduduk
4. Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar
5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis
5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka Mikrofilaria menjadi 1%
5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM
6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu
6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
7. Persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib Lanjutan
8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%
8. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
8. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
9. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
9. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
10. Persentase Puskesmas yang 10. Persentase Puskesmas yang
Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P
Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja Dana DekonsentrasiDinas Kesehatan Provinsi
melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim padaperempuan usia 30-50 tahun
melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim padaperempuan usia 30-50 tahun
11. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukankasus katarak
11. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukankasus katarak
12. Persentase Kabupaten/ Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
12. Persentase kab/kota yang mempunyaikebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
12. Jumlah kab/kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
13. Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota
13. Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota
14. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging
14. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging
15. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza
15. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza
15. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza
16. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
16. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
13
Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P
Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja Dana DekonsentrasiDinas Kesehatan Provinsi
17. Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di30% SMA dan yang sederajat
17. Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di30% SMA dan yang sederajat
- 18. Persentase Satker Program P2P yang memperoleh nilai SAKIP dengan hasil minimal AA
18. Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi
2.2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit merupakan dokumen pernyataan dan
kesepakatan kinerja antara Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit untuk mewujudkan target-target kinerja
sasaran Ditjen P2P pada akhir Tahun 2019. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan
Provinsi disusun berdasarkan pada indikator yang tertuang dalam RAK dan Renja
serta telah mendapat persetujuan anggaran. Target-target kinerja sasaran kegiatan
yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Provinsi dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun
2019 adalah sebagai berikut:
TabelPerjanjian Kinerja
Dinas Kesehatan Provinsi BengkuluTahun 2019
No Sasaran Indikator Kegiatan Target
1. Bayi usia 0-11 bulan yang mendapatimunisasi dasar lengkap
Persentase anak usia 0 sampai 11 bulanyang mendapat imunisasi dasar lengkap
93%
2. Kabupaten/Kota melaksanakan surveilanspenyakit potensial KLB dan melakukanrespons terhadap sinyal kewaspadaan(alert) yang muncul dalam SKDR (SistemKewaspadaan Dini dan Respons)
Persentase respons terhadap sinyalkewaspadaan dini (alert) penyakit potensialKLB yang muncul dalam SKDR (SistemKewaspadaan Dini dan Respon)
80%
3. Meningkatnya pencegahan danpengendalian penyakit tular vector danzoonotic
Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar
95%
4. Meningkatnya pencegahan danpengendalian penyakit tular vector danzoonotic
Jumlah Kabupaten/Kota yang mampumelakukan POPM Cacingan dengancakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat
2
5. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase cakupan penemuan kasusbaru kusta tanpa cacat
91%
6. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kasus TB yang ditatalaksanasesuai standar
79%
7. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kasus HIV yang diobati 55%8. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase Kab/Kota yang melaksanakan
deteksi dini hepatitis B dan C padakelompok beresiko
80%
9. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase Kabupaten/Kota yang 50 %Puskesmas melakukan tatalaksanastandar Penumonia
60%
10. Menurunnya angka kesakitan dankematian akibat penyakit tidak menular;Meningkatnya pencegahan danpenanggulangan penyakit tidak menular
Persentase Kabupaten/Kota yangmelaksanakan kebijakan Kawasan TanpaRokok (KTR) minimal 50% sekolah
50%
15
No Sasaran Indikator Kegiatan Target
11. Menurunnya angka kesakitan dankematian akibat penyakit tidak menular;Meningkatnya pencegahan danpenanggulangan penyakit tidak menular
Persentase Puskesmas yangmelaksanakan pengendalian PTM terpadu
50%
12. Menurunnya angka kesakitan dankematian akibat penyakit tidak menular;Meningkatnya pencegahan danpenanggulangan penyakit tidak menular
Persentase desa/kelurahan yangmelaksanakan kegiatan Pos PembinaanTerpadu (Posbindu) PTM
50%
13. Menurunnya angka kesakitan dankematian akibat penyakit tidak menular;Meningkatnya pencegahan danpenanggulangan penyakit tidak menular
Persentase puskesmas yangmelaksanakan kegiatan deteksi dini kankerpayudara dan leher rahim pada perempuanusia 30-50 tahun
50%
14. Menurunnya angka kesakitan dankematian akibat penyakit tidak menular;Meningkatnya pencegahan danpenanggulangan penyakit tidak menular
Persentase Puskesmas yangmelaksanakan deteksi dini dan rujukankasus katarak
30%
15. Meningkatnya kesehatan jiwa danmeningkatnya pencegahanpenyalahgunaan napza
Jumlah Kabupaten/Kota yangmenyelenggarakan upaya pencegahandan pengendalian masalahpenyalahgunaan Napza di lnstitusiPenerima Wajib Lapor (IPWL)
5
16. Meningkatnya DukunganManajemen dan PelaksanaanTugas Teknis Lainnya PadaProgram Pencegahan danPengendalian Penyakit
Persentase layanan dukungan manajemendan pelaporan satker dekonsentrasi
100%
16
BAB 3
AKUNTABILITAS KINERJA
1.5 Capaian kinerja
Pada bab ini disajikan disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran
kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut
dilakukan analisis capaian kinerja per setiap indikator:
Indikator 1 : Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap
1) Definisi Operasional: Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap meliputi 1 dosis Hep B pada usia 0-7 hari, 1
dosis BCG, 4 dosis Polio, 3 dosis DPT-HB (atau DPT-HB-Hib), serta 1
dosis campak selama kurun waktu 1 tahun
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah bayi 0 -11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
dibagi jumlah seluruh bayi yang bertahan hidup (surviving infant) di
suatu wilayah pada kurun waktu yang sama di kali 100%
3) Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 7
17
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 93% dapat dicapai dengan nilai
95,5% berarti capaiann sudah melebihi dari target .b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Object 9
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2017
sampai 2019 tercapai dan melebihi target. Sudah mencapai target perjanjian
kinerja yang ditetapkan.c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis organisasi.
