17
28 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam wilayah Pemerintahan Aceh yang terletak di daerah barat selatan aceh. Secara geografis Kabupaten Aceh Barat terletak di posisi : 04 0 06’– 04 0 47’ LU dan 95 0 52’– 96 30’ BT. Secara administrasi Kabupaten Aceh Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie di sebelah utara, dengan Aceh Tengah dan Nagan Raya di sebelah timur, dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya di sebelah barat dan selatan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah daratan 2.927,95 km 2 atau 292.795 ha, dengan panjang garis pantai diperkirakan 50,55 km dan dengan luas laut 233 km 2 mempunyai wilayah yang sangat potensial untuk salah satu daerah hasil laut yang produktif (DKP, 2007). Menurut Badan Pusat Statistik (2010), Kabupaten Aceh Barat memiliki 321 desa dengan 12 (dua belas) kecamatan, dan juga memiliki empat kecamatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia yaitu kecamatan pesisir meliputi Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo, Samatiga dan Kecamatan Arongan Lambalek, serta delapan kecamatan daratan yaitu Kaway XVI, Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan Woyla Timur. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa Kecamatan Kaway XVI merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Aceh Barat dengan luas mencapai 510,18 km 2 kemudian diikuti Kecamatan Pante Ceureumen dengan luas 490,25 km 2 , kedua kecamatan ini adalah kecamatan daratan yang tidak ada pesisir. Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Panton Reu dengan luas 83,04 km 2 merupakan kecamatan pemekaran pada tahun 2007, dan Kecamatan Johan Pahlawan dengan Luas Wilayah 44,91 km 2 atau 1,53% dari luas kabupaten kecamatan ibu Kota Aceh Barat. Kecamatan ini merupakan tempat lokasi penelitian di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh Desa Ujung Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan dengan luas area pelabuhan 1,5 hektar (BPS, 2010).

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

  • Upload
    doannhu

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

28

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang termasuk

dalam wilayah Pemerintahan Aceh yang terletak di daerah barat selatan aceh.

Secara geografis Kabupaten Aceh Barat terletak di posisi : 040 06’– 040 47’ LU

dan 950 52’– 96 30’ BT. Secara administrasi Kabupaten Aceh Barat berbatasan

dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie di sebelah utara, dengan Aceh Tengah dan

Nagan Raya di sebelah timur, dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan

Raya di sebelah barat dan selatan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah daratan

2.927,95 km2 atau 292.795 ha, dengan panjang garis pantai diperkirakan 50,55 km

dan dengan luas laut 233 km2 mempunyai wilayah yang sangat potensial untuk

salah satu daerah hasil laut yang produktif (DKP, 2007). Menurut Badan Pusat

Statistik (2010), Kabupaten Aceh Barat memiliki 321 desa dengan 12 (dua belas)

kecamatan, dan juga memiliki empat kecamatan yang berbatasan langsung dengan

Samudera Indonesia yaitu kecamatan pesisir meliputi Kecamatan Johan Pahlawan,

Meureubo, Samatiga dan Kecamatan Arongan Lambalek, serta delapan kecamatan

daratan yaitu Kaway XVI, Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon,

Woyla, Woyla Barat dan Woyla Timur. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa

Kecamatan Kaway XVI merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Aceh Barat

dengan luas mencapai 510,18 km2 kemudian diikuti Kecamatan Pante Ceureumen

dengan luas 490,25 km2, kedua kecamatan ini adalah kecamatan daratan yang

tidak ada pesisir. Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Panton Reu dengan luas

83,04 km2 merupakan kecamatan pemekaran pada tahun 2007, dan Kecamatan

Johan Pahlawan dengan Luas Wilayah 44,91 km2 atau 1,53% dari luas kabupaten

kecamatan ibu Kota Aceh Barat. Kecamatan ini merupakan tempat lokasi

penelitian di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh Desa Ujung Baroh,

Kecamatan Johan Pahlawan dengan luas area pelabuhan 1,5 hektar (BPS, 2010).

Page 2: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

29

Tabel 4 Nama-nama kecamatan, ibu kota kecamatan, jumlah desa/gampong dan luas wilayah kecamatan di Kabupaten Aceh Barat.

No Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah

Desa Luas (km2)

1 Johan Pahlawan Meulaboh 21 44,91 2 Samatiga Suak Timah 32 140,69 3 Bubon Banda Layung 17 129,58 4 Arongan L Drien Rampak 27 130,06 5 Woyla Kuala Bhee 43 249,04 6 Woyla Barat Pasi Mali 24 123,00 7 Woyla Timur Tangkeh 26 132,60 8 Kaway XVI Keudee Aron 43 510,18 9 Meureubo Meureubo 26 112,87 10 Pante C Pante C 25 490,25 11 Panton Reu Meutulang 19 83,04 12 Sungai Mas Kajeung 18 781,73

Jumlah 321 2.927,95 Sumber : BPS, Kabupaten Aceh Barat dalam Angka 2010 4.2 Penduduk dan Mata Pencaharian

Kabupaten Aceh Barat terdiri beberapa suku asli Aceh dan pendatang dari

berbagai daerah. Kelompok etnis pendatang terbesar sampai saat ini adalah

Padang dan Jawa. Banyaknya penduduk pendatang ini akibat adanya program

transmigrasi penduduk dari daerah lain ke aceh dan juga akibat tsunami tahun

2004, banyak suku pendatang yang mencari rizki ke Kabupaten Aceh Barat

seiring dengan pembangunan kembali kabupaten ini oleh BRR (badan rehabilitasi

dan rekontruksi) Aceh-Nias, yang kemudian sebagian besar diantaranya menetap

tinggal di Kabupaten Aceh Barat. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat yang

tercatat oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 adalah 184.147 orang, yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 87.682 orang dan perempuan 85.214 orang.

Setelah gempa dan gelombang tsunami dengan kekuatan 9,8 skala richter

yang melanda Pemerintahan Aceh tanggal 26 Desember 2004, sekitar 80%

bangunan fisik Kota Aceh hancur total. Keadaan yang seperti itu jumlah

penduduk Kabupaten Aceh Barat akhir Desember 2005 tercatat 150.450 jiwa,

sehingga dalam periode waktu 2004–2009 Kabupaten Aceh Barat mempunyai

rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,96% per tahun.

Dari tahun 2005 sampai tahun 2009, Kecamatan Johan Pahlawan

menduduki posisi pertama dengan jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat.

Hal ini dikarenakan Kecamatan Johan Pahlawan terletak di pusat kota Meulaboh,

Page 3: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

30

sebagai ibu kota dari Kabupaten Aceh Barat, kemudian diikuti diposisi kedua oleh

Kecamatan Meureubo dengan jumlah penduduk 22.999 jiwa dan Kecamatan

Kaway XVI pada posisi ketiga tahun 2009 mencapai 18.133 jiwa. Pada tahun

2006 penduduk di Kecamatan Kaway XVI ini mencapai angka tertinggi 25.365

jiwa, namun pada tahun 2007 terjadi pemakaran sehingga mengalami penurunan

27,35% (18,429 jiwa) dan pembentukan kecamatan baru yaitu Kecamatan Panton

Reu di Kabupaten Aceh Barat yang sebelumnya merupakan wilayah Kecamatan

Kaway XVI. Perkembangan jumlah penduduk menurut Kecamatan dalam

Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan penduduk di kecamatan pesisir dan daratan dalam

Kabupaten Aceh Barat periode 2004-2009

Kecamatan Penduduk (jiwa) 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kecamatan Pesisir 1. Johan Pahlawan 52.118 43.804 44.139 45.654 66.35 65.182 2. Meureubo 24.018 18.417 18.557 19.194 21.013 22.999 3. Samatiga 14.794 12.492 12.587 13.019 14.85 15.058 4. Arongan L 12.293 10.058 10.134 10.481 11.763 11.808 Jumlah 103.223 84.771 85.417 88.348 113.976 115.047

Kecamata daratan 5. Woyla 11.538 11.613 11.701 12.102 12.489 12.759 6. Woyla Barat 7.793 6.869 6.921 7.158 7.402 7.443 7. Woyla Timur 5.324 4.009 4.039 4.178 4.520 4.500 8. Kaway XVI 23.684 25.174 25.365 18.429 18.429 18.133 9. Bubon 5.098 5.481 5.523 5.712 5.751 5.892 10. Pante C 11.317 9.125 9.194 9.509 10.406 10.65 11. Panton Reu - - - 3.552 5.930 6.064 12. Sungai Mas 4.653 3.408 3.434 4.306 3.662 3.659 Jumlah 69.407 65.679 66.177 64.946 68.589 69.1 Jumlah Keseluruhan 172.630 150.450 151.594 153.294 182.565 184.147

Sumber : BPS, Kabupaten Aceh Barat dalam Angka 2010

Page 4: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

31

172.63

150.45 151.594 153.294

182.565184.147

0.000 

25.000 

50.000 

75.000 

100.000 

125.000 

150.000 

175.000 

200.000 

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jum

lah

Pend

uduk

(Jiw

a)

Tahun Gambar 3 Grafik perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat periode

