155
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA) BAB I PENDAHULUAN PENGERTIAN Leukemia adalah keadaan keganasan sel pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi oleh klon maligna limfositik atau granulositik dan terjadi penyebaran sel-sel ganas tersebut ke darah dan semua organ tubuh. Biasanya (tidak selalu) darah tepi menunjukkan leukositosis (Komite medik RSUP Dr. Sardito, 2000). ETIOLOGI Meskipun sebab leukemia tidak diketahui, dikenal berbagai faktor yang memegang peran terjadinya leukemia ini. 1. Faktor lingkungan a) Penyinaran yang mengionisasi dapat menyebabkan leukemia. b) Pemaparan kepada zat kimia tertentu dapat juga mempunyai efek leukemogenik. 2. Virus

5 SAK baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

new

Citation preview

Page 1: 5 SAK baru

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKIMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)

BAB I

PENDAHULUAN

PENGERTIAN

Leukemia adalah keadaan keganasan sel pembuat darah,

sehingga sumsum tulang didominasi oleh klon maligna limfositik atau

granulositik dan terjadi penyebaran sel-sel ganas tersebut ke darah

dan semua organ tubuh. Biasanya (tidak selalu) darah tepi

menunjukkan leukositosis (Komite medik RSUP Dr. Sardito, 2000).

ETIOLOGI

Meskipun sebab leukemia tidak diketahui, dikenal berbagai faktor

yang memegang peran terjadinya leukemia ini.

1. Faktor lingkungan

a) Penyinaran yang mengionisasi dapat menyebabkan

leukemia.

b) Pemaparan kepada zat kimia tertentu dapat juga

mempunyai efek leukemogenik.

2. Virus

Retovirus juga terlibat dalam terjadinya leukemia pada beberapa

tahun belakangan diperoleh karena ditemukan virus leukemia sel-T

manusia (HTLV-1, HTLV-II). Virus HTLV-I sekarang dianggap

sebagai agen etiologik suatu subtipe leukemia sel-T pada orang

dewasa, yang bersifat endemik di Jepang barat laut, daerah Karibia

dan beberapa bagian tenggara Amerika Serikat. Virus HTLV-II

berhubungan dengan varian sel-T leukemia hairy cell. Hingga

sekarang tidak ada petunjuk yang menyebutkan bahwa retovirus

terlibat dalam terjadinya leukemia pada anak.

Page 2: 5 SAK baru

3) Faktor genetik

Anggapan bahwa faktor genitik berperan pada terjadinya leukemia

manusia berdasar atas pada sebagian penderita dengan leukemia,

insidensi leukemia dalam keluarga terdapat meningkat.

Kemungkinan untuk mendapatkan leukemia pada kakak dan adik

dengan leukemia naik 2-4 kali lipat.

4) Imunodefisiensi

Pada anak yang menderita imunodefisiensi, seperti sindroma

Wiskott-Aldrich, hipogammaglobulinemia congenital dan ataksia

teleangiektasia, kemungkinan terjadinya limfatik meningkat.

PATOFISIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Klasifikasi leukemia menurut Nelson 1992:

1). Leukimia limfositik akut (LLA)

LLA adalah keganasan proliferasi dari limpoblas yang diakibatka

oleh kerusakan sel inti limfoid tunggal. Seringkali diderita anak

umur 2-4 tahun. Insidensi ALL ini turun drastis setelah usia 10

tahun (Reeves, Roux dan Lockhart, 2001) LLA sutipe umum

merupakan 60% dari bentuk leukemia anak dengan insidensi

puncak pada usia 3-4 tahun. LLA lebih banyak ditemui pada anak-

anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (Nelson, 1992). LLA

diduga sebagai proliferasi malignan dan limfoblast. Setelah usia 15

tahun, LLA tidak umum terjadi (Brunner dan Suddarth, 1996).

Klasifikasi diagnosis berdasarkan gambaran sel-sel leukemik

sumsum tulang saat didiagnosis. Seperti pada tabel 1, sebagai

berikut.

Tabel 1. Klasifikasi LLA

Gambaran

morfologi

L1 L2 L3

Ukuran sel Kecil Besar Besar

Page 3: 5 SAK baru

Kromatin

inti

Homogen Hiterogen Homogen

Bentuk inti Teratur,

dapat

bercelah/in

dentasi

Tidak

teratur,

sering,

bercelah/in

dentasi

Teratur,

oval

sampai

bulat

Anak inti Tidak jelas >1, besar,

jelas

>1,

besar,

jelas

Jumlah

sitoplasma

Sedikit Lebih

banyak,

Lebih

banyak

Basofilia

sitoplastik

Biru muda Biru tua Biru

gelap

Vakuola

sitoplasma

Variasi Variasi Jelas

Sumber : (Komite medik RSUP Dr. Sardito, 2000).

Sekitar 25% pederita LLA tergolong LLA subtipe sel T. limfosit sel T

dapat diidentifikasi dengan anti serum. Sel-sel leukemia asal

limfosit B dapat diidentifikasi dengan teknik imunofluoresen yang

dapat mengenali permukaan sel. LLA sutipe umum dicirikan

dengan adanya sel-sel yang tidak ada tanda sel T sel B; limfoblas

pada tipe ini bereaksi dengan antiserum khusus. Disamping itu juga

bereaksi dengan antibody sel B. sifat-sifat antigen yang terlibat

dalam reaksi ini belum diketahui. Sutipe LLA ini merupakan 75%

dari seluruh kasus LLA. Sekelompok kecil penderita yang selnya

tidak bereaksi dengan salah satu teknik di atas , digolongkan

sebagai leukemia yang tidak berdiferensiasi.

2). Leukimia non limfositik akut (LNLA)

LNLA disebabkan oleh perkembangbiakan limfosit B kecil dan

obnormal (Reeves, Roux dan Lockhart, 2001). LNLA karakteristik

Page 4: 5 SAK baru

pada beberapa kondisi yang merupakan predisposisinya, yaitu

anemia Fanconi dan sindrom Bloom.

3). Leukimia mielositik kronik (LMK)

LMK adalah keganasan sel induk myeloid yang menyebabkan tidak

terkontrolnya proliferasi granulosites. LMK paling sering terjadi

pada usia antara 50-70 tahun dan lebih banyak diderita laki-laki.

MANIFESTASI KLINIS

Manifstasi klinis pada anak dengan LLA memperlihatkan gambaran

yang agak konsisten. Gejala pertama biasanya tidak khas ; dapat

mempunyai infeksi saluran nafas akibat virus atau suatu eksantema

yang belum sembuh sempurna. Manifestasi awal yang timbul adalah

anoreksia, iritabilitas dan letargi. Kegagalan fungsi sumsum tulang

yang progesif menimbulkan keadaan pucat, perdarahan dan demam.

Pada pemerikasaan awal penderita tampak pucat dan sekitar 50%

dengan petekia atau perdarahan mukosa. Demam diketemukan pada

sekitar 25% penderita, yang dianggap timbul sebagai akibat infeksi

saluran nafas. Limfodenopati kadang-kadang nyata dan splenomegali

dapat ditemukan pada dua pertiga pasien. Hepatomegali minimal dan

tidak lazim. Sepertiga pasien mengalami nyeri tulang akibat invasi

periosteum dan perdarahan subperiostel. Nyeri tulang dan atralgia

tidak jarang merupakan keluhan utama yang mengarah pada diagnosis

LLA. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial seperti nyari

kepala dan mual, menunjukkan terlibatnya selaput otak. Anak-anak

dengan leukemia sel T cenderung dengan limfodenopati dan

hepatosplenomegali yang nyata sarta infiltrasi leukemik dini pada

system saraf pusat.

KOMPLIKASI

Menurut Sutaryo (2002) Leukemia pada anak dapat menimbulkan

komplikasi seperti :

Page 5: 5 SAK baru

3. Hiperleukositosis

Disebut Hiperleukositosis bila hitung leukosit darah tepi ≥

100.000/ml. Keadaan ini dapat ditemukan pada anak-anak dengan

Leukemia akut maupun kronik. Dapat menyebabkan kematian

karena Hiperleukositosis disebabkan adanya perdarahan intra

cranial, perdarahan pulmonal dan dapat juga karena gangguan

metabolisme yang disebabkan oleh tumor lisis sindrom.

4. Tumor Lisis Sindrom

Suatu keadaan terdiri atas trias : Hiperurismia, hipokalemia dan

hiperfostatemia. Timor lisis sindrom terjadi akibat degradasi sel

blas/sel tomor disertai dengan fungsi ginjal yang tidak adekuat.

5. Leukemia Susunan saraf Pusat (SSP)

Leukemia SSP ditemukan sekitar 5% pada anak saat diagnosis

Leukemia. Dengan kemajuan pengobatan profilaksis SSP maka

insidens relaps SSP jauh berkurang.

Komplikasi utama Leukemia adalah anemia defisiensi besi,

potensial mengalami infeksi yang fatal (frekuensi paling besar

terjadi pada paru-paru, saluran gastrointestinal, kulit), perdarahan

(karena trombositopenia). Komplikasi yang lain adalah insufisiensi

ginjal, limfadenopati, hipermetabolisme, pemyumbatan vena dan

sindrom lisis tumor.

B. PENGOBATAN

Regimen terapi efektif untuk Leukemia Limfoblastik akut (LLA) :

Induksi Remisi selama 1 bulan

Prednison : 40 mg/M2/hari peroral selama 28

hari.

Vinkristin : 1,5 mg/M2/minggu IV selama 4

minggu

Daunomisin : 25 mg/M2/minggu IV selama 4

minggu

Page 6: 5 SAK baru

Profilaksis Susunan Saraf Pusat (dimulai pada

minggu ke empat bila telah tercapai remisi)

Penyinaran cranial dengan Co60 selama 2.5

minggu

Dosis total: 1800 rad.

Metotreksat intratekal : 12 mg/M2 2x seminggu

selama 2 minggu selama penyinaran cranial : dosis tunggal

terbatas sampai 15 mg.

Lanjutan terapi selama 30 bulan 6-merkaptopril

: 50 mg/M2 /24 jam per oral.

G. MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL (Diagnosa)

1. Risiko infeksi

2. Risiko injuri

3. Hipertermi

4. Nyeri

5. Cemas pada orang tua dan anak

Page 7: 5 SAK baru
Page 8: 5 SAK baru

RENCANA KEPERAWATANNo Dx. Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan Intervensi

2. Diagnosa : Risiko Injuri

(1978)

Definisi :

Dalam risiko cedera sebagai

hasil dari interaksi kondisi

lingkungan dengan respon

adaptif indifidu dan sumber

pertahanan

Faktor risiko :

Eksternal

Mode transpor atau

cara perpindahan

Manusiawi atau

penyedia pelayanan

kesehatan (contoh : agen

nosokomial)

Pola kepegawaian :

NOC :

Risk Control

Kriteria hasil :

Klien terbebas dari cedera

Klien mampu menjelaskan

cara/metode untuk mencegah

injuri/cedera

1. Risiko Infeksi (1986)

Definisi :

Peningkatan resiko masuknya organisme

patogen

Faktor-faktor resiko :

- Prosedur Infasif

- Ketidakcukupan pengetahuan untuk

menghindari paparan patogen

- Trauma

- Kerusakan jaringan dan peningkatan

paparan lingkungan

- Ruptur membran amnion

- Agen farmasi (imunosupresan)

- Malnutrisi

- Peningkatan paparan lingkungan

Page 9: 5 SAK baru

kognitif, afektif dan faktor

psikomotor

Fisik (contoh :

rancangan struktur dan

arahan masyarakat,

bangunan dan atau

perlengkapan)

Nutrisi (contoh : vitamin

dan tipe makanan)

Biologikal (contoh :

tingkat imunisasi dalam

masyarakat,

mikroorganisme)

Kimia (polutan, racun,

obat, bahan pengawet, agen

farmasi, kosmetik, alkhohol,

kafein nikotin, celupan/zat

warna kain)

Internal

Psikologik (orientasi

afektif)

patogen

- Imonusupresi

- Ketidakadekuatan imum buatan

- Tidak adekuat pertahanan sekunder

(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan

respon inflamasi)

- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer

(kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan

kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan

sekresi pH, perubahan peristaltik)

- Penyakit kronik

Page 10: 5 SAK baru

Malnutrisi

Bentuk darah

abnormal, contoh :

leukositosis, perubahan

faktor pembekuan,

trobositopeni, sickle cell,

thalassemia, penurunan Hb,

imun autoimun tidak

berfungsi

Biokimia, fungsi

regulasi (contoh : tidak

berfungsinya sensoris)

Disfungsi gabungan

Disfungsi efektor

Hipoksia jaringan

Perkembangan usia

(fisiologik, psikososial)

Fisik (contoh :

kerusakan kulit/tidak utuh,

berhubungan dengan

mobilitas)

Page 11: 5 SAK baru

3. Hipertermi (1986)

Definisi :

suhu tubuh naik diatas

rentang normal

Karakteristik :

kenaikan suhu

tubuh diatas rentang normal

NOC :

Thermoregulation

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam rentang

normal

Nadi dan RR dalam rentang

NIC :

1. Fever treatment (Penanganan Demam)

Definisi :

manajemen pasien dengan hiperpireksia yang

disebabkan oleh faktor non lingkungan.

Intervensi :

Page 12: 5 SAK baru

serangan atau

konvulsi (kejang)

kulit kemerahan

pertambahan RR

takikardi

saat disentuh

tangan terasa hangat

Faktor faktor yang

berhubungan:

- penyakit/ trauma

- peningkatan

metabolisme

- aktivitas yang berlebih

- pengaruh

medikasi/anastesi

- ketidakmampuan/

penurunan kemampuan

untuk berkeringat

- terpapar dilingkungan

panas

normal

Tidak ada perubahan warna

kulit, dan tidak ada pusing

Monitor suhu tiap 6 jam

Monitor IWL

Lakukan monitoring suhu secara

kontinyu

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tekanan darah, nadi dan RR

Monitor penurunan tingkat kesadaran

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output

Monitor keabnormalan elektrolit

Monitor ketidakseimbangan asam

basa

Monitor adanya aritmia

Kolaborasi untuk pemberian anti

piretik

Berikan pengobatan untuk mengatasi

penyebab demam

Selimuti pasien

Lakukan kompres dengan air hangat

Berikan cairan intravena sesuai

Page 13: 5 SAK baru

- dehidrasi

- pakaian yang tidak

tepat

program terapi

Kompres pasien pada lipat paha dan

aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

2. Temperature regulation (Pengaturan

Suhu)

Definisi :

memelihara suhu tubuh pada rentang yang

normal

Intervensi :

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu secara

kontinyu

Monitor TD, nadi, dan RR

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan

hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencegah

Page 14: 5 SAK baru

keletihan akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya

pengaturan suhu dan kemungkinan efek

negatif dari kedinginan

Beritahukan tentang indikasi

terjadinya keletihan dan penanganan

emergency yang diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan

penanganan yang diperlukan

Berikan anti piretik jika perlu

3. Vital sign monitoring (Monitor Vital Sign)

Definisi :

mengumpulkan dan menganalisa data tentang

kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh, untuk

mengatasi dan mencegah komplikasi.

Intervensi :

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring,

Page 15: 5 SAK baru

duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor adanya pulsus paradoksus

Monitor adanya pulsus alterans

Monitor jumlah dan irama jantung

Monitor bunyi jantung

Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan

Page 16: 5 SAK baru

vital sign

4. Nyeri Akut (1996)

Definisi :

Sensori yang tidak

menyenangkan dan

pengalaman emosional yang

muncul secara aktual atau

potensial kerusakan jaringan

atau menggambarkan adanya

kerusakan (Asosiasi Studi

Nyeri Internasional): serangan

mendadak atau pelan

intensitasnya dari ringan

sampai berat yang dapat

diantisipasi dengan akhir yang

dapat diprediksi dan dengan

durasi kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :

- Laporan secara verbal

NOC :

Pain Level, Pain Control, Comfort Level

Pain : Disruptive Effects

Kriteria Hasil :

Menggunakan skala nyeri untuk

mengidentifikasi tingkat nyeri

Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

Melaporkan kebutuhan tidur dan

istirahat tercukupi

Mampu menggunakan metode

non farmakologi untuk mengurangi

nyeri

NIC :

1. Pain management (Manajemen Nyeri)

Definisi :

mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat

nyeri yang dirasakan pasien.

Intervensi :

Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kaji budaya yang mempengaruhi

respon nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau

Evaluasi bersama pasien dan tim

Page 17: 5 SAK baru

atau non verbal

- Fakta dari observasi

- Posisi antalgic untuk

menghindari nyeri

- Gerakan melindungi

- Tingkah laku berhati-

hati

- Muka topeng

- Gangguan tidur (mata

sayu, tampak capek, sulit

atau gerakan kacau,

menyeringai)

- Terfokus pada diri

sendiri

- Fokus menyempit

(penurunan persepsi waktu,

kerusakan proses berpikir,

penurunan interaksi dengan

orang dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi,

contoh : jalan-jalan,

kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau

Bantu pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor pencetus nyeri

Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

(mis. Nafas dalam)

Kolaborasi pemberian analgetik untuk

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada

Page 18: 5 SAK baru

menemui orang lain

dan/atau aktivitas, aktivitas

berulang-ulang)

- Respon autonom

(seperti diaphoresis,

perubahan tekanan darah,

perubahan nafas, nadi dan

dilatasi pupil)

- Perubahan autonomic

dalam tonus otot (mungkin

dalam rentang dari lemah ke

kaku)

- Tingkah laku ekspresif

(contoh : gelisah, merintih,

menangis, waspada, iritabel,

nafas panjang/berkeluh

kesah)

- Perubahan dalam

nafsu makan dan minum

Faktor yang berhubungan :

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

2. Analgetic administration (Administrasi

Analgesik)

Definisi :

penggunaan agen farmakologi untuk

menghentikan atau mengurangi nyeri.

Intervensi :

Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika pemberian

lebih dari satu

Tentukan analgesik pilihan tergantung

berat ringsnnys nyeri, rute pemberian, dan

dosis optimal

Monitor vital sign sebelum dan sesudah

Page 19: 5 SAK baru

Agen injuri (biologi, kimia, fisik,

psikologis)

pemberian analgesik

Berikan analgesik tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik, tanda

dan gejala (efek samping)

5. Nyeri Kronis (1986-1996)

Definisi :

Sensori yang tidak

menyenangkan dan

pengalaman emosional yang

muncul secara aktual atau

potensial kerusakan jaringan

atau menggambarkan adanya

kerusakan (Asosiasi Studi

Nyeri Internasional) : serangan

mendadak atau pelan

intensitasnya dari ringan

sampai berat, konstan atau

berulang tanpa akhir yang

dapat diantisipasi/diprediksi

NOC :

Pain Level, Pain Control, Comfort Level

Pain : Disruptive Effects

Kriteria Hasil :

Menggunakan skala nyeri untuk

mengidentifikasi tingkat nyeri

Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

Melaporkan kebutuhan tidur dan

istirahat tercukupi

Mampu menggunakan metode

non farmakologi untuk mengurangi

nyeri

NIC :

1. Pain management (Manajemen Nyeri)

Definisi :

mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat

nyeri yang dirasakan pasien.

Intervensi :

Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kaji budaya yang mempengaruhi

Page 20: 5 SAK baru

dan durasi waktunya lebih dari

6 bulan.

Batasan karakteristik :

- Perubahan berat badan

- Laporan secara verbal

dan non verbal atau fakta

dari observasi atas tingkah

laku melindungi, tingkah

laku berjaga-jaga, uka

topeng, irratibilitas, fokus

pada diri sendiri, gelisah,

depresi.

- Atropi yang melibatkan

beberapa otot

- Perubahan pola tidur

- Kelelahan

- Takut cedera kembali

- Berkurangnya interaksi

dengan orang

- Ketidakmampuan untuk

melanjutkan aktivitas

respon nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau

Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau

Bantu pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor pencetus nyeri

Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

(mis. Nafas dalam)

Kolaborasi pemberian analgetik untuk

Page 21: 5 SAK baru

sebelumnya

- Memperantarai respon

simpatik (contoh :

temperatur, dingin,

perubahan posisi tubuh,

hipersensitivitas)

- Anoreksia

Faktor yang berhubungan :

Ketidakmampuan fisik

kronis/psikososial

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

2. Analgetic administration (Administrasi

Analgesik)

Definisi :

penggunaan agen farmakologi untuk

menghentikan atau mengurangi nyeri.

Intervensi :

Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika pemberian

Page 22: 5 SAK baru

lebih dari satu

Tentukan analgesik pilihan tergantung

berat ringsnnys nyeri, rute pemberian, dan

dosis optimal

Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik

Berikan analgesik tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik, tanda

dan gejala (efek samping)

6. Cemas (1973, 1982, 1998)

Definisi :

Perasaan gelisah yang tak

jelas dari ketidaknyamanan

atau ketakutan yang disertai

respon autonom (sumner tidak

spesifik atau tidak diketahui

oleh individu); perasaan

keprihatinan disebabkan dari

antisipasi terhadap bahaya.

NOC :

Anxiety Control

Aggression Control

Coping

Impulse Control

Kriteria Hasil :

Klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas

Mengidentifikasi,

mengungkapkan, dan menunjukkan

NIC :

1. Anxiety reduction (pengurangan cemas)

Definisi :

Meminimalkan rasa takut, cemas, meras dalam

bahaya atau ketidaknyamanan terhadap

sumber yang tidak diketahui

Intervensi :

Gunakan pendekatan yang

menenangkan

Jangan memberikan harapan yang

Page 23: 5 SAK baru

Sinyal ini merupakan

peringatan adanya ancaman

yang akan datang dan

memungkinkan individu untuk

mengambil langkah untuk

menyetujui terhadap tindakan.

Faktor yang berhubungan :

terpapar racun, konflik yang

tidak disadari tentang nilai-nilai

utama/tujuan hidup,

berhubungan dengan

keturunan/herediter,

kebutuhan tidak terpenuhi,

transmisi iterpersonal, krisis

situasional/maturasional,

ancaman kematian, ancaman

terhadap konsep diri, stress,

substans abuse, perubahan

dalam: status peran, status

kesehatan, pola interaksi,

fungsi peran, lingkungan,

teknik untuk mengontrol cemas

Vital sign (TD, nadi, respirasi)

dalam batas normal

Postur tubuh, ekspresi wajah,

bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya

kecemasan.

