20
P ERTEMUAN membahas se- jumlah agenda penting. Salah satunya permasalahan keta- tanegaraan terutama soal penegakan hukum dalam rangka menjamin integrasi nasional. Mereka sepakat untuk melakukan berbagai upaya guna memperkuat integrasi na- sional. Selain itu, juga membahas me- ngenai permasalahan banyaknya tin- dakan anarkis yang akhir-akhir ini ter- jadi di beberapa wilayah di Tanah Air. Menurut Ketua MK Mahfud MD, tindakan anarkis sudah mencapai level yang sangat merisaukan. Meskipun ge- jalanya masih kecil, akan tetapi tidak boleh dibiarkan karena dapat meng- ganggu keutuhan bangsa. Kegelisahan ini juga dirasakan para penyelenggara negara. Oleh karena itu, dalam perte- muan rutin antarpimpinan lembaga negara di penghujung Mei nanti, isu ini akan menjadi fokus perhatian. “Dalam pertemuan itu kita berbicara dari sudut pandang masing-masing insti- tusi,” katanya. Sepakat Untuk Memperkuat Integrasi Nasional Selain itu, juga akan dibahas me- ngenai kewenangan antarlembaga negara. Para pimpinan lembaga nega- ra sepakat bahwa antara lembaga satu dengan yang lainnya tidak boleh saling mencampuri. “MPR tidak akan ikut campur uru- san DPR atau Presiden. MK tidak akan ikut campur ke MA atau DPD. Begitu juga yang lain,” jelasnya. Mahfud menambahkan perte- muan antarpimpinan lembaga nega- ra, lebih banyak bicara pada tataran umum menyangkut sistem ketatane- garaan. Tujuannya, agar masing-ma- sing lembaga negara saling bersinergi dari posisinya masing -masing. “Antarlembaga negara tak boleh mencampuri kasus kongkrit. Kita akan bicara masalah yang lebih umum, kita akan bicara masalah ketatanegaraan,” tegasnya. Pertemuan antarpimpinan lem- baga negara rutin diadakan setiap 3 bulan sekali. Untuk pertemuan Mei mendatang bertempat di Gedung Mahkamah Konstitusi. Presiden SBY juga rencananya akan hadir. Sebelumnya, pertemuan para pimpinan lembaga tinggi negara telah digelar di Gedung BPK, Gedung MPR, Istana Negara, dan Istana Bogor. bw Para pimpinan lembaga negara menggelar silaturohim di ruang pimpinan MPR di Gedung Nusantara III DPR pada 11 April 2011. Rapat yang berlangsung selama 1 jam ini dihadiri oleh Ketua BPK Hadi Poernomo, Ketua MPR Taufiq Kiemas, Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Mahkamah Agung Harifin A Tumpa, Ketua Komisi Yudisial Eman Suparman, dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Mahfud Md, Ketua MK foto: istimewa 14 Warta BPK APRIL 2011 AGENDA AGENDA

3. Hal 14-33

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3. Hal 14-33

PERTEMUAN membahas se-

jumlah agenda penting. Salah

satunya permasalahan keta-

tanegaraan terutama soal

penegakan hukum dalam rangka

menjamin integrasi nasional. Mereka

sepakat untuk melakukan berbagai

upaya guna memperkuat integrasi na-

sional. Selain itu, juga membahas me-

ngenai permasalahan banyaknya tin-

dakan anarkis yang akhir-akhir ini ter-

jadi di beberapa wilayah di Tanah Air.

Menurut Ketua MK Mahfud MD,

tindakan anarkis sudah mencapai level

yang sangat merisaukan. Meskipun ge-

jalanya masih kecil, akan tetapi tidak

boleh dibiarkan karena dapat meng-

ganggu keutuhan bangsa. Kegelisahan

ini juga dirasakan para penyelenggara

negara. Oleh karena itu, dalam perte-

muan rutin antarpimpinan lembaga

negara di penghujung Mei nanti, isu ini

akan menjadi fokus perhatian. “Dalam

pertemuan itu kita berbicara dari

sudut pandang masing-masing insti-

tusi,” katanya.

Sepakat Untuk Memperkuat Integrasi Nasional

Selain itu, juga akan dibahas me-

ngenai kewenangan antarlembaga

negara. Para pimpinan lembaga nega-

ra sepakat bahwa antara lembaga satu

dengan yang lainnya tidak boleh saling

mencampuri.

“MPR tidak akan ikut campur uru-

san DPR atau Presiden. MK tidak akan

ikut campur ke MA atau DPD. Begitu

juga yang lain,” jelasnya.

Mahfud menambahkan perte-

muan antarpimpinan lembaga nega-

ra, lebih banyak bicara pada tataran

umum menyangkut sistem ketatane-

garaan. Tujuannya, agar masing-ma-

sing lembaga negara saling bersinergi

dari posisinya masing -masing.

“Antarlembaga negara tak boleh

mencampuri kasus kongkrit. Kita akan

bicara masalah yang lebih umum, kita

akan bicara masalah ketatanegaraan,”

tegasnya.

Pertemuan antarpimpinan lem-

baga negara rutin diadakan setiap 3

bulan sekali. Untuk pertemuan Mei

mendatang bertempat di Gedung

Mahkamah Konstitusi. Presiden SBY

juga rencananya akan hadir.

Sebelumnya, pertemuan para

pimpinan lembaga tinggi negara telah

digelar di Gedung BPK, Gedung MPR,

Istana Negara, dan Istana Bogor. bw

Para pimpinan lembaga negara menggelar silaturohim di ruang pimpinan MPR di Gedung Nusantara III DPR pada 11 April 2011. Rapat yang berlangsung selama 1 jam ini dihadiri oleh Ketua BPK Hadi Poernomo, Ketua MPR Taufiq Kiemas, Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Mahkamah Agung Harifin A Tumpa, Ketua Komisi Yudisial Eman Suparman, dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.

Mahfud Md, Ketua MK

foto

: ist

imew

a

14 Warta BPKAPRIL 2011

AGENDAAGENDA

14 - 19 agenda.indd 14 5/23/2011 10:17:39 PM

Page 2: 3. Hal 14-33

DALAM pertemuan itu ha-

dir pula Anggota III BPK

Hasan Bisri, Kepala Ditama

Revbang BPK Daeng M. Na-

zier, Inspektur Utama BPK Mahendro

Sumardjo, Auditor Utama Keuangan

Negara II Syafri Adnan Baharudin, Au-

ditor Utama Keuangan Negara VII Ilya

Avianti, dan beberapa pejabat eselon

I dan II BPK. Juga hadir tim pemeriksa

Laporan Keuangan Bank Indonesia.

Sementara dari BI, selain Ardha-

yadi, hadir beberapa pimpinan bank

sentral lainnya yaitu Deputi Guber-

nur Budi Mulya, Hartadi A. Sarwono,

dan Muliaman D. Hadad. Gubernur BI

Darmin Nasution yang sedianya me-

mimpin penerimaan LHP LK, tak bisa

hadir karena satu dan lain hal. Dua

deputi BI lain, Budi Rochadi dan Halim

Alamsyah, juga tak bisa hadir karena

harus menerima tamu dari luar negeri.

��������������� �������� �����-

chman Ruki menyatakan bahwa ter-

dapat beberapa temuan dalam hasil

pemeriksaan BPK atas laporan keua-

ngan BI. Secara umum, hasil peme-

riksaan BPK atas kepatuhan terhadap

laporan dan perundang-undangan

yang berlaku dan sistem pengendalian

intern, menunjukkan terdapat dela-

pan temuan pemeriksaan BPK terkait

kepatuhan. Dan lima temuan terkait

sistem pengendalian intern BI.

Menurut dia, berbagai temuan dari

hasil pemeriksaan BPK itu anggap saja

bagaimana pihak luar memandang BI.

Hal yang sama juga dengan BPK yang

diperiksa oleh pihak luar.

“Kita mungkin menganggap kita ini

sudah benar semua. Namun, ketika pi-

hak luar melihat, ternyata ada yang ti-

dak pas. Kami pun begitu. Oleh karena

Laporan keuangan BI mendapat opini WTP

BPK menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Tahunan (LHP LK) Bank Indonesia untuk 2010. Laporan diserahkan oleh

Anggota II BPK Taufiequrachman Ruki kepada Deputi Gubernur

Bank Indonesia (BI) Ardhayadi. Pertemuan berlangsung pada Rabu

(27/4) bertempat di Gedung Umar Wirahadikusuma Kantor Pusat BPK.

itu, agak sedikit mekanisme defensif

ketika Kantor Akuntan Publik yang

mengaudit kami ya debat juga. Namun,

kita harus menerima itu. Ya, kita juga

di-peer review oleh pihak ARK (Alge-mere Rekenkamer) Belanda. Di samp-

ing itu kita juga mengadakan kegiatan

setiap tahun yang bernama BPK Men-

dengar. Kita ingin mendengar apa kata

BI tentang BPK. Dan, di situ tidak ada

perdebatan. Bahwa di situ ngomong

apa pun, kita terima. Ini salah satu upa-

ya untuk improving kita punya kinerja,”

paparnya.

Oleh karena itu, Ruki berharap BI

dapat menyusun langkah konkrit untuk

menindaklanjuti dan menyelesaikan

temuan-temuan BPK pada 2010 dan

tahun sebelumnya yang belum selesai

ditindaklanjuti. Terkadang, tegasnya,

follow up yang dilakukan auditee tidak

pernah diterima BPK. Padahal, BPK

sangat concern terhadap tindak lanjut

atas temuan BPK.

Dia menyampaikan rasa prihatin-

nya atas masalah-masalah yang me-

nimpa BI belakangan ini. Mulai dari

Bank Century, Malinda Dee di Citibank,

pembobolan Bank Mega, pimpinan ser-

ta mantan pimpinan BI yang tersangkut

masalah pidana, dan masalah perban-

kan lainnya. Dia berharap BI dapat me-

nyelesaikan masalahnya.

Deputi Gubernur Ardhayadi mera-

sa bersyukur karena hasil pemerik-

saan BPK terhadap laporan keuangan

mendapat opini WTP, walau ada bebe-

rapa catatan, terutama yang terkait

dengan compliance. Dia mengaku se-

lama pemeriksaan BPK berlangsung,

Dewan Gubernur BI mengikuti peme-

riksaan secara seksama.

“Bahkan, dua-tiga hari terakhir,

atau sebelum berakhir, secara serius

kita merespons, beberapa hal sangat

penting pengaruhnya terhadap laporan

keuangan kita,” ucap Ardhayadi.

Menurut dia, BPK selalu memberi-

kan dukungan yang positif. Sehingga

beberapa hal dalam proses pemerik-

saan bisa didiskusikan dengan baik.

Hal ini membantu pihaknya dalam

mewujudkan good governance di bank

sentral.

