View
29
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol
dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal
ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya
asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit
jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan
kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk
Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau
lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60%
risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara
keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data
Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke
dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua
umur di Indonesia.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya
jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka
ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya
Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil
Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi.
Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada
masyarakat. Oleh karena cukup besarnya angka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih
lanjut mengenai penyakit hipertensi tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Kasus
Tn. M (54 th) seorang petani datang memeriksakan diri ke RS. Saat dilakukan
pengkajian oleh Ns. A, klien mengatakan merasa tidak nyaman, sakit kepala, mengantuk
tetapi sulit tidur, mual dan nafsu makan menurun, dan mudah lelah. Klien merasa bahwa
Tn. M biasa merokok lebih kurang satu bungkus setiap harinya.
Dari pengkajian tanda-tanda vital yang dilakukan Ns. A didapatkan hasil sebagai
berikut TD = 160/100 mmHg , N = 90 x / menit , RR = 36 x/ menit , T = 37 °C
b. Problem definition
Masalah yang dapat diangkat berdasarkan kasus diatas adalah hipertensi, karena
tekanan darah klien 160/100 mmHg.
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi penyakit hipertensi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi penyakit hipertensi
3. Mahasiswa dapat menjelaskan hipertensi menurut WHO dan JNC VI
4. Mahasiswa dapat menjelaskan gejala dari penyakit hipertensi
5. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi penyakit hipertensi
6. Mahasiswa dapat menjelaskan Hal-hal apa saja yang dapat menjadi penyebab (faktor
resiko) timbulnya penyakit hipertensi
7. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose
hipertensi
8. Mahasiswa dapat menjelaskan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis
penyakit hipertensi
9. Mahasiswa dapat memberikan promosi kesehatan untuk penyakit hipertensi
10. Mahasiswa dapat menerapkan suhan keperawatan klien hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI HIPERTENSI
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of
High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International
Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang
tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih
atau sedang memakai obat anti hipertensi.
Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali
pada pengukuran yang terpisah.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat
aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80mmHg. Dalam aktivitas sehari-
hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara
umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu
beraktifitas atau berolahraga.
2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi
esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem
renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-
faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab
spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.
a) Hipertensi pada penyakit ginjal
Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam
jangka waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Secara klinis sulit untuk membedakan
dua keadaan tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun. Beratnya pengaruh
hipertensi terhadap ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita
hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang
mungkin ditimbulkan.
Hipertensi pada penyakit ginjal dapat terjadi pada penyakit ginjal akut maupun
penyakit ginjal kronik, baik pada kelainan glumerolus maupun pada kelainan vaskular.
Hipertensi pada penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam :
1. Penyakit glumerolus akut
Hipertensi terjadi karena adanya retensi natrium yang menyebabkan
hipervolemik. Retensi natrium terjadi karena adanya peningkatan reabsorbsi natrium
di duktus koligentes. Peningkatan ini dimungkankan abibat adanya retensi relatif
terhadap Hormon Natriuretik Peptida dan peningkatan aktivitas pompa Na – K –
ATPase di duktus koligentes.
2. Penyakit vaskuler
Pada keadaan ini terjadi iskemi yang kemudian merangsang sistem renin
angiotensin aldosteron.
3. Gagal ginjal kronik
Hipertensi yang terjadi karena adanya retensi natrium, peningkatan sistem
Renin Angiotensinogen Aldosteron akibat iskemi relatif karena kerusakan regional,
aktifitas saraf simpatik yang meningkat akibat kerusakan ginjal, hiperparatiroidis
sekunder, dan pemberian eritropoetin.
4. Penyakit glumerolus kronik
Sistem Renin-Angiotensinogen-Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem
hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan dalm naiknya
tekanan darah, pangaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.
b) Hipertensi pada penyakit renovaskular.
Hipertensi renovaskular merupakan penyebab tersering dari hipertensi sekunder.
Diagnosa hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini potensial untuk
disembuhkan dengan menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renalis. Stenosis
arteri renalis adalah suatu keadaan terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada arteri
renalis. Sedangkan hipertensi renovaskular adalah hipertensi yang terjadi akibat fisiologis
adanya stenosis arteri renalis.