Menunjukkan peningkatan

konsenrtasi dan akurasi dalam berpikir

Menunjukkan peningkatan fokus

eksternal

palsu kepada pasien

Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur

Pahami harapan pasien terhadap

situasi stres

Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut

Berikan informasi faktual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis

Anjurkan keluarga untuk menemani

anak

Lakukan massage pada leher dan

punggung

Dengarkan keluhan pasien dengan

penuh perhatian

Identifikasi tingkat kecemasan

Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan, persepsi

Instruksikan pasien menggunakan

Page 24: 5 SAK baru

status ekonomi.

Batasan karaktersistik :

Perilaku :

- Produktivitas berkurang

- Scanning dan

kewaspadaan

- Kontak mata yang

buruk

- Gelisah

- Pandangan sekilas

- Pergerakan yang tidak

berhubungan, (misal :

berjalan dengan menyeret

kaki, pergelangan

tangan/lengan

- Menunjukkan perhatian

seharusnya dalam kejadian

hidup

- Insomnia

- Resah

teknik relaksasi

Barikan obat untuk mengurangi

kecemasan

Page 25: 5 SAK baru

Affektive :

- Penyesalan

- Irritable

- Kesedihan yang

mendalam

- Ketakutan

- Gelisah, gugup

- Mudah tersinggung

- Rasa nyeri hebat dan

menetap

- Ketidakberdayaan

meningkat

- Membingungkan

- Ketidaktentuan

- Peningkatan

kewaspadaan

- Fokus pada diri

- Perasaan tidak adekuat

- Ketakutan

- Distress

Page 26: 5 SAK baru

- Kekhawatiran, prihatin

- Cemas

Fisiologis :

- Suara gemetar

- Gemetar, tangan

tremor

- Goyah

- Respirasi meningkat

(simpatis)

- Keinginan kencing

(parasimpatis)

- Nadi meningkat

(simpatis)

- Pupil dilatasi (simpatis)

- Reflek meningkat

(simpatis)

- Nyeri abdomen

(parasimpatis)

- Gangguan tidur

(parasimpatis)

- Perasaan geli pada

Page 27: 5 SAK baru

ekstrimitas (parasimpatis)

- Peningkatan aktivitas

kardiovaskuler (simpatis)

- Berkeringat banyak

- Wajah tegang

- Anorexia (simpatis)

- Jantung berdetak kuat

(simpatis)

- Diare (parasimpatis)

- Keragu-raguan dalam

berkemih (parasimpatis)

- Kelelahan (Simpatis)

- Mulut kering (simpatis)

- Kelemahan (simpatis)

- Pulsasi menurun

(paarasimpatis)

- Wajah kemerahan

(simpatis)

- Vasokontriksi

superficial (simpatis)

Page 28: 5 SAK baru

- Twiching (simpatis)

- Penurunan tekanan

darah (parasimpatis)

- Mual (parasimpatis)

- Sering kencing

(parasimpatis)

- Pusing (parasimpatis)

- Kesulitan bernafas

(simpatis)

- Meningkatnya tekanan

darah (simpatis)

Page 29: 5 SAK baru

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Johnson, M, 2000, Nursing Outcomes Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

McCloskey, J, 1996, Nursing Interventions Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

Nanda, 2005, Nursing Diagnosis, Definition and Clasification 2004 – 2005, Philadelpia : Nanda

Ngastiyah, 1997,Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Hudak & Gollo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Houstik Vol. III, EGC, Jakarta.

RSUP Dr. Sardjito, 2000, Standar Pelayanan Medik, MEDIKA Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

RSUP Dr. Sardjito, 1994, Pedoman Pengkajian, Diagnosis, dan Perencanaan Keperawatan, Depkes, RI. Yogyakarta

Page 30: 5 SAK baru

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

NEUROBLASTOMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada sistem

persyarafan yang berasal dari sel-sel saraf yang terdapat pada

medulla adrenal dan system saraf simpatik (Suriadi, 2002)

B. ETIOLOGI

Tidak diketahui secara pasti

Faktor genetik

C. PATOFISIOLOGI

Sel-sel kanker yang berasal dari medulla adrenal dan system saraf

simpatik berproliferasi, menekan jaringan sekitarnya, kemudian

menginvasi sel-sel normal disekitarnya.

Tahap pada neuroblastoma

Tahap I : tumor terlokalisasi pada daerah asal tumor, nodus limfe

belum terkena

Tahap II : tumor unilateral, nodus limfe belum terkena

Tahap III : tumor menginfiltrasi ke arah tengah; tumor unilateral

dengan terkenanya nodus limfe, tumor mengenai seluruh nodus

limfe

Tahap IV : tumor menginvasi nodus limfe lebih jauh, mengenai

tulang, sumsum tulang, hati dan organ lain

Tahap IV-S : tumor dengan ciri tahap I atau II tetapi dengan

metastase pada hati, sumsum tulang atau kulit.

Page 31: 5 SAK baru

Kompikasi

Metastase

Prognosis buruk

D. MANIFESTASI KLINIS

Teraba massa pada abdomen

Inkontinensia urin atau retensi urin jika sel-sel kanker mengenai

kandung kemih

Ekimosis pada supra orbital, edema pada peri orbital, exopthalmus

Nyeri tulang

Pucat, lemah, mudah terstimulasi, anoreksia dan berat badan

menurun

Gangguan pergerakan menurunnya ekspansi paru

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

CT scan untuk mengetahui keadaan tulang pada tengkorak, leher,

dada dan abdomen

Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi lokasi tumor atau

metastase tumor

Analisa urin untuk mengetahui adanya Vanillymandelic acid (VMA),

Homvillic acid (HVA), dopamine, not epinephrine

Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N-myc

Meningkatnya ferritin, neuron-specific enolase (NSE), ganglioside

(GD2)

F. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK

Pembedahan pada saat perkembangan tumor pada tahap I & II

Radioterapi pada saat tumor berada pada tahap III

Kemoterapi dapat dilakukan baik pada tumor pada tahap awal

maupun tahap lanjut. Obat-obat pilihan diantaranya adalah

vincristin, doxorubicin, ciclophosphamide, adriamycin, cisplatin

Page 32: 5 SAK baru

G. MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL (Diagnosis)

1. Risiko infeksi

2. Hipertermi

3. Nyeri

4. Cemas pada orang tua dan anak

Page 33: 5 SAK baru

RENCANA KEPERAWATANNo Dx. Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan Intervensi

1. Risiko Infeksi (1986)

Definisi :

Peningkatan resiko masuknya

organisme patogen

Faktor-faktor resiko :

- Prosedur Infasif

- Ketidakcukupan

pengetahuan untuk

menghindari paparan

patogen

- Trauma

- Kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan

lingkungan

- Ruptur membran

amnion

- Agen farmasi

NOC :

Immune Status

Knowledge : Infection Control

Risk Control

Kriteria Hasil :

Klien bebas dari tanda dan gejala

infeksi

Menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi

Jumlah sel darah putih dalam

batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

(menjaga kebersihan) seperti mencuci

tangan, perawatan mulut, dan lain-lain.

NIC :

1. Infection control (kontrol infeksi)

Definisi :

Meminimalkan mendapatkan infeksi dan

trasmisi agen infeksi

Intervensi :

Bersihkan lingkungan setelah dipakai

pasien lain

Pertahankan teknik isolasi

Batasi pengunjung bila perlu

Instruksikan pada pengunjung untuk

mencuci tangan saat berkunjung dan setelah

berkunjung meninggalkan pasien

Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci

tangan

Cuci tangan setiap sebelum dan

sesudah tindakan kperawtan

Page 34: 5 SAK baru

(imunosupresan)

- Malnutrisi

- Peningkatan paparan

lingkungan patogen

- Imonusupresi

- Ketidakadekuatan

imum buatan

- Tidak adekuat

pertahanan sekunder

(penurunan Hb, Leukopenia,

penekanan respon

inflamasi)

- Tidak adekuat

pertahanan tubuh primer

(kulit tidak utuh, trauma

jaringan, penurunan kerja

silia, cairan tubuh statis,

perubahan sekresi pH,

perubahan peristaltik)

- Penyakit kronik

Gunakan baju, sarung tangan sebagai

alat pelindung

Pertahankan lingkungan aseptik selama

pemasangan alat

Ganti letak IV perifer dan line central

dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk

menurunkan infeksi kandung kencing k/p

Tingktkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik bila perlu

2. Infection protection (proteksi infeksi)

Deinisi :

Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada

pasien yang beresiko

Intervensi :

Monitor tanda dan gejala infeksi

sistenikmdan lokal

Monitor hitung granulosit, WBC

Monitor kerentanan terhadap infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung terhadap penyakit

Page 35: 5 SAK baru

menular

Partahankan teknik aspesis pada

pasien yang beresiko

Pertahankan teknik isolasi k/p

Berikan perawatan kulit pada area

epidermi

Inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan, panas, drainase

Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

Ambil kultur (darah, pus, feces, sputum)

Anjurkan masukkan nutrisi yang cukup

Anjurkan masukan cairan

Anjurkan untuk istirahat

Monitor perubahan tingkat energi

Anjurkan peningkatan mobilitas dan

latihan

Latih dan ajarkan batuk dan napas

dalam

Instruksikan pasien untuk minum

antibiotik sesuai resep

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan

Page 36: 5 SAK baru

gejala infeksi

Ajarkan cara menghindari infeksi

Batasi buah segar, sayuran dan merica

pada pasien netropenia

Jauhkan bunga dan tanaman dari

lingkungan pasien

Berikan ruangan pribadi k/p

Yakinkan keamanan air dengan

hiperklorinasi dan pemanasan

Laporkan kecurigaan infeksi

Laporkan hasil kultur

2. Hipertermi (1986)

Definisi :

suhu tubuh naik diatas

rentang normal

Karakteristik :

kenaikan suhu

tubuh diatas rentang normal

serangan atau

konvulsi (kejang)

NOC :

Thermoregulation

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam rentang

normal

Nadi dan RR dalam rentang

normal

Tidak ada perubahan warna

kulit, dan tidak ada pusing

NIC :

1. Fever treatment (Penanganan Demam)

Definisi :

manajemen pasien dengan hiperpireksia yang

disebabkan oleh faktor non lingkungan.

