Upload
letram
View
252
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Data
2.1.1 Literatur Buku
1. “Prosesi Perkawinan Masyarakat Gumi Sasak” Karya Lalu Ratmaja, S.Pd –
Bahrie, S.Pd – H. Sudirman, S.Pd
2. “Gumi Sasak Dalam Sejarah” Karya H. Sudirman, S.Pd
3. “Lombok Pulau Perawan” Karya Solichin Salam
4. “Tata Budaya Adat Sasak di Lombok” Karya H. Lalu Lukman
5. “Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat”
6. “Adat dan Upacara Perkawinan Nusa Tenggara Barat”
2.1.2 Literatur Artikel
1. http://kebudayaan-ntb.blogspot.com/
2. http://kangeryu.blogspot.com/2013/03/kota-mataram_16.html
3. http://www.nusatenggaraindonesia.com/2012/05/uniquely-nyongkolan-in-
lombok-island.html
4. http://ummughifari.blogspot.com/2013/06/nyongkolan-dengan-kecimol-
masih-layakkah.html
5. http://www.infolombok.net/tradisi-unik-merariq-suku-sasak/
2.1.3 Pengertian Film Dokumenter
Film Dokumenter adalah film yang mendokumentasikan sebuah
peristiwa yang diambil dari kejadian yang nyata atau sungguh-sungguh
terjadi. Istilah dokumenter ditemukan oleh John Grierson, dalam resensi film
Moana (1926) karya Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, di New
5
6
York Sun pada tanggal 8 Februari 1926. Grierson berpendapat bahwa
dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas (Susan
Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996, hal 72). Oleh karena itu
dokumenter pun termasuk didalamnya sebagai suatu metode publikasi
sinematik, yang dalam istilahnya disebut “creative treatment of actuality”
(perlakuan kreatif atas keaktualitasan). Karena ada perlakuan kreatif, sama
seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa dilihat bukan
sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis representasi lain dari
relitas itu sendiri. Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai
pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini.
Apa Itu Dokumenter. (2009, January 7). Retrieved March 26, 2014, from
http://www.scribd.com/doc/9810056/Apa-Itu-Dokumenter#scribd
2.1.3.1 Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan
dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter
tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan
propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter
tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan
waktu, muncul berbagai aliran dari film documenter misalnya dokudrama.
Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan estetis, agar gambar
dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan
dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam
dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah
tren tersendiri dalam perfilman dunia. Demikian pula dalam film dokumenter,
mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi,
Gerzon R. Ayawaila membagi genre jenis film dokumenter menjadi dua belas
jenis. Berikut dua belas jenis-jenis film dokumenter :
2.1.3.1.1 Laporan Perjalanan
Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli
etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa
membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh –
7
temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang
sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel
film, travel documentary dan adventures film. Film Nanook of the
North (1922) karya Robert Flaherty oleh banyak pengamat dianggap
sebagai film perjalanan yang awal. Dibuat selama satu tahun penuh
oleh Flahert walaupun sebenarnya film ini hanya menceritakan
aktivitas Nanook dan keluarganya (perdagangan, berburu, memancing
dan migrasi dari suatu kelompok hampir tidak tersentuh oleh industri
teknologi). Sekarang ini banyak televisi yang membuat program
dengan pendekatan dokumenter perjalanan, misalnya Jelajah (Trans
TV), Jejak Petualang (TV7/Trans7) Bag Packer (TVOne) dan
sebagainya, bahkan di beberapa televise berbayar membuat saluran
televisi khusus laporan perjalanan seperti Travel and Living.
Dikarenakan penayangannya di televisi, maka kedalaman
permasalahannya sangat disesuaikan dengan kebutuhan televisi.
2.1.3.1.2 Sejarah
Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat
kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung
pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan
hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun
penafsirannya. Tidak diketahui sejak kapan dokumenter sejarah ini
digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah
menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang memang lebih
banyak bertipe dokumenter. Khususnya film-film yang disutradarai
oleh Leni Refensthal seperti Triumph of the Will (1934), Olympia I :
Festival of Nations (1937) & Olympia II : Festival of Beauty (1938).
Pada awal film Olympia I divisualisasikan tentang bangsa Aria di
masa lalu sedang melakukan oleh raga seperti lari, lempar lembing,
lempar cakram dan sebagainya. Sedangkan tahun 1955, Alain Resnais
membuat film Night and Fog yang mencengangkan dunia pada masa
8
itu sebab ia menggambarkan bagaimana terjadinya genosida kaum
Yahudi oleh tentara Nazi dalam sebuah kamp konsentrasi.
Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi karena
terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa
lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang tinggi sangat membatasi
mereka untuk mendalami pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang
ditangkap oleh televisi untuk memproduksi film-film sejarah.
Sekarang ini di Metro TV sering ditayangkan Metro Files, program
dokumenter yang mengupas sejarah yang tidak terungkap di
Indonesia. Dalam beberapa tayangannya sempat membahas tentang
budaya Tionghoa di Jakarta (Batavia) dalam judul Merah Hitam di
Batavia, pengupasan kepahlawanan Dr. Johannes Leimena, seorang
negarawan yang gigih dan memberi kontribusi terhadap berdirinya
puskesmas dalam judul Mutiara dari Timur, serta tentang tokoh
pergerakan bangsa yang berjuang melalui pendidikan dalam Lentera
Bangsa.
2.1.3.1.3 Potret atau Biografi
Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok
seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya
seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu – atau
seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun
aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada
hal yang sama untuk menggolongkannya, yaitu:
2.1.3.1.3.1 Potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek
human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya
adalah hanya peristiwa –peristiwa yang dianggap penting dan
krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan,
simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh.
Misalnya saja film Fog of War (2003) karya Errol Morris yang
menggambarkan pemikiran strategi hidup dari Robert S.
9
McNamara, mantan Menteri Pertahanan di masa pemerintahan
Presiden John. F Kennedy dan Presiden Lyndon Johnson.
Selain itu ada beberapa film yang berwujud potret seperti
Salvador Dali: A Soft Self- Portrait (1970) karya Jean-
Christophe Averty, Maria Callas: La Divina – A Portrait
(1987) karya Tony Palmer, Zidane : A 21st Century Portrait
(2006) yang disutradarai Douglas Gordon serta Phillipe
Parreno dan lain sebagainya.
2.1.3.1.3.2 Biografi yaitu yang cenderung mengupas secara kronologis dari
yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh dilahirkan hingga saat
tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh)
yang diinginkan oleh pembuat filmnya. Film The Day After Trinity (1981)
karya Jon Else adalah salah satunya. Film ini berkisah tentang seputar bom
atom yang diciptakan oleh Robert Oppenheimer dan penyesalannya terhadap
penyalahgunaan teknologi itu untuk membombardir Hiroshima dan Nagasaki
tahun 1945. Metro TV dalam Metro Files-nya pernah mengulas tentang
perjuangan Laksamana Muda John Lie yang memperjuangkan Indonesia dari
laut di mana pada saat itu banyak orang masih bergunjing tentang pribumi
dan keturunan.
2.1.3.1.3.3 Profil. Sub-genre ini walaupun banyak persamaannya namun
memiliki perbedaan dengan dua di atas terutama karena adanya unsur
pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequence-nya
hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya
diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah
mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Profil umumnya lebih
banyak membahas aspek – aspek ‘positif’ tokoh seperti keberhasilan ataupun
kebaikan yang dilakukan. Film–film seperti ini dibuat oleh banyak orang di
Indonesia terutama saat kampanye pemilu legeslatif ataupun pemilukada
(pemilihan umum kepala daerah).
10
2.1.3.1.4 Nostalgia
Film – film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun
biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari
kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok. Pada tahun
2003, Rithy Panh membuat S21: The Khmer Rouge Death Machine di
mana ia mendatangkan beberapa orang yang merupakan dua pihak
dari kekejaman Khmer Merah, baik dari pihak korban maupun para
penyiksa di masa lalu.
2.1.3.1.5 Rekonstruksi
Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap
peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri
dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu
rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan
direkonstruksi dalam film – film jenis ini adalah peristiwa criminal
(pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan
tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. Contoh film jenis ini adalah
Jejak Kasus, Derap Hukum dan Fokus. Rekonstruksi yang dilakukan
tidak membutuhkan mise en scene (pemain, lokasi, kostum, make-up
dan lighting) yang persis dengan kejadiannya, sehingga sangat
berbeda �rofessio yang memang membutuhkan keotentikan yang
tinggi. Yang hendak dicapai dari rekonstruksi di sini adalah sekedar
proses terjadinya peristiwanya itu. Dalam membuat rekonstruksi, bisa
dilakukan dengan shoot live action atau bisa juga dibantu dengan
animasi.
2.1.3.1.6 Investigasi
Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik.
Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang
diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam,
baik diketahui oleh �rofes ataupun tidak. Umpamanya korupsi dalam
11
penanganan bencana, jaringan kartel atau mafia di sebuah negara,
tabir dibalik sebuah peristiwa pembunuhan, ketenaran instan sebuah
band dan sebagainya. Peristiwa seperti itu ada yang sudah
terpublikasikan �rofess pula yang belum, namun persisnya seperti
apa bisa jadi tidak banyak orang yang mengetahui. Terkadang,
dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu
memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan di beberapa film
aspek rekonstruksinya digunakan untuk menggambarkan dugaan-
dugaan para subjek di dalamnya. Misalnya yang dilakukan oleh Errol
Morris dalam filmnya The Thin Blue Line, rekonstruksi digunakan
untuk memperlihatkan seluruh kemungkinan dan detil peristiwa yang
terjadi saat itu, misalnya merk mobil, bentuk lampu, jarak pandang
dan sebagainya.
2.1.3.1.7 Perbandingan dan Kontradiksi
Dokumenter ini mentengahkan sebuah perbandingan, bisa dari
seseorang atau sesuatu seperti film Hoop Dreams (1994) yang dibuat
oleh Steve James. Selama empat tahun, ia mengikuti perjalanan dua
remaja Chicago keturunan Afro – America, William Gates dan Arthur
Agee untuk menjadi atlit basket �rofessional. Michael Moore dalam
Sicko (2007) membandingkan kebijakan dan pelayanan kesehatan di
Amerika Kesehatan dengan tiga negara maju lainnya, yaitu Kanada,
Inggris dan Perancis serta satu negara berkembang yang justru
tetangga Amerika Serikat sendiri yaitu Kuba. Hasilnya ternyata
Amerika Serikat sangat jauh tertinggal dalam pelayanan kesehatan
bahkan antara orang yang punya asuransi dan yang tidak memiliki
asuransi hampir tidak ada bedanya sebab pada akhirnya uang asuransi
mereka juga sulit keluar sehingga mereka harus membayar sendiri
biaya dokter atau rumah sakitnya.
12
2.1.3.1.8 Ilmu Pengetahuan
Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat dengan
masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa Orde Baru, TVRI
sering memutar program berjudul Dari Desa Ke Desa ataupun film
luar yang banyak dikenal dengan nama Flora dan Fauna. Tapi
sebenarnya film ilmu pengetahuan sangat banyak variasinya lihat saja
akhir tahun 1980 -an ketika RCTI (pada masa itu masih menjadi
televisi berbayar) memutar program Beyond 2000, yaitu film ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan teknologi masa depan. Saat itu
beberapa kalangan cukup terkejut sebab pengetahuan yang mereka
dapatkan berbeda dari dokumenter yang mereka lihat di TVRI.
2.1.3.1.9 Buku Harian
Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre ini juga
mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang
diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema–
temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa
yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa
yang dialami atau bahkan perlakuan kawan – kawannya terhadap
dirinya. Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang
Pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional.
Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi
unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan
ruang dan waktu kejadian yang cukup detil, misalnya Rumah Dadang,
Jakarta. Tanggal 7 Agustus 2011, Pukul 13.19 WIB. Pada beberapa
film, jenis diary ini oleh pembuatnya digabungkan dengan jenis lain
seperti laporan ataupun nostalgia. Salah satu film yang dianggap film
berjenis buku harian adalah A Diary for Timothy (1945) adalah film
dokumenter Inggris yang disutradarai oleh Humphrey Jennings.
13
2.1.3.1.10 Musik
Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa
1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat banyak diproduksi.
Memang salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan Pannebaker
membuat film – film yang sebenarnya hanya mendokumentasikan
pertunjukkan musik. Misalnya ketika membuat Don�t Look Back
yang menggambarkan seorang seniman muda berusia 23 tahun
bernama Bob Dylan.
2.1.3.1.11 Association Picture Story
Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai
dengan namanya, film ini mengandalkan gambar – gambar yang tidak
berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna
yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang
terbentuk di benak mereka. Film yang sangat berpengaruh dalam 11
genre ini adalah A Man With The Movie Camera karya Dziga Vertov.
