86
Vol. 01, No. 01, 2013 ISSN

2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Vol. 01, No. 01, 2013 ISSN

Page 2: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Vol. 01, No. 01, 2013 ISSN

Jurnal Akuntansi dan Bisnis

DEWAN REDAKSI

KetuaSuhartono

AnggotaTamjuddin

Mailani HamdaniSri IsmulyatiDeni Surapto

Imas MaesarohSoekiyono

Etty Puji LestariAdrian Sutawijaya

ZulfahmiIN BaskaraJan Hotman

MulyadiZairulsyah

AlamatPusat Keilmuan - LPPM Universitas Terbuka, Jalan Cabe Raya, Ciputat, Tangerang, 15418,

IndonesiaTelepon : 021-7490941 pesawat 1208, Fax : 021-7490147

[email protected] : pk.ut.ac.id

Page 3: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Vol. Vol. 01, No. 01, 2013 ISSN

Jurnal Akuntansi dan BisnisIMPLEMENTASI PER-55/PB/2012 TTG PEDOMANPENYUSUNAN LK DLM PENYUSUNAN INFOPENDAPATAN DAN BLNJA AKRUAL PADA LK BPKRI BENGKULU

1 - 11

JUAN JOHANNES MARULI

ANALISIS LEMAHNYA PENGAWASAN APBD OLEHDPRD

12 - 21

WENI AMRIL

IMPLEMENTASI TRANSPARANSI DANAKUNTABILITAS PEMERINTAH DAERAHKABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

22 - 30

HESTI SETIORINI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011

31 - 41

EKA ROBIANTO

UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN PEMILIKUSAHA KECIL MENENGAH DALAM MEMENUHIKEWAJIBAN PERPAJAKAN

42 - 51

ADHIN ACHMAD KUNCAHYO

PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTURAKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADAPERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTARDI BEI

52 - 63

FRANSISCA DYAH ANGGRAINI

PENGHITUNGAN PPN DAN PPNBM ATASPENYERAHAN RUMAH/APARTEMEN OLEHPENGUSAHA REAL ESTATE

64 - 71

CYNDI NELLY CHRISTIANI NATALIA

PERANAN PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR(POS) DALAM SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

72 - 83

ADISTI ANDARINI

Page 4: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Implementasi PER-55/PB/2012 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan KeuanganKementerian Negara/Lembaga Dalam Penyusunan Informasi Pendapatan dan Belanja

Akrual Pada Laporan Keuangan BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Juan Johannes Maruli

018287738

[email protected]

Akuntansi

Abstrak

Dalam Peraturan Menteri Keunagan PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan LaporanKeuangan Kementrian Negara/Lembaga terdapat perubahan cara pengakuan KebijakanAkuntansi terhadap Akun Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban, dan Ekuitas Dana.Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting digunakan dalam penyusunan Laporan KeuanganBPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu adalah terhadap Akun Pendapatan,Belanja, Aset,Kewajiban, Ekuitas Dana, Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, Pendapatan Diterima di Mukadan Belanja Dibayar di Muka yang Jatuh Tempo Lebih dari 1 (satu) Tahun Setelah TanggalNeraca, dan Penyusutan Aset Tetap. Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, penerapan SAPBerbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap, dan BPK RI Perwakilan ProvinsiBengkulu menerapkan SAP berbasis kas menuju akrual yaitu : Neraca berbasis akrual, LaporanRealisasi Anggaran (LRA) berbasis kas, dan adanya pengungkapan informasi pendapatan danbelanja akrual.

Kata Kunci : PER-55/PB/2012, basis kas menuju akrual, pendapatan, belanja akrual

Pendahuluan

Laporan Keuangan merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang

dikelola oleh entitas akuntansi. Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi

(SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari

pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan sampai dengan pelaporan

posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.

SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen

dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan

Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan

Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan

4

Page 5: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

informasi aset tetap, persediaan, dan lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik

negara serta laporan manajerial lainnya. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga dibuat sebagai dasar hukum dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai

dengan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintah sehingga

kualitas laporan keuangan dapat disajikan dengan akuntabel, akurat, dan transparan.

Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa

lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas

diterima atau dibayar. Informasi pendapatan dan belanja secara akrual disajikan secara terpisah

dari laporan realisasi anggaran berbasis kas yang dihasilkan dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

dan Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara. Informasi pendapatan dan belanja secara

akrual merupakan suplemen yang dilampirkan pada laporan keuangan.

Jenis transakasi akrual :

1. Akuntansi Pendapatan Akrual

a. Pendapatan yang masih harus diterima

b. Pendapatan diterima dimuka

2. Akuntansi Belanja Akrual

a. Belanja dibayar dimuka

b. Belanja yang masih harus dibayar

c. Pengembalian belanja yang belum disetor ke Kas Negara (Piutang Lainnya/Pendapatan

yang Ditangguhkan).

Kebijakan Akuntansi yang digunakan dalam menyusun Laporan Keuangan oleh BPK RI

Perwakilan Provinsi Bengkulu

Dalam penyusunan laporan keuangan terdapat kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting

digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

terhadap Akun Pendapatan,Belanja, Aset, Kewajiban, Ekuitas Dana, Penyisihan Piutang Tidak

Tertagih, Pendapatan Diterima di Muka dan Belanja Dibayar di Muka yang Jatuh Tempo Lebih

dari 1 (satu) Tahun Setelah Tanggal Neraca, dan Penyusutan Aset Tetap.

Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang menambah ekuitas dana

lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak

perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada

KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan

5

Page 6: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan

pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.

Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode

tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah

pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui

bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas

pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja

disajikan pada lembar muka laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja.

1. Kebijakan terhadap Pendapatan Yang Masih Harus Diterima

Pendapatan yang masih harus dibayar adalah Pendapatan yang sampai dengan tanggal

pelaporan belum diterima oleh satuan kerja/pemerintah karena adanya tunggakan pungutan

pendapatan dan transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih satuan kerja/pemerintah dalam

rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Pendapatan yang masih harus diterima pada BPK

RI Perwakilan Provinsi Bengkulu berasal dari PNBP yang masih harus diterima yang terdiri dari

:

1. Pendapatan yang sudah jatuh tempo pada tahun pelaporan tetapi belum dilunasi yaitu :

a. Pendapatan dari pengelolaan BMN yaitu Pendapatan dari Pemanfaatan BMN berupa

Piutang dari Pendapatan Sewa Gedung dan Bangunan ( Rumah Dinas/Rumah Negeri);

b. Pendapatan Lain-lain yaitu : Pendapatan Pelunasan Piutang berupa Piutang dari

Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang diderita oleh Negara ( masuk

TP/TGR ) Bendahara.

2. Pendapatan Ditangguhkan

Pendapatan jasa yaitu Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan ( /jasa Giro ) yang akhir periode

pelaporan belum disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara.

Dalam penyajian informasi pendapatan secara akrual, realisasi pendapatan secara kas tahun

berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara :

a. Menambahkan pendapatan yang masih harus diterima pada tahun anggaran berjalan

(piutang pada tahun berjalan); dan/atau

b. Menambahkan pendapatan yang telah diterima oleh bendahara penerimaan

Kementrian/Lembaga, namun belum disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara

(pendapatan ditangguhkan); dan /atau

c. Mengurangkan pendapatan yang masih harus diterima pada tahun anggaran yang lalu

(piutang pada tahun lalu) yang telah diterima pada tahun anggaran berjalan.

6

Page 7: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Contoh Pendapatan yang masih harus diterima :

Realisasi pendapatan pelunasan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh Negara (masuk

TP/TGR) (423922) satker BPK RI Perwakilan X pada Tahun Anggaran 20XX adalah sebesar

Rp.150.500.000. mutasi tambah berasal dari tagihan TP/TGR pada tahun 20XX yang akhir

periode belum diterima oleh satuan kerja karena adanya tunggakan pembayaran yang

seharusnya sudah jatuh tempo sebesar RP.30.000.000. Mutasi kurang berasal dari realisasi

taguhan TP/TGR karena adanya tunggakan pembayaran di tahun anggaran 20XX yang telah

diterima pada tahun 20XX sebesar Rp.25.000.000.

Pengaruh dari transaksi tersebut pada laporan disajikan :

NO Pendapatan Belanja Realisasi Menurut BasisKas

Penyesuaian Akrual InformasiAkrual

DokumenSumberKode Akun Uraian Tambah Kurang

1 423141 Pendapatanpelunasan gantirugi atas kerugianyang diderita olehNegara (masukTP/TGR)

150.500.000 30.000.000 25.000.000 155.500.000 SSBP/SuratKetetapanSKTUM

Pengaruh dari transaksi tersebut pada Neraca disajikan :

Bagian Lancar TP/TGR Cadangan Piutang

Rp.30.000.000 Rp.30.000.000

2. Kebijakan terhadap Pendapatan Diterima Di Muka

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansu dan

Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Pendapatan diterima di muka timbul pada saat

Pemerintah telah menerima pembayaran atas suatu pemberian jasa/fasilitas/ pelayanan yang

diberikan, tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut. Adapun metode perhitungan

Pendapatan Sewa diterima di Muka adalah jumlah hari sisa masa sewa yang belum dinikmati

oleh pihak ketiga dibagi jumlah hari seluruhnya (asumsi 1 tahun = 365 hari) dikalikan dengan

nilai sewa yang dibayarkan oleh pihak ketiga. Hal ini sesuai yang diilustrasikan dalam Perdirjen

Perbendaharaan PER-62/PB/2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan

Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan.

Kemudian dalam Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan PER-55/PB/2012 tentan

PEdoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementrian Negara/Lembaga, Pendapatan diterima

di muka adalah Pendapatan yang diterima oleh satuan kerja dan sudah disetor ke Rekening Kas

Umum Negara, namun wajib setor belum menikmati barang/jasa/fasilitas dari

7

Page 8: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

barang/jasa/fasilitas dari satuan kerja, atau pendapatan yang telah disetor ke Rekening Kas

Umum Negara yang berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau penilitan oleh pihak yang

berwenang terdapat lebih bayar. Pendapatan diterima di muka pada BPK RI Perwakilan

Provinsi Bengkulu hanya berasal dari PNBP diterima dimuka yang berasal pendapatan sewa

gedung dan bangunan ( Pendapatan Sewa Diterima di Muka ).

Dalam penyajian informasi pendapatan secara akrual, realisasi pendapatan secara kas tahun

berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara :

a. Mengurangkan pendapatan diterima dimuka pada tahun berjalan; dan/atau;

b. Menambahkan pendapatan diterima dimuka pada tahun lalu yang barang/jasa/.

Contoh Pendapatan Diterima Dimuka :

Pada tanggal 2 Januari 20XX, dalam rangka pemanfaatan aset, satker BPK Perwakilan X

menerima pendapatan sewa gedung dari PT A atas penempatan peralatan mesin atm masa sewa

4 tahun dari 1 Januari 20X0 s.d. 31 Desember 20X3 sebesar Rp.100.000.000. Realisasi

Pendapatan Sewa Gedung gan Bangunan (423141) BPK Perwakilan X pada tahun 20x1 sebesar

Rp.75.000.000. Mutasi tambah berasal dari Pendapatan Sewa Diterima di Muka Tahun 20X0

yang jatuh tempo selama Tahun 20X1 adalah sebesar Rp.25.000.000 (365/1460 hari x

Rp.100.000.000). Mutasi kurang berasal dari Pendapatan Sewa Diterima di Muka yang belum

digunakan per 31 Desember 20X1 yaitu untuk periode 1 Januari 20X2 s.d. 31 Desember 20X3

adalah sebesar RP.50.000.000 (730/1460 hari x Rp.100.000.000)

Pengaruh dari transaksi tersebut pada laporan disajikan :

NO Pendapatan Belanja Realisasi MenurutBasis Kas

Penyesuaian Akrual InformasiAkrual

DokumenSumberKode Akun Uraian Tambah Kurang

1 423141 Pendapatansewa tanh,gedung danbangunan

75.000.000 25.000.000 50.000.000 50.000.000 Dokumenkontrak,SSBP

Pengaruh dari transaksi tersebut pada Neraca disajikan:

Pendapatan Diterima Dimuka Barang/Jasa yang harus diserahkan

Rp.50.000.000 Rp.50.000.000

3. Kebijakan terhadap Belanja Dibayar Di Muka

Belanja dibayar di muka adalah pengeluaran satker/pemerintah yang telah dibayarkan

dari rekening kas umum negara dan membebani pagu anggaran, namun barang/jasa/fasilitas dari

8

Page 9: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

pihak ketiga belum diterima/dinikmati satker/pemerintah. Belanja dibayar di muka pada BPK

RI Perwakilan Provinsi Bengkulu berasal dari belanja barang yang dibayar di muka (Prepaid)

yang berasal dari belanja barang untuk sewa gedung/bangunan yang telah dibayarkan dan

rekening kas umum negara namun pada akhir periode pelaporan belum seluruhnya

diterima/dinikmati oleh satuan kerja.

Dalam penyajian informasi belanja dibayar di muka secara akrual, belanja secara kas

tahun berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara :

a . Menambahkan belanja dibayar dimuka pada tahun la lu yang

barang/jasa/pelayanannya dinikmati pada tahun berjalan;

b. Mengurangkan belanja dibayar di muka pada tahun berjalan.

Contoh Belanja Dibayar Dimuka :

Pada 1 November 20A0, satke BPK X menyewa rumah tanggal 28 Oktober 2010 untuk periode

selama 3 (tiga) tahun, dihitung sejak tanggal 1 November 20A0 sampai dengan 31 Oktober

20A3. Disepakati bahwa pembayaran dilakukan di muka sebesar Rp.50.000.000 melalui akun

belanja sewa (522141). Berdasarkan contoh tersebut, belanja akrual yang diakui pada tahun

20A1 yaitu : Realisasi Belanja Sewa (522141) satker BPK X pada tahunn anggaran 20A1

adalah Rp.93.500.000. Mutasi tambah berasal dari Belanja Sewa Dibayar Dimuka tahun 20A0

yang jatuh tempo selama tahun 20A1 adalah sebesar Rp.25.000.000 (365/730 hari x

Rp.50.000.000). Mutasi kurang berasal dari Belanja Sewa Dibayar di Muka yang berlum

digunakan 31 Desemnber 20A1 yaitu untuk periode 1 Januari 20A1 s.d 31Oktober 20A3 adalah

sebesar Rp.30.547.945 (669/1095 hari x Rp.50.000.000

Pengaruh dari transaksi tersebut pada laporan disajikan :

NO Pendapatan Belanja Realisasi MenurutBasis Kas

Penyesuaian Akrual InformasiAkrual

DokumenSumberKode Akun Uraian Tambah Kurang

1 52241 Belanja sewa 50.000.000 25.000.000 30.547.945 44.452.055 SPK, SP2D,SPM

Pengaruh dari transaksi tersebut pada Neraca disajikan :

Belanja Barang yang dibayar dimuka (Prepaid) Barang/Jasa yang harus diterima

Rp.30.547.945 Rp.30.547.945

9

Page 10: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

4. Kebijakan terhadap Belanja Yang Masih Harus Dibayar

Belanja yang masih harus dibayar adalah kewajiban yang timbul akibat hak atas

barang/jasa yang telah diterima/dinikmati/dan atau perjanjian/komitmen yang dilakukan oleh

K/L, namun sampai akhir periode pelaporan belum dilakukan pembayaran/pelunasan atas hak

tersebut kepada pegawai dan/atau pihak ketiga. Belanja yang masih harus dibayar pada BPK RI

Perwakilan Provinsi Bengkulu antara lain : belanja pegawai yang masih harus dibayar, belanja

barang yang masih harus dibayar, kekurangan pembayaran gaji pegawai, tunjangan-tunjangan,

uang makan, serta langganan daya dan jasa ( telepon, listrik, air, internet, tv kabel ) yang masa

pemakaiannya belum selesai sampai akhir tahun anggaran.

Dalam penyajian informasi belanja yang masih harus dibayar secara akrual, belanja secara

kas tahun berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara :

a. Menambahkan belanja yang masih harus dibayar yang terutng pada tahun berjalan;

dan/atau

b. Mengurangkan belanja yang masih harus dibayar pada tahun lalu yang telah

dibayarkan pada tahun berjalan.

Contoh Belanja Yang Masih Harus Dibayar :

Satker BPK X mempunyai beban langganan daya dan jasa atas pemakaian telepon bulan

Desember 20X1 dan penagihan bulan bersangkutan sudah diterima sampai saat tanggal

pelaporan LK yaitu tanggal 29 Januari 20X2 sebesar Rp.700.000. Tagihan tersebut harus dicatat

pada Belanja Barang Yang Masih Harus Dibayar. Realisasi Belanja Langgagnan Telepon

(522112) satker BPK X pada tahun anggaran 20X1 adalah sebesar Rp.10.000.000. Selain itu,

terdapat saldo Belanja Barang Yang Masih Harus Dibayar per 31 Desember 20X0 yang telah

dibayarkan pada tahun 20X1 yaitu adanya pembayaran saldo tagihan telepon per 31 Desember

20X0 yang baru dibayar pada bulan Februari 202 sebesar Rp.950.000.

Pengaruh dari transaksi tersebut pada laporan disajikan :

NO Pendapatan Belanja Realisasi MenurutBasis Kas

Penyesuaian Akrual InformasiAkrual

DokumenSumberKode Akun Uraian Tambah Kurang

1 522112 BelanjaLanggananTelepon

10.000.000 700.000 950.000 9.750.000 TagihanTelepon

10

Page 11: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Pengaruh dari transaksi tersebut pada Neraca disajikan :

Belanja Barang yang masih harus dibayar Dana yang harus dicadangkan

Rp.700.000 Rp.700.000

5. Kebijakan terhadap Pengembalian Belanja Yang Belum Disetor Ke Kas Negara

Pengembalian belanja yang belum disetor ke kas Negara yaitu berupa kelebihan

pembayaran gaji, uang makan, tunjangan-tunjangan, honor kepada pegawai. Pengembalian

belanja yang belum disetor ke kas negaa pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu berasal

dari :

a. Pendapatan yang ditangguhkan : pengembalian belanja pada akhir periode pelaporan

masih berada di tangan bendahara pengeluaran tetapi belum disetor ke Kas Negara.

b. Piutang Lainnya : kelebihan belanja pada akhir periode pelaporan masih berada di

pegawai terkait (belum dilakukan pemotongan gaji pegawai).

Dalam penyajian informasi belanja pengembalian belanja yang belum disetor ke kas Negara

secara akrual, belanja secara kas tahun berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara :

a. Mengurangkan kelebihan pembayaran atas belanja tahun berjalan yang belum disetor

ke Kas Negara pada akhir periode pelaporan.