Terkait dengan standar akuntansi

BI yang berpengaruh pada laporan

keuangan, Ardhayadi mengaku bahwa

standar di BI agak khusus. Artinya, ber-

beda dengan lembaga lainnya. Dia ber-

sama anggota dewan gubernur lainnya

tengah menyusun tim untuk memper-

barui hal-hal yang terkait dengan lapo-

ran keuangan BI. and

Ardhayadi menerima LHP dari Taufiqurachman Ruki

foto

: ria

nto

15Warta BPK APRIL 2011

14 - 19 agenda.indd 15 5/23/2011 10:17:42 PM

Page 3: 3. Hal 14-33

SEJUMLAH menteri juga ikut

hadir seperti Menko Polhu-

kam Djoko Suyanto, Menko

Perekonomian Hatta Rajasa,

Menko Kesejahteraan Rakyat Agung

Laksono, Menteri Perencanaan Pem-

bangunan Nasional/Kepala Bappenas

Armida S Alisjahbana, dan Menteri

Presiden Berjanji Tindaklanjuti Temuan BPK

Sekretaris Negara Sudi Silalahi.

Agenda utama pertemuan itu

untuk menyampaikan hasil peme-

riksaan keuangan negara semester

II/2010 . Dalam pertemuan terse-

but, Presiden melakukan tukar piki-

ran dengan Ketua BPK mengenai

�������� ������ ���������� �� �� �

dan optimalisasi anggaran. Selain itu

, dibahas mengenai perlunya penga-

wasan penggunaan anggaran negara

dan peningkatan kinerja.

Seusai pertemuan, Presiden di-

dampingi Wakil Presiden dan Ketua

BPK menggelar jumpa pers. Dalam

keterangan persnya, Presiden ber-

janji akan menindaklanjuti apa yang

telah diperiksa oleh BPK. Bila temuan

itu merupakan penyimpangan hukum

yang mengakibatkan terjadinya keru-

gian negara, akan diproses secara hu-

kum. Untuk pelanggaran yang lebih

bersifat administrasi, penyelesaian-

nya juga administrasi.

Selain itu, Presiden juga berjanji

akan menindaklanjuti rekomenda-

si-rekomendasi untuk meningkat-

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Wapres

Boediono, menerima Ketua BPK Hadi Poernomo di Kantor

Presiden, pada 11 April 2011. Ketua BPK didampingi oleh

semua anggota BPK yaitu Anggota I Moermahadi Soerja

Djanegara, Anggota II Taufiequrachman Ruki, Anggota

III Hasan Bisri, Anggota IV merangkap Plt. Anggota VII Ali

Masykur Musa, Anggota V Sapto Amal Damandari, dan

Anggota VI Rizal Djalil, serta Sekretaris Jenderal BPK Hendar

Ristriawan.

foto

: ria

nto

Presiden SBY di dampingi Wapres dan Ketua BPK memberikan keterangan pers di kantor presiden.

16 Warta BPKAPRIL 2011

AGENDAAGENDA

14 - 19 agenda.indd 16 5/23/2011 10:17:44 PM

Page 4: 3. Hal 14-33

kan kinerja dan akuntabilitas jajaran

pemerintahan di dalam pengelolaan

keuangan negara. “Setelah saya terima

laporan ini, ada proses dalam peme-

rintahan untuk menindaklanjuti hasil

pemeriksaan,” kata Presiden.

Menyinggung mengenai hasil

temuan BPK terhadap permasala-

han tenaga kerja Indonesia (TKI) dan

pelaksanaan ibadah haji, Presiden

berterima kasih terhadap temuan

tersebut. Sebab, lanjutnya, dua per-

masalahan itu memang merupakan

agenda utama pemerintah untuk me-

ningkatkan pengelolaan yang lebih

baik. Presiden akan membentuk tim

terpadu untuk melaksanakan investi-

gasi terhadap agen-agen pengiriman

tenaga kerja di dalam negeri maupun

di luar negeri.

Sementara terhadap negara pe-

nerima TKI yang tidak peduli atas

perlindungan dan pemberian hak pe-

kerja, pemerintah akan melakukan

moratorium sampai semuanya siap

untuk menerima mereka. Sebab, lan-

jut Presiden, ada beberapa negara

dinilai cukup baik menerima TKI dan

ada yang tidak baik. Untuk itu, peme-

rintah juga akan memberikan angga-

ran bagi perwakilan negara Indonesia

yang harus mengurusi permasalahan

TKI. “Ini akan menjadi agenda yang

penting bagi pemerintah karena klop

dengan apa yang dilihat oleh BPK dan

apa yang menjadi hasil evaluasi dari

pemerintah sendiri,” kata Presiden.

Sebetulnya, lanjut Presiden, jika

upaya percepatan dan perluasan pem-

bangunan ekonomi, termasuk infra-

struktur, implementasi dari Kredit

Usaha Rakyat (KUR), itu makin besar,

TKI mempunyai pilihan apakah akan

bekerja di dalam atau luar negeri. Bila

ternyata bekerja di luar negeri kon-

disinya masih seperti itu, Presiden

menyarankan agar bekerja di dalam

negeri dengan menciptakan lapangan

kerja yang lebih luas.

Dalam pertemuan itu juga dibi-

carakan upaya untuk optimalisasi

pendapatan dan peningkatan peneri-

maan negara. Dengan adanya fokus

BPK untuk melakukan pengawasan

kepada BUMN maupun BUMD, ter-

masuk perbankan, diharapkan terjadi

optimalisasi penerimaan negara yang

benar.

Batu bara dan infrastrukturSementara menyangkut temuan

BPK di bidang batu bara, pemerintah

juga melihat dan telah dibahas dalam

beberapa sesi tentang usaha batu bara

yang tentunya di samping harus me-

menuhi standar lingkungan, dijalan-

kan dengan best practices, itu juga ha-

rus memberikan manfaat yang besar

kepada negara dan rakyat.

Oleh karena itu, temuan BPK

ataupun hasil pemeriksaan BPK akan

disatu kan untuk menetapkan policy. “Yang penting usaha batu bara itu be-

tul-betul memenuhi aturan lingkungan

dan kaidah usaha yang benar. Negara

juga mendapatkan penerimaan yang

patut dari usaha yang sedang booming

sekarang ini,” kata presiden.

Dalam hal temuan mengenai pem-

bangunan infrastruktur, terutama dari

sisi keuangan dan penggunaan angga-

ran, pemerintah akan mengoptimal-

kan dana yang disalurkan ke lembaga-

lembaga, kementerian, daerah dalam

rangka pembangunan infrastruktur.

Presiden juga berjanji akan membe-

rantas mark up pengadaan, baik be-

lanja modal maupun barang. Pasalnya,

infrastruktur itu sangat penting dan

anggaran akan makin besar. Presiden

akan meningkatkan akuntabilitas dari

pengguna anggaran , baik pemba-

ngunan infrastruktur di tingkat pusat

maupun di daerah.

Pemerintah juga akan mengop-

timalkan penggunaan dana otonomi

khusus di Papua dan Papua Barat.

Ada rasio yang tepat antara yang di-

gunakan di provinsi dan kabupaten

ataupun kota, dengan administrasi

yang tertib dan akuntabel. “Semua itu

menjadi semangat kita, saya berharap

juga menjadi semangat pemerintah,

baik di Provinsi Papua Barat maupun

Papua untuk bersama-sama memas-

tikan akuntabilitas tentang dana yang

digunakan.”

Presiden juga mengharapkan agar

persyaratan proses tender seperti ha-

rus ada bank cleareance, tax cleareance dipenuhi. Dengan begitu, dalam imple-

mentasi yang dilakukan tidak ada ma-

salah yang mengganggu. Intinya, lanjut

Presiden, pertemuan de ngan ketua

BPK ini mendiskusikan dan menyatu-

kan agenda dan kepentingan peme-

rintah untuk meningkatkan kiner ja,

melakukan koreksi, memperbaiki

kekurangan, dan kelemahan. bw

foto

: ria

nto

Ketua BPK bersama sejumlah anggota BPK saat menyerahkan IHPS di kantor presiden

17Warta BPK APRIL 2011

14 - 19 agenda.indd 17 5/23/2011 10:17:49 PM

Page 5: 3. Hal 14-33

KESEPAKATAN ini melalui

penandatanganan dua nota

kesepahaman. Pertama,

kesepakatan dengan DPRP

dan DPRD tingkat II tentang tatacara

penyerahan Laporan Hasil Peme-

riksaan (LHP) BPK tentang Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

ke DPRP dan DPRD. Kedua, kesepa-

katan dengan Pemerintah Provinsi

Papua dan Pemerintah Kota dan Ka-

bupaten tentang pengembangan dan

pengelolaan sistem informasi untuk

akses data dalam rangka pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara.

Pada acara itu, dari pihak BPK ha-

dir Ketua BPK Hadi Poernomo, Ang-

gota I BPK Moermahadi Soerja Djane-

gara, Sekjen BPK Hendar Ristriawan,

Auditor Utama Keuangan Nega ra VI

Abdul Latief, Kepala BPK Perwakilan

Provinsi Papua Haedar, serta pejabat

eselon II dan III di lingku ngan BPK

Pusat dan BPK Perwakilan Provinsi

Papua.

Adapun, dari pihak stakeholder

setempat hadir Gubernur Papua Bar-

nabas Suebu, Ketua DPRP John Ibo,

Walikota dan Bupati se-Provinsi Pa-

pua, Ketua dan perwakilan dari DPRD

se-Provinsi Papua, serta unsur mus-

BPK Sinergi Berlanjut Sampai ke Papua Bertempat di Aula Sasana Karya Kantor Provinsi Papua, Jayapura, pada Kamis (14/4), BPK mengikat kesepakatan dengan stakeholder setempat yang merupakan auditee sekaligus mitra kerja BPK. Mereka adalah Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) Provinsi Papua, DPRD Tingkat II Provinsi Papua, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kota dan

Kabupaten Provinsi Papua.

pida Papua lainnya.

Kepala BPK Perwakilan Provinsi

Papua Haedar mengatakan nota ke-

sepahaman yang ditandatangani ini

merupakan tindak lanjut dari pemba-

hasan antara pihaknya dan DPRP dan

DPRD se-Provinsi Papua pada tanggal

15 Agustus 2010.

Nota kesepahaman yang pertama

terkait dengan tata cara penyera-

han LHP kepada DPRP dan DPRD se-

Provinsi Papua ini akan menjadi lan-

dasan penyerahan LHP BPK dan peng-

aturan mekanisme hubungan kerja

antara BPK dengan DPRP serta DPRD

di Papua.

Adapun nota kesepahaman yang

terkait dengan pengembangan dan

pengelolaan sistem informasi untuk

akses data ini, merupakan suatu upaya

dari BPK untuk mewujudkan BPK Si-

nergi melalui pengembangan teknolo-

gi informasi dalam pelaksanaan tugas

pemeriksaan atau e-audit. Nota kese-

pahaman ini pada dasarnya memuat

kesepahaman mengenai pengemba-

ngan sistem informasi agar BPK dapat

mengakses data pengelolaan keua-

warta

bpk-

riant

o

Ketua BPK RI Hadi Poernomo didampingi Anggota I BPK Moermahadi Soerja Djanegara dan Kepala BPK RI Perwakilan Provinsi Papua Haedar bersama Gubernur Papua Barnabas Suebu, Ketua DPRP Provinsi Papua Jhon Ibo dan unsur pimpinan DPRD Papua.

