16
20 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Dasar Perancangan 3.1.1 Landasan Teori Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa wanita penderita depresi ringan memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut: Berdasarkan data dari Lubis (2009) didapati bahwa kondisi penderita depresi ringan adalah: - Tidak percaya diri/malu - Sensitif - Merasa diri tidak berguna - Merasa bersalah - Merasa terbebani Dengan kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita penderita depresi ringan akan merasa malu sehingga membutuhkan ruang yang privat. Berdasarkan data dari Meier (1994). Jakarta: BPK Gunung Mulia” didapati bahwa kondisi penderita depresi ringan adalah: - Sedih /murung - Mengalami penderitaan saat berpikir - Mengalami kekuatiran yang berlebihan - Merasa terbebani - Pikirannya berubah kacau Dengan kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita penderita depresi ringan takut merasa sendiri dan terisolasi sehingga membutuhkan ruang yang tidak mengungkung mereka. Melalui penggabungan keduanya, maka lahirlah sebuah konsep sebuah panti rehabilitasi yang membuat penghuninya dapat merasa privat tetapi tidak terkungkung. Konsep ini menjadi konsep utama yang menjawab permasalahan disain, dimana melalui adanya panti rehabilitasi ini, wanita penderita depresi ringan dapat

3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Dasar …...Konsep dasar perancangan ini akan dipakai dalam pendekatan, tata letak massa, pengolahan tampak, hingga pendalaman. 3.2 Fasilitas Proyek

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 20

    Universitas Kristen Petra

    3. PERANCANGAN BANGUNAN

    3.1 Konsep Dasar Perancangan

    3.1.1 Landasan Teori

    Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, dapat disimpulkan

    bahwa wanita penderita depresi ringan memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:

    Berdasarkan data dari Lubis (2009) didapati bahwa kondisi penderita

    depresi ringan adalah:

    - Tidak percaya diri/malu

    - Sensitif

    - Merasa diri tidak berguna

    - Merasa bersalah

    - Merasa terbebani

    Dengan kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita penderita

    depresi ringan akan merasa malu sehingga membutuhkan ruang yang privat.

    Berdasarkan data dari Meier (1994). Jakarta: BPK Gunung Mulia”

    didapati bahwa kondisi penderita depresi ringan adalah:

    - Sedih /murung

    - Mengalami penderitaan saat berpikir

    - Mengalami kekuatiran yang berlebihan

    - Merasa terbebani

    - Pikirannya berubah kacau

    Dengan kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita penderita

    depresi ringan takut merasa sendiri dan terisolasi sehingga membutuhkan ruang

    yang tidak mengungkung mereka.

    Melalui penggabungan keduanya, maka lahirlah sebuah konsep sebuah

    panti rehabilitasi yang membuat penghuninya dapat merasa privat tetapi tidak

    terkungkung.

    Konsep ini menjadi konsep utama yang menjawab permasalahan disain,

    dimana melalui adanya panti rehabilitasi ini, wanita penderita depresi ringan dapat

    http://www.petra.ac.id/http://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.htlm

  • 21

    Universitas Kristen Petra

    tertarik untuk datang berobat, tanpa merasa malu dirinya dilihat atau bertemu

    orang di dalamnya, dan bila hasil diagnosa menentukan bahwa pasien perlu

    dirawat di unit rawat inap, pasien dapat merasa betah tinggal tanpa merasa

    tertekan atau terkurung di dalamnya. Perasaan betah tersebut akan mendukung

    pelaksanaan terapi-terapi yang menjadi fasilitas panti ini sehingga pasien dapat

    lebih mudah disembuhkan.

    Konsep dasar perancangan ini akan dipakai dalam pendekatan, tata letak

    massa, pengolahan tampak, hingga pendalaman.