Contoh Pengembalian Belanja yang Belum Disetor Ke Kas Negara

Pada satker BPK X terdapat kelebihan pembayaran atas uang makan bulan Desember 20A1

sebesar Rp24.000.000, namun sampai dengan tanggal Neraca kelebihan realisasi belanja uang

makan tersebut belum disetor ke Kas Negara (Sudah dilakukan pemotongan terhadap Gaji

Pegwai, hanya belum disetor ke Kas Negara)

Realisasi Belanja Uang Makan PNS (51129) sebesar RP.882.048.000

Pengaruh dari transaksi tersebut pada laporan disajikan :

NO Pendapatan Belanja Realisasi MenurutBasis Kas

Penyesuaian Akrual InformasiAkrual

DokumenSumberKode Akun Uraian Tambah Kurang

1 511129 Belanja uangmakan

882.048,000 24.000.000 858.048.000

Pengaruh dari transaksi tersebut pada Neraca disajikan :

Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Pendapatan yang Ditangguhkan

11

Page 12: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Rp.24.000.000 Rp.24.000.000

Pengaruh transaksi pendapatan dan belanja secara akrual dalam Laporan Realisasi Anggaran

(LRA) dan Neraca adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Pengaruh Transaksi Akrual Pada LRA dan Neraca

NO POS AKRUAL LRA NERACA1 Pendapatan Masih Harus Diterima

(Piutang)Pendapatan + Aset +

ED +

2 Pendapatan Diterima Dimuka (Hutang) Pendapatan - Kewajiban +ED -

3 Belanja Masih Harus Dibayar (Hutang) Belanja + Kewajiban +ED -

4 Belanja Dibayar Dimuka (Piutang) Belanja - Aset +ED +

5 Pengembalian Belanja (Pendapatan yangditangguhkan)

Belanja - Aset +Kewajiban +

Pengembalian Belanja (Piutang Lainnya) Belanja - Aset +ED +

ED = Ekuitas Dana

Sumber : Bagian Akuntansi, Biro Keuangan. Draft Pedoman Teknis PenyusunanLaporan Keuangan Tahun 2012. Jakarta: Sekretariat Badan PemeriksaKeuangan.

Dalam PER-55/PB/2012 terdapat beberapa perubahan pengertian dan penjelasan dari PMK

No.171/PMK.05/2007, perbandingannya dapat dilihat dari tabel dibawah berikut ini :

Tabel 2

Perbandingan antara PMK No.171/PMK.05/2007 dan PER-55/PB/2012 tentang Pendapatan danBelanja

NO PMK NO.171/PMK.05/2007 PER-55/PB/20121 Pengertian Pendapatan standar Sistem

Akuntansi PemerintahSelain terdapat pengertian Pendapatan standarSAP, terdapat penjelasan Pendapatan Akrual

2 Pendapatan Diterima Dimuka sudah di bahas Ada penyempurnaan pengertian PendapatanDiterima Dimuka dari peraturan sebelumnya

3 Belum membahas Pendapatan yang MasihHarus Diterima

Terdapat penjelasan Pendapatan yang MasihHarus Diterima

4 Basis Kas Basis Kas Menuju Akrual5 Belum membahas Pengembalian belanja yang

belum disetor ke kas NegaraTerdapat penjelasan Pengembalian belanja yangbelum disetor ke kas Negara

12

Page 13: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Kesimpulan

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu adalah entitas akuntansi dari Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan

pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

dengan menyusun laporan keuangan berupa Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas

Laporan Keuangan.

Kebijakan-kebijakan Akuntansi yang diterapkan oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

memiliki tujuan dan manfaat agar :

a. PER-55/PB/2012 memberikan pengertian terbaru terhadap akun-akun dalam Laporan

Keuangan terutama dalam akun Pendapatan dan Belanja Akrual;

b. Adanya perubahan penerapan SAP Berbasis Kas menjadi Basis Kas Menuju Akrual;

c. Terdapat penjelasan lebih mendetail terkait Belanja Akrual;

d. Terdapat penyempurnaan pada akun Pendapatan dengan bertambahnya penjelasan tentang

Pendapatan yang Masih Harus Diterima;

e. Terdapat penjelasan tentang Pengembalian belanja yang belum disetor ke kas Negara (

Piutang Lainnya/Pendapatan yang Ditanggunhkan)

Daftar Pustaka

Bagian Akuntansi, Biro Keuangan. Draft Pedoman Teknis Penyusunan Laporan Keuangan

Tahun 2012. Jakarta: Sekretariat Badan Pemeriksa Keuangan.

Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (2012) . Panduan Teknis Akuntansi

Pemerintah Pusat. (Edisi 2). Jakarta : Direktorat Jendral Perbendaharaan Kementrian

Keuangan Republik Indonesia.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2012 tentang Pedoman

Penyusunan Laporan Keuangan Kementrian Negara/Lembaga

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansu dan

Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

Perdirjen Perbendaharaan PER-62/PB/2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan

dan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan

13

Page 14: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

14

Page 15: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

ANALISIS LEMAHNYA PENGAWASAN APBD OLEHDPRD

WENI AMRIL

[email protected]

NIM. 016011988

Program Studi Akuntansi Universitas Terbuka

Abstrak

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah bagian dari pemerintahan daerah danmerupakan lembaga legislatif yang ada didaerah baik ditingkat provinsi maupunditingkat kabupaten/kota.DPRD berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah.Sebagai lembaga legislatif, DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran danpengawasan. Sesuai dengan tugas dan wewenang DPRD dalam melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah, peraturan Kepala Daerah, APBDdan kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah.Pengawasan keuangan yang dilakukan oleh anggota DPRD perlu dilakukan untukmenyeimbangkan dengan kinerja pemerintah dalam hal penyusunan APBD, tujuannyaagar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan terhadap pemberian kekuasaan danwewenang yang luas terhadap pemerintah maka perlu dilakukan pengawasan sertakontrol yang kuat sehingga dalam pengelolaannya dapat mencapai hasil yang maksimal.Akan tetapi dalam pelaksanannya DPRD menemui beberapa kendala. Hal inidisebabkan karena kerja dewan yang belum optimal dan belum mempunyai komitmenyang kuat dari para anggota dewan. Untuk itu akan dibahas mengenai bagaimana DPRDmelakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD di daerah serta masalah-masalahyang timbul dan kendala yang dihadapi sehingga DPRD lemah dalam menjalankankontrol sebagai lembaga pengawas.

Kata kunci : Pengawasan, APBD, DPRD

15

Page 16: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Pendahuluan

Pada era reformasi yang terjadi di Indonesia telah melahirkan banyak perubahan.Otonomi daerah merupakan salah satu perubahan yang terjadi dan ditandai dengankeluarnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dengan iniberarti kebijakan otonomi daerah membawa perubahan fundamental dalam hubungantata kelola pemerintah dan hubungan keuangan, sekaligus membawa perubahan pentingdalam pengelolaan anggaran daerah. Sehingga untuk menciptakan good governance,maka antara Pemerintah Daerah dan DPRD harus ada kerjasama yang baik dan salingmendukung satu sama lain karena mereka sebagai mitra di pemerintahan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan acuan bagiPemerintah Daerah dalam menjalankan pembangunan di daerah. APBD itu sendiridisusun oleh Pemda dengan melibatkan DPRD sebagai lembaga legislatif. Sehinggaantara Pemerintah Daerah dan DPRD merupakan mitra yang sejajar dan selaras sertalembaga yang saling bekerja sama untuk membangun daerah, agar daerah tersebut bisamelaksanakan pembangunan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Selain ituDPRD juga berfungsi sebagai lembaga pengawas pelaksanaan pembangunan yang adadi daerah atau mengawasi apakah APBD yang telah ditetapkan bersama Kepala Daerahtelah dijalankan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana mestinya. Untuk itu DPRD haruslebih jeli dalam mengawasi baik secara internal maupun melalui lembaganya. KarenaDPRD merupakan orang-orang pilihan rakyat yang akan menampung aspirasi yang

16

Page 17: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

disampaikan oleh masyarakat.

Kinerja DPRD dalam pengawasan pelaksanaan anggaran Pemerintah Daerah harus

benar-benar optimal, hal ini untuk memantau apakah pelaksanaan anggaran tersebut telah

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, serta berjalan efisien, efektif dan

ekonomis.

Dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai pengawas, anggota DPRD sendiri

harus mempunyai kemampuan dan kapasitas yang baik. Kapabilitas dan kemampuan Dewan

yang harus dimiliki antara lain pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman dalam menyusun,

mengawasi dan mengevaluasi APBD. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam melakukan

pengawasan keuangan daerah salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Dengan

meningkatnya pengetahuan Dewan khususnya tentang anggaran diharapkan kinerja Dewan

dalam pengawasan keuangan daerah pun semakin baik.

Akan tetapi akhir-akhir ini diberitakan Anggota Dewan yang terjerat dengankasus korupsi terutama yang menyangkut dengan anggaran pembangunan sarana danprasarana didaerah. Bahkan melibatkan anggota dewan yang tergabung didalam BadanAnggaran. Mengapa hal ini bisa terjadi?. Ini membuktikan bahwa DPRD itu sendiribelum optimal; dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pengawas pelaksanaanAPBD. Untuk itu penulis ingin membahas apa yang menyebabkan lemahnyapengawasan APBD oleh DPRD tersebut. Sehingga bisa dicarikan solusinya, agarpengawasan APBD benar-benar bisa dilaksanakan oleh DPRD.

Pembahasan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga kerakyatan

yang dibentuk di provinsi dan juga di kabupaten serta kota. Seperti yang diketahuiDPRD merupakan lembaga perwujudan aspirasi rakyat yang menjalankan fungsinyasebagai lembaga legislatif di daerah. Dengan demikian DPRD mempunyai fungsi utamasebagai lembaga kontrol di daerah. Untuk lebih jelasnya fungsi DPRD itu sendiri dalamUU No. 27 tahun 2009 pasal 343 disebutkan bahwa DPRD yang merupakanrepresentasi dari masyarakat berperan untuk menjalankan tiga fungsi yaitu :

1. Legislasi, fungsi ini berkaitan dengan perumusan dan penyusunan peraturandaerah. Fungsi legislasi menjadikan anggota DPRD harus menguasai berbagaiperaturan perundang-undangan agar tidak terjadi tumpang tindih dan beragamintrepretasi dalam menyusun Peraturan Daerah. Selain penguasaan pengetahuandibidang peraturan perundang-undangan juga harus memiliki kompetensi dalam

17

Page 18: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

legal drafting. Peraturan daerah juga menuntut agar anggota legislatif memilikipengetahuan akan kondisi faktual yang terjadi sehingga penyusunannya memangbertujuan sepenuhnya untuk kemajuan pembangunan di daerah yang bersangkutan.

2. Anggaran, fungsi ini berkaitan dengan penggunaan sumber daya keuangan yangakan digunakan untuk melaksanakan program pembangunan di daerah. MenurutKhairiansyah Salman (Bahan Ajar Asdeksi : 2008) disebutkan bahwa untukmelaksanakan fungsi anggaran ini maka anggota DPRD wajib memiliki kompetensidibidang pengelolaan keuangan daerah dalam aspek perencanaan pembangunan danpenganggaran, penguasaan data dan informasi mengenai kondisi daerah dari segalasector seperti pertanian, pendidikan, perindustrian, kesehatan, infrastruktur danlain-lain. Selain itu juga memiliki kompetensi dalam prosedur penyusunan APBDmulai dari perencanaan pembangunan daerah penyusunan KUA dan PPA sampaikepada penyusunan RKA-SKPD dan Ranperda APBD. Dokumentasi atas hasiljarring asmarauntuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan masyarkat yangberkaitan dengan pembangunan di daerah.

3. Pengawasan, fungsi ini bertujuan untuk menjamin bahwa kebijakan danperencanaan pembangunan yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah dan APBDtelah dilaksanakan oleh eksekutif dengan ekonomis, efisien dan efektif serta sesuaidengan rencana. Terkait pelaksanaan fungsi ini maka masih menurut KhairiansyahSalman, dikatakan bahwa DPRD harus memiliki kompetensi dalam methodologidan teknik pengawasan baik dalam pengelolaan keuangan keuangan maupun dalampenyelenggaraan pemerintahan serta penegakan peraturan perundang-undanganyang dilaksanakan di daerah. Termasuk juga kompetensi untuk mengumpulkan datadan informasi serta bukti-bukti yang berkaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraanpemerintahan dan pengelolaan keuangan serta pelaksanaan APBD.

Dalam melaksanakan fungsi anggaran, DPRD telah membentuk alatkelengkapan yang disebut Panitia Anggaran. Panitia Anggaran terdiri atas PimpinanDPRD, satu wakil dari esetiap komisi, utusan fraksi berdasarkan perimbangan jumlahanggota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2010 tentang PedomanPenyusunan Peraturan DPRD tentang Tata Tertib DPRD, Panitia Anggaran sendirimempunyai tugas sebagai berikut :

a. Memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepadaKepala Daerah dalam mempersiapkan Rancangan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah selambat-lambatnya lima bulan sebelum ditetapkannya AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah.

18

Page 19: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

b. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkanpenetapan, perubahan, perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahsebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna.

c. Memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai pra rancanganAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, perubahan, dan perhitungan AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah yang telah disampaikan oleh Kepala Daerah.

d. Memberikan saran dan pendapat terhadap rancangan perhitungan anggaran yangdisampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD.

e. Menyusun anggaran belanja DPRD dan memberikan saran terhadap penyusunananggaran belanja Sekretariat DPRD.

Penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah

untuk kemudian diusulkan kepada dewan dan dibahas bersama dengan Tim Anggaran

Pemerintah Daerah. Kemudian DPRD memberikan persetujuan dan ditandatangani bersama

dengan Kepala Daerah. Sedangkan pada pelaksanaan APBD, peran pemerintah daerah langsung

kepada teknis pelaksanaannya baik dalam mengejar target pendapatan maupun pelaksanaan

belanja daerah.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan dimulai pada saat proses penyusunanAPBD, pengesahan APBD, pelaksanaan APBD, dan pertanggungjawaban APBD.Menurut Alamsyah (1997) menyebutkan bahwa tujuan adanya pengawasan APBDadalah untuk:

(1) menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dijalankan,

(2) menjaga agar pelaksanaan APBD sesuai dengan anggaran yang telah digariskan,

(3) menjaga agar pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

Kinerja DPRD dalam pengawasan pelaksanaan anggaran Pemerintah Daerah harus

benar-benar optimal, hal ini untuk memantau apakah pelaksanaan anggaran tersebut telah

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, serta berjalan efisien, efektif dan

ekonomis. Proses pengawasan di sini diartikan sebagai proses kegiatan yang ditujukan untuk

menjamin agar pelaksanaan Pemerintah daerah sesuai dengan perencanaan dan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku (Keppres No. 74 Tahun 2001).

19

Page 20: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Pengawasan yang dilakukan oleh dewan bisa berupa pengawasan langsungmaupun pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung maksudnya anggota dewansendiri yang melihat, memeriksa dan terjun langsung ke lapangan. Kegiatan ini bisadilakukan pada saat anggota dewan melakukan reses ke daerah pemilihannya.Sedangkan pengawasan tidak langsung bisa dilakukan dengan memeriksan laporan yangditerima oleh dewan dari Pemda dan masyarakat terutama masyarakat di daerahpemilihannya.

Permasalahannya sekarang adalah dewan masih lemah dalam menjalankanfungsi pengawasan pada keuangan daerah (APBD). Faktor penyebabnya adalah sebagaiberikut :

1. Rendahnya kualitas sumber daya manusiaSumber daya yang terbatas dari anggota DPRD untuk menjalankan fungsipengawasan, yang dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman yangkurang tentang fungsi pengawasan dari anggota DPRD. Ini disebabkankarena anggota DPRD dipilih dan diangkat dengan latar belakangpendidikan dan pekerjaan yang berbeda sebelum menjadi anggota DPRD.Beberapa penelitian yang menguji hubungan antara kualitas anggota dewandengan kinerjanya diantaranya dilakukan oleh (Indradi, 2001; Syamsiar,2001;Sutarnoto, 2002). Dalam hasil penelitiannya membuktikan kualitas dewanyang diukur dengan pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keahlianberpengaruh terhadapa kinerja dewan yang salah satunya adalah kinerja padasaat melakukan fungsi pengawasan. Dalam penelitian ini pengetahuanberkaitan dengan pengetahuan untuk masa yang akan datang. Adanyaperubahan paradigma anggaran di era reformasi ini menuntut adanyapartisipasi masyarakat (publik) dantransparansi anggaran dalam keseluruhan siklus anggaran. Dengan asumsiketerlibatan masyarakat dan transparansi yang dilakukan oleh pihakeksekutif dalam siklus anggaran akan memperkuat fungsi pengawasan yangdilakukan olehdewan.

Peneliti berikutnya, Werfete (2009) melakukan kajian terhadap pelaksanaan

salah satu fungsi pada DPRD Kabupaten Kaimana yaitu fungsi pengawasan,

hasil penelitian ini menunjukan bahwa membenarkan dugaan tentang lemahnya

pelaksanaan pengawasan fungsi pengawasan DPRD Kabupaten Kaimana.

Lemahnya fungsi pengawasan ini disebabkan oleh kualitas SDM anggota

Dewan, komitmen para wakil rakyat, kontrol masyarakat, serta kemampuan

Sekretariat Dewan yang minim. Penelitian Sopanah (2003) membuktikan bahwa

pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap

pengawasan keuangan daerah (APBD) dan interaksi antara pengetahuan dewan

20

Page 21: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

tentang anggaran dengan Partisipasi Masyarakat berpengaruh signfikan terhadap

pengawasan keuangan daerah (APBD), sedangkan interaksi antara pengetahuan

dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan publik tidak signfikan

terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD).

Menurut Indradi (2001) hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa

kualitas Dewan yang diukur dengan Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, dan

Keahlian berpengaruh terhadap Kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja

pada saat melakukan fungsi pengawasan. Hasil penelitian Winarna dan Murni

(2007) membuktikan bahwa Personal background dan political background

tidak berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah,

tetapi pengetahuan dewan berpengaruh terhadap peran DPRD dalam

pengawasan keuangan daerah.

Selain itu kemampuan manajerial atau kepemimpinan bisa disebabkan olehlatar belakang pendidikan dan pekerjaan yang dimiliki oleh anggota dewan.Apalagi dewan yang baru duduk dan belum punya pengalaman dalamkepemimpinan. Sehingga perlu pembelajaran dan pengalaman untukmelakukannya. 2. Lemahnya dukungan dan partisipasi masyarakatMasyarakat sangat berperan dalam membantu dewan dalam melakukanpengawasan.Karena dari masyarakatlah anggota dewan bisa mendapatkaninformasi dan data tentang pelaksanaan anggaran di lapangan. Untuk itulahperlu kerjasama dan dukungan moral dari masyarakat dan menumbuhkankepercayaan masyarakat terhadap anggota dewan.

Achmadi et.al (2002) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakatmerupakan kunci sukses dari pelaksanaan otonomi daerah karena dalampartisipasi menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yangdimaksud di sini termasuk pengawasan terhadap pihak eksekutif melaluipihak legislatif. Peranan Dewan dalam melakukan pengawasan keuangandaerah akan dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat dalam advokasianggaran. Jadi, selain pengetahuan tentang anggaran yang mempengaruhipengawasan yang dilakukan oleh Dewan, partisipasi masyarakat diharapkanakan meningkatkan fungsi pengawasan.3. Rendahnya komitmen atau motivasi anggota DPRD

Tindakan untuk melakukan pengawasan dimulai dari komitmen anggota

21

Page 22: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

dewan itu sendiri. Bahkan dalam masa kampanyenya, anggota dewanberkoar-koar akan bersih dari KKN dan akan mengawasi jalannyapemerintahan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ada oknum anggota dewanyang lupa akan janji-janjinya tersebut. Untuk itu perlu ditanamkan dalam dirianggota dewan itu sendiri komitmen atau motivasi berusaha semaksimalmungkin untuk mengawasi pelaksanaan anggaran yang telah disusunyabersama dengan Kepala Daerah.

