22
Pencegahan Kecelakaan Kerja Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ). Oleh karena itu untuk menghindarinya maka diadakan tindakan PENCEGAHAN . Pencegahan kecelakaan kerja ini ialah segala upaya yang dilakukan demi terhindarnya baik pekerja maupun alat industry dari hal-hal yang tidak diinginkan. KONSEPSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA Sebelum Revolusi Industri : Kecelakaan itu terjadi karena nasib semata-mata, sehingga pada waktu itu belum ada usaha secara rasional yang diarahkan untuk mencegah kecelakaan. Zaman Revolusi Industri tahun 1931 : Herbert W Heinrich memprakarsai teori dasar penyebab dan pencegahan kecelakaan atau yang dikenal dengan teori “Domino Kecelakaan”. Dia mengatakan bahwa sebagian besar kecelakaan ( ± 80% ) disebabkan karena faktor manusia atau dengan perkataan lain tindakan tidak aman dari manusia. SEBAB SEBAB KECELAKAAN

71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

k3

Citation preview

Page 1: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat

mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran.

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja,

(terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ). Oleh karena itu untuk

menghindarinya maka diadakan tindakan PENCEGAHAN. Pencegahan kecelakaan kerja ini

ialah segala upaya yang dilakukan demi terhindarnya baik pekerja maupun alat industry dari

hal-hal yang tidak diinginkan.

KONSEPSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

Sebelum Revolusi Industri :

Kecelakaan itu terjadi karena nasib semata-mata, sehingga pada waktu itu belum ada

usaha secara rasional yang diarahkan untuk mencegah kecelakaan.

Zaman Revolusi Industri tahun 1931 :

Herbert W Heinrich memprakarsai teori dasar penyebab dan pencegahan kecelakaan

atau yang dikenal dengan teori “Domino Kecelakaan”. Dia mengatakan bahwa

sebagian besar kecelakaan ( ± 80% ) disebabkan karena faktor manusia atau dengan

perkataan lain tindakan tidak aman dari manusia.

SEBAB SEBAB KECELAKAAN

Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut

keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu :

1. Manusia.

2. Manajemen ( unsur pengatur ).

3. Material ( bahan-bahan ).

4. Mesin ( peralatan ).

5. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).

Page 2: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

Semua unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu sistem tersendiri.

Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsur tersebut akan menimbulkan kecelakaan /

kerugian. Berikut contoh bentuk-bentuk ketimpangan unsur 5M tersebut.:

1. Unsur Manusia, antara lain :

Tidak adanya unsur keharmonisan antar tenaga kerja maupun dengan

pimpinan.

Kurangya pengetahuan / keterampilan.

Ketidakmampuan fisik / mental.

Kurangnya motivasi.

2. Unsur Manajemen, antara lain :

Kurang pengawasan.

Struktur organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat.

Kesalahan prosedur operasi.

Kesalahan pembinaan pekerja.

3. Unsur Material, antara lain :

Adanya bahan beracun / mudah terbakar.

Adanya bahan yang mengandung korosif.

4. Unsur Mesin, antara lain :

Cacat pada waktu proses pembuatan.

Kerusakan karena pengolahan.

Kesalahan perencanaan.

5. Unsur Medan, antara lain :

Penerangan tidak tepat ( silau atau gelap ).

Ventilasi buruk dan housekeeping yang jelek.

Indikator keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja

yang produktif, sehat dan berkualitas, contoh industri bidang konstruksi yang merupakan

kegiatan di lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan

Page 3: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

manajemen keselamatan. Dalam industri, konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali

lipat dibandingkan industri berbasis manufaktur.

Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh

sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan

kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan.

Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat

kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk

dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat

dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan

penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung

dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor

lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih

dari 80%).

Umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan,

kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang

kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi. Para pekerja akan

tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan, melaksanakan

dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam

lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda

keseimbangan dinamis.

Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan

kerja maupun terhadap perusahaan (organisasi). Upaya pencegahan kecelakaan kerja

diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian juga untuk meningkatkan kinerja

keselamatan kerja di tempat kerja.

Page 4: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan melakukan :

1. DISIPLIN KERJA

Disiplin kerja merupakan tata tertib diri serta keteraturan diri dalam melakukan

suatu pekerjaan agar terlatih baik fikiran, tindakan maupun perbuatan yang dilakukan

secara kontinyuitas untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu panjang serta dengan

tujuan agar hasilnya memuaskan.

Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi

kepentingan organisasi maupun bagi para pegawainya. Bagi organisasi adanya disiplin

kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas,

sehingga diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan bagi pegawai akan diperoleh suasana

kerja yang menyenangkan dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja, sehingga akan

menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian,

pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat

mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan

organisasi.

Pengaruh Disiplin Kerja tehadap Hasil Kerja

Page 5: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

Tipe-tipe Kedisiplinan

a. Disiplin prefentif

Disiplin prefentif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para

karyawan agar mengikuti berbagai standar – standar dan aturan, sehingga kecelakaan

kerja dapat dicegah. Dengan disiplin ini pihak perusahaan akan dapat mengantisipasi

tindakan-tindakan yang mungkin akan terjadi yang dapat menghambat jalannya kegiatan

organisasi, jadi dapat dikatakan bahwa disiplin dapat ditekankan pada awal-awal

kegiatan sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadinya kecelakaan kerja.

b. Disiplin Korektif

Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran

terhadap peraturan-peraturan dan mencoba menghindari pelanggaran–pelanggaran lebih

lanjut dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

Faktor-Faktor Disiplin Kerja

1. Faktor Lingkungan Kerja/Organisasi – Budaya

2. Faktor Peraturan Organisasi

3. Faktor Kebutuhan

4. Faktor Perintah Atasan

5. Faktor-Faktor Disiplin Kerja

Page 6: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

2. PELATIHAN KERJA

Menurut PP No.31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, Pelatihan kerja

atau yang sekarang biasa kita kenal dengan istilah training adalah seluruh kegiatan untuk

memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja,

produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu

sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Singkatnya, pelatihan kerja

merupakan proses mengajarkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan bekerja

(vocational) serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung

jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan standar.

Pentingnya Pelatihan Kerja

Tujuan pelatihan keselamatan kerja antara lain :

1. Agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan

kerja.

2. Mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan dan kesehatan

kerja.

KECELAKAAN KERJA DAPAT

DIHINDARI

Page 7: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

3. Memahami ancaman bahaya yang ada di tempat kerja dan menggunakan langkah

pencegahan kecelakaan kerja.

4. Mengoptimalkan pendayagunaan dan pemberdayaan seluruh sumber daya

pelatihan kerja.

5. Untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan bisnis dan operasional-operasional

industri sejak hari pertama masuk kerja.

6. Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten.

Sumber Daya Manusia dalam suatu perusahaan merupakan aset penting bagi

perkembangan perusahaan. Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan kerja para

karyawan, banyak perusahaan mengadakan pelatihan kerja/training. Biasanya training

dilakukan sebelum memulai kerja atau pada saat awal masuk kerja. Mengingat pentingnya

pelatihan kerja/ training untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja yang membahayakan

pekerja.

Jenis - jenis pelatihan kerja antara lain :

1. Skills training

Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam

organisasi. Program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau

kekurangan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. Kriteria penilaian

efektifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam

tahap penilaian.

2. Retraining

Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-

keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang

berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja

rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin

computer atau akses internet.

3. Cross functional training

Pelatihan lintas fungsional melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan

aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.

Page 8: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

4. Team training

Pelatihan tim merupakan pelatihan yang terdiri dari sekelompok individu

dimana mereka harus menyelesaikan bersama sebuah pekerjaan demi tujuan

bersama dalam tim.

5. Creativity training

Pelatihan kreatifitas berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat

dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan

gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya.

Teknik pelatihan kerja

Teknik pelatihan kerja secara umum dibagi menjadi dua yaitu

1. On the job training

2. Off the job training

On the job training lebih banyak digunakan dibandingkan dengan off the job training,

karena program on the job training lebih berfokus pada peningkatan produktivitas secara

cepat, sedangkan metode off the job training lebih cenderung berfokus pada perkembangan

dan pendidikan jangka panjang.

3. AWARD / PENGHARGAAN UNTUK TENAGA KERJA

Setiap orang yang bekerja pada seseorang ataupun instansi berhak mendapatkan upah,

hal ini tertuang dalam perlindungan undang-undang perburuhan tentang pengupahan PP No.

8 tahun 1981 dan UU ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003. Setiap orang yang mengeluarkan

keringatnya berhak atas upah dan setiap orang yang memperkejakan seseorang berkewajiban

membayarkan upahnya.

Perusahaan dapat memberikan award / penghargaan kepada para tenaga kerjanya, baik

dalam bentuk bonus gaji ataupun dalam bentuk sertifikat penghargaan, sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/I/2007 tentang

Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemberian award

Page 9: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

tersebut bertujuan agar para tenaga kerja dapat mengembangkan soft skill atau kemampuan

lain yang dimilikinya dengan semaksimal mungkin.

Komponen Sistem Penghargaan

A. Kenaikan Gaji

Gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada setiap karyawan yang dibayarkan

secara tetap setiap bulannya, sedangkan upah adalah pembayaran jasa yang diberikan

kepada karyawan yang dibayarkan berdasarkan hari, jam atau jumlah satuan produk

yang dihasilkan. Dengan demikian pencapaian tujuan perusahaan dapat terkendali

tanpa adanya hambatan terhadap penggunaan tenaga kerja. Begitupun juga para

pekerja sendiri merasa tentram untuk bekerja dan berusaha untuk mendukung

kemajuan perusahaan.

Sistem penggajian/pengupahan yang umum diterapkan antara lain:

a. Sistem Waktu

Besarnya gaji/upah dalam sistem ini ditetapkan berdasarkan standart waktu seperti

jam, mingguan ataupun bulanan. Administrasi pengupahan sistem waktu relatif

mudah serta dapat diterapkan kepada karyawan tetap ataupun harian. Sistem ini

biasanya ditetapkan jika prestasi kerja sullit diukur perunitnya dan bagi karyawan

tetap upahnya atas sistem waktu secara periodik setiap bulannya.

b. Sistem Hasil (Out Put)

Besarnya upah dalam sistem ini ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan

pekerjaan seperti potong, meter, liter dan kilogram. Besarnya upah yang dibayar

selalu didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan bukan pada lamanya waktu

pengerjaannya. Sistem ini tidak bisa diterapkan pada karyawan tetap (sistem waktu)

dan jenis pekerjaan yang tidak mempunyai standar fisik, seperti bagi karyawan

administrasi. Kebaikan sistem ini memberikan kesempatan kepada yang bekerja

sungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas jasa yang lebih besar.

Namun kelemahannya adalah kualitas barang yang dihasilkan kurang baik dan

karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil sehingga kurang manusiawi.

c. Sistem Borongan

Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang menetapkan besarnya jasa yang

didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan besarnya

Page 10: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

balas jasa didasarkan pada sistem borngan cukup rumit, lama mengerjakannya serta

banyaknya alat yang diperlikan untuk menyelesaikannya.

B. Bonus

Bonus adalah pemberian pendapatan tambahan bagi karyawan/pekerja yang hanya

diberikan setahun sekali bila syarat-syarat tertentu dipenuhi. Pertama, bonus hanya dapat

diberikan bila perusahaan memperoleh laba selama tahun fiscal yang telah berlalu.

Karena bonus biasanya diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan.

Kedua, bonus tidak diberikan secara merata kepada semua karyawan. Artinya, besarnya

bonus harus dikaitkan dengan prestasi kerja individu.

Penghargaan dapat juga diberikan karena keberhasilan tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaannya, contohnya pekerja tersebut dalam melakukan suatu pekerjaan tidak terjadi

kecelakaan kerja, maka perusahaan dapat memberikan penghargaan kepada pekerja tersebut

atas pekerjaannya. Contoh penghargaannya sebagai berikut

Page 11: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka terdapat

berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :

1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di Tempat

Kerja :

Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman

Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman

2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :

Pelatihan dan Pendidikan

Konseling dan Konsultasi

Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi

3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :

Page 12: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

Prosedur dan Aturan

Penyediaan Sarana dan Prasarana

Penghargaan dan Sanksi

Sebenarnya upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan sederhana yaitu

dengan menghilangkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Akan tetapi, kenyataan yang

dihadapi di lapangan tidak semudah seperti yang dibayangkan. Karena ini berkaitan dengan

perubahan budaya dan perilaku. Banyak faktor yang menghambat, seperti kurangnya

pengetahuan dan kesadaran pekerja, kurangnya sarana dan prasarana, belum adanya budaya

tentang K3, komitmen dari pihak manajemen yang kurang dan lain-lain. Oleh karena itulah

banyak berkembang pendekatan-pendekatan yang membahas tentang pencegahan kecelakaan.

Beberapa pendekatan yang disampaikan oleh para ahli antara lain:

A. Pendekatan Energi

Sesuai denga konsep energy, bahwa kecelakaan bermula dari sumber energy. Oleh

karena itu, pendekatan pencegahan kecelakaan dapat dilakukan pada 3 titik sumber

terjadinya kecelakaan yaitu pada sumbernya, sepanjang aliran energy dan pada penerima. 

3. Pendekatan pada sumber bahaya

Salah satu contoh pengendalian pada sumber bahaya misalnya memakai

peredam suara pada mesin, mengganti mesin dengan mesin yang lebih rendah

tingkat kebisingannya.

4. Pendekatan di sepanjang aliran energy

Pendekatan berikutnya adalah di sepanjang aliran energy. Misalnya untuk

mengurangi kebisingan dengan jalan memasang dinding kedap suara atau

memindahkan area kerja. 

5. Pendekatan pada penerima

Pendekatan pada penerima misalnya, untuk mengurangi kebisingan dengan

menggunakan alat penutup telinga.

B. Pendekatan Manusia

Data menyebutkan bahwa sebanyak 85% kecelakaan kerja pada manusia

disebabkan oleh unsafe action. Oleh karena itu pendekatan pencegahan kecelakaan dari

sisi manusia adalah dengan menghilangkan atau unsafe action dengan jalan:

Page 13: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

Pembinaan dan pelatihan

Promosi K3 dan kampanye K3

Pembinaan perilaku aman

Pengawasan dan inspeksi K3

Audit K3

Komunikasi K3

Pengembangan prosedur kerja aman

C. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, lingkungan kerja maupun

proses produksi. Pendekatan teknis untuk mencegah kecelakaan misalnya:

Pembuatan rancang bangun yang sesuai dengan standard dan ketentuan

yang berlaku.

Memasang system pengamanan pada alat kerja atau instalasi untuk

mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat, misalnya tutup pengaman

mesin, system inter lock, system alarm, dan sebagainya

D. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan cara:

Penyediaan alat keselamatan kerja

Mengatur pola kerja

Membuat Standar Operating Procedure pengoperasian mesin

Pengaturan waktu dan jam kerja untuk menghindari kelelahan pekerja

E. Pendekatan Manajemen

Upaya pencegahan kecelakaan dari sisi manajemen antara lain:

Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Mengembangkan organisasi K3

Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan K3, khususnya untuk

manajemen tingkat atas

Selain cara pendekatan diatas, terdapat juga beberapa pendekatan yang lebih spesifik.

Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam unsur

5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu : Manusia,

Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan pencegahan dan

Page 14: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada ketiga unsur kelompok tersebut,

yaitu :

1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :

a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian

antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.

b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan

dengan pekerjaannya.

c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan

keperluan perusahaan.

d. Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.

e. Pengawasan dan disiplin yang wajar.

2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :

a. Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang,

mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.

b. Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,

penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat

sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.

c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.

d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.

e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh

level manajemen, antara lain :

a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.

b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.

c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi

sistem/prosedur kerja yang benar.

Page 15: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.

e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang

terpadu.

f. Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.

g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.

Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan alternative diantaranya :

1. Kaji resiko dari setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini bisa dilakukan dengan

membuat JSA (Job Safety Analisys) atau analisa keselamatan kerja. Yang membuat

JSA tentu saja adalah orang yang terlibat langsung pada pekerjaan tersebut(misal

supervisor ). Setelah JSA dibuat, dan disetujui oleh orang yang berwenang, tentu saja

harus disosialisasikan kepada semua orang yeng terlibat pada pekerjaan tersebut, agar

mereka benar2 paham akan resiko dari pekerjaan tadi dan juga tahu cara untuk

menghilangkan/mengurangi resiko pekerjaan tersebut.

2. Stop pekerjaan yang berbahaya. Maksud stop disini bukan berarti berhenti total

bekerja, akan tetapi jika JSA sudah dilakukan dengan baik, masih ada bahaya yang

timbul karena perkembangan kerja, dan tidak terdeteksi pada JSA, maka sebaiknya

stop sejenak pekerjaan, diskusikan hal tersebut hingga didapat solusi agar pekerjaan

dapat tetap berjalan dengan aman.

3. Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi, kejadian hampir celaka(near miss) sekecil

apapun kepada orang yang berwenang( misal safety officer, supervisor). Dengan

melaporkan setiap kejadian walaupun itu kecil, maka kita bisa

mengurangi/menghilangkan potensi bahaya yang timbul sebelum itu menjadi

kecelakaan yang fatal.

4. Harus ada management system. Management system adalah pendekatan standar

untuk secara sistematik mengidentifikasi dan menutup performance gaps. dengan

management system kita bisa mengintegrasikan tujuan, rencana, proses dan perilaku

dalam operasi sehari-hari. Di management system juga berisi apa requirement dari

masing-masing element dan menjelaskan bagaimana cara mencapainya. Contohnya

JSA, risk assessment adalah salah satu cara yang digunakan untuk memenuhi

requirement bahwa setiap pekerjaan harus diasses potential hazards/risknya.

Management system juga memastikan bahwa procedure, program atau process yang

dijalankan untuk mencegah kecelakaan akan sustain.

Page 16: 71960320-Pencegahan-Kecelakaan-Kerja

5. Harus ada aligned and committed leadership yang bertanggungjawab dan akuntabel

terhadap safety. Harus ada penjelasan untuk setiap level apa tanggungjawab, dan

bagaimana cara mencapainya. Leder lah yang men-direct process dalam management

system untuk men-drive improvement dalam safety results.

6. Harus ada culture yang percaya bahwa insiden bisa dicegah.

7. Harus ada standard procedure yang memastikan alignment dengan business plan.

Kalau tidak aligned bagaimana bisa dapat funding dan menjadi business objective

tahun/tahun-tahun bersangkutan.

Akhirnya dapat disimpulkan, melakukan pencegahan kecelakaan kerja perlu

diperhatikan unsur-unsur yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, baik manusia, perangkat

keras maupun perangkat lunak merupakan suatu kesatuan yang saling terkait dalam

pencegahan kecelakaan kerja, dengan kata lain “ PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB KITA BERSAMA “