Document2

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I BAB I PENDAHULUAN1. Latar Belakang Pembangunand i bidang farmasi sebagaib agian integral dari pembangunan nasionadl i bidangk esehatante lah dilaksanakanse carab ertahapt,e rencanad, an berkesinambunganS. alah satu perwujudannyaa dalah banyak diCirikan industri farmasi dalam rangka memenuhi kebutuhan akan obat yang akhir-akhir ini cenderungm eningkatb, aikj umlah maupunm acamo bat( Slamet,1 992). Mencegah lebih baik daripada mengobati, merupakan semboyan kesehatan yang sudahd ikenal masyarakaltu as di Indonesia.M enilik semboyante rsebut, tidak mengherankanb ila dewasa ini banyak beredar produk farmasi yang berkhasiamt encegahk ekurangans uatuz at yangd iperlukant ubuhm aupunu ntuk meningkatkan vitalitas dan daya tahan tubuh, sebagai dampak permintaan pasar yangt erusm eningkatp, rodukf armasti ersebumt isalnyap reparavt itamin. Vitamin diperlukand alamj umlah sedikit,t idak menghasilkaenn ergid an tidak digunakans ebagaiu nit pembanguns truktur tubuh, tetapi sangatp enting untuk transformasei nergi dan pengaturanm etabolisrnetu buh. Perananv itamin dalam proses-prosets rsebuta dalahs ebagabi agiand ari enzim (koenzim)( Nuri dan Sutrisno,1 992).P emberianv itamin tidak hanyad alam bentukt unggal,t api juga dalamb entukc ampurana gard iperolehe fek terapi yang diinginkan,a ntara lain adalahp reparamt ultivitaminM. ultivitaminp adau mumnyab eiisiv itaminC , 81, 82, 86,812, nikotinamid,k alsiump antotenatv, itamin E, dan bahanm ineral

(rso,ree6).Spesifikasi mutu suatu produk farmasi mutlak ditetapkan secara memadai untuk menjamin keamanan dan khasiatnya. Khasiat dan keamanan obat tersebut seringkali hanyad apat dijamin melalui pemantauana nalitik mutunya,m ulai dari proses pembuatan. penyimpanan, distribusi hingga pada tahap penggunaannya' Tujuan tersebut hanya dapat tercapai jika spesifikasi yang tepat diterapkan berdasarkanm etodea nalitik yangd apatd ipercaya( Slamet, 1997a ). Untuk analisis kuantitatif preparat multivitamin yang terdiri campuran vitamin yang beragam jenis dan kadarny4 dalam bermacam-macam matrik pembawa yang kadang sifatnya sangat mirip, diperlukan metode analisis yang mampu memisahkanm asing-masings enyawad an menetapkank adarnyad engan tepat dan teliti. Sementara itu penentuan vitamin secara kolorimetri, spktrofotometri, titrasi maupun mikrobiologi memerlukan waktu yang lama dan sangats ulit untuk diaplikasikanp ada analisiss erentakv itamin-vitamin dalam campuran(W alkerd kk, 1981' Lam dkk, 1984;W ayan,1 984). Kromatografi merupakan metode altematif yang digunakan secara luas untuk pemisahani,d entifikasid an determinassi enyawak imia dalam campuftrn yang komplek. Belum ada metode pemisahan yang semudah dan sebaik kromatografi( Skoog, 1995). Dalam kromatografip erkembangaKn romatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) masih terus dijumpai, selain jenis fase diam, fase gerak, dan ukuran kolom yang lebih hecil, detektor KCKT juga berkembang menuju sistem deteksi yang relatif selektif dan sensitif, seperti detektor diode arrrry, fluorosensi atau elektrokimia (Lambert dan Andre, 1992 ). Sepertid iketahui salahs atu kriteria utamap adaC araP embuatanO bat yang Baik (CPOB) adalahk eharusanm elakukanv alidasi-validasip ada prosesp roduksi obat, dan salah satunya ialah metode analisis yang akan digunakan oleh laboratorium qwlity control pada industri farmasi tersebut (Gunawan, 1994). Suatu metode analisis baru dapat digunakan bila telah divalidasi pada kondisi