2004-2009 Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten yang kemajuannya

sangat pesat pasca tsunami pada tahun 2004. Jumlah keseluruhan penduduk

Kabupaten Aceh Barat 184.147 jiwa sampai tahun 2010, dengan berbagai macam

mata pencaharian diantaranya petani (ladang, tambak), nelayan, pegawai negeri

sipil, tetapi di kabupaten ini yang lebih dominan mata pencahariannya adalah

petani dengan luas lahan hingga tahun 2009 mencapai 221.520 hektar. Luas areal

budidaya tambak (brackish waterpond) dan kolam (fresh waterpond) yang sudah

dimanfaatkan di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2008 tercatat 150,85 hektar

dengan hasil produksinya 36,5 ton. Masyarakat pencari kerja/pengangguran dari

tahun 2008-2009 mencapai 5.375 jiwa. Potensi lahan dan areal yang sangat

banyak di Kabupaten ini Aceh Barat belum dimanfaatkan secara efektif oleh

masyarakat sehingga jumlah pengangguran masih tinggi di daerah ini. Pemerintah

kabupaten harus bekerja lebih keras lagi untuk menangulangi tingkat

pengangguran. Salah satu langkahnya adalah memberikan penyuluhan kepada

masyarakat sehingga lahan yang tersisa bisa digarap secara efektif dan mata

pencaharian masyarakat menjadi lebih beragam di masa yang akan datang.

4.3 Deskripsi Keadaan Perikanan Tangkap

4.3.1 Armada penangkapan

Kapal adalah salah satu sarana penunjang kegiatan produksi perikanan yang

harus ada dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Undang-undang No. 45

tahun 2009 tentang perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat

Page 5: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

32

apung yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi

penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengelohan ikan,

pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan.

Armada penangkapan ikan yang beroperasi di Kabupaten Aceh Barat,

terdiri dari sampan atau jukung (perahu tanpa motor), perahu motor (PM) dan

Kapal motor. Kapal motor yang terdapat di PPI Meulaboh adalah yang berukuran

<10-30 GT (Gross Tonage). Jenis armada penangkapan yang paling banyak

digunakan oleh nelayan adalah jenis kapal motor dimana alat tangkap yang sering

digunakan seperti pukat cincin, jaring insang, payang (lampara), rawai hanyut,

pancing tonda.

Tabel 6 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Aceh

Barat periode tahun 2005-2009

Tahun

Perahu Tanpa Motor (unit)

Motor Tempel (unit)

Kapal Motor (unit) Jumlah (unit)

< 10 GT 10- 20 GT 20-30 GT

2005 257 60 440 102 4 863 2006 70 85 544 67 7 773 2007 62 85 563 50 9 769

2008 43 72 558 43 9 725 2009 25 40 509 75 12 661

Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2005-2009; diolah kembali Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah kapal yang ada di PPI Meulaboh

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jumlah kapal (perahu tanpa motor,

motor tempel dan kapal motor) tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 863 unit

dan terendah pada tahun 2009 sebesar 661 unit. Perkembangan jenis kapal tidak

sama, seperti terlihat pada Tabel 6. Penurunan jumlah kapal pada tahun 2008

terjadi pada perahu tanpa motor, motor tempel dan kapal motor yang berukuran

10-20 GT.

Page 6: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

33

bali Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2010; diolah kem

863

773 769725

661

500

550

600

650

700

750

800

850

900

2005 2006 2007 2008 2009

Jum

lah

Arm

ada

Pena

ngka

pan

(uni

t)

Tahu n

Gambar 4 Grafik Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan periode 2005-2009

Berdasarkan Gambar 4, armada penangkapan yang terdapat di Kabupaten

Aceh Barat pada tahun 2005 sebanyak 863 unit dan tahun 2006 mengalami

penurunan drastis menjadi 773 unit atau turun 10,42%, dan pada tahun 2009

jumlah armada penangkapan yang masih operasi di Kabupaten ini turun menjadi

661 unit (8,82%). Penurunan jumlah unit kapal salah satunya karena NGO atau

LSM yang membantu masyarakat dalam bidang perikanan dan kelautan di

Pemerintahan Aceh telah berakhir masa kontraknya dengan pemerintah yang

diwakili oleh BRR (Badan rehabilitasi dan rekontruksi) Aceh-Nias. Selain itu juga

kurangnya modal yang dimiliki nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan

sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal, sebagian

nelayan lebih memilih beralih profesi lain seperti menjadi pedagang pengecer ikan

dan juga nelayan menjual armadanya.

Tahun 2009, pemerintah pusat (Kementrian Kelautan dan Perikanan) dan

pemerintah daerah memberikan beberapa bantuan unit kapal kepada kelompok

nelayan dengan ukuran >20 GT supaya nelayan bisa melakukan penangkapan ikan

dengan jangkuan yang lebih jauh dan hasil yang banyak, bagus serta punya

kualitas eskpor.

Page 7: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

34

.3.2 Alat tangkap

n atau alat penangkap ikan merupakan salah satu komponen

yan

erdaya ikan oleh nelayan secara optimal tentunya sangat

did

ak

dila

Neg

7

4

Alat tangkap ika

g sangat penting bagi nelayan karena menjadi alat utama dari mata

pencahariannya dalam menghasilkan produksi perikanan, baik yang berupa ikan

maupun yang non ikan.

Pemanfaatan sumb

ukung oleh teknologi alat penangkapan yang digunakan. Unit penangkapan

ikan yang digunakan memerlukan pengkajian yang mendalam untuk mendapatkan

unit penangkapan yang tepat guna atau unggulan yaitu unit penangkapan ikan

yang memiliki kriteria: (1) tidak merusak kelestarian sumberdaya, (2) secara

teknis efektif digunakan, (3) dari segi sosial diterima oleh masyarakat nelayan, (4)

secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan (Malanesia, 2008).

Jenis perkembangan alat tangkap dan usaha penangkapan yang bany

kukan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat adalah beragam yaitu payang,

gill net, pukat pantai, jaring hanyut, jaring insang, trammel net, rawai, pancing

tonda dapat dilihat pada Tabel 7. Pada tahun 2008 alat tangkap rawai memiliki

jumlah terbanyak dibandingkan alat tangkap lainnya yaitu 260 unit, dan secara

keseluruhan alat tangkap yang dominan digunakan nelayan di Kabupaten ini

adalah rawai dari tahun 2005-2009 dengan jumlah 1.062 unit.

Peristiwa gempa dan tsunami tahun 2004 di Aceh mengakibatkan banyak

ara yang telah membantu Pemerintahan Aceh sehingga telah membawa

perubahan, terutama dalam hal teknologi alat tangkap yang sering digunakan oleh

nelayan Kabupaten Aceh Barat. Tabel 7 memperlihatkan bahwa jenis dan jumlah

unit alat tangkap pukat pantai menunjukkan peningkatan yang cukup drastis di

tahun 2009 karena dioperasikannya sebanyak 60 unit pukat pantai, begitu juga

dengan alat tangkap pukat cincin sebanyak 71 unit dan alat tangkap jaring insang

sebanyak 18 unit. Seperti dijelaskan pada Tabel 7, jenis dan alat tangkap yang

dioperasikan di Kabupaten Aceh Barat hingga tahun 2009 berjumlah 3.443 unit.

Alat tangkap jaring klitik mengalami kenaikan dari tahun 2005-200

sebanyak 174 unit, tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan yang sangat

drastis menjadi 15 unit (91%) dan pada tahun 2009 menunjukkan jaring klitik

tidak digunakan lagi oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat. Begitu juga alat

Page 8: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

35

tangkap trammel net mulai mengalami penurunan dari tahun 2008 sebanyak 86

unit (17%) dan tahun 2009 nelayan tidak mengoperasikan alat tangkap ini lagi.

Berdasarkan hasil wawancara, alasan nelayan lebih memilih alat tangkap pancing

tonda dan rawai disebabkan biaya perawatan jaring lebih mahal dibandingkan alat

tangkap pancing tonda dan rawai sehingga nelayan lebih memilih mengoperasikan

alat tangkap pancing tonda dan rawai yang lebih baik dari segi hasil tangkapan

secara ekonomis dan lebih efektif. Penurunan juga diakibatkan banyak nelayan

menjual alat tangkapnya ke kabupaten lain.

Jumlah alat tangkap yang beroperasikan di Kabupaten Aceh Barat pada

tahun 2006 meningkat 31,45%, kemudian pada tahun 2007 total alat tangkap

mengalami kenaikan lagi menjadi 870 unit (4,60%). Pada tahun 2008 jumlahnya

turun drastis hingga mencapai 645 unit (-34,88%) dan pada tahun 2009 jumlahnya

alat tangkap menjadi 529 unit atau turun 21,93%.

Tabel 7 Jenis dan jumlah alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Aceh Barat

tahun 2005-2009

Jenis Alat Tangkap Tahun Jumlah (unit) 2005 2006 2007 2008 2009

Payang 27 19 24 15 60 145 Pukat pantai 0 2 2 2 60 66 pukat cincin 0 0 0 0 71 71 Jaring hanyut 51 0 16 21 21 109 Jaring klitik 31 168 174 15 0 388 Jaring insang 0 0 0 0 18 18 Trammel net 18 129 101 86 0 334 Rawai 212 198 258 260 134 1062 Pancing tonda 136 140 144 151 150 721 pancing yang lain 94 174 151 95 15 529 Jumlah total 569 830 870 645 529 3443

Pertumbuhan(%) - 31.45 4.60 -34.88 -21.93 Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2005-2009; diolah kembali

Jumlah alat tangkap yang paling dominan digunakan oleh nelayan di

Kabupaten Aceh Barat pada 5 (lima) tahun terakhir ini adalah rawai (rawai kakap

dan hiu) yaitu 30,85 %, kedua pancing tonda sebesar 20,94 %, ketiga yang sering

digunakan oleh nelayan adalah jaring kritik sebesar 11,27 %, sedangkan yang

keempat trammel net sebesar 9,70 %.

Page 9: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

36

4.21 1.922.06

3.17

11.27

0.52

9.70

30.85

20.94Payang

Pukat pantai

pukat cincin

Jaring hanyut

Jaring klitik

Jaring insang

Trammel net

Rawai

Pancing tonda 

Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2010; diolah kembali

Gambar 5 Diagram komposisi jumlah alat tangkap dan jenis yang dioperasikan di Kabupaten Aceh Barat tahun 2005-2009

4.3.3 Daerah dan musim penangkapan ikan

Daerah penangkapan ikan (DPI) yang biasa dilakukan oleh nelayan

Kabupaten Aceh Barat adalah di sekitar perairan Laut Sinabang, yaitu perairan

meliputi daerah Bubon dan Arongan Lambalek. Perairan tersebut merupakan

bagian dari Samudera Hindia. Khusus nelayan yang mengoperasikan alat tangkap

rawai, daerah penangkapannya ikan sampai ke Kepulauan Andaman dan Nicobar,

karena daerah ini memiliki potensi ikan yang sangat beragam dan banyak seperti

ikan hiu, kakap dan cakalang.

Penentuan daerah penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat

biasanya hanya berdasarkan pengalaman dan informasi dari nelayan lain dan

panglima laot. Tidak ada alat bantu seperti fish finder untuk menentukan daerah

penangkapan ikan (DPI).

Penangkapan ikan di suatu DPI yang dilakukan oleh nelayan-nelayan

kabupaten ini sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim. Para nelayan tersebut

akan melakukan operasi penangkapan ikan di saat perairan tenang dan pada saat

gelap bulan (bulan mati) terutama nelayan yang mengoperasikan alat tangkap

pukat cincin. Jika cuaca tidak mendukung seperti adanya musim penghujan yang

disertai badai (terutama musim barat), maka nelayan memilih untuk tidak melaut.

Selain keadaan diatas, nelayan aceh tidak melaut karena terkait dengan adat

istiadat dan hukom laot (hukum laut) yang telah dianut turun-temurun oleh

Page 10: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

37

.3.4 Volume dan nilai produksi

i yang berpusat di Samudera Hindia sebelah

n kembali sektor perikanan tangkap di

nelayan dan masyarakat adat di Kabupaten Aceh Barat memiliki hari atau tanggal

tertentu yang tidak diperbolehkan melaut atau pantang melaut (pantang laot)

yaitu:

1) Kenduri adat laot, dilakukan selambat-lambatnya tiga tahun sekali atau

tergantung kesepakatan dan kesanggupan nelayan setempat. Pantangan melaut

pada acara kenduri tersebut dihitung 3 hari sejak Rabu matahari terbit pada hari

kenduri hingga matahari terbenam pada hari Jum'at;

2) Hari Jum'at yang dihitung sejak tenggelam matahari pada hari Kamis hingga

terbenam matahari pada hari Jum'at;

3) Hari Raya Idul Fitri dilarang melaut selama dua hari dihitung sejak tenggelam

matahari pada hari meugang hingga terbenam matahari pada hari raya (Syawal)

kedua;

4) Hari Raya Idul Adha, dilarang melaut selama dua hari dihitung sejak

tenggelam matahari pada hari meugang hingga terbenam matahari pada hari

raya (Dzulhijjah) kedua;

5) Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, dilarang melaut selama satu hari

dihitung sejak tenggelam matahari pada tanggal 16 Agustus hingga terbenam

matahari tanggal 17 Agustus.

Apabila nelayan melanggar hari-hari yang telah ditentukan untuk tidak

melaut, maka nelayan yang melakukan pelanggaran tersebut akan dikenakan

sanksi hukum berupa:

1) Seluruh hasil tangkapan disita;

2) Dilarang melaut sekurang-kurangnya tiga hari dan paling lamanya tujuh hari. 4

Musibah gempa dan tsunam

barat Kabupaten Aceh Barat memberikan dampak negatif dan positif terhadap

masyarakat di kabupaten ini, salah satu dampak positif adalah banyaknya bantuan

yang disalurkan oleh pemerintah lewat BRR Aceh-Nias terutama dalam bidang

perikanan (kapal, alat tangkap dll).

Seiring dengan pembanguna

Kabupaten Aceh Barat yang ditandai dengan pembangunan kembali PPI

Meulaboh oleh BRR Aceh-Nias pada tahun 2005 dan bertambahnya juga armada

Page 11: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

38

08,8 ton atau

ng

Tabel 8 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Aceh Barat

Tahun Produksi ikan Pertumbuhan Nilai Produksi Pertumbuhan

penangkapan ikan serta alat tangkap, maka terlihat volume produksi mulai pada

tahun 2005-2006 mengalami kenaikan 14.284.07 (2,19%). Volume produksi juga

mengalami perkembangan positif pada tahun 2007 yaitu 16.060,20 ton atau naik

12,43%. Pada tahun 2008 pertumbuhan produksi ikan terus terjadi peningkatan

sehingga mencapai angka 17.177,60 ton atau mengalami kenaikan sebesar 6,95%,

dengan nilai jual produksi Rp 286.514.770,00 (44,36%) (Tabel 8).

Tahun 2009 produksi hasil tangkapan ikan hanya 8.1

me alami penurunan sebesar (95,27%) dengan nilai produksi Rp 116.395.463,00

(-59.37). Penyebab terjadinya penurunan hasil tangkapan diduga, karena banyak

nelayan tidak melaut disebabkan oleh mahalnya kebutuhan nelayan atau keperluan

nelayan seperti BBM (solar), es dan makanan sehari-hari untuk melaut dan tidak

ada lagi donator (BRR Aceh-Nias) yang membantunya.

periode 2005-2009

(ton) (%) (Rp) (%)

2005 13 2 0 143 25 .976,7 .007.7 0 2006 14.284,07 2 1,98 ,19 145.846.230 2007 16.060,20 12,43 198.471.700 36,08 2008 17.177,60 6,95 286.514.770 44,36 2009 8.108,8 - 95,27 116.395.463 -59,37

Sum P Kabup Barat 200 iolah kem

4

h

ak pada 40’070” LU dan 960 30’ BT di

ber: DK aten Aceh 5-2009; d bali

.4 Keadaan Umum PPI Meulaboh

4.4.1 Letak dan sejarah PPI Meulabo

PPI Meulaboh secara geografis terlet

wilayah Kelurahan Ujung Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

Barat. Lokasi PPI Meulaboh sebelum tsunami statusnya adalah sebagai tempat

pendaratan ikan (TPI) dan hancur total akibat gempa dan tsunami tahun 2004.

Pembangunan kembali lokasi PPI Meulaboh ini mendapat dukungan dari APBD

dan BRR Aceh-Nias dan statusnya resmi menjadi PPI Meulaboh. Pembangunan

kembali PPI ini dilaksanakan pada akhir 2005 dan saat ini telah berfungsi kembali

sebagai sentral ekonomi perikanan Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Page 12: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

39

Gambar 6 Kantor operasional PPI Meulaboh setelah perbaikan akibat tsunami

4.4.2 Prasarana dan sarana ke PPI Meulaboh 1) Transportasi

Akses transportasi umum yang ada di Kota Meulaboh sangat beragam

diantaranya adalah ada labi-labi, L300, becak, becak motor. Jenis transportasi ini

melayani penduduk tiap hari mulai jam 4.30 sampai 22.00 WIB. Namun khusus

jenis transportasi yang langsung menuju ke PPI Meulaboh adalah becak dan becak

motor, karena Dinas Perhubungan melarang mobil angkutan umum masuk ke

areal PPI.

PPI ini berada di pusat Kota Meulaboh dan sangat mudah dijangkau dengan

berbagai macam transportasi. Kira-kira jaraknya dengan jalan utama kota hanya

1,5 km dan lebar jalan menuju ke PPI Meulaboh berkisar 5-6 meter sehingga

angkutan yang keluar masuk PPI lancar setiap hari dan proses distribusi hasil

tangkapan yang didaratkan di PPI Meulaboh berjalan baik. Oleh karena itu, untuk

menunjang agar perikanan tangkap dapat berkembang setiap tahun maka

dibutuhkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait (pemda dan masyarakat)

terhadap sarana dan prasarana transportasi yang baik dalam melayani semua

aktivitas di PPI Meulaboh.

2) Pasar Umum

Areal di dekat PPI Meulaboh juga terdapat pasar umum dengan jarak 50

meter dari PPI. Pasar umum ini merupakan pasar induk Kota Meulaboh yang

memulai aktivitas dari jam 04.30-18.00 WIB. Pasar tersebut menyediakan

Page 13: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

40

berbagai macam kebutuhan untuk masyarakat setiap hari. Lingkungan pasar

umum ini terdapat pasar ikan yang menjual berbagai jenis ikan /hasil tangkapan

yang dibawa dengan becak motor dari PPI Meulaboh.

3) Toko Sarana Penangkapan

Toko sarana penangkapan di PPI Meulaboh menyediakan berbagai macam

kebutuhan perlengkapan nelayan untuk melaut, seperti alat pancing, bahan jaring,

lampu petromak, tali dan umpan buatan. Toko-toko ini berada di sepanjang jalan

menuju ke kompleks PPI Meulaboh dan dibuka setiap hari dari pukul 08.00-16.00

WIB. Toko sarana penangkapan ini jumlahnya sekitar 15 unit yang diusahakan

secara perseorangan oleh penduduk yang umumnya berada di sekitar Pangkalan

Pendaratan Ikan. Toko-toko ini dinilai oleh nelayan sangat bermanfaat untuk

persiapan perbekalan melaut dan harganya juga masih bisa terjangkau oleh

nelayan.

4). Pasar Bina Usaha (pasar modern)

Akses transportasi yang baik ke Kabupaten Aceh Barat dari kabupaten lain

membuat para pengusaha menanamkan modalnya di Kota Meulaboh, antara lain

berdirinya Pasar Bina usaha yang baru selesai dibangun pada tahun 2010. Pasar

Bina Usaha ini merupakan pusat pasar terbesar di Kabupaten Aceh Barat yang

menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat seperti, pakaian, celana,

aksesoris, elektronik dan perlengkapan rumah. Pasar ikan ini termasuk pasar

hiegienis yang mempunyai kualitas ikan tetap terjaga dibandingkan pasar ikan

lainnya. Desain jenis-jenis barang di Pasar Bina Usaha ini seperti Pasar Aceh

(Banda Aceh), Mini Mall atau Giant.

4.5 Lembaga Perikanan dan Kelautan

Pemerintah pusat memberikan otonomi kepada setiap daerah untuk

mengelola sumberdaya alam khususnya dibidang perikanan, salah satunya adalah

daerah Pemerintahan Aceh yang didukung dengan Undang-Undang Pemerintahan

Aceh (UUPA) Tahun 2006. Lembaga Perikanan dan Kelautan di Pemerintahan

Aceh (Kabupaten Aceh Barat) berbeda dengan provinsi lain seperti lembaga

hukum adat laut aceh (Panglima Laot) memiliki fungsi dan peranan Panglima

Page 14: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

41

Laot yang berbeda dengan DKP dan sistem kelembagaan nelayan yang ada di

Kabupaten Aceh Barat.

4.5.1 Lembaga perikanan dan kelautan yang ada di Kabupaten Aceh Barat

Kelembagaan perikanan dan kelautan yang terdapat di Kabupaten Aceh

Barat meliputi panglima laot (Lembaga hukum adat laut Aceh), HNSI (Himpunan

Nelayan Seluruh Indonesia), koperasi, GAPI (Gabungan Pedagang Ikan) dan

GAPIKA (Gabungan Pengolah Ikan).

Panglima laot merupakan lembaga adat yang berfungsi sebagai ketua adat

bagi kehidupan nelayan di pantai/masyarakat pesisir, dan penghubung antara

pemerintah dengan nelayan dalam mengsukseskan program pembangunan

perikanan serta program-program pemerintah secara umumnya. Fungsi dan tugas

Panglima laot diharapkan dapat menbantu pemerintah dalam pembangunan

perikanan, melestarikan adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat

nelayan (DKP, 2006).

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat secara fungsional

bermitra dengan himpunan nelayan seluruh Indonesia (HNSI) yang memiliki

peran dan fungsi yang sangat penting untuk menampung berbagai aspirasi

masyarakat nelayan. Berbagai program pembangunan perikanan perlu

disinergiskan dengan program-program yang ada di organisasi tersebut. Dengan

demikian organisasi HNSI Kabupaten Aceh Barat menjadi salah satu organisasi

yang dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan untuk berbagi

berbagai informasi dalam rangka pembangunan dan mengembangkan kegiatan

perikanan. Keadaan organisasi HNSI pasca tsunami di Kabupaten Aceh Barat

memiliki aktivitas yang lebih rendah akibat hancurnya kantor dan rusak berbagai

fasilitas yang ada (DKP, 2006).

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat mendirikan koperasi

sebagai lembaga yang bergerak di bidang Kelautan dan Perikanan yang

diharapkan bisa eksis dalam menopang perekonomian masyarakat nelayan.

Jumlah koperasi di Kabupaten Aceh Barat masih sangat terbatas dan belum

mampu memfasilitasi kegiatan nelayan secara keseluruhan. Keadaan tersebut

disebabkan selain sangat mininya koperasi yang bergerak dibidang perikanan juga

keterbatasan modal menjadi kendala dalam menggerakkan para nelayan dan

Page 15: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

42

pembudidaya serta masyarakat pengolah hasil perikanan (DKP, 2006). Lebih jelas

nama-nama koperasi perikanan di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel

9.

Tabel 9 nama dan jumlah Koperasi Perikanan di Kabupaten Aceh Barat

No Nama Desa Kecamatan

1 Koppal Hareukat Laot Ujung Baroh Johan Pahlawan

2 Koperasi Perikanan Bina Nelayan Panggong Johan Pahlawan

3 Koperasi Perikanan Karya Usaha Suak Timah Sama Tiga

4 Koperasi Perikanan PNTII Bunga Laut Ujung Baroh Johan Pahlawan Sumber; DKP Kabupaten Aceh Barat, 2006 4.5.2 Fungsi dan tugas panglima laot

Berdasarkan fungsi, peranan dan wilayah administrasinya, Panglima Laot di

wilayah Kabupaten Aceh Barat terbagi menjadi Panglima Laot Lhok, Panglima

Laot Kabupaten/Kota, dan Panglima Laot Provinsi. Wilayah-wilayah tersebut

secara struktur organisasi terdiri dari penasehat, ketua, wakil ketua, sekretaris dan

bendahara (DKP, 2006).

Panglima Laot berfungsi dan bertugas sebagai pembantu pemerintah dalam

membantu pembangunan perikanan, melestarikan adat istiadat dan kebiasaan-

kebiasaan dalam masyarakat nelayan yaitu (Panglima Laot, 2005):

1) Panglima Laot Lhok menyelesaikan sengketa antar nelayan di wilayah

kerjanya;

2) Panglima Laot Kabupaten/Kota melaksanakan penyelesaian sengketa antara

nelayan dari dua atau lebih, dimana Panglima Laot Lhok belum bisa

menyesaikannya, serta mengatur jadwal Kenduri Adat Laot sehingga tidak

terjadi kenduri yang dilaksanakan pada hari yang sama dalam satu

Kabupaten/Kota;

3) Panglima Laot Propinsi mengkoordinir pelaksanaan Hukum Adat Laot di

Propinsi Pemerintahan Aceh dan menjembatani serta mengurus kepentingan-

kepentingan nelayan di tingkat propinsi.

Page 16: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

43

Lembaga Adat Aceh (Panglima Laot) melaksanakan fungsi dan tugasnya

antara lain:

1) Memelihara dan mengawasi ketentuan-ketentuan hukum adat dan adat laot;

2) Mengkoordinir dan mengawasi setiap usaha penangkapan ikan di laut;

3) Menyelesaikan perselisihan/sengketa yang terjadi di antara sesama anggota

nelayan dan kelompoknya;

4) Mengurus dan menyelenggarakan Upacara Adat Laot;

5) Menjaga/mengawasi agar pohon-pohon (manggrove) di tepi pantai tetap terjaga

supaya daerah fishing ground untuk nelayan-nelayan kecil tidak terlalu jauh

(perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi daerah setempat);

6) Badan penghubung antara nelayan dengan pemerintah dan Panglima Laot

dengan Panglima Laot lainnya;

7) Meningkatkan taraf hidup nelayan pesisir pantai. 4.5.3 Sistem kelembagaan nelayan di Kabupaten Aceh Barat

Kabupaten Aceh Barat memiliki sistem kelembagaan nelayan yang sama

seperti di tingkat Pemerintahan Aceh yaitu lembaga adat laut, harapannya semakin

mudah nelayan/masyarakat pesisir untuk menyampaikan aspirasinya kepada

pemerintah daerah (PEMDA) atau pemerintah propinsi, agar kesejahteraan

masyarakat pesisir/nelayan dapat meningkat. Kelembagaan adat ini (Panglima

Laot) berperan dalam memonitoring pelaksanaan pembangunan yang dilakukan

pemerintah, terkait dengan pembangunan di daerah masyarakat pesisir/nelayan

agar pembangunan tersebut dapat terlaksana dengan baik, berhasil guna (efektif)

dan berdaya guna (efisien). Pelaku sistem kenelayanan di Kabupaten Aceh Barat

terdiri dari Panglima Laot, Toke Boat, Toke Bangku, Toke Penampung dan

nelayan. Sistem kenelayanan disini berdasarkan adat, budaya serta kebiasaan-

kebiasaan lokal (masyarakat Nelayan Aceh Barat) yang sudah dijalani turun-

temurun, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 17: 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi ... · 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 4.1 . ... Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan

44

Tabel 10 Pelaku sistem kelembagaan nelayan di Kabupaten Aceh Barat

No Pelaku Fungsi dan Peran

1. Panglima Laot Mengayomi, menjaga,memelihara, membina sistem adat kenelayanan dan keluatan

2. Toke Boat Pemilik boat/kapal yang dipakai oleh nelayan dalam mencari dan mendapatkan hasil tangkapan di laut

3. Toke Bangku Penyedia modal kerja melaut Menjaga stabilitas harga ikan dari dan ke pasar Menerima dan membeli hasil tangkapan Menjual hasil tangkapan ke Toke Penampung

4. Toke Penampung Memasarkan, mengolah, mendistribusikan hasil tangkapan baik lokal maupun luar daerah

5. Nelayan Melaksanakan aktivitas penangkapan ikan (melaut).