6
3 Cara Ampuh Agar Tidak Menjadi Pengangguran Intelektual Angka pengangguran di kalangan lulusan S1, atau pengangguran intelektual , cukup tinggi di negri ini; yakni sebanyak 600 ribu orang (pastikan Anda bukan salah satunya). Tidak ada yang lebih pedih selain setelah susah-susah kuliah, malah jadi sarjana pengangguran. *Sakitnya tuh disini* Jika Anda punya anak, adik, keponakan/sodara yang masih atau akan kuliah; dan tidak ingin mereka kelak jadi pengangguran terdidik, tulisan ini layak Anda simak. Sebab sebentar lagi, akan disajikan kiat ampuh agar mereka jadi orang sukses. Dan bukan jadi jobless generation. Setidaknya ada tiga faktor yang layak dipertimbangkan agar kelak anak, adik atau kerabat Anda itu tidak menjadi pengangguran intelektual. Anti Jobless # 1 : Memilih Jurusan Kuliah yang Benar. Oke ini mungkin lebih relevan bagi anak, keponakan atau adik-adik Anda yang akan masuk kuliah. Jurusan kuliah yang akan dimasuki acapkali menjadi penentu nasib seseorang. Ada sejumlah jurusan yang memang agak susah mendapatkan pekerjaan kelak setelah lulus. Contoh : jurusan sosiologi, hukum (too many), sastra jawa (kecuali Anda mau jadi dalang) atau juga jurusan filsafat. Sebaliknya ada jurusan favorit dan memang relatif lebih mudah mendapatkan pekerjaan kelak setelah lulus. Contoh yang lulusannya dicari : IT, elektro, mesin, perminyakan dan sejenisnya. Jurusan lain yang lumayan favorit : pendidikan guru (sekarang laris manis karena gaji guru lumayan bagus), psikologi, teknik sipil (karena infrastruktur adalah masa depan bangsa); atau juga kedokteran dan manajemen serta akuntansi.

3 Cara Ampuh Agar Tidak Menjadi Pengangguran Intelektual

Embed Size (px)