2.1.3.1.12 Dokudrama
Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan salah satu
dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang
terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh
aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk
direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat
aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk
keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan
dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh
aslinya. Contoh dari film dokudrama adalah ini adalah JFK (Oliver
Stone), G30S/PKI (Arifin C. Noer), All The President�s Men (Alan J.
Pakula) dsb. Uniknya, di Indonesia malah pernah ada dokudrama
yang tokoh utamanya dimainkan oleh pelakunya sendiri yaitu Johny
Indo karya Franky Rorimpandey. Pada waktu itu sangat
14
menghebohkan karena Johny Indo juga dikenal sebagai pemain film
sebelum kejadian perampokan toko emas.
Hermansyah, D. (2011, March 25). Jenis-Jenis (Genre) Film
Dokumenter. Retrieved March 26, 2014, from
https://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-film-
dokumenter/
2.1.3.2 Keberagaman materi yang ingin disampaikan dalam suatu film
dokumenter pun akhirnya melahirkan beberapa pendekatan. Dikenal
sedikitnya tiga jenis gaya film dokumenter dan dengan jelas memiliki
ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama, yaitu:
2.1.3.2.1 Classical Cinema adalah bentuk paling terstruktur
dan tradisional dari dokumenter. Jenis dokumenter ini sering
menggunakan banyak narasi didaktik.
2.1.3.2.2 Cinéma Vérité. Gaya Cinéma Vérité berasal dari
tahun 1950-an dan mencapai popularitas di tahun 1960.
Cinéma Vérité didorong oleh kemajuan teknologi film seperti
kamera portabel dengan teknologi perekam suara yang bisa
dibawa ke mana saja. Cinéma Vérité, berarti ‘True Cinema’.
Cinéma Vérité bertujuan agar terjadi naturalism ekstrim,
menggunakan aktor non-profesional, teknik pembuatan film
yang tidak mengganggu subjek, kamera genggam, lokasi asli,
bukan suara studio, suara alamiah tanpa editing pada pasca
produksi atau voiceovers. Kamera adalah yang mengambil
segala hal yang terjadi.
2.1.3.2.3 Documentary Drama. Gaya ini mencampur teknik
drama dan unsur – unsur faktual dokumenter. Peristiwa nyata
diperankan oleh actor profesional dengan setting yang
dikendalikan dalam gaya yang direkonstruksikan dengan jelas.
15
Jessica, A. (2012, July 9). KUASA PENGETAHUAN DALAM
FILM DOKUMENTER. Retrieved March 26, 2014, from
https://philosophyangkringan.wordpress.com/2012/07/10/kuasa-
pengetahuan-dalam-film-dokumenter/
2.1.3.3 Pada dasarnya, Barsama menempatkan dokumenter sebagai
suatu kategori tersendiri, karena ia mengatakan bahwa peran si
pembuat film dalam menentukan interpretasi materi dalam jenis-jenis
film tersebut jauh lebih khas. Perkembangan dokumenter dan genre-
nya saat ini sudah sangat pesat dan beragam, tetapi ada beberapa
unsur yang tetap dan penggunaannya, yakni unsur – unsur visual dan
verbal yang biasa digunakan dalam dokumenter, yaitu:
2.1.3.3.1 Unsur Visual
2.1.3.3.1.1 Observasionalisme reaktif; pembuatan film dokumenter
dengan bahan yang sebisa mungkin diambil langsung dari subyek
yang difilmkan. Hal ini berhubungan dengan ketepatan pengamatan
oleh pengarah kamera atau sutradara.
2.1.3.3.1.2 Observasionalisme proaktif; pembuatan film dokumenter
dengan memilih materi film secara khusus sehubungan dengan
pengamatan sebelumnya oleh pengarah kamera atau sutradara.
2.1.3.3.1.3 Mode ilustratif; pendekatan terhadap dokumenter yang
berusaha menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan
oleh narator (yang direkam suaranya sebagai voice over).
2.1.3.3.1.4 Mode asosiatif, pendekatan dalam film dokumenter yang
berusaha menggunakan potongan-potongan gambar dengan berbagai
cara. Dengan demikian, diharapkan arti metafora dan simbolis yang
ada pada informasi harafiah dalam film itu, dapat terwakili.
16
2.1.3.3.2 Unsur Verbal
2.1.3.3.2.1 Overheard exchange; rekaman pembicaraan antara dua
sumber atau lebih yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan
secara langsung.
2.1.3.3.2.2 Kesaksian; rekaman pengamatan, pendapat atau informasi,
yang diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber
lain yang berhubungan dengan subyek dokumenter. Hal ini
merupakan tujuan utama dari wawancara.
2.1.3.3.2.3 Eksposisi; penggunaan voice over atau orang yang
langsung berhadapan dengan kamera, secara khusus mengarahkan
penonton yang menerima informasi dan argumen – argumennya.
Apa Itu Dokumenter. (2009, January 7). Retrieved March 26, 2014,
from http://www.scribd.com/doc/9810056/Apa-Itu-
Dokumenter#scribd
2.1.4 Kondisi Fisik Daerah
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai
dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa
Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di
barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota
Mataram yang berada di Pulau Lombok.
Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak,
sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di
Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam
(96%).
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang beribukota di Mataram
terbagi dalam 8 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Bima, Kabupaten
Dompu, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten
17
Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten
Sumbawa Barat, Kota Bima dan Kota Mataram. Kabupaten Sumbawa
merupakan wilayah dengan luas terbesar yaitu 6.643,98 Km2 (32,97%),
sementara Kota Mataram merupakan wilayah dengan luas terkecil yaitu 61,30
Km2 (0,30%).
Safarina, F. (2013, March 13). FAUZIAH SAFARINA'S BLOG:
KERAGAMAN BUDAYA NUSA TENGGARA BARAT. Retrieved March
26, 2014, from http://fzhsafarina.blogspot.com/2013/03/keragaman-budaya-
nusa-tenggara-barat.html
2.1.5 Sejarah Kebudayaan NTB
Adat-istiadat yang melekat pada masyarakat NTB diawali oleh
Sejarah kehidupan nenek moyangnya yang pernah dijajah dan dikuasai oleh
orang-orang hindu. Kekalahan kerajaan hindu membuat islam kembali
mendominasi di lingkungan masyarakat NTB. Interaksi yang terjadi antar
masyarakat membuat kebiasaan atau adat - istiadat yang ada saling mengisi
dan berbaur dengan erat antara yang satu dengan yang lainnya hinga tumbuh
dan berkembang sampai sekarang, misalnya saja perpaduan antara budaya
hindu dan budaya islam seperti selametan laut yang dilakukan dengan
menggelar zikir bersama yang disertai dengan perlengkapan sesajian yang
akan disantap bersama dan sejenisnya.
Di luar budaya hindu dan islam, budaya masyarakat NTB juga
diperkaya dengan beragam budaya masyarakat yang beragama kristen dan
buda serta agama konghucu yang dianut oleh sebagian masyarakat cina yang
sudah tinggal di NTB sejak zaman penjajahan terdahulu. Kedamaian hidup
dalam kerberagaman budaya yang ada tentu menjadi idaman setiap anggota
masyarakat NTB yang ada hingga saat ini.
Gejala kebudayaan dalam kehidupan masyarakat NTB yang sangat
dominan adalah ketergantungan dan kepatuhan masyarakat terhadap tokoh-
tokoh pemuka agama atau tokoh adat sebagai panutan dalam kehidupan
sehari-hari, karenanya pengaruh kehidupan masyarakat yang dilandasi sistem
18
patriakhis. Interprestasi ajaran agama yang belum tepat sering mempengaruhi
sikap dan pandangan masyarakat yang diimplementasikan pada sistem nilai
sosial dan budaya sehingga mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap
kedudukan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat.
Safarina, F. (2013, March 13). FAUZIAH SAFARINA'S BLOG:
KERAGAMAN BUDAYA NUSA TENGGARA BARAT. Retrieved March
26, 2014, from http://fzhsafarina.blogspot.com/2013/03/keragaman-budaya-
nusa-tenggara-barat.html
2.1.6 Pengertian Nyongkolan
Secara garis besar Nyongkolan berasal dari kata songkol / sondol yang
artinya; mendorong dari belakang. Nyongkolan bisa didefinisakan sebagai
mengiringi atau mengawal pengantin untuk bertandang ke rumah keluarga
pengantin wanita dalam sebuah prosesi adat pernikahan masyarakat Sasak.
Nyongkolan dilakukan setelah akad nikah dilaksanakan, dan waktunya
tergantung dari kesiapan keluarga pengantin pria. Terkadang satu minggu
setelah akad nikah bahkan satu bulan, karena tidak ada ketentuan waktu yang
harus dalam hukum adat. Proses Nyongkolan bukanlah suatu keharusan
dalam sebuah upacara perkawinan dikalangan masyarakat suku sasak,bahkan
tak jarang masyarkat yang tidak melaksanakan upacara Nyongkolan, akan
tetapi ada juga sebagian kalangan-kalangan masyarkat tertentu yang
mengharuskan dengan alasan adat atau peraturan di kalangan masyarakat
tersebut yang biasa juga disebut awik-awik gubuk atau peraturan adat pada
sebuah lingkungan tertentu.
Suku Sasak tidak lain merupakan penduduk asli Pulau Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Istilah Nyongkolan itu mewakili kegiatan yang berupa proses
pengiringan sepasang pengantin dalam rangkaian acara merarik atau dalam
bahasa Indonesianya sama dengan ‘menikah’. Menikah yang disebut dengan
merarik dalam budaya suku Sasak di Pulau Lombok memiliki tradisi berbeda
dengan suku-suku lain di Nusantara. Sedikit menyimpang dengan topik, hal
19
itu sama dengan tradisi pinang-meminang di kalangan orang-orang
minangkabau yang juga sedikit berbeda. Perlu diketahui juga di Lamongan,
Jawa Timur, juga memiliki tradisi perempuan melamar laki-laki (mungkin
seiring kemajuan zaman, yang di Minangkabau dan Lamongan mungkin
sudah mengalami pergeseran. Kembali lagi ke topik. Perbedaan prosesi itu
terletak pada acara melamar, terutama. Kalau sebagai patokan adalah
mayarakat Jawa yang memiliki serangkaian acara dari meminang sampai
kepada pesta pernikahan, khusus mengenai melamar ini dalam tradisi
masyarakat Sasak tidak berlaku. Pria Sasak tidak meminang calon istrinya,
melainkan melarikan.
Melarikan calon istri (pacar) dilakukan atas kesepakatan pasangan
tersebut dan tanpa sepengetahuan kedua orang si gadis yang akan dilarikan.
Tradisi melarikan ini memiliki keunikan-keunikan juga Selama dibawa lari si
gadis harus dititipkan kepada salah satu keluarga si perjaka. Dan, jangan
dibayangkan dalam proses “pelarian” ini mereka bebas melakukan apa saja.
Setelah sehari semalam, barulah pihak keluarga lelaki datang kepada keluarga
perempuan untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya sudah dilarikan
berikut membicarakan kesepekatan uang seserahan dan tanggal pernikahan
mereka.
Prosesi nyongkolan juga merupakan saat-saat bersuka cita bagi kedua
pengantin lebih-lebih pengantin wanita karena saat itulah dia akan bertemu
dengan seluruh keluarga yang ditinggalkan guna untuk memulai hidup baru
bersama sang suami. Dikalangan kaum muda mudi upacara nyongkolan
adalah saat yang paling dinanti-nanti,jauh hari sebelumnya mereka telah
mempersiapkan segala sesuatunya untuk di pakai pada saat nyongkolan,mulai
dari pakaian adat dan perhiasan serta aksesoris lainya agar penampilannya
terlihat lebih gaya dalam mengiringi sang pengantin.
20
2.1.7 Proses Adat Pernikahan Sasak
2.1.7.1 Pemidangan
Midang merupakan fase pertama yang harus dilalui oleh
pasangan muda mudi sebelum menuju perkawinan. Midang
merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh para
pemuda dalam upaya pencaharian pasangan hidup yang sesuai dengan
keinginan atau pilihan hati. Para pemuda dengan leluasa berkunjung
ke rumah – rumah gadis dengan tujuan memilih gadis yang cocok
untuk dijadikan sebagai teman hidup dalam berumah tangga sehingga
tidak jarang rumah seorang gadis dikunjungi oleh beberapa pemuda
setiap malam.
Demikian halnya dengan seorang gadis yang didatangi
beberapa pemuda setiap malam dapat memilih calon pasangan
hidupnya dengan leluasa sehingga sampai si gadis menemukan
pasangan yang cocok sebagai pelindung dan penanggungjawab dalam
kehidupan berumah tangga.
