(3) Eksperimen 123-Desktop

Embed Size (px)

Citation preview

Judul: Pengaruh Kemandirian terhadap Keterampilan Mewarnai Anak Kelas TK B di TK ............. .

BAB I

PENDAHULUAN

A) Latar Belakang

Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai kira-kira 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap) (Theo & Martin, 2004 dalam Apriana, 2009). Maka dari itu, masa kanak-kanak memegang peranan yang penting dalam rangka persiapan memasuki dunia sekolah. Dalam masa ini, anak berada dalam fase golden age karena memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menyerap berbagai informasi yang berada di sekitarnya serta mengalami perkembangan yang pesat dalam aspek kognitif, afektif dan fisik. Pada fase ini anak memerlukan berbagai asupan terutama dalam aspek gizi, kesehatan, dan pendidikan yang merupakan pilar utama perkembangan anak usia dini karena ketiga aspek tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas anak di masa depan.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk institusi pendidikan formal anak usia dini yang mengenalkan anak-anak mengenai agama, budi bahasa, berhitung, membaca dan keterampilan kesenian. Pembelajaran berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan kreativitas. Di Taman Kanak-Kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan & Munandar, 1990: 10). Selain hal-hal tersebut, pendidikan Taman Kanak-Kanak juga mengajarkan mengenai cara bersosialisasi dan kemandirian. Istilah kemandirian pada anak umumnya dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Apakah itu memakai baju sendiri, menalikan sepatunya sendiri tanpa harus tergantung pada bantuan orang lain (Hogg & Blau, 2004 dalam Suseno, 2010). Mendidik kemandirian sejak anak berusia dini sangatlah penting. Kemandirian akan mendukung anak dalam belajar memahami pilihan perilaku beserta resiko yang harus dipertanggungjawabkan oleh anak. Kemandirian juga penting dalam rangka membentuk kepribadian anak yang percaya diri dan tangguh dalam menghadapi lingkungannya ketika mereka beranjak dewasa. Kemandirian yang diajarkan pada anak sejak dini akan membuatnya dapat mengatur waktu kegiatannya sendiri dan membuat anak terbiasa menolong orang lain serta lebih bisa menghargai orang lain (Sidharto & Izzaty, 2004 dalam Suseno, 2010). Seorang anak yang mempunyai rasa mandiri akan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan yang terjadi. Di samping itu anak yang memiliki kemandirian akan memiliki stabilitas emosional dan ketahanan yang mantap dalam menghadapi tantangan dan tekanan (Rohilah, 2010 dalam Suseno, 2010). Selain itu, kemandirian tidak muncul secara tiba-tiba namun memerlukan proses agar anak bisa memahami mengapa mereka harus melakukannya sehingga lebih baik jika dimulai sedini mungkin.

Kemandirian anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Soetjiningsih, 1995 dalam Fadholi, 2011). Faktor internal merupakan faktor yang ada dari diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi orang tua. Sedangkan faktor intelektual diperlihatkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Sementara itu faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada di luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik, sosial, stimulasi, pola asuh, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan orang tua, dan pendidikan orang tua dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1995 dalam Fadholi, 2011).

Kehadiran orang dewasa dalam proses pembelajaran anak untuk mandiri sangatlah penting, karena kemandirian anak berawal dari keluarga dan diajarkan lebih lanjut di dalam lingkungan sekolah. Dalam keluarga, orangtualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Masa anak-anak merupakan masa yang paling penting dalam proses kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian amatlah krusial (Julianto, 2007). Namun terkadang tanpa disadari dalam proses tersebut orang tua merasa cemas sesuatu akan terjadi kepada anaknya sehingga mereka memberikan perlindungan yang berlebihan dan merasa bahwa anaknya perlu untuk selalu didampingi sehingga ruang gerak mereka terbatas. Apabila hal ini terjadi maka anak akan menjadi tergantung kepada orang tua dan tidak mandiri (Julianto, 2007). Di lingkungan sekolah anak didik belajar mandiri melalui peraturan-peraturan yang ada. Anak tidak menangis jika ditinggal orang tuanya, maupun menyelesaikan tugas serta dapat menyelesaikan permasalahan tergantung pada kemampuan yang dimiliki (Pancarwati, 2010). Namun kenyataannya, masih ada anak-anak yang belum dapat mandiri terutama anak kelas TK B yang baru saja memasuki dunia prasekolah. Ketika baru memasuki dunia prasekolah, beberapa anak ada yang tidak mau masuk kelas tanpa ditemani ibunya, ada pula yang menangis karena tidak mau ditinggalkan orangtua atau tiba-tiba teringat kepada ibunya ketika sedang bermain, hingga mereka yang ingin cepat-cepat pulang dari sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemandirian terhadap keterampilan mewarnai anak kelas TK B ..........

B) Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:

Apakah ada pengaruh kemandirian terhadap keterampilan mewarnai anak kelas TK B ..........?

Apakah kehadiran pembimbing dapat mempengaruhi performa anak kelas TK B dalam tugas mewarnai?

C) Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk memberikan gambaran bahwa kehadiran pembimbing dapat mempengaruhi performa anak kelas TK B ........ dalam tugas mewarnai.

D) Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk:

1. Memberikan gambaran mengenai kemandirian anak

2. Memberikan gambaran mengenai kemampuan motorik halus anak

3. Memberikan gambaran mengenai kreativitas anak

E) Sistematika Penulisan

BAB IPendahuluan

BAB IITinjauan Pustaka

BAB IIIMetode Penelitian

BAB IVHasil Penelitian

BAB VKesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A) Keterampilan Mewarnai Anak

1) Definisi Keterampilan

Definisi keterampilan telah diungkapkan oleh beberapa ahli. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), keterampilan memiliki pengertian sebagai kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan menurut Gordon (1994, dalam Todar, 2008), keterampilan merupakan kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Selain itu pengertian menurut Reber (1988), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

Jadi, jika disimpulkan maka keterampilan adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas yang berupa aktivitas psikomotor yang bersifat kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

2) Definisi Mewarnai

Definisi mewarnai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) merupakan aktivitas memberi warna, mengecat atau menandai dengan warna tertentu. Sedangkan menurut Merriam-Webbster Dictionary, kata mewarnai atau coloring memiliki arti:

1. The act of applying colors, yang berarti sebuah aktivitas pemberian warna

2. The effect produced by applying or combining colors, yang berarti efek yang dihasilkan dari memberikan atau mengkombinasikan warna.

3) Keterampilan Mewarnai Anak

Berdasarkan definisi keterampilan dan mewarnai di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mewarnai anak adalah kemampuan untuk menyelesaikan aktivitas pemberian warna, mengecat atau menandai dengan warna tertentu secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

4) Aspek Keterampilan Mewarnai Anak

a) Motorik Halus

Keterampilan mewarnai anak juga melibatkan aspek keterampilan motorik halus anak. Pendapat Hurlock (1978) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak.

Keterampilan motorik halus keterampilan motorik melibatkan otot kecil di jari, jari kaki, mata dan daerah lainnya. Tindakan yang memerlukan keterampilan motorik halus cenderung lebih rumit, seperti menggambar, menulis, memegang benda, melempar, melambai dan penangkapan. Aktivitas lain yang menggunakan motorik halus antara lain memotong kertas dengan gunting, memasang dan membuka kancing dan resleting, meronce manik-manik, dan melipat kertas untuk dijadikan suatu bentuk.

b) Kreativitas

Menurut Guilford (1997 dalam Muniroh, 2010), keterampilan pada anak melibatkan dua aspek, yaitu aspek kognitif (divergen) dan aspek afektif. Aspek kognitif meliputi:

a) Keterampilan berpikir lancar (fluency)

Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b) Keterampilan berpikir luwes (flexibility),

Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-berda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

c) Keterampilan berpikir orisinal (originality)

Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d) Keterampilan memperinci (elaboration)

Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau merinci secara detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

e) Keterampilan perumusan kembali (redefinition)

Menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbeka, serta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melakukan.

Sedangkan aspek afektif meliputi:

a) Rasa ingin tahu,

meliputi suatu dorongan untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang lain, objek dan situasi serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui dan meneliti.

b) Fantasi

Meliputi kemampuan untuk memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan.

c) Merasa tergantung oleh kemajemukan

Meliputi dorongan untuk mengatasi yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi y ang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

anak yang kreatif akan tertantang untuk selalu mencoba hal-hal yang baru bagi dirinya.

d) Berani mengambil resiko

Meliputi keberanian memberikan jawaban yang belum tentu benar, tidak takut gagal, atau mendapat kritik serta tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional atau yang kurang terstruktur.

e) Sikap menghargai

Meliputi tindakan dapat menghargai bimbingan dan makna dalam hidup, serta menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