Indikator KinerjaPembangunan Daerah
(Program Imunisasi)Satuan Target Realisasi
Pencapaian Universal ChildImunization (UCI)
% 93 95,50
. Target Kinerja yang tertuang dalam RPJMD Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu tidak sama dengan indikator Capaian Kinerja yang
tertuang dalam Perjanjian Kinerja sehingga tidak bisa dibandingkan.
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
18
Indikator Nasional ProgramImunisasi
SatuanTarget
NasionalRealisasiKinerja
Kab/Kota yang mencapai 80%IDL pada Bayi
% 90 95,90
% anak 0-11 bulan yangmendapat IDL
% 92,5 95,90
Pencapaian Universal ChildImunization (UCI)
% 90 93,70
Indikator Perjanjian Kinerja, selaras dengan indikator nasional
Program Imunisasi yaitu % anak 0-11 bulan yang mendapat IDL dengan
Target 92,5% (Realisasi = 95,90%). e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian target kinerjaadalah :
1) Adanya komitmen pemerintah daerah dalam program imunisasi2) Keterlibatan kader kesehatan untuk program imunisasi sudah berjalan
dengan baik di beberapa kab/kotaf) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Kegiatan – kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Advokasi untuk lebih meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam
upaya peningkatan cakupan imunisasi2) Melakukan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk melengkapi imunisasi
dasar3) Memperkuat jejaring internal dan eksternal dalam penanganan kasus KIPI
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.Capaian indikator Persentase Persentase Anak Usia 0 sampai 11
Bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap adalah 95,50 % dan
dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran Layanan Imunisasi
sebesar 98,52%.
Indikator 2 : Persentase Respon Penanggulangan terhadap Sinyal
Kewapadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk
Mencegah terjadinya KLB di Kabupaten/Kota
1. Definisi Operasional : Persentase respon atas sinyal kewaspadaan dini pada
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
19
2. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah sinyal kewaspadaan dini yang direspon oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun dibagi Jumlah sinyal kewaspadaan dini yang muncul pada Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas di kab/kota tersebut di atas
di kali 100%3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 11
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 80% dapat dicapai dengan nilai 95,40
%b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
20
Object 13
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019
tercapai melebihi target. Sedangkan pada tahun 2018 dan 2017 belum
mencapai target perjanjian kinerja.c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis organisasi.
Indikator KinerjaPembangunan Daerah
Satuan Target Realisasi
Cakupan Desa/Kelurahanmengalami KLB dan dilakukanPenyelidikan Epidemiologi < 24Jam
% 100 95,40
Target Kinerja yang tertuang dalam RPJMD Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu tidak sama dengan indikator Capaian Kinerja yang
tertuang dalam Perjanjian Kinerja sehingga tidak bisa dibandingkand) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
Indikator Nasional Satuan Target Capaian
Persentase SinyalKewaspadaan Dini yangdirespon
% 80 95,40
e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
21
Hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian target kinerja
adalah :1) Meningkatnya kesadaran dan motivasi petugas surveilans PKM dan
Kab/Kota untuk mengirim dan menganalisis laporan mingguan SKDR.2) Dinkes Provinsi selalu memberikan laporan umpan balik SKDR secara
mingguan ke Kab/Kota3) Kabupaten/Kota Melakukan Verifikasi Alert4) Adanya dukungan dari pemangku kebijakan (Kepala dinas dan Kepala
Bidang P2P) baik di Kab/Kota maupun di Provinsi terhadap SKDRf) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Kegiatan – kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas pengiriman data SKDR
tahun 2019 (≥90% untuk respon alert yang timbul).2) Melakukan analisis dan umpan balik data/informasi secara regular di
setiap jenjang (Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas).3) Pemanfaatan hasil analisis untuk evaluasi program dan evaluasi
penanggulangan KLB penyakit menular secara berjenjang.4) Mengupayakan pembiayaan pengiriman sms/tlp untuk laporan mingguan
ataupun untuk kegiatan verifikasi alert/sinyal melalui dana BOK
Puskesmas.5) Mengupayakan pertemuan “ refreshing”/review setiap tahunnya baik di
tingkat Kab/Kota maupun di tingkat Provinsig) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Capaian indikator Persentase Respon Penanggulangan terhadap
Sinyal Kewapadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk Mencegah
terjadinya KLB di Kabupaten/Kota adalah 80% dan dibandingkan dengan
capaian realisasi anggaran Layanan Respon KLB dan Wabah sebesar
95,40% dengan realisasi anggaran sebesar 89,42%.
Indikator 3 : Persentase Kasus Malaria positif yang diobati sesuai
standar.
