27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai

86561142-laporan-hipertensi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 86561142-laporan-hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol

dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal

ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya

asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit

jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan

kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang

tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar

kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan

pertambahan penduduk saat ini.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,

yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk

Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau

lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada

usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.

Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,

peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60%

risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata

kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara

keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data

Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke

dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua

umur di Indonesia.

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan

menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh

pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya

jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai

Page 2: 86561142-laporan-hipertensi

keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka

ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya

Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.

Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil

Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi.

Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada

masyarakat. Oleh karena cukup besarnya angka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih

lanjut mengenai penyakit hipertensi tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Kasus

Tn. M (54 th) seorang petani datang memeriksakan diri ke RS. Saat dilakukan

pengkajian oleh Ns. A, klien mengatakan merasa tidak nyaman, sakit kepala, mengantuk

tetapi sulit tidur, mual dan nafsu makan menurun, dan mudah lelah. Klien merasa bahwa

Tn. M biasa merokok lebih kurang satu bungkus setiap harinya.

Dari pengkajian tanda-tanda vital yang dilakukan Ns. A didapatkan hasil sebagai

berikut TD = 160/100 mmHg , N = 90 x / menit , RR = 36 x/ menit , T = 37 °C

b. Problem definition

Masalah yang dapat diangkat berdasarkan kasus diatas adalah hipertensi, karena

tekanan darah klien 160/100 mmHg.

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi penyakit hipertensi

2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi penyakit hipertensi

3. Mahasiswa dapat menjelaskan hipertensi menurut WHO dan JNC VI

4. Mahasiswa dapat menjelaskan gejala dari penyakit hipertensi

5. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi penyakit hipertensi

6. Mahasiswa dapat menjelaskan Hal-hal apa saja yang dapat menjadi penyebab (faktor

resiko) timbulnya penyakit hipertensi

Page 3: 86561142-laporan-hipertensi

7. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose

hipertensi

8. Mahasiswa dapat menjelaskan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis

penyakit hipertensi

9. Mahasiswa dapat memberikan promosi kesehatan untuk penyakit hipertensi

10. Mahasiswa dapat menerapkan suhan keperawatan klien hipertensi

Page 4: 86561142-laporan-hipertensi

BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI HIPERTENSI

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of

High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International

Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang

tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih

atau sedang memakai obat anti hipertensi.

Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil

dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali

pada pengukuran yang terpisah.

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat

aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80mmHg. Dalam aktivitas sehari-

hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara

umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu

beraktifitas atau berolahraga.

2. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi

esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.

1) Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut

juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem

renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-

faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab

spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.

Page 5: 86561142-laporan-hipertensi

a) Hipertensi pada penyakit ginjal

Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam

jangka waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Secara klinis sulit untuk membedakan

dua keadaan tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun. Beratnya pengaruh

hipertensi terhadap ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita

hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang

mungkin ditimbulkan.

Hipertensi pada penyakit ginjal dapat terjadi pada penyakit ginjal akut maupun

penyakit ginjal kronik, baik pada kelainan glumerolus maupun pada kelainan vaskular.

Hipertensi pada penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam :

1. Penyakit glumerolus akut

Hipertensi terjadi karena adanya retensi natrium yang menyebabkan

hipervolemik. Retensi natrium terjadi karena adanya peningkatan reabsorbsi natrium

di duktus koligentes. Peningkatan ini dimungkankan abibat adanya retensi relatif

terhadap Hormon Natriuretik Peptida dan peningkatan aktivitas pompa Na – K –

ATPase di duktus koligentes.

2. Penyakit vaskuler

Pada keadaan ini terjadi iskemi yang kemudian merangsang sistem renin

angiotensin aldosteron.

3. Gagal ginjal kronik

Hipertensi yang terjadi karena adanya retensi natrium, peningkatan sistem

Renin Angiotensinogen Aldosteron akibat iskemi relatif karena kerusakan regional,

aktifitas saraf simpatik yang meningkat akibat kerusakan ginjal, hiperparatiroidis

sekunder, dan pemberian eritropoetin.