18 Warta BPKAPRIL 2011

AGENDAAGENDA

14 - 19 agenda.indd 18 5/23/2011 10:17:51 PM

Page 6: 3. Hal 14-33

ngan negara pada entitas yang diperik-

sa yang dalam hal ini adalah pemerin-

tah provinsi dan pemerintah kota dan

kabupaten se-Provinsi Papua, secara

online dari kantor BPK.

Haedar berharap pemerintah

daerah Papua, melalui kesepakatan

ini, bisa memanfaatkan teknologi in-

formasi serta mempersiapkan segala

sesuatunya untuk mendukung e-audit.

Dengan begitu, diharapkan kinerja

pemerintah daerah dapat meningkat

sesuai dengan harapan masyarakat.

Sambut GembiraKetua DPRP Papua John Ibo me-

nyambut gembira dengan ditandata-

nganinya nota kesepahaman tentang

tatacara penyerahan LHP LKPD antara

pihaknya dan DPRD se-Provinsi Pa-

pua. Dia berharap dengan adanya nota

kesepahaman ini menjadi awal untuk

menciptakan pengelolaan keuangan

negara yang bersih dan berwibawa. Se-

bab, pada dasarnya hal ini merupakan

salah satu bentuk pengelolaan manaje-

men dalam sebuah organisasi.

Lebih lanjut dikatakannya, sum-

ber-sumber pendapatan daerah yang

terakumulasi dalam APBD, yang juga

melalui pembahasan antara pihaknya

dan pemerintah daerah perlu diawasi

dan diarahkan. Hal ini bertujuan agar

tidak ada penyimpangan dari tujuan

yang telah ditetapkan bersama.

Melalui kesepakatan bersama de-

ngan DPRP dan DPRD se-Papua ten-

tang tata cara penyerahan LHP LKPD

akan sangat bermanfaat. Dimana,

setiap temuan BPK yang berindikasi

penyimpangan segera ditindaklanjuti

sesuai dengan mekanisme dan prose-

dur yang diatur undang-undang dan

peraturan pemerintah.

“DPRP maupun DPRD diharapkan

dapat berperan positif sesuai de ngan

tugas dan fungsinya, yang telah dia-

manatkan undang-undang, untuk ber-

sama-sama dengan pemerintah daerah

mengelola dan memanfaatkan sumber

pembiayaan yang dialokasikan untuk

tujuan yang positif agar kesejahteraan

masyarakat segera terwujud,” ucap

John Ibo.

Dia berharap melalui kerja sama ini,

BPK dapat memprakarsai peningkatan

kapasitas lembaga DPRP dan DPRD

Papua. Terutama untuk lebih mendala-

mi masalah perencanaan, penggunaan,

maupun laporan pertanggungjawaban

pengelolaan keua ngan negara.

Di samping itu, mengenai kerja

sama BPK dengan pemerintah daerah

di Papua tentang pengembangan dan

pengelolaan sistem informasi untuk

akses data dalam rangka pemerik-

saan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara dapat membawa

perspektif baru dalam suasana keter-

bukaan.

“Semoga melalui peristiwa yang

monumental ini akan terwujud suatu

kerja sama yang simbiosis mutualisme

dari semua pemangku kepentingan di

Provinsi Papua demi terwujudnya Pap-

ua baru, Papua yang maju dan mandiri,

yang kita harapkan bersama,” ucap

John Ibo lagi.

Gubernur Papua Barnabas Suebu

juga menyambut baik dengan ditan-

datanganinya nota kesepahaman an-

tara pihaknya dan pemerintah daerah

tingkat II di Provinsi Papua dengan

BPK. Dengan nota kesepahaman ini

diharapkan audit yang dilakukan pada

masa mendatang bisa lebih cepat, le bih

�� ������� ���������������� ����

Sistem informasi ini juga, lanjutnya,

merupakan bagian yang tidak terpisah-

kan dari mekanisme peri ngatan dini.

Mekanisme ini sendiri telah dikem-

bangkan pemerintah provinsi Papua

melalui Sistem Pengendalian Internal

(SPI). Dengan adanya sistem informasi

���������� �������� ������ ������ �

penyimpangan dapat dicegah secara

dini. Dan, setiap aparatur pemerintah

daerah yang terlibat di dalamnya dapat

diingatkan untuk tidak melakukan

pelanggaran.

“Secara khusus kita semua ber-

harap, bahwa pengelolaan sistem in-

formasi ini akan memungkinkan se-

luruh jajaran pemerintah di Provinsi

Papua dapat mencapai target untuk

memperoleh opini WTP dari BPK

dalam waktu-waktu yang akan datang,”

ucap Barnabas Suebu.

Ketua BPK Hadi Poernomo

menjelaskan penandatanganan nota

kesepahaman ini merupakan langkah

BPK untuk membangun sebuah sistem

monitoring yang kuat dan lengkap. Ini

tak lain sebagai perwujudan dari apa

yang diamanatkan UU terhadap tugas

dan fungsi BPK.

“Langkah-langkah BPK ini meru-

pakan kebijakan BPK yang disebut

sebagai BPK Sinergi. Dengan langkah

itu diharapkan pengelolaan keuangan

negara dapat dimanfaatkan sebesar-

besarnya untuk kesejahteraan ma-

syarakat Papua.” and

warta

bpk-

riant

o

Ketua BPK RI Hadi Poernomo didampingi Anggota I BPK Moermahadi Djanegara dan Kepala BPK RI Perwakilan Provinsi Papua Haedar bersama Gubernur Papua Barnabas Suebu, dan para Kepala Daerah se-Provinsi Papua

19Warta BPK APRIL 2011

14 - 19 agenda.indd 19 5/23/2011 10:17:54 PM

Page 7: 3. Hal 14-33

LAPORAN KHUSUS

20 Warta BPKAPRIL 2011

DALAM penyelenggaraan

haji harus mengakomo-

dasi lima komponen dalam

melakukan pelayanan.

Pertama, memiliki prosedur

baku yang memperhatikan pelaya-

nan pendaftaran, pelunasan dan

pembatalan haji, kemudahan calon

jemaah haji dalam pengurusan haji,

memperoleh kepastian porsi dan

pemberangkatan. Kedua, memiliki

standar pelayanan minimal (SPM)

embarkasi atau debarkasi kepada je-

maah haji. Ketiga, memiliki standar

pelayanan transportasi untuk jemaah

haji. Keempat, memiliki pedoman pe-

nyewaan pemondokan jemaah haji di

Arab Saudi. Kelima, memiliki pedo-

man pelayanan katering dan akomo-

dasi di Arafah, Musdalifah, dan Mina.

Kelima komponen inilah yang di-

jadikan obyek pemeriksaan kinerja

BPK. Tujuannya, untuk mengetahui

seberapa efektif penyelenggara haji

Penyelenggaraan Haji Belum Optimal

Penyelenggaraan haji pada

2009 dinilai BPK belum

sepenuhnya efektif. Hal ini

didasarkan atas kesimpulan

hasil pemeriksaan kinerja

BPK semester II/ 2010 yang

disampaikan kepada DPR

pada April 2011.

oleh pemerintah dalam memberikan

pembinaan, pelayanan, dan perlin-

dungan terhadap calon haji.

Nah, dari hasil pemeriksaan kiner-

ja BPK ternyata kelima komponen

pelayanan itu belum memadai. Ham-

pir semua komponen kurang mem-

perhatikan standar pelayanan publik

yang menjunjung pelayanan prima.

Bisa dikatakan kurang optimalnya

penyelenggaraan haji disebabkan be-

lum menomorsatukan pelayanan bagi

jemaah haji.

Pelayanan jemaah haji memang

butuh waktu lama, mulai dari pendaf-

taran, saat berhaji, sampai kembali.

Untuk pembatalan dan pengembalian

dana naik haji pun butuh waktu lama.

Bahkan, untuk pelayanan makan sela-

ma ibadah terkadang harus mengan-

tri. Masalah pelayanan yang lambat

inilah, inti dari kurang efektifnya pe-

nyelenggaraan haji oleh pemerintah.

Selain itu, pada tahap pendaf-

taran dan pelunasan, calon haji belum

mendapatkan perhatian yang sama

dalam pembagian sisa kuota haji

karena penetapannya belum mem-

perhatikan perbedaan waktu waiting

list calon haji antarprovinsi.

Pada tahap ini juga, standar pela-

yanan minimal belum ditetapkan dan

disosialisasikan oleh kementerian

agama. Kementerian Agama juga

be lum memiliki sistem yang dapat

memberitahukan informasi kepastian

tahun keberangkatan calon haji. Ter-

dapat juga kekurangan sumber daya

manusia dan pembagian tugas yang

jelas dalam melayani proses pendaf-

taran, pelunasan, dan pembatalan

haji.

Dalam hal pelayanan, terutama

terkait dengan pendaftaran, peluna-

san, dan pembatalan haji yang dise-

lenggarakan pemerintah, ada keran-

cuan antara dua aturan yang seharus-

nya selaras. Dalam hal proses pendaf-

taran, pelunasan, dan pembatalan haji

yang diselenggarakan pemerintah,

berpedoman pada Peraturan Menteri

Agama No. 15/ 2006 dan Peraturan

Menteri Agama No. 1/ 2008. Namun,

peraturan menteri agama tersebut

belum sesuai dengan standar pela-

yanan publik untuk pelayanan prima

yang ditetapkan Menteri Pendayagu-

naan Aparatur Negara.

Suasana keberangkatan Jama’ah Haji Indonesia

foto-foto: istimewa

20- 27 laporan khusus.indd 20 5/23/2011 10:35:39 PM

Page 8: 3. Hal 14-33

21Warta BPK APRIL 2011

1. Menetapkan dan mensosialisasikan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang

pendaftaran, pelunasan, dan pembatalan haji.

2. Menteri Agama memerintahkan secara berjenjang

Kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan

Umrah, Kakanwil Provinsi, dan Kepala Kantor

Kementerian Agama Kabupaten dan Kota untuk

memberikan informasi secara tertulis tentang

perkiraan tahun keberangkatan calon haji pada saat

melakukan pendaftaran dan memberikan informasi

secara tertulis kepada calon haji yang sudah

dipastikan berangkat sesuai daerahnya masing-

masing.

3. Menteri Agama memerintahkan kepada Dirjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk memenuhi

kekurangan sumberdaya manusia dan

membuat pembagian tugas yang jelas untuk

tiap bagian pelayanan pendaftaran, pelunasan,

dan pembatalan haji, serta menetapkan sisa kuota

haji provinsi harus dengan memperhatikan

perbedaan daftar waiting list calon haji antar

� ��� � ������ �� � ����

4. Terhadap pelayanan di embarkasi, agar Menteri

Agama menetapkan dan mensosialisasikan SPM

yang berlaku di seluruh embarkasi

serta meningkatkan koordinasi dengan

Kementerian Kesehatan, khususnya

terkait kebijakan pelayanan kesehatan di embarkasi.

5. Terkait dengan pelayanan transportasi udara dan

darat di Arab Saudi, Menteri Agama segera

menetapkan SPM dan pedoman pelayanan,

Dalam soal prosedur, waktu, dan

sarana prasarana di setiap embar-

kasi berbeda-beda. Hal ini membuat

kekurangnyamanan atas beberapa

pelayanan yang diterima oleh jemaah

haji.