1. Definisi Operasional : Jumlah kasus malaria positif baik dengan
pemeriksaan mikroskopis maupun RDT yang mendapatkan pengobatan
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
22
2. Rumus/Cara perhitungan : umlah kasus malaria positif baik dengan
pemeriksaan mikroskopis maupun RDT yang mendapatkan pengobatan
sesuai standar dibagi jumlah kasus malaria positif yang ditemukan dikali
100%3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 15
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 95% dapat dicapai dengan nilai
95,35%. Dengan demikian target sudah tercapaib) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Object 17
Dari grafik di atas terlihat bahwa antara tahun 2017 dan 2018 terjadi
penurunan capaian hal ini disebabkan masih banyaknya faskes yang tidak
menggunakan ACT dalam pengobatan malaria dan terjadi kekosongan ACT
pada tahun tersebut. c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi.23
Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu, indikator yang digunakan adalah Angka Kejadian Malaria
Per 1000 Penduduk (Target : API < 1 Per 1000 Penduduk)
Indikator KinerjaPembangunan Daerah
(Program Malaria)Satuan Target Capaian
Angka Kejadian Malaria Per1000 Penduduk (API)
0/00 < 1 0,14
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional ProgramMalaria
Satuan Target Capaian
Jumlah Kab/Kota yangMencapai Eliminasi Malaria
Kab/Kota 18 18
Jumlah Kab/Kota yangMencapai API < 1 Per 1000Penduduk
Kab/Kota 24 24
% Kasus Malaria yangdikonfirmasi Laboratorium
% 95 99,66
% Kasus Malaria yang diobatidengan ACT
% 95 95,76
e) Analisis penyebab kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta
alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian target kinerja
adalah :1) Ketersediaan Obat Anti Malaria di Fasyankes yang belum cukup 2) Jejaring informasi terkait cara mendapatkan Obat Anti Malaria yang sudah
mulai berjalan dengan baik tetapi belum maksimal3) Mutasi tenaga terlatih di tingkat fasyankes
f) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Kegiatan – kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Distribusi Buku Tatalaksana Kasus Malaria Terkini ke masing – masing
Puskesmas yang ada di Provinsi Bengkulu2) Monitoring dan Evaluasi Program Malaria yang dilakukan baik oleh
Provinsi maupun Kab/Kota terhadap pelaksanaan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Malaria3) Sosialisasi Tatalaksana Kasus Malaria Terkini kepada organisasi profesi
melalui pertemuan yang dilaksanakan di tingkat provinsi4) Sosialisasi Tatalaksana Kasus Malaria Terkini kepada dokter – dokter
Spesialit Penyakit Dalam24
5) Pembentukan KOMLI Malaria6) Penemuan secara dini Kasus Positif Malaria di masyarakat melalui MBS
dan Surveilans Migrasig) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Capaian indikator Persentase Kasus Malaria Positif yang diobati
Sesuai Standar adalah 95,35% dan dibandingkan dengan capaian realisasi
anggaran Layanan Pengendalian Penyakit Malaria sebesar 71,72%.
Indikator 4 : Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melakukan POPM
Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat
1. Definisi Operasional : Jumlah Kabupaten/Kota intervensi stunting yang
melaksanakan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum
obat usia 1-12 tahun dalam kurun waktu satu tahun 2. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah Kabupaten/Kota intervensi stunting yang
melaksanakan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum
obat dalam kurun waktu satu tahun 3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 20
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja sebesar 2 yang
terdapat pada Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 2 (100%) dengan
capaian kinerja sebesar 94,48%b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
25
Object 23
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019
dapat dicapai. Dari grafik dapat dilihat bahwa dari tahun ketahun Persentase
Kabupaten/Kota yang mampu melakukan POPM Cacingan dengan cakupan
≥ 75% dari sasaran minum obat Tahun 2017 – 2019, sudah mencapai
target.Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dgn target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis organisasi. Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Indikator 5 :Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa
cacat
a. Definisi Operasional : Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat (cacat tingkat 0)
diantara total kasus baru yang ditemukan di suatu wilayah dalam periode
waktu 1 (satu) tahun.b. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang
ditemukan (cacat tingkat 0) dibagi jumlah kasus baru yang ditemukan dalam
periode 1 tahun di kali 100%c. Capaian Indikator
Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
26
Object 25
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja sebesar 68,42%
yang terdapat pada Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 91% dengan
capaian kinerja sebesar 97,31%c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Object 27
Dari grafik di atas terlihat bahwa capaian kinerja pada Tahun 2019
tidak dapat dicapai. Dari grafik dapat dilihat bahwa dari tahun ketahun terjadi
penurunan capaian untuk penemuan kasus baru kusta tanpa cacat. c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi.Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu, indikator untuk Program Kusta tidak tertuang didalamnya
27
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional ProgramKusta
Satuan Target Capaian
Persentase Cakupan PenemuanKasus Baru Kusta Tanpa Cacat
% 91 75
d) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi tidak tercapainya target kinerja
adalah :1) Sebagian besar daerah kantong kusta berada di lokasi yang sulit
dijangkau2) Kurangnya komitmen politik & alokasi sumber dana 3) Sebagian besar wilayah kantong kusta tidak mendapat dukungan lintas
program dan lintas sektor4) Angka mutasi petugas kesehatan yang tinggi5) Masih adanya self stigma pada penderita dan stigma masyarakat
terhadap penderita kusta6) Belum maksimalnya kemitraan dengan organisasi profesi, RS dan praktek
dokter swasta dalam menciptakan pelayanan kusta yang komprehensif
dan terstandare) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Memperluas cakupan kegiatan advokasi dan sosialisasi serta
pelaksanaan Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta dan Frambusia.2) Mempererat integrasi program dengan program lain3) Menganggarkan dan melaksanakan peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan secara rutin4) Meningkatkan promosi dan sosialisasi serta peran media KIE kepada
penderita, keluarga penderita, dan masyarakat untuk menghilangkan
stigma kusta5) Memperkuat jejaring kemitraan dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi agar memperoleh dukungan dalam pelaksanaan
program sesuai dengan tupoksi masing-masingf) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Capaian indikator Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta
tanpa cacat adalah 75% (82%) dan dibandingkan dengan capaian realisasi
anggaran Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kusta sebesar
94,12%.
28
Indikator 6 : Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
1. Definisi Operasional : Semua kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
(penegakan diagnosis dan pengobatan sesuai standar) diantara semua kasus
TB yang diobati dan dilaporkan2. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
(penegakan diagnosis dan pengobatan sesuai standar) dibagi jumlah semua
kasus TB yang diobati dan dilaporkan dikali 100%.