4. Penyakit glumerolus kronik

Sistem Renin-Angiotensinogen-Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem

hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan dalm naiknya

tekanan darah, pangaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.

b) Hipertensi pada penyakit renovaskular.

Hipertensi renovaskular merupakan penyebab tersering dari hipertensi sekunder.

Diagnosa hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini potensial untuk

disembuhkan dengan menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renalis. Stenosis

arteri renalis adalah suatu keadaan terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada arteri

renalis. Sedangkan hipertensi renovaskular adalah hipertensi yang terjadi akibat fisiologis

Page 6: 86561142-laporan-hipertensi

adanya stenosis arteri renalis.

Istilah nefropati iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan

fungsi ginjal akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal,

kelainan ini akan menetap walaupun tekanan darahnya dapat dikendalikan dengan

pengobatan yang meliputi medikamentosa antihipertensi, revaskularisasi dengan tindakan

bedah ataupun angioplasti.

c) Hipertensi pada kelainan endokrin

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah aldosteronisme

primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom yang disebabkan

oleh hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang umumnya berasal dari kelenjar

korteks adrenal. Hiperaldosteronisme primer secara klinis dikenal dengan triad terdiri dari

hipertensi, hipokalemi, dan alkalosis metabolik. Sindrom ini disebabkan oleh hiperplasi

kelenjar korteks adrenal, adenoma atau karsinoma adrenal.

d) Sindrom Cushing

Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh

adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone (ACTH).

e) Hipertensi adrenal kongenital

Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi pada anak

(jarang terjadi).

f) Feokromositoma

Feokromositoma adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut dicurigai apabila

terdapat riwayat dalam keluarga. Tanda – tanda yang mencurigai adanya feokromositoma

yaitu hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan hiperglikemia.

Feokromositomia disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang

mensekresikan katekolamin. Sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal, dan hanya 10 %

terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis. 10 % dari tumor ini ganas dan 10 % adenoma

adrenal adalah bilateral. Feokromositomia dicurigai jika tekanan darah berfluktuasi tinggi,

disertai takikardi, berkeringat atau edema paru karena gagal jantung.

g) Koartasio aorta

Koarktasi aorta paling sering mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia

kiri dan menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki, dengan

denyut nadi arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini dapat menetap bahkan

setelah reseksi bedah yang berhasil, terutama jika hipertensi terjadi lama sebelum operasi.

h) Hipertensi pada kehamilan

Page 7: 86561142-laporan-hipertensi

Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan

mortalitas maternal, janin dan neonatus. Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi

dari preeklampsia sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik. Perempuan hamil

dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi yang berat

seperti abruptio plasenta, penyakit serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi intravaskular.

Penelitian observasi pasien hipertensi kronik yang ringan didapatkan risiko kehamilan

preaklampsia 10 – 25 %, abruptio 0,7 – 1,5 %, kehamilan prematur kurang dari 37

minggu 12 – 34 %, dan hambatan pertumbuhan janin 8 – 16 %. Risiko bertambah pada

hipertensi kronik yang berat pada trimester pertama dengan didapatnya preaklampsia

sampai 50 %. Terhadap janin, mengakibatkan risiko retardasi perkembangan intrauterin,

prematuritas dan kematian intrauterin. Selain itu risiko hipertensi seperti gagal jantung,

ensepalopati, retinopati, perdarahan serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi. Sampai

sekarang yang belum jelas apakah tekanan darah yang terkontrol secara agresif dapat

menurunkan terjadinya eklampsia.

i) Hipertensi akibat dari penggunaan obat – obatan.

Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil

kontrasepsi oral (OCP). 5% perempuan mengalami hipertensi sejak mulai penggunaan.

Perempuan usia lebih tua (> 35 tahun)lebih mudah terkena, begitupula dengan perempuan

yang pernah mengalami hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan

kembali normal dalam 3 – 6 sesudah penghentian pil. Penggunaan estrogen

pascamenopause bersifat kardioproteksi dan tidak meningkatkan tekanan darah. Obat lain

yang terkait dengan hipertensi termasuk siklosporin, eritopoietin, dan kokain.