Belum efektifnya pelayanan sebe-

lum keberangkatan juga terjadi ketika

calon haji sudah berada di Arab Saudi.

Pelayanan transportasi tidak mem-

berikan kepastian beberapa infor-

masi yang sebenarnya sangat penting

bagi mereka yaitu perubahan tempat

penjemputan, jadwal, keterlambatan

penerbangan, dan jumlah bus yang

beroperasi. Hal ini kemudian terjadi

penumpukan jemaah, terutama pada

hari-hari awal operasional.

Permasalahan ini diperburuk

de ngan kurang memadainya pena-

nganan. Penyelenggara haji kurang

mampu mengatasi kelelahan jemaah.

Dan, dalam memberikan informasi ke-

berangkatan pesawat, serta menjamin

hak-hak jemaah atas kompensasi yang

seharusnya diterima dari perusahaan

penerbangan.

Pelayanan pemondokan haji di

Mekkah juga kurang memadai. Masih

ada pemondokan yang kurang layak

untuk ditempati. Belum lagi, masih

banyak terdapat penempatan jemaah

haji yang melebihi kapasitas rumah.

Sebanyak 105 dari 424 rumah yang

melebihi kapasitas.

Pada saat jemaah haji berada di

Arafah dan Mina, banyak jemaah haji

nonkuota yang tidak terdaftar sebagai

jemaah haji reguler. Hal ini menyebab-

kan munculnya beberapa permasala-

han. Pertama, jemaah haji nonkuota

terlantar. Kedua, de ngan terlantarnya

jemaah haji nonkuota, ternyata me-

ngurangi kenyamanan dan kekhusyu-

an jemaah haji reguler dalam men-

jalankan ibadah karena ada nya peng-

gunaan fasilitas oleh jemaah haji non-

kuota.

Ketiga, hal ini membuat tergang-

gunya konsentrasi dan kinerja petu-

gas haji dalam memberikan pelayanan

pada jemaah haji reguler. Keempat,

ada nya potensi penambahan biaya

yang harus dibayarkan panitia penye-

lenggara haji, di luar dari anggaran

pe ngeluaran biaya penyelenggara iba-

dah haji reguler yang telah ditentukan. and

Rekomendasi BPK Kepada Kementerian Agama Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Haji 2009:

Suasana keberangkatan Jama’ah Haji Indonesia

istim

ewa

20- 27 laporan khusus.indd 21 5/23/2011 10:35:39 PM

Page 9: 3. Hal 14-33

LAPORAN KHUSUS

22 Warta BPKAPRIL 2011

khususnya, transportasi shuttle bus di Arab Saudi

serta menyusun perencanaan dan

kontrak transportasi shuttle bus secara matang

dengan melakukan koordinasi antar pihak-pihak

terkait.

6. Meningkatkan koordinasi dengan Kementerian

Perhubungan, serta memperjelas rumusan tugas

dan wewenang masing-masing kementerian,

khususnya terkait kebijakan penerbangan haji.

7. Menteri Agama memerintahkan Dirjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk konsisten

dalam melaksanakan perencanaan transportasi

shuttle bus yang telah disusun dan membuat

alternatif perencanaan pelayanan transportasi

shuttle bus.

8. Menteri Agama menginstruksikan Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi agar

meningkatkan pengawasan pelayanan transportasi

ibadah haji.

9. Menteri Agama menginstruksikan kepada

Direktur Pelayanan Haji agar mengoptimalkan

pengawasan dan koordinasi dengan pihak

penerbangan untuk memberikan kompensasi yang

memadai kepada jemaah atas keterlambatan

pesawat dan memberikan kepastian informasi

apabila terjadi keterlambatan pesawat.

10. Menambah klausul sanksi dalam kontrak perusahaan

penerbangan terkait kewajiban penyampaian

informasi penerbangan dan informasi pemberian

kompensasi keterlambatan.

11. Terkait dengan pelayanan pemondokan di Arab

Saudi, Menteri Agama agar mendorong

Pemerintah Arab Saudi untuk membuat

standarisasi pemondokan haji di Mekkah.

12. Menteri Agama memerintahkan

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk

mengoptimalkan penyewaan rumah di Mekkah

yang berada di ring I dan mengurangi jumlah

penyewaan rumah di ring II. Selain itu, membuat

standar baku penentuan calon haji dalam suatu

kloter yang berlaku untuk seluruh provinsi.

13. Terkait pelayanan pelayanan jemaah haji selama

di Armina, Menteri Agama agar mengkaji kembali

pola pelayanan katering makanan.

14. Meningkatkan pengawasan dan koordinasi

dengan Menteri Hukum dan HAM

serta Kedutaan Besar Indonesia di Arab

Saudi untuk meminimalisir jumlah dan

mencegah jemaah haji nonkuota supaya tidak

mengganggu kenyamanan ibadah jemaah haji

reguler.

15. Menteri Agama memerintahkan Dirjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah supaya

memberikan sanksi kepada Penyelenggara Ibadah

Haji Khusus (PIHK) yang melakukan pelanggaran.

and

20- 27 laporan khusus.indd 22 5/23/2011 10:35:40 PM

Page 10: 3. Hal 14-33

23Warta BPK APRIL 2011

Permasalahan haji memang cukup kompleks dan bukan perkara mudah. Calon jamaah haji yang berjumlah 200.000 lebih harus diurus mulai se-belum keberangkatan, selama di Arab Saudi, sampai balik ke Tanah Air. Kekurangan dalam pelayanan tentu masih dirasakan. Namun, dengan sistem yang tepat tentu permasalahan bisa diminimalisir. Untuk mendala-mi masalah ini, berikut wawancara dengan Anggota V BPK Sapto Amal Daman dari di ruang kerjanya belum lama ini.

Apa latar belakang pemeriksaan BPK atas penyelenggaraan haji?

BPK itu mempunyai kewajiban ber-

dasarkan UU, yaitu melakukan peme-

riksaan keuangan, pemeriksaan kiner-

ja, dan pemeriksaan dengan tujuan

tertentu. Kalau kementerian agamanya

itu sendiri, laporan keuangannya rutin.

Kita gabung dengan laporan keuangan

pemerintah pusat yang disebut Lapo-

ran Keuangan Kementerian dan Lem-

baga (LKKL).

Kalau untuk laporan keuangan ke-

menterian agama, terakhir mendapat

opini WDP (Wajar Dengan Pengecua-

lian). Dari disclaimer, disclaimer, dis-claimer, kemudian WDP. Kenapa begi-

tu? Karena memang sudah ada perbai-

kan. Kenapa mereka sudah melakukan

perbaikan? Karena hasil pemeriksaan

kita. BPK ada beberapa rekomendasi,

saran, dan temuan. Secara bertahap

mereka perbaiki.

Khusus untuk ibadah haji, itu ada

UU tersendiri yaitu tentang Penyeleng-

garaan Ibadah Haji yang juga meng-

amanatkan untuk diperiksa oleh BPK,

termasuk laporan keuangan, laporan

kinerja, dan yang lainnya.

Nah, laporan keuangan tahun ke-

marin kita periksa, opininya masih

disclaimer. Secara umum ada masalah

aset, kas, dana, piutang, dan sebagai-

nya. Yang tahun sekarang, baru dalam

proses. Rekan-rekan ada di lapangan

untuk melakukan pemeriksaan keua-

ngan 1431 H/2010. Menurut UU, se-

lesai dalam 3 bulan kemudian diserah-

kan kepada Presiden dan DPR. Salah

satunya nanti adalah penentuan biaya

penyelenggaraan ibadah haji.

Jadi, kita punya waktu memeriksa

selama 2 bulan. Kita targetkan selesai

kira-kira sekitar pertengahan sampai

akhir Mei. Nah, ini berbarengan de-

ngan pemeriksaan kinerja. Jadi, ada

dua tim yang kita buat, kemarin yang

saya tanda tangani, sekitar 61 peme-

riksa yang melakukan tugas itu.

Target kita, yang pemeriksaan ki-

nerja bisa lebih cepat, karena data

sudah ada pada waktu melakukan

pemeriksaan pendahuluan.

BPK akan mendukung kalau me-

mang pemerintah akan menyeleng-

garakan haji dengan baik, transparan,

dan akuntabel. Dukungannya dengan

cara melakukan pemeriksaan dan

memberikan rekomendasi, saran, bah-

wa ada temuan mau kita apakan. Be-

gitu juga DPR. DPR itu sangat percaya

kepada kita. Intinya itu.

Pihak Kementerian Agama akan membentuk Kantor Misi Haji Indo-nesia menggantikan Kantor Teknis Urusan Haji dan membentuk Komi-

si Pengawas Haji Indonesia, tangga-pan Anda?

Jadi begini, pada hasil pemeriksaan

kita yang dulu, memang penyeleng-

garaan haji pada level birokrasi di Je-

ddah, Mekkah, dan Madinah itu paling

tinggi dulu masih eselon IV. Rekomen-

dasi kita minimal eselon II, supaya bisa

mengimbangi. Untuk Komisi Penye-

lenggaraan Haji, itu memang amanat

UU yang harus dibentuk, dan itu baru

kemarin diproses Kementerian Agama.

Namun, kalau Kantor Komisi Haji me-

mang itu benar, salah satu rekomen-

dasi kita. Dan, menurut pengamatan

rekan-rekan yang sudah berapa kali

memeriksa, memang lebih bagus.

Bagaimana Anda melihat kon-disi penyelenggaraan haji di sana?

Kalau kita melihat lokasi di sana,

terutama di Armina, lokasi untuk orang

Indonesia, ya segitu-gitu saja. Nggak

tambah-tambah. Sementara kuota kita

tambah terus. Bisa dibayangkan, fasili-

tasnya tetap, kemudian jumlah haji

bertambah, pasti masalah semakin

banyak. Oleh pihak pengelola haji su-

dah diusahakan, akan tetapi tetap ada

kekurangan.

Jumlah haji yang mencapai 221.000

orang datang ke sana dengan ikh-

las menjalankan perintah Allah SWT.

Kalau ada kesulitan, mereka tenang-

tenang saja, karena niatnya ibadah

haji. Hanya saja, kemarin itu ada demo

mengenai uang selisih pemondokan.

Itu yang salah satu harus diselesaikan.

Untuk pemeriksaan kinerja, prosedur dan mekanismenya seper-ti apa?

Pada prinsipnya, pasti, performance indicator kita sepakati dengan kemen-

terian agama. Kemudian kita test, apa-

kah performance indicator ini tercapai

Anggota V BPK, Sapto Amal Damandari

“Minimalisasi Masalah

Haji dengan Sistem”

warta

bpk-

riant

o

20- 27 laporan khusus.indd 23 5/23/2011 10:35:42 PM

Page 11: 3. Hal 14-33

LAPORAN KHUSUS

24 Warta BPKAPRIL 2011

atau tidak. Nah, dari situ akan muncul

kesimpulan kita. Kemudian rekomen-

dasi kita tentang yang kita lihat.

Performance indicator seperti apa?