Intervensi :

Monitor suhu tiap 6 jam

Monitor IWL

Lakukan monitoring suhu secara

Page 37: 5 SAK baru

kulit kemerahan

pertambahan RR

takikardi

saat disentuh

tangan terasa hangat

Faktor faktor yang

berhubungan:

- penyakit/ trauma

- peningkatan

metabolisme

- aktivitas yang berlebih

- pengaruh

medikasi/anastesi

- ketidakmampuan/

penurunan kemampuan

untuk berkeringat

- terpapar dilingkungan

panas

- dehidrasi

- pakaian yang tidak

kontinyu

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tekanan darah, nadi dan RR

Monitor penurunan tingkat kesadaran

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output

Monitor keabnormalan elektrolit

Monitor ketidakseimbangan asam

basa

Monitor adanya aritmia

Kolaborasi untuk pemberian anti

piretik

Berikan pengobatan untuk mengatasi

penyebab demam

Selimuti pasien

Lakukan kompres dengan air hangat

Berikan cairan intravena sesuai

program terapi

Kompres pasien pada lipat paha dan

aksila

Page 38: 5 SAK baru

tepat Tingkatkan sirkulasi udara

2. Temperature regulation (Pengaturan

Suhu)

Definisi :

memelihara suhu tubuh pada rentang yang

normal

Intervensi :

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu secara

kontinyu

Monitor TD, nadi, dan RR

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan

hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencegah

keletihan akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya

pengaturan suhu dan kemungkinan efek

Page 39: 5 SAK baru

negatif dari kedinginan

Beritahukan tentang indikasi

terjadinya keletihan dan penanganan

emergency yang diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan

penanganan yang diperlukan

Berikan anti piretik jika perlu

2. Vital sign monitoring (Monitor Vital Sign)

Definisi :

mengumpulkan dan menganalisa data tentang

kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh, untuk

mengatasi dan mencegah komplikasi.

Intervensi :

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

Page 40: 5 SAK baru

dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor adanya pulsus paradoksus

Monitor adanya pulsus alterans

Monitor jumlah dan irama jantung

Monitor bunyi jantung

Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan

vital sign

3. Nyeri Akut (1996) NOC : NIC :

Page 41: 5 SAK baru

Definisi :

Sensori yang tidak

menyenangkan dan

pengalaman emosional yang

muncul secara aktual atau

potensial kerusakan jaringan

atau menggambarkan adanya

kerusakan (Asosiasi Studi

Nyeri Internasional): serangan

mendadak atau pelan

intensitasnya dari ringan

sampai berat yang dapat

diantisipasi dengan akhir yang

dapat diprediksi dan dengan

durasi kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :

- Laporan secara verbal

atau non verbal

- Fakta dari observasi

- Posisi antalgic untuk

Pain Level, Pain Control, Comfort Level

Pain : Disruptive Effects

Kriteria Hasil :

Menggunakan skala nyeri untuk

mengidentifikasi tingkat nyeri

Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

Melaporkan kebutuhan tidur dan

istirahat tercukupi

Mampu menggunakan metode

non farmakologi untuk mengurangi

nyeri

1. Pain management (Manajemen Nyeri)

Definisi :

mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat

nyeri yang dirasakan pasien.

Intervensi :

Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kaji budaya yang mempengaruhi

respon nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau

Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau

Bantu pasien dan keluarga untuk

Page 42: 5 SAK baru

menghindari nyeri

- Gerakan melindungi

- Tingkah laku berhati-

hati

- Muka topeng

- Gangguan tidur (mata

sayu, tampak capek, sulit

atau gerakan kacau,

menyeringai)

- Terfokus pada diri

sendiri

- Fokus menyempit

(penurunan persepsi waktu,

kerusakan proses berpikir,

penurunan interaksi dengan

orang dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi,

contoh : jalan-jalan,

menemui orang lain

dan/atau aktivitas, aktivitas

berulang-ulang)

mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor pencetus nyeri

Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

(mis. Nafas dalam)

Kolaborasi pemberian analgetik untuk

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

2. Analgetic administration (Administrasi

Page 43: 5 SAK baru

- Respon autonom

(seperti diaphoresis,

perubahan tekanan darah,

perubahan nafas, nadi dan

dilatasi pupil)

- Perubahan autonomic

dalam tonus otot (mungkin

dalam rentang dari lemah ke

kaku)

- Tingkah laku ekspresif

(contoh : gelisah, merintih,

menangis, waspada, iritabel,

nafas panjang/berkeluh

kesah)

- Perubahan dalam

nafsu makan dan minum

Faktor yang berhubungan :

Agen injuri (biologi, kimia, fisik,

psikologis)

Analgesik)

Definisi :

penggunaan agen farmakologi untuk

menghentikan atau mengurangi nyeri.

Intervensi :

Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika pemberian

lebih dari satu

Tentukan analgesik pilihan tergantung

berat ringsnnys nyeri, rute pemberian, dan

dosis optimal

Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik

Berikan analgesik tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik, tanda

Page 44: 5 SAK baru

dan gejala (efek samping)

4. Nyeri Kronis (1986-1996)

Definisi :

Sensori yang tidak

menyenangkan dan

pengalaman emosional yang

muncul secara aktual atau

potensial kerusakan jaringan

atau menggambarkan adanya

kerusakan (Asosiasi Studi

Nyeri Internasional) : serangan

mendadak atau pelan

intensitasnya dari ringan

sampai berat, konstan atau

berulang tanpa akhir yang

dapat diantisipasi/diprediksi

dan durasi waktunya lebih dari

6 bulan.

NOC :

Pain Level, Pain Control, Comfort Level

Pain : Disruptive Effects

Kriteria Hasil :

Menggunakan skala nyeri untuk

mengidentifikasi tingkat nyeri

Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

Melaporkan kebutuhan tidur dan

istirahat tercukupi

Mampu menggunakan metode

non farmakologi untuk mengurangi

nyeri

NIC :

1. Pain management (Manajemen Nyeri)

Definisi :

mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat

nyeri yang dirasakan pasien.

Intervensi :

Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kaji budaya yang mempengaruhi

respon nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri masa

Page 45: 5 SAK baru

Batasan karakteristik :

- Perubahan berat badan

- Laporan secara verbal

dan non verbal atau fakta

dari observasi atas tingkah

laku melindungi, tingkah

laku berjaga-jaga, uka

topeng, irratibilitas, fokus

pada diri sendiri, gelisah,

depresi.

- Atropi yang melibatkan

beberapa otot

- Perubahan pola tidur

- Kelelahan

- Takut cedera kembali

- Berkurangnya interaksi

dengan orang

- Ketidakmampuan untuk

melanjutkan aktivitas

sebelumnya

- Memperantarai respon

lampau

Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau

Bantu pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor pencetus nyeri

Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

(mis. Nafas dalam)

Kolaborasi pemberian analgetik untuk

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Page 46: 5 SAK baru

simpatik (contoh :

temperatur, dingin,

perubahan posisi tubuh,

hipersensitivitas)

- Anoreksia

Faktor yang berhubungan :

Ketidakmampuan fisik

kronis/psikososial

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

2. Analgetic administration (Administrasi

Analgesik)

Definisi :

penggunaan agen farmakologi untuk

menghentikan atau mengurangi nyeri.

Intervensi :

Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika pemberian

lebih dari satu

Tentukan analgesik pilihan tergantung

berat ringsnnys nyeri, rute pemberian, dan

Page 47: 5 SAK baru

dosis optimal

Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik

Berikan analgesik tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik, tanda

dan gejala (efek samping)

5. Cemas (1973, 1982, 1998)

Definisi :

Perasaan gelisah yang tak

jelas dari ketidaknyamanan

atau ketakutan yang disertai

respon autonom (sumner tidak

spesifik atau tidak diketahui

oleh individu); perasaan

keprihatinan disebabkan dari

antisipasi terhadap bahaya.

Sinyal ini merupakan

peringatan adanya ancaman

yang akan datang dan

NOC :

Anxiety Control

Aggression Control

Coping

Impulse Control

Kriteria Hasil :

Klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas

Mengidentifikasi,

mengungkapkan, dan menunjukkan

teknik untuk mengontrol cemas

Vital sign (TD, nadi, respirasi)

NIC :

1. Anxiety reduction (pengurangan cemas)

Definisi :

Meminimalkan rasa takut, cemas, meras dalam

bahaya atau ketidaknyamanan terhadap

sumber yang tidak diketahui

Intervensi :

Gunakan pendekatan yang

menenangkan

Jangan memberikan harapan yang

palsu kepada pasien

Jelaskan semua prosedur dan apa yang

Page 48: 5 SAK baru

memungkinkan individu untuk

mengambil langkah untuk

menyetujui terhadap tindakan.

Faktor yang berhubungan :

terpapar racun, konflik yang

tidak disadari tentang nilai-nilai

utama/tujuan hidup,

berhubungan dengan

keturunan/herediter,

kebutuhan tidak terpenuhi,

transmisi iterpersonal, krisis

situasional/maturasional,

ancaman kematian, ancaman

terhadap konsep diri, stress,

substans abuse, perubahan

dalam: status peran, status

kesehatan, pola interaksi,

fungsi peran, lingkungan,

status ekonomi.

Batasan karaktersistik :

dalam batas normal

Postur tubuh, ekspresi wajah,

bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya

kecemasan.

Menunjukkan peningkatan

konsenrtasi dan akurasi dalam berpikir

Menunjukkan peningkatan fokus

eksternal

dirasakan selama prosedur

Pahami harapan pasien terhadap

situasi stres

Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut

Berikan informasi faktual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis

Anjurkan keluarga untuk menemani

anak

Lakukan massage pada leher dan

punggung

Dengarkan keluhan pasien dengan

penuh perhatian

Identifikasi tingkat kecemasan

Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan, persepsi

Instruksikan pasien menggunakan

teknik relaksasi

Barikan obat untuk mengurangi

Page 49: 5 SAK baru

Perilaku :

- Produktivitas berkurang

- Scanning dan

kewaspadaan

- Kontak mata yang

buruk

- Gelisah

- Pandangan sekilas

- Pergerakan yang tidak

berhubungan, (misal :

berjalan dengan menyeret

kaki, pergelangan

tangan/lengan

- Menunjukkan perhatian

seharusnya dalam kejadian

hidup

- Insomnia

- Resah

Affektive :

- Penyesalan

kecemasan

Page 50: 5 SAK baru

- Irritable

- Kesedihan yang

mendalam

- Ketakutan

- Gelisah, gugup

- Mudah tersinggung

- Rasa nyeri hebat dan

menetap

- Ketidakberdayaan

meningkat

- Membingungkan

- Ketidaktentuan

- Peningkatan

kewaspadaan

- Fokus pada diri

- Perasaan tidak adekuat

- Ketakutan

- Distress

- Kekhawatiran, prihatin

- Cemas

Page 51: 5 SAK baru

Fisiologis :

- Suara gemetar

- Gemetar, tangan

tremor

- Goyah

- Respirasi meningkat

(simpatis)

- Keinginan kencing

(parasimpatis)

- Nadi meningkat

(simpatis)

- Pupil dilatasi (simpatis)

- Reflek meningkat

(simpatis)

- Nyeri abdomen

(parasimpatis)

- Gangguan tidur

(parasimpatis)

- Perasaan geli pada

ekstrimitas (parasimpatis)

- Peningkatan aktivitas

Page 52: 5 SAK baru

kardiovaskuler (simpatis)

- Berkeringat banyak

- Wajah tegang

- Anorexia (simpatis)

- Jantung berdetak kuat

(simpatis)

- Diare (parasimpatis)

- Keragu-raguan dalam

berkemih (parasimpatis)

- Kelelahan (Simpatis)

- Mulut kering (simpatis)

- Kelemahan (simpatis)

- Pulsasi menurun

(paarasimpatis)

- Wajah kemerahan

(simpatis)

- Vasokontriksi

superficial (simpatis)

- Twiching (simpatis)

- Penurunan tekanan

Page 53: 5 SAK baru

darah (parasimpatis)

- Mual (parasimpatis)

- Sering kencing

(parasimpatis)

- Pusing (parasimpatis)

- Meningkatnya tekanan

darah (simpatis)

Page 54: 5 SAK baru

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Johnson, M, 2000, Nursing Outcomes Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

McCloskey, J, 1996, Nursing Interventions Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

Nanda, 2005, Nursing Diagnosis, Definition and Clasification 2004 – 2005, Philadelpia : Nanda

Ngastiyah, 1997,Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Hudak & Gollo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Houstik Vol. III, EGC, Jakarta.