4. Adanya campur tangan partai politik. Belum maksimalnya fungsipengawasan karena dipengaruhi oleh faktor politik. Fungsi pengawasanyang dilakukan oleh DPRD dipengaruhi oleh partai politik yangmengusung anggota dewan. Sehingga ada kewajiban moral anggotadewan terhadap partai politiknya

Penutup

a. Kesimpulan

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD dapat dilakukan secara internal maupuneksternal. Pengawasan secara internal secara pribadi sedangkan pengawasan secaraeksternal dilakukan melalui informasi yang didapat dari masyarakat atau informasi darilembaganya. Sedangkan lemahnya pengawasan APBD oleh disebabkan oleh kurangnyakapabilitas anggota dewan karena kurangnya pengetahuan, pendidikan dan pengalamanyang dimilikinya. Sedangkan partisipasi masyarakat dan campur tangan partai politikjuga ikut mempengaruhi lemahnya pengawasan APBD.

b. Saran

Untuk mengatasi lemahnya pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan APBD dapatdilakukan beberapa hal berikut ini :

1. Peningkatan kualitas sumber daya anggota DPRDPeningkatan kualitas anggota dewan tidak saja melalui pendidikan danpelatihan non formal, tetapi juga sebaiknya ditambah dengan pendidikanformal.Selain itu dengan adanya kegiatan berupa kunjungan kerja/studibanding ke daerah lain yang bisa menambah informasi dan pengalamananggota dewan. Banyak yang beranggapan bahwa kunjungan kerja/studi

22

Page 23: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

banding menghambur-hamburkan uang rakyat tetapi ilmu dan informasiyang didapat selama mengikuti kegiatan sangat mendukung program kerjadewan khususnya dan untuk masyarakat nantinya.2. Dalam kegiatan di dewan didukung dengan adanya staf ahli yang dapat

memberikan masukan dan saran dalam melakukan pekerjaannya.Pendanaan dan penggajian staf ahli dilakukan di Sekretariat DPRD . Stafahli bisa diperuntukan untuk masing-masing fraksi di DPRD.Keberadaan staf ahli ini bisa membantu dewan jika menemui kendalaatau meminta saran dalam pengambilan keputusan.

3. Melibatkan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalampelaksanaan dan pengawasan APBD. Dengan begitu aspirasi yangdisampaikan masyarakat bisa ditampung dan dilaksanakan secarabersama-sama. Keberhasilan pembangunan di daerah juga perludisokong oleh partisipasi masyarakat. Misalnya dalam rapat musrenbang,reses anggota dewan ke daerah pemilihan.

Daftar Pustaka

Halim, Abdul.(2008).Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 3.Jakarta:Penerbit SalembaEmpat.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah DaerahUU No. 27 tahun 2009 Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, danDewan Perwakilan Rakyat DaerahPeraturan Pemerintah No. 16 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan PerwakilanRakyat Daerah

Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler danKeuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan PeraturanTata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

23

Page 24: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

24

Page 25: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

IMPLEMENTASI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAHDAERAH KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

HESTI SETIORINI

017879834

[email protected]

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (S1)

ABSTRAK

Kabupaten Mukomuko merupakan implikasi otonomi daerah terhadap lembaga sektorpublik yang terbentuk lewat UU No.3 Tahun 2003 sebagai pemekaran dari KabupatenBengkulu Utara. Pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasikeuangan kepada publik, sehingga transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerahdapat terlaksana dengan baik. Pemerintah kabupaten Mukomuko meraih penghargaanwajar tanpa pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan tiga tahun berturut-turut. (www.bpkp.go.id , 2011).

Masalah yang dibahas adalah bagaimana penerapan transparansi danakuntabilitas pemerintah kabupaten Mukomuko. Tujuan penulisan ini untukmneganalisis penerapan transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah kabupatenMukomuko. Metode penulisannya adalah study pustaka, metode pengumpulan datamenggunakan deskriptif kualitatif.

Bentuk transparansi penyelenggaraan pelayanan pemerintah daerah KabupatenMukomuko dilaksanakan dengan penyampaian informasi laporan pertanggungjawabankepada masyarakat melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar (Antara Bengkulu),iklan layanan masyarakat (TVRI Bengkulu), liputan media internet(Website:http//www.mukomukokab.go.id). Bentuk pertanggungjawaban pemerintahandaerah Mukomuko yaitu laporan keuangan yang terdiri dari perhitungan APBD(Laporan realisasi anggaran), Laporan Aliran Kas dan Neraca.

Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu diperlukannya partisipasi aktif darimasyarakat dan swasta untuk memberi tanggapan atas informasi laporanpertanggungjawaban pemerintah yang telah disampaikan, sebagai alat monitoring dan

25

Page 26: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

evaluasi dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di kabupaten Mukomuko.

Kata Kunci: Transparansi, Akuntabilitas, Pem.Kab. Mukomuko, Otonomi Daerah

1. Pendahuluan

Di era reformasi sekarang ini, akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan,ada beberapa tuntutan yang semakin besar dari masyarakat atau stakeholder kepadalembaga sektor publik atau pemerintah untuk melakukan transparansi dan akuntabilitas.Tuntutan masyarakat ini terkait dengan transparansi dalam pemberian informasi kepadapublik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yang terdiri atas hak untuk mengetahui(right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed), dan hak untukdidengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to) (Mardiasmo. 2009:171)

Lembaga sektor publik atau pemerintah dituntut untuk lebih efisien, tangguh danprofessional. Untuk mewujudkan hal tersebut harus dilakukan efisiensi biaya misalnya,strategic cost management, restrukturisasi organisasi, privatisasi serta perekrutan SDMyang berkualitas dan berintegrasi tinggi, oleh karena semakin kuatnya tuntutanpelaksanaan akuntabilitas dan perlu dilakukannya transparansi dan pemberian informasikepada publik atau kepada pihak yang membutuhkan atas informasi tersebut. Dalamorganisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktiva dankinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporantersebut, baik pemerintah pusat maupun daerah harus bisa memberikan informasitersebut (Tettet, dkk, 2011). Akuntabilitas (accountability) mengacu pada pengelolaanatas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien dengan kewajiban untuk melaporkan,menyajikan dan mengungkapkan kepada publik.

Perkembangan lembaga sektor publik atau pemerintah khususnya di Indonesia semakinpesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Salah satuKetetapan MPR yaitu TAP MPR No. XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan OtonomiDaerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yangberkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, merupakan landasan hukum bagi dikeluarkannya UndangUndang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang No. 25Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah sebagai Dasar Penyelengaraan Otonomi Daerah. Kebijakan otonomi daerah merupakan langkah yangstrategis dalam menjawab permasalahan pemerintah seperti kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan dan masalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM),dengan adanya otonomi daerah juga dapat mendorong pemerintah untuk menyongsong

26

Page 27: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perekonomian daerah. UU inimemberikan otonomi kepada daerah kabupaten dan kota untuk melaksanakan kebijakanmenurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Sehingga dengan semakin besarpartisipasi masyarakatnya akan mempengaruhi komponen kualitas pemerintahanlainnya, seperti pergeseran orientasi pemerintah dari command and control menjadiorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik.

Di samping Undang-undang tersebut, Menteri Dalam Negeri mengeluarkanPermendagri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada intinya semua peraturantersebut menginginkan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaankeuangan daerah, dimana setiap kabupaten memiliki kewajiban untuk membuat laporankeuangan untuk mempertanggungjawabkan aktivitas yang telah dilakukan. Laporankeuangan tersebut akan diaudit atau diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Berdasarkan hasil pemeriksaan, BPK akan memberikan pendapat atau opini atas laporankeuangan tersebut.

Implikasi otonomi daerah terhadap sektor publik adalah bahwa pemerintahdaerah dituntut untuk mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, DPRDdan pihak yang menjadi stakeholder pemerintah daerah, sehingga transparansi danakuntabilitas pemerintah daerah dapat terlaksana dengan baik. Kabupaten Mukomukoterbentuk lewat UU No.3 tahun 2003, sebagai pemekaran dari kabupaten BengkuluUtara. Pemerintah daerah kabupaten Mukomuko meraih penghargaan wajar tanpapengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tiga tahun berturut-turut(Tahun 2009, 2010, 2011 (www.bpkp.go.id , 2011).

Jika seluruh satuan kerja perangkat daerah mematuhi mekanisme pelaporan tentuhasilnya akan transparan dan akuntabel sehingga mendapat opini Wajar TanpaPengecualian (WTP), (Sapto Amal Damanhari, 2011). Hal inilah yang melatarbelakangi penulisan karya ilmiah ini dengan mengangkat judul ImplementasiTransparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko ProvinsiBengkulu.

Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas adalah bagaimana transparasnsidan akuntabilitas Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu.Sedangkan tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis penerapan transparansi dan akuntabilitas Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko ProvinsiBengkulu.

27

Page 28: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

2. Tinjauan Pustaka2.1 Definisi Transparansi

Transparansi menurut UNDP (Mardiasmo, 2009 : 18) dibangun atas dasarkebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentigan publicsecara langsung dapat diperoleh mereka yang membutuhkan. Transparansi dapatdiketahui banyak pihak mengenai pengelolaan keuangan daerah dengan kata lain segalatindakan dan kebijakan harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan diketahui olehumum. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiaporang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakniinformasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil yangdicapai. (Krina, 2003 : 14)

Transparansi penyelenggaraan pelayanan publik merupakan pelaksanaan tugas dankegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat mulai dari proses kebijakan,perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta mudah diakses oleh semua pihak yangmembutuhkan informasi tersebut, memiliki prosedur pelayanan yang sederhana, tidakberbelit-belit, mudah dipahami serta mudah dilaksanakan.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi adalah keterbukaanpublik atau kebebasan dalam memperoleh informasi mengenai kebijakan, prosespelaksanaannya serta hasil yang dicapainya dengan tujuan untuk menyediakaninformasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkanpenyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance).

2.2 Definisi Akuntabilitas

Akuntabilitas (Ulum, 2004:40) merupakan suatu pertanggungjawaban oleh pihakyang diberi kepercayaan oleh masyarakat dimana nantinya terdapat keberhasilan ataukegagalan di dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan yang telahditetapkan. Menurut Krina (2003:9), akuntabilitas adalah prinsip yang menjamin setiapkegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbukaoleh pelaku kepada pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. MenurutMardiasmo (2009:18) Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada publik atassetiap aktivitas yang dilakukan.

Finner dalam Widodo menjelaskan akuntabilitas sebagai konsep yang berkenaandengan standar eksternal yang menentukan kebenaran suatu tindakan birokrasi.Pengendalian dari luar (exernal control) menjadi sumber akuntabilitas yang memotivasidan mendorong aparat untuk bekerja keras. Masyarakat sebagai penilai objektif yang

28

Page 29: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

akan menentukan accountable atau tidaknya sebuah birokrasi. Ciri-ciri pemerintahanyang accountable adalah 1) mampu menyajikan informasi penyelanggaraanpemerintahan secara terbuka, cepat dan tepat kepada masyarakat; 2) mampumemberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik; 3) mampu menjelaskan danmempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional; 4) mampumemberikan ruang kepada masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan danpemerintah; 5) adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja (performance)pemerintah, sehingga dengan adanya pertanggungjawaban publik, masyarakat dapatmenilai derajat pencapaian pelaksanaan program/kegiatan pemerintah.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas adalah suatubentuk pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah dilakukan oleh pelaku kepadamasyarakat atau kepada pihak yang membutuhkan pertanggungjawaban tersebut.Akuntabilitas juga dapat diartikan sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah baikpusat maupun daerah kepada publik atas semua kegiatan yang telah terjadi.

Menurut (Ellwood:1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yangharus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probityand legality).

Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan penghindaranpenyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum (legalaccountability) terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum danperaturan lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.2. Akuntabilitas proses (process accountability), terkait dengan apakah prosedur

yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam halkecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen danprosedur administrasi.

3. Akuntabilitas Program (program accountability), terkait denganpertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, danapakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasilyang optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability), terkait denganpertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah, ataskebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD danmasyarakat luas.

3. Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

29

Page 30: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Jenis penulisan karya ilmiah ini adalah deskriptif kualitatif. Peneliti bermaksuduntuk membuat deskripsi mengenai situasi atau kejadian-kejadian.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah iniadalah study pustaka yaitu kajian berdasarkan teori yang berhubungan dengantransparansi dan akuntabilitas yang menghubungkan fenomena pemerintah daerahkabupaten Mukomuko yang bersumber dari referensi, baik dari buku maupun data dariinternet yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat.

4. Pembahasan4.1 Penyajian Informasi Akuntansi Pemerintah Daerah untuk Meningkatkan

Transparansi dan Akuntabilitas Publik

Terciptanya transparansi dan akuntabilitas adalah melalui adanya Laporan KeuanganPemerintah Daerah yang komprehensif. Dalam era otonomi daerah, pemerintah daerahdiharapkan dapat menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari atas LaporanPerhitungan APBD (Laporan Realisasi Anggaran), Laporan Aliran Kas dan Neraca.Laporan keuangan tersebut merupakan bagian penting untuk menciptakan akuntabilitasdan merupakan salah satu alat ukur kinerja keuangan pemerintah daerah. Denganadanya otonomi daerah, tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalahmenyediakan informasi yang transparan sehingga dapat digunakan untuk memonitorakuntabilitas pemerintah daerah yang meliputi akuntabilitas finansial (financialaccountability), akuntabilitas manajerial (managerial accountability), akuntabilitashukum (legal accountability), akuntabilitas politik (political accountability), danakuntabilitas kebijakan (policy accountability). Dengan demikian apa yang diharapkanmasyarakat dapat terwujud.

4.2 Bentuk Transparansi di Kabupaten Mukomuko

Kabupaten Mukomuko adalah salah satu kabupaten baru di provinsi Bengkulu yangmerupakan daerah pemekaran dari kabupaten Bengkulu Utara. Secara admininistratif,kabupaten Mukomuko terbagi menjadi 15 kecamatan, 132 Dessa dan 4 Kelurahan. Padatahun 2006 memiliki jumlah penduduk 131.984 jiwa yang terdiri dari 87.721 jiwa priadan 64.263 wanita, dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 33 per km2.

Dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, transparansi setidaknya harus mencakup

30

Page 31: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

transparansi dalam alokasi dan penggunaan anggaran, pembuatan peraturan daerah,perencanaan daerah dan tindakan-tindakan lainnya yang mempengaruhi kehidupanmasyarakat daerah tersebut.

Untuk mewujudkan pemerintahan yang transparan pemerintah daerah kabupatenMukomuko menyediakan informasi dalam mempublikasikan kebijakan melalui alat-alatkomunikasi seperti adanya iklan layanan masyarakat (TVRI Bengkulu), media internet(Website: http//www.mukomukokab.go.id), dan surat kabar (Antara Bengkulu).Sehingga apabila masyarakat daerah kabupaten Mukomuko ingin mengetahui informasimengenai daerah tersebut dapat diakses dengan cepat.

4.3 Bentuk Akuntabilitas di Kabupaten Mukomuko

Salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas adalah adanya laporan keuanganyang terdiri dari atas Laporan Perhitungan APBD (Laporan Realisasi Anggaran),Laporan Aliran Kas dan Neraca yang dapat disajikan sebagai laporanpertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat, sehingga pihak yangberkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut dapat mengevaluasi kinerjapemerintah.

Dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI Perwakilan Provinsi Bengkuludiketahui bahwa perbandingan atas laporan anggaran belanja dan pendapatan denganlaporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah kabupatenMukomuko tahun 2010 dan 2011, diketahui kejelasan yang akurat antara laporananggaran dan laporan realisasi anggaran yang digunakan oleh sekretariat daerah dan tiapsatuan kerja perangkat daerahnya selama dua tahun tersebut. Hal ini mengindikasikanbahwa kinerja keuangaan pemerintah daerah kabupaten Mukomuko sangat bagus danjauh dari tindak korupsi. Kinerja keuangan pemerintah daerah dikatakan sangat bagusjika pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalamperaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah, sedangkan penyusunan laporan keuangan daerah sesuai denganaturan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar AkuntansiPemerintah.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan1. Transparansi dalam pertanggungjawaban pemerintah daerah Kabupaten

Mukomuko dilaksanakan dengan penyampaian informasi laporanpertanggungjawaban kepada masyarakat. Di daerah kabupaten Mukomukoinformasi laporan pertanggungjawaban disampaikan melalui alat-alat

31

Page 32: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

komunikasi seperti surat kabar (Antara Bengkulu), iklan layanan masyarakat( T V R I B e n g k u l u ) , l i p u t a n m e d i a i n t e r n e t(Website:http//www.mukomukokab.go.id).

2. Pemerintahan daerah kabupaten Mukomuko membuat laporan Keuanganyang terdiri dari atas Laporan Perhitungan APBD (Laporan RealisasiAnggaran), Laporan Aliran Kas dan Neraca sebagai laporanpertanggungjawaban yang disampaikan kepada pemerintah pusat, pemerintahdaerah dan kepada masyarakat

5.2 Saran1. Laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan merupakan bentuk

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik, sehingga untukmenghasilkan laporan keuangan tersebut dibutuhkan tenaga akuntansi yangterampil dan memadai, hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan bimbinganteknis akuntansi bagi pegawai yang ditugaskan sebagai pengelola keuanganatau melalui rekrutmen pegawai baru yang memiliki kemampuan akuntansikeuangan daerah.

2. Agar transparansi dan akuntabilitas dapat terlaksana dengan baik, makadiperlukan partisipasi aktif dari masyarakat dan swasta untuk memberitanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban pemerintah yang telahdisampaikan kepada masyarakat. Karena dengan adanya tanggapan darimasyarakat dan swasta dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasidalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di kabupaten Mukomuko.

DAFTAR PUSTAKA

BPKP. Kepala BPK Bengkulu: Pembinaan BPKP Bengkulu Dalam Tingkatan

Kualitas Opini LK Pemda Memiliki Hasil. Web: http//www.bpk.go.id (12 Februari 2013, 18:23 Wib)

Elwood, Sheila. 2003. Parish and Town Council: Financial Accountability and

Management. Local Government Studies Vol.19,PP.368-386. Finner, Herman, dalam Joko Widodo (2005). Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja.

Banyumedia Publishing. Malang

Krina. 2003. Indikator dan Alat Ukur Transparansi, Partisipasi dan

Akuntabilitas. Web:http//www.googgovernance.com (12 Februari 2013,17:20 Wib)

32

Page 33: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Lilik Alichati, Bambang Prasetyio, Prasetya Irawan. 2011. Metode Penelitian

Sosial. UT. Jakarta Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis

Perekonomian Daerah. Jurnal Otonomi Daerah-Th.1-No.4-Juni 2002. Tettet Fitrijanti, Fery Mulyawan, Hamdi Sukirwan. 2011. Akuntansi Sektor

Publik. UT. Jakarta Ulum, Ihyaul. 2004. Akuntansi Sektor Pulik Sebagai Pengantar. UMM. Malang

33

Page 34: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATENMUKOMUKO TAHUN 2011

DISUSUN

OLEH

EKA ROBIANTO

NIM : 016337536

Email : [email protected]

JURUSAN AKUNTASI

34

Page 35: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TERBUKA

2013

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATENMUKOMUKO TAHUN 2011

EKA ROBIANTO UNIVERSITAS TERBUKA ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh dana perimbangan yang merupakan inti dari pemberlakuandesentralisasi iscal terhadap pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar daerahdi Indonesia pada periode tahun 2010. Penelitian menggunakan analisis panel data denganmodel regresi fixed effect dan metode Generelized Least Square (GLS).

Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam,dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Implikasi dari financial sharing, pemerintahpusat memberikan bagi hasil pajak dan bagi hasil sumber daya alam pada daerah yangbertujuan untuk mengurangi ketimpangan iscale. Distribusi sumber daya alam dan pajak tidakmerata disemua daerah. Oleh sebab itu, pemerintah pusat memberikan dana alokasi umumyang bertujuan untuk fiscal equalizations dan mengurangi kesenjangan antar daerah.Pemerintah pusat juga memberikan dana alokasi khusus pada daerah yang dianggap kurangmampu membiayai kegiatannya dari penerimaan daerahnya sendiri.Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Kebijakan desentralisasi iscal di Indonesia mendorongpertumbuhan ekonomi daerah tetapi nilai pertumbuhan yang dihasilkan iscale rendah. (2)Dana bagi hasil pajak meningkatkan disparitas antar daerah sedangkan dana alokasi umumyang berfungsi sebagai pemerata iscal belum berpengaruh dalam meminimalisasi disparitaspendapatan antar daerah.3. Rasio Keuangan APBD pada Pemda dan Kabupaten MukomukoSangat Baik.

Keyword : Rasio, Kinerja, APBD

35

Page 36: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

1. Pendahuluan

Pertimbangan mendasar dari terselenggaranya otonomi daerah ditinjau dariperkembangan kondisi di dalam negeri yang mengindikasikan bahwa rakyatmenginginkan keterbukaan dan kemandirian (desentralisasi). Kondisi di luarnegeri juga menunjukan semakin maraknya globalisasi yang menuntut dayasaing tiap negara, termasuk daya saing Pemerintahan Daerahnya ( Halim,2002:2).

Tujuan program otonomi daerah menurut Bastian (2006:38) adalah untukmenciptakan kehidupan politik yang lebih demokratis, menciptakan systemyang lebih menjamin pemerataan dan keadilan, ,memungkinkan setiap daerahmenggali potensi natural dan cultural yang dimiliki, dan kesiagapanmenghadapi tantangan globalisasi, serta yang sangat penting adalahterpeliharanya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan kata lain,Pemerintah ingin melaksanakan Pasal 18 UUD 1945, yaitu denganmelaksanakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Otonomi daerah di Indonesia dilaksanakan berdasarkan pada Undang undangNomor 22 Tahun 1999 juncto Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 juncto UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Daerah dengan Sistem Pemerintahan Desentralisasi dansudah mulai efektif dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari 2001.

Menurut Bastian (2001:6) menyatakan bahwa diperlukan suatu laporan keuanganyang handal dan dapat dipercaya agar dapat menggambarkan sumber dayakeuangan derah berikut dengan analisis prestasi pengelolaan sumber dayakeuangan daerah itu sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah identik denganadanya tuntutan pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (goodgovernance) dalam rangka efektivitas dan efisiensi pembangunan daerah dalamkerangka otonomi memerlukan prasyarat berupa tata pemerintahan yang baikdan bersih.

Salah satu upaya nyata dalam penerapan prinsip-prinsip dasar good governancemelalui penyampaian laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintahandaerah dengan standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secaraumum.Proses penyusunan anggaran sector public umumnya disesuaikandengan peraturan lembaga yang lebih tinggi yang didasarkan pada UndangUndang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Daerah, sehingga lahirlah 3 (tiga) paket peraturanperundang undangan, yaitu Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara, Undang Undang Nomor 1Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara, dan Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara yang telah

36

Page 37: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemerintahan danpengaturan keuangan, khusunya perencanaan dan pemerintahan daerah danpemerintahan pusat.

Kemudian keluar peraturan baru lainnya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (saat ini telah diubah dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007) tentang Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah, yang menggantikan Keputusan Menteri Dalam NegeriNomor 29 Tahun 2002.

Kinerja keuangan setiap Pemerintahan Daerah baik pada Kabupaten atau Kotadapat dilihat indicator rasio keuangan dari masing masing daerah. MenurutWidodo dalam Halim (2004: 126) terdapat beberapa analisa Rasio dalampengukuran kinerja keuangan daerah yang dikembangkan berdasarkan datakeuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD), yaitu : (1) rasio kemandirian keuangan daerah, (2) rasio efektivitasdan efisiensi keuangan daerah, (3) rasio aktivitas, (4) Debt Service CoverageRatio (DSCR), dan (5) rasio pertumbuhan.

Opini yang diberikan BPK-RI atas LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah)tersebut bukan merupakan hadiah ataupun pemberian semata, melainkanadalah cerminan kerja keras dan keseriusan dari masing-masing Kepala Daerahbeserta jajarannya. Penilaian BPK RI dilandaskan pada pernyataan professionalpemeriksa (auditor) mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikandalam masing-masing LKPD yang didasarkan kepada criteria (Sarjono,2012):

1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)2. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures)3. Kepatuhan terhadap Peraturan Perudnang-Undangan4. Efektivitas system pengendalian intern

Jika semua criteria diatas terpenuhi dari LKPD, maka secara umum rasio dalampengukuhan kinerja keuangan daerah yang dikembangkan berdasarkan datakeuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)yang terdiri atas rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas dan ifisiensikeuangan daerah, rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan berada pada tingkat kinerjayang tinggi ( Wajar Tanpa Pengecualian/WTP).Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) Perwakilan Bengkulu sebagai auditoreksternal menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir adanya kecendrunganperbaikan dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah di Provinsi Bengkulu.Hal ini terbukti dari peningkatan opini BPK-RI Perwakilan Bengkulu atas laporankeuangan daerah Tahun 2010. Laporan keuangan Kabupaten Mukomuko 3 (tiga)tahun berturut-turut Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Kabupaten Kaur 2 (dua)tahun berturut-turut WDP menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), sedangkan

37

Page 38: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Lebong mendapat Opini Wajar DenganPengecualian (WDP), lebih baik dari opini tahun sebelumnya yang hanya dapatmendapat opini Disclaimer (Rusmana, 2012).Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK-RI Perwakilan Bengkulumemutuskan dan menyatakan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atasLaporan Keuangan Pemenrintah Daerah Tahun Anggaran (LKPD TA) 2011 pada 3(tiga) entitas laporan, yaitu Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Tengah,dan Kabupaten Kaur. Untuk Kabupaten Kepaiang, Kabupaten Lebong, KabupatenRejang lebong, dan Kabupaten Bengkulu Selatan untuk LKPD TA 2011 denganopini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) (Rusmana, 2012).2. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti kinerja keuanganPemerintah Daerah Kabupaten Selatan dan Kabupaten yang dituangkan denganjudul : Analisis Kinerja Keuangan Kabupaten Mukomuko Tahun 2011.3. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk menganalisis AnalisisKinerja Keuangan Kabupaten Mukomuko Tahun 2011.Manfaat Praktis bagi Peneliti Analisis :

1. Merupakan sarana untuk belajar dan menuangkan pikiran dan gagasanserta untuk menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang penelitiandan juga pengetahuan tentang kinerja keuangan Pemerintah Daerah denganmenggunakan indicator analisis Rasio keuangan pada Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD).

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalammembuat kebijakan serta menentukan arah dan strategi dalam perbaikankinerja keuangan pemerintahan daerah untuk masa yang akan datang.

3. Bagi Fakultas Ekonomi, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikaninformasi ilmiah dan dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa FakulatsEkonomi, khususnya Jurusan Akutansi Universitas Terbuka Bengkulu.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentangKeuangan Daerah dinyatakan bahwa kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatanatau program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaananggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.Semua hak keuangan daerah adalah untuk memungut semua sumber-sumberpeneriman pemerintah daerah seperti pajak, restribusi daerah, hasil perusahaanmilik daerah, dan lain lain dan atau hak untuk menerima sumber-sumberpenerimaan lain seperti Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus(DAK) sesuai peraturan yang ditetapkan.Dalam penilaian indicator kinerja sekurang-kurangnya ada 4(empat) tolok ukurpenilaian kinerja keuangan Pemerintah Daerah yaitu :

38

Page 39: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

a. Penyimpangan antara realisasi anggaran dengan target yang ditetapkandalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

b. Efisiensi Biaya.c. Efektifitas Program.d. Pemerataan dan Keadilan.

Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukan kemampuan Pemerintah Daerahdalam membiayai sendiri kegiatan peemrintahan, pembangunan, dan pelayanankepada masyarakat yang telah membayar pajak dan restribusi sebagai sumberpendapatan yang diperlukan daerah.Kemandirian keuangan daerah ditunjukanoleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan denganpendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pusatataupun dari jaminan.

Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalammerealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dandibandingkan dengan target yang diterapkan berdasarkan potensi nyata (riil)daerah.

Rasio Aktivitas menggambarkan bagaimana Pemerintah Daerah memprioritaskanalokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berartipersentase belanja investasi (Belanja Pembangunan) yang digunakan untukmenyediakan sarana dan prasarana ekenomi masyarakat cenderung semakinkecil.

Opini BPK-RI sebagai auditor ekternal atas LKPD (Laporan Keuangan PemerintahDaerah) merupakan pernyataan professional sebagai kesimpulan mengenaitingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, bahwaopini BPK-RI berdasarkan criteria yang terdiri atas:

1. Kesesuaian dengan Standar Akutansi Pemerintahan (SAP).2. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures)3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.4. Efektifitas system pengendalian intern.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI memberikan 4(Empat) jenis opini terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yaitu :

a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) adalah pendapat yang menyatakan bahwaLaporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang diperiksa menyajikansecara wajar dalam semua hal yang material, Laporan Realisasi APBD, LaporanArus Kas, Neraca dan Catatan Atas laporan Keuangan sesuai dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum di Indonesia.b. Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

39

Page 40: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Wajar Dengan Pengecualian (WDP) adalah pendapat yang menyatakan bahwaLaporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang diperiksa menayjikansecara wajar dalam semua hal yang material, Laporan Realisasi APBD, LaporanArus Kas, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan sesuai dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal hal yangberhubungan dengan yang dikecualikan.c. Tidak Wajar (TW)Tidak Wajar (TW) adalah pendapat yang menyatakan bahwa LaporanKeuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang diperiksa tidak menyajikan secarawajar Laporan Realisasi APBD, Laporan Arus Kas, Neraca dan Catatan AtasLaporan Keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diIndonesia. Jika laporan keuangan mendapatkanopini jenis ini, berarti auditormeyakini laporan keuangan pemerintah daerah diragukan kebenarannya,sehingga dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam pengambilankeputusan.d. Menolak Memberikan Opini (MMO)Menolak Memberikan Opini (MMO) adalah pendapat yang menyatakan bahwaauditor tidak menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(LKPD) dikarenakan bukti pemeriksaan (auditing) tidak cukup untuk membuatkesimpulan. Opini ini bias diterbitkan jika auditor menganggap ada ruanglingkup audit yang dibatasi oleh Pemerintah Daerah yang diaudit,misalnyakarena auditor tidak bisa memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk biasmenyimpulkan dan menyatakan laporan sudah disajikan dengan wajar.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dikembangkan saran sebagai berikut:

1. Rasio keuangan APBD pada Pemda Kabupaten Kepahiang dan PemdaKabupaten Rejang Lebong, maka kinerja keuangan dikatagorikan baikdilihat dari rasio efektifitas dan rasio aktivitas yang terdiri dari rasiobelanja rutin dan rasio belanja pembangunan.

2. Pemda Kabupaten Kepahiang dan Pemda Kabupaten Rejang Lebongdapat menjalankan tugasnya secara efektif karena hanya ada beberaparasio-rasio yang menunjukan kurangnya kinerja Pemda KabupatenKepahiang dan Rejang Lebong dalam mengelolah sumber dana yangdimilikinya.

3. Kinerja Keuangan Pemda Kabupaten Kepahiang dan KabupatenRejang Lebong selama periode penelitian (tahun 2008 2010) kinerjakeuangnnya sudah mencapai tingkat kinerja keuangan yang cukupefektif, tetapi diantara kedua peemrintah tersebut lebih efektifKabupaten Rejang Lebong karena persentase rata rata pertahun PemdaRejang Lebong sudah mencapai persentase lebih dari 100% yangdikategorikan sangat efektif.

40

Page 41: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

4. PembahasanPengelolaan Keuangan Daerah Tahun 2011 di Kabupaten Mukomuko

dilaksanakan berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang telahdirevisi dengan Permendagri 59 Tahun 2007 tentang Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah.

Komponen Pokok atas Laporan Keuangan Pemerintah KabupatenMukomuko Tahun 2011 dijelaskan sebagai berikut :

1. Laporan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2011

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) KabupatenMukomuko tahun anggaran 2011 ditetapkan dengan Peraturan Daerah(Perda) Kabupaten Mukomuko Nomor 01 Tahun 2011 tanggal 13 Januari2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun2011 dan Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko Nomor 38 Tahun 2011tanggal 24 November 2011 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (PAPBD) Tahun 2011, dengan jumlah sebagai berikut :

NO U R A I A NANGGARAN REALISASI

%(Rp) (Rp)a. Pendapatan 415.154.129.429,19 418.638.587.193,48 100,84b. Belanja 392.572.404.842,68 371.383.295.192,00 94,60c. Surplus/Defisit 22.581.724.586,51 47.255.292.001,48 209,26d. Pembiayaan :

Penerimaan 5.712.650.413,49 4.948.513.513,49 86,62Pengeluaran 28.294.375.000,00 28.242.652.644,00 99,82Pembiayaan Netto (22.581.724.586,51) (23.294.139.130,51) 103,15

e. Sisa Lebih/Kurang - 23.961.152.870,97 Tabel di atas menggambarkan pencapaian kinerja keuangan secara umum,

yaitu realisasi pendapatan sebesar Rp 418.638.587.193,48 atau 100,84% darianggaran sebesar Rp 415.154.129.429,19 dan realisasi belanja sebesar Rp371.383.295.192,00 atau 94,60% dari anggaran sebesar Rp 392.572.404.842,68.Realisasi penerimaan pembiayaan sebesar Rp 4.948.513.513,49 atau 86,62%dari anggararan sebesar Rp 5.712.650.413,49, sedangkan realisasi pengeluaranpembiayaan Rp 28.242.652.644,00 atau 99,82% dari anggaran sebesar Rp 28.294.375.000,00. Dengan demikian realisasi pembiayaan neto menjadi minussebesar Rp 23.294.139.130,51, sehingga SILPA tahun 2011 menjadi Rp 23.961.152.870,97.2. Neraca per 31 Desember 2011

Neraca Pemerintah Kabupaten Mukomuko per 31 Desember 2011menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana per 31 Desember 2011

41

Page 42: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

dengan jumlah aset sebesar Rp 1.060.313.672.542,91 kewajiban sebesar Rp67.882.895,00 dan ekuitas dana sebesar Rp 1.060.245.789.647,91.

Penyajian susunan Neraca Pemerintah Kabupaten Mukomuko per 31Desember 2011 dilakukan berdasarkan konversi sesuai Standar AkuntansiPemerintahan yang diatur dalam PP No.24 Tahun 2005 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP).3. Laporan Arus Kas Tahun 2011

Arus kas tahun 2011 sebagai berikut :

No Uraian JumlahRp

1 Saldo Awal Kas per 1 Januari 2011 6.035.749.482,492 Arus Kas Masuk 445.229.143.637,48 3 Arus Kas Keluar 426.862.600.736,00 4 Kenaikan (Penurunan) Kas (2-3) 18.366.542.901,485 Saldo Akhir Kas per 31 Desember

2011 (1+4) 24.392.103.965,97

Sumber arus kas masuk tahun 2011 sebesar Rp. 445.229.143.637,48

diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp. 418.638.587.193,48 dan dari aktifitasnon anggaran sebesar Rp. 26.590.556.444,00. Jumlah arus kas masuk lebih besardari pada arus kas keluar sehingga terjadi kenaikan kas pada tahun 2011 sebesarRp. 18.366.542.901,48 yang mengakibatkan Saldo Akhir Kas menjadi Rp. 24.392.103.965,97.

Terdiri dari kas daerah sebesar Rp 23.924.773.724,97, kas di bendaharawanpenerimaan sebesar Rp 363.068.200,00 dan kas di bendaharawan pengeluaransebesar Rp 104,262,041.00.

4. Catatan atas Laporan KeuanganCatatan atas laporan keuangan memberikan informasi tentang komponen

laporan keuangan, penyajian catatan atas laporan keuangan menjadi satukesatuan dengan komponen laporan keuangan lainnya. Hal-hal yang diungkapdalam catatan atas Laporan keuangan menjadi informasi atau penjelasanLaporan Pertanggungjawaban Bupati Mukomuko.

5. Kesimpulan dan Saran- KesimpulanPenerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada Pemerintah KabupatenMukomuko telah diterapkan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya penyajianlaporan keuangan yang sudah meliputi laporan realisasi anggaran, laporan aruskas, neraca, dan catatan atas laporan keuangan yang telah disusun sesuai denganStandar Akuntansi Pemerintahan (SAP).- Saran

42

Page 43: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Peneliti menyarankan agar pelaksanaan penerapan standar akuntansipemerintahan lebih optimal maka pemahaman karyawan terhadap StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP) ditingkatkan, salah satunya dengan cara adanyapelatihan terpadu dari Kepala Bagian kepada karyawan pelaksana pengelolaankeuangan tentang pelaksanaan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan standarakuntansi pemerintahan

REFERENSI :Bastian, Indra, 2002, Manual Akunatnsi Keuangan Pemerintah Daerah

Yogyakarta : (BPFE UGM.BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu, 2012, Tiga Entitas Peroleh Opini

W T P B e r t u r u t T u r u t ( O n l i n e ) d a r i :http://bengkulu.bpk.go.id/web/?cat=3 [Diakses :03 Januari 2013,Pukul 10.00 Wib]

Halim, Abdul, 2002, Akutansi Sektor public : Akuntasi Keuangan Daerah,Jakarta : Salemba Empat

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Jakarta.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Keuangan

Daerah, Jakarta.Rumana, Ade Iwan., 2012. Peningkatan Pengelolaan Keuangan Pemerintah

Daerah d i Prov ins i Bengku lu . (On l ine ) , Dar i :http//Bengkulu.bpk.go.id/web/p=1204[Diakses : 03 Januari 2013,Pukul 10.30 Wib]

Sarjono, 2012. Mengenal Opini Laporan Keuangan Pemda, (online), Dari :http//sarjono2299.blogspot.com/mengenal-opini-keuangan-pemda.html [Diakses : 04 Januari 2013, Pukul 12.30 Wib]

Widodo dalam Halim, Abdul., 2002. Akuntansi Sektor Publik : AkuntansiKeuangan Daerah, Jakarta ; Salemba Empat.