Balik lagi, hukum ekonomi, supply and demand. Yang namanya supply-

nya, masalah pemondokan, terutama

di Mekkah, kalau yang di Madinah saya

kira teratasi dengan baik. Di Mekkah,

pasokannya berupa rumah-rumah

untuk pemondokan di Mekkah, itu-itu

�������������������� ���� �� � �����

Paling hotel-hotel, yang pasti untuk

ONH plus. Namun, di rumah-rumah

yang disewa, bebe rapa hotel yang ti-

dak mewah, bertambahnya hanya se-

dikit. Padahal, seluruh negara masuk

dan pasti berebut. Sementara per-

syaratan rumah yang boleh disewakan

itu diatur oleh kementerian di Arab

Saudi dan kontraknya pakai bahasa

Arab.

Ini barangkali kita harus cermat

betul, kita harus ukur di situ. Kita ukur

performance-nya. Saya concern betul

masalah pemondokan itu, karena me-

mang di situ jamaah bisa khusyu beri-

badah. Untuk pemondokan di Mina,

menurut rekan-rekan yang memer-

iksa, sudah lebih bagus sekarang.

Bagaimana dengan masalah kuota?

Kita jangan emosional. Kuota kita

diperbanyak karena daftar tunggu.

Malaysia itu daftar tunggunya lebih

dari 20 tahun.

Malaysia itu kuotanya tidak seba-

nyak kita. Jadi, masalahnya beda de-

ngan kita. Jangan saling menyalahkan,

tetapi coba bangun bersama. Walau-

pun BPK pemeriksa, tetapi kita harus

bersinergi dengan pemerintah, bah-

kan juga dengan LSM.

Coba bayangkan, mungkin ada

orang yang sudah berumur 70 tahun

ke atas, baru dapat jatah untuk naik

haji. Tentu beda kalau yang berangkat

anak muda. Tentu tidak bisa melarang

yang tua naik haji, karena ini perintah

agama. Bahkan, mereka bilang saya

meninggal di sana adalah hal yang sa-

ngat mulia. Kita hadapi betul yang se-

��� � ����������� ���� ���� �!���������

Yang meninggal di ba’dalkan, dan se-

terusnya.

Dan, jangan salah, kementerian

kesehatan itu, mati-matian kerjanya.

Dokter dan paramedisnya betul-betul

luar biasa. Saya salut. Bahkan, pada

waktu itu, kita periksa klinik baru,

saya tanya satu per satu. Ternyata

kompensasi atau honor para dokter ini

ada yang lebih rendah dari ketentuan

kementerian agama. Maka, itu jadi

temuan kita, terus akhirnya saya cek

ke kementerian kesehatan, membayar

sisanya. Jadi, akhirnya sama. Mereka

mengucapkan terima kasih kepada

BPK.

Apakah ada perubahan dalam hal perbaikan kinerja penyelengga-raan haji?

Perubahan itu pasti ada, cuma dulu

parah, sekarang agak parah. Namun,

tidak mungkin nggak ada kekurangan

dalam penyelenggaraan haji. Misalnya,

melayani makan untuk 221.000 orang

bareng-bareng, ada masalah tidak?

Pasti ada. Hanya kalau bisa diminima-

lisasi masalah itu dengan sistem. Tidak

mungkin tanpa sistem.

Jadi, kita ke kementerian agama,

baik untuk keuangan maupun per-formance, minta sistemnya yang ba-

gus. Masalah keuangan itu, kebijakan

akuntansinya baru ditetapkan 2010.

Itu juga persoalan. Itu juga atas reko-

mendasi kita juga. Walaupun, kita

juga mempertanyakan kenapa hanya

dengan itu. Hubungannya dengan IAI

bagaimana.

Untuk meningkatkan pelaya-nan, Kementerian Agama dalam penye lenggaraan haji ini harusnya seperti apa?

Untuk meningkatkan pelayanan,

kementerian harus melakukan sesuai

dengan UU No.13/ 2008 tentang pe-

nyelenggaraan haji. Itulah yang harus

dilakukan. Semuanya diatur di sana.

Itulah tolak ukurnya. Kalau itu sudah

bisa dilaksanakan, semua pasti bisa.

Ujung-ujungnya di undang-undang.

Ka lau itu dilaksanakan saya yakin

pelayanan, penyelenggaraannya, dan

lain sebagainya akan sesuai dengan

harapan bersama.

Apa akar permasalahan sehing-ga penyelenggaraan haji belum op-timal?

Masalah supply and demand. Kemu-

dian menyelenggarakan sesuatu yang

sifatnya rutin tetapi banyak orang, itu

pasti akan ada masalah. Ini bisa dise-

lesaikan dengan sistem, transparansi,

dan akuntabilitas di dalam keuangan-

nya. Kalau transparansi dan akuntabi-

litasnya tinggi, saya kira pelayanannya

pasti bagus.

Bagaimana masalah pelayanan calon haji di dalam negeri sebelum keberangkatan?

Masih belum optimal. Contohnya,

mereka sudah melakukan manasik

dan sebagainya, akan tetapi calon ja-

maah itu beragam. Ada yang dari desa,

ada juga yang orang kota. Masih ada

jamaah yang bingung ke toilet. Kalau

ibadah, tidak ada masalah. Namun,

yang nonibadah itu masih ada.

Bagaimana dengan masalah haji nonkuota?

Salah satu temuan kita juga. Teru-

tama di Armina. Mereka tidak mempu-

nyai makan akhirnya ikut nimbrung,

ikut tidur dan sebagainya. Padahal,

sudah disediakan tenda khusus untuk

nonkuota. Namun, mereka tetap harus

dilayani. Meski begitu, itu bukan do-main-nya pemerintah Indonesia, teta-

pi Arab Saudi. Kemarin, sekitar 3.000

lebih yang diketemukan kementerian

agama. Biaya untuk general service

juga harus dibayar oleh Indonesia. Ini

kembali ke masalah lobi antara Indo-

nesia dan Arab Saudi. and

warta

bpk-

riant

o

20- 27 laporan khusus.indd 24 5/23/2011 10:35:43 PM

Page 12: 3. Hal 14-33

25Warta BPK APRIL 2011

Apa yang masih kurang dalam penyelenggaraan haji sampai saat ini?

Masih banyak. Kekurangan ini

tentunya menjadi bahan bagi kita.

Misalnya, kita ingin para jemaah haji

ini terlayani dari segi transportasi,

lancar, aman, nyaman. Harus dijamin

betul. Namun, Anda tahu ini berkaitan

dengan berbagai pihak. Kita sudah

minta, misalnya kepada pihak airlines

supaya betul-betul diperhatikan, mi-

salnya usia pesawat. Sebab, ini sangat

mempengaruhi. Kalau pesawatnya

tua dan rata-rata sering rusak. Supa-

ya ini tidak terjadi, bagaimana? Kita

����� � � �� � � �� ����� "�����

usia pesawat itu dimudakan. Ya, back up-nya juga harus selalu siap 24 jam.

Namun, yang namanya delay, kita

tidak bisa menduga. Wong itu mesin

“Dibilang Tidak Ada Persoalan kok Kelihatannya Mustahil”

Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama merasa sudah memenuhi tolok ukur keberhasilan operasional penyelanggaraan haji. Buktinya, mereka �������������� � �����dalam hal sistem manajemen mutu terkait dengan pelayanan pelayanan haji. Kalaupun ada kekurangan, tentu saja ada. Mengingat banyaknya jumlah jemaah haji ������� ����������� ����� �

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pelayanan penyelenggaraan haji, sekaligus sorotan berbagai kalangan mengenai potensi korupsi dan kenaikan biaya pelaksanaan ibadah haji, Warta BPK mewawancarai Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Slamet Riyanto. Berikut hasil wawancaranya.

kok. Pesawat baru juga kalau mesin-

nya ada trouble, tidak mungkin kita

berani menerbangkan. Risikonya be-

sar. Terbang 9 jam kalau di tengah

perjalanan terjadi masalah, apa yang

akan terjadi?

Soal penyediaan makanan, kita

sudah mencoba ya. Dalam jumlah

jemaah haji yang besar, sekarang ini

bagaimana mereka (jemaah haji) ti-

dak terganggu bahwa penyedia dan

pasokan makanan bisa tepat waktu.

Ada kekurangan dan kelebihan-

nya, dengan sistem prasmanan, yang

sekarang kita berlakukan di Armina,

itu orang antri. Bagaimana caranya?

Mau boks (nasi kotak) saja. Boks itu

juga kadang-kadang kita tidak bisa

menjamin. Memasaknya kita tidak

tahu. Mungkin masaknya tadi malam,

didistribusikan sekarang. Nah, po-

tensi untuk basi dan sebagainya. Kita

lagi mencoba bagaimana sistem yang

terbaik.

Slamet Riyanto

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama,

Slamet Riyanto :

20- 27 laporan khusus.indd 25 5/23/2011 10:35:48 PM

Page 13: 3. Hal 14-33

LAPORAN KHUSUS

26 Warta BPKAPRIL 2011

Masalah pemondokan juga se-

benarnya tidak pernah bisa tersele-

saikan. Ini menyangkut selera. Sama

dengan katering itu. Inginnya semua

orang itu dekat. Namun, Anda tahu

semua negara juga ingin di situ (Ring

I), bukan hanya Indonesia. Nah, inilah

keterbatasan areal ini, sehingga men-

jadi rebutan semua negara. Akhirnya

terjadi kompetisi, baik harga, kualitas,

segala macam. Di situlah kita berta-

rung.

Malaysia, yang sering dibanding-

kan dengan kita, kuota jemaah hajinya

hanya 26.000. Sementara Indonesia

sampai 221.000. Padahal, tahun 2010,

kita sudah di Ring 1 sekitar 62%.

Itu sudah seratusan ribu lebih

jemaah haji kita atau berapa

kali lipat jemaah haji Malaysia.

Jumlah jemaah haji di luar

Ring 1 juga masih banyak. Me-

reka yang sering mengeluhkan

kenapa tidak dapat pemondo-

kan di situ (Ring 1). Makanya,

dilakukanlah sistem undian.

Semua kepala kantor wilayah,

semua gubernur, kita hadirkan

di sini, untuk mengikuti undian

itu.

Nah, kita sosialisasikan hal

ini. Sepakat. Siapa saja dapat

hasilnya harus taat. Tidak mungkin

kalau seluruhnya kita tampung dalam

Ring 1. Pemerintah Arab Saudi juga

tidak ada lahan. Apalagi, ada pem-

bongkaran di wilayah Masjidil Haram,

rumah-rumah semakin jauh. Orang

Malaysia, India berani dengan harga

tinggi, pasti orang Arab akan jual ke-

pada mereka.

Apa saja perbaikan yang sudah dilakukan dalam penyelenggaraan haji ini?

Alhamdulillah, kita sudah men-

�������� ��� � ���� #"$�� &�� �� �����

mempunyai sistem manajemen mutu.

Sudah jauh lebih jelas urut-urutan-

nya penyelenggaraan haji. Jadi, kami

membuat tolok ukur keberhasilan

operasional penyelenggaraan haji. Itu

ada empat.

Pertama, seluruh jemaah haji yang

terdaftar dalam kuota tahun berjalan

ini, misalnya masuk 2010 atau 2011,

seluruhnya bisa diberangkatkan ke

Arab Saudi. Sebab ini tidak mudah.