Kedatangan para pemuda ke rumah si gadis pada malam hari
dengan maksud ingin menjalin hubungan asmara antara kedua belak
pihak disebut Midang.
Pada dasarnya pemidangan terjadi akibat dari adanya sebuah
pertemuan yang dirangkai dengan perkenalan terlebih dahulu, di mana
pertemuan dan perkenalan itu biasanya terjadi pada tempat – tempat
tertentu seperti pada upacara begawe (pesta), musim tanam padi,
musim panen padi, tempat – tempat pertunjukan seni tradisional,
upacara bau yyale, dan tempat – tempat hiburan lain yang biasa di
hadiri oleh orang banyak.
21
2.1.7.2 Merariq
Merariq merupakan tindak lanjut dari proses pemidangan yang
dilakukan berkali – kali sampai terjadinya suatu bentuk kesepakatan
bersama untuk membangun dan membina rumah tangga. Proses
merariq pada masyarakat suku Sasak beraneka ragam seperti:
2.1.7.2.1 Kawin Gantung, yaitu perkawinan yang dilakukan dengan
mengikat kedua calon pengantin mulai dari sejak kecil tetapi baru
boleh bergaul sejak akil baliq atau sesuai kesepakatan dari orang tua
kedua belah pihak.
2.1.7.2.1 Kawin Lari, yaitu perkawinan yang terjadi dengan cara
melarikan si gadis tanpa sepengetahuan orang tua si gadis.
2.1.7.2.1 Kawin Belakoq, yaitu perkawinan yang terjadi atas
kesepakatan kedua belah pihak baik orang tua maupun calon
pengantin.
Pada kesempatan ini akan diuraikan salah satu dari proses
perkawinan yang umumnya berlaku di masyarakat yaitu kawin lari.
Kawin lari (merariq) merupakan keputusan terakhir yang diambil oleh
calon pengantin laki apabila dengan cara belakoq sudah tidak
mendapat restu dari orang tua calon pengantin wanita.
Untuk menegaskan keputusan merariq benar – benar tidak
mendapat restu atau untuk menghindai rasa kecewa dari pemuda lain
yang sering datang midang ke rumah si gadis agar orang tua si gadis
tidak merasa sedih atau bersalah makan kedua calon pengantin
melakukan perjanjian untuk melakukan perkawinan tanpa
sepengetahuan orang tua dengan cara “kawin lari”.
Biasanya kawin lari ini dilakukan pada malam hari antara waktu
Maghrib dan Isya’, di mana si gadis dijemput pada tempat yang telah
22
disepakati kedua calon pengantin. Jika dilakukan siang hari dianggap
pengecut sehingga di belakang hari (pada proses sorong aji krame)
akan didenda, berupa tidak boleh masuk pekarangan apalagi sampai
naik ke serambi. Denda subsidernya sangat besar, dahulu 49.000
kepeng, suatu jumlah yang sangat besar pada zaman dahulu. Jika ini
terjadi maka pihak laki – laki akan sangat malu karena namanya
tercoreng di mata masyarakat. Karenanya, biasanya dilakukan upaya
damai secara diam – diam dengan denda yang jauh lebih besar.
Dipilihnya malam hari adalah untuk meyakinkan bahwa
peristiwanya terjadi benar – benar tanpa sepengetahuan kedua orang
tua.
Dalam rombongan penjemput, ketentuan adat mengharuskan
keikutsertaan seorang wanita “suci” dalam arti telah memasuki masa
menopause. Ini bertujuan, agar ada yang menemani si gadis dalam
proses perjalanan di luar norma asusila dan demi menghindari
kecurigaan masyarakat.
2.1.7.3 Besebo
Si gadis yang dijemput, tidak langsung dibawa ke rumah orang tua
laki – laki, tetapi ke rumah kelurga atau kerabat dekat dari orang tua
laki – laki atau dikenal dengan istilah “besebo”. Besebo dilakukan
dengan tujuan agar terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan oleh
kedua calon pengantin jika orang tua si gadis mencari atau mau
merebut kembali anaknya yang telah dilarikan. Hal ini juga tertujuan
sama, bahwa keputusan merariq benar – benar merupakan keputusan
kedua calon pengantin.
Sebelum naik ke rumah, calon pengantin wanita terlebih dahulu
akan dicuci kakinya oleh “wanita suci” yang ikut dalam rombongan
mbait tadi dengan menggunakan siwur (alat penyendok air dari
23
tempurung kelapa). Begitu calon pengantin wanita datang seketika
dilakukan persiapan memasak (tidak dipersiapkan terlebih dahulu).
Memasak serba dadakan ini juga masih erat kaitan dengan
skenario bahwa keputusan ini bebas dari pengetahuan kedua orang
tua. Yang dilakukan pertama adalah menyembelih ayam dengan
terlebih dahulu tepekok (di-keok-kan), istilah ini berasal dari kata
keok suara ayam. Maksudnya agar tetangga tahu bahwa ada orang
yang merariq.
Dengan mendengar suara ayam yang dikeokkan para tetangga pun
dapat mengerti, bahwa suara keokan ayam antara maghrib dan isya berarti
ada tetangga yang merariq. Setelah mencari tahu siapa yang merariq maka
tetangga yang perempuan datang membawa beras, kopi, gula, dan apa
saja yang diperlukan untuk keperluan memasak pada malam itu,
sedangkan semua tetangga laki – laki terutama dari kalangan pemuda
membawa ayam.
Semua bawaan itu langsung dimasak dan dimakan beramai – ramai,
disebut merangkat, makan dengan menggunakan wadah semacam nare
berkaki terbuat dari kayu, disebut perangkap atau dulang. Biasanya paha
ayam yang satu diperuntukkan buat kedua calon pengantin di mana pada
waktu makan mereka sepiring berdua, kemudian paha ayam yang
disiapkan diangkat sedikit oleh calon pengantin laki kemudian calon
pengantin wanita mengambilnya dengan sedikit agar ditarik sehingga
kelihatan sangat akrab dan serasi sebagai calon pengantin. Kemudian
paha ayam yang sebelah disisihkan untuk mereka yang akan bertugas
mesejati.
Sebelum acara makan dimulai, dilakukan totok teloq (memecahkan
telur) sebagai tanda dimulainya makan bersama (merangkat). Setelah
selesai makan dilakukan proses melepas sengkang, anting agak besar
24
terbuat dari gulungan daun lontar sebagai tanda kesedian melepas masa
remajanya.
2.1.7.4 Mesejati
Mesejati adalah pemberitahuan yang dilakukan oleh keluarga
pengantin laki – laki kepada keluarga pengantin wanita bahwa anak
kedua keluarga tersebut telah kawin. Orang yang datang mesejati
paling sedikit 4 orang terdiri atas keliang (kadus), kepala RT, kepala
RW dan satu orang dari pihak keluarga pengantin laki – laki. Keempat
orang ini mendatangi kepala desa, kepala dusun, dan ketua RT di
mana pengantin wanita bertempat tinggal yang selanjutnya bersama –
sama mendatangi orang tua dari pengantin wanita. Keempat utusan
dari keluarga pengantin wanita melaporkan bahwa proses mbait
dilakukan tanpa sepengetahuan keluarga calon pengantin wanita.
Untuk menghindari kecemasan orang tua calon pengantin wanita yang
kehilangan anak gadisnya maka sesegera mungkin dilakukan
pemberitahuan. Biasanya langsung bersamaan dengan acara
merangkat atau kalau ditunda waktunya paling lambat 3 hari.
Mesejati adalah pemberitahuan dari pihak keluarga calon
pengantin laki – laki kepada keluarga calon pengantin wanita bahwa
anak gadisnya itu jati, benar – benar telah kawin lari (merariq).
Utusan yang ditugasi mesejati, berpakaian adat. Mereka diperlengkapi
dengan bawaan yang disebut sesirah. Ini merupakan perlengkapan
terpenting dan bermakna paling sakral dalam setiap tahapan proses
perkawinan selanjutnya.
Sesirah adalah sebuah perlambang berupa wadah terbuat dari
talam kuningan (tidak boleh terbuat dari bahan logam yang lain) yang
pada bagian dalamnya ditaruh kain usap, kain penutup muka orang
meninggal sebagai alasnya. Di atas kain usap ditaruh sebilah keris,
kain kembang komak, selembar kain tenun bermotif hitam-putih,
25
jarum, dan benang. Semua perlengkapan sesirah ini, secara filosofis
mengandung makna yang bertalian dengan soal hidup dan mati.
Proses perkawinan bagi suku Sasak disadari sebagai peristiwa
kehidupan yang “dahsyat” apalagi skenario yang ditempuh dengan
cara mbait (merariq). Tidak dapat diukur seberapa dahsyatnya
peristiwa merariq itu telah mempengaruhi suasana emosional pihak
keluarga besar calon pengantin wanita, karena itu pihak keluarga
calon pengantin laki – laki bersiap untuk menerima resiko, bahkan
bila perlu ditebus dengan kematian sekalipun. Ungkapan permohonan
maaf yang tidak terhingga itu diwujudkan dalam wujud membawa
sesirah. Jadi dengan sesirah seolah pihak keluarga calon pengantin
laki – laki berkata: “Jika kami berbuat salah yang tiada dapat
dimaafkan bunuhlah kami dengan keris ini, tutuplah muka kami
dengan kain usap yang kusiapkan. Tetapi jika kami telah sesuai
dengan adat yang ditradisikan, sudilah kiranya membuka dialog demi
hubungan baik kedua keluarga, tak ubahnya seperti merajut jarum
dengan benang.”
Sebelum memasuki rumah orang tua pihak wanita, utusan mesejati
akan memukul kemong (gong kecil yang juga terbuat dari kuningan)
sebagai pertanda mereka akan melakukan mesejati. Maksudnya agar
diketahui oleh masyarakat sekitar dan tidak mendapat halangan dan
gangguan.
Ketika sudah memasuki halaman, diucapkan salam secara Islam
lalu menyampaikan maksudnya, yang intinya, menyampaikan salam
hormat putrinya dan calon suaminya bahwa mereka telah merariq dan
kini berada di suatu tempat yang baik dan aman, jangan dikira bahwa
putrinya mendapat suatu musibah atau kecelakaan. Biasanya orang tua
wanita akan mengatakan Alhamdulillah.
26
2.1.7.5 Selabar
Kelanjutan dari mesejati adalah nyelabar, berasal dari kata
selabar, yang berarti penyebarluasan kepada khalayak ramai tentang
peristiwa merariq yang terjadi. Caranya dengan memukul kemong
sebanyak tiga kali. Dilakukan di depan bencingah (pendopo) desa, di
pasar atau di perempatan jalan. Jika dilakukan di perempatan kemong
dilakukan dipukul di ujung jalan.
Selesai melakukan pemukulan kemong, utusan nyelabar menuju
ke kepala desa atau kepala kampong dan dilanjutkan ke rumah orang
tua pengantin wanita untuk melaporkan bahwa kegiatan nyelabar
telah dilaksanakan.
Dalam melakukan nyelabar, peralatan yang utama dan terpenting
adalah sesirah yang dibawa pada waktu mesejati tetap harus dibawa.
2.1.7.6 Bait Wali
Setelah dilakukan selabar maka kegiatan selanjutnya adalah bait
wali (menuntut wali nikah) kepada pihak pengantin wanita. Keluarga
pengantin laki – laki mendatangi keluarga pengantin wanita
sebagaimana perjalanan waktu melakukan mesejati dan selabar, tetapi
pada waktu bait wali ditambah dengan satu orang anggota lagi yaitu
kiyai atau penghulu. Di beberapa desa, bait wali didahului dengan
acara perebaq pucuk. Secara harfiah perebaq berarti
merebahkan/meletakkan, pucuk berarti ujung, sebagai kiasan dari
senjata tajam, biasanya keris.
Jadi perebaq pucuk berarti “gencatan senjata.” Situasi gencatan
senjata ini terjadi, karena secara adat, sejak peristiwa kawin lari
tersebut, kedua keluarga seolah – olah sedang dalam suasana
bersitegang satu sama lain, sehingga perlu penyelesaian adat secara
27
seksama. Penyelesaiannya melalui sorong serah aji karma yang
diikuti nyongkol.
Kedatangan para utusan dari pihak pengantin laki – laki termasuk
kiyai atau penghulu meminta kesediaan wali atau orang tua laki – laki
menikahkan kedua pengantin, jika wali dari pengantin wanita tidak
bersedia menikahkan anaknya maka boleh berwakil itu sebabnya
pihak pengantin laki – laki membawa kiyai atau penghulu.