43

Page 44: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

44

Page 45: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN PEMILIK USAHA KECILMENENGAH DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN

Adhin Achmad Kuncahyo

Program Studi Akuntansi Universitas [email protected]

ABSTRAK

Pajak merupakan penopang utama penerimaan negara, persentase penerimaan

pajak beberapa tahun terakhir mencapai 70% dari APBN. Kementerian Koperasi danUKM Republik Indonesia pada tahun 2011 mencatat bahwa sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mampu berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar56,5%. Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas Direktorat Jenderal PajakKismantoro Petrus menyatakan Jumlah UKM yang melakukan kewajiban pajak masihsangat sedikit, apalagi jumlah UKM di Indonesia sekitar 60 juta. Kontribusi UKMdalam penerimaan pajak hanya 0.5 persen. Dilihat dari porsi besar kontribusi pada PDB,seharusnya UKM berkontribusi lebih besar pada penerimaan pajak. Dari beberapapenelitian yang telah dilakukan diketahui banyak faktor yang mempengaruhi kesadaranpemilik UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, antara lain pengetahuan danpemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, manfaat yang dirasakan daripajak, kemudahaan dalam melaporkan kewajiban perpajakannya serta kualitaspelayanan. Meningkatkan kesadaran pemilik UKM dalam memenuhi kewajibanperpajakannya bukan hal yang mudah, diperlukan peran aktif dari petugas pajak dalamhal ini Direktorat Jenderal Pajak untuk membina wajib pajak. Selain itu peranpemerintahan yang lebih tinggi dalam mengawal penggunaan dana APBN agarmemberikan manfat yang besar bagi rakyat. Pemerintah diharapkan menerbitkanperaturan yang memudahkan pelaku UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.Sehingga masyarakat umumnya dan pemilik UKM khususnya sadar akan pentingnyamemenuhi kewajiban perpajakannya.Kata kunci : Kesadaran memenuhi kewajiban perpajakan, Kualitas Pelayanan,Pengetahuan peraturan perpajakan, Pajak UKM PENDAHULUAN

Pajak sebagai salah satu unsur penerimaan negara yang sangat penting dalammembiayai pembangunan. Para ahli telah memberikan suatu batasan dalam halpengertian pajak ini. Menurut Adriana dalam buku Waluyo dan Ilyas (2002, hal 4).Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yangwajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasikembali yang langsung, dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayaipengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang

45

Page 46: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

menyelenggarakan pemerintahan(Waluyo dan Ilyas,2002,hal 4).Pajak merupakan penyumbang terbesar dalam APBN Indonesia, sekitar 70%

penerimaan negara ditopang oleh pendapatan dari pajak. Dalam APBN 2013, tax ratiodisepakati sebesar 12,87% dari PDB dimana perhitungan ini hanya memasukkanpenerimaan perpajakan pemerintah pusat. Penerimaan pajak tersebut direncanakanterdiri atas penerimaan perpajakan terdiri atas pajak dalam negeri sebesar Rp1.134,3triliun dan pajak perdagangan internasional Rp58,7 triliun. Pajak mempunyai kontribusiyang sangat besar untuk kepentingan pembangunan dan belanja pemerintah.

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagaicara dalam mengamankan dan menggali potensi perpajakan di Indonesia. Salah satunyaberupa usaha Ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan. Ektensifikasi dilakukandengan menambah jumlah wajib pajak terdaftar dalam hal ini menjaringsebanyak-banyaknya wajib pajak baru terutama Wajib Pajak Orang Pribadi. Sedangkankegiatan intensifikasi pajak dilakukan dengan mengoptimalkan penerimaan pajak dariWajib Pajak yang telah terdaftar. Kegiatan tersebut dilakukan secara terpadu untukmenemukan adanya indikasi potensi pajak yang belum tergali.

Mulai September 2011 Direktorat Jenderal Pajak melaksanakan program SensusPajak Nasional yang dimaksudkan untuk mendata semua wajib pajak potensial,terutama yang selama ini belum menyetorkan pajaknya dengan benar. Dalam programini Direktorat Jenderal Pajak akan melakukan penyisiran wajib pajak mulai dari daerahindustri, pemukiman, pusat perbelanjaan, perkantoran,apartemen hingga sentra ekonomi.Direktorat Jenderal Pajak terutama mengincar Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yangmemang menyimpan potensi pajak yang besar dan belum tergali.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia pada2011 mencatat bahwa jumlah UKM di Indonesia mencapai angka 55,21 juta unit,dengan komposisi usaha kecil sebanyak 609.195 unit serta usaha menengah sekitar44.280 unit. Artinya, sektor UKM di Indonesia bertumbuh cukup pesat.Berkembangnya dunia kewirausahaan yang berujung pada meningkatnya jumlah UKMmerupakan salah satu penopang perekonomian nasional di tengah resesi global yangmelanda dunia.

Upaya Meningkatkan kesadaran pemilik UKM dalam memenuhi kewajibanperpajakannya bukanlah perkara gampang, karena disamping peran aktif dari petugaspajak, juga dituntut kesadaran dari wajib pajak itu sendiri. Upaya pendidikan,penyuluhan dan sebagainya, tidak akan berarti banyak dalam membangun kesadaranwajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, jika masyarakat tidakmerasakan manfaat dari kepatuhannya membayar pajak. Disisi lain ancaman hukumanyang kurang keras terhadap wajib pajak yang bandel juga menyebabkan wajib pajakbanyak yang cenderung untuk mengabaikan kewajiban perpajakannya. PadahalUndang-undang tentang perpajakan dengan jelas mencantumkan kewajiban para wajibpajak membayar pajak.

46

Page 47: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Agus Nugroho Jatmiko (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh sikapWajib Pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakanterhadap kepatuhan Wajib Pajak, dengan populasi wajib pajak orang pribadi (WP OP)di kota semarang. Dari data KPP akhir tahun 2003 sebanyak 29.006 WP OP yangmerupakan WP OP efektif, peneliti mengambil responden sebanyak 100 orang.Kesimpulannya bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WPterhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakanmemiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Penelitian lain oleh Suryadi (2006) tentang mode hubungan kausal kesadaran,pelayanan, kepatuhan wajib pajak dan pengaruhnya terhadap penerimaan pajak di JawaTimur dengan responden sebanyak 800 Wajib Pajak pembayar terbesar yang terdaftar di8 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di bawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal PajakJawa Timur. Dari 8 KPP tersebut masing-masing diambil 100 pembayar pajak tersebutyang diurut berdasarkan ranking pembayaran pajaknya, sehingga didapatkan respondensejumlah 800 Wajib Pajak. Hasil menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak yangdiukur dari persepsi wajib pajak, pengetahuan perpajakan, karakteristik wajib pajak danpenyuluhan perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.Pelayanan perpajakan yang diukur dari ketentuan perpajakan, kualitas SDM dan sisteminformasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak.Kepatuhan Wajib Pajak yang diukur dari pemeriksaan pajak, penegakan hukum dankompensasi pajak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak.

Ni Luh Supadmi memberikan saran dengan judul meningkatkan kepatuhanwajib pajak melalui kualitas pelayanan. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajakdalam memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus diupayakan dapatmemberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yangdapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian Ferry Dwi Prasetyo (2006) tentang Analisis faktor-faktor yangmempengaruhi pemilik usaha kecil menengah dalam pelaporan kewajiban perpajakan diDaerah Jogjakarta. Menyatakan bahwa faktor pemahaman wajib pajak terhadapperaturan perpajakan, manfaat yang dirasakan wajib pajak dari pajak, sikap optimiswajib pajak terhadap pajak mempunyai pengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajakdalam pelaporan kewajiban perpajakan. Sedangkan faktor pengetahuan wajib pajaktentang pajak mempunyai pengaruh negatif terhadap kesadaran wajib pajak.

Dari beberapa penelitian diatas menunjukkan hasil yang berbeda satu sama laintergantung dari karakteristik Wajib Pajak yang dijadikan responden. Beberapa faktoryang mempengaruhi kurangnya kesadaran masyarakat dalam rangka memenuhikewajiban perpajakan tidak terlepas dari minimnya pengetahuan wajib pajak itu sendiriterhadap pajak, pemahaman terhadap peraturan perpajakan serta sikap apatis masyarakatterhadap pajak. Sikap wajib pajak yang cenderung menganggap bahwa pajakmerupakan pengeluaran yang sia-sia karena terdapat banyak penyelewengan dalam

47

Page 48: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

penggunaan APBN, juga merupakan faktor yang menghambat dan mengurangikesadaran para wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, yang padaakhirnya akan membuat usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak semakin sulit untukdilaksanakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran pemilik UKM dalam pemenuhankewajiban perpajakan.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dan pendapat para pakar, adabeberapa faktor yang mempengarhi kesadaran pemilik UKM dalam pemenuhankewajiban perpajakannya, antara lain meliputi :

1. Pengetahuan dan Pemahaman terhadap peraturan perpajakan.Pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan yang baru adalah hal

yang sangat penting, karena di Indonesia diberlakukan sistem self assessment. Dalamsistem ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,membayar serta melaporkan sendiri pajak yang terutang. Dengan diterapkannya sistemini diharapkan akan terwujudnya keadilan, karena wajib pajak menghitung sendirisesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan pemerintah dalam hal inidirektorat jenderal pajak mengawasi apakah wajib pajak telah menghitung pajaknyasesuai peraturan pajak yang berlaku. Semakin luas pengetahuan wajib pajak akanperaturan perpajakan maka wajib pajak dapat menghitung pajaknya dengan benar.

Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan adalah cara wajib pajakdalam memahami peraturan perpajakan yang telah ada. Semakin wajib pajak memahamiperaturan perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akanditerima apabila melalaikan kewajiban perpajakannya. Wajib pajak yang memahamiperaturan perpajakan akan tahu sanksi administrasi dan sanksi pidana sehubungandengan NPWP dan pelaporan SPT. Wajib pajak yang tidak memahami peraturanperpajakan cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat.

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan biasanya merupakanusaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan sumber daya manusia pemilik UKMdari segi pendidikan formal juga mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman terhadapperaturan perpajakan. Pemilik UKM lebih disibukkan dengan pengembangan usahanyadan tidak ada waktu untuk membenahi sistem administrasinya baik untuk pencatatanakuntansi maupun perpajakannya. Selain itu untuk mendapatkan karyawan yangmemahami pencatatan akuntansi dan perpajakan juga membutuhkan biaya yang tidakmurah.

2. Wajib Pajak merasa kurangnya manfaat dari pajak yang dibayarkan.Kesadaran membayar pajak ini tidak hanya memunculkan sikap patuh, taat dan

disiplin semata tetapi diikuti sikap kritis juga. Dengan banyaknya penyalahgunaan dankebocoran dana APBN akibat tindak pidana korupsi sangat mempengaruhi kesadarandalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Mereka akan berpikir bahwa pajak yang

48

Page 49: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

dibayarkan sia-sia karena tidak digunakan dengan semestinya. Berbeda denganMasyarakat di negara maju yang tingkat kesadaran membayar pajak sangat tinggi,karena mereka telah merasakan manfaat pajak yang mereka bayar. Bidang kesehatan,pendidikan, sosial maupun sarana dan prasarana transportasi yang cukup maju maupunbiaya operasional aparat negara berasal dari pajak mereka. Pelayanan medis gratis,sekolah murah, jaminan sosial maupun alat-alat transportasi modern menjadi buktipemerintah mengelola dana dari pajak dengan baik.

Dengan banyaknya kasus korupsi di Indonesia, wajib pajak merasa APBNbelum dikelola dengan baik dan belum digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuranrakyat. Jika pemerintah Indonesia mampu mengelola APBN dengan kredibel danakuntabel serta mampu meningkatkan supremasi hukum untuk memberantas tindakpidana korupsi, maka bukan tidak mungkin kesadaran masyarakat dalam memenuhikewajiban perpajakannya akan meningkat. Dengan meningkatkan citra GoodGovernance dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya antara pemerintah danwajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan menjadi sebuah kebutuhan dankerelaan, bukan suatu kewajiban.

3. Kemudahan dalam memenuhi kewajiban perpajakan.Direktur Peraturan Perpajakan II Direktorat Jenderal Pajak, Syarifuddin Alsjah

mengatakan, sejak tahun 2011 Direktorat Jenderal Pajak pajak sudah mulai melakukankajian kontribusi penerimaan Pajak Penghasilan UKM terhadap penerimaan perpajakan.Hasilnya, jumlah UKM sangat banyak namun kontribusinya terhadap penerimaansangat minim. Hal ini ditengarai karena desain peraturan yang ada tidak mengarahkhusus ke UKM. Jadi sektor UKM dituntut bayar pajak secara normal seperti wajibpajak di sektor pertambangan, dengan SPT pajak yang sama.

Wajib Pajak pemilik UKM masih merasa sulit untuk melaksanakan kewajibanperpajakannya. Hal ini dikarenakan banyak peraturan-peraturan perpajakan yang sulitdipahami dan diterapkan untuk menghitung pajak Usaha Kecil dan Menengah. Apabilaketentuan perpajakan dibuat sederhana, mudah dipahami oleh wajib pajak maka wajibpajak akan merasa semakin mudah dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

4. Kualitas Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak.Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya tergantung

pada bagaimana petugas pajak memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak.Standar kualitas pelayanan prima kepada wajib pajak akan terpenuhi jika pegawai pajakmelakukan tugasnya secara professional, disiplin dan transparan. Dalam kondisi wajibpajak merasa puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya, cenderung akanmelaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Prasangka negatif terhadap fiskus (Pegawai Pajak).Dengan munculnya beberapa kasus oknum pegawai pajak yang bekerja sama

dengan waiib pajak untuk mengurangi nilai pajak yang akan dibayarkan menimbulkanprasangka negatif terhadap pegawai pajak. Hal ini akan menyebabkan para wajib pajak

49

Page 50: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

bersikap defensif dan tertutup. Mereka akan cenderung menahan informasi dan tidakkooperatif. Mereka akan berusaha memperkecil nilai pajak yang dikenakan pada merekadengan memberikan informasi sesedikit mungkin. Perlu usaha keras dari lembagaperpajakan dan media massa untuk membantu menghilangkan prasangka negatiftersebut. Banyak wajib pajak yang skeptis terhadap pegawai pajak, padahal hal ini tidakakan pernah terjadi jika wajib pajak mau dengan jujur membayar dan melaporkankewajiban perpajakannya. Wajib Pajak menganggap nanti uang pajak yang akandibayarkan akan diselewengkan oleh pegawai pajak. Hal ini tidak mungkin terjadikarena uang pajak dibayarkan melalui bank langsung masuk ke Kas Negara. Upaya meningkatkan kesadaran pemilik UKM dalam memenuhi kewajibanperpajakannya.

Meningkatkan kesadaran wajib pajak pada umumnya dan pemilik UKM padakhususnya dalam memenuhi kewajiban perpajakan tidak dapat dilakukan secara instan,tetapi harus dilakukan secara bertahap dan memerlukan waktu yang relatif lama. Upayayang telah dilakukan dan sedang dilakukan oleh pemerintah dalam rangkameningkatkan kesadaran pemilik UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,antara lain meliputi:

1. Sosialisasi dan penyuluhan peraturan perpajakan.Agenda Sosialisasi merupakan kegiatan rutin yang dilakukan Direktorat Jenderal

Pajak. Sosialisasi dapat dilakukan melalui media elektronik maupun media cetak.Sosialisasi dapat pula dilakukan dalam bentuk pengarahan secara langsung ke kelompokmasyarakat seperti Pemilik Usaha Kecil dan Menegah, Koperasi, Petani, Dokter, danlain sebagainya. Sosialisasi ini berupa penyuluhan kepada masyarakat secara langsungdi mana telah ada utusan khusus yang bertugas memberikan penyuluhan langsungkepada masyarakat terkait akan pentingnya pajak. Dalam pelaksanaanya penyuluhandapat dilakukan pada kegiatan yang biasa ada di masyarakat. Misalnya pertemuankarang taruna, bakti sosial dan kegiatan masyarakat lain, juga menyisipkan metode inike lingkungan sekolah juga dirasa cukup efektif guna menumbuhkan jiwa sadar akanwajib pajak sejak dini.

Melalui sosialisasi ini diharapkan masyarakat mengerti apa itu pajak, bagaimanaprosedurnya, serta untuk apa nantinya pajak itu. Selain itu masyarakat akan tahu uangpajak berasal dari mana saja, dikelola oleh siapa, diperuntukkan untuk apa saja. Denganfrekuensi informasi yang begitu sering diterima masyarakat dapat secara perlahanmerubah pola fikir masyarakat tentang pajak kearah positif, dengan demikian merekaakan sadar dengan kewajiban perpajakannya.

2. Menerbitkan regulasi tentang Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak.Dalam rangka meningkatkan kualitas kepada wajib pajak Direktorat Jenderal

Pajak telah menerbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE - 79/PJ/2010mengenai Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan

50

Page 51: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Bidang Perpajakan. Dengan diterbitkan regulasi ini diharapkan akan memudahkanmasyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan mempercepat prosespelayanan kepada wajib pajak. SOP Layanan Unggulan disusun dan ditetapkan gunamemberikan kepastian pelayanan, antara lain terhadap proses, jangka waktupenyelesaian, biaya atas jasa pelayanan, dan persyaratan administrasi dan digunakansebagai acuan pelaksanaan pelayanan publik bagi unit pelaksana teknis.

3. Pelaksanaan Sanksi Denda Perpajakan/Penegakan Hukum.Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang bulu akan memberikan

efek jera yang efektif sehingga meningkatkan kesadaran dan kepedulian sukarela WajibPajak. Dengan penegakan hukum ini wajib pajak akan berpikir dua kali jika inginmelalaikan kewajiban perpajakannya. Walaupun Direktorat Jenderal Pajak berwenangmelakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajibanperpajakan, namun pemeriksaan harus dapat dipertanggung jawabkan dan bersih dariintervensi apapun sehingga tidak mengaburkan makna penegakan hukum serta dapatmemberikan kepercayaan kepada masyarakat wajib pajak.

4. Membuat sistem pembayaran pajak dengan Billing System.Untuk memudahkan wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak, sekarang

Direktorat Jenderal Pajak mengembangkan sistem pembayaran pajak yang bernamaBilling System. Dengan billing system wajib pajak tidak perlu berlama-lama mengantridi teller bank persepsi/kantor pos untuk membayar pajak. Wajib Pajak dapat melakukanpembayaran pajak melalui internet banking Mandiri atau ATM bank Mandiri dengankode billing yang telah dibuat terlebih dahulu di website http://sse.pajak.go.id . WajibPajak bisa membayar pajak dari rumah atau tempat usaha tanpa harus membuang waktuuntuk mengantri di teller bank. Dengan diberikan kemudahan dalam membayar pajaklambat laun kesadaran wajib pajak akan meningkat dalam memenuhi kewajibanperpajakannya.

5. Pelaksanaan Program Sensus Pajak Nasional.Direktorat Jenderal Pajak mulai tahun 2011 melaksanakan program Sensus

Pajak Nasional untuk menjaring wajib pajak yang belum melaksanakan kewajibanperpajakannya dengan benar. Selain itu program ini ditujukan untuk menjaring wajibpajak baru terutama Usaha Kecil dan Menengah yang belum memiliki NPWP. DJP akanlebih banyak mengincar wajib pajak badan termasuk pengusaha kecil dan menengah.Usaha kecil dan menengah (UKM) yang menyimpan potensi pajak yang besar tetapiselama ini belum tergali potensinya. Sensus Pajak Nasional ini sekaligus juga sebagaisarana sosialisasi bagi wajib pajak yang telah memiliki NPWP tetapi belum melakukankewajiban perpajakannya. Petugas Sensus juga memberikan pengarahan dan penjelasankepada wajib pajak apakah kewajiban setelah memiliki NPWP dan bagaimana caramelaksanakan kewajiban perpajakannya.

6. Mengusulkan peraturan khusus untuk pajak UKM.Pemerintah akan mengeluarkan peraturan baru mengenai pajak untuk Usaha

51

Page 52: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Kecil dan Menengah. Pajak UKM ini diberlakukan untuk pengusaha yang memilikilokasi usaha tetap dan tidak memiliki pembukuan keuangan dan bentuk usahanya keciltetapi omzetnya hingga miliaran rupiah. Tarif PPh yang akan dikenakan pada jenisusaha tertentu ini sebesar 1%. Akan tetapi usaha mikro tidak menjadi wajib pajak padalingkup pengaturan ini, begitu pula pedagang asongan. Pada prinsipnya usaha yangtidak memiliki tempat tetap tidak terkena pajak dengan peraturan ini.

Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengatakan, sektor UKM yangjumlahnya mencapai jutaan di Indonesia masih belum tergali potensi perpajakannya.Makanya, Fuad bilang, lewat PP itu pedagang-pedagang menengah dan kecil akandiberikan insentif lewat kemudahan membayar pajak. Hal ini diharapkan bisa membuatWajib Pajak di sektor UKM tak mangkir lagi bayar pajak. Itu sepertipedagang-pedagang baju atau obat di pusat pertokoan dan perbelanjaan. Kita akanmemberikan kemudahan dan insentif perpajakan sehingga akan membuat mereka maumembayar pajak,.

Dengan diberlakukannya aturan ini pemilik UKM akan dipermudah dalammenghitung dan memperhitungkan pajaknya. Mereka tidak perlu memikirkanpembenahan administrasi pencatatan akuntansinya, serta bisa lebih focus padapengembangan usahanya.

7. Memasukkan pajak ke dalam kurikulum sekolah.Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan saat ini tengah

melakukan kajian untuk memasukkan pengetahuan tentang pajak ke dalam materipelajaran kurikulum sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Denganmemasukkan pajak ke dalam kurikulum sekolah diharapkan dapat memberikanpengetahuan tentang pajak sejak dini kepada masyarakat. ). Melalui pendidikan jugadiharapkan dapat mendorong individu kearah yang positif dan mampu menghasilkanpola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh positifsebagai pendorong untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak.

8. Melakukan Pengawasan dan Pengelolaan APBN yang kredibel sertamelaksanakan pemberantasan Korupsi.

Untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak pemerintahharus bisa meyakinkan masyarakat bahwa dana pajak yang dibayarkan oleh merekatelah dikelola dengan baik. Pemerintah harus lebih besar mengalokasikan APBN untukpembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana transportasi, kesehatan gratis,pendidikan gratis. Mengurangi dana subsidi yang tidak tepat, yang seharusnya dinikmatimasyarakat ekonomi rendah tetapi kebanyakan dinikmati oleh kalangan menengah keatas. Masyarakat pastinya akan rela membayar pajak jika uang pajak yang dibayarkanoleh mereka dikelola dengan baik dan dipergunakan untuk kepentingan rakyat.

Pemerintah harus bisa melakukan pengawasan dalam pendistribusian danaAPBN ke Instansi terkait. Saat ini dana pendidikan sudah mencapai 20% dari APBNakan tetapi biaya pendidikan di Indonesia semakin melambung tinggi. Hal ini

52

Page 53: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

disebabkan karena terjadi banyak kebocoran akibat tindak pidana korupsi oleh oknumpegawai pemerintah yang tidak bertanggung jawab. Pembangunan juga belum bisadilakukan secara merata ke pelosok tanah air.

Pemerintah seharusnya bisa menegakkan hukum, memberantas korupsi dantidak tebang pilih dalam menuntaskan kasus korupsi. Pemerintah harus bisa mengambilkepercayaan dari masyarakat bahwa pajak yang telah mereka bayarkan akan digunakansebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Saat ini di Internal Direktorat Jenderal Pajak telah diberlakukan whistle blowingsystem, dengan sistem ini setiap pegawai DJP akan saling mengawasi satu sama lain danakan melaporkan rekan kerjanya yang melakukan pelanggaran. Banyak kasus yangterbongkar dengan sistem ini, tentunya hal ini akan memberikan efek jera bagi oknumyang akan melakukan pelanggaran.

Seharusnya pemerintah bisa memberlakukan sistem ini tidak hanya di DJP tetapidi semua Instansi pemerintahan di Indonesia. Whistle blowing system juga harusdiberlakukan di Instansi yang ditugaskan untuk mengelola dana APBN sepertiKementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum daninstansi pemerintah lainnya yang rawan penyelewengan. Pengawasan tidak hanyadilakukan di hulu dalam hal ini Direktorat Jenderal pajak tapi di hilir Instansi yangmembelanjakan uang negara juga harus diawasi ketat.

PENUTUP

Pada hakekatnya upaya meningkatkan kesadaran pemilik UKM dalammemenuhi kewajiban perpajakannya membutuhkan kerjasama dari semua elemenpemerintahan. Tanggung jawab ini tidak hanya dibebankan pada pundak DirektoratJenderal Pajak sebagai instansi penghimpun pajak di Indonesia. Akan tetapi dibutuhkankerjasama juga dari instansi-instansi lain yang bertugas mendistribusikan ataumembelanjakan pajak untuk kepentingan rakyat. Dibutuhkan pula kemampuan dankemauan dari kepala pemerintahan dalam mengawal pemberantasan korupsi diIndonesia. Pada akhirnya upaya meningkatkan kesadaran pemilik UKM dalammemenuhi kewajiban perpajakannya tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi perludilakukan secara bertahap dan membutuhkan waktu yang relative lama. Diperlukanupaya berikut dalam rangka meningkatkan kesadaran pemilik UKM dalam memenuhikewajiban perpajakannya, antara lain :

1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah denganmengelola APBN secara kredibel dan akuntabel. Jika pemerintah dapatdipercaya dan memakai uang pajak dengan benar, masyarakat pasti akanmembayar pajak dengan kerelaan.

2. Melakukan pemberantasan korupsi tanpa tebang pilih.3. Mengembangkan sistem manajemen perpajakan yang lebih terbuka dan

transparan untuk publik. Sehingga setiap masyarakat tahu siapa saja yang

53

Page 54: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

membayar pajak, berapa yang dibayarkan, dan siapa yang menunggakpembayaran pajak.

4. Membentuk sistem pemungutan pajak untuk Usaha Kecil dan Menengahmenjadi lebih sederhana, jelas, mudah dan waktu yang singkat.

5. Menerbitkan regulasi perpajakan yang memberikan insentif perpajakankepada pemilik UKM.

6. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya pajaksejak dini dengan memasukkan pengetahuan perpajakan ke dalam kurikulumsekolah.

7. Setelah semua pendekatan tersebut dilaksanakan, terakhir melakukanpenegakan hukum (law enforcement) bagi wajib pajak yang tidakmelaksanakan kewajiban perpajakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Jatmiko Nugroho Agus (2006). Pelaksanaan sanksi denda, Pelayanan fiskusdan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak studiempiris terhadap wajib pajak orang pribadi di Kota Semarang. Strata-2,Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang..

Fery Dwi Prasetyo (2006). Analisis factor-faktor yang mempengaruhi pemilikusaha kecil menengah dalam melaporkan kewajiban perpajakan diDaerah Jogjakarta.Skripsi Strata1,Fakultas Ekonomi, Universitas IslamIndonesia, Jogjakarta.

Suryadi (2006). Model kausal kesadaran, pelayanan,kepatuhan wajib pajak,danpengaruhnya terhadap kinerja penerimaan pajak : Suatu survey diwilayah Jatim. Jurnal Keuangan Publik. Volume 4.No.1:105-121.

Waluyo dan Ilyas, (2002). Pajak Pertambahan Nilai. Cetakan pertama. Jakarta :Rineka Cipta

Supadmi Ni Luh. Meningkatkan kepatuhan pajak melalui kualitas pelayanan.www.pajak.go.id

54

Page 55: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAPSTRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BEI

Fransisca Dyah Anggraini (015972064)

Universitas Terbuka

[email protected]

55

Page 56: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan

struktur aktiva memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI periode 2008-2010. Populasi dalam penelitiaan ini adalah seluruh perusahaan

yang terdaftar di BEI. Sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI pada periode 2008 2010. Sampel diambil dengan menggunakan metode

purposife sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 194 perusahaan. Penelitian ini

menggunakan analisis regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis pertama

(H1) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, diterima.

Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh negative terhadap struktur

modal, diterima. Hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan struktur aktiva berpengaruh negatif

terhadap struktur modal, ditolak. Hipotesis keempat (H4) yang menyatakan ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan struktur aktiva secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal,

diterima.

Kata kunci : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Aset dan Struktur Modal

ABSTRACT

The purpose of study was to determine the company size, profitability, and asset

structure has an influence on the capital structure of the manufacturing companies listed on the

Stock Exchange 2008-2010 period. The population in this study are all manufacturing

companies listed on the Stock Exchange. The number of samples used as many as 194

companies. This study uses multiple regression analysis. The test results indicate that the first

hypothesis (H1) which states a positive effect of firm size on capital structure accepted. The

56

Page 57: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

second hypothesis (H2) stated profitability negatively affect capital structure, accepted. The

third hypothesis (H3) stated asset structure negatively affect capital structure, rejected. The

fourth hypothesis (H4) stating company size, profitability, and asset structure together influence

the capital structure, accepted.

Keywords : company size, profitability, asset structure and capital structure

1.1 Latar Belakang Masalah

Membahas sumber-sumber dana yang di gunakan untuk membiayai investasi perusahaan,

berarti membahas mengenai struktur modal perusahaan. Kebutuhan modal perusahaan dapat di

penuhi baik dari sumber intern maupun sumber ekstern. Sumber dana intern adalah sumber dana

yang berasal dari dalam perusahaan, yaitu dalam bentuk laba yang tidak di bagi atau laba di

tahan (retained earning)

Laba di tahan adalah bagian dari laba neto sesudah pajak yang tidak di bagikan kepada pemilik

perusahaan dan ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Sumber dana ekstern adalah sumber

dana yang diambilkan dari sumber modal yang berasal dari luar perusahaan. Sumber dana

ekstern meliputi hutang dan modal dari pemilik perusahaan. Modal dari pemilik perusahaan di

dapatkan dengan menjual surat berharga ( go public) kepada masyarakat umum melalui pasar

modal. Melalui surat berharga maka masyarakat dapat ikut menjadi pemilik perusahaan dengan

menanamkan modal dalam perusahaan.

Perusahaan lebih mengutamakan kebutuhan dananya dengan mengutamakan pemenuhan

dengan sumber dari dalam perusahaan. Tetapi seiring kebutuhan perusahaan yang semakin

banyak, perusahaan harus menjalankan aktivitasnya dengan bantuan dana dari luar, baik berupa

hutang (debt financing). Kalau kebutuhan dana hanya di penuhi dengan hutang saja, maka

ketergantungan dengan pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya semakin besar

pula. Sebaliknya bila kebutuhan dana terpenuhi dengan saham saja, biaya akan sangat mahal.

Perbandingan utang dan modal sendiri dalam struktur financial perusahaan disebut struktur

modal (Husnan, 1998). Dalam menentukan sumber dana mana yang akan saya pilih, perusahaan

harus memperhitungkan dengan matang agar di peroleh kombinasi struktur modal yang optimal.

Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham

perusahaan. Struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan

57

Page 58: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan. Menurut Husnan dalam

Kurniawan (2009) bila rentabilitas ekonomi meningkat, perusahaan yang menggunakan hutang

lebih besar akan memperoleh peningkatan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar.

Sebaliknya jika rentabilitas ekonomi turun, perusahaan yang menggunakan hutang yang lebih

besar akan mengalami penurunan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar dari perusahaan

yang menggunakan sedikit hutang.

Kebanyakan perusahaan manufaktur memiliki jumlah aktiva tetap dalam jumlah yang besar,

karena itu perusahaan manufaktur dapat menjadikan kepemilikan asset tersebut sebagai jaminan

kepada kreditur agar perusahaan tersebut memperoleh pinjaman jangka panjang. Makin besar

jumlah asset yang dimiliki perusahaan, maka pinjaman jangka panjang akan semakin tinggi dan

akan meningkatkan nilai struktur modal perusahaan.

Karena pentingnya struktur modal, maka disusunlah penelitian yang diberi judul Analisis

Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur

Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2008 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Yang telah di sebutkan diatas, bahwa dalam menentukan sumber dana mana yang akan di

pilih, perusahaan harus memperhitungkan dengan matang agar di peroleh kombinasi struktur

modal yang optimal. Maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Apakah struktur aktiva mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan

manufaktur yang terdapat di BEI?

2. Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadapt struktur modal

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

3. Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

4. Apakah struktur aktiva, profotabilitas, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama

mepunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

58

Page 59: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah struktur aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

2. Untuk mengetahui apakah profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal perusahaan maufaktur yang terdaftar di BEI

3. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

4. Untuk menegtahui apakah struktur aktiva, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara

bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan

manufaktur yang terdaftar si BEI

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktisi

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijakan perusahaan khususnya bagi perusahaan manufaktur tentang menentukan

sumber dana yang akan dipilih.

b. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam

pengambilan keputusan berinvestasi serta pihak-pihak lain yang berkepentingan,

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu ekonomi. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi untuk

melakukan penelitian selanjutnya mengenai struktur modal.

1 .5 Landasan teori

A. Packing order Theory

Packing order diawali dengan kehadiran informasi yang tidak simetrik. Manajer lebih

menegtahui keadaan perusaahaan dibandingkan dengan investor. Informasi ini mempengaruhi

59

Page 60: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

pilihan antara pembiayaan internal dan eksternal (Brealey dan Myers,2003). Bahwa perusahaan

cenderung lebih menyukai pendanaan dari dalam perusahaan daripada pendanaan dari luar

perusahaan, karena perusahaan tidak perlu menggantungkan diri kepada pihak luar dan tidak

diperlukan publisitas public atas penerbitan saham baru, jadi dana perusahaan dapat diperoleh

dari dana internal. Bila dana tersebut tidak mencukupi maka perusahaan akan menggunakan

dana eksternal dengan menerbitkan obligasi kemudian penerbitan saham baru. Penerbitan

obligasi lebih banyak digunakan oleh perusahaan karena lebih aman bagi perusahaan, dengan

menerbitkan obligasi perusahaan tidak perlu membagi kepemilikan perus ahaan kepada pihak

luar sehingga tidak ada pengaruh dari pihal luar atas keputusan manajemen.

B. Struktur Modal

Setiap perusahaan pasti membutuhkan dana untuk dapat menjalankan

usahannya. Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer keuangan dalam

kaitannya dengan kegiatan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan. Dimana

keputusan pendanaan yang baik dari suatu perusahaan dapat dilihat dari struktur modal.

1.6 Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan hubungan antar variable, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian

asosiatif kausal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variable terhadap

veriabel lain sehingga dikategorikan sebagai penelitian asosiatif (Suliyanto, 2003). Adapun

variabel yang diteliti adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aktiva, dan struktur

modal.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2008-2010.

Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih

berdasarkan metode purposive sampling. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatife

sesuai dengan criteria yang ditentukan yaitu:

1. Terdaftar di BEI selama periode 2008-2010

2. Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan manufaktur

3. Mempublikasikan laporan keuangan selama periode 2008-2010

4. Perusahaan yang mengalami laba selama periode 2008-2010

60

Page 61: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

5. Memiliki data yang terkait dengan pengungkapan variabel - variabel yang digunakan

dalam penelitian

C.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti mengambil atau mendownload

dari www.idx.co.id. Data yang diambil data time series tahun 2008 sampai dengan tahun 2010

D.Teknik Pengolahan Data

Sebelum melakukan teknik pengujian hipotesis, terlebih dahulu melakukan analisis statistic

deskriptif dan pengujian asumsi klasik untuk menguji kelayakan penggunaan model regresi dan

kelayakan variabel bebas. Tujuan dari pengujian asumsi klasik adalah agar dapat menghasilkan

nilai parameter yang baik sehi ngga hasil penelitian dapat lebih diandalkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan tahun

2010. Pengambilan sampel penelitian ini digambarkan pada table dibawah ini:

Sampel Penelitian Periode 2008-2010

Kriteria Sampel Jumlah PerusahaanPerusahaan manufaktur yang terdaftar di BEIperiode tahun 2008-2010

306

Tidak tersedia laporan tahunan periode tahun2008-2010

(51)

Tersedia laporan tahunan periode tahun2008-2010

255

61

Page 62: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Data outlier (61)Sampel Penelitian 194

Sumber :Data Diolah

B. Pengujian Hipotesis

Hasil Ringkasan Analisi Regresi BergandaVariabel Koefisien Regresi t hitung Sig KeteranganConstant -0.964 -3.552 0.000 LOG TA 0.151 3.218 0.002 H1 DiterimaLOG ROA -0.188 -3.005 0.003 H2 DiterimaSA 0.269 1.900 0.059 H3 DitolakUji F signifikan 9.051 0.000 H4 DiterimaAjusted R Square 0.111

(Sumber nanti saya lampirkan)

a.Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

Berdasarkan table diatas menunjukkan nilai koefisien regresinya bernilai postif sebesar 0.0151

dan mempunyai nilai probabilitas yaitu 0.002 berarti nilai signifikansinya lebih kecil dari nilai

a=5% sehingga dapat disimpulkanbahwa hipotesis yang menyatakan Ukuran Perusahaan

berpengaruh positif terhadap S truktur Modal diterima.

b.Profitabilitas berpengaruh negative terhadap Struktur Modal

berdasarkan table diatas menunjukkan nilai koefisien regresinya bernilai negative sebesar -0.188

dan mempunyai nilai probabilitas yaitu 0.003. hal tersebut berarti nilai signifikansinya lebih

kecil dari nilai a=5% sehingga dapat disimpulkan bawha hipotesis yang menyatakan

profitabilitas berpengaruh negative terhadap Struktur Modal diterima.

c.Struktur Aktiva berpengaruh negative terhadap Struktur Modal

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai koefisien regresinya bernilai positif sebesar 0.269

dan mempunyai nilai probabilitas yaitu 0.059. hal tersebut berarti nilai signifikansinya lebih

besar dari nilai a=5% sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesois yang menyatakan Strukt ur

Aktiva berpengaruh negative terhadap Struktur Modal ditolak.

62

Page 63: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

d.Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Aktiva secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Struktur Modal.

Berdasarkan table diatas menunjukkan nilai probabilitas yaitu 0.000. hal tersebut berarti nilai

signifikansinya lebih kecil dari nilai a=5% sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang

menyatakan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Aktiva secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Struktur Modal diterima.

C. Pembahasan Hasil Analisis

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

oleh Joni dan Lina (2010) serta Bangun dan Surianty (2008) yang menunjukkan bahwa ukuran

bahwa ukuran memiliki hubungan yang positif terhadap struktur modal dan didukung juga oleh

penelitian Seft inane dan Handayani (2011) juga menghasilkan ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap struktur modal.

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar, pasti membutuhkan dana yang besar juga

daripada perusahaan yang ukurannya lebih kecil. Untuk memenuhi kebutuhan dananya,

perusahaan ukuran besar biasanya menggunakan dana eksternal, yaitu dengan penggunaan

hutang. Oleh karena itu dapat memungkinkan untuk perusahaan besar, tingkat leveragenya akan

lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

2. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal

Bedasarkan hasil hipotesis ketiga yaitu struktur aktiva berpengaruh positif terhadap

struktur modal. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010)

serta Bram Hadianto (2) yaitu variabel struktur aktiva mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap struktur modal.

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih

banyak menggunakan banyak hutang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak

perusahaan merupakan jaminan baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan

tertentu tidak begitu baik untuk di jadikan jaminan.

