91
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empirik Survei di Singapura tahun 1999 yang dilakukan oleh Asian Food Information Centre menunjukkan 70% orang minum saat merasa haus berarti sedang mengalami dehidrasi. Pada tahun 2009 penelitian The Indonesian Religional Hydration Study (THIRST) yang berkaitan dengan air minum pada manusia, dipimpin oleh Hardiansya menemukan, sebanyak, 4,1% dari 1200 penduduk indonesia di Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur mengalami dehidrasi ringan, sedangkan jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi dibanding orang dewasa yaitu 49,5% berbanding 42,5% ditemukan pula penyebab tingginya dehidrasi karena rendahnya tingkat pengetahuan responden akan pentingnya fungsi air bagi tubuh. Sedangkan menurut Santoso Djoko, di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang selama kurun waktu 7

5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Empirik

Survei di Singapura tahun 1999 yang dilakukan oleh Asian Food

Information Centre menunjukkan 70% orang minum saat merasa haus berarti

sedang mengalami dehidrasi. Pada tahun 2009 penelitian The Indonesian

Religional Hydration Study (THIRST) yang berkaitan dengan air minum pada

manusia, dipimpin oleh Hardiansya menemukan, sebanyak, 4,1% dari 1200

penduduk indonesia di Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Timur mengalami dehidrasi ringan, sedangkan jumlah remaja yang

mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi dibanding orang dewasa yaitu 49,5%

berbanding 42,5% ditemukan pula penyebab tingginya dehidrasi karena

rendahnya tingkat pengetahuan responden akan pentingnya fungsi air bagi

tubuh.

Sedangkan menurut Santoso Djoko, di Rumah Sakit Syaiful Anwar

(RSSA) Malang selama kurun waktu 2010, mencapai 3200 pasien rata-rata

menderita gagal ginjal kronis. Hal ini disebabkan karena mereka

mengkonsumsi air putih kurang dari 2 liter/hari. Dan pada usia remaja,

dengan dehidrasi rendah dan pengetahuan rendah memiliki prosentase lebih

tinggi. Dehidrasi disebabkan oleh kebiasaan minum remaja yang kurang

untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan

yang kurang sehingga kebiasaan minum juga kurang.

7

Page 2: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

8

2.2 Tinjauan Teoritik

2.2.1 Konsep Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat antara lain :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu ‘tahu’ ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

Page 3: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

9

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyelesaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi

atau objek Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(Notoatmodjo, 2007)

3. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dibagi

menjadi dua, antara lain :

a. Cara tradisional atau non ilmiah yaitu tanpa melakukan penelitian

ilmiah. Terbagi menjadi :

Page 4: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

10

1) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

2) Secara Keseluruhan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang

otoritas, yaitu orang yang mempunyai wibawa/ kekuasaan, baik

secara tradisi, otoritas, pemerintah, otoritas pemimpin agama,

maupun ahli pengetahuan atau ilmuwan.

4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di pada masa

lalu.

5) Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah/ hukuman

merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk

mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

Page 5: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

11

6) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran atau norma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh para pengikutnya. Terlepas dari apakah

kebenaran tersebut rasional atau tidak.

7) Kebenaran secara Intuitif

Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar

kesadaran, tanpa melalui proses penalaran/ berfikir dan berdasarkan

intuisi atau bisikan hati saja.

8) Melalui Jalan Pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya. Melalui pernyataan-pernyataan yang

dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat

suatu kesimpulan.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

Proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau

hal-hal yang nyata.

10) Deduksi

Deduksi adalah pembutan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduksi berlaku bahwa

sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu,

Page 6: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

12

berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada

setiap yang termasuk dalam kelas itu.

b. Cara modern atau cara ilmiah yaitu melalui proses penelitian.

Cara ini disebut juga metode penelitian ilmiah (scientific research

method), atau lebih populer disebut metodelogi penelitian.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas

pengetahuan.

b. Tingkat pendidikan

Secara umum orang yang berpendidikan tinggi memiliki

pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih

rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik positif

maupun negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan

lain-lain.

Page 7: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

13

e. Penghasilan

Jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu

menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Social budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap

sesuatu.

5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang kita ketahui atau

kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut. (Notoadmodjo,

2012). Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu

kuesioner, cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang.

Pengetahuan dinyatakan baik bila ≥ 75% pertanyaan dijawab benar, cukup

bila 56%-74% pertanyaan di jawab benar, kurang bila <55% pertanyaan di

jawab benar (Budiman & Rianto, 2013).

2.2.2 Konsep Kebutuhan Cairan

1. Definisi Kebutuhan Cairan

Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan tubuh akan cairan yang

ditentukan oleh air yang diperoleh dan keluar tubuh. Di dalam tubuh pria

dewasa hampir 60% dari berat badanya adalah air dan wanita mengandung

55% air dari berat badanya Cairan dan elektrolit merupakan komponen

Page 8: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

14

tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses

homeostasis. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri air sebagai pelarut

dan substansi terlarut (zat terlarut)

a. Air (H2O) merupakan komponen terbanyak dalam tubuh manusia.

Namun kandungan air di dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh :

1) Sel-sel lemak : Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun

dengan peningkatan lemak tubuh

2) Usia : Sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia.

3) Jenis kelamin : Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara

proporsional, karena mengandung lemak tubuh.

b. Solut (Substansi terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut yaitu

elektrolit dan non-elektrolit.

1) Elektrolit : Substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan

dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit terdiri dari ion positif

dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan

satu sama lain.

(a) Kation : Ion positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama

adalah natrium (Na+¿¿), sedangkan kation intraseluler utama

adalah kalium (K+¿ ¿). Sistem pompa terdapat di dinding luar sel

tubuh yang memompa natrium keluar dan kalium ke dalam

(b) Anion : Ion negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama

adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraseluler utama adalah

ion fosfat ¿)

Page 9: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

15

2) Non elektrolit : Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak

berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram

per 100 ml-mg/dl). Non elektrolit lainya yang secara klinis penting

mencakup kreatinin dan bilirubin.

(Horne & Swearingen, 2012)

2. Fungsi Cairan Tubuh

Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air

mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti :

a. Pelarut dan alat angkut: pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam

amino, lemak, vitamin, mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan

oleh tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon untuk dibawa ke

seluruh sel yang membutuhkan. Air juga mengangkut sisa-sisa

metabolisme, termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan

dari tubuh melalui kulit, paru-paru, kulit, ginjal.

b. Katalisator: Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi

biologik dalam sel termasuk dalam saluran cerna. Selain itu, air

diperlukan untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks

menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana.

c. Pelumas: Air berperan sebagai pelumas dalam cairan-cairan sendi-sendi

tubuh.

d. Fasilitator pertumbuhan: Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan

untuk pertumbuhan.

Page 10: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

16

e. Pengatur Suhu: agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,

air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk

menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°C.

f. Peredam benturan: Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan

dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-

benturan

(Almaitser, 2003)

3. Distribusi cairan tubuh

Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistribusi ke dalam 2

kompartemen utama yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler:

a. Cairan intraseluler

Cairan intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel.

Hampir 67% dari total badan air (Body’s Water) tubuh manusia terdapat

di dalam cairan intraselullar. Sedangkan cairan ekstraselular adalah

cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan

oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu

b. Cairan Ekstraseluler

Cairan ekstrasellular adalah cairan yang berada di luar sel. Air

yang berada di dalam cairan ekstrasellular ini kemudian akan

terdistribusi kembali kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu pada cairan

interstisial (cairan di sekitar sel) dan cairan intravaskular (plasma

darah).

(Almaitser, 2003)

Page 11: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

17

4. Kebutuhan cairan

Kebutuhan cairan tergantung dari keseimbangan cairan yang

ditentukan dari air yang diperoleh dan keluar tubuh. Tubuh memperoleh

air dari konsumsi (makanan dan minuman) dan hasil metabolisme,

sedangkan air keluar melalui pernafasan, kulit, ginjal, dan saluran

perncernaan. Kebutuhan cairan normal berdasarkan usia dan berat badan

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.1 Kebutuhan Cairan berdasarkan Usia

Usia BB (kg) Kebutuhan (ml) 24 jam3 hari 3.0 250-300

1 tahun 9,5 1150-13002 tahun 11,8 1350-15006 tahun 20,0 1800-200010 tahun 28,7 2000-270014 tahun 45,0 2200-2700

18 tahun s.d dewasa 54,0 2200-2700Sumber: Anas Samsuri, 2008, Klien Gangguan Keseimbangan Cairan.

Tabel 2.2 Rata-rata penambahan dan keluaran cairan selama 24 jam

Masukan Jumlah Haluaran Jumlah

Cairan Oral 1300 ml Urine 1500 mlAir dalam Makanan 1000 ml Feses 200 mlAir yang diproduksi oleh metabolisme

300 ml Tidak kasat mata

Total 2600 ml Paru-paru 300 mlKulit 600 mlTotal 2600 ml

Page 12: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

18

Sumber: Tambayong, 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan.

Berdasarkan estimasi diatas maka konsumsi air lebih dari 8 gelas

(1gelas = 240 ml) dijadikan pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan

per harinya (Samsuri, 2007).

5. Faktor- faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Cairan

Faktor - faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit adalah

a. Usia perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas

organ, sehingga dapat me:mengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan

elektrolit.

b. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran c:airan

melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan

cairan.

c. Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah

cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi

pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat

berpengaruh pada jumlah pe:menuhan kebutuhan cairan.

d. Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,

karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga

mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan

retensi natrium dan air.

e. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga

untuk memperbaikinya sel membutuhkan  proses pemenuhan kebutuhan

cairan yang cukup.

Page 13: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

19

Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh

seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu

keseimbangan kebutuhan cairan.

(Tarwoto & Wartonah, 2012)

6. Gangguan akibat kekurangan dan kelebihan cairan

Ketidakseimbangan cairan yang terjadi pada tubuh menyebabkan

dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi (kelebihan air)

a. Dehidrasi

Merupakan kondisi hilangnya air secara berlebihan dari jaringan

tubuh yang disertai dengan hilangnya elektrolit essensial, terutama

natrium, kalium, dan klorida. Tanda-tanda dehidrasi turgor/bengkak

kulit yang buruk (pada orang tua bukan merupakan tanda yang dapat

dipercaya), kulit kering dan merah, lidah berselaput, oliguria

(penurunan kapasitas untuk pembentukan atau pengeluaran urin

sehingga produk akhir metabolisme tidak dapat diereksi secara efisien),

gelisah, dan kacau pikir.

Tabel 2.3 Prosentase Kehilangan Cairan

Kehilangan Air tubuh (% )

Akibat

<2% Rasa haus2-4% Rasa haus yang hebat, sedikit gelisah dan perasaan

tertekan, kehilangan nafsu mkan, hemokonsentrasi meningkat

4-6% Performa fisik menurun, kecepatan terganggu, kulit memerah, tidak sabar, kelelahan, sukar tidur, apatis, mual, dan emosi tidak stabil

6-8% Kesemutan pada lengan, tangan dan kaki, sakit kepala, meningkatnya suhu tubuh, denyut nadi, dan respirasi

8-10% Pernafasan meningkat, pusing, sianosis, bicara tidak jelas, tubuh lemah, mental terganggu.

10-15% Otot kejang, kesulitan menjaga keseimbangan dengan mata tertutup, ketidakmampuan umum. Mengigau, membengkak. Peredaran darah terganggu, ditandai hemokonsentrasi dan volume darah menurun, fungsi terganggu

Page 14: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

20

Sumber: Wardlaw dan Hampl, Perspective in Nutrition, 2007 dalam Rizky, 2013.

b. Keracunan air

Keracunan air yaitu konsumsi air berlebihan yang melewati

kecepatan maksimal ekskresi urin. Seberat apapun ginjal bekerja, tidak

akan mampu untuk menerima jumlah air berlebihan. Volume cairan

dalam sel akan meningkat dan zat-zat dalam cairan tersebut akan ikut

terlarut. Sel-sel diseluruh bagian tubuh termasuk otak akan mengalami

kerusakan. Penglihatan menjadi kabur, perasaan bingung, koordinasi

tidak sempurna. Keadaan lebih parah akan mengakibatkan hal-hal

seperti sakit kepala, rasa mual, dan muntah-muntah, kelemahan, tubuh

gemetar, kejang-kejang, koma dan akhirnya meninggal. Tanda-tanda

tersebut terutama akibat kurangnya garam dalam tubuh. (Piliang dalam

Rizky, 2013)

2.2.3 Konsep Kebiasaan Minum

Page 15: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

21

1. Definisi Kebiasaan Minum

Kebiasaan minum adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

minum dan minuman seperti frekuensi minum, kebiasaan minum saat

makan, jenis minuman, waktu minum dan sumber minuman yang

dikonsumsi (bekal dari rumah) (Prayitno & Dieny, 2012).

Gambaran kebiasaan minum

a. Frekuensi minum. Seberapa sering perilaku minum (segala jenis

minuman) muncul pada waktu tertentu.

1. ≤ 12 kali sehari

2. 8 kali sehari

3. <8 kali sehari

Berdasarkan kebutuhan cairan menurut usia, konsumsi cairan

pada remaja dikatakan baik jika memenuhi 2200-2700 ml (8-12 kali)

minum setiap hari. Tetapi dinyatakan berlebih jika nilainya melebihi

2700 ml (>12 kali) minum per hari, dan dinyatakan kurang jika

nilainya kurang dari 2200 ml (<8 kali) sehari.

b. Frekuensi minum air putih. Seberapa sering perilaku minum air putih

muncul pada waktu tertentu

1) >8 kali minum sehari

2) 5-6 kali minum sehari

3) 3-4 kali minum sehari

Menurut Departemen kesehatan, para pakar gizi dan air putih

menyatakan konsumsi air putih yang baik adalah 2000 ml sehari (8

Page 16: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

22

gelas). Dan dinyatakan kurang jika nilainya kurang dari 2000 ml (<8

gelas)

c. Frekuensi minum-minuman lainya yaitu seberapa sering perilaku

minum selain air putih muncul pada waktu tertentu.

1) >6 kali per minggu

2) 4-6 kali per minggu

3) 1-3 kali per minggu

Seseorang yang lebih menyukai minuman manis dibandingkan

dengan air putih seperti minuman bersoda, minuman yang

mengandung kaffein, atau bahkan mengkonsumsi minuman

beralkohol, sebenarnya apabila dikonsumsi secara terus menerus dan

menjadi sebuah kebiasaan akan sangat merugikan kesehatan bagi

dirinya sendiri (Fauziyah dalam Pratiwi, 2011).

d. Kebiasaan waktu minum merupakan waktu yang digunakan untuk

minum.Waktu yang tepat digunakan untuk minum air adalah :

1) 1-3 gelas saat bangun tidur pada pagi hari

Membantu dalam mengairi sel-sel yang berada pada daerah

pencernaan. Selain itu juga dapat membantu dalam membuang sisa-

sisa makanan dengan baik.

2) 2-3 gelas 1 jam sebelum makan siang

Membantu dalam asupan cairan yang baik bagi semua sel di

dalam tubuh, untuk membantu penyerapan nutrisi ketika setelah

sarapan.

3) 2-3 gelas, 1 jam sebelum makan malam

Page 17: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

23

Cara ideal yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan tubuh

adalah satu jam sebelum setiap kali makan. Jika yang diminum

hanya air, air akan mengalir dari lambung menuju usus dalam 30

menit oleh karena itu tidak akan menghambat pencernaan maupun

penyerapan.

e. Kebiasaan minum saat makan

Jika mengkonsumsi terlalu banyak air sebelum makan,

menyebabkan lambung menjadi penuh, sehingga menyebabkan

kehilangan nafsu makan. Jika minum air saat makan, air akan

mengencerkan enzim-enzim pencernaan dan penyerapan makanan

menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, jika harus minum saat makan

sebaiknya menghindari minum lebih dari satu gelas setiap kali makan.

(Shinya, 2008)

f. Jenis minuman merupakan segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan

dapat menghilangkan rasa haus. Minuman umumnya berbentuk padat,

cair, namun ada pula yang berbentuk padat seperti es krim atau es lilin.

Berikut ini merupakan jenis minuman

1) Air putih, ini merupakan minuman netral dengan syarat tidak

berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

2) Kopi dan teh, ini minuman yang dapat dikonsumsi selagi panas

ataupun dingin.

3) Wedang jahe, wedang ronde yang dikonsumsi umumnya selagi

panas

Page 18: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

24

4) Es sirup yang lazim dikonsumsi dingin. Es sirup ini dibuat dari gula

pasir yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu, lalu

direbus sampai mendidih.

5) Jus buah juga sering diminum sebagai minuman dingin, yaitu

minuman yang dibuat dari buah-buahan yang dihaluskan

menggunakan satu macam buah atau campuran beberapa buah

ditambah dengan sirup atau gula pasir dan es batu.

6) Minuman berenergi.

Minuman energi adalah jenis minuman ringan yang diharapkan

dapat menambah energi dan kekuatan seseorang yang meminumnya.

Bagi beberapa kalangan, minuman energi diminum dengan tujuan

untuk mencegah kelelahan dan kantuk. Di Indonesia minuman energi

digolongkan sebagai minuman kesehatan. Tetapi sebaliknya, di luar

negeri khususnya Amerika Serikat minuman energi digolongkan

sebagai minuman ringan. Hal ini terjadi mungkin karena sampai saat

ini dampak dan manfaat bagi kesehatan pada minuman energi tidak

terbukti secara ilmiah.

Seringkali ditemukan kandungan kafein yang tinggi atau

bahkan jumlahnya tidak diketahui. Minuman ini dilaporkan oleh

berbagai asosiasi kesehatan dunia mempunyai dampak kesehatan

yang serius khususnya pada anak, remaja dan dewasa muda dengan

gejala kejang, diabetes, kelainan jantung, gangguan emosi dan

gangguan perilaku.

(Prayitno & Dieny, 2012)

Page 19: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

25

2. Tahap terbentuknya kebiasaan seseorang

a. Tahap berfikir

Pada tahap ini seseorang mencoba memikirkan sesuatu, memberi

perhatian dan berkonsentrasi pada apa yang dipikirkanya. Mengapa

sesuatu berada dalam pikiran seseorang, karena hal tersebut dianggap

penting atau menarik perhatian atau memiliki nilai lebih dari yang lain.

b. Tahap perekaman

Saat seseorang memikirkan sesuatu makan otak akan merekam,

otak kemudian membuka peristiwa yang pernah dialami dan disimpan

dalam ingatan. Kemudian menghubung-hubungkan dengan peristiwa-

peristiwa dalam ingatan yang sejenis adakah manfaatnya atau tidak.

Dalam tahap menimbang-nimbang ini seseorang bisa menerima dan

menyimpannya atau menjahui dan menutupnya.

c. Tahap pengulangan

Pada tahap ini seseorang memutuskan untuk melakukan

pengulangan terhadap suatu perilaku yang pernah dilakukannya dengan

menggunakan perasaan yang sama dan mungkin juga dengan

mendapatkan sensasi yang sama. Misalnya mengulangi merokok,

menonton serial drama sekian lama, makan walaupun tidak lapar,

membaca buku atau kegiatan lain baik yang positif maupun negatif.

d. Tahap penyimpanan

Dalam tahap ini terjadi proses penyimpanan ke dalam otak karena

suatu perilaku dilakukan berulang-ulang sehingga akan tersimpan kuat

dalam pikiran. Setiap kali seseorang merasakan kondisi tertentu maka

Page 20: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

26

anda akan melakukan perilaku tersebut. Kemudian perilaku ini akan

tersimpan dalam bawah sadar dan dalam keadaan ini maka seseorang

akan semakin sulit untuk keluar dari suatu perilaku.

e. Tahap Pengulangan.

Dalam tahap ini seseorang dapat mengulangi suatu perilaku

dengan tanpa disadari atau diluar kontrolnya. Semakin sering

mengulangi suatu perilaku maka akan memperkuat ingatan dan

tersimpan kuat dalam alam bawah sadar.

f. Kebiasaan.

Setelah melalui proses yang berulang-ulang sekian lama maka

pikiran menganggap bahwa suatu perilaku itu dianggap terpenting

dalam diri seseorang. Dengan demikian maka akan diperlakukan sama

seperti bernafas, makan, minum, dan disamakan dengan kebiasaan

lain yang sudah mengakar kuat. Untuk mengganti kebiasaan ini harus

melalui prosesnya sama persis saat suatu perilaku terbentuk

(Siagian, 2013)

3. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan adalah:

a. Faktor budaya, terdiri dari:

1) Budaya.

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar.

2) Sub-budaya.

Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan

daerah geografis.

Page 21: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

27

3) Kelas sosial.

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan

permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya

menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.

b. Faktor sosial, terdiri dari:

1) Kelompok acuan.

Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang

memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung

terhadap sikap atau perilaku seseorang.

2) Keluarga.

Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang

berpengaruh.

3) Peran dan status.

Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh

seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Orang-orang

memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status

mereka di masyarakat.

c. Faktor pribadi, terdiri dari:

1) Usia dan tahap siklus hidup.

Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya.

2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi.

Page 22: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

28

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya dan

pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaaan ekonomi

seseorang.

3) Gaya hidup.

Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang

berinteraksi dengan lingkungannya.

4) Kepribadian dan konsep diri.

Kepribadian berkaitan erat dengan konsep diri yang meliputi konsep

diri aktual seseorang (bagaimana seseorang memandang dirinya),

konsep diri ideal seseorang (ingin memandang dirinya seperti apa)

dan konsep diri orang lain (bagaimana seseorang menganggap orang

lain memandang dirinya)

d. Faktor psikologis, terdiri dari :

1) Motivasi. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu

tertentu. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong

hingga mencapai intensitas yang memadai.

2) Persepsi. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang

individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan

masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia

yang memiliki arti.

3) Pembelajaran. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang

yang timbul dari pengalaman.

4) Keyakinan dan sikap. Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran

yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap (attitude)

Page 23: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

29

adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan

yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap

suatu obyek atau gagasan.

(Kotler dalam Pratiwi, 2012)

2.2.4 Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah mereka dengan rentang usia 18-22 tahun, dan mereka

yang sudah mengalami perkembangan, dari saat pertama kali

menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai

kematangan seksual. Perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

anak-anak menuju dewasa. Terjadinya peralihan dan ketergantungan

sosial, ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri

(WHO). Batasan usia remaja berada pada rentang akhir masa anak-anak

(10-12 tahun) hingga akhir usia 18-22 tahun (Santrock, dalam Malahayati

2010).

2. Karakteristik Remaja berdasarkan Umur

Menurut Intan kumalasari dan Iwan Andhyantoro (2012). Karakteristik

remaja berdasarkan umur adalah berikut :

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1) Lebih dekat dengan teman sebaya.

2) Ingin bebas.

3) Lebih banyak meperhatikan keadaan tubuhnya.

4) Mulai berfikir abstrak.

Page 24: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

30

b. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)

1) Mencari identitas diri.

2) Timbul keinginan untuk berkencan.

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam.

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Berkhayal tentang aktifitas seks

c. Remaja akhir (17-22 tahun)

1) Pengungkapan kebebasan diri

2) Lebih selektif memilih teman sebaya

3) Mempunyai citra tubuh body image terhadap dirinya sendiri

4) Dapat mewujutkan rasa cinta.

3. Jenis – jenis aktivitas fisik remaja

Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas

fisik yang sesuai untuk remaja sebagai berikut:

a. Kegiatan ringan: hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak

menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan

(endurance). Aktivitas ringan diantaranya adalah lebih banyak

menghabiskan waktunya untuk kegiatan dalam posisi berdiri, diam atau

duduk. Contoh: berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring,

mencuci kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah, les di luar

sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktivitas main play station, main

komputer, belajar di rumah, nongkrong.

Page 25: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

31

b. Kegiatan sedang: membutuhkan tenaga intens atau terus menerus,

gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Aktivitas

sedang diantaranya adalah melakukan aktivitas berdiri dalam waktu

lama dengan membawa beban ringan. Contoh: berlari kecil, tenis meja,

berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain

musik, jalan cepat.

c. Kegiatan berat: biasanya berhubungan dengan olahraga dan

membutuhkan kekuatan (strength), berkeringat. Aktivitas berat

diantaranya adalah mencangkul, dan berjalan kaki dalam jarak yang

jauh dengan beban yang berat. Contoh: berlari, bermain sepak bola,

aerobik, bela diri ( misal karate, taekwondo, pencak silat ) dan outbond.

(Suryaputra & Nadhiroh, 2012)

4. Pengelompokan sosial Remaja

a. Teman Dekat. Mempunyai minat dan kemampuan yang sama, saling

mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang juga

bertengkar.

b. Kelompok kecil. Kelompok teman dekat yang terdiri dari seks yang

sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.

c. Kelompok yang terorganisasi. Kelompok pemuda yang dibina oleh

orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan sosial remaja yang tidak mempunyai kelompok

besar.

Page 26: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

32

d. Kelompok Geng. Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan

merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin

mengikuti kelompok geng.

(Hurlock, 2006)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan

a. Sikap teman sebaya berorientasi sekolah atau berorientasi kerja

b. Sikap orang tua menganggap pendidikan sebagai mobilisasi sosial atau

hanya sebagai suatu kewajiban karena diharuskan oleh hukum

c. Nilai-nilai, yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis

d. Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran. Bagi banyak

remaja, minat pada mata pelajaran sekolah dipengaruhi seberapa jauh

relevansi mata pelajaran tersebut.

e. Sikap terhadap guru-guru, pegawai tata usaha, dan kebijaksanaan

akademis serta disiplin.

f. Keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler

g. Derajat dukungan sosial diantara teman-teman sekelas

(Hurlock, 2006)

2.2.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada

Remaja dengan Kebiasaan Minum

Air merupakan komponen utama paling banyak yang terdapat di

dalam tubuh manusia. Sekitar 60-70% komposisi tubuh manusia adalah

cairan yang berperan penting dalam proses metabolisme (Almaitser,

2003). Pemenuhan cairan khususnya kebutuhan akan air hendaknya

Page 27: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

33

dipenuhi oleh remaja. Saat memulai perkuliahan merupakan waktu

yang digunakan untuk beraktivitas penuh. Beratnya kewajiban untuk

belajar membuat mahasiswa lebih menyukai segala sesuatu yang

bersifat praktis dan serba cepat sehingga lupa akan pentingnya

kesehatan, seperti mengkonsumsi makanan dan minuman siap saji

kandungan gizinya tidak lengkap yang sebenarnya apabila dikonsumsi

secara terus menerus menjadi sebuah kebiasaan yang merugikan

kesehatan.

Peranan pentingnya air sudah sepatutnya diimbangi dengan

pengetahuan dan perilaku remaja untuk memenuhi kebutuhan cairan

tubuh. Pengetahuan tentang kebutuhan cairan akan mempengaruhi

persepsi seseorang. Persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan

untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya atau proses

pemberian arti terhadap lingkungan. Adanya persepsi akan

menyebabkan individu memiliki perilaku yang positif atau negatif.

Individu yang memiliki persepsi positif terhadap kebutuhan cairan

memiliki kecenderungan memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang

mendukung kesehatanya.

Dalam hal ini individu dengan persepsi positif akan

mempengaruhi cara berpikirnya menjadi positif dalam memandang

sesuatu. Selanjutnya cara berpikir yang positif turut mempengaruhi

perilaku individu dalam melakukan hal-hal yang positif juga (Pratiwi,

2012). Disinilah peran pengetahuan diperlukan, karena dengan

pengetahuan tentang kebutuhan cairan akan mempengaruhi tindakan

Page 28: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

34

yang akan diambil oleh seseorang. Tindakan minum yang terus terjadi

berulang-ulang akan membentuk sebuah kebiasaan minum. Air yang

dikonsumsi terus-menerus akan menjadi sebuah kebiasaan yang

membawa dampak baik bagi tubuh (Rizky, 2013).

Page 29: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

35

Bagan 2.1: Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada Remaja dengan Kebiasaan Minum Mahasiswa Prodi DIII STIKES Kepanjen

Jenis-jenis aktivitas fisik remaja

1. Kegiatan ringan

2. Kegiatan sedang

3. Kegiatan berat

Remaja usia 18-22 tahun Prodi DIII STIKES

Kepanjen

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

remaja terhadap pendidikan :

1. Sikap teman sebaya2. Sikap orang tua3. Nilai-nilai4. Relevansi atau nilai

praktis pada mata pelajaran

5. Sikap terhadap guru6. Keberhasilan ekstra

kurikuler7. Derajat dukungan

sosial

Tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan C1 (tahu) – C6 (evaluasi)

1. Definisi

2. Fungsi cairan tubuh

3. Distribusi cairan tubuh

4. Kebutuhan cairan berdasarkan usia

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan

6. Gangguan akibat kekurangan dan kelebihan cairan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan1. Tingkat pendidikan4. Penghasilan

2. Keyakinan 5. Sosial Budaya

3. Fasilitas

Persepsi

Kecenderungan

Tindakan Minum

Kebiasaan minum1. Kebiasaan minum sebelum makan

2. Frekuensi minum

3. Frekuensi minum air putih

4. Frekuensi minum-minuman lainya

5. Kebiasaan waktu minum

6. Jenis minuman

Baik

Cukup

Kurang

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Garis hubungan

Page 30: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

36

Penjelasan Kerangka Konsep

Mahasiswa Prodi DIII STIKES Kepanjen Kabupaten Malang

merupakan remaja yang aktif dalam kegiatan fisik, pada fase ini sering

terjadi masalah ketidakseimbangan cairan diantaranya masalah kekurangan

cairan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki remaja

tentang kebutuhan cairan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas,

penghasilan, dan sosial budaya. Pengetahuan akan mempengaruhi persepsi

seseorang, adanya persepsi menyebabkan individu memiliki perilaku yang

positif maupun negatif. Indvidu yang memiliki persepsi positif terhadap

pemenuhan kebutuhan cairan akan memiliki kecenderungan melakukan

tindakan minum. Tindakan minum yang terus terjadi berulang-ulang akan

membentuk sebuah kebiasaan minum. Sedangkan Faktor-faktor yang

mempengaruhi kebiasaan minum diantaranya faktor budaya, faktor sosial,

faktor pribadi, dan faktor psikologis. Pengetahuan dan kebiasaan minum

dapat diukur dan dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu baik,

cukup, kurang.

2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian,

artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan.

(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dari penelitian ini adalah :

Page 31: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

37

H0 : Hipotesis nol merupakan hipotesis yang dibuat untuk menyatakan sesuatu

kesamaan atau tidak adanya suatu hubungan yang bermakna antara kedua

kelompok mengenai hal yang dipermasalahkan (Notoatmodjo, 2012).

Kabupaten Malang. H0 diterima jika dengan interval kepercayaan 95%

didapatkan nilai p-value > 0,05 artinya tidak ada hubungan tentang tingkat

pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum

mahasiswa prodi DIII Keperawatan STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.

H1 : Hipotesis kerja merupakan rumusan hipotesis dengan tujuan untuk

membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul

(Notoatmodjo, 2012). H1 diterima jika dengan interval kepercayaan 95%

didapatkan nilai p-value < 0,05 artinya ada hubungan tentang tingkat

pengetahuan kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum

mahasiswa prodi DIII Keperawatan STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.

Page 32: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain

korelasional yaitu mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat mencari,

menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori

yang ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan

korelatif antar variabel. Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam

pengambilan data adalah dengan pendekatan Cross Sectional yang artinya

baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali

saja (Nursalam, 2011). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 134,

dengan teknik pengambilan sampel Simple Random Sampling sehingga

diperoleh jumlah sample 100. Penelitian ini menganalisa adanya hubungan

tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan

minum mahasiswa (Studi di prodi DIII Keperawatan STIKES Kepanjen

Kabupaten Malang)

3.2 Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2013 s/d 6

Januari 2014 di Prodi DIII Keperawatan STIKES Kepanjen Jalan Trunojoyo

No.16 Kepanjen Kabupaten Malang.

37

Page 33: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

38

Bagan 3.1 : Kerangka kerja (frame work) hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum

SAMPLING Simple Random Sampling

SAMPELSebagian mahasiswa prodi DIII tingkat I&II dengan usia 18-22 tahun di

STIKES Kepanjen Kabupaten Malang berjumlah 100 orang

DESAIN PENELITIANKorelasional dengan pendekatan Cross Sectional

IDENTIFIKASI VARIABEL DEPENDEN

Kebiasaan Minum

IDENTIFIKASI VARIABEL INDEPENDEN

Pengetahuan remaja usia 18-22 tahun tentang kebutuhan cairan

PENGUKURANKuesioner Closeended

PENGUKURANKuesioner Closeended

ANALISA DATAEditing, Coding, dan Tabulating. Uji hipotesa dengan metode

Spearman Rho (ρ) menggunakan bantuan SPSS 18.0

PENARIKAN KESIMPULAN Jika ρhitung>ρtabel, maka Ho ditolak artinya ada hubungan Jika ρhitung<ρtabel, maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan

POPULASIPopulasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa prodi DIII tingkat I&II STIKES

Kepanjen Kabupaten Malang berjumlah 134 orang

Page 34: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

39

3.4 Desain Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Mahasiswa Prodi

DIII tingkat I & II STIKES Kepanjen yang berjumlah 134 orang.

3.4.2 Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara “Simple Random

Sampling” yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

tersebut (Sugiyono, 2006). Tekhnik random sampling ini hanya boleh

digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat

homogen. Hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2005). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik simple

random sampling dengan cara undian atau lottery technique.

3.4.3 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi DIII

Keperawatan tingkat I & II sejumlah 100 orang.

3.4.4 Sampel Size

Adapun rumus untuk menentukan jumlah sampel adalah:

n= N

1+N (d2)

Keterangan:

n : jumlah sampel

N: jumlah populasi

d : tingkat signifikansi (0,05)

Page 35: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

40

Dalam penelitian ini jumlah populasi keseluruhan (N) adalah 134 orang

mahasiswi dengan rincian sebagai berikut:

1. Jumlah mahasiswa tingkat I prodi DIII Keperawatan sebanyak 58

orang.

2. Jumlah mahasiswa tingkat II prodi S1 Keperawatan sebanyak 76

orang.

Jadi berdasarkan rumus di atas dapat diketahui jumlah sampel total

yang dibutuhkan (n), yaitu:

n= 134

1+134 (0.05 )2= 134

1,335=100

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang

digunakan sebanyak 100 orang.

3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang

kebutuhan cairan pada remaja yang berusia 18-22 tahun

3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebiasaan minum

remaja usia 18-22 tahun

Page 36: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

41

3.6 Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dan sesuatu yang didefinisikan (Nursalam, 2011).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada Remaja dengan Kebiasaan Minum

Identifikasi Variabel

Identifikasi Operasional

Indikator Cara Mengukur

Skala Ukur

Skoring

Variabel bebas: pengetahuan tentang kebutuhan cairan

Informasi yang dimiliki oleh mahasiswa berkaitan dengan kebutuhan cairan pada fase tahu hingga evaluasi

Pengetahuan tentang kebutuhan cairan meliputi :1. Definisi

2. Fungsi cairan tubuh

3. Distribusi cairan tubuh

4. Kebutuhan cairan berdasarkan usia

5. Faktor–faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan

6. Gangguan akibat kekurangan dan kelebihan cairan

Kuesioner closended

Ordinal Skor jawaban

Jawaban benar = 1

Jawaban salah = 0

Kategori :

Baik ≥ 75%

Cukup 55 - 74%

Kurang < 55%

(sumber: Budiman &Riyanto, 2013)

Page 37: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

42

Variabel terikat:Kebiasan minum mahasiswa

Pola perilaku berulang (keseharian) mahasiswa berkaitan dengan tindakan minum

1. Frekuensi minum

2. Frekuensi minum air putih

3. Frekuensi minum–minuman lainya (selain air putih)

4. Kebiasaan waktu minum

5. Kebiasaan saat makan

6. Jenis minuman

Kuesioner closended

Interval Skor jawaban

Baik : 3

Cukup : 2

Kurang : 1

Kategori

Baik : 21-30

Cukup : 11-20

Kurang : 1-10

Rumus i= rk

(Zaidin,

2000)

Keterangan:

i = Interval

r = range

k = Kelas

Page 38: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

43

3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.7.1 Pengumpulan Data

1. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data langsung dilakukan dengan meminta ijin

penelitian kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen untuk

mendapat persetujuan penelitian. Proses penelitian dilakukan pada hari

pertama di tingkat I & II. Setelah peneliti mendapatkan ijin dari ketua

STIKES Kepanjen untuk pemakaian penelitian, peneliti mendatangi kelas

yang dijadikan sebagai sampel penelitian, kemudian menentukan sampel

dengan cara undian atau lottery technique. Peneliti membagikan nomor

kepada responden, kemudian mengundi nomor undian yang akan

dijadikan sample.

Selanjutnya peneliti melakukan informed consent dan memberikan

penjelasan kepada responden tentang prosedur pengisian kuisioner dan

membagikan kuisioner pada mahasiswa. Kemudian kuesioner langsung

dikumpulkan kembali setelah akhir dari setiap penelitian.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner tertutup berbentuk pilihan jawaban dimana responden

memilih jawaban. Kuesioner berisi 10 soal untuk variabel pengetahuan

tentang kebutuhan cairan dan 10 soal untuk variabel kebiasaan minum

Page 39: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

44

3. Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah

kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang

hendak kita ukur, maka perlu di uji dengan uji korelasi antara scores

(nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut.

Dalam uji validasi ini peneliti menggunakan bantuan program

komputer windows Sp dengan program SPSS 18.0. (Sugiyono, 2006).

Taraf signifikansi yang dapat dipakai dalam uji validitas ini adalah

sebesar 5% (0,05).

Berdasarkan hasil korelasi pada tingkat pengetahuan tentang

kebutuhan cairan, maka diperoleh nilai korelasi antara 0,000-0,01.

Berdasarkan taraf signifikan 0,05 maka diperoleh 10 item valid dari

10 item pertanyaan. Sedangkan untuk nilai korelasi pada kebiasaan

minum berkisar antara 0,000-0,01 sehingga diperoleh 10 item valid

dari 10 item pernyataan.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat

ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap

konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Dalam uji realibilitas

menggunakan bantuan program komputer windows Sp dengan

program SPSS 18.0 (Statistical Product and Service Solutions) dan

tidak menggunakan rumus yang menghitung secara manual.

Page 40: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

45

Menurut budiman dan riyanto (2013) kuesioner dikatakan

reliable jika memiliki nilai alpha minimal 0,6. Setelah melalui

perhitungan, diperoleh nilai koefisien reliabilitas alpha pengetahuan

tentang kebutuhan cairan sebesar 0,705 dan nilai koefisien reliabilitas

alpha kebiasaan minum sebesar 0,733. Hal ini menunjukkan bahwa

instrumen reliable dan dapat digunakan dalam penelitian.

3.7.2 Analisa Data

1. Metode Analisa Data

a. Editing

Seluruh data yang dianggap memenuhi syarat dipakai sebagai

data dalam penelitian dan siap diolah. Data memenuhi syarat bila

semua lembar kuesioner diisi sesuai dengan petunuk pengisian

(Notoatmodjo, 2012)

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeril terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori (Arikunto, 2006).

a) Usia

Kode 1: 18 tahun

Kode 2: 19 tahun

Kode 3: 20 tahun

Kode 4: 21 tahun

Kode 5: 22 tahun

Page 41: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

46

b) Jenis Kelamin

Kode 1: Laki-laki

Kode 2: Perempuan

c) Tingkat

Kode 1: Tingkat I

Kode 2: Tingkat II

d) Kode untuk variable pengetahuan tentang kebutuhan cairan adalah :

Kode 1: Baik

Kode 2: Cukup

Kode 3: Kurang

e) Kode untuk variabel kebiasaan minum adalah :

Kode 1: Baik

Kode 2: Cukup

Kode 3: Kurang

c. Tabulating

1) Scoring

a) Skor untuk variabel pengetahuan tentang kebutuhan cairan

dengan kriteria sebagai berikut:

Jawaban Benar: 1

Jawaban Salah : 0

b) Pemberian skor untuk variabel kebiasaan minum dengan kriteria

sebagai berikut :

Baik : 3

Cukup : 2

Page 42: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

47

Kurang: 1

2) Klasifikasi

a) Variabel pengetahuan tentang kebutuhan cairan

Nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

Baik: : ≥75%

Cukup : 56%-74%

Kurang : <55%

(Budiman & Riyanto, 2013)

b) Variabel kebiasaan minum

Nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

Baik : 21-30

Cukup :11-20

Kurang : 1-10

3) Interpretasi data

Setelah proses klasifikasi data selesai selanjutnya data

tersebut diubah ke bentuk prosentase yang mana frekwensi atau

alternatif.

Jawaban responden yang ada kemudian dikalikan 100%,

maka dirumuskan :

P=∑ F

Nx100 %

Keterangan :

P : Nilai akhir/prosentase

F : Frekwensi

N : Jumlah Responden

Page 43: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

Untuk variabel independen dan dependen hasil skor penilaian

diinterpretasikan dengan skala kualitatif, yaitu:

Prosentase Kriteria

0% Tidak satupun

1%-25% Sebagian kecil26%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya51%-75% Sebagian besar76%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya (Hermawan, 1992)

4) Penyajian data

Setelah mengalami proses pengolahan data akan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan narasi.

2. Uji Statistik

Setelah semua data terkumpul, kemudian di analisis menggunaka

uji Spearman Rho (ρ) dengan tingkat kemaknaan 0,05. Uji Spearman

Rho (ρ) untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara dua

variable dengan skala data ordinal dan interval. Data penelitian ini

menggunakan SPSS (Statistical Product and service Solutions) adalah

sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistic

cukup tinggi. SPSS dapat membaca berbagai jenis data atau memasukkan

data secara langsung ke dalam SPSS. Data editor SPSS harus dibentuk

baris (Cases) dan kolom (Variabel). Cases berisi informasi untuk satu

unit analisis, sedangkan variabel adalah informasi yang dikumpulkan dari

masing-masing kasus.

48

Page 44: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

49

3. Menarik Kesimpulan

a. Jika ρhitung>ρtabel atau nilai signifikasi (p) < 0.05, maka H0 ditolak

artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan

pada remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII STIKES

Kepanjen Kabupaten Malang.

b. Jika ρhitung<ρtabel atau nilai signifikasi (p) > 0.05, maka H0 diterima

artinya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan

cairan pada remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII

STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.

c. Jika hasil korelasi memiliki nilai 0,6 sd 0,8 maka kekuatan korelasi

adalah kuat artinya ada hubungan yang kuat antara tingkat

pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan

minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.

Penelitian ini, hanya berlaku pada lembaga pada sampel penelitian dan

tidak dapat digeneralisasi atau tidak dapat mewakili area di suatu

wilayah.

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

sebelum dilakukan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan.

Page 45: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

50

3.8.2 Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden secara lengkap pada lembar

pengumpulan data (lembar observasi), tetapi diganti dengan inisial

nama.

3.8.3 Kerahasiaan (Confidentially)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset.

Page 46: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang

hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan

kebiasaan minum mahasiswa STIKES Kepanjen Kabupaten Malang pada

tanggal 31 Desember 2013 pada 100 responden. Penelitian dilakukan pada

mahasiswa DIII tingkat I dan II. Pada mahasiswa tingkat I diambil sampel

sebanyak 47 orang, tingkat II sebanyak 53 orang. Adapun hasil penelitian

akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.

Data umum pada penelitian ini meliputi lokasi penelitian dan

karakteristik responden. Sedangkan pada data khusus meliputi pengetahuan

tentang kebutuhan cairan pada remaja dan kebiasaan minum. Kemudian

untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan

pada remaja dengan kebiasaan minum akan dilakukan uji korelasi Spearmen

Rho.

4.1.1 Data Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di STIKES Kepanjen Kabupaten Malang,

yang beralamatkan di Jl. Trunojoyo no.16 Kepanjen, Malang. Dengan letak

lokasi sebelah barat berbatasan langsung dengan RSUD Kanjuruhan

Kabupaten Malang, sebelah utara berbatasan dengan lahan persawahan,

sebelah timur berbatasan dengan kantor pemerintahan Dinas Perindustrian

dan Perdagangan serta Stadion Kanjuruhan, Sebelah selatan berbatasan

51

Page 47: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

52

dengan perumahan penduduk. Dalam pelaksanaan pendidikan, STIKES

Kepanjen terdiri dari dua jurusan, yaitu DIII Keperawatan tingkat I, II, dan

III serta S1 Keperawatan tingkat I, II, II dan IV. Dengan jumlah total ± 700

mahasiswa, STIKES KEPANJEN adalah lembaga pendidikan resmi milik

Pemerintah Kabupaten Malang.

4.1.2 Distribusi Data Umum

1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di STIKES Kepanjen pada Tanggal 31 Desember 2013.

No Usia Frekuensi (orang) Persentase (%)1. 18 Tahun 28 282. 19 Tahun 35 353. 20 Tahun 20 204. 21 Tahun 12 125. 22 Tahun 5 5

Total 100 100Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan data bahwa dari 100 responden,

hampir setengah responden yaitu 35 responden (35%) berusia 19 tahun

dan sebagian kecil responden yaitu 5 responden (5%) berusia 22 tahun.

2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di STIKES Kepanjen pada Tanggal 31 Desember 2013.

No Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)1. Laki-laki 46 462. Perempuan 54 54

Total 100 100Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014

Page 48: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

53

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data bahwa dari 100 responden,

hampir setengah responden yaitu 46 responden (46%), berjenis kelamin

laki-laki, dan sebagian besar responden yaitu 54 responden (54%),

berjenis kelamin perempuan.

3. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat/Kelas

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat/Kelas di STIKES Kepanjen pada Tanggal 31 Desember 2013

No Tingkat Frekuensi (orang) Persentase (%)1. Tingkat I 47 472. Tingkat II 53 53

Total 100 100Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan data bahwa dari 100 responden,

hampir setengah responden yaitu 47 responden (47%), diambil dari

tingkat I dan sebagian besar responden yaitu 53 responden (53%) diambil

dari tingkat II.

4.1.3 Distribusi Data Khusus

1. Karakteristik Responden berdasarkan Pengetahuan tentang

Kebutuhan Cairan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan

No Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan

Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. Baik 9 92. Cukup 52 523. Kurang 39 39

Total 100 100 Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014

Page 49: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

54

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa, sebagian besar responden

yaitu 52 responden (52%) mempunyai pengetahuan cukup dan sebagian

kecil responden yaitu 9 responden (9%) mempunyai pengetahuan baik.

2. Karakteristik Responden berdasarkan Kebiasaan Minum

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Minum

No Kebiasaan Minum Frekuensi (orang) Persentase (%)1. Baik 10 102. Cukup 59 593. Kurang 31 31

Total 100 100Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian kecil responden

yaitu 10 responden (10%), memiliki kebiasaan minum baik dan sebagian

besar responden yaitu 59 responden (59%), memiliki kebiasaan minum

cukup.

3. Tabulasi Silang Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan dengan

Kebiasaan Minum

Tabel 4.6 Tabulasi silang pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen Kabupaten Malang

PengetahuanKebiasaan Minum

Baik Cukup Kurang TotalFrek (%) Frek (%) Frek % Frek %

Baik 8 1 0 9Cukup 2 48 2 52Kurang 0 10 29 39Total 10 59 31 100

Page 50: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

55

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui hampir setengah responden

yaitu 48 responden (48%) memiliki pengetahuan cukup dan kebiasaan

minum cukup. Sedangkan sebagian kecil responden yaitu 1 responden

(1%) memiliki pengetahuan baik dan kebiasaan minum cukup.

4. Hubungan Pengetahuan tentang Kebutuhan cairan dengan

Kebiasaan Minum Mahasiswa Prodi DIII STIKES Kepanjen

Kabupaten Malang.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi

Spearman Rho dengan bantuan progran SPSS. Teknik tersebut digunakan

untuk menentukan adanya hubungan antar dua variabel dengan skala data

ordinal dan interval. Dari hasil uji Spearman rho dengan interval

kepercayaan 95% didapatkan nilai rho hitung sebesar 0,799 dengan nilai

rho tabel sebesar 0,195 (lampiran 6 dan lampiran 7). Dengan demikian,

rho hitung > rho tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada

hubungan antara pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja

dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen

Kabupaten Malang

Hal ini didukung oleh nilai significancy 0,000 yang menunjukkan

bahwa korelasi antara pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja

dengan kebiasaan minum mahasiswa adalah bermakna. Nilai korelasi

spearman sebesar 0,799 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan

kekuatan korelasi yang kuat.

Page 51: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

56

4.2 Pembahasan

Pada bagian ini peneliti akan membahas hasil yang telah diperoleh

mengenai Hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada

remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen

Kabupaten Malang.

4.2.1 Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada Remaja

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, sebagian besar responden

yaitu 52 responden (52%), mempunyai pengetahuan cukup tentang

kebutuhan cairan. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah

suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan pada suatu obyek tertentu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman, tingkat pendidikan,

keyakinan, fasilitas, sosial budaya, penghasilan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka seseorang memiliki pengetahuan yang lebih luas, dan

kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja, selain itu

dengan adanya pengalaman akan meningkatkan pengetahuan.

Sedangkan menurut Kushadi (2010) menyebutkan bahwa semakin

rendah tingkat pendidikan maka semakin rendah pula tingkat

pengetahuan seseorang.

Pengetahuan tentang kebutuhan cairan merupakan informasi yang

dimiliki oleh remaja berkaitan dengan kebutuhan cairan pada fase tahu

hingga evaluasi meliputi definisi, fungsi cairan tubuh, distribusi cairan

tubuh, kebutuhan cairan berdasarkan usia, faktor–faktor yang

Page 52: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

57

mempengaruhi kebutuhan cairan, serta gangguan akibat kekurangan dan

kelebihan cairan.

Selaras dengan Notoatmodjo (2003), sebagian besar responden

memiliki pengetahuan cukup terhadap kebutuhan cairan, hal ini

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang sebagian besar

berpendidikan DIII tingkat II yaitu 53 responden (53%) karena pada

tingkat ini responden telah mendapatkan materi tentang kebutuhan

cairan khususnya yang berkaitan dengan kebiasaan minum pada mata

kuliah Kebutuhan Dasar Manusia sehingga dapat menambah

pengetahuan responden. Selain itu hal ini juga dimungkinkan oleh

pengalaman hidup atau usia dimana sebagian besar reponden berusia 19

tahun yaitu 35 responden (35%) karena pada usia ini kekuatan

responden dalam berfikir menjadi lebih matang, dan kemampuan

responden dalam mencari informasi melalui berbagai media juga

meningkat.

Oleh karena itu diharapkan responden tidak hanya memperoleh

informasi dari proses perkuliahan saja, tetapi lebih meningkatkan dalam

mencari informasi tentang kebutuhan cairan yang berkaitan dengan

kebiasaan minum melalui berbagai media misalnya buku, majalah

kesehatan, maupun internet sehingga dapat meningkatkan pengetahuan.

Dengan demikian, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman, maka seseorang

memiliki pengetahuan yang lebih luas.

Page 53: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

58

4.2.2 Kebiasaan minum mahasiswa

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, sebagian besar responden

yaitu, 59 responden (59%) memiliki kebiasaan minum cukup. Menurut

Pratiwi (2012), adanya pembelajaran dapat merubah perilaku seseorang

menjadi sebuah kebiasaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi

kebiasaan adalah faktor psikologis yang meliputi motivasi, persepsi,

pembelajaran, keyakinan dan sikap. Kebiasaan minum merupakan pola

perilaku berulang (keseharian) berkaitan dengan tindakan minum.

Berdasarkan kebutuhan cairan menurut usia, konsumsi cairan

meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini dikarenakan

perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ,

sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.

Kebutuhan cairan pada remaja dikatakan baik jika memenuhi

2200-2700 ml (8-12 kali) minum setiap hari. Sedangkan menurut

Departemen kesehatan, para pakar gizi dan air putih menyatakan

konsumsi air putih yang baik adalah 2000 ml sehari (8 gelas). Dan

dinyatakan kurang jika nilainya kurang dari 2000 ml (<8 gelas).

Apabila seseorang memiliki kebiasaan minum kurang, maka akan

mengakibatkan dehidrasi (Tilong A, 2013).

Pada umumnya sebagian besar responden memiliki kebiasaan

minum cukup. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pembelajaran yang

didapatkan responden saat proses perkuliahan tentang kebutuhan cairan

yang dapat mempengaruhi kebiasaan minum. Hal ini juga

dimungkinkan oleh usia responden dimana sebagian besar reponden

Page 54: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

59

berusia 19 tahun yaitu 35 responden (35%) karena pada usia ini,

aktivitas organ dan luas permukaan tubuh juga meningkat sehingga

kebutuhan cairan yang harus dipenuhi 2200-2700 ml. Selain itu remaja

yang memiliki persepsi positif terhadap kebutuhan cairan memiliki

kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang

mendukung kesehatanya. Akan tetapi setiap individu memiliki persepsi

berbeda, meskipun objeknya sama. Begitupun dengan perilaku

kesehatan, termasuk kebiasaan minum akan dipersepsikan berbeda oleh

setiap individu. Meskipun remaja memiliki pengetahuan baik, namun

apabila remaja memiliki persepsi negatif dan tidak mempunyai

kesadaran dalam memenuhi kebutuhan cairan tubuh maka perilakunya

dalam melakukan tindakan minum, juga semakin kurang.

Dengan demikian, kesadaran dalam melakukan kebiasaan minum

perlu diperhatikan tidak hanya pada usia remaja, namun dimulai dari

usia anak-anak hingga lansia. Misalnya dengan tidak segan atau malu

untuk membawa air minum saat bepergian. Selain itu, dengan

memperhatikan waktu minum yang tepat yaitu 1-3 gelas saat bangun

tidur pada pagi hari, 2-3 gelas 1 jam sebelum makan siang, dan 2-3

gelas 1 jam sebelum makan malam.

4.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada

Remaja dengan Kebiasaan Minum Mahasiswa Prodi DIII STIKES

Kepanjen Kabupaten Malang

Dari analisa hasil uji statistik menggunakan Spearman Rho

dengan bantuan program SPSS, dengan interval kepercayaan 95%

Page 55: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

60

didapatkan nilai rho hitung sebesar 0,799 dengan nilai rho tabel sebesar

0,195 (lampiran 6 dan lampiran 7). Dengan demikian, rho hitung > rho

tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan antara

pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan

minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.

Hal ini didukung dengan nilai significancy 0,000 yang

menunjukkan bahwa, korelasi antara pengetahuan tentang kebutuhan

cairan pada remaja dengan kebiasaan minum adalah bermakna. Nilai

korelasi Spearman sebesar 0,799 menunjukkan kekuatan korelasi yang

kuat. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa hampir setengah

responden sebanyak 48 responden (48%) memiliki pengetahuan cukup

dan kebiasaan minum cukup.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

pengetahuan seseorang akan mempengaruhi tindakan yang akan

diambil seseorang. Tindakan minum yang terus terjadi berulang-ulang

akan membentuk sebuah kebiasaan minum (Rizky, 2012). Menurut

Pratiwi (2012), pengetahuan yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi persepsi seseorang. Persepsi adalah proses kognitif yang

dipergunakan untuk memahami sekitarnya atau proses pemberian arti

terhadap lingkungan. Selanjutnya persepsi akan mempengaruhi

kecenderungan individu dalam melakukan perilaku sehat atau perilaku

yang mendukung kesehatannya.

Pada umumnya, responden memiliki pengetahuan cukup tentang

kebutuhan cairan dan kebiasaan minum cukup. Dalam hal ini, peranan

Page 56: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

61

pentingnya air sudah sepatutnya diimbangi dengan pengetahuan dan

perilaku remaja untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Remaja yang

memiliki pengetahuan cukup akan memiliki persepsi positif terhadap

pemenuhan kebutuhan cairan dan memiliki kecenderungan memenuhi

kebutuhan cairan tubuh yang mendukung kesehatannya serta

mempengaruhi cara berpikirnya menjadi positif dalam memandang

sesuatu. Selanjutnya cara berpikir yang positif turut mempengaruhi

perilaku individu dalam melakukan hal-hal yang positif juga salah

satunya adalah memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan melakukan

kebiasaan minum yang baik. Berdasarkan pemaparan diatas dapat

disimpulkan, apabila remaja memiliki pengetahuan kebutuhan cairan

yang semakin baik, maka kebiasaan minum juga baik. Sedangkan,

remaja dengan pengetahuan kebutuhan cairan kurang, maka kebiasaan

minum juga semakin kurang.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan merupakan kelemahan atau hambatan yang dijumpai

dalam penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu institusi saja, tidak dilakukan

pada institusi lainya khususnya di Kecamatan Kepanjen untuk dilakukan

perbandingan.

2. Pada saat proses pengumpulan data dengan kuesioner, peneliti kurang

melakukan pengawasan dengan maksimal saat mengerjakan soal, sehingga

memungkinkan responden bekerjasama dalam mengerjakan soal.

Page 57: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang

didasarkan pada pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan.

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengetahuan remaja usia 18-22 tahun tentang kebutuhan cairan di

STIKES Kepanjen Kabupaten Malang, dari 100 responden jumlah

terbanyak adalah pengetahuan cukup 52 responden (52%).

5.1.2 Kebiasaan minum remaja usia 18-22 tahun di STIKES Kepanjen

Kabupaten Malang, dari 100 responden didapatkan sebagian besar

responden yaitu 59 responden (59%), memiliki kebiasaan minum yang

cukup.

5.1.3 Ada hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan tentang kebutuhan

cairan pada remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa (Studi di prodi

DIII Keperawatan STIKES Kepanjen Kabupaten Malang) dengan nilai

p-value 0,000 < α 0,05 dan nilai korelasi Spearman sebesar 0,799.

62

Page 58: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

63

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan, dapat menjadi bahan masukan

yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya

kebutuhan dasar manusia dan diharapkan dapat menambah pengetahuan

mahasiswa tentang kebiasaan minum dengan memberikan informasi

tentang kebutuhan cairan pada remaja.

5.2.3 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum

mahasiswa, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan ilmiah serta

pengembangan ilmu kebutuhan dasar manusia khususnya kebutuhan

fisiologis cairan

5.2.4 Bagi Peneliti lain

Diharapkan peneliti lainnya dapat menggunakan pendekatan

penelitian yang berbeda, misalnya penelitian komparatif. Selain itu

diharapkan dilakukan pengambilan data, bukan pada satu institusi saja

akan tetapi membuat perbandingan dengan institusi yang lain dan

melakukan pengawasan secara maksimal agar jawaban yang diperoleh

benar-benar sesuai dengan pengetahuan dan kebiasaan yang dilakukan

oleh responden.

Page 59: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2000). Pengantar Metode Statistik Untuk Keperawatan. Depok

Almaitser, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.

Jakarta: Rineka Cipta

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba

Medika

Briawan, D., Hardinsyah, Marhamah, Zulaikhah, & Aries, M. (2011). Konsumsi

minuman dan preferensinya pada remaja di jakarta dan bandung. Junal

Gizi Indon 34 (1) 43-51 Jurnal publikasi di (http://persagi.org/document/

makalah/ 191_makalah.pdf diakses tanggal 24 Oktober 2013

Dahlan, S. (2012). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Hartanto, W. (2007). Terapi cairan dan elektrolit perioperatif. bagian Farmakologi

Klinik dan terapeutik

Hermawan, W. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan

Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Horne, M. M., & Swearingen, P. L. (2001). Keseimbangan Cairan Elektrolit &

Asam Basa. Jakarta: EGC.

Hurlock, E. (2006). Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta

Kumalasari, I. (2012). Kesehatan Reproduksi. Salemba Medika: Jakarta

Kushadi. 2008. Air minum-Banyu bening (http//.wordpress.com.diakses tanggal

18 Februari 2014)

Malahayati. (2010). Super Teens jadi Remaja Luar Biasa dengan Kebiasaan

Efektif. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher

Notoatmodjo, S. (2003) Prinsip-prinsip Dasar dalam Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka

Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

64

Page 60: 5.BAB 2,3,4,5 daftar pustaka.docx

65

Papalia D.E., Olds & Feldman. R.D. 2008. Human Development: Tenth Edition.

New York : McGraw-Hill Companies, Inc.

Pratiwi, H. U., & Rahayu, E. (2012). Perilaku mengkonsumsi air putih ditinjau

dari persepsi kesehatan. Jurnal Psikologi. Jurnal publikasi di

(http://prints.unika.ac.id/11811/1 diakses tanggal 6 November 2013)

Prayitno, S. O., & Dieny, F. F. (2012). Perbedaan konsumsi cairan pada remaja

obesitas dan non obesitas. Journal Of Nutrition College, 6(1), 144-152.

Jurnal publikasi di (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc diakses

tanggal 8 November 2013)

Rizky, Z. P. (2013). Pengaruh faktor umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan

terhadap konsumsi air putih. Skripsi publikasi di

(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20312855-Faktor-faktor full

%20text.pdf, diakses tanggal 16 Oktober 2013)

Samsuri, A. (2008). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan. Jakarta: EGC

Saufika, A., Retnaningsih, & Alfiasari. (2012). Gaya hidup dan kebiasaan makan

mahasiswa. Jurnal Jur.Ilm. Kel & Kons, 5(2), 34.

Shinya, H. (2008). The Miracle of Enzym, Bandung: Mizan Pustaka

Siagian, R. E. F. (2012). Pengaruh minat dan kebiasaan siswa terhadap prestasi

belajar. Jurnal Formatif 2(2), 122-131. Jurnal publikasi di

(http://www.unindra.ac.id/Roida-3.pdf, diakses tanggal 2 November 2013)

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2006). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryaputra, K., & Nadhiroh, S. R. (2012). Perbedaan pola makan dan aktivitas

fisik. Jurnal Kesehatan Universitas Airlangga, 16(1), 45-50.

Tarwoto, & Wartonah. (2011). Ilmu Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba

Medika.

Tilong, A. (2012). Ajaibnya Air Putih Terapi Beragam Masalah Kesehatan.

Jakarta: Buku Kita