    3.2 Fasilitas Proyek

    Fasilitas yang ada dalam panti rehabilitasi ini disesuaikan dengan syarat

    holistic care yang telah disebutkan pada bab 1. Besaran ruang didapatkan melalui

    program ruang dan studi ruang gerak yang tercantum pada lampiran. Pada

    pengaplikasiannya, ada beberapa besaran ruang yang berubah sesuai dengan

    kebutuhan. Berikut merupakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam proyek ini:

    Fasilitas Tamu & Pengelola

    - Lobby tamu

    - Ruang tunggu

    - Customer service

    - Toilet

    - Ruang direktur

    - Ruang rapat

    - Ruang Arsip

    - Ruang Staf Tata Usaha

    - Ruang Staf Keuangan dan Pembukuan

    - Ruang Staf Personalia

    - Ruang Staf Humas dan Publikasi

    - Ruang Staf Rehabilitasi

    - Ruang Staf Pemeliharaan Fisik dan Mental

    - Ruang fotokopi

    - Gudang Pusat

  • 22

    Universitas Kristen Petra

    - Ruang PABX

    - Ruang Sekuriti

    Fasilitas Unit Rawat Jalan

    - Lobby rawat jalan

    - Ruang tunggu

    - Ruang diagnosa

    - Ruang medical record

    - Ruang Serbaguna

    - Toilet

    Fasilitas Unit Rawat Inap

    - Lobby rawat inap

    - Ruang makan

    - Poliklinik

    - Hunian (terdiri dari kamar standart, VIP dan ruang tamu)

    - Cottage VVIP (sebagai ruang isolasi sementara)

    - Ruang Perawat

    - Ruang Sublinen

    - Toilet

    Fasilitas Terapi

    - Terapi individu

    - Ruang konselor

    - Terapi kelompok

    - Terapi seni menggambar

    - Ruang doa

    - Ruang bimbingan rohani

    - Ruang Interaksi alam (meditasi)

    - Toilet

    Unit rawat inap dan unit rawat jalan memiliki fasilitas terapi masing-

    masing

  • 23

    Universitas Kristen Petra

    Fasilitas Rekreasi

    - Kolam renang

    - Ruang ganti dan toilet

    - Ruang mesin kolam

    - Ruang interaksi sosiofugal

    - Ruang interaksi sosiopetal

    - Ruang interaksi kelompok

    Fasilitas ini hanya ada dalam Unit Rawat Inap

    Fasilitas Servis dan Mekanikal

    - Gudang alat

    - Gudang makanan

    - Ruang makan dan istirahat karyawan

    - Ruang pompa

    - Ruang panel

    - Ruang tangki solar

    - Ruang genset

    - Ruang laundry

    - Ruang sampah

    - Ruang linen pusat

    Fasilitas Parkir

    - Parkir mobil unit rawat jalan dan tamu

    - Parkir mobil unit rawat inap

    - Parkir motor pengunjung dan pengelola.

    3.3 Pendekatan Sirkulasi

    Setelah mendapatkan ukuran yang sesuai dengan studi besaran ruang,

    maka ruangan-ruangan di atas disusun berdasarkan hubungan ruang.

  • 24

    Universitas Kristen Petra

    Gambar 3.1 Hubungan Ruang

    Lobby dibagi menjadi 3 dengan pertimbangan bahwa tidak setiap orang

    yang datang ke panti memiliki tujuan yang sama.

    Pada lobby tamu, pengunjung yang datang memiliki keperluan informasi

    pelayanan panti rehabilitasi atau hanya ingin membayar biaya rawat tinggal bagi

    anggota keluarganya yang menetap dalam waktu yang cukup lama.

    Pada lobby rawat jalan dan pasien baru, pengunjung yang datang

    memiliki keperluan pemeriksaan diri. Bagi pasien baru, wajib diperiksa di ruang

    diagnosa untuk memutuskan perlu tidaknya pasien tersebut dirawat di unit rawat

    inap. Bila tidak perlu, pasien tersebut akan meneruskan aktivitasnya dalam zona

    hijau (rawat jalan). Namun jika diharuskan menjalani rawat inap, pasien dapat

    langsung melewati jalur koneksi yang ada pada ruang diagnosa, menuju ke zona

    merah (rawat inap).