3. MACAM-MACAM LEVEL HIPERTENSI

Menurut WHO

a. Hipertensi ringan yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah

sistolik berada diantara 140-159mmHg dan tekanan darah diastolic berada

diantara 90-99mmHg.

b. Hipertesi sedang yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah

sistolik berada diantara 160-179mmHg dan tekanan darah diastolic berada

diantara 100-109mmHg.

c. Hipertensi berat yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah

sistolik >180mmHg dan tekanan darah diastolic ≥110mmHg.

Page 8: 86561142-laporan-hipertensi

The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan

darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1

dibawah.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal

Normal

Normal tinggi

Hipertensi

Derajat I

Derajat II

Derajat III

< 120

<130

130 – 139

140 – 159

160 – 179

≥ 180

dan

dan

atau

atau

atau

atau

< 80

<85

85 – 89

90 – 99

100 – 109

≥ 110

Sumber : The sixth Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, sixth report (JNC VI). Dikutip oleh

Debra A. Krummel. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Dalam L. Kathleen M,

Sylvia Escoott. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004

4. GEJALA HIPERTENSI

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan

bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer

karena dua hal, yaitu:

• Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.

Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang

berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur

tekanan darah secara teratur.

• Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar

Page 9: 86561142-laporan-hipertensi

untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung,

gagal jantung, dan gagal ginjal.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara

tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan

darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik

pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

• Sakit kepala

• Kelelahan

• Mual

• Muntah

• Sesak nafas

• Gelisah

• Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal.

• Sering buang air kecil terutama di malam hari

• Telinga berdenging

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma

karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang

memerlukan penanganan segera

5. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen

yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan

diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah

Page 10: 86561142-laporan-hipertensi

menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan

sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus

(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,

volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan

tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl

(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada

gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

6. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI

Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan

1. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut

mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi

mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada

individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Pada 70-80%

kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila

riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi

primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar

monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini

menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya

Hipertensi.

2. Umur

Page 11: 86561142-laporan-hipertensi

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang

berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau

sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi

pada orang yang bertambah usianya.

3. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.

Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih

banyak terjadi pada perempuan.

4. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit

putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam

ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih

besar.

5. Penyakit Ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

• Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah

pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan

darah ke normal.

• Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air, sehingga volume darah

bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

• Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan

menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu

pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan

memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu

berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan

Page 12: 86561142-laporan-hipertensi

darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal

(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada

salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

6. Obat-obataan

Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,

Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar),

termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus

(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang

mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan

terjadinya tekanan darah tinggi.

7. Preeklampsi pada kehamilan

Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90

mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan

ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari

gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang

mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan

darah yang membawa nutrisi ke janin.

8. Keracunan timbal akut

Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta

menyebabkan aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal (Peradangan

dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal) bisa menyebabkan terjadinya

tekanan darah tinggi.

b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

1. Stress

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat

berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

Mekanisme hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi

saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,

saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara

Page 13: 86561142-laporan-hipertensi

intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan

tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka

kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.

Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok

masyarakat yang tinggal di kota.

2. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya

dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya

penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya

hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak

semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing – masing

individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg

akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat

badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg

dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.

3. Asupan

a. Asupan Natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum

normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga

keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa

tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi otot.1

Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan

oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran

semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya

lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat –

zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat terlarut yang tidak dapat

menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air pada kedua

sisi membran.

Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama

di usus halus.1 Mekanisme penngaturan keseimbangan volume pertama – tama

Page 14: 86561142-laporan-hipertensi

tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif

adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang

melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume cairan

ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi efektifnya dan

berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Natrium diabsorpsi

secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini natrium disaring

dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk

mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya

mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran

urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila

kadar Na darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na

kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila

konsumsi rendah.

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif

terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang

hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang

untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi

dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat

lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering

ditemukan.

Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum

jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan

darah ketika asupan garam ditambah.

b. Asupan Kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja

kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan

meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung

menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.

Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron.

Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga

ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi

natrium dan air juga penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi

aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium

Page 15: 86561142-laporan-hipertensi

serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan

aliran di tubulus distal.

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang

mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi

dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih

rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.

c. Asupan Magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler

otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah.

The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan

timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.

Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium

tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena

adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian,

suplementasi magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian

hipertensi.

d. Kalsium

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan

hipertensi tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi

per hari (untuk total asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan

pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran

suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI

merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk

pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan

sebesar 1000 sampai 2000mg par hari.

4. Merokok

Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko

hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang

potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi

Page 16: 86561142-laporan-hipertensi

khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.

5. Kurang olahraga

Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya

hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Hemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )

dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal

c) Glukosa

Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan

oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )

d) Kalium serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau

menjadi efek samping terapi diuretik.

e) Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

f) Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan

plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

g) Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

h) Kadar aldosteron urin/serum

Page 17: 86561142-laporan-hipertensi

Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

i) Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya

diabetes.

j) Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

k) Steroid urin

Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

l) IVP

Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,

batu ginjal / ureter

m) Foto dada

Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

n) CT scan

Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

o) EKG

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

8. Penanggulangan hipertensi

a. Penatalaksanaan farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi

juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat

bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup

penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

Page 18: 86561142-laporan-hipertensi

( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND

TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa

obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat

digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

• Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE

inhibitor

• Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

Dosis obat pertama dinaikkan

Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca

antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

• Step 3

Alternatif yang bisa ditempuh:

Obat ke-2 diganti

Ditambah obat ke-3 jenis lain

• Step 4

Alternatif pemberian obatnya:

Ditambah obat ke-3 dan ke-4

Re-evaluasi dan konsultasi

Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,

Page 19: 86561142-laporan-hipertensi

dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

b. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)

Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan

farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah

gaya hidup.

Tujuan dari penatalaksanaan diet

• Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan

darah menuju normal.

• Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral

• Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,

kolesterol dalam darah.

• Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi

• Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang

• Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita

• Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam

daftar diet

Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan

garam lain diluar natrium.

9. PROMOSI KESEHATAN UNTUK HIPERTENSI

• Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

o Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek

Page 20: 86561142-laporan-hipertensi

dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan

somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis

seperti kecemasan dan ketegangan.

o Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita

untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

• Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pendidikan kesehatan pada pasien hipertensi diantaranya adalah:

1. Menjelaskan tentang hipertensi dengan jelas serta klasifikasinya

2. Menerangakan faktor-faktor penyebab hipertensi

3. Menjelaskan tanda dan gejala

4. Menjelaskan penanganan dan terapi yang dapat di lakukan sebagai penyembuhan

10. Pencegahan hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :

- Memeriksa tekanan darah secara teratur

- Menjaga berat badan dalam rentang normal

- Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah

lemak dan mengurangi garam.

- Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol

- Berolahraga secara teratur

Page 21: 86561142-laporan-hipertensi

- Hidup secara teratur

- Mengurangi stress dan emosi

- Jangan terburu-buru

- Mengurangi makanan berlemak

10. ASKEP

A. PENGKAJIAN

- Nama : Tn. M

- Usia : 54 tahun

- Dx medis : hipertensi

- Faktor Presipitasi : Ò Life Style ( Konsumsi rokok)

- Faktor Predisposisi : Ò aktivitas

Ò Riwayat Kesehatan Sebelumnya

- Tanda-tanda vital

TD : 160/100 mmHg

N : 90 x/menit

RR : 36 x/menit

T : 37°C

-

Page 22: 86561142-laporan-hipertensi

B. ANALISA DATA

Data Fokus Etiologi Problem

DS

1) Klien mengatakan nafsu

makan berkurang,

2) Klien mengatakan mual

mualKetidakseimbangan nutrisi :

Kurang dari kebutuhan

DS

1) Klien mengatakan

mengantuk tetapi sulit tidur

Gangguan pola tidur

C. DIAGNOSA

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual.