Karena banyak perusahaan penye-

lenggaraan haji swasta yang jemaah-

nya hanya ratusan, atau kurang dari

seratus, itu kadang-kadang tidak bisa

diberangkatkan. Ada yang sampai Ja-

karta saja. Ada yang tertahan di Kuala

Lumpur. Padahal, itu jumlahnya bisa

dihitung dengan jari.

Namun, yang dilaksanakan oleh

pemerintah, tidak ada yang keting-

galan satu pun di sini. Kecuali karena

wafat, sakit [tidak diperbolehkan dok-

ter], atau pengunduran diri karena

alasan sendiri. Itulah termasuk salah

satu keberhasilan.

Kedua, setelah sampai di Arab

Saudi, mereka memperoleh pelaya-

nan transportasi, akomodasi, dan

konsumsi. Semuanya. Tidak ada satu

pun yang tertinggal. Perkara, itu ada

kekurangannya, namanya juga orang

banyak.

Ketiga, seluruh jemaah haji yang

sudah berada di Arab Saudi ini, bisa

melaksanakan ibadah wukuf. Sebab,

haji itu ada di Arafah. Kalau tidak wu-

kuf, dia tidak sah. Nah, itu seluruhnya

kita layani. Jemaah haji yang sakit,

kita bawa semua, pakai ambulan. Na-

������� ���� �!���������'�� �����-

ka dalam proses ini wafat, belum haji,

kita ba’dal hajikan. Artinya, ada yang

menggantikan, melempar jumrahnya,

dan tahapan-tahapan ibadah haji lain-

nya.

Keempat, seluruh jemaah haji yang

telah selesai menjalankan ibadah haji,

ini bisa dikembalikan. Pulang ke Ta-

nah Air. Tidak ada yang ketinggalan.

Semuanya bisa pulang, dan sesuai

dengan jadwal yang telah kita tentu-

kan. Kecuali bagi mereka yang dalam

keadaan sakit, tidak bisa dipulangkan.

Itu kita rawat sampai selesai. Nah, be-

gitu selesai perawatan, masih tinggal

di sana, kita pulangkan kemudian.

Jadi, perlindungan dan pelayanan

kepada jemaah haji, menurut saya, itu

����������������������� �� � ����

Apa yang Anda lakukan agar penyelenggaraan haji ini transpa-

ran dan akuntabel?Kami sudah membuat

aturan agar ditaati supaya

berjalan sesuai dengan ke-

tentuan itu. Misalnya, ten-

tang keuangan. Kita sudah

pakai sistem akuntansi. Se-

tiap selesai operasional haji,

neraca keuangan segera kita

laporkan. Sesuai aturan yang

berlaku, 2 bulan, bahkan se-

bulan setelah selesai opera-

sional haji, kita umumkan di

media massa. Supaya ma-

syarakat tahu neraca keua-

ngan penyelenggaraan haji.

Itu akuntabilitasnya.

Kemudian sistem pendaftaran

juga sudah kita benahi. Supaya tidak

ada lagi calon haji yang saling menya-

lip. Ini juga menghindari adanya per-

caloan.

Rekruitmen petugas juga saat ini

begitu ketat dan berlapis-lapis. Dari

tingkat II sampai embarkasi kemu-

dian sampai tingkat nasional untuk

���������� ���� � �� � ����� ����-

dai sebagai seorang petugas. Semua-

nya ini diarahkan demi kenyamanan

dan peningkatan pelayanan kepada

jemaah haji.

Ada keluhan soal kenaikan bi-aya pelaksanaan ibadah haji, tang-gapan Anda?

Soal biaya ini memang menarik

karena memang menyangkut soal

kepentingan masyarakat, terutama

jamaah haji. Inginnya biaya murah

20- 27 laporan khusus.indd 26 5/23/2011 10:35:49 PM

Page 14: 3. Hal 14-33

27Warta BPK APRIL 2011

tetapi pelayanan bagus. Namun, apa

hukum ekonomi seperti itu? Kan ti-

dak. Makin bagus pelayanan itu, ma-

kin tinggi biaya.

Nah, pemerintah sudah berusaha

sedemikian rupa untuk mencoba

memberikan yang terbaik. Tentunya,

tidak sebatas yang kita mampu kare-

na supaya Anda tahu, bahwa haji ini,

untuk dibilang tidak ada persoalan

kok kelihatannya mustahil. Karena

mengurusi sekian banyak orang.

Mengurus 221.000 manusia di nega-

ra orang. Kita mengurus sedikit saja

di dalam negeri, selalu ada masalah.

Apalagi ini. Jadi, ya tidak mungkin ka-

lau tidak ada masalah.

Apa kaitannya dengan biaya tadi?

Besaran biaya ini yang menen-

tukan bukan hanya Kementerian

Agama. Mekanismenya sudah dibuat

oleh UU. Jadi, dibahas bersama de-

ngan Komisi VIII DPR. Komponen per

komponen kita bahas. Nah, setelah

mendapatkan kesepakatan, baru

Men teri Agama bersama-sama de-

ngan komisi VIII DPR mengadakan

rapat kerja untuk mengesahkan. Lalu,

disahkanlah biaya haji itu. Selanjut-

nya, diusulkan kepada Presiden un-

tuk ditetapkan.

Jadi, saya kira sudah sangat terbu-

ka membahas biaya haji itu. Karena

melibatkan wakil-wakil rakyat. Kecu-

ali kalau Kementerian Agama sendiri

yang menyusun. Ini dibahas bersama.

Menyangkut biaya penerbangan

yang dianggap mahal, perusahaan

penerbangannya juga dipanggil di

DPR. Itu dibahas bersama-sama.

Perkara hitung-menghitung orang

masing-masing, itu bisa saja berbeda.

Sebagai salah satu contoh, KPK

ikut melakukan pendampingan ke-

pada kami. Melakukan kajian terha-

dap manajemen haji ini. Jadi, waktu

unsur KPK ini mau berangkat ke Arab

Saudi, kita sudah bicara dengan KPK,

silakan dengan haji saja.

Artinya, melalui tiket pesawat

haji. Supaya, biayanya lebih murah,

mestinya begitu. Karena itu sudah

ditetapkan bersama-sama dengan

Komisi VIII. KPK ingin mencari lebih

murah, ternyata harga tiketnya lebih

mahal daripada harga tiket jamaah

haji. Itu salah satu contoh. Jadi, soal

harga ini, bisa bandingkan.

Jadi, saya kira, kita tidak usah

memperdebatkan yang seperti itu.

Asal, ini dipertanggungjawabkan dan

transparan penyusunannya.

Apa saja komponen yang mem-buat biaya pelaksanaan ibadah haji naik dari tahun ke tahun?

Yang jelas komponen penerban-

gan. Biaya tiket. Itu sudah 54% dari

total biaya haji. Sekarang harga fuel, harga BBM terombang-ambing ti-

dak karuan. Apalagi kalau maskapai

pener bangan mau menaikkan tiket?

Ya bagaimana kita tidak mau menaik-

kan harga tiket, wong jelas-jelas naik.

Biaya lainnya yang paling besar,

sekitar 40% lebih, ada di Arab Saudi.

Di sini, hanya sekitar 3% atau 2,9%.

Biaya dalam negeri, tidak ada pe ng a-

ruhnya itu. Biaya dalam negeri itu,

makan di embarkasi, bikin paspor,

dan segala macam itu.

Dalam penyelenggaraan haji ini rawan korupsi, seperti penge-lolaan Dana Abadi Umat (DAU). Tanggapan Anda?

����� ������ kami istiqomah pada

aturan. Jadi, kalau dikatakan rawan

korupsi, hampir semua, dimana-

mana rawan korupsi, bukan hanya

di situ saja. Tergantung orang dan

aturannya.

Sampai sekarang, kita belum bera-

ni menggunakan DAU. Sejak Menteri

Agama Maftuh Basuni sampai seka-

rang, DAU belum digunakan sama

sekali. Pasalnya, Peraturan Pemerin-

tah (PP) atau Keputusan Presiden

����� ��������� ����� � � ������ � �����

Jadi, belum bisa digunakan. DAU dila-

porkan tiap bulan, tahun, bunganya

ada, semuanya ada. Tidak ada yang

dikorupsi. and

20- 27 laporan khusus.indd 27 5/23/2011 10:35:50 PM

Page 15: 3. Hal 14-33

28 Warta BPKAPRIL 2011

ANTAR LEMBAGA

PRESIDEN Susilo Bambang

Yudhoyono didampingi Wakil

Presiden Budiono mengge-

lar rapat terbatas di Kantor

Kepresidenan pada 7 April mengenai

�� ��� � � ���� �� �� � �����-

naan anggaran. Presiden senantiasa

mengintruksikan untuk melakukan

�������� �� ��� � � ���� �� �� �

penggunaan anggaran negara, baik

yang berlaku di jajaran pemerintahan

pusat maupun daerah. Ini dilakukan

presiden karena masih terjadi peng-

gunaan anggaran negara yang tidak

�� ������ ������ ��������� ���������

“Kondisi ini tentu tidak boleh kita

biarkan. Oleh karena itu, kita bertekad

untuk melakukan optimalisasi dan

�� �� � ���������� ��������� ����-

ra ,” kata Presiden ketika menggelar

jumpa pers seusai rapat.

*������������������� �� ������-

ran negara diterbitkan Instruksi Pres-

iden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2011.

Presiden menginstruksikan kepada

Berhemat Demi Optimalkan AnggaranInstruksi presiden mengenai penghematan anggaran minimal 10% kepada kementerian dan lembaga tertentu dikeluarkan. Bukti masih terjadi penggunaan anggaran negara yang tidak optimal, tidak efisien, dan tidak tepat.

kementerian dan lembaga tertentu

untuk melaksanakan penghematan

anggaran minimal 10% pada tahun

berjalan.

“Penghematan itu, terutama kita

lakukan dengan mengurangi overhead cost atau biaya administrasi,” katanya.

Dalam inpres ini, jelasnya, juga

termuat langkah penghematan seperti

pembatasan perjalanan dinas, penye-

lenggaraan workshop atau seminar.

“Sebab saya mendapatkan informasi,

ada perjalanan dinas sebuah lem-

baga yang memakan waktu lebih dari

50% dari hari kerja. Persoalannya,

apakah harus sesering itu dan bera-

pa besar biayanya. Tentu informasi

� � ����� � ���� � �� � ���� � ��������

Presiden SBY mengintruksikan efisiensi anggaran

warta

bpk-

riant

o

28- 29 antar lembaga.indd 28 5/23/2011 10:38:58 PM

Page 16: 3. Hal 14-33

29Warta BPK APRIL 2011

pengecekan atas akurasinya,” kata

Presiden.

Langkah penghematan yang lain,

melakukan pembatasan pengadaan

kendaraan dinas, membatasi pem-

bangunan gedung, kantor, dan rumah-

rumah dinas, baik di pusat maupun di

daerah. “Kalau tidak memiliki urgensi

dan sungguh diperlukan dan fasilitas

yang lama masih memadai dan masih

cukup, tentu tidak diperlukan penam-

bahan ataupun pembangunan.”