    Pada lobby rawat inap, pengunjung yang datang memiliki keperluan

    membesuk teman atau kerabat yang dirawat di unit rawat inap. Dalam unit ini,

    pembesuk memiliki jalur sirkulasi yang berbeda dengan pasien. Hal ini dilakukan

    untuk menjaga privasi pasien yang ada di dalamnya. Bila ada pasien unit rawat

    inap yang tidak dibesuk oleh kerabatnya, pasien tersebut masih memiliki ruang

    privat untuk menghindar dari rasa kecemburuan.

    Pada terapi individu, terdapat koneksi antara unit rawat inap dengan unit

    rawat jalan. Bila salah satu zona membutuhkan ruang terapi lebih, maka akan

  • 25

    Universitas Kristen Petra

    dibuka jalur koneksi sehingga ruang terapi dapat mencukupi kebutuhan kuantitas

    pasien, namun tetap kontrol tertinggi berada pada unit rawat inap, sehingga hanya

    staf unit rawat inap yang berhak memutuskan untuk membuka jalur koneksi

    tersebut atau tidak.

    Berikut adalah penerapan sirkulasi pada desain:

    Gambar 3.2 Denah Lantai 1

    Jalur sirkulasi yang ada pada bangunan ini berada di luar, tidak terbatasi

    oleh dinding di kedua sisinya, karena disesuaikan dengan konsep “tidak

    terkungkung”, namun tetap privat karena adanya bangunan yang memisahkan

    jalur sirkulasi, sehingga pada saat seseorang berada di salah satu zona, akan sulit

    terlihat dari zona lainnya. Agar tidak kehujanan, sirkulasi menempel pada salah

    satu dinding bangunan dan memanfaatkan teritisan bangunan tersebut.

  • 26

    Universitas Kristen Petra

    Gambar 3.3 Sirkulasi Unit Rawat Jalan dan Tamu

    Bagian yang dilingkari dengan warna merah merupakan koneksi dari

    unit rawat inap ke unit rawat jalan.

    Gambar 3.4 Sirkulasi Unit Rawat Inap

    Di luar jam besuk, sirkulasi pembesuk bagian atas digunakan sebagai

    sirkulasi servis yang melayani kebutuhan linen. Ruang sublinen dilingkari dengan

    warna kuning.

    Keterangan:

    sirkulasi tamu

    sirkulasi unit rawat jalan

    Keterangan:

    sirkulasi pasien rawat

    inap

    sirkulasi pembesuk

    Koneksi ke unit rawat inap

  • 27

    Universitas Kristen Petra

    3.4 Tata letak massa

    Letak massa disesuaikan dengan pembagian zoning dan arah kontur.

    Gambar 3.5 Site Plan

    Beberapa massa diletakkan untuk menghalangi pandangan, seperti pada

    kantor pengelola yang diletakkan di bagian depan untuk menghalangi pandangan

    orang di luar site terhadap lobby unit rawat jalan. Lobby rawat inap diletakkan

    dengan arah massa yang berbeda dengan yang lainnya untuk menghalangi

    pandangan langsung dari arah parkir menuju ke dalam unit rawat inap. Pada

    bagian tengah tapak diberi massa untuk memperjelas pemisahan zona.

    Agar pengunjung dapat mengetahui dimana tempat perhentian untuk

    mencapai lobby, maka terdapat dropping area dan penanda massa yang

    menunjukkan tempat dimana lobby itu berada.

    1

    2

    3

    3

    4

    5 6

    6 6

    6

    7

    8

    9

    9

    10

    10 11

    12

    Legenda:

    1. Lobby tamu, kantor pengelola 7. Cottage VVIP

    2. Lobby URJ, hall, r.diagnosa 8. R. Interaksi alam

    3. Terapi alternatif 9. R. Interaksi sosiofugal

    4. Gedung Psikoterapi 10. R. Interaksi sosiopetal

    5. Lobby URI, r.makan, servis 11. R. Interaksi kelompok

    6. Hunian 12. Kolam renang

  • 28

    Universitas Kristen Petra

    Gambar 3.6 Lobby Rawat Jalan dan Pasien Baru

    Gambar 3.7. Lobby Customer Service

    Gambar 3.8 Lobby Rawat Inap

  • 29

    Universitas Kristen Petra

    3.5 Pengolahan Tampak, Ruang dan Sistem Struktur Bangunan

    Tampak bangunan didesain menyerupai rumah sehingga tidak terkesan

    dingin dan menakutkan. Keserasian warna dan penggunaan material kayu

    diseragamkan untuk memberikan kesan unity sehingga orang yang ada di luar site

    dapat mengenali bangunan panti seperti layaknya sebuah district.