2. Gangguan pola tidur

D. INTERVENSI

Diagnosa

keperawatanNursing Care Plan

Tujuan Intervensi

Ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan

berhubungan

dengan mual

Dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24jam :

- Mual hilang

- Klien

1) Kaji pemenuhan

kebutuhan klien

2) Kaji menu diet untuk

klien hipertensi

Page 23: 86561142-laporan-hipertensi

mengalami

peningkatan

nafsu makan

- Klien dapat

mempertahan

kan berat

badan

3) Ukur berat badan

klien

4) Jelaskan pentingnya

asupan nutrisi diet

bagi tubuh

5) Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk menu

diet yang sesuai

6) Berikan makanan

dengan jumlahkecil

dan bertahap

7) Dorong klien untuk

makan selagi hangat

8) Sarankan untuk oral

hygiene sebelum dan

sesudah makan

9) Ingatkan klien untuk

mengurangi konsumsi

garam

10) Beri motivasi

Gangguan Pola

Tidur

Dilakukan tindakan keperawatan

selama 2 x 24jam :

- Klien mampu menciptakan

pola tidur yang adekuat 6-8

jam per hari

- Klien dapat istirahat

dengan cukup

1) Identifitasi penyebab

sulit tidur

2) Ajak klien untuk

berdiskusi mengenai

masalah yang sedang

dirasakan

3) Jaga kepercayaan

klien

4) Ciptakan suasana

Page 24: 86561142-laporan-hipertensi

lingkungan yang

nyaman dan tenang

5) Beri kesempatan

klien untuk

istirahat/tidur

6) Buat jadwal tidur

secara teratur

7) Ajarkan klien terapi

pengontrolan

stimulus

8) Latih klien untuk

mendengarkan music

klasik sebelum tidur

9) Kurangi intake cairan

berlebih menjelang

tidur

10) Kolaborasi pemberian

obat secara indikasi

11) Anjurkan klien

menghindari

mengonsumsi kafein

pada sore hari bahkan

malam hari

Page 25: 86561142-laporan-hipertensi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

• Definisi Hipertensi :

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140

mmhg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih atau sedang memakai

obat anti hipertensi.

• Faktor Resiko Hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi, seperti :

1. Genetik

2. Umur

3. Jenis Kelamin

4. Etnis

5. Penyakit Ginjal

6. Obat-obataan

7. Preeklampsi pada kehamilan

8. Keracunan timbal akut

b. Faktor yang dapoat dimodifikasi atau dikendalikan

1) Stress

2) Obesitas

3) Nutrisi

4) Merokok

5) Kurang Olahraga

• Mekanisme Terjadinya Penyakit Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Selanjutnya oleh hormon,

renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang

Page 26: 86561142-laporan-hipertensi

terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah

yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

• Cara Pencegahan Penyakit Hipertensi

Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik, serta aktivitas fisik

yang cukup seperti olahraga secara teratur. Selain itu dengan menghindari kebiasaan

buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol, serta konsumsi natrium/sodium yang

berlebih seperti garam dapur yang berlebihan, penyedap rasa (MSG). Selain itu, dengan

melakukan diagnosis dini sebagai cara pencegahan.

B. SARAN

Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya seseorang menerapkan

pola hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan, mencakup menghindari makanan

yang berisiko meningkatkan tekanan darah, hindari pemicu stress (stressor), serta asupan

nutrisi yang seimbang. Selain itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak

terjadi obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok serta konsumsi

alkohol. Dalam pencegahan hipertensi pada usia dewasa, hendaknya pencegahan dimulai

sejak dini. Di sinilah perlu peranan aktif orang tua dalam mengontrol pola konsumsi

anaknya masing-masing.

Page 27: 86561142-laporan-hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather, PhD,RN. 2009-2011. NANDA International Diagnosis Keperawatan.

Jakarta : EGC

Armilawaty, dkk..2007. Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi. Makassar :

FKM Unhas.

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III. diterjemahkan

oleh Petrus Andryanto, Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Marvyn, Leonard. 2002. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan die. Jakarta :

Penerbit Arcan.

Surya, Andari. Makalah Hipertensi. (diakses tanggal 16 januari 2012

http://www.scribd.com/doc/25260803/Makalah-Hipertensi-by-Andari-Surya )