RSUP Dr. Sardjito, 1994, Pedoman Pengkajian, Diagnosis, dan Perencanaan Keperawatan, Depkes, RI. Yogyakarta

Suriadi, 2002, Asuhan Keperawatan Pada Anak,

Page 55: 5 SAK baru

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

BRONKITIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh

adanya inflamasi bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan brinkitis

sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk

merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis

bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari

penyakit lain tetapi brokus ikut memegang peran. Bronkitis dapat

diklasifikasikan sebagai (1) bronkitis akut, (2) bronkitis kronik

(Ngastiyah, 1997)

B. ETILOGI

Penyebab brokitis yang paling sering adalah virus seperti

rhinovirus, respiratory sincytial virus (RSV), virus influensa, virus para

influenza dan coxsakie virus. Bronkitis sering terdapat pada anak yang

menderita morbili, pertusis dan infeksi Mycoplasma pneumonia. Infeksi

sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di lingkungan

sosio-ekonomi yang baik.

Faktor predisposisi terjadinya bronkitis adalah alergi, perubahan

cuaca, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik,

memudahkan terjadinya brokitis.

C. PATOFISIOLOGI

Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran

nafas akut (ISNA) atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula

kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan

Page 56: 5 SAK baru

lendir. Pada anak-anak yang mukoid (kental) susah ditemukan karena

sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak

selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering

mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi

sesak nafas.

Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada

pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronki bawah kasar

dan suara nafas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2-3

minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin telah

terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi sekunder paru.

D. PENATALAKSANAAN

Karena penyebab bronkitis pada umumnya virus maka belum ada

obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang digunakan biasanya

untuk penurun demam, banyak terutama sari buah-buahan. Obat

penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir; lebih

baik diberi banyak minum.

Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu

maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik

boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma dan pertusis.

Pemberian antibiotik yang serasi untuk M. pneumoniae dan H.

influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya Amoksisilin,

Kotrimoksasol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari

dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thoraks untuk

menyingkirkan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam

saluran nafas dan tuberculosis

E. MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL (Diagnosa)

1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

2. Pola Nafas tidak efektif

3. Gangguan Pertukaran gas

4. Hipertermia

5. Kurang Pengetahuan

Page 57: 5 SAK baru

RENCANA KEPERAWATANNo Dx. Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tak

efektif (1980, 1996, 1998)

Definisi :

Ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau

obstruksi dari saluran

pernafasan untuk

mempertahankan kebersihan

jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

- Dispneu, Penurunan

suara nafas

- Orthopneu

- Cyanosis

- Kelainan suara nafas

(rales, wheezing)

- Kesulitan berbicara

NOC :

Respiratory Status : Ventilation

Respiratory Status : Airway

Patency

Aspiration Control

Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara nafas yang bersih, tidak ada

sianosis dan dipsnea.

Menunjukkan jalan nafas yang

paten

Mampu mengidentifikasi dan

mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan nafas

NIC :

1. Airway management (manajemen jalan

nafas)

Definisi :

Mampertahankan kepatenan jalan nafas

Intervensi :

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin

lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi

Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya

Page 58: 5 SAK baru

- Batuk, tidak efekotif

atau tidak ada

- Mata melebar

- Produksi sputum

- Gelisah

- Perubahan frekuensi

dan irama nafas

Faktor-faktor yang

berhubungan :

- Lingkungan : merokok,

menghirup asap rokok,

perokok pasif-POK, infeksi

- Fisiologis : disfungsi

neuromuskular, hiperplasia

dinding bronkus, alergi jalan

nafas, asma.

- Obstruksi jalan nafas :

spasme jalan nafas, sekresi

tertahan, banyaknya mukus,

adanya jalan nafas buatan,

sekresi bronkus, adanya

suara tambahan

Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila perlu

Barikan kasa lembab

Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan

Monitor respirasi dan status O2 tiap 6

jam

2. Airway suctioning (saksion jalan napas)

Definisi :

mengeluarkan sekret atau mukus dari jalan

napas dengan menggunakan kateter suksion

dimasukkan melalui mulut pasien dan/ atau ke

dalam trakea.

Intervensi :

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

Auskultasi suara nafas sebelum dan

sesudah suctioning.

Informasikan pada klien dan keluarga

tentang suctioning

Minta klien nafas dalam sebelum suction

Page 59: 5 SAK baru

eksudat di alveolus, adanya

benda asing di jaln nafas.

dilakukan.

Berikan O2 dengan menggunakan nasal

untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

Gunakan alat yang steril sitiap melakukan

tindakan

Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas

dalam setelah kateter dikeluarkan dari

nasotrakeal

Monitor status oksigen pasien

Hentikan suksion dan berikan oksigen

apabila pasien menunjukkan bradikardi,

peningkatan saturasi O2, dll.

2. Pola Nafas Tidak Efektif

(1980, 1996, 1998)

Definisi :

Pertukaran udara inspirasi

dan/atau ekspirasi tidak

adekuat

NOC :

Respiratory Status : Airway

Patency

Respiratory Status : Ventilation

Vital Signs Status

NIC :

1. Airway management (manajemen jalan

nafas)

Definisi :

Mampertahankan kepatenan jalan nafas

Page 60: 5 SAK baru

Batasan karakteristik :

- Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi

- Penurunan pertukaran

udara per menit

- Menggunakan otot

pernafasan tambahan

- Nasal flaring

- Dyspnea

- Orthopnea

- Perubahan

penyimpangan dada

- Nafas pendek

- Assumption of 3-point

position

- Pernafasan pursed-lip

- Tahap ekspirasi

berlangsung sangat lama

- Peningkatan diameter

anterior-posterior

- Pernafasan

Kriteria Hasil :

Status respirasi : Ventilasi

pergerakan udara kedalam dan keluar

paru

Status tanda vital : RR, TD dalam

rentang yang diharapkan

Kedalaman inspirasi dan

kemudahan bernafas

Ekspansi dada simetris

Suara nafas tambahan tidak ada

Nafas pendek tidak ada

Intervensi :

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin

lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi

Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan

Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila perlu

Barikan kasa lembab

Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan

Monitor respirasi dan status O2 tiap 6

jam

Page 61: 5 SAK baru

rata-rata/minimal

Bayi : <

25 atau > 60

Usia 1-

4 : < 20 atau > 30

Usia 5-

14 : < 14 atau > 25

Usia >

14 : < 11 atau > 24

- Kedalaman pernafasan

Dewasa

volume tidalnya 500 ml

saat istirahat

Bayi

volume tidalnya 6-8 ml/Kg

- Timing rasio

- Penurunan kapasitas

vital

Faktor yang berhubungan :

- Hiperventilasi

2. Vital sign monitoring (Monitor Vital Sign)

Definisi :

mengumpulkan dan menganalisa data tentang

kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh, untuk

mengatasi dan mencegah komplikasi.

Intervensi :

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor adanya pulsus paradoksus

Monitor adanya pulsus alterans

Monitor jumlah dan irama jantung

Monitor bunyi jantung

Monitor frekuensi dan irama

Page 62: 5 SAK baru

- Deformitas tulang

- Kelainan bentuk

dinding dada

- Penurunan

energi/kelelahan

- Perusakan/pelemahan

muskulo-skeletal

- Obesitas

- Posisi tubuh

- Kelelahan otot

pernafasan

- Hipoventilasi sindrom

- Nyeri

- Kecemasan

- Disfungsi

Neuromuskuler

- Kerusakan

persepsi/kognitif

- Perlukaan pada

jaringan syaraf tulang

pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan

vital sign

Page 63: 5 SAK baru

belakang

- Imaturitas Neurologis

3. Gangguan pertukaran gas

Definisi :

Kekurangan oksigen dan atau

pengeluaran CO2 pada

membran kapiler alveolar

Batasan karakteristik :

Gangguan penglihatan

Penurunan CO2

Takikardi

Hipercapni

Kelelahan

Somnolen

Irritability

Hipoksia

Bingung

Dyspnea

Gas darah arteri tidak

normal

NOC :

Respiratory Status : Gas

exchange

Respiratory Status : ventilation

Vital Sign Status

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan peningkatan

ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

Memelihara kebersihan paru paru

dan bebas dari tanda tanda distress

pernafasan

Mengungkapkan perasaan

mengerti tentang oksigenasi dan

intervensi terapeutik

NIC :

1. Airway management (manajemen jalan

nafas)

Definisi :

Mampertahankan kepatenan jalan nafas

Intervensi :

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin

lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi

Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan

Page 64: 5 SAK baru

Sianosis

Pucat

Hipoksemia

Hipercarbia

Sakit kepala pada waktu

bangun tidur

Pernafasan tidak normal

Diaporesis

PH darah arteri tidak normal

Faktor yang berhubungan :

Gangguan ventilasi

perfusi

Perubahan membran

kapiler alveoli

Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila perlu

Barikan kasa lembab

Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan

Monitor respirasi dan status O2 tiap 6

jam

2. Respiratory monitoring (monitor

respirasi)

Definisi :

Mengumpulkan dan menganalisa data pesiaen

untuk meyakinkan kepatenan jalan nafas dan

pertukaran gas yang edekuat

Intervensi :

Monitor pernafasan : rata – rata,

kedalaman, irama dan usaha bernafas

Catat pergerakan dada,amati

kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,

retraksi otot supraclavicular dan intercostal

Monitor suara nafas, seperti dengkur

Monitor pola nafas : bradipena,

Page 65: 5 SAK baru

takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne

stokes, biot

Palpasi kesamaan ekspansi paru

Perkuso toraks anterior dan posterior

dari apeks sampai basisi bilateral

Catat lokasi trakea

Monitor kelelahan otot diagfragma

( gerakan paradoksis )

Auskultasi suara nafas, catat area

penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara

tambahan

Tentukan kebutuhan suction dengan

mengauskultasi crakles dan ronkhi pada

jalan napas utama

Uskultasi suara paru setelah tindakan

untuk mengetahui hasilnya

Monitor nilai PFT 9Peningkatan Volume

Tidal), terutama kapasitas vital, kekuatan

inspirasi maksimal, volume ekspirasi paksa

Monitor hasil ventilasi mekanik, catat

peningkatan tekanan inspirasi dan

Page 66: 5 SAK baru

penurunan vilume tidal

Monitor peningkatan kelelahan, camas

dan lapar udara

Catat perubahan SaO2, SvO2, end tidal

CO2, perubahan nilai ABG

Monitor kemampuan pasien untuk batuk

efektif

Monitor secret respiratori pasien

Catat onset, karakteristik dan durasi

batuk

Monitor dispena dan kejadian yang

meningkatkan atau memperburuk

Monitor crepitus

Monitor foto toraks

Buka jalan nafas dengan chin lift atau

jaw trust

Posisikan pasien pada satu sisi untuk

mencegah aspirasi

Lakukan resuistasi

Lakukan tindakan terapi raspiratori

Page 67: 5 SAK baru

4. Hipertermi (1986)

Definisi :

suhu tubuh naik diatas

rentang normal

Karakteristik :

kenaikan suhu

tubuh diatas rentang normal

serangan atau

konvulsi (kejang)

kulit kemerahan

pertambahan RR

takikardi

saat disentuh

tangan terasa hangat

Faktor faktor yang

berhubungan:

- penyakit/ trauma

- peningkatan

metabolisme

NOC :

Thermoregulation

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam rentang

normal

Nadi dan RR dalam rentang

normal

Tidak ada perubahan warna

kulit, dan tidak ada pusing

NIC :

1. Fever treatment (Penanganan Demam)

Definisi :

manajemen pasien dengan hiperpireksia yang

disebabkan oleh faktor non lingkungan.