2.1.7.7 Nikahan
Setelah melakukan bait wali, sesuai dengan waktu yang
ditentukan oleh wali dari pengantin wanita maka pihak pengantin laki
– laki melakukan persiapan mulai dari persiapan jamuan para tamu
undangan, persiapan rombongan wali, persiapan tempat, persiapan
mas kawin serta kelangsungan acara.
Acara pengambilan akad nikah biasanya dilakukan setelah selesai
sholat ashar atau selesai sholat isya tergantung dari kesiapan wali
pihak pengantin wanita. Pada waktu pengambilan akad nikah
berlangsung, biasanya penghulu atau kiyai menyuruh pengantin
wanita minta ijin agar dinikahkan dengan pengantin laki – laki
kemudian dilanjutkan dengan pembacaan dua kalimat syahadat.
Wali dari pengantin wanita duduk berhadapan dengan pengantin
laki – laki, sambil saling berjabat tangan wali pengantin wanita
mengucapkan Ijab Kabul dengan pengantin laki – laki dengan bahasa
yang nyaring, jelas, dan lancer tanpa terputus – putus.
Untuk maskawin apabila pengantin wanitanya masih gadis maka
yang menentukan adalah orang tua/wali, sedangkan jika janda maka
maskawinnya ditentukan oleh pengantin wanita itu sendiri. Biasanya
kalau pengantin wanitanya masih gadis maka orang tua/wali meminta
28
maskawin berupa tanah atau perhiasan serta perlengkapan sholat,
tetapi kalau janda tergantung keinginan diri sendiri.
Selesai pengucapan Ijab Kabul akad nikah maka pengantin laki –
laki memberikan maskawin kepada pengantin wanita pertanda telah
resmi menjadi pasangan suami istri. Selanjutnya, pengantin laki – laki
membaca sigat atau taklik di depan pengantin wanita. Selesai
pembacaan taqlik maka kedua pengantin berkeliling bersalaman
menerima ucapan selamat dari semua keluarga dan tamu undangan
yang hadir dan kedua pengantin menuju peristirahatan.
2.1.7.8 Bait Janji
Setelah dua minggu atau lebih kedua pengantin melaksanakan
akad nikah, maka pihak keluarga pengantin laki – laki mengutus
beberapa orang untuk meminta kesiapan dari pihak pengantin wanita
menerima kedatangan kedua pengantin berkunjung ke rumah orang
tua pengantin wanita. Permintaan kesiapan penerimaan ini disebut
bait janji.
Biasanya bait janji ini diikuti oleh beberapa permintaan dari pihak
pengantin wanita. Permintaan dari pihak pengantin wanita ini disebut
Gantiran.
2.1.7.9 Gantiran
Adat menentukan bahwa semua biaya dalam perkawinan
dibebankan kepada pihak laki – laki. Meskipun dalam prakteknya
seringkali pihak keluarga pengantin wanita juga mengeluarkan
sejumlah biaya untuk memeriahkan acara – acara yang akan
berlangsung. Seberapa besar biaya yang akan dibebankan, tidak
digunakan ukuran menurut jumlah uang melainkan berupa sejumlah
material, yang disebut Gantiran.
29
Meskipun ada perundingan – perundingan kedua belah pihak
dalam menentukan besarnya beban untuk pembiayaan acara, tetapi
prinsip perundingannya dilakukan dengan cara yang longgar, ikhlas
dan penuh kekeluargaan sampai masing – masing pihak menemukan
kesepakatan yang pantas.
Perundingan soal beban tanggungan ini, sama sekali jauh dari
konteks transaksi. Dalam prakteknya, perundingan dilakukan dengan
mengemukakan seberapa besar begawe (pesta) hendak dilangsungkan.
Ini terkait dengan status kemasyarakatan kedua belah pihak serta
seberapa besar dan luas keluarga yang mesti diundang.
2.1.7.10 Begawe
Setelah disepakati mengenai besarnya gantiran, biasanya bersamaan
dengan itu disepakati hari pelaksanaan begawe (pesta). Begawe
dilaksanakan dua hari. Hari pertama disebut jelo jait, hari pembuka dan
hari kedua disebut jelo gawe, hari pelaksanaan puncak begawe.
Lazimnya begawe berlangsung siang hari, karena pada hari itu juga
dilaksanakan prosesi Sorong Serah Aji Krame dan Nyongkol.
Begawe memerlukan biaya besar dan memerlukan waktu yang cukup
lama sejak persiapan sampai selesai. Di mulai dari Ngayuq,
mengumpulkan kayu bakar secara gotong royong untuk kebutuhan
pelaksanaan begawe. Kemudian Tanjek Pawon (mendirikan dapur) dan
membuat Tetaring, semacam “terop” untuk menerima tamu yang tiangnya
terbuat dari pohon pinang atau bamboo dan atapnya dari anyaman daun
kelapa. Pada setiap sisi pinggirnya dihiasi daun enau muda yang telah
dilepas lidinya sehingga seminggu sebelum hari pelaksanaan begawe,
dilakukan berolem, memberitahu sanak famili dan teman, yang dilakukan
dengan mengirim utusan. Secara tradisional, utusan yang berolem ini
terdiri dari dua orang, laki – laki dan wanita dewasa telah menikah yang
menggunakan pakaian adat harian, wanitanya memakai pakaian lambung.
30
Media yang digunakan sebagai undangan adalah seikat rokok tradisional,
yang mengisyaratkan undangan untuk bapak – bapak dan seperangkat
sirih pinang untuk ibu – ibu. Berolem memiliki arti penting bagi
masyarakat Sasak karena di dalamnya mengandung nilai kekerabatan
yang tinggi. Bagi yang tidak mendapat oleman, meskipun karena lupa,
akan sangat terpukul karena merasa dilupakan, tidak dihargai bahkan
meganggap dirinya telah dikeluarkan dari kekerabatan.
Karena itu seseorang yang tidak mendapat oleman atau undangan,
maka yang bersangkutan tidak akan hadir walaupun terdapat hubungan
kekerabatan yang dekat atau berdekatan rumah dengan orang yang
berhajat. Apabila diketahui ada kerabat yang lupa diundang maka tidak
bisa lagi digunakan utusan, tetapi yang punya hajat langsung yang akan
melakukan pendekatan khusus atau menyampaikan oleman.
Acara begawe dipimpin oleh seorang Ran, semacam kepala koki
dalam dunia tata boga. Ran bertugas menjaga keselamatan dan kelancaran
begawe, termasuk menjaga kalau ada orang yang secara supranatural
iseng mengganggu acara begawe, misalnya dengan cara membuat
masakan tidak bisa menjadi matang atau basi. Di bawah koordinator Ran
terdapat beberapa orang Agan, semacam koki, yang bertugas mengolah
masakan. Sajian 2 pukul 09.00-10.00 berupa aneka kue yang ditaruh
dalam satu wadah, biasanya nare. Suguhan kedua sekitar pukul 12.30-
13.00 disajikan makan siang. Acara begawe persiapan sorong serah aji
krama dan nyongkol.
2.1.7.11 Sorong Serah Aji Krama
Aji Krama berasal dari kata “aji” dan “kerama”. Aji berarti nilai
dan kerama berarti cara atau adat. Aji Krama yaitu sebagai
perlambang dari nilai diri atau harga diri dari pihak pengantin laki –
laki di dalam adat. Proses terpenting dari seluruh rangkaian adat
perkawinan suku Sasak adalah Sorong Serah Aji Krame, yang
31
selanjutnya disebut dengan istilah Sorong Serah (sebutan yang paling
popular), yaitu sebutan secara letterlijk, dari perbuatan kedua
pengantin yang memberi dan menerima di dalam perkawinan (take
and give), yang kalau dipersingkat lagi berarti “perdamaian”. Proses
ini dapat disepadankan dengan “sidang majelis adat” untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan proses mulai dari status sosial
semenjak Mbait, sebagai proses paling awal.
Di dalam sidang majelis adat, diperbincangkan pula mengenai
sanksi dan denda adat yang mungkin timbul akibat adanya
pelanggaran di dalam seluruh rangkaian proses sebelumnya. Apabila
terdapat denda maka pada saat itulah harus dibayarkan. Dari sudut
pandang adat Sasak, Sorong Serah merupakan peng-absah-an suatu
perkawinan, agar para pengantin memperoleh hak – haknya secara
adat.
Sebaliknya, jika proses ini tidak dilalui maka kedua pengantin
akan kehilangan hak – hak adat, misalnya ha katas status sosial atau
gelar – gelar adat bagi anak yang dilahirkan kelak, bahkan ada
kemungkinan mereka akan kehilangan hak dalam soal warisan harta
benda.
2.1.7.12 Nyongkol
Proses yang paling semarak ini dilakukan segera setelah sorong
serah telah berakhir. Pada waktu nyongkol, pihak keluarga pengantin
laki – laki akan datang dalam bentuk karnaval rombongan pengantin
dengan susunan sebagai berikut:
2.1.7.12.1 Paling depan adalah barisan pembawa Karas, sebuah kotak
anyaman berbentuk segi empat, berisi sirih pinang, dibawa dua orang
berpakaian lambung;
32
2.1.7.12.2 Di belakangnya, barisan gadis – gadis remaja pembawa
geleng pencer, daun sirih segar dengan tangkainya, yang dihias secara
estetis, juga aneka buah yang ditaruh rapi pada wadah menarik dan
bahkan dari jenis yang mewah;
2.1.7.12.3 Kemudian kelompok pengantin wanita berpakaian
pengantin khas Sasak;
2.1.7.12.4 Sanggul Pangkah berhiaskan onggar – onggar keemasan,
baju kebaya yang direnda benang emas, bawahan dari kain songket
dengan hiasan perhiasan emas selengkapnya. Pengantin wanita
dipayungi Payung Agung sebagai simbol kehormatan, diapit oleh dua
iang pengantin. Di belakangnya para keluarga dan pengiring yang
kesemuanya wanita;
Berikutnya adalah pengantin laki – laki yang mengenakan baju
Jas Pagon, bawahan Songket. Di bagian pinggang dibalut Leang
Songket dan kepala memakai Sapuq. Di belakang pada bagian
punggung diselupkan keris atau gerantim. Seperti pengantin wanita,
pengantin laki – laki dipayungi dan diiringi keluarga dan pengiring
lainnya yang kesemuanya laki – laki. Perlu diterangkan bahwa
pengantin wanita di depan dan tidak beriringan dengan pengantin laki
– laki. Bagi masyarakat Sasak mengandung filosofi bahwa laki – laki
selaku suami harus menjadi pengawal dan pelindung bagi istrinya.
Tetapi jika pengantinnya seorang bangsawan, pengantin akan diusung
menggunakan Juli, semacam tandu besar menyerupai berugaq
sekepat, menggunakan atap yang disebut puki, limas berpucuk satu.
Tempat sandaran bagian belakang dibuat ornamen menyerupai burung
garuda, sedangkan sisi kiri-kanan dibuat ornamen naga. Pada setiap
sudut Juli dihiasi juga dengan ornamen garuda mungkar, di bagian
atap dikelilingi lingsir (rumbai-rumbai) berwarna kuning dengan
dasar bagian atas berwarna hitam, disebut pesisi midersegare (pantai
mengelilingi laut). Para pemikul Juli mengenakan bebet (ikat
33
pinggang) dari jenis lempot umbaq, kain tenun yang dipakai
menggendong dengan sapuq, ikat kepala berwarna putih. Selain
pemikul, ada barisan pengawal berjumlah 40 orang yang disebut
dengan Moger Sari. Pakaian pengawal sama dengan pemikul,
ditambah membawa tombak. Juli melambangkan
Negara/pemerintahan dan rakyatnya dengan pegnertian kekuatan
penggerak ada pada pemikul yang melambangkan kekuatan rakyat. Di
depan Juli, terdapat barisan yang disebut Pengampering Marga,
berjalan kaki membawa pedang, bertugas sebagai pembuka jalan
sekaligus mengatur lalu lintas orang. Jika menggunakan Juli maka
pengantin akan duduk berdampingan, dijaga empat orang pengawal
yang mengambil posisi berdiri di atas pemikul. Di bagian depan Juli,
duduk dua orang pembawa kord miniatur kebun yang terbuat dari
bahan yang dianyam dan diraut dengan sangat artistik menyerupai
beberapa jenis binatang, tumbuhan dan buah – buahan melambangkan
kesejahteraan dan pelestarian flora dan fauna. Selama pembuatan
Kebon Odeq, dilakukan dengan suatu ritual tersendiri, yaitu dengan
membaca/menembangkan takepan, naskah lontar kuno, dengan
memilih lakon rengganis, episode yang bertutur tentang kisah cinta
paling dramatis antara Sang Jayengrane dengan Putri. Perlengkapan
ini khusus sebagai kelengkapan Nyongkol bagi kalangan bangsawan.