DESCRIPTION

NLP

Citation preview

3 Cara Ampuh Agar Tidak Menjadi Pengangguran IntelektualAngka pengangguran di kalangan lulusan S1, atau pengangguran intelektual , cukup tinggi di negri ini; yakni sebanyak 600 ribu orang (pastikan Anda bukan salah satunya).Tidak ada yang lebih pedih selain setelah susah-susah kuliah, malah jadi sarjana pengangguran. *Sakitnya tuh disini*Jika Anda punya anak, adik, keponakan/sodara yang masih atau akan kuliah; dan tidak ingin mereka kelak jadi pengangguran terdidik, tulisan ini layak Anda simak.Sebab sebentar lagi, akan disajikan kiat ampuh agar mereka jadi orang sukses. Dan bukan jadi jobless generation.Setidaknya ada tiga faktor yang layak dipertimbangkan agar kelak anak, adik atau kerabat Anda itu tidak menjadi pengangguran intelektual.Anti Jobless # 1: Memilih Jurusan Kuliah yang Benar. Oke ini mungkin lebih relevan bagi anak, keponakan atau adik-adik Anda yang akan masuk kuliah.Jurusan kuliah yang akan dimasuki acapkali menjadi penentu nasib seseorang. Ada sejumlah jurusan yang memang agak susah mendapatkan pekerjaan kelak setelah lulus. Contoh : jurusan sosiologi, hukum (too many), sastra jawa (kecuali Anda mau jadi dalang) atau juga jurusan filsafat.Sebaliknya ada jurusan favorit dan memang relatif lebih mudah mendapatkan pekerjaan kelak setelah lulus. Contoh yang lulusannya dicari : IT, elektro, mesin, perminyakan dan sejenisnya.Jurusan lain yang lumayan favorit : pendidikan guru (sekarang laris manis karena gaji guru lumayan bagus), psikologi, teknik sipil (karena infrastruktur adalah masa depan bangsa); atau juga kedokteran dan manajemen serta akuntansi.Masuk ke jurusan yang relatif favorit akan lebih menjamin masa depan karir yang cemerlang. Meski bukan berarti pasti akan sukses. Sebab hidup kadang penuh dengan misteri.Anti Jobless # 2: Kalau Anda ingin anak atau adik Anda kelak menjadi entrepreneur yang sukses, mungkin kuliah di S1 justru bukan pilihan satu-satunya yang harus diambil (sebab lulusan S1 kadang lebih suka melamar pekerjaan kantoran dibanding berjibaku membangun usaha sendiri.Mungkin karena gengsi).Kalau mau jadi entrepreneur, mungkin cukup sekolah di SMK pada jurusan yang sesuai dengan bidang yang mau diambil + kursus yang praktikal.Contoh : kalau mau jadi enterpreneur di bidang fashion / busana muslim, mungkin cukup sekolah di SMK jurusan tata busana + kursus satu tahun di sekolah desain ESMOD. Hasilnya bisa lebih fenomenal dibanding kuliah susah-susah kuliah 4 tahun di jurusan Ekonomi atau Teknik Industri.Contoh : Pengusahan fashion kondang Dian Pelangi yang hanya sekolah SMK + kursus Esmod setahun. Penghasilan dia per bulan? Sekitar 100 juta-an.Ilmu SMK + kursus bisa lebih praktikal dan down to earth dipake untuk merintis bisnis dan membesarkannya. Dibanding kuliah yang hanya melulu teori.Maka jika mau jadi enterpreneur kuliner, jauh lebih bagus sekolah di SMK jurusan tata boga + D3 tata boga daripada kuliah mentereng di sekolah bisnis macam Prasetya Mulya atau bahkan UI sekalipun.(Yang sering terjadi : sudah susah-susah kuliah S1 Teknik Elektro atau Geologi, begitu lulus malah pengin bisnis kuliner. Lhah ngapain kuliah di jurusan Teknik. Kenapa dulu ndak sekolah di SMK Tata Boga saja.Ini namanya opportunity cost yang mahal).Anti Jobless # 3: Kalau Memang Sudah Kuliah, Bergiatlah di Beragam Aktivitas Ekstra Kurikuler.Kini banyak perusahaan multinasional yangs saat melihat CV pelamar, bukan IP yang pertama dilihat, namun langsung melihat pengalaman organisasi mereka. Apakah pernah ikut kegiatan mapala, pers mahasiswa, atau kegiatan organisasi lain yang relevan.Sebab para recruiters itu paham : pengalaman organisasi amat bagus untuk menempa leadership skill, teamwork dan communication skills beragam elemen yang amat penting dalam dunia kerja.Itulah kenapa mereka lebih tertarik dengan kandidat fresh graduates yang aktif di berbagai kegiatan ekstra kurikuler dibanding yang hanya kuliah melulu.Demikianlah sekilas tiga langkahyang layak dicermati saat Anda (atau juga anak, adik dan sodara Anda semua) tidak ingin menjadi pengangguran terdidik.Acapkali nasib hidup tidak hanya semata bergantung pada kompetensi; namun ada satu elemen yang kadang lebih krusial, yakni :DECISION dalam sejumlah aspek kunci kehidupan.Keputusan yang salah dalam memilih jurusan kuliah, dalam memilih strata pendidikan yang mau ditekuni, atau dalam memilih pekerjaan acapkali akan memberi dampak amat panjang dalam sejarah kehidupan Anda.Anda boleh pintar dan punya bekal pendidikan yang bagus. Namun jika Anda SALAH dalam MENGAMBIL KEPUTUSAN (decision making) dalam aspek kunci kehidupan; nasib Anda bisa stagnan dan tenggelam dalam bayang-bayang kekecewaan.Selamat hari Senin, teman. Have a productive week.- See more at: http://strategimanajemen.net/2014/11/17/apa-yang-harus-dilakukan-agar-setelah-lulus-kuliah-tidak-jadi-pengangguran/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+strategimanajemen+%28www.strategimanajemen.net%29#sthash.okKfCU0U.dpuf