penelitian yang bersangkutan, meskipun metode tersebut sudah dipublikasikan pada jumal, buku teks ataupun buku resmi seperti farmakope, supaya analisis kimia yang akan dilakukan memberikan hasil analisis yang mendekati kebenaran (sahih) (Gunawan, 1994). Menurut USP )O(III (1995) parameter-parameter validasi meliputi presisi, akurasi, batas deteksi, batas kuantitasi, selektivitas, linearitasd an rentang,r uggednesss, efia robustnessN. amun parametery ang akan divalidasi dan pendekatanu ntuk tiap kasust ergantungt ujuan analisis dan matrik cuplikan (Can dan Wahlich, 1990a). Selain validasi diatas untuk metode analisis KCKT yang digunakan secara rutin, perlu dilakukan uji kesesuaian sistem. Hal ini sehubungan karakteristik media pemisahan dalam kolom yang akan berubah dengan adanya perubahan waktu. Sebelum metode analisis digunakan, diperlukan uji kesesuaian sistem meskipun dipakai peralatan KCKT yang sama atau jika suatu kolom dan materi pemisahan dari pabrik lain digunakan untuk pertama kali (Sriwoelan, IggT). Menurut FI IV ( 1995) uji kesesuaians istem dilakukan untuk memastikan keefektifans istemo perasionaal khir sebelumd igunakan. Pada penelitian ini, akan dianalisis campuran vitamin C, Bl mononitrat, 82, 86 HCl, B12, nikotinamid, dan kalsium pantotenat, yang terdapat dalam tablet multivitamin, dengan metode KCKT. Ketujuh komponen vitamin trsebut di atas merupakan vitamin larut air. Kebanyakan vitamin-vitamin yang larut air adalah merupakan senyawa polar dengan berbagai tingkat kepolaran dan ada juga yang bersifat ionik pada pH tertentu, yang bila dianalisis dengan kromatografi penukar ion memberikan hasil yang kurang baik dan diperlukan pengontrolan pH yang sangat teliti. Pada kromatografi fase terbalik (reverse phase chromatography), penambahan suatu counter ion pada fase geraknya yang akan membentuk komplek non-polar dengan senyawa ionik sehingga waktu tambatnya diperbesar dan pemisahan dapat diperbaiki. Dengan demikian penggunaan kromatogra.fi fase terbalik dengan penambahanc ounter ion mengataski elemahank omatografi penukari on (Wayan,

le84).USP )OilI (1995) telah memuat analisis multikomponen secara KCKT untuk campuran vitamin Bl, 82, 86, dan Nikotinamid menggunakan kolom 3,9 mm x 30-cm bensi bonded phase octadesyl silane, diameter partikel 3 hingga l0 pm, faseg eraka ir, metanol,d an asama setatg lasial (73:22:l) mangandungl, l0 mg natrium heksan sulfonat tiap 100 ml, kecepatan alir t I mVmeni! detektor ultraviolet dengan l" 280 nm. Wayan (1984) melaporkan pemisahan KCKT tenhadap campuran vitamin 81, 82, 86, dan nikotinamid pada kolom Bondapak C13 menggunakan fase gerak metanol-air, dengan variasi counter ion pIC 85 (asamp entans ulfonat), PIC 87 (asamh eptans ulfonat),m aupunk ombinasinya, memberikanh asily angb erlainanS. ementariatu berdasarkapne nelitianB roto dkk (1984)h asilo ptimasiu ntukc ampuranv itaminC , Br, Bz,B e,B 12d, ann ikotinamid denganf aseg erakm etanol-air: 30 : 70, asama setatg lasial0 ,4 o/oc, ounteri on PIC B5 (asamh eksans ulfonat)0 ,005 M, kolomp BondapakC 1sd, and etekspi ada i.280 nm, menunjukanp emisahanya ngp alingb aik. Banyakp ublikasip ercobaan lainnya (Lam, 1984; Amin dan Reusch, 1987a, i987b ; Kirchmeier dan Upton, 1978;W alkerd kk, l98l; Hudsond anA llen, 1984a,1 984b)y angj uga melaporkan kondisi analisis KCKT sistem isokratik untuk preparat multivitamin dengan beragam komposisi dan matrik, beberapa diantaranya disertai hasil uji parameter validasi. Tetapi sampai saat ini belum dilaporkan analisis KCKT multivitamin yangb erisi vitamin C, 81, 82, 86,B. 12.n ikotinamidd, an kalsiump antotenatb,a ik kondisia nalisism aupunv alidasim etodenya. Pada pcnelitian ini dilakukan analisis dengan sistem eluasi isokratik