3. Capaian Indikatora) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar Tahun 2019
Object 30
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 79% dapat dicapai dengan nilai
100% dengan kinerja program sebesar 100%, dikarenakan semua kasus
sudah memenuhi syarat tata laksana kasus sesuai standar.b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
29
Object 32
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019
dapat dicapai. Sedangkan pada tahun 2018sudah mencapai target dari 79%
dengancapaian 87%, indikator ini tidak terdapat pada Perjanjian Kinerja dan
2017 belum ada target perjanjian kinerja yang ditetapkan sehingga tidak bisa
diukur capaian target kinerja. Untuk tahun 2017 indikator pelaporan SITT
belum memisahkan antara berapa yang diobati sesuai standar an berapa
yang diobati. Pemisahan indicator c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi.
Indikator Kinerja PembangunanDaerah
(Program TB)Target Capaian
Cakupan penemuan dan pengobatan semua kasus TB (case detection rate/CDR)
70% 38%
Angka notifikasi semua kasus TB yang diobati (case notification rate/CNR) per 100.000 penduduk
176 164
Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
90% 67%
%tase pasien TB yang mengetahui status HIV
50% 30%
Cakupan penemuan kasus TB resistan obat
60% 14%
30
Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat
70% 40%
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional Program P2 TB Satuan Target Capaian
Proporsi Jumlah Kasus Tuberkulosisyang Terdeteksi dalam ProgramDOTS
% 70% 39%
Proporsi Kasus Tuberkulosis yangDiobati dan Sembuh dalam ProgramDOTS
% 90% 37%
e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi tercapainya target kinerja adalah :
1) Adanya komitmen pemerintah daerah dalam program P2TB2) Data penemuan dan pengobatan pada RS dan fasilitas kesehatan swasta
sebagian besar telah terlaporkan dalam sistem pelaporan program TB.3) Keterlibatan kader kesehatan untuk program TB sudah berjalan dengan
baik di beberapa kab/kota4) Upaya skrining terduga TB telah dilaksanakan dengan adanya program
PIS-PK dan beberapa kab/kota telah melakukan skirining pada kelompok-
kelompok populasi berisiko tinggi seperti daerah kumuh dan miskin,
Lapas, dan lain-lainf) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Advokasi untuk lebih meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam
upaya penanggulangan TB2) Melakukan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin bila ditemukan adanya gejala-gejala awal TB3) Memperkuat jejaring internal dan eksternal fasilitas kesehatan dalam
penanganan pasien TB4) Membentuk Koalisi Organisasi Profesi (KOPI) di provinsi dan kab/kota
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Capaian indikator Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai
standar adalah 86,9% (110%) dan dibandingkan dengan capaian realisasi
anggaran Layanan Pengendalian Penyakit TB sebesar 91,92% yang berarti
terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 18,08%
.
31
Indikator 7 : Persentase kasus HIV yang diobati
1. Definisi Operasional : Semua orang dengan positif HIV dan masih dalam terapi
pengobatan ARV2. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah orang dengan positif HIV dan masih dalam
terapi pengobatan ARV dibagi dengan jumlah orang dengan positif HIV dan
memenuhi syarat untuk memulai terapi pengobatan ARV dikali 100%3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2018
Object 34
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 55% dengan capaian sebesar
68,83% dengan nilai kinerja sebesar 88%
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Object 36
32
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019
sudah mencapai target. Dari 2017 sd 2019 terjadi peningkatan angka
capaian. c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi. Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu, indikator untuk Program Kusta tidak tertuang
didalamnyad) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional Program P2 HIV AIDS
Satuan Target Capaian
Persentase Kasus HIV yang diobati % 90 46
e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal-hal yang mempengaruhi tercapainya target kinerja adalah :
1) Masih kurangnya komitmen pemerintah daerah dalam program P2 HIV
AIDS2) Belum maksimalnya jumlah dan kualitas Layanan PDP telah
dikembangkan ke Puskesmas, walaupun masih terbatas.3) LSM Pendampingan ODHA dalam membantu kepatuhan berobat ODHA
masih sangat terbatas4) Belum Adanya dukungan APBD dalam pembiayaan pemeriksaan Viral
Load bagi ODHA, untuk menilai kualitas Hidup ODHA dan efektifitas
pengobatan5) Mutasi staf terlatih di daerah yang sangat cepat.6) Kurangnya pelatihan SDM dalam penanganan dan penatalaksanaan
penyakit HIV7) Masih tingginya stigma dan diskriminasi terhadap penyakit HIV
f) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
perjanjian kinerja adalah :1) Advokasi untuk lebih meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam
upaya penanggulangan HIV AIDS & IMS2) Melakukan Sosialisasi (Suluh) kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk melakukan testing HIV
dan IMS sedini mungkin.
33
3) Mengembangkan jejaring internal dan eksternal fasilitas kesehatan dalam
penemuan dan penanganan HIV & IMS4) Mengoptimalkan kinerja LSM pendamping5) Memanfaatkan dana BOK untuk PMO ARV oleh orang puskesmas yang
membawahi wilayah tempat tinggal ODHA6) Sosialisasi HIV untuk semua kalangan dalam upaya pengurangan stigma
dan diskriminasi.g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Capaian indikator Persentase kasus HIV yang diobati adalah 46%
(88%) dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran Layanan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV/AIDS sebesar 96,56% yang
berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 8,56%
.
Indikator 8 : Persentase Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis
B dan C pada kelompok beresiko
1. Definisi Operasional : Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok berisiko
lainnya dalam kurun waktu satu tahun. Deteksi dini hepatitis B dilakukan
dengan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) HBsAg pada ibu hamil
dan kelompok berisiko lainnyaRumus/Cara perhitungan : 2. Capaian Indikator : Jumlah Kabupaten/Kota yang melaksanakan Deteksi Dini
Hepatitis B pada ibu hamil dan Kelompok Berisiko Tinggi lainnya di bagi
jumlah seluruh kab/ kota dikali 100 % a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 38
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja sebesar 100% yang
terdapat pada Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 80% dengan capaian
kinerja sebesar 98,04%
34
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Object 40
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019 tidak
dapat dicapai. Dari grafik dapat dilihat bahwa dari tahun ketahun terjadi
penurunan capaian untuk penemuan kasus baru kusta tanpa cacat. d) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi.
Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas Kesehatan
Provinsi Bengk
Indikator 9 : Persentase Kabupaten/Kota yang 50 % Puskesmas
melakukan tatalaksana standar Pneumonia
1. Definisi Operasional : Angka persentase kasus pneumonia balita yang
diberikan tatalaksana standar yaitu dihitung napas dalam waktu satu menit
penuh atau dilihat ada tidaknya Tarikan Dinding Dada bagian bawah Kedalam
(TDDK) minimal 60% dari seluruh kunjungan balita dengan keluhan batuk
atau kesukaran bernapas.2. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya
telah melaksanakan tatalaksana standar Pneumonia dibagi jumlah seluruh
kabupaten/kota yang ada dikali 100%3. Capaian Indikator
c) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
35
Object 42
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja sebesar 80% yang
terdapat pada Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 60% dengan capaian
kinerja sebesar 82%d) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Object 44
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019
sudah mencapai target. Dari grafik dapat dilihat bahwa dari tahun ketahun
terjadi peningkatann capaian kabupaten/kota yang 50% puskesmas
melakukan tata laksana Pneumonia tahun 2017 - 2019. e) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi.
36
Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu. Rendahnya cakupan penemuan penderita pneumonia pada
balita disebabkan oleh karena sebagian besar kabupaten belum mengirimkan
laporan secara lengkap dan tepat waktu, serta sebagian besar pengelola program
(petugas ISPA) di poliklinik belum terlatih (70,11%) karena keterbatasan dana dan
mutasi/rotasi cukup tinggi. Selain itu juga terjadi under reported karena kerancuan
antara diagnosa kerja dan klasifikasi ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat, Batuk
Bukan Pneumonia/ISPA biasa), kemudian pengendalian pneumonia Balita masih
berbasis puskesmas sehingga sumber data kasus pneumonia belum mencakup
RS pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan sarana
Indikator 10 : Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah
a) Definisi Operasional : Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakankebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah adalahkabupaten/kota yang telah melaksanakan kebijakan KTR yang dinilaidari minimal telah menerapkan KTR di 50% sekolah/ madrasah sesuaidengan peraturan perundangan yang mengatur tentang Kawasan TanpaRokok dibagi dengan jumlah kab/ kota di Provinsi. Dalam bentukpenerapan Implementasi KTR : 100% Bebas asap rokok
1. Tidak ditemukan orang merokok di dalam gedung2. Tidak ditemukan ruang merokok didalam gedung3. Tidak tercium bau rokok4. Tidak ditemukan punting rokok5. Tidak ditemukan penjualan rokok6. Tidak ditemukan asbak atau korek api7. Tidak ditemukan iklan atau promosi rokok8. Ada tanda dilarang merokok
b) Rumus/Cara perhitungan : Jumlah Kab/ Kota yang melaksanakan
kebijakan KTR di minimal 50% sekolah dibagi Jumlah kab/ kota di
Provinsi di kali 100%c) Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
37
Object 46
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja sebesar 8,90% yang
terdapat pada Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 50% dengan capaian
kinerja sebesar 98,86%b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Object 48
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019 tidak
dapat dicapai. Dari grafik dapat dilihat bahwa dari tahun ketahun terjadi
penurunan capaian untuk Kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% Tahun 2017 - 2019. d) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi tidak tercapainya target adalah masih
ada Kab/ Kota yang melaksanakan kebijakan KTR di dibawah 50% sekolah
diwilayah Provinsi Bengkulu.
38
e) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Pemantauan kepada semua sekolah yang ada di Provinsi Bengkulu
untuk menigkatkan cakupan capaian kebijakan KTR minimal 50%.2) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan perda KTR.3) Pembentukkan Duta Sekolah dalam mendukung KTR Sekolah4) Menyediakan media sosialisasi KTR melalui media cetak dan elektronik.
Indikator 11 : Persentase Puskesmas yang melaksanakan
pengendalian PTM terpadu
1. Definisi Operasional : Jumlah Puskesmas yang telah melaksanakan minimal
tatalaksana penyakit Hipertensi dan DM dan atau telah melakukan pembinaan
Posbindu PTM di wilayahnya2. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah Puskesmas yang melaksanakan
pengendalian PTM terpadu di bagi Jumlah seluruh Puskesmas di Provinsi di
kali 100%3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 50
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 50% dapat dicapai dengan nilai
76,11%b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
39
Object 52
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019 dan
2018 dapat dicapai. Sedangkan 2017 belum ada target perjanjian kinerja
yang ditetapkan sehingga tidak bisa diukur capaian target kinerja. c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi. Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu, indikator untuk Pengendalian PTM Terpadu
tidak tertuang didalamnyaf) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional Program PTM
Satuan Target Capaian
Persentase Puskesmas yangmelaksanakan pengendalian PTMterpadu
% 50 94
g) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi tercapainya target kinerja adalah :
sebagian besar puskesmas telah membina Posbindu PTM di wilayahnyah) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :5) PelatihanPandu PTM bagi petugas puskesmas6) Monitoring danevaluasipelaksanaanPandu PTM di Kab/Kota
i) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
40
Capaian indikator Persentase Puskesmas yang melaksanakan
pengendalian PTM terpadu adalah 94% (235%) dan dibandingkan dengan
capaian realisasi anggaran yang tidak terdapat dalam RKA K/L 2018, maka
hal ini dapat efesiensi sumber pembiayaan sebesar 235%.
Indikator 12 : Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan
kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
1. Definisi Operasional : Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM 2. Rumus/Cara perhitungan : umlah desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dibagi Jumlah Desa/ Kelurahan di
Provinsi di kali 100%3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 54
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 50% dapat dicapai dengan nilai
93,14%
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
41
Object 56
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019,
2018 dan 2017 dapat dicapai. Melebihi target perjanjian kinerja yang
ditetapkan sehingga tidak bisa diukur capaian target kinerja. c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi. Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu, indikator untuk Kegiatan Posbindu PTM
Terpadu tidak tertuang didalamnyad) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional Program PTM
Satuan Target Capaian
Persentase desa/kelurahan yangmelaksanakan kegiatan PosPembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
% 50 82,5
e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi tercapainya target kinerja adalah :
1) Dinas Kesehatan Kab/Kota memfasilitasi dan melakukan sosialisasi
posbindu di desa/kelurahan2) Kepala desa/kelurahan mendukung kegiatan Posbindu PTM termasuk
pemanfaatan dana desa/ADD untuk Posbindu PTMf) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :
42
1) Pelatihan Posbindu PTM bagipengelola program PTM Puskesmas dan
Kab/Kota2) Pelatihan bagi kader Posbindu PTM7) Sosialisasi dan Advokasi Posbindu PTM bagi stakeholder
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.Capaian indikator Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan
kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM adalah 82,5% (206,25%)
dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran Deteksi Dini Faktor
Risiko Penyakit Tidak Menular sebesar 99% yang berarti terdapat efisiensi
sumber pembiayaan sebesar 107,25%
Indikator 13 : Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan
deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50
tahun
1. Definisi Operasional : Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan
deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50
adalah jumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker
payudara dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS), dan leher rahim
melalui metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) atau papsmear pada
perempuan usia 30-50 tahun2. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan
deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50
dibagi jumlah seluruh Puskesmas di Provinsi dikali 100%3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 58
43
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 50% dapat dicapai dengan nilai
94,6%b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).Tidak terdapat Data 3 Tahun terakhir sehingga tidak bisa
dibandingkanc) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi. Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu, indikator untuk Kegiatan Posbindu PTM
Terpadu tidak tertuang didalamnyad) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional Program PTM
Satuan Target Capaian
Persentase puskesmas yangmelaksanakan kegiatan deteksi dinikanker payudara dan leher rahimpada perempuan usia 30-50 tahun
% 50 87
e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi tercapainya target kinerja adalah :
Karena Tenaga dokter dan/atau bidan puskesmas telah banyak yang dilatih
deteksi dini kanker leher rahim dan payudara melalui metode IVA dan
SADANIS baik dari dana Provinsi/Kab/Kotaf) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Pelatihan deteksi dini IVA dan SADANIS2) Sosialisasi IVA dan SADANIS bagi LP dan LS3) Pendanaan pelaksanaan IVA dan SADANIS dari dana DAK Non Fisik
Provinsi/Kab/Kotag) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Capaian indikator Persentase puskesmas yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia
30-50 tahun adalah 87% (248,57%) dan dibandingkan dengan capaian
realisasi anggaran yang tidak terdapat dalam RKA K/L 2018, maka hal ini
dapat efesiensi sumber pembiayaan sebesar 248,57%.
44
Indikator 14 : Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini
dan rujukan kasus katarak1. Definisi Operasional : Puskesmas yang melakukan deteksi dini oleh
tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas berupa tes fisik mata dengan
menggunakan senter dan ophthalmoscope, lalu pemeriksaan visus mata
dengan menggunakan Snelen Chart, dilanjutkan dengan tes bayangan
(Shadow Test) menggunakan pen light, serta mampu melakukan rujukan
kasus katarak ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut2. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah puskesmas yang melakukan deteksi
dini dan merujuk kasus katarak dibagi Jumlah seluruh puskesmas di
Provinsi dikali 100%3. Capaian Indikatora) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 60
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2018 sebesar 50% dapat dicapai dengan 33,9%b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
45
Object 62
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019 tidak
tercapai sesuai target sedangkan 2016 dan 2017 dapat dicapai bisa diukur
capaian target kinerja. c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi. Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu, indikator untuk Kegiatan Gangguan Indera
tidak tertuang didalamnyad) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Tidak ada Data tersediae) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi tidak tercapainya target kinerja
adalah : Karena masih banyak puskesmas yang tidak melakukan deteksi dini
dan rujukan katarak sesuai standar karena minimnya alokasi anggaran untuk
kegiatan tersebut..f) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Worshop LS. dan LP dalam rangka Penaggulangan Indra2) Seminar Tenaga Kesehatan dan Deteksi Dini Gangguan Penglihatan3) Pembekalan Kader dan Guru UKS dalam Deteksi Dini Gangguan
Penglihatan
Indikator 15 : Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya
pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi
Penerima Wajib Lapor (IPWL)
46
1. Definisi Operasional : Jumlah Kab/kota yang mempunyai minimal 1
Puskesmas / RS / RSJ sebagai IPWL aktif. Kriteria IPWL aktif adalah IPWL
yang menerima pasien wajib lapor dan menjalankan rehabilitasi medis napza
dan atau yang menjalankan upaya promotif dan preventif2. Rumus/Cara perhitungan : Akumulasi jumlah Kab/kota yang mempunyai
minimal 1 Puskesmas / RS / RSJ sebagai IPWL aktif 3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 64
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2018 sebesar 5 Kabupaten/Kota dapat dicapai
dengan nilai 4 Kabupaten/Kotab) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Object 66
47
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019 dan
2018 tidak dapat dicapai. Sedangkan 2017 belum ada target perjanjian
kinerja yang ditetapkan sehingga tidak bisa diukur capaian target kinerjac) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi. Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, indikator untuk Kegiatan Keswa dan