5) Manfaat Mewarnai Bagi Anak

a) Media ekspresiAnak-anak sangat membutuhkan media ekspresi untuk menyampaikan ide-idenya. Dengan mewarnai gambar anak-anak diberi kebebasan untuk menterjemahkan kemampuan nalarnya, contohnya anak akan cenderung memberi warna hijau untuk objek daun dan warna biru untuk langit. Mewarnai juga memberi ruang bagi anak untuk berekspresi dengan menggunakan warna kesukaannya

b) Membantu mengenal warnaAnak-anak yang senang mewarnai akan lebih cepat mengenal nama-nama warna dan perbedaan antara warna-warna krayon atau pensil warna yang digunakan.

c) Melatih memegang alat tulisBanyak anak-anak yang lebih dahulu mengenal krayon atau pensil warna sebelum ia belajar menulis. Ini sangat membantu pada saat anak tersebut mulai belajar menulis, karena ia telah terbiasa memegang dan mengendalikan alat tulis tersebut.

d) Melatih kemampuan koordinasiDengan mewarnai gambar, tanpa disadari anak akan belajar menggunakan kemampuan koordinasi karena dalam mewarnai diperlukan koordinasi yang baik antara mata dan tangan. Anak yang terbiasa mewarnai cenderung memiliki karya yang lebih baik daripada saat pertama kali ia melakukannya.

e) Mengembangkan motorik halusAktifitas mewarnai dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik kasar (gross motor skill) yaitu melalui gerakan lengan dan keterampilan motorik halus (fine motor skill) melalui gerakan jari-jari tangan.

f) Meningkatkan konsentrasiMewarnai gambar membutuhkan konsentrasi supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. Aktivitas mewarnai dapat melatih anak berkonsentrasi pada pekerjaannya dan mengabaikan suasana di sekelilingnya.

g) Melatih mengenal objekSaat pertama kali mengenal kertas gambar untuk diwarnai, anak mungkin akan memoles krayon atau pensil warna pada keseluruhan bidang kertas tanpa memperhatikan bagian-bagian gambar. Lambat laun ia mulai menggunakan garis-garis gambar sebagai bidang batas yang perlu diwarnai, sehingga anak harus memahami detil objek yang akan diwarnai terlebih dahulu sebelum mewarnai.

6) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Mewarnai Anak

a) Kreativitas

Kreatif adalah aspek yang dikembangan pada anak pada pendidikan usia dini. Kreativitas merupakan kemampuan atau cara berpikir seseorang untuk menciptakan hasil yang baru, berbeda, yang belum ada sebelumnya, ataupun mempengaruhi sesuatu yang belum berupa gagasan, ide, hasil karya serta respon dari situasi yang tidak terduga (Guildford,1967; Hurlock,1999; Supriyadi,1994).

Munandar (1994), mengemukakan pengertian kreativitas:

1. Kreativitas adalah kemampuasn anak untuk membuat kombinsasi baru, berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang berdeda,

2. Kreativitas kemampuan yang berdasarkan data atau informasi tersedia yang kemungkinan menjawab terhadap suatu masalah yang menekannya pada kuantitas dan keragaman jawaban,

3. Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, fleksibilitas dan orisinalitas dalam berpikir dan mengelaborasi suatu gagasan.

Menurut Prof. Dr. Utami Munandar, kondisi yang menunjang perkembangan kreativitas dan penuntun umum untuk mengembangkan kreativitas anak didik. Strategi yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas adalah 4 P, yaitu dilihat dari segi Pribadi, Pendorong, Proses dan Produk. Kreativitas ditinjau dari segi pribadi menunjuk pada potensi atau daya kreatif yang ada pada setiap pribadi, anak maupun orang dewasa. Pada dasarnya, setiap orang memiliki bakat kreatif dengan derajat dan bidang yang berbeda-beda. Untuk dapat mengembangkan kreativitas anak atau kreativitas diri sendiri, pertama-tama kita perlu mengenal bakat kreatif pada anak (atau pada diri sendiri), menghargainya dan memberi kesempatan serta dorongan untuk mewujudkannya. Agar kreativitas dapat berkembang memerlukan dorongan atau pendorong dari dalam sendiri dan dari luar. Pendorong yang datangnya dari diri sendiri, berupa haasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi, sedangkan yang dari luar misalnya keluarga, sekolah dan lingkungan. Sedangkan kreativitas sebagai suatu proses, dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran dimana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru untuk mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah. Pada anak yang masih dalam proses pertumbuhan, kreativitas hendaknya mendapat perhatian dan jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreativitas yang bermakna atau bermanfaat.

