Upload
lukiana-yesi
View
246
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Empirik
Survei di Singapura tahun 1999 yang dilakukan oleh Asian Food
Information Centre menunjukkan 70% orang minum saat merasa haus berarti
sedang mengalami dehidrasi. Pada tahun 2009 penelitian The Indonesian
Religional Hydration Study (THIRST) yang berkaitan dengan air minum pada
manusia, dipimpin oleh Hardiansya menemukan, sebanyak, 4,1% dari 1200
penduduk indonesia di Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur mengalami dehidrasi ringan, sedangkan jumlah remaja yang
mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi dibanding orang dewasa yaitu 49,5%
berbanding 42,5% ditemukan pula penyebab tingginya dehidrasi karena
rendahnya tingkat pengetahuan responden akan pentingnya fungsi air bagi
tubuh.
Sedangkan menurut Santoso Djoko, di Rumah Sakit Syaiful Anwar
(RSSA) Malang selama kurun waktu 2010, mencapai 3200 pasien rata-rata
menderita gagal ginjal kronis. Hal ini disebabkan karena mereka
mengkonsumsi air putih kurang dari 2 liter/hari. Dan pada usia remaja,
dengan dehidrasi rendah dan pengetahuan rendah memiliki prosentase lebih
tinggi. Dehidrasi disebabkan oleh kebiasaan minum remaja yang kurang
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan
yang kurang sehingga kebiasaan minum juga kurang.
7
8
2.2 Tinjauan Teoritik
2.2.1 Konsep Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
2. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat antara lain :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu ‘tahu’ ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
9
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyelesaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2007)
3. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dibagi
menjadi dua, antara lain :
a. Cara tradisional atau non ilmiah yaitu tanpa melakukan penelitian
ilmiah. Terbagi menjadi :
10
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
2) Secara Keseluruhan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
3) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yaitu orang yang mempunyai wibawa/ kekuasaan, baik
secara tradisi, otoritas, pemerintah, otoritas pemimpin agama,
maupun ahli pengetahuan atau ilmuwan.
4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di pada masa
lalu.
5) Cara Akal Sehat (Common Sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah/ hukuman
merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk
mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
11
6) Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran atau norma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh para pengikutnya. Terlepas dari apakah
kebenaran tersebut rasional atau tidak.
7) Kebenaran secara Intuitif
Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar
kesadaran, tanpa melalui proses penalaran/ berfikir dan berdasarkan
intuisi atau bisikan hati saja.
8) Melalui Jalan Pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya. Melalui pernyataan-pernyataan yang
dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat
suatu kesimpulan.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
Proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau
hal-hal yang nyata.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembutan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduksi berlaku bahwa
sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu,
12
berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada
setiap yang termasuk dalam kelas itu.
b. Cara modern atau cara ilmiah yaitu melalui proses penelitian.
Cara ini disebut juga metode penelitian ilmiah (scientific research
method), atau lebih populer disebut metodelogi penelitian.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu :
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas
pengetahuan.
b. Tingkat pendidikan
Secara umum orang yang berpendidikan tinggi memiliki
pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih
rendah.
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik positif
maupun negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan
lain-lain.
13
e. Penghasilan
Jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu
menyediakan fasilitas yang lebih baik.
f. Social budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang kita ketahui atau
kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut. (Notoadmodjo,
2012). Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu
kuesioner, cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang.
Pengetahuan dinyatakan baik bila ≥ 75% pertanyaan dijawab benar, cukup
bila 56%-74% pertanyaan di jawab benar, kurang bila <55% pertanyaan di
jawab benar (Budiman & Rianto, 2013).
2.2.2 Konsep Kebutuhan Cairan
1. Definisi Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan tubuh akan cairan yang
ditentukan oleh air yang diperoleh dan keluar tubuh. Di dalam tubuh pria
dewasa hampir 60% dari berat badanya adalah air dan wanita mengandung
55% air dari berat badanya Cairan dan elektrolit merupakan komponen
14
tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses
homeostasis. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri air sebagai pelarut
dan substansi terlarut (zat terlarut)
a. Air (H2O) merupakan komponen terbanyak dalam tubuh manusia.
Namun kandungan air di dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh :
1) Sel-sel lemak : Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun
dengan peningkatan lemak tubuh
2) Usia : Sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia.
3) Jenis kelamin : Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara
proporsional, karena mengandung lemak tubuh.
b. Solut (Substansi terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut yaitu
elektrolit dan non-elektrolit.
1) Elektrolit : Substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan
dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit terdiri dari ion positif
dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan
satu sama lain.
(a) Kation : Ion positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama
adalah natrium (Na+¿¿), sedangkan kation intraseluler utama
adalah kalium (K+¿ ¿). Sistem pompa terdapat di dinding luar sel
tubuh yang memompa natrium keluar dan kalium ke dalam
(b) Anion : Ion negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama
adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraseluler utama adalah
ion fosfat ¿)
15
2) Non elektrolit : Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram
per 100 ml-mg/dl). Non elektrolit lainya yang secara klinis penting
mencakup kreatinin dan bilirubin.
(Horne & Swearingen, 2012)
2. Fungsi Cairan Tubuh
Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air
mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti :
a. Pelarut dan alat angkut: pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam
amino, lemak, vitamin, mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan
oleh tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon untuk dibawa ke
seluruh sel yang membutuhkan. Air juga mengangkut sisa-sisa
metabolisme, termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan
dari tubuh melalui kulit, paru-paru, kulit, ginjal.
b. Katalisator: Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi
biologik dalam sel termasuk dalam saluran cerna. Selain itu, air
diperlukan untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks
menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana.
c. Pelumas: Air berperan sebagai pelumas dalam cairan-cairan sendi-sendi
tubuh.
d. Fasilitator pertumbuhan: Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan
untuk pertumbuhan.
16
e. Pengatur Suhu: agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,
air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk
menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°C.
f. Peredam benturan: Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan
dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-
benturan
(Almaitser, 2003)
3. Distribusi cairan tubuh
Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistribusi ke dalam 2
kompartemen utama yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler:
a. Cairan intraseluler
Cairan intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel.
Hampir 67% dari total badan air (Body’s Water) tubuh manusia terdapat
di dalam cairan intraselullar. Sedangkan cairan ekstraselular adalah
cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan
oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu
b. Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstrasellular adalah cairan yang berada di luar sel. Air
yang berada di dalam cairan ekstrasellular ini kemudian akan
terdistribusi kembali kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu pada cairan
interstisial (cairan di sekitar sel) dan cairan intravaskular (plasma
darah).
(Almaitser, 2003)
17
4. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan tergantung dari keseimbangan cairan yang
ditentukan dari air yang diperoleh dan keluar tubuh. Tubuh memperoleh
air dari konsumsi (makanan dan minuman) dan hasil metabolisme,
sedangkan air keluar melalui pernafasan, kulit, ginjal, dan saluran
perncernaan. Kebutuhan cairan normal berdasarkan usia dan berat badan
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.1 Kebutuhan Cairan berdasarkan Usia
Usia BB (kg) Kebutuhan (ml) 24 jam3 hari 3.0 250-300
1 tahun 9,5 1150-13002 tahun 11,8 1350-15006 tahun 20,0 1800-200010 tahun 28,7 2000-270014 tahun 45,0 2200-2700
18 tahun s.d dewasa 54,0 2200-2700Sumber: Anas Samsuri, 2008, Klien Gangguan Keseimbangan Cairan.
Tabel 2.2 Rata-rata penambahan dan keluaran cairan selama 24 jam
Masukan Jumlah Haluaran Jumlah
Cairan Oral 1300 ml Urine 1500 mlAir dalam Makanan 1000 ml Feses 200 mlAir yang diproduksi oleh metabolisme
300 ml Tidak kasat mata
Total 2600 ml Paru-paru 300 mlKulit 600 mlTotal 2600 ml
18
Sumber: Tambayong, 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan.
Berdasarkan estimasi diatas maka konsumsi air lebih dari 8 gelas
(1gelas = 240 ml) dijadikan pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan
per harinya (Samsuri, 2007).
5. Faktor- faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Cairan
Faktor - faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit adalah
a. Usia perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas
organ, sehingga dapat me:mengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan
elektrolit.
b. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran c:airan
melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan
cairan.
c. Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah
cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi
pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat
berpengaruh pada jumlah pe:menuhan kebutuhan cairan.
d. Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga
mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan
retensi natrium dan air.
e. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga
untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan
cairan yang cukup.
19
Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh
seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu
keseimbangan kebutuhan cairan.
(Tarwoto & Wartonah, 2012)
6. Gangguan akibat kekurangan dan kelebihan cairan
Ketidakseimbangan cairan yang terjadi pada tubuh menyebabkan
dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi (kelebihan air)
a. Dehidrasi
Merupakan kondisi hilangnya air secara berlebihan dari jaringan
tubuh yang disertai dengan hilangnya elektrolit essensial, terutama
natrium, kalium, dan klorida. Tanda-tanda dehidrasi turgor/bengkak
kulit yang buruk (pada orang tua bukan merupakan tanda yang dapat
dipercaya), kulit kering dan merah, lidah berselaput, oliguria
(penurunan kapasitas untuk pembentukan atau pengeluaran urin
sehingga produk akhir metabolisme tidak dapat diereksi secara efisien),
gelisah, dan kacau pikir.
Tabel 2.3 Prosentase Kehilangan Cairan
Kehilangan Air tubuh (% )
Akibat
<2% Rasa haus2-4% Rasa haus yang hebat, sedikit gelisah dan perasaan
tertekan, kehilangan nafsu mkan, hemokonsentrasi meningkat
4-6% Performa fisik menurun, kecepatan terganggu, kulit memerah, tidak sabar, kelelahan, sukar tidur, apatis, mual, dan emosi tidak stabil
6-8% Kesemutan pada lengan, tangan dan kaki, sakit kepala, meningkatnya suhu tubuh, denyut nadi, dan respirasi
8-10% Pernafasan meningkat, pusing, sianosis, bicara tidak jelas, tubuh lemah, mental terganggu.
10-15% Otot kejang, kesulitan menjaga keseimbangan dengan mata tertutup, ketidakmampuan umum. Mengigau, membengkak. Peredaran darah terganggu, ditandai hemokonsentrasi dan volume darah menurun, fungsi terganggu
20
Sumber: Wardlaw dan Hampl, Perspective in Nutrition, 2007 dalam Rizky, 2013.
b. Keracunan air
Keracunan air yaitu konsumsi air berlebihan yang melewati
kecepatan maksimal ekskresi urin. Seberat apapun ginjal bekerja, tidak
akan mampu untuk menerima jumlah air berlebihan. Volume cairan
dalam sel akan meningkat dan zat-zat dalam cairan tersebut akan ikut
terlarut. Sel-sel diseluruh bagian tubuh termasuk otak akan mengalami
kerusakan. Penglihatan menjadi kabur, perasaan bingung, koordinasi
tidak sempurna. Keadaan lebih parah akan mengakibatkan hal-hal
seperti sakit kepala, rasa mual, dan muntah-muntah, kelemahan, tubuh
gemetar, kejang-kejang, koma dan akhirnya meninggal. Tanda-tanda
tersebut terutama akibat kurangnya garam dalam tubuh. (Piliang dalam
Rizky, 2013)
2.2.3 Konsep Kebiasaan Minum
21
1. Definisi Kebiasaan Minum
Kebiasaan minum adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
minum dan minuman seperti frekuensi minum, kebiasaan minum saat
makan, jenis minuman, waktu minum dan sumber minuman yang
dikonsumsi (bekal dari rumah) (Prayitno & Dieny, 2012).
Gambaran kebiasaan minum
a. Frekuensi minum. Seberapa sering perilaku minum (segala jenis
minuman) muncul pada waktu tertentu.
1. ≤ 12 kali sehari
2. 8 kali sehari
3. <8 kali sehari
Berdasarkan kebutuhan cairan menurut usia, konsumsi cairan
pada remaja dikatakan baik jika memenuhi 2200-2700 ml (8-12 kali)
minum setiap hari. Tetapi dinyatakan berlebih jika nilainya melebihi
2700 ml (>12 kali) minum per hari, dan dinyatakan kurang jika
nilainya kurang dari 2200 ml (<8 kali) sehari.
b. Frekuensi minum air putih. Seberapa sering perilaku minum air putih
muncul pada waktu tertentu
1) >8 kali minum sehari
2) 5-6 kali minum sehari
3) 3-4 kali minum sehari
Menurut Departemen kesehatan, para pakar gizi dan air putih
menyatakan konsumsi air putih yang baik adalah 2000 ml sehari (8
22
gelas). Dan dinyatakan kurang jika nilainya kurang dari 2000 ml (<8
gelas)
c. Frekuensi minum-minuman lainya yaitu seberapa sering perilaku
minum selain air putih muncul pada waktu tertentu.
1) >6 kali per minggu
2) 4-6 kali per minggu
3) 1-3 kali per minggu
Seseorang yang lebih menyukai minuman manis dibandingkan
dengan air putih seperti minuman bersoda, minuman yang
mengandung kaffein, atau bahkan mengkonsumsi minuman
beralkohol, sebenarnya apabila dikonsumsi secara terus menerus dan
menjadi sebuah kebiasaan akan sangat merugikan kesehatan bagi
dirinya sendiri (Fauziyah dalam Pratiwi, 2011).
d. Kebiasaan waktu minum merupakan waktu yang digunakan untuk
minum.Waktu yang tepat digunakan untuk minum air adalah :
1) 1-3 gelas saat bangun tidur pada pagi hari
Membantu dalam mengairi sel-sel yang berada pada daerah
pencernaan. Selain itu juga dapat membantu dalam membuang sisa-
sisa makanan dengan baik.
2) 2-3 gelas 1 jam sebelum makan siang
Membantu dalam asupan cairan yang baik bagi semua sel di
dalam tubuh, untuk membantu penyerapan nutrisi ketika setelah
sarapan.
3) 2-3 gelas, 1 jam sebelum makan malam
23
Cara ideal yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan tubuh
adalah satu jam sebelum setiap kali makan. Jika yang diminum
hanya air, air akan mengalir dari lambung menuju usus dalam 30
menit oleh karena itu tidak akan menghambat pencernaan maupun
penyerapan.
e. Kebiasaan minum saat makan
Jika mengkonsumsi terlalu banyak air sebelum makan,
menyebabkan lambung menjadi penuh, sehingga menyebabkan
kehilangan nafsu makan. Jika minum air saat makan, air akan
mengencerkan enzim-enzim pencernaan dan penyerapan makanan
menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, jika harus minum saat makan
sebaiknya menghindari minum lebih dari satu gelas setiap kali makan.
(Shinya, 2008)
f. Jenis minuman merupakan segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan
dapat menghilangkan rasa haus. Minuman umumnya berbentuk padat,
cair, namun ada pula yang berbentuk padat seperti es krim atau es lilin.
Berikut ini merupakan jenis minuman
1) Air putih, ini merupakan minuman netral dengan syarat tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2) Kopi dan teh, ini minuman yang dapat dikonsumsi selagi panas
ataupun dingin.
3) Wedang jahe, wedang ronde yang dikonsumsi umumnya selagi
panas
24
4) Es sirup yang lazim dikonsumsi dingin. Es sirup ini dibuat dari gula
pasir yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu, lalu
direbus sampai mendidih.
5) Jus buah juga sering diminum sebagai minuman dingin, yaitu
minuman yang dibuat dari buah-buahan yang dihaluskan
menggunakan satu macam buah atau campuran beberapa buah
ditambah dengan sirup atau gula pasir dan es batu.
6) Minuman berenergi.
Minuman energi adalah jenis minuman ringan yang diharapkan
dapat menambah energi dan kekuatan seseorang yang meminumnya.
Bagi beberapa kalangan, minuman energi diminum dengan tujuan
untuk mencegah kelelahan dan kantuk. Di Indonesia minuman energi
digolongkan sebagai minuman kesehatan. Tetapi sebaliknya, di luar
negeri khususnya Amerika Serikat minuman energi digolongkan
sebagai minuman ringan. Hal ini terjadi mungkin karena sampai saat
ini dampak dan manfaat bagi kesehatan pada minuman energi tidak
terbukti secara ilmiah.
Seringkali ditemukan kandungan kafein yang tinggi atau
bahkan jumlahnya tidak diketahui. Minuman ini dilaporkan oleh
berbagai asosiasi kesehatan dunia mempunyai dampak kesehatan
yang serius khususnya pada anak, remaja dan dewasa muda dengan
gejala kejang, diabetes, kelainan jantung, gangguan emosi dan
gangguan perilaku.
(Prayitno & Dieny, 2012)
25
2. Tahap terbentuknya kebiasaan seseorang
a. Tahap berfikir
Pada tahap ini seseorang mencoba memikirkan sesuatu, memberi
perhatian dan berkonsentrasi pada apa yang dipikirkanya. Mengapa
sesuatu berada dalam pikiran seseorang, karena hal tersebut dianggap
penting atau menarik perhatian atau memiliki nilai lebih dari yang lain.
b. Tahap perekaman
Saat seseorang memikirkan sesuatu makan otak akan merekam,
otak kemudian membuka peristiwa yang pernah dialami dan disimpan
dalam ingatan. Kemudian menghubung-hubungkan dengan peristiwa-
peristiwa dalam ingatan yang sejenis adakah manfaatnya atau tidak.
Dalam tahap menimbang-nimbang ini seseorang bisa menerima dan
menyimpannya atau menjahui dan menutupnya.
c. Tahap pengulangan
Pada tahap ini seseorang memutuskan untuk melakukan
pengulangan terhadap suatu perilaku yang pernah dilakukannya dengan
menggunakan perasaan yang sama dan mungkin juga dengan
mendapatkan sensasi yang sama. Misalnya mengulangi merokok,
menonton serial drama sekian lama, makan walaupun tidak lapar,
membaca buku atau kegiatan lain baik yang positif maupun negatif.
d. Tahap penyimpanan
Dalam tahap ini terjadi proses penyimpanan ke dalam otak karena
suatu perilaku dilakukan berulang-ulang sehingga akan tersimpan kuat
dalam pikiran. Setiap kali seseorang merasakan kondisi tertentu maka
26
anda akan melakukan perilaku tersebut. Kemudian perilaku ini akan
tersimpan dalam bawah sadar dan dalam keadaan ini maka seseorang
akan semakin sulit untuk keluar dari suatu perilaku.
e. Tahap Pengulangan.
Dalam tahap ini seseorang dapat mengulangi suatu perilaku
dengan tanpa disadari atau diluar kontrolnya. Semakin sering
mengulangi suatu perilaku maka akan memperkuat ingatan dan
tersimpan kuat dalam alam bawah sadar.
f. Kebiasaan.
Setelah melalui proses yang berulang-ulang sekian lama maka
pikiran menganggap bahwa suatu perilaku itu dianggap terpenting
dalam diri seseorang. Dengan demikian maka akan diperlakukan sama
seperti bernafas, makan, minum, dan disamakan dengan kebiasaan
lain yang sudah mengakar kuat. Untuk mengganti kebiasaan ini harus
melalui prosesnya sama persis saat suatu perilaku terbentuk
(Siagian, 2013)
3. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan adalah:
a. Faktor budaya, terdiri dari:
1) Budaya.
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar.
2) Sub-budaya.
Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan
daerah geografis.
27
3) Kelas sosial.
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan
permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya
menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.
b. Faktor sosial, terdiri dari:
1) Kelompok acuan.
Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang
memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung
terhadap sikap atau perilaku seseorang.
2) Keluarga.
Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang
berpengaruh.
3) Peran dan status.
Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Orang-orang
memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status
mereka di masyarakat.
c. Faktor pribadi, terdiri dari:
1) Usia dan tahap siklus hidup.
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya.
2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi.
28
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya dan
pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaaan ekonomi
seseorang.
3) Gaya hidup.
Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya.
4) Kepribadian dan konsep diri.
Kepribadian berkaitan erat dengan konsep diri yang meliputi konsep
diri aktual seseorang (bagaimana seseorang memandang dirinya),
konsep diri ideal seseorang (ingin memandang dirinya seperti apa)
dan konsep diri orang lain (bagaimana seseorang menganggap orang
lain memandang dirinya)
d. Faktor psikologis, terdiri dari :
1) Motivasi. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu
tertentu. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong
hingga mencapai intensitas yang memadai.
2) Persepsi. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang
individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia
yang memiliki arti.
3) Pembelajaran. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang
yang timbul dari pengalaman.
4) Keyakinan dan sikap. Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran
yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap (attitude)
29
adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan
yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap
suatu obyek atau gagasan.
(Kotler dalam Pratiwi, 2012)
2.2.4 Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah mereka dengan rentang usia 18-22 tahun, dan mereka
yang sudah mengalami perkembangan, dari saat pertama kali
menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai
kematangan seksual. Perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
anak-anak menuju dewasa. Terjadinya peralihan dan ketergantungan
sosial, ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri
(WHO). Batasan usia remaja berada pada rentang akhir masa anak-anak
(10-12 tahun) hingga akhir usia 18-22 tahun (Santrock, dalam Malahayati
2010).
2. Karakteristik Remaja berdasarkan Umur
Menurut Intan kumalasari dan Iwan Andhyantoro (2012). Karakteristik
remaja berdasarkan umur adalah berikut :
a. Masa remaja awal (10-12 tahun)
1) Lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Ingin bebas.
3) Lebih banyak meperhatikan keadaan tubuhnya.
4) Mulai berfikir abstrak.
30
b. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)
1) Mencari identitas diri.
2) Timbul keinginan untuk berkencan.
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Remaja akhir (17-22 tahun)
1) Pengungkapan kebebasan diri
2) Lebih selektif memilih teman sebaya
3) Mempunyai citra tubuh body image terhadap dirinya sendiri
4) Dapat mewujutkan rasa cinta.
3. Jenis – jenis aktivitas fisik remaja
Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas
fisik yang sesuai untuk remaja sebagai berikut:
a. Kegiatan ringan: hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan
(endurance). Aktivitas ringan diantaranya adalah lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk kegiatan dalam posisi berdiri, diam atau
duduk. Contoh: berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring,
mencuci kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah, les di luar
sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktivitas main play station, main
komputer, belajar di rumah, nongkrong.
31
b. Kegiatan sedang: membutuhkan tenaga intens atau terus menerus,
gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Aktivitas
sedang diantaranya adalah melakukan aktivitas berdiri dalam waktu
lama dengan membawa beban ringan. Contoh: berlari kecil, tenis meja,
berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain
musik, jalan cepat.
c. Kegiatan berat: biasanya berhubungan dengan olahraga dan
membutuhkan kekuatan (strength), berkeringat. Aktivitas berat
diantaranya adalah mencangkul, dan berjalan kaki dalam jarak yang
jauh dengan beban yang berat. Contoh: berlari, bermain sepak bola,
aerobik, bela diri ( misal karate, taekwondo, pencak silat ) dan outbond.
(Suryaputra & Nadhiroh, 2012)
4. Pengelompokan sosial Remaja
a. Teman Dekat. Mempunyai minat dan kemampuan yang sama, saling
mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang juga
bertengkar.
b. Kelompok kecil. Kelompok teman dekat yang terdiri dari seks yang
sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
c. Kelompok yang terorganisasi. Kelompok pemuda yang dibina oleh
orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sosial remaja yang tidak mempunyai kelompok
besar.
32
d. Kelompok Geng. Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan
merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin
mengikuti kelompok geng.
(Hurlock, 2006)
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan
a. Sikap teman sebaya berorientasi sekolah atau berorientasi kerja
b. Sikap orang tua menganggap pendidikan sebagai mobilisasi sosial atau
hanya sebagai suatu kewajiban karena diharuskan oleh hukum
c. Nilai-nilai, yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis
d. Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran. Bagi banyak
remaja, minat pada mata pelajaran sekolah dipengaruhi seberapa jauh
relevansi mata pelajaran tersebut.
e. Sikap terhadap guru-guru, pegawai tata usaha, dan kebijaksanaan
akademis serta disiplin.
f. Keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler
g. Derajat dukungan sosial diantara teman-teman sekelas
(Hurlock, 2006)
2.2.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada
Remaja dengan Kebiasaan Minum
Air merupakan komponen utama paling banyak yang terdapat di
dalam tubuh manusia. Sekitar 60-70% komposisi tubuh manusia adalah
cairan yang berperan penting dalam proses metabolisme (Almaitser,
2003). Pemenuhan cairan khususnya kebutuhan akan air hendaknya
33
dipenuhi oleh remaja. Saat memulai perkuliahan merupakan waktu
yang digunakan untuk beraktivitas penuh. Beratnya kewajiban untuk
belajar membuat mahasiswa lebih menyukai segala sesuatu yang
bersifat praktis dan serba cepat sehingga lupa akan pentingnya
kesehatan, seperti mengkonsumsi makanan dan minuman siap saji
kandungan gizinya tidak lengkap yang sebenarnya apabila dikonsumsi
secara terus menerus menjadi sebuah kebiasaan yang merugikan
kesehatan.
Peranan pentingnya air sudah sepatutnya diimbangi dengan
pengetahuan dan perilaku remaja untuk memenuhi kebutuhan cairan
tubuh. Pengetahuan tentang kebutuhan cairan akan mempengaruhi
persepsi seseorang. Persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan
untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya atau proses
pemberian arti terhadap lingkungan. Adanya persepsi akan
menyebabkan individu memiliki perilaku yang positif atau negatif.
Individu yang memiliki persepsi positif terhadap kebutuhan cairan
memiliki kecenderungan memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang
mendukung kesehatanya.
Dalam hal ini individu dengan persepsi positif akan
mempengaruhi cara berpikirnya menjadi positif dalam memandang
sesuatu. Selanjutnya cara berpikir yang positif turut mempengaruhi
perilaku individu dalam melakukan hal-hal yang positif juga (Pratiwi,
2012). Disinilah peran pengetahuan diperlukan, karena dengan
pengetahuan tentang kebutuhan cairan akan mempengaruhi tindakan
34
yang akan diambil oleh seseorang. Tindakan minum yang terus terjadi
berulang-ulang akan membentuk sebuah kebiasaan minum. Air yang
dikonsumsi terus-menerus akan menjadi sebuah kebiasaan yang
membawa dampak baik bagi tubuh (Rizky, 2013).
35
Bagan 2.1: Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada Remaja dengan Kebiasaan Minum Mahasiswa Prodi DIII STIKES Kepanjen
Jenis-jenis aktivitas fisik remaja
1. Kegiatan ringan
2. Kegiatan sedang
3. Kegiatan berat
Remaja usia 18-22 tahun Prodi DIII STIKES
Kepanjen
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
remaja terhadap pendidikan :
1. Sikap teman sebaya2. Sikap orang tua3. Nilai-nilai4. Relevansi atau nilai
praktis pada mata pelajaran
5. Sikap terhadap guru6. Keberhasilan ekstra
kurikuler7. Derajat dukungan
sosial
Tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan C1 (tahu) – C6 (evaluasi)
1. Definisi
2. Fungsi cairan tubuh
3. Distribusi cairan tubuh
4. Kebutuhan cairan berdasarkan usia
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
6. Gangguan akibat kekurangan dan kelebihan cairan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan1. Tingkat pendidikan4. Penghasilan
2. Keyakinan 5. Sosial Budaya
3. Fasilitas
Persepsi
Kecenderungan
Tindakan Minum
Kebiasaan minum1. Kebiasaan minum sebelum makan
2. Frekuensi minum
3. Frekuensi minum air putih
4. Frekuensi minum-minuman lainya
5. Kebiasaan waktu minum
6. Jenis minuman
Baik
Cukup
Kurang
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Garis hubungan
36
Penjelasan Kerangka Konsep
Mahasiswa Prodi DIII STIKES Kepanjen Kabupaten Malang
merupakan remaja yang aktif dalam kegiatan fisik, pada fase ini sering
terjadi masalah ketidakseimbangan cairan diantaranya masalah kekurangan
cairan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki remaja
tentang kebutuhan cairan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas,
penghasilan, dan sosial budaya. Pengetahuan akan mempengaruhi persepsi
seseorang, adanya persepsi menyebabkan individu memiliki perilaku yang
positif maupun negatif. Indvidu yang memiliki persepsi positif terhadap
pemenuhan kebutuhan cairan akan memiliki kecenderungan melakukan
tindakan minum. Tindakan minum yang terus terjadi berulang-ulang akan
membentuk sebuah kebiasaan minum. Sedangkan Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan minum diantaranya faktor budaya, faktor sosial,
faktor pribadi, dan faktor psikologis. Pengetahuan dan kebiasaan minum
dapat diukur dan dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu baik,
cukup, kurang.
2.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian,
artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan.
(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dari penelitian ini adalah :
37
H0 : Hipotesis nol merupakan hipotesis yang dibuat untuk menyatakan sesuatu
kesamaan atau tidak adanya suatu hubungan yang bermakna antara kedua
kelompok mengenai hal yang dipermasalahkan (Notoatmodjo, 2012).
Kabupaten Malang. H0 diterima jika dengan interval kepercayaan 95%
didapatkan nilai p-value > 0,05 artinya tidak ada hubungan tentang tingkat
pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum
mahasiswa prodi DIII Keperawatan STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.
H1 : Hipotesis kerja merupakan rumusan hipotesis dengan tujuan untuk
membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul
(Notoatmodjo, 2012). H1 diterima jika dengan interval kepercayaan 95%
didapatkan nilai p-value < 0,05 artinya ada hubungan tentang tingkat
pengetahuan kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum
mahasiswa prodi DIII Keperawatan STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain
korelasional yaitu mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat mencari,
menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori
yang ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan
korelatif antar variabel. Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam
pengambilan data adalah dengan pendekatan Cross Sectional yang artinya
baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali
saja (Nursalam, 2011). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 134,
dengan teknik pengambilan sampel Simple Random Sampling sehingga
diperoleh jumlah sample 100. Penelitian ini menganalisa adanya hubungan
tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan
minum mahasiswa (Studi di prodi DIII Keperawatan STIKES Kepanjen
Kabupaten Malang)
3.2 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2013 s/d 6
Januari 2014 di Prodi DIII Keperawatan STIKES Kepanjen Jalan Trunojoyo
No.16 Kepanjen Kabupaten Malang.
37
38
Bagan 3.1 : Kerangka kerja (frame work) hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum
SAMPLING Simple Random Sampling
SAMPELSebagian mahasiswa prodi DIII tingkat I&II dengan usia 18-22 tahun di
STIKES Kepanjen Kabupaten Malang berjumlah 100 orang
DESAIN PENELITIANKorelasional dengan pendekatan Cross Sectional
IDENTIFIKASI VARIABEL DEPENDEN
Kebiasaan Minum
IDENTIFIKASI VARIABEL INDEPENDEN
Pengetahuan remaja usia 18-22 tahun tentang kebutuhan cairan
PENGUKURANKuesioner Closeended
PENGUKURANKuesioner Closeended
ANALISA DATAEditing, Coding, dan Tabulating. Uji hipotesa dengan metode
Spearman Rho (ρ) menggunakan bantuan SPSS 18.0
PENARIKAN KESIMPULAN Jika ρhitung>ρtabel, maka Ho ditolak artinya ada hubungan Jika ρhitung<ρtabel, maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan
POPULASIPopulasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa prodi DIII tingkat I&II STIKES
Kepanjen Kabupaten Malang berjumlah 134 orang
39
3.4 Desain Sampling
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Mahasiswa Prodi
DIII tingkat I & II STIKES Kepanjen yang berjumlah 134 orang.
3.4.2 Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara “Simple Random
Sampling” yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
tersebut (Sugiyono, 2006). Tekhnik random sampling ini hanya boleh
digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat
homogen. Hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,
2005). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik simple
random sampling dengan cara undian atau lottery technique.
3.4.3 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi DIII
Keperawatan tingkat I & II sejumlah 100 orang.
3.4.4 Sampel Size
Adapun rumus untuk menentukan jumlah sampel adalah:
n= N
1+N (d2)
Keterangan:
n : jumlah sampel
N: jumlah populasi
d : tingkat signifikansi (0,05)
40
Dalam penelitian ini jumlah populasi keseluruhan (N) adalah 134 orang
mahasiswi dengan rincian sebagai berikut:
1. Jumlah mahasiswa tingkat I prodi DIII Keperawatan sebanyak 58
orang.
2. Jumlah mahasiswa tingkat II prodi S1 Keperawatan sebanyak 76
orang.
Jadi berdasarkan rumus di atas dapat diketahui jumlah sampel total
yang dibutuhkan (n), yaitu:
n= 134
1+134 (0.05 )2= 134
1,335=100
Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang
digunakan sebanyak 100 orang.
3.5 Identifikasi Variabel
3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang
kebutuhan cairan pada remaja yang berusia 18-22 tahun
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebiasaan minum
remaja usia 18-22 tahun
41
3.6 Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dan sesuatu yang didefinisikan (Nursalam, 2011).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada Remaja dengan Kebiasaan Minum
Identifikasi Variabel
Identifikasi Operasional
Indikator Cara Mengukur
Skala Ukur
Skoring
Variabel bebas: pengetahuan tentang kebutuhan cairan
Informasi yang dimiliki oleh mahasiswa berkaitan dengan kebutuhan cairan pada fase tahu hingga evaluasi
Pengetahuan tentang kebutuhan cairan meliputi :1. Definisi
2. Fungsi cairan tubuh
3. Distribusi cairan tubuh
4. Kebutuhan cairan berdasarkan usia
5. Faktor–faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
6. Gangguan akibat kekurangan dan kelebihan cairan
Kuesioner closended
Ordinal Skor jawaban
Jawaban benar = 1
Jawaban salah = 0
Kategori :
Baik ≥ 75%
Cukup 55 - 74%
Kurang < 55%
(sumber: Budiman &Riyanto, 2013)
42
Variabel terikat:Kebiasan minum mahasiswa
Pola perilaku berulang (keseharian) mahasiswa berkaitan dengan tindakan minum
1. Frekuensi minum
2. Frekuensi minum air putih
3. Frekuensi minum–minuman lainya (selain air putih)
4. Kebiasaan waktu minum
5. Kebiasaan saat makan
6. Jenis minuman
Kuesioner closended
Interval Skor jawaban
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
Kategori
Baik : 21-30
Cukup : 11-20
Kurang : 1-10
Rumus i= rk
(Zaidin,
2000)
Keterangan:
i = Interval
r = range
k = Kelas
43
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
3.7.1 Pengumpulan Data
1. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data langsung dilakukan dengan meminta ijin
penelitian kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen untuk
mendapat persetujuan penelitian. Proses penelitian dilakukan pada hari
pertama di tingkat I & II. Setelah peneliti mendapatkan ijin dari ketua
STIKES Kepanjen untuk pemakaian penelitian, peneliti mendatangi kelas
yang dijadikan sebagai sampel penelitian, kemudian menentukan sampel
dengan cara undian atau lottery technique. Peneliti membagikan nomor
kepada responden, kemudian mengundi nomor undian yang akan
dijadikan sample.
Selanjutnya peneliti melakukan informed consent dan memberikan
penjelasan kepada responden tentang prosedur pengisian kuisioner dan
membagikan kuisioner pada mahasiswa. Kemudian kuesioner langsung
dikumpulkan kembali setelah akhir dari setiap penelitian.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner tertutup berbentuk pilihan jawaban dimana responden
memilih jawaban. Kuesioner berisi 10 soal untuk variabel pengetahuan
tentang kebutuhan cairan dan 10 soal untuk variabel kebiasaan minum
44
3. Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah
kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang
hendak kita ukur, maka perlu di uji dengan uji korelasi antara scores
(nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut.
Dalam uji validasi ini peneliti menggunakan bantuan program
komputer windows Sp dengan program SPSS 18.0. (Sugiyono, 2006).
Taraf signifikansi yang dapat dipakai dalam uji validitas ini adalah
sebesar 5% (0,05).
Berdasarkan hasil korelasi pada tingkat pengetahuan tentang
kebutuhan cairan, maka diperoleh nilai korelasi antara 0,000-0,01.
Berdasarkan taraf signifikan 0,05 maka diperoleh 10 item valid dari
10 item pertanyaan. Sedangkan untuk nilai korelasi pada kebiasaan
minum berkisar antara 0,000-0,01 sehingga diperoleh 10 item valid
dari 10 item pernyataan.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat
ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap
konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Dalam uji realibilitas
menggunakan bantuan program komputer windows Sp dengan
program SPSS 18.0 (Statistical Product and Service Solutions) dan
tidak menggunakan rumus yang menghitung secara manual.
45
Menurut budiman dan riyanto (2013) kuesioner dikatakan
reliable jika memiliki nilai alpha minimal 0,6. Setelah melalui
perhitungan, diperoleh nilai koefisien reliabilitas alpha pengetahuan
tentang kebutuhan cairan sebesar 0,705 dan nilai koefisien reliabilitas
alpha kebiasaan minum sebesar 0,733. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen reliable dan dapat digunakan dalam penelitian.
3.7.2 Analisa Data
1. Metode Analisa Data
a. Editing
Seluruh data yang dianggap memenuhi syarat dipakai sebagai
data dalam penelitian dan siap diolah. Data memenuhi syarat bila
semua lembar kuesioner diisi sesuai dengan petunuk pengisian
(Notoatmodjo, 2012)
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeril terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori (Arikunto, 2006).
a) Usia
Kode 1: 18 tahun
Kode 2: 19 tahun
Kode 3: 20 tahun
Kode 4: 21 tahun
Kode 5: 22 tahun
46
b) Jenis Kelamin
Kode 1: Laki-laki
Kode 2: Perempuan
c) Tingkat
Kode 1: Tingkat I
Kode 2: Tingkat II
d) Kode untuk variable pengetahuan tentang kebutuhan cairan adalah :
Kode 1: Baik
Kode 2: Cukup
Kode 3: Kurang
e) Kode untuk variabel kebiasaan minum adalah :
Kode 1: Baik
Kode 2: Cukup
Kode 3: Kurang
c. Tabulating
1) Scoring
a) Skor untuk variabel pengetahuan tentang kebutuhan cairan
dengan kriteria sebagai berikut:
Jawaban Benar: 1
Jawaban Salah : 0
b) Pemberian skor untuk variabel kebiasaan minum dengan kriteria
sebagai berikut :
Baik : 3
Cukup : 2
47
Kurang: 1
2) Klasifikasi
a) Variabel pengetahuan tentang kebutuhan cairan
Nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :
Baik: : ≥75%
Cukup : 56%-74%
Kurang : <55%
(Budiman & Riyanto, 2013)
b) Variabel kebiasaan minum
Nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :
Baik : 21-30
Cukup :11-20
Kurang : 1-10
3) Interpretasi data
Setelah proses klasifikasi data selesai selanjutnya data
tersebut diubah ke bentuk prosentase yang mana frekwensi atau
alternatif.
Jawaban responden yang ada kemudian dikalikan 100%,
maka dirumuskan :
P=∑ F
Nx100 %
Keterangan :
P : Nilai akhir/prosentase
F : Frekwensi
N : Jumlah Responden
Untuk variabel independen dan dependen hasil skor penilaian
diinterpretasikan dengan skala kualitatif, yaitu:
Prosentase Kriteria
0% Tidak satupun
1%-25% Sebagian kecil26%-49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya51%-75% Sebagian besar76%-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya (Hermawan, 1992)
4) Penyajian data
Setelah mengalami proses pengolahan data akan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan narasi.
2. Uji Statistik
Setelah semua data terkumpul, kemudian di analisis menggunaka
uji Spearman Rho (ρ) dengan tingkat kemaknaan 0,05. Uji Spearman
Rho (ρ) untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara dua
variable dengan skala data ordinal dan interval. Data penelitian ini
menggunakan SPSS (Statistical Product and service Solutions) adalah
sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistic
cukup tinggi. SPSS dapat membaca berbagai jenis data atau memasukkan
data secara langsung ke dalam SPSS. Data editor SPSS harus dibentuk
baris (Cases) dan kolom (Variabel). Cases berisi informasi untuk satu
unit analisis, sedangkan variabel adalah informasi yang dikumpulkan dari
masing-masing kasus.
48
49
3. Menarik Kesimpulan
a. Jika ρhitung>ρtabel atau nilai signifikasi (p) < 0.05, maka H0 ditolak
artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan
pada remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII STIKES
Kepanjen Kabupaten Malang.
b. Jika ρhitung<ρtabel atau nilai signifikasi (p) > 0.05, maka H0 diterima
artinya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan
cairan pada remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII
STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.
c. Jika hasil korelasi memiliki nilai 0,6 sd 0,8 maka kekuatan korelasi
adalah kuat artinya ada hubungan yang kuat antara tingkat
pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan
minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.
Penelitian ini, hanya berlaku pada lembaga pada sampel penelitian dan
tidak dapat digeneralisasi atau tidak dapat mewakili area di suatu
wilayah.
3.8 Etika Penelitian
3.8.1 Persetujuan (Informed Consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
sebelum dilakukan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan.
50
3.8.2 Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden secara lengkap pada lembar
pengumpulan data (lembar observasi), tetapi diganti dengan inisial
nama.
3.8.3 Kerahasiaan (Confidentially)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan
kebiasaan minum mahasiswa STIKES Kepanjen Kabupaten Malang pada
tanggal 31 Desember 2013 pada 100 responden. Penelitian dilakukan pada
mahasiswa DIII tingkat I dan II. Pada mahasiswa tingkat I diambil sampel
sebanyak 47 orang, tingkat II sebanyak 53 orang. Adapun hasil penelitian
akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.
Data umum pada penelitian ini meliputi lokasi penelitian dan
karakteristik responden. Sedangkan pada data khusus meliputi pengetahuan
tentang kebutuhan cairan pada remaja dan kebiasaan minum. Kemudian
untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan
pada remaja dengan kebiasaan minum akan dilakukan uji korelasi Spearmen
Rho.
4.1.1 Data Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di STIKES Kepanjen Kabupaten Malang,
yang beralamatkan di Jl. Trunojoyo no.16 Kepanjen, Malang. Dengan letak
lokasi sebelah barat berbatasan langsung dengan RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang, sebelah utara berbatasan dengan lahan persawahan,
sebelah timur berbatasan dengan kantor pemerintahan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan serta Stadion Kanjuruhan, Sebelah selatan berbatasan
51
52
dengan perumahan penduduk. Dalam pelaksanaan pendidikan, STIKES
Kepanjen terdiri dari dua jurusan, yaitu DIII Keperawatan tingkat I, II, dan
III serta S1 Keperawatan tingkat I, II, II dan IV. Dengan jumlah total ± 700
mahasiswa, STIKES KEPANJEN adalah lembaga pendidikan resmi milik
Pemerintah Kabupaten Malang.
4.1.2 Distribusi Data Umum
1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di STIKES Kepanjen pada Tanggal 31 Desember 2013.
No Usia Frekuensi (orang) Persentase (%)1. 18 Tahun 28 282. 19 Tahun 35 353. 20 Tahun 20 204. 21 Tahun 12 125. 22 Tahun 5 5
Total 100 100Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan data bahwa dari 100 responden,
hampir setengah responden yaitu 35 responden (35%) berusia 19 tahun
dan sebagian kecil responden yaitu 5 responden (5%) berusia 22 tahun.
2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di STIKES Kepanjen pada Tanggal 31 Desember 2013.
No Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)1. Laki-laki 46 462. Perempuan 54 54
Total 100 100Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014
53
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data bahwa dari 100 responden,
hampir setengah responden yaitu 46 responden (46%), berjenis kelamin
laki-laki, dan sebagian besar responden yaitu 54 responden (54%),
berjenis kelamin perempuan.
3. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat/Kelas
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat/Kelas di STIKES Kepanjen pada Tanggal 31 Desember 2013
No Tingkat Frekuensi (orang) Persentase (%)1. Tingkat I 47 472. Tingkat II 53 53
Total 100 100Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan data bahwa dari 100 responden,
hampir setengah responden yaitu 47 responden (47%), diambil dari
tingkat I dan sebagian besar responden yaitu 53 responden (53%) diambil
dari tingkat II.
4.1.3 Distribusi Data Khusus
1. Karakteristik Responden berdasarkan Pengetahuan tentang
Kebutuhan Cairan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan
No Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan
Frekuensi (orang) Persentase (%)
1. Baik 9 92. Cukup 52 523. Kurang 39 39
Total 100 100 Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014
54
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa, sebagian besar responden
yaitu 52 responden (52%) mempunyai pengetahuan cukup dan sebagian
kecil responden yaitu 9 responden (9%) mempunyai pengetahuan baik.
2. Karakteristik Responden berdasarkan Kebiasaan Minum
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Minum
No Kebiasaan Minum Frekuensi (orang) Persentase (%)1. Baik 10 102. Cukup 59 593. Kurang 31 31
Total 100 100Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian kecil responden
yaitu 10 responden (10%), memiliki kebiasaan minum baik dan sebagian
besar responden yaitu 59 responden (59%), memiliki kebiasaan minum
cukup.
3. Tabulasi Silang Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan dengan
Kebiasaan Minum
Tabel 4.6 Tabulasi silang pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen Kabupaten Malang
PengetahuanKebiasaan Minum
Baik Cukup Kurang TotalFrek (%) Frek (%) Frek % Frek %
Baik 8 1 0 9Cukup 2 48 2 52Kurang 0 10 29 39Total 10 59 31 100
55
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui hampir setengah responden
yaitu 48 responden (48%) memiliki pengetahuan cukup dan kebiasaan
minum cukup. Sedangkan sebagian kecil responden yaitu 1 responden
(1%) memiliki pengetahuan baik dan kebiasaan minum cukup.
4. Hubungan Pengetahuan tentang Kebutuhan cairan dengan
Kebiasaan Minum Mahasiswa Prodi DIII STIKES Kepanjen
Kabupaten Malang.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi
Spearman Rho dengan bantuan progran SPSS. Teknik tersebut digunakan
untuk menentukan adanya hubungan antar dua variabel dengan skala data
ordinal dan interval. Dari hasil uji Spearman rho dengan interval
kepercayaan 95% didapatkan nilai rho hitung sebesar 0,799 dengan nilai
rho tabel sebesar 0,195 (lampiran 6 dan lampiran 7). Dengan demikian,
rho hitung > rho tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada
hubungan antara pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja
dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen
Kabupaten Malang
Hal ini didukung oleh nilai significancy 0,000 yang menunjukkan
bahwa korelasi antara pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja
dengan kebiasaan minum mahasiswa adalah bermakna. Nilai korelasi
spearman sebesar 0,799 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan
kekuatan korelasi yang kuat.
56
4.2 Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan membahas hasil yang telah diperoleh
mengenai Hubungan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada
remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen
Kabupaten Malang.
4.2.1 Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada Remaja
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, sebagian besar responden
yaitu 52 responden (52%), mempunyai pengetahuan cukup tentang
kebutuhan cairan. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah
suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan pada suatu obyek tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas, sosial budaya, penghasilan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka seseorang memiliki pengetahuan yang lebih luas, dan
kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja, selain itu
dengan adanya pengalaman akan meningkatkan pengetahuan.
Sedangkan menurut Kushadi (2010) menyebutkan bahwa semakin
rendah tingkat pendidikan maka semakin rendah pula tingkat
pengetahuan seseorang.
Pengetahuan tentang kebutuhan cairan merupakan informasi yang
dimiliki oleh remaja berkaitan dengan kebutuhan cairan pada fase tahu
hingga evaluasi meliputi definisi, fungsi cairan tubuh, distribusi cairan
tubuh, kebutuhan cairan berdasarkan usia, faktor–faktor yang
57
mempengaruhi kebutuhan cairan, serta gangguan akibat kekurangan dan
kelebihan cairan.
Selaras dengan Notoatmodjo (2003), sebagian besar responden
memiliki pengetahuan cukup terhadap kebutuhan cairan, hal ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang sebagian besar
berpendidikan DIII tingkat II yaitu 53 responden (53%) karena pada
tingkat ini responden telah mendapatkan materi tentang kebutuhan
cairan khususnya yang berkaitan dengan kebiasaan minum pada mata
kuliah Kebutuhan Dasar Manusia sehingga dapat menambah
pengetahuan responden. Selain itu hal ini juga dimungkinkan oleh
pengalaman hidup atau usia dimana sebagian besar reponden berusia 19
tahun yaitu 35 responden (35%) karena pada usia ini kekuatan
responden dalam berfikir menjadi lebih matang, dan kemampuan
responden dalam mencari informasi melalui berbagai media juga
meningkat.
Oleh karena itu diharapkan responden tidak hanya memperoleh
informasi dari proses perkuliahan saja, tetapi lebih meningkatkan dalam
mencari informasi tentang kebutuhan cairan yang berkaitan dengan
kebiasaan minum melalui berbagai media misalnya buku, majalah
kesehatan, maupun internet sehingga dapat meningkatkan pengetahuan.
Dengan demikian, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman, maka seseorang
memiliki pengetahuan yang lebih luas.
58
4.2.2 Kebiasaan minum mahasiswa
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, sebagian besar responden
yaitu, 59 responden (59%) memiliki kebiasaan minum cukup. Menurut
Pratiwi (2012), adanya pembelajaran dapat merubah perilaku seseorang
menjadi sebuah kebiasaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kebiasaan adalah faktor psikologis yang meliputi motivasi, persepsi,
pembelajaran, keyakinan dan sikap. Kebiasaan minum merupakan pola
perilaku berulang (keseharian) berkaitan dengan tindakan minum.
Berdasarkan kebutuhan cairan menurut usia, konsumsi cairan
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini dikarenakan
perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ,
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
Kebutuhan cairan pada remaja dikatakan baik jika memenuhi
2200-2700 ml (8-12 kali) minum setiap hari. Sedangkan menurut
Departemen kesehatan, para pakar gizi dan air putih menyatakan
konsumsi air putih yang baik adalah 2000 ml sehari (8 gelas). Dan
dinyatakan kurang jika nilainya kurang dari 2000 ml (<8 gelas).
Apabila seseorang memiliki kebiasaan minum kurang, maka akan
mengakibatkan dehidrasi (Tilong A, 2013).
Pada umumnya sebagian besar responden memiliki kebiasaan
minum cukup. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pembelajaran yang
didapatkan responden saat proses perkuliahan tentang kebutuhan cairan
yang dapat mempengaruhi kebiasaan minum. Hal ini juga
dimungkinkan oleh usia responden dimana sebagian besar reponden
59
berusia 19 tahun yaitu 35 responden (35%) karena pada usia ini,
aktivitas organ dan luas permukaan tubuh juga meningkat sehingga
kebutuhan cairan yang harus dipenuhi 2200-2700 ml. Selain itu remaja
yang memiliki persepsi positif terhadap kebutuhan cairan memiliki
kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang
mendukung kesehatanya. Akan tetapi setiap individu memiliki persepsi
berbeda, meskipun objeknya sama. Begitupun dengan perilaku
kesehatan, termasuk kebiasaan minum akan dipersepsikan berbeda oleh
setiap individu. Meskipun remaja memiliki pengetahuan baik, namun
apabila remaja memiliki persepsi negatif dan tidak mempunyai
kesadaran dalam memenuhi kebutuhan cairan tubuh maka perilakunya
dalam melakukan tindakan minum, juga semakin kurang.
Dengan demikian, kesadaran dalam melakukan kebiasaan minum
perlu diperhatikan tidak hanya pada usia remaja, namun dimulai dari
usia anak-anak hingga lansia. Misalnya dengan tidak segan atau malu
untuk membawa air minum saat bepergian. Selain itu, dengan
memperhatikan waktu minum yang tepat yaitu 1-3 gelas saat bangun
tidur pada pagi hari, 2-3 gelas 1 jam sebelum makan siang, dan 2-3
gelas 1 jam sebelum makan malam.
4.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebutuhan Cairan pada
Remaja dengan Kebiasaan Minum Mahasiswa Prodi DIII STIKES
Kepanjen Kabupaten Malang
Dari analisa hasil uji statistik menggunakan Spearman Rho
dengan bantuan program SPSS, dengan interval kepercayaan 95%
60
didapatkan nilai rho hitung sebesar 0,799 dengan nilai rho tabel sebesar
0,195 (lampiran 6 dan lampiran 7). Dengan demikian, rho hitung > rho
tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan antara
pengetahuan tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan
minum mahasiswa prodi DIII STIKES Kepanjen Kabupaten Malang.
Hal ini didukung dengan nilai significancy 0,000 yang
menunjukkan bahwa, korelasi antara pengetahuan tentang kebutuhan
cairan pada remaja dengan kebiasaan minum adalah bermakna. Nilai
korelasi Spearman sebesar 0,799 menunjukkan kekuatan korelasi yang
kuat. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa hampir setengah
responden sebanyak 48 responden (48%) memiliki pengetahuan cukup
dan kebiasaan minum cukup.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
pengetahuan seseorang akan mempengaruhi tindakan yang akan
diambil seseorang. Tindakan minum yang terus terjadi berulang-ulang
akan membentuk sebuah kebiasaan minum (Rizky, 2012). Menurut
Pratiwi (2012), pengetahuan yang dimiliki seseorang akan
mempengaruhi persepsi seseorang. Persepsi adalah proses kognitif yang
dipergunakan untuk memahami sekitarnya atau proses pemberian arti
terhadap lingkungan. Selanjutnya persepsi akan mempengaruhi
kecenderungan individu dalam melakukan perilaku sehat atau perilaku
yang mendukung kesehatannya.
Pada umumnya, responden memiliki pengetahuan cukup tentang
kebutuhan cairan dan kebiasaan minum cukup. Dalam hal ini, peranan
61
pentingnya air sudah sepatutnya diimbangi dengan pengetahuan dan
perilaku remaja untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Remaja yang
memiliki pengetahuan cukup akan memiliki persepsi positif terhadap
pemenuhan kebutuhan cairan dan memiliki kecenderungan memenuhi
kebutuhan cairan tubuh yang mendukung kesehatannya serta
mempengaruhi cara berpikirnya menjadi positif dalam memandang
sesuatu. Selanjutnya cara berpikir yang positif turut mempengaruhi
perilaku individu dalam melakukan hal-hal yang positif juga salah
satunya adalah memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan melakukan
kebiasaan minum yang baik. Berdasarkan pemaparan diatas dapat
disimpulkan, apabila remaja memiliki pengetahuan kebutuhan cairan
yang semakin baik, maka kebiasaan minum juga baik. Sedangkan,
remaja dengan pengetahuan kebutuhan cairan kurang, maka kebiasaan
minum juga semakin kurang.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan kelemahan atau hambatan yang dijumpai
dalam penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu institusi saja, tidak dilakukan
pada institusi lainya khususnya di Kecamatan Kepanjen untuk dilakukan
perbandingan.
2. Pada saat proses pengumpulan data dengan kuesioner, peneliti kurang
melakukan pengawasan dengan maksimal saat mengerjakan soal, sehingga
memungkinkan responden bekerjasama dalam mengerjakan soal.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang
didasarkan pada pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengetahuan remaja usia 18-22 tahun tentang kebutuhan cairan di
STIKES Kepanjen Kabupaten Malang, dari 100 responden jumlah
terbanyak adalah pengetahuan cukup 52 responden (52%).
5.1.2 Kebiasaan minum remaja usia 18-22 tahun di STIKES Kepanjen
Kabupaten Malang, dari 100 responden didapatkan sebagian besar
responden yaitu 59 responden (59%), memiliki kebiasaan minum yang
cukup.
5.1.3 Ada hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan tentang kebutuhan
cairan pada remaja dengan kebiasaan minum mahasiswa (Studi di prodi
DIII Keperawatan STIKES Kepanjen Kabupaten Malang) dengan nilai
p-value 0,000 < α 0,05 dan nilai korelasi Spearman sebesar 0,799.
62
63
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan, dapat menjadi bahan masukan
yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya
kebutuhan dasar manusia dan diharapkan dapat menambah pengetahuan
mahasiswa tentang kebiasaan minum dengan memberikan informasi
tentang kebutuhan cairan pada remaja.
5.2.3 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang kebutuhan cairan pada remaja dengan kebiasaan minum
mahasiswa, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan ilmiah serta
pengembangan ilmu kebutuhan dasar manusia khususnya kebutuhan
fisiologis cairan
5.2.4 Bagi Peneliti lain
Diharapkan peneliti lainnya dapat menggunakan pendekatan
penelitian yang berbeda, misalnya penelitian komparatif. Selain itu
diharapkan dilakukan pengambilan data, bukan pada satu institusi saja
akan tetapi membuat perbandingan dengan institusi yang lain dan
melakukan pengawasan secara maksimal agar jawaban yang diperoleh
benar-benar sesuai dengan pengetahuan dan kebiasaan yang dilakukan
oleh responden.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. (2000). Pengantar Metode Statistik Untuk Keperawatan. Depok
Almaitser, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.
Jakarta: Rineka Cipta
Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika
Briawan, D., Hardinsyah, Marhamah, Zulaikhah, & Aries, M. (2011). Konsumsi
minuman dan preferensinya pada remaja di jakarta dan bandung. Junal
Gizi Indon 34 (1) 43-51 Jurnal publikasi di (http://persagi.org/document/
makalah/ 191_makalah.pdf diakses tanggal 24 Oktober 2013
Dahlan, S. (2012). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Hartanto, W. (2007). Terapi cairan dan elektrolit perioperatif. bagian Farmakologi
Klinik dan terapeutik
Hermawan, W. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Horne, M. M., & Swearingen, P. L. (2001). Keseimbangan Cairan Elektrolit &
Asam Basa. Jakarta: EGC.
Hurlock, E. (2006). Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta
Kumalasari, I. (2012). Kesehatan Reproduksi. Salemba Medika: Jakarta
Kushadi. 2008. Air minum-Banyu bening (http//.wordpress.com.diakses tanggal
18 Februari 2014)
Malahayati. (2010). Super Teens jadi Remaja Luar Biasa dengan Kebiasaan
Efektif. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
Notoatmodjo, S. (2003) Prinsip-prinsip Dasar dalam Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
64
65
Papalia D.E., Olds & Feldman. R.D. 2008. Human Development: Tenth Edition.
New York : McGraw-Hill Companies, Inc.
Pratiwi, H. U., & Rahayu, E. (2012). Perilaku mengkonsumsi air putih ditinjau
dari persepsi kesehatan. Jurnal Psikologi. Jurnal publikasi di
(http://prints.unika.ac.id/11811/1 diakses tanggal 6 November 2013)
Prayitno, S. O., & Dieny, F. F. (2012). Perbedaan konsumsi cairan pada remaja
obesitas dan non obesitas. Journal Of Nutrition College, 6(1), 144-152.
Jurnal publikasi di (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc diakses
tanggal 8 November 2013)
Rizky, Z. P. (2013). Pengaruh faktor umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan
terhadap konsumsi air putih. Skripsi publikasi di
(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20312855-Faktor-faktor full
%20text.pdf, diakses tanggal 16 Oktober 2013)
Samsuri, A. (2008). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan. Jakarta: EGC
Saufika, A., Retnaningsih, & Alfiasari. (2012). Gaya hidup dan kebiasaan makan
mahasiswa. Jurnal Jur.Ilm. Kel & Kons, 5(2), 34.
Shinya, H. (2008). The Miracle of Enzym, Bandung: Mizan Pustaka
Siagian, R. E. F. (2012). Pengaruh minat dan kebiasaan siswa terhadap prestasi
belajar. Jurnal Formatif 2(2), 122-131. Jurnal publikasi di
(http://www.unindra.ac.id/Roida-3.pdf, diakses tanggal 2 November 2013)
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2006). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suryaputra, K., & Nadhiroh, S. R. (2012). Perbedaan pola makan dan aktivitas
fisik. Jurnal Kesehatan Universitas Airlangga, 16(1), 45-50.
Tarwoto, & Wartonah. (2011). Ilmu Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
Tilong, A. (2012). Ajaibnya Air Putih Terapi Beragam Masalah Kesehatan.
Jakarta: Buku Kita