Istilah nefropati iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan
fungsi ginjal akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal,
kelainan ini akan menetap walaupun tekanan darahnya dapat dikendalikan dengan
pengobatan yang meliputi medikamentosa antihipertensi, revaskularisasi dengan tindakan
bedah ataupun angioplasti.
c) Hipertensi pada kelainan endokrin
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah aldosteronisme
primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom yang disebabkan
oleh hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang umumnya berasal dari kelenjar
korteks adrenal. Hiperaldosteronisme primer secara klinis dikenal dengan triad terdiri dari
hipertensi, hipokalemi, dan alkalosis metabolik. Sindrom ini disebabkan oleh hiperplasi
kelenjar korteks adrenal, adenoma atau karsinoma adrenal.
d) Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh
adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone (ACTH).
e) Hipertensi adrenal kongenital
Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi pada anak
(jarang terjadi).
f) Feokromositoma
Feokromositoma adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut dicurigai apabila
terdapat riwayat dalam keluarga. Tanda – tanda yang mencurigai adanya feokromositoma
yaitu hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan hiperglikemia.
Feokromositomia disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang
mensekresikan katekolamin. Sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal, dan hanya 10 %
terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis. 10 % dari tumor ini ganas dan 10 % adenoma
adrenal adalah bilateral. Feokromositomia dicurigai jika tekanan darah berfluktuasi tinggi,
disertai takikardi, berkeringat atau edema paru karena gagal jantung.
g) Koartasio aorta
Koarktasi aorta paling sering mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia
kiri dan menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki, dengan
denyut nadi arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini dapat menetap bahkan
setelah reseksi bedah yang berhasil, terutama jika hipertensi terjadi lama sebelum operasi.
h) Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan
mortalitas maternal, janin dan neonatus. Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi
dari preeklampsia sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik. Perempuan hamil
dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi yang berat
seperti abruptio plasenta, penyakit serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi intravaskular.
Penelitian observasi pasien hipertensi kronik yang ringan didapatkan risiko kehamilan
preaklampsia 10 – 25 %, abruptio 0,7 – 1,5 %, kehamilan prematur kurang dari 37
minggu 12 – 34 %, dan hambatan pertumbuhan janin 8 – 16 %. Risiko bertambah pada
hipertensi kronik yang berat pada trimester pertama dengan didapatnya preaklampsia
sampai 50 %. Terhadap janin, mengakibatkan risiko retardasi perkembangan intrauterin,
prematuritas dan kematian intrauterin. Selain itu risiko hipertensi seperti gagal jantung,
ensepalopati, retinopati, perdarahan serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi. Sampai
sekarang yang belum jelas apakah tekanan darah yang terkontrol secara agresif dapat
menurunkan terjadinya eklampsia.
i) Hipertensi akibat dari penggunaan obat – obatan.
Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil
kontrasepsi oral (OCP). 5% perempuan mengalami hipertensi sejak mulai penggunaan.
Perempuan usia lebih tua (> 35 tahun)lebih mudah terkena, begitupula dengan perempuan
yang pernah mengalami hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan
kembali normal dalam 3 – 6 sesudah penghentian pil. Penggunaan estrogen
pascamenopause bersifat kardioproteksi dan tidak meningkatkan tekanan darah. Obat lain
yang terkait dengan hipertensi termasuk siklosporin, eritopoietin, dan kokain.
3. MACAM-MACAM LEVEL HIPERTENSI
Menurut WHO
a. Hipertensi ringan yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik berada diantara 140-159mmHg dan tekanan darah diastolic berada
diantara 90-99mmHg.
b. Hipertesi sedang yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik berada diantara 160-179mmHg dan tekanan darah diastolic berada
diantara 100-109mmHg.
c. Hipertensi berat yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik >180mmHg dan tekanan darah diastolic ≥110mmHg.
The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan
darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1
dibawah.
Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Derajat I
Derajat II
Derajat III
< 120
<130
130 – 139
140 – 159
160 – 179
≥ 180
dan
dan
atau
atau
atau
atau
< 80
<85
85 – 89
90 – 99
100 – 109
≥ 110
Sumber : The sixth Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, sixth report (JNC VI). Dikutip oleh
Debra A. Krummel. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Dalam L. Kathleen M,
Sylvia Escoott. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004
4. GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal, yaitu:
• Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang
berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur
tekanan darah secara teratur.
• Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung,
gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
• Sakit kepala
• Kelelahan
• Mual
• Muntah
• Sesak nafas
• Gelisah
• Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
• Sering buang air kecil terutama di malam hari
• Telinga berdenging
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera
5. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan
sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
6. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut
mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada
individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Pada 70-80%
kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi
primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi.
2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang
berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau
sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi
pada orang yang bertambah usianya.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.
Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih
banyak terjadi pada perempuan.
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit
putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam
ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih
besar.
5. Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
• Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.
• Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
• Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada
salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
6. Obat-obataan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar),
termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus
(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang
mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan
terjadinya tekanan darah tinggi.
7. Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan
ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari
gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan
darah yang membawa nutrisi ke janin.
8. Keracunan timbal akut
Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta
menyebabkan aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal (Peradangan
dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal) bisa menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
Mekanisme hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.
Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota.
2. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya
dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya
penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya
hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak
semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing – masing
individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg
akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat
badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
3. Asupan
a. Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum
normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa
tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi otot.1
Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan
oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran
semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya
lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat –
zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat terlarut yang tidak dapat
menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air pada kedua
sisi membran.
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama
di usus halus.1 Mekanisme penngaturan keseimbangan volume pertama – tama
tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif
adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang
melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume cairan
ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi efektifnya dan
berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Natrium diabsorpsi
secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini natrium disaring
dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya
mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran
urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila
kadar Na darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na
kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila
konsumsi rendah.
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif
terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang
hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang
untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi
dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat
lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering
ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum
jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan
darah ketika asupan garam ditambah.
b. Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja
kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan
meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung
menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron.
Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga
ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi
natrium dan air juga penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi
aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium
serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan
aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang
mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi
dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih
rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.
c. Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler
otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah.
The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan
timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.
Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium
tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena
adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian,
suplementasi magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian
hipertensi.
d. Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan
hipertensi tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi
per hari (untuk total asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan
pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran
suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI
merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk
pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan
sebesar 1000 sampai 2000mg par hari.
4. Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko
hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang
potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi
khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
5. Kurang olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c) Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
m) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
8. Penanggulangan hipertensi
a. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
• Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
• Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
• Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh:
Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
• Step 4
Alternatif pemberian obatnya:
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
b. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)
Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan
farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah
gaya hidup.
Tujuan dari penatalaksanaan diet
• Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal.
• Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
• Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,
kolesterol dalam darah.
• Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi
• Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
• Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
• Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam
daftar diet
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan
garam lain diluar natrium.
9. PROMOSI KESEHATAN UNTUK HIPERTENSI
• Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
o Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
o Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
• Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Pendidikan kesehatan pada pasien hipertensi diantaranya adalah:
1. Menjelaskan tentang hipertensi dengan jelas serta klasifikasinya
2. Menerangakan faktor-faktor penyebab hipertensi
3. Menjelaskan tanda dan gejala
4. Menjelaskan penanganan dan terapi yang dapat di lakukan sebagai penyembuhan
10. Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :
- Memeriksa tekanan darah secara teratur
- Menjaga berat badan dalam rentang normal
- Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah
lemak dan mengurangi garam.
- Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
- Berolahraga secara teratur
- Hidup secara teratur
- Mengurangi stress dan emosi
- Jangan terburu-buru
- Mengurangi makanan berlemak
10. ASKEP
A. PENGKAJIAN
- Nama : Tn. M
- Usia : 54 tahun
- Dx medis : hipertensi
- Faktor Presipitasi : Ò Life Style ( Konsumsi rokok)
- Faktor Predisposisi : Ò aktivitas
Ò Riwayat Kesehatan Sebelumnya
- Tanda-tanda vital
TD : 160/100 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 36 x/menit
T : 37°C
-
B. ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Problem
DS
1) Klien mengatakan nafsu
makan berkurang,
2) Klien mengatakan mual
mualKetidakseimbangan nutrisi :
Kurang dari kebutuhan
DS
1) Klien mengatakan
mengantuk tetapi sulit tidur
Gangguan pola tidur
C. DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual.
2. Gangguan pola tidur
D. INTERVENSI
Diagnosa
keperawatanNursing Care Plan
Tujuan Intervensi
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan mual
Dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24jam :
- Mual hilang
- Klien
1) Kaji pemenuhan
kebutuhan klien
2) Kaji menu diet untuk
klien hipertensi
mengalami
peningkatan
nafsu makan
- Klien dapat
mempertahan
kan berat
badan
3) Ukur berat badan
klien
4) Jelaskan pentingnya
asupan nutrisi diet
bagi tubuh
5) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menu
diet yang sesuai
6) Berikan makanan
dengan jumlahkecil
dan bertahap
7) Dorong klien untuk
makan selagi hangat
8) Sarankan untuk oral
hygiene sebelum dan
sesudah makan
9) Ingatkan klien untuk
mengurangi konsumsi
garam
10) Beri motivasi
Gangguan Pola
Tidur
Dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24jam :
- Klien mampu menciptakan
pola tidur yang adekuat 6-8
jam per hari
- Klien dapat istirahat
dengan cukup
1) Identifitasi penyebab
sulit tidur
2) Ajak klien untuk
berdiskusi mengenai
masalah yang sedang
dirasakan
3) Jaga kepercayaan
klien
4) Ciptakan suasana
lingkungan yang
nyaman dan tenang
5) Beri kesempatan
klien untuk
istirahat/tidur
6) Buat jadwal tidur
secara teratur
7) Ajarkan klien terapi
pengontrolan
stimulus
8) Latih klien untuk
mendengarkan music
klasik sebelum tidur
9) Kurangi intake cairan
berlebih menjelang
tidur
10) Kolaborasi pemberian
obat secara indikasi
11) Anjurkan klien
menghindari
mengonsumsi kafein
pada sore hari bahkan
malam hari
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
• Definisi Hipertensi :
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140
mmhg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih atau sedang memakai
obat anti hipertensi.
• Faktor Resiko Hipertensi
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi, seperti :
1. Genetik
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor yang dapoat dimodifikasi atau dikendalikan
1) Stress
2) Obesitas
3) Nutrisi
4) Merokok
5) Kurang Olahraga
• Mekanisme Terjadinya Penyakit Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
• Cara Pencegahan Penyakit Hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik, serta aktivitas fisik
yang cukup seperti olahraga secara teratur. Selain itu dengan menghindari kebiasaan
buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol, serta konsumsi natrium/sodium yang
berlebih seperti garam dapur yang berlebihan, penyedap rasa (MSG). Selain itu, dengan
melakukan diagnosis dini sebagai cara pencegahan.
B. SARAN
Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya seseorang menerapkan
pola hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan, mencakup menghindari makanan
yang berisiko meningkatkan tekanan darah, hindari pemicu stress (stressor), serta asupan
nutrisi yang seimbang. Selain itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak
terjadi obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok serta konsumsi
alkohol. Dalam pencegahan hipertensi pada usia dewasa, hendaknya pencegahan dimulai
sejak dini. Di sinilah perlu peranan aktif orang tua dalam mengontrol pola konsumsi
anaknya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, Heather, PhD,RN. 2009-2011. NANDA International Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC
Armilawaty, dkk..2007. Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi. Makassar :
FKM Unhas.
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III. diterjemahkan
oleh Petrus Andryanto, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Marvyn, Leonard. 2002. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan die. Jakarta :
Penerbit Arcan.
Surya, Andari. Makalah Hipertensi. (diakses tanggal 16 januari 2012
http://www.scribd.com/doc/25260803/Makalah-Hipertensi-by-Andari-Surya )