b) Fasilitas

Fasilitas adalah hal-hal yang mendukung kelancaran suatu kegiatan. Fasilitas ada yang berupa fisik dan non fisik. Keterampilan mewarnai anak tentunya harus di sertai dengan fasililitas pendukung fisik maupun non fisik. Fasilitas fisik seperti alat mewarnai, pelukis yang lengkap, instruktur (guru atau pembimbing). Sementara fasilitas non fisik meliputi kemudahan dan kesempatan misalnya anak sering mengikuti perlombaan dengan cara seperti itu anak akan mendapatkan pengalaman dan menemukan hal-hal yang baru seperti yang telah dijelaskan pada sub bab di atas. Sehingga bakat dan minat anak akan tersalurkan dengan baik karena anak dapat mengekspresikan imajinasinya secara bebas.

c) Minat

Minat menurut Tidjan (1976:71) adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.

Sedangkan menurut Drs. Dyimyati Mahmud (1982), minat adalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktivitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktivitas.

Di dalam minat ini seorang anak akan senang mengerjakan sesuatu dengan antusias. Bila anak mempunyai minat dalam bidang mewarnai, maka ia akan antusias dalam mengerjakan pekerjaan itu sampai selesai dan hasil dari mewarnai tersebut akan lebih bagus hasilnya.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu. Jadi bakat itu sudah ada sejak lahir namun perlu di asah kembali agar kemampuannya lebih terlihat. Anak yang berbakat biasanya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk mempelajari dan mengekspresikan hal-hal yang disukainya. Artinya apa yang ia sukai dengan bisang-bidang tertentu itu bukan berasal dari pengaruh-pengaruh diluar dirinya. Menurut Renzulli, keberbakatan meliputi tiga cluster ciri, yaitu kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), kreativitas yang kaya (creativity), dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).

Seorang anak berbakat biasanya mudah dikenali, karena berbeda dan memiliki kelebihan dibanding dengan anak-anak sebayanya. Anak yang memiliki kreativitas tinggi biasanya memiliki ciri-ciri: punya rasa ingin tahu yang besar, aktif dan giat bertanya serta tanggap terhadap suatu pertanyaan, selalu ingin meneliti sesuatu, cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, berdedikasi yang tinggi dan aktif dalam menjalankan tugas, mempunyai daya imajinasi dan abstraksi yang baik, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri.

Seorang berbakat, menurut Dr. Yaumil Agoes Achir, selain memiliki keunggulan intelektif juga memiliki keunggulan non intelektif. Pendekatan terhadap mereka yang berbakat yang terbatas pada intelektual belaka akan mengganggu keseimbangan perkembangannya. Kecerdasan emosional juga turut menentukan keberhasilan bakat seorang anak.

Dalam keterampilannya seorang anak sudah mempunyai keunggulan tersendiri dan itu berbeda dengan setiap individu pada umunya. Seorang anak yang memiliki bakat yang bagus otomatis akan mempunyai kecerdasan yang bagus dalam hal mewarnai tetapi apabila dikembangkan dan terus dilatih maka bakat dalam mewarnai akan terlihat.

B) Kemandirian

1) Definisi Kemandirian

Beberapa pakar telah mendefinisikan kemandirian. Menurut Parker (2006 dalam Dewi, 2011), kemandirian adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung pada otoritas dan tidak membutuhkan arahan. Kemandirian juga mencakup kemampuan mengurus diri sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Menurut Mu'tadin (2002 dalam Julianto, 2007) kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, di mana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih mantap. Sedangkan Watson dan Lindgren (Barus, 1999 dalam Ginintasasi 2009) berpendapat bahwa kemandirian meliputi pengertian mengenai kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam berusaha dan melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Menurut Steinberg (Steinberg, 1993 dalam Ginintasasi 2009) istilah kemandirian merujuk pada konsep mengenai autonomy, yaitu pribadi yang autonomus atau pribadi yang mandiri, yakni pribadi yang menguasai dan mengatur dirinya sendiri. Subrata (1997, dalam Apisah, 2009), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemandirian yaitu kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri atau mampu berdiri sendiri dalam segala hal.

Dalam pemberian definisi kemandirian, Parker menekankan kemandirian pada ketidakbergantungan seseorang pada otoritas dan arahan. Mutadin lebih menekankan kemandirian sebagai suatu proses yang terjadi selama masa perkembangan seseorang. Sedangkan Watson, Lindgren dan Steinberg memberikan penekanan definisi kemandirian pada kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri. Subrata, menekankan definisi kemandirian pada anak dalam hal kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri.