63

Page 64: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan struktur

aktiva terhadap struktur modal. Terdapat 306 perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2008 2010. Sebanyak 194 perusahaan yang menjadi

sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria penelitian. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka

kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar juga dari pada perusahaan yang

ukurannya lebih kecil. Untuk memenuhi kebutuhan dananya, perusahaan ukuran

besar biasanya menggunakan dana eksternal, yaitu dengan penggunaan hutang.

Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan

perusahaan kecil. Oleh karena itu dapat memungkinkan untuk perusahaan besar,

tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

2. Profitabilitas berpengaruh negative terhadap Struktur Modal

Semakin besar profitabilitas suatu perusahaan, maka struktur modal perusahaan

tersebut akan semakin rendah. Hal ini disebabkan perusahaan dengan profitabilitas

yang lebih tinggi akan lebih memilih menggunakan laba ditahan untuk pemenuhan

dananya daripada penggunaan hutang. Menurut teori pecking order, perusahaan

dengan tingkat keuntungan yang besar memiliki sumber pendanaan internal yang

lebih besar dan memiliki kebutuhan untuk melakukan pembiayaan investasi melalui

pendanaan eksternal yang lebih kecil (Andrianto dan Wibowo, 2007). Mayangsari

(dalam Joni dan Lina, 2010) mengemukakan bahwa perusahaan dengan rute of turn

yang tinggi cenderung menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil.

3. Sruktur Aktiva tidak berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

64

Page 65: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Pendanaan perusahaan akan dilakukan dengan perolehan pinjaman jangka panjang.

Hal ini membuktikan bakwa porsi aktiva tetap yang besar belum tentu akan

memiliki kemudahan dalam pengadaan. Oleh karena itu, penggunaan sumber dana

intern sebagai sumber utama pembiayaan investasi tidak selalu mesti terjadi. Karena

keputusan investasi yang menguntungkan tidak terpengaruh dari sumber dana.

Hanya saja kdang-kadang adanya persyaratan jaminan atas hutang yang diambilnya

mengakibatkan modal sendiri harus menjadi lebih besar. Persoalan lainnya yang

muncul adalah kemungkinan biaya modal rata-rata akan naik lebih besar, kalau ini

terjadi investasi dibiayai dengan cost yang lebih tinggi atau menggunakan biaya

modal yang lebih mahal

4. Ukuran perusahaan, Profitabilitas, dan Struktur Aktiva secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Struktur Modal perusahaan manufaktur

B. Saran

Dengan memperhatikan keterbatasan yang ada, maka saran yang dapat

diberikan untuk penelitian selanjutnya antara lain: penelitian selanjutnya dapat

membandingkan struktur modal antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non

manufaktur. Diharapkan juga penelitian selanjutnya menambah variable lain yang

diharapkan dapat memiliki pengaruh terhadap struktur modal berdasarkan trend yang

terjadi, seperti penambahan variable free cash flow, resiko bisnis, dan sebagainya.

Penelitian selanjutnya juga diharapkan mengelompokkan perusahaan manufaktur

berdasarkan sector industri dan berdasarkan sektor industri dan berdasarkan umur

perusahaan.

65

Page 66: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

DAFTAR PUSTAKA

Bram Hadianto. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan

Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Telekomunikasi

Indonesia Periode 2000-2006 Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order.

Jurnal Manajemen. Vol 7 No. 2. Hal 111-125.

Brealey, et.all. 2008. Dasar-Dsar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi 5.

Erlangga. Jakarta.

Joni & Lina. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal

Bisnis dan Akuntansi. Vol 12 No.2. Hal 81-97.

Nurainun Bangun & Vivi Surianty. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Struktur Modal Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar di BEJ. Jurnal Akuntansi. Tahun XII No. 1. Hal 35-47.

www.idx.co.id (diakses 11 Maret 2013, Pukul 14:00WIB)

66

Page 67: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

PENGHITUNGAN PPN DAN PPnBM ATASPENYERAHAN RUMAH/APARTEMEN OLEH

PENGUSAHA REAL ESTATE

Cyndi Nelly C.N., A.md

UPBJJ UT-Pontianak

Jalan Karya Bakti II, Pontianak 78121

telp. (0561) 760791, 736107 fax. (0561) 736107

Email: [email protected]

Abstrak: Sebagai masyarakat tentu mengetahui bahwa dalam proses jual beli properti (realestate/apartemen) pasti akan bersinggungan dengan pajak-pajak yang dikenakan/dibayar, tentang apapajak-pajak yang dikenakan mungkin kadang kita tidak paham secara keseluruhan apa saja yang pajak-pajak yang dipotong dalam bidang properti tersebut. Tujuan penulisan ilmiah ini adalah untukmemahami lebih dalam mengenai bisnis properti itu sendiri dan bagaimana perlakuan pajak terhadapnya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif, yakniberupa pemahaman dari berbagai sumber seperti jurnal, media massa, text-book, undang-undang, dansebagainya.

Hasil penghitungan ini akan bermanfaat untuk pebisnis properti, baik pemilik tanah, pengusaha realestate, pengusaha perseorangan, calon pembeli maupun pihak lain yang terlibat didalamnya termasukfiskus pajak sebagai pengawas.

Kata kunci: real estate, pengusaha, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan barang mewah

I. PENDAHULUAN

Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Negara.Pajak secara umum dikenakan

kepada segala jenis transaksi yang mendatangkan keuntungan bagi suatu pihak, termasuk transaksi

dalam dunia bisnis properti.

Saat ini, dunia properti atau real estate di Indonesia sedang berkembang dengan pesat

67

Page 68: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

seiring dengan kebutuhan terhadap perumahan rakyat yang semakin besar dan pertumbuhan

ekonomi yang semakin baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan berdampak pada

peningkatan kebutuhan akan gedung perkantoran dan fasilitasnya.

Kebutuhan terhadap properti tidak hanya pada level pertama yaitu jual beli properti di real

estate, tetapi juga dalam jual beli dalam pasar sekunder serta sewa menyewa. Disaat bersamaan, Jasa

Konstruksi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan properti/real estate ikut

berakselarasi pula.Kebutuhan dunia properti terhadap jasa konstruksi terlihat dalam keterlibatanawal

pembentukan/pembangunan suatu properti/real estate, saat pemeliharaan, dan renovasi di pasar sekunder. Jasa

Konstruksi terlibat penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, instalasi dan pemeliharaan konstruksi

tanah danatau bangunan.

Dari sisi perpajakan, properti/real estate sangat menarik untuk dicermati karena dalam setiap

pergerakannya dalam menimbulkan aspek pajak yang berbeda-beda tergantung dari objek pajak

yang muncul dalam setiap transaksinya. Misalnya dalam transaksi jual beli bisa muncul berbagai

macam pajak antara lain: Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),Pajak Penghasilan atas

Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan (PPHTB), Pemotongan PPh pasal 21 atau Pasal 23, Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) bahkan Pajak Penjualan atas BarangMewah (PPnBM). Dan tentu saja jika

properti sudah dimiliki akan menimbulkan objek pajak selanjutnya yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

yang akan ditanggung oleh pembeli real estate dari perusahaan properti.

II. PEMBAHASAN

A. Pengusaha Real Estate

Pengusaha Real Estate/Industrial Estate adalah pabrikan dari Barang Kena Pajak yang

menurut sifat atau hukumnya adalah barang tidak bergerak berupa bangunan beserta ikutannya,

Yang dimaksud ikutannya disini adalah, bidang tanah yang di atasnya berdiri bangunan tersebut,

bidang tanah sebagai pekarangan bangunan tersebut, pagar pekarang sekeliling bangunan tersebut

dan saluran air/got/riol, sarana jalan, pipa leding, tiang dan kabel listrik yang merupakan bagian

kelengkapan bangunan tersebut menurut SE - 55/PJ.3/1985.

Jika dikelompokkan maka terdapat 6 (enam) bentuk properti real estate yang biasa dikenal

yaitu :

1. Real Estate Jenis Properti Apartemen, properti yang berada dalam sebuah bangunan

megah yang menjulang tinggi seperti hotel. Perlu diingat karena bentuknya seperti rumah

maka dapat dimiliki secara pribadi maupun disewakan.

2. Real Estate Jenis Properti Perumahan, sebuah kompleks perumahan yang dapat dihuni

68

Page 69: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

berbagai macam keluarga biasanya dilengkapi sarana prasarana oleh pengelola.

3. Real Estate Jenis Properti Rukan dan Office Space, dibuat kepada pebisnis yangingin

membuka cabang perusahaan. Kawasan ini bisa dikatakan kawasan perkantoran yang

bentuknya menyerupai rumah namun fungsinya sebagai kantor.

4. Real Estate Jenis Properti Ruko dan Mall, Biasanya Ruko untuk jenis ini biasanya sebagai

hunian dan sekaligus umumnya perdagangan sementara Mall berisi bermacam toko yg

biasanya memiliki nama besar.

5. Real Estate Jenis Properti Tanah Kavling, merupakan tanah yang sudah memiliki konsep

pembangunan.

6. Real Estate Jenis Properti Town House, rumah dengan rancangan dan tempat yang

eksekutif dan disisi kota besar, dan khusus untuk rumah dengan kategori lux dan mewah.

B. Penyerahan rumah/apartemen oleh pengusaha real estate yang terutang

PPN dan/atau PPN dan PPnBM

Pengusaha Real Estate yang merupakan Pengusaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak

tidak bergerak berupa bangunan dan tanah wajib memungut, menyetor dan melaporkan

PPNnya.PPN yang dikenakan kepada Pembeli, dipungut oleh Pengusaha Real Estate baik pada saat

penerimaan uang muka maupun pelunasan dan dibayarkan selambatnya sebelum SPT Masa PPN

belum dilaporkan.

Cara menghitung PPN adalah sebagai berikut :

Apabila harga jual TIDAK TERMASUK PPN

PPN = Harga Jual x 10%

Atau

Apabila harga jual TERMASUK PPN

PPN = (Harga Jual : Dasar Pengenaan Pajak*) x 10%

)* Dasar Pengenaan Pajak adalah faktor pembagi harga jual sebesar 1,1 atau 110%

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak). NJOP dapat

dilihat pada lembar PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Apabila NJOP lebih besar dari nilai transaksi

maka dasar perhitungan pajak menggunakan NJOP begitu pula sebaliknya.

C. Penyerahan Properti oleh Perusahaan Rael Estate yang Dibebaskan PPN

Bahwa dalam rangka mendukung program Pemerintah untuk mewujudkan tersedianya perumahan

yang terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah, berupa rumah sederhana, rumah sangat sederhana,

dan rumah susun sederhana untuk dimiliki dan untuk menyesuaikan perubahan batasan maksimum

harga jual rumah sederhana dan rumah sangat sederhana yang diperbolehkan untuk dibeli melalui

69

Page 70: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Kredit Pemilikan Rumah bersubsidi baik syariah maupun konvensional, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.03/2007

tentang Batasan Rumah Sederhana, Rumah sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok

Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar serta Perumahan Lainnya yang atas Penyerahannya

Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

Barang Kena Pajak Tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai adalah:

1. Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama

mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh Menteri

Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah

(Pasal 2 PP No.38 Tahun 2003)

Atas penyerahan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok

Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar serta Perumahan Lainnya dibebaskan dari pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai. (Pasal 1 PMK No.36/PMK.03/2007).

2. Rumah Susun Sederhana

Rumah Susun Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu

lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan

dapur baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang

perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak

bersubsidi, yang memenuhi ketentuan:

a. harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi Rp 75.000.000,00

(tujuh puluh lima juta rupiah);

b. luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2 (dua puluh satu meter

persegi);

c. pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur

mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; dan

d. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat

tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak

dimiliki.

(Pasal 3 PMK No.36/PMK.03/2007)

3. Pondok Boro

Pondok oro yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat,

yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang

70

Page 71: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

diperuntukkan bagi para buruh tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah

dengan biaya sewa yang disepakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun sejak diperoleh.

(Pasal 4 PMK No.36/PMK.03/2007)

4. Asrama Mahasiswa dan Pelajar

Asrama Mahasiswa dan Pelajar yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat

atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh universitas atau sekolah, perorangan dan

atau Pemerintah Daerah yang diperuntukkan khusus untuk pemondokan pelajar atau mahasiswa,

yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh.

(Pasal 5 PMK No.36/PMK.03/2007)

5. Perumahan Lainnya

Perumahan Lainnya yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 meliputi:

a. Rumah Pekerja, yaitu tempat hunian, berupa bangunan bertingkat atau tidak

bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh suatu perusahaan, diperuntukkan bagi

karyawannya sendiri dan bersifat tidak komersil, yang memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a, huruf b; ayat (3) atau Pasal 3

huruf a, huruf, b, huruf c, huruf d, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu

5 (lima) tahun sejak diperoleh;

b. Bangunan yang diperuntukkan bagi korban bencana alam nasional.

(Pasal 6 PMK No.36/PMK.03/2007)

D. Pemakaian Sendiri Untuk Tujuan Konsumtif Oleh Real Estate

Berdasarkan Pasal 1A ayat (1) huruf c. UU PPN 1984, pemakaian sendiri termasuk dalam

pengetian penyerahan Barang Kena Pajak.Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak adalah pemakaian

Barang Kena Pajak untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawannya, baik barang

produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan "Pemakaian

sendiri Barang Kena Pajak untuk tujuan konsumtif" adalah pemakaian Barang Kena Pajak yang

tidak ada kaitan dengan kegiatan produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang tidak mempunyai

hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi kegiatan

produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Peraturan ini berlaku bagi setiap jenis usaha.Oleh

karena itu, pemakaian sendiri tujuan konsumtif oleh pengusaha real estate juga termasuk dalam

pengertian pemakaian sendiri sebagaimana dimaksud di atas. Contoh pemakaian sendiri Barang

Kena Pajak oleh Pengusaha Real Estate untuk tujuan konsumtif :

1) Rumah yang merupakan barang dagangan perusahaan real estate digunakan untuk rumah

71

Page 72: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

dinas karyawan.

2) Kondominium real estate yang digunakan untuk tempat tinggal Marketing Director

perusahaan.

E. Penyerahan Rumah/Apartment Oleh Pengusaha Real Estate Atas Pemakaian

Sendiri Untuk Tujuan Produktif

Berdasarkan memori penjelasan Pasal 5 PP Nomor 1 Tahun 2012,Yang dimaksud dengan

Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak untuk tujuan produktif adalah pemakaian Barang Kena Pajak

untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawannya, baik barang produksi sendiri

maupun bukan produksi sendiri yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya

atau untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang

bersangkutan, yang meliputi kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen.

Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak

Untuk pemakaian sendiri BKP/JKP yang PPN harus disetorkan ke Kas Negara tersebut di atas,

wajib diterbitkan Faktur Pajak. Penerbitan Faktur Pajaknya agak unik karena nama pembeli dan

penjual BKP/JKP-nya yang harus dicantumkan dalam kolom identitas di Faktur Pajak adalah sama

yaitu si pengusaha sendiri.

Selain itu, dua digit pertama kode Faktur Pajaknya pun sudah ditetapkan menggunakan kode 04.

Sementara untuk jumlah Dasar Pengenaan Pajak (DPP), sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 75/PMK.03/2010 adalah sebesar Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi dengan Laba

Kotor.

Penyetoran dan Pelaporan

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak real estate

ke Bank Persepsi dengan menggunakan SSP paling lambat akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya masa pajak dan sebelum SPT Masa disampaikan.

Pelaporan Pajak dengan menggunakan SPT Masa PPN 1111 Paling lambat akhir bulan

berikutnya setelah berakhirnya amsa pajak.Faktur Pajak atas pemakaian sendiri ini

dilaporkan di dua formulir lampiran SPT Masa PPN, yaitu di formulir 1111-A2 sebagai

Pajak Keluaran (PK) dan di formulir 1111-B3 sebagai Pajak Masukan (PM) yang tidak

dapat dikreditkan.

F. Kegiatan Membangun Sendiri

Kegiatan membangun sendiri dikenai Pajak Pertambahan Nilai apabila memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1. Membangun sendiri tersebut dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh

72

Page 73: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

orang pribadi atau badan, yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain

2. Batasan bangunan yang dikenai PPN kegiatan membangun sendiri adalah satu atau lebih

konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah

dan/atau perairan dengan kriteria:

a) konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis,

dan/atau baja;

b) diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha;

c) luas keseluruhan paling sedikit 300 m2 (tiga ratus mete persegi).

Tarif PPN dari KMS adalah 10% dari DPP sebesar 40% dari seluruh biaya yang dikeluarkan

atau dibayarkan termasuk PPN dan tidak termasuk harga perolehan tanah.

Pajak Pertambahan Nilai atas KMS terutang saat dimulainya secara fisik kegiatan membangun

sendiri, seperti penggalian fondasi, pemasangan tiang pancang, atau kegiatan fisik lainnya. Kegiatan

pembangunan yang dilakukan secara bertahap, sepanjang jangka waktu antar tahapan tidak lebih dari

2 tahun diperlakuakan sebagai satu kesatuan kegiatan.

Tempat pajak terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut

didirikan.PPN atas KMS harus disetorkan ke Kas Negara paling lama tanggal 15 bulan berikutnya

setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum laporan disampaikan setelah bulan terjadinya

pengeluaran biaya tersebut. PPN disetorkan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama

orang pribadi atau badan yang melaksanakan kegiatan membangun sendiri.

III. SIMPULAN

Dewasa ini, perkembangan bisnis properti di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat

tajam.Ini dapat terlihat dari banyaknya pembangunan perumahan-perumahan baru baik berupa

rumah atau apartemen yang harganya relatif lebih murah.Disamping itu, hamper semua bank di

Indonesia memiliki program kepemilikan rumah dengan kredit yang semakin mudah dan

manjangkau masyarakat luas.

Kegiatan proses jual beli atau sewa menyewa properti menyangkut perhitungan pajak yang

melekat pada kegiatan tersebut. Fungsi pajak properti sebagai salah satu bagian sumber penerimaan

negara (fungsi bugeter) yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan fungsi regulasi dimana

pajak properti digunakan sebagai alat untuk mengatur perkembangan pasar properti.

73

Page 74: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardiasmo (2009).Perpajakan. Yogya: Andi.

2. Sukarji, Untung (2007). Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia. Jakarta:

Rajawali Pers.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan

atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tanggal 16 April 1996 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan

atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 Tanggal 04 Nopember 2008 tentang

Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran

Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2009 tentang Pelaksanaan

Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 tentang Perubahan

Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

7. Keputusan Menteri Keuangan N0. 635/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994

tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan

Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan.

8. Keputusan Menteri Keuangan N0. 392/KMK.04/1996 tanggal 05 Juni 1996 tentang

Perubahan KMK N0. 635/KMK.04/1994 Tentang Pelaksanaan Pembayaran dan

Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah

Dan/Atau Bangunan.

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 243/KMK.03/2008 Tentang Perubahan Kedua

Atas KMK No. N0. 635/KMK.04/1994 Tentang Pelaksanaan Pembayaran dan

Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah

Dan/Atau Bangunan.

10. SE-04/PJ.33/1996 tanggal 26 Agustus 1996 Tentang Pembayaran PPh atas penghasilan

dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.

11. SE-02/PJ.33/1997 tanggal 30 Juli 1997 Tentang Tindak Lanjut Ketentuan Peralihan

Pasal 11 A PP No. 27 Tahun 1996.

12. SE-55/PJ.42/1999 Tentang PPh WP Badan Yang usaha pokoknya melakukan transaksi

penjualan atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.