Cara Mudah Membangun Mindset dan Motivasi Kerja yang Mak NyusPara Manajer SDM mungkin akan bersorak penuh sumringah kalau saja para pegawai yang bekerja di kantornya memilikimotivasi kerjayang menjulang dan perilaku yang penuh dedikasi. Kita sendiri mungkin juga akan mendesis kegirangan kalau saja kita selalu punya mindset positif yang senantiasa berkibar-kibar.Cuman soalnya, menjelujurkan spirit motivasi yang terus meruap-ruap sepanjang waktu ternyata tak semudah membikin indomie rebus. Banyak pengelola SDM yang merasa gundah lantaran menyaksikan motivasi kerja para pegawainya kian meredup. Banyak juga dari kita yang merasa frustasi lantaran self-motivation kita kok kayaknya kian termehek-mehek. Doh.Lalu harus bagaimana? Apa yang kudu diracik agar motivasi dan perilaku kerja kita selalu bergerak ke arah yang kian cemerlang dan mak nyus?Sebelum kita menelisik jawabannya, kita mau melihat betapa banyak perusahaan (dan mungkin kita sendiri) yang memberikan solusi keliru dalam proses memperbaiki perilaku dan motivasi kerja. Disini kita kita melihat kalau ada karyawan yang motivasi kerjanya melorot, atau yang mindset-nya amburadul, kita segera berasumsi bahwa mereka adalah karyawan atau SDM yang buruk; atau pegawai yang tidak mau berubah ke arah yang lebih baik.Asumsi itu sering saya dengar daripara pengelola SDM: wah pak, disini karyawannya susah diajak melakukan perubahan. Wah pak, disini mindset karyawannya sulit untuk diajak maju. Atau wah disiplin dan motivasi para pegawainya disini kurang bagus pak.Para pakar perilaku (human behavior) menyebut asumsi itu sebagai fundamental attribution error. Atau asumsi yang segera menyalahkan aspek SDM/aspek manusia-nya ketika menyaksikan berbagai keburukan.Error itu suka muncul, misalnya ketika kita menyaksikan para pengendara sepeda motor di jalanan kota Jakarta (atau kota besarnya) yang mengendarai kendaraan dengan pecicilan. Pak polisi dengan mantap langsung menyebut : disiplin para pengendara sepeda motor di Jakarta sangat memprihatinkan. Atau komenter yang lebih ekstrem : mentalitas para pengendara sepeda motor sungguh tak bermartabat.Komentar atau asumsi semacam itu disebut sebagai fundamental error sebab melupakan satu elemen yang amat penting, yakni : konteks, atau situasi.Motivasi para karyawan menjadi kacau lantaran konteks/situasi telah membuat ia seperti itu. Para pengendara sepeda motor cenderung bertindak ugal-ugalan lantaran SITUASI telah mendorong mereka mengendarai sepeda motornya seperti itu.Dengan kata lain, bukan SDM atau manusianya yang brekele; namun situasi atau konteks yang telah membuat mereka bertindak seperti itu.Orang mengalami demotivasi lantaran mungkin situasi lingkungan kerjanya yang tidak kondusif (jadi bukan orang itu yang buruk motivasinya). Orang mengendarai sepeda motor dengan liar lantaran mungkin tidak adanya jalur khusus untuk sepeda motor atau karena sistem transportasi publik yang buruk. Dan orang tumbuh dengan mindset yang negatif karena mungkin ia bekerja dalam konteks yang membuat ia menjadi seperti itu.Konteks. Situasi.Ini elemen yang amat penting ketika kita mau melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (lebih disiplin, lebih tekun, lebih gigih, dan lebih cemerlang).Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, konteks yang menjadi penentu bagus tidaknya mindset para karyawan (atau juga motivasi kerja mereka) antara lain adalah ini : pola komunikasi atasan bawahan; target kinerja yang jelas, terukur dan fair; atau mekanisme reward yang berbasis prestasi; kompetisi yang fun, asyik dan yang sehat antar bagian; atau juga lokasi/tata letak kantor yang mudah dijangkau dan nyaman. Dan tentu saja ada banyak contoh konteks/situasi lainnya.Untuk melakukan perubahan perilaku dan mindset yang sukses, Anda harus kreatif dalam mengutak-utik beragam contoh KONTEKS tersebut diatas.Artinya, untuk mengubah perilaku dan mindset orang, kita sebenarnya ndak perlu banyak petuah, ceramah, sesi motivasi, beragam sosialisasi dan himbauan verbal lainnya.Cukup ubah konteks dan situasi dimana mereka bekerjadan perubahan perilaku akan dengan sendirinya segera terjadi.- See more at: http://strategimanajemen.net/2011/02/21/cara-mudah-membangun-mindset-dan-motivasi-kerja-yang-mak-nyus/#sthash.idllHbvu.dpuf