Jadi, berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah sebuah proses yang terjadi selama masa perkembangan seseorang yang mengarahkan mereka untuk tidak bergantung pada arahan, memiliki kebebasan dalam mengatur dirinya sendiri serta memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas sendiri.

2) Ciri-Ciri Anak yang Mandiri

Menurut Suparmi (dalam Fadholi, 2011), ciri kemandirian yaitu:

a) Lebih berani memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya.

b) Bebas dari pengaruh orang lain.

c) Mampu berinisiatif.

d) Dapat mengembangkan kreativitas

e) Dapat merangsang untuk berprestasi lebih baik.

Sedangkan menurut Sholihatul kemandirian anak dapat terlihat dari ciri-ciri:

a) Dapat melakukan segala aktivitasnya secara sendiri meskipun tetap dengan pengawasan orang dewasa

b) Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan, pandangan tersebut diperoleh dari melihat perilaku orang-orang di sekitarnya

c) Dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa ditemani orangtua

d) Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain

Ciri-ciri kemandirian anak pada usia prasekolah menurut Kartini Kartono (1995, dalam Fadholi 2011) yaitu anak dapat makan dan minum sendiri, anak mampu memakai pakaian dan sepatu sendiri, anak mampu merawat dirinya sendiri dalam hal mencuci muka, menyisir rambut, sikat gigi, anak mampu menggunakan toilet dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai seperti menari, melukis, mewarnai dan di sekolah TK tidak mau ditunggui oleh ibu atau pengasuhnya.

3) Aspek-Aspek Kemandirian Anak

Menurut Steinberg (1993, dalam Ginintasasi 2009), kemandirian terdiri dari tiga aspek, yaitu kemandirian emosi (emotional autonomy), kemandirian tindakan dan perilaku (behaviour autonomy), dan kemandirian nilai (value autonomy).

a) Kemandirian emosi (emotional autonomy)

Kemandirian emosi merujuk kepada pengertian yang dikembangkan anak mengenai individuasi dan melepaskan diri atas ketergantungan mereka dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dari orang tua mereka.

Menurut Steinberg (1993:289), indikator kemandirian emosi pada anak dapat dilihat dari beberapa karakteristik, yaitu:

(1) Anak tidak serta merta lari kepada orang tua ketika mereka dirundung kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran atau membutuhkan bantuan

(2) Anak tidak lagi memandang orang tua sebagai mengetahui segalanya (all knowing) atau menguasai segalanya (all-powerful)

(3) Anak sering memiliki energy emosi yang hebat untuk menyelesaikan hubungan-hubungan diluar keluarga dalam kenyataan mereka merasa lebih dekat dengan teman daripada orang tua mereka

(4) Anak mampu memandang dan berinteraksi dengan orang tua mereka seperti dengan orang lain pada umumnya, yaitu bukan semata-mata sebagai orang tua saja, tetapi teman diskusi.

b) Kemandirian tindakan dan perilaku (behaviour autonomy)

Kemandirian dalam perilaku berarti bebas untuk berbuat atau bertindak sendiri tanpa terlalu bergantung pada bimbingan orang lain. Kemandirian tindakan atau perilaku merujuk kepada kemampuan seseorang melakukan aktivitas, sebagai manifestasi dari berfungsinya kebebasan dengan jelas, menyangkut peraturan- peraturan yang wajar mengenai perilaku dan pengambilan keputusan seseorang.

Kemandirian perilaku anak dapat dilihat dari indikator berikut:

(1) Kemampuan pengambilan keputusan

(2) Kerentanan terhadap pengaruh orang lain

(3) Orang lain termasuk orang tua diposisikan sebagai konsultan

(4) Perasaan-perasaan mengenai kepercayaan diri

c) Kemandirian nilai (value autonomy)

Kemandirian nilai merujuk kepada suatu pengertian mengenai kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan-keputusan dan menetapkan pilihan yang lebih berpegang atas dasar prinsip-prinsip individual yang dimilikinya, daripada mengambil prinsip-prinsip orang lain.

Perkembangan kemandirian nilai ditandai oleh:

(1) Cara anak dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin bertambah abstrak

(2) Keyakinan-keyakinan anak menjadi bertambah mengakar pada prinsip-prinsip umum yang memiliki beberapa basis ideologi

(3) Keyakinan-keyakinan anak menjadi semakin bertambah mantap atau tertancap pada nilai-nilai mereka sendiri dan bukan hanya dalam suatu sistem nilai yang ditanamkan orang tua atau figure pemegang kekuasaan lainnya.

Menurut Kartono (1995, dalam Fadholi 2011) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu emosi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengontrol dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orangtua, ekonomi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengatur dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi dari orangtua, intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, sosial yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.

Selanjutnya aspek-aspek kemandirian menurut Masrun (dalam Fadholi 2011) antara lain:

a) Bebas, yaitu ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain.

b) Progresif, yaitu ditunjukkan dengan usaha untuk mengejar berprestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.

c) Inisiatif, yaitu adanya pemanfaatan berpikir dan bertindak secara orisinil, kreatif dan inisiatif.

d) Pengendalian diri, mampu mengendalikan serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya.

e) Kemampuan diri, yaitu mencakup rasa percaya diri terhadap kemampuan sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kemandirian anak dapat diuraikan sebagai berikut (Fadholi, 2011):

a) Faktor Internal, yang terdiri dari kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, yang diuraikan sebagai berikut:

i. Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis yang berpengaruh antara lain keadaan tubuh, kesehatan jasmani dan jenis kelamin. Pada umumnya anak yang sakit lebih bersikap tergantung daripada orang yang tidak sakit (Walgito, 2000 dalam Fadholi, 2011). Selain itu sering dan lamanya memperhatikannya, anak yang menderita sakit atau lemah otak mengundang kasihan yang berlebihan dibanding yang lain sehingga dia mendapatkan pemeliharaan yang lebih (Prasetyo dan Sutoyo, 2003 dalam Fadholi 2011). Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap kemandirian anak. Simandjuntak dan Pasaribu (1984, dalam Fadholi, 2011) mengemukakan bahwa pada anak perempuan terdapat dorongan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya sebagai gadis mereka dituntut untuk bersikap pasif, berbeda dengan anak lelaki yang agresif dan ekspansif, akibatnya anak perempuan berada lebih lama dalam ketergantungan daripada anak laki-laki.

ii. Kondisi psikologis

Walaupun kecerdasan atau kemampuan berpikir seseorang dapat diubah atau dikembangkan melalui lingkungan, sebagian ahli berpendapat bahwa faktor bawaan mengembangkan kecerdasan seseorang. Kecerdasan atau kemampuan kognitif berpengaruh terhadap pencapaian kemandirian seseorang. Kemampuan bertindak dan mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain hanya mungkin dimiliki oleh orang yang mampu berpikir dengan seksama tentang tindakannya (Basri, 2000 dalam Fadholi, 2011), demikian halnya dalam pemecahan masalah. Hal tersebut menunjukkan kemampuan kognitif yang dimiliki berpengaruh terhadap pencapaian kemandirian juga.

b) Pola Asuh Orang Tua dalam Keluarga

Lingkungan keluarga berperan penting dalam penanaman nilai-nilai pada diri seorang anak, termasuk nilai kemandirian. Penanaman nilai kemandirian tersebut tidak lepas dari peran orang tua dan pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anak. Bila seorang anak sejak kecil sudah dilatih untuk mandiri maka ketika ia harus keluar dari asuhan orang tuanya untuk hidup mandiri ia tidak akan merasa kesulitan (Prawironoto, 1994 dalam Fadholi, 2011). Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak terkait dengan peranan orang tua. Dalam hal ini ayah dan ibu mempunyai peran nyata seperti yang dinyatakan Partowisastro (1983, dalam Fadholi, 2011) berikut : Bila karena rasa kasih sayang dan rasa kuatirnya seorang ibu tidak berani melepaskan anaknya untuk berdiri sendiri menjadikan anak tersebut harus selalu ditolong, terlalu terikat pada ibu karena dimanjakan, tidak dapat menyesuaikan diri dan perkembangan wataknya mengarah pada keragu-raguan. Sikap ayah yang keras menjadikan anak kehilangan rasa percaya diri sementara pemanjaan dari ayah menjadikan anak kurang berani menghadapi masyarakat luas. Pengasuhan yang diberikan orang tua juga turut membentuk kemandirian seseorang. Toleransi yang berlebihan, pemeliharaan berlebihan dan orang tua yang terlalu keras kepada anak menghambat pencapaian kemandiriannya (Prasetyo dan Sutoyo, 2003 dalam Fadholi, 2011). Sementara Alwisol (2004, dalam Fadholi 2011) menyatakan bahwa pemanjaan yang berlebihan dan pengabaian orang tua terhadap anak mengakibatkan terhambatnya kemandirian anak.

c) Faktor Pengalaman dalam Kehidupan

Pengalaman dalam kehidupan anak selanjutnya meliputi pengalaman di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian seorang anak, baik melalui hubungan dengan teman maupun dengan guru. Interaksi dengan teman sebaya di lingkungan sekitar juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang, seperti halnya pengaruh teman sebaya di sekolah. Dalam perkembangan sosialnya anak mulai memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman sebaya dan pada saat itu anak telah memulai perjuangan memperoleh kebebasan (Haryadi dalam Rahmawati, 2005 dalam Fadholi, 2011).

BAB III

METODE PENELITIAN

A) Desain Penelitian

1) Karakteristik Populasi

Menurut Warsito (1992 dalam Triandjojo, 2008), populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas TK B di TK ...... yang terletak di Jalan ....... ......... .......... Jumlah siswa TK B di ...... sebanyak ..... orang. Siswa TK B di TK tersebut berusia sekitar 5 hingga 6 tahun dan terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan.

2) Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik randomized two-groups design, posttest only yang menggunakan prinsip method of difference karena desain ini membuat dua kondisi yang berbeda pada dua kelompok penelitian.

R (KE) X O

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

R (KK) O

Bila dilihat dari simbol desain ini, pengukuran VT dilakukan di akhir penelitian (posttest), baik pada KE maupun pada KK.

B) Prosedur Penelitian

1) Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara random. Dari 1 kelas TK B yang ada di TK ....., diambil 10 orang sebagai sampel. Dari 10 orang tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu 5 orang sebagai kelompok eksperimen dan 5 orang sebagai kelompok kontrol.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil 10 siswa dan membaginya menjadi dua kelompok yang masing-masing terdiri dari lima orang anak laki-laki dan perempuan. Masing-masing kelompok akan diberi tugas yang sama yaitu mewarnai, namun dalam kelompok A setiap siswa akan ditemani oleh satu orang pendamping sedangkan dalam kelompok B tidak ditemani oleh pendamping.

C) Operasionalisasi Variabel

1) Keterampilan Mewarnai Anak

Keterampilan motorik halus keterampilan motorik melibatkan otot kecil di jari, jari kaki, mata dan daerah lainnya. Tindakan yang memerlukan keterampilan motorik halus cenderung lebih rumit, seperti menggambar, menulis, memegang benda, melempar, melambai dan penangkapan. Pengukurannya dilakukan dengan cara menghitung frekuensi keluar garis yang terdapat pada gambar anak.

Kreativitas merupakan kemampuan atau cara berpikir seseorang untuk menciptakan hasil yang baru, berbeda, yang belum ada sebelumnya, ataupun mempengaruhi sesuatu yang belum berupa gagasan, ide, hasil karya serta respon dari situasi yang tidak terduga (Guildford,1967; Hurlock,1999; Supriyadi,1994). Pengukurannya dilakukan dengan cara menghitung banyaknya warna yang digunakan dan banyaknya ornamen yang di aplikasikan dalam gambar.

SubjekIndikator Keterampilan Mewarnai Anak

(Frekuensi)

Keluar GarisBanyaknya WarnaOrnamen Tambahan

Kelompok A

(Ditemani Pendamping)

Kelompok B

(Tidak Ditemani Pendamping)

2) Kemandirian Anak

Kemandirian adalah sebuah proses yang terjadi selama masa perkembangan seseorang yang mengarahkan mereka untuk tidak bergantung pada arahan, memiliki kebebasan dalam mengatur dirinya sendiri serta memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas sendiri.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh pendamping terhadap kemandirian anak dalam kegiatan mewarnai. Dengan cara membandingkan hasil kerja pada anak yang di dampingi orang dewasa dengan yang tidak di dampingi.

D) Hipotesis

1) Hipotesis Ilmiah

Hipotesis Umum: Kehadiran pembimbing mempengaruhi performa anak kelas TK B dalam tugas mewarnai.

Hipotesis Eksplisit: Anak yang didampingi oleh pembimbing akan lebih cepat dan rapi dalam menyelesaikan tugas mewarnai daripada anak yang tidak didampingi.

2) Hipotesis Statistik

Ha: Anak yang didampingi oleh pembimbing akan lebih cepat dan rapi dalam menyelesaikan tugas mewarnai daripada anak yang tidak didampingi.

Ho: Anak yang didampingi oleh pembimbing tidak akan lebih cepat dan rapi dalam menyelesaikan tugas mewarnai daripada anak yang tidak didampingi.

E) Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui apakah adanya pendamping mempengaruhi kreativitas anak pada kegiatan mewarnai maka dihitung uncorrelated data/independent sample t-test dengan rumus:

Keterangan:

M1: Rata-rata skor kelompok 1

M2: Rata-rata skor kelompok 2

SS1: Sum of square kelompok 1

SS2: Sum of square kelompok 2

n1: Jumlah subjek kelompok 1

n2: Jumlah subjek kelompok 2

Daftar Pustaka

_________ .(1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Apisah. (2008). Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu dan Tingkat Kemandirian Anak Usia Prasekolah di Desa Prapag Lor Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. Skripsi Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kedokteran. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Dewi, Ratih Puspita. (2011). Hubungan Antara Kemandirian dengan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa di Ma'had Sunan Ampel Al-Ali Mabna Khodijah. Skripsi Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi. Malang: Universitas Islam Negeri.

Apriana, Rista. (2009). Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Skripsi Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kedokteran. Semarang: Universitas Diponegoro.

Fadholi, Muhammad. (2011). Tingkat Kemandirian Anak Usia Prasekolah Ditinjau dari Pola Asuh Demokratis. Skripsi Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ginintasasi, Rahayu. (2009). Kontribusi Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Perkembangan Kemandirian dan Kreativitas Anak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Julianto, Arief Purnomo. (2007). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia Sekolah di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan. Skripsi Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kedokteran. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Muniroh, Khayyizatul. (2010). Implementasi Pembelajaran dengan Model Cooperative Script sebagai Usaha untuk Meningkatkan Kreativitas dalam Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII Mts Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta. Skripsi Sarjana Pendidikan Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Pancarwati, Rezika Endang . (2010). Upaya Guru dalam Membimbing Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak. Skripsi Sarjana Pendidika Anak Usia Dini pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Seniati, L., Aries, Y., Bernadette, N.S., (2011). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks.

Suseno, Danang Danu. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Skripsi Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kedokteran. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Todar, Handri. (2008). Analisis Pengaruh Kemampuan dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Operasional PT. Hanurda di Surabaya. Skripsi Sarjana Manajemen pada Fakultas Ekonomi. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Triandjojo, Indriani. (2008). Semiotika Iklan Mobil di Media Cetak Indonesia. Tesis Magister Linguistik pada Program Pascasarjana. Semarang: Universitas Diponegoro.

http://sekolah123.com/articles/view/id/83/page/kemandirian_anak_itu_penting_lho

HYPERLINK "http://pendidikansenianak.blogspot.com/"_, diakses tanggal 25 Maret 2012 pukul 21.20http://www.theklc.com/index.php?option=com_content&view=article&id=159:solusi-1-permasalahan-anak-tk-&catid=21:spektrum&Itemid=129

HYPERLINK "http://pendidikansenianak.blogspot.com/", diakses tanggal 25 Maret 21.35http://elearning.unesa.ac.id/myblog/afiyatus-sholihatul-f/kemandirian-anak-usia-dini

HYPERLINK "http://pendidikansenianak.blogspot.com/", diakses tanggal 25 Maret 2012 21.55http://pendidikansenianak.blogspot.com/, diakses tanggal 26 Maret 2012 pukul 17.00

http://belajarpsikologi.com/perkembangan-fisik-anak-usia-dini/, diakses tanggal 26 Maret 2012 pukul 17.15

https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ivapVp6ZFkEJ:staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENGEMBANGAN%2520FISIK%2520MOTORIK%2520FIP%2520UNY%252010.doc+jenis+keterampilan+anak+usia+dini&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjK0ZOwOyuHwINrf72Kh_Tp0YOQnWUjBcqCw52t2s8zOD85sK0lKRmEvCJT0czbA4tADfWG1bbU6xglwcQanGooVKG84nv6__9szAFRxCl6JFgWalh0NR666l4H-hZRJPOYcXuw&sig=AHIEtbSEGFEvWrnb0sVoogDv-1SntFXdyQ, diakses tanggal 26 Maret 2012, pukul 17.20

http://olvista.com/parenting/manfaat-mewarnai-gambar-bagi-si-kecil/, diakses tanggal 02 April 2012, pukul 17.14

http://www.merriam-webster.com/dictionary/coloring, diakses tanggal 30 April 2012, pukul 08.00

http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/mengembangkan-bakat-anak, diakses tanggal 30 April 2012 09.38

http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/, diakses tanggal 30 April 2012 pukul 09.39

21