    Gambar 3.9 Tampak Bangunan

    Tidak hanya tampak dari luar bangunan yang menyerupai rumah, tetapi

    juga interior di dalam hunian, didesain seperti layaknya sebuah rumah.

    Gambar 3.10 Interior

  • 30

    Universitas Kristen Petra

    Sistem struktur yang ada pada bangunan juga menggunakan system

    struktur rumah tinggal 2 lantai, dengan penggunaan kolom praktis, rangka kuda-

    kuda kayu 6/12, gording 8/12, usuk 5/7, reng dan genteng beton flat ducotile.

    Sistem struktur yang berbeda di dalam tapak hanya ada pada gedung

    serbaguna. Yang diinginkan bebas kolom pada tengah ruangannya sehingga

    digunakan kolom berdiameter 40 cm dan rangka atap baja ringan. Selain itu,

    perbedaan sistem struktur terdapat pada gedung psikoterapi, dimana perbedaan

    kontur menciptakan split-level pada bangunan tersebut. Untuk menghindari

    bahaya longsor, maka dilakukan pemisahan kolom (dilatasi) sehingga fondasi

    pada kolom dilatasi tersebut terpisah.

    Gambar 3.11 Sistem Struktur

    3.6 Pendalaman Ruang Interaksi Outdoor

    Karena wanita yang memiliki masalah lebih suka menceritakan

    permasalahannya di bandingkan dengan pria (Soeharjono, Lestari. 1991), maka

    terdapat 4 ruang interaksi outdoor yang didisain sesuai dengan kebutuhan

    pengguna yang beragam. Lokasi ruang interaksi outdoor masing-masing telah

    ditunjukkan pada gambar 3.5 site plan.

  • 31

    Universitas Kristen Petra

    3.6.1 Ruang Interaksi Alam

    Merupakan perwujudan dari terapi alam dengan menerapkan visualisasi

    4 elemen yang telah dijelaskan pada bab 1. Api diterapkan melalui lilin

    aromaterapi, angin diterapkan melalui alam bebas, air diterapkan melalui kolam

    dan tanah diterapkan melalui greenwall (detil greenwall dapat dilihat pada

    lampiran). Dengan adanya ruang interaksi alam ini, setiap individu diharapkan

    lebih mendekatkan diri pada alam melalui meditasi.

    Gambar 3.12 Meditasi

    3.6.2 Ruang Interaksi Sosiofugal

    Merupakan sebuah ruang dengan tatanan yang mampu mengurangi

    interaksi sosial. Ruang ini terletak pada area yang dilewati oleh sirkulasi

    pembesuk dengan alasan, pada saat pasien dan pembesuk saling bertemu, mereka

    membutuhkan ruang privat untuk saling bercerita dan berbagi pengalaman, serta

    perasaan. Setiap bangku yang terbuat dari marmer tersebut diberi pembatas yang

    pada malam hari dapat berfungsi sebagai alat penerangan sehingga bangku

    tersebut hanya menampung kapasitas 2-4 orang dengan penataan yang tidak saling

    berhadap-hadapan dengan pasien atau pembesuk lain.

    Gambar 3.13 Ruang Interaksi Sosiofugal

  • 32

    Universitas Kristen Petra

    3.6.3 Ruang Interaksi Sosiopetal

    Merupakan sebuah ruang dengan tatanan yang mampu menfasilitasi

    interaksi sosial. Ruang ini terletak di dalam area rawat inap sebagai tempat

    berinteraksi bagi pasien dengan kelompok-kelompok kecil di luar huniannya

    masing-masing. Tempat ini juga dapat digunakan sebagai tempat berbagi bersama

    sesama pasien bila mereka sedang tidak dikunjungi oleh para pembesuk. Bangku

    pada ruang interaksi sosiopetal juga menggunakan bahan marmer dengan peneduh

    berupa pohon jeruk yang menghasilkan aroma segar. Setiap bangku yang

    berhadapan memungkinkan sekelompok kecil berjumlah sekitar 6-8 orang untuk

    berinteraksi.