13. SE-80/PJ/2009 tanggal 27 Agustus 2009 Tentang pelaksanaan PPh yang bersifat final

atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima atau

diperoleh wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan.

74

Page 75: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Peranan Prosedur Operasional Standar (POS)

dalam Sistem Pengendalian Internal

Adisti Andarini

[email protected]

Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka

Abstrak

Untuk menjaga keteraturan kegiatan operasi, setiap organisasi harus memiliki suatusistem standar yang digunakan untuk mengatur setiap urutan kegiatan dari awal sampaiakhir kegiatan dalam satu siklus operasionalnya, baik pada perusahaan dagang,manufaktur, maupun instansi pemerintahan. Selain itu, pentingnya penjagaan terhadapkekayaan organisasi dan keandalan informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi,membuat organisasi harus memasukkan unsur sistem pengendalian internal dalamsistem akuntansi, bukan sebagai suatu sistem yang terpisah namun terintegrasi menjadibagian yang tidak terpisahkan. Sistem akuntasi yang ada pada organisasi hendaknya takhanya berperan sebagai penjaga keteraturan kegiatan operasional namun juga berperandalam menyediakan informasi yang relevan untuk tujuan pengambilan keputusan danmampu menjadi sistem pengaman bagi kekayaan organisasi tanpa mengesampingkanimplikasi biaya dan manfaat yang ditimbulkan oleh sistem tersebut. Pentingnyapenjagaan terhadap kekayaan organisasi dan keandalan informasi yang dihasilkan olehsistem akuntansi, membuat organisasi harus memasukkan unsur sistem pengendalianinternal dalam sistem akuntansi, bukan sebagai suatu sistem yang terpisah namunterintegrasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Prosedur Operasional Standar (POS)diharapkan menjadi salah satu alat pengendalian internal karena POS merupakan suatusistem dimana terdapat rangkaian prosedur baku dan disusun dengan pola tertentusesuai kebutuhan organisasi yang bersangkutan.

Kata kunci: prosedur operasional standar, rangkaian prosedur, sistem

akuntansi, sistem pengendalian internal

75

Page 76: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Pendahuluan

Demi menjaga keteraturan kegiatan operasi, setiap organisasi harus memilikisuatu sistem standar yang digunakan untuk mengatur urutan kegiatan suatu organisasidari awal sampai akhir kegiatan dalam satu siklus operasionalnya, baik pada perusahaandagang, manufaktur, maupun pada instansi pemerintahan. Sistem tersebut merupakanrangkaian prosedur baku dan disusun dengan pola tertentu sesuai kebutuhan organisasiyang bersangkutan. Sistem akuntansi yang ada pada organisasi hendaknya tak hanyaberperan sebagai penjaga keteraturan kegiatan operasi namun juga berperan dalammenyediakan informasi yang relevan untuk tujuan pengambilan keputusan dan mampumenjadi sistem pengaman bagi kekayaan organisasi tanpa mengesampingkan implikasibiaya dan manfaat yang ditimbulkan oleh sistem tersebut.

Pentingnya penjagaan terhadap kekayaan organisasi dan keandalan informasi yangdihasilkan oleh sistem akuntansi membuat organisasi harus memasukkan unsurpengendalian internal dalam sistem akuntansi, bukan sebagai suatu sistem yang terpisahnamun terintegrasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Pemahaman terhadappengendalian intern yang ada di suatu organisasi dapat menggunakan bagan alir sistem (system flowchart) dimana pada flowchart dapat dilihat urutan-urutan suatu aktivitasoperasional dan pihak-pihak yang terkait dalam suatu aktivitas tersebut. Hal itulah yangjuga terdapat di dalam POS, dimana POS merupakan serangkaian petunjuk tertulis yangdidokumentasikan guna menunjukkan jalan atau bagan alir yang harus ditempuh dalammenyelesaikan suatu aktivitas, dan lebih menitikberatkan pada siapa yang harusmelaksanakan, dari mana dimulai, kemana diteruskan dan kapan atau dimana selesainyaaktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi.

Berdasarkan hal yang diuraikan secara singkat di atas, maka penulis tertarikuntuk menulis karya ilmiah dengan judul: Peranan Prosedur Operasional Standar(POS) dalam Sistem Pengendalian Internal.

Sistem Pengendalian Internal

76

Page 77: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

(Direktorat Litbang BPK RI: 2012) Sistem Pengendalian Internal adalah suatu prosesintegral yang didesain dan diimplementasikan oleh pimpinan dan seluruh pegawai untukmemberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan entitas terkaitdengan:

1) Efektivitas dan efisiensi operasi

2) Keandalan dari laporan keuangan

3) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

4) Pengamanan aset

Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini (Mulyadi:2002) :

1. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.Pengendalian intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengendalian internmerupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagiantidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas.

2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiridari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiapjenjang organisasi.

3. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai,bukan keyakinan mutlak. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistempengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaiantujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikankeyakinan mutlak.

4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan:pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.

Sistem Pengendalian Internal terdiri dari komponen-komponen yangdikembangkan oleh Committee of Sponsoring Organization (COSO), yaitu: 1)Lingkungan pengendalian (control environment), 2) Penilaian risiko (Risk assessment),3) Aktivitas pengendalian (control activities), 4) Informasi dan komunikasi (informationand communication), dan 5) Pemantauan (monitoring).

Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menciptakan budaya organisasi dan mempengaruhi kesadaran

77

Page 78: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

pegawai atas pengendalian internal. Lingkungan pengendalian internal menjadi dasardari empat komponen pengendalian internal lainnya. Faktor yang membentuklingkungan pengendalian adalah:

a. Penegakan integritas dan nilai etika. Seluruh komponen entitas menegakkanstandar nilai-nilai integritas dan etika organisasi.

b. Komitmen terhadap kompetensi. Manajemen menentukan tingkat kompetensiatas suatu pekerjaan dan mendefinisikan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakanuntuk mencapai tujuan entitas.

c. Filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen. Pimpinan entitas harus memilikikomitmen dan keteladanan. Pimpinan entitas menetapkan kode etik, konseling, danpenilaian kinerja yang mendukung tujuan pengendalian internal, serta etika operasi.

d. Struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan kerangka yangmenggambarkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan,untuk mencapai tujuan entitas. Struktur organisasi yang memadai antara lain harusmampu menyediakan arus informasi-informasi penting, menjelaskan wewenang dantanggung jawab serta hubungan pelaporan dalam organisasi.

e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Pemberian tanggung jawab,pendelegasian wewenang, dan penyusunan kebijakannya memberikan dasarakuntabilitas dan pengendalian serta membangun peran individual terkait dengantugas yang diberikan.

f. Kebijakan sumber daya manusia dan penerapannya. Kebijakan sumber dayamanusia merupakan titik sentral dalam merekrut dan mempertahankan pegawaiyang kompeten untuk mencapai tujuan entitas.

g. Dewan direksi atau komite audit yang aktif dan efektif merupakan fungsisupervisi yang penting demi tercapainya pengendalian internal yang efektif.

Penilaian risiko

Penilaian risiko adalah identifikasi dan analisis atas risiko-risiko pencapaian tujuan,sebagai dasar untuk menentukan langkah dalam menangani risiko tersebut.Faktor-faktor yang harus dipahami dan dilakukan dalam penilaian risiko adalah:

a. Tujuan pada tingkat entitas. Untuk mencapai pengendalian yang efektif, entitasharus memiliki tujuan yang ingin dicapai serta strategi-strategi yang dapatmendukung tercapainya tujuan tersebut.

78

Page 79: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

b. Tujuan pada tingkat aktivitas. Tujuan dan strategi entitas secara keseluruhanharus memiliki hubungan yang jelas dan konsisten dengan tujuan-tujuan padatingkat aktivitas.

c. Risiko. Proses penilaian risiko entitas harus mengindentifikasi risiko baik yangberasal dari internal maupun eksternal serta mempertimbangkan implikasinyaterhadap pencapaian tujuan baik pada tingkat entitas maupun aktivitas. Penilaianrisiko harus meliputi analisis dan pengelolaan risiko.

d. Mengelola perubahan yang berpengaruh pada entitas. Mekanisme identifikasidan penanganan diperlukan atas terjadinya perubahan-perubahan baik yang berasaldari eksternal maupun internal entitas, misalnya perubahan ekonomi, industri,peraturan dan perubahan atas berkembangnya aktivitas entitas. Perubahan yanglangsung berpengaruh terhadap pelaporan keuangan antara lain penggunaanprosedur akuntansi baru, perubahan standar akuntansi, dan perubahan sistemteknologi informasi akuntansi yang digunakan.

Aktivias Pengendalian

Aktivitas-aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang menjamin bahwaarahan pimpinan entitas dilaksanakan. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas persetujuan (approvals), otorisasi (authorizations), verifikasi (verification), rekonsiliasi (reconciliation), kecukupan dokumen dan catatan/data (adequate documents and records), pengendalian fisik atas aset dan catatan/data (physical control over assets and records), penilaian kinerja yang independen (segregation of duties). Faktor yangdipertimbangkan dalam menilai aktivitas pengendalian adalah:

a. Keberadaan kebijakan dan prosedur yang tepat atas aktivitas entitas

b. Efektivitas pelaksanaan aktivitas-aktivitas pengendalian.

Informasi dan komunikasi

Informasi diidentifikasi, diperoleh, diproses, dan dilaporkan oleh sisteminformasi. Hal yang harus dilakukan terkait dengan informasi adalah:

a. Informasi yang relevan dengan tujuan entitas yang bersumber dari internal daneksternal disampaikan kepada manajemen.

b. Informasi disampaikan kepada pegawai secara rinci, jelas, dan tepat waktu agarmereka dapat menjalankan kewajibannya secara efektif dan efisien.

c. Pembangunan sistem informasi dan perbaikannya harus didasarkan pada rencana

79

Page 80: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

strategis sistem informasi yang sesuai dengan rencana strategis entitas, sertaresponsif terhadap pencapaian tujuan entitas dan aktivitas.

d. Dukungan pimpinan entitas terhadap pembangunan sistem informasi yangdiperlukan ditunjukkan dengan komitmen penyediaan sumber daya manusia dandana.

Komunikasi bertujuan untuk menjamin bahwa setiap pegawai yang terkait akansaling memahami peran dan aktivitasnya, termasuk melaporkan terjadinyapenyimpangan melalui mekanisme whistle blowing. Kebijakan akuntansi, pedomanakuntansi dan pelaporan keuangan, daftar akun, dan bagan alir prosedur merupakanbagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam pengendalian internal.

Pemantauan

Pengendalian internal harus dipantau dan, jika perlu, dibenahi agar kualitasnyatetap bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Pemantauan merupakan proses penilaiankualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu, meliputi penilaian atas desaindan implementasi pengendalian. Pemantauan yang efektif biasanya meliputi:pemantauan berkelanjutan (on going monitoring), evaluasi terpisah (separate evaluation), pelaporan kelemahan kepada komite audit dan atau aparat pengawasan internal.

Pemahaman terhadap pengendalian internal yang ada di suatu organisasi salahsatunya adalah dapat dengan menggunakan bagan alir sistem (system flowchart) dimanaflowchart akan menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem yangmenjelaskan urut-urutan dari setiap prosedur yang ada di dalam sistem sertamenunjukkan dokumen yang digunakan dan siapa saja pihak yang terkait di sistemtersebut.

Prosedur Operasional Standar (POS)

Setiap organisasi memerlukan suatu sistem standar internal yang dapatdigunakan untuk mengatur setiap urutan kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan dalamsatu siklus operasionalnya, baik itu pada perusahaan dagang, manufaktur, maupuninstansi pemerintahan. Standar internal yang bersifat prosedural inilah yang disebutdengan Prosedur Operasional Standar (POS).

Prosedur Operasional Standar adalah suatu standar atau pedoman tertulis yangdipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai

80

Page 81: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

tujuan organisasi (Miftahul Agusta: 2011). Sementara itu Direktorat Litbang BPK RI(2011) mendefinisikan POS merupakan serangkaian petunjuk tertulis yangdidokumentasikan guna menunjukkan jalan atau alur yang harus ditempuh dalammenyelesaikan suatu aktivitas, dan lebih menitikberatkan pada siapa yang harusmelaksanakan, dari mana dimulai, kemana diteruskan dan kapan atau dimana selesainyaaktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi.

Aktivitas-aktivitas yang diatur dalam suatu POS merupakan suatu rangkaianyang akan membantu suatu prosedur dan kumpulan prosedur yang saling terkait akanmembentuk suatu proses. Proses tersebut dapat berdiri sendiri atau memiliki kaitan atauhubungan dengan proses lainnya.

Mengenai teknik penyusunan penulisan POS, POS harus ditulis oleh seseorangyang banyak mengetahui aktivitas dan struktur internal organisasi. Individu tersebutsangat utama sebagai tenaga ahli yang benar-benar melaksanakan pekerjaan ataumenggunakan proses suatu aktivitas yang akan di-POS-kan. POS juga harus ditulisdengan cukup detil sedemikian rupa sehingga seseorang dengan pemahaman yangsangat dasar dari suatu bidang juga dapat dengan mudah melakukan suatu aktivitas atauprosedur walau tanpa ada supervisi.

Kerangka POS

Kerangka POS minimal memiliki susunan sebagai berikut (Direktorat Litbang BPK RI:2011):

1) Sampul

2) Keputusan Penetapan

3) Isi dokumen memuat:

(1) Header POS

(2) Dasar Hukum, bagian ini memuat daftar peraturanperundang-undangan yang menjual dasar POS tersebut.

(3) Tujuan, mencakup apa yang hendak dicapai dari penyusunanatau penyempurnaan POS yang bersangkutan.

(4) Ruang Lingkup, berisikan informasi batasan atas apa dan siapayang akan terpengaruh oleh POS tersebut.

(5) Definisi, memuat penjelasan tentang pengertian yang sering

81

Page 82: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

digunakan dalam penyusunan POS untuk menyamakan persepsiatau istilah yang digunakan. Bagian definisi dapat dihilangkandan dimuat pada bagian glosarium.

(6) Uraian Prosedur dan Jangka waktu, bagian ini berisikanpenjelasan secara rinci atas prosedur-prosedur ataukegiatan-kegiatan yang ada dalam POS, pelaksana prosedur, danjangka waktu pelaksanaan setiap prosedur. Jika diperlukan,penjelasan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bagiansehingga prosedur maupun kegiatan yang ada benar-benar dapatdijelaskan secara utuh dan terinci.

4) Lampiran

5) Tim Penyusun (jika ada), berisi nama-nama tim penyusun POS

6) Kolom pengesahan, berisi nama dan tanda tangan pihak yang menyetujui POS

Peranan POS dalam Sistem Pengendalian Internal

Berdasarkan uraian mengenai Sistem Pengendalian Internal dan Prosedur OperasionalStandar di atas, dapat dilihat bahwa POS diharapkan dapat menjadi salah satu alatinformasi mengenai sistem pengendalian internal suatu organisasi, misalnya dilihat darisisi:

a. Lingkungan pengendalian. Salah satu faktor yang membentuk lingkunganpengendalian adalah pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dimanapemberian tanggung jawab, pendelegasian wewenang, dan penyusunankebijakannya memberikan dasar akuntabilitas dan pengendalian serta membangunperan tanggung jawab individual terkait dengan tugas yang diberikan. Pada POS,terdapat uraian urutan prosedur suatu aktivitas operasional yang selanjutnyadigambarkan dalam suatu bagan alir dimana selain uraian prosedur jugadigambarkan pihak-pihak yang berwenang dan bertanggung jawab atas pelaksanaanaktivitas tersebut. Sehingga POS dapat digunakan untuk mempermudah memahamipengendalian internal terhadap uraian prosedur suatu akitivitas operasionalorganisasi serta pihak-pihak yang berwenang dan bertanggung jawab atas suatuaktivitas tersebut, dan jika terjadi penyimpangan terkait dengan aktivitas tersebut,dapat dimulai menelusurinya dari memahami POS terkait.

b. Aktivitas pengendalian. Aktivitas pengendalian merupakan adanya kebijakan danprosedur yang menjamin bahwa arahan pimpinan entitas dilaksanakan. Terdiri dari

82

Page 83: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

aktivitas persetujuan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, kecukupan dokumen dancatatan/data, pengendalian fisik atas aset dan catatan/data, penilaian kinerja yangindenpenden. Bagan alir yang terdapat dalam POS juga dapat menggambarkanmulai dari dokumen-dokumen apa saja yang digunakan, otorisasi dan verifikasinyaseperti apa, sampai dengan pengendalian fisik atas aset dan data tersebut.

c. Informasi dan komunikasi. POS dapat menjadi salah satu alat untukmenyampaikan informasi terkait prosedur-prosedur pekerjaan yang akan dilakukanpara pegawai secara rinci, jelas, dan tepat agar mereka dapat menjalankan kewajibandan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien.

d. Penilaian risiko adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis atas risiko-risikopencapaian tujuan, sebagai dasar untuk menentukan langkah dalam menanganirisiko tersebut. Salah satu faktor yang harus dipahami dan dilakukan dalampenilaian risiko adalah risiko. Proses penilaian risiko entitas harus mengindentifikasirisiko baik yang berasal dari internal maupun eksternal serta mempertimbangkanimplikasinya terhadap pencapaian tujuan. Penyusunan POS didasarkan untukmencegah atas risiko penyimpangan yang mungkin saja terjadi baik yang berasaldari internal maupun eksternal terhadap keandalan dari laporan keuangan,pengamanan aset, efektivitas dan efisiensi operasi, serta ketaatan terhadap peraturanperundang-undangan.

e. Pemantauan kegiatan aktivitas operasional organisasi dapat dilakukan juga denganPOS. Jika ada indikasi terjadi penyimpangan, dapat dipantau apakah aktivitas yangdilakukan selama ini sudah sesuai dengan prosedur yang ada di POS atau belum.

Contoh Prosedur Operasional Standar

Berikut ini merupakan contoh POS terkait Barang Persediaan yang diterapkan padaBPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu. Diharapkan dengan adanya penerapan POS,pengendalian internal terhadap barang persediaan baik barang persediaan masukmaupun keluar dapat berjalan dengan baik, atau meskipun nantinya terjadi indikasipenyimpangan dapat ditelusuri.

83

Page 84: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Gbr. 1. Sampul POS

84

Page 85: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

Gbr 2. Isi Dokumen yang memuat header POS, dasar hukum, tujuan, ruang lingkup, definisi, dan uraian

prosedur

Kesimpulan

1. Dengan adanya POS, diharapkan dapat menjadi salah satu alat informasi terkaitsistem pengendalian internal suatu organisasi untuk dapat memberikan keyakinanyang memadai terhadap pencapaian tujuan entitas yang terkait dengan efektivitasdan efisiensi operasi, keandalan dari laporan keuangan, ketaatan terhadapperaturan perundang-undangan, dan pengamanan aset.

2. POS mendukung keseluruhan komponen yang membentuk pengendalian internal,seperti lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian,informasi dan komunikasi, serta aktivitas pemantauan.

Daftar Pustaka

Mulyadi. (2002). Auditing. Jakarta: PT Salemba Empat.

Keputusan BPK RI Nomor 2/K/I-XIII.2/7/2012 tentang Petunjuk Teknis

Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian Internal. Keputusan BPK RI Nomor 6/K/I-XIII.2/8/2011 tentang Pedoman Penyusunan

Prosedur Operasional Standar Badan Pemeriksa Keuangan.

85

Page 86: 2013 0 0_jurnal_akuntansi_dan_bisnis

86