NAPZA tidak tertuang didalamnyad) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional Program PTM
Satuan Target Capaian
Persentase Fasilitas PelayananKesehatan (Fasyankes) InstitusiPenerima Wajib Lapor (IPWL)Pecandu Narkotika yang aktif
% 50
e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.Hal – hal yang mempengaruhi tidak tercapainya target kinerja
adalah : Target 5 Kab/Kota tidak relevan karena berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/402/2014
tentang Penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor, di Bengkulu ditetapkan
sebanyak 11 IPWL yang berada dalam 4 Kab/Kota. Berdasar Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.01/MENKES/701/2018
tentang Penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pengampu dan Satelit Program Terapi Rumatan Metadon,
ditetapkan sebanyak 37 IPWL yang tersebar pada 10 Kab/Kota di Provinsi
Bengkuluf) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Melakukan Pelatihan Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua dalam
Pencegahan Penyalahgunaan Napza.2) Melakukan Pelatihan ASSIST bagi tenaga kesehatan di fasyankes.3) Kerjasama dengan BNN dalam sosialisasi dan bimbingan teknis masalah
penyalahgunaan napza di Kab/Kota
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
48
Capaian indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan
upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di
lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) adalah 4 (80%) dan dibandingkan
dengan capaian realisasi anggaran Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan
NAPZA sebesar 89,14% yang berarti tidak terdapat efisiensi sumber
pembiayaan
Indikator 16 : Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan
satker dekonsentrasi
1. Definisi Operasional : Jumlah layanan dukungan manajemen dan pelaporan
satker dekonsentrasi terdiri dari capaian layanan RKAKL, e monev DJA, e
monev Bappenas dan e performance2. Rumus/Cara perhitungan : umlah layanan dukungan manajemen dan pelaporan
satker dekonsentrasi terdiri dari capaian layanan RKAKL, e monev DJA 12
dokumen, e monev Bappenas 12 dokumen dan e performance 12 dokumen
yang tercapai dibagi dengan target3. Capaian Indikator
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019
Object 68
Dari grafik diatas terlihat bahwa realisasi kinerja yang terdapat pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebesar 100% dapat dicapai dengan nilai
100%b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
49
Object 70
Dari grafik di atas terlihat bahwa target kinerja pada Tahun 2019 dan
2018 dapat dicapai. Sedangkan 2017 belum ada target perjanjian kinerja
yang ditetapkan sehingga tidak bisa diukur capaian target kinerjac) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi. Dalam Dokumen Perencanaan Strategis Organisasi Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu, indikator untuk Kegiatan Dukungan
Manajemen tidak tertuang didalamnyad) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Indikator Nasional Program PTM
Satuan Target Capaian
Persentase Satker Program PP danPL yang memperoleh penilaianSAKIP dengan hasil minimal AA
% 85
e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan. Hal – hal yang
mempengaruhi tercapainya target kinerja adalah : Kerjasama Tim Satker
dalam penyelesaian pelaporanf) Upaya/program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.Upaya - upaya yang dilakukan untuk menunjang pencapaian
pernyataan kinerja adalah :1) Pertemuan rutin tim satker dan segenap pejabat structural serta staf
lingkup Bidang P2P2) Pertemuan Evaluasi Program P2P Tingkat Provinsi Bengkulu dengan
menghadirkan Kab/Kota dan LS/LP terkait g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
50
Capaian Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan
satker dekonsentrasi adalah 100% (100%) dan dibandingkan dengan
capaian realisasi anggaran Layanan Internal (Over Head) sebesar 96,35%
yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 3,65%
1.6 Realisasi Anggaran
1. Realisasi Anggaran
Total Anggaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun 2019 Sebesar Rp. 6.113.982.000,- dengan
realisasi anggaran sebesar Rp. 5.595.056.613 (91,51%).
2. Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja
Rincian dan Realisasi anggaran per indikator Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun 2019 adalah
sebagai berikut :
No
Indikator Ang
garan (Rp)Rea
lisasi (Rp)%
1Persentase anak usia 0 sampai 11bulan yang mendapat imunisasi dasarlengkap
421.354.000
414.270.000
98,32%
2
Persentase respons terhadap sinyalkewaspadaan dini (alert) penyakitpotensial KLB yang muncul dalamSKDR (Sistem Kewaspadaan Dini danRespon)
171.194.000
153.088.700
89,42%
3Persentase kasus malaria positif yangdi obati sesuai standar
296.750.000
242.360.000
81,67%
4Jumlah Kabupaten/Kota yang mampumelakukan POPM Cacingan dengancakupan ≥ 75% dari sasaran minumobat
250.000.000
236.205.000
94,48
5Persentase cakupan penemuan kasusbaru kusta tanpa cacat
450.000.000
437.892.500
97,31%
6Persentase kasus TB yangditatalaksana sesuai standar
347.050.000
314.860.000
90,72%
7Persentase kasus HIV yang diobati 202.2
72.000189.8
45.0009
3,86%
8Persentase Kab/Kota yangmelaksanakan deteksi dini hepatitis Bdan C pada kelompok beresiko
215.995.000
211.770.000
98,04%
9Persentase Kabupaten/Kota yang 50 %Puskesmas melakukan tatalaksanastandar Penumonia
125.130.000
121.992.900
97,49%
1 Persentase Kabupaten/Kota yang 233.6 226.3 9
51
0melaksanakan kebijakan KawasanTanpa Rokok (KTR) minimal 50%sekolah
60.000 25.000 6,86%
11
Persentase Puskesmas yangmelaksanakan pengendalian PTMterpadu
419.500.000
376.238.850
89,69%
12
Persentase desa/kelurahan yangmelaksanakan kegiatan PosPembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
2.007.497.000
1.742.613.000
86.81
13
Persentase puskesmas yangmelaksanakan kegiatan deteksi dinikanker payudara dan leher rahim padaperempuan usia 30-50 tahun
181.411.000
175.810.000
96,91%
14
Persentase Puskesmas yangmelaksanakan deteksi dini dan rujukankasus katarak
15
Jumlah Kabupaten/Kota yangmenyelenggarakan upaya pencegahandan pengendalian masalahpenyalahgunaan Napza di lnstitusiPenerima Wajib Lapor (IPWL)
368.901.000
344.451.563
93,37%
16
Persentase layanan dukunganmanajemen dan pelaporan satkerdekonsentrasi
498.620.000
478.379.450
95,94%
Adapun penyebab realisasi anggaran yang tidak mencapai 100%
adalah sebagai berikut :
Pagu transport lebih besar dari standar biaya transport ke kabupaten
sehingga ada pengembalian dana yang tidak dapat direalisasikan Pada kondisi dilapangan ada beberapa transport petugas kabupaten yang
tidak direalisasikan. Pada perjalanan ke pusat ada kalanya tiket dan transport lokal di bawah
pagu yang tersedia sehingga pagu tidak terealisasi 100% Adanya dana SBK dan langsung dilaksanakan di Desa dengan tidak adanya
pendampingan dari Provinsi Dana SBK menyesuaikan dengan SBM di Provinsi Bengkulu sehingga pagu
tidak terealisasi 100% Paket meeting fullday fullboard tidak terealisasi 100% menyesuaikan dengan
di lapangan. Kegiatan kewasapadaan dini dan respon KLB bisa dilaksanakan apabila ada
KBL atau wabah. Surveilans PD3I apabila baru bisa direalisasikan apabila ada suspek
campak, AFP dan PD3I lainnya.