    Gambar 3.14 Ruang Interaksi Sosiopetal

    3.6.4 Ruang Interaksi Kelompok

    Merupakan ruang interaksi kelompok besar yang dapat digunakan oleh

    seluruh penghuni panti secara bersamaan. Bagian tengahnya merupakan area

    senam dengan kombinasi paving dan rumput golf lembut untuk mengurangi

    perkerasan. Bagian tengah tersebut menjadi pemisah ruang berkumpul yang

    terbagi menjadi 2 bagian. Pembagian ruang berkumpul tersebut dilakukan dengan

    alasan usia pasien yang memiliki range cukup besar sehingga bila dalam

    pelaksanaanya dibutuhkan pemisahan kelompok, ruang terpisah tersebut telah

    disediakan. Namun tidak menutup kemungkinan bila seluruh penghuni diinginkan

  • 33

    Universitas Kristen Petra

    untuk berkumpul bersama karena separuh bagian ruang ini memiliki luas 120 m2

    sehingga mampu menampung seluruh pasien secara bersamaan.

    Gambar 3.15 Ruang Interaksi Kelompok

    Daerah yang dilingkari merah tersebut merupakan panggung

    multifungsi, bila dibuka dapat dipergunakan sebagai wadah api unggun atau

    perapian barbekiu.

    Material yang digunakan adalah kalsiboard karena merupakan material

    tahan api. Kalsiboard tersebut dapat dilapisi dengan polyurethane yang

    keterangannya terdapat pada lampiran.

    Keempat ruang interaksi outdoor tersebut terbentuk dari penggalian

    kontur sehingga membentuk ruang semu yang tetap privat tetapi tidak

    terkungkung.

  • 34

    Universitas Kristen Petra

    3.7 Sistem Utilitas

    Berikut adalah utilitas yang telah dirancang di dalam site:

    Gambar 3.16 Sistem Utilitas

    Keterangan:

    Saluran air hujan

    Saluran air kotor dan kotoran

    Saluran air bersih

    Saluran listrik

    Pada daerah berkontur, air hujan merupakan salah satu masalah penting

    yang harus teratasi dengan baik, terlebih untuk membentuk ruang interaksi

    outdoor tersebut dilakukan penggalian kontur. Sebagai solusi, maka pada lantai

    ruang interaksi outdoor diberi kemiringan 1-2o pada bagian ujungnya dan berakhir

    pada got yang tersambung pada saluran kota, sehingga bila terjadi hujan, air akan

    mengalir pada got tersebut.

  • 35

    Universitas Kristen Petra

    Untuk menampung air kotor dan kotoran, dipakai septictank dam sumur

    resapan yang tersebar pada 6 bagian yang letaknya dekat dengan jalan untuk

    memudahkan maintenance-nya.

    Untuk saluran listrik, dari ruang panel pusat dibagi menjadi 6 subpanel

    yang mewakili 6 kelompok massa. Genset melayani unit rawat inap sehingga pada

    saat listrik padam, bagian unit rawat inap dapat tetap menyala.

    Untuk aliran air bersih, dipakai sistem downfeed, sehingga pada saat

    mati lampu air tetap dapat mengalir. Selain tandon pusat, terdapat 2 buah tandon

    cadangan untuk melayani seluruh kebutuhan air dalam tapak di saat-saat genting

    karena faktor kebersihan sangat penting dalam sebuah panti rehabilitasi.

    Pada setiap kolam, terdapat katup pengontrol yang mengatur debit air

    dan kapasitasnya. Bila air kolam telah penuh, katup akan menutup sehingga air

    kolam tidak terus terisi. Hal ini dilakukan untuk menghindari melubernya air

    kolam ke kontur yang lebih rendah karena kolam-kolam dalam site berada di

    kontur yang tinggi.

    master index: back to toc: help: ukp: