17
TINJAUAN PUSTAKA 1. Pendahuluan Saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah Asia dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tengara. 1 Katarak juga merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan di Indonesia. Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. 2 Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, namun dapat juga merupakan kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, , ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Selain itu, katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokular lainnya. 3 Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi krisis katarak dimana jumlah kebutaan akibat katarak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena semakin tingginya usia harapan hidup sehingga diperkirakan untuk 1

43584009-KATARAK-SENILIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 43584009-KATARAK-SENILIS

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendahuluan

Saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir

setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah

Asia dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah

Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia

dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tengara.1

Katarak juga merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan di Indonesia.

Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai

hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.2 Katarak umumnya merupakan penyakit

pada usia lanjut, namun dapat juga merupakan kelainan kongenital, atau penyulit

penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan

katarak seperti glaukoma, , ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Selain itu, katarak

dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokular lainnya.3

Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi krisis katarak dimana jumlah

kebutaan akibat katarak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena semakin

tingginya usia harapan hidup sehingga diperkirakan untuk mengeliminasi kebutaan

akibat katarak dibutuhkan lebih dari 30 juta operasi katarak hingga tahun 2020.4

2. Definisi

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta

yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti

tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan

pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi

protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.3

Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan

proliferasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema

lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak.2

1

Page 2: 43584009-KATARAK-SENILIS

Gambar 1. Katarak Matur( Dikutip dari kepustakaan No.5 )

3. Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45

juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang

seperti Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan

di Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan.6

Survei tahun 1982 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,2%

dari seluruh populasi dan 0,76% disebabkan oleh katarak. Sedangkan pada survei tahun

1994-1997 yang diadakan oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia menunjukkan adanya peningkatan angka

kebutaan yaitu mencapai 1,47% dan 1,02% diakibatkan oleh katarak.1

4. Klasifikasi

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam: 3

1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun

2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun

Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa atau nukleus

embrional, bergantung pada waktu stimulus kataraktogenik. Katarak juvenil adalah

katarak yang terdapat pada usia muda yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9

tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak

kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun

metaolik dan penyakit lainnya seperti katarak metabolik, katarak akibat kelainan otot

pada distrofi miotonik, katarak traumatik, dan katarak komplikata.2,3

Katarak senil adalah kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia

lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senil secara

2

Page 3: 43584009-KATARAK-SENILIS

klinik dibedakan dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur.

Perbedaan stadium katarak senil dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 3

Insipien Imatur Matur Hipermatur Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang Iris Normal Terdorong Normal TremulansBilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam Sudut bilik mata Normal Sempit Normal TerbukaShadow test (-) (+) (-) +/-Visus (+) < << <<<Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senil 3

5. Diagnosis

Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang

semakin kabur. Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh

penglihatan jauh yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga

pasien dapat membaca lebih baik tanpa kacamata (“second sight”). Terjadinya miopia

ini disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipient.11 Sebagian

besar katarak tidak dapat dilihat oleh pemeriksa awam sampai menjadi cukup padat

(matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Katarak pada stadium dini, dapat

diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar

atau slit lamp. 7

Gambar 2. Kata rak pada mata yang dilihat dengan slit lamp ( Dikutip dari kepustakaan No. 8 )

Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya

kekeruhan lensa, hingga reaksi fundus hilang. Derajat klinis pembentukan katarak

dinilai terutama dengan uji ketajaman penglihatan Snellen. 7

3

Page 4: 43584009-KATARAK-SENILIS

6. Terapi

Operasi

Katarak senilis penanganannya harus dilakukan pembedahan atau operasi.

Tindakan bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil, seperti

katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak belum matur, katarak

matur, karena apabila telah menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis

atau glaukoma) dan katarak telah telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen

yang menimbulkan glaukoma.3,7

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu: 3 - ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) yang terdiri dari ECCE

konvensional, SICS (Small Incision Cataract Surgery), fekoemulsifikasi

(Phaco Emulsification.

Gambar 4. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (ECCE)( Dikutip dari kepustakaan No. 9 )

Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan

getaran ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek

dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. 7

4

Page 5: 43584009-KATARAK-SENILIS

Gambar 5. Fekoemulsifikasi Dengan Energi Ultrasonik( Dikutip dari kepustakaan No. 10)

Fekoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak terbaik yang pernah ada

saat ini. Teknik ini di tangan operator yang berpengalaman menghasilkan rehabilitasi

tajam penglihatan yang lebih cepat, kurang menginduksi astigmatisme, memberikan

prediksi refraksi pasca operasi yang lebih tepat, rehabilitasi yang lebih cepat dan

tingkat komplikasi yang rendah.11

Meskipun demikian, Manual Small Incision Cataract Surgery ( MSICS) yang

adalah modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik

pilihan yang dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik

ini lebih menjanjikan dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih

cepat, astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.13

Komplikasi dari pembedahan katarak antara lain: 3,12

- Ruptur kapsul posterior

- Glaukoma

- Uveitis

- Endoftalmitis

- Perdarahan suprakoroidal

- Prolap iris

Lensa Intraokuler

5

Page 6: 43584009-KATARAK-SENILIS

Lensa intraokuler adalah lensa buatan yang ditanamkan ke dalam mata pasien

untuk mengganti lensa mata yang rusak dan sebagai salah satu cara terbaik untuk

rehabilitasi pasien katarak.13

Sebelum ditemukannya Intra Ocular Lens (IOL), rehabilitasi pasien pasca

operasi katarak dilakukan dengan pemasangan kacamata positif tebal maupun Contact

lens (kontak lensa) sehingga seringkali timbul keluhan-keluhan dari pasien seperti

bayangan yang dilihat lebih besar dan tinggi, penafsiran jarak atau kedalaman yang

keliru, lapang pandang yang terbatas dan tidak ada kemungkinan menggunakan lensa

binokuler bila mata lainnya fakik.2

IOL terdapat dalam berbagai ukuran dan variasi sehingga diperlukan

pengukuran yang tepat untuk mendapatkan ketajaman penglihatan pasca operasi yang

maksimal. Prediktabilitas dalam bedah katarak dapat diartikan sebagai presentase

perkiraan target refraksi yang direncanakan dapat tercapai dan hal ini dipengaruhi oleh

ketepatan biometri dan pemilihan formula lensa intraokuler yang sesuai untuk

menentukan kekuatan (power) lensa intraokuler. Faktor-faktor biometri yang

mempengaruhi prediktabilitas lensa intraokuler yang ditanam antara lain panjang bola

mata (Axial Length), kurvatura kornea (nilai keratometri) dan posisi lensa intraokuler

yang dihubungkan dengan kedalaman bilik mata depan pasca operasi. Prinsip alat

pengukuran biometri yang umum digunakan untuk mendapatkan data biometri yaitu

dengan ultrasonografi (USG) atau Partial Coherence Laser Interferometry (PCI).10

Gambar 7. Intra Ocular Lens

( Dikutip dari kepustakaan No.10 )

Pengukuran Kekuatan IOL

6

Page 7: 43584009-KATARAK-SENILIS

Formula untuk mengukur kekuatan IOL sudah banyak berkembang sejak 25

tahun yang lalu. Saat ini telah ditemukan kurang lebih 12 formula berbeda yang dapat

digunakan diantaranya SRK II, SRK/T, Binkhorst, Hoffer Q, Holladay.14 Pada tahun

1980 formula SRK I dan II cukup terkenal karena mudah digunakan akan tetapi karena

seringnya ditemuka kesalahan pada hasil pengukurannya akhirnya formula ini tidak lagi

digunakan dan menjadi alasan kenapa IOL sempat ditarik kemudian pada tahun 1990

formula baru yang lebih akurat mulai dikembangkan. Dengan menggunakan persamaan

Gaussian kekuatan IOL dapat diukur dengan rumus dibawah ini:15

P = Kekuatan IOL (satuan dioptri)K = Nilai kekuatan kornea sentral rata-rataAL = Axial lenght (milimeter)C = ELP, jarak anatara permukaan kornea anterior dengan permukaan IOL (milimeter)nV = Indeks refraksi dari vitreusnA = Indeks refraksi dari humor aquos

Axial lenght adalah faktor yang paling penting dalam formula mengukur

kekuatan IOL, bila ditemukan kesalahan sebanyak 1mm dari pengukuran AL maka akan

menghasilkan kesalahan refraksi sebanyak 2,35 D pada pada mata dengan AL 23,5mm.

Kesalaha refraksi akan turun samapai 1,75 D/mm pada mata dengan AL 30mm tetapi

meningkat sampai 3,75 D/mm pada mata dengan AL 20mm. Jadi dapat disimpulkan

bahwa akurasi dalam pengukuran AL lebih bermakna pada mata dengan AL pendek

dibandingkan mata dengan AL panjang. 15

Kekuatan kornea sentral merupakan faktor kedua yang penting dalam formula

menghitung kekuatan IOL, dengan kesalahan 1,0 D akan menghasilkan kesalahan

refraksi postoperasi sebanyak 1,0 D. Kekuatan kornea sentral dapat diukur dengan

menggunakan keratometer atau topografi kornea yang dapat mengukur kekuatan kornea

secara langsung. 15

Untuk mendapatkan IOL yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan pasien

diperlukan suatu pengukuran yang akurat dan ini merupakan tanggung jawab ahli bedah

7

P = [ nV / ( AL – C ) ] – [ K / ( 1 – K x C / nA ) ]

Page 8: 43584009-KATARAK-SENILIS

RAHASIA

untuk mempertimbangkan kebutuhan pasien tentunya dengan melakukan beberapa

pemeriksaan. Untuk formula yang akan digunakan tergantung kepada ahli bedah akan

tetapi pengukuran biometri harus dilakukan seakurat mungkin. Jika pada hasil

ditemukan suatu kecurigaan atau nilai diluar batas normal maka pengukuran harus

diulang kembali. Selain itu pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada kedua mata untuk

memantau adanya perbedaan yang sangat besar antara kedua mata. 15

STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Bangun Cenawai

Pekerjaan : Guru

Pendidikan : D3

Agama : Islam

Status : Menikah

MR : 68 45 74

MRS : 20 September 2010

ANAMNESA

Keluhan Utama : Mata kiri kabur perlahan tanpa mata merah

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 2 minggu SMRS, pandangan pada mata kiri pasien mulai kabur seperti

melihat asap, semakin lama pandangan menjadi bertambah kabur. Pada saat

8

Page 9: 43584009-KATARAK-SENILIS

melihat yang terang, pandangan menjadi sangat silau. Nyeri dan merah pada

mata tidak ada. Mata kanan tidak ada keluhan.

3 minggu SMRS, pasien terjatuh dari sepeda motor, tidak menggunakan helm,

pasien menyangkal trauma pada daerah mata atau kepalanya, mual dan muntah

setelah kecelakaan tidak ada, pingsan atau penurunan kesadaran setelah

kecelakaan tidak ada, keluhan pandangan kabur ataupun mata merah tidak ada.

Sejak 3 tahun yang lalu pasien sudah mulai memakai kacamata untuk membaca,

keluhan pandangan bertambah kabur (-), pandangan berkabut (-), silau terhadap

cahaya (-), mata merah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi (+) baru diketahui pasien ± 2minggu SMRS

Riwayat kencing manis (-)

Riwayat asma atau alergi (-)

Riwayat minum obat lama (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis - Koperatif

Vital Sign :

TD : 120/80 mmHg

N : 88 x/i

S : 37 ºC

RR : 22 x/ i

Pembesaran KGB preaurikuler : (-)

STATUS OPTHALMOLOGI

OD OS20/80 Visus Tanpa Koreksi 1/300

S+1.50-> 20/50 Visus Dengan Koreksi Tidak diperiksaBaik Proyeksi Cahaya BaikBaik Persepsi Warna Baik

Ortoforia Posisi Bola Mata Ortoforia

9

Page 10: 43584009-KATARAK-SENILIS

Baik ke segala arah

Gerakan Bola Mata

Baik ke segala arah

Normal (cara palpasi) Tekanan Bola Mata Normal (cara palpasi)Normal Palpebra NormalTenang Konjungtiva TenangTenang Kornea Tenang

Tenang Sklera Tenang

Dalam COA DalamPupil bulat, regular, Ø = 3 mm Refleks cahaya langsung (+)

Refleks cahaya tdk langsung (+) Iris/Pupil

Pupil bulat, regular, Ø = 3 mm Refleks cahaya langsung +

Refleks cahaya tdk langsung (+)

Sedikit keruh Lensa Keruh pekat

Tidak dapat diperiksa Fundus Tidak dapat diperiksa

Gambar

Diagnosis :

- Katarak senilis matur OS

- Katarak senilis insipien OD

Diagnosis Banding

Katarak traumatika

Anjuran Pemeriksaan:

Keratometri

USG A-Scan OS

Lab darah rutin, Urin rutin

Rö thorax

Terapi

SICS + IOL OS

Catarlent ED 3x1 OD

Prognosis

10

Page 11: 43584009-KATARAK-SENILIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia at bonam

Quo ad kosmetikum : bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Manalu R. Mass Cataract Surgery Among Barabai Community At Damanhuri

Hospital, South Kalimantan. IOA The 11th Congress In Jakarta, 2006. 127-131

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya

Medika, 2000. 175-183

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. 200-211

4. Yorston D. Monitoring Cataract Surgical Outcomes: Computerised Systems.

http://www. Journal of Community Eye Health.com [diakses 20 September

2010]

5. Ocompo VVD. Cataract, Senile. http://www.e-medicine.com [diakses 20

September 2010]

11

Page 12: 43584009-KATARAK-SENILIS

6. Ariston E, Suhardjo. Risk Factors for Nuclear, Cortical and Posterior

Subcapsular Cataract in Adult Javanese Population at Yogyakarta territory.

Ophthalmologica Indonesiana 2005;321:59.

7. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih Bahasa:

Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed. Jakarta: Widya

Medika; 2000.176-177.

8. Pararajasegaram R. Importance of Monitoring Cataract Surgical Outcomes.

Journal of Community Eye Health, International Centre for Eye Health, London.

http://www.Joc.Com [diakses 20 September 2010]

9. Anonim. Extracapsular Cataract Extraction. www.surgeryencyclopedia.com.

[diakses 20 September 2010]

10. Anonim. Phacoemulsification. www. visitech.org. [diakses 20 September 2010]

11. Shidik A, Rahayu T. Predictability of Phacoemulsification in Cipto

Mangunkusumo Hospital 2005; A- Scan Biometry Performed by Resident. IOA

the 11th Congress In Jakarta, 2006.99-106

12. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology 3rd Ed. Oxford: Butterworth-Heinemann;

1994. 234-248.

13. Jayanegara IWG. One Needle Technique for Non Phaco Small Incision Cataract

Surgery. IOA the 11th Congress In Jakarta, 2006. 168-171

14. Steinert RF. Cataract Surgery. Technique, Complications, Management. 1995.

W.B. Saunders Company. 22-6

15. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS, et all. Clinical Optics. Section 3. 2009-2010.

American Academy Opthamology.211-9

12