Presiden menjelaskan melalui

inpres tersebut pemerintah telah

melakukan sejumlah penghematan

dalam APBN 2011 tahun berjalan ini.

Tercatat bisa dihemat dana sebesar

Rp16,8 triliun. Rencananya angga-

ran Rp16,8 triliun itu akan dialirkan

untuk keperluan pembangunan in-

frastruktur atau untuk pos-pos yang

lebih produktif atau untuk menam-

bah anggaran program pengurangan

kemiskinan. Selain itu, tuturnya, juga

akan dijadikan sebagai dana cada-

ngan.

Presiden mengharapkan mulai

APBN 2012 dapat memangkas biaya

administrasi atau overhead cost. Se-

bagai gantinya akan memperbesar

pos untuk belanja modal yang dapat

menyumbang pertumbuhan sehingga

bisa mengurangi pengangguran, dan

kemiskinan.

Dengan demikian, APBN 2012

����� � ��� �� �� ��� ���� ��� �� �� ����

dalam penggunaan anggaran negara.

“Saat ini untuk APBN 2012, sedang

kita rancang yang nantinya akan kita

bahas bersama DPR,” kata Presiden.

Melalui forum ini, Presiden juga

menghimbau kepada semua peng-

guna dan pengelola anggaran negara

untuk melakukan penertiban optima-

� ���� �� �� � ������ �����������

gedung-gedung. Artinya pembangu-

nan gedung atau perkantoran bisa di-

laksanakan bila sangat diperlukan dan

memiliki urgensi yang tinggi.

Selama ini, tuturnya, dirinya ma-

sih melihat gedung dan bangunan

yang dibangun, baik di pusat maupun

daerah termasuk rumah jabatan yang

menyolok di beberapa daerah. Bah-

kan, presiden masih melihat ada yang

berlebihan dan mewah. Sementara di

sekelilingnya, prasarana publik seper-

ti air bersih, jalan, puskesmas, dan

prasarana pendidikan masih kurang.

“Ironisnya lagi di tengah gedung-

gedung megah itu berdiri, angka ke-

miskinan masyarakat di sekitarnya

masih relatif tinggi. Ini yang mesti

kita koreksi dan tidak boleh terjadi di

masa depan,” kata Presiden.

Pemerintah telah memiliki sejum-

lah peraturan mengenai standar ba-

ngunan dan gedung yang dikeluarkan

oleh Kementerian Pekerjaan Umum

dan Kementerian Dalam Negeri. Stan-

dar ini dikeluarkan agar bangunan

tidak melebihi kepatutannya, dan

se suai dengan biaya yang bisa dise-

diakan oleh negara.

Presiden juga mengajak para

pimpinan lembaga negara nonpeme-

rintah, para menteri, pimpinan lem-

baga pemerintah nonkementerian,

serta para gubernur sebagai pengelola

keuangan di daerah, dalam me ngelola

keuangan melakukan langkah op-

� ��� � � ���� �� �� � ����������

anggaran negara.

“Maka besar harapan saya, dalam

tahun berjalan ini benar-benar dilak-

��������� �� ������� ��� � � ����

Kalau kita merasa ada yang belum

�� ��������������� ������� ��� ��

kita lakukan perubahan,” tegas Pre-

siden. bw

28- 29 antar lembaga.indd 29 5/23/2011 10:38:58 PM

Page 17: 3. Hal 14-33

30 Warta BPKMARET 2011

PROFESI

SEBAGAI Ketua Umum IAPI Tia

Adityasih patut bersyukur. Pa-

salnya, setelah menanti cukup

lama, akhirnya profesi akuntan

publik memiliki payung hukum beru-

pa UU Akuntan Publik. Peraturan yang

disahkan DPR pada 5 April itu kini te-

ngah menanti diteken Presiden.

“Kami merasa bersyukur profesi

akuntan publik kini memiliki payung

hukum yang kuat,” kata Tia ketika dite-

mui Warta BPK di ruang kerjanya, be-

lum lama ini.

Bagi profesi ini, paparnya, keha-

diran UU memang sudah lama dinanti.

Bahkan, rancangan UU Akuntan Publik

sudah mulai dibahas sejak 2002. Na-

mun, Tia tidak tahu persis mengapa

baru sekarang ini UU itu disahkan.

“Dengan adanya undang-undang ini

kita dapat menata kembali profesi

akuntan publik dengan baik,” katanya.

Sekalipun Tia mengaku bahwa

substansi UU ini sebenarnya juga tidak

jauh berbeda dengan, payung hukum

profesi akuntan publik sebelumnya,

yakni Keputusan Menteri Keuangan

No. 17/ 2008. Bedanya, dalam UU

ini ada beberapa klausul tambahan.

Seperti adanya ketentuan pidana dan

aturan mengenai akuntan publik asing

yang akan berpraktik di Indonesia.

Selain itu, beleid yang mengatur

profesi akuntan publik sekarang ini

sudah lebih tinggi kedudukan hukum-

nya karena diatur dalam UU. “Selama

ini kami menjalani profesi ini hanya

berdasarkan Keputusan Menteri Keua-

ngan,” jelasnya.

Tia menyayangkan jika selama

pembahasan rancangan UU akuntan

publik, asosiasi tidak pernah dilibat-

kan. Kalaupun dilibatkan, tegasnya,

hanya sebatas dimintai keterangan

saja. Sementara yang memutuskan

pihak Pemerintah. Pihaknya tidak per-

nah diajak duduk bersama untuk me-

mutuskan substansi dari UU Akuntan

Publik. Sehingga timbul kekhawatiran

isi UU ini tidak sesuai dengan keingi-

nan anggota.

Dia sempat menanyakan hal itu,

tetapi alasannya panitia yang mem-

buat rancangan UU adalah antarde-

partemen, sehinga tidak mungkin

meli batkan profesi. “Saya hanya

merasa heran membuat sebuah aturan

mengenai profesi akuntan publik, teta-

pi tidak melibatkan pelaku profesi itu

sendiri.”

Begitu disahkan, Tia melihat ada

beberapa klausul yang belum me-

menuhi aspirasi profesi. Salah satu-

nya mengenai ketentuan pidana bagi

profesi ini. Sebelumnya disebutkan,

akuntan publik yang tidak menjalan-

kan standar yang ditetapkan dian-

cam pidana. Tia mengaku keberatan

dengan ketentuan tersebut. Sebab

kesalahan akuntan publik yang tidak

menjalankan standar itu sifatnya per-

data. Sementara standar akuntan pu-

blik yang digunakan auditor itu bukan

produk hukum. “Jadi rasanya tidak pas

jika seorang akuntan publik yang tidak

sengaja melakukan pelanggaran stan-

dar dikenai pasal pidana.”

Dengan keberatan IAPI, ketentuan

pasal itu akhirnya diganti. Kini, sebagai

gantinya akuntan publik yang melaku-

kan kesengajaaan melanggar standar

diancam hukuman 5 tahun. Hanya saja,

persoalannya masih ada yang meragu-

kan atas kemampuan penyidik untuk

memeriksa profesi akuntan publik.

Menurut Tia, seharusnya akuntan

publik yang melakukan pelanggaran

terlebih dahulu diperiksa di komite

Ketua Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Tia Adityasih

Menata Ulang Profesi Akuntan Publik

Lahirnya UU Akuntan Publik menuntut Ketua Umum

IAPI untuk membenahi organisasi. Salah satunya, melakukan restrukturisasi

kepengurusan dan melakukan perubahan

Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (ADRT).

Tia Adityasih, Ketua Umum IAPI

warta

bpk-

bamb

ang w

.

30 - 31 profesi.indd 30 5/23/2011 10:42:15 PM

Page 18: 3. Hal 14-33

31Warta BPK MARET 2011

independen. Di komite inilah akuntan

publik yang melakukan pelanggaran

diperiksa terlebih dahulu. Bila nanti

terbutki melakukan kesalahan yang

disengaja, baru dilimpahkan ke proses

hukum.

Tia berharap sanksi pidana bisa

diatur dengan peraturan pemerin-

tah yang lebih jelas. Artinya, bila ada

akuntan publik yang melanggar stan-

dar profesi harus diperiksa terlebih

dahulu oleh komite yang memahami

profesi. Bila ada tindak pidana, baru

kemudian dilimpahkan ke penegak

hukum.

Akuntan asingMengenai adanya ketentuan akun-

tan publik asing, selama ini tidak per-

nah ada kantor akuntan publik asing

yang berpraktik di Indonesia. Namun,

yang ada adalah kantor akuntan pu blik

+:;�<������������ � � ��������:;���-

ing.

Meski begitu, dirinya tidak ke-

beratan jika dalam UU Akuntan Pu-

blik membuka peluang pihak asing

membuka praktik di Tanah Air. Hal ini

dilakukan untuk mengantisipasi era

perdagangan bebas pada 2015 dan

masuknya akuntan publik asing ke In-

donesia. Oleh karena itu, UU ini meng-

atur mengenai ketentuan yang harus

dipenuhi akuntan publik asing yang

berniat beroperasi di Indoensia.

Dengan adanya UU, IAPI juga akan

membenahi organisasi. Salah satunya

melakukan restrukturisasi kepengu-

rusan dan mengubah AD/RT.

Selama ini banyak kendala yang di-

hadapi dalam membina para akuntan

publik di antaranya kasus maraknya

praktik akuntan palsu. Bahkan, IAPI

juga sudah beberapa kali melaporkan

akuntan publik palsu ke polisi. Namun,

hingga kini tak kunjung ada tinda-

kan. Hal ini disebabkan adanya kerja

sama antara akuntan palsu dan pihak

klien nya. Dengan adanya UU Akuntan

Pu blik diharap dapat memberantas

akuntan publik palsu karena dapat di-

jerat hukuman penjara 6 tahun.

Dalam UU itu juga diatur mengenai

kewenangan IAPI untuk menyusun

standar, menyelenggarakan pendidi-

kan, dan melakukan kajian. IAPI juga

memiliki peran untuk meningkatkan

kompetensi anggotanya. Pasalnya, da-

lam UU disebutkan mengenai keharu-

san akuntan publik untuk meningkat-

kan kompetensinya melalui pendidi-

kan dan pelatihan.

Untuk menjaga kode etik profesi,

IAPI kini juga sudah mengeluarkan

kode etik akuntan publik yang sudah

mengadopsi standar international.

Bila melanggar sejumlah sanksi harus

ditanggung di antaranya pembekuan

anggota.

IAPI juga memiliki badan peng-

kaji mutu yang tugasnya melakukan

review atas kertas kerja. Tujuannya,

untuk mengetahui apakah akuntan pu-

blik tersebut dalam memberikan opini

sudah sesuai dengan standar yang diu-

ji melalui kertas kerja.

“Jika, dalam pengujian, terbukti

melakukan pelanggaran standar maka

akuntan publik tersebut akan diberi-

kan sanksi berupa peringatan sampai

pembekuan anggota. Review mutu

ini dilakukan dalam rangka membina

anggota,” kata Tia.