menggunakakno lom trrB ondapakC ls l0 pm denganfa seg erakm etanoal ir, asam asetagt lasial 0,4 % denganc ounteri on natriuma lkil sulfonat. Parameter yang akan divalidasi adalah selektifitas, linieritas, presisi, akurasi,b atasd eteksi,d an batask uantilasi.S elaini tu dilakukanp enetapanka dar sampetla bletm ultivitamind enganm engujik esesuaiasnis temnytae rlebihd ahulu. 2. Permasalahan Berdasarkanla tar belakangd i atas maka dapat dirumuskanp ermasalahan sebagabi erikut : l. Berapa komposisi fase gerak, counter ion dan kecepatan alir optimum untuk pemisahacna mpuranv itaminC , Bl mononitratB, z, Be HCl, B12,n ikotinamid, dan kalsium pantotenat, bila dianalisis dengan metode KCKT menggunakan kolom p Bondapak Crs 10 pm fase gerak metanol-air, asam asetat glasial 0,4o/od an counter ion natrium heksan/pentan/heptasnu lfonat, yang memenuhi parameter selektifi tas ? 2. Berapa harga linieritas, presisi, akurasi; batas deteksi, dan batas kuantitasi, dari kondisio ptimalt erpilihu ntukc ampuranv itaminC , Bl mononitrat8, 2, 86 HCl, B 12n, ikotinamidd, ank alsiump antotcna?tl.

Tujuan penelitian Penelitianin i bernrjuan: Menentukank or-nposisfai seg erakm etanol-airj,e nis dan konsentrasci ounler ion, serlak ecepatana lir optimal untuk metodea nalisisK CKT yang digunakan untuk penetapan kadar tablet multivitamin yang berisi vitamin C, 81 mononitrat, Bz, Be HCl, B12, nikotinamid dan kalsium pantotenat, menggunakakno lom trrB ondapakC 1sl 0 pm. 2. Menentukan beberapa parameter validasi antara lain selektifitas, linieritas, akurasip, resisib, atasd eteksi,d anb atask uantitasdi ari kondisio ptimal. 3. Menetapkank adar sampelt ablet multivitaminy ang berisikanv itamin C, 81 mononitrat,B z, Be FiCl, B12, nikotinamid,d an kalsium pantotenadt engan memastikakne sesuaiasni stemy angd igunakante rlebihd ahulu. 4. Manfaat penelitian Hasil penelitianin i diharapkand apatm enambahin formasit entangk ondisi analisism aupunv aliditas metodeK CKT untuk analisisp enetapank adar tablet multivitamin,y ang mengandungv itamin C, Bl mononitrat,8 2, 86 HCl, Brz, nikotinamidd, ank alsiump antotenaste hinggdaa patm enunjangp enerapaann alisis rutrn. 5. Dellnisi Operasional Dalam penelitiani ni yangd imaksudkand engan: Selektifites adalah kemampuan suatu metode analisis untuk mengukur senyawa yang dianalisis dengan akurat dan spesifik, bila senyawa tersebut berada bersamad engank omponen/matrilka in suatuc uplikan( USP) OflII,1995). Linieritas adalahk emampuanm etodea nalisism emberikanr espony ang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linieritas ditunjukkan adanya hubungan linier antara tanggap detektor dengan konsenhasi 7ltl yan1 dianalisis(M iller danM iller, 1993). Akurasi atau kecermatan ialah derajat kedekatan harga yang diperoleh dengan harga yang dianggap benar dan biasanya dinyatakan dalam % recovery (kadar yang didapat kembali). Kdteria cermat untrk penentuan analit dalam obat berkisar9 5-105%( Muhamma{ 1997). ' Presisi ialah derajat kedekatan dari serangkaian hasil replikasi, suatu metode analisis (Newman, 1995). Presisi dinyatakan dengan shndar deviasi relatif atau koefisien variasi (KV), makin kecil harga KV suatu metode, makin teliti

metode tersbut. Menurut Edwardson dkk (1990) presisi dikatakan baik bila harga KV suatu metode lebih kecil dad 2o/o. Batas deteksi adalah batas kadar terkecil dari analit yang masih dapat dideteksid an menghasilkanre spons ignifikan dan dapatd ibedakand a/, blanko. Batas kuantitesi adalah batas kadar terkecil dari analit dengan presisi dan akurasi yang baik.