Intervensi :

Monitor suhu tiap 6 jam

Monitor IWL

Lakukan monitoring suhu secara

kontinyu

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tekanan darah, nadi dan RR

Monitor penurunan tingkat kesadaran

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output

Monitor keabnormalan elektrolit

Monitor ketidakseimbangan asam

basa

Monitor adanya aritmia

Kolaborasi untuk pemberian anti

Page 68: 5 SAK baru

- aktivitas yang berlebih

- pengaruh

medikasi/anastesi

- ketidakmampuan/

penurunan kemampuan

untuk berkeringat

- terpapar dilingkungan

panas

- dehidrasi

- pakaian yang tidak

tepat

piretik

Berikan pengobatan untuk mengatasi

penyebab demam

Selimuti pasien

Lakukan kompres dengan air hangat

Berikan cairan intravena sesuai

program terapi

Kompres pasien pada lipat paha dan

aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

2. Temperature regulation (Pengaturan

Suhu)

Definisi :

memelihara suhu tubuh pada rentang yang

normal

Intervensi :

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu secara

kontinyu

Monitor TD, nadi, dan RR

Page 69: 5 SAK baru

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan

hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencegah

keletihan akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya

pengaturan suhu dan kemungkinan efek

negatif dari kedinginan

Beritahukan tentang indikasi

terjadinya keletihan dan penanganan

emergency yang diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan

penanganan yang diperlukan

Berikan anti piretik jika perlu

2. Vital sign monitoring (Monitor Vital Sign)

Definisi :

mengumpulkan dan menganalisa data tentang

kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh, untuk

Page 70: 5 SAK baru

mengatasi dan mencegah komplikasi.

Intervensi :

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor adanya pulsus paradoksus

Monitor adanya pulsus alterans

Monitor jumlah dan irama jantung

Monitor bunyi jantung

Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban

Page 71: 5 SAK baru

kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan

vital sign

5. Kurang Pengetahuan

(Spesifik) (1980)

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya

informasi kognitif tentang hal

yang spesifik (khusus)

Batasan karakteristik :

- Mengungkapkan

masalah

- Tidak tepat mengikuti

perintah

- Penampilan tidak tepat

selama mengikuti tes

- Tingkah laku yang

NOC :

Knowledge : Desease Process

Knowlwdge : Health Behavior

Knowledge : Infection Control

Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis, dan program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan dengan benar

Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

NIC :

1. Teaching : disease process

( Pengetahuan : proses penyakit)

Definisi :

membantu pasien memahami informasi yang

berhubungan dengan proses penyakit yang

spesifik

Intervensi :

Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang proses penyakit

yang spesifik

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

Page 72: 5 SAK baru

berlebihan (misalnya

histeris, sikap bermusuhan,

agitasi, apatis)

Faktor-faktor yang

berhubungan :

- Kurang paparan

- Mudah lupa

- Misinterpretasi

informasi

- Keterbatasan kognitif

- Kurang interes dalam

belajar

- Tidak mengenal

(familiar) dengan sumber

informasi

dijelaskan perawat/ tim kesehatan. tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang

biasa muncul pada penyakit, dengan cara

yang tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan

cara yang tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengna cara yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

Hindari memberikan harapan yang

kosong

Sediakan bagi keluarga atau orang

terdekat informasi tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat

Sediakan informasi tentang pengukuran

diagnostik yang tersedia, dengan tepat.

Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan

Page 73: 5 SAK baru

atau proses pengontrolan penyakit

Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

Gambarkan rasional rekomendasi

manajemen terapi/penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan pendapat ahli dengan

cara yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

Instruksikan pasien mengenai tanda

dan gejala untuk melaporkan pada perawat

dengan cara yang tepat

Sediakan telepon untuk memanggil jika

komplikasi terjadi

Kuatkan informasi yang disediakan oleh

anggota tim kesehatan lain, dengan cara yang

tepat.

Page 74: 5 SAK baru
Page 75: 5 SAK baru

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Johnson, M, 2000, Nursing Outcomes Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

McCloskey, J, 1996, Nursing Interventions Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

Nanda, 2005, Nursing Diagnosis, Definition and Clasification 2004 – 2005, Philadelpia : Nanda

Ngastiyah, 1997,Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Hudak & Gollo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Houstik Vol. III, EGC, Jakarta.

RSUP Dr. Sardjito, 1994, Pedoman Pengkajian, Diagnosis, dan Perencanaan Keperawatan, Depkes, RI. Yogyakarta

Page 76: 5 SAK baru

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

EPILEPSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Epilepsi adalah gejala lepas muatan listrik sebagian subtansi gresia

otak yang berlangsung secara tiba-tiba, berlebih, cepat, tidak teratur

dan bersifat sementara (Jackson / abad ke 19). Sedangkan menurut

Suharno (1977) epilepsi adalah lepas muatan listrik sebagian

substansi gresia otak yang berlangsung secara tiba-tiba, berlebihan

tidak teratur, sementara dan berulang-ulang yang menimbulkan

perubahan kesadaran atau tidak, dengan atau tanpa kejang-kejang

atau gangguan fungsi otak lainnya.

Perlu diketahui bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu gejala yang

dapat timbul suatu penyakit, yang serangannya dapat timbul jika terjadi

aktivitas energi yang berlebihan dan mendadak dalam otak sehingga

terganggunya kerja otak (Lily.D. Sidi Arta dalam pertemuan nasional

Dwi Warsa II IDASI Oktober 1990)

Jadi epilepsi merupakan suatu gejala akibat lepasnya aktivitas

elektrik yang periodik dan ekserik dari neuron serobrum yang dapat

menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involuntar, fenomena

sensorik abnormal, kenaikan aktifitas autonom dan berbagai gangguan

psikis (dr. Somekto Wibowo, Unit Penyakit Syaraf RSUP Dr. Sarjito).

B. TANDA DAN GEJALA

1. Grand Mal

a. Terjadi pada semua umur

b. Tanda dan Gejala :

Page 77: 5 SAK baru

1. Kesadaran segera menghilang dengan fase kejang tonik,

lalu diikuti fase kejang klonik kemudian penderita tidur dalam

2. Semua otot berkonsentrasi saat kejang

3. Lama seluruh serangan 2 – 5 menit diikuti tidur selama 1 – 2

jam dan bangun dengan keluhan sakit kepala.

4. Saliva keluar secara berlebihan.

5. Pernafasan stridor/ngorok

2. Petit Mal

a. Biasanya pada usia 4 – 12 tahun

b. Tanda dan gejala :

6. Kesadaran menghilang sebentar yaitu 5 – 15 detik

7. Pandangan kosong

8. Kegiatan yang sedang dilakukan berhenti tiba-tiba

9. Kadang mata berkedip-kedip

10.Pasien agak terhuyung tetapi tidak terjatuh

3. Epilepsi

a. Dapat terjadi pada semua umur

b. Tanda dan gejala :

11.Gejala motorik, sensorik, vegetatif, dan psikis.

12.Rasa tidak enak di perut, mual, muntah.

13.Melongo, bengong, gerakan otomatisme, mengecap-ngecap.

14.Halusinasi pendengaran, visual, penciuman, dan ketakutan

15.Ditemukan aura berupa suatu yang naik dari perut, membaui

sesuatu yang tidak enak, dan lain-lain.

4. Status epilepsi

a. Adalah keadaan pingsan yang disertai kejang terus menerus

dimana sebelum penderita menjadi sadar sudah timbul kejang

lagi.

b. Secara umum disebut status konvilsivus, merupakan gawat

yang harus segera diatasi.

c. Kejang yang terus menerus harus segera dihentikan.

Page 78: 5 SAK baru

C. PATOFISIOLOGI

Terjadi kejang dan hipersensitif saraf contex dan pusat limbik di

hiphethalamus, membran cell lebih permeabel dan menjadi aktif oleh

peningkatan suhu, hipoxia, hipolikemia.

Ketika intensitas pelepasan melebihi ambang batas dan mendekati

neuron yang normal dan masuk ke cortex cerebri, bangsal ganglia,

talamus, batang otak. Pelepasan listrik dibelakang otak menyebabkan

konstriksi otot dan mungkin kehilangan kesadaran. Exitasi dapat

menjalar sampai syaraf tulang belakang. Akhirnya pelepasan listrik

pada noerer korteks, telamus anterior, bangsl ganglia lambat karena

diperhambat, dan terjadi fase kontraksi relaksasi yang berulang.

Neuron kelelahan dan kejang berhenti. Terjadi depresi CNS dan

kerusakan kesadaran (tidur, bingung, lelah). Jika kejang lama

menyebabkan hipoxia, akhirnya terjadi kerusakan otak.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menentukan penyebab epilepsi, pemeriksaan fisik, dan

neorologik, diperlukan juga pemeriksaan penunjang lainnya, yaitu :

1. Foto Thorax

Indikasi : untuk mengetahui ada tidaknya proses di paru yang

berkaitan dengan proses diotak.

a. Adakah Ca-primer paru yang menyebar ke otak?

b. Adakah tuberkolosa paru yang menimbulkan tuberkolosa

serebri?

c. Adakah bronkhiektasis yang berhubungan dengan abses

serebri?

2. Foto tengkorak Posterio-anterior dan Lateral kanan-

kiri

Indikasi :

a. Kenaikan TIK

b. Kalsifikasi Intraklanial

Page 79: 5 SAK baru

c. Erosi tulang

16. Meatus akustikus internus pada neuroma akustikus

17. Sella turika pada adenoma hipofise

d. Hiperestosis : misalnya pada meningioma

3. Artiriografi Carotis dan Vertebralis

Indikasi : - proses desak ruang

18.kelainan vasculer

19.gangguan vascularasi

4. Computed Temography Scan (CT-Sean)

Dengan CT-Sean dapat dilihat adanya kelainan-kelainan di otak.

Seperti : Tumor intrakronial, edema serebri, infark, pendarahan,

dan lain-lain.

5. EEG

Dari EEG dapat diketahui ada tidaknya epilepsi, pragnosis epilepsi,

sejak kapan epilepsi timbul dan lain-lain.

E. MANAJEMEN TERAPI

Penatalaksanaan medis dilakukan oleh para dokter dengan

memberikan obat OAE (obat anti epilepsi), seperti :

1. Carbonazepin untuk bangkitan tonik-klonik dan bangkitan parsial

2. Valpreat untuk bangkitan tonik-klonik generalazed, lena, dan

bangkitan myoklonik.

3. Phenitoin untuk bangkitkan parsial dan general tonik-klonik (grand

mal)

4. Barbiturat untuk tipe grand mal type sadar

5. Beberapa merk dagang yang dipergunakan di Indonesia yaitu

dilatin, uptilan, luminal, rivoltril, mysoline, dan alin-lain (Mohammad

Naharuddin, Jenie.1989)

Page 80: 5 SAK baru

Penatalaksanaan keperawatan bertujuan untuk membantu

klien dalam merespon serangan epilepsi agar dapat menjadi adaptif

dan terhindar dari berbagai komplikasi :

1. Kontrol serangan dan mencegah serangan berulang

a. Kenali aura sebelum terjadi serangan

b. Anjurkan agar pasien atau keluarga mencatat kejadian

serangan (jumlah, lama, waktu, pola tidur, atau makan) untuk

membantu menentukan terapi.

c. Tekankan pentingnya mendapatkan obat anti epilepsi yang

teratur, dan tidak boleh menghentikan obat tanpa pengawasan

doter.

d. Jelaskan pada pasien efek dari obat anti epilepsi.

e. Anjurkan pada pasien untuk periksa darah secara teratur.

2. Perawatan sewaktu terjadinya serangan

a. mengamankan penderita, semua benda disekitarnya harus

disingkirkan penderita tidak boleh ditinggal sendiri karena bisa

terjadi bahaya fisik, aspirasi lidah tergigit.

b. Jangan berusaha menahan kejang tonik-klonik

c. Masukkan tongouspatel ke dalam mulut. Jika lidah tak tergigit

usaha mencegah tidak perlu. Dalam sikap terlentang lidah akan

jatuh kebelakang, sehingga tidak akan keluar dari mulut dan

menggigit lidah.

d. Miringkan kepala pasien untuk mencegah aspirasi

e. Longgarkan pakaian pasien

f. Catat semua gejala dan tanda-tanda serangan

g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiseptik.

3. Perawatan setelah serangan

a. Untuk pasien tidak sadar

20.Jaga nafas tetap lancar

21.Jaga / monitor tanda-tanda vital

Page 81: 5 SAK baru

22.Cairan dan elektrolit harus diperhatikan, misal dengan infus

atau diit cair per sonde

b. Kaji apakah pasien dapat mengingat apa yang terjadi

c. Beri rasa aman

4. Meningkatkan harga diri

a. Diskusikan pada pasien pendapat tentang penyakitnya.

b. Kenali kekuatan atau keterampilan pasien agar pasien dapat

hidup di masyarakat dengan baik.

c. Dorong pasien mampu menggunakan kekuatan-kekuatan atau

hal-hal yang positif pada dirinya sehingga dapat mengurangi

stress.

F. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL (Diagnosa)

1. Resiko aspirasi

2. Resiko Injury

3. Kurang pengetahuan tentang penyebab penyakit

Page 82: 5 SAK baru
Page 83: 5 SAK baru

No Dx. Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan Intervensi

1. Resiko Aspirasi (1998)

Definisi :

Resiko masuknya sekret

sekret gastrointestinal ,

oropharingeal, benda-benda

padat, atau cairan kedalam

tracheobronkhial

Faktor-faktor Resiko :

- peningkatan tekanan

dalam lambung

- selang makanan

- situasi yang

menghambat

- elevasi tubuh bagian

atas

- penurunan tingkat

kesadaran

- adanya tracheostomy

NOC :

Respiratory Status : Ventilation

Aspiration Control

Swallowing Status

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menelan tanpa

terjadi aspirasi

Jalan napas paten dan suara

napas bersih

NIC :

1. Aspiration precautions

Definisi :

Preventif atau meminimalkan factor risiko pada

pasien dengan risiko aspirasi

Intervensi :

Monitor tingkat kesedaran, kemampuan

menelan

Monitor status pernafasan

Jaga kepatenan jalan nafas

Posisikan 900 jika memungkinkan

Beri makanan dalam jumlah sedikit

Cek NGT sebelum memberikan

makanan

Jangan diberikan makanan jika residu

masih banyak

Pertahankan elevasi tempat tidur 30-45

menit setelah makan

Page 84: 5 SAK baru

atau selang endotracheal

- keperluan pengobatan

- adanya kawat pada

rahang

- peningkatan residu

lambung

- menurunnya fungsi

sfingter esofagus

- gangguan menelan

- NGT

- Operasi/trauma wajah,

mulut, leher

- Batuk dan gag reflek

- Penurunan motilitas

gastrointestinal

- Lambatnya

pengosongan lambung

2. Diagnosa : Risiko Injuri

(1978)

Definisi :

Dalam risiko cedera sebagai

NOC :

Risk Control

Kriteria hasil :

NIC :

1.Environmental management (Manajemen

Lingkungan)

Page 85: 5 SAK baru

hasil dari interaksi kondisi

lingkungan dengan respon

adaptif indifidu dan sumber

pertahanan

Faktor risiko :

Eksternal

Mode transpor atau

cara perpindahan

Manusiawi atau

penyedia pelayanan

kesehatan (contoh : agen

nosokomial)

Pola kepegawaian :

kognitif, afektif dan faktor

psikomotor

Fisik (contoh :

rancangan struktur dan

arahan masyarakat,

bangunan dan atau

perlengkapan)

Nutrisi (contoh : vitamin

Klien terbebas dari cedera

Klien mampu menjelaskan

cara/metode untuk mencegah

injuri/cedera

Definisi :

Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk

kepentingan terapeutik

Intervensi :

Sediakan lingkungan yang aman untuk

pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan

pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan

fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit

terdahulu pasien

Menghindarkan lingkungan yang

berbahaya (misalnya memindahkan

perabotan)

Memasang pengaman tempat tidur

Menyediakan tempat tidur yang nyaman

dan bersih

Menempatkan saklar lampu ditempat

yang mudah dijangkau pasien.

Membatasi pengunjung

Memberikan penerangan yang cukup

Menganjurkan keluarga untuk

Page 86: 5 SAK baru

dan tipe makanan)

Biologikal (contoh :

tingkat imunisasi dalam

masyarakat,

mikroorganisme)

Kimia (polutan, racun,

obat, bahan pengawet, agen

farmasi, kosmetik, alkhohol,

kafein nikotin, celupan/zat

warna kain)

Internal

Psikologik (orientasi

afektif)

Malnutrisi

Bentuk darah

abnormal, contoh :

leukositosis, perubahan

faktor pembekuan,

trobositopeni, sickle cell,

thalassemia, penurunan Hb,

imun autoimun tidak

menemani pasien.

Mengontrol lingkungan dari kebisingan

Memindahkan barang-barang yang

dapat membahayakan

Berikan penjelasan pada pasien dan

keluarga atau pengunjung adanya

perubahan status kesehatan dan penyebab

penyakit.

Page 87: 5 SAK baru

berfungsi

Biokimia, fungsi

regulasi (contoh : tidak

berfungsinya sensoris)

Disfungsi gabungan

Disfungsi efektor

Hipoksia jaringan

Perkembangan usia

(fisiologik, psikososial)

Fisik (contoh :

kerusakan kulit/tidak utuh,

berhubungan dengan

mobilitas)

3. Kurang Pengetahuan

(Spesifik) (1980)

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya

informasi kognitif tentang hal

yang spesifik (khusus)

Batasan karakteristik :

- Mengungkapkan

NOC :

Knowledge : Desease Process

Knowlwdge : Health Behavior

Knowledge : Infection Control

Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

NIC :

1. Teaching : disease process

( Pengetahuan : proses penyakit)

Definisi :

membantu pasien memahami informasi yang

berhubungan dengan proses penyakit yang

spesifik

Page 88: 5 SAK baru

masalah

- Tidak tepat mengikuti

perintah

- Penampilan tidak tepat

selama mengikuti tes

- Tingkah laku yang

berlebihan (misalnya

histeris, sikap bermusuhan,

agitasi, apatis)

Faktor-faktor yang

berhubungan :

- Kurang paparan

- Mudah lupa

- Misinterpretasi

informasi

- Keterbatasan kognitif

- Kurang interes dalam

belajar

- Tidak mengenal

(familiar) dengan sumber

informasi

prognosis, dan program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan dengan benar

Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/ tim kesehatan.

Intervensi :

Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang proses penyakit

yang spesifik

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang

biasa muncul pada penyakit, dengan cara

yang tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan

cara yang tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengna cara yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

Hindari memberikan harapan yang

kosong

Sediakan bagi keluarga atau orang

terdekat informasi tentang kemajuan pasien

Page 89: 5 SAK baru

dengan cara yang tepat

Sediakan informasi tentang pengukuran

diagnostik yang tersedia, dengan tepat.

Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan

atau proses pengontrolan penyakit

Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

Gambarkan rasional rekomendasi

manajemen terapi/penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan pendapat ahli dengan

cara yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

Instruksikan pasien mengenai tanda

dan gejala untuk melaporkan pada perawat

Page 90: 5 SAK baru

dengan cara yang tepat

Sediakan telepon untuk memanggil jika

komplikasi terjadi

Kuatkan informasi yang disediakan oleh

anggota tim kesehatan lain, dengan cara

yang tepat.

Page 91: 5 SAK baru

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Hadinanto, Soedomo, dkk, 1989, Epilepsi, FKU Dipenegoro, Semarang

Johnson, M, 2000, Nursing Outcomes Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

McCloskey, J, 1996, Nursing Interventions Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

Nanda, 2005, Nursing Diagnosis, Definition and Clasification 2004 – 2005, Philadelpia : Nanda

Ngastiyah, 1997,Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Mardjono Mohar, dkk, 1990, Simposium Mengenal dan Memahami Epilepsi, Panitia Pertemuan Nasional Dwi Warsa II, IRASI, Yogyakarta

Hudak & Gollo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Houstik Vol. III, EGC, Jakarta.

RSUP Dr. Sardjito, 1994, Pedoman Pengkajian, Diagnosis, dan Perencanaan Keperawatan, Depkes, RI. Yogyakarta

Page 92: 5 SAK baru

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

KEJANG DEMAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan oleh proses ekstra

kranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling

sering dijumpai pada anak, terutama pada umur 6 bulan – 4 tahun

(Ngastiyah, 1997)

Sedangkan kejang demam sederhana adalah bangkitan kejang yang

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 380 celcius) yang

disebabkan oleh suatu proses ekstracranial (otitis media akut,

brokopneumonia, gastroenteritis akut dan lain-lain) (Komite Medik RSUP

Dr. Sardjito, 2000).

B. ETIOLOGI

Penyebab demam kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan

jaringan otak dan faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada

fungsi otak.

C. PATOFISIOLOGI

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi

dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri

dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam

keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh

ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na++) dan

elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam

sel neuron tinggi dan konsentrasi Na++ rendah, sedang di luar sel neuron

terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion

di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran

yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga

Page 93: 5 SAK baru

keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan

enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler

2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi

atau aliran listrik dari sekitarnya

3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan

kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan

meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak

mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang

hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah

keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat

terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tersebut

dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini

demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke

membran sel sekitarnya dengan bantua bahan yang disebut

“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang

kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang

seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi

pada suhu 380 C sedang anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang

baru terjadi bila suhu mencapai 400 C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat

disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada

anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam

penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa

pasien menderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada

umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi

kejang yang ber;langsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai

apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot

skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat

disebabkan oleh metabolisme an aerobik, hipotensi arterial disertai denyut

jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang

Page 94: 5 SAK baru

disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya

menyebabkan metabolisme otot meningkat.

Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya

neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting

adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia

sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang

menyebabkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial

lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung

lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan

epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama

dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

D. GAMBARAN KLINIK

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang

disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat ; misalnya tonsilitis,

otitis media akut, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain.serangan kejang

biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung

singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik , tonik, klonik,

fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang

berhenti anak akan bangun dan tersadar kembali tanpa ada kelainan

saraf.

E. PENATALAKSANAAN

1. Memberantas kejang secepat mungkin : Diazepam IV

2. Pengobatan penunjang :

Semua pakaian ketat dibuka

Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi

lambung

Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan

oksigen ; bila perlu dilakukan intubasi atau trakheostomi

Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan

oksigen

3. Memberikan pengobatan rumat : Fenobarbitol atau Definilhidantion

Page 95: 5 SAK baru

4. Mencari dan mengobati penyebab

BAB II

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KEJANG DEMAM

A. MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL (Diagnosa)

1. Resiko aspirasi

2. Resiko Injuri

3. Hipertermi

4. Kurang pengetahuan tentang penyebab

penyakit

Page 96: 5 SAK baru
Page 97: 5 SAK baru

No Dx. Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan Intervensi

1. Resiko Aspirasi (1998)

Definisi :

Resiko masuknya sekret

sekret gastrointestinal ,

oropharingeal, benda-benda

padat, atau cairan kedalam

tracheobronkhial

Faktor-faktor Resiko :

- peningkatan tekanan

dalam lambung

- selang makanan

- situasi yang

menghambat

- elevasi tubuh bagian

atas

- penurunan tingkat

kesadaran

- adanya tracheostomy

atau selang endotracheal

NOC :

Respiratory Status : Ventilation

Aspiration Control

Swallowing Status

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menelan tanpa

terjadi aspirasi

Jalan napas paten dan suara

napas bersih

NIC :

1. Aspiration precautions

Definisi :

Preventif atau meminimalkan factor risiko pada

pasien dengan risiko aspirasi

Intervensi :

Monitor tingkat kesedaran, kemampuan

menelan

Monitor status pernafasan

Jaga kepatenan jalan nafas

Posisikan 900 jika memungkinkan

Beri makanan dalam jumlah sedikit

Cek NGT sebelum memberikan

makanan

Jangan diberikan makanan jika residu

masih banyak

Pertahankan elevasi tempat tidur 30-45

menit setelah makan

Page 98: 5 SAK baru

- keperluan pengobatan

- adanya kawat pada

rahang

- peningkatan residu

lambung

- menurunnya fungsi

sfingter esofagus

- gangguan menelan

- NGT

- Operasi/trauma wajah,

mulut, leher

- Batuk dan gag reflek

- Penurunan motilitas

gastrointestinal

- Lambatnya

pengosongan lambung

2. Diagnosa : Risiko Injuri

(1978)

Definisi :

Dalam risiko cedera sebagai

hasil dari interaksi kondisi

lingkungan dengan respon

NOC :

Risk Control

Kriteria hasil :

Klien terbebas dari cedera

Klien mampu menjelaskan

NIC :

1.Environmental management (Manajemen

Lingkungan)

Definisi :

Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk

Page 99: 5 SAK baru

adaptif indifidu dan sumber

pertahanan

Faktor risiko :

Eksternal

Mode transpor atau

cara perpindahan

Manusiawi atau

penyedia pelayanan

kesehatan (contoh : agen

nosokomial)

Pola kepegawaian :

kognitif, afektif dan faktor

psikomotor

Fisik (contoh :

rancangan struktur dan

arahan masyarakat,

bangunan dan atau

perlengkapan)

Nutrisi (contoh : vitamin

dan tipe makanan)

Biologikal (contoh :

tingkat imunisasi dalam

cara/metode untuk mencegah

injuri/cedera

kepentingan terapeutik

Intervensi :

Sediakan lingkungan yang aman untuk

pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan

pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan

fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit

terdahulu pasien

Menghindarkan lingkungan yang

berbahaya (misalnya memindahkan

perabotan)

Memasang pengaman tempat tidur

Menyediakan tempat tidur yang nyaman

dan bersih

Menempatkan saklar lampu ditempat

yang mudah dijangkau pasien.

Membatasi pengunjung

Memberikan penerangan yang cukup

Menganjurkan keluarga untuk

menemani pasien.

Mengontrol lingkungan dari kebisingan

Memindahkan barang-barang yang

Page 100: 5 SAK baru

masyarakat,

mikroorganisme)

Kimia (polutan, racun,

obat, bahan pengawet, agen

farmasi, kosmetik, alkhohol,

kafein nikotin, celupan/zat

warna kain)

Internal

Psikologik (orientasi

afektif)

Malnutrisi

Bentuk darah

abnormal, contoh :

leukositosis, perubahan

faktor pembekuan,

trobositopeni, sickle cell,

thalassemia, penurunan Hb,

imun autoimun tidak

berfungsi

Biokimia, fungsi

regulasi (contoh : tidak

dapat membahayakan

Berikan penjelasan pada pasien dan

keluarga atau pengunjung adanya

perubahan status kesehatan dan penyebab

penyakit.

Page 101: 5 SAK baru

berfungsinya sensoris)

Disfungsi gabungan

Disfungsi efektor

Hipoksia jaringan

Perkembangan usia

(fisiologik, psikososial)

Fisik (contoh :

kerusakan kulit/tidak utuh,

berhubungan dengan

mobilitas)

3. Hipertermi (1986)

Definisi :

suhu tubuh naik diatas

rentang normal

Karakteristik :

kenaikan suhu

tubuh diatas rentang normal

serangan atau

konvulsi (kejang)

kulit kemerahan

pertambahan RR

NOC :

Thermoregulation

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam rentang

normal

Nadi dan RR dalam rentang

normal

Tidak ada perubahan warna kulit, dan

tidak ada pusing

NIC :

1. Fever treatment (Penanganan Demam)

Definisi :

manajemen pasien dengan hiperpireksia yang

disebabkan oleh faktor non lingkungan.

Intervensi :

Monitor suhu tiap 6 jam

Monitor IWL

Lakukan monitoring suhu secara

kontinyu

Monitor warna dan suhu kulit

Page 102: 5 SAK baru

takikardi

saat disentuh

tangan terasa hangat

Faktor faktor yang

berhubungan:

- penyakit/ trauma

- peningkatan

metabolisme

- aktivitas yang berlebih

- pengaruh

medikasi/anastesi

- ketidakmampuan/

penurunan kemampuan

untuk berkeringat

- terpapar dilingkungan

panas

- dehidrasi

pakaian yang tidak tepat

Monitor tekanan darah, nadi dan RR

Monitor penurunan tingkat kesadaran

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output

Monitor keabnormalan elektrolit

Monitor ketidakseimbangan asam

basa

Monitor adanya aritmia

Kolaborasi untuk pemberian anti

piretik

Berikan pengobatan untuk mengatasi

penyebab demam

Selimuti pasien

Lakukan kompres dengan air hangat

Berikan cairan intravena sesuai

program terapi

Kompres pasien pada lipat paha dan

aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

2. Temperature regulation (Pengaturan

Suhu)

Page 103: 5 SAK baru

Definisi :

memelihara suhu tubuh pada rentang yang

normal

Intervensi :

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu secara

kontinyu

Monitor TD, nadi, dan RR

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan

hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencegah

keletihan akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya

pengaturan suhu dan kemungkinan efek

negatif dari kedinginan

Beritahukan tentang indikasi

terjadinya keletihan dan penanganan

Page 104: 5 SAK baru

emergency yang diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan

penanganan yang diperlukan

Berikan anti piretik jika perlu

3. Vital sign monitoring (Monitor Vital Sign)

Definisi :

mengumpulkan dan menganalisa data tentang

kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh, untuk

mengatasi dan mencegah komplikasi.

Intervensi :

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor adanya pulsus paradoksus

Monitor adanya pulsus alterans

Page 105: 5 SAK baru

Monitor jumlah dan irama jantung

Monitor bunyi jantung

Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan

vital sign

4. Kurang Pengetahuan

(Spesifik) (1980)

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya

informasi kognitif tentang hal

yang spesifik (khusus)

NOC :

Knowledge : Desease Process

Knowlwdge : Health Behavior

Knowledge : Infection Control

Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

NIC :

1. Teaching : disease process

( Pengetahuan : proses penyakit)

Definisi :

membantu pasien memahami informasi yang

berhubungan dengan proses penyakit yang

Page 106: 5 SAK baru

Batasan karakteristik :

- Mengungkapkan

masalah

- Tidak tepat mengikuti

perintah

- Penampilan tidak tepat

selama mengikuti tes

- Tingkah laku yang

berlebihan (misalnya

histeris, sikap bermusuhan,

agitasi, apatis)

Faktor-faktor yang

berhubungan :

- Kurang paparan

- Mudah lupa

- Misinterpretasi

informasi

- Keterbatasan kognitif

- Kurang interes dalam

belajar

- Tidak mengenal

(familiar) dengan sumber

prognosis, dan program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan dengan benar

Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/ tim kesehatan.

spesifik

Intervensi :

Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang proses penyakit

yang spesifik

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang

biasa muncul pada penyakit, dengan cara

yang tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan

cara yang tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengna cara yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

Hindari memberikan harapan yang

kosong

Sediakan bagi keluarga atau orang

terdekat informasi tentang kemajuan pasien

Page 107: 5 SAK baru

informasi dengan cara yang tepat

Sediakan informasi tentang pengukuran

diagnostik yang tersedia, dengan tepat.

Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan

atau proses pengontrolan penyakit

Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

Gambarkan rasional rekomendasi

manajemen terapi/penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan pendapat ahli dengan

cara yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

Instruksikan pasien mengenai tanda

dan gejala untuk melaporkan pada perawat

dengan cara yang tepat

Sediakan telepon untuk memanggil jika

Page 108: 5 SAK baru

komplikasi terjadi

Kuatkan informasi yang disediakan oleh

anggota tim kesehatan lain, dengan cara

yang tepat.

Page 109: 5 SAK baru

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Johnson, M, 2000, Nursing Outcomes Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

McCloskey, J, 1996, Nursing Interventions Classification, Mosby, St. Louis, Missouri.

Nanda, 2005, Nursing Diagnosis, Definition and Clasification 2004 – 2005, Philadelpia : Nanda

Ngastiyah, 1997,Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Hudak & Gollo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Houstik Vol. III, EGC, Jakarta.

RSUP Dr. Sardjito, 2000, Standar Pelayanan Medik, MEDIKA Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

RSUP Dr. Sardjito, 1994, Pedoman Pengkajian, Diagnosis, dan Perencanaan Keperawatan, Depkes, RI. Yogyakarta