Untuk menindaklanjuti pengaduan

masyarakat terhadap kenakalan akun-

tan publik, dalam IAPI juga ada De-

wan Kehormatan Profesi dan Dewan

Pengawas. Tugasnya yaitu melakukan

pengawasan tehadap pengurus dalam

melaksanakan jalannya IAPI. Adapun,

Dewan Kehormatan diberi mandat

menindaklanjuti pengaduan masyara-

kat.

Selama ini profesi akuntan publik

dianggap kurang menarik, padahal

pasar akuntan publik itu besar sekali.

Dengan adanya payung hukum yang

kuat dan regulasi yang jelas, diharap-

kan profesi akuntan publik di masa

yang akan datang akan menjadi profesi

yang menarik bagi masyarakat. bw

Akuntansi dan kepribadian yang menyukai tantangan

KIPRAH wanita kelahiran Jakarta pada 1954 dalam organisasi akuntan publik

bermula ketika dia menjadi anggota Ikatan Akuntan Publik – Seksi Akuntan Pu blik

(IAI-SAP). Keterlibatannya dalam organisasi akuntan membuat dirinya terlibat

dalam seluk beluk perubahan IAI-SAP menjadi Ikatan Akuntan Indonesia – Kom-

partemen Akuntan Publik Indonesia (IAI - KAP) pada 1994.

Selanjutnya melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI – KAP pada 24 Mei

2007 dibentuklah Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan maksud sebagai

organisasi yang independen dan mandiri.

Boleh jadi memilih profesi sebagai akuntan publik bagi Tia memang tak lepas

dari kepribadiannya yang menyukai tantangan. Apalagi anak bungsu dari empat

bersaudara itu sejak kecil, menyukai permainan anggar. Bahkan, hobi ini mengan-

tarkannya dalam kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) Ke-7 pada 1967, di

Surabaya. Hobi ini pun masih dibawa ketika dia melanjutkan pendidikan tinggi di

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Indonesia.

Keinginannya untuk menjadi wanita yang mandiri selalu ada dalam setiap

langkahnya. Hal ini ditunjukkan ketika melakoni sebagai mahasiswi pada pergu-

ruan tinggi terkemuka di Indonesia dengan cara meminta orangtuanya tidak terli-

bat dalam pembiayaan kuliah. Bahkan, menginjak semester IV, dia sudah ditawari

bekerja di perusahaan swasta. “Saat itu saya kuliah sambil bekerja karena ingin

mandiri,” kenangnya.

Setelah lulus dari perguruan tinggi pada 1980-an, Tia bekerja di kantor akun-

tan. Tak lama kemudian dia kembali bekerja di perusahaan swasta di bagian akun-

tansi. Namun, akhirnya dia kembali bekerja di kantor akuntan.

Karirnya di dunia akuntansi semakin cemerlang. Berbekal pengalaman beker-

ja di kantor akuntan, pada 1990 Tia mendirikan sendiri kantor akuntan publik

bernama Kantor Akuntan Publik Tia Adityasih & Rekan. Kini dia juga menjadi

tenaga ahli di BPK Bidang Pengembangan Profesi Akuntan dan Peningkatan Kua-

litas Pemeriksaan. (bw)

30 - 31 profesi.indd 31 5/23/2011 10:42:15 PM

Page 19: 3. Hal 14-33

AKSENTUASI

32 Warta BPKMARET 2011

PROFESI akuntan publik

mendapat kado istimewa.

DPR mengesahkan ranca-

ngan undang-undang ten-

tang Akuntan Publik menjadi UU

pada 5 April 2011. Persetujuan itu

diperoleh secara aklamasi melalui

rapat paripurna DPR yang dipimpin

Wakil Ketua DPR Pramono Anung.

Dengan demikian profesi ini memiliki

landasan hukum setingkat dengan

UU. Sebelumnya, hanya diatur me-

lalui peraturan Menteri Keuangan.

Salah satu yang diatur dalam UU

ini yakni mengenai pembagian ke-

wenangan yang jelas antara Menteri

Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan

Publik, dan Komite Profesi Akuntan

Publik. Menteri Keuangan berwenang

melaksanakan fungsi perizinan, pem-

binaan dan pengawasan terhadap

akuntan publik dan kantor akuntan

publik.

Adapun, Asosiasi Profesi Akuntan

Publik berwenang menyusun standar

profesi akuntan publik, menyeleng-

�������� �� ��� ��� � �� � ���� � ����

pendidikan profesional berkelanju-

tan serta melakukan review mutu

bagi anggotanya.

Komite Profesi Akuntan Publik

berwenang memberikan pertimba-

ngan kepada Menteri Keuangan.

Selain itu, berfungsi sebagai lem-

baga ban ding atas pengenaan sanksi

adminis trasi terhadap akuntan pub-

lik dan kantor akuntan publik.

Untuk menghambat pertumbu-

han akuntan publik asing yang bere-

dar di Indonesia, UU AP mengatur

mengenai keberadaan kantor akun-

tan publik asing yang berpraktik di

Indonesia. Ada sejumlah syarat yang

mesti dipenuhi di antaranya diharus-

kan untuk bekerja sama dengan be-

berapa kantor akuntan publik lokal

Indonesia. Tujuannya, kantor akun-

tan publik asing yang akan beroper-

asi di Indonesia harus menggunakan

nama kantor akuntan publik yang di-

ajak bekerja sama. Selain itu, akuntan

pu blik asing juga harus menjadi ang-

gota Asosiasi Profesi Akuntan Publik.

Selain itu, kantor akuntan publik

Profesi Akuntan Publik Dilindungi UUDPR telah mengesahkan Undang-Undang Akuntan

Publik (UU AP). Upaya untuk melindungi akuntan publik

dalam menjalankan profesinya dan langkah awal untuk

pembenahan profesi.

asing juga harus mengikuti prosedur

dan lingkungan serta mampu berba-

hasa Indonesia. Akuntan publik asing

dapat beroperasi di Indonesia setelah

ada perjanjian saling pengakuan

atau mutual recognition agreement

antara menteri keuangan Indonesia

dengan menteri keuangan negara

asal akuntan publik tersebut. Oleh

karena itu, pemerintah memberi ba-

tas waktu maksimal 1 tahun kepada

kantor akuntan publik asing untuk

mendapatkan mitra terhitung sejak

UU AP disahkan pada 5 April 2011.

Auditor Utama Keuangan Negara

VII BPK Ilya Avianti menyambut baik

disahkannya UU ini. Dengan adanya

UU AP, kedudukan profesi akutan pu-

blik kedepan menjadi lebih jelas.

“Selama ini profesi akuntan pu-

blik memang belum memiliki UU.

Kalaupun pernah ada tetapi belum

menyentuh profesi akuntan pubik.

Ambil contoh UU No. 34/1954 hanya

mengatur mengenai gelar akuntan.

Begitu juga ketentuan mengenai ujian

nasional akuntan. Sudah selayaknya

profesi ini didukung dengan per-

Ilya Avianti

warta

bpk-

riant

o

32 - 33 akentuasi.indd 32 5/23/2011 10:45:50 PM

Page 20: 3. Hal 14-33

33Warta BPK MARET 2011

aturan setingkat UU,” katanya.

Menurut dia, UU AP merupakan

kemajuan bagi profesi akuntan. De-

ngan begitu dalam melakukan prak-

tek ada ketentuan hukum yang me-

lindungi dan mengayomi. Di sisi lain,

UU itu bisa menjadi bekal bagi pro-

fesi akuntan publik untuk melakukan

pembenahan. “Juga akan mendorong

terwujudnya profesi akuntan publik

yang berkualitas dan dapat bersaing

di tingkat glo bal.”

Secara substansi, tambahnya,

UU baru ini sudah mengatur secara

kese luruhan seluk beluk profesi ini.

“De ngan adanya UU AP organisasi

profesi memiliki peran yang pent-

ing dalam meningkatkan kemampuan

dan melindungi anggota,” tegas Ilya.

Menyinggung mengenai adanya

ketentuan pidana dalam UU terse-

but, Ilya membenarkan ada seba-

gian kalangan akuntan publik yang

keberatan. “Bukan berarti profesi ini

tidak mau diatur, akan tetapi mereka

melihat ada nya ketidaksetaraan de-

ngan profesi lainnya karena profesi

lain tidak diatur pidana.”

Dia menilai pemerintah memiliki

maksud tertentu dengan ketentuan

pidana tersebut. Apalagi, profesi ini

selalu berkaitan dengan uang sehing-

ga pemerintah melihat riskan dengan

kriminalitas.

“Kita lihat sisi positifnya. Paling ti-

dak dengan adanya ketentuan pidana

tersebut, para akuntan publik akan

lebih berhati-hati dan tak main-main

karena ada sanksi pidana,” kata Ilya.

Akuntan PalsuMenurut dia, persoalan di profesi

akuntan publik ini perlu mendapat

perhatian yakni menyangkut adanya

akuntan palsu. “Ini sudah sering ter-

jadi. Hanya saja, akuntan palsu itu

memang belum ter-cover dalam UU

AP karena ini mengatur anggota. Se-

harusnya polisi yang harus menang-

kap karena itu pidana. Pasalnya, di

mana saja yang palsu itu tidak bisa di

undangkan.”

Saat ini, sudah banyak dilaporkan

ke polisi tetapi tidak bisa ditindak

karena tidak ada dasar hukumnya.

Untuk itu, pemerintah perlu mencari

formula untuk memangkas akuntan

publik palsu dan perlu adanya sanksi

tegas bagi pelaku.

Selain itu, pengguna jasa akuntan

publik juga bisa kenai sanksi. Sering-

kali antara pengguna dengan akun-

tan palsu saling bekerja sama. Akibat-

nya polisi juga tak bisa menangkap

akuntan palsu.

“Adanya sanksi pidana dalam UU

AP hanya untuk anggota saja. Sekali-

pun begitu yang bukan akuntan pub-

lik mengaku jadi akuntan publik itu

harus ada perlakuan,” kata Ilya.

Mengenai adanya ketentuan me-

ngenai akuntan publik asing, selama

ini belum ada yang berpraktek di In-

donesia. Kalaupun ada hanya sebatas

mereknya. Semen-

tara yang berprak-

tek tetap akuntan

publik lokal.

Meski begitu,

di era pasar bebas

nanti, masuknya

akuntan publik

a sing tidak bisa

dihindari. Oleh

karena itu, dalam

UU AP diatur me-

ngenai akuntan

publik asing de-

ngan memberikan

sejumlah batasan

seperti harus bisa

berbahasa Indo-

nesia atau me-

nguasai hukum di

Indonesia

Selama ini,

BPK juga melaku-

kan evaluasi ter-

hadap akuntan pu-

blik yang mengaudit BUMN. Hasilnya

masih ba nyak akuntan publik yang

berlum memenuhi kriteria. Artinya,

kualitas belum seperti yang diharap-

kan. Dengan kata lain, profesi ini ma-

sih perlu terus dibina.

Ilya berharap dengan adanya UU

AP ini para praktisi bisa menata diri.

Seperti meningkatkan pendidikan

para akuntan publik dan melakukan

pengawasan juga harus lebih baik.

Sebab profesi ini juga menjanjikan.

bw

Demo memberantas akuntan palsu

istim

ewa

32 - 33 akentuasi.indd 33 5/23/2011 10:45:50 PM