52
BAB 2
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
1. Pencapaian kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun
2019 telah berjalan baik sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan
dengan rata –rata capaian kinerja sebesar 100 %
2. Berdasarkan pengukuran indikator kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019, dari 16 Indikator
kinerja sasaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019,
sebanyak 5 indikator telah melebihi target yang ditetapkan (>100%), 2 indikator
telah mencapai target yang ditetapkan (100%), sedangkan 4 indikator tidak
mencapai target adalah
a. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat target 91 %dan Capaian 68,42%.
b. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan KawasanTanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolahTahun 2019. Target 50% danCapaian 8,90 %
c. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasuskatarak Tahun 2019. Target 50% dan Capaian 33,9%.
d. Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upayapencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusiPenerima Wajib Lapor (IPWL) Tahun 2019. Target 5 kabupaten dancapaian 4 kabupaten.
53
3. Berdasarkan penyerapan dan pengukuran kinerja anggaran Bidang P2P Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2019 diketahui bahwa kinerja anggaran
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebesar 91,51 %, dengan
realisasi Rp 6.113.982.000 dengan realisasi tertinggi pada Kantor Daerah
sebesar 96,66% pada kegiatan Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang
mendapat imunisasi dasar lengkap dan realisasi paling rendah pada dana
dekonsentrasi yakni sebesar 95,50% pada kegiatan Persentase respon
penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini kejadian luar biasa (KLB)
untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota.
4. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase Puskesmas yang melaksanakan
deteksi dini dan rujukan kasus katarak
5. Realisasi anggaran untuk indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah
penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) sebesar
80%. Hal ini terjadi karena biaya transportasi yang tidak merata untuk seluruh
lokasi kegiatan dan terdapat peserta yang tidak hadir
6. Berdasarkan pengukuran efisiensi sumber daya, dari 16 indikator, terdapat 7
. indikator telah berjalan dengan efisien dimana capaian kinerja dapat mencapai
atau melebihi target dengan anggaran yang lebih rendah dan semua kegiatan
telah dilaksanakan dengan baik.
7. Mengingat penyakit tidak mengenal batas wilayah administrasi, pemerintahan,
maupun negara, maka penyelenggaraan penanggulangan penyakit secara
nasional dilakukan dengan prinsip konkuren, yaitu dilakukan bersama-sama
antara unsur pemerintahan di pusat dan pemerintah daerah. Dengan demikian,
setiap permasalahan penyakit dan faktor risikonya yang timbul di suatu wilayah
perlu ditangani secara bersama antara unsur pusat dan daerah, sedangkan
untuk pintu masuk negara dilakukan upaya khusus melalui upaya
kekarantinaan kesehatan dalam rangka cegah tangkal penyakit antar negara
sebagai bentuk komitmen kesehatan dalam menjaga kedaulatan negara..
2.2 Tindak Lanjut
1. Melakukan review untuk mengevaluasi capaian target akhir tahun
perencanaan, menilai keberhasilan dan pembelajaran yang dihasilkan.
2. Penetapan target tahun berikutnya yang berpedoman pada capaian target
2019.
54
3. Tahun 2019 merupakan tahun terakhir RPJMN, Renstra Kementerian
Kesehatan, RAP P2P, dan RAK Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu periode
tahun 2015 – 2019 sehingga akan dilakukan review untuk mengevaluasi
capaian target akhir tahun perencanaan, menilai keberhasilan dan
pembelajaran yang dihasilkan.
4. Akan dilakukan penyusunan dan pembahasan target RPJMN, Renstra
Kementerian Kesehatan, RAP P2P, RAK Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
periode tahun 2020 – 2024. Penetapan target indikator mengacu pada
tantangan dan capaian indikator periode sebelumnya, isu strategis dan hasil
mid term evaluation.
5. Bagi indikator yang tidak tercapai akan dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat di Kabupaten/Kota lebihselektif selalu melakukan pemantauan rutin.
b. Melakukan Monev terpadu secara berkesinambungan ke Kabupaten/Kotauntuk melaksanakan Sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)minimal 50% ke seluruh OPD dan kawasan terkait.
c. Melakukan sosialisasi dan standarisasi deteksi dini dan rujukan kasus katarakke seluruh di Kabupaten Kota di Provinsi Bengkulu.
d. Melakukan reviu target Kinerja upaya pencegahan dan pengendalian masalahpenyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).
Demikian Laporan Kinerja Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun 2019 disusun sebagai bahan masukan untuk
penyusunan perencanaan tahun berikutnya.
55
1