Jika diikuti sejumlah perlengkapan lain yang disebut Kembiliq,
usungan berbentuk rumah – rumahan, lumbung, masjid yang di
dalamnya diisi ragam kue tradisional;
2.1.7.12.5 Pada bagian belakang Kebon Odeq terdapat rombongan
kesenian tradisi, biasanya Gendang Beleq. Bisa juga jenis kesenian
tradisi yang baru, disebut Kecimol atau esot – esot, semacam
marching band yang merupakan kombinasi drum band dengan musik
tradisional yang melantunkan lagu – lagu dangdut.
Pihak keluarga pengantin wanita membuat formasi dengan
urutan yang sama. Barisan terdepan membawa Karas, disusul
34
pembawa minuman, biasanya kelapa muda yang nantinya dipakai
menjamu rombongan Nyongkol yang tentunya harus karena datang
dari jauh dan berjalan cukup jauh pula. Proses Mendakin
dilangsungkan di perbatasan desa. Pada dasarnya, Mendakin berupa
serah terima pengantin secara adat. Ketika telah sampai di tempat
yang disepakati, kedua rombongan akan duduk sejenak dan beramah
tamah menyampaikan maksudnya, dilanjutkan dengan bejambiq,
menyuguhkan sirih pinang sebagai symbol tata karma penyambutan
tamu. Saat itulah dilakukan tukar menukar buah – buahan dan
minuman, termasuk kelapa muda tadi. Setelah itu kedua mempelai
dijemput oleh pihak yang Mendakin untuk selanjutnya diantar ke
rumah orang tuanya untuk menghaturkan sujud sembah dan
permohonan maaf. Rombongan Nyongkol pun bergabunga dan
mengikuti rombongan Mendakin, bersama – sama menuju ke rumah
orang tua pengantin wanita. Pada saat itu suasana “tidak perang tidak
damai” yang berlangsung semenjak proses mbait. Pihak Nyongkol
menyampaikan maksudnya, para wanita dan gadis – gadis berada di
barisan depan.
2.1.7.13 Bales Ones Nae
Satu atau dua hari setelah acara yang meletihkan; Begawe, Sorong
Serah dan Nyongkol yang dilakukan serentak dalam sehari, kemudian
dilakukan Bales Ones Nae (membalas telapak kaki), kira – kira
artinya napak tilas. Acara ini hanya dihadiri keluarga terdekat saja
dari kedua belah pihak, tanpa acara seremonial. Pada saat inilah
seluruh keluarga kedua belah pihak diperkenalkan satu per satu, agar
tahu persis siapa paman-bibi, kakek-nenek, kakak-adik, dan
seterusnya, sebagai akbiat dari terjadinya ikatan tali perkawinan.
Prosesi Perkawinan Masyarakat Gumi Sasak (Vol. 1). (2011).
Mataram: CV. Gumi Sasak.
35
2.1.8 Proses Nyongkolan
Pada jaman-jaman dahulu Begawe Nyongkolan akan dikemas dalam
suatu pesta hajatan yang sangat meriah dan di sebut "Begawe Beleq" yang
tidak sedikit mengeluarkan biaya. Maka disini letak kemeriahan dari acara
tersebut, para tamu undangan akan di undang dua atau tiga hari sebelum hari
H tersebut, untuk melakukan kegiatan memasakan nasi dan lauk pauk serta
membikin jajanan pesta. Untuk menghibur para tamu yang bekerja
biasanyanya pemilik hajatan (Epen Gawe-pen) akan menyewa kesenian-
kesenian tradisional khas Sasak seperti Gendang Beleq, Drama, Joget
(sinden-pen) dan sebagainya. Pada perjalanan acara ini akan terdapat tradisi-
tradisi kecil lagi yang di jalankan seperti Bisoq Beras yang diiringi oleh alat
musik tradisional acara Bisoq Beras merupakan tradisi pavorit para Terune
Dedare karena disini mereka bisa bercengkerama dan saling rayu, dan acara
bikin Ares.
Kembali ke Nyongkolan, setelah hari H tiba, pengantin laki-laki dan
perempuan akan diiring atau di giring atau diarak layaknya Raja dan
Permaisuri menuju kediaman keluarga pihak pengantin perempuan, pengiring
ini akan mengenakan pakaian adat sasak sambil diiringi dengan musik
tetabuhan tradisional baik berupa Gendang Beleq, Gamelan Beleq, Kedodak,
atau Tawak-Tawak namun sekarang namanya adalah Kecimol dan Ale-Ale
yang biasanya diiringi oleh penyanyi.
Sesampai dikediaman keluarga pengantin perempuan, pasangan
pengantin akan melakukan sungkeman untuk meminta do'a restu kepada
pihak keluarga juga sebagai tanda bahwa pihak keluarga sudah merestui
untuk melepas anak gadis mereka dan dibawa oleh suaminya.
Daya, A. (2011, April 16). Nyongkolan dan Begawe Beleq Tradisi Suku
Sasak Lombok. Retrieved March 26, 2014, from
http://sasakculture.blogspot.com/2013/01/nyongkolan-dan-begawe-beleq-
tradisi.html
36
2.1.9 Media Nyongkolan
2.1.9.1 Kecimol
Pulau lombok yang dihuni oleh suku Sasak hanya memiliki
sedikit lagu daerah yang sangat tradisional. Kini banyak dijumpai dan
didengarkan lagu daerah Sasak di rumah - rumah Masyarakat Lombok,
begitu banyak mengalami evolusi, mulai dari lirik dan musik
pengiringnya.
Dahulu pernah sangat populer di masyarakat Sasak, kecimol
yang merupakan kombinasi gendang beleq, organ dan suara seruling,
walaupun memberi kesan para pendengar langsung berubah dari
menyaksikan pertunjukan musik tradisional menjadi pertunjukan
musik daerah yang didangdutkan, belum lagi kalau mendengarkan lagu
penyanyinya yang mengambil lagu dangdut popular.
Sebelum musik tradisional kecimol, ada juga cilokaq. Cilokaq
berbeda dengan kecimol. Musik tradisional ini ciptaan musisi sekarang
yang berusaha mempertahankan ketradisionalan musiknya, walaupun
lagu yang diiringi masih berbahasa sasak. Adapun musik yang lebih
tradisional seperti lagu Kadal Nongak, tetapi sudah sangat sulit untuk
menemukan rekaman lagu tersebut.
Di komunitas Sasak sendiri, ketika berada di luar Lombok ada
lagu yang menjadi semacam lagu wajib dan sering didengarkan, salah
seorang dari mereka yang kini tinggal di Belanda setiap dua hari sekali
selalu memutar ulang lagu tersebut. Ketika mendengarkan musik
tradisional tersebut ada yang air matanya selalu keluar dan merasa
terpanggil untuk segera kembali ke Lombok.
Jaelani, L. (2008, January 24). Musik Tradisional Sasak. Retrieved March 26,
2014, from https://lalumuhamadjaelani.wordpress.com/2008/01/24/musik-
tradisional-sasak/
37
2.1.9.2 Gendang Beleq
Gendang Beleq merupakan salah satu kesenian tradisional yang
dikenal dan telah sangat lama berkembang dengan baik oleh
masyarakat suku Sasak. Kesenian tradisional Gendang Beleq telah
mengalami pasang surut perkembangan seiring dengan berjalannya
waktu. Bahkan, kesenian tradisional Gendang Beleq telah tumbuh
kembali menjadi kesenian yang sangat populer pada seluruh lapisan
masyarakat suku Sasak pada akhir – akhir ini dengan perkembangan
yang sangat pesat.
Kesenian Gendang Beleq telah hadir dengan fungsi sebagai
pelengkap kebudayaan, sebagai salah satu sarana pengungkap makna -
makna luhur kebudayaan. Pada sisi lain, kesenian Gendang Beleq
sebagai salah satu sumber devisa bagi negara yang dengan sendirinya
dapat pula meningkatkan taraf hidup para seniman pendukungnya dan
memiliki potensi yang sangat besar sebagai media pendidikan bagi
masyarakat.
Nama kesenian Gendang Beleq diambil dari salah satu alat
musik yang digunakan yaitu dua buah gendang berukuran besar dan
panjang. Perubahan bentuk kesenian tradisional Gendang Beleq ini
pertama kali terjadi sekitar tahun 1800 M, ketika Anak Agung Gede
Ngurang Karang Asem memerintah di gumi Sasak. Bentuk kesenian
yang kita temukan dewasa ini merupakan perkembangan bentuk karena
pengaruh kesenian Bali yaitu Tawaq-Tawaq.
Sebelumnya, kesenian Gendang Beleq hanya terdiri atas sebuah
Jidur gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah
suling. Demikian besar pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu,
sehingga peralatan kesenian ini berkembang sesuai dengan alat yang
digunakan pada kesenian tawaq-tawaq. Akan tetapi, agar tidak
meninggalkan nilai-nilai Islam, para seniman suku Sasak pada waktu
itu tetap mempertahankan bentuk gendang besar yang menyerupai
beduq yang digunakan di masjid. Selain itu, jumlah personil yang
38
digunakan pun dibatasi pada jumlah 13 atau 17 orang pemain.
Bilangan ini menunjukkan bilangan rakaat dalam shalat. Demikian
pula dengan tata cara memainkan alat ini merupakan implementasi dari
pelaksaan shalat berjamaah dan tuntunan hidup bermasyarakat dengan
nilai-nilai keislaman.
Sebuah grup gendang beleq biasanya terdiri dari 15 – 17 orang
yang biasanya semua laki – laki. Gendang beleq sebenarnya
merupakan salah satu instrumen yang ada pada tarian ini. Disebut
gendang beleq karena salah satu musiknya adalah Gendang Beleq
(gendang besar). Gendang Beleq (gendang besar ) ini biasanya terbuat
dari kulit sapi, besi tua dan kayu yang panjangnya bisa mencapai lebih
dari satu meter dan disandang pada pundak dua pemain.
Pada umumnya Gendang Beleq (gendang besar) dicat hitam
putih dengan pola kotak – kotak. Di Lombok kedua warna itu memang
mempunyai arti simbolis. Hitam adalah lambang keadilan sedangkan
putih adalah lambang kesucian. Selain itu, hitam juga diibaratkan
sebagai bumi dan putih diibaratkan sebagai langit yang keduanya
merupakan kekuatan yang harus selalu ada dalam kehidupan manusia.
2.1.9.2.1 Orkestra ini terdiri atas :
2.1.9.2.1.1 Dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki
– laki) dan gendang nine (perempuan) berfungsi sebagai pembawa
dinamika;
2.1.9.2.1.2 Sebuah gendang kodeq (gendang kecil);
2.1.9.2.1.3 Duah buah reong yang terdiri dari reong mama dan reong
nina berfungsi sebagai pembawa melodi;
2.1.9.2.1.4 Sebuah prembak beleq berfungsi sebagai alat ritmis;
2.1.9.2.1.5 Delapan buah prembak kodeq disebut juga copek,
berfungsi sebagai alat ritmis;
39
2.1.9.2.1.6 Sebuah petuk berfungsi sebagai alat ritmis;
2.1.9.2.1.7 Sebuah gong besar berfungsi sebagai alat ritmis;
2.1.9.2.1.8 Sebuah gong penyelak berfungsi sebagai alat ritmis;
2.1.9.2.1.9 Sebuah gong oncer berfungsi sebagai alat ritmis;
2.1.9.2.1.10 Dua buah bendera, merah atau kuning disebut lelontek.
Tari gendang beleq merupakan tari perang walaupun tidak ada
unsur perkelahian maupun senjata dalam tarian ini. Namun, setiap
gerakannya menggambarkan kemaskulinan (kejantanan). Awalnya,
gendang beleq berfungsi sebagai pengiring para ksatria yang akan
maju ke medan perang maupun menyambut para pahlawan yang
pulang dari medan perang. Selain itu Gendang beleq ini dulu
dimainkan apabila ada pesta – pesta kerajaan. Disini digunakan
payung agung. Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara
perkawinan.
Dahulunya, gendang beleq adalah alat musik yang dianggap
mempunyai tuah. Oleh karena itu, ada kepercayaan setempat yang
mengatakan bahwa harus diadakan andang – andang (sesajen) yang
harus diberikan sebelum alat ini dimainkan. Sesajen ini biasanya
beupa ayam kampung, beras, daun sirih dan masih banyak lagi.
Gendang beleq dapat dimainkan dengan berjalan atau duduk.
Komposisi berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan
duduk yang tidak mempunyai aturan. Pada waktu dimainkan
pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari,
demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontek. Gerakan –
gerakan dalam tarian ini pun sangat variatif tergantung
penggunaannya. Tarian ini biasanya diciptakan sendiri oleh para
pemainnya. Gerakan – gerakan akan berbeda setiap fungsi. Misalkan
gerakan untuk penyambutan, gerakan untuk pertunjukan dan lomba –
40
lomba antar kelompok maupun gerakan untuk meniringi arak – arakan
acara pernikahan (nyongkolan).
Karena sifatnya yang atraktif, gendang beleq seringkali
diadakan untuk mengiringi arak – arakan pengantin (nyongkolan) atau
khitanan dan juga untuk menyambut tamu penting.
LENDANG NANGKA. (n.d.). Retrieved March 26, 2014, from
http://lendangnangkatour.blogspot.com/2010/08/gendang-beleq-
genderang-semangat-lombok.html
2.1.10 Masa Peralihan Adat Perkawinan Sasak
Seiring perubahan zaman, dalam perkembangannya terlihat adanya
perubahan dari tata pelaksanaan di dalam adat perkawinan. Karena adat itu
hidup, maka proses perjalanannya berkembang sesuai dengan perjalanan
zaman, yang membawa segala macam ragam pengaruh. Perubahannya akan
paralel dengan arah yang lebih condong kepada penyesuaian diri.
Perkembangan ini dapat dianggap sebagai masa peralihan, karena perubahan–
perubahan yang berlaku, tidak secara drastis, tetapi akan berupa pergeseran–
pergeseran yang berjalan dalam jangka waktu yang lama. Karena prinsip
dasar dari pelaksanaan adat perkawinan, selalu terarah kepada perdamaian,
dalam arti yang seluas–luasnya, apakah itu perdamaian antara kedua calon
mempelai, ataukah itu perdamaian dalam arti bertautnya kedua kelompok
keluarga yang akan berkembang menjadi satu keluarga besar, maka prinsip
dasar ini akan dapat hidup dengan langgeng.
Akibat dari kemajuan zaman, yang disertai dengan pengaruh ekonomi
di mana masyarakat dalam tindakannya ingin rasionil dan ekonomis, terutama
dalam memperhitungkan waktu dan biaya.
Pada zaman sekarang Suku Sasak menggabungkan antara teknologi
modern dengan sisi tradisionalnya. Salah satunya bisa kita lihat pada acara
Nyongkolan. Mereka menggabungkan musik tradisional yaitu Kecimol dan
Gendang Beleq dengan Drumband.
41
Dahulu pernah sangat populer di masyarakat Sasak, Kecimol yang
merupakan kombinasi Gendang Beleq, organ dan suara seruling, walaupun
memberi kesan para pendengar langsung berubah dari menyaksikan
pertunjukan musik tradisional menjadi pertunjukan musik daerah yang
didangdutkan, belum lagi kalau mendengarkan lagu penyanyinya yang
mengambil lagu dangdut populer.
Ramadhan, G. (2011, November 29). Sasak dalam modernisasi. Retrieved
March 26, 2014, from http://sasakdalammodernisasi.blogspot.com/
2.1.11 Pembanding dan Referensi
Ada beberapa referensi yang penulis pakai untuk menunjang style
looks dan karakter yang ingin dibuat sebagai berikut :
Dalam tugas akhir ini penulis akan mengangkat tema 2D motion
graphic karena berhubungan dengan teks infografik. Oleh karena itu dinilai
layak dan mampu memberikan dalam segi bentuk dan warna dengan pesan
yang ingin disampaikan. Berikut referensi bentuk dari screenshot video
motion:
2.1.11.1 “Motion graphic 2012 – Hulu Culture”
(Gambar 2.1.11.1 Motion graphic 2012 – Hulu Culture)
Sumber : (https://www.youtube.com/watch?v=v9xOvJYnqrA | Motion graphic 2012 – Hulu Culture)
42
Studi Bentuk: Dari gambar di atas, penulis menganalisa bahwa dari
screenshot “Motion graphic 2012 – Hulu Culture” terlihat ilustrasi
gambar dengan bentuk tarikan garis brush manual. Banyak memakai
bentuk ornament-rnament khas oriental sesuai dengan konsep.
Studi Warna: “Motion graphic 2012 – Hulu Culture” terlihat
menggunakan warna yang khas oriental dan didominasi oleh warna
kuning, jingga, dan merah. Warna-warna terkesan memberikan warna
yang hangat.
2.1.11.2 “Workcenter”
(Gambar 2.1.11.2 Workcenter)
Sumber : (https://vimeo.com/16908711 | Workcenter)
Studi Bentuk: Penulis menganalisa bahwa dari screenshot
“Workcenter” menggunakan bentuk – bentuk simple dan minimalis
karena point of interest dari informasi yang disajikan jelas. Kemudian
gerakan – gerakan motion yang ditampilkan terlihat futuristik.
Studi Warna: Untuk studi warna pada screenshot video motion
“Workcenter”, penulis menganalisa bahwa warna-warna yang
digunakan merupakan warna yang minimalis karena hanya memiliki
dua warna, sehingga enak dilihat dan tidak membuat mata terganggu
ketika menyaksikan.
43
2.1.11.3 “Nokia Mapas”
(Gambar 2.1.11.3 Nokia Mapas)
Sumber : (https://vimeo.com/9500733 | Nokia Mapas)
Studi Bentuk: Dari gambar di atas, penulis menganalisa bahwa
bentuk yang digunakan oleh screenshot dari “Nokia Mapas”
menggunakan bentuk yang simple karena menggunakan garis/outline.
Pemilihan bentuk garis/outline ini karena dari keseluruhan komposisi
dari video ini terlihat sangat ramai.
Studi Warna: Warna yang digunakan dalam video motion “Nokia
Mapas” warna yang colorful, karena memiliki warna yang lebih dari
lima warna.
44
2.1.11.4 “Azul Teatro”
(Gambar 2.1.11.4 Azul Teatro)
Sumber : (https://vimeo.com/18284261 | Azul Teatro)
Studi Bentuk: Penulis menganalisa bahwa dari screenshot “Azul
Teatro” menggunakan bentuk framing dan pop up. Bentuk lingkaran
sebagai awan menjelaskan bahwa video ini ditujukan untuk promosi
tiket pesawat terbang.
Studi Warna: Dalam studi warna, warna yang digunakan dalam
video motion “Azul Teatro” memakai warna biru yang lebih tua
daripada warna biru langit sebagai background agar terlihat lebih
jelas.
45
2.1.11.5 “Oxelo Klick”
(Gambar 2.1.11.5 Oxelo Klick)
Sumber : (https://vimeo.com/84591410 | Oxelo Klick)
Studi Bentuk: Dari gambar di atas, penulis menganalisa bahwa
bentuk yang digunakan oleh video screenshot dari “Oxelo Klick”
menggunakan bentuk yang minimalis.
Studi Warna: Video motion “Oxelo Klick” menggunakan warna
pastel dan vintage. Memakai warna biru yang lebih muda dengan
diberikan gradasi sebagai background agar terlihat lebih jelas.
46
• “A Guide To American Football”
(Gambar 2.1.11.6 A Guide To American Football)
Sumber : (https://vimeo.com/84751465 | A Guide To American Football)
Studi Bentuk: Penulis menganalisa bahwa dari screenshot “A Guide To
American Football” menggunakan bentuk-bentuk simple karena bentuk
dengan shape yang terlihat lebih banyak bentuk kotak dan segitiga.
Studi Warna: Untuk studi warna pada screenshot video motion “A
Guide To American Football” menggunakan warna vintage dan bersifat
meriah, dengan komposisi yang full dan juga meriah.
47
• “Frigdata De Figaro Medias”
(Gambar 2.1.11.7 Frigdata De Figaro Medias)
Sumber : (http://vimeo.com/84304438 | Frigdata De Figaro Medias)
Studi Bentuk: Dari gambar di atas, penulis menganalisa bahwa bentuk yang
digunakan oleh video screenshot dari “Frigdata De Figaro Medias”
merupakan bentuk desain yang kompleks.
Studi Warna: Dalam studi warna, warna yang digunakan dalam video
motion “Frigdata De Figaro Medias” memakai warna primer, yaitu seperti
warna merah, kuning, dan biru.
48
2.1.12 Cerita Pendek (Referensi Naskah Dokumenter)
No VISUAL AUDIO Keterangan
1
Ditampilkan ciri khas dari
Affandi yaitu awan-awan
berwarna warni mewarnai
foreground memakai
animasi motion graphic
lalu tampil judul Affandi.
Musik Instrumen Opening
2 Muncul foto sketsa Affandi
Narasi :
Sosok pelukis
“Affandi” adalah
legenda yang
dikenal sebagai
Maestro seni lukis
Indonesia, berkat
gaya
ekspresionisnya
yang khas.
Profil Singkat
Affandi
3 Ditampilkan lukisan-lukisan
Narasi :
Selama hidupnya
Affandi telah
menghasilkan
ratusan bahkan
ribuan karya.
Eksistensi seorang
Affandi pada
akhirnya masih
dapat dinikmati
lewat karya-karya
yang dihasilkannya.
49
4 Affandi sedang mengamati
melukiskan dirinya di atas
kanvas
Pelukis Affandi
sering kali melukis
dirinya sendiri
untuk memuaskan
hasrat melukisnya.
Karena melukis
potret diri baginya
adalah bagian dari
objek pembelajaran
sejak awal karirnya
sebagai pelukis.
Di sebuah ruangan
di dalam rumahnya
5 Muncul lukisan-lukisan
naturalis Affandi
Narasi :
Pada awal
perjalanan
melukisnya,
Affandi menempuh
jalur Naturalis.
Obyek yang alami
bagi Affandi
merupakan
manifestasi
kehidupan di
sekelilingnya
50
6 Video dokumentasi
Affandi dari “hungry to
paint”
7 Animasi Affandi melukis
ibunya
Narasi :
Hasratnya untuk
terus belajar
melukis,
menyempurnakan
teknik, penguasaan
anatomy wajah dan
pencahayaan dapat
dilihat dari
beberapa lukisan
naturalisnya.
8 Visual animasi Affandi
yang membuang kuasnya
ke lantai
Pada tahun 1990-an
dimana ia merasa
kuas telah
menghalangi
kelangsungan
curahan emosinya
dalam melukis.
9 Divisualisasikan foto
Affandi serta lukisannya
ketika berada di India
Narasi :
Tahun 1950an
Affandi mendapat
kesempatan belajar
51
di India. Uang
beasiswa yang
dipersiapkan untuk
dua tahun
digunakan untuk
keliling ke
beberapa kota besar
di India untuk
melukis dan
pameran.
10 Menampilkan bangunan-
bangunan yang pernah
dikunjungi Affandi
Narasi :
Dan berlanjut
pameran ke
beberapa Negara di
benua Eropa dan
Amerika.
Efek pop up
bangunan muncul
52
11 Menampilkan penari-
penari kecak dalam bentuk
animasi puppet, lalu zoom
out ke bagian Affandi
yang sedang melukis
penari-penari tersebut
Narasi :
Proses melukis
Affandi cukup unik,
ia selalu memilih
tempat di alam
terbuka. Garis,
warna, dan sapuan
Affandi yang
ekspresif adalah
manifestasi dunia
dalam emosinya,
baginya melukis
tidaklah dalam
pikiran tapi lebih
berdasarkan naluri.
12
Divisualkan foto-foto
Affandi ketika masih
muda beserta saudara-
saudaranya.
Narasi :
Lahir pada tahun
1907 di Cirebon,
Affandi kecil
dikenal dengan
panggilan Abun.
Anak ketiga dari
tujuh bersaudara ini
belajar melukis
secara otodidak.
flashback
53
13
Affandi meminta
kakaknya untuk dapat
bersekolah di Belanda
namun ditolak oleh
kakaknya
Narasi :
Ayahnya, R.
Koesoema, dan
saudaranya Sabur,
mengharapkan agar
Affandi menjadi
Insinyur. Tetapi
Affandi meminta
agar di sekolahkan
di Belanda untuk
seni lukis
14
Zoom in kekecewaan
Affandi namun ia menjadi
lebih giat untuk melukis
Narasi :
Jiwa seni lukis yang
ada dalam dirinya
tidak tergoyahkan
karena sang kakak
menolak
permintaannya.
Namun api
kreativitasnya
semakin menyala
54
15
Foto-foto penghargaan
yang diraih Affandi dan
menerima gelar doktor
honoris dan maestro
Narasi :
Berbagai
penghargaan dan
hadiah bagaikan
membanjiri
perjalanan hidup
dari pria yang
hampir seluruh
hidupnya tercurah
pada dunia seni
lukis ini. Salah
satunya Gelar
Maestro yang di
dapatkannya dari
yayasan Dag
Hammarskjoeld di
Itali.
16
Divisualkan foto Affandi
bersama Maryati dan
mendapat anak
pertamanya lahir yaitu
Kartika
Narasi :
Pada tahun 1933,
Affandi menikah
dengan Maryati dan
dikaruniai seorang
putri, Kartika yang
nantinya akan
meneruskan bakat
melukis sang ayah.
flashback
55
17
Affandi di tengah melukis
istrinya Maryati dan
anaknya Kartika
Narasi :
Awal karir Affandi
yang sebagai
pelukis poster dan
tukang sobek karcis
di bioskop, tidak
mampu membayar
model untuk obyek
lukisannya, Maryati
selain menjadi istri
juga sebagai model
studi lukisnya
Affandi dalam
melatih dan
mempelajari
anatomi tubuh
manusia.
56
18
Foto-foto lukisan
humanisme Affandi.
Narasi :
Humanisme
Affandi dapat
dilihat juga pada
karya-karyanya.
Tema-tema
kerakyatan menjadi
dominasi dalam
karya-karya
Affandi.
19
Divisualisasikan penari
bali yang ingin dilukis
Narasi :
Affandi sering
berekspedisi ke
Bali. Di sana ia
banyak mendapat
inspirasi.
57
20
Sketsa gambar
museumnya yang
kemudian di transisi
menjadi foto museum
yang sudah jadi. Lalu
memperlihatkan isi
museumnya.
Narasi :
Seluruh pengabdian
Affandi di bidang
seni lukis dapat
dilihat di museum
Affandi yang
terletak di jalan
Laksda Adisucipto,
Yogyakarta.
Diperkirakan ada
sekitar 250 lukisan
saat ini.
21
Affandi tengah duduk
memperhatikan lukisannya
di museumnya.
Narasi :
Akhir masa
hidupnya, Affandi
sering meluangkan
waktu untuk duduk
dan mengamati
hasil lukisannya.
Karya yang
dihasilkan hampir
di seluruh hidupnya
58
22
Divisualisasikan koran
yang memberitakan
wafatnya Affandi.
Narasi :
Setelah menderita
komplikasi
berbagai penyakit,
pada hari rabu
tanggal 23 mei
1990, Affandi
berpulang kepada
sang pencipta.
Dunia kehilangan
sosok Maestro di
bidang seni lukis.
Affandi telah tiada.
Seluruh hidupnya
telah dibaktikan
kepada dunia seni
yang digelutinya.
Lewat karya-
karyanya Affandi
telah
mengharumkan
nama bangsa ke
pentas dunia.
59
2.1.13 Referensi Video
(Gambar 2.1.13.1 FIGDATA DE FIGARO MEDIAS on Vimeo)
Sumber : (http://vimeo.com/84304438 | FIGDATA DE FIGARO MEDIAS on Vimeo)
Bentuk yang digunakan merupakan bentuk desain yang kompleks. Warna yang
digunakan warna primer, yaitu seperti warna merah, kuning, dan biru. Gerakan
motion memiliki ciri khas dan sangat terlihat elite. Menggunakan musik dan SFX
yang berirama flat, namun fun. Perpaduan antara bentuk 2D dan 3D yang memiliki
kesinambungan yang baik.
60
(Gambar 2.1.13.2 DISCOVERY EDUCATION on Vimeo)
Sumber : (http://vimeo.com/70411376 | DISCOVERY EDUCATION on Vimeo)
Menggunakan transisi motion yang cepat namun sangat jelas menyesuaikan dengan
dubbing. Perpaduan antara bentuk 2D dan 3D yang memiliki kesinambungan yang
baik. Warna tidak terlalu mencolok agar nyaman ditonton. Gerakan motion terlihat
fun dan atraktif sehingga tidak terlihat membosankan dalam penyampaian informasi.
Demikian pula untuk musik dan SFX sesuai dengan pergerakan motion.
61
(Gambar 2.1.13.3 IDE on Vimeo)
Sumber : (http://vimeo.com/30536521 | IDE on Vimeo)
Menggunakan transisi yang terlihat indah dan berkesinambungan dari satu shape
dengan shape lainnya. Warna yang digunakan tidak terlalu mencolok karena
memiliki banyak bentuk. Menggunakan musik yang lembut untuk menyampaikan
pesan dan dubbing yang tidak cepat. Warna yang dipergunakan solid tanpa gradasi
untuk mempertegas bentuk yang divisualkan. Menggunakan background yang lebih
terang daripada bentuk vector. Musik dan SFX sesuai dengan pergerakan motion.
62
(Gambar 2.1.13.4 Discovery Home & Health on Vimeo)
Sumber : (http://vimeo.com/58039801 | Discovery Home & Health on Vimeo)
Menyampaikan informasi satu per satu tentang kehidupan sehari-hari yang sehat.
Transisi terlihat berkesinambungan dengan makna yang disampaikan. Bentuk-bentuk
yang dibuat simple dari bentuk aslinya membuat mudah dimengerti. Warna tidak
terlalu mencolok agar nyaman ditonton. Musik dan SFX sesuai dengan pergerakan
motion.
63
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Teori Film Animasi Dokumenter
Istilah dokumenter ditemukan oleh John Grierson, dalam resensi film
Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat bahwa
dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas (Susan
Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996, hal 72). Oleh karena itu
dokumenter pun termasuk didalamnya sebagai suatu metode publikasi
sinematik, yang dalam istilahnya disebut “creative treatment of actuality”
(perlakuan kreatif atas keaktualitasan).
Windsor Mckay pertama kali memperkenalkan film animasi
dokumenter dalam film The Sinking of Lusitania (1918) dimana ia
menggunakan animasi untuk menampilkan peristiwa tenggelamnya kapal
RMS Lusitania karena terkena serangan torpedo. Dimana tidak ada rekaman
nyata dari kejadian ini. Contoh lain dari film Animasi Dokumenter adalah
Abductees (2005) karya Paul Vester, film ini menampilkan wawancara
dengan beberapa orang yang mengaku pernah diculik oleh makhluk luar
angkasa, dari wawancara tersebut pengalam mereka 16 ditampilkan kembali
dalam bentuk animasi.
Dalam buku David Bordwell yang berjudul ilm Art : An Introduction,
ia mendefinisikan bahwa menurut bentuknya dapat di bedakan berbagai tipe
film yang ada. Ia menggunakan kata ‘tipe’, tidak mengatakan dengan kata
‘jenis’. Akhirnya berkembang dan di gunakan di seluruh penjuru dunia
setelah ia menyederhanakan tipe – tipe yang ada.
Bordwell mendefinisikan film dokumenter sebagai suatu film yang
berisi tokoh, peristiwa dan waktunya memang ada, tidak di rekayasa, dan
secara otentik benar – benar terjadi.
Kemudian Brodwell mendefinisikan film animasi adalah sebuah cara
ataupun usaha untuk ‘memberi kehidupan’ kepada sesuatu yang tidak bersifat
manusia agar dapat mendekati seperti kehidupan manusia sendiri. Adapula
teknik pengambilan gambar juga membedakan film animasi dari film lainnya.
64
Awalnya menggunakan teknik frame by frame, namun dengan adanya
kecanggihan teknologi, kemudian berkembang menjadi semakin banyak,
seperti stop motion, clay animation, animasi 3D(menggunakan computer
generated imagery), doll animation, animasi 2D, dan yang lainnya.
2.2.2 Metode Subjektivitas dan Objektivitas Film Dokumenter
Menurut Daniel B. Wood (2006), film – film dokumenter telah lama
meninggalkan objektivitasnya sehingga menyebabkan pindahnya paham
"kabarkan beritanya pada audiens" menjadi "pengaruhi audiens". Keuntungan
dari film – film seperti ini adalah mereka menimbulkan diskusi dalam
masyarakat, entah melalui protes dan kemarahan ataupun pujian. Film – film
dokumenter sejenis ini dinilai mempunyai banyak sisi opini yang dapat
mengarahkan opini publik juga, terlepas dari baik ataupun buruk. Contoh
terbaik datang dari An Inconvenient Truth yang merupakan film dokumenter
Al Gore yang mengarahkan publik akan bahaya pemanasan global. Namun,
jika sebuah film dibuat dengan menggunakan sudut pandang dari kedua belah
pihak, maka hasilnya adalah tontonan yang membosankan. Argumentasi ini
menyebutkan bahwa media film tidaklah sama dengan media jurnalistik. Sisi
lemah dari film dokumenter sejenis ini ("docu-ganda", sebuah istilah yang
akhirnya dipakai, sebuah singkatan dari "documentary propaganda") adalah
bahwa film sejenis ini membatasi target audiens hanya pada mereka yang
setuju dengan premis film yang bersangkutan.
Tema Nyongkolan sendiri di dalam documenter apabila disesuaikan
dengan tujuan desain “menjadikan documenter ini sebagai referensi sejarah
untuk dapat dipelajari, diperkenalkan, dan dilestarikan dalam kebudayaan di
Indonesia. Maka dari itu penulis merasa ada catatan yang hendak dimasukkan
di dalam film documenter ini, yaitu mengarahkan dan memperkenalkan
penonton untuk mengetahui adat perkawinan Sasak, yaitu dalam salah satu
rangkaian prosesinya adalah Nyongkolan. Namun penulis mempertahankan
keseimbangan antara “subjektivitas” dan “objektivitas”, yaitu segala konten
yang dimuat di dalam film animasi documenter ini merupakan hasil dari data
65
yang valid yang diperoleh secara mendalam dan tidak mengandung sama
sekali opini dari penulis.
2.2.3 Prinsip – Prinsip Komposisi
Menurut Krasner (2008, pp209-226) ada beberapa prinsip motion
graphic yang komposisi penulis aplikasikan di dalam pembuatan film
dokumenter ini. Prinsip – prinsip itu antara lain adalah:
2.2.3.1 Unity. Adalah sebuah prinsip yang menentukan koherensi dari
segala elemen, sebuah benang merah yang menyatukan semua bagian
sehingga mendukung gagasan utama.
2.2.3.2 Field and Ground, adalah pembagian ruang di dalam sebuah
komposisi, hal ini menentukan bagian mana yang merupakan bidang
depan (foreground) dan yang mana yang merupakan latar
(background).
2.2.3.3 Positive and Negative Space, adalah penentuan bagian mana
dalam komposisi yang merupakan "isi" (positive) dan bagian mana
yang merupakan area kosong (negative). Prinsip ini akan menentukan
keseimbangan dari komposisi., baik dari segi estetis maupun dari segi
psikologis.
2.2.3.4 Size and Scale, merupakan patokan ukuran dari elemen
komposisi. Size merupakan format dimana sebuah elemen
ditempatkan, dan scale merupakan hubungan relatif yang
mempengaruhi tiap elemen. Kedua hal ini akan mempengaruhi peran
dari tiap objek dalam komposisi, baik statis maupun yang bergerak.
2.2.3.5 Edge, merupakan batasan dari sebuah komposisi, dimana
keempat batasan layar bisa menjadi titik masuk dan keluarnya elemen
desain. Edge merupakan bagian penting yang menentukan batasan
pergerakan dan peletakan elemen – elemen.
66
2.2.3.6 Direction, adalah prinsip yang mengatur pergerakan mata
audiens terhadap sebuah komposisi, terutama pergerakan-pergerakan
elemen. Direction menentukan tujuan dari sebuah komposisi dengan
cara menentukan arah gerak, menghubungkan dan memisahkan
elemen – elemen yang penting.
2.2.3.7 Visual Contrast, adalah prinsip yang memasukkan variasi ke
dalam komposisi, baik untuk memperjelas sebuah informasi,
memperkuat makna, maupun memperkuat pesan yang disampaikan.
Visual Contrast dapat berupa kontras dalam ukuran, warna, orientasi,
dan lain-lain. Perbedaan dalam ukuran akan menentukan elemen mana
yang lebih dominan dan yang didominasi. Perbedaan dalam warna
akan menunjukkan elemen mana yang lebih diutamakan. Hal ini
berlaku pula untuk visual contrast lainnya.
2.2.3.8 Hierarchy, adalah sebuah prinsip yang mengorganisasikan
informasi yang kompleks agar perhatian pemirsa dapat terarahkan
kepada informasi yang seharusnya pada saat yang bersamaan secara
visual.
2.2.3.9 Repetition and Variety, adalah pengulangan dan keragaman,
dimana repetition menunjukkan pengulangan elemen-elemen visual,
sedangkan variety adalah keragaman elemen-elemen visual di dalam
pengulangan tersebut yang dapat mencegah kebosanan dan kesan
monoton.
Film animasi dokumenter yang dibuat oleh penulis
mengaplikasikan prinsip- prinsip komposisi yang telah dijabarkan
diatas dalam pemilihan framing maupun blocking. Hal ini
dimaksudkan untuk mencapai komunikasi yang maksimal, sehingga
tujuan pembuatan film dokumenter ini dapat tercapai kepada target
audiens.
67
2.2.4 Teori Scripwriting
2.2.4.1 Teori Penentuan Ide Skrip
Menurut buku “Successful Script Writing” karya Jurgen Wolff dan
Kerry Cox pembuatan sebuah skrip harus dimulai dengan salability factors,
yaitu faktor-faktor yang membuat skrip menjadi menarik dan menjual Check
list dari skrip yang menjual adalah:
2.2.4.1.1 Mempunyai “strong hook” yaitu sebuah kalimat atau premis yang
kuat.
2.2.4.1.2 Tingkat relevansi terhadap masyarakat.
2.2.4.1.3 Ide yang baru dan fresh.
2.2.4.1.4 Ada moral atau arti yang ingin disampaikan.
2.2.4.1.5 Memiliki konflik batin bagi penonton maupun konflik antarkarakter
di skrip yang menarik dan digarap dengan baik.
2.2.4.1.6 Terbayang visual yang dapat menarik penonton yang sesuai dengan
visi penulis.
Dalam penulisan skrip sebuah animasi film dokumenter yang sukses,
maka ide skrip harus memenuhi kriteria diatas agar terdapat sebuah cerita
yang relevan dan menarik oleh target audiens maupun masyarakat luas.
2.2.4.2 Teori Struktur Plot
Plot dibagi menjadi 3 bagian utama menurut Jurgen Wolff dan
Kerry Cox yaitu:
2.2.4.2.1 Act I : Awal dari cerita
Biasanya dimulai dengan pengenalan akan karakter dan set yang dipilih.
2.2.4.2.2 Act II : Pertengahan dari cerita
Berisikan tentang karakter dan tindakannya terhadap masalah yang ada
dimana klimaksnya ada pada di bagian ini juga.
68
2.2.4.2.3 Act III : Akhir dari cerita
Berisikan kesimpulan dari cerita baik diakhiri dengan senang, sedih, atau
perasaan lainnya.
Film dokumenter ini harus juga memiliki cerita yang baik dan terstruktur
untuk mendapatkan hasil yang maksimal ketika target audiens menonton
karena tanpa itu audiens tidak dapat menangkap cerita dari esensi dari
pembuatan cerita tersebut.
2.2.5 Teori Prinsip Dasar Animasi
12 prinsip dasar animasi adalah serangkaian prinsip-prinsip animasi
yang diperkenalkan oleh Disney animator Ollie Johnston dan Frank Thomas
di 1981 buku The Illusion of Life: Disney Animation. Prinsip-prinsip ini
digunakan untuk membantu produksi dan diskusi kreatif, juga untuk melatih
animator-animator muda dengan lebih cepat dan lebih baik.
Prinsip-prinsip animasi yang akan penulis terapkan tersebut adalah :
1.Solid Drawing
Kemampuan menggambar sebagai dasar utama animasi memegang peranan
yang menentukan “baik proses maupun hasil” sebuah animasi, terutama
animasi klasik. Meskipun kini peran gambar yang dihasilkan sketsa manual
sudah bisa digantikan oleh komputer, tetapi dengan pemahaman dasar dari
prinsip ‘menggambar’ akan menghasilkan animasi yang lebih ‘peka’.
2. Slow In and Slow Out
Slow In dan Slow Out menegaskan bahwa setiap gerakan memiliki percepatan
dan perlambatan yang berbeda. Slow In terjadi jika sebuah gerakan diawali
secara lambat kemudian menjadi cepat. Slow out terjadi jika sebuah gerakan
yang relatif cepat kemudian melambat.
69
3. Staging
Staging dalam animasi meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk
mendukung suasana atau mood yang ingin dicapai dalam sebagian atau
keseluruhan scene. Biasanya berkaitan dengan posisi kamera pengambilan
gambar. Posisi kamera bawah membuat karakter terlihat besar dan
menakutkan, kamera atas membuat karakter tampak kecil dan bingung
sedangkan posisi kamera samping membuat karakter tampak lebih dinamis
dan menarik.
4. Squash and Stretch
Squash and stretch adalah upaya penambahan efek lentur pada objek atau
figure sehingga seolah-olah ‘memuai’ atau menyusut’ sehingga memberikan
efek gerak yang lebih hidup. Penerapan squash and stretch pada figure atau
benda mati (missal : botol, gelas, meja) penerapan squash and stretch akan
membuat mereka lebih realis.
5. Anticipation
Anticipation adalah salah satu prinsip animasi yang membuat karakter/benda
yang akan di animasikan melakukan gerakan sebaliknya, untuk memberikan
efek ingin lebih realis contohnya adalah seseorang yang sebelum berlari ia
melakukan gerakan ancang-ancang.
6. Archs
Archs merupakan gerakan-gerakan yang melengkung seperti misalnya saat
seseorang melempar bola baseball atlit pelempar baseballnya saat antisipasi
pelempar di gambarkan melengkung untuk membuat efek lentur.
7. Timming
Pengaturan waktu pada sebuah animasi untuk membuat gerakan animasi pas
pada timming yang diinginkan dan membuat animasi terlihat lebih natural
agar membuat penonton merasa lebih tertarik untuk menontonnya.
70
8. Exaggeration
Membuat gambaran atau animasi sebuah karakter yang gerakannya di lebih-
lebihkan membuat lebih lucu dan menarik untuk dilihat, contohnya seperti
walk cycle sebuah karakter yang mencerminkan sifatnya masing-masing,
seperti misalnya ia berjalan sambil meninggikan dadanya.
9. Appeal
Appeal merupakan teori animasi yang bertujuan untuk membuat sesuatu
desain agar lebih memiliki daya tarik untuk di lihat, seperti desain-desain
yang mencerminkan kepribadian dari karakter. atau environment yang
memiliki stylenya sendiri.
10. Follow the Through dan Overlaping Action
Merupakan prinsip animasi yang berupaya melebihkan sedikit gerakan
animasi jika sebuah animasi tiba-tiba berhenti. intu akan memberikan efek
berhenti dari keadaan yang sangat cepat dan memberikan kesan lebih natural.
11. Straight ahead and pose to pose
Straight Ahead adalah proses penganimasian dengan cara yang spontan
gerakannya hal ini menyebabkan proporsi gerakan yang berbeda dengan
gerakan asli, namun gerakan karakter akan lebih terlihat spontan dan
memiliki gaya geraknya sendiri. Pose to Pose adalah prinsip animasi yang
digerakan dengan membuat blocking (gerakan-gerakan inti) terlebih dahulu
sebelum membuat gerakan tengahnya.
12. Secondary Action
adalah prinsip animasi yang membuat gerakan sama dengan apa yang
dirasakan oleh karakter untuk mendukung ekspresinya, misalnya jika karakter
sedang marah karakter ditambahkan gerakan-gerakan memukul-mukul,
berjalan tidak santai, dan lainnya
71
Dalam kasus tugas akhir ini hanya beberapa teori animasi yang
dipergunakan karena mengingkat bahwa projek akan dijadikan animasi
dokumenter yang lebih mengarah ke infografik jadi motion graphic menjadi
sarana untuk penyampaian dan akan hanya menggunakan beberapa teori
animasi, seperti Slow in and Slow Out, Stagging, Squash and Stretch,
Timming, Appeal.
2.2.6 Motion Graphic
Motion Graphic merupakan perkembangan motion design (desain
yang bergerak) motion graphic biasanya memadukan unsur, film, video,
tipografi, dan teknologi animasi untuk menciptakan sebuah ilusi dari gerakan
yang biasanya digabungkan dan di selaraskan dengan audio. Pada saat ini
motion graphic banyak dilihat dalam program-program televisi, pembukaan
acara televisi, running text creative, bumper, iklan-iklan, grafik data, judul
dan lain-lain.
Motion Graphic juga biasa disebut invisible art karena komponen-
komponennya terlihat namun tidak disadari oleh para menonton dan tanpa
disadari motion graphic memberikan mood serta looksnya, tersendiri kepada
penonton. Dengan berkembangnya teknologi perkembangan motion graphic
pun semakin pesat, itu dapat dilihat salah satu contohnya adalah pada saat
televisi-televisi swasta bermunculan.
Teori motion graphic ini di terapkan dalam project dengan maksud
untuk memberikan gambaran tentang infografik dengan visual yang baik dan
pergerakan yang tidak membosankan, karena infografik bertujuan untuk
menyampaikan kepada penonton maksud dari projek. Gerakan-gerakan
animasi karakter pun agak dibatasi untuk penonton lebih fokus kepada
penjelasan informasi.
72
Apa Itu Motion Graphic ? | Adhietblog. (2009, December 21). Retrieved
March 26, 2014, from http://adhietologyxnote.blogspot.com/2009/12/apa-itu-
motion-graphic_21.html
2.2.7 Teori Warna
Teori Brewster adalah teori yang menyederhanakan warna menjadi 4
kelompok warna. Keempat kelompok warna tersebut adalah warna primer,
sekunder, tersier, dan warna netral. Teori ini pertama kali dinyatakan tahun
1831.
Kelompok warna dalam teori ini sering disusun dalam lingkaran
warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori warna
komplementer, split komplementer, triad, dan tetrad.
2.2.7.1 Warna primer
Yaitu warna dasar yang tidak bisa diperoleh dari campuran warna-warna lain.
Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan
kuning.
2.2.7.2 Warna sekunder
Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer. Misalnya warna oranye
merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah
campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.
2.2.7.3 Warna tersier
Warna yang berasal dari campuran warna primer dengan warna sekunder.
Misalnya warna oranye kekuningan merupakan campuran dari warna kuning
dengan oranye.
2.2.7.4 Warna netral
Jika ketiga warna dasar dicampur, maka akan diperoleh warna netral. Warna
ini biasanya digunakan sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam.
Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.
73
2.2.7.5 Warna panas dan dingin
Lingkaran warna mulai dari warna primer sampai tersier bisa dikelompokkan
menjadi dua golongan besar, yaitu golongan warna panas dan warna dingin.
Warna panas terdiri dari warna kuning kehijauan hingga merah. Sedangkan
warna dingin dimulai dari ungu kemerahan hingga hijau. Warna panas
mampu memunculkan kesan panas dan dekat. Warna dingin sebaliknya akan
mengahsilkan nuansa yang dingin.
Warna, R. (2011, June 17). Teori Warna Brewster. Retrieved March 26,
2014, from http://www.edupaint.com/warna/roda-warna/486-read-110617-
teori-warna-brewster.html
Dalam penggunaan warna dari film animasi dokumenter berjudul
Nyongkolan, warna yang terseleksi adalah vintage. Warna vintage di
dominasi warna hijau dan warna – warna pudar yang khas dari foto-foto di
zaman dahulu. Vintage membawa kesan suasana dingin dan kuno, sehingga
cocok dengan tema yang dipilih.
2.3 Analisa
2.3.1 Pertimbangan Dalam Pembuatan
Animasi dokumenter dibuat karena ingin memperkenalkan salah satu
budaya tradisional yang paling semarak di Lombok, yaitu adat istiadat
Nyongkolan kepada masyarakat Indonesia serta menjaga kebudayaan
dimanapun mereka berada. Karena kebudayaan Indonesia itu sangat banyak
dan memiliki nilai yang sangat tinggi sehingga kita dapat mengambil
pelajaran dari nilai tersebut. Jadi penulis membuat animasi dokumenter
tentang kebudayaan di Lombok-NTB.
2.3.2 Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang didapat adalah penulis mendapatkan buku-
buku sejarah tentang adat istiadat kebudayaan Nyongkolan di Lombok yang
didapat langsung dari perpustakaan daerah di Lombok dan penulis telah
74
melakukan wawancara secara langsung dengan budayawan Sasak sehingga
bisa memberikan data dan informasi yang akan dijadikan bahan pembuatan
animasi dokumenter ini.
2.3.3 Faktor Penghambat
Dengan animasi dokumenter yang bertema tentang adat budaya
Nyongkolan banyak faktor penghambat dalam pembuatannya. Pada awalnya
judul penulis menemukan kesulitan data dan konteks yang terlalu luas. Jadi
salah satu kebudayaan di Lombok ini adalah penyempitan konteks dari judul
sebelumnya. Agak sulit untuk meneumakn data dari salah satu kebudayaan di
Lombok, namun penulis berusaha mencari dari sumber media, terutama
buku-buku sejarah. Mungkin menjadi faktor terberat adalah dalam pembuatan
animasi dengan waktu yang terbatas.
2.3.4 Target Audiens
Target audiens berusia 18 – 25 tahun, tinggal di kota besar atau yg
lainnya seperti Jakarta, Bandung, dan lain-lainnya. Memiliki pendidikan
minimal SMA sampai yang sudah bekerja. Memiliki rasa tertarik dan suka
dengan kebudayaan, multimedia